bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. gambaran...
TRANSCRIPT
49
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kota Cirebon
1. Letak
Kota Wali adalah sebuah julukan untuk Kota Cirebon. Kota Cirebon terletak di
daerah pantai utara Propinsi Jawa Barat bagian timur. Dengan Letak geografis yang
strategis dan merupakan jalur utama transportasi dari Jakarta menuju Jawa Barat
dan Jawa Tengah yang melalui daerah utara atau pantai utara (pantura). Letak
tersebut menjadikan suatu keuntungan bagi Kota Cirebon, terutama dari segi
perhubungan dan komunikasi. Contohnya adalah saat orang-orang ingin menuju
daerah-daerah di Jawa Tengah biasanya akan mampir ke Kota Cirebon sembari
beristirahat dan menikmati daya tarik wisata yang ada. Lokasi yang berada di jalur
pantura memang memberikan nilai strategis yang baik bagi Kota cIrebon untuk
dapat mengoptimalkan perannya sebagai kota transit yang memiliki banyak
destinasi wisata khususnya wisata budaya.
Letak Geografis Kota Cirebon secara absolut terletak pada posisi 108o 19’ 48”
Bujur Timur dan 6o 24’ 36” Lintang Selatan. Ini berarti Kota Cirebon berada pada
pantai Utara Pulau Jawa di bagian timur Jawa Barat yang memanjang dari barat ke
timur sepanjang 8 kilometer, dari utara ke selatan sepanjang 11 kilometer dan
memiliki ketinggian 5 meter dari permukaan air laut. Dengan demikian, Kota
Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan luas wilayah administrasi 37,35
km2 atau 3.735,8 hektar yang mempunyai batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Sungai Kedung Pane
- Sebelah Barat : Sungai Banjir Kanal / Kabupaten Cirebon
- Sebelah Selatan : Sungai Kalijaga
- Sebelah Timur : Laut Jawa
Untuk melihat peta administrasi Kota Cirebon dapat dilihat pada gambar 4.1
sebagai berikut.
50
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Cirebon
Sumber: Diolah Oleh Peneliti, 2016
51
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Kondisi Iklim
Kota Cirebon termasuk daerah iklim tropis, dengan suhu udara minimum rata-
rata 23,59o C dan maksimun rata-rata 31,56o C dan banyaknya curah hujan
1.194,7 mm per tahun dengan hari hujan 64 hari pada tahun 2015. Untuk melihat
lebih lengkap terkait curah hujan di Kota Cirebon dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut ini.
Tabel 4.1
Banyaknya Hari dan Curah Hujan Tahun 2013-3015
Bulan
2013 2014 2015
Curah
hujan
(mm)
Hari
hujan
Curah
hujan
(mm)
Hari
hujan
Curah
hujan
(mm)
Hari
hujan
Januari 404,5 16 710,4 16 276 18
Februari 161,0 5 319,7 15 383,1 12
Maret 334,0 10 243,4 9 107,9 6
April 175,7 12 216,0 8 48,0 6
Mei 214,5 13 85,0 3 139,6 7
Juni 235,5 10 169,5 5 10,0 1
Juli 190,0 8 62,0 4 0 0
Jumlah 2.686,3 106 2.369,1 84 1.194,7 64
Rata-rata
perbulan
223,86 8,83 197,42 7 99,56 5,33
Sumber: BPS Kota Cirebon dalam angka, 2016
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa curah hujan rata-rata perbulan pada
tahun 2013 sebesar 223,86 mm dengan 8,83 hari hujan. Pada tahun 2014 rata-rata
perbulan sebesar 197,42 dengan 7 hari hujan, dan pada tahun 2015 dengan rata-
rata perbulan 99,56 mm dengan hari hujan 5,33. Sedangkan untuk melihat
bagaimana temperatur di Kota Cirebon dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
52
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.2
Temperatur di Kota Cirebon Tahun 2013-2015
Bulan
Temperatur
Rata-rata Min Max
Januari 27,4 23,5 30,3
Februari 27,6 24,1 30,6
Maret 28,4 24,4 31,4
April 28,7 25,1 31,4
Mei 28,9 23,9 31,8
Juni 28,1 23,8 31,4
Juli 28,3 22,7 30,9
Agustus 27,9 21,1 31,0
September 29,1 21,9 31,8
Oktober 29,1 23,0 32,6
November - - -
Desember - - -
Rata-rata perbulan
2015 28,54 23,59 31,56
2014 27,65 24,13 31,18
2013 28,12 24,98 31,25
Sumber: BPS Kota Cirebon dalam angka, 2016
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa temperatur di Kota Cirebon berkisar antara 28-
31o C. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa temperatur ini lumayan panas
sesuai karakteristik daerah pantai/dataran rendah. Dengan temperatur/suhu yang
lumayan panas, maka pengembangan pariwisata di Kota Cirebon harus disediakan
sarana prasarana penunjang untuk meminimalisir suhu panas yang ada. Sarana
prasarana tersebut dapat berupa gazebo, taman bermain dan sebagainya.
3. Tata Air
Keadaan air tanah pada umumnya dipengaruhi oleh intrusi air laut, sehingga
kebutuhan air bersih masyarakat untuk keperluan minum sebagian besar bersumber
dari pasokan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon yang sumber
53
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mata airnya berasal dari Kabupaten Kuningan. Sedangkan untuk keperluan lainnya
sebagian besar diperoleh dari sumur dengan kedalaman antara dua meter sampai
dengan enam meter, di samping itu ada beberapa daerah/wilayah kondisi air tanah
relatif sangat rendah dan rasanya asin karena intrusi air laut dan tidak dapat
digunakan untuk keperluan air minum.
Di Kota Cirebon terdapat empat sungai yang tersebar merata di seluruh wilayah
yaitu Sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean(Kriyan) dan Sungai
Kalijaga. Sungai berfungsi sebagai batas wilayah antara Kabupaten Cirebon dan
sebagai saluran pembuangan air.
4. Kondisi Tanah
Tanah sebagian subur dan sebagian kurang produktif disebabkan tanah pantai
yang semakin luas akibat endapan sungai-sungai. Pada umumnya tanah di Kota
Cirebon adalah tanah jenis regosol yang berasal dari endapan lava dan piroklasik (
pasir, lempung, tanah liat, tupa, breksi lumpur dan kerikil). Secara umum jenis
tanah yang tersebar di Kota Cirebon ini relatif mudah untuk pengembangan
berbagai macam jenis vegetasi.
5. Kependudukan
Data kependudukan dapat diperoleh dari berbagai sumber di antaranya dari
hasil sensus penduduk tahun 2010 (SP 2010), survei penduduk antar sensus
(SUPAS) ,dan survei-survei yang lain seperti survei sosial ekonomi nasional
(susenas) dan survei sosial ekonomi daerah suseda), serta dari catatan administrasi
pemerintahan yang disebut Registrasi Penduduk.
Menurut hasil Proyeksi BPS jumlah penduduk Kota Cirebon telah mencapai
jumlah 307.494 jiwa. Dengan komposisi penduduk laki-laki 154.228 jiwa dan
perempuan 153.266 jiwa, dan ratio jenis kelamin sekitar 100,63.
Penduduk Kota Cirebon tersebar di lima kecamatan, kecamatan yang
memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Pekalipan
sebesar 19,227 ribu jiwa/km², terpadat kedua adalah Kecamatan Kejaksan 12,137
ribu jiwa/km², kemudian kecamatan Kesambi 9,036 ribu jiwa/km², Kecamatan
Lemahwungkuk 8,419 ribu jiwa/km², dan kepadatan terendah terdapat di
54
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kecamatan Harjamukti hampir 6.017 jiwa/km². Untuk melihat langsung data
kependudukan Kota Cirebon tersedia pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.2
Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2015
Kelompok Usia
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
0 – 4 14.341 13.207 27.548
5 – 9 13.410 12.476 25.886
10 – 14 13.613 13.004 26.617
15 – 19 14.436 14.391 28.827
20 – 24 13.429 12.724 26.153
25 – 29 13.086 12.428 25.514
30 – 34 13.226 12.675 25.901
35 – 39 11.798 11.550 23.348
40 – 44 11.209 11.466 22.675
45 – 49 9.477 10.177 19.654
50 – 54 8.323 9.057 17.380
55 – 59 7.211 7.267 14.478
60 – 64 4.648 4.616 9.264
65 – 69 2.806 3.220 6.026
70 – 74 1.750 2.379 4.129
75 + 1.465 2.629 4.094
Jumlah 154.228 153.266 307.494
Sumber: BPS Kota Cirebon dalam angka, 2016
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa jumlah penduduk di Kota Cirebon bila
diproyeksikan akan membentuk piramida penduduk kerucut. Jumlahnya sangat
besar pada usia anak-anak, remaja bahkan produktif di rentang 0-44 tahun. Setelah
itu mulai menurun dan terus mengecil jumlahnya hingga pada umur diatas 75 tahun
hanya terdapat jumlah 4.094 penduduk dengan perbandingan 1.465 laki-laki dan
2.629 perempuan. Secara keseluruhan komposisi jenis kelaminnya cenderung
berimbang, namun mulai berbeda drastis saat memasuki rentang umur 70 tahun.
55
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jenis kelamin laki-laki mulai berkurang lebih dari setengahnya sehingga membuat
perbedaan yang signifikan dengan jenis kelamin perempuan di Kota Cirebon.
Tabel 4.3
Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2015
Kecamatan
Luas Wilayah (km2)
Penduduk Kepadatan
Penduduk/km2
Harjamukti 17,615 105.987 6,017
Lemahwungkuk 6,507 54.788 8,419
Pekalipan 1,561 30.013 19,227
Kesambi 8,059 72.819 9,036
Kejaksan 3,616 43.887 12,137
Jumlah 37,358 307.494 8,231
Sumber: BPS Kota Cirebon dalam angka, 2015
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kepadatan penduduk di Kota
Cirebon memiliki perbedaan yang signifikan diantara berbagai kelurahan.
Perbedaan ini salah satu faktornya adalah karena memang luas wilayah pada
masing-masing kelurahan juga berbeda. Misalnya pada wilayah kelurahan yang
paling luas yaitu Harjamukti 17.615 kilometer persegi memiliki kepadatan yang
paling rendah sebesar 6.017 jiwa per kilometer perseginya. Sebaliknya kelurahan
dengan kepadatan tertinggi adalah Pekalipan yang hanya memiliki luas wilayah
1.561 kilometer persegi justru memiliki kepadatan sebesar 19.227 jiwa per
kilometer persegi. Sehingga apabila dirata-ratakan dengan jumlah penduduk total
307.494 jiwa dan total luas wilayah 37.358 kilometer persegi Kota Cirebon
memiliki kepadatan 8.231 jiwa penduduk per kilometer perseginya. Dengan
demikian, sesungguhnya Kota Cirebon tidak terlalu padat bila jumlah penduduk
dibandingkan luas wilayahnya secara keseluruhan. Akan tetapi, kepadatan
penduduk terjadi tidak merata pada beberapa kelurahan yang justru memiliki luasan
wilayah yang sempit. Hal ini juga menunjukkan pusat konsentrasi penduduk dengan
jumlah besar dapat dilihat dari padatnya kelurahan tertentu yang mungkin saja
menjadi pusat perekonomian dan pusat kegiatan di kota tersebut.
56
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Karakteristik Daya Tarik Wisata
1. Keraton Kacirebonan
Keraton Kacirebonan merupakan keraton yang didirikan atas prakarsa
Pangeran Muhamad Haerudhin, beliau merupakan Putra Mahkota Sultan
Kanoman ke-IV yang melakukan perlawanan terhadap pemerintahan kolonial
Belanda. Keraton Kaceribonan merupakan pemekaran dari Keraton Kanoman
setelah Sultan Anom IV yakni PR Muhammad Khaerudin wafat, Putra Mahkota
yang seharusnya menggantikan tahta diasingkan oleh Belanda pada tahun 1696 ke
Ambon karena dianggap sebagai pembangkang dan membrontak. Ketika kembali
dari pengasingan tahta sudah diduduki oleh PR. Abu sholeh Imamuddin. Atas dasar
kesepakatan keluarga, akhirnya PR Anom Madenda membangun Istana
Kacerbonan, kemudian muncullah Sultan Carbon I sebagai Sultan Kacirebonan
pertama di tahun 1808.
Lokasi Keraton Kacirebonan berada di Jalan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan
Kota Cirebon. Menempati lahan seluas 2,5 hektar, Keraton Kacirebonan
memiliki Paseban Kulon di sebelah kiri dan Paseban Wetan di bagian kanan
keraton. Keduanya berfungsi sebagai tempat penerima tamu dan latihan tari,
yakni tari topeng khas Cirebon. Masuk lebih ke dalam, Pintu Selamat Tangkep
di bagian tengah menjadi pintu utama sebelum memasuki gedung utama keraton.
Pintu ini hanya dibuka saat upacara khusus atau ketika ada tamu khusus yang
berkunjung ke keraton. Sedangkan para pengunjung biasa bisa melewati Pintu
Kliningan yang terletak di sisi kiri dan kanan Keraton. Pintu ini juga memiliki
makna sebagai bagian dari 2 kalimat syahadat. Memasuki bangunan utama,
Keraton Kacirebonan memiliki warna dengan unsur hijau yang mendominasi 8
tiang sebagai pilar utama menopang bangunan yang terlihat dirawat dengan baik.
Bagian serambi keraton atau disebut dengan Ruang Jinem Prabayaksa merupakan
tempat dimana sultan bertemu dengan tamu sekaligus tempat diadakannya acara
ritual keraton. Keraton Kacirebonan menyimpan berbagai benda-benda koleksi
kuno yang sarat dengan sejarah diantaranya pedang, tombak, sampai alat
57
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembuat jamu atau param yang masih berbentuk batu tersimpan dengan baik di
salah satu ruangan.
Gambar 4.2 dan 4.3 Lobi dan Halaman Depan Keraton Kacirebonan
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Berdasarkan hasil observasi peneliti berdasarkan variabel penelitian yang
digunakan hasilnya dapat dilihat pada masing-masing parameter sebagai berikut.
a. Letak
Kriteria letak dilakukan observasi untuk melihat bagaimana letak daya tarik
wisata yang ada. Letak dapat mempengaruhi keindahan suatu daya tarik dan juga
eksistensinya terhadap orang atau wisatawan yang baru berkunjung. Eksistensi
dapat terdongkrak bila suatu lokasi daya tarik terlihat menonjol dan strategis,
sehingga mudah dilihat oleh orang yang berlalu-lalang. Untuk hasil observasi akan
disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Skoring Letak Keraton Kacirebonan
Kriteria Letak Nilai Checklist
Lokasi Terisolir 1
Jauh dari pusat kota, tidak tersedia angkutan umum 2
Jauh dari pusat kota, tersedia beberapa angutan umum 3
Jauh dari pusat kota, tersedia banyak angkutan umum 4 ˅
Dekat dengan pusat kota, tersedia angkutan umum 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
58
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria letak pada Keraton Kacirebonan mendapatkan nilai 4 yang
menunjukkan bahwa lokasinya berada cukup dekat dengan pusat kota dan tersedia
banyak angkutan umum yang melintasi wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan lokasi
dari daya tarik Keraton Kacirebonan ini berada di Jalan Pulasaren yang merupakan
salah satu jalan utama yang ada di Kota Cirebon. Wisatawan yang baru berkunjung
maupun orang-orang yang melintas dapat dengan mudah melihat eksistensinya
dengan gerbang keraton yang menyapa dari pinggir jalan. Angkutan umum juga
banyak melintasi lokasi ini, sehingga keberadaan daya tarik ini secara letak
menunjukkan kriteria yang baik.
b. Aksesibilitas
Aksesibilitas sangat penting bagi suatu daya tarik wisata. Dengan akses yang
baik, maka wisatawan dapat berkunjung tanpa harus melewati kesulitan yang ada
misalnya harus jalan kaki dengan jarak yang jauh, jalan berlubang, dan juga
keterbatasan akses untuk kendaraan tertentu. Untuk lebih detil dapat dilihat pada
tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.5
Skoring Aksesibilitas Keraton Kacirebonan
Kriteria Aksesibilitas Nilai Checklist
Jalan setapak dan jalan alternatif tidak ada 1
Jalan tidak beraspal, berbatu 2
Jalan beraspal dengan kondisi sedikit bergelombang dan
berlubang, terbatas untuk kendaraan roda empat
3
Jalan beraspal, bergelombang dapat dilalui kendaraan roda
empat tanpa mengalami kesulitan
4
Jalan beraspal, tidak bergelombang dan dapat dilalui berbagai
jenis kendaraan
5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria aksesibilitas pada destinasi ini mendapatkan nilai maksimum yang
berarti akses menuju daya tarik wisata ini sangat baik. Akses menuju lokasi Keraton
Kacirebonan sangat baik dengan tersedia jalan aspal sebagai jalan utama sehingga
dapat dilalui segala jenis kendaraan. Oleh karena hal tersebut, wisatawan tidak perlu
59
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
khawatir apabila ingin berkunjung. Kendaraan jenis apapun dapat digunakan mulai
dari sepeda motor hingga bus sekalipun. Selain itu, jalan yang luas beraspal dan
tidak bergelombang memberikan kenyamanan serta keamanan lebih.
c. Keindahan
Kriteria keindahan merupakan hal yang sangat menunjang tingkat kemenarikan
suatu daya tarik wisata. Dengan kriteria keindahan yang memadai, maka wisatawan
akan dimanjakan dengan berbagai hal yang dapat mereka lihat. Setidaknya terdapat
empat aspek keindahan seperti bentuk bangunan, relief situs, artistik ornamen
bangunan dan tata letak yang berkaitan dengan daya tarik wisata budaya. Dengan
adanya aspek tersebut, wisatawan diharapkan dapat lebih betah berlama-lama pada
lokasi daya tarik wisata. Untuk lebih detil dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6
Skoring Keindahan Keraton Kacirebonan
Kriteria Keindahan Nilai Checklist
Tidak ada pemandangan indah yang dapat disaksikan 1
Terdapat satu aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
2
Terdapat dua aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
3
Terdapat tiga aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
4
Terdapat empat aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
asrtistik/ornamen bangunan, tata letak)
5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Hasil skoring pada daya tarik wisata Keraton Kacirebonan menunjukkan bahwa
terdapat empat aspek keindahan. Aspek tersebut diantaranya bentuk bangunan yang
unik merupakan peninggalan sejak awal dibangunnya tempat ini yang masih
dirawat dan dipertahankan bentuk aslinya seperti 8 pilar tiang hijau penyangga pada
bangunan utama. Relief yang masih asli juga terdapat pada tembok pagar dan
bangunan-bangunan yang ada dengan motif unik khas cirebon. Ornamen bangunan
60
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mulai dari ukiran-ukiran berbahasa arab dengan bentuk-bentuk tertentu seperti
macan dan sebagainya juga menjadi hal yang menarik bagi wisatawan. Aspek
selanjutnya adalah tata letak bangunan yang memiliki ciri tersendiri seperti 2 pintu
kliningan yang melambangkan 2 kalimat syahadat.
d. Keamanan
Kriteria keamanan menjadi fasilitas penunjang yang dapat disebut urgent. Hal
ini dikarenakan dengan banyaknya wisatawan atau pengunjung maka banyak hal
yang rentan terjadi tidak terlepas kemungkinan adalah aksi kejahatan. Selain itu,
fasilitas keamanan penting untuk mengingatkan pengunjung bila terdapat suatu
kejadian seperti anak yang terpisah dari orang tuanya. Untuk lebih detil hasil
observasi fasilitas keamanan pada daya tarik wisata ini dapat dilihat pada tabel 4.7
sebagai berikut.
Tabel 4.7
Skoring Keamanan Keraton Kacirebonan
Kriteria Keamanan Nilai Checklist
Tidak tersedia pos pengamanan dan penjaga 1
Tidak tersedia pos pengamanan, terdapat penjaga 2
Tersedia satu pos pengamanan dan penjaga 3 ˅
Tersedia 2 pos pengamanan dan penjaga 4
Tersedia >2 pos pengamanan dan penjaga 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Dari hasil observasi ditunjukkan bahwa pada daya tarik wisata ini mendapat
nilai 3 yang berarti terdapat penjaga dan hanya tersedia satu pos pengamanan. Hal
ini menunjukkan sudah adanya wadah/fasilitas yang melayani pengunjung dari
aspek keamanan, akan tetapi dengan hanya terdapat satu pos saja sepertinya akan
sulit untuk dapat mengakomodir apabila sedang terjadi lonjakan kunjungan.
e. Kebersihan
Suatu lokasi akan sangat nyaman apabila memiliki kebersihan yang baik. Begitu
pula dengan daya tarik wisata. Apabila lokasinya bersih, wisatawan akan merasa
61
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
nyaman dan dapat berwisata tanpa terganggu dengan adanya sampah atau kotoran
yang dapat mengganggu pemandangan, penciuman bahkan kesehatan.
Tabel 4.8
Skoring Kebersihan Keraton Kacirebonan
Kriteria Kebersihan Nilai Checklist
Tidak tersedia tempat sampah 1
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 1, tidak layak
digunakan
2
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 2, kualitas kurang layak
digunakan
3
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 3, kualitas layak
digunakan
4
Tersedia tempat sampah dengan jumlah >3 kualitas layak
digunakan
5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan hasil observasi, kriteria kebersihan pada daya tarik wisata ini
mendapatkan nilai sangat baik yaitu 5. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi daya tarik
wisata ini sangat bersih. Terdapat lebih dari 3 tempat sampah dengan kualitas yang
layak digunakan. Dengan begitu, wisatawan dapat berwisata sepuasnya tanpa
terganggu dengan adanya sampah yang berserakan. Diharapkan para wisatawan
juga dapat menjaga supaya daya tarik ini tetap bersih dan sehat.
f. Keunikan
Suatu daya tarik wisata harus kental dengan unsur keunikan, terlebih wisata
budaya yang memang sudah seharusnya menampilkan keunikan sebagai
keunggulannya. Semakin banyak hal unik yang ditampilkan, maka kemenarikannya
akan semakin tinggi. Keunikan sendiri muncul dari setiap karakter yang ada pada
suatu daya tarik wisata, bisa dari benda mati hasil peninggalan yang dirawat dengan
baik, bangunan-bangunan tua khas masa lampau, tata letak suatu lokasi hingga
62
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
unsur-unsur kehidupan manusia yang dianggap berbeda sehingga memiliki nilai
keunikan tersendiri dan dapat dinikmati oleh pengunjung dan orang banyak sebagai
suatu atraksi wisata. Untuk itu, dilakukan observasi dengan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9
Skoring Keunikan Keraton Kacirebonan
Kriteria Keunikan Nilai Checklist
Tidak ada keunikan yang menonjol 1
Terdapat 1 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
2
Terdapat 2 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
3
Terdapat 3 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
4
Terdapat 4 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keunikan mendapatkan nilai maksimum yaitu 5. Setidaknya terdapat 4
aspek keunikan yang ditonjolkan diantaranya benda peninggalan seperti keris,
tombak, kereta kencana dan lain-lain. Aspek keunikan kedua upacara adat yang
masih dilakukan yaitu rajaban, muludan dan pencucian pusaka. Selanjutnya adalah
kearifan lokal seperti kedekatan keraton dengan masyarakat sekitar yang disebut
juga magersari. Terakhir adalah kekhasan bangunan dan kekhasan lingkungan yang
sudah ada sejak dulu dan tetap dipertahankan.
g. Keramahan
Keramahan menjadi suatu hal yang dapat memberikan rasa nyaman kepada
pengunjung. Apabila wisatawan disambut dengan senyum dan lemah lembut serta
terbuka, mereka juga akan merasa betah dan ingin kembali lagi suatu saat nanti
karena merasa diistimewakan sebagai seorang tamu. Sebaliknya apabila keramahan
dari pengelola wisata hingga masyarakat sekitar kurang baik, wisatawan tentu
63
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merasa kurang dihargai. Dampaknya, dapat terjadi rasa enggan untuk berkunjung
kembali ke suatu lokasi wisata. Selain itu, mereka juga dapat memberikan
rekomendasi kepada sanak saudara, kerabat dan orang-orang disekitarnya tentang
kualitas dan keramahan dari suatu tempat wisata. Untuk lebih jelas silahkan lihat
pada tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10
Skoring Keramahan Keraton Kacirebonan
Kriteria Keramahan Nilai Checklist
Pengelola, pengunjung dan masyarakat tidak ramah 1
Pengelola ramah, pengunjung dan masyarakat tidak ramah 2
Pengelola dan pengunjung ramah, masyarakat tidak ramah 3
Pengelola, pengunjung dan masyarakat ramah tetapi tidak
sinergis
4 ˅
Pengelola, pengunjung, masyarakat ramah dan sinergis 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keramahan mendapat nilai 4 yang berarti diantara pengelola,
pengunjung dan masyarakat sekitar memiliki sikap ramah kepada pengunjung.
Meskipun ramah, tetapi sinergitas belum begitu terlihat. Mengingat masyarakat
sekitar keraton hanya sedikit berinteraksi dengan wisatawan.
h. Cinderamata/souvenir
Cinderamata atau souvenir merupakan suatu benda yang biasanya dibawa
pulang oleh wisatawan sebagai kenang-kenangan maupun oleh-oleh kepada teman
dan keluarga. Tanpa adanya cinderamata, suatu daerah tujuan wisata tidak dapat
mengoptimalkan promosinya, selain itu para pengunjung kurang mendapatkan
kesan yang mendalam pernah berkunjung ke tempat tersebut. Oleh karenanya,
semakin banyak jenis souvenir yang tersedia akan semakin baik. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut.
Tabel 4.11
Skoring Cinderamata Keraton Kacirebonan
64
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria Cinderamata Nilai Checklist
Tidak tersedia di lokasi daya tarik wisata 1
Tersedia dilokasi, jenisnya kurang beragam (1 macam) 2
Tersedia dilokasi, jenisnya kurang beragam (2 macam) 3
Tersedia dilokasi, jenisnya beragam (3 macam) 4
Tersedia dilokasi, jenisnya sangat beragam (>4 macam) 5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria cinderamata pada daya tarik wisata ini mendapatkan nilai maksimum
yaitu 5. Tersedia lebih kurang 3 stand tenda penjualan souvenir dengan
keberagaman lebih dari 4 jenis souvenir yang ditawarkan seperti gantungan kunci,
kain batik megamendung khas cirebon, kaos bergambar kaligrafi macan, topeng
dan berbagai jenis kerajinan tangan lainnya.
i. Variasi aktivitas wisata
Suatu daya tarik wisata menyajikan berbagai variasi aktivitas yang dapat
dilakukan, semakin beragam maka akan semakin baik untuk tidak membuat
wisatawan cepat jenuh. Aktivitas wisata sendiri adalah hal yang dapat dilakukan
wisatawan pada suatu lokasi daya tarik, bisa yang memang disajikan atau pun suatu
benda/kemenarikan yang telah lama ada.
Tabel 4.12
Skoring Variasi Aktivitas Wisata Keraton Kacirebonan
Kriteria Variasi Aktivitas Wisata Nilai Checklist
Keragaman aktivitas yang dilakukan tidak ada 1
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 1-2 2
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 3-4 3
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 5-6 4 ˅
Keragaman aktivitas yang dilakukan >6 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapat nilai 4. Ini menunjukkan bahwa pada daya tarik wisata ini
dapat dilakukan 5-6 jenis aktivitas wisata. Aktivitas yang dapat dilakukan
diantaranya melihat bangunan dan peninggalan sejarah, berfoto-foto, melakukan
65
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengamatan, melihat atraksi tarian tradisional, melihat upacara adat yang dilakukan
oleh keraton pada waktu tertentu.
j. Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana merupakan penunjang dari kegiatan wisata yang dilakukan.
Biasanya sarana prasarana merupakan kewajiban bagi pengelola untuk
menyediakannya dengan nyaman dan memadai. Hal ini karena wisatawan selain
berkunjung juga memerlukan tempat beristirahat, makan, memarkirkan kendaraan
dan sebagainya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini.
Tabel 4.13
Skoring Sarana Prasarana Keraton Kacirebonan
Kriteria Sarana Prasarana Nilai Checklist
Tidak ada sarana dan prasarana yang memadai (tempat makan,
tempat parkir, gazebo, taman bermain)
1
Tersedia satu sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
2
Tersedia dua sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
3
Tersedia tiga sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
4 ˅
Tersedia empat sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Hasil observasi pada kriteria ini mendapat nilai 4 yang berarti setidaknya
terdapat 3 jenis sarana dan prasarana yang memadai seperti tempat parkir pada
lahan depan lokasi keraton, gazebo yang juga menjual makanan khas keluarga
keraton yaitu pawon bogana. Oleh karena itu, sarana prasarana yang terdapat pada
daya tarik wisata ini sudah cukup memadai dan diharapkan memberikan kepuasan
kepada wisatawan.
k. Kondisi Cuaca dan Iklim
Kondisi cuaca dan iklim memiliki pengaruh terhadap waktu berkunjung
wisatawan. Indonesia tidak memiliki 4 perubahan musim yang terkadang terlampau
ekstrim seperti di negara-negara lintang tinggi. Hanya terjadi 2 musim yaitu musim
66
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hujan dan musim kemarau. Meski demikian, kondisi cuaca tetap memiliki
pengaruh. Cuaca yang cerah tentu sangat mendukung dilakukannya kegiatan
wisata. Sebaliknya apabila cuaca kurang baik seperti sering terjadi hujan deras atau
badai angin dapat membuat wisatawan khawatir untuk melakukan aktivitas
wisatanya. Dalam hal ini, akan dilakukan observasi terhadap kondisi suhu udara
yang terdapat pada daya tarik wisata ini. Hasil obaservasi dapat dilihat pada tabel
4.14 sebagai berikut.
Tabel 4.14
Skoring Kondisi Cuaca dan Iklim Keraton Kacirebonan
Kriteria Cuaca dan Iklim Nilai Checklist
Suhu diatas 35° C 1
Suhu dibawah 25° C 2
Suhu 33° − 35° C 3
Suhu 30° − 32° C 4 ˅
Suhu 26° − 30° C 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai 4. Hal ini berarti kondisi cuaca dan iklim yang
menjadi pertimbangan besar adalah suhu udara sesuai dengan karakteristik lokasi
daya tarik wisata ini yaitu di dataran rendah pantura, suhunya berkisar antara 30-32
derajat Celsius yang berarti cukup panas. Kondisi yang cukup panas tetapi tidak
berlebihan masih dapat ditolerir dan sesuai dengan karakter wilayah Indonesia.
Untuk melihat secara keseluruhan hasil dari observasi yang dituangkan dalam
bentuk nilai/skoring yang kemudian dapat dilihat termasuk kedalam kelas berapa
daya tarik wisata Keraton Kacirebonan ini, maka dapat dilihat pada tabel 4.15
sebagai berikut.
Tabel 4.15
Skoring Fasilitas Keraton Kacirebonan
No. Parameter Nilai
1 Letak 4
2 Aksesibilitas 5
3 Keindahan 5
67
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4 Keamanan 3
5 Kebersihan 5
6 Keunikan 5
7 Keramahan 4
8 Cinderamata/souvenir 5
9 Variasi aktivitas wisata 4
10 Sarana dan prasarana 4
11 Kondisi cuaca dan iklim 4
Skor 47
Kelas Fasilitas Daya Tarik Wisata Kelas I (Sangat Baik)
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Parameter yang mendapatkan nilai terendah pada daya tarik ini adalah pada
penyediaan fasilitas keamanan yang masih minim, termasuk sarana pelayanan
ticketing apabila ingin memasuki daya tarik wisata Keraton Kacirebonan ini.
Sedangkan skor tertinggi ada pada aspek keindahan, aksesibilitas, keunikan dan
cinderamata/souvenir. Bangunan-bangunan peninggalan masa lampau yang masih
dirawat dengan baik menimbulkan kesan artistik dan indah dipandang. Pusaka-
pusaka peninggalan menjadi nilai keunikan yang tinggi, aksesibilitas sangat mudah
dijangkau karena berada dipinggir jalan utama yang dapat dilalui semua jenis
kendaraan serta pada daya tarik wisata ini tersedia stand-stand penjualan souvenir
beranekaragam mulai dari kaos, topeng, gantungan kunci, kain dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, Keraton Kacirebonan dirasa pantas menjadi salah satu daya tarik
wisata yang memiliki kelas daya tarik tinggi. Untuk melihat keberadaan lokasi daya
tarik wisata ini dapat dilihat pada gambar 4.4 yang merupakan peta sampel
penelitian.
68
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.4 Peta Lokasi Keraton Kacirebonan
69
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Keraton Kanoman
Menurut Babad Cerbon yang diindonesiakan oleh Pangeran Sulaeman
Suleendraningrat (1984), Cirebon bermula dari pendukuhan kecil. Pendukuhan ini
telah terbentuk sejak abad ke 15, yaitu sekitar 1 sura 1367 Hijriah atau 1445 M
dirintis oleh Ki Gede Alang-alang dan kawan-kawan. Dukuh Cirebon ini dilengkapi
pula dengan Keraton Pakungwati dan Tajug Pejlagrahan yang dibangun oleh
Pangeran Cakrabuana (penerus/pengganti Ki Gede Alang-alang) pada tahun 1452
M. Pada awalnya Keraton Kanoman merupakan pusat peradaban Kesultanan
Cirebon, yang kemudian karena ada masalah internal terpecah menjadi Keraton
Kanoman, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Kaprabonan.
Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran
Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I, pada sekitar tahun 1510 Šaka atau 1588
M. Keraton Kanoman sampai saat ini masih taat memegang adat-istiadat dan
pepakem, di antaranya melaksanakan tradisi Grebeg Syawal, seminggu setelah Idul
Fitri dan berziarah ke makam leluhur yaitu Sunan Gunung Jati di Desa Astana,
Cirebon Utara.
Keraton Kanoman merupakan satu kompleks dengan denah empat persegi
panjang dari arah utara ke selatan. Secara tata letaknya, komplek Keraton Kanoman
terbagi atas 4 bagian, yaitu bagian depan kompleks, halaman pertama, halaman
kedua dan halaman ketiga. Pembagian tata letak tersebut diantaranya sebagai
berikut.
a. Bagian Depan Kompleks, di bagian ini terdapat bangunan Cungkup Alu,
Cungkup Lesung, Pancaratna, dan Pancaniti
b. Halaman Pertama, atau disebut lemah duwur (tanah tinggi), di halaman ini
terdapat dua bangunan yaitu Balai Manguntur dan Panggung.
c. Halaman Kedua, halaman ini memiliki bentuk denah huruf “L” dan terdapat dua
bangunan, yaitu : Bale Paseban dan Gerbang Seblawong di sisi utara.
d. Halaman Ketiga, antara halaman ketiga dan halaman ke empat dibatasi pagar
terbuat dari bata setinggi 1,50 m. Di halaman ini terdapat sejumlah bangunan,
yaitu: Tempat Lonceng disebut juga gajah mungkur, Bale Semirang merupakan
bangunan yang menghadap timur, Langgar Kanoman merupakan bangunan
tempat shalat, Paseban Singabrata merupakan tempat jaga perwira keraton,
70
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jinem adalah bagian ruang sultan dengan arah hadap utara dan berukuran 12 x
8 m dengan lantai keramik, Kaputren merupakan tempat tinggal putra dan putri
sultan.
Lokasi Keraton Kanoman berada di Jl. Winaon, Kampung Kanoman, Kelurahan
Lemah Wungkuk, Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon tepatnya berada
dibelakang pasar Kanoman.
Berdasarkan hasil observasi peneliti yang kemudian dituangkan dalam bentuk
skoring, fasilitas Keraton Kanoman dapat dilihat lebih jelas berdasarkan masing-
masing parameter yang digunakan. Untuk melihat setiap kriterianya akan diuraikan
sebagai berikut.
a. Letak
Kriteria letak dilakukan observasi untuk melihat bagaimana letak daya tarik
wisata yang ada. Letak dapat mempengaruhi keindahan suatu daya tarik dan juga
eksistensinya terhadap orang atau wisatawan yang baru berkunjung. Eksistensi
dapat terdongkrak bila suatu lokasi daya tarik terlihat menonjol dan strategis,
sehingga mudah dilihat oleh orang yang berlalu-lalang. Untuk hasil observasi akan
disajikan dalam tabel 4.16 berikut ini.
Tabel 4.16
Skoring Letak Keraton Kanoman
Kriteria Letak Nilai Checklist
Lokasi Terisolir 1
Jauh dari pusat kota, tidak tersedia angkutan umum 2
Jauh dari pusat kota, tersedia beberapa angutan umum 3 ˅
Jauh dari pusat kota, tersedia banyak angkutan umum 4
Dekat dengan pusat kota, tersedia angkutan umum 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria letak pada daya tarik wisata ini mendapatkan nilai 3, ini berarti
lokasinya sedikit sulit dijangkau mengingat berada di belakang pasar kanoman dan
melalui gang yang lumayan kecil bila menggunakan jalur alternatif sehingga untuk
71
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menuju langsung ke titik ke lokasinya hanya dapat menggunakan beberapa jenis
moda angkutan umum seperti becak atau ojeg.
b. Aksesibilitas
Aksesibilitas sangat penting bagi suatu daya tarik wisata. Dengan akses yang
baik, maka wisatawan dapat berkunjung tanpa harus melewati kesulitan yang ada
misalnya harus jalan kaki dengan jarak yang jauh, jalan berlubang, dan juga
keterbatasan akses untuk kendaraan tertentu. Untuk lebih detil dapat dilihat pada
tabel 4.17 sebagai berikut.
Tabel 4.17
Skoring Aksesibilitas Keraton Kanoman
Kriteria Aksesibilitas Nilai Checklist
Jalan setapak dan jalan alternatif tidak ada 1
Jalan tidak beraspal, berbatu 2
Jalan beraspal dengan kondisi sedikit bergelombang dan
berlubang, terbatas untuk kendaraan roda empat
3
Jalan beraspal, bergelombang dapat dilalui kendaraan roda
empat tanpa mengalami kesulitan
4 ˅
Jalan beraspal, tidak bergelombang dan dapat dilalui berbagai
jenis kendaraan
5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Aksesibilitas menuju daya tarik wisata ini mendapatkan nilai 4. Ini
menunjukkan bahwa jalan yang tersedia beraspal namun bergelombang dengan
sedikit keterbatasan untuk roda empat karena harus melewati pasar yang padat yaitu
pasar kanoman tepat berada didepan daya tarik wisata ini.
c. Keindahan
Kriteria keindahan merupakan hal yang sangat menunjang tingkat kemenarikan
suatu daya tarik wisata. Dengan kriteria keindahan yang memadai, maka wisatawan
akan dimanjakan dengan berbagai hal yang dapat mereka lihat. Setidaknya terdapat
empat aspek keindahan seperti bentuk bangunan, relief situs, artistik ornamen
bangunan dan tata letak yang berkaitan dengan daya tarik wisata budaya. Dengan
72
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adanya aspek tersebut, wisatawan diharapkan dapat lebih betah berlama-lama pada
lokasi daya tarik wisata. Untuk lebih detil dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut ini.
Tabel 4.18
Skoring Keindahan Keraton Kanoman
Kriteria Keindahan Nilai Checklist
Tidak ada pemandangan indah yang dapat disaksikan 1
Terdapat satu aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
2
Terdapat dua aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
3 ˅
Terdapat tiga aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
4
Terdapat empat aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
asrtistik/ornamen bangunan, tata letak)
5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keindahan mendapatkan nilai 3. Setidaknya terdapat dua aspek
keindahan yang ada pada daya tarik wisata Keraton Kanoman seperti
artistik/ornamen bangunan dan relief situs. Tata letak bangunan tidak lagi
menggambarkan karakter yang unik karena telah sedikit bercampur dengan
pedagang-pedagang di pasar Kanoman. Hal tersebut menghilangkan nilai estetika
dari ciri khas letak sebuah keraton.
d. Keamanan
Kriteria keamanan menjadi fasilitas penunjang yang dapat disebut urgent. Hal
ini dikarenakan dengan banyaknya wisatawan atau pengunjung maka banyak hal
yang rentan terjadi tidak terlepas kemungkinan adalah aksi kejahatan. Selain itu,
fasilitas keamanan penting untuk mengingatkan pengunjung bila terdapat suatu
kejadian seperti anak yang terpisah dari orang tuanya. Untuk lebih detil hasil
observasi fasilitas keamanan pada daya tarik wisata ini dapat dilihat pada tabel 4.19
sebagai berikut.
73
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.19
Skoring Keamanan Keraton Kanoman
Kriteria Keamanan Nilai Checklist
Tidak tersedia pos pengamanan dan penjaga 1
Tidak tersedia pos pengamanan, terdapat penjaga 2 ˅
Tersedia satu pos pengamanan dan penjaga 3
Tersedia 2 pos pengamanan dan penjaga 4
Tersedia >2 pos pengamanan dan penjaga 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keamanan mendapatkan nilai 2. Ini berarti pada daya tarik wisata ini
tidak tersedia pos pengamanan/pusat informasi untuk pengumuman darurat,
meskipun terdapat beberapa penjaga. Untuk memasuki lokasi daya tarik wisata ini
samasekali tidak dipungut biaya dan pembelian tiket sehingga siapapun dapat
masuk dengan leluasa. Peneliti juga sulit membedakan antara orang yang datang
sebagai wisatawan atau warga lokal yang sekedar bersantai disekitar lokasi Keraton
Kanoman.
e. Kebersihan
Suatu lokasi akan sangat nyaman apabila memiliki kebersihan yang baik. Begitu
pula dengan daya tarik wisata. Apabila lokasinya bersih, wisatawan akan merasa
nyaman dan dapat berwisata tanpa terganggu dengan adanya sampah atau kotoran
yang dapat mengganggu pemandangan, penciuman bahkan kesehatan.
Tabel 4.20
Skoring Kebersihan Keraton Kanoman
Kriteria Kebersihan Nilai Checklist
Tidak tersedia tempat sampah 1
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 1, tidak layak digunakan 2
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 2, kualitas kurang layak
digunakan
3 ˅
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 3, kualitas layak digunakan 4
74
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tersedia tempat sampah dengan jumlah >3 kualitas layak digunakan 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria kebersihan pada daya tarik wisata ini mendapat nilai 3 yang
menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 2 tempat sampah yang kualitasnya kurang
layak digunakan. Saat observasi dilakukan juga terdapat banyak sampah berserakan
yang sebagian besar terdiri dari sampah plastik.
f. Keunikan
Suatu daya tarik wisata harus kental dengan unsur keunikan, terlebih wisata
budaya yang memang sudah seharusnya menampilkan keunikan sebagai
keunggulannya. Semakin banyak hal unik yang ditampilkan, maka kemenarikannya
akan semakin tinggi. Keunikan sendiri muncul dari setiap karakter yang ada pada
suatu daya tarik wisata, bisa dari benda mati hasil peninggalan yang dirawat dengan
baik, bangunan-bangunan tua khas masa lampau, tata letak suatu lokasi hingga
unsur-unsur kehidupan manusia yang dianggap berbeda sehingga memiliki nilai
keunikan tersendiri dan dapat dinikmati oleh pengunjung dan orang banyak sebagai
suatu atraksi wisata. Untuk itu, dilakukan observasi dengan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 4.21 berikut ini.
Tabel 4.21
Skoring Keunikan Keraton Kanoman
Kriteria Keunikan Nilai Checklist
Tidak ada keunikan yang menonjol 1
Terdapat 1 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
2
Terdapat 2 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
3
Terdapat 3 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
4 ˅
Terdapat 4 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
75
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria keunikan pada daya tarik wisata ini mendapat nilai 4 yang
menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 3 aspek keunikan seperti benda
peninggalan, upacara adat dan kekhasan bangunan.
g. Keramahan
Keramahan menjadi suatu hal yang dapat memberikan rasa nyaman kepada
pengunjung. Apabila wisatawan disambut dengan senyum dan lemah lembut serta
terbuka, mereka juga akan merasa betah dan ingin kembali lagi suatu saat nanti
karena merasa diistimewakan sebagai seorang tamu. Sebaliknya apabila keramahan
dari pengelola wisata hingga masyarakat sekitar kurang baik, wisatawan tentu
merasa kurang dihargai. Dampaknya, dapat terjadi rasa enggan untuk berkunjung
kembali ke suatu lokasi wisata. Selain itu, mereka juga dapat memberikan
rekomendasi kepada sanak saudara, kerabat dan orang-orang disekitarnya tentang
kualitas dan keramahan dari suatu tempat wisata. Untuk lebih jelas silahkan lihat
pada tabel 4.22 berikut ini.
Tabel 4.22
Skoring Keramahan Keraton Kanoman
Kriteria Keramahan Nilai Checklist
Pengelola, pengunjung dan masyarakat tidak ramah 1
Pengelola ramah, pengunjung dan masyarakat tidak ramah 2
Pengelola dan pengunjung ramah, masyarakat tidak ramah 3
Pengelola, pengunjung dan masyarakat ramah tetapi tidak sinergis 4 ˅
Pengelola, pengunjung, masyarakat ramah dan sinergis 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keramahan pada daya tarik wisata ini mendapatkan nilai 4 yang
menunjukkan bahwa pengelola, pengunjung dan masyarakat ramah. Akan tetapi,
masih diperlukan sinergitas diantara ketiganya. Ini dikarenakan masih banyak hal
timpang tindih antara fungsi keraton untuk tempat wisata dan juga kehadiran
masyarakat yang mencari nafkah untuk berdagang tetapi mengabaikan kebersihan
dan keindahan tata letak.
h. Cinderamata/souvenir
76
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cinderamata atau souvenir merupakan suatu benda yang biasanya dibawa
pulang oleh wisatawan sebagai kenang-kenangan maupun oleh-oleh kepada teman
dan keluarga. Tanpa adanya cinderamata, suatu daerah tujuan wisata tidak dapat
mengoptimalkan promosinya, selain itu para pengunjung kurang mendapatkan
kesan yang mendalam pernah berkunjung ke tempat tersebut. Oleh karenanya,
semakin banyak jenis souvenir yang tersedia akan semakin baik. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel 4.23 sebagai berikut.
Tabel 4.23
Skoring Cinderamata Keraton Kanoman
Kriteria Cinderamata Nilai Checklist
Tidak tersedia di lokasi daya tarik wisata 1
Tersedia dilokasi, jenisnya kurang beragam (1 macam) 2
Tersedia dilokasi, jenisnya kurang beragam (2 macam) 3
Tersedia dilokasi, jenisnya beragam (3 macam) 4
Tersedia dilokasi, jenisnya sangat beragam (>4 macam) 5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai maksiumum yaitu 5. Hal ini dikarenakan pada
daya tarik wisata ini tersedia lebih dari 4 jenis souvenir yang ditawarkan seperti
stiker kaligrafi macan keraton kanoman, buku sejarah keraton, kaos kaligrafi macan
ali, kain batik khas cirebon, dan sebagainya.
i. Variasi Aktivitas Wisata
Suatu daya tarik wisata menyajikan berbagai variasi aktivitas yang dapat
dilakukan, semakin beragam maka akan semakin baik untuk tidak membuat
wisatawan cepat jenuh. Aktivitas wisata sendiri adalah hal yang dapat dilakukan
wisatawan pada suatu lokasi daya tarik, bisa yang memang disajikan atau pun suatu
benda/kemenarikan yang telah lama ada.
Tabel 4.24
Skoring Variasi Aktivitas Wisata Keraton Kanoman
Kriteria Variasi Aktivitas Wisata Nilai Checklist
Keragaman aktivitas yang dilakukan tidak ada 1
77
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 1-2 2
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 3-4 3 ˅
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 5-6 4
Keragaman aktivitas yang dilakukan >6 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai 3 yang menunjukkan bahwa terdapat setidaknya
3-4 variasi aktivitas yang dapat dilakukan. Aktivitas tersebut diantaranya
menikmati suasana keraton, melakukan pengamatan, berfoto-foto dan membeli
souvenir.
j. Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana merupakan penunjang dari kegiatan wisata yang dilakukan.
Biasanya sarana prasarana merupakan kewajiban bagi pengelola untuk
menyediakannya dengan nyaman dan memadai. Hal ini karena wisatawan selain
berkunjung juga memerlukan tempat beristirahat, makan, memarkirkan kendaraan
dan sebagainya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.25 berikut ini.
Tabel 4.25
Skoring Sarana Prasarana Keraton Kanoman
Kriteria Sarana Prasarana Nilai Checklist
Tidak ada sarana dan prasarana yang memadai (tempat makan,
tempat parkir, gazebo, taman bermain)
1
Tersedia satu sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
2
Tersedia dua sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
3 ˅
Tersedia tiga sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
4
Tersedia empat sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai 3 yang menunjukkan bahwa pada daya tarik
wisata ini setidaknya tersedia 2 sarana dan prasarana yang memadai seperti tempat
makan yang disediakan pedagang lokal sekaligus menjajakan makanannya bagi
pengunjung pasar dan tempat parkir yang cukup untuk beberapa kendaraan.
78
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
k. Kondisi Cuaca dan Iklim
Kondisi cuaca dan iklim memiliki pengaruh terhadap waktu berkunjung
wisatawan. Indonesia tidak memiliki 4 perubahan musim yang terkadang terlampau
ekstrim seperti di negara-negara lintang tinggi. Hanya terjadi 2 musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Meski demikian, kondisi cuaca tetap memiliki
pengaruh. Cuaca yang cerah tentu sangat mendukung dilakukannya kegiatan
wisata. Sebaliknya apabila cuaca kurang baik seperti sering terjadi hujan deras atau
badai angin dapat membuat wisatawan khawatir untuk melakukan aktivitas
wisatanya. Dalam hal ini, akan dilakukan observasi terhadap kondisi suhu udara
yang terdapat pada daya tarik wisata ini. Hasil obaservasi dapat dilihat pada tabel
4.26 sebagai berikut.
Tabel 4.26
Skoring Kondisi Cuaca dan Iklim Keraton Kanoman
Kriteria Cuaca dan Iklim Nilai Checklist
Suhu diatas 35° C 1
Suhu dibawah 25° C 2
Suhu 33° − 35° C 3
Suhu 30° − 32° C 4 ˅
Suhu 26° − 30° C 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai 4 yang menunjukkan kondisi cuaca dan iklim
cukup baik dengan suhu udara 30-32 derajat Celsius.
Banyak hal yang mempengaruhi hasil observasi ini, diantaranya seperti
parameter aksesibilitas yang tidak terlalu baik mengingat untuk menuju ke daya
tarik wisata ini harus melalui pasar yang sangat padat atau alternatif jalan-jalan kecil
pada gang perumahan warga. Aspek lain yang memiliki skor rendah ialah aspek
keamanan, pada daya tarik wisata ini tidak terdapat pos penjaga bahkan pelayanan
tiket atau informasi. Selain itu, faktor yang menyorot perhatian peneliti adalah
aspek kebersihan yang kurang terjaga. Banyak sampah berserakan dan minimnya
tempat sampah menjadi hal yang tidak enak dipandang. Kesan peneliti pada daya
tarik wisata Keraton Kanoman adalah minimnya perawatan pada situs-situs
79
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peninggalan dan komplek Keraton itu sendiri. Untuk beberapa situs peninggalan
bahkan bercampur aduk dengan tempat berjualan pedagang di Pasar Kanoman yang
tepat berada bersebelahan.
Gambar 4.5 dan 4.6 Situs Mande Manguntur dan Sampah yang Berserakan
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Untuk melihat secara keseluruhan hasil skoring penelitian, dapat dilihat pada tabel 4.27
sebagai berikut.
Tabel 4.27
Skoring Tingkat Fasilitas Keraton Kanoman
No. Parameter Skor
1 Letak 3
2 Aksesibilitas 4
3 Keindahan 3
4 Keamanan 2
5 Kebersihan 3
6 Keunikan 4
7 Keramahan 4
8 Cinderamata/souvenir 5
9 Variasi aktivitas wisata 3
10 Sarana dan prasarana 3
11 Kondisi cuaca dan iklim 4
Skor 38
Kelas Fasilitas Daya Tarik Kelas II (Baik)
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
80
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan skor diatas maka dapat dilihat bahwa fasilitas yang tersedia pada daya
tarik wisata budaya Keraton Kanoman termasuk kedalam kelas II atau kelas baik. Beberapa
aspek masih membutuhkan pembenahan supaya dapat memberikan layanan lebih maksimal
kepada wisatawan.
81
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.7 Peta Lokasi Keraton Kanoman
82
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Keraton Kaprabonan
Kaprabonan sendiri mulai dibangun pada sekitar tahun 1696. Adanya Keraton
Kaprabonan tak lepas dari perselisihan internal di tubuh Keraton Kanoman yang
saat itu dipimpin Sultan Badrudin. Sultan Kaprabonan saat itu memilih
meninggalkan Keraton Kanoman karena berseberangan dengan kerabatnya di
Keraton Kanoman. Ia akhirnya pindah dan menetap di sebuah tempat yang kini
diberi nama Kaprabonan. Setelah berpisah dengan Keraton Kanoman, Sultan
Kaprabonan lebih mengutamakan kembali ke ajaran Syekh Syarif dan menentang
kolonial Belanda yang saat itu memecah belah keraton. Ia mengajarkan tarikat
ajaran Syekh Syarif Hidayatullah kepada masyarakat. Dulu tempat ini luas, namun
sekarang karena memang sudah banyak yang sudah menjadi hak milik pribadi, jadi
area Kaprabonan tinggal menyisakan satu haktare saja.
Keraton Kaprabonan sendiri, memiliki peninggalan di antaranya kitab-kitab
ajaran Islam dan juga peninggalan keris turun temurun yang merupakan pemberian
dari Syekh Syarif Hidayatullah. Sebagai mana bangunan keraton, area yang
memiliki luas kurang lebih 1 Ha ini sekarang ditempati oleh anggota keluarga
Sultan Kaprabonan. Di sana juga terdapat salah satu tajug atau langgar yang kerap
digunakan sebagai tempat salat lima waktu. Tajug atau langgar pusaka Kaprabonan
ini berdiri tahun 1707 M Tempat ini kerap digelar tawasulan setiap malam Jumat
dan kegiatan keagamaan pada bulan Rajab dan Maulid Nabi.
Keberadaan Keraton Kaprabonan sendiri masih menjadi pro dan kontra di
masyarakat Cirebon. Ada yang menganggap bahwa Kaprabonan bukan merupakan
Keraton melainkan hanya sebuah peguron atau tempat menimba ilmu agama di
masa lampau, namun ada juga yang menganggap bahwa perselisihan ini hanya
masalah penyebutan saja. Meski begitu Keraton Kaprabonan tetap mendapat
apresiasi yang sama dari Disporbudpar Kota Cirebon sebagai salah satu destinasi
wisata budaya. Lokasi daya tarik ini berada di Jalan Lemahwungkuk Kota Cirebon.
Untuk mengetahui hasil skoring fasilitas pada daya tarik wisata ini dapat dilihat
pada rincian dibawah ini.
a. Letak
Kriteria letak dilakukan observasi untuk melihat bagaimana letak daya tarik
wisata yang ada. Letak dapat mempengaruhi keindahan suatu daya tarik dan juga
83
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
eksistensinya terhadap orang atau wisatawan yang baru berkunjung. Eksistensi
dapat terdongkrak bila suatu lokasi daya tarik terlihat menonjol dan strategis,
sehingga mudah dilihat oleh orang yang berlalu-lalang. Untuk hasil observasi akan
disajikan dalam tabel 4.28 berikut ini.
Tabel 4.28
Skoring Letak Keraton Kaprabonan
Kriteria Letak Nilai Checklist
Lokasi Terisolir 1
Jauh dari pusat kota, tidak tersedia angkutan umum 2
Jauh dari pusat kota, tersedia beberapa angutan umum 3 ˅
Jauh dari pusat kota, tersedia banyak angkutan umum 4
Dekat dengan pusat kota, tersedia angkutan umum 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria letak pada daya tarik wisata ini mendapatkan nilai 3, ini berarti
lokasinya sedikit sulit dijangkau mengingat berada di dekat pasar dan melalui gang
yang lumayan kecil sehingga daya tarik ini tidak begitu terlihat dari jalan raya. Ini
mengakibatkan terhalangnya lokasi daya tarik ini secara visual dari jalan tempat
wisatawan atau pengunjung luar kota melintas.
b. Aksesibilitas
Aksesibilitas sangat penting bagi suatu daya tarik wisata. Dengan akses yang
baik, maka wisatawan dapat berkunjung tanpa harus melewati kesulitan yang ada
misalnya harus jalan kaki dengan jarak yang jauh, jalan berlubang, dan juga
keterbatasan akses untuk kendaraan tertentu. Ini mempengaruhi segmen wisatawan
yang berkunjung. Apabila akses sulit ditempuh maka segmentasi wisatawan seperti
anak-anak sekolah, rombongan wisata dalam jumlah besar yang biasanya
menggunakan bus tidak akan tertarik karena sulit dan terbatasnya akses. Untuk
lebih detil dapat dilihat pada tabel 4.29 sebagai berikut.
84
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.29
Skoring Aksesibilitas Keraton Kaprabonan
Kriteria Aksesibilitas Nilai Checklist
Jalan setapak dan jalan alternatif tidak ada 1
Jalan tidak beraspal, berbatu 2
Jalan beraspal dengan kondisi sedikit bergelombang dan berlubang,
terbatas untuk kendaraan roda empat
3 ˅
Jalan beraspal, bergelombang dapat dilalui kendaraan roda empat
tanpa mengalami kesulitan
4
Jalan beraspal, tidak bergelombang dan dapat dilalui berbagai jenis
kendaraan
5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Aksesibilitas menuju daya tarik wisata ini mendapatkan nilai 3. Ini
menunjukkan bahwa jalan yang tersedia beraspal namun berlubang, bahkan sangat
terbatas untuk kendaraan roda empat. Dapat dikatakan untuk kendaraan besar
seperti bus tidak dapat memasuki area wisata ini. Oleh karena itu, jika ingin
berkunjung wisatawan harus memarkirkan kendaraannya sedikit lebih jauh dan
harus berjalan kaki menuju lokasi daya tarik wisata ini.
c. Keindahan
Kriteria keindahan merupakan hal yang sangat menunjang tingkat kemenarikan
suatu daya tarik wisata. Dengan kriteria keindahan yang memadai, maka wisatawan
akan dimanjakan dengan berbagai hal yang dapat mereka lihat. Setidaknya terdapat
empat aspek keindahan seperti bentuk bangunan, relief situs, artistik ornamen
bangunan dan tata letak yang berkaitan dengan daya tarik wisata budaya. Dengan
adanya aspek tersebut, wisatawan diharapkan dapat lebih betah berlama-lama pada
lokasi daya tarik wisata. Karena semakin lama wisatawan berada, maka benefit
yang didapatkan oleh pedagang maupun pengelola wisata akan semakin baik. Ini
mempengaruhi citra suatu daya tarik wisata itu sendiri. Untuk lebih detil dapat
dilihat pada tabel 4.30 berikut ini.
85
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.30
Skoring Keindahan Keraton Kaprabonan
Kriteria Keindahan Nilai Checklist
Tidak ada pemandangan indah yang dapat disaksikan 1
Terdapat satu aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
2
Terdapat dua aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
3
Terdapat tiga aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
4 ˅
Terdapat empat aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
asrtistik/ornamen bangunan, tata letak)
5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keindahan pada daya tarik wisata Keraton Kaprabonan berdasarkan
observasi mendapatkan nilai 4. Setidaknya terdapat tiga aspek keindahan seperti
artistik/ornamen bangunan, bentuk bangunan dan relief situs. Meski memiliki aspek
keindahan yang baik, tetapi perawatannya perlu ditingkatkan lagi. Hal ini
mengingat banyaknya situs yang terlihat kurang dirawat dengan baik.
d. Keamanan
Kriteria keamanan menjadi fasilitas penunjang yang dapat disebut urgent. Hal
ini dikarenakan dengan banyaknya wisatawan atau pengunjung maka banyak hal
yang rentan terjadi tidak terlepas kemungkinan adalah aksi kejahatan. Selain itu,
fasilitas keamanan penting untuk mengingatkan pengunjung bila terdapat suatu
kejadian seperti anak yang terpisah dari orang tuanya. Untuk lebih detil hasil
observasi fasilitas keamanan pada daya tarik wisata ini dapat dilihat pada tabel 4.31
sebagai berikut.
86
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.31
Skoring Keamanan Keraton Kaprabonan
Kriteria Keamanan Nilai Checklist
Tidak tersedia pos pengamanan dan penjaga 1 ˅
Tidak tersedia pos pengamanan, terdapat penjaga 2
Tersedia satu pos pengamanan dan penjaga 3
Tersedia 2 pos pengamanan dan penjaga 4
Tersedia >2 pos pengamanan dan penjaga 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keamanan mendapatkan nilai minimum yaitu 1. Ini berarti pada daya
tarik wisata ini tidak tersedia pos pengamanan/pusat informasi untuk pengumuman
darurat bahkan tidak terdapat penjaga sehingga pengunjung akan bingung mencari
tau informasi lebih lanjut terkait daya tarik wisata ini. Keadaan ini kurang baik bagi
pengunjung/wisatawan mengingat aspek keamanan adalah hal yang menjadi suatu
jaminan apakah wisatawan dapat berkunjung dengan aman atau sebaliknya.
e. Kebersihan
Suatu lokasi akan sangat nyaman apabila memiliki kebersihan yang baik. Begitu
pula dengan daya tarik wisata. Apabila lokasinya bersih, wisatawan akan merasa
nyaman dan dapat berwisata tanpa terganggu dengan adanya sampah atau kotoran
yang dapat mengganggu pemandangan, penciuman bahkan kesehatan.
Tabel 4.32
Skoring Kebersihan Keraton Kaprabonan
Kriteria Kebersihan Nilai Checklist
Tidak tersedia tempat sampah 1
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 1, tidak layak digunakan 2
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 2, kualitas kurang layak
digunakan
3
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 3, kualitas layak digunakan 4 ˅
Tersedia tempat sampah dengan jumlah >3 kualitas layak digunakan 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
87
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria kebersihan pada daya tarik wisata ini mendapat nilai 4 yang
menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 3 tempat sampah yang kualitasnya layak
digunakan. Meskipun tidak terdapat penjaga saat dikunjungi, akan tetapi daya tarik
ini terlihat dirawat dengan baik dan terlihat bersih.
f. Keunikan
Suatu daya tarik wisata harus kental dengan unsur keunikan, terlebih wisata
budaya yang memang sudah seharusnya menampilkan keunikan sebagai
keunggulannya. Semakin banyak hal unik yang ditampilkan, maka kemenarikannya
akan semakin tinggi. Keunikan sendiri muncul dari setiap karakter yang ada pada
suatu daya tarik wisata, bisa dari benda mati hasil peninggalan yang dirawat dengan
baik, bangunan-bangunan tua khas masa lampau, tata letak suatu lokasi hingga
unsur-unsur kehidupan manusia yang dianggap berbeda sehingga memiliki nilai
keunikan tersendiri dan dapat dinikmati oleh pengunjung dan orang banyak sebagai
suatu atraksi wisata. Untuk itu, dilakukan observasi dengan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 4.33 berikut ini.
Tabel 4.33
Skoring Keunikan Keraton Kaprabonan
Kriteria Keunikan Nilai Checklist
Tidak ada keunikan yang menonjol 1
Terdapat 1 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
2
Terdapat 2 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
3
Terdapat 3 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
4 ˅
Terdapat 4 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keunikan pada daya tarik wisata ini mendapatnilai 3 yang menunjukkan
bahwa setidaknya terdapat 2 aspek keunikan seperti benda peninggalan dan
88
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kekhasan bangunan. Benda peninggalan berupa kitab-kitab peninggalan sejak masa
Sunan Gunung Jati dan bangunan bercorak chinese yang masih dipertahankan.
g. Keramahan
Keramahan menjadi suatu hal yang dapat memberikan rasa nyaman kepada
pengunjung. Apabila wisatawan disambut dengan senyum dan lemah lembut serta
terbuka, mereka juga akan merasa betah dan ingin kembali lagi suatu saat nanti
karena merasa diistimewakan sebagai seorang tamu. Sebaliknya apabila keramahan
dari pengelola wisata hingga masyarakat sekitar kurang baik, wisatawan tentu
merasa kurang dihargai. Dampaknya, dapat terjadi rasa enggan untuk berkunjung
kembali ke suatu lokasi wisata. Selain itu, mereka juga dapat memberikan
rekomendasi kepada sanak saudara, kerabat dan orang-orang disekitarnya tentang
kualitas dan keramahan dari suatu tempat wisata. Untuk lebih jelas silahkan lihat
pada tabel 4.34 berikut ini.
Tabel 4.34
Skoring Keramahan Keraton Kaprabonan
Kriteria Keramahan Nilai Checklist
Pengelola, pengunjung dan masyarakat tidak ramah 1
Pengelola ramah, pengunjung dan masyarakat tidak ramah 2
Pengelola dan pengunjung ramah, masyarakat tidak ramah 3
Pengelola, pengunjung dan masyarakat ramah tetapi tidak sinergis 4 ˅
Pengelola, pengunjung, masyarakat ramah dan sinergis 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keramahan pada daya tarik wisata ini mendapatkan nilai 4 yang
menunjukkan bahwa pengunjung dan masyarakat ramah. Keramahan tersebut
ditunjukkan saat peneliti bertanya-tanya dengan warga sekitar terkait daya tarik
wisata ini. Respon mereka baik kepada orang yang baru berkunjung atau baru
mereka kenal sekalipun.
h. Cinderamata/souvenir
Cinderamata atau souvenir merupakan suatu benda yang biasanya dibawa
pulang oleh wisatawan sebagai kenang-kenangan maupun oleh-oleh kepada teman
89
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan keluarga. Tanpa adanya cinderamata, suatu daerah tujuan wisata tidak dapat
mengoptimalkan promosinya, selain itu para pengunjung kurang mendapatkan
kesan yang mendalam pernah berkunjung ke tempat tersebut. Oleh karenanya,
semakin banyak jenis souvenir yang tersedia akan semakin baik. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel 4.35 sebagai berikut.
Tabel 4.35
Skoring Cinderamata Keraton Kaprabonan
Kriteria Cinderamata Nilai Checklist
Tidak tersedia di lokasi daya tarik wisata 1 ˅
Tersedia dilokasi, jenisnya kurang beragam (1 macam) 2
Tersedia dilokasi, jenisnya kurang beragam (2 macam) 3
Tersedia dilokasi, jenisnya beragam (3 macam) 4
Tersedia dilokasi, jenisnya sangat beragam (>4 macam) 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai minimum yaitu 1. Hal ini dikarenakan pada daya
tarik wisata ini samasekali tidak tersedia tempat penjualan souvenir. Ini menjadi
suatu hal yang amat disayangkan. Mengingat souvenir adalah ciri khas yang dapat
dibawa pulang bahkan dipopulerkan oleh wisatawan yang berkunjung.
i. Variasi Aktivitas Wisata
Suatu daya tarik wisata menyajikan berbagai variasi aktivitas yang dapat
dilakukan, semakin beragam maka akan semakin baik untuk tidak membuat
wisatawan cepat jenuh. Aktivitas wisata sendiri adalah hal yang dapat dilakukan
wisatawan pada suatu lokasi daya tarik, bisa yang memang disajikan atau pun suatu
benda/kemenarikan yang telah lama ada.
Tabel 4.36
Skoring Variasi Aktivitas Wisata Keraton Kaprabonan
Kriteria Variasi Aktivitas Wisata Nilai Checklist
Keragaman aktivitas yang dilakukan tidak ada 1
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 1-2 2 ˅
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 3-4 3
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 5-6 4
90
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keragaman aktivitas yang dilakukan >6 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai 2 yang menunjukkan bahwa terdapat setidaknya
1-2 variasi aktivitas yang dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan tidak adanya peran
aktif pengelola. Daya tarik wisata ini dirawat dengan baik, akan tetapi hanya
dibiarkan saja dan hanya dapat dilihat-lihat oleh pengunjung. Aktivitas lainnya
sekedar berfoto-foto pada keunikan bangunan masa lampau.
j. Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana merupakan penunjang dari kegiatan wisata yang dilakukan.
Biasanya sarana prasarana merupakan kewajiban bagi pengelola untuk
menyediakannya dengan nyaman dan memadai. Hal ini karena wisatawan selain
berkunjung juga memerlukan tempat beristirahat, makan, memarkirkan kendaraan
dan sebagainya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.37 berikut ini.
Tabel 4.37
Skoring Sarana Prasarana Keraton Kaprabonan
Kriteria Sarana Prasarana Nilai Checklist
Tidak ada sarana dan prasarana yang memadai (tempat makan,
tempat parkir, gazebo, taman bermain)
1 ˅
Tersedia satu sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
2
Tersedia dua sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
3
Tersedia tiga sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
4
Tersedia empat sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai minimum yaitu 1 yang menunjukkan bahwa pada
daya tarik wisata ini tidak terdapat sarana dan prasarana yang memadai untuk
menunjang sebagai tempat wisata. Tidak terdapat tempat parkir, gazebo, tempat
91
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
makan dan juga taman bermain. Ini menjadi nilai yang sangat buruk terhadap
tingkat pelayanan yang diberikan kepada wisatawan yang berkunjung.
k. Kondisi Cuaca dan Iklim
Kondisi cuaca dan iklim memiliki pengaruh terhadap waktu berkunjung
wisatawan. Indonesia tidak memiliki 4 perubahan musim yang terkadang terlampau
ekstrim seperti di negara-negara lintang tinggi. Hanya terjadi 2 musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Meski demikian, kondisi cuaca tetap memiliki
pengaruh. Cuaca yang cerah tentu sangat mendukung dilakukannya kegiatan
wisata. Sebaliknya apabila cuaca kurang baik seperti sering terjadi hujan deras atau
badai angin dapat membuat wisatawan khawatir untuk melakukan aktivitas
wisatanya. Dalam hal ini, akan dilakukan observasi terhadap kondisi suhu udara
yang terdapat pada daya tarik wisata ini. Hasil obaservasi dapat dilihat pada tabel
4.38 sebagai berikut.
Tabel 4.38
Skoring Kondisi Cuaca dan Iklim Keraton Kaprabonan
Kriteria Cuaca dan Iklim Nilai Checklist
Suhu diatas 35° C 1
Suhu dibawah 25° C 2
Suhu 33° − 35° C 3
Suhu 30° − 32° C 4 ˅
Suhu 26° − 30° C 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai 4 yang menunjukkan kondisi cuaca dan iklim
cukup baik dengan suhu udara 30-32 derajat Celsius. Kondisi suhu udara pada daya
tarik wisata ini masih sesuai dengan karakteristik wilayah Indonesia yang beriklim
tropis. Suhu yang tidak sejuk namun juga tidak terlalu panas. Apabila dikaitkan
dengan ketersediaan prasarana maka sebaiknya memang terdapat tempat berteduh
ataupu gazebo yang tersedia untuk wisatawan. Melihat sarana prasarana pada daya
tarik wisata ini tidak memadai, suhu udara yang cukup panas ini dapat memberikan
pengaruh terhadap lama kunjungan wisatawan. Karena dinilai panas dan tidak
92
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terdapat tempat berteduh, maka wisatawan akan dengan mudah meninggalkan
lokasi daya tarik wisata Keraton Kaprabonan ini.
Untuk melihat hasil akhir dari observasi yang dituangkan dalam bentuk skoring
pada daya tarik wisata Keraton Kanoman, dapat dilihat pada tabel 4.39 berikut ini.
Tabel 4.39
Skoring Keraton Kaprabonan
No. Parameter Skor
1 Letak 3
2 Aksesibilitas 3
3 Keindahan 4
4 Keamanan 1
5 Kebersihan 4
6 Keunikan 3
7 Keramahan 4
8 Cinderamata/souvenir 1
9 Variasi aktivitas wisata 2
10 Sarana dan prasarana 1
11 Kondisi cuaca dan iklim 4
Skor 30
Kelas Fasilitas Daya Tarik Kelas III (Sedang)
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Hal ini sesuai dengan fakta lapangan yang ada, pada daya tarik wisata ini tidak
terdapat pos penjaga atau bahkan tempat penyedia tiket/informasi sehingga saat
berkunjung akan sangat minim informasi yang didapatkan. Begitu pula dengan
penyediaan sarana prasarana yang amat minim. Pada daya tarik wisata ini memang
terdapat bangunan peninggalan, keunikan arsitektur dan hal lain yang dirawat
dengan baik, akan tetapi tidak tersedia fasilitas umum seperti toilet, gazebo untuk
berteduh maupun tempat bersantai untuk pengunjung.
93
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sementara itu, hal lain yang memberikan skor minim ialah tidak terdapat
tempat penjualan souvenir di destinasi ini. Souvenir sangat penting untuk
membantu mempromosikan suatu daya tarik melalui barang-barang yang
mencirikan tempat tersebut. Sangat disayangkan samasekali tidak terdapat di daya
tarik wisata Keraton Kaprabonan ini. Berikut dokumentasi peneliti pada lokasi daya
tarik wisata pada gambar 4.8 dan 4.9.
Gambar 4.8 dan 4.9 Gerbang dan Mushola Keraton Kaprabonan
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Untuk melihat peta lokasi daya tarik wisata ini dapat dilihat pada gambar 4.10
sebagai berikut.
94
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.10 Peta Lokasi Keraton Kaprabonan
95
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Keraton Kasepuhan
Keraton Kasepuhan Cirebon didirikan oleh Pangeran Cakrabuana pada masa
perkembangan islam atau sekitar tahun 1529. Pada awal dibangunnya Keraton
Kasepuhan merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati yang merupakan
keraton tertua di Cirebon. Keraton Pakungwati yang terletak di sebalah timur
Keraton Kasepuhan, dibangun oleh Pangeran Cakrabuana (Putera Raja Pajajaran)
pada tahun 1452, bersamaan dengan pembangunan Tajug Pejlagrahan yang berada
di sebelah timurnya. Pada tahun 1969, karena konflik internal Kesultanan Cirebon
dibagi dua menjadi Kesultanan Kanoman dan Kasepuhan. Kesultanan Kanoman
dipimpin oleh Pangeran Kartawijaya dan bergelar Sultan Anom I, sementara
Kesultanan Kasepuhan dipimpin oleh Pangeran Martawijaya yang bergelar Sultan
Sepuh I. Kedua sultan ini kakak beradik, dan masing-masing menempati Keraton
sendiri.
Pintu gerbang utama Keraton Kasepuhan Cirebon terletak di sebelah utara dan
pintu gerbang kedua berada di selatan kompleks. Gerbang utara disebut Kreteg
Pangrawit berupa jembatan, sedangkan di sebelah selatan disebut lawang sanga
(pintu sembilan). Setelah melewati Kreteg (jembatan) Pangrawit akan sampai di
bagian depan keraton. Di bagian ini terdapat dua bangunan yaitu Pancaratna dan
Pancaniti. Di depan Keraton Kesepuhan Cirebon terdapat alun-alun yang pada
waktu zaman dahulu bernama Alun-alun Sangkala Buana yang merupakan tempat
latihan keprajuritan yang diadakan pada hari Sabtu atau istilahnya pada waktu itu
adalah Saptonan. Dan di alun-alun inilah dahulunya dilaksanakan juga pentas
perayaan Negara lalu juga sebagai tempat rakyat berdatangan ke alun-alun untuk
memenuhi panggilan ataupun mendengarkan pengumuman dari Sultan. Di sebelah
barat Keraton kasepuhan terdapat Masjid yang cukup megah hasil karya dari para
wali yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Sedangkan di sebelah timur alun-alun
dahulunya adalah tempat perekonomian yaitu pasar, dimasa sekarang dikenal
dengan nama pasar kesepuhan yang sangat terkenal dengan pocinya. Model bentuk
Keraton yang menghadap utara dengan bangunan Masjid di sebelah barat dan pasar
di sebelah timur dan alun-alun ditengahnya merupakan model-model Keraton pada
masa itu terutama yang terletak di daerah pesisir.
Secara detil tata letaknya adalah sebagai berikut:
96
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Halaman pertama
Halaman pertama merupakan komplek Siti Inggil, di komplek terdapat
beberapa bangunan, antara lain Mande Pendawa Lima yang berfungsi untuk
tempat duduk pengawal Raja, Mande Malang Semirang yang berfungsi sebagai
tempat duduk raja timadu menyaksikan acara di alun-alun, Mande Semar
Timandu adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat duduk penghulu atau
penasehat raja. Mande Karesmen yaitu bangunan sebagi tempat menampilkan
kesenian untuk raja, dan Mande Pengiring yaitu bangunan sebagai tempat
mengiring raja. Selain bangunan tersebut masih ada satu bangunan lagi yaitu
bangunan Pengada. Bangunan ini berukuran 17 x 9,5 m, berfungsi sebagai
tempat membagi berkat dan tempat pemeriksaan sebelum menghadap raja.
b. Halaman kedua
Halaman kedua ini terbagi dua, halaman Pengada dan halaman untuk
kompleks Langgar Agung. Halaman Pengada berukuran 37 x 37 m yang
berfungsi untuk memarkirkan kendaraan atau menambatkan kuda. Di halaman
ini dahulu ada sumur untuk memberi minum kuda. Halaman kompleks Langgar
Agung merupakan halaman di mana terdapat bangunan kompleks Langgar
Agung. Bangunan Langgar Agung menghadap ke arah timur, memiliki
bangunan utama dengan ukuran 6 x 6 m. Teras 8 x 2, 5 m. Jadi bangunan ini
berbentuk “T” terbalik Karena teras depan lebih besar dari bangunan utama.
Bagian teras berdinding kayu setengah dari permukaan lantai, kemudian
setengah bagian atas diberi terali kayu. Dinding bangunan utama merupakan
dinding tembok. Mihrab berbentuk melengkung berukuran 5 x 3 x 3 m. Di
dalam mihrab tersebut terdapat mimbar terbuat dari kayu berukuran 0,90x
0,70×2 m.
c. Halaman ketiga
Antara halaman kedua dan ketiga dibatasi tembok dengan gerbang
berukuran 4×6,5 x 4 m. Gerbang tersebut dilengkapi dua daun pintu terbuat dari
kayu, jika dibuka dan ditutup akan berbunyi maka disebut pintu gledeg (guntur).
Di halaman ketiga terdapat sejumlah bangunan sebagai berikut.
1) Museum Benda Kuno
2) Museum Kereta
97
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Tugu Manunggal
4) Lunjuk
5) Sri Manganti
6) Bangunan Induk Keraton
Semua keunikan dari daya tarik ini dapat dikunjungi langsung oleh wisatawan.
Apabila ingin mengetahui lebih dalam dari setiap peninggalan dan makna
filosofisnya dapat juga meminta pendampingan dari pemandu yang berada di lokasi
daya tarik wisata ini.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, dapat dilihat hasil
skor yang didapatkan oleh daya tarik wisata Keraton Kasepuhan termasuk cukup
tinggi.Untuk lebih detilnya akan dijabarkan sebagai berikut.
a. Letak
Kriteria letak dilakukan observasi untuk melihat bagaimana letak daya tarik
wisata yang ada. Letak dapat mempengaruhi keindahan suatu daya tarik dan juga
eksistensinya terhadap orang atau wisatawan yang baru berkunjung. Eksistensi
dapat terdongkrak bila suatu lokasi daya tarik terlihat menonjol dan strategis,
sehingga mudah dilihat oleh orang yang berlalu-lalang. Untuk hasil observasi akan
disajikan dalam tabel 4.40 berikut ini.
Tabel 4.40
Skoring Letak Keraton Kasepuhan
Kriteria Letak Nilai Checklist
Lokasi Terisolir 1
Jauh dari pusat kota, tidak tersedia angkutan umum 2
Jauh dari pusat kota, tersedia beberapa angutan umum 3
Jauh dari pusat kota, tersedia banyak angkutan umum 4
Dekat dengan pusat kota, tersedia angkutan umum 5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria letak pada daya tarik wisata ini mendapat nilai maksimum yaitu 5, ini
menunjukkan lokasinya sangat mudah dijangkau dan diketahui banyak orang. Hal
ini dibuktikan pula dengan apabila baru berkunjung ke Cirebon maka saat bertanya
98
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan tukang becak ataupun ojeg dimana tempat wisata maka akan diantarkan ke
Keraton Kasepuhan.
b. Aksesibilitas
Aksesibilitas sangat penting bagi suatu daya tarik wisata. Dengan akses yang
baik, maka wisatawan dapat berkunjung tanpa harus melewati kesulitan yang ada
misalnya harus jalan kaki dengan jarak yang jauh, jalan berlubang, dan juga
keterbatasan akses untuk kendaraan tertentu. Ini mempengaruhi segmen wisatawan
yang berkunjung. Apabila akses sulit ditempuh maka segmentasi wisatawan seperti
anak-anak sekolah, rombongan wisata dalam jumlah besar yang biasanya
menggunakan bus tidak akan tertarik karena sulit dan terbatasnya akses. Untuk
lebih detil dapat dilihat pada tabel 4.41 sebagai berikut.
Tabel 4.41
Skoring Aksesibilitas Keraton Kasepuhan
Kriteria Aksesibilitas Nilai Checklist
Jalan setapak dan jalan alternatif tidak ada 1
Jalan tidak beraspal, berbatu 2
Jalan beraspal dengan kondisi sedikit bergelombang dan berlubang,
terbatas untuk kendaraan roda empat
3
Jalan beraspal, bergelombang dapat dilalui kendaraan roda empat
tanpa mengalami kesulitan
4
Jalan beraspal, tidak bergelombang dan dapat dilalui berbagai jenis
kendaraan
5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Aksesibilitas menuju daya tarik wisata ini mendapatkan nilai maksimum. Ini
menunjukkan bahwa jalan yang tersedia untuk menuju daya tarik wisata ini beraspal
tidak berlubang dan dapat dilalui oleh segala jenis kendaraan. Selain itu, lahan yang
luas juga mendukung untuk dijadikan tempat parkir memadai. Sehingga, akses ke
daya tarik wisata ini hampir tidak ada halangan berarti.
99
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Keindahan
Kriteria keindahan merupakan hal yang sangat menunjang tingkat kemenarikan
suatu daya tarik wisata. Dengan kriteria keindahan yang memadai, maka wisatawan
akan dimanjakan dengan berbagai hal yang dapat mereka lihat. Setidaknya terdapat
empat aspek keindahan seperti bentuk bangunan, relief situs, artistik ornamen
bangunan dan tata letak yang berkaitan dengan daya tarik wisata budaya. Dengan
adanya aspek tersebut, wisatawan diharapkan dapat lebih betah berlama-lama pada
lokasi daya tarik wisata. Karena semakin lama wisatawan berada, maka benefit
yang didapatkan oleh pedagang maupun pengelola wisata akan semakin baik. Ini
mempengaruhi citra suatu daya tarik wisata itu sendiri. Untuk lebih detil dapat
dilihat pada tabel 4.42 berikut ini.
Tabel 4.42
Skoring Keindahan Keraton Kasepuhan
Kriteria Keindahan Nilai Checklist
Tidak ada pemandangan indah yang dapat disaksikan 1
Terdapat satu aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
2
Terdapat dua aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
3
Terdapat tiga aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
4
Terdapat empat aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
asrtistik/ornamen bangunan, tata letak)
5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keindahan mendapatkan nilai maksimum yaitu 5. Setidaknya terdapat
empat aspek keindahan seperti bentuk bangunan, artistik/ornamen bangunan, tata
letak dan relief situs. Bentuk bangunan masih banyak terdapat keasliannya seperti
Balai Jinem dengan ornamen-ornamen khas Cirebon. Tata letak bangunan dan situs
peninggalan juga masih sangat terawat. Bahkan pemandu akan menjelaskan secara
langsung kepada wisatawan yang datang terkait aspek kearifan lokal yang
terkandung didalamnya.
100
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Keamanan
Kriteria keamanan menjadi fasilitas penunjang yang dapat disebut urgent. Hal
ini dikarenakan dengan banyaknya wisatawan atau pengunjung maka banyak hal
yang rentan terjadi tidak terlepas kemungkinan adalah aksi kejahatan. Selain itu,
fasilitas keamanan penting untuk mengingatkan pengunjung bila terdapat suatu
kejadian seperti anak yang terpisah dari orang tuanya. Untuk lebih detil hasil
observasi fasilitas keamanan pada daya tarik wisata ini dapat dilihat pada tabel 4.43
sebagai berikut.
Tabel 4.43
Skoring Keamanan Keraton Kasepuhan
Kriteria Keamanan Nilai Checklist
Tidak tersedia pos pengamanan dan penjaga 1
Tidak tersedia pos pengamanan, terdapat penjaga 2
Tersedia satu pos pengamanan dan penjaga 3
Tersedia 2 pos pengamanan dan penjaga 4 ˅
Tersedia >2 pos pengamanan dan penjaga 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan hasil observasi, kriteria keamanan mendapatkan nilai yang baik
yaitu 4. Ini berarti pada daya tarik wisata ini tersedia 2 pos pengamanan/pusat
informasi untuk pengumuman darurat dan terdapat penjaga. Hal ini sudah cukup
baik, mengingat banyaknya kunjungan wisatawan akan lebih baik pula apabila
ketersediaan dan kualitas pos keamanan serta ticketing ditingkatkan.
e. Kebersihan
Suatu lokasi akan sangat nyaman apabila memiliki kebersihan yang baik. Begitu
pula dengan daya tarik wisata. Apabila lokasinya bersih, wisatawan akan merasa
nyaman dan dapat berwisata tanpa terganggu dengan adanya sampah atau kotoran
yang dapat mengganggu pemandangan, penciuman bahkan kesehatan. Kebersihan
memang menjadi tanggung jawab semua pihak. Akan tetapi, ketersediaan fasilitas
tempat sampah untuk menunjang didalam menjaga kebersihan daya tarik wisata
101
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sudah seharusnya menjadi tanggung jawab pengelola wisata. Untuk melihat hasil
observasi dapat dilihat pada tabel 4.44 berikut ini.
Tabel 4.44
Skoring Kebersihan Keraton Kasepuhan
Kriteria Kebersihan Nilai Checklist
Tidak tersedia tempat sampah 1
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 1, tidak layak
digunakan
2
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 2, kualitas kurang layak
digunakan
3
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 3, kualitas layak
digunakan
4
Tersedia tempat sampah dengan jumlah >3 kualitas layak
digunakan
5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Setelah diobservasi, kriteria kebersihan pada daya tarik wisata ini mendapat
nilai maksimum yaitu 5 yang menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 3 tempat
sampah yang kualitasnya sangat layak digunakan. Tempat sampah yang disediakan
tersebar diberbagai penjuru lokasi wisata. Ini merupakan penyediaan fasilitas yang
sangat baik dalam upaya menjaga kebersihan. Kesadaran akan membuang sampah
kini menjadi tanggung jawab bersama.
f. Keunikan
Suatu daya tarik wisata harus kental dengan unsur keunikan, terlebih wisata
budaya yang memang sudah seharusnya menampilkan keunikan sebagai
keunggulannya. Semakin banyak hal unik yang ditampilkan, maka kemenarikannya
akan semakin tinggi. Keunikan sendiri muncul dari setiap karakter yang ada pada
suatu daya tarik wisata, bisa dari benda mati hasil peninggalan yang dirawat dengan
baik, bangunan-bangunan tua khas masa lampau, tata letak suatu lokasi hingga
unsur-unsur kehidupan manusia yang dianggap berbeda sehingga memiliki nilai
keunikan tersendiri dan dapat dinikmati oleh pengunjung dan orang banyak sebagai
suatu atraksi wisata. Untuk itu, dilakukan observasi dengan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 4.45 berikut ini.
102
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.45
Skoring Keunikan Keraton Kasepuhan
Kriteria Keunikan Nilai Checklist
Tidak ada keunikan yang menonjol 1
Terdapat 1 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
2
Terdapat 2 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
3
Terdapat 3 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
4
Terdapat 4 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan hasil observasi, kriteria keunikan pada daya tarik wisata ini
mendapat nilai maksimum yaitu 5 yang menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 4
aspek keunikan seperti benda peninggalan, upacara adat, kekhasan lingkungan dan
kekhasan bangunan. Benda peninggalan pada zaman perang melawan penjajah
tersimpan rapi didalam museum. Upacara adat masih sering dilakukan seperti
rajaban, muludan, panjang jimat dan sebagainya.
g. Keramahan
Keramahan menjadi suatu hal yang dapat memberikan rasa nyaman kepada
pengunjung. Apabila wisatawan disambut dengan senyum dan lemah lembut serta
terbuka, mereka juga akan merasa betah dan ingin kembali lagi suatu saat nanti
karena merasa diistimewakan sebagai seorang tamu. Sebaliknya apabila keramahan
dari pengelola wisata hingga masyarakat sekitar kurang baik, wisatawan tentu
merasa kurang dihargai. Dampaknya, dapat terjadi rasa enggan untuk berkunjung
kembali ke suatu lokasi wisata. Selain itu, mereka juga dapat memberikan
rekomendasi kepada sanak saudara, kerabat dan orang-orang disekitarnya tentang
kualitas dan keramahan dari suatu tempat wisata. Untuk lebih jelas silahkan lihat
pada tabel 4.46 berikut ini.
103
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.46
Skoring Keramahan Keraton Kasepuhan
Kriteria Keramahan Nilai Checklist
Pengelola, pengunjung dan masyarakat tidak ramah 1
Pengelola ramah, pengunjung dan masyarakat tidak ramah 2
Pengelola dan pengunjung ramah, masyarakat tidak ramah 3
Pengelola, pengunjung dan masyarakat ramah tetapi tidak sinergis 4
Pengelola, pengunjung, masyarakat ramah dan sinergis 5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keramahan pada daya tarik wisata ini mendapatkan nilai maksimum
yaitu 5 yang menunjukkan bahwa pengelola, pengunjung dan masyarakat sangat
ramah. Ketiganya sinergis karena saat diadakan acara muludan seluruh warga
berpartisipasi aktif meramaikan dan berdagang. Sedangkan saat ada keperluan
tertentu dan keraton membutuhkan lahanlebih, maka para pedagang bersukarela
menutup lapaknya untuk sementara waktu.
h. Cinderamata/souvenir
Cinderamata atau souvenir merupakan suatu benda yang biasanya dibawa
pulang oleh wisatawan sebagai kenang-kenangan maupun oleh-oleh kepada teman
dan keluarga. Tanpa adanya cinderamata, suatu daerah tujuan wisata tidak dapat
mengoptimalkan promosinya, selain itu para pengunjung kurang mendapatkan
kesan yang mendalam pernah berkunjung ke tempat tersebut. Oleh karenanya,
semakin banyak jenis souvenir yang tersedia akan semakin baik. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel 4.47 sebagai berikut.
Tabel 4.47
Skoring Cinderamata Keraton Kasepuhan
Kriteria Cinderamata Nilai Checklist
Tidak tersedia di lokasi daya tarik wisata 1
Tersedia dilokasi, jenisnya kurang beragam (1 macam) 2
Tersedia dilokasi, jenisnya kurang beragam (2 macam) 3
104
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tersedia dilokasi, jenisnya beragam (3 macam) 4
Tersedia dilokasi, jenisnya sangat beragam (>4 macam) 5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai maksimum yaitu 5. Hal ini dikarenakan pada
daya tarik wisata ini terdapat tempat penjualan souvenir dengan lebih dari 4 macam
jenisnya seperti gantungan kunci, kaos, makanan khas, topeng dan lainnya.
i. Variasi Aktivitas Wisata
Suatu daya tarik wisata menyajikan berbagai variasi aktivitas yang dapat
dilakukan, semakin beragam maka akan semakin baik untuk tidak membuat
wisatawan cepat jenuh. Aktivitas wisata sendiri adalah hal yang dapat dilakukan
wisatawan pada suatu lokasi daya tarik, bisa yang memang disajikan atau pun suatu
benda/kemenarikan yang telah lama ada.
Tabel 4.48
Skoring Variasi Aktivitas Wisata Keraton Kasepuhan
Kriteria Variasi Aktivitas Wisata Nilai Checklist
Keragaman aktivitas yang dilakukan tidak ada 1
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 1-2 2
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 3-4 3
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 5-6 4 ˅
Keragaman aktivitas yang dilakukan >6 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai 4 yang menunjukkan bahwa terdapat setidaknya
5-6 variasi aktivitas yang dapat dilakukan. Berjalan-jalan, menikmati suasana
dengan bersantai, makan-makan, mengamati berbagai benda bersejarah, mengikuti
ritual cuci muka pada sumur keramat, dan sebagainya. Seluruh kegiatan yang
dilakukan dapat ditemani oleh pemandu maupun tidak. Hal tersebut menyesuaikan
keinginan dan kebutuhan wisatawan saja.
j. Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana merupakan penunjang dari kegiatan wisata yang dilakukan.
Biasanya sarana prasarana merupakan kewajiban bagi pengelola untuk
menyediakannya dengan nyaman dan memadai. Hal ini karena wisatawan selain
105
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berkunjung juga memerlukan tempat beristirahat, makan, memarkirkan kendaraan
dan sebagainya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.49 berikut ini.
Tabel 4.49
Skoring Sarana Prasarana Keraton Kasepuhan
Kriteria Sarana Prasarana Nilai Checklist
Tidak ada sarana dan prasarana yang memadai (tempat makan,
tempat parkir, gazebo, taman bermain)
1
Tersedia satu sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
2
Tersedia dua sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
3
Tersedia tiga sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
4
Tersedia empat sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai maksimum yaitu 5 yang menunjukkan bahwa
setidaknya pada daya tarik wisata ini terdapat 4 sarana dan prasarana yang memadai
seperti tempat makan, gazebo, tempat parkir dan taman bermain. Di Keraton
Kasepuhan, terdapat banyak gazebo untuk wisatawan bersantai, tempat parkir yang
luas, tempat makan yang sangat banyak tersedia dan tertata cukup rapih dan juga
bahkan terdapat taman bermain untuk anak-anak yang berlokasi didekat kolam. Ini
sangat baik untuk segmentasi wisatawan muda/mudi maupun orang tua yang
membawa anaknya untuk berwisata.
k. Kondisi Cuaca dan Iklim
Kondisi cuaca dan iklim memiliki pengaruh terhadap waktu berkunjung
wisatawan. Indonesia tidak memiliki 4 perubahan musim yang terkadang terlampau
ekstrim seperti di negara-negara lintang tinggi. Hanya terjadi 2 musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Meski demikian, kondisi cuaca tetap memiliki
pengaruh. Cuaca yang cerah tentu sangat mendukung dilakukannya kegiatan
106
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wisata. Sebaliknya apabila cuaca kurang baik seperti sering terjadi hujan deras atau
badai angin dapat membuat wisatawan khawatir untuk melakukan aktivitas
wisatanya. Dalam hal ini, akan dilakukan observasi terhadap kondisi suhu udara
yang terdapat pada daya tarik wisata ini. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel
4.50 sebagai berikut.
Tabel 4.50
Skoring Kondisi Cuaca dan Iklim Keraton Kasepuhan
Kriteria Cuaca dan Iklim Nilai Checklist
Suhu diatas 35° C 1
Suhu dibawah 25° C 2
Suhu 33° − 35° C 3
Suhu 30° − 32° C 4 ˅
Suhu 26° − 30° C 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan skor 44 yang menunjukkan kondisi cuaca dan iklim
cukup baik dengan suhu udara 30-32 derajat Celsius. Kondisi ini hampir sama
dengan daya tarik wisata budaya lain di Kota Cirebon.
Untuk melihat hasil keseluruhan skoring fasilitas wisata pada daya tarik wisata ini
dapat dilihat pada tabel 4.51 berikut ini.
Tabel 4.51
Skoring Keraton Kasepuhan
No. Parameter Skor
1 Letak 5
2 Aksesibilitas 5
3 Keindahan 5
4 Keamanan 4
5 Kebersihan 5
6 Keunikan 5
7 Keramahan 5
8 Cinderamata/souvenir 5
9 Variasi aktivitas wisata 4
10 Sarana dan prasarana 5
11 Kondisi cuaca dan iklim 4
107
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skor 52
Kelas Fasilitas Daya Tarik Kelas I (Sangat Baik)
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Keraton Kasepuhan memang memiliki potensi yang sangat tinggi, mulai dari
bangunan-bangunan bersejarah yang dirawat sangat baik, pengelolaan yang rapih
hingga sarana yang terus dikembangkan oleh pengelola. Hampir seluruh parameter
mendapatkan skor maksimal, kecuali pada aspek keamanan, variasi aktivitas wisata
serta cuaca dan iklim. Pos pelayanan informasi yang memiliki penjaga terdapat dua
tempat di depan gerbang utama, mengingat daya tarik wisata ini sangat luas, maka
akan lebih baik terdapat pos pelayanan informasi di titik lain didalam lokasi daya
tarik wisata. Variasi aktivitas wisata yang dapat dilakukan lumayan beragam karena
terdapat banyak peninggalan mulai dari bangunan, pusaka, keunikan tata letak dan
sebagainya. Akan tetapi, lebih menarik bila disajikan suatu pertunjukan kesenian
atau budaya tertentu untuk dinikmati pengunjung terutama saat peak season
mengingat tidak semua tempat dapat menampung banyaknya pengunjung secara
sekaligus.
Gambar 4.11 dan 4.12 Benda Peninggalan dan Gerbang Keraton Kasepuhan
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Peta lokasi daya tarik wisata ini dapat dilihat pada gambar 4.13 sebagai berikut.
108
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.13 Peta Lokasi Keraton Kasepuhan
109
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Tamansari Goa Sunyaragi
Goa Sunyaragi termasuk cagar budaya di kota Cirebon dengan luas sekitar 15
Hektare. Cagar Budaya yang satu ini berlokasikan di sisi jalan By Pass Brigjen
Dharsono. Untuk konstruksi maupun komposisi dari bangunan ini merupakan
sebuah taman air. Oleh karena itu disebut Taman Air Goa Sunyaragi. Zaman dahulu
kompleks gua tersebut dikelilingi Danau Jati namun saat ini sudah mengering. Goa
Sunyaragi ini adalah salah satu bagian dari Keraton Pakungwati yaitu Keraton
Kasepuhan. Sejarah berdirinya Tamansari Goa Sunyaragi memiliki dua versi, yang
pertama adalah menurut cerita para bangsawan Cirebon atau keturunan keraton
yang disampaikan secara turun-temurun. Versi tersebut dikenal sebagai Carub
Kanda. Versi kedua merupakan versi Caruban Nagari yaitu berdasarkan buku
Purwaka Caruban Nagari yang ditulis tangan oleh Pangeran Kararangen (Pangeran
Arya Carbon) pada tahun 1720. Versi inilah yang digunakan sebagai acuan bagi
pemandu wisata Goa Sunyaragi. Berdasarkan versi tersebut Goa Sunyaragi
didirikan oleh Pangeran Kararangen yang merupakan cicit dari Sunan Gunung Jati
pada tahun 1703.
Taman Sari Goa Sunyaragi dibagi menjadi 2 bagian yaitu Bagian Pesanggrahan
yang dilengkapi dengan berbagai ruangan, yaitu serambi, ruang ibadah, kamar
mandi, kamar rias, ruang tidur dan dikeliliingi oleh taman serta kolam. Sedangkan
untuk bangunan gua berbentuk gunung-gunungan yang dilengkapi terowongan
penghubung bawah tanah dan memiliki saluran air. Pada bagian luar bangunan,
terlihat motif batu karang dan awan. Lalu pada bagian pintu gerbang luarnya
berbentuk candi bentar sedangkan pintu bagian dalamnya berbentuk Paduraksa.
Secara garis besar Taman Sari Sunyaragi adalah tempat bagi para pembesar keraton
dan prajuritnya bertapa untuk meningkatkan ilmu Kanuragan. Terdapat 12 Fungsi
setiap Bagian Gua yaitu :
a. Bangsal Jinem adalah tempat Sultan memberi wejangan sekaligus melihat
prajurit yang sedang berlatih.
b. Gua Pengawal yaitu sebagai tempat berkumpulnya semua pengawal Sultan.
c. Komplek Mande Kemasan (sebagian telah hancur).
d. Goa Pandekemasang digunakan sebagai tempat membuat senjata-senjata
tajam.
110
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Goa Simanyang digunakan sebagai tempat pos penjagaan.
f. Goa Langse sebagai tempat untuk bersantai.
g. Goa Peteng sebagai tempat nyepi untuk melatih kekebalan tubuh.
h. Goa Arga Jumud sebagai tempat orang penting keraton.
i. Goa Padang Ati digunakan sebagai tempat bersemedi.
j. Goa Kelanggengan digunakan untuk tempat bersemedi agar langgeng
jabatannya.
k. Goa Lawa merupakan tempat berkumpulnya para kelelawar.
l. Goa Pawon sebagai ruangan dapur dan penyimpanan makanan.
Dapat dilihat pada tabel skoring diatas bahwa daya tarik wisata Tamansari Goa
Sunyaragi mendapat skor rata-rata yang baik. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan
sebagai berikut.
a. Letak
Kriteria letak dilakukan observasi untuk melihat bagaimana letak daya tarik
wisata yang ada. Letak dapat mempengaruhi keindahan suatu daya tarik dan juga
eksistensinya terhadap orang atau wisatawan yang baru berkunjung. Eksistensi
dapat terdongkrak bila suatu lokasi daya tarik terlihat menonjol dan strategis,
sehingga mudah dilihat oleh orang yang berlalu-lalang. Untuk hasil observasi akan
disajikan dalam tabel 4.52 berikut ini.
Tabel 4.52
Skoring Letak Goa Sunyaragi
Kriteria Letak Nilai Checklist
Lokasi Terisolir 1
Jauh dari pusat kota, tidak tersedia angkutan umum 2
Jauh dari pusat kota, tersedia beberapa angutan umum 3
Jauh dari pusat kota, tersedia banyak angkutan umum 4
Dekat dengan pusat kota, tersedia angkutan umum 5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria letak pada daya tarik wisata ini mendapat nilai maksimum yaitu 5. Hal
ini menunjukkan lokasinya sangat mudah dijangkau dan diketahui banyak orang.
111
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain itu, banyak angkutan dalam maupun yang berasal dari luar kota melintasi
daya tarik wisata ini.
b. Aksesibilitas
Aksesibilitas sangat penting bagi suatu daya tarik wisata. Dengan akses yang
baik, maka wisatawan dapat berkunjung tanpa harus melewati kesulitan yang ada
misalnya harus jalan kaki dengan jarak yang jauh, jalan berlubang, dan juga
keterbatasan akses untuk kendaraan tertentu. Ini mempengaruhi segmen wisatawan
yang berkunjung. Apabila akses sulit ditempuh maka segmentasi wisatawan seperti
anak-anak sekolah, rombongan wisata dalam jumlah besar yang biasanya
menggunakan bus tidak akan tertarik karena sulit dan terbatasnya akses. Untuk
lebih detil dapat dilihat pada tabel 4.53 sebagai berikut.
Tabel 4.53
Skoring Aksesibilitas Goa Sunyaragi
Kriteria Aksesibilitas Nilai Checklist
Jalan setapak dan jalan alternatif tidak ada 1
Jalan tidak beraspal, berbatu 2
Jalan beraspal dengan kondisi sedikit bergelombang dan berlubang,
terbatas untuk kendaraan roda empat
3
Jalan beraspal, bergelombang dapat dilalui kendaraan roda empat
tanpa mengalami kesulitan
4
Jalan beraspal, tidak bergelombang dan dapat dilalui berbagai jenis
kendaraan
5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Aksesibilitas menuju daya tarik wisata ini mendapat nilai maksimum yaitu 5.
Ini menunjukkan bahwa jalan yang tersedia untuk menuju daya tarik wisata ini
beraspal tidak berlubang dan dapat dilalui oleh segala jenis kendaraan. Hal ini
dikarenakan jalan yang melintasi daya tarik wisata ini merupakan jalan utama yang
menghubungkan Kota Cirebon dengan Kabupaten Cirebon.
c. Keindahan
Kriteria keindahan merupakan hal yang sangat menunjang tingkat kemenarikan
suatu daya tarik wisata. Dengan kriteria keindahan yang memadai, maka wisatawan
112
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan dimanjakan dengan berbagai hal yang dapat mereka lihat. Setidaknya terdapat
empat aspek keindahan seperti bentuk bangunan, relief situs, artistik ornamen
bangunan dan tata letak yang berkaitan dengan daya tarik wisata budaya. Dengan
adanya aspek tersebut, wisatawan diharapkan dapat lebih betah berlama-lama pada
lokasi daya tarik wisata. Karena semakin lama wisatawan berada, maka benefit
yang didapatkan oleh pedagang maupun pengelola wisata akan semakin baik. Ini
mempengaruhi citra suatu daya tarik wisata itu sendiri. Untuk lebih detil dapat
dilihat pada tabel 4.54 berikut ini.
Tabel 4.54
Skoring Keindahan Goa Sunyaragi
Kriteria Keindahan Nilai Checklist
Tidak ada pemandangan indah yang dapat disaksikan 1
Terdapat satu aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
2
Terdapat dua aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
3
Terdapat tiga aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
artistik/ornamen bangunan, tata letak)
4
Terdapat empat aspek keindahan (bentuk bangunan, relief situs,
asrtistik/ornamen bangunan, tata letak)
5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keindahan mendapatkan nilai maksimum yaitu 5. Setidaknya terdapat
empat aspek keindahan seperti bentuk bangunan, artistik/ornamen bangunan, tata
letak dan relief situs. Bentuk bangunan yang terdapat sangatlah unik dan berpadu
dengan situs peninggalan pada masa lampau. Bahkan ornamen-ornamen yang
terbuat dari batu sebagian besar adalah alami dan sebagian lagi telah direnovasi
dengan rekayasa. Tata letak samasekali tidak berubah, bahkan telah tercatat pada
Dinas Purbakala.
d. Keamanan
Kriteria keamanan menjadi fasilitas penunjang yang dapat disebut urgent. Hal
ini dikarenakan dengan banyaknya wisatawan atau pengunjung maka banyak hal
113
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang rentan terjadi tidak terlepas kemungkinan adalah aksi kejahatan. Selain itu,
fasilitas keamanan penting untuk mengingatkan pengunjung bila terdapat suatu
kejadian seperti anak yang terpisah dari orang tuanya. Untuk lebih detil hasil
observasi fasilitas keamanan pada daya tarik wisata ini dapat dilihat pada tabel 4.55
sebagai berikut.
Tabel 4.55
Skoring Keamanan Goa Sunyaragi
Kriteria Keamanan Nilai Checklist
Tidak tersedia pos pengamanan dan penjaga 1
Tidak tersedia pos pengamanan, terdapat penjaga 2
Tersedia satu pos pengamanan dan penjaga 3 ˅
Tersedia 2 pos pengamanan dan penjaga 4
Tersedia >2 pos pengamanan dan penjaga 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keamanan mendapatkan nilai sedang yaitu 3. Ini berarti pada daya tarik
wisata ini hanya tersedia 1 pos pengamanan/pusat informasi untuk pengumuman
darurat dan terdapat penjaga. Pos pengaman ini juga menyatu dengan tempat
layanan penjualan tiket, sehingga apabila pengunjung sedang membludak akan
terjadi sedikit desak-desakan. Meski demikian, untuk tempat yang tidak terlalu luas
hal ini sudah cukup baik.
e. Kebersihan
Suatu lokasi akan sangat nyaman apabila memiliki kebersihan yang baik. Begitu
pula dengan daya tarik wisata. Apabila lokasinya bersih, wisatawan akan merasa
nyaman dan dapat berwisata tanpa terganggu dengan adanya sampah atau kotoran
yang dapat mengganggu pemandangan, penciuman bahkan kesehatan. Kebersihan
memang menjadi tanggung jawab semua pihak. Akan tetapi, ketersediaan fasilitas
tempat sampah untuk menunjang didalam menjaga kebersihan daya tarik wisata
sudah seharusnya menjadi tanggung jawab pengelola wisata. Untuk melihat hasil
observasi dapat dilihat pada tabel 4.56 berikut ini.
114
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.56
Skoring Kebersihan Goa Sunyaragi
Kriteria Kebersihan Nilai Checklist
Tidak tersedia tempat sampah 1
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 1, tidak layak
digunakan
2
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 2, kualitas kurang layak
digunakan
3
Tersedia tempat sampah dengan jumlah 3, kualitas layak
digunakan
4
Tersedia tempat sampah dengan jumlah >3 kualitas layak
digunakan
5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria kebersihan pada daya tarik wisata ini mendapatka nilai maksimum
yaitu 55 yang menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 3 tempat sampah yang
kualitasnya sangat layak digunakan.
f. Keunikan
Suatu daya tarik wisata harus kental dengan unsur keunikan, terlebih wisata
budaya yang memang sudah seharusnya menampilkan keunikan sebagai
keunggulannya. Semakin banyak hal unik yang ditampilkan, maka kemenarikannya
akan semakin tinggi. Keunikan sendiri muncul dari setiap karakter yang ada pada
suatu daya tarik wisata, bisa dari benda mati hasil peninggalan yang dirawat dengan
baik, bangunan-bangunan tua khas masa lampau, tata letak suatu lokasi hingga
unsur-unsur kehidupan manusia yang dianggap berbeda sehingga memiliki nilai
keunikan tersendiri dan dapat dinikmati oleh pengunjung dan orang banyak sebagai
suatu atraksi wisata. Untuk itu, dilakukan observasi dengan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 4.57 berikut ini.
115
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.57
Skoring Keunikan Goa Sunyaragi
Kriteria Keunikan Nilai Checklist
Tidak ada keunikan yang menonjol 1
Terdapat 1 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
2
Terdapat 2 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
3
Terdapat 3 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
4
Terdapat 4 kriteria keunikan (benda peninggalan, upacara adat,
kearifan lokal, kekhasan bangunan, kekhasan lingkungan)
5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria keunikan pada daya tarik wisata ini mendapatkan nilai baik yaitu 4 yang
menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 3 aspek keunikan seperti kearifan lokal,
kekhasan lingkungan dan kekhasan bangunan.
g. Keramahan
Keramahan menjadi suatu hal yang dapat memberikan rasa nyaman kepada
pengunjung. Apabila wisatawan disambut dengan senyum dan lemah lembut serta
terbuka, mereka juga akan merasa betah dan ingin kembali lagi suatu saat nanti
karena merasa diistimewakan sebagai seorang tamu. Sebaliknya apabila keramahan
dari pengelola wisata hingga masyarakat sekitar kurang baik, wisatawan tentu
merasa kurang dihargai. Dampaknya, dapat terjadi rasa enggan untuk berkunjung
kembali ke suatu lokasi wisata. Selain itu, mereka juga dapat memberikan
rekomendasi kepada sanak saudara, kerabat dan orang-orang disekitarnya tentang
kualitas dan keramahan dari suatu tempat wisata. Untuk lebih jelas silahkan lihat
pada tabel 4.58 berikut ini.
116
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.58
Skoring Keramahan Goa Sunyaragi
Kriteria Keramahan Nilai Checklist
Pengelola, pengunjung dan masyarakat tidak ramah 1
Pengelola ramah, pengunjung dan masyarakat tidak ramah 2
Pengelola dan pengunjung ramah, masyarakat tidak ramah 3
Pengelola, pengunjung dan masyarakat ramah tetapi tidak sinergis 4
Pengelola, pengunjung, masyarakat ramah dan sinergis 5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan hasil observasi, kriteria keramahan pada daya tarik wisata ini
mendapatkan skor maksimum yaitu 5 yang menunjukkan bahwa pengelola,
pengunjung dan masyarakat sangat ramah. Ini dapat dilihat dari respon masyarakat
saat wisatawan datang. Sinergitas juga terdapat pada daya tarik wisata ini dimana
masayarakat bebas berjualan disekitar lokasi daya tarik dengan ketentuan mengikuti
tata tertib yang ada sehingga tidak mengurangi aspek keindahan.
h. Cinderamata/souvenir
Cinderamata atau souvenir merupakan suatu benda yang biasanya dibawa
pulang oleh wisatawan sebagai kenang-kenangan maupun oleh-oleh kepada teman
dan keluarga. Tanpa adanya cinderamata, suatu daerah tujuan wisata tidak dapat
mengoptimalkan promosinya, selain itu para pengunjung kurang mendapatkan
kesan yang mendalam pernah berkunjung ke tempat tersebut. Oleh karenanya,
semakin banyak jenis souvenir yang tersedia akan semakin baik. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel 4.59 sebagai berikut.
Tabel 4.59
Skoring Cinderamata Keraton Kasepuhan
Kriteria Cinderamata Nilai Checklist
Tidak tersedia di lokasi daya tarik wisata 1
Tersedia dilokasi, jenisnya kurang beragam (1 macam) 2
117
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tersedia dilokasi, jenisnya kurang beragam (2 macam) 3
Tersedia dilokasi, jenisnya beragam (3 macam) 4
Tersedia dilokasi, jenisnya sangat beragam (>4 macam) 5 ˅
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai maksimum yaitu 5. Hal ini dikarenakan pada
daya tarik wisata ini terdapat tempat penjualan souvenir dengan lebih dari 4 macam
jenisnya seperti gantungan kunci, kaos, makanan khas, topeng dan lainnya.
i. Variasi Aktivitas Wisata
Suatu daya tarik wisata menyajikan berbagai variasi aktivitas yang dapat
dilakukan, semakin beragam maka akan semakin baik untuk tidak membuat
wisatawan cepat jenuh. Aktivitas wisata sendiri adalah hal yang dapat dilakukan
wisatawan pada suatu lokasi daya tarik, bisa yang memang disajikan atau pun suatu
benda/kemenarikan yang telah lama ada.
Tabel 4.60
Skoring Variasi Aktivitas Wisata Goa Sunyaragi
Kriteria Variasi Aktivitas Wisata Nilai Checklist
Keragaman aktivitas yang dilakukan tidak ada 1
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 1-2 2
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 3-4 3 ˅
Keragaman aktivitas yang dilakukan ada 5-6 4
Keragaman aktivitas yang dilakukan >6 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai sedang yaitu 3 yang menunjukkan bahwa
terdapat setidaknya 3-4 variasi aktivitas yang dapat dilakukan. Diantara aktivitas
yang dapat dilakukan seperti bersantai, berfoto, menelusuri goa-goa yang ada
terdapat kekurangan berupa tidak adanya spot foto buatan yang menarik perhatian
pengunjung, sehingga aktivitas wisata terkesan monoton.
j. Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana merupakan penunjang dari kegiatan wisata yang dilakukan.
Biasanya sarana prasarana merupakan kewajiban bagi pengelola untuk
menyediakannya dengan nyaman dan memadai. Hal ini karena wisatawan selain
118
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berkunjung juga memerlukan tempat beristirahat, makan, memarkirkan kendaraan
dan sebagainya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.61 berikut ini.
Tabel 4.61
Skoring Sarana Prasarana Goa Sunyaragi
Kriteria Sarana Prasarana Nilai Checklist
Tidak ada sarana dan prasarana yang memadai (tempat makan,
tempat parkir, gazebo, taman bermain)
1
Tersedia satu sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
2
Tersedia dua sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
3
Tersedia tiga sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
4 ˅
Tersedia empat sarana dan prasarana yang memadai (tempat
makan, tempat parkir, gazebo, taman bermain)
5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan nilai baik yaitu 4 yang menunjukkan bahwa
setidaknya pada daya tarik wisata ini terdapat 3 sarana dan prasarana yang memadai
seperti tempat makan, gazebo dan tempat parkir. Tidak tersedia tempat bermain
sehingga pengunjung yang membawa anak-anaknya tidak terlalu betah berlama-
lama di lokasi wisata ini.
k. Kondisi Cuaca dan Iklim
Kondisi cuaca dan iklim memiliki pengaruh terhadap waktu berkunjung
wisatawan. Indonesia tidak memiliki 4 perubahan musim yang terkadang terlampau
ekstrim seperti di negara-negara lintang tinggi. Hanya terjadi 2 musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Meski demikian, kondisi cuaca tetap memiliki
pengaruh. Cuaca yang cerah tentu sangat mendukung dilakukannya kegiatan
wisata. Sebaliknya apabila cuaca kurang baik seperti sering terjadi hujan deras atau
badai angin dapat membuat wisatawan khawatir untuk melakukan aktivitas
119
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wisatanya. Dalam hal ini, akan dilakukan observasi terhadap kondisi suhu udara
yang terdapat pada daya tarik wisata ini. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel
4.62 sebagai berikut.
Tabel 4.62
Skoring Kondisi Cuaca dan Iklim Goa Sunyaragi
Kriteria Cuaca dan Iklim Nilai Checklist
Suhu diatas 35° C 1
Suhu dibawah 25° C 2
Suhu 33° − 35° C 3
Suhu 30° − 32° C 4 ˅
Suhu 26° − 30° C 5
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Kriteria ini mendapatkan skor 44 yang menunjukkan kondisi cuaca dan iklim
cukup baik dengan suhu udara 30-32 derajat Celsius. Kondisi suhu udara pada daya
tarik wisata ini hampir sama dengan daya tarik wisata budaya lainnya di Kota
Cirebon.
Untuk melihat hasil keseluruhan rentang skor yang didapatkan pada daya tarik
wisata budaya Goa Sunyaragi, dapat dilihat pada tabel 4.63 berikut ini.
Tabel 4.63
Skoring Tamansari Goa Sunyaragi
No. Parameter Skor
1 Letak 5
2 Aksesibilitas 5
3 Keindahan 5
4 Keamanan 3
5 Kebersihan 5
6 Keunikan 4
7 Keramahan 5
8 Cinderamata/souvenir 5
9 Variasi aktivitas wisata 3
120
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10 Sarana dan prasarana 4
11 Kondisi cuaca dan iklim 4
Skor 48
Kelas Fasilitas Daya Tarik Kelas I (Sangat Baik)
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Rata-rata skor yang didapat pada setiap aspek sangat tinggi, seperti pada aspek
keindahan, kebersihan dan keragaman cinderamata/souvenir yang ada. Goa
Sunyaragi dirawat sangat baik sehingga arsitektur dan ciri khas bangunan maupun
situs peninggalan terjaga dengan baik. Hanya saja pada aspek variasi aktivitas
wisata dan keamanan peneliti memberikan skor yang cukup rendah. Hal ini
dikarenakan pusat informasi/pos pengamanan bersatu dengan sarana ticketing
sehingga apabila terdapat insiden kehilangan yang membutuhkan pengumuman
khusus sedikit sulit didengar oleh wisatawan yang berada didalam lokasi daya tarik
wisata ini. Beberapa dokumentasi dapat dilihat pada gambar 4.14 dan 4.15 sebagai
berikut.
Gambar 4.14 dan 4.15 Komplek Situs dan Tempat Sampah Goa Sunyaragi
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
Hasil skoring pada keseluruhan daya tarik wisata budaya ini menjadi suatu
informasi yang sangat penting bahwa dalam pengelolaan dan peningkatan kualitas
daya tarik wisata budaya, perlu diberikan perhatian lebih kepada destinasi Keraton
Kanoman dan Kaprabonan. Mulai dari segi penyediaan fasilitas umum, tingkat
keamanan, aksesibilitas dan lain sebagainya.
121
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengembangan pariwisata budaya akan menjadi lebih unggul dan mengalami
peningkatan pesat bila memperhatikan kondisi daya tarik yang kurang berkembang
tersebut. Diharapkan tidak terjadi ketimpangan dan dapat memberi kontribusi lebih
terhadap pendapatan daerah Kota Cirebon itu sendiri. Peta lokasi daya tarik wisata
ini dapat dilihat pada gambar 4.16 berikut ini.
122
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.16 Peta Lokasi Tamansari Goa Sunyaragi
123
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Karakteristik Wisatawan
Wisatawan merupakan salah satu komponen terpenting didalam pariwisata.
Pemanfaatan unsur-unsur geografis sebagai tempat wisata popularitasnya juga
bergantung dari karakteristik wisatawannya. Destinasi wisata budaya di Kota
Cirebon yang menjadi sampel penelitian kali ini tentu memiliki berbagai macam
segmentasi dan minat dari wisatawan itu sendiri. Untuk mengetahui seperti apa
karakteristik wisatawan mulai dari profilnya (jenis kelamin, pendapatan, dll.)
hingga tujuan, minat dan rombongan yang dibawanya maka peneliti menyebarkan
angket kepada responden yang berjumlah 100 orang. Untuk lebih detil terkait
karakteristik wisatawan pada penelitian ini, dapat dilihat pada pembahasan sebagai
berikut.
1. Jenis Kelamin
Salah satu karakteristik yang dapat dilihat berdasarkan profilnya adalah jenis
kelamin. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.64 sebagai berikut.
Tabel 4.64
Jenis Kelamin Wisatawan
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 50 50
2 Perempuan 50 50
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa komposisi jenis kelamin
wisatawan pada penelitian ini berimbang yaitu 50:50. Adapun jumlah yang
seimbang demikian tidak merupakan rekayasa dari peneliti, secara kebetulan
memang responden yang didapatkan seimbang diantara laki-laki (50%) dan
perempuan (50%). Ini menunjukan bahwa minat ke daya tarik wisata budaya tidak
dibatasi oleh jenis kelamin tertentu.
2. Usia
Usia wisatawan yang berkunjung pada daya tarik wisata budaya di Kota
Cirebon dapat dilihat pada tabel 4.65 sebagai berikut.
124
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.65
Usia Wisatawan
No. Usia Frekuensi Persentase (%)
1 < 20 45 45
2 21 – 30 39 39
3 31 – 40 13 13
4 >40 3 3
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa segmentasi usia pada destinasi
wisata budaya di Kota Cirebon terdiri dari usia < 20 sebanyak 45%, usia 21-30
sebanyak 39%, usia 31-40 sebanyak 13% dan usia diatas 40 tahun paling sedikit
(3%). Dari data tersebut terlihat bahwa yang mendominasi adalah usia muda.
Ternyata wisata budaya yang biasanya cenderung diminati oleh kaum usia lanjut
tidak terlihat pada penelitian ini. Justru usia muda mendominasi, menunjukkan
ketertarikan mereka kepada benda dan bangunan peninggalan leluhur masih tinggi.
3. Daerah Asal
Daerah asal wisatawan sebagian besar masih dari pulau jawa (91%), dari luar
pulau jawa (8%) dan dari mancanegara (1%). Meskipun begitu, namun dilihat dari
persebaran wilayahnya sangat beragam mulai dari DKI Jakarta hingga ujung Jawa
Timur yaitu Banyuwangi. Begitu juga dengan wisatawan luar pulau jawa, terdapat
dari ujung barat yaitu Aceh, ujung timur Sumatera yaitu Lampung, dan satu berasal
dari Kalimantan Barat. Ini menunjukkan bahwa eksistensi wisata budaya di Kota
Cirebon telah sangat baik menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Sementara
untuk wisatawan mancanegara yang ditemui pada penelitian ini ada satu orang
berasal dari Australia. Daerah asal wisatawan pada destinasi wisata budaya di Kota
Cirebon dapat dilihat pada tabel 4.66 dan gambar 4.18 sebagai berikut.
125
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.66
Daerah Asal Wisatawan
No. Daerah Asal Frekuensi Persentase (%)
1
Pulau Jawa
91
- DKI Jakarta 5
- Cirebon 56
- Bandung 2
- Banyuwangi 1
- Bekasi 4
- Bogor 2
- Brebes 1
- Garut 1
- Indramayu 6
- Jember 1
- Kuningan 3
- Magelang 1
- Majalengka 2
- Pekalongan 1
- Purwakarta 1
- Semarang 1
- Tegal 1
- Yogyakarta 2
2
Luar Pulau Jawa
8
- Aceh 1
- Jambi 1
- Kalimantan Barat 1
- Lahat 1
- Lampung 1
- Medan 1
- Padang 1
- Palembang 1
3 Mancanegara 1
126
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
- Australia 1
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
127
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
128
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.17 Peta Persebaran Daerah Asal Wisatawan
129
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan wisatawan pada destinasi wisata budaya di Kota Cirebon
dapat dilihat pada tabel 4.67 sebagai berikut.
Tabel 4.67
Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SMP 7 7
2 SMA/SMK/MA 59 59
3 Akademi/Diploma 10 10
4 Perguruan Tinggi 24 24
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan wisatawan
yang berkunjung didominasi oleh lulusan SMA/sederajat (59%), disusul dengan
lulusan Perguruan Tinggi (24%), lulusan Akademi/Diploma (10%) dan lulusan
SMP dengan jumlah terkecil yaitu 7% saja. Ini menunjukkan wisatawan yang
berkunjung memiliki tingkat pendidikan yang baik, hal ini penting menyangkut
perilaku dan kepentingan wisatawan akan semakin positif dengan tingkat
pendidikan yang baik.
5. Mata Pencaharian Wisatawan
Mata pencaharian wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata budaya di
Kota Cirebon dapat dilihat pada tabel 4.68 sebagai berikut.
Tabel 4.68
Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Frekuensi Persentase (%)
1 Siswa/Mahasiswa 58 58
2 Ibu Rumah Tangga 3 3
3 PNS/TNI/POLRI 5 5
4 Karyawan 16 16
5 Wiraswasta 5 5
6 Lainnya 13 13
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
130
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mata pencaharian wisatawan
didominasi oleh kaum pelajar sebesar 58%. Urutan kedua adalah karyawan (16%),
status lainnya seperti belum bekerja, maupun pekerjaan” diluar pilihan yang
disediakan (13%), wiraswasta dan PNS memiliki persentase yang sama (5%) dan
Ibu Rumah Tangga dengan persentase terkecil (3%). Ini menunjukkan jika sebagian
besar wisatawan adalah kalangan pelajar yang mungkin sedang refreshing ditengah
kesibukkannya di sekolah/kampus.
6. Tingkat Pendapatan
Untuk dapat mengetahui tingkat pendapatan wisatawan dapat dilihat pada tabel
4.69 sebagai berikut.
Tabel 4.69
Tingkat Pendapatan
No. Pendapatan Frekuensi Persentase (%)
1 >Rp. 1.000.000 56 56
2 Rp. 1.000.000-2.000.000 17 17
3 Rp. 2.000.000-3.000.000 7 7
4 >Rp. 4.000.000 20 20
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Dapat dilihat pada tabel diatas yang menunjukkan bahwa lebih dari
setengahnya pendapatan wisatawan yang berkunjung adalah dibawah Rp.
1.000.000 (56%). Disusul oleh pendapatan diatas empat juta rupiah (20%),
kemudian 1-2 juta (17%) dan dengan frekuensi terkecil adalah pendapatan 2-3 juta
perbulan (7%).
7. Rekan Berkunjung
Wisatawan lebih dari setengahnya (62%) mengunjungi destinasi wisata budaya
di Kota Cirebon bersama temannya. Persentase terbesar kedua (29%) adalah
bersama keluarga, disusul lainnya seperti bersama pacar, dan lainnya (6%) dan
rekan kerja (3%). Ini menunjukkan bahwa wisatawan bersantai bersama teman-
temannya untuk menikmati suguhan wisata budaya yang ada, lalu juga bersama
keluarga menikmati destinasi wisata ini. Untuk melihat dengan siapa wisatawan
131
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berkunjung ke destinasi wisata budaya di Kota Cirebon, dapat dilihat pada tabel
4.70 sebagai berikut.
Tabel 4.70
Rekan Berkunjung
No. Rekan Berkunjung Frekuensi Persentase (%)
1 Keluarga 29 29
2 Rekan Kerja 3 3
3 Teman 62 62
4 Lainnya 6 6
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
8. Rombongan Wisata
Untuk mengetahui bersama berapa orang wisatawan mengunjungi destinasi
wisata ini maka dapat dilihat pada tabel 4.71 sebagai berikut.
Tabel 4.71
Rombongan Wisata
No. Rombongan Wisata Frekuensi Persentase (%)
1 1-2 orang 24 24
2 3-5 orang 45 45
3 6-8 orang 12 12
4 >8 orang 19 19
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya (45%)
wisatawan berkunjung bersama 3-5 orang. Kemudian sebanyak 24% bersama 1-2
orang, diatas 8 orang (19%) dan 6-8 orang sebanyak 12%.
9. Intensitas Kunjungan
Intensitas kunjungan wisatawan lebih dari setengahnya (67%) wisatawan
berkunjung pada destinasi wisata ini dalam setahun dibawah 3 kali. Kemudian
disusul dengan 3-5 kali (25%), diatas 8 kali (6%) dan 6-8 kali sebanyak 2% saja.
Ini menunjukkan intensitas berkunjung wisatawan dalam setahun tidak begitu
tinggi. Kemungkinan pada intensitas 3-5 kali dalam setahun dikarenakan adanya
event-event tertentu seperti muludan, rajaban, dan sebagainya. Untuk melihat
132
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berapa kali wisatawan berkunjung dalam satu tahun, dapat dilihat pada tabel 4.72
berikut ini.
Tabel 4.72
Intensitas Kunjungan
No. Intensitas Kunjungan Frekuensi Persentase (%)
1 < 3 kali 67 67
2 3-5 kali 25 25
3 6-8 kali 2 2
4 >8 kali 6 6
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
10. Lama Kunjungan
Untuk mengetahui lama kunjungan wisatawan pada destinasi dapat dilihat pada
tabel 4.73 sebagai berikut.
Tabel 4.73
Lama Kunjungan
No. Lama Kunjungan Frekuensi Persentase (%)
1 < 3 jam 62 62
2 3-5 jam 36 36
3 6-8 jam - -
4 >8 jam 2 2
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa lebih dari setengahnya
(62%) wisatawan hanya bertahan dibawah 3 jam pada destinasi wisata budaya ini.
Kemudian hampir setengahnya (36%) bertahan hingga 3-5 jam dan paling lama
hingga diatas 8 jam terdapat 2% saja. Ini menunjukkan bahwa variasi aktivitas
wisata yang dapat dilakukan sebaiknya ditambah supaya wisatawan lebih betah
berlama-lama di destinasi yang dikunjungi.
11. Jenis Kendaraan Wisatawan
Untuk melihat kendaraan apa yang digunakan wisatawan untuk mengunjungi
destinasi wisata budaya ini dapat dilihat pada tabel 4.74 sebagai berikut.
133
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.74
Jenis Kendaraan
No. Jenis Kendaraan Frekuensi Persentase (%)
1 Motor 29 29
2 Mobil/minibus 50 50
3 Bus 13 13
4 Lainnya 8 8
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa setengah dari wisatawan yang
berkunjung (50%) menggunakan mobil pribadi/minibus sebagai kendaraannya.
Kemudian menggunakan motor (29%), menggunakan bus (13%) dan lainnya
seperti angkutan umum (8%). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kendaraan
pribadi masih mendominasi, mengingat mengunjungi destinasi wisata budaya ini
banyak bersama teman dan keluarga yang dinilai lebih praktis.
12. Ketertarikan Wisatawan
Untuk melihat hal apa yang paling menarik bagi wisatawan untuk dinikmati
dapat dilihat pada tabel 4.75 sebagai berikut.
Tabel 4.75
Ketertarikan
No. Ketertarikan Frekuensi Persentase (%)
1 Bangunan bersejarah 49 49
2 Situs peninggalan/candi 29 29
3 Pusaka peninggalan 14 14
4 Upacara adat 6 6
5 Lainnya 2 2
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya (49%)
wisatawan tertarik untuk melihat bangunan bersejarah. Disusul ketertarikan pada
situs peninggalan (29%), pusaka peninggalan (14%), upacara adat (6%) dan lainnya
134
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sejumlah 2%. Persentase tersebut menunjukkan ketertarikan wisatawan, mengingat
wisata budaya yang disuguhkan banyak menampilkan bangunan masa lampau yang
ternyata menyorot perhatian lebih. Terlepas dari situs peninggalan yang masih
cukup menarik. Upacara adat mendapat persentase kecil karena kegiatan ritual
hanya dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu, sehingga apabila ingin melihatnya
harus meluangkan waktu khusus. Ini tentu menyulitkan bagi wisatawan yang
berasal dari luar daerah atau yang tidak memiliki waktu luang cukup dikarenakan
pekerjaan dan sebagainya.
13. Cinderamata
Untuk melihat apa saja cinderamata yang dibeli oleh wisatawan setelah
berkunjung ke destinasi wisata budaya di Kota Cirebon dapat dilihat pada tabel 4.76
sebagai berikut.
Tabel 4.76
Cinderamata
No. Cinderamata Frekuensi Persentase (%)
1 Makanan khas 55 55
2 Minuman khas 3 3
3 Souvenir/kerajinan 31 31
4 Lainnya 11 11
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lebih dari setengahnya (55%)
wisatawan membeli makanan khas sebagai oleh-oleh setelah berkunjung ke
destinasi wisata budaya di Kota Cirebon ini. Adapun makanan khas cirebon seperti
kerupuk melarat, kerupuk kulit ikan, nasi jamblang, dan sebagainya. Sedangkan
souvenir/kerajinan tangan seperti gantungan kunci, stiker, topeng kayu, dan lainnya
menempati urutan kedua (31%). Pilihan lainnya seperti kain batik khas cirebon, dan
sebagainya menempati urutan ketiga (11%) dan terakhir minuman khas dengan 3%
saja.
14. Sumber Informasi
Untuk mengetahui darimana wisatawan melihat informasi tentang destinasi
wisata budaya ini dapat dilihat pada tabel 4.77 berikut ini.
135
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.77
Sumber Informasi
No. Sumber Informasi Frekuensi Persentase (%)
1 Koran - -
2 Radio/televisi 7 7
3 Teman 67 67
4 Brosur 2 2
5 Biro Perjalanan 2 2
6 Lainnya 22 22
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar (67%) wisatawan
mengetahui destinasi wisata budaya di Kota Cirebon dari temannya. Ini berarti
promosi mulut ke mulut masih mendominasi dibanding aspek lainnya. Sedangkan
pilihan lainnya seperti dari internet, media sosial dan sebagainya dengan persentase
sebanyak 22% menempati urutan kedua. Dari radio/televisi sebanyak 7%, brosur
2% dan biro perjalanan 2%. Promosi melalui internet berpotensi untuk
dikembangkan, seiring dengan kemajuan zaman dan pengetahuan wisatawan
terhadap internet yang baik.
15. Alasan Berkunjung
Setiap wisatawan memiliki alasan berkunjung yang berbeda-beda, untuk
mengetahuinya dapat dilihat pada tabel 4.78 sebagai berikut.
Tabel 4.78
Alasan Berkunjung
No. Alasan Berkunjung Frekuensi Persentase (%)
1 Kondisi cuaca 2 2
2 Keunikan 45 45
3 Tempatnya menarik 50 50
4 Lainnya 3 3
136
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa setengah dari wisatawan (50%)
mengunjungi destinasi ini karena tempatnya yang menarik. Ini berkaitan dengan
daya tarik wisata budaya di Cirebon memang merupakan tempat penting dan krusial
pada masa lampau, yaitu sebagai pusat kerajaan, tempat tinggal raja dan
sebagainya. Sedangkan urutan kedua dengan 45% dikarenakan keunikannya. Selain
memang tempat yang menarik, banyak keunikan pada daya tarik wisata budaya ini
seperti arsitektur bangunan, benda peninggalan dan sebagainya. Alasan kondisi
cuaca 2% dan lainnya sejumlah 3%.
Demikianlah ulasan tentang karakteristik wisatawan pada destinasi wisata
budaya di Kota Cirebon. Diharapkan setelah melihat minat dominan dari wisatawan
di berbagai aspek dapat memberikan pertimbangan untuk dikembangkannya setiap
daya tarik wisata budaya yang ada.
D. Pengelolaan dan Strategi Pengembangan
Pengelolaan merupakan hal utama didalam mengembangkan dan menjaga
kelestarian sebuah daya tarik wisata. Maju atau tidaknya sebuah daya tarik
tergantung bagaimana pengelolaan yang ada. Sebaik apapun potensi yang ada,
apabila tempat tersebut kotor, kumuh serta tidak terawat maka lama kelamaan akan
rusak. Oleh karena itu, didalam penelitian ini juga akan dibahas terkait sistem
pengelolaan yang ada pada destinasi wisata budaya di Kota Cirebon.
Adapun informasi-informasi yang didapatkan berasal dari berbagai
narasumber yang terlibat didalam mengelola daya tarik – daya tarik wisata budaya
di Kota Cirebon. Penggalian informasi oleh peneliti dengan menggunakan metode
wawancara. Narasumber yang menjadi sumber informasi diantaranya adalah
Nurmas Argadikusuma (Kepala Bagian Pemandu Tamansari Goa Sunyaragi),
Prasetyo Sofyan (Anggota Kompepar Keraton Kaciebonan), Sugiman (Kepala
Bidang Pemandu Keraton Kasepuhan), Edy Tohidi (Kepala Bidang Pariwisata
Disporbudpar Kota Cirebon), dan Pangeran Raja Mohamad Qodiran (Pangeran
Patih Keraton Kanoman). Pada sistem pengelolaan ini akan dibahas 3 hal yaitu
137
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terkait kendala, tantangan dan kebijakan dalam mengelola destinasi wisata budaya
di Kota Cirebon.
1. Kendala
Didalam mengelola sebuah tempat, pasti terdapat kendala-kendala yang
dihadapi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa salah satu yang menjadi kendala
didalam mengembangkan destinasi wisata budaya adalah pihak Disporbudpar tidak
dapat ikut andil terlalu dalam terkait pengembangan daya tarik itu sendiri. Hal ini
dikarenakan pengelolaan daya tarik wisata murni dikelola oleh keluarga keraton
saja. Padahal, disatu sisi Disporbudpar merupakan suatu instansi resmi pemerintah
yang memiliki perencanaan-perencanaan untuk memajukan kualitas suatu daya
tarik wisata diwilayahnya.
Masalah ini sudah terjadi sejak lama dan terjadi pada seluruh daya tarik wisata
budaya yang menjadi sampel penelitian. Hingga sekarang apabila terdapat bantuan
berupa materil seperti dana maka akan langsung diberikan kepada pihak keraton
sebagai pengelola tempat tersebut. Seluruh dana yang diberikan tergantung kepada
pihak pengelola akan digunakan untuk apa sesuai keperluannya. Dalam hal ini
pihak disporbudpar kesulitan didalam memantau penggunaan dana bantuan yang
belum terlalu transparan.
Kendala lainnya lebih detil pada masing-masing daya tarik wisata diantaranya
pada Goa Sunyaragi sering dialami apabila terdapat pejabat-pejabat pemerintahan
mengunjungi situs dengan membawa rombongan terkadang tidak membayar biaya
registrasi, sedangkan hak dan kewajiban semua wisatawan seharusnya sama yaitu
membayar tiket untuk memasuki tempat wisata tersebut. Selain itu pada Goa
Sunyaragi menjadi sebuah kendala adalah karena termasuk kedalam situs
peninggalan yang tercatat pada dinas purbakala sehingga pihak pengelola tidak
dapat seenaknya merubah bentuk atau merenovasi apabila terdapat hal-hal yang
perlu diperbaiki secara fisik dari daya tarik Goa Sunyaragi itu sendiri. Ini
menyulitkan apabila ingin membuat suatu inovasi harus meminta izin terlebih
dahulu kepada dinas terkait dan membutuhkan koordniasi dan birokrasi tentunya.
138
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keraton Kacirebonan juga tidak luput dari kendala yang muncul. Diantaranya
adalah fasilitas yang kurang lengkap, terdapat aktivitas rumah tangga didalam
museum sehingga mengganggu wisatawan yang berkunjung, dan juga tidak dapat
pemisah atau pembeda antara tamu sumbul (tamu yang datang kepada keluarga
keraton) atau wisatawan. Ini menyulitkan pihak pengelola terutama penjaga pos
tiket yang harus sering bertanya lebih lanjut kepada orang-orang yang datang,
apabila wisatawan maka dianjurkan langsung membayar tiket dan didampingi oleh
pemandu wisata.
Pada Keraton Kanoman dirasa menjadi kendala adalah didalam merawat situs-
situs peninggalan dan benda bersejarah. Berdasarkan hasil wawancara dikatakan
oleh Pangeran Mohamad Qodiran bahwa perawatn-perawatan situs tersebut
membutuhkan dana yang tidak sedikit. Ini terkait bukan hanya materil yang
dibutuhkan secara fisik memperbaiki atau merawat situs-situs tertentu, namun juga
dana untuk menyelenggarakan upacara dan ritual sesuai pepakem (tata cara) yang
telah dianut oleh Keraton Kanoman sejak dahulu.
Pada daya tarik Keraton Kaprabonan yang masih menjadi kontroversi adalah
penyebutannya sebagai keraton atau bukan. Sebenarnya hal tersebut hanya menjadi
kendala internal saja, karena wisatawan tidak terlalu mementingkan penyebutan,
yang terpenting ialah perjalanan historis dan nilai budaya yang ada. Akan tetapi
kendala serius yang muncul justru lahan pada destinasi ini telah banyak dikuasai
dan menjadi hak milik pribadi. Sehingga, sangat sulit dikembangkan lebih lanjut
karena fungsi dan kegunaannya tergantung pada sang pemilik lahan.
Keraton Ksepuhan memiliki wilayah yang sangat luas. Terbentang seluas lebih
kurang 25 ha menjadi kendala tersendiri didalam menjaga kebersihan yang ada.
Petugas kebersihan yang dimiliki jumlahnya terbatas, sedangkan jumlah wisatawan
yang berkunjung sangat banyak dan terus meningkat disaat ada event seperti
muludan yang rutin tiap tahunnya. Pihak pengelola tidak dapat serta merta
menambah jumlah pekerja kebersihan yang ada, mengingat para pekerja dilingkup
keraton juga masih menggunakan pengabdian bukan dipekerjakan. Ini artinya gaji
yang diterima oleh para pengabdi juga bergantung kepada keikhlasan keluarga
sultan sebagai pengelola daya tarik wisata.
139
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uraian diatas adalah berbagai kendala yang dihadapi oleh para pengelola dalam
mengembangkan destinasi wisata budaya di Kota Cirebon. Diharapkan dari
berbagai kendala tersebut ada solusi terbaik sesuai kesepakatan dan musyawarah
pihak terkait. Wisatawan juga dihimbau untuk dapat membantu kelestarian serta
kebersihan destinasi wisata dengan berperilaku baik.
2. Tantangan
Selain kendala yang ada, tentunya yang menjadi motivasi dan menguatkan
tujuan dalam mengembangkan sebuah daya tarik wisata karena adanya tantangan,
baik secara internal maupun eksternal.
a. Komplain wisatawan
Komplain dari wisatawan bukanlah bermaksud untuk merendahkan suatu
pengelolaan pada daya tarik wisata, terlepas dari itu tujuannya tentu supaya
pengelolaan dapat ditingkatkan sehingga memenuhi standar tertentu dan
membuat wisatawan nyaman. Hal ini juga dapat mempengaruhi persepsi
wisatawan terhadap tingkat kemenarikan pada daya tarik wisata tersebut. Data
yang diperoleh terkait daya tarik wisata yang paling menarik bagi wisatawan
dapat dilihat pada tabel 4.79 dan gambar 4.19 sebagai berikut.
Tabel 4.79
Kemenarikan Daya Tarik Wisata Versi Wisatawan
Daya Tarik Wisata Budaya Respon Wisatawan (%)
Keraton Kacirebonan 26%
Keraton Kanoman 15%
Keraton Kaprabonan 7%
Keraton Kasepuhan 75%
Tamansari Goa Sunyaragi 79%
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa respon yang diberikan responden
terhadap daya tarik wisata budaya yang paling menarik menurut mereka yang
paling besar adalah Goa Sunyaragi dengan 79%. Urutan kedua yang paling
menarik versi wisatawan adalah Keraton Kasepuhan dengan 75%, Keraton
Kacirebonan 26%, Keraton Kanoman 15% dan yang mendapat persentase
terendah adalah Keraton Kaprabonan. Keraton Kaprabonan dinilai oleh
wisatawan paling tidak menarik, ini menjadi suatu pertimbangan tentunya bagi
140
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengelola maupun Disporbudpar untuk terus meningkatkan kualitas
pengelolaan, promosi maupun pengembangan dari daya tarik wisata yang
terkait.
141
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.18 Peta Tingkat Kemenarikan Daya Tarik Wisata Menurut Responden
142
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Beberapa yang mendapat komplain tersebut seperti Goa Sunyaragi, Keraton
Kanoman, dan Keraton Kasepuhan. Kebersihan sendiri menyangkut perawatan
dan penyediaan fasilitas umum. Respon masyarakat tentang aspek yang perlu
ditambahkan pada destinasi wisata budaya ini dapat dilihat pada tabel 4.80
sebagai berikut.
Tabel 4.80
Aspek yang Perlu Ditambahkan
No. Saran Wisatawan Frekuensi Persentase (%)
1 Fasilitas Umum 47 47
2 Atraksi Baru 37 37
3 Tempat Berbelanja Souvenir 12 12
4 Lainnya 4 4
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa hampir setengahnya (47%) wisatawan
sepakat untuk menyarankan ditambahkannya fasilitas umum pada destinasi
wisata budaya di Kota Cirebon. Hal ini berkaitan erat dengan komplain yang
dialami oleh pengelola terkait kebersihan lokasi wisata. Komplain dan masukan
ini diharapkan dapat menjadi sebuah pertimbangan untuk meningkatkan
kualitas kebersihan pada tiap-tiap daya tariknya.
b. Promosi Wisata
Mempromosikan destinasi wisata sangat penting dilakukan untuk
mengenalkan eksistensi destinasi kepada masyarakat seluas-luasnya baik
nasional maupun internasional. Eksistensi destinasi wisata budaya di Kota
Cirebon terbukti belum merata terhadap pengunjung yang datang, hal ini dapat
diketahui dari tabel 4.81 dan gambar 4.20 sebagai berikut.
Tabel 4.81
Eksistensi Daya Tarik Wisata Budaya
Daya Tarik Wisata Budaya Daya Tarik yang Diketahui (%)
Keraton Kacirebonan 64%
Keraton Kanoman 62%
Keraton Kaprabonan 52%
Keraton Kasepuhan 89%
Tamansari Goa Sunyaragi 99%
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
143
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
144
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.19 Peta Eksistensi Daya Tarik Wisata
145
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel diatas menunjukkan bahwa eksistensi wisata budaya yang ada tidak
merata. Daya tarik wisata yang paling eksis adalah Goa Sunyaragi yang diketahui
oleh 99% responden. Keraton Kasepuhan pada urutan kedua dengan 89%, Keraton
Kacirebonan 64%, Keraton Kanoman 62% dan yang paling rendah adalah Keraton
Kaprabonan dengan hanya diketahui oleh 52% responden. Merupakan tantangan
tersendiri bagi pengelola maupun pemerintah Kota Cirebon untuk terus
mempromosikan daya tarik yang ada khususnya yang masih minim diketahui oleh
wisatawan.
Hasil respon wisatawan selanjutnya menunjukkan, justru promosi yang
dilakukan masih bertumpu pada metode lama yaitu mulut ke mulut saja. Hal ini
sesuai yang ditunjukkan oleh tabel 4.82 berikut ini.
Tabel 4.82
Sumber Informasi Wisatawan
No. Saran Wisatawan Frekuensi Persentase (%)
1 Radio/televisi 7 7
2 Teman 67 67
3 Brosur 2 2
4 Biro Perjalanan 2 2
5 Lainnya 22 22
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Pada tabel diatas jelas ditunjukkan bahwa 67% wisatawan justru mengetahui
informasi terkait daya tarik wisata dari teman. Melihat banyaknya wisatawan yang
berkunjung, mungkin metode ini masih dirasa efektif akan tetapi alangkah lebih
baiknya mengupayakan metode lainnya seperti melalui website, media sosial dan
internet lebih digencarkan. Potensi tersebut bukan tanpa alasan, mengingat tingkat
pendidikan para wisatawan yang rata-rata cukup baik dan mengenal internet.
Potensi tersebut juga terlihat jelas pada tabel diatas dengan option lainnya (medsos,
internet, website) mendapat urutan kedua sebesar 22%.
c. Respon Masyarakat
Respon masyarakat sangat diperlukan kesinergisannya mengingat masyarakat
sekitar daya tarik harus mendapat manfaat yang nyata dari pengembangan destinasi
146
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wisata itu sendiri. Hal ini dapat meningkatkan dan merangsang pertumbuhan
ekonomi wilayah sekitar. Rata-rata pada seluruh destinasi wisata budaya ini
memiliki respon sangat baik dari masyarakat. Hubungan baik selalu dipelihara,
karena masyarakat juga diperbolehkan berdagang serta mencari nafkah disekitar
lokasi wisata. Akan tetapi, hal ini justru menjadi tantangan yang harus diselesaikan
dengan baik oleh pengelola. Misalnya kehadiran para pedagang di Keraton
Kanoman yang dirasa kurang tertata sehingga menimbulkan kesan kumuh. Apabila
ditata dengan baik tentu para pedagang mampu memberikan pelayanan yang baik
pula kepada wisatawan dan memberi benefit pada pengelola berupa keharmonisan
lingkungan yang baik.
Respon baik dari masyarakat dan harmonis dengan pengelola dapat dirasakan
dan dinilai langsung oleh wisatawan melalui sikap yang diterimanya, respon
terhadap keramahan pengelola dan masyarakat sekitar terhadap wisatawan dapat
dilihat pada tabel 4.83 dan gambar 4.20 sebagai berikut.
Tabel 4.83
Tingkat Keramahan
No. Respon Wisatawan Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Buruk 1 1
2 Buruk 20 20
3 Baik 72 72
4 Sangat Baik 7 7
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Gambar 4.20 Diagram Tingkat Keramahan
147
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dapat dilihat pada tabel dan diagram diatas bahwa 72% wisatawan mengatakan
respon baik pada pengelola dan masyarakat sekitar daya tarik wisata. Hal ini
menjadi suatu nilai positif yang baik bagi pengelola destinasi wisata budaya dan
msayarakat Cirebon pada khususnya. Keramahan akan membawa kepada
persahabatan yang membawa perasaan nyaman penngunjung sehingga dapat
memicu kesan baik setelah mengunjungi Kota Cirebon.
3. Kebijakan
Mengembangkan suatu destinasi selain memiliki kendala dan tantangan, tidak
lupa adalah suatu kebijakan yang dapat menentukan arah serta memberikan
perubahan yang baik. Kebijakan sendiri identik dengan stake holder baik dari segi
pemerintah maupun pengelola daya tarik wisata. Dari sudut pandang pemerintahan
sendiri telah dikatakan oleh Menteri Pariwisata bahwa Cirebon menjadi salah satu
unggulan destinasi wisata budaya di Indonesia demi mendukung target pencapaian
20 juta wisatawan pada tahun 2019. Mengingat hal tersebut, tentu perbaikan pada
kualitas pengelolaan daya tarik harus ditingkatkan baik secara fisik maupun
lingkungan manusianya. Terkait hal tersebut, terdapat respon kepuasan wisatawan
yang telah berkunjung ke destinasi wisata budaya di Kota Cirebon yang dapat
dilihat pada tabel 4.84 dan gambar 4.21 berikut ini.
Tabel 4.84
Tingkat Kepuasan Wisatawan
No. Tingkat Kepuasan Frekuensi Persentase (%)
1 Menyenangkan, sangat puas 45 45
2 Menyenangkan, kurang puas 52 52
3 Kurang puas dan menyenangkan 3 3
4 Samasekali tidak menyenangkan - -
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
148
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.21 Diagram Tingkat Kepuasan
Dapat dilihat pada tabel dan diagram diatas bahwa lebih dari setengahnya
(52%) wisatawan menyatakan kurang puas setelah berkunjung ke daya tarik wisata
budaya di Kota Cirebon. Ini harus menjadi sorotan supaya pengelola dan
pemerintah terkait terus memperbaiki kualitas daripada wisata budaya tersebut.
Terlebih, pada tahun 2017 akan dilaksanakan event Keraton seluruh Nusantara yang
bertempat di Keraton Kasepuhan Cirebon.
4. SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats)
Setelah diketahui seluruh seluk beluk pengelolaan mulai dari kendala, kebijakan
dan tantangan maka dilakukan analisis SWOT untuk dapat memberikan strategi
pengembangan yang tepat dan akurat. Pengembangan tersebut berdasarkan
kekuatan, kelemahan, kesempatan/peluang dan ancaman yang ada pada destinasi
wisata budaya di Kota Cirebon. Semua hal tersebut akan dibahas secara detil
sebagai berikut.
a. Kekuatan (Strength)
Kekuatan yang dimiliki pada destinasi wisata budaya di Kota Cirebon
diantaranya terdapat pada daya tarik Keraton Kacirebonan, Keraton Kasepuhan dan
Tamansari Goa Sunyaragi. Adapun aspek yang menjadi kekuatan besar untuk dapat
menjadi andalan didalam mengembangkan destinasi wisata budaya diantaranya
aspek kebersihan, sarana prasarana, keunikan, letak dan aksesibilitas. Tingkat
kebersihan sangat baik terdapat pada tiga destinasi wisata tersebut dengan
tersedianya banyak tempat sampah dan kebersihan lingkungan yang terjaga. Sarana
dan prasarana sebagai penunjang kegiatan wisata juga tersedia sangat baik mulai
dari tempat parkir yang luas, gazebo untuk bersantai dan berteduh, tempat makan,
hingga taman bermain bagi anak-anak. Semua potensi kekuatan yang ada pada
destinasi wisata budaya di Kota Cirebon tersebut harus menjadi perhatian lebih
demi terciptanya kemajuan yang lebih berarti.
b. Kelemahan (Weakness)
149
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelemahan yang dimiliki oleh destinasi wisata budaya di Kota Cirebon
diantaranya terdapat pada daya tarik wisata Keraton Kanoman dan Keraton
Kaprabonan. Aspek-aspek tersebut meliputi sarana keamanan, tingkat kebersihan,
Cinderamata/souvenir, aksesibilitas dan variasi aktivitas wisata. Sarana keamanan
berupa pos pengamanan untuk mengawasi serta melayani wisatawan apabila terjadi
suatu hal yang tidak diinginkan. Tingkat kebersihan pada suatu destinasi
bergantung kepada kesadaran manusianya serta yang tak kalah penting adalah
ketersediaan tempat sampah yang menunjang. Cinderamata sebagai salah satu
benda untuk dapat dibawa oleh wisatawan sebagai kenang-kenangan atau oleh-oleh
masih sangat minim ketersediaannya. Aksesibilitas menuju dua destinasi wisata ini
masih perlu diperbaiki mengingat jalanan menuju ke lokasi tertutup oleh pasar
umum yang sangat padat. Aspek terakhir yang menjadi kelemahan adalah variasi
aktivitas wisata, dapat dikatakan penyajian atraksi wisata perlu mendapat perhatian
lebih dikarenakan minimnya atraksi sehingga aktivitas yang dapat dilakukan
wisatawan sangat minim. Demikianlah berbagai aspek yang menjadi kelemahan
pada destinasi wisata budaya di Kota Cirebon, kelemahan-kelemahan ini akan
sangat baik apabila segera diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pengelolaan
yang ada.
c. Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan yang dimiliki oleh pemerintah dan pengelola pada destinasi wisata
budaya di Kota Cirebon adalah promosi wisata dan tingginya kunjungan wisatawan.
Promosi wisata yang masih belum optimal selama ini hanya dilakukan dari mulut
ke mulut diharapkan mampu ditingkatkan yaitu melalui media online dan elektronik
lainnya. Bentuk promosi dapat berupa poster, video maupun hal-hal kreatif lainnya
untuk terus lebih mendongkrak popularitas destinasi wisata ini. Selain promosi
yang dapat dioptimalkan, tingginya jumlah kunjungan yang meningkat dari tahun
sebelumnya menjadi suatu kesempatan besar untuk dapat memberikan pelayanan
yang maksimal. Peningkatan pelayanan dan penyediaan fasilitas tersebut dapat
mempengaruhi kepuasan wisatawan yang berkunjung.
d. Ancaman (Threats)
Ancaman yang akan dihadapi oleh pemerintah dan pengelola destinasi wisata
budaya di Kota cirebon adalah ketika tidak dapat terjalinnya kerjasama yang baik
150
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
antara Disporbudpar yang merepresentasikan pemerintah dan pihak keluarga
Keraton yang merupakan pengelola destinasi wisata. Ancaman ini sudah dapat
dilihat mengingat terdapat beberapa kebijakan yang kurang selaras antara
Disporbudpar dan Keraton. Apabila ancaman ini tidak diantisipasi dengan baik,
ditakutkan akan menjadi suatu hal yang merugikan kedua belah pihak pada
khususnya, wisatawan dan masyarakat Kota Cirebon pada umumnya.
Analisis SWOT menggunakan aspek internal dan eksternal untuk membuat
suatu strategi kebijakan yang akan diambil. Strategi-strategi yang ada diantaranya
adalah:
1) Strategi SO
Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan (strength) dengan
memanfaatkan kesempatan (opportunity).
2) Strategi WO
Strategi WO adalah sebuah strategi yang menggunakan kelemahan yang ada
untuk dapat memanfaatkan kesempatan.
3) Strategi ST
Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan (Strength) untuk
menghadapi ancaman (threats) yang akan datang.
4) Strategi WT
Strategi WT adalah strategi yang memanfaatkan kelemahan (weakness) untuk
menghindari ancaman (threats) yang akan datang.
Setelah melihat seluruh pemaparan yang ada, sudah seharusnya dapat terlihat
apa saja yang menjadi kekuatan untuk diunggulkan, kelemahan untuk diperbaiki,
kesempatan untuk diptimalkan dan ancaman untuk diantisipasi demi terciptanya
pengembangan destinasi wisata budaya di Kota Cirebon yang lebih baik. Oleh
sebab itu analisis SWOT dipilih sebagai suatu analisis yang akan memaparkan lebih
jelas tentang aspek-aspek terkait. Hasil analisis SWOT dapat dilihat pada
matriks/tabel 4.85 sebagai berikut.
151
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
152
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.85
Analisis SWOT untuk Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya
IFAS
EFAS
Kekuatan (Strength)
S1: Fasilitas Memadai (Kacirebonan, Kasepuhan, Sunyaragi)
S2: Keunikan Bangunan (Semua Daya Tarik)
S3: Benda Peninggalan Leluhur (Semua Daya Tarik)
S4: Upacara Adat (Semua Daya Tarik)
S5: Aksesibilitas Mudah (Kacirebonan, Kasepuhan,
Sunyaragi)
S6: Lokasi Strategis (Kacirebonan, Kasepuhan,
Sunyaragi)
Kelemahan (Weakness)
W1: Fasilitas Kurang Memadai (Kanoman, Kaprabonan)
W2: Aksesibilitas Sulit (Kanoman, Kaprabonan)
W3: Lokasi Kurang Strategis (Kanoman, Kaprabonan)
W4: Kurangnya Petugas Kebersihan (Kasepuhan)
W5: Atraksi Wisata Kurang Bervariasi (Sunyaragi)
Kesempatan (Opportunities)
O1: Jumlah Kunjungan yang
Tinggi
O2: Bantuan Dana Pemerintah
O3: Dukungan Masyarakat yang
Tinggi
O4: Event Wisata Tahunan
STRATEGI SO
SO1: Fasilitas memadai pada daya tarik Kacirebonan dan
Kasepuhan untuk menampung jumlah kunjungan
wisatawan yang tinggi
SO2: Keunikan bangunan untuk menarik perhatian wisatawan
SO3: Benda peninggalan untuk menarik perhatian wisatawan
SO4: Upacara adat ditampilkan pada event wisata tahunan
SO5: Lokasi strategis memudahkan wisatawan yang
Berkunjung
STRATEGI WO
WO1: Fasilitas kurang memadai diperbaiki menggunakan
dana bantuan pemerintah
WO2: Lokasi kurang strategis memanfaatkan dukungan
masyarakat yang tinggi untuk mempermudah
wisatawan yang mencari lokasi wisata
WO3: Kurangnya petugas kebersihan meminta gotong
royong dari dukungan masyarakat yang tinggi
WO4: Atraksi Wisata kurang bervariasi diantisipasi dengan
event wisata tahunan untuk menarik wisatawan
Ancaman (Threats)
T1: Koordinasi Pemerintah dan
Pengelola
T2: Tingkat Kepuasan Wisatawan
T3: Menurunnya Jumlah
Wisatawan
T4: Suhu Udara yang Panas
STRATEGI ST
ST1: Fasilitas memadai dapat meningkatkan kepuasan
Wisatawan
ST2: Keunikan bangunan, benda peninggalan dan
upacara adat menjadi senjata andalan untuk
menghindari menurunnya jumlah wisatawan
ST3: Fasilitas memadai untuk mengurangi efek negatif
suhu udara yang panas terhadap wisatawan
ST4: Lokasi strategis yang memudahkan untuk mengantisipasi
menurunnya jumlah wisatawan
STRATEGI WT
WT1: Perbaikan fasilitas yang kurang memadai untuk
menghindari menurunnya jumlah wisatawan
WT2: Menambah atraksi wisata yang ada untuk
meningkatkan kepuasan wisatawan
WT3: Kurangnya petugas kebersihan menuntut koordinasi
yang lebih baik dari pihak pemerintah dan pengelola
WT4: Meningkatkan petunjuk arah untuk mengurangi
dampak buruk lokasi yang kurang strategis sehingga
terhindar dari ancaman menurunnya jumlah wisatawan
Sumber : Hasil Analisis Peneliti, 2016
153
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.86
Alternatif Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2016
Berdasarkan analisis SWOT tersebut, dapat dilihat bahwa sesungguhnya
potensi yang dimiliki oleh destinasi wisata budaya yang ada di Kota Cirebon sangat
tinggi. Memanfaatkan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman dengan baik
dapat memberikan arahan pengambilan keputusan yang tepat. Dengan strategi-
strategi tersebut diharapkan kedepannya pengembangan destinasi wisata ini dapat
No. Alternatif Strategi
1
Memanfaatkan fasilitas yang memadai pada daya tarik wisata Kacirebonan,
Kaprabonan dan Goa Sunyaragi untuk memaksimalkan jumlah kunjungan
wisatawan
2
Memanfaatkan dana bantuan pemerintah untuk memperbaiki fasilitas yang
kurang memadai pada daya tarik wisata budaya Keraton Kanoman dan
Kaprabonan
3 Menonjolkan aspek keunikan bangunan dan benda-benda bersejarah untuk
menarik perhatian lebih dan meningkatkan kepuasan wisatawan yang datang
4 Upacara adat dikolaborasikan dengan event wisata tahunan untuk mendongkrak
popularitas daya tarik dan mengundang lebih banyak wisatawan untuk datang
5 Fasilitas memadai dimanfaatkan untuk menghindari penurunan jumlah
wisatawan karena kesan yang buruk
6 Memanfaatkan dukungan yang tinggi dari masyarakat sekitar untuk gotong
royong dalam mengatasi kebutuhan petugas kebersihan yang minim
7 Menambah jumlah atraksi wisata yang ada untuk memberikan kepuasan lebih
kepada wisatawan
8 Memperbanyak petunjuk arah dan koordinasi dengan masyarakat untuk
mengatasi lokasi yang kurang strategis sehingga wisatawan tidak kesulitan
dalam mencari lokasi daya tarik
9 Penambahan sarana fasilitas untuk wisatawan berteduh dalam menghadapi suhu
udara yang relatif panas
10
Optimalisasi promosi daya tarik wisata menggunakan internet dan pada media
elektronik untuk daya tarik yang kurang dikenal seperti Kaprabonan dan
Kanoman
154
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lebih optimal. Pengembangan yang optimal sangat diperlukan guna mewujudkan
harapan pemerintah pusat melalui Kementrian Pariwisata yang menjadikan Cirebon
sebagai salah satu destinasi wisata unggulan untuk menunjang target 20 juta
wisawatan pada tahun 2019.
E. Implikasi Terhadap Bidang Pendidikan
Bagaimanapun juga suatu daya tarik wisata pasti dapat bermanfaat pada bidang
pendidikan selain dapat dinikmati wisatawan saja. Diantara manfaat yang dapat
terimplikasi langsung kepada bidang pendidikan adalah destinasi wisata budaya di
Kota Cirebon dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi para peserta didik
yang aktual dilapangan. Biasanya membawa peserta didik dalam jumlah besar
sering terhalang oleh sulitnya aksesibilitas menuju tempat wisata, akan tetapi hal
ini telah dijawab oleh responden yang menyatakan bahwa akses menuju wisata
budaya di Kota Cirebon sangat mudah seperti tertera pada tabel 4.87 dan gambar
4.22 sebagai berikut.
Tabel 4.87
Aksesibilitas
No. Aksesibilitas Frekuensi Persentase (%)
1 Mudah ditempuh 93 93
2 Agak sulit ditempuh 7 7
3 Sulit ditempuh - -
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Gambar 4.22 Diagram Aksesibilitas
155
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya (93%) wisatawan menyatakan
aksesibilitas menuju destinasi wisata budaya di Kota Cirebon mudah ditempuh.
Oleh karena itu tidak perlu menjadi sebuah kekhawatiran bagi para guru apabila
ingin membawa peserta didik berwisata sekaligus belajar pada destinasi wisata
budaya ini.
Dalam mata pelajaran Geografi di SMA, destinasi wisata budaya di Kota
Cirebon dapat menjadi salah satu sumber belajar lapangan yang sangat baik. Peserta
didik dapat mengamati langsung seperti apa kejadian nyata yang ada dilapangan
dibandingkan dengan teori yang telah dipelajari. Hal ini penting untuk
meningkatkan analisis dan daya nalar peserta didik. Adapun Kompetensi Dasar
yang cocok adalah KD 3.6 Menganalisis keragaman budaya bangsa sebagai
identitas nasional berdasarkan keunikan dan sebarannya untuk menjaga
kerukunan hidup berbangsa dan bernegara dengan materi pokok:
a. Sejarah munculnya masyarakat Indonesia
b. Pembentukan kelompok, komunitas, dan suku bangsa Indonesia
c. Regionalisasi keragaman budaya nasional
d. Ragam keunikan budaya daerah dan identitas budaya nasional
e. Budaya tradisional sebagai potensi wisata dan ekonomi kreatif.
F. Diskusi Fasilitas dan Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya
Fasilitas merupakan suatu penunjang yang utama didalam sektor pariwisata.
Komponen fasilitas sangat luas dan beraneka ragam, tidak hanya sebatas sarana
penunjang saja. Bahkan, fasilitas meliputi hingga daya tarik wisata itu sendiri. Oleh
sebab itu, pada destinasi wisata budaya di Kota Cirebon sangat penting untuk terus
dilihat perkembangannya terlebih apabila terdapat kekurangan dan kelebihan dapat
dijadikan suatu masukan untuk menjadi sebuah strategi yang lebih matang
kedepannya.
Pentingnya suatu fasilitas juga dikuatkan oleh pendapat dari Pearce (1981:6)
yang mengatakan bahwa hal yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan
kepariwisataan ada 5 faktor yaitu daya tarik (objek. wisata), transportasi,
akomodasi, fasilitas penampung, dan infrastruktur.
156
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Topik yang dibahas pada penelitian ini terkait fasilitas adalah tentang sarana
penunjang maupun daya tarik wisata itu sendiri. Melihat sarana dan prasarana
penunjang pada destinasi wisata budaya di Kota Cirebon memiliki tingkat kualitas
atau ketersediaan yang beragam. Daya tarik wisata yang memiliki kualitas fasilitas
yang baik adalah Keraton Kasepuhan, Kacirebonan dan Goa Sunyaragi. Hal
tersebut dibuktikan dengan hasil skoring yang menunjukkan bahwa ketiga daya
tarik tersebut mendapatkan kelas sangat baik untuk kualitas dan penyediaan
fasilitas. Adapun fasilitas yang dimaksud terdiri dari 11 aspek yaitu: Letak,
Aksesibilitas, Keindahan, Keamanan, Kebersihan, Keunikan, Keramahan,
Cinderamata/souvenir, Variasi aktivitas wisata, Sarana dan prasarana serta Kondisi
cuaca dan iklim.
Melihat indikator atau sebelas aspek yang menjadi kriteria didalam menentukan
kelas fasilitas tersebut memang terlihat sedikit tidak umum karena menggabungkan
aspek pendukung seperti keamanan, kebersihan dan atraksi wisata yang ada terkait
keindahan, variasi aktivitas wisata hingga keunikan. Namun, hal tersebut telah
sesuai teori yang ada, dikemukakan oleh Suwantoro (1997:18) yang membagi
sarana wisata kedalam tiga unsur pokok, salah satunya yaitu sarana pokok
kepariwisataan (main tourism superstructure) yang terdiri dari biro perjalanan
umum dan agen perjalanan, transportasi wisata baik darat, laut maupun udara,
restaurant (catering trades), objek wisata keindahan alam (iklim, pemandangan,
flora dan fauna yang aneh, hutan, dan health centre seperti sumber air panas
belerang, mandi lumpur), Ciptaan manusia (monumen-monumen, candi-candi, art
galery) dan atraksi wisata (tourist attraction) berupa ciptaan manusia seperti
kesenian, festival, pesta ritual, upacara perkawinan tradisional, khitanan dan lain-
lain.
Berbagai macam keunggulan maupun kekurangan daripada kondisi fasilitas
yang ada pada daya tarik wisata budaya di Kota Cirebon tersebut memiliki
pengaruh yang signifikan didalam mengembangkannya. Berdasarkan hasil
penelitian ini dapat dilihat bahwa kondisi fasilitas yang ada sangat tidak merata atau
dapat disebut timpang antar daya tariknya. Daya tarik wisata Keraton Kacirebonan,
Kasepuhan dan Goa Sunyaragi sangat baik, sedangkan Keraton Kanoman dan
Kaprabonan sedikit kurang dibandingkan ketiganya.
157
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Salah satu misi Disporbudpar Kota Cirebon mengatakan bahwa wisata budaya
adalah hal yang harus diunggulkan demi terciptanya jati diri bangsa yang baik.
Akan tetapi, suatu ketimpangan dalam sebuah rencana dan pengembangan tentu ini
tidak dapat dibiarkan. Ketimpangan yang terjadi dapat menjadi suatu bom waktu
dan ancaman yang mengintai dimasa yang akan datang. Keraton Kaprabonan dan
Kanoman tidak boleh dibiarkan terus merosot baik dari segi popularitas,
pengelolaan dan pelayanannya kepada wisatawan.
Ditambah lagi antusias wisatawan yang berkunjung sudah sangat baik, terbukti
dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan beberapa tahun terakhir (data
dari BPS). Dari hasil angket didapatkan bahwa wisatawan yang berkunjung justru
didominasi oleh kaum muda. Hal ini sedikit mengetjutkan karena wisata budaya
yang identik dengan tradisi dan benda-benda antik biasanya jarang diminati kaum
muda. Seharusnya ini menjadi sinyal yang baik bahwa Kota Cirebon dapat menjadi
rujukan dalam mengembangkan wisata budaya untuk segala segmen mulai dari
yang muda hingga lanjut usia. Wisata budaya juga dapat memberikan dampak
positif serta nilai pembelajaran yang baik bagi kaum muda khususnya yang masih
duduk dibangku sekolah.
Seperti yang dikemukakan oleh Pendit (2003:38) bahwa dengan adanya wisata
budaya dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup sesorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau
peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri mempelajari keadaan rakyat, kebiasan
dan adat istiadat mereka, budaya dan seni mereka. Seringnya perjalanan serupa ini
disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-
kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik dan seni
suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.
Oleh sebab itu, sekali lagi dikatakan bahwa pengelola dan pemerintah tidak
dapat terhindar dari kewajibannya didalam meningkatkan fasilitas yang ada.
Kondisi fasilitas pada daya tarik wisata di Kota Cirebon yang masih terdapat
ketimpangan harus segera diperbaiki. Wisatawan muda atau remaja mungkin
memang tidak terlalu membutuhkan fasilitas yang baik, akan tetapi apabila ingin
menjangkau wisatawan usia menengah bahkan lanjut usia kondisi fasilitas sangat
penting diperhatikan.
158
Agung Prasetyo, 2017 STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kebutuhan kaum usia menengah hingga lanjut usia memang demikian, sesuai
dengan yang dikatakan oleh Marpaung (2002:48) pada wisatawan usia lanjut harus
memperhatikan kondisi fisik dalam perencanaan perjalanan wisata dan tidak
merencanakan perjalanan yang melelahkan. Biasanya sering mengunjungi tempat
lebih dari satu kali sekedar untuk lebih memahami. Biasanya menginginkan fasilitas
dan pelayanan yang nyaman, harus mendapatkan layanan kesehatan yang baik dan
lebih suka duduk dibangku depan. Konsep mengenai usia sangat sensitif, ada
wisatawan usia lanjut yang tidak suka dianggap tua, tetapi ada juga yang tidak
keberatan.
Melihat permasalahan tersebut, analisis yang digunakan pada penelitian ini
untuk memberikan suatu solusi pada pengembangan daya tarik wisata budaya
diharapkan mampu memberi jalan terbaik. Adapun analisis yang digunakan adalah
SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats), analisis ini secara
komperhensif melihat dari segi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman
menjadi suatu dasar yang kuat dalam menentukan sebuah kebijakan pengembangan
kedepannya. Dari hasil analisis tersebut didapatkan pula strategi-strategi alternatif
yang dapat digunakan oleh pengelola maupun pemerintah sebagai stake holder
terkait untuk mengembangkan wisata budaya yang sangat baik nilai luhurnya.
Berdasarkan diskusi diatas dapat diambil benang merah bahwa wisata budaya
merupakan salah satu wisata yang dapat membuka cakrawala berpikir dan
pandangan orang terhadap suatu peradaban maupun tata cara kehidupan. Untuk
dapat mempertahankan eksistensinya, pihak pengelola dan pemerintah harus lebih
sinergis dan dapat berkolaborasi dengan baik. Utamanya terkait atraksi wisata untuk
menyasar kaum muda, dan aspek fasilitas yang baik untuk segmentasi usia
menengah dan lanjut usia. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan salah satu
rujukan dalam mengembangkan daya tarik wisata di Kota Cirebon. Harapannya,
setelah berwisata di Kota Cirebon banyak orang yang akan lebih mengharagai nilai
kearifan dan filosofi yang ditanamkan oleh leluhur bangsa Indonesia.