bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran...

16
38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Daerah Pangkalan Pendaratan Ikan (UPTD PPI) Kota Gorontalo terletak di kelurahan Tenda Kecamatan Hulonthalangi dengan luas areal 0,8 Ha. Lokasi ini berada tidak jauh dari pemukiman penduduk yakni ± 700 m. UPTD PPI ini terbentuk semenjak gorontalo belum jadi daerah otonom dimana masih termasuk wilayah provinsi Sulawesi Utara. Dalam lahan yang luasnya 0,8 Ha terdapat sarana dan prasarana atau infrastruktur yang menunjang kegiatan operasional UPTD.PPI yang dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Data Aset dan Inventaris UPTD.PPI Kota Gorontalo NO NAMA BARANG SATUAN JUMLAH KET 1 Gedung kantor TPI Unit 1 2 Gedung Unit 1 dipakai oleh koperasi Tinelo 3 Gedung Unit 1 dipakai oleh koperasi Dulohupa 4 Gedung Unit 1 dipakai oleh Satker pengawsan & TMB 5 Gedung Unit 1 dipakai oleh HNSI dan POKWASMAS 6 Gedung Unit 1 Procesing Ikan 7 Dermaga Tambat Labuh Unit 1 8 Mesjid Unit 1 9 Bangsal Lelang Unit 2 10 Bangsal Pembuatan jarring Unit 1 11 Gedung Pertemuan Nelayan Unit 1 12 Pos Penjaringan Unit 2

Upload: buinhi

Post on 13-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Daerah Pangkalan Pendaratan Ikan (UPTD

PPI) Kota Gorontalo terletak di kelurahan Tenda Kecamatan Hulonthalangi

dengan luas areal 0,8 Ha. Lokasi ini berada tidak jauh dari pemukiman penduduk

yakni ± 700 m. UPTD PPI ini terbentuk semenjak gorontalo belum jadi daerah

otonom dimana masih termasuk wilayah provinsi Sulawesi Utara. Dalam lahan

yang luasnya 0,8 Ha terdapat sarana dan prasarana atau infrastruktur yang

menunjang kegiatan operasional UPTD.PPI yang dapat dilihat dalam tabel 4.1 di

bawah ini.

Tabel 4.1 Data Aset dan Inventaris UPTD.PPI Kota Gorontalo

NO NAMA BARANG SATUAN JUMLAH KET

1 Gedung kantor TPI Unit 1

2 Gedung Unit 1 dipakai oleh koperasi

Tinelo

3 Gedung Unit 1 dipakai oleh koperasi

Dulohupa

4 Gedung Unit 1 dipakai oleh Satker

pengawsan & TMB

5 Gedung Unit 1 dipakai oleh HNSI

dan POKWASMAS

6 Gedung Unit 1 Procesing Ikan

7 Dermaga Tambat

Labuh Unit 1

8 Mesjid Unit 1

9 Bangsal Lelang Unit 2

10 Bangsal Pembuatan

jarring Unit 1

11 Gedung Pertemuan

Nelayan Unit 1

12 Pos Penjaringan Unit 2

39

13 Pabrik Es Unit 1 Belum beroperasi

14 Dispensing Bahan

bakar Unit 1

Dikelola oleh

Koperasi Dulohupa

15 Toilet Unit 2

16 Instalasi air PDAM Unit 2

17 Bak Penampungan air Unit 1

18 Tempat / pos

penyimpanan Pompa

air Unit 1

19 PLN Unit 2

20 Lemari Kaca Buah 2

21 Lemari biasa Buah 1

22 Meja Buah 10

23 Kursi Buah 6

24 Kursi plastik Buah 100

25 Komputer Unit 1

26 Kipas Angin Buah 1

27 Radio Olban (pantai ) Unit 1

28 Radio HT Unit 7

29 Audio / Pengeras

suara Unit 1

30 Kendaraan Roda dua Buah 1

31 Kendaraan Roda

empat/Box Buah 1

Sumber : Data Profil UPTD PPI Kota Gorontalo

40

Secara layout gambaran lokasi UPTD.PPI dapat dilihat pada gambar 4.1 di

bawah ini.

Gambar 4.1 Layout UPTD.PPI Kota Gorontalo

(Sumber : data profil UPTD PPI Kota Gorontalo)

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa tingkat kapadatan lalat yang diperoleh melalui

pengukuran langsung di Tempat Pelelangan Ikan. Hasil penelitian didapatkan

dengan membandingkan tingkat kepadatan lalat di masing-masing fly grill yang

berbeda warna. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama tiga

41

hari berturut-turut diperoleh data rerata kepadatan lalat ke tujuh jenis warna fly

grill pada waktu pagi, siang, dan sore, serta rerata kepadatan lalat perwarna. Data

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil pengukuran kepadatan lalat yang menggunakan beberapa jenis

warna fly grill di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Gorontalo tahun

2014

No Waktu

Jenis Warna

Putih Asli

kayu Coklat Hitam Merah Biru Kuning Rerata

1 Hari

pertama

Pagi

Siang

Sore

5 6 5 4 5 6 10 5,86

8 7 8 5 7 6 10 7,29

17 15 12 9 9 6 26 13,43

2 Hari

kedua

Pagi

Siang

Sore

8 8 4 3 4 5 11 6,14

8 17 9 6 5 5 17 9,57

16 19 6 5 9 4 26 12,14

3 Hari

ketiga

Pagi

Siang

Sore

10 17 5 10 5 5 23 10,71

10 10 7 5 6 6 17 8,71

16 13 7 4 8 5 18 10,14

Rerata 10,89 12,44 7 5,67 6,44 5,33 17,56

Sumber: Data Primer

Untuk rincian hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran 2.

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban di

TPI Kota Gorontalo. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini

Tabel 4.3 Pengukuran rerata suhu, kelembaban udara dan kepadatan lalat semua

jenis warna fly grill di lokasi penelitian di Tempat Pelelangan Ikan

(TPI) Kota Gorontalo tahun 2014

No Waktu Suhu Kelembaban Kepadatan

1 Pagi 28oC 96.5% 7,57

2 Siang 33 oC 89.8% 8,52

3 Sore 29 oC 94.8% 11,90

Sumber: Data Primer

Data di atas ini merupakan pengukuran suhu dan kelembaban selama tiga

hari yang telah dirata-ratakan berdasarkan waktu yaitu pagi, siang, dan sore.

42

Begitu juga dengan kepadatan lalat, adalah hasil rata-rata kepadatan lalat semua

warna selama tiga hari dan telah dirata-ratakan berdasarkan waktu.

Data kepadatan lalat di atas dideskripsikan dalam grafik batang

berdasarkan nilai rerata masing-masing warna fly grill. Hal ini dilakukan untuk

melihat warna apa yang paling tinggi tingkat kepadatan lalat melalui

perbandingan tinggi batang grafik. Untuk hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.2

di bawah ini.

Gambar 4.2 Grafik Rerata kepadatan lalat yang hinggap pada setiap warna fly

grill

Dari gambar di atas dapat diinterpretasikan bahwa warna kuning adalah

warna yang paling disukai oleh lalat yang selanjutnya warna asli kayu, putih,

43

coklat, merah, hitam dan biru. Sesuai dengan jumlah kepadatan lalat pada tiap-tiap

warna fly grill dapat terlihat jelas bahwa warna fly grill yang paling disenangi dari

yang paling tertinggi sampai pada yang terendah yaitu warna kuning dengan

jumlah rerata kepadatan lalat 17,56, warna asli kayu dengan jumlah rerata

kepadatan lalat 12,44, warna putih dengan jumlah rerata kepadatan lalat 10,89,

warna coklat dengan jumlah rerata kepadatan lalat 7, warna merah dengan jumlah

rerata kepadatan lalat 6,44, warna hitam dengan jumlah rerata kepadatan lalat 5,67

dan warna biru dengan jumlah rerata kepadatan lalat 5,33.

Selain itu, hasil yang diperoleh di atas juga dapat dibuat persentase

hasilnya berdasarkan masing-masing warna. Dari hasil perhitungan pada lampiran

6 diperoleh bahwa rata-rata kepadatan lalat untuk masing-masing warna fly grill

dapat dipersentasekan sebagai berikut : Putih 16,92 %, Asli Kayu 18,46, Coklat

10,77 %, Hitam 9,23 %, Merah 9,23 %, Biru 7,69 %, Kuning 27,69. Sehingga jika

dilihat dari rata-rata persentase kepadatan lalat per masing-masing warna fly grill

warna yang paling disukai jika diurutkan adalah sebagai berikut : warna kuning,

asli kayu, putih, coklat, merah, hitam dan biru. Untuk perbedaan kepadatan lalat

berdasarkan rata-rata persentase per warna fly grill dapat dilihat pada gambar 4.3

di bawah ini.

44

Gambar 4.3 Grafik Persentase Rata-rata kepadatan Lalat Tiap Warna fly grill

Dari grafik di atas dapat diinterpretasikan bahwa tingkat kepadatan lalat

pada fly grill warna kuning paling besar dan yang tingkat kepadatan lalat paling

sedikit adalah fly grill warna biru.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Pengujian normalitas data

Pengujian normalitas data merupakan salah satu syarat yang harus

terpenuhi dalam menentukan statistik uji yang akan digunakan dalam pengujian

data selanjutnya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh dari hasil penelitian terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal.

Pengujian statistik data ini dilakukan dengan menggunakan teknik uji kecocokan

dengan statistik uji chi-kuadrat pada taraf nyata α = 0,05. Berdasarkan hasil

perhitungan statistik uji chi-kuadrat seperti terdapat pada lampiran 3 dengan hasil

yang diperoleh seperti terlihat pada tabel 4.4 berikut ini.

45

Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Kepadatan Lalat

Warna

Fly Grill

Jenis

Pengukuran 2

hitung 2 tabel Keterangan

Biru

Jumlah

Kepadatan

Lalat

9,126 11,070 Normal

Hitam

Jumlah

Kepadatan

Lalat

5,258 11,070 Normal

Putih

Jumlah

Kepadatan

Lalat

8,595 11,070 Normal

Kuning

Jumlah

Kepadatan

Lalat

4,901 11,070 Normal

Merah

Jumlah

Kepadatan

Lalat

5,230 11,070 Normal

Coklat

Jumlah

Kepadatan

Lalat

5,457 11,070 Normal

Asli Kayu

Jumlah

Kepadatan

Lalat

8,586 11,070 Normal

Dari tabel di atas terlihat bahwa 2

hitung<2

tabel(1-α) (k-1), dengan

demikian, berdasarkan kriteria pengujian hipotesis H0 diterima yang berarti data

yang diperoleh terdistribusi normal.

4.3.2 Pengujian hipotesis

Berdasarkan hasil pengujian normalitas didapatkan data terdistribusi

normal maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis

dalam penelitian ini menggunakan uji statistik One Way-Anova(anova satu jalur).

Dengan menggunakan statistik uji One Way-Anova dilihat perbedaan yang

signifikan antara penggunaan berbagai macam warna fly grill terhadap tingkat

kepadatan lalat di TPI, jika Fhitung ≥ Ftabel. Sehingga, jika terdapat perbedaan yang

46

signifikan antara penggunaan berbagai macam warna fly grill terhadap tingkat

kepadatan lalat maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan

berbagai macam warna fly grill terhadap tingkat kepadatan lalat.

Dengan menggunakan uji statistik One Way-Anova untuk uji hipotesis,

diperoleh serangkaian unsur data pokok dalam perhitungan One Way-Anova

dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Pengujian One Way-Anova

Sumber

Variasi Jumlah Kuadrat (JK) d.b MK F

Kelompok

(K)

Dalam (d)

18,1086

28,5522)25,1406

00,36142,2757

86,105991,29896,268(

)()( 22

N

X

n

XJK T

k

kk

63,770

18,108681,1856

kTd JKJKJK

dbk = K – 1

= 9-1

= 8

dbd = N – K

= 63- 9

= 54

77,135

8

18,1086

MKk

k

k

db

JK

27,14

54

63,770

MKD

d

D

db

JK

Nilai Fhitung

51,9

27,14

77,135

d

k

oMK

MKF

Nilai Ftabel (8.54)

= 2,114

Total (T)

81,1856

28,552209,7379

)( 22

N

XXJK T

TT

dbT = N – 1

= 63– 1

= 62

Berdasarkan hasil uji hipotesis sesuai yang terdapat pada tabel di atas

diperoleh perbandingan antara harga Fhitung dengan Ftabel seperti pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Uji Hipotesis Statistika

Fhitung Ftabel (α= 5% ,dk= (8, 54) Keterangan

9,51 2,114 H0 ditolak

47

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 9,51 Sedangkan

Ftabel diperoleh pada taraf kepercayaan 0,05 diperoleh (α=0,05; (dkk, dkd) sebesar

2,114. Dengan demikian secara statistik dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan

terima H1. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat kepadatan

lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat,

dan warna asli kayu, sehingga dapat diketahui terdapat pengaruh penggunaan

variasi warna fly grill terhadap tingkat kepadatan lalat.

4.4 Pembahasan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variasi warna fly grill untuk

mengukur tingkat kepadatan lalat di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Fungsi

penggunaan variasi warna pada fly grill adalah untuk melihat warna yang paling

disukai oleh lalat. Karena dilihat dari sifatnya, menurut Rozendaal (dalam Sayono

dkk, 2005) menyatakan bahwa: “Kepadatan dan penyebaran lalat sangat

dipengaruhi oleh reaksi terhadap cahaya, suhu dan kelembaban udara, serta warna

dan tekstur permukaan tempat”.

Warna fly grill yang digunakan antara lain Biru, Hitam, Putih, Kuning,

Merah, Coklat dan warna Asli Kayu. Warna fly grill ini diperoleh dari pewarnaan

cat yang bermerek Avian dengan no cat Biru 733, Hitam 0, Putih 0, Kuning 466,

Merah 192, Coklat 301. Penggunaan merek cat yang digunakan adalah cat yang

sama untuk semua jenis warna yang digunakan. Sedangkan untuk jenis kayu yang

digunakan adalah kayu Buarao. Fly grill yang digunakan adalah fly grill dengan

ukuran total 80 cm x 80 cm, dengan per bilah kayu 80 cm x 2 cm dan tebal 1 cm.

Fly grill dibuat dengan spasi 2 cm per bilah kayu.

48

Pengukuran kepadatan lalat yang dilakukan di TPI ini dilakukan

pengukuran di tiga titik lokasi yaitu di bagian tengah TPI dan bagian ujung-ujung

TPI. Pengukuran dilakukan dengan serangkaian pengukuran pada 7 buah fly grill

dengan 10 kali pengulangan pengukuran untuk ke 7 warna fly grill. Hal ini

dilakukan untuk melihat jumlah kepadatan lalat pada fly grill yang berbeda warna

melalui pengontrolan durasi waktu 30 detik untuk tiap kali pengukuran yang sama

untuk masing-masing fly grill yang berbeda warna. Hasil pengukuran akhir

merupakan hasil perhitungan rata-rata kepadatan lalat di tiga titik lokasi untuk

masing-masing warna fly grill.

Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa rata-rata kepadatan lalat

untuk masing-masing warna fly grill disimpulkan bahwa warna fly grill yang

paling disukai jika diurutkan adalah warna kuning, asli kayu, putih, coklat, merah,

hitam dan biru. Hal ini menunjukkan bahwa warna fly grill yang paling disukai

lalat adalah warna kuning kemudian warna asli kayu dan selanjutnya warna putih,

sedangkan untuk fly grill yang memiliki kepadatan lalat yang rendah

menunjukkan bahwa lalat kurang tertarik pada warna tersebut seperti warna

coklat, merah, hitam dan terutama warna biru.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat Kusnaedi (dalam Sayono

dkk, 2005), yang menyatakan bahwa “lalat lebih tertarik pada warna kuning.

Menurut Bennet (dalam Sayono dkk, 2005) bahwa “lalat lebih tertarik pada warna

putih” serta menurut Azwar (dalam Sayono dkk, 2005) bahwa “lalat kurang

tertarik (takut) pada warna biru”. Selain itu juga, jika dibandingkan dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alfa (2010), rata-rata kepadatan lalat

49

dari yang tertinggi sampai dengan terendah yaitu dimulai dengan warna asli kayu,

warna putih, warna kuning, warna merah, warna biru, warna hitam, dan warna

coklat. Hal ini hampir sama dimana rata-rata kepadatan lalat yang tertinggi pada

warna kuning, putih dan warna asli kayu serta kapadatan lalat terendah pada

warna coklat, merah, biru, dan hitam. Jika dilihat dari perolehan data secara

langsung dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan pada penggunaan variasi warna fly grill terhadap tingkat kepadatan

lalat.

Tidak hanya diinterpretasi seperti di atas berdasarkan rerata hasil

pengukuran yang diperoleh langsung, data yang telah diperoleh ini juga akan

dilakukan uji statistik untuk membuktikan hipotesis statistik yang telah dibuat.

Data yang telah dideskripsikan diuji kembali dengan menggunakan One Way-

Anova. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terdapat perbedaan yang signifikan

pada penggunaan variasi warna fly grill terhadap tingkat kepadatan lalat. Hasil

uji one way Anova yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa uji F signifikan

pada kelompok uji yang ditunjukkan oleh nilai Fhitung sebesar 9,51 yang lebih

besar dari pada Ftabel(8.54) sebesar 2,114 (Fhitung ≥ Ftabel), diperkuat dengan nilai

kritik α = 5% atau 0,05. Hasil ini menjelaskan bahwa H0 ditolak dengan hipotesis

statistik H0 = tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepadatan

lalat yang menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat,

dan warna asli kayu. Dengan kriteria pengujian untuk hipotesis adalah Kriteria

pengujian untuk hipotesis adalah tolak H0 jika harga Fhitung ≥ Ftabel maka artinya

signifikan dan jika Fhitung ≤ Ftabel maka berarti terima H0 artinya tidak signifikan

50

dengan taraf signifikan 5% atau 0,05. Artinya hasil uji hipotesis statistik

penelitian ini menolak H0 yang menyatakan bahwa “tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna

biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna asli kayu” yang berarti bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepadatan lalat yang

menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna

asli kayu. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang

dibuat terterima yaitu terdapat pengaruh tingkat kepadatan lalat yang

menggunakan fly grill warna biru, hitam, putih, kuning, merah, coklat, dan warna

asli kayu. Jadi terlihat bahwa terdapat pengaruh penggunaan variasi warna fly

grill.

Hal ini jika dihubungkan dengan apa yang telah dijelaskan dalam Depkes

RI, 1991, Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik, yaitu menyukai

sinar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sinar adalah cahaya. Menurut Sadili

dkk dalam Gamma (2008) warna dalam ilmu fisika adalah gejala yang timbul

karena suatu benda memantulkan cahaya dan mempunyai sifat cahaya bergantung

pada panjang gelombang cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Lalat

yang merupakan salah satu serangga yang memiliki mata majemuk yang dapat

berkontraksi terhadap warna sehingga preferensinya berbeda pula terhadap warna.

Metclaf (dalam Bagun, 2009), menyatakan bahwa Serangga lebih tertarik

pada spektrum warna kuning-hijau dengan panjang gelombang 500-600 nm.

Adapun warna yang berada pada rentang panjang gelombang tersebut dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

51

Gambar 4.4 Spektrum warna

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa lalat sangat menyukai warna

kuning. Sehingga warna kuning yang menarik perhatian lalat sering dijadikan alat

perangkap lalat atau alat untuk mengukur kepadatan lalat. Untuk warna asli kayu,

Umaniyah (2010) menyatakan bahwa panjang gelombangnya berkisar antara 401-

500 nm dan Sasas (2000) mengatakan milton roy colour memiliki panjang

gelombang 400-700 nm, selain itu warna asli kayu ini dapat memantulkan cahaya.

Sedangkan warna putih, merupakan cahaya monokromatik yang dapat

menghamburkan spektrum warna tampak. Dalam Depkes (1991) dikatakan bahwa

lalat suka pada cahaya. Warna kuning, putih dan warna asli kayu dapat membuat

lalat tertarik berdasarkan data yang diperoleh.

Data yang telah diuji hipotesis statistiknya ini sudah terlebih dahulu diuji

kenormalan datanya dengan uji Chi-Kuadrat. Data yang menunjukkan normal

memenuhi kriteria 2

hitung< 2

tabel(1-α) (k-1). Dengan value yang diperoleh 2hitung

untuk warna biru 9,126, 2

hitung untuk warna hitam 5,258, 2hitung untuk warna

putih 8,595, 2

hitung untuk warna kuning 4,901, 2

hitung untuk warna merah 5,230,

2

hitung untuk warna coklat 5,457, dan 2

hitung untuk warna asli kayu 8,586.

52

Dengan 2

tabel(1-α) (k-1) adalah 11,070, sehingga semua data baik itu data

kepadatan lalat pada fly grill warna Biru, Putih, Coklat, Merah, Kuning, Hitam

dan warna Asli Kayu data yang diperoleh signifikan artinya berdistribusi normal

sehingga data yang diperoleh dapat dilanjutkan untuk diuji hipotesis statistiknya.

Selama pengukuran kapadatan lalat peneliti juga mengukur suhu dan

kelembaban. Depkes (1991) menjelaskan bahwa lalat mulai terbang pada

temperatur 150C dan aktifitas optimumnya pada temperatur 21

0C. Pada temperatur

di bawah 7,50C tidak aktif dan di atas 45

0C terjadi kematian pada lalat. Sedangkan

Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat.

Berdasarkan hasil pengukuran suhu dan kelembaban yang dilakukan dapat

dikatakan bahwa kelembaban udara sangat berpengaruh bagi kepadatan lalat, hal

ini dijelaskan bahwa jika suhu udara dibawah atau dingin maka kelembaban udara

tinggi yang juga diikuti oleh perubahan tingkat kepadatan lalat yang menunjukkan

tingkat kepadatan lalat meningkat. Dengan bertambahnya kelembaban suatu

lokasi maka kepadatan lalat meningkat. Namun pada penelitian ini dapat dilihat

pada lampiran 5 bahwa pada pagi hari ketika keadaannya lembab tingkat

kepadatan lalat rendah yang seharusnya kepadatan lalatnya tinggi. Hal ini

disebabkan oleh aktifitas di TPI pada pagi hari. Karena pada pagi hari TPI banyak

dipadati pembeli yang lalu lalang sehingga mempengaruhi hasil pengukuran.

Selain itu, jika dibandingkan kondisi pagi, siang dan sore keadaannya sangat

berbeda. Dimana pada pagi hari TPI belum menghasilkan bau yang terlalu busuk

karena ikan yang diperdagangkan masih segar serta tingkat kebersihannya masih

bersih jika dibandingkan pada siang hari dan semakin sore. Karena pada siang hari

53

dan sore hari bau busuk yang dihasilkan semakin menusuk serta ketika semakin

siang dan sore hari mulai ada sisa-sisa potongan ikan-ikan kecil yang tergelatak di

saluran air, tempat pembuangan sampah serta papan tempat penjualan bekas pagi

hari. Aktifitas di TPI semakin siang sampai sore mulai sunyi.

Kelemahan dalam penelitian ini selain yang telah dijelaskan di atas,

kecepatan angin yang sering berubah-ubah juga dapat mempengaruhi populasi

lalat pada saat pengukuran, dalam penelitian ini juga tidak dilakukan pengukuran

sinar pantul dari setiap warna yang ada, supaya untuk mengetahui warna apa yang

memiliki pantulan sinar tertinggi.