bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. bab 4...

40
35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tempat Penelitian a. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta beralamat di Kompleks Balaikota Jalan Kenari No. 56, Yogyakarta, Telp. (0274) 555241, Kode Pos: 55165. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta memiliki mott o anda berpartisipasi, kami memfasilitasi untuk hidup sehat. Sedangkan tugas pokok dan fungsinya adalah sebagai berikut memasyarakatkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat serta surveilans di masyarakat, meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat melalui community deal. Visi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yaitu menjadi fasilitator, motivator, regulator dan pemberi pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Sedangkan misi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan menuju masyarakat sehat dan mandiri, meningkatnya pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, meningkatnya Sistem Informasi Kesehatan Berbasis Data yang Akurat, meningkatnya Jejaring Kerja antara Masyarakat, Pemerintah dan Swasta,

Upload: phamque

Post on 06-Feb-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Tempat Penelitian

a. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta beralamat di Kompleks Balaikota

Jalan Kenari No. 56, Yogyakarta, Telp. (0274) 555241, Kode Pos:

55165. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta memiliki motto anda

berpartisipasi, kami memfasilitasi untuk hidup sehat. Sedangkan tugas

pokok dan fungsinya adalah sebagai berikut memasyarakatkan budaya

perilaku hidup bersih dan sehat serta surveilans di masyarakat,

meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pembiayaan kesehatan,

meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

meningkatkan partisipasi aktif masyarakat melalui community deal.

Visi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yaitu menjadi fasilitator,

motivator, regulator dan pemberi pelayanan kesehatan yang bermutu dan

terjangkau. Sedangkan misi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta adalah

meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan

kesehatan menuju masyarakat sehat dan mandiri, meningkatnya

pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, meningkatnya

Sistem Informasi Kesehatan Berbasis Data yang Akurat, meningkatnya

Jejaring Kerja antara Masyarakat, Pemerintah dan Swasta,

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

36

meningkatnya Fungsi Regulasi Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan,

dan meningkatnya Ketersediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. Struktur

organisasi Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut:

Sumber: kesehatan.jogjakota.go.id

Bagan 1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

b. Unit Pelaksana Teknis Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah

(UPT PJKD)

Berdasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 46 Tahun 2012

tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Fungsi dan Rincian Tugas

Unit Pelaksana Teknis Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah dan

Pusat Kesehatan Masyarakat, pembentukan UPT PJKD bertujuan untuk

menunjang operasional Dinas Kesehatan dalam bidang pelayanan

jaminan kesehatan masyarakat dan pegawai daerah.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

37

1) Kedudukan, Fungsi dan Rincian Tugas

a) Kedudukan

Unit Pelaksana Teknis Penyelenggara Jaminan Kesehatan

Daerah (UPT PJKD) adalah UPT untuk menunjang operasional

Dinas Kesehatan dalam bidang pelayanan jaminan kesehatan

masyarakat dan pegawai daerah. UPT PJKD dipimpin oleh

seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas.

b) Fungsi

UPT PJKD mempunyai fungsi pelaksanaan kegiatan

operasional penyelenggaraan jaminan kesehatan masyarakat dan

pegawai daerah.

c) Rincian Tugas

Untuk melaksanakan fungsinya, UPT PJKD mempunyai

rincian tugas:

(1) Mengumpulkan, mengolah data dan informasi,

menginventarisasi permasalahan serta melaksanakan

pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan

jaminan kesehatan masyarakat dan pegawai daerah.

(2) Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan,

mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan penyelenggara

jaminan kesehatan masyarakat dan pegawai daerah.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

38

(3) Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan, dan pembinaan

serta petunjuk teknis sesuai bidang tugasnya.

(4) Melaksanakan pelayanan jaminan kesehatan masyarakat dan

pegawai daerah.

(5) Melaksanakan penerbitan kartu peserta jaminan kesehatan

masyarakat dan pegawai daerah.

(6) Menyusun pedoman pemanfaatan dan mekanisme

penyelenggaraan jaminan kesehatan masyarakat dan pegawai

daerah.

(7) Menyiapkan bahan kerjasama dengan Pemberi Pelayanan

Kesehatan (PPK) atau sarana pelayanan kesehatan lain.

(8) Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga UPT.

(9) Melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja UPT.

(10) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

2) Struktur Organisasi

Susunan organisasasi UPT PJKD Kota Yogyakarta terdiri dari:

(1) Kepala UPT: Drg. Umi Nur Chariyati, M. Ph.

(2) Sub Bagian Tata Usaha: Kustini, S. SiT.

(3) Verifikator: Sri Nuryanti, S. SiT.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

39

2. Deskripsi Data

a. Gambaran Umum tentang Kebijakan Jaminan Persalinan

(Jampersal)

Kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) mulai dilaksanakan di

Indonesia pada 1 Januari 2012 yang diatur dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2562/MENKES/PER/ XII/2011

tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. Jaminan persalinan adalah

jaminan pembiayaan pelayanan persalinan, pelayanan nifas termasuk

pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir.

Tujuan Jampersal secara umum adalah meningkatkan akses

terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB

pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten

dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan AKI

dan AKB. Sesuai dengan tujuan Jampersal, maka sasaran Maka,

sasaran yang dijamin adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (sampai

42 hari pasca melahirkan), dan bayi baru lahir (sampai dengan usia 28

hari).

1) Kebijakan Operasional

a) Pengelolaan Jaminan Persalinan dilakukan pada setiap jenjang

pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) yang

merupakan bagian intregal dari Jamkesmas dan dikelola

mengikuti tata kelola Jamkesmas.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

40

b) Jaminan Persalinan adalah perluasan kepesertaan dari

Jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja.

Manfaat yang diterima oleh penerima manfaat Jaminan

Persalinan terbatas pada pelayanan kehamilan, persalinan,

nifas, bayi lahir dan KB pasca persalinan.

c) Penerima manfaat Jaminan Persalinan mencakup selurauh

sasaran yang belum memiliki Jaminan Persalinan.

d) Penerima manfaat Jaminan Persalinan didorong unutk

mengikuti program KB pasca persalinan (dengan membuat

surat pernyataan).

e) Penerima manfaat Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan

pelayanan di seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama

pemerintah (puskesmas dan jaringannya) dan swasta serta

fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (rumah sakit) pemerintah

dan swasta (berdasarkan rujukan) di rawat inap kelas III.

f) Fasilitas kesehatan tingkat pertama swasta seperti bidan

praktik mandiri, klinik bersalin, dokter praktik yang

berkeinginan ikut serta dalam program ini harus mempunyai

perjanjian kerjasama (PKS) dengan Dinas Kesehatan

Kabupaten/ Kota selaku Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK

atas nama Pemerintah Daerah setempat yang mengeluarkan

ijin praktiknya. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan tingkat

lanjutan baik pemerintah maupun swasta harus mempunyai

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

41

perjanjian kerjasama (PKS) dengan Dinas Kesehatan

Kabupaten/ Kota selaku Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK

Kabupaten/ Kota yang diketahui oleh Tim Pengelola

Jamkesmas dan BOK Provinsi.

g) Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada

standar pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

h) Pembayaran atas pelayanan jaminan persalinan dilakukan

dengan cara klaim.

i) Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani

sasaran Jaminan Persalianan dari luar wilayahnya, tetap

melakukan klaim kepada Tim Pengelola/ Dinas Kesehatan

setempat dan bukan pada daerah asal sasaran Jaminan

Persalinan tersebut.

j) Bidan Desa dalam wilayah kerja Puskesmas yang melayani

Jaminan Persalinan diluar jam kerja Puskesmas yang berlaku

di wilayahnya, dapat menjadi Bidan Praktik Mandiri sepanjang

yang bersangkutan memiliki Surat Ijin Praktik dan mempunyai

Perjanjian Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/

Kota selaku Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK atas nama

Pemerintah Daerah.

k) Pelayanan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan

pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan dan

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

42

prinsip porbabilitas dengan demikian Jaminan Persalinan tidak

mengenal batas wilayah.

l) Untuk menjamin kesinambungan dan pemerataan pelayanan,

Tim Pengelola Jamkesmas Pusat dapat melakukan realokasi

dana antar kabupaten/ kota, dengan mempertimbangkan

penyerapan dan kebutuhan daerah serta disesuaikan dengan

ketersediaan dana yang ada secara nasional.

2) Ruang Lingkup Jampersal

Ruang lingkup Jaminan Persalinan terdiri dari pelayanan

tingkat pertama, pelayanan tingkat lanjutan, dan pelayanan

persiapan rujukan. Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah

pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten

dan berwenan memberikan pelayanan yang meliputi pemeriksaan

kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan

KB pasca persalinan, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir,

termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya

komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta

KB pasca persalinan) tingkat pertama. Jenis pelayanan Jaminan

Persalinan di tingkat pertama meliputi:

a) Pelayanan Ante-Natal Care (ANC) sesuai standar pelayanan

KIA dengan frekuensi 4 kali.

b) Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru

lahir.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

43

c) Pertolongan persalinan normal.

d) Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit

pervaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas Pelayanan

Obsterik Neonatal Emergensi Dasar (PONED).

e) Pelayanan nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai

standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali.

f) Pelayanan KB pasca persalinan serta komplikasinya.

g) Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu

dan janin/ bayinya.

h) Penatalaksanaan rujukan kasus ibu dan bayi baru lahir dengan

komplikasi dilakukan sesuai standar pelayanan KIA.

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan

kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan

bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang

tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang

dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis. Pada kondisi

ketergawatdaruratan kebidanan dan neonatal tidak diperlukan surat

rujukan. Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan

terencana atas indikasi ibu dan janin/ bayinya. Jenis pelayanan

persalinan di tingkat lanjutan meliputi:

a) Pemerikasaan kehamilan (ANC) dengan risiko tinggi (risti).

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

44

b) Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak

mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.

c) Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam

kaitan akibat persalinan.

d) Pemeriksaan paska persalinan (PNC) dengan risiko tinggi (risti).

e) Penatalaksanaan KB paska salin dengan metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP) atau kontrasepsi mantap (Kontrap) serta

penanganan komplikasi.

Sedangkan pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada

suatu keadaan dimana terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana

secara paripurna di fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga

perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut: kasus tidak dapat

ditatalaksana paripurna di fasilitas kesehatan karena keterbatasan

SDM dan keterbatasan peralatan dan obat-obatan, dengan merujuk

dipastikan pasien akan mendapat pelayanan paripurna yang lebih

baik dan aman di fasilitas kesehatan rujukan, dan pasien dalam

keadaan aman selama proses rujukan.

3) Pendanaan Jampersal

Dana Jaminan Persalinan bersumber dari APBN Kementerian

Kesehatan yang dialokasikan pada Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA) Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan

Kementerian Kesehatan. Alokasi dana Jamkesmas pelayanan

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

45

kesehatan dasar di Kabupaten/ Kota diperoleh atas perhitungan

jumlah masyarakat miskin dna tidak mampu sebagai sasaran

Jamkesmas. Sedangkan alokasi dana Jaminan Persalinan di

Kabupaten/ Kota diperhitungkan berdasarkan estimasi proyeksi

jumlah bumil peserta Jamkesmas dan sasaran bumil penerima

manfaat Jaminan Persalinan yang belum memiliki jaminan

persalinan di daerah tersebut dikaliakn total besaran biaya paket

pelayanan persalinan tingkat pertama.

Alokasi dana Jaminan Persalinan di PPK tingkat lanjutan/

rujukan diperhitungkan berdasarkan perkiraan jumlah bumil peserta

Jamkesmas dan sasaran bumil penerima mafaat Jaminan Persalinan

yang belum memiliki Jaminan Persalinan dengan risiko tinggi/

dengan komplikasi yang perlu mendapatkan penanganan di PPK

lanjut/ rujukan di daerah tersebut dikalikan rata-rata besaran biaya

paket pelayanan persalinan risiko tinggi/ dengan komplikasi

menurut INA CBGs.

b. Proses Implementasi Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta

Tahun 2013

Pemerintah Pusat maupun daerah di Indonesia telah membuat dan

melaksanakan berbagai macam kebijakan khususnya tentang

pemasalahan kesehatan. Salah satu kebijakan yang berkaitan dengan

kesehatan adalah Kebijakan Jampersal. Kebijakan Jampersal

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

46

merupakan kebijakan yang khusus ditujukan untuk ibu hamil dan bayi

yang baru lahir.

Implementasi Kebijakan Jampersal dilakukan oleh pemerintah telah

melewati beberapa tahap terlebih dahulu. Tahap-tahap tersebut adalah

tahap persiapan, tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan, dan tahap

pengawasan. Implementasi Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta

juga melewati tahap-tahap tersebut.

Latar belakang Kebijakan Jampersal adalah untuk mengurangi

angka kematian ibu dan bayi sesuai dengan tujuan dalam MDGs. Hal

itu dikarenakan meningkatnya angka kematian ibu dan bayi saat

melahirkan. Pada tahap persiapan ini, pemerintah daerah hanya

menunggu petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Hal

itu dikarenakan Kebijakan Jampersal merupakan kebijakan dari

pemerintah pusat yang kemudian diimplementasikan oleh daerah

sehingga pemerintah daerah (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta) hanya

sebagai regulator.

Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Ibu Yanti, verifikator

UPT PJKD Kota Yogyakarta dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014

yang mengatakan:

Kebijakan Jampersal merupakan kebijakan dari pemerintah pusat,

jadi semua persiapan dilakukan oleh pemerintah pusat.

Pemerintah daerah cuma sebagai pelaksana, juknis dan dana dari

regulasi pemerintah pusat. Dinas kesehatan Kota Yogyakarta

sebagai regulator saja.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

47

Pihak/ lembaga yang terlibat dalam persiapan implementasi

Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta yaitu Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta melalui UPT PJKD Kota Yogyakarta, rumah sakit baik

pemerintah maupun swasta, Puskemas dan bidan praktik di Kota

Yogyakarta yang telah bekerja sama. Di Kota Yogyakarta, ada 12

rumah sakit yang bekerja sama yaitu RSUD Kota Yogyakarta, RSU

PKU Muhammadiyah Yogyakarta, RS Bethesda Yogyakarta, RS

Bethesda Lempuyangwangi, RS Panti Rapih Yogyakarta, RS Khusus

Respira (BP4) Yogyakarta, RS Ludira Husadatama Yogyakarta, RSI

Hidayatullah Yogyakarta, RS KB Soedirman Yogyakarta, RS

Happyland Yogyakarta, RS DKT Soetarto Yogyakarta, RSK

Permartabunda Yogyakarta, RS PKU Muhammadiyah Kotagede, dan

RS Empat Lima Yogyakarta.

Kebijakan Jampersal juga berkerja sama dengan 18 Puskesmas yang

tersebar di wilayah Kota Yogyakarta yaitu Danurejan I, Danurejan II,

Gedongtengen, Gondokusuman I, Gondokusuman II, Gondomanan,

Kotagede I, Kotagede II, Kraton, Mantrijeron, Ngampilan, Pakualaman,

Umbulharjo I, Umbulharjo II, Wirobrajan, Jetis, Tegalrejo, dan

Mergangsan. Serta ada 12 bidan dan rumah bersalin yaitu BPS Pipin,

BPS Mudjidah, BPS Sarmini, BPS Dian, BPS, Endang, BPS Realino,

BPS Pury Adisty, BPS Tri Ratih, BPS Sang Timur, RB Sarbini Dewi,

dan RB Rumah Zakat.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

48

Dalam persiapan implementasi Kebijakan Jampersal ini Dinas

Kesehatan tidak lepas tangan begitu saja dan menunggu juknis dari

pemerintah pusat. Hal itu dikarenakan keterlambatan distribusi buku

petunjuk teknis (juknis) Jaminan Persalinan. Distribusi buku tersebut

seharusnya sampai ke Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sebelum 1

Januari 2012, namun buku juknis tersebut baru sampai ke Dinas

Kesehatan pertengahan Januari. Masalah keterlabambatan juknis

tersebut diatasi dengan membuat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan

Kota Yogyakarta Nomor 34A Tahun 2012 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Jaminan Persalinan di Kota Yogyakarta. Keputusan

Kepala Dinas tersebut ditetapkan pada tanggal 4 Januari 2012.

Hal tersebut disampaikan oleh Ibu Yanti, verifikator UPT PJKD,

dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 yang mengatakan:

Petunjuk teknis Jampersal termasuk terlambat sampai ke Kota

Yogyakarta. Jadi pihak Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

membuat Juknis Sementara yang tertuang dalam Keputusan

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Nomor 34A Tahun

2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Persalinan di Kota

Yogyakarta. Jadi Juknis pusat dengan Juknis yang dibuat Dinas

Kesehatan Kota Yogyakarta sedikit berbeda. Perbedaan itu

terletak pada klaim anggaran. Keputusan tersebut juga bertujuan

untuk menyesuaikan pelaksanaan Kebijakan Jampersal dengan

sosial dan ekonomi di Kota Yogyakarta.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

49

Berikut tabel perbedaan Tarif Jaminan Persalinan:

Tabel 2. Tarif Pelayanan Jampersal pada Pelayanan Tingkat Pertama dari

Pemerintah Pusat

No Jenis Pelayanan Frekuensi Tarif Rp. Jumlah Rp.

1. Pemeriksaan

Kehamilan (ANC)

4 kali 20.000 80.000

2. Persalinan Normal 1 kali 500.000 500.000

3. Pelayanan Ibu Nifas

dan Bayi Baru Lahir

4 kali 20.000 80.000

4. Pelayanan Pra

Rujukan pada

Komplikasi Kebidanan dan

Neonatal

1 kali 100.000 100.000

5. a. Pelayanan

Penanganan

Pendarahan Pasca

Keguguran,

Persalinan per

Vaginam dengan

tindakan

Emergensi Dasar.

1 kali 650.000 650.000

b. Pelayanan Rawat

Inap untuk Bayi

Baru Lahir Sakit

1 kali Sesuai tarif rawat

inap puskes-mas

perawat-an yang berlaku

Sesuai tarif rawat inap

puskes-mas perawat-an

yang berlaku

c. Pelayanan

Tindakan Pasca

Persalinan

(Misal: Manual

Plasenta)

1 kali 150.000 150.000

6. KB Pasca Persalinan:

a. Jasa pemasangan

alat kontrasepsi

(KB):

1) IUD dan

Implant

2) Suntik

1 kali

60.000

10.000

60.000

10.000

b. Penanganan Komplikasi KB

pasca persalinan

1 kali 100.000 100.000

7. Transport Rujukan Setiap kali

(PP)

Besaran biaya

transport sesuai

dengan Standar

Biaya Umum

(SBU) APBN,

standar biaya

transportasi yang

berlaku di daerah

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2562/

MENKES/ PER/ XII/2011 Tanggal, 27 Desember 2011.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

50

Tabel 3. Tarif Pelayanan Jampersal pada Pelayanan Tingkat Pertama dari Dinas

Kesehatan Kota Yogyakarta

No Jenis Pelayanan Freku-

ensi

Tarif Rp. Jumlah

Rp.

Keterangan

1. Pemeriksaan Kehamilan 4 kali 20.000 80.000

Dana APBN

2. Persalinan Normal 1 kali 500.000 500.000

3. Pelayanan Ibu Nifas dan Bayi

Baru Lahir

4 kali 20.000 80.000

4. Pelayanan Pra Rujukan pada Komplikasi Kebidanan dan

Neonatal

1 kali 100.000 100.000

5. Pelayanan Penanganan Pendarahan Pasca Keguguran,

Persalinan per Vaginam

dengan tindakan Emergensi

Dasar

1 kali 650.000 650.000

6. Pelayanan Tindakan Pasca

Persalinan (Misal: Manual

Plasenta)

1 kali 150.000 150.000

7. Pelayanan Rawat Inap untuk

Komplikasi selama

Kehamilan, Persalinan dan

Nifas serta Bayi Baru Lahir

1 kali Sesuai

tarif

rawat

inap puskes-

mas

perawat-an yang

berlaku

Sesuai

tarif

rawat

inap puskes-

mas

perawat-an yang

berlaku

8. Pelayanan Rawat Inap untuk

Bayi Baru Lahir Sakit

1 kali Sesuai

tarif rawat

inap

puskes-mas

perawat-

an yang

berlaku

Sesuai

tarif rawat

inap

puskes-mas

perawat-

an yang

berlaku

9. Pelayanan Darah Khusus Bagi

Penduduk yang Mempunyai

KTP dan C1 Kota Yogyakarta

1 kan-

tong

250.000 250.000 Dana APBD

Kota

Yogyakarta (program

Life Saving)

Sumber: Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Nomor 34A Tahun

2012.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

51

Pada tabel di atas bisa dilihat bahwa tarif yang dikenakan hampir

sama. Perbedaan hanya terletak pada biaya transportasi dan pelayanan

darah bagi penduduk yang punya KTP dan C1 Kota Yogyakarta.

Pelayanan darah bagi penduduk juga diambil dari dana APBD Kota

Yogyakarta, dan hal tersebut tidak tertuang dalam juknis dari pusat.

Proses sosialisasi Kebijakan Jampersal yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kota Yogyakarta melalui UPT PJKD tidak terlalu sulit. Hal

ini dikarenakan sudah ada Kebijakan Jamkesmas yang telah

dilaksanakan sebelum Kebijakan Jampersal ada. Sosialisasi dilakukan

oleh UPT PJKD dengan melakukan koordinasi dengan puskesmas yang

telah bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Hal itu

dijelaskan oleh Ibu Yanti pada wawancara tanggal 16 Juni 2014 yang

mengatakan: Sosialisasi Kebijakan Jampersal tidak terlalu sulit.

Soalnya Jampersal merupakan bagian dari Jamkesmas. Sosialisasi

Program Jampersal tidak ada anggaran khusus.

Proses sosialisasi di rumah sakit, puskesmas dan bidan dilakukan

dengan memberikan petunjuk teknis (juknis) Jampersal yang telah ada.

Juknis tersebut sudah mencakup semua hal-hal mengenai Kebijakan

Jampersal, sehingga pihak-pihak terkait bisa melakukan pelayanan

sesuai juknis. Ibu Jumirah, dalam wawancara tanggal 25 Juni 2014

mengatakan : Tidak ada sosialisasi khusus dari Dinkes Kota Yogya.

Adanya juknis yang dibagikan ke puskesmas dan puskesmas

memberikan pelayanan seperti ada yang di juknis tersebut.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

52

Hal itu juga dibenarkan Ibu Dian, bidan, pada wawancara tanggal

26 Juni 2014 yang mengatakan: Sosialisasi Program Jampersal ke saya,

saya diberikan juknis Jampersal dari UPT PJKD dan diberikan surat

perjanjian kerjasama dengan Dinas Kesehatan melayani pasien

Jampersal.

Berbeda dengan rumah sakit dan puskesmas, sosialisasi ke bidan

disertai surat penawaran kerjasama. Hal itu disampaikan Ibu Yanti pada

tanggal 16 Juni 2014 yang mengatakan:

Untuk rumah sakit dan puskesmas sudah otomatis, apalagi yang

sebelumnya sudah kerjasama untuk Jamkesmas. Tapi untuk

bidan, diberikan juga surat penawaran kerjasama. Ada beberapa

yang menolak, tapi kebanyakan mau bekerjasama. Surat

penawaran ini dikirim melalui pos ke bidan-bidan yang ada di

wilayah Kota Jogja. Dan bidan tinggal membalas mau apa tidak

untuk kerjasama.

Jadi menurut pernyataan di atas, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

ataupun UPT PJKD tidak bisa memaksakan bahwa semua bidan yang

ada di wilayah Kota Yogyakarta harus bekerjasama dalam melakukan

pelayanan Jampersal. Kerjasama hanya dilakukan apabila bidan

bersedia untuk memberikan pelayanan Jampersal. Sosialisasi tidak

hanya dilakukan ke rumah sakit, puskesmas, dan bidan saja, namun

dilakukan kepada masyarakat juga.. Ibu Yanti dalam wawancara

tanggal 16 Juni 2014 mengungkapkan:

Sasaran sosialisasi Jampersal di kelurahan berjumlah 45

kelurahan di wilayah Kota Yogyakarta. Sosialisasi di kelurahan-

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

53

kelurahan tersebut melibatkan pengurus kelurahan RT/RW

setempat. Mekanisme ya dengan mengumpulkan pengurus

kelurahan tersebut dan diberikan sosialisasi.

Namun ada sedikit kendala dalam sosialisasi ke kelurahan-

kelurahan. Ibu Yanti pada wawancara tanggal 16 Juni 2014

mengatakan:

Untuk sosialisasi ke kelurahan, mengapa dikumpulkan

pengurusnya terus diberikan sosialisasi karena kita (UPT PJKD)

kekurangan tenaga. Jadi lebih gampangnya dengan cara tersebut

dan informasi tentang Jampersal bisa merata ke seluruh warga,

mengingat juga ada 45 kelurahan.

Akan tetapi berbeda dengan pendapat dari Ibu Suriyati, 32 tahun,

warga Kelurahan Gowongan, pengguna layanan Jampersal, pada

wawancara tanggal 20 Juni 2014 di rumahnya mengatakan: Kayaknya

untuk sosialisasinya belum merata mas. Saya saja tahu dari mulut ke

mulut, dan tahu dari banner yang ada di Puskesmas Jetis. Kalau dari

perangkat kelurahan cuma sekedar memberitahu kalau ada Program

Jampersal, tapi banyak juga yang belum tau apa itu Jampersal.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2562/ Menkes/ Per/ XII/ 2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan

Persalinan Kebijakan Jampersal berlaku pada tanggal 1 Januari 2012.

Kebijakan Jampersal ini serentak dilaksanakan di Indonesia. Hal yang

sama dikemukakan oleh Ibu Yanti, pada wawancara tanggal 16 Juni

2014 yang mengatakan: Implementasi Jampersal dilaksanakan mulai

tanggal 1 Januari 2012 mas. Implementasi itu berlaku serentak di

seluruh wilayah Indonesia.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

54

Ibu Jumirah, pada wawancara pada tanggal 25 Juni 2014

membenarkan dengan mengatakan: Pelaksanaan Jampersal disini dan

puskesmas lain sama yaitu mulai tanggal 1 Januari 2012. Sebelumnya

juga sudah ada kabar dari dinas kesehatan bahwa akan ada Kebijakan

Jampersal.

Pelayanan Jampersal pada tahun 2012 dan 2013 sama, namun ada

perbedaan pada klaim biaya. Pelaksanaan Jampersal tahun 2013

menggunakan dasar Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta Nomor 212 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Jaminan Persalinan di Kota Yogyakarta. Hal itu disampaikan Ibu Yanti

dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 yang mengatakan:

Pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta menggunakan

petunjuk teknis yang dibuat Kepala Dinas Kesehatan Kota.

Untuk tahun 2012 itu menggunakan Keputusan Kepala Dinas

Nomor 34a, sedangkan untuk tahun 2013 menggunakan

Keputusan Kepala Dinas Nomor 212.

Pelaksanaan Jampersal tahun 2012 dan 2013 untuk syarat dan

prosedur pelayanannya sama. Perbedaan petunjuk teknis tahun 2012

dengan tahun 2013 adalah klaim biaya pelayanannya saja. Ibu Yanti

dalam wawancara pada tanggal 16 Juni 2014 mengatakan: Sebenernya

pelaksanaan Jampersal tahun 2012 dengan 2013 sama petunjuk teknis

dan prosedurnya. Yang beda adalah klaim biayanya saja. Tahun 2013

itu semua klaim biaya naik 5ribu. Jadi yang tadinya 20.000 jadi 25.000

untuk pelayanan K1.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

55

Implementasi Jampersal pada awalnya belum banyak mengundang

masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan tersebut. Hal itu

dikarenakan pada awal Jampersal diimplementasikan, sudah ada

Program Jamkesmas yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Ibu

Yanti pada wawancara tanggal 16 Juni 2014 mengatakan:

Pada awal pelaksanaan Program Jampersal masih belum banyak

yang memakainya. Tapi pada Tahun 2013, ibu hamil yang

menggunakan pelayanan sudah cukup banyak. Bisa mas lihat di

laporannya pada Tahun 2013.

Hal serupa juga disampaikan Ibu Jumirah pada wawancara tanggal

25 Juni yang mengatakan: Pada Tahun 2013, karena Jampersal sudah

setahun berjalan. Jadi masyarakat sudah tahu program ini, sehingga ibu

hamil sudah banyak yang memakai pelayanan Jampersal khususnya di

Puskesmas Jetis ini.

Implementasi Kebijakan Jampersal bersifat nasional. Jadi pelayanan

tidak hanya dilakukan kepada penduduk Kota Yogyakarta, tetapi warga

luar kota yang tinggal di Kota Yogyakarta. Hal itu disampaikan Ibu

Yanti dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 yang mengatakan:

Seluruh warga yang tinggal di Kota Yogyakarta baik lokal maupun dari

luar kota, berhak menerima Jampersal. Mengingat program Jampersal

bersifat nasional, jadi seluruh warga khususnya bumil berhak mendapat

pelayanan Jampersal di manapun berada.

Berikut data pengguna layanan Jampersal selama Tahun 2013:

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

56

Tabel 4. Jumlah Pelayanan Jampersal Persalinan di Puskesmas dan

Bidan di Kota Yogyakarta tahun 2013

Sumber: Data Laporan Puskesmas 2013

Keterangan: tabel di atas diambil dari laporan 18 puskesmas dan 13

bidan praktik mandiri yang mengirim laporan ke UPT

PJKD setiap bulan.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah ibu hamil yang

melakukan persalinan cukup banyak. Respone dari warga yang berasal

dari luar kota pun cukup bagus, itu dibuktikan dengan banyaknya

jumlah penerima Jampersal dari luar kota yang sepertiga dari jumlah

penerima Jampersal asli warga Kota Yogyakarta.

Pelaksanaan pelayanan Jampersal sepenuhnya diserahkan UPT

PJKD Kota Yogyakarta ke pihak yang telah bekerjasama. Pelayanan

yang dilakuakan berdasarkan juknis yang ada. Hal itu berkaitan dengan

No. Bulan

Jumlah ibu hamil yang

melakukan persalinan

Dalam Kota Luar Kota

1 Januari 790 153

2 Februari 599 235

3 Maret 534 184

4 April 417 155

5 Mei 559 156

6 Juni 466 129

7 Juli 510 217

8 Agustus 427 147

9 September 451 115

10 Oktober 421 171

11 November 390 158

12 Desember 438 189

Jumlah 6002 2009

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

57

PASIEN PUSKESMAS DAN

JARINGANNYA

UPT PJKD untuk: 1. Verifikasi Adm.

2. Klaim Biaya

Membawa

identitas:

1. Fotokopi KTP/

C1.

2. Fotokopi lembar

identitas dan

pelayanan pada

buku KIA.

3. Buku KIA/

Kartu Ibu.

Untuk Buku KIA:

Puskesmas

menuliskan

Jampersal

Untuk peserta

Jamkesmas:

Fotokopi Kartu

Jamkesmas

1. Petugas

mencatat

pelayanan pada

lembar fotokopi

Buku KIA.

2. Petugas

mencatat

pelayanan pada

Buku KIA.

3. Fotokopi lembar

Buku KIA dan

identitas

ditinggal di

Puskesmas.

4. Buku KIA

diberikan pasien

Jika tidak

mempunyai

identitas dan Buku

KIA: pasien

menandatangani

lembar yang

disediakan

Puskesmas sebagai

bukti pelayanan

yang sah.

Syarat:

1. Identitas pasien/

bukti pelayanan

sah yang

ditandatangani

pasien dan

petugas.

2. Rekapitulasi

laporan.

Jika tidak ada

Buku KIA, dicatat

diregistrasi yang

sah/ Buku KIA

diberikan pada saat

memberikan

pelayanan.

*Untuk rawat inap:

1. Ditambah

fotokopi

keterangan

persalinan dan

pelayanan yang

diberikan.

2. Partograf

3. Tembusan surat

rujukan.

kesetaraan pelayanan terhadap seluruh penerima Jampersal. Alur

pelayanan juga dilaksanakan sesuai dengan juknis yang telah ada.

Berikut alur pelayanan Jampersal:

Sumber: Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan

Bagan 2. Alur Pelayanan Jampersal

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

58

Namun pada 1 Januari Tahun 2014 Kebijakan Jampersal

dihapuskan oleh pemerintah pusat, sehubungan dengan adanya Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). BPJS sendiri berfungsi

menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Kebijakan Jampersal

sebenarnya tidak dihentikan begitu saja, tapi secara tidak langsung

pelayanan Jampersal dialihkan ke BPJS. Di Kota Yogyakarta juga

sudah tidak ada Jampersal, akan tetapi pelayanan untuk ibu yang

melahirkan masih ada. Namun, pelayanan tersebut hanya untuk warga

yang memiliki KTP Kota Yogyakarta. Ibu Yanti dalam wawancara

tanggal 16 Juni 2014 menyampaikan:

Pada 1 Januari 2014 Kebijakan Jampersal memang sudah

dihentikan, dan dialihkan ke BPJS. Tapi kalau di Kota Jogja

pelayanan seperti Jampersal masih dilaksanakan, tapi hanya

untuk yang punya KTP Jogja. Soalnya kalau luar kota kita juga

tidak berani menjamin dan akan sulit proses klaim biayanya.

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Umi dalam wawancar

tanggal 16 Juni 2014 yang menyampaikan:

Kebijakan Jampersal per tanggal 1 Januari 2014 sudah tidak

berlaku lagi. Jampersal digantikan BPJS oleh pemerintah. Tapi,

dinas kesehatan Kota Jogja masih memberikan bantuan dana

bagi ibu hamil yang melakukan persalinan di Puskesmas. Dana

untuk klaim biaya persalinan tadi diambil dari APBD Kota

Jogja.

Setiap kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah selalu ada

pengawasan dalam pelaksanaannya. Implementasi Kebijakan Jampersal

juga sama, pelaksanaan Jampersal selalu ada pengawasan dan evaluasi.

Pengawasan untuk Kebijakan Jampersal dilakukan setiap bulan. Ibu

Umi dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 mengatakan: Pengawasan

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

59

dalam setiap kebijakan pasti ada. Untuk Jampersal, pengawasan juga

ada. Jadi ada 3 lembaga yang mengawasi yaitu inspektorat, BPKP,

BPK, dan Dirjen.

Pengawasan terhadap pelayanan Jampersal yang dilakukan dengan

menerima laporan dari bidan dan puskesmas setiap bulannya. Setelah

menerima laporan pihak UPT PJKD juga akan melakukan evaluasi. Jadi

setiap bulan pihak Puskemas harus memberikan laporan berupa data

banyaknya pengguna layanan Jampersal.

Hal tersebut juga ditegaskan oleh Ibu Jumirah dalam wawancara tgl

25 Juni yang mengatakan: Setiap bulan dari Puskesmas memberikan

laporan pelayanan Jampersal. Laporan tersebut berisi banyaknya pasien

penerima Jampersal dan klaim biaya yang diajukan ke Dinas Kesehatan

Kota Jogja.

c. Hambatan/ Kendala dalam Implementasi Kebijakan Jampersal di

Kota Yogyakarta Tahun 2013

Sebuah implementasi kebijakan pasti memiliki hambatan/ kendala

pada segala tahapnya, baik dari tahap persiapan sampai pengawasannya.

Implementasi Jampersal yang berlaku per 1 Januari 2012 pun

mengalami berbagai macam hambatan dalam setiap prosesnya. Ibu

Yanti dari UPT PJKD mengungkapkan hambatan yang dimiliki UPT

PJKD adalah keterlambatan juknis dari kementrian kesehatan Republik

Indonesia dan kekurangan sumber daya manusia di UPT tersebut. Hal

itu mempengaruhi sosialisasi Jampersal yang kurang kepada

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

60

masyarakat. Hal itu dijelaskan dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014

mengatakan: Hambatan Jampersal ya, sosialisasi ke masyarakat dengan

waktu yang singkat dan harus merata sulit dilakukan. Soalnya UPT

PJKD Kota Yogyakarta sendiri SDMnya sedikit. Belum lagi juknis dari

pusat kurang jelas dan terlambat sampai ke sini.

Keterlambatan juknis tentang Jampersal juga dirasakan sebagai

hambatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Hal itu disampaikan

oleh Ibu Jumirah, dalam wawancara tanggal 25 Juni 2014 yang

mengatakan: Juknis dari dinkes itungannya terlambat mas. Jadi semua

terasa mendadak, dari puskemas pun hanya memberikan pelayanan

sesuai juknis. Walaupun masih kadang kurang benar-benar tau

bagaimana detailnya mas.

Dengan kata lain, keterlambatan distribusi juknis tersebut

mengakibatkan tidak meratanya sosialisasi Kebijakan Jampersal ke

masyarakat. Sosialisasi yang tidak merata tersebut mengakibatkan

masyarakat kurang paham tentang Jampersal dan syarat-syarat

mendapatkan pelayanan Jampersal. Hal tersebut disampaikan oleh Ibu

Suriyati selaku warga Kota Yogyakarta yang menerima pelayanan

Jampersal, beliau mengatakan: Sosialisasi yang dilakukan oleh

pemerintah kurang mas. Warga di kelurahan saya itu ada yang belum

tahu kalau ada Jampersal. Yaa.. Walaupun tidak terlalu banyak mas,

berarti itu menandakan sosialisasi kurang merata. Iya kan mas?.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

61

Pelaksanaan Jampersal juga terkendala dari masyarakat khususnya

beberapa ibu hamil yang mau mendapatkan pelayanan Jampersal tetapi

kurang tahu bagaimana mekanismenya. Ibu hamil yang ke bidan atau ke

puskesmas kadang meminta untuk langsung dirujuk ke rumah sakit. Hal

itu disampaikan Ibu Jumirah dalam wawancara tanggal 25 Juni 2014

yang mengatakan:

Ada beberapa warga yang ngotot untuk melahirkan sesar saja

gitu dan mendapat bantuan Jampersal. Padahal pelayanan

Jampersal itu berlaku untuk pelayanan di tingkat pertama yaitu

puskesmas dan bidan praktik mandiri (BPM) dengan syarat

harus persalinan normal. Pasien akan dirujuk ke rumah sakit

apabila diperlukan atau dalam kondisi yang memang

membutuhkan penanganan khusus di rumah sakit.

Hal yang sama dikemukakan oleh Ibu Dian dalam wawancara pada

tanggal 26 Juni 2014 yang mengatakan:

Kadang ada komplain dari warga yang minta langsung dirujuk

ke rumah sakit mas. Padahal diperaturannya kan untuk merujuk

ke rumah sakit pasien harus benar-benar dalam kondisi khusus

kayak pendarahan yang berlebihan. Ya, saya sendiri cuma bisa

menjelaskan sesuai dengan peraturan bahwa penerima Jampersal

diusahakan untuk kelahiran normal di bidan atau puskesmas.

Adanya keadaan seperti di atas tersebut merupakan imbas dari tidak

meratanya sosialisasi Jampersal sehingga masyarakat kurang begitu

paham bagaimana mekanisme pelayanan Jampersal.

Ibu Yanti dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 menyampaikan di

Kanto UPT PJKD Kota Yogyakarta:

Walaupun sudah dilaksanakan selama 1 tahun, pelaksanaan

Jampersal di Kota Yogyakarta masih menemui masalah.

Masalah yang sering muncul adalah masalah klaim biaya. Ya

tau sendiri mas, memang kalau masalah dana itu memang agak

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

62

riskan. Apalagi dana yang dikeluarkan banyak dan melibatkan

banyak pihak.

Ibu Jumirah dalam wawancara pada tanggal 25 Juni 2014

menguatkan pernyataan dari Ibu Yanti, beliau mengatakan: Masalah

dana memang menjadi salah satu hambatan yang sangat riskan apabila

tidak segera diselesaikan. Apalagi pelaksanaan Jampersal pada tahun

2013 berbarengan dengan semakin mahalnya biaya kebutuhan sehari-

hari.

Kendala klaim dana pelayanan Jampersal juga dikeluhkan oleh

puskesmas dan bidan praktik mandiri (BPM). Ibu Dian dalam

wawancara pada tanggal 26 Juni 2014 mengatakan: Pada proses

pengajuan berkas klaim masih kesulitan karena setelah mengajukan berkas

klaim, tidak jarang saya harus mondar-mandir untuk melengkapi

berkasnya.

Tidak hanya sampai disitu saja hambatan masalah pendanaan

pelayanan Jampersal. Keterlambatan pencairan klaim biaya pelayanan

Jampersal juga menjadi salah satu kendala yang menghambat

pelaksanaan Jampersal. Ibu Yanti dalam wawancara tanggal 16 Juni

2014 mengatakan:

Masalah pada pelaksanaan Jampersal salah satunya pencairan

dana klaim yang terlambat. Bahkan sampai bualn Juni 2014

biaya klaim masih belum dibayarkan untuk biaya 3 bulan

terakhir di tahun 2013. Klaim biaya yang terlambat itu berasal

dari klaim yang dilakukan bidan dan puskesmas. Tapi untuk

bidan, klaim biaya sudah dibayar oleh Dinkes Kota dengan

meminjam dana dari APBD.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

63

Tabel 5. Kekurangan Pembayaran Biaya Klaim Jampersal Tahun 2013

No Puskesmas Oktober November Desember Jumlah

1 Danurejan I 60.000 Tidak klaim 220.000 280.000

2 Danurejan II 80.000 260.000 280.000 620.000

3 Gondokusuman I 720.000 680.000 620.000 2.020.000

4 Gondokusuman II 220.000 240.000 180.000 640.000

5 Gondomanan 300.000 200.000 200.000 700.000

6 Kotagede I 940.000 1.020.000 1.080.000 3.040.000

7 Kotagede II 620.000 700.000 240.000 1.560.000

8 Umbulharjo I 1.080.000 1.060.000 1.500.000 3.640.000

9 Umbulharjo II 340.000 700.000 600.000 1.640.000

10 Pakualaman 640.000 780.000 480.000 1.900.000

11 Ngampilan 500.000 380.000 680.000 1.560.000

12 Kraton 300.000 480.000 660.000 1.440.000

13 Gedongtengen 440.000 560.000 240.000 1.240.000

14 Mantrijeron 1.580.000 1.220.000 1.680.000 4.480.000

15 Wirobrajan 760.000 600.000 640.000 2.000.000

16 Jetis Sudah dibayar 13.391.000 13.523.000 26.914.000

17 Tegalrejo Sudah dibayar 15.111.500 15.468.000 30.579.500

18 Megangsan 12.026.000 22.124.000 29.116.000 63.266.000

Jumlah 20.606.000 59.506.500 67.407.000 147.519.500

Sumber: Laporan UPT PJKD Kota Yogyakarta

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah semua klaim biaya

pelayanan Jampersal yang terlambat, totalnya ada Rp. 147.519.500,-

untuk bulan Oktober, November, dan Desember tahun 2013. Sampai

bulan Juni 2014, jumlah tersebut belum dibayarkan ke Puskesmas.

Dinas kesehatan dan Puskesmas hanya bisa menunggu dana itu turun

dari pemerintah pusat. Ibu Umi pada tanggal 16 Juni 2014

menyampaikan: Total klaim biaya yang terlambat turun cukup banyak.

Tapi UPT PJKD dan dinas kesehatan Cuma bisa menunggu dana itu

turun, soalnya kita pun sudah melakukan laporan sesuai dengan

prosedur yang ada.

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

64

B. Pembahasan

Kesejahteraan sosial berhubungan dengan kualitas hidup dan kesehatan

masyarakat dan terpenuhinya akses terhadap kecukupan hidup, jaminan

dalam hidup khususnya jaminan kesehatan dan pendapatan yang layak.

Pemerintah melalui kebijakan publiknya bertanggung jawab dalam

menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat.

Kebijakan publik yang sudah diimplementasikan dapat dinilai berhasil

apabila tujuan dari kebijakan tersebut sudah tercapai dan tertuju pada titik

sasaran yang sesuai dengan tujuan awalnya. Implementasi Jampersal bisa

berjalan dengan cukup baik karena faktor-faktor keberhasilan implementasi

saling berkaitan satu sama lain. Selain karena hal tersebut, karakteristik

kelompok sasaran juga mempengaruhi lama tidaknya implementasi bisa

diterapkan.

1. Pelaksanaan Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam menganalisis

implementasi Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta Tahun 2013

adalah teori Merilee S. Grindle yang menyebutkan bahwa keberhasilan

implementasi kebijakan ditentukan oleh derajat implemenbility dari

kebijakan tersebut. Derajat tersebut ditentukan dua variabel yaitu, isi

kebijakan dan konteks implementasi. Variabel tersebut mencakup:

sejauhmana kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat

dalam isi kebijakan, jenis manfaat yang diterima oleh target group,

sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, apakah

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

65

letak sebuah program sudah tepat, apakah sebuah kebijakan telah

menyebutkan implementornya dengan rinci, dan apakah sebuah program

didukung oleh sumberdaya yang memadai. Variabel tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut:

a. Isi kebijakan

Pada variabel ini, kebijakan publik dilihat dari bagaimana isi dan

implementasinya dari kebijakan tersebut. Dalam penelitian ini

kebijakan publik yang menjadi fokus adalah Kebijakan Jampersal.

Implementasi Kebijakan Jampersal ditetapkan pada tanggal 1 Januari

2012. Kebijakan Jampersal dilatarbelakangi meningkatnya jumlah

ibu hamil yang melahirkan. Pelayanan Jampersal di masyarakat

berdasar pada petunjuk teknis yang tertuang dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

2562/MENKES/PER/XII/2011 tanggal 27 Desember 2011 tentang

Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. Namun Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta juga mengeluarkan petunjuk teknis untuk menyesuaikan

keadaan di Kota Yogyakarta. Petunjuk teknis tersebuat tertuang pada

Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Nomor 34a

Tahun 2012 dan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Persalinan di

Kota Yogyakarta.

Tujuan dari adanya Kebijakan Jampersal ini menurut peraturan

yang telah ditetapkan di atas adalah meningkatkan akses terhadap

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

66

pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca

persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan

berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan AKI dan

AKB. Dalam pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta, pelayanan

Jampersal dilakukan oleh 18 puskesmas, 13 bidan praktik mandiri

(BPM) dan 12 rumah sakit yang ada di wilayah Kota Yogyakarta dan

telah setuju untuk bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta.

Dilihat dari pembahasan di atas, hal tersebut menunjukkan

bahwa pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta sudah dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang berkompeten. Dengan adanya kerjasama

antara Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dengan tenaga kesehatan

yang ada di wilayahnya juga meningkatkan akses terhadap

pelayanan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, dan KB. Tercatat

pelayanan Jampersal di Kota Yogyakarta mencapai 8011 kelahiran,

angka tersebut merupakan angka yang lebih besar dibandingkan

pada Tahun 2012 yaitu 4.611 kelahiran.

Sedangkan sasaran Jamperal menurut petunjuk teknis tentang

Jampersal yaitu ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (sampai 42 hari

pasca melahirkan), dan bayi baru lahir (sampai usia 28 hari).

Pelayanan Jampersal juga tidak dikhususkan untuk masyarakat

kurang mampu, namun masyarakat yang mampu juga berhak

mendapat fasilitas Jampersal. Sasaran Jampersal yang dimuat dalam

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

67

petunjuk teknis tersebut bertujuan untuk menurunkan angka

kematian ibu dan bayi.

Di Kota Yogyakarta, sasaran Jampersal juga sama yaitu ibu

hamil, ibu nifas, dan bayi baru lahir. Sasaran yang ingin dicapai di

Kota Yogyakarta pada tahun 2013 adalah mencakup seluruh ibu

hamil dan bayi baru lahir di Kota Yogyakarta. Namun pada

pelaksanaannya, masih ada ibu hamil yang melahirkan di rumah

tanpa ada petugas kesehatan. Ada pula ibu hamil yang melahirkan di

rumah sakit tanpa menggunakan Jampersal karena sudah mampu

untuk membayar biaya persalinan dan tidak mau hanya melakukan

persalinan di bidan atau puskesmas. Hal itu berkaitan dengan

pelayanan untuk penerima Jampersal yang diharuskan melakukan

persalinan di bidan atau puskesmas untuk persalinan normal. Dengan

kata lain sasaran pelayanan Jampersal di Kota Yogyakarta belum

merata.

Manfaat adanya Jampersal adalah tingkat pelayanan kesehatan

untuk masyarakat yang lebih baik dan meningkatnya tingkat

kesehatan masyarakat. Dalam hal ini manfaat yang dapat dirasakan

warga Kota Yogyakarta adalah terlayaninya persalinan bagi ibu

hamil oleh petugas kesehatan yang berkompeten serta ibu hamil dan

bayi baru lahir tidak perlu mengeluarkan biaya untuk persalinan

karena biaya tersebut sudah dijamin oleh pemerintah.

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

68

Dalam implementasi Kebijakan Jampersal di kota Yogyakarta ini

pihak-pihak yang terlibat adalah Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta,

UPT PJKD Kota Yogyakarta, rumah sakit, puskesmas, dan bidan

praktik mandiri (BPM) yang berada di wilayah Kota Yogyakarta,

serta masyarakat yang tinggal di wilayah Kota Yogyakarta sebagai

penerima Jampersal. Dalam petunjuk teknis tentang Jampersal yang

telah dikeluarkan Kepala Dinas Kesehatan sebagai penanggung

jawab tim pengelola Jamkesmas dan sekretariat Jamkesmas

(Jampersal) ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ kota

yang bersangkutan. Di Kota Yogyakarta tim pengelola Jamkesmas

sudah dibentuk dan sesuai dengan apa yang termuat dalam petunjuk

teknis.

Hal itu ditunjukkan dengan dibentuknya UPT PJKD sebagai

sekretariat pengelola Jamkesmas/ Jampersal yang bertugas

menyelenggarakan Jamkesmas dan Jampersal di Kota Yogyakarta.

Jadi Tim Pengelola Jamkesmas/ Jampersal di Kota Yogyakarta

terdiri dari: Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sebagai

penanggung jawab Tim Pengelola dan UPT PJKD Kota Yogyakarta

sebagai Sekretariat Pengelola Jamkesmas yang beranggotakan Ibu

Umi sebagai Kepala UPT PJKD, Ibu Kustini sebagai Sub Bagian

Tata Usaha, dan Ibu Yanti sebagai verifikator UPT PJKD Kota

Yogyakarta.

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

69

Sedangkan bidan praktik mandiri (BPM), puskesmas, dan rumah

sakit yang ada di Kota Yogyakarta adalah sebagai pelaksana

Jampersal. BPM dan puskesmas adalah sebagai penyedia layanan

Jampersal tingkat pertama/ dasar dan rumah sakit sebagai penyedia

layanan tingkat lanjutan. Jenis pelayanan yang diberikan kepada ibu

hamil dan bayi baru lahir meliputi:

1) Pelayananan ANC/ pemeriksaan kehamilan sesuai standar

pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali.

2) Deteksi dini faktor risiko komplikasi kebidanan dan bayi baru

lahir.

3) Pertolongan persalinan normal.

4) Pertolongan persalinan dengan risiko tinggi/ risti.

5) Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit

pervaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas

PONED.

6) Pelayanan nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai

standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali.

7) Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya.

8) Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu

dan janin/ bayinya.

Pelayanan yang diberikan tersebut pada pelaksanaannya memang

memberikan dampak positif bagi kesehatan ibu dan bayi. 13 bidan

praktik mandiri, 18 puskesmas, dan 12 rumah sakit yang ada di

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

70

wilayah Kota Yogyakarta telah melakukan sesuai dengan peraturan

yang ada. Hanya saja kendala malah terjadi pada penerima Jampersal

yaitu masyarakat. Banyak masyarakat yang kurang paham dengan

peraturan yang telah ditetapkan yaitu penerima Jampersal harus

diusahakan persalinan normal dulu di pelayanan kesehatan tingkat

pertama yaitu bidan dan atau puskesmas. Baru setelah diketahui ada

indikasi risiko tinggi dalam persalinan maka akan dirujuk ke

pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yaitu rumah sakit.

Derajat perubahan yang diinginkan dalam isi Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2562/ MENKES/ PER/ XII/

2011 adalah meningkatnya kualitas kesehatan ibu hamil dan bayi

dalam persalinan dan pasca persalinan serta menurunkan angka

kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Untuk

pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir di Kota

Yogyakarta sudah baik, hal itu ditunjukkan banyaknya pelayanan

Jampersal yang cukup tinggi yaitu mencapai 8011 pelayanan baik

bagi warga asli Kota Yogyakarta maupun pendatang. Namun untuk

angka kematian ibu dan bayi sudah mngalami penurunan tapi masih

belum signifikan daripada tahun 2012. Hal itu dapat dilihat dari AKI

dan AKB dari tahun 2011 sampai 2013 berikut pada tahun 2011 AKI

sebanyak 43 (per 100 ribu kelahiran hidup) dan AKB 340 (per 100

ribu kelahiran hidup), pada tahun 2012 AKI 56 (per 100 ribu

kelahiran hidup) dan 419 (per 100 ribu kelahiran hidup), sedangkan

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

71

pada tahun 2013 AKI sebanyak 40 (per 100 ribu kelahiran hidup)

dan AKB 400 (per 100 ribu kelahiran hidup).

b. Konteks Implementasi

Variabel konteks implementasi ini berkaitan dengan bagaimana

situasi dan kondisi pihak-pihak terkait dan masyarakat sebagai

penerima Jampersal. Kebijakan Jampersal adalah kebijakan dari

pemerintah pusat yang berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia.

Implementasi Kebijakan Jampersal ini banyak melibatkan pihak-

pihak baik dari pemerintah maupun swasta.

Stakeholder yang terlibat dalam implementasi Kebijakan

Jampersal di Kota Yogyakarta yaitu Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta, UPT PJKD Kota Yogyakarta, rumah sakit, puskesmas,

dan bidan praktik mandiri (BPM). Stakeholder tersebut memiliki

fungsi regulasi dan pelaksana Jampersal di Kota Yogyakarta. UPT

PJKD Kota Yogyakarta disini sebagai unit yang ditunjuk Dinas

Kesehatan Kota Yogyakarta untuk mengurus tentang jaminan

kesehatan yang ada di Kota Yogyakarta termasuk jaminan

persalinan.

Dari segi kesiapan dari Dinas Kesehatan dan UPT PJKD Kota

Yogyakarta pada implementasi Jampersal tahun 2013 di Kota

Yogyakarta sudah siap. Hal itu dikarenakan Jampersal sudah

dilaksanakan selama 1 tahun yaitu selama tahun 2012. Pelaksanaan

Jampersal juga sudah ada petunjuk teknis yang jelas.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

72

Puskesmas dan BPM yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan

Kota Yogyakarta adalah sebagai pelaksana pelayanan Jampersal. Di

Kota Yogyakarta puskesmas dan BPM yang bekerjasama dengan

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sudah kooperatif melaksanakan

fungsinya. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya penerima Jampersal

yang telah dilaporkan ke Dinas kesehatan Kota Yogyakarta pada

tahun 2013. Dari uraian di atas, terlihat bahwa stakeholder yang

terlibat dalam pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta sudah siap

dalam hal penyediaan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan.

Namun dalam hal pendanaan, pemerintah pusat belum menunjukkan

adanya kesiapan. Hal itu ditunjukkan dengan adanya keterlambatan

pencairan dana klaim dari puskesmas-puskesmas yang telah

melayani Jampersal di Kota Yogyakarta.

Daya tanggap dari masyarakat yang tinggal di Kota Yogyakarta

sangat positif dengan adanya Jampersal ini. Hal ini berbanding lurus

dengan banyaknya pelayanan Jampersal kepada masyarakat baik

penduduk Kota Yogyakarta maupun warga luar kota yang tinggal di

Kota Yogyakarta. Namun untuk kepatuhan masyarakat penerima

Jampersal, masih ditemui ketidakpatuhan penerima Jampesal

terhadap peraturan yang telah ditetapkan. Kasus yang biasa muncul

adalah penerima Jampersal yang meminta surat rujukan ke rumah

sakit dengan keadaan ibu yang akan melakukan persalinan bisa

dengan cara persalinan normal. Padahal dalam peraturan yang telah

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

73

dibuat, surat rujukan hanya diberikan untuk penerima layanan

Jampersal yang memiliki indikasi komplikasi dan risiko tinggi untuk

melakukan persalinan normal.

2. Hambatan dan Upaya Mengatasinya dalam Pelaksanaan Kebijakan

Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013

Hambatan yang terjadi pada pelaksanaan Jampersal ini, yaitu:

keterlambatan distribusi petunjuk teknis dari pemerintah pusat, sosialisasi

yang kurang merata, sulitnya sistem klaim biaya persalinan yang

menggunakan layanan Jampersal dan keterlambatan pencairan dana

klaim kepada puskesmas-puskesmas yang melayani Jampersal di Kota

Yogyakarta tahun 2013.

a. Sosialisasi yang kurang merata

Terlambatnya distribusi petunjuk teknis berimbas pada

terlambatnya sosialisasi Jampersal ke BPM, puskesmas, rumah sakit,

dan ke masyarakat. Faktor lain yang menjadi penghambat sosialisasi

yang merata adalah terlalu singkatnya waktu dan sedikitnya SDM di

UPT PJKD Kota Yogyakarta sehingga sosialisasi tidak bisa

dilakukan secara merata. Upaya Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

dan UPT PJKD Kota Yogyakarta untuk mengatasi kendala tersebut

adalah dengan melakukan pertemuan dengan seluruh perwakilan dari

semua kelurahan di wilayah Kota Yogyakarta. Setelah itu wakil dari

kelurahan tersebut mensosialisasikan ke warga masing-masing.

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/18595/6/g. Bab 4 09417144028.pdf · meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan

74

Walaupun pada kenyataannya masih belum bisa merata pengetahuan

masyarakat tentang Jampersal.

b. Sulitnya sistem klaim biaya persalinan yang menggunakan layanan

Jampersal

Sistem klaim biaya persalinan yang harus melalui banyak tahap

menyulitkan penyedia layanan Jampersal. Terkadang penyedia

layanan Jampersal seperti bidan, harus bolak-balik untuk mengurus

berkas-berkas persyaratan klaim biaya pelayanan.

c. Keterlambatan pencairan dana klaim kepada puskesmas-puskesmas

yang melayani Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013

Keterlambatan pencairan dana yang mencapai Rp. 147.519.500,-

untuk tagihan klaim bulan Oktober, November, dan Desember tahun

2013 merupakan angka yang cukup besar. Keterlambatan pencairan

dana ini sampai bulan Juni 2014 belum dibayarkan. Dalam hal ini

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta belum bisa melakukan apapun,

karena dana klaim berasal dari pemerintah pusat. Jadi Dinas

Kesehatann hanya bisa memberikan laporan jumlah klaim dan

menunggu dana tersebut dibayarkan oleh pemerintah pusat.