bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. hasil …eprints.uny.ac.id/44003/5/bab iv.pdf · ·...
TRANSCRIPT
81
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran
kalkulus kelas XI semester genap dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013
yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian dan pembahasan masing-masing
produk pengembangan sebagai berikut:
1. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a. Tahap Analysis
Pada tahap awal pengembangan telah dilakukan analisis dengan hasil sebagai
berikut:
1) Analisis Kurikulum
Pada tahap ini peneliti telah melakukan analisis terhadap silabus mata pelajaran
matermatika SMA Kurikulum 2013. Hasil yang diperoleh dari analisis kurikulum
adalah rincian mengenai kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator
pencapaian pembelajaran yang dapat dilihat pada bagian lampiran.
2) Analisis Materi Pembelajaran
Peneliti juga telah melakukan analisis materi pembelajaran yang diperlukan
dalam penelitian pengembangan ini. Berdasarkan hasil analisis kurikulum
mengenai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran, materi kalkulus yang akan
digunakan dalam pengembangan meliputi materi integral tak tentu fungsi aljabar
dan turunan fungsi aljabar. Adapun uraian materi kalkulus tersebut secara rinci
dapat dilihat pada bab 2.
82
3) Analisis Karakteristik Siswa
Peneliti melakukan analisis karakteristik siswa dengan mengkaji teori
mengenai perkembangan peserta didik usia SMA sebagaimana telah dijelaskan
dalam bab 2. Mempertimbangkan karakteristik siswa usia SMA, maka perangkat
pembelajaran yang dikembangkan akan disesuaikan dengan memperhatikan hal-hal
antara lain:
a) Kegiatan pembelajaran mendorong siswa untuk aktif berpikir secara kritis
dalam mengkonstruksi pengetahuan.
b) Kegiatan pembelajaran mendorong siswa untuk membuat hipotesis terhadap
permasalahan yang disajikan.
c) Perangkat pembelajaran dapat menggunakan objek yang abstrak seperti
variabel dan simbol-simbol matematis.
d) Kegiatan pembelajaran memerlukan pendampingan guru sebagai fasilitator.
b. Tahap Design
Pada tahap perancangan, peneliti menyusun draft RPP serta menyusun
instrumen-instrumen penelitian yang diperlukan dalam penilaian RPP.
1) Hasil draft RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan secara garis
besar terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
i. Identitas RPP, meliputi nama mata pelajaran, kelas/semester, pokok
bahasan, dan alokasi waktu yang diperlukan
ii. Kompetensi inti
iii. Kompetensi dasar dan indikator
83
iv. Tujuan pembelajaran
v. Materi pembelajaran, berisi uraian singkat terkait konsep/materi
pembelajaran.
vi. Metode pembelajaran
vii. Media, alat dan sumber belajar
viii. Langkah-langkah pembelajaran, meliputi keguatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Pada uraian langkah-langkah pembelajaran
dijelaskan pula tahap-tahap pembelajaran saintifik yang terdiri dari tahap
mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengomunikasi.
ix. Penilaian
2) Instrumen Penelitian
a) Lembar Penilaian RPP
Lembar penilaian RPP yang akan digunakan untuk mengetahui skor kevalidan
RPP merupakan lembar penilaian berbentuk angket yang disusun menggunakan
skala Likert dengan rentang skor 1 sampai 5. Kriteria penskoran pada lembar
penilaian ini yaitu skor 1 untuk menyatakan sangat jika pernyataan sangat tidak
sesuai, skor 2 jika pernyataan kurang sesuai, skor 3 jika pernyataan cukup sesuai,
skor 4 jika pernyataan sesuai, dan skor 5 jika pernyataan sangat sesuai.
Adapun aspek penilaian yang termuat didalamnya meliputi kesesuaian
identitas RPP sebanyak 12 butir pernyataan, perumusan indikator dan tujuan
pembelajaran sebanyak 6 butir pernyataan, pemilihan materi pembelajaran ada 7
butir pernyataan, pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran ada 3 butir
pernyataan, pemilihan media dan sumber pembelajaran ada 4 butir pernyataan,
84
langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebanyak 16 butir pernyataan serta
penilaian hasil belajar sebanyak 6 butir pernyataan. Sehingga total ada sebanyak 54
butir pernyataan. Lembar penilaian RPP ini dapat dilihat secara lengkap pada
lampiran.
b) Lembar Observasi Pembelajaran
Lembar observasi yang akan digunakan untuk menilai keterlaksanaan
pembelajaran menggunakan RPP yang dikembangkan disusun dalam bentuk angket
dengan isian jawaban “Ya” atau “Tidak”. Pada lembar observasi ini terdapat 19
pernyataan yang dengan 18 butir pernyataan positif, yakni memberikan skor 1
apabila diperoleh jawaban “Ya” dan memberikan skor 0 apabila diperoleh jawaban
“Tidak”, serta 1 pernyataan negatif yang memberikan skor 1 jika diperoleh jawaban
“Tidak” dan skor 0 untuk jawaban “Ya. Lembar observasi pembelajaran ini secara
lengkap dapar dilihat pada lampiran.
c. Tahap Development
1) Pengembangan RPP
Hasil pengembangan produk terdiri dari RPP turunan sebanyak 6 pertemuan
dan RPP integral sebanyak 6 pertemuan. Gambaran mengenai RPP draf-1 yang
dihasilkan antara lain sebagai berikut:
a) Identitas RPP
Bagian ini berisi nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok,
dan alokasi waktu.
85
Gambar 2. Tampilan Identitas RPP
b) Kompetensi Inti
Memuat kompetensi inti dari mata pelajaran matematika SMA.
Gambar 3. Tampilan Kompetensi Inti
c) Kompetensi Dasar dan Indikator pembelajaran
Indikator pembelajaran disusun berdasarkan kompetensi dasar dalam
kurikulum 2013.
Gambar 4. Tampilan KD dan Indikator
d) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran disusun berdasarkan indikator pencapaian kompetensi
dasar yang telah dikembangkan.
Gambar 5. Tampilan Tujuan Pembelajaran
86
e) Materi pembelajaran
Materi pembelajaran diuraikan secara ringkas mengenai garis besar materi
kalkulus yang dipelajari.
Gambar 6. Tampilan Materi Pembelajaran
f) Metode, alat dan sumber belajar
Memuat metode, media, alat, dan sumber yang dapat digunakan siswa untuk
belajar.
Gambar 7. Tampilan Metode, Alat dan Sumber Pembelajaran
g) Kegiatan pembelajaran serta alokasi waktu yang diperlukan
Gambar 8. Tampilan Kegiatan Pembelajaran
87
h) Penilaian pembelajaran
Penilaian pembelajaran dibagi dalam tiga penilaian, yaitu penilaian sikap
spiritual, sikap sosial, dan pengetahuan.
Gambar 9. Tampilan Penilaian Pembelajaran
2) Hasil Validasi RPP
Penilaian RPP yang dilakukan berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada
RPP, meliputi kesesuaian identitas, perumusan indikator dan tujuan pembelajaran,
pemilihan materi pembelajaran, pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran,
pemilihan media dan sumber pembelajaran, langkah-langkah kegiatan
pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.
Tabel 20. Skor Hasil Validasi RPP
No Aspek Penilaian Skor Rata-
rata
Skor
Maksimal Kriteria
1. Kesesuaian identitas RPP 57 60 Sangat Valid
2. Perumusan indikator dan
tujuan pembelajaran
29 30 Sangat Valid
3. Pemilihan materi
pembelajaran
34 35 Sangat Valid
4. Pemilihan pendekatan dan
metode pembelajaran
13 15 Sangat Valid
5. Pemilihan media dan
sumber pembelajaran
18 20 Sangat Valid
6. Langkah-langkah kegiatan
pembelajaran
78 80 Sangat Valid
7. Penilaian hasil belajar 28 30 Sangat Valid
Total 257 270 Sangat Valid
88
Berdasarkan hasil validasi yang diuraikan pada tabel di atas, diketahui RPP
yang dikembangkan ditinjau dari seluruh aspek memenuhi kriteria sangat valid.
Skor rata-rata total yang diperoleh adalah 257 dari skor maksimal 270. Hal ini
menunjukkan bahwa RPP yang dikembangkan menggunakan pendekatan saintifik
telah memenuhi kriteria kevalidan sehingga layak untuk diujicobakan dengan revisi
sesuai saran validator. Pembahasan dan hasil revisi dibahas pada bagian evaluasi.
d. Tahap Implementation
1) Observasi Pembelajaran
Uji coba implementasi RPP dilaksanakan terbatas pada materi integral yang
dilaksanakan sebanyak 6 pertemuan. Hasil observasi terhadap kegiatan
pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dilakukan secara ringkas
adalah sebagai berikut:
Tabel 21. Hasil Observasi Pembelajaran
Pertemuan ke- Persentase
keerlaksanaan Kriteria
1. 89,47% Sangat Praktis
2. 94,74% Sangat Praktis
3. 92,11% Sangat Praktis
4. 92,11% Sangat Praktis
5. 89,47% Sangat Praktis
6. 94,74% Sangat Praktis
Total 92,11% Sangat Praktis
Berdasarkan hasil observasi pada tabel di atas diketahui bahwa pembelajaran
menggunakan RPP dengan pendekatan saintifik terlaksana dengan persentase
keterlaksanaan rata-rata 92,11% dan termasuk dalam kategori sangat praktis. Oleh
karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa perangkat berupa RPP yang
dikembangkan telah memenuhi kriteria kepraktisan untuk digunakan dalam
pembelajaran.
89
2) Hasil Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dilakukan pada akhir pertemuan. Data perolehan hasil post-
test dari kedua kelas uji coba secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 22. Hasil Post-test
No Kelas Tuntas Tidak
Tuntas Rata-rata % Kriteria
1. Kelas uji
coba 1 23 3 81,92 88,46% Sangat Baik
2. Kelas uji
coba 2 19 5 78,13 79,92% Baik
Total 42 8 80,1 84% Baik
Berdasarkan data hasil post-test di atas diperoleh bahwa persentase ketuntasan
belajar pada kelas pertama 88,46% yang memenuhi kriteria sangat baik sedangkan
pada kelas kedua mencapai 79,92% yang memenuhi kriteria baik. Ditinjau dari
persentase ketuntasan keseluruhan, rata-rata ketuntasan mencapai 84% dan
memenuhi kriteria baik. Sedangkan jika ditinjau dari rata-rata skor tes hasil belajar
diperoleh skor rata-rata 80,1. Skor ini lebih dari KKM yang diperlukan. Sehingga
dapat dikatakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan efektif digunakan
untuk mencapai kompetensi pembelajaran.
e. Tahap Evaluation
Pada tahap evaluasi peneliti melakukan revisi RPP berdasarkan saran dan
masukan dari dosen ahli dan guru mata pelajaran matematika. Revisi RPP yang
dilakukan antara lain sebagai berikut:
1) Alokasi waktu pembelajaran
Semula terdapat beberapa bagian dalam kegiatan pembelajaran pada LKS
yang belum memuat alokasi waktu yang diperlukan. Setelah direvisi alokasi waktu
pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti serta kegiatan penutup dilengkapi.
90
Gambar 10. Tampilan RPP Sebelum Revisi Tidak Mencantumkan Alokasi
Waktu Pembelajaran
Gambar 11. Tampilan RPP Setelah Revisi dengan Melengkapi Alokasi
Waktu Pembelajaran
2) Kegiatan evaluasi pembelajaran
Semula kegiatan pembelajaran belum menyertakan evaluasi pada setiap
pertemuan untuk mengetahui ketercapaian indikator pada setiap pertemuan. Setelah
direvisi setiap pertemuan diberikan kuis untuk mengevaluasi ketercapaian indikator
pada setiap pertemuan.
Gambar 12. Tampilan RPP dengan Penambahan Kuis Sebagai Evaluasi
Pembelajaran pada Setiap Pertemuan
3) Kegiatan penutup
Semula beberapa kegiatan penutup belum menyertakan kegiatan berdoa
sebagai penutup pembelajaran. Setelah direvisi setiap pertemuan dilengkapi dengan
berdoa pada kegiatan penutup.
91
Gambar 13. Tampilan Penutup RPP Setelah Revisi Mencantumkan Kegiatan
Berdoa
2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
a. Tahap Analysis
Tahap awal pengembangan LKS diperoleh hasil analisis kurikulum, analisis
materi pembelajaran dan analisis karakteristik siswa bersamaan dengan analisis
pada pengembangan RPP.
b. Tahap Design
Pada tahap ini peneliti telah melakukan desain struktur LKS, mengumpulkan
referensi sumber, dan menyusun instrumen penilaian LKS.
1) Draft LKS
Lembar Kegiatan Siswa yang akan dikembangkan secara umum disusun agar
dapat memfasilitasi siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan 5 langkah
pendekatan saintifik, yaitu meliputi kegiatan mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Secara garis besar, bagian-
bagian LKS adalah sebagai berikut:
a) Identitas LKS, meliputi judul/topik LKS, identitas peserta didik, dan alokasi
waktu yang diperlukan.
b) Tahap mengamati, berisi permasalahan faktual, dalil, teorema, aturan maupun
konsep yang berkaitan dengan topik pembelajaran yang dapat diamati siswa.
Permasalahan sehari-hari dapat disajikan pada bagian ini sebagai apersepsi
92
siswa dalam memahami suatu konsep yang hendak dipelajari. Sedangkan
untuk beberapa topik pengetahuan yang sifatnya prosedural atau berupa
aturan matematis, bagian ini dapat diisi dengan dalil/aturan matematis yang
akan digunakan dalam pembelajaran.
c) Tahap menanya, dapat berupa ajakan/perintah untuk menyajikan pertanyaan
ataupun berupa pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengajak siswa berpikir
dan kritis terhadap suatu permasalahan yang disajikan.
d) Tahap mengeksplorasi, berisi kegiatan yang sifatnya eksploratif sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
e) Tahap mengasosiasi, dapat berupa generalisasi pengetahuan yang diperoleh
dari hasil eksplorasi, pengecekan konjektur dan penarikan kesimpulan
maupun generalisasi dalam hal keterkaitan antar konsep yang dipelajari. Pada
tahap ini juga siswa dapat berupa latihan soal sebagai tindak lanjut terhadap
konsep yang dipelajari.
f) Tahap mengomunikasi, berisi ajakan/perintah menyampaikan hasil yang
diperoleh dari kegiatan baik secara lisan maupun secara tertulis.
2) Referensi Penyusunan LKS
Tahap design ini peneliti juga melakukan pengumpulan referensi pembelajaran
yang digunakan dalam penyusunan LKS. Referensi yang digunakan antara lain:
a) Rosihan Ari Y dan Indriyastuti. 2014. Perspektif Matematika untuk Kelas XI
SMA dan MA. Solo: PT. Tiga Serangkat Pustaka Mandiri
b) Dale Vanberg dan Edwin J. Purcell. 2001. Kalkulus (Alih Bahasa Oleh I
Nyoman Susila). Batam: Interaksara.
93
3) Instrumen Penelitian
a) Lembar Penilaian LKS
Lembar untuk penilaian kevalidan LKS berupa angket yang juga disusun
berdasarkan skala likert dengan rentang 1 sampai 5. Angket ini terdiri dari 43 butir
pernyataan meliputi 13 butir pernyataan mengenai kualitas materi LKS, 4 butir
pernyataan mengenai kesesuaian dengan syarat didaktik, 10 butir pernyataan
mengenai syarat konstruksi, 11 butir pernyataan mengenai syarat teknis, dan 5 butir
pernyataan berkaitan denan pokok pengalaman belajar. Lembar pnilaian LKS ini
dapat dilihat secara lengkap pada lampiran.
b) Angket Respons Siswa
Angket untuk mengetahui respons siswa terhadap LKS yang digunnakan dalam
pembelajaran ini disusun dalam bentuk angket menggunakan skala likert dengan
rentang skor 1 sampai 4. Skor 1 untuk menyatakan sangat tidak setuju, skor 2
menyatakan tidak setuju, skor 3 menyatakan setuju, sedangkan skor 4 untuk
menyatakan sangat setuju dengan pernyataan yang diajukan.
c. Tahap Development
1) Pengembangan LKS
Hasil pengembangan LKS diperoleh masing-masing sebanyak 7 LKS untuk
materi turunan dan 6 LKS untuk materi integral dengan rincian sebagai berikut:
1. LKS turunan meliputi:
a. LKS 1.1 Pengertian turunan
b. LKS 1.2 Aturan turunan
c. LKS 1.3 Kemonotonan fungsi
94
d. LKS 1.4 Titik stasioner
e. LKS 1.5 Menggambar grafik fungsi
f. LKS 1.6 Garis singgung dan garis normal
g. LKS 1.7 Maksimum dan minimum
2. LKS integral meliputi:
a. LKS 2.1 Anti turunan
b. LKS 2.2 Integral tak tentu
c. LKS 2.3 Integral substitusi
d. LKS 2.4 Integral parsial
e. LKS 2.5 Penyelesaian khusus integral
f. LKS 2.6 Aplikasi integral
2) Validasi LKS
Validasi LKS dilakukan oleh dua validator ahli dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 23. Skor Hasil Validasi LKS
No Aspek Penilaian Rata-rata Skor
Maksimum Kriteria
1. Kualitas materi LKS 60,5 65 Sangat valid
2. Kesesuaian dengan syarat
didaktik 18,5 20 Sangat valid
3. Kesesuaian dengan syarat
konstruksi 46,5 50 Sangat valid
4. Kesesuaian dengan syarat
teknis 52,5 55 Sangat valid
5. Kesesuaian dengan pokok
pengalaman belajar 23 25 Sangat valid
Jumlah 201 215 Sangat valid
Berdasarkan hasil validasi pada tabel di atas, LKS yang dikembangkan ditinjau
dari seluruh aspek memenuhi kriteria sangat valid. Skor rata-rata total yang
diperoleh adalah 201 dari skor maksimal 215. Hal ini menunjukkan bahwa LKS
95
yang dikembangkan menggunakan pendekatan saintifik telah memenuhi kriteria
kevalidan sehingga layak untuk diujicobakan dengan revisi sesuai saran validator.
Pembahasan dan hasil revisi dibahas pada bagian evaluasi.
d. Tahap Implementation
Angket respons siswa diisi oleh sebanyak 50 siswa yang menjadi subjek uji
coba, kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat kepraktisan LKS yang diuji
coba. Hasil ringkas perolehan skor dari angket respons siswa disajikan pada tabel
berikut ini:
Tabel 24. Hasil Angket Respons Siswa
No Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kriteria
1. Kelayakan Isi 1156 23,12 Praktis
2. Kelayakan Bahasa 998 19,96 Praktis
3. Kelayakan Penyajian 653 13,06 Praktis
4. Kelayakan Grafika 485 9,7 Praktis
Total 3292 65,84 Praktis
Berdasarkan hasil penilaian siswa terhadap LKS diketahui bahwa rata-rata skor
pada setiap aspek memperoleh kriteria minimal praktis dengan skor rata-rata total
65,84 dan termasuk pada kriteria praktis. Sehingga dapat dikatakan LKS yang
dikembangkan telah memenuhi kriteria kepraktisan.
e. Tahap Evaluation
Tahap akhir dilakukan penyempurnaan LKS dengan melakukan revisi sesuai
saran dan masukan dari dosen, guru maupun siswa sebagai pengguna LKS. Revisi
yang dilakukan antara lain sebagai berikut:
a) Penulisan judul dan identitas LKS
Setelah revisi dilakukan penyesuaian ukuran huruf pada judul LKS, dan
penyesuaian tata letak identitas LKS.
96
Gambar 14. Tampilan Judul dan Identitas LKS Sebelum Revisi
Gambar 15. Tampilan Judul dan Identitas LKS Setelah Revisi
b) Indikator/tujuan pembelajaran
Setelah revisi ditambahkan indikator/tujuan pembelajaran sesuai saran
validator.
Gambar 16. Tampilan Indikator/tujuan pembelajaran
c) Penggunaan huruf pada LKS
Semula terdapat halaman LKS yang menggunakan lebih dari 2 jenis huruf
dalam satu halaman. Setelah revisi jenis huruf yang terlalu beragam diseragamkan.
Gambar 17. Tampilan Huruf Sebelum dan Sesudah Revisi
97
d) Sumber gambar
Semula tidak terdapat sumber gambar pada gambar-gambar yang dicantumkan
pada LKS. Setelah revisi setiap gambar yang dicantumkan pada LKS dicantumkan
sumbernya.
Gambar 18. Tampilan Sebelum Revisi Tanpa Mencantumkan Sumber
Gambar
Gambar 19. Tampilan Setelah Revisi dengan Mencantumkan Sumber
Gambar
e) Perbaikan kesalahan penulisan ejaan
Semula terdapat beberapa kesalahan penulisan ejaan pada LKS, selanjutnya
dilakukan perbaikan penulisan ejaan pada beberapa kesalahan penulisan.
f) Kolom jawaban siswa
Setelah uji coba dilakukan revisi terhadap tata letak dan ukuran kolom jawaban
sesuai kebutuhan siswa. Ukuran kolom jawab siswa disesuaikan berdasarkan
masukan siswa setelah menggunakan LKS.
98
B. Pembahasan
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, pengembangan
RPP materi kalkulus dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 menggunakan
tahapan pengembangan produk model ADDIE. Model ini terdiri dari 5 tahap, yaitu
tahap analisis (analysis), tahap desain (design), tahap pengembangan (design),
tahap implementasi (implementation), dan tahap evaluasi (evaluation). RPP
dikembangkan masing-masing sebanyak 6 pertemuan untuk materi turunan dan
integral. RPP yang telah disusun dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk
kemudian diperbaiki sesuai saran yang diberikan. Selanjutnya RPP divalidasi oleh
2 orang validator, yaitu dosen mata pelajaran matematika dan guru mata pelajaran
matematika.
Hasil penilaian dari validator dapat dilihat pada tabel 20 pada halaman 84.
Berdasarkan tabel 20, diketahui bahwa RPP yang dikembangkan memperoleh skor
rata-rata total 257 dari skor maksimal 270 dengan kriteria sangat valid. Sehingga
dari hasil tersebut dinyatakan RPP yang dikembangkan valid dan layak untuk
selanjutnya digunakan dalam ujicoba. Kevalidan perangkat pembelajaran yang
diperoleh ditunjang oleh kesesuaian tahap pendekatan saintifik dan didukung
kelengkapan dan kesesuaian komponen pada RPP.
Uji coba RPP dilakukan di SMA Negeri 1 Depok, Yogyakarta. Pelaksanaan
ujicoba dilakukan terhadap 50 siswa dan implementasinya terbatas pada materi
integral disebabkan keterbatasan waktu penelitian. Implementasi dilakukan dengan
melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang dikembangkan. Rangkaian kegiatan
99
terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan diawali
dengan berdoa bersama. Guru memberikan apersepsi pembelajaran dengan
meminta siswa mengingat kembali beberapa materi yang digunakan sebagai
prasyarat pembelajaran. Secara umum tujuan utama dari kegiatan pendahuluan
pada pembelajaran dengan pendekatan Saintifik adalah untuk memantapkan
pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan
dengan materi baru yang akan dipelajari (Hosnan, 2014: 142). Pada pembelajaran
turunan misalnya, guru memberikan beberapa soal limit fungsi aljabar khususnya
untuk limit yang mendekati nol. Beberapa siswa dapat mengingat dengan menjawab
pertanyaan yang diberikan guru, namun ada juga yang kesulitan menjawab karena
sudah lupa. Apersepsi dilakukan untuk memastikan siswa menguasai materi
prasyarat untuk memastikan siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru
juga menyampaikan motivasi misalnya pada pembahasan turunan guru
menyampaikan penerapan turunan pada masalah kecepatan, pertumbuhan, serta
masalah maksimum dan minimum. Kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan
tahapan pendekatan saintifik meliputi tahap mengamati, menanya, mengeksplorasi,
mengasosiasi, dan mengkomunikasi. Pada kegiatan mengamati siswa diminta
mengamapi permasalahan pada LKS dan mencatat informasi penting yang
diperoleh dari masalah yang diberikan. Tahap menanya dilakukan dengan
melakukan tanya jawab antara guru dan siswa, meminta siswa untuk mengajukan
beberapa pertanyaan terkait masalah yang dibahas. Kegiatan menanya sempat
terkendala oleh siswa yang pasif dan bingung dalam bertanya karena belum terbiasa
dengan kegiatan pembelajaran yang diikuti. Namun pada pertemuan-pertemuan
100
selanjutnya siswa dapat lebih aktif bertanya dan berdiskusi. Pada tahap eksplorasi
siswa bersama kelompoknya menyelesaikan kegiatan pada LKS berkaitan
penemuan konsep yang dipelajari. Pada LKS 1.1, kegiatan eksplorasi siswa
melakukan ekplorasi mengenai keterkaitan antara konsep kecepatan dan konsep
turunan. Masalah yang dijumpai dalam pembelajaran pada tahap ini yaitu ada
beberapa siswa yang kurang aktif dalam diskusi, meskipun sebagian lainnya
nampak antusias melakukan diskusi. Peran guru dalam hal ini adalah mengawasi
kegiatan, serta mengingatkan dan membimbing siswa yang kurang aktif. Selain itu
guru juga memfasilitasi siswa yang bertanya mengenai hal-hal yang belum
dipahami dan mengawasi agar kegiatan diskusi dalam eksplorasi tidak melenceng
dari tujuan pembelajaran. Kegiatan eksplorasi dilanjutkan dengan mengasosiasi
keterkaitan antar konsep. Tahap selanjutnya adalah tahap mengasosiasi. Menurut
Hosnan (2014: 69) kegiatan asosiasi dalam pendekatan saintifik bertujuan agar
siswa dapat menganalisis hasil kerja yang telah dilakukan. Pada tahap ini siswa
dengan bimbingan guru membuat generalisasi mengenai keterkaitan antara konsep
turunan dan konsep kecepatan, kemudian menerapkannya dalam penyelesaian soal
yang diberikan guru. Kegiatan inti pembelajaran diakhiri dengan tahap
mengkomunikasikan hasil diskusi. Beberapa siswa mewakili kelompoknya diminta
menyampaikan hasil diskusi, kemudian guru dan siswa lain menanggapi dan
mengevaluasi bersama hasil yang disampaikan. Kegiatan penutup dilakukan
dengan memberikan kuis untuk mengukur ketercapaian indikator pembelajaran.
Guru dan siswa juga melakukan refleksi pembelajaran dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Kegiatan
101
pembelajaran selanjutnya ditutup menginformasikan materi pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya dan berdoa bersama.
Hasil observasi pelaksanaan uji coba menunjukan bahwa keterlaksanaan RPP
dalam kegiatan pembelajaran mencapai persentase rata-rata 92,11% dengan kriteria
sangat praktis. Hasil tersebut menunjukan bahwa RPP yang dikembangkan dengan
pendekatan saintifik dinyatakan praktis digunakan dalam pembelajaran.
Kepraktisan RPP juga mengindikasikan bahwa RPP yang dikembangkan disusun
dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan rangkaian kegiatan di dalamnya
dapat dengan mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru dan siswa.
Pada tahap akhir implementasi juga dilakukan post-test untuk mengukur
keefektifan RPP yang digunakan. Berdasarkan hasil post-test diperoleh ketuntasan
belajar siswa mencapai persentase 84% dengan kriteria baik, dan rata-rata skor yang
diperoleh adalah 80,1. Sesuai hasil tersebut maka RPP yang dikembangkan
dinyatakan efektif dalam mencapai kompetensi pembelajaran. Hasil ini
menunjukan bahwa kegiatan pada RPP yang dikembangkan mendukung
ketercapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran.
2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Perangkat pembelajaran lain yang dikembangkan pada penelirtian ini berupa
Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Pengembangan LKS dalam penelitian ini juga
dikembangkan dengan model pengembangan ADDIE. Tahap awal dilakukan
dengan analisis kurikulum, materi pembelajaran, dan karakteristik siswa. Desain
LKS disusun dengan memperhatikan lima kegiatan belajar pada pendekatan
saintifik, yaitu kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan
102
mengkomunikasi. Selanjutnya LKS dikembangkan masing-masing sebanyak 7
LKS untuk materi turunan dan 6 LKS untuk materi integral. LKS yang telah disusun
kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk selanjutnya dilakukan
revisi sesuai saran yang diberikan.
LKS yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing diserahkan kepada
validator untuk memperoleh penilaian validitas LKS. Penilaian meliputi aspek
kualitas materi, kesesuaian dengan syarat didaktik, syarat konstruksi, syarat teknis,
dan kesesuaian dengan pokok pengalaman belajar pada pendekatan saintifik.
Ditinjau dari aspek materi, skor rata-rata yang diperoleh adalah 60,5 dari skor
maksimal 65 dengan kriteria sangat valid. Hal ini menunjukan bahwa LKS
dikembangkan sesuai hierarki konsep dalam matematika dan kebenaran konsep
yang disampaikan sesuai dengan kaidah keilmuan. Skor 18,5 dari skor maksimal
20 pada aspek didaktik menunjukan bahwa LKS yang dikembangkan dapat
memfasilitasi siswa belajar dan sesuai dengan kemampuan dan perkembangan
siswa. Skor ini termasuk dalam kriteria sangat valid. Selanjutnya ditinjau dari aspek
konstruksi LKS mencapai kriteria sangat valid dengan skor 46,5 dari skor maksimal
50. Ini berarti struktur dan penggunaan kalimat pada LKS dapat mudah dipahami
dan sesuai tingkat kedewasaan siswa. Pada aspek teknis LKS memperoleh skor 52,5
dari skor maksimal 50 dengan kriteria sangat valid. Artinya penggunaan ilustrasi
dan gambar pada LKS sudah tepat dan efektif. Aspek yang terakhir dinilai adalah
kesesuaiannya dengan pendekatan saintifik. Pada aspek ini diperoleh skor 23 dari
skor maksimal 25 dengan kriteria sangat valid. Skor ini menunjukan LKS yang
dikembangkan dapat memfasilitasi siswa untuk melakukan pembelajaran dengan
103
pendekatan ilmiah melalui kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi,
mengasosiasi dan mengkomunikasi.
Secara keseluruhan berdasarkan penilaian dari validator LKS yang
dikembangkan memperoleh jumlah skor rata-rata 201 dari skor maksimal 215
dengan kriteria sangat valid. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa LKS yang
dikembangkan valid dan dapat digunakan untuk ujicoba sesuai saran perbaikan
yang diberikan validator.
Pada tahap implementasi, dilaksanakan uji coba LKS terbatas pada materi
integral yang melibatkan 50 siswa di SMA Negeri 1 Depok, Yogyakarta.
Implementasi penggunaan LKS pada pembelajaran dilaksanakan dengan tahapan
pendekatan saintifik meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi,
mengasosiasi, dan mengkomunikasi. Pada tahap mengamati, siswa diminta
mengamati permasalahan pada LKS, misalnya masalah kecepatan yang diberikan
pada LKS 1.1, kemudian mencatat informasi yang diperoleh dari masalah tersebut.
Gambar 20. Permasalahan pada LKS 1.1
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada tahap ini siswa bersama
kelompoknya antusias mengamati masalah yang diberikan. Pada tahap menanya,
guru membuka diskusi dan tanya jawab berkaitan masalah yang diamati. Pada
104
masalah kecepatan di atas misalnya, guru meminta siswa menuliskan pertanyaan-
pertanyaan yang muncul yang berkaitan dengan penyelesaian masalah, misalnya
“Berapa jarak dari Yogyakarta ke Purwokerto?”, “Bagaimana menghitung jarak
kedua kota tersebut?”, “Bagaimana menghitung kecepatan rata-rata?” dan
sebagainya, hingga menyusun hipotesis siswa mengenai kecepatan rata-rata dan
kecepatan yang diukur pada odometer (kecepatan sesaat). Hal ini sesuai dengan
pendapat Hosnan (2014: 143) bahwa pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan
pada tahap menanya dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Saintifik
selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut.
Karena siswa belum terbiasa dengan kegiatan menanya ini, pada awal implementasi
kegiatan menanya masih perlu arahan dan pancingan dari guru. Guru membuka
diskusi dengan memberikan pertanyaan “Apa yang perlu diketahui lebih dulu agar
dapat menentukan kecepatan rata-rata?”. Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya
siswa sudah lebih aktif menyampaikan pertanyaan.
Pada tahap eksplorasi siswa secara berkelompok mendiskusikan kegiatan
pada LKS untuk menemukan konsep turunan berdasarkan konsep kecepatan. Pada
saat kegiatan eksplorasi menggunakan LKS beberapa siswa bertanya mengenai
konsep turunan yang dibahas, misalnya “Bu, kecepatan sesaat itu apa?”, “Bu,
kecepatan pada saat t=1 berapa?”. Pada kesempatan ini guru memberikan bantuan
kepada siswa namun bukan berupa jawaban langsung. Guru memberikan
pertanyaan balik kepada siswa yang mengarah kepada jawaban dari pertanyaan
siswa. Tujuannya adalah agar pada akhirnya siswa dapat menjawab sendiri
pertanyaan yang disampaikan. Misalnya guru menanyakan “Coba ingat kembali,
105
apa yang kalian tahu mengenai kecepatan?”, “Bagaimana kalian dapat menghitung
kecepatan kendaraan?”, “Dari hasil tersebut, menurut kalian jika pengukuran
kecepatan diukur pada jarak yang sangat pendek berapa hasil yang akan
diperoleh?”. Pertanyaan-pertanyaan terus diberikan kepada siswa sampai siswa
dapat menjawab sendiri pertanyaan siswa sebelumnya, “Jadi apa itu kecepatan
sesaat?”, “Jadi menurut kalian berapa kecepatan sesaat saat t=1”. Setelah siswa
dapat menjawab pertanyaan mengenai kecepatan tersebut, guru membimbing siswa
membuat generalisasi mengenai konsep turunan dengan mengikuti kegiatan pada
LKS bagian “Generalisasi” untuk dapat menemukan bahwa kecepatan merupakan
laju perubahan jarak terhadap waktu dengan v(t) = limh→0
f(c+h)−f(c)
h, yang
selanjutnya disebut turunan dari f(x).
Pada tahap mengasosiasi siswa dengan bimbingan guru membuat generalisasi
mengenai keterkaitan antara konsep turunan dengan konsep kecepatan. Siswa
diminta melakukan evaluasi dengan menyelesaikan kembali permasalahan pada
bagian awal LKS 1.1 mengenai kecepatan sesaat benda di t=1 menggunakan konsep
turunan yang telah diperoleh dan mengecek hasilnya dengan hipotesis awal yang
dibuat siswa. Selanjutnya siswa diminta menerapkan konsep turunan untuk
menyelesaikan soal atau latihan yang diberikan guru. Pada akhir sesi siswa diminta
mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok, selanjutnya guru dan kelompok lain
menanggapi dan mengevaluasi hasil yang disampaikan.
Pada akhir tahap implementasi siswa diminta memberikan penilaian terhadap
LKS yang digunakan untuk mengukur tingkat kepraktisan LKS. Dari penilaian
siswa diperoleh total skor rata-rata 65,84 dari skor maksimal 85 dengan kriteria
106
sangat praktis. Ini menunjukan bahwa LKS yang digunakan dapat dengan mudah
dipahami dan digunakan oleh siswa dalam pembelajaran.
Tingkat keefektifan LKS diukur dari hasil post-test yang dilakukan setelah
siswa mengikuti pembelajaran menggunakan LKS yang dikembangkan.
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya. hasil post-test memperoleh kriteria sangat
baik dan berarti LKS yang dikembangkan efektif digunakan dalam pencapaian
kompetensi pembelajaran.
C. Keterbatasan Penelitian
Pengembangan produk dalam penelitian ini memiliki keterbatasan yang
disebabkan oleh keterbatasan dalam penelitian. Adapun keterbatasan yang
dimaksud antara lain:
1. Uji coba produk tidak dapat dilaksanakan untuk semua produk yang
dikembangkan dikarenakan keterbatasan waktu penelitian. Produk yang diuji
coba adalah sebatas pada topik integral tak tentu.
2. Meskipun perangkat yang dikembangkan adalah materi turunan dan integral
untuk kelas XI SMA dengan Kurikulum 2013, peneliti melakukan uji coba
produk pada kelas XII yang menggunakan KTSP. Hal tersebut dilakukan
karena implementasi Kurikulum 2013 saat itu belum ada untuk kelas XI
semester genap dengan mempertimbangkan kompetensi pembelajaran pada
LKS juga terdapat pada kurikulum KTSP di kelas XII SMA semester ganjil.