bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. hasil · pdf filebab iv hasil penelitian dan ... a....
TRANSCRIPT
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1) Perencanaan pembiayaan pendidikan tahun anggaran 2008 di Universitas Syiah Kuala
Perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan suatu proses
pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan yang akan dilaksanakan pada masa yang
akan datang. Perencanaan sebagai syarat mutlak sebelum kegiatan berlangsung. Tanpa
adanya perencanaan yang matang, maka suatu kegiatan yang dilaksanakan mengalami
hambatan, bahkan gagal dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Berkaitan dengan
manajemen pembiayaan anggaran di institusi pendidikan tingi seperti halnya di
Universitas Syiah Kuala, perencanaan memiliki peran yang sangat penting, karena
adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki, baik berkaitan dengan sumber daya
manusia maupun sumber dana. Proses perencanaan dalam rangka penyusunan program
dan pengembangan di Universitas Syiah Kuala dimulai dari kegiatan evaluasi kinerja.
Universitas Syiah Kuala sebagai bagian dari sistem pendidikan tinggi
mengimplementasikan sistem SP4 dalam proses perencanaan dan penganggarannya,
dimana dalam pelaksanaannya menggunakan sistem bottom up. Penetapan skala prioritas
didasarkan atas analisis kebutuhan yang dianggap mendesak.
Berdasarkan standar operasional prosedur perencanaan dan penganggaran
penyusunan rencana pembiayaan pendidikan diimplementasikan dalam kegiatan
penyusunan rencana kerja Universitas Syiah Kuala. Penyusunan rencana pembiayaan
Universitas Syiah Kuala meliputi kegiatan:
a. Rapat Kerja Fakultas/Rektorat/ Lembaga
b. Rapat Koordinasi Evaluasi Kinerja Universitas Syiah Kuala
57
c. Rapat Kerja Nasional Penetapan Arah dan Kebijakan Pembangunan Pendidikan.
d. Penyusunan Rencana Kerja
e. Penyusunan Draft Rencana Program Kegiatan dan Anggaran Universitas Syiah Kuala
Universitas Syiah Kuala
f. Koordinasi, Sinkronisasi, dan Konsolidasi Draft Rencana, Program, Kegiatan dan
Anggaran Universitas Syiah Kuala dengan Biro Perencanaan Depdiknas.
g. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).
h. Penyesuaian Draft Rencana Program dan Kegiatan Universitas Syiah Kuala dengan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Pola perencanaan bottom up di Universitas Syiah Kuala diawali dari kegiatan
Rapat Kerja. Kegiatan ini merupakan tahap awal kegiatan penyusunan rencana
pembiayaan sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun
2007 tentang Sistem Perencanaan di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Rapat
kerja merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Negeri di jajaran
Depdiknas di daerah. Rapat kerja dimulai dari tingkat fakultas yang substansinya
melakukan evaluasi kinerja dan program pengembangan tahun berikutnya. Selanjutnya
input dari fakultas dijadikan sebagai bahan perencanaan pada tingkat universitas. Rapat
kerja menghasilkan Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) perguruan tinggi. Hasil
Raker tersebut disampaikan kepada setiap unit utama. Usulan tersebut dijadikan masukan
bagi penyusunan kebijaksanaan dan rencana teknis yang berskala nasional oleh Ditjen
Dikti untuk disampaikan dalam forum Rapat Kerja Nasional Departemen yang
merupakan puncak dari Sistem Perencanaan Tahunan Departemen Pendidikan Nasional.
Rakernas Depdiknas menghasilkan kebijaksanaan dan rencana program yang
berskala nasional berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja di
lingkungan Depdiknas. Tujuan pelaksanaan rapat kerja adalah :
58
1. Kemampuan merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan otonomi secara optimal tanpa intervensi pemerintah pusat;
2. Kemampuan untuk melakukan terobosan-terobosan inovatif ke arah kemajuan dalam
menyikapi potensi wilayahnya;
3. Penyelenggaraan pendidikan diharapkan mempunyai akar legitimasi yang kuat dari
masyarakat;
4. Kemampuan menggali sumber-sumber penghasilan/keuangan yang memadai untuk
membiayai kegiatan/pendidikan melalui pembentukan unit-unit yang diarahkan
kepada profit centre.
Menurut penelitian di lapangan, hasil rapat kerja menghasilkan kegiatan skala
prioritas untuk penyusunan rencana program dan kegiatan. Karena penetapan skala
prioritas menganalisis permasalahan-permasalahan yang dihadapi unit-unit dengan
didukung data dan informasi yang akurat, berikut dengan upaya pemecahan masalahnya.
Untuk menyusun rencana kerja Universitas Syiah Kuala, tugas pokok ini dibebankan
kepada Biro Adminstrasi Perencanaan dan Sistem Informasi dibantu dengan tim teknis
penyusunan rencana kerja, yaitu Tim Penyusunan Program Perencanaan dan
Penganggaran (SP4). Penyusunan rencana kerja selaras dengan butir-butir pilar
pembangunan pendidikan yang tertuang dalam Rencana Strategis 2005-2009, meliputi:
Pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing
serta penguatan tata kelola, pencitraan publik dan akuntabilitas.
Rencana strategis Depdiknas menjadi acuan penyusunan rencana program dan
kegiatan tahunan, karena Universitas Syiah Kuala merupakan bagian dari sistem
penyelenggaraan pendidikan, di samping itu Depdikas merupakan stakeholders utama.
Dengan mengikuti alur pengembangan stakeholders maka akan dapat dukungan dalam
pengembangan institusi.
59
Penyusunan rencana, program, kegiatan dan anggaran Universitas Syiah Kuala
harus selaras dengan visi, dan tujuan yang tertuang dalam rencana strategis.. Visi
Universitas Syiah Kuala adalah menjadi universitas yang inovatif, mandiri, dan
terkemuka dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, humaniora, olahraga, dan
seni serta menghasilkan lulusan berkualitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan
etika”.
Misi Universitas Syiah Kuala sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan tridarma perguruan tinggi untuk mendukung pembangunan
daerah, nasional, dan internasional berbasis sumberdaya lokal,
2. Meningkatkan kualitas akademik untuk menghasilkan lulusan yang berdaya saing
tinggi,
3. Menerapkan manajemen mutu terpadu dibidang pendidikan melalui penerapan
prinsip transparansi, partisipatif, efisien, dan produktif,
4. Memperkuat dan memperluas jaringan kerjasama institusional dalam rangka
mengembangkan dan melestarikan temuan ilmu pengetahuan, teknologi, humaniora,
olahraga dan seni, dan
5. Mewujudkan universitas yang mandiri
. Sedangkan tujuan Universitas Syiah Kuala adalah :
1. Menjadi universitas yang bermutu di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat,
2. Menghasilkan lulusan berkualitas yang mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam memecahkan masalah-masalah kekinian yang muncul dalam
masyarakat dengan mengedepankan nilai=nilai kemanusiaan, keimanan dan
ketaqwaan,
3. Memberikan pelayanan yang maksimal bagi seluruh stakeholders,
60
4. Menjadi universitas yang akuntabel mencirikan good governance,
5. Menjadi partner in progress bagi pembangunan daerah, nasional dan internasional.
Selain itu, penyusunan rencana program, kegiatan dan pembiayaan Universitas
Syiah Kuala mengacu kepada isu-isu strategis bidang pendidikan, serta membuat analisis
lingkungan eksternal dan internal yang tertuang dalam analisis SWOT, yaitu analisis
yang memuat tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dengan menganalisis
kelemahan, dapat diketahui komponen-komponen yang dianggap sebagai faktor
penghambat peningkatan kinerja, dan diperlukan strategi peningkatan kinerja untuk
menutupi kelemahan tersebut. Analisis kekuatan merupakan suatu potensi yang dapat
ditingkatkan bagi pengembangan institusi. Peluang merupakan suatu data-data dari faktor
eksternal yang mendukung pelaksanaan pelaksanaan pengembangan yang harus
diberdayakan, sedangkan ancaman adalah faktor-faktor eksternal yang mengancam
eksistensi organisasi yang harus diminimalisir. Adapun analisis SWOT Universitas Syiah
Kuala untuk bahan masukan rencana kerja tahun 2008 adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Analisis Kelemahan, Kekuatan, Peluang dan Tantangan dalam Penyusunan Rencana Kerja Universitas Syiah Kuala.
Internal
Kekuatan (Strengths)
Jumlah Staf Pengajar 1.489 orang. S1= 524 orang, S2 = 785 orang, S3 = 180 orang. Asisten Ahli 564 orang, Lektor 435 orang, Lektor Kepala 452 orang dan Guru Besar 38 orang Jumlah staf penunjang : Tenaga adminsitrasi 366 orang, Tenaga Pustakawan 33 orang dan Tenaga Teknisi dan Laboran 204 orang Besarnya minat alumni SMA dan jumlah mahasiswa terdaftar Memiliki 9 Fakultas, 44 Program Studi, Pasca Sarjana 10 prodi Tersedianya dana untuk menunjang operasional. Otonomi dalam penyusunan kurikulum Adanya Sarana dan prasarana laboratorium. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar dan pelayanan akademik telah menggunakan sistem multi media dan berbasis TIK. Motivasi dan kemauan staf pengajar untuk meningkatkan kemampuan akademik, penelitian dan pengabdian
61
Internal
Kelemahan (Weakness)
Masih adanya staf pengajar yang masih berpendidikan S1, tidak sesuai dengan estándar nasional pendidikan. Kemampuan dan kinerja staf penunjang melaksankan tugas pokok dan fungsinya. Tidak semua alumni SMA tertampung dikarenakan biaya dan keterpencilan. Masih ada beberapa prodi yang berakreditasi C bahkan belum terakreditasi yang disebabkan kelemahan pemahaman terhadap borang dan evaluasi, Serta masih ada prodi yang belum mengakomodir kebutuhan wilayah dan masyarakat. Dana yang tersedia tidak belum mengacu kepada pola anggaran berbasis kinerja. Serta budaya revenue generating masih rendah karena pengelolaan aset yang belum berorientasi kepada budaya corporate. Lemahnya akses untuk menjalin kerjasama dengan stakeholder dalam penyusunan kurikulum. Sarana dan prasarana penunjang pendidikan tidak seimbang dengan jumlah pengguna, serta banyak terjadi kerusakan. Besarnya motivasi staf dalam melaksanakan tridarma tidak diimbangi dengan besarnya kesempatan dan dana yang tersedia. Serta hasil penelitan dan pengabdian kuantitas maupun kualitasnya. Keberadaan sarana TIK belum diberdayakan secara maksimal, karena lemahnya penguasaan IPTEK, serta keterbasan SDM yang menguasai.
Eksternal
Peluang (Opportunities)
Terbukanya peluang untuk mengikuti Program Hibah Kompetisi bagi program studi yang berakreditasi baik. Akan diimplementasikan Undang-Undang BHP yang mengatur pola otonomi kampus. Tuntutan masyarakat terhadap pengelolaan Universitas Syiah Kuala yang akuntabel dan transparan. Kepedulian Pemerintah Daerah Terhadap Pengembangan Universitas Syiah Kuala. Otonomi khusus sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang Pemerintahan Aceh.
Tantangan (Threat)
Persaingan antar perguruan tingggi yang sangat ketat dalam Program Hibah Kompetisi. Tidak semua unsur menerima dan memahami pola pengelolaan perguruan tinggi dengan BHP. Peraturan perundang-undang tentang transaransi dan akunbatilitas belum disosialisasi dengan baik oleh pihak terkait. Adanya tidak tepat sasaran dalam penggunaan dana pendidikan tinggi.
Sumber: Dokumen SP4 Universitas Syiah Kuala Tahun 2008.
Output rapat kerja Universitas Syiah Kuala adalah matriks yang menggambarkan
rencana, program dan kegiatan tahun anggaran berikutnya yang diselaraskan dengan arah
kebijakan Rencana Strategis Departemen Pendidikan Naisonal. Berdasarkan hasil
62
penelitian ditetapkan rencana program dan kegiatan tahun Universitas Syiah Kuala
Tahun 2008 sebagai berikut:
Tabel 2. Matriks Kebijakan Rencana dan Program Universitas Syiah Kuala Tahun 2008
Program Kegiatan Pemerataan dan perluasan akses Pendidikan
1. Pembangunan gedung pendidikan 2. Penyediaan beasiswa 3. Pembinaan/penyelenggaraan kerjasama
internasional 4. Perluasan daya tampung pendidikan
Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing
1. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan tinggi
2. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan tinggi
3. Peningkatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan
4. Penguatan lembaga jaminan mutu pendidikan 5. Peningkatan kualitas SDM Perguruan tinggi 6. Pengembangan kompetensi pendidikan dan
tenaga kependidikan 7. Peningkatan jumlah dan mutu publikasi ilmiah
Penguatan tata kelola, pencitraan publik dan akuntabilitas
1. Pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan. 2. Penyelenggaraan operasional perkantoran 3. Perawatan gedung kantor 4. Perawatan sarana dan prasarana kantor 5. Penyelenggaraan tata usaha perkantoran,
kearsipan, perpustakaan dan dokumentasi. 6. Peningkatan kapasitas kelembagaan
Sumber: Dokumen SP4 Universitas Syiah Kuala Tahun 2008.
Hasil rencana kerja dijadikan bahan masukan oleh Departemen Pendidikan
Nasional untuk dibahas dalam Rapat Kerja Nasional dan Musyawarah Rencana
Pembangunan (Musrenbang) sampai keluarnya pagu indikatif. Musrenbang merumuskan
arah kebijakan pengembangan pendidikan yang menjadi skala prioritas Departemen
Pendidikan Nasional. Dengan demikian, Universitas Syiah Kuala dalam merumuskan
perencanaan biaya pendidikan mengacu kepada skala prioritas berasarkan Musrenbang.
Dengan adanya hasil Musrenbang, Universitas Syiah Kuala diharapkan membuat
proposal usulan rencana program kegiatan dan anggaran. Penyusunan proposal usulan
63
rencana, program, kegiatan dan anggaran disusun atas kerjasama antara Biro
Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi (BAPSI) dan Tim SP4. Dokumen usulan
tersebut merupakan hasil akomodasi dari usulan-usulan fakultas-fakultas dan unit kerja
dalam lingkungan Universitas Syiah Kuala sebagai implementasi pola bottom up.
Berdasarkan penelitian menunjukkan, usulan fakultas-fakultas dan unit kerja di
lingkungan Universitas Syiah Kuala relatif besar, jauh melebihi pagu rencana anggaran
yang telah ditetapkan. Akibatnya, tidak semua kegiatan-kegiatan yang diusulkan oleh
fakultas-fakultas dan unit kerja diakomodasikan untuk ditindaklanjuti dalam penyusunan
rencana program kegiatan dan anggaran Universitas Syiah Kuala. Tim SP4 Universitas
Syiah Kuala yang anggotanya merupakan wakil-wakil dari fakultas-fakultas mengambil
keputusan akurat, kegiatan-kegiatan yang dijadikan sebagai prioritas utama untuk
dijadikan bahan usulan rencana program, kegiatan dan anggaran Universitas Syiah
Kuala. Usulan rencana, program, kegiatan dan anggaran Universitas Syiah Kuala Tahun
2008 dari anggaran APBN telah dirumuskan dalam matriks sebagai berikut:
Tabel 3. Daftar Usulan Rencana, Program, Kegiatan dan Anggaran Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 dari Anggaran APBN
No. Program/Kegiatan Anggaran yang
Diusulkan (Rp)
1. Pemerataan dan perluasan akses Pendidikan a. Penyediaan beasiswa b Pembinaan/penyelenggaraan kerjasama internasional
4.305.400.000
162.000.000 2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing
a. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan tinggi - Pembangunan gedung pendidikan - Pengadaan buku perpustakaan - Pengadaan jurnal ilmiah - Pembangunan sarana dan prasarana lingkungan gedung - Pengadaaan perlengkapan sarana dan prasarana gedung - Pengadaan meubelair - Pengadaan peralatan pendidikan
7.217.000.000 800.000.000 495.000.000
7.366.000.000 2.787.000
2.914.875.000 13.414.550.000
64
b. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan tinggi - Perawatan gedung pendidikan - Perbaikan peralatan fungsional pendidikan c. Peningkatan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pendidikan d. Penguatan lembaga jaminan mutu pendidikan e. Peningkatan kualitas SDM Perguruan tinggi f. Pengembangan kompetensi pendidikan dan tenaga
kependidikan g. Peningkatan jumlah dan mutu publikasi ilmiah
5.931.259.000 1.854.548.000 1.500.000.000
100.000.000 778.000.000
2.760.470.000
200.000.000
3. Penguatan tata kelola, pencitraan publik dan akuntabilitas a. Pembinaan adminstrasi dan pengelolaan keuangan. b. Pembinaan/penyusunan program, rencana kerja dan
anggaran. c. Pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan. d. Penyelenggaraan operasional perkantoran e. Perawatan gedung kantor f. Perawatan sarana dan prasarana kantor g. Penyelenggaraan tata usaha perkantoran, kearsipan,
perpustakaan dan dokumentasi. h. Peningkatan kapasitas kelembagaan
300.000.000 555.000.000
107.701.836.000 27.131.108.000 5.254.808.000 4.422.503.000
831.000.000
275.000.000 Jumlah 197.303.556.000
Sumber: Dokumen SP4 Universitas Syiah Kuala Tahun 2008.
Sedangkan usulan APBD Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 dirumuskan dalam
matriks sebagai berikut:
Tabel 4. Daftar Usulan Rencana, Program, Kegiatan dan Anggaran Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 dari Anggaran APBD
No. Program/Kegiatan Anggaran yang
Diusulkan (Rp)
1. Pemerataan dan perluasan akses Pendidikan a. Penyediaan beasiswa
6.689.348.000
2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing a. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan tinggi - Pembangunan gedung pendidikan - Pengadaan buku perpustakaan - Pengadaan buku ajar dan penulisan buku - Pembangunan sarana dan prasarana lingkungan gedung - Pengadaaan perlengkapan sarana dan prasarana gedung - Pengadaan meubelair ruang kuliah, lab dan pustaka - Pengadaan peralatan pendidikan
11.148.914.000 1.920.000.000 1.110.240.000 1.430.632.000
204.000.000 2.856.000.000 5.596.800.000
65
b. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan tinggi - Perawatan gedung pendidikan c. Peningkatan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pendidikan - Penyediaan alat studio dan alat komunikasi - Pengembangan sistem LAN jaringan cyber kampus d. Pengembangan kegiatan kemahasiswaan e. Pengembangan kompetensi pendidikan dan tenaga
kependidikan f. Peningkatan jumlah dan mutu publikasi ilmiah, penelitian
dan pengabdian
507.120.000
228.000.000 228.000.000 732.000.000
2.665.920.000 8.118.734.000
3. Penguatan tata kelola, pencitraan publik dan akuntabilitas
-
Jumlah 43.435.708.000
Sumber: Dokumen SP4 Universitas Syiah Kuala Tahun 2008.
Terbatasnya APBN mapun APBD mengakibatkan tidak semua usulan yang
dituangkan dalam dokumen perencanaan (proposal) disetujui. Untuk itu, semua usulan
tersebut melalui proses penilaian dan kelayakan. Penilaian usulan dokumen perencanan
Universitas Syiah Kuala dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional. Proses penilaian kelayakan usulan berdasarkan
relevansinya dengan isu-isu strategis, kesesuaian dengan Rencana Strategis Departemen
Pendidikan Nasional dan syarat-syarat lain yang dijadikan pedoman dalam penyusunan
dokumen usulan.
2) Pelaksanaan pembiayaan pendidikan tahun anggaran 2008 di Universitas Syiah Kuala.
Dalam tahapan-tahapan manajemen, setelah proses perencanaan ditindaklanjuti
dengan tahapan pelaksanaan. Pelaksanaan pembiyaan pendidikan SOP-nya diaplikasikan
dalam kegiatan penyusunan penetapan anggaran sampai dengan keluarnya Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) untuk APBN dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran untuk
APBA. Semua dokumen tersebut dituangkan dalam berbagai program, kegiatan dan
anggaran yang tertuang dalam usulan tersebut.
66
Dalam rencana anggaran, pendapatan dan belanja Universitas Syiah Kuala secara
garis besarnya dikelompokkan ke dalam dua kegiatan, yaitu penerimaan dan
pengeluarannya. Temuan lapangan menunjukkan bahwa penerimaan keuangan
Universitas Syiah Kuala dari sumber-sumber dana dikelola berdasarkan prosedur
pengelolaan yang selaras dengan ketepatan yang disepakati, baik berupa konsep teoretis
maupun peraturan pemerintah. Menurut hasil wawancara, prosedur penerimaan keuangan
Universitas Syiah Kuala yang ditetapkan oleh pemerintah Universitas Syiah Kuala tidak
menyimpang dari petunjuk penggunaan dan pengeluaran, Universitas Syiah Kuala hanya
sebagai pelaksana pengguna anggaran dalam tingkat mikro kelembagaan.
Berdasarkan wawancara, disebutkan bahwa sumber pembiayaan pendidikan di
Universitas Syiah Kuala adalah dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
dimana dalam lembaran dokumen tersebut dibagi menjadi 3 (tiga) sumber: belanja eks.
Rutin dan eks. pembangunan yang disebut dengan Rupiah Murni (RM) dan sumber
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dana yang diperoleh dari SPP dan pendapatan
pendidikan lainnya dari Universitas Syiah Kuala. Kesemuanya itu dituangkan dalam
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
Di samping itu, sejalan dengan semangat otonomi daerah dan desentralisasi
pendidikan, maka Universitas Syiah Kuala mendapatkan pembiyaan pendidikan dari
dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dituangkan dalam
Dokumen Pelaksanaan Anggaran.
Berdasarkan standar operasional prosedur perencanaan dan penganggaran,
pelaksanaan pembiayaan pendidikan di Universitas Syiah Kuala, meliputi tahapan-
tahapan sebagai berikut:
a. Penyusunan Proposal, Rencana, Program, Kegiatan Anggaran
b. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
67
c. Koordinasi, Sinkronisasi, dan Konsolidasi RKA
d. Penelaahan RKA Pagu Sementara dengan Ditjen Anggaran Depkeu,
a. Penyesuaian RKA dengan Pagu Definitif
b. Koordinasi Pemantapan Program, Kegiatan, Sasaran, dan Anggaran
c. Penelaahan RKA Pagu Definitif
d. Penelaahan Konsep DIPA/DPA Universitas Syiah Kuala
e. Pengesahan Konsep DIPA/DPA Universitas Syiah Kuala
f. Pengiriman DIPA/DPA
Untuk mendapatkan anggaran, setelah penyusunan proposal, untuk APBN setelah
melalui proses review terhadap proposal rencana, program, kegiatan dan anggaran
Universitas Syiah Kuala Tahun 2008, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional mengeluarkan kebijakan pagu sementara. Pagu sementara tersebut
diorganisasir melalui pengalalokasi angggaran tersebut untuk pembiyaan kegiatan-
kegiatan dan dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-
KL). Selanjutnya RKA-KL tersebut, dibahas Departemen Pendidikan Nasional dan DPR
RI. Hasil pembahasan tersebut menghasilkan kesepakatan pagu definitif, yang
dituangkan dalam RKA-KL. Berdasarkan hasil penelitian, RKA-KL definitif tahun 2008
dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 5. Daftar Realisasi Pembiayaan Pendidikan Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 dari Anggaran APBN
No. Program/Kegiatan Anggaran yang
Diusulkan (Rp)
Realisasi (Rp)
1. Pemerataan dan perluasan akses Pendidikan a. Penyediaan beasiswa b Pembinaan/penyelenggaraan kerjasama
internasional
4.305.400.000
162.000.000
6.248.000.000
566.000.000
2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing a. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan
tinggi
68
- Pembangunan gedung pendidikan - Pengadaan buku perpustakaan - Pengadaan jurnal ilmiah - Pembangunan sarana dan prasarana
lingkungan gedung - Pengadaaan perlengkapan sarana dan
prasarana gedung - Pengadaan meubelair - Pengadaan peralatan pendidikan - Pengadaan kendaraan bermotor b. Pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan tinggi - Perawatan gedung pendidikan - Perbaikan peralatan fungsional pendidikan c. Peningkatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pendidikan - Pengolahan data dan informasi perguruan
tinggi - Peningkatan Kapasitas ICT Perguruan
Tinggi d. Penguatan lembaga jaminan mutu
pendidikan e. Peningkatan kualitas SDM Perguruan tinggi f. Penguatan Bidang Ilmu f. Pengembangan kompetensi pendidikan dan
tenaga kependidikan g. Peningkatan jumlah dan mutu publikasi
ilmiah h. Penyediaan biaya operasional perguruan
tinggi i. Penyelenggaraan Hibah Kompetisi
7.217.000.000 800.000.000 495.000.000
7.366.000.000
2.787.000.000
2.914.875.000 13.414.550.000
-
5.931.259.000 1.854.548.000
1.500.000.000
-
100.000.000
778.000.000
2.760.470.000
200.000.000
- -
8.750.000.000 800.000.000 225.000.000
1.190.000.000
1.715.000.000
518.028.000 8.759.224.000 1.092.000.000
10.894.868.000 892.422.000
20.000.000
991.530.000
100.000.000
215.050.000 2.000.000.000 1.847.936.000
200.000.000
3.802.301.000
4.246.041.000
3. Penguatan tata kelola, pencitraan publik dan akuntabilitas a. Pembinaan adminstrasi dan pengelolaan
keuangan. b. Pembinaan/penyusunan program, rencana
kerja dan anggaran. c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan d. Penyelenggaraan sistem akuntansi
pemerintah dan kekayaan milik negara e. Pengelolaan gaji, honorarium dan
tunjangan. f. Penyelenggaraan operasional perkantoran g. Perawatan gedung kantor h. Perawatan sarana dan prasarana kantor i. Penyelenggaraan tata usaha
perkantoran, kearsipan, perpustakaan dan dokumentasi.
j. Peningkatan kapasitas kelembagaan
300.000.000
555.000.000
-
-
107.701.836.000
27.131.108.000 3.601.807.000 4.422.503.000
831.000.000
275.000.000
340.040.000
560.316.000
120.000.000
45.000.000
101.660.737.000
4.998.773.000 5.254.808.000 1.846.157.000
-
233.380.000 Jumlah 197.303.556.000 177.035.987.000
Sumber: RKAKL Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 (Diolah).
69
Dari tabel di atas, besarnya anggaran usulan yang dituangkan dalam proposal
dokumen perencanaan sebesar Rp 197.303.556.000,- setelah melalui proses penilaian
atau review, yang disetujui Rp 177.035.987.000,- atau 90%.
Mekanisme penyusunan usulan program dan kegiatannya APBD dituangkan
dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD).
Usulan RKA-SKPD direview oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
dan Sekretariat Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dari hasil penelitian, RKA-
SKPD Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 dapat dirincikan sebagai berikut :
Tabel 6. Daftar Realisasi Pembiayaan Pendidikan Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 dari Anggaran APBD
No. Program/Kegiatan Anggaran yang
Diusulkan (Rp)
Realisasi (Rp)
1. Pemerataan dan perluasan akses Pendidikan a. Penyediaan beasiswa
6.689.348.000
1.983.100.000
2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing a. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan
tinggi - Pembangunan gedung pendidikan - Pengadaan buku perpustakaan - Pengadaan buku ajar dan penulisan buku - Pembangunan sarana dan prasarana
lingkungan gedung - Pengadaaan perlengkapan sarana dan
prasarana gedung - Pengadaan meubelair ruang kuliah, lab dan
pustaka - Pengadaan peralatan pendidikan b. Pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan tinggi - Perawatan gedung pendidikan c. Peningkatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pendidikan - Penyediaan alat studio dan alat komunikasi - Pengembangan sistem LAN jaringan cyber
kampus d. Pengembangan kegiatan kemahasiswaan e. Pengembangan kompetensi pendidikan dan
tenaga kependidikan
11.148.914.000 1.920.000.000 1.110.240.000 1.430.632.000
204.000.000
2.856.000.000
5.596.800.000
507.120.000
228.000.000 228.000.000
732.000.000
2.665.920.000
6.504.158.000 350.000.000 372.600.000
-
-
814.640.000
4.250.000.000
-
- -
840.000.000
6.485.000.000
70
f. Peningkatan jumlah dan mutu publikasi ilmiah, penelitian dan pengabdian
g. Pengembangan program dokter gigi h. Pengembangan dokter spesialis i. Pengembangan program studi psikologi j. Pendamping Hibah Kompetisi
8.118.734.000 4.100.000.000
520.000.000 118.150.000 132.665.000
5.029.483.000 3. Penguatan tata kelola, pencitraan publik dan
akuntabilitas
-
Jumlah 43.435.708.000 31.500.000.000
Sumber: RKA-SKPD Universitas Syiah Kuala Tahun 2008.
Tabel di atas menunjukkan anggaran yang diusulkan sebesar Rp 43.435.708.000,-
sedangkan yang disetujui Rp 31.500.000.000,- atau 73%. Menurut pengamatan di
lapangan, bahwa banyaknya item-item kegiatan yang tidak disetujui dalam proposal
tersebut, karena kegiatan yang diusulkan dianggap tumpang tindih dengan kegiatan
dalam APBN, terutama kegiatan-kegiatan yang tidak menyentuh langsung dalam
pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi. Selain itu, kegiatan tersebut juga bukan
menjadikan prioritas utama dalam Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan Tinggi
pada Rencana Strategi Pendidikan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Selanjutnya dokumen RKA-KL direview melalui pembahasan dan dituangkan
dalam Dokumen Isian Pelaksanaan Anggara (DIPA). Sedangkan RKA-SKPD dituangkan
dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Semua kegiatan yang tertuang dalam
DIPA maupun DPA selain menguraikan tentang besarnya biaya, juga dirinci tentang
capaian keluaran yang dijadikan sasaran kegiatan yang dibiayai serta indikator
keluarannya. Capaian keluaran merupakan volume atau output kegiatan tersebut.
Pelaksanaan pembiayaan pendidikan dari sumber APBN diaplikasikan dengan
format baku yang ditentukan Departemen Keuangan. Sedangkan APBD menggunakan
format Departemen Dalam Negeri. Kegiatan yang bersumber dari APBN mengacu
71
kepada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), sedangkan APBD mengacu kepada
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).
DIPA dan DPA merupakan dokumen yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
atau penggunaan anggaran pada satuan kerja. Di dalam DIPA maupun DPA termuat
fungsi, kegiatan, sub kegiatan, uraian kegiatan, jenis belanja beserta mata anggarannya.
Penggunaan biaya pendidikan di Universitas Syiah Kuala dialokasikan pada 4 (empat)
jenis belanja, yang meliputi:
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang
c. Belanja modal
d. Belanja bantuan sosial
Belanja pegawai digunakan untuk membiayai gaji beserta tunjangan-
tunjangannya, vakasi, uang lembur, uang makan, honor yang berkaitan dengan tugas
pokok dan fungsi, serta honor yang berkaitan dengan output kegiatan. Belanja barang
digunakan untuk membiayai pengadaan alat tulis kantor dan bahan habis pakai, fotocopy,
konsumsi untuk kepanitiaan dan belanja perjalanan. Belanja modal dipergunakan untuk
melaksanakan pengadaan bangunan fisik, peralatan sarana gedung, peralatan pendidikan,
peralatan laboratorium,dan buku-buku perpustakaan. Sedangkan belanja bantuan sosial
dipergunakan untuk memberikan bantuan beasiswa kepada mahasiswa maupun dosen-
dosen yang sedang menempuh belajar dengan persyaratan-persyaratan tertentu.
Berdasarkan DIPA Universitas Syiah Kuala tahun anggaran 2008, rincian
masing-masing belanja sebagai berikut:
a. Belanja pegawai, Rp 102.608.162.000,-
b. Belanja barang, Rp 25.613.532.000,-
72
c. Belanja modal, Rp 40.647.557.000,-
d. Belanja Bantuan Sosial, Rp 8.166.736.000,-
Sedangkan dalam DPA Universitas Syiah Kuala tahun anggaran 2008, rincian
masing-masing belanja sebagai berikut:
a. Belanja pegawai, Rp 274.380.000,-
b. Belanja barang, Rp 20.056.821.200,-
c. Belanja modal, Rp 11.168.798.800,-
Jumlah biaya pendidikan dari APBN yang tertuang pada DIPA sebesar Rp
177.035.987.000,-. Dalam DIPA memuat sumber anggaran yang dilaksanakan untuk
membiayai belanja rutin dan pembangunan, serta Anggaran Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) yang bersumber dari pendapatan Universitas Syiah Kuala, misalnya
SPP/DPP mahasiswa dan kegiatan lainnya. Berdasarkan rekapitulasi penerimaan DIPA,
biaya rutin di Universitas Syiah Kuala sebesar Rp. 86.262.331.000,-, biaya pembangunan
sebesar Rp 37.403.755.000,- dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp
53.369.901.000,-
Dalam APBN, biaya rutin merupakan belanja yang mengikat dan tidak bisa
direvisi, bahkan apabila dalam pelaksanaan terdapat kekurangan belanja, misalnya pada
gaji, maka pemerintah wajib menambah pagu tersebut. Biaya rutin di Tahun Anggaran
2008 dilaksanakan untuk membiayai berbagai kegiatan sebagai tabel berikut ini:
Tabel 7. Kegiatan-kegiatan di Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 dari biaya rutin No. Kegiatan Jumlah Biaya
(Rp) 1 2 3 4 5 6
Pembayaran gaji, honorarium dan tunjangan Penyelenggaraan operasional perkantoran Perawatan gedung kantor Perawatan sarana dan prasarana kantor Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan Penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah dan kekayaan milik negara
78.602.737.000 4.998.773.000
979.808.000 1.516.013.000
120.000.000 45.000.000
Jumlah 86.262.331.000 Sumber: DIPA Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 (Diolah).
73
Biaya pembangunan di Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 dilaksanakan untuk
kegiatan-kegiatan yang bersifat investasi dan operasional penunjang mutu pendidikan
tinggi sebagaimana tersebut pada tabel berikut ini.
Tabel 8. Kegiatan-kegiatan di Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 dari biaya pembangunan.
No. Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21
Penyediaan beasiswa Pembinaan/penyelenggaraan kerjasama internasional Pengadaan buku perpustakaan Pengadaan jurnal ilmiah Pembangunan sarana dan prasarana lingkungan gedung Pengadaaan perlengkapan sarana dan prasarana gedung Pengadaan meubelair Pengadaan peralatan pendidikan Perawatan gedung pendidikan Perbaikan peralatan fungsional pendidikan Pengolahan data dan informasi perguruan tinggi Peningkatan Kapasitas ICT Perguruan Tinggi Penguatan lembaga jaminan mutu pendidikan Peningkatan kualitas SDM Perguruan tinggi Pengembangan kompetensi pendidikan dan tenaga kependidikan Penguatan Bidang Ilmu Penyelenggaraan Hibah Kompetisi Pembinaan adminstrasi dan pengelolaan keuangan Pembinaan/penyusunan program, rencana kerja dan anggaran. Penelitian ilmu terapan Peningkatan kapasitas kelembagaan
6.248.000.000 566.000.000 800.000.000 225.000.000
1.190.000.000 1.715.000.000
518.028.000 3.600.000.000
10.894.868.000 892.422.000 20.000.000
991.530.000 100.000.000 215.050.000
1.847.936.000
2.000.000.000 4.246.041.000
340.040.000 560.316.000 200.000.000 233.380.000
Jumlah 37.403.755.000 Sumber: DIPA Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 (Diolah).
Selain biaya rutin dan pembangunan, Universitas Syiah Kuala juga memiliki
sumber lain yakni dari Penerimaan Negara Bukan Pajak. Sumber Penerimaan Negara
Bukan Pajak di Universitas Syiah Kuala berasal dari SPP mahasiswa, biaya penerimaan
mahasiswa baru, penerimaan aset dan kontrak kerjasama, serta penerimaan-peneAdapun
Kegiatan-kegiatan yang dibiayai oleh PNBP di Universitas Syiah Kuala pada Tahun 2009
sebagaimana tabel berikut ini.
74
Tabel 9. Kegiatan-kegiatan di Universitas Syiah Kuala Tahun Anggaran 2008 dari PNBP.
No. Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8
Pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan. Peyelenggaraan operasional perkantoran Perawatan gedung kantor Perawatan sarana dan prasarana kantor Pembangunan gedung pendidikan Pengadaan peralatan pendidikan Pengadaan kendaraan bermotor Penyediaan biaya operasional perguruan tinggi
23.058.000.000 6.382.776.000 4.275.000.000
850.000.000 8.750.000.000 5.159.224.000 1.092.000.000 3.802.301.000
Jumlah 53.369.901.000 Sumber: DIPA Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 (Diolah).
Pembiayaan pendidikan tinggi juga diarahkan untuk menjawab kebutuhan-
kebutuhan wilayah terhadap eksistensi perguruan tinggi. Pembiayaan pendidikan
Universitas Syiah Kuala yang bersumber dari dana APBA sebesar Rp 31.500.000,- yang
digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 10. Kegiatan-kegiatan di Universitas Syiah Kuala Tahun Anggaran 2008 dari APBD.
No. Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
Pengadaan buku. Penulisan buku ajar dan bahan ajar Pengadaan bahan dan alat laboratorium Pengadaan mobiler ruang kuliah Beasiswa dan Peningkatan Mutu Dosen Beasiswa Mahasiswa Pembangunan/Pengadaan fasilitas pendukung proses belajar mengajar Pengembangan kegiatan kemahasiswaan Pengembangan program studi dokter gigi Pengembangan program studi dokter spesialis Pengembangn program studi Psikologi Penelitian dosen Pengabdian masyarakat Pendamping hibah kompetisi
350.000.000 372.600.000
4.250.000.000 814.640.000
6.485.000.000 1.983.100.000 6.504.158.800
840.000.000 520.000.000 118.150.000 132.655.000
1.200.000.000 2.900.000.000 5.029.696.000
Jumlah 31.500.000.000 Sumber: DPA Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 (Diolah).
75
Adapun organisasi pengelola anggaran di Universitas Syiah Kuala terdiri atas:
a. Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran, dalam hal ini dipegang oleh Rektor
b. Pejabat Pembuat Komitmen, menunjuk seseorang yang dianggap mampu.
c. Pejabat Penandatangan surat Perintah Membayar, dipegang oleh Pembantu Rektor II.
d. Bendahara Penerima dan Pengeluaran.
Mekanisme pelaksanaan dan penggunaan anggaran untuk berbagai kegiatan di
Universitas Syiah Kuala mengacu kepada Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 80 Tahun 2003 jo Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
Pembiayaan pendidikan di Universitas Syiah Kuala dari APBN dan APBA
sebesar Rp 208.535.987.000,-. Bila dihitung berdasarkan unit cost, dimana jumlah
mahasiswa terdaftar di Universitas Syiah Kuala Tahun Akademik 2008 sebesar 21.345
orang, maka unit cost Universitas Syiah Kuala adalah Rp 9.769.782,-/mahasiswa. Unit
cost tersebut tidak memenuhi standar ideal yang telah ditetapkan. Karena standar ideal
unit cost pendidikan tinggi adalah Rp 18.000.000,-/mahasiswa. Permasalahan kecilnya
unit cost menjadi hambatan sebagian besar perguruan tinggi, khususnya yang belum
berstatus Badan Hukum Milik Negara.
Kecilnya unit cost sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran maupun
pelayanan pendidikan. Hal ini juga kurang sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam
Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang
Perguruan Tinggi, maupun Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2009 tentang Badan Hukum
Pendidikan. Peraturan perundang-undangan tersebut menganjurkan perguruan tinggi
meningkatkan penerimaan pendapatan secara maksimal agar memperkuat kemandirian,
otonomi tanpa mengabaikan kualitas.
76
3) Pengendalian pembiayaan pendidikan tahun anggaran 2008 di Universitas Syiah Kuala
Dalam perencanaan pembiayaan, selain dirumuskan tentang jumlah anggaran,
juga dirumuskan tentang sasaran yang ingin dicapai. Agar capaian sasaran dan kinerja
tersebut tidak terjadi penyimpangan terlalu jauh, maka diperlukan pengawasan.
Pengawasan dilaksanakan untuk menjamin semua kegiatan operasional berlangsung
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan merupakan kegiatan yang
bersifat sistematis untuk memantau penyelenggaraan kegiatan operasional, serta menilai
tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas kegiatan.
Ada dua alasan ditingkatkannya fungsi pengawasan. Pertama, dalam
menyelenggarakan seluruh kegiatan operasional tidak luput dari berbagai kelemahan dan
kekurangan. Berbagai kekurangan tersebut dapat berakibat pada tidak terwujudnya
tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang diharapkan. Di samping itu, tidak
mustahil bahwa harapan manajemen tidak sepenuhnya terpenuhi karena keterampilan
teknis penyelenggara sudah kadaluarsa atau tidak sesuai dengan tuntutan tugas masing-
masing. Kedua, tuntutan efisiensi, efektivitas dan produktivitas tidak terpenuhi karena
ada anggota organisasi yang menampilkan perilaku negatif dengan berbagai faktor
penyebab.
Temuan di lapangan menunjukkan bahwa pengawasan anggaran dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber-
sumber dana yang tersedia serta pengambilan tindakan-tindakan perbaikan, atau
menggunakan jalur hukum apabila terdapat ketidaksesuaian antara rencana dengan
realisasinya. Menurut hasil wawancara, pengendalian dilakukan oleh pihak internal
Universitas Syiah Kuala, sedangkan pengawasan melibatkan pihak-pihak eksternal baik
dari Inspektur Jenderal Departemen Pendidikan Nasional, BPKP maupun dari Bawasda.
77
Pengawasan diperlukan untuk menghasilkan informasi tentang penyelenggaraan
berbagai kegiatan operasional yang sedang terjadi. Informasi tersebut diperoleh dengan
berbagai cara seperti dengan pelaporan, hasil wawancara, penyebaran, kuesioner dan
pengamatan langsung oleh pengawas di lapangan. Pengamatan dilakukan dengan
memantau atau memonitoring kegiatan yang sedang dan telah dilakukan. Mekanisme
monitoring tersebut antara lain :
1. Melaksanakan pemantauan pada unit kerja atau pelaksana kegiatan untuk
mengumpulkan data dan informasi.
2. Menganalisis data dan informasi pelaksanaan kegiatan sebagai bahan evaluasi.
3. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan sebagai bahan laporan.
Pemantauan tidak hanya menerima bentuk laporan dari pelaksana kegiatan, tetapi
juga menganalisis kesesuaian kegiatan dan rencana, baik dari aspek fisik maupun non
fisik di lapangan. Misalnya, memonitor kesesuaian spesifikasi barang, alat atau fisik
lainnya antara laporan pertanggungjawaban dengan barang sebelum diberikan kepada
penggunanya oleh panitia pengadaan dan penerima barang.
Monitoring berguna untuk peningkatan kinerja seluruh komponen operasinal
organisasi. Fungsi pengendalian program, kegiatan dan anggaran di Universitas Syiah
Kuala dilakukan oleh Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi dengan
membuat Laporan Akuntabilis Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Dalam LAKIP
dapat dilihat perbandingan rencana anggaran dengan realisasi anggaran, baik dari aspek
fisik maupun keuangannya. LAKIP memberikan laporan kinerja keuangan beserta
capaiannya, baik yang bersifat bulanan, tengah tahunan dan tahunan.
LAKIP adalah instrumen yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi
kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan. LAKIP terdiri dari berbagai
78
komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan strategik, perencanaan
kinerja, dan pelaporan kinerja.
Hasil LAKIP dikirimkan kepada instansi atau pihak yang memiliki tugas dan
wewenang melakukan pemeriksaan keuangan. Dengan demikian LAKIP dijadikan
pedoman bagi petugas pengawas untuk mencari bahan masukan untuk kegiatan
monitoring dan evaluasi anggaran.
Berdasarkan wawancara dengan informan, laporan penggunaan dan kinerja
keuangan baik dari APBN maupun APBD yang bersifat bulanan dirikim kepada
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, untuk dianalisis
capaian kinerjanya. Apabila perkembangan capaiannya setiap bulannya lamban baik dari
persentasi fisik maupun anggarannya, maka Universitas Syiah Kuala mendapatkan
teguran dari Ditjen Dikti. Bahkan sampai pada akhir tahun kinerja anggaran maupun
fisiknya jauh dari sasaran yang telah direncanakan, akan berdampak negatif terhadap
turunnya anggaran pendidikan di Universitas Syiah Kuala, karena dianggap tidak mampu
melaksanakan anggaran yang telah ada sebelumnya dengan baik.
LAKIP Universitas Syiah Kuala tahun anggaran 2008 menunjukkan penyerapan
biaya rutin Tahun 2008 sebesar 109,04% sebagaimana tersebut pada tabel berikut ini.
Tabel 11. Daya serap APBN dari belanja rutin sampai dengan tanggal 31 Desember 2008.
No. Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)
Realisasi Pelaksanaan
(Rp)
Sisa Dana (Rp) %
1
2
3 4 5
6
Pembayaran gaji, honorarium dan tunjangan Penyelenggaraan operasional perkantoran Perawatan gedung kantor Perawatan sarana dan prasarana Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan Peny. SAP dan kekayaan milik negara
78.602.737.000
4.998.773.000
979.808.000 1.516.013.000
120.000.000
45.000.000
86.403.837.000
4.997.851.000
979.801.000 1.515.226.000
120.000.000
45.000.000
-7.801.100.000
922.000
7.000 787.000 - -
109,92
99,98
100,00 99,95
100,00
100,00
Jumlah 86.262.331.000 94.061.715.000 -7.799.384.000 109,04 Sumber: LAKIP Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 (Diolah).
79
Pada tabel di atas menunjukkan realisasi anggaran pada pembayaran gaji melebihi
pagu yang telah ditetapkan. Namun demikian, karena belanja rutin merupakan belanja
yang bersifat mengikat dalam arti bahwa pemerintah harus tetap memenuhi kekurangan
gaji tersebut.
Penyerapan biaya pembangunan Universitas Syiah Kuala pada tahun anggaran
2008 hanya sebesar 58,34%, sebagaimana pada tabel berikut ini.
Tabel 12. Daya serap APBN dari belanja pembangunan sampai dengan tanggal 31 Desember 2008.
No. Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)
Realisasi Pelaksanaan
(Rp)
Sisa Dana (Rp) %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12
13
14
15
16 17 18
19
20 21
Penyediaan beasiswa Pembinaan/penyelenggaraan kerjasama internasional Pengadaan buku perpustakaan Pengadaan jurnal ilmiah Pembangunan sarana dan prasarana lingkungan gedung Pengadaaan perlengkapan sarana dan prasarana gedung Pengadaan meubelair Pengadaan peralatan pendidikan Perawatan gedung pendidikan Perbaikan peralatan fungsional pendidikan Pengolahan data dan informasi perguruan tinggi Peningkatan Kapasitas ICT Perguruan Tinggi Penguatan lembaga jaminan mutu pendidikan Peningkatan kualitas SDM Perguruan tinggi Pengembangan kompetensi pendidikan dan tenaga kependidikan Penguatan Bidang Ilmu Penyelenggaraan Hibah Kompetisi Pembinaan adminstrasi dan pengelolaan keuangan Pembinaan/penyusunan program, rencana kerja dan anggaran. Penelitian Ilmu Terapan Peningkatan kapasitas kelembagaan
6.248.000.000 566.000.000
800.000.000 225.000.000
1.190.000.000
1.715.000.000
518.028.000 3.600.000.000
10.894.868.000 892.422.000
20.000.000
991.530.000
100.000.000
215.050.000
1.847.936.000
2.000.000.000 4.246.041.000
340.040.000
560.316.000
200.000.000 233.380.000
6.248.000.000 344.542.000
793.139.000
80.136.000 906.226.000
1.201.371,000
517.671.000 921.197.000
4.446.579.000 635.936.000
19.998.000
554.150.000
100.000.000
210.780.000
1.767.786.000
- 3.107.723.000
316.229.000
497.983.000
178.873.000 173.100.000
- 221.458.000
6.861.000
144.864.000 283.774.000
1.713.798.629
357.000
2.678.803.000 6.448.289.000
256.486.000
2.000
437.380.000
-
4.270.000
80.150.000
2.000.000.000 1.138.318.000
23.811.000
62.333.000
21.127.000 60.280.000
100,00 60,87
99,14 35,62 76,15
0,07
99,93 25,59 40,81 71,26
99,99
55,89
100,00
98,01
95,66
0,00 73,19 93,00
88,88
89,44 74,17
Jumlah 37.403.755.000 21.821.249.371 15.582.361.629 58,34
Sumber: LAKIP Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 (Diolah).
80
Penyerapan PNBP Universitas Syiah Kuala Tahun Anggaran 2008 sebesar
91,79%. Dengan perincian sebagaimana tersebut pada tabel berikut :
Tabel 13. Daya serap APBN dari penerimaan bukan pajak (PNBP) sampai dengan tanggal 31 Desember 2008.
No. Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)
Realisasi Pelaksanaan
(Rp)
Sisa Dana (Rp) %
1
2
3 4 5 6. 7. 8. 9.
Pembayaran gaji, honorarium dan tunjangan Penyelenggaraan operasional perkantoran Perawatan gedung kantor Perawatan sarana dan prasarana kantor Pembangunan gedung pendidikan Pengadaan alat pendidikan Pengadaan kendaraan bermotor Penyediaan biaya operasional
23.058.000.000
7.193.304.000
4.275.000.000 850.000.000
8.750.000.000 5.159.224.000 1.092.600.000 3.802.301.000
23.057.949.000
4.927.610.000
4.183.740.000 808.528.000
6.171.540.000 4.963.545.000 1.071.000.000 3.802.051.000
51.000
2.265.694.000
91.260.000 41.472.000
2.578.460.000
195.679.000 21.600.000
250.000
100,00
68,50
97,87 95,12
70,53 96,21 98,02 99,99
Jumlah 53.369.901.000 48.986.563.000 4.383.338.000 91,79 Sumber: LAKIP Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 (Diolah). Sedangkan penyerapan APBD Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 sebesar
70,76% dari pagu yang telah ditetapkan dan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 14. Daya serap biaya pendidkan dari sumber APBD sampai dengan tanggal 31 Desember 2008.
No. Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)
Realisasi Pelaksanaan
(Rp)
Sisa Dana (Rp) %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
Pengadaanbuku. Penulisan buku ajar dan bahan ajar Pengadaan bahan dan alat laboratorium Pengadaan mobiler ruang kuliah Beasiswa dan Peningkatan Mutu Dosen Beasiswa Mahasiswa Pembangunan/Pengadaan fasilitas pendukung proses belajar mengajar Pengembangan kegiatan kemahasiswaan Pengembangan program studi dokter gigi Pengembangan program studi dokter spesialis Pengembangn program studi Psikologi
350.000.000 372.600.000
4.250.000.000
814.640.000 6.485.000.000
1.983.100.000 6.504.158.800
840.000.000
520.000.000
118.150.000
132.655.000
- 365.100.000 147.840.000
395.942.000
6.275.044.000
1.983.000.000 2.485.451.677
840.000.000
514.600.000
32.750.000
132.205.000
350.000.000 7.500.000
4.102.160.000
418.698.000 209.956.000
100.000
4.018.707.123
-
5.400.000
85.400.000
450.000
0,00 97,99
3,48
48,60 96,76
99,99 38,21
100,00
98,96
27,72
99,66
81
12 13 14
Penelitian dosen Pengabdian masyarakat Pendamping hibah kompetisi
1.200.000.000 2.900.000.000 5.029.696.000
1.189.206.000 2.900.000.000 5.029.483.000
10.794.000 0
213.000
99,10 100,00 100,00
Jumlah 31.500.000.000 22.290.722.177 9.209.277.823 70,76 Sumber: LAKIP Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 (Diolah). Berdasarkan wawancara dengan informasi, LAKIP tahun anggaran 2008
menunjukkan kinerja capaian fisik maupun keuangan belum memberikan hasil yang
optimal, karena ada kegiatan-kegiatan dan biaya yang telah direncanakan tidak sesuai
dengan dengan yang diharapkan, hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Keterlambatan dana rekonsentrasi DIPA, walaupun dalam DIPA disebutkan bahwa
anggaran Universitas Syiah Kuala diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2008.
b. Akibat dari hal tersebut adalah terlambatnya kegiatan pengadaan yang ditender.
c. Lemahnya sistem monotoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran.
d. Banyaknya spesifikasi peralatan-peralatan yang tidak sesuai dengan rencana, karena
kesulitan mencari peralatan tersebut di wilayah Banda Aceh berpengaruh juga
terhadap kinerja panitia pengadaan dan penerimaan.
d. Adanya revisi DIPA yang terlalu lama ditindaklanjuti oleh Departemen Keuangan.
Hal-hal tersebut di atas, menjadi catatan khusus bagi satuan kerja-satuan kerja
yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Untuk tahun berikutnya penerimaan barang hasil
tender melibatkan pihak-pihak yang terkait pada user. (fakultas atau unit kerja
pengguna).
Laporan daya serap dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk dijadikan sebagai
bahan pertimbangan revisi DIPA. Melalui pengurangan volume kegiatan dan biaya yang
dianggap kurang maksimal dan mengalihkannya kepada kegiatan yang dianggap prioritas
serta memberikan manfaat yang optimal.
Sistem pengendalian pembiayaan pendidikan, selain LAKIP yang merupakan
bentuk pengendalian dari aspek anggaran, juga melibatkan Badan Penjaminan Mutu yang
82
melaksanakan bentuk pengawasan internal dari aspek kualitas akademik dan pelayanan.
Hasil audit pengawasan internal dijadikan input bagi pihak-pihak internal dan eksternal
untuk perbaikan kinerja organisasi.
Wawancara dengan responden, menyatakan sistem pengendalian mengacu kepada
standar baku, dimana LAKIP disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, sedangkan Badan Penjaminan Mutu berdasarkan manual audit mutu internal
sebagai pedoman monitoring dan evaluasi kinerja.
Sistem pengendalian yang dilakukan oleh Badan Penjaminan Mutu Universitas
Syiah Kuala dilakukan secara periodik, untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan
dari rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan internal secara periodik untuk
menghidari penyimpangan-penyimpangan lebih dini atau tidak terlalu lama. Karena
apabila penyimpangan tersebut sudah terlalu jauh sulit dikendalikan. Berkaitan dengan
manajemen pembiayaan, maka pengendalian juga diarahkan untuk mengevaluasi
tahapan-tahapan penggunaan keuangan negara, yang dimulai dari proses perencanaan
sampai dengan pengendalian.
Wawancara dengan responden proses pengendalian dalam konteks manajemen
pada evaluasi tahapan perencanaan dengan memonitoring dan evaluasi tentang:
a. Sasaran-sasaran tahunan di bidang pendidikan yang harus dicapai.
b. Kesesuaian sasaran tahunan tersebut dengan rencana jangka menengah (Rencana
strategis) dan rencana jangka panjang.
c. Program dan kegiatan yang diajukan telah memperhatikan sasaran, program, dan
kegiatan tahun-tahun sebelumnya.
d. Perbedaan/penyimpangan antara program dan kegiatan dengan sasaran dan tujuan.
e. Akibat penyimpangan terhadap dengan pencapaian visi..
83
f. Prakiraan maju untuk tahun mendatang sebagai konsekwensi atas aktivitas tahun
sekarang
g. Prosedur perencanaan dan penganggaran dana dekonsentrasi
Monitoring dan evaluasi dalam tahapan proses perencanaan ini akan dihasilkan
temuan mengenai :
a. Ketaatan terhadap prosedur perencanaan dan penganggaran.
b. Analisis mengenai efisiensi dan efektivitas prosedur perencanaan dan penganggaran.
c. Potensi kegagalan, kekeliruan dan kecurangan dalam tahap perencanaan dan
penganggaran.
d. Ketaatan terhadap peraturan perundangan yang berlaku
Dalam tahapan pelaksanaan pembiayaan pendidikan monitoring diarahkan kepada
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan untuk menilai efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan dana dekonsentrasi dengan kriteria sebagai berikut :
a. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
b. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
c. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
d. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja &
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
e. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 Sistem Akuntansi Pemerintah
f. Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang pengadaan barang/jasa
g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 606 tahun 2004 tentang Pedoman pembayaran
dalam pelaksanaan APBN Tahun 2005
h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59 tahun 2005 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
i. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran di lingkungan Depdiknas
84
Dalam tahapan pengendalian pembiayaan ini aspek-aspek yang dinilai meliputi:
a. Ketepatan jenis laporan yang dihasilkan
b. Ketepatan waktu laporan yang dihasilkan
c. Kecukupan bukti dan substansinya dalam mendukung informasi yg dilaporkan
d. Kesesuaian penyajian Laporan Keuangan yang dihasilkan dengan Standar Akuntansi
Pemerintah
Selanjutnya pada tahapan akhir, yaitu pada tahapan pemanfaatan, maka aspek-
aspek yang menjadi objek monitoring dan evaluasi meliputi:
a. Penyerahan hasil kegiatan dekonsentrasi kepada pihak pengguna
b. Hak kepemilikan atas hasil-hasil kegiatan dekonsentrasi
c. Pemanfaatan hasil kegiatan dekonsentrasi oleh target group
d. Pemeliharaan dan peningkatan kemanfaatan hasil kegiatan dekonsentrasi
Selain mengevaluasi terhadap ketaatan fungsi-fungsi manajemen, pengendalian
juga menilai kinerja yang telah dicapai setelah kegiatan yang telah dilaksanakan dengan
biaya pendidikan. Hal ini menjadi tanggung jawab dari Badan Penjaminan Mutu, yang
menilai kinerja Universitas Syiah Kuala setelah melaksanakan kegiatan dengan
menggunakan pembiayaan pendidikan yang dimilikinya. Kinerja tersebut
menggambarkan kondisi nyata dibandingkan dengan kondisi ideal yang seharusnya
dimiliki. Kondisi yang dimaksudkan meliputi kondisi dari unsur akademik, sarana dan
prasarana serta unsur-unsur lainnya berdasarkan kriteria standar minimal yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Monitoring dan evaluasi dari aspek mutu dilakukan objektif, tidak memihak,
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, monitoring tidak ada unsur
kepentingan dari pihak manapun dan memperkuat independensinya. Kegiatan monitoring
dilakukan periodik, melalui visitasi dan turun langsung kepada fakultas-fakultas dan unit
85
kerja di lingkungan Universitas Syiah Kuala. Data dan informasi baik unsur fisik, non
fisik, pembelajaran dan pelayanan dianalisis dan diaudit mutunya, disesuaikan dengan
kondisi ideal berdasarkan standar idealnya.
Wawancara dengan Badan Penjaminan Mutu menjelaskan bahwa indikator
kinerja Universitas Syiah Kuala pada tahun 2008, dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 15. Capaian indikator kinerja Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 Dibandingkan dengan Standar Ideal Dikti..
Komponen Capaian Unsyiah
Standar Ideal Dikti
Persentasi dosen S2 dan S3 Rasio ruang kuliah/mahasiswa Rasio ruang laboratorium/mahasiswa Rasio ruang dosen/dosen Rasio dosen/mahasiswa Unit Cost Biaya
64,81% 1,08 m2/mhs 1,49 m2/mhs
2,82 m2/dosen 1 dsn/ 17,37 mhs 9.769.782,-/mhs
50,00% 2,00 m2/mhs 10,00 m2/mhs 8,00 m2/dosen 1 dsn/12 mhs
18.000.000,-/mhs Sumber: BJM Unsyiah
Data di atas menunjukkan sebagian besar sarana dan prasarana yang dimiliki
Universitas Syiah Kuala belum memenuhi syarat ideal yang telah ditetapkan melalui
standar minimal oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional. Berdasarkan wawancara bahwa salah satu sebab tidak tercapainya rasio ideal
sarana dan prasarana serta komponen lainnya pada Universitas Syiah Kuala adalah
adanya program-program perluasan daya tampung melalui pembukaan jalur mandiri,
ekstensi dan diploma tidak diikuti oleh penyediaan sarana dan prasarana yang memadai,
akibatnya sarana dan prasarana yang ada tidak memenuhi standar rasio ideal. Hal ini
tentunya sangat berpengaruh terhadap efektivitas dan kualitas pembelajaran dan pada
akhirnya berpengaruh juga terhadap mutu lulusan.
Pengendalian merupakan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh unit kerja
dalam lingkungan organisasi itu sendiri, dimana hasil dari pembuatan laporan dijadikan
86
sebagai input kepada lembaga pengawasan yang menilai ketaatan penggunaan biaya
pendidikan terhadap aturan dan pemanfaatannya. Dengan demikian, maka pengawasan
merupakan kegiatan penilaian kinerja yang dilakukan oleh lembaga pengawasan dari
ekternal organisasi Universitas Syiah Kuala, dalam hal ini adalah Inspektorat
Departemen Pendidikan Nasional, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) dan Bawasda (Badan Pengawasan Daerah).
Wawancara terhadap responden mengatakan biarpun memilki kesamaan dalam
tujuan, tetapi kewenangan fungsi controlling berbeda dengan pengendalian yang
dilakukan oleh unit kerja dalam internal organisasi. Adapun kewenangan yang dilakukan
oleh lembaga pengawasan adalah::
1. Memasuki semua kantor, bengkel, gudang, bangunan, tempat-tempat penimbunan,
dan sebagainya;
2. Meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku perhitungan, surat-surat
bukti, notulen rapat panitia dan sejenisnya, hasil survei laporan-laporan pengelolaan,
dan surat-surat lainnya yang diperlukan dalam pengawasan;
3. Pengawasan kas, surat-surat berharga, gudang persediaan dan lain-lain;
4. Meminta keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan yang telah dilakukan
sendiri maupun hasil pengawasan Badan Pemeriksa Keuangan, dan lembaga
pengawasan lainnya.
Wewenang tersebut di atas tidak dimiliki oleh unit kerja pengendalian dalam
internal organisasi tetapi hanya dimiliki oleh lembaga pengawasan formal, antara lain:
Inspektorat Jenderal Pendidikan Nasional, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan serta Badan Pengawasan Daerah.
87
B. Pembahasan
1) Perencanaan pembiayaan pendidikan tahun anggaran 2008 di Universitas Syiah Kuala
Perencanaan adalah rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai
apa yang akan diharapkan dan apa yang akan dilakukan. Kajian tentang perencanaan
pada dasarnya selalu terkait dengan konsep manajemen. Sebagai salah satu fungsi
manajemen, perencanaan menempati fungsi pertama, bahkan menurut Syaefudin
(2006:4), ”Apabila perencanaan telah selesai dan dilakukan dengan benar, sebagian
pekerjaan besar telah selesai dilaksanakan.”
Berkenaan dengan pendidikan, maka fungsi perencanaan dalam dunia pendidikan
sangat strategis, karena menurut Coombs dalam Syaefuddin (2006:8) bahwa,
”Perencanaan pendidikan adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis
proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan
efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakatnya.”
Apabila dikaitkan dengan pembiayaan pendidikan, uraian di atas menggambarkan
tentang pentingnya prinsip efektivitas dan efisien dalam kebijakan perencanaan
pembiayaan pendidikan. Pembiayaan pendidikan yang telah direncanakan dan
ditindaklanjuti dengan implementasinya, memberikan manfaat yang besar baik bagi
peserta didik maupun bagi masyarakat maupun pembangunan wilayahnya.
Pembuatan kebijakan perencanaan pembiayaan pendidikan menurut Coombs
dalam Syaefuddin (2006:9) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Tujuan, apakah yang akan dicapai dengan perencanaan itu? b. Status posisi sistem pendidikan yang ada, bagaimanakah keadaan yang
ada sekarang? c. Kemungiknan pilihan alternatif kebijakan dan prioritas untuk mencapai
tujuan. d. Strategi, penentuan cara yang terbaik untuk mencapai tujuan.
88
Ada beberapa bentuk desain perencanaan pembiayaan, salah satunya adalah
Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran (SP4) atau Planning,
Programming, Budgetting System (PPBS) yang digunakan sebagai model perencanaan di
perguruan tinggi. Fattah (2004:54) mengatakan bahwa:
PPBS merupakan kerangka kerja dalam perencanaan dengan mengorganisasikan informasi dan menganalisisnya secara sistematis. Dalam PPBS, tiap-tiap tujuan suatu program dinyatakan dengan jelas. Dalam proses ini data tentang biaya, keuntungan, kelayakan suatu program disajikan secara lengkap sehingga pengambilan keputusan dapat menentukan pilihan program yang dianggap paling menguntungkan. PPBS diperkenalkan di Amerika Serika dan menjadi populer pada waktu Robert S. Mc Namara pada tahun 1960. Dan di Indonesia sering dipergunakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Implementasi model SP4 berpedoman kepada standar operasional prosedur (SOP)
Perencanaan dan Pengganggaran, dimana proses pembiayaan pendidikan diawal dengan
rencana kerja unit-unit satuan pendidikan tinggi. Siklus ini mengacu kepada Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2007 tentang Sistem Perencanaan
Departemen Pendidikan Nasional.
Dari hasil penelitian menunjukkan perencanaan pembiayaan pendidikan pada
dasarnya berpusat pada tiga komponen utama, yaitu:
1. Dengan perencanaan, ditunjukkan tujuan yang ingin dicapai yang tertuang dalam visi,
misi dan sasaran yang harus dicapai.
2. Bagaimanakah perencanaan itu dimulai?
3. Bagaimanakah cara mencapai tujuan (visi, misi dan sasaran) yang harus dicapai itu?
Perencanaan pembiayaan pendidikan di Universitas Syiah Kuala menganut pola
perencanaan pendidikan komprehensif, dimana konsep keseluruhan disusun sistemik dan
sistematik. Sistemik merupakan pola penyusunan yang menggunakan sistem bottom up,
yang melibatkan unsur paling dasar yaitu unit kerja terendah (jurusan, bagian dan
fakultas) sampai tingkat universitas. Karena jurusan, bagian dan fakultas merupakan
89
ujung tombak pelayanan pendidikan, mereka harus tahu kebutuhan dalam rangka
mencapai tujuan. Implementasi tersebut adalah dengan melaksanakan rapat koordinasi
untuk menyusun teknis perencanaan pada tingkat jurusan, bagian dan fakultas, yang
selanjutnya akan ditindaklanjuti pada tingkat universitas. Rumusan rapat kerja universitas
dijadikan sebagai bahan masukan pengembangan pendidikan tinggi pada Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan, untuk dibahas dalam Musyawarah
Rencana Pembangunan (Musrenbang) pada tingkat eksekutif dan legislatif pusat.
Sedangkan sistematik, menggunakan pola SP4 yaitu melaksanakan perencanaan
pembiayaan pendidikan secara terpadu, berbasis kinerja dan mengacu kepada rencana
strategis, dengan memperhatikan isu-isu strategis dan analisis lingkungan eksternal dan
internal yang tertuang dalam analisis SWOT. Data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan dirumuskan menjadi skala prioritas perencanaan pembiayaan
pendidikan. Karena dalam merumuskan perencanaan pembiayaan pendidikan akan
berhadapan dengan berbagai kekuatan dan kepentingan yang akan mempengaruhi proses
perumusan. Oleh karena itu, syarat-syarat dalam membuat perencanaan menurut
Syaefudin (2006:83):
a. Mampu mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan (SWOT) yang akan mampu mempengaruhi proses perencanaan.
b. Mampu memahami berbagai jenis pendekatan dalam perencanaan sistem pendidikan.
c. Mampu memformulasikan suatu rancangan pendidikan yang berorientasi kepada aspek-aspek fisik, manajemen dan kurikulum yang disesuaikan dengan aspek-aspek fisik, ekonomi yang berlaku pada lingkungannya.
Adapun langkah-langkah dalam menganalisa perencanaan pembiayaan
pendidikan menurut Syaefuddin (2006:84):
a. Mempelajari bidang telaah dan sistem-sistem sub bidang telaah.
b. Mengumpulkan data.
90
c. Mengolah data.
d. Peramalan masa depan.
Sehubungan dengan perencanaan pembiayaan yang menggunakan pola SP4,
maka Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi berkerjasama, berkoordinasi
dan bersinergi dengan Tim SP4 Perguruan Tinggi dalam melaksanakan kegiatan
perencanaan biaya. Hasil koordinasi tersebut, menghasilkan output matriks rencana
program dan anggaran tahunan. Matriks rencana, program, kegiatan dan anggaran
berdasarkan skala prioritas hasil rapat kerja, dan rencana strategis. Rumusan rencana,
program dan kegiatan tahunan tersebut merupakan strategi mencapai visi, misi, tujuan
dan berpedoman kepada analisis SWOT. yang dijadikan acuan dalam penyusunan
rencana pembiayaan tahunan. Matriks rencana, program, kegiatan dan anggaran akhirnya
dirumuskan dalam dokumen perencanaan yang disebut Rencana Program, Kegiatan dan
Anggaran Pendidikan Tinggi sebagai bahan masukan kepada Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sebagai awal dalam penyusunan
Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) dan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
Berkaitan dengan uraian di atas, pengaplikasian pelaksanaan pembiayaan
pendidikan tinggi, diawal dengan penyusunan dokumen usulan program kegiatan dan
anggaran Universitas Syiah Kuala yang mengacu kepada panduan yang telah ditetapkan
oleh Ditjen Dikti. Usulan tersebut ditindaklanjuti sebagai bahan masukan untuk
mendapatkan pagu sementara yang dialokasikan kepada Universitas Syiah Kuala melalui
pertimbangan-pertimbangan kelayakan proposal usulan dengan mengacu kepada
kesesuaian isu-isu strategis, data dan informasi yang akurat berdasarkan analisis SWOT.
91
Hal yang mendasar adalah kesesuaian dengan Renstra Pendidikan. Penyusunan dokumen
usulan program, kegiatan dan anggaran dilakukan oleh Biro Administrasi Perencanaan
dan Sistem Informasi, melalui koordinasi Tim SP4 Universitas Syiah Kuala.
Dokumen usulan program, kegiatan dan anggaran mengacu kepada Renstra
Pendidikan, yang merumuskan tiga pilar pembangunan pendidikan yang meliputi:
pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing
serta penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Selain itu program,
kegiatan dan anggaran yang diusulkan tersebut dialokasikan dari sumber penerimaan
yaitu APBN yang meliputi: rutin, pembangunan, PNBP, serta bersumber dari APBD.
Pagu pembiayaan pendidikan Universitas Syiah Kuala dituangkan dalam RKA-
KL pada APBN dan RKA-SKPD pada APBD. Di dalam RKA-KL tersebut tertuang
program, kegiatan dan anggaran yang telah disetujui. Sebagai pedomen pelaksanaan
pembiayaan, maka RKA-KL atau RKA-SKPD dibahas lebih lanjut untuk dijadikan
sebagai DIPA untuk APBN atau DPA untuk APBD. Dengan adanya DIPA atau DPA
maka Universitas Syiah Kuala memiliki legalitas untuk melaksanakan pembiayaan.
2) Pelaksanaan pembiayaan pendidikan tahun anggaran 2008 di Universitas Syiah Kuala
Tahapan kegiatan setelah dilakukan perencanaan dalam manajemen pembiayaan
adalah pelaksanaan atau implementasi. Suhendrayatna (2008:5) mengemukakan bahwa,
“Pelaksanaan adalah implementasi dari seluruh kegiatan-kegiatan yang berpedoman
kepada standar yang telah ditetapkan. Untuk berbagai proses disiapkan Standard
Operating Procedure (SOP). Proses pendidikan, termasuk pelayanan administrasi
pendidikan dilaksanakan sesuai dengan SOP yang telah ditentukan”. Berdasarkan hasil
penelitian, bahwa langkah pelaksanaan pembiayaan pendidikan terdiri atas:
92
a. Penyiapan program.
b. Persetujuan pererencanaan beserta dengan pertimbangan legalnya.
c. Pengaturan unit-unit operasional (pengorganisasian). (Syaefudin, 2006:179).
Pelaksanaan pembiayaan pendidikan menyangkut persiapan rencana-rencana
yang spesifik disertai dengan prosedur-prosedur untuk diterapkan oleh institusi dalam
kerangka sistem pendidikan yang ada. Pelaksanaan pembiayaan pendidikan Universitas
Syiah Kuala mengacu kepada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
Perubahan mendasar dalam ketentuan keuangan negara yang diatur dalam
undang-undang ini meliputi pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, asas-asas
umum pengelolaan keuangan negara dan ketentuan lain. Selain itu, juga disebutkan
bahwa keuangan negara meliputi dana yang bersumber dari APBN dan APBD. Undang-
undang memberikan kaidah-kaidah dalam pelaksanaan pembiayaan, antara lain :
a. akuntabilitas berorientasi pada hasil; b. profesionalitas; c. proporsionalitas; d. keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara; e. pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.
(Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003).
Dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, terjadi perubahan mendasar dalam perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan
anggaran, perubahan tersebut meliputi beberapa pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan penyelenggaraan dengan perspektif jangka menengah.
b. Pelaksanaan anggaran secara terpadu.
c. Pelaksanaan anggaran berbasis kinerja (Departemen Keuangan, 2003).
Pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka menengah memberikan
kerangka yang menyeluruh, meningkatkan keterkaitan proses perencanaan dan
93
penganggaran, mengembangkan disiplin fiskal, mengarahkan alokasi sumber daya agar
lebih rasional dan strategis, serta meningkatkan kepercayaan masyarakat pada kegiatan
pemerintah dengan memberikan pelayanan yang optimal serta lebih efisien.
Penganggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh perencanaan dan
penganggaran sebagai suatu kesatuan yang utuh, menghimpun seluruh kegiatan yang
berasal dari anggaran rutin, anggaran pembangunan dan penerimaan negara bukan pajak
(PNBP) ke dalam satu dokumen perencanaan, yang disebut dengan DIPA atau DPA.
Universitas Syiah Kuala melaksanakan DIPA dan DPA didasarkan pada RKA-KL dan
RKA-SKPD yang mengakibatkan adanya perubahaan pengelolaan biaya pendidikan
dengan dihapuskannya proyek. Orientasi pengelolaan biaya adalah program oriented,
bukan project oriented. Agar pelaksanaan anggaran berjalan tertib, lancar, efisien,
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, maka ditentukan siapa yang menjadi
penanggung jawab masing-masing program dan kegiatan.
Sumber anggaran baik APBN maupun APBA digunakan untuk belanja pegawai,
belanja barang, belanja modal dan belanja bantuan sosial. Menurut Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2005 tentang APBN disebutkan bahwa:
a. Belanja pegawai adalah semua pengeluaran negara yang digunakan untuk membiayai kompensasi dalam bentuk uang atau barang yang diberikan kepada pegawai, sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
b. Belanja barang adalah semua pengeluaran negara yang digunakan untuk membiayai pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa, baik yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan.
c. Belanja modal adalah semua pengeluaran negara yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, serta dalam bentuk fisik lainnya.
d. Bantuan sosial adalah semua pengeluaran negara dalam bentuk transfer uang/barang yang diberikan kepada masyarakat melalui kementerian/lembaga, guna melindungi dari terjadinya berbagai risiko sosial. (Departemen Keuangan, 2005).
94
Semua jenis belanja tersebut terserap dalam pembiayaan rutin, pembangunan
dalam APBN dan APBD.
Menurut Fattah (2004:48), bahwa:
Anggaran rutin atau recufrent expenditure adalah anggaran yang ditunakan untuk membiayai pengeluaran rutin atau berulang-ulang, seperti gaji, barang yang harus sering diganti, serta kegiatan operasional yang bersifat reguler pada suatu lembaga. Anggaran pembangunan atau capital expenditure adalah pengeluaran untuk barang-barang yang tahan lama, seperti gedung sekolah, laboratorium, sarana olahraga, fasilitas belajar lainnya serta bantuan operasional kegiatan penunjang organisasi.
Selain biaya rutin dan pembangunan yang berasal dari pemerintah, pembiayaan
perguruan tinggi juga memperoleh dana dari masyarakat. (Fattah, 2004:158). Segala
bentuk biaya yang berasal dari dana masyarakat dan dikelola untuk pelaksanaan kegiatan
satuan kerja disebut dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). PNBP merupakan
dana yang diperoleh dari masyarakat berdasarkan penjualan produk barang, jasa atau
penyediaan pelayanan. Universitas Syiah Kuala sebagai instutisi penyediaan pelayanan
pendidikan, memperoleh PNBP dari penerimaan SPP mahasiswa, kegiatan-kegiatan
akademik (misalnya: penerimaan mahasiswa baru, dana tambahan, dana pembangunan
serta kegiatan akademik lainnya), penjualan aset dan pemberdayaan potensi perguruan
tinggi yang lainnya.
Pengelolaan PNBP pada perguruan tinggi mengacu kepada Pasal 117 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi, dimana
disebutkan bahwa:
Pimpinan perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah menyusun usulan struktur tarif dan tata cara pengelolaan dan pengalokasian dana yang berasal dari masyarakat setelah disetujui oleh Senat Perguruan Tinggi. Usulan ini diajukan oleh Rektor/Ketua/Direktur melalui Menteri. Menteri lain atau pimpinan lembaga pemerintah lain kepada Menteri Keuangan untuk disahkan.
95
Penggunaan PNBP mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999
tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari
Kegiatan Tertentu. Dengan demikian penggunaan sumber anggaran PNBP harus sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi perguruan tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
kegiatan-kegiatan di Universitas Syiah Kuala yang dibiayai anggaran PNBP menyentuh
pada kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Di samping Anggaran rutin, pembangunan dan PNBP, sebagai bentuk kepedulian
Pemerintah Aceh terhadap pengembangan pendidikan tinggi, dialokasikan dana untuk
program perguruan tiggi. Pelaksanaan APBD mengacu kepada arah kebijakan pendidikan
tinggi yang tertuang dalam Rencana Strategis Pendidikan Nanggroe Aceh Darussalam
Tahun 2007 yang menyebutkan :
Program pembangunan perguruan tinggi bertujuan pertama, meningkatkan pemerataan dan perluasan akses bagi semua warga negara melalui program-program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor; kedua, meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan tinggi dalam rangka menjawab kebutuhan pasar kerja, serta pengembangan IPTEK, untuk memberikan sumbangan secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. (Sekretariat Provinsi NAD, 2007).
Jumlah anggaran rutin Universitas Syiah Kuala Tahun 2008 sebesar Rp
86.262.331.000, semuanya (100,00%) digunakan untuk mendukung pilar penguatan tata
kelola, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing. Pelaksanaan belanja pembangunan
sebagian besar (78,22%) atau Rp 29.255.875.000,- dialokasikan untuk mendukung pilar
peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, pilar pemerataan dan perluasan akses
sebesar Rp 6.814.000.000,- atau 18,22%. Untuk mendukung pilar penguatan tata kelola,
akuntabilitas dan pencitraan publik hanya sebesar Rp 1.333.736.000,- atau 3,56%.
Pelaksanaan belanja PNBP dialokasikan untuk pilar penguatan tata kelola, akuntabilitas
dan pencitraan publik sebesar Rp 35.657.776.000,- atau 66,81%. Sedangkan untuk
mendukung pilar peningkatan mutu relevansi dan daya saing sebesar Rp
17.712.125.000,- atau 33,19%.
96
Pembiayaan pendidikan dari APBA dialokasikan untuk mendukung pilar
pemerataan dan perluasan askes pendidikan sebesar Rp 8.468.100.000,- atau 26,88%.
Untuk mendukung program peningkatan mutu, relevansi dan daya saing sebesar
23.031.900.000,- atau 73,12%.
Keseluruhan jumlah biaya pendidikan Universitas Syiah Kuala tahun 2008
sebesar Rp 208.535.987.000,-, dimana Rp 123.253.843.000,- atau 59,10% untuk
mendukung pilar penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sebesar
33,57% atau Rp 69.999.900.000,- untuk pilar peningkatan mutu, relevansi dan daya
saing dan 7,33% atau Rp 15.282.244.000, untuk pilar pemerataan dan perluasan akses
pendidikan. Dengan demikian menunjukkan sebagian besar digunakan untuk program
penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Hal tersebut dikarenakan
dalam pilar tersebut terdapat belanja gaji pegawai besar dengan tunjangan-tunjangannya
seluruh pegawai dan karyawan yang relatif besar tertuang dalam belanja rutin .
Dari hasil penelitian bahwa unit cost di Universitas Syiah Kuala pada tahun
anggaran 2008 hanya sebesar Rp 9.769.782,-/mahasiwa. Hal ini sangat jauh dari ideal.
Supriadi (2005:35), mengatakan,”unit cost pendidikan tinggi yang ideal adalah Rp 18
juta per mahasiswa, apabila unit cost tidak memenuhi rasio ideal, maka perguruan tinggi
tersebut akan sulit mengembangkan kegiatan akademik dan pelayanan pendidikan”.
Hasil wawancara dengan beberapa informan, memberi penjelasan bahwa biaya
yang memadai, akan berdampak positif terhadap peningkatan kinerja personil,
peningkatan kesejahteraan staf, peningkatan sarana dan prasarana di Universitas Syiah
Kuala. Pengaruh positif lainnya akan mampu meningkatkan pelayanan kegiatan belajar-
mengajar, yang salah satunya ditunjukkan dalam bentuk peningkatan mutu. Hal tersebut
juga sesuai dengan hipotesis studi tentang pembiayaan pendidikan sekolah yang
dirumuskan oleh Fattah (2004:111), bahwa :
97
a. Terdapat hubungan yang positif dan kontribusi yang signifikan antara biaya dengan kualitas belajar mengajar.
b. Terdapat hubungan yang positif dan kontribusi yang signifikan dengan mutu hasil belajar.
c. Terdapat hubungan yang positif dan kontribusi yang signifikan antara mutu proses belajar mengajar-mengajar dengan mutu hasil belajar siswa.
Berkaitan dengan terbatasnya anggaran untuk pelaksanaan pendidikan, bila
diimplementasikan dalam peningkatan fungsi manajemen, maka diperlukan suatu konsep
efisiensi pendidikan. Fattah (2004:35) mengemukakan bahwa:
Efisiensi pendidikan artinya memiliki kaitan erat pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi. Dalam pembiayaan pendidikan, efisiensi hanya akan ditentukan oleh ketepatan di dalam mendayagunakan anggaran pendidikan dengan memberikan prioritas pada faktor-faktor input pendidikan yang dapat memacu pencaain prestasi belajar.
Untuk meningkatkan efisiensi pembiayaan pendidikan tersebut, perlu dilakukan
penekanan biaya pendidikan melalui berbagai jenis kebijakan, antara lain:
1. Menurunkan biaya operasional, 2. Memberikan prioritas anggaran terhadap komponen-komponen input yang
langsung berkaitan dengan proses belajar-mengajar. 3. Meningkatkan kapasitas pemakaian ruang kelas dan fasilitas belajar. 4. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. (Suhendrayatna, 2008:9).
Pengoptimalan fungsi manajemen, melalui penentuan kegiatan yang sesuai
dengan kebutuhan dan prioritas berpengaruh terhadap efektifitas pencapaian tujuan dan
sasaran, apalagi dikaitkan dengan keterbasan sumber daya.
3) Pengendalian pembiayaan pendidikan tahun anggaran 2008 di Universitas Syiah Kuala
Paradigma pengembangan perguruan tinggi dan pengelolaan keuangan negara
menuntut perlunya sistem pembiayaan pendidikan yang komprehennsif, desentralisasi,
serta menggunakan prinsip transparansi, dan akuntabilitas. Hal ini untuk menjamin
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang semakin terbatas menjadi lebih efisien
dan efektif serta berkelanjutan.
98
Dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan, dilakukan melalui tahapan-tahapan
penyusunan rencana, pelaksanaan dan pengendalian. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian merupakan bagian-bagian dari fungsi manajemen yang saling terkait
dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiganya saling melengkapi dan masing-
masing memberikan umpan balik serta masukan kepada yang lainnya. Perencanaan yang
telah disusun dengan baik, tidak ada artinya jika tidak dilaksanakan dengan baik pula.
Setiap pelaksanaan kegiatan tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak didasarkan
kepada perencanaan yang baik. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi
sumber daya, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan pembiayaan
pendidikan, dilakukan pengawasan sebagai fungsi pengendalian terhadap pelaksanaan
pelaksanaan pembiayaan pendidikan tinggi.
Siagian (2001:41) menjelaskan:
Tujuan pengawasan adalah untuk membantu para anggota organisasi mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam diri masing-masing dan memberikan bimbingan, sehingga terjadi modifikasi perilaku negatif. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengawasan tersebut dapat menentukan langkah korektif yang mungkin diperlukan.
Pengendalian dilakukan untuk menjamin kesesuaian kegiatan dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan. Pengendalian lebih tepat sasaran, baik dari aspek waktu,
fisik dan aspek lainnya apabila didukung dengan pemantauan atau monitoring yang
kontinyu dan berkesinambungan. Monitong dimaksudkan untuk mengamati
perkembangan pelaksanaan kegiatan, mengidentifikasi serta mengantisipasi
permasalahan yang telah dan akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin.
Hasil monitoring dijadikan masukan untuk evaluasi, melakukan koreksi atas
penyimpangan kegiatan, akselerasi atas keterlambatan pelaksanaan ataupun klarifikasi
atas ketidakjelasan pelaksanaan rencana.
99
Berpijak pada kondisi di atas, pengawasan, pengendalian, monitong dan
pemeriksaan merupakan hal urgen dalam proses manajemen. Dalam kaitan ini Izzettin
dalam Fattah (2000:36) menyatakan, ”Anggaran dapat berjalan efektif jika
mempertimbangkan aspek partisipasi penyusunan anggaran, yaitu keikutsertaaan semua
komponen dalam penyusunan anggaran. Tingkat partisipasi tersebut, pada akhirnya akan
mendorong moral kerja dan inisiatif kerja yang baik”.
Setelah diadakan monitong, dilaksanakan evaluasi, dengan maksud untuk dapat
mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai
dalam pelaksanaan rencana dapat dinilai dan dapat dipelajari untuk perbaikan dan
pelaksanaan rencana pembiayaan pendidikan yang akan datang. Fokus utama evaluasi
diarahkan kepada keluaran, hasil dan dampak dari pelaksanaan kegiatan yang telah
dilakukan. Oleh karena itu dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan yang berprinsip
kepada transparan dan akuntabel, disertai dengan penyusunan indikator kinerja.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembiayaan, kegiatan evaluasi dapat
dilakukan pada berbagai kegiatan yang berbeda, yaitu:
d. Evaluasi pada tahap perencanaan atau ex-ante, yaitu evaluasi dilakukan sebelum diterapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
e. Evaluasi pada tahap pelaksanaan atau in-going, yaitu evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
f. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan atau ex-post, yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan kegiatan berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran, hasil dan dampak) program mampu mengatasi masalah yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan dengan masukan). Efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program.
100
Pengendalian dan evaluasi juga merupakan tugas pokok yang diemban oleh Badan
Penjaminan Mutu Universitas Syiah Kuala. Dalam melakukan pengendalian mutu
terhadap pelaksanaan kegiatan, mengukur kinerja kegiatan dengan berpedoman kepada
indikator kinerja, serta mengevaluasi kegiatan-kegiatan untuk ditindaklanjuti dengan
kebijakan-kebijakan yang strategis. Kegiatan monitoring dan evaluasi harus dilakukan
secara kontinue dan berkesinambungan. Monitoring dan evaluasi pada aspek mutu
dilakukan dengan tinjauan atau visitasi langsung ke unit-unit kerja, dengan melakukan
audit mutu yang objektif, tanpa ada campur tangan dan unsur kepentingan dan
meningkatkan independen lembaga jaminan mutu.
Selain pengendalian dan evaluasi, untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan adalah melaksanakan pelaporan.
Pelaporan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam proses pelaksanaan
kegiatan dan pencapaian tujuan. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan informasi
yang cepat, tepat dan akurat kepada stakeholder sebagai bahan pengambilan keputusan
sesuai dengan kondisi yang terjadi serta penentuan kebijakan yang relevan. Di dalam
pelaksanaan kegiatan pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, bahwa:
a Berkala dilakukan setiap bulan, 3 bulan (triwulan) dan 6 bulan (semester) atau tahunan.
b. Berjenjang adalah satu unit kerja paling bawah dalam suatu organisasi sampai kepada pucuk pimpinan organisasi, misalnya dari penanggungjawab kegiatan kepada penanggungjawab program, dan penanggungjawab program kepada pimpinan. Berjenjang juga mengandung arti dri satu tingkat pemerintahan kepada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi, misalnya dari kabupaten/kota kepada provinsi dan selanjutnya kepada pemerintah pusat.
Untuk mendapatkan hasil yang dapat membeirkan informasi secara maksimal,
diperlukan bentuk format pelaporan yang memadai. Format laporan harus dapat
101
menampung informasi yang cukup relevan untuk diketahui, memberikan petunjuk atau
informasi yang memadai untuk melakukan tindakan korektif atau untuk merumuskan
perencanaan periode berikutnya.
Bagian Sistem Informasi yang mempunyai tugas membuat laporan pelaksanaan
program kegiatan pengembangan pendidikan, membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP). Format-format LAKIP tersebut merumuskan dan
memberikan informasi tentang capaian dan daya serap pelaksanaan anggaran pendidikan
tinggi. LAKIP dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi setiap bulan, 3
bulan dan 6 bulan. Penyusunan LAKIP mengacu kepada Instruksi Presiden Republik
Indonesia (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah.
Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar tidak menyimpang dari rencana yang
telah ditetapkan adalah dengan melaksanakan kegiatan pengawasan. Kegaitan ini
dilakukan oleh lembaga eksternal, yaitu lembaga pengawasan misalnya Inspektorat
Jenderal Pendidikan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan
Badan Pengawasan Daerah (Bawasda). Merupakan fakta bahwa kompleksnya
penyelenggaraan kegiatan pendidikan disertai dengan penggunaan biayanya, membuat
pemerintah tidak mungkin pemerintah dalam hal ini pemimpin dapat mengawasi secara
langsung. Potensi atas adanya bias informasi dan penyimpangan akan sangat mungkin
terjadi. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan tugasnya, pemerintah memerlukan penyedia
informasi obyektif yang dilakukan melalui fungsi pengawasan. Pengawasan tidak lagi
sebatas audit dalam lingkup organisasi pelaksana kegiatan, tetapi juga mencakup
aktivitas jasa konsultasi dan penjaminan mutunya. Fungsi-fungsi itulah yang kini
diemban lembaga pengawasan, baik BPKP, Inspektorat Jenderal maupun Bawasda.
102
Pelaksanaan pengawasan diarahkan untuk:
a. Mendorong terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, meningkatnya pelayanan publik serta terwujudnya iklim yang mencegah KKN;
b. Meningkatkan kepercayaan publik kepada pemerintah melalui program kehumasan hasil pengawasan;
c. Mengembangkan governance system dalam rangka meningkatkan kualitas hasil pengawasan guna memberi dukungan bagi proses pengambilan Kebijakan oleh Presiden. (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999).
Dengan adanya pengendalian, monitong, evaluasi dan pengawasan, pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan yang diharapkan, serta memberikan manfaat yang besar baik bagi
organisasi maupun masyarakat dan wilayah.