bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 hasil...
TRANSCRIPT
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan di beberapa SMA di Salatiga
diperoleh data sebagaimana di paparkan berikut ini :
4.1.1 Sekolah dan Keadaan Guru Ilmu Sosial pada Jurusan IPS di SMA
Kota Salatiga
Setelah penulis turun ke lapangan, penulis menemukan sejumlah
sekolah dan keadaan guru mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS
di Kota Salatiga seperti pada tabel 4.1.1
Tabel 4.1.1 Keadaan SMA Salatiga Menurut Jumlah Guru Mata
Pelajaran Ilmu Sosial pada Jurusan IPS di SMA Kota Salatiga
Sekolah
Jumlah guru mata pelajaran ilmu sosial pada
jurusan IPS di Kota Salatiga Jumlah
Geograf
i
Sosiolog
i Sejarah
Ekonomi -
akuntansi
1. SMA N 1 2 1 1 2 6
2. SMA N 2 1 1 2 1 5
3. SMA N 3 1 1 1 1 4
4. MAN 1 1 1 1 4
5. SMA Kristen 1 1 1 1 1 4
6. SMA Kristen 2 1 1 1 1 4
7. SMA
Muhammadiyah 1 - 1 1 3
8. SMA Theresiana 1 1 1 1 4
9. SMA LAB(*) - - - - -
Jumlah 9 7 9 9 34
40
Keterangan (*) Peneliti tidak mendapatkan data di SMA LAB. Hal ini di
mungkinkan karena di SMA LAB sedang banyak kegiatan sekolah
sehingga guru – guru merasa tidak sempat mengisi angket yang saya
berikan. Oleh karena itu, populasinya hanya delapan SMA.
Guru dihitung menurut mata pelajaran utama yang diampu.
Misalnya seorang sarjana sejarah tetapi guru tersebut disuruh
mengajar pada mata pelajaran sejarah dan sosiologi maka yang
dihitung hanya guru sejarah atau seorang sarjana PPKn yang ditugasi
mengajar pada mata pelajaran utama sejarah dan mata pelajaran
tambahan kewarganegaraan maka yang dihitung sebagai guru sejarah.
Kota Salatiga terdapat delapan Sekolah Menengah Atas yang
terdiri atas tiga SMA Negeri yaitu SMA Negeri 1, SMA Negeri 2,
dan SMA Negeri 3 ; satu Madrasah Aliyah Negeri yaitu MAN serta
empat SMA Swasta yaitu SMA Kristen 1, SMA Kristen 2, SMA
Muhammadiyah, dan SMA Theresiana
Ada tiga puluh empat guru kelompok mata pelajaran ilmu
sosial pada jurusan IPS di Kota Salatiga yang terdiri dari sembilan
guru geografi, tujuh guru sosiologi, sembilan guru sejarah dan
sembilan guru ekonomi – akuntansi.
41
4.1.2 Penggunaan Sumber Bahan Ajar Guru Mata Pelajaran Ilmu Sosial
pada Jurusan IPS SMA Kota Salatiga.
Penggunaan sumber bahan ajar guru kelompok mata pelajaran ilmu
sosial pada jurusan IPS SMA kota Salatiga seperti pada tabel 4.1.2
Tabel 4.1.2 Keragaman Sumber Bahan Ajar yang digunakan oleh
Guru Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Sosial pada Jurusan IPS SMA Kota
Salatiga Menurut Mata Pelajaran Utama yang diampu
Guru
Mapel
Utama
Sumber
Bahan Ajar
Sosiologi Sejarah Geografi Ekonomi
Akuntansi
1. Jurnal v v v v
2. Laporan Hasil
Penelitian v v v v
3. Internet v v v v
4. Kalangan Profesional - - - -
5. Buku Teks v v v v
6. Pakar Bidang Studi - - - -
7. Lingkungan v v v v
8. Penerbitan Berkala v v v v
9. Media Audio Visual v v v v
10. Buku Kurikulum v v v v
11. Buku Referensi v - v v
Jumlah 9 8 9 9
Berdasarkan Tabel 4.1.2 , menunjukkan bahwa penggunaan
sumber bahan ajar merata oleh semua guru sosiologi, geografi, sejarah dan
42
ekonomi akuntansi. Guru Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Sosial pada
Jurusan IPS sudah bisa dikatakan beragam karena sudah menggunakan
lebih dari delapan sumber bahan ajar.
4.1.3 Keragaman Sumber Bahan Ajar Menurut Pengampu Mata Pelajaran
Tabel 4.1.3 berikut ini menunjukkan sumber bahan ajar yang
digunakan oleh masing - masing guru kelompok mata pelajaran ilmu
sosial pada jurusan IPS di SMA kota Salatiga.
Tabel 4.1.3 Frekuensi Keragaman Sumber Bahan Ajar yang
digunakan Oleh Guru Ilmu Sosial pada Jurusan IPS
Guru
ilmu sosial
Sumber bahan ajar
Sosiologi Sejarah Geografi Ekonomi
Akuntansi Jumlah
1. Jurnal 3 3 2 4 12
2. Laporan Hasil
Penelitian 2 4 2 3 11
3. Internet 7 9 9 9 34
4. Kalangan
Profesional - - - - -
5. Buku Teks 7 9 9 9 34
6. Pakar Bidang Studi - - - - -
7. Lingkungan 4 8 6 8 26
8. Penerbitan Berkala 4 6 5 4 19
9. Media Audio Visual 6 5 6 7 24
10. Buku Kurikulum 7 9 8 9 33
11. Buku Referensi 2 - 3 3 8
43
1. Guru mata pelajaran sosiologi.
Berdasarkan Tabel 4.1.3, menunjukkan bahwa semua guru
sosiologi yaitu tujuh guru memakai internet, buku teks dan buku
kurikulum sebagai sumber bahan ajar. Hal ini bisa dipahami,
khususnya buku kurikulum yang selalu menjadi pedoman dalam
mengajar.
Hal menarik berikutnya adalah laporan hasil penelitian, buku
referensi dan jurnal kurang dimanfaatkann oleh guru sosiologi.
Sumber ini hanya dipakai oleh dua – tiga orang guru saja dari tujuh
orang guru sosiologi.
Melihat kenyataan tersebut dapat dibayangan betapa kering dan
statisnya bahan ajar sosiologi kepada para siswa. Ada kemungkinan
hal ini di sebabkan karena guru mata pelajaran terlalu fokus pada
penyiapan peserta didik menempuh UAN daripada menyiapkan
peserta didik untuk bisa mandiri dalam kehidupan masyarakat,
utamanya manakala mereka tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
2. Guru mata pelajaran sejarah.
Berdasarkan Tabel 4.1.3, menunjukkan bahwa semua guru sejarah
yaitu sembilan guru menggunakan internet, buku teks dan buku
kurikulum sebagai sumber bahan ajar. Guru – guru sejarah memakai
sumber tersebut karena mudah di peroleh, sesuai dengan kompetensi
dasar dan efektif dan efisien baik waktu maupun biaya.
44
Penggunaan lingkungan sebagai sumber bahan ajar dipakai oleh
delapan guru sejarah dari sembilan guru sejarah. Ini berarti lingkungan
sudah digunakan seoptimal mungkin sebagai sumber bahan ajar.
Penggunaan jurnal sebagai sumber bahan ajar hanya dimanfaatkan
oleh tiga orang guru sejarah, serta penggunaan laporan hasil penelitian
hanya digunakan oleh empat guru saja.
3. Guru mata pelajaran geografi
Berdasarkan Tabel 4.1.3, menunjukkan bahwa semua guru geografi
yaitu sembilan guru sudah menggunakan internet, buku teks dan buku
kurikulum sebagai sumber bahan ajar.
Pemakaian jurnal dan laporan hasil penelitian kurang dimanfaatkan
oleh guru geografi. Sumber bahan ajar tersebut hanya dipakai oleh dua
orang guru geografi saja , karena materi terlalu luas dan kurang sesuai
dengan lingkungan belajar siswa.
4. Guru mata pelajaran ekonomi akuntansi
Berdasarkan Tabel 4.1.3, menunjukkan bahwa semua guru
ekonomi akuntansi yaitu sembilan guru memakai internet, buku teks
dan buku kurikulum. Guru ekonomi akuntansi memakai sumber
tersebut karena mudah di peroleh, sesuai dengan kompetensi dasar,
efektif dan efisien baik waktu maupun biaya.
Penggunaan lingkungan sebagai sumber bahan ajar dipakai oleh
delapan guru ekonomi akuntansi. Guru – guru mungkin mengajak
45
siswa ke pasar, lalu mereka dilatih bagaimana cara bertransaksi atau
bagaimana terbentuknya pasar.
Berdasarkan temuan dan analisis data pada tabel 4.1.3, nampak
bahwa secara keseluruhan dari 34 guru ilmu sosial jurusan IPS paling
banyak menggunakan internet, buku teks dan buku kurikulum sebagai
sumber bahan ajar.
Ada 26 guru ilmu sosial jurusan IPS menggunakan lingkungan
sebagai sumber bahan ajar, dan di susul lagi oleh 24 guru ilmu sosial
jurusan IPS menggunakan media audio visual sebagai sumber bahan
ajar.
Penggunaan kalangan profesional dan pakar bidang studi yang
tidak pernah dipakai oleh seorang gurupun. Seharusnya, mengingat
perubahan sosial budaya yang begitu cepat sejak era reformasi serta
meningkatnya otonomi daerah dan konflik sosial pada berbagai
kelompok dan strata dalam masyarakat, sehingga pakar bidang studi
dan kalangan profesional perlu dimanfaatkan. Barangkali yang
menjadi hambatannya adalah terbatasnya waktu sedangkan materi
cukup banyak.
4.1.4 Keragaman sumber bahan ajar kelompok mata pelajaran ilmu sosial
pada jurusan IPS
Setelah peneliti terjun ke lapangan, maka peneliti mendapatkan
data yang terkait dengan keragaman sumber bahan ajar guru mata
pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS.
46
Tabel 4.1.4 Keragaman sumber bahan ajar kelompok mata
pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS
Kadar Keragaman Frekuensi Persen
Beragam 13 38.2
Cukup Beragam 15 44.2
Kurang beragam 6 17.6
Total 34 100.0
Berdasarkan data pada Tabel 4.1.4, menunjukkan bahwa ada lima
belas guru ilmu sosial pada jurusan IPS dalam kategori cukup beragam
dalam penggunaan sumber bahan ajar. Ada tiga belas guru ilmu sosial
pada jurusan IPS dalam kategori beragam dalam penggunaan sumber
bahan ajar. Hanya ada enam guru ilmu sosial pada jurusan IPS dalam
kategori kurang beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar.
4.1.5 Keragaman sumber bahan ajar per kelompok Mata Pelajaran Ilmu
Sosial pada Jurusan IPS
Mengingat kehidupan sosial kemasyarakatan sudah menyatu
sebagai sebuah kenyataan / fenomena sosial, maka dalam
pengembangan bahan ajar tiap mata pelajaran perlu diperkaya dengan
materi dari cabang – cabang ilmu sosial lainnya sepanjang ada
kaitannya. Itu berarti guru harus selalu melacak bahan ajar dari
berbagai sumber bahan ajar dan disesuaikan dengan dinamika
masyarakat itu sendiri. Melalui keragamanan sumber bahan ajar maka
terbuka peluang memperoleh data dan informasi dari kelompok ilmu
47
sosial lainnya tetapi tidak di ajarkan tersendiri seperti hukum,
psikologi sosial, filsafat dan lain – lainnya.
Tabel 4.1.5 Keragaman sumber bahan ajar per kelompok Mata Pelajaran
Ilmu Sosial pada Jurusan IPS
Mata
Pelajaran
Ilmu Sosial
pada
Jurusan IPS
Keragaman
Jumlah
Guru
B ( %)
(Beragam)
CB ( %)
(cukup
Beragam)
KB
(%)
(Kurang
Beragam)
Sosiologi 3 ( 8.82%) 2 ( 5.88%) 2 (5.88%) 7
Sejarah 3 ( 8.82%) 5 (14.70%) 1 (2.94%) 9
Geografi 3 ( 8.82%) 4 (11.76%) 2 (5.88%) 9
Ekonomi
Akuntansi 4 (11.76%) 4 (11.76%) 1 (2.94%) 9
13 (38.23%) 15 (44.12%) 6 (17.65%)
34
(100%)
Berdasarkan data pada Tabel 4.1.5, menunjukkan bahwa ada tiga
guru sosiologi termasuk kategori beragam dalam penggunaan sumber
bahan ajar. Ada lima guru sejarah termasuk kategori cukup beragam dalam
penggunaan sumber bahan ajar. Ada empat guru geografi termasuk
kategori cukup beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar. Ada empat
guru ekonomi akuntansi termasuk kategori beragam dalam penggunaan
sumber bahan ajar dan ada empat guru ekonomi akuntansi termasuk
kategori cukup beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar
48
4.1.6 Intensitas Sumber Bahan Ajar Menurut Pengampu Mata Pelajaran
Keragaman sumber bahan ajar sudah terlihat pada tabel
sebelumnya. Namun kalau hanya saja kalau berhenti pada keragaman
saja tidak begitu bermakna mengingat ada sumber bahan ajar yang
selalu digunakan tetapi ada pula yang mungkin hanya sekali dipakai
selama satu semester. Tentu hal ini akan memberikan kesan yang
berbeda terhadap kreatifitas guru dan kekayaan materi yang diajarkan.
Oleh sebab itu, didalam keragaman tersirat juga intensitas penggunaan
masing – masing sumber bahan ajar. Intensitas disini terkait dengan
seberapa sering sumber bahan ajar itu digunakan oleh guru mata
pelajaran.
49
Tabel 4.1.6 Intensitas Sumber Bahan Ajar Guru Ilmu Sosial Pada Jurusan IPS di
SMA
Guru
Ilmu Sosial
Intensitas
Sumber
Bahan Ajar
Sosiologi Sejarah Geografi Ekonomi -
Akuntansi
Jumlah
I CI KI I CI KI I CI KI I CI KI
1. Jurnal - - 3 - - 3 - 1 1 - 2 2 12 2. Laporan
Hasil
Penelitian
- - 2 - - 4 - - 2 - - 3 11
3. Internet 7 - - 9 - - 9 - - 9 - - 34 4. Kalangan
Profesional - - - - - - - - - - - - -
5. Buku Teks 7 - - 9 - - 9 - - 9 - - 34 6. Pakar Bidang
Studi - - - - - - - - - - - - -
7. Lingkungan - 4 - - 2 6 - 4 2 - 3 5 26 8. Penerbitan
Berkala - 1 3 - 4 2 - 1 4 - 2 2 19
9. Media Audio
Visual - 4 2 - 2 3 - 1 5 - 1 6 24
10. Buku
Kurikulum 4 3 - 7 2 - 2 6 - 4 5 - 33
11. Buku
Referensi - 2 - - - - - 3 - - 2 1 8
50
Keterangan : I = Intens: Apabila digunakan dalam 13 kali pertemuan atau lebih
CI = Cukup Intens : Apabila digunakan antara 7 – 12 kali pertemuan
KI = Kurang Intens : Apabila digunakan kurang dari 7 kali
pertemuan
1. Intensitas penggunaan sumber bahan ajar guru sosiologi
Berdasarkan Tabel 4.1.6, menunjukkan bahwa semua guru
sosiologi yaitu tujuh guru sosiologi memakai internet, buku teks dan buku
kurikulum dengan penggunaannya secara intens. Pemakaian ke tiga
sumber tersebut karena sumber tersebut mudah diperoleh dan banyak
terdapat diperpustakaan sekolah, apalagi sekarang sekolahan sudah banyak
fasilitas WIFI sehingga banyak murid ataupun guru yang memanfaatkan
fasilitas tersebut.
Pemakaian jurnal oleh tiga orang guru masih dikatakan kurang
intens dan pemakaian laporan hasil penelitian oleh dua orang guru
dikatakan kurang intens. Pemakaian ke dua sumber tersebut kurang intens
karena jurnal dan laporan hasil penelitian agak sulit di dapatkan. Hal
tersebut dikarenakan sekolah tidak pernah melengkapi koleksi
perpustakaan dengan jurnal maupun laporan hasil penelitian.
2. Intensitas penggunaan sumber bahan ajar guru sejarah
Berdasarkan Tabel 4.1.6, menunjukkan bahwa penggunaan internet
dan buku teks di kalangan guru sejarah dikatakan intens. Sejarah
merupakan mata pelajaran yang mempelajari masa lalu, maka penggunaan
51
buku teks sebagai satu – satunya sumber sangat wajar. Informasi yang ada
dalam buku teks merupakan informasi tahun sebelumnya.
Penggunaan sumber bahan ajar lingkungan dikalangan guru sejarah
masih kurang intens, karena hanya dua guru sejarah yang memakai
lingkungan secara cukup intens sebagai sumber bahan ajar, sedangkan
enam guru masih kurang intens dalam penggunaan lingkungan sebagai
sumber bahan ajar.
3. Intensitas penggunaan sumber bahan ajar guru geografi
Berdasarkan Tabel 4.1.6, menunjukkan bahwa semua guru geografi
yaitu sembilan guru geografi menggunakan internet, buku teks dan buku
kurikulum dikalangan guru geografi sudah digunakan secara intens.
Penggunaan penerbitan berkala masih dikatakan kurang intens, karena
yang memakai sumber tersebut hanya lima orang dan dilihat dari segi
keseringannya empat orang termasuk kategori kurang intens dalam
penggunaan sumber bahan ajar tersebut.
Ada dua guru geografi yang memakai jurnal namun yang memakai
jurnal secara cukup intens hanya satu guru saja. Penggunaan jurnal secara
intens dapat melatih peserta didik untuk menganalisis data yang valid.
4. Intensitas penggunaan sumber bahan ajar guru ekonomi akuntansi
Berdasarkan Tabel 4.1.6, menunjukkan bahwa semua guru
ekonomi akuntansi intens dalam penggunaan sumber bahan ajar internet
dan buku teks. Buku kurikulum sudah dipakai oleh semua guru ekonomi
akuntansi tetapi yang menggunakan secara intens hanya empat orang. Ada
52
delapan guru ekonomi yang memakai lingkungan sebagai sumber bahan
ajar, namun yang penggunannya cukup intens hanya tiga orang saja. Ini
berarti tiga orang guru tersebut sudah mengajak siswa untuk terjun
langsung ke kehidupan sosial masyarakat.
Ada dua guru ekonomi yang memakai jurnal secara cukup intens.
Penggunaan jurnal secara cukup intens dapat melatih peserta didik untuk
menganalisis data yang valid. Kita ketahui bahwa ekonomi berhubugan
dengan keadaan sosial masyarakat yang dinamis.
4.1.7 Intensitas Penggunaan Sumber Bahan Ajar Seluruh Guru Ilmu Sosial
Tabel 4.1.7 menyajikan data tentang rangkuman intensitas
penggunaan sumber bahan ajar seluruh guru ilmu sosial pada jurusan
IPS.
Tabel 4.1.7 Frekuensi Intensitas Sumber Bahan Ajar Guru Ilmu Sosial
Sumber Bahan Ajar Intensitas
Jumlah I CI KI
1. Jurnal - 3 9 12
2. Laporan Hasil Penelitian - - 11 11
3. Internet 34 - - 34
4. Kalangan Profesional - - - -
5. Buku Teks 34 - - 34
6. Pakar Bidang Studi - - - -
7. Lingkungan - 13 13 26
8. Penerbitan Berkala - 8 11 19
9. Media Audio Visual - 8 16 24
10. Buku Kurikulum 17 16 - 33
11. Buku Referensi - 7 - 8
53
Berdasarkan pada Tabel 4.1.7, menunjukkan bahwa sumber bahan
ajar yang intens digunakan adalah internet dan buku teks. Penggunaan
internet dan buku teks intens digunakan karena kedua sumber tersebut
mudah didapatkan dan diakses oleh siswa. Oleh karena itu, bisa
dimaklumi kalau guru mata pelajaran terpusat hanya pada kedua sumber
tersebut.
Penggunaan buku kurikulum dikalangan guru ilmu sosial jurusan
IPS sudah dikatakan intens. Ada 33 guru yang memakai buku kurikulum
yaitu 17 guru pemakaiannya secara intens dan 16 guru pemakaiannya
cukup intens.
Penggunaan jurnal oleh guru ilmu sosial pada jurusan IPS tiga
orang guru dalam kategori cukup intens dan sembilan guru dalam kategori
kurang intens. Ada 11 guru ilmu sosial pada jurusan IPS yang
menggunakan laporan hasil penelitian, namun dari segi intensitasnya
dikatakan kurang intens.
4.1.8 Frekuensi Tatap Muka dalam Mengajar Semester I 2011/2012
Dalam satu tahun ada 34 - 38 minggu efektif kegiatan sekolah.
Data yang ada di lapangan menunjukkan jumlah tatap muka antara 13
– 16 kali dalam satu semester. Hal tersebut bisa disebabkan guru
berhalangan hadir karena sakit, urusan keluarga ,rapat atau hal lain
yang menyebakan guru harus mengosongkan jam pelajaran.
54
Tabel 4.1.8 Jumlah Tatap Muka Selama Semester 1
Tahun Ajaran 2011/2011
Jumlah Tatap
Muka
Jumlah Guru Mata Pelajaran Ilmu Sosial
pada Jurusan IPS
> 16 kali -
= 16 kali 18
< 16 kali 16
Total 34
Berdasarkan Tabel 4.1.8 , frekuensi tatap muka dalam mengajar
ada 18 guru mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada
jurusan IPS yang menggunakan tatap muka selama semester 1 tahun
ajaran 2011/2012 16 kali tatap muka. Ada 16 guru mata pelajaran
kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS yang
menggunakan tatap muka selama semester 1 tahun ajaran 2011/2012
kurang dari 16 kali tatap muka.
4.2 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Menurut Stopsky dan Sharon (1994), masyarakat merupakan labora-
toriumnya ilmu sosial. Oleh sebab itu, setiap kegiatan pembelajaran ilmu
sosial harus mampu mengcover realitas masyarakat dimana pembelajar hidup
dalam kesehariannya.
Perkembangan masyarakat yang sangat dinamis, sebagai salah satu
dampak dari kemajuan revolusioner dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
yang menghadirkan the hight tech dalam setiap aspek kehidupan manusia,
khususnya dalam jaringan informasi dan telekomunikasi menghadirkan warna
55
baru hubungan kemanusiaan dan segala aspek kehidupannya. Bagi kalangan
pembelajar ilmu sosial, kecenderungan ini harus dapat ditangkap dan
digunakan sebagai dasar perancangan dan pengaplikasian prinsip-prinsip
pembelajaran di sekolah.
4.2.1 Keragaman Sumber Bahan Ajar Kelompok Mata Pelajaran Ilmu
Sosial pada Jurusan IPS
Pada dasarnya guru kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada
jurusan IPS sudah bisa dikatakan beragam dalam penggunaan sumber
bahan ajar. Ada 15 orang guru ilmu sosial pada jurusan IPS dalam
kategori cukup beragam. Itu artinya guru kelompok mata pelajaran
ilmu sosial pada jurusan IPS sudah menggunakan lima sampai tujuh
sumber bahan ajar dalam kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan sumber bahan ajar merata oleh semua guru sosiologi,
geografi, sejarah dan ekonomi akuntansi. Ke empat guru tersebut
dominan menggunakan internet, buku teks dan buku kurikulum.
Padahal dengan menggunakan ke tiga sumber tersebut masih kurang
efisien.
Penetapan delapan sumber bahan ajar dianggap sudah memadai
dalam upaya memperkaya bahan ajar baik kedalaman maupun
keluasannya. Penggunaan lima sumber bahan ajar atau kurang dari
lima sumber dianggap kualitas bahan ajar tidak terjamin dalam upaya
merangsang siswa berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif
56
sebagaimana sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi Lulusan
Satuan Pendidikan (SKL – SP) SMA/MA/SMALB/Paket C.
Sesuai dengan standar kompetensi lulusan satuan pendidikan
(SKL-SP) SMA/MA/SMALB/Paket C pada butir 6 , 7, 8, 9, 10, dan
11 maka guru – guru mata pelajaran dituntut untuk dapat
menggunakan berbagai sumber bahan ajar dalam pengajaran. Guru
harus melatih siswa agar siswa dapat berfikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif dalam pengambilan keputusan. Misalnya pemahaman
terhadap geografi akan membantu pebelajar dalam menyikapi
perbedaan-perbedaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat,
termasuk keterampilan-keterampilan dalam menjalin kerjasama
dengan orang lain di lain daerah atau benua secara demokratis,
sehingga sangat penting menggunakan globa dan peta untuk
membantu pebelajar mengerti tentang belahan dunia lain, selain
dimana mereka hidup dalam kesehariannya.
Guru – guru mata pelajaran menggunakan buku teks sebagai
sumber bahan ajar yang utama mungkin dikarenakan materi bahan
ajar yang harus disampaikan kepada murid banyak sedangkan waktu
yang ada sedikit padahal materi bahan ajar itu harus habis dalam satu
semester. Apalagi untuk kelas tiga waktu yang ada itu lebih sedikit
namun materi yang disampaikan lebih banyak karena guru harus
meriview materi dari kelas satu sampai kelas tiga. Orientasi guru
adalah bagaimana siswa tersebut lulus ujian bukan bagaimana materi
57
terserap oleh siswa. Disini, guru mengajarkan ilmu bukan hanya untuk
sukses ujian nasional, tetapi pembelajaran yang bermakna. Siswa
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini guru
mengajarkan bahwa fungsi belajar untuk kelangsungan hidup. Oleh
karena itu luaran hasil belajar adalah siswa cerdas bukan hanya siswa
mendapat nilai betul secara mutlak. Namun guru juga menekankan
usaha pencapaian nilai tersebut melalui cara benar dan menghidarkan
diri dari sikap menghalalkan semua cara. Aspek kejujuran usaha
berpikir pada diri siswa lebih dihargai sebagai proses belajar.
Hal yang perlu mendapat perhatian ke depan adalah penggunaan
kalangan profesional dan pakar bidang studi yang tidak pernah dipakai
oleh seorangpun guru sosiologi. Seharusnya, mengingat perubahan
sosial budaya yang begitu cepat sejak era reformasi serta
meningkatnya otonomi daerah dan konflik sosial pada berbagai
kelompok dan strata dalam masyarakat, sehingga pakar bidang studi
dan kalangan profesional perlu dimanfaatkan. Barangkali yang
menjadi hambatannya adalah terbatasnya waktu sedangkan materi
cukup banyak.
4.2.2 Intensitas Penggunaan Masing - Masing Sumber Bahan Ajar
Guru kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS
sudah bisa dikatakan beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar.
Namun dalam penggunaannya belum merata, mungkin hanya
digunakan sekali atau dua kali saja dalam satu semester.
58
Keragaman sumber bahan ajar dikatakan sudah sangat beragam
tetapi kalau ada satu atau beberapa sumber kurang intens
penggunaannya maka kontribusi sumber itu dalam rangka peningkatan
kualitas belajar siswa relatif kurang.
Baik guru sosiologi, sejarah, geografi dan ekonomi akuntansi
selalu menggunakan internet buku teks dan buku kurikulum. Mereka
menggunakan sumber bahan ajar secara intens dalam satu semester.
Kalau guru sosiologi, geografi dan ekonomi akuntansi hanya
menggunakan sumber bahan ajar secara intens karena ke tiga mata
pelajaran tersebut masuk dalam ujian nasional sehingga guru – guru
mengejar target ujian nasional yaitu semua siswa lulus. Dengan
konsekuensi waktu terbatas dengan materi ajar yamg luas.
Intensitas penggunaan sumber bahan ajar baik guru sosiologi,
sejarah, geografi dan ekonomi akuntansi masih kurang intens dalam
hal penggunaan sumber bahan ajar seperti jurnal, laporan hasil
penelitian dan linkungan. Memang penggunaan ke tiga sumber
tersebut kurang intens, tetapi kita tidak bisa langsung mengkritik
bahwa guru tersebut kurang kreatif dalam penggunaan sumber bahan
ajar. Penggunaan sumber – sumber bahan ajar harus memperhatikan
kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang akan dicapai.