bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 hasil
TRANSCRIPT
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Tinjauan Umum Subjek Penelitian
Perusahaan pertambangan merupakan salah satu sektor industri yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berikut ini gambaran perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini:
1. ATPK Resources. Tbk (ATPK)
PT ATPK Resources Tbk (dahulu PT Anugrah Tambak Perkasindo Tbk)
(ATPK) didirikan tanggal 12 Januari 1988. Kantor Pusat ATPK beralamat di
Wisma GKBI Lantai 39, Jl Jenderal Sudirman No. 28, Jakarta 10210 dan
kantor operasional berlokasi di AXA Tower Lantai 29, suite 01 Jl. Prof. Dr.
Satrio Kav. 18, Kuningan City Jakarta 12940. Kemudian pada tanggal 7 Juni
2006 diadakan RUPSLB kembali, dan menyetujui; (1) Perubahan nama dari
PT Anugrah Tambak Perkasindo Tbk. menjadi PT ATPK Resources Tbk., (2)
Perubahan domisili dari Medan ke Jakarta, dan (3) Diversifikasi bidang usaha
ke bidang usaha pertambangan umum dan pembangunan infrastruktur.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha
utama ATPK adalah bergerak dalam usaha pertambangan, minyak dan gas
bumi, infrastruktur tambang, perdagangan yang berkaitan dengan produk
tambang, transportasi di bidang tambang, perkebunan dan kehutanan. Pada
tanggal 28 Maret 2002, ATPK memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-
67
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LK untuk melakukan melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ATPK
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 135.450.000 saham dengan nilai nominal
Rp200,- per saham dengan harga penawaran perdana Rp300,- per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa
Efek Indonesia) tanggal 17 April 2002.
2. Golden Energy Mines.Tbk (GEMS)
PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) didirikan dengan nama PT Bumi
Kencana Eka Sakti tanggal 13 Maret 1997 dan memulai aktivitas usaha
komersialnya sejak tahun 2010. GEMS berkedudukan di Sinar Mas Land
Plaza, Menara II, Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin Kav. 51, Jakarta 10350.GEMS
tergabung dalam kelompok usaha Sinarmas. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GEMS bergerak dalam bidang
pertambangan melalui penyertaan pada entitas anak dan perdagangan
batubara. Pada tanggal 09 Nopember 2011, GEMS memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham GEMS (IPO) kepada masyarakat sebanyak 882.353.000 dengan nilai
nominal Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp2.500,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tanggal 17 Nopember 2011.
3. Garda Tujuh Buana.Tbk (GTBO)
PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) didirikan tanggal 10 Juni 1996 dan
memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2007. Kantor pusat GTBO
berkedudukan di Gedung Menara Hijau lantai 9, Jl. M.T. Haryono Kav. 33,
68
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jakarta Selatan. Sedangkan daerah penambangan berlokasi di Pit Bajau (area
of interest), Bulungan, Propinsi Kalimantan Timur. Pemegang mayoritas
saham GTBO adalah PT Garda Minerals (26,21%) dan SGBT s/a Green
River Pte.Ltd (33,919%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan GTBO adalah dibidang pertambangan batubara,
pembangunan pertambangan, pemasaran dan perdagangan, serta usaha
industri khususnya batubara dan tambang lainnya. Pada tanggal 30 Juni 2009,
GTBO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham GTBO (IPO) kepada masyarakat sebanyak
1.834.755.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga
penawaran Rp115,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 9 Juli 2009.
4. Perdana Karya Perkasa (PKPK)
Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) didirikan 7 Desember 1983 dengan
nama PT Perdana Karya Kaltim dan mulai beroperasi secara komersial pada
tahun 1983. Kantor pusat PKPK berlokasi di Graha Perdana, Jalan Sentosa 56
Samarinda, Kalimantan Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,
ruang lingkup kegiatan PKPK adalah berusaha dalam bidang pembangunan,
perdagangan, industri, pertambangan, pertaian, pengangkutan darat,
perbengkelan dan jasa-jasa melalui divisi-divisi usaha pertambangan
batubara, konstruksi, dan persewaan peralatan berat. Saat ini, kegiatan usaha
yang dijalankan PKPK adalah jasa konstruksi dan land clearing. Pada tanggal
27 Juni 2007, PKPK memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
69
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PKPK (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 125.000.000 dengan nilai nominal Rp200,- per saham
dengan harga penawaran Rp400,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Juli 2007.
5. Bukit Asam. Tbk (PTBA)
PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) didirikan tanggal 02 Maret 1981.
Kantor pusat PTBA terletak di Menara Kadin Indonesia Lt. 9 & 15. Jln. H.R.
Rasuna Said X-5, Kav. 2-3, Jakarta 12950. Pada tahun 1993. Berdasarkan
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PTBA adalah bergerak
dalam bidang industri tambang batubara, meliputi kegiatan penyelidikan
umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan
perdagangan, pemeliharaan fasilitas dermaga khusus batubara baik untuk
keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian pembangkit listrik
tenaga uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain dan memberikan
jasa-jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada hubungannya
dengan industri pertambangan batubara beserta hasil olahannya. Pada tanggal
03 Desember 2002, PTBA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK
untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PTBA (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 346.500.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham
dengan harga penawaran Rp575,- per saham disertai Waran Seri I sebanyak
173.250.000. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Desember 2002.
70
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Elnusa.Tbk (ELSA)
PT Elnusa Tbk (ELSA) didirikan tanggal 25 Januari 1969 dengan nama PT
Electronika Nusantara dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun
1969. Kantor pusat ELSA berdomisili di Graha Elnusa Lt. 16, Jl. T.B.
Simatupang Kav. 1B, Jakarta Selatan. Pemegang saham mayoritas ELSA
adalah PT Pertamina (Persero), dengan persentase kepemilikan sebesar
41,10%. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
ELSA dan anak usahanya beroperasi di bidang jasa hulu migas dan
penyertaan saham pada entitas anak serta entitas ventura bersama yang
bergerak dalam berbagai bidang usaha, yaitu jasa dan perdagangan penunjang
hulu migas, jasa dan perdagangan hilir migas, jasa pengolahan dan
penyimpanan data migas, pengelolaan aset lapangan migas dan jasa
telekomunikasi. Pada tanggal 25 Januari 2008, ELSA memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham ELSA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.460.000.000 dengan nilai
nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp400,- per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 06 Februari 2008.
7. Aneka Tambang.Tbk (ANTM)
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) didirikan dengan nama
"Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang" tanggal 05 Juli 1968 dan mulai
beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Kantor pusat ANTM
berlokasi di Gedung Aneka Tambang, Jl. Letjen T.B. Simatupang No. 1,
71
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta, Indonesia. Pemegang saham
pengendali ANTM adalah Pemerintah Republik Indonesia, dengan memiliki
1 Saham Preferen (Saham Seri A Dwiwarna) dan 65% di saham Seri B.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ANTM
adalah di bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta
menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa
lainnya yang berkaitan dengan galian tersebut. Saat ini, Kegiatan utama
Perusahaan meliputi bidang eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian
serta pemasaran bijih nikel, feronikel, emas, perak, bauksit, batubara dan jasa
pemurnian logam mulia. Pada tanggal 27 Nopember 1997, ANTM
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham ANTM (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 430.769.000 saham (Seri B) dengan nilai nominal Rp500,- per
saham dan Harga Penawaran Perdana sebesar Rp1.400,- per saham. Saham-
saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27
Nopember 1997.
8. Timah.Tbk (TINS)
Timah (Persero) Tbk (TINS) didirikan pada tanggal 02 Agustus 1976. TINS
berdomisili di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung dan kantor pusat
terletak di Jl. Medan Merdeka Timur No.15 Jakarta 10110 serta memiliki
wilayah operasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Riau,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara serta Cilegon, Banten. Pemegang
saham utama / pengendali TINS adalah Pemerintah Republik Indonesia.
72
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TINS
meliputi bidang pertambangan, perindustrian, perdagangan, pengangkutan,
dan jasa. Kegiatan utama TINS adalah sebagai perusahaan induk yang
melakukan kegiatan operasi penambangan timah dan melakukan jasa
pemasaran kepada kelompok usaha. Pada tanggal 27 September 1995, TINS
memperoleh persetujuan dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham TINS sebanyak 176.155.000 saham Seri B dan Global
Depositary Receipts (GDR) milik Perusahaan. Terhitung mulai tanggal 12
Oktober 2006, Perusahaan melakukan penghentian pencatatan atas GDR
milik Perusahaan di Bursa Saham London.
9. SMR Utama.Tbk (SMRU)
SMR Utama Tbk (SMRU) didirikan dengan nama PT Dwi Satria Jaya pada
tanggal 11 November 2003. Kantor pusat SMRU berlokasi di Gedung Citicon
Jl. Letjen S. Parman Kav. 72 Lt. 9, Slipi, Palmerah, Jakarta Barat 11410.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, kegiatan usaha SMRU yang
dijalankan melalui PT Ricobana yang merupakan sebuah perusahaan investasi
terutama di bidang tambang batubara dan kontraktor batubara. Pada tanggal
30 September 2011, SMRU memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-
LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SMRU (IPO)
kepada masyarakat sebanyak 500.000.000 dengan nilai nominal Rp100, per
saham dengan harga penawaran Rp600,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Oktober 2011.
73
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10. Citatah.Tbk (CTTH)
PT Citatah Tbk (CTTH) didirikan tanggal 26 September 1968 dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1976. Kantor pusat Citatah
beralamat di Jl. Tarum Timur No. 64, Desa Tamelang, Kecamatan Cikampek,
Karawang. Pabrik-pabrik pengolahan Citatah berlokasi di Pangkep (Sulawesi
Selatan) dan Karawang. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan CTTH terutama meliputi usaha produksi dan penjualan
marmer, kerajinan tangan marmer, dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan.
Saat ini kegiatan usaha CTTH adalah menjalankan usaha dalam bidang
penambangan dan pengolahan marmer dari tambang, hingga pendistribusian
marmer untuk proyek-proyek bangunan komersial dan residensial di pasar
domestik dan luar negeri. Pada tanggal 10 Juni 1994, CTTH memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham CTTH (IPO) kepada masyarakat sebanyak 44.000.000
dengan nilai nominal Rp500, per saham dengan harga penawaran Rp2.375,-
per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 03 Juli 1996
11. Mitra Investindo.Tbk (MITI)
Mitra Investindo Tbk (MITI) didirikan 16 September 1993 dengan nama PT
Minsuco International Finance dan mulai beroperasi secara komersial pada
tahun 1994. Kantor pusat MITI berlokasi di Gedung Menara Karya Lt. 7 Unit
A. Jl. HR. Rasuna Said Blok. X5 Kav. 1 dan 2, Jakarta. Berdasarkan
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MITI adalah di bidang
74
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertambangan, perindustrian, pertanian, pembangunan (pemborongan),
perdagangan dan jasa. Pada tanggal 20 Juni 1997, MITI memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham MITI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 58.800.000 dengan
nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp600,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tanggal 16 Juli 1997.
12. Adaro Energy.Tbk (ADRO)
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) didirikan dengan nama PT Padang Karunia
tanggal 28 Juli 2004 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Juli
2005. Kantor pusat ADRO berlokasi di Gedung Menara Karya, Lantai 23, Jl.
H.R. Rasuna Said Blok X-5, Kav. 1-2, Jakarta Selatan. Pemegang saham
mayoritas dari Perusahaan adalah PT Adaro Strategic Investments, dengan
kepemilikan 43,91 persen. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan ADRO bergerak dalam bidang usaha perdagangan, jasa,
industri, pengangkutan batubara, perbengkelan, pertambangan, dan
konstruksi. Entitas anak bergerak dalam bidang usaha pertambangan
batubara, perdagangan batubara, jasa kontraktor penambangan, infrastruktur,
logistik batubara, dan pembangkitan listrik. Pada 04 Juli 2008, ADRO
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham ADRO (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 11.139.331.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp100,- per
75
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
saham dan Harga Penawaran Rp1.100,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Juli 2008.
13. Berau Coal Energy (BRAU)
PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) didirikan dengan nama PT Risco tanggal
07 September 2005. Kantor pusat BRAU berlokasi di Sampoerna Strategic
Square, North Tower, Lantai 15 dan 16, Jl. Jend. Sudirman Kav. 45, Jakarta
12930, Indonesia. Induk usaha BRAU adalah Vallar Investments UK
Limited, sedangkan induk usaha utama BRAU adalah Asia Resource
Minerals plc (dahulu Bumi Plc), keduanya perusahaan yang didirikan di
Inggris. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
BRAU bergerak di bidang usaha perdagangan, pertambangan, perkebunan,
konstruksi, real-estate, agrikultural, percetakan, industri, transportasi dan jasa.
Saat ini, kegiatan usaha BRAU adalah sebagai perusahaan induk dari entitas
anak yang beroperasi dibidang pertambangan. Pada tanggal 06 Agustus 2010,
BRAU memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham BRAU (IPO) kepada masyarakat sebanyak
3.400.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham saham dengan harga
penawaran Rp400,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 Agustus 2010.
14. Bumi Resources.Tbk (BUMI)
Bumi Resources Tbk (BUMI) didirikan 26 Juni 1973 dengan nama PT Bumi
Modern dan mulai beroperasi secara komersial pada 17 Desember 1979.
Kantor pusat BUMI beralamat di Lantai 12, Gedung Bakrie Tower, Rasuna
76
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Epicentrum, Jalan H. R. Rasuna Said, Jakarta Selatan 12940. BUMI
tergabung dalam kelompok usaha Bakrie (PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)
dan Long Haul Holdings Ltd.). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan
terakhir, ruang lingkup kegiatan BUMI meliputi kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi kandungan batubara (termasuk pertambangan dan penjualan
batubara) dan eksplorasi minyak. Saat ini, BUMI merupakan induk usaha dari
anak usaha yang bergerak di bidang pertambangan. BUMI memiliki anak
usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Bumi Resources
Mineral Tbk (BRMS). Pada tanggal 18 Juli 1990, BUMI memperoleh
pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham BUMI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 10.000.000
dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran
Rp4.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1990
15. Darma Henwa.Tbk (DEWA)
PT Darma Henwa Tbk (dahulu PT HWE Indonesia) (DEWA) didirikan
tanggal 8 Oktober 1991 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada
tahun 1996. Kantor pusat DEWA berlokasi di Gedung Bakrie Tower Lantai
8, Rasuna Epicentrum, Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan Jakarta, 12940 dan
proyek berlokasi di Bengalon dan Binungan Timur, Kalimantan Timur dan
Asam Asam, Kalimantan Selatan. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,
ruang lingkup kegiatan DEWA terdiri dari jasa kontraktor pertambangan,
umum, serta pemeliharaan dan perawatan peralatan pertambangan. Saat ini
77
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegiatan usaha DEWA adalah di bidang jasa kontraktor pertambangan umum.
Pada tanggal 12 September 2007, DEWA memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DEWA
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.150.000.000 dengan nilai nominal
Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp335,- per saham dan disertai
4.200.000.000 Waran seri I dan periode pelaksanaan mulai dari 26 Maret
2008 sampai dengan 24 September 2010 dengan harga pelaksanaan sebesar
Rp340,- per saham. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 26 September 2007.
16. Indo Tambang Raya Megah (ITMG)
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) didirikan tanggal 02 September
1987 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1988. Kantor
pusat ITMG berlokasi di Pondok Indah Office Tower III, Lantai 3, Jln. Sultan
Iskandar Muda, Pondok Indah Kav. V-TA,Jakarta Selatan 12310.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ITMG
adalah berusaha dalam bidang pertambangan, pembangunan, pengangkutan,
perbengkelan, perdagangan, perindustrian dan jasa. Saat ini, kegiatan utama
ITMG adalah bidang pertambangan dengan melakukan investasi pada anak
usaha dan jasa pemasaran untuk pihak-pihak berelasi. Pada tanggal 7
Desember 2007, ITMG memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK
untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ITMG (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 225.985.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham
78
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan harga penawaran Rp14.000,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Desember 2007.
17. Petrosea.Tbk (PTRO)
PT Petrosea Tbk (PTRO) didirikan tanggal 21 Februari 1972 dalam rangka
Penanaman Modal Asing “PMA” dan memulai kegiatan usaha komersialnya
pada tahun 1972. Kantor pusat PTRO terletak di Jl. Taman Kemang No. 32B,
Jakarta dan memiliki kantor pendukung di Tanjung Batu dan Gedung Graha
Bintang, Jl. Jend. Sudirman No. 423, Balikpapan, Kalimantan Timur. PTRO
tergabung dalam kelompok usaha INDY / PT Indika Energy Tbk.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PTRO
terutama meliputi bidang rekayasa, konstruksi, pertambangan dan jasa
lainnya. Saat ini, PTRO menyediakan jasa pertambangan terpadu: pit-to-port
maupun life-of-mine service di sektor industri batubara, minyak dan gas bumi
di Indonesia. Pada tahun 1990, PTRO memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PTRO
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 4.500.000 dengan nilai nominal
Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp9.500,- per saham. Saham-
saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 21
Mei 1990.
18. Vale Indonesia (INCO)
PT Vale Indonesia Tbk (dahulu PT International Nickel Indonesia Tbk)
(INCO) didirikan tanggal 25 Juli 1968 dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1978. Kantor pusat INCO terletak di Plaza Bapindo,
79
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Citibank Tower, Lantai 22, Jln. Jend. Sudirman Kav. 54-55, Jakarta 12190.
Pabrik INCO berlokasi di Sorowako, Sulawesi Selatan. Berdasarkan
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INCO adalah dalam
eksplorasi dan penambangan, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dan
pemasaran nikel beserta produk mineral terkait lainnya. Saat ini, INCO
memproduksi nikel dalam matte dari bijih lateritik dengan penambangan dan
pengolahan terpadu di dekat Sorowako di Pulau Sulawesi. Pada tahun 1990,
INCO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham INCO (IPO) kepada masyarakat sebanyak
49.681.694 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp9.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Mei 1990.
4.1.2 Analisis Deskriptif Data Variabel Penelitian
Deskripsi mengenai masing – masing variabel yang diteliti dijelaskan
sebagai berikut :
4.1.2.1 Struktur Modal
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan
perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri (Bambang Riyanto:
2001 : 22). Penentuan struktur modal sangat penting bagi perusahaan, kesalahann
dalam menentukan struktur modal akan mempunyai dampak yang luas terutama
apabila perusahaan terlalu besar dalam menggunkan utang, maka beban
perusahaan semakin besar pula. Hal itu juga berarti akan meningkatkan resiko
80
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
finansial, yaitu resiko saat perusahaan tidak dapat membayar beban bunga atau
angsuran – angsuran utangnya.
Struktur modal dapat diformulasikan dalam salah satu rasio leverage yaitu
debt to equity ratio (DER). Rasio ini membandingkan total utang perusahaan dan
total modal sendiri. DER digunakan untuk mengetahui berapa bagian setiap nilai
modal pemilik yang digunkan untuk menjamin utang. Semakin besar rasio ini
maka semakin besar proporsi utang terhadap modal sendiri, hal ini pun berarti
jaminan modal sendiri terhadap utang semakin kecil. Berikut ini deskripsi dari
variabel pertumbuhan penjualan selama kurun waktu tahun 2011 sampai dengan
tahun 2013:
Tabel 4.1
Struktur modal (DER) Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013
N Minimum Maximum Mean
Struktur Modal 2011 18 ,1409 3,2724 ,9861
Struktur Modal 2012 18 ,1163 7,8666 1,3071
Struktur Modal 2013 18 ,0830 23,9657 2,2503
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS versi 20.0, tahun 2015
Berdasarkan deskripsi diatas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata struktur
modal pada perusahan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011 adalah
sebesar 0.9861 atau proporsi utang terhadap ekuitas (modal sendiri) sebesar 99%.
Nilai DER terendah pada periode 2011 yaitu sebesar 0.1409 atau 14% yaitu pada
PT.SMR Utama.Tbk, hal ini menunjukkan perusahaan tersebut mempunyai rasio
penggunaan utang paling rendah dibandingkan dengan modal sendiri. Sedangkan
perusahaan dengan penggunaan utang tertinggi selama periode 2011 adalah
81
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.724 atau 327% dibandingkan dengan modal sendiri. Kemudian pada tahun
2012 rata rata nilai DER adalah 1.3071 atau 131% proporsi penggunaan utang
dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri. Nilai DER terendah adalah
0.1163 atau 12% besaran utang dibandingkan dengan modal sendiri yaitu pada
PT.Perdana Karya Perkasa.Tbk. sedangkan perusahaan dengan penggunaan utang
paling tinggi selama periode 2012 adalah PT.Berau Coal Energy.Tbk dengan
nilai sebesar 7.8666 atau 787% dibandingkan dengan modal sendiri. Kemudian
pada tahun 2013 rata rata nilai DER adalah 2.2503 atau 225% proporsi
penggunaan utang dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri. Nilai DER
terendah adalah 0.0830 atau 8% besaran utang dibandingkan dengan modal
sendiri yaitu pada PT.SMR Utama.Tbk sedangkan perusahaan dengan
penggunaan utang paling tinggi selama periode 2013 adalah PT.Berau Coal
Energy.Tbk dengan nilai sebesar 23.9657 atau 2397% dibandingkan dengan
modal sendiri. Besarnya persentase utang terhadap modal sendiri disebabkan
berkurangnya nilai modal sendiri (equitas) karena akumulasi kerugian yang
semakin besar. Dari tabel diatas pula dapat disimpulkan bahwa tren Penggunaan
utang dibandingkan dengan modal sendiri memiliki porsi yang besar dan terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan kegiataan usaha
pertambangan menggunakan dana yang besar, dimana modal sendiri tidak cukup
menutupi semua kegiatan usaha pertambangan.
82
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.1.2.2 Struktur Aktiva
Struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap dan total
aktiva untuk menentukan berapa besar alokasi dana dalam masing-masing aktiva.
Penting bagi perusahaan untuk menentukan berapa besar alokasi untuk masing-
masing aktiva serta bentuk-bentuk aktiva yang harus dimiliki. Pengukuran
struktur aktiva dapat dilakukan dengan melihat proporsi aktiva tetap perusahaan
terhadap total aktiva perusahaan secara keseluruhan. Berikut ini deskripsi dari
variabel pertumbuhan penjualan selama kurun waktu tahun 2011 sampai dengan
tahun 2013:
Tabel 4.2
Struktur Aktiva Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013
N Minimum Maximum Mean
Struktur Aktiva 2011 18 ,0015 ,6739 ,2463
Struktur Aktiva 2012 18 ,0057 ,6963 ,2556
Struktur Aktiva 2013 18 ,0615 ,7641 ,3012
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS versi 20.0, tahun 2015
Berdasarkan deskripsi data diatas, dapat diketahui bahwa perusahaan
Pertambangan dengan nilai struktur aset tertinggi yaitu sebesar 0,7641 (76%)
dimiliki oleh PT. ATPK Resources.Tbk, pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan
proporsi aset tetap pada perusahaan tersebut adalah paling besar selama periode
penelitian. Sedangkan struktur aset yang terendah selama periode penelitian
adalah PT. ATPK Resources.Tbk pada tahun 2011 yaitu sebesar 0,0015 (0,15%)
yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai proporsi aset tetap
83
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang paling kecil dibandingkan perusahaan lain. Adapun nilai rata-rata struktur
aset pada perusahaan Pertambangan yang diteliti tahun 2011-2013 terus menerus
mengalami peningkatan dengan nilai pada tahun 2011 sebesar 0.2463 (24,6%),
tahun 2012 sebesar 0.2556 (25.6%) dan pada tahun 2013 sebesar 0.3012 (30.1%),
Nilai ini menunjukkan nilai Aset tetap perusahaan pertambangan pada perusahaan
yang diteliti terus mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan persentase
dengan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan.
4.1.2.3 Pertumbuhan Penjualan
Menurut Ali Kesuma (2009), pertumbuhan penjualan adalah Kenaikan
jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Pertumbuhan
penjualan dalam penelitian ini dinilai dari presentase perubahan dalam total
penjualan, Berikut ini deskripsi dari variabel pertumbuhan penjualan selama
kurun waktu tahun 2011 sampai dengan tahun 2013:
Tabel 4.3
Pertumbuhan Penjualan (PP) Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013
N Minimum Maximum Mean
Pert. Penjualan 2011 18 -,0266 2,0865 ,5061
Pert. Penjualan 2012 18 -,3097 1,0465 ,0764
Pert. Penjualan 2013 18 -,7795 1,2558 -,0232
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS versi 20.0, tahun 2015.
Berdasarkan deskripsi data diatas, dapat diketahui bahwa perusahaan
Pertambangan dengan nilai pertumbuhan penjualan tertinggi yaitu sebesar 2.0865
(209%) dimiliki oleh PT. Golden Energy Mines.Tbk pada tahun 2011. Hal ini
menunjukkan pertumbuhan penjualan pada perusahaan tersebut adalah paling
84
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
besar selama periode penelitian. Pertumbuhan penjualan yang terendah selama
periode penelitian juga terdapat pada PT SMR Utama.Tbk pada tahun 2013 yaitu
sebesar -0,7795 (-78%) yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mengalami
penurunan penjualan yang paling besar dibandingkan perusahaan lain. Adapun
nilai rata-rata struktur aset pada perusahaan Pertambangan yang diteliti tahun
2011-2013 terus menerus mengalami penurunan dengan nilai pada tahun 2011
sebesar 0.5061 (50.6%), tahun 2012 sebesar 0.0764 (7.6%) dan pada tahun 2013
sebesar -0.0232 (-2.3%), Nilai ini menunjukkan peningkatan maupun penurunan
nilai penjualan dibandingkan tahun sebelumnya. Menurunnya nilai penjualan rata
rata perusahaan yang diteliti karena harga komoditas pertambangan terutama batu
bara terus mengalami penurunan, ditambah regulasi pemerintah yang
menghambat ekspor komoditas pertambangan.
4.1.2.4 Pertumbuhan Aset
Berikut ini deskripsi dari variabel pertumbuhan aset selama kurun waktu
tahun 2011 sampai dengan tahun 2013:
85
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.4
Pertumbuhan Aset (PA) Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013
N Minimum Maximum Mean
Pert. Aset 2011 18 -,3520 1,9718 ,2927
Pert. Aset 2012 18 -,2012 ,4040 ,0755
Pert. Aset 2013 18 -,2034 8,8743 ,4965
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS versi 20.0, tahun 2015.
Berdasarkan deskripsi data diatas, dapat diketahui bahwa perusahaan
Pertambangan dengan nilai Pertumbuhan Aset tertinggi yaitu sebesar 8.8743
(887%) dimiliki oleh PT.ATPK Resources.Tbk. Hal ini menunjukkan
Pertumbuhan Aset tetap pada perusahaan tersebut adalah paling besar selama
periode penelitian. Sedangkan Pertumbuhan Aset yang terendah selama periode
penelitian adalah PT.ATPK Resources.Tbk yaitu sebesar -0,3520 (-35%) yang
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai penurunan nilai aset tetap
yang paling besar dibandingkan perusahaan lain. Adapun nilai rata-rata struktur
pertumbuhan aset pada perusahaan Pertambangan yang diteliti dari tahun 2011
hingga tahun 2012 mengalami penurunan pertumbuhan dan kembali meningkat
pada tahun 2013. Nilai pertumbuhan aset rata – rata perusahaan sampel penelitian
pada tahun 2011 sebesar 0.2927 (29.2%), tahun 2012 sebesar 0.0755 (7.6%) dan
pada tahun 2013 sebesar 0.4965 (49.7%), Nilai ini menunjukkan peningkatan
pertumbuhan aset dibandingkan tahun sebelumnya.
4.1.2.5 Non debt Tax Shield
Menurut Tirsono (2008) Non Debt Tax Shield adalah Keuntungan pajak
yang berupa biaya deperesiasi/penyusutan yang dapat dikurangkan dalam
86
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menentukan penghasilan kena pajak. Berikut ini deskripsi dari variabel
pertumbuhan penjualan selama kurun waktu tahun 2011 sampai dengan tahun
2013:
Tabel 4.5
Non Debt Tax Shield (NDT) Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013
N Minimum Maximum Mean
NDT 2011 18 ,0031 ,1243 ,0528
NDT 2012 18 ,0061 ,1019 ,0514
NDT 2013 18 ,0081 ,1225 ,0481
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS versi 20.0, tahun 2015.
Berdasarkan deskripsi data diatas, dapat diketahui bahwa perusahaan
Pertambangan dengan nilai NDT tertinggi yaitu sebesar 0.1243 (12%) dimiliki
oleh PT. Darma Henwa.Tbk pada tahun 2011 Hal ini menunjukkan proporsi
Depresiasi dan Amortisasi terhadap Aset Tetap, Semakin Besar NDT maka
semakin besar penghematan pajak penghasilan dan semakin besar cash flow.
Sedangkan nilai NDT yang terendah selama periode penelitian adalah PT Berau
Coal Energy.Tbk pada tahun 2011 yaitu sebesar 0.0031 (0.31%) yang
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai proporsi Depresiasi dan
amortisasi terhadap aset tetap yang paling kecil dibandingkan perusahaan lain.
Adapun nilai rata-rata NDT pada perusahaan Pertambangan yang diteliti tahun
2011-2013 terus menerus mengalami sedikit penurunan dengan nilai pada tahun
2011 sebesar 0.0528 (5.3%), tahun 2012 sebesar 0.0514 (5.1%) dan pada tahun
2013 sebesar 0.0481 (4.8%).
87
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.1.3 Uji Asumsi Klasik
4.1.3.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas ini dilakukan karena data yang diuji dengan statistik
parametrik harus berdistribusi normal. Model regresi yang baik adalah data yang
memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini
mengunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov. Dalam uji
Kormogrov-Smirnov, pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan
yaitu:
a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribisi data tidak normal,
b. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi data normal.
Berikut adalah hasil tes dengan menggunakan software SPSS 20.0 For
Windows.
Tabel 4.6
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
COS
N 54
Normal Parametersa,b
Mean ,3972
Std. Deviation ,54519
Most Extreme
Differences
Absolute ,135
Positive ,135
Negative -,106
Kolmogorov-Smirnov Z ,988
Asymp. Sig. (2-tailed) ,283
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS versi 20.0, tahun 2015.
88
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh tes Kolmogorov-Smirnov dimana
hasilnya menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.283. Karena
nilai tersebut lebih besar dari 0.05, maka data tersebut dinyatakan berdistribusi
normal.
4.1.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebasnya. Pengujian
multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF) data yang diolah. Besarnya tingkat multikolinearitas yang
masih dapat ditolerir, yaitu: Tolerance > 0.10, dan nilai Variance Inflation Factor
(VIF) < 10. Berikut disajikan tabel hasil pengujian:
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 3,398 1,020 3,331 ,002
STRUKTUR
AKTIVA -3,643 2,828 -,211 -1,288 ,204 ,699 1,430
PERT. PENJ -1,015 1,101 -,149 -,922 ,361 ,720 1,390
PERT. ASET ,264 ,481 ,098 ,548 ,586 ,589 1,697
NDT -15,652 16,073 -,150 -,974 ,335 ,788 1,269
a. Dependent Variable: STRUKTUR MODAL
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS versi 20.0, tahun 2015.
Berdasarkan pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala multikolonieritas antara variabel independen yang diindikasikan dari nilai
tolerance setiap variabel lebih besar dari 0,1. Nilai tolerance struktur aktiva
89
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah 0.699, pertumbuhan penjualan 0.720 dan pertumbuhan aset 0.589 dan non
debt tax shield 0.788. nilai VIF dari keempat variabel independen juga lebih kecil
dari 10 yaitu struktur aktiva adalah 1.430, pertumbuhan penjualan 1.390 dan
pertumbuhan aset 1.697 dan non debt tax shield 1.269 .Maka dapat disimpulkan
bahwa variabel-variabel tersebut tidak mengalami multikolonieritas.
4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2012:139), uji heteroskedastisitas bertujuan
“apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan
ke pengamatan yang lain”. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya
gejala heteroskedastisitas adalah menggunakan Uji Gletser yaitu dengan
meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independent. Dengan
menggunakan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Jika nilai Sig variabel independent < 0,05 : terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika nilai Sig variabel independent > 0,05 : tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya
gejala heteroskedastisitas. uji heteroskedastisitas antara pengaruh Struktur Aktiva,
pertumbuhan penjualan dan Pertumbuhan Aset dapat dilihat di tabel 4.8.
90
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.8
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) 3,001 ,870 3,448 ,001
STRUKTUR
AKTIVA -1,546 2,413 -,105 -,641 ,525
PERT. PENJ -,843 ,939 -,145 -,897 ,374
PERT. ASET -,030 ,411 -,013 -,074 ,941
NDT -18,971 13,712 -,214 -1,384 ,173
a. Dependent Variable: STRUKTUR MODAL
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS versi 20.0, tahun 2015.
Dapat dilihat pada tabel 4.8, kolom Sig untuk setiap variabel independen
penelitian ini menunjukkan struktur aktiva 0.525, pertumbuhan penjualan: 0.374
dan pertumbuhan aset: 0.941 dan non debt tax shield 0.173. Dengan demikian,
berdasarkan data hasil analisis dan ketentuan pengujian heteroskedastisitas
diketahui bahwa keempat variabel independen yaitu struktur aktiva, pertumbuhan
penjualan, pertumbuhan aset, dan non debt tax shield memiliki nilai Sig untuk
setiap variabel lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
4.1.3.4 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada
korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
91
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
data time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah
autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson. Dimana
terdapat kriteria untuk menentukan adanya autokorelasi atau tidak dengan
menggunakan kriteria:
Kurang dari 1,10 Ada Korelasi
1,10 – 1,54 Tanpa Kesimpulan
1,55 – 2,45 Tidak ada autokorelasi
2,46 – 2,90 Tanpa Kesimpulan
Lebih dari 2,91 Ada Korelasi
Berikut adalah output SPSS dari pengujian autokorelasi:
Tabel 4.9
Uji Durbin-Watson (DW)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1 ,288a ,083 ,008 3,32899 2,201
a. Predictors: (Constant), NDT, PERT. ASET, PERT. PENJ, STRUKTUR
AKTIVA
b. Dependent Variable: STRUKTUR MODAL
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS versi 20.0, tahun 2015.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson (DW)
sebesar 2.201. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut tidak ada
autokorelasi.
4.1.4 Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis linear
berganda, dengan hasil perhitungan sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini
92
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.10
Output SPSS Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 3,398 1,020 3,331 ,002
STRUKTUR AKTIVA -3,643 2,828 -,211 -1,288 ,204
PERT. PENJ -1,015 1,101 -,149 -,922 ,361
PERT. ASET ,264 ,481 ,098 ,548 ,586
NDT -15,652 16,073 -,150 -,974 ,335
a. Dependent Variable: STRUKTUR MODAL
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS versi 20.0, tahun 2015.
Mengacu pada tabel 4.10, hasil pengujian hipotesis dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Koefisien beta dari variabel struktur aktiva terhadap struktur modal
memiliki arah negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa Hipotesis nol (H0)
diterima yang artinya struktur aktiva memiliki pengaruh negatif terhadap
struktur modal dapat diterima.
2. Koefisien beta dari variabel pertumbuhan penjualan terhadap struktur
modal memiliki arah negatif. Hasil ini menunjukkan hipotesis nol (H0)
dalam penelitian ini diterima yang artinya pertumbuhan penjualan
memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal dapat diterima.
3. Koefisien beta dari variabel pertumbuhan aset terhadap struktur modal
memiliki arah positif. Hasil ini menunjukkan hipotesis kerja (H1) dalam
penelitian ini diterima yang artinya pertumbuhan penjualan memiliki
pengaruh positif terhadap struktur modal dapat diterima.
93
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Koefisien beta dari variabel non debt tax shield terhadap struktur modal
memiliki arah negatif. Hasil ini menunjukkan hipotesis kerja (H1) dalam
penelitian ini diterima yang artinya pertumbuhan penjualan memiliki
pengaruh negatif terhadap struktur modal dapat diterima.
Selanjutnya berdasarkan pengujian hipotesis tersebut, persamaan regresi
dari struktur modal pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI adalah :
Y = 3.398 – 3.643X1 – 1.015X2 +0.264X3 – 15.652X4
Persamaan regresi tersebut kemudian dapat dimaknai bahwa setiap
kenaikan senilai satu satuan nilai struktur aktiva yang dimiliki perusahaan akan
menyebabkan berkurangnya struktur modal sebesar 3,643 satuan dengan asumsi
bahwa variable bebas lainnya bernilai nol, begitu juga sebaliknya setiap
penurunan nilai struktur aktiva senilai satu satuan yang dimiliki perusahaan akan
menyebabkan meningkatnya komposisi struktur modal sebesar 3,643 satuan
dengan asumsi bahwa variable bebas lainnya bernilai nol.
Selain ditentukan oleh struktur aktiva, perubahan struktur modal juga
dapat ditentukan oleh pertumbuhan penjualan dimana setiap kenaikan senilai satu
satuan pertumbuhan penjualan yang dimiliki perusahaan akan menyebabkan
berkurangnya struktur modal sebesar 1,015 satuan dengan asumsi bahwa variable
bebas lainnya bernilai nol , begitu juga sebaliknya setiap penurunan nilai
pertumbuhan penjualan senilai satu satuan yang dimiliki perusahaan akan
menyebabkan meningkatnya komposisi struktur modal sebesar 1,015 satuan
dengan asumsi bahwa variable bebas lainnya bernilai nol.
94
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kemudian variabel lain yang mempengaruhi perubahan struktur modal
adalah pertumbuhan aset. dimana setiap kenaikan senilai satu satuan pertumbuhan
aset yang dimiliki perusahaan akan menyebabkan bertambahnya struktur modal
sebesar 0.264 satuan dengan asumsi bahwa variable bebas lainnya bernilai nol,
begitu juga sebaliknya setiap penurunan nilai pertumbuhan aset senilai satu satuan
yang dimiliki perusahaan akan menyebabkan menurunnya komposisi struktur
modal sebesar 0.264 satuan dengan asumsi bahwa variable bebas lainnya bernilai
nol.
Non debt tax shield adalah variabel selanjutnya yang mempengaruhi
struktur modal. dimana setiap kenaikan senilai satu satuan Non debt tax shield
yang dimiliki perusahaan akan menyebabkan berkurangnya struktur modal
sebesar 15.652 satuan dengan asumsi bahwa variable bebas lainnya bernilai nol,
begitu juga sebaliknya setiap penurunan nilai Non debt tax shield senilai satu
satuan yang dimiliki perusahaan akan menyebabkan meningkatnya komposisi
struktur modal sebesar 15.652 satuan dengan asumsi bahwa variable bebas
lainnya bernilai nol.
4.1.5 Koefisien Determinasi
Guna menentukan derajat kekuatan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan koefisien
determinasi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan yaitu terdapat
pengaruh Struktur Aktiva, pertumbuhan penjualan dan Pertumbuhan Aset
terhadap struktur modal. Untuk melihat lebih jauh tentang besar pengaruh dari
95
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, besaran
pengaruh dari masing – masing variabel dependen terhadap independen adalah
sebagai berikut:
1. Struktur Aktiva(X1) berpengaruh terhadap struktur modal dengan total
pengaruh sebesar (-0,181)2 x 100% = 3.24% selebihnya struktur modal
dipengaruhi oleh faktor - faktor lain
2. Pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap struktur modal dengan total
pengaruh sebesar (-0,131)2 x 100% = 1.7161% selebihnya struktur modal
dipengaruhi oleh faktor - faktor lain
3. Pertumbuhan Aset berpengaruh terhadap struktur modal dengan total
pengaruh sebesar (0,078)2 x 100% = 0.6084% selebihnya struktur modal
dipengaruhi oleh faktor - faktor lain.
4. Non debt tax shield berpengaruh terhadap struktur modal dengan total
pengaruh sebesar (-0,138)2 x 100% = 1.9044% selebihnya struktur modal
dipengaruhi oleh faktor - faktor lain.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur modal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arah pengaruh Struktur Aktiva
terhadap Struktur Modal pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2011-2013. Data yang digunakan diperoleh dari laporan
keungan tahunan yang telah di audit yang diakses dari www.idx.co.id. Perusahaan
yang dijadikan sampel pada penelitian ini berjumlah 18 perusahaan. Untuk
96
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengetahui arah pengaruh antara variabel tersebut, peneliti menggunakan analisis
regresi berganda.
Dalam penelitian ini struktur aktiva diukur dengan mengunakan proksi
tangibility of asset dengan perbandingan total aktiva tetap terhadap total aktiva,
yang artinya jika nilai struktur aktiva semakin mendekati satu maka aktiva tetap
lebih besar jumlahnya dibandingkan asset tidak tetap. Dan struktur modal dalam
penelitian ini diukur dengan proksi debt to equity ratio (DER). Rasio ini
menggambarkan perbandingan jumlah total hutang dan total ekuitas dalam
pemenuhan modal perusahaan.
Hasil analisis regresi dalam penelitian ini menunjukkan hubungan yang
negatif, artinya setiap penambahan struktur aktiva, pada bagian lain berdampak
terhadap berkurangnya struktur modal perusahaan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan teori trade off yang ada dan berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Glenn, Herliana dan Rini (2011) dan
Werner (2011) yang menemukan bukti empiris bahwa rasio struktur aktiva
berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Namun demikian hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ali Kesuma
(2009), dan I Putu & I Made (2014) yang menemukan hubungan negatif antara
struktur aktiva dengan struktur modal perusahaan.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa perusahan pertambangan yang
terdaftar di BEI yang memiliki struktur aktiva yang tinggi akan memenuhi
kebutuhan modalnya dengan sumber pendanaan internal lebih dahulu sedangkan
pendanaan eksternal (penerbitan saham dan penambahan utang) sifatnya hanya
97
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pelengkap jika dana internal tidak mencukupi. Adanya perbedaan hasil penelitian
dengan teori juga didukung dengan pernyataan Bambang Riyanto (2001 : 298)
yang menyatakan bahwa :
“Perusahaan industri dimana sebagian besar modalnya tertanam dalam aset
tetap, akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal sendiri, sedangkan
utang sifatnya hanya pelengkap”.
Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya struktur finansial konservatif
yang horizontal yang menyatkan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling
sedikit dapat menutupi jumlah aktiva tetap yang sifatnya permanen, dan
perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan
mengutamakan kebutuhan dananya dengan utang jangka pendek.
Kemudian pernyataan dari Riyanto, Harnanto (1991 : 303) menguatkan
hasil penelitian ini dengan menyebutkan bahwa :
Modal Sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat
diinvestasikan pada aktiva tetap – yang bersifat permanen dan pada investasi
– investasi yang mengahdapi resiko kerugian/kegagalan yang relative besar.
Karena suatu kerugian/kegagalan investasi tersebut dengan alasan apapun,
tidak akan membahayakan kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan.
4.2.2 Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur modal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arah pengaruh pertumbuhan
penjualan terhadap Struktur Modal pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Data yang digunakan diperoleh dari
laporan keungan tahunan yang telah di audit yang diakses dari www.idx.co.id.
Perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini berjumlah 18 perusahaan.
98
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk mengetahui arah pengaruh antara variabel tersebut, peneliti menggunakan
analisis regresi berganda.
Dalam penelitian ini pertumbuhan penjualan diukur dengan mengunakan
persentase penambahan atau pengurangan jumlah penjualan tahun berjalan
dibandingkan dengan penjualan tahun lalu Dan struktur modal dalam penelitian
ini diukur dengan proksi debt to equity ratio (DER). Rasio ini menggambarkan
perbandingan jumlah total hutang dan total ekuitas dalam pemenuhan modal
perusahaan.
Hasil analisis regresi dalam penelitian ini menunjukkan hubungan yang
negatif, artinya setiap penambahan penambahan pertumbuhan penjualan, pada
bagian lain berdampak terhadap berkurangnya struktur modal perusahaan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan teori trade off yang digunakan pada
penelitian ini dan berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Glenn,
Herliana dan Rini (2011) dan Werner (2011) yang menemukan bukti empiris
bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Namun hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ali
kesuma. (2009) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh
negatif terhadap struktur modal.
Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak konsisten
dengan teori trade off dan menolak kerangka pemikiran yang dibentuk, Namun
hasil penelitian ini sesuai dengan toeri Pecking order yang menjelaskan bahwa
perusahaan lebih menyukai pendanaan internal yang berasal dari laba daripada
99
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan dana eksternal yang berasal dari utang, dengan urutan pertama
adalah laba ditahan, lalu utang, dan menerbitkan saham baru.
Hasil pebelitian ini pun mengindikasikan bahwa semakin besar
pertumbuhan penjualan maka keuntungan dari penjualan dapat ditanamkan
kembali ke dalam perusahaan untuk menambah modal sendiri, maka akan
semakin kecil penggunaan utang dalam struktur modal. Dengan perumbuhan
penjualan yang tinggi maka laba yang dihasilpun akan tinggi, maka akan semakin
besar dana yang diakumulasikan sebagai laba ditahan sehingga kebutuhan
pendanaan perusahaan dapat ditunjang oleh sumber dana internal yang berasal
dari laba ditahan tersebut.
4.2.3 Pengaruh Pertumbuhan Aset terhadap Struktur modal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arah pengaruh pertumbuhan
Aset terhadap Struktur Modal pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Data yang digunakan diperoleh dari
laporan keungan tahunan yang telah di audit yang diakses dari www.idx.co.id.
Perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini berjumlah 18 perusahaan.
Untuk mengetahui arah pengaruh antara variabel tersebut, peneliti menggunakan
analisis regresi berganda.
Dalam penelitian ini pertumbuhan aset diukur dengan mengunakan
persentase penambahan atau pengurangan jumlah Total Aset tahun berjalan
dibandingkan dengan Total Aset tahun lalu Dan struktur modal dalam penelitian
ini diukur dengan proksi debt to equity ratio (DER). Rasio ini menggambarkan
100
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perbandingan jumlah total hutang dan total ekuitas dalam pemenuhan modal
perusahaan.
Hasil analisis tersebut menunjukkan pengaruh positif dimana semakin
tingginya pertumbuhan aset , maka akan menaikkan struktur modal perusahan.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Kartini dan Tulus arianto (2008), Glenn,
Herliana dan Rini (2011) dan Farah Margaretha dan Aditya Ramadhan (2010)
yang menemukan bahwa terdapat pengaruh positif antara pertumbuhan aset
dengan struktur modal. Hasil ini berarti konsisten dengan teori Pecking order
yang menyatkan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan
melakukan ekspansi dengan cara menggunakan dana eksternal berupa hutang.
Terjadinya peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan
semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan
meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap perusahaan, maka
proporsi hutang akan semakin lebih besar daripada modal sendiri. Hal ini
didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke dalam
perusahaan dijamin oleh besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Robert Ang,
1997).
4.2.4 Pengaruh Non debt Tax Shield terhadap Struktur modal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arah pengaruh Non Debt tax
shield (penghematan pajak selain dari pembayaran bunga hutang) terhadap
Struktur Modal pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011-2013. Data yang digunakan diperoleh dari laporan keungan
101
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tahunan yang telah di audit yang diakses dari www.idx.co.id. Perusahaan yang
dijadikan sampel pada penelitian ini berjumlah 18 perusahaan. Untuk mengetahui
arah pengaruh antara variabel tersebut, peneliti menggunakan analisis regresi
berganda.
Dalam penelitian ini Non debt tax shield diukur dengan rasio deperesiasi
ditambah amortisasi dan dibagi total asset, dimana depresiasi dan amortisasi
adalah penghematan pajak selain dari pembayaran bunga akibat penggunaan
utang. dan struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan proksi debt to equity
ratio (DER). Rasio ini menggambarkan perbandingan jumlah total hutang dan
total ekuitas dalam pemenuhan modal perusahaan.
Hasil analisis regresi dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh negatif
antara Non debt tax shield dengan Struktur modal, dimana semakin tingginya Non
debt tax shield, maka akan menurunkan struktur modal perusahaan. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Ramlall (2009), Tirsono (2008) dan Jemmi, Werner, dan
Bertha (2011) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh negatif antara Non debt
tax shield, terhadap Struktur Modal.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin besar depresiasi dan
amortisasi akan menyebabkan semakin besar penghematan pajak penghasilan dan
semakin besar cash flow perusahaan. Dengan demikian, suatu perusahaan yang
memiliki non debt tax shield yang tinggi cenderung akan menggunakan tingkat
hutang yang rendah yang berarti struktur modal perusahaan pun rendah. Hasil
penelitian ini pun konsisten dengan teori pecking order dimana nila mencukupi
maka pendanaan internal yang berasal dari laba ditahan menjadi pilihan pertama
102
Rendy Perdana, 2015 PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
karena pendanaan internal terbebas dari biaya modal yang biasa yang ditimbulkan
dalam penerbitan saham baru maupun penggunaan utang baru.