bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 deskripsi...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
Kecamatan Tibawa merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo.
Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Gorontalo.
Kecamatan Tibawa tetap dibawah koordinasi, pengawasan dan pembinaan Kabupaten Gorontalo.
Kondisi sebagian besar wilayah Kecamatan Tibawa dapat dikategorikan sebagai daerah dataran
rendah. Kecamatan Tibawa mempunyai luas wilayah 17. 330,3 Ha dan terbagi menjadi 16 (enam
belas) desa dengan pusat pemerintahan kecamatan terletak di Desa Isimu Selatan yang letaknya
± 2 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten Gorontalo serta berbatasan langsung dengan
kecamatan. Dari luas keseluruhan wilayah Kecamatan Tibawa tersebut, sebagian besar adalah
berbentuk lahan sawah/pertanian dengan kepadatan penduduk masuk kategori cukup padat.
Di lihat dari wilayahnya Kecamatan Tibawa mempunyai batas-batas wilayah sebagai
berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Anggrek.
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bongomeme.
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Limboto Barat.
4) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pulubala.
Secara administrasi, Kecamatan Tibawa memiliki 16 desa, yaitu: Desa Datahu, Tolotio,
Labanu, Reksonegoro, Buhu, Dunggala, Molowahu, Iloponu, Ilomata, Motilango, Isimu Raya,
Balahu, Botumoputi, Ulobua, Isimu Utara, dan Isimu Selatan, Dengan rekapan data sebagai
berikut :
REKAPAN DATA KECAMATAN TIBAWA YANG BELUM DAN SUDAH
MELAKUKAN KTP
No Nama Desa
Wajib KTP Yang belum dan
sudah WKTP
Jumlah Persdesa Belum Sudah
1
DATAHU 2013 1096
3109
2
TOLOTIO 982 838
1820
3
LABANU 1072 741
1813
4
REKSONEGORO 338 587
925
5
BUHU 1129 1122
2251
6
DUNGGALA 652 615
1267
7
MOLOWAHU 636 1063
1699
8
ILOPONU 1143 823
1966
9
ILOMATA 381 587
968
10
MOTILANGO 808 750
1558
11
ISIMU RAYA 816 1051
1867
12
BALAHU 704 1182
1886
13
BOTUMOPUTI 696 1137
1833
14
ULOBUA 382 483
865
15
ISIMU UTARA 960 535
1495
16
ISIMU SELATAN 823 1512
2335
Jumlah Total 13535 14122
27657
WAJIB KTP KECAMATAN TIBAWA 2011-2013
TABEL 4.0
NO
NAMA DESA
WKTP-
LK
WKTP-
PR
JUMLAH
WKTP
WAKTU
PELAKSANAAN
1
DATAHU
1531
1578
3109
23 September-Oktober
2
TOLOTIO
896
924
1820
04-09 oktober 2011
3
LABANU
883
930
1813
10-15 oktober 2011
4
REKSONEGORO
468
457
925
16-18 oktober 2011
5
BUHU
1126
1125
2251
19-26 oktober 2011
6
DUNGGALA
655
612
1267
27-30 oktober 2011
7
MOLOWAHU
853
846
1699
31 oktober-05 november
2011
8
ILOPONU
990
976
1966
06-12 november 2011
9
ILOMATA
485
483
968
13-15 november 2011
10
MOTILANGO
774
784
1558
16-21 november 2011
11
ISIMU RAYA
933
934
1867
22-28 november 2011
12
BALAHU
955
931
1886
29 november-05 desember
2011
13
BOTUMOPUTI
903
930
1833
06-12 desember 2011
14
ULOBUA
440
425
865
13-15 desember 2011
15
ISIMU UTARA
759
736
1495
16-20 desember 2011
16
ISIMU SELATAN
1117
1218
2335
21-29 desember 2011
JUMLAH
TOTAL
13768
13889
27657
b. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan unsur terpenting bagi desa yang meliputi jumlah, pertambahan,
kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat (Bintarto, 2003:13).
Jumlah penduduk Kecamatan Tibawa sebanyak 39.029 jiwa yang terdiri dari 25.627 orang laki-
laki dan 14.402 orang perempuan. Tingkat pertumbuhan penduduk berdasarkan data statistik
tahun 2012. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Kecamatan Tibawa untuk data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
TABEL 4.1
Keadaan Penduduk Di Kecamatan Tibawa berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
25.627 jiwa
14.402 jiwa
Jumlah 39.029 jiwa
Sumber data : kantor Camat Tibawa 2012
c. Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi dari Kecamatan Tibawa dapat dilihat dari jenis mata
pencaharian dan sarana perekonomian. Sebagian besar lahan digunakan sebagai areal
persawahan. Pada umumnya penduduk Kecamatan Tibawa memiliki mata pencaharian
bervariasi, seperti buruh, wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil, swasta, peternak dan bertani. Tetapi
sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani.
TABEL 4.2
MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI KEC. TIBAWA
NO Bidang Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)
1 Buruh Tani 297
2 Petani 13.526
3 Peternak 139
4 Pedagang 126
5 Tukang Kayu 73
6 Nelayan 150
7 Tukang Batu 230
8 Tukang Jahit 342
9 PNS 742
10 Pensiunan 142
11 TNI/Polri 153
12 Tukang Bentor 536
13 Pengrajin 78
14 Industri Kecil 64
15 Dan Lain-Lain 2.789
Jumlah 20.387 Jiwa
Sumber data: kantor Camat Tibawa 2012
d.Keadaan Wilayah Kacamatan Tibawa
Wilayah Kecamatan Tibawa merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten
Gorontalo. Adapun keadaan wilayah Kecammatan Tibawa secara umum dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
TABEL 4.3
JUMLAH PENDUDUK DI KEC. TIBAWA
NO Nama Desa Jumlah (jiwa)
1 Botumoputi 1.833
2 Molowahu 1.699
3 Dunggala 1.267
4 Reksonegoro 925
5 Balahu 1.886
6 Isimu Raya 1.867
7 Isimu Selatan 2.335
8 Motilango 1.558
9 Labanu 1.813
10 Datahu 3.109
11 Iloponu 1.966
12 Ilomata 968
13 Buhu 2.251
14 Isimu Raya 1.495
15 Ulobua 865
16 Tolotio 1.820
Jumlah 39.029
Sumber data: kantor Camat Tibawa 2012
TABEL 4.4
Nama-Nama Kepala Desa yang ada di Kec. Tibawa
NO Nama Desa Kepala Desa
1 Botumoputi Sarpan humonggio
2 Molowahu Sudarnoyo Ibrahim,Sp
3 Dunggala Harun mohi
4 Reksonegoro Besari Hadji Ali
5 Balahu Junus Huda
6 Isimu Raya Sukrin Mohune
7 Isimu Selatan Yasin Dunggio
8 Motilango Yudin M Maku
9 Labanu Irfan Abdullah
10 Datahu Syarifudin hasan
11 Iloponu Ismail hilala
12 Ilomata Sumanto kadir
13 Buhu Burhanudin kadir
14 Isimu utara Tamrin J.Ahmad
15 Ulobua Rayon w.Ali.Spd
16 Tolotio Yunus ardin
Jumlah 16 orang
Sumber data: kantor Camat Tibawa 2012
e. Subjek Penelitian
Secara singkat gambaran identitas informan aparatur kecamatan Tibawa, didasarkan
pada informan yang didasarkan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, informan yang penulis
ambil adalah orang-orang yang mempunyai kompetensi sesuai dengan permasalahan penelitian
sehingga memberikan informasi yang bersifat holistik berdasarkan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan.
2. Kondisi Umum Pemerintahan Kecamatan Tibawa
A. Kantor Camat Tibawa
Kantor Camat Tibawa berlokasi di Desa Isimu Selatan Pemilihan lokasi tersebut
didasarkan atas pertimbangan letaknya yang cukup strategis yaitu dekat pusat pemerintahan
Kabupaten Tibawa. Di samping itu letaknya mudah dijangkau oleh wilayah-wilayah desa lainnya
karena tersedia sarana dan prasarana transportasi darat. Kantor Camat Tibawa dengan luas tanah
3065 m2 dan luas bangunan seluas 135 m2 tersebut, terbagi menjadi 10 ruangan, yaitu ruang
camat, ruang komputer (pemrosesan surat menyurat dan pelayanan KTP), ruang secretariat
kecamatan, dan ruangan seksi-seksi. Sampai saat ini semua ruangan dalam kondisi baik dan telah
difungsikan dengan baik. Ruangan khusus disediakan untuk melayani masyarakat dalam hal
pembayaran PBB yang melibatkan petugas dari Dinas Pendapatan Daerah. Begitu pula dengan
kelompok jabatan fungsional, juga tersedia ruangan tersendiri sebagai pusat administrasi
kegiatannya yang kesemuanya itu ditunjukkan untuk memberikan pelayanan optimal bagi
masyarakat.
B. Tugas Pokok Camat dan Fungsi Aparat
Sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Gorontalo Nomor 36 Tahun 2002 tentang
Perubahan Keputusan Bupati Gorontalo Nomor 12 Tahun 2002 tentang Penjabaran Uraian Tugas
jabatan Struktural dan Fungsional pada Pemerintah Kecamatan, dengan perubahan pada pasal 3
menyatakan bahwa tugas pokok dan
fungsi aparat kecamatan adalah sebagai berikut:
1) Camat
Mempunyai tugas menetapkan pelaksanaan serta penyelenggaraan segala urusan
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat di kecamatan.
1. Sekertaris Kecamatan
Membantu camat dalam melaksanakan tugasnya, melaksanakan pembinaan
administrasi dan memberikan pelayanan teknis administratif kepada seluruh perangkat
pemerintahan wilayah Kecamatan.
2) Kasie pemerintahan
Brtugas mengumpulkan, mensistimasikan dan menganalisa data di bidang
pemerintahan sosial politik, ketentraman, ketertiban dan lain-lain.
3) Kasie PMD
Menyusun dan memberikan petunjuk program pembangunan desa dan
pembangunan pada umumnya dan lain sebagainya.
4) Kasie kesra/Sosial
Sebagai pelaksana urusan keagamaan dan kesejahteraan sosial, sebagai pelaksana
urusan pendidikan.
5) Kasie trantib
Sebagai pelaksana data laporan kejadian dan ketertiban umum dan sebagai
petugas keamanan kantor.
6). Kasie Umum
Sebagai pelaksana kehumasan,mengerjakan buku
regestrasi kecamatan, dan Melaksanakan tugas lain yang diberikan Camat
dan Sekcam.
b. Struktur Organisasi Pemerintahan Kecamatan Tibawa
Struktur organisasi dan tata kerja kecamatan yang dilaksanakan di Kecamatan Tibawa
adalah struktur dan tata kerja sesuaidengan Peraturan Daerah
Kabupaten Tibawa Nomor 16 Tahun 2003, dapat dilihat pada table 4.4 yaitu sebagai berikut:
CAMAT TIBAWA DRS. ISMET TUHALA
SEKCAM HAMKA N. TUNA
KASI PEL. UMUM
SOFYA H. EKSAN, A.Ma
KASIE TRANTIB AMINAH BANGGAI
KASIE KESOS HASNA ADIPU
KASIE PMD ELLYSTA K.M.S
AMU
KASIE PEMERINTAH
AN VONIM M. YASIN, S.Pd
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KA. UPTB ABDUL RAHMAN NANGO, S.Ag
KA. UPTD PPKAD KAB.GTLO FERNANDES F. KOTTON
STATISTIK ABD. RAHMAN PAKAYA, SE
Dari bagan diatas tergambar bahwa seorang camat adalah sebagai seorang pemimpin
yang terstruktur secara hirarkis dan memungkinkan memberikan pengaruh bagi para stafnya dan
kordinasi terhadap jajaran pemerintahan di desa sebagai level pemerintahan paling rendah.
Kecamatan Tibawa di pimpin oleh seorang Camat yang di bantu oleh seorang Sekertaris
Kecamatan (Sekcam) dengan lima Kasie, yaitu Kasie Pemerintahan, Kasie PMD, Kasie Kesos,
Kasie Trantib, dan Kasie Umum.
1.2 Hasil Penelitian
1.2.1 Analisis Tabel Hasil Angket
1) Kinerja Aparatur Kecamatan Tibawa
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ruslan Saleh,S.IP selaku kasie
pemerintahan menyatakan bahwa kinerja aparatur kecamatan Tibawa belum sesuai dengan misi
yang telah di tetapkan, sehingga kinerja aparatur yang ada di kecamatan Tibawa berjalan tidak
sesuai dengan tugas yang diemban. (wawancara tanggal 18 Juni 2012).
Tanggapan menurut peneliti bahwa kinerja yang dilakukan oleh pemerintahan di
Kecamatan Tibawa yaitu belum sesuai dengan tugas yang diemban, dan ini dapat di deskripsikan
sebagai berikut:
Tabel 4.5
Kinerja Aparatur Kecamatan Tibawa
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 97 20.21%
2. Setuju 18 3.75%
3. Ragu-ragu 110 22.92%
4. Tidak setuju 155 32.29%
5. Sangat tidak setuju 100 20.83%
Jumlah 480 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 97 orang atau 20.21% yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
kinerja yang dilakukan oleh pemerintahan di Kecamatan Tibawa yaitu belum sesuai dengan
tugas yang diemban, 18 orang atau 3.75 % memiliki jawaban setuju bahwa kinerja yang
dilakukan oleh pemerintahan di Kecamatan Tibawa belum sesuai dengan tugas yang diemban,
110 orang atau 22.92 % memiliki jawaban ragu-ragu bahwa kinerja yang dilakukan oleh
pemerintahan di Kecamatan Tibawa yaitu belum sesuai dengan tugas yang diemban, 155 orang
atau 32.29 % tidak setuju bahwa kinerja yang dilakukan oleh pemerintahan di Kecamatan
Tibawa yaitu belum sesuai dengan tugas yang diemban, Dan 100 orang atau 20.83 % memiliki
jawaban setuju bahwa kinerja yang dilakukan oleh pemerintahan di Kecamatan Tibawa belum
sesuai dengan tugas yang diemban. Dengan demikian presentase yang paling tinggi adalah
kinerja pemerintahan di Kecamatan Tibawa yaitu belum sesuai dengan tugas yang diemban.
2) Pelayanan KTP di Kecamatan Tibawa
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yasri Deu salah satu masyarakat di
Kecamatan Tibawa menyatakan bahwa “aparatur kecamatan Tibawa yang ada sering melakukan
hal-hal di luar prosedur bahkan Aparat yang bertugaspun seringkali tidak menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya sehingga proses pelayanan berjalan lambat. Waktu paling cepat untuk
mengurus KTP saja memerlukan waktu hampir 1 bulan”. (wawancara tanggal 14 Juni 2012).
Tanggapan menurut peneliti bahwa pelayanan yang dilakukan oleh aparatur
pemerintahan di Kecamatan Tibawa yaitu berjalan lambat memang benar, dan ini dapat di
deskripsikan sebagai berikut:
Tabel 4.6
Pelayanan KTP di Kecamatan Tibawa
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 155 32.29%
2. Setuju 110 22.92%
3. Ragu-ragu 18 3.75%
4. Tidak setuju 100 20.83%
5. Sangat tidak setuju 97 20.21%
Jumlah 480 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 155 orang atau 32.29 % yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
aparatur kecamatan Tibawa yang ada sering melakukan hal-hal di luar prosedur dan seringkali
tidak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga proses pelayanan berjalan lambat, 110
orang atau 22.92 % memiliki jawaban setuju bahwa aparatur kecamatan Tibawa yang ada sering
melakukan hal-hal di luar prosedur dan seringkali tidak menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya sehingga proses pelayanan berjalan lambat, 18 orang atau 3.75 % memiliki jawaban
tidak Ragu-ragu bahwa aparatur kecamatan Tibawa yang ada sering melakukan hal-hal di luar
prosedur dan sering kali tidak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga proses
pelayanan berjalan lambat. 100 orang atau 20.83 % memiliki jawaban tidak setuju bahwa
aparatur kecamatan Tibawa yang ada sering melakukan hal-hal di luar prosedur dan seringkali
tidak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga proses pelayanan berjalan lambat. Dan
97 orang atau 20.21 % memiliki jawaban sangat tidak setuju bahwa aparatur kecamatan Tibawa
yang ada sering melakukan hal-hal di luar prosedur dan seringkali tidak menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya sehingga proses pelayanan berjalan lambat. Dengan demikian presentase
yang paling tinggi adalah aparatur yang ada di kecamatan Tibawa sering melakukan hal-hal di
luar prosedur dan seringkali tidak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga proses
pelayanan berjalan lambat.
3) Prosedur Pelayanan kantor Camat Tibawa
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Salim Tangkudung Salah seorang penduduk
Kecamatan Tibawa mengatakan :” Prosedur pelayanan yang ada di Kecamatan Tibawa memang
belum secara menyeluruh diketahui lapisan masyarakat yang ada. Masyarakat setempatpun
dalam hal pengurusan KTP atau hal lainnya terlebih dahulu harus ke RT untuk mengambil surat
keterangan domisili selanjutnya diserahkan ke Kantor Kecamatan Tibawa dan akan diproses
untuk selanjutnya akan tetapi hal ini belum maksimal dilaksanakan karena aparatur kecamatan
dalam memberikan pelayanan tidak seperti yang diharapkan oleh masyarakat”(wawancara 4 Juni
2012).
Tanggapan menurut peneliti bahwa Prosedur pelayanan yang ada di Kecamatan Tibawa
memang belum secara menyeluruh diketahui lapisan masyarakat yang ada memang benar, dan
ini dapat di deskripsikan sebagai berikut:
TABEL 4.7
Prosedur Pelayanan Kantor Camat Tibawa
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 97 20.21%
2. Setuju 110 22.92%
3. Ragu-ragu 18 3.75%
4. Tidak setuju 100 20.83%
5. Sangat tidak setuju 155 32.29%
Jumlah 16 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 97 orang atau 20.21 % yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai
dengan aturan yang diterapkan, 110 orang atau 22.92 % memiliki jawaban setuju bahwa
pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai
dengan aturan yang diterapkan, 18 orang atau 3.75 % memiliki jawaban ragu-ragu terhadap
pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai
dengan aturan yang diterapkan. 100 orang atau 20.83 % memiliki jawaban tidak setuju terhadap
pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai
dengan aturan yang diterapkan. Dan 155 orang atau 32.29 % memiliki jawaban sangat tidak
setuju terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum
terlalu sesuai dengan aturan yang diterapkan. Dengan demikian presentase yang paling tinggi
adalah prosedur pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum
terla
4) Kinerja aparatur dalam pelayanan KTP
Hasil wawancara dengan Ibu Agustin Badu salah satu warga Kecamatan Tibawa
menyatakan bahwa "merasa kecewa dengan layanan kantor pemerintah yang tidak jelas dan
tidak tepat. Pemerintah Kecamatan berjanji tanggal sekian KTP sudah jadi. Namun pada waktu
yang dijanjikan KTP belum jadi. Aparatur Kecamatan mengulur waktunya bisa lama sekali
dalam pelayanan, dalam hal ini yaitu pelayanan KTP" (wawancara, 13 Juni 2012).
Tanggapan menurut peneliti bahwa pelayanan yang dilakukan oleh aparatur
pemerintahan di Kecamatan Tibawa yaitu aparatur yang ada di kecamatan tersebut tidak jelas
dan tidak tepat dalam pelayanan memang benar, dan ini dapat di deskripsikan sebagai berikut:
TABEL 4.8
Kinerja Aparatur Dalam Pelayanan KTP
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 18 3.75%
2. Setuju 97 20.21%
3. Ragu-ragu 155 32.29%
4. Tidak setuju 110 22.92%
5. Sangat tidak setuju 100 20.83%
Jumlah 480 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 16
orang responden terdapat 18 orang atau 3.75 % yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
pelayanan yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa yaitu aparatur yang
ada di kecamatan tersebut tidak jelas dan tidak tepat dalam pelayanan, 97 orang atau 20.21 %
memiliki jawaban setuju bahwa pelayanan yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan di
Kecamatan Tibawa yaitu aparatur yang ada di kecamatan tersebut tidak jelas dan tidak tepat
dalam pelayanan, 155 orang atau 32.92 % memiliki jawaban ragu-ragu terhadap pelayanan yang
dilakukan oleh aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa yaitu aparatur yang ada di
kecamatan tersebut tidak jelas dan tidak tepat dalam pelayanan, 110 orang atau 22.92 %
memiliki jawaban tidak setuju terhadap pelayanan yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan di
Kecamatan Tibawa yaitu aparatur yang ada di kecamatan tersebut tidak jelas dan tidak tepat
dalam pelayanan. Dan 100 orang atau 20.83 % memiliki jawaban sangat tidak setuju terhadap
pelayanan yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa yaitu aparatur yang
ada di kecamatan tersebut tidak jelas dan tidak tepat dalam pelayanan. Dengan demikian
presentase yang paling tinggi adalah pelayanan yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan di
Kecamatan Tibawa yaitu aparatur yang ada di kecamatan tersebut tidak jelas dan tidak tepat
dalam pelayanan.
5) Persiapan Yang di Lakukan Dalam Pelayanan KTP
Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Pranoto Lahay selaku anggota masyarakat
desa Balahu kecamatan Tibawa, beliau mengatakan bahwa pemerintah/aparat kecamatan Tibawa
tidak membantu menyiapkan apa yang di perlukan masyarakat dalam pelayanan KTP, sehingga
dalam hal pengurusan KTP saja masyarakat merasa sangat susah untuk mendapatkan pelayanan
yang baik dan memuaskan. (Wawancara, 14 juni 2012).
Tanggapan menurut peneliti bahwa aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa tidak
membantu menyiapkan apa yang diperlukan masyarakat dalam pelayanan KTP memang benar,
dan ini dapat di deskripsikan sebagai berikut:
TABEL 4.9
Persiapan Yang di Lakukan Dalam Pelayanan KTP
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 110 22.92%
2. Setuju 97 20.21%
3. Ragu-ragu 18 3.75%
4. Tidak setuju 155 32.29%
5. Sangat tidak setuju 100 20.83%
Jumlah 480 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 110 orang atau 22.92 % yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa tidak membantu menyiapkan apa yang diperlukan
masyarakat dalam pelayanan KTP, 97 orang atau 20.21% memiliki jawaban setuju bahwa
aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa tidak membantu menyiapkan apa yang diperlukan
masyarakat dalam pelayanan KTP, 18 orang atau 3.75 % memiliki jawaban ragu-ragu bahwa
aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa tidak membantu menyiapkan apa yang diperlukan
masyarakat dalam pelayanan KTP. 155 orang atau 32.29 % memiliki jawaban tidak setuju bahwa
aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa tidak membantu menyiapkan apa yang diperlukan
masyarakat dalam pelayanan KTP. 100 orang atau 20.83 % memiliki jawaban sangat tidak setuju
bahwa aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa tidak membantu menyiapkan apa yang
diperlukan masyarakat dalam pelayanan KTP. Dengan demikian presentase yang paling tinggi
adalah aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa tidak membantu menyiapkan apa yang
diperlukan masyarakat dalam pelayanan KTP.
6) Kualitas Pelayanan Aparatur Kecamatan Tibawa
Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Rahman Muhammad, salah satu anggota
masyarakat Desa Isimu Raya Kecamatan Tibawa” Pemerintah kecamatan jarang memberikan
pelayanan yang berkualitas terhadap masyarakat, dalam hal ini yaitu pelayanan KTP, dimana
pemerintah kecamatan memberikan pelayanan tidak dengan sungguh-sungguh, sehingga
masyarakat yang membuat KTP saja membutuhkan waktu yang sangat lama. (Wawancara, 14
juni 2012).
Tanggapan menurut peneliti bahwa aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa jarang
melakukan pelayanan yang berkualitas memang benar, dan ini dapat di deskripsikan sebagai
berikut:
TABEL 4.10
Kualitas Pelayanan Aparatur Kecamatan Tibawa
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 155 32.29%
2. Setuju 110 22.92%
3. Ragu-ragu 100 20.83%
4. Tidak setuju 97 20.21%
5. Sangat tidak setuju 18 3.75%
Jumlah 16 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 155 orang atau 32.29 % yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa jarang melakukan pelayanan yang berkualitas, 110
orang atau 22.92 % memiliki jawaban setuju bahwa aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa
jarang melakukan pelayanan yang berkualitas, 100 orang atau 20.83 % memiliki jawaban ragu-
ragu bahwa aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa jarang melakukan pelayanan yang
berkualitas. 97 orang atau 20.21 % memiliki jawaban tidak setuju bahwa aparatur pemerintahan
di Kecamatan Tibawa jarang melakukan pelayanan yang berkualitas. 18 orang atau 3.75 %
memiliki jawaban sangat tidak setuju bahwa aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa jarang
melakukan pelayanan yang berkualitas. Dengan demikian presentase yang paling tinggi adalah
aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa jarang melakukan pelayanan yang berkualitas.
7) Kenyamanan Dalam Pelayanan
Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Satrio Djumu salah satu anggota
masyarakat Desa Datahu mengatakan bahwa kenyamanan dalam pelayanan yang diberikan oleh
aparatur kecamatan tibawa belum sesuai dengan keinginan masyarakat, ini terlihat ada aparat
yang sengaja tidak mau melayani masyarakat kalau berkas tidak lengkap, pada hal masyarakat
tersebut belum terlalu paham dengan cara pengurusan KTP.(wawancara,5 juni 2012).
Tanggapan menurut peneliti bahwa kenyamanan dalam pelayanan yang diberikan oleh
aparatur kecamatan tibawa belum sesuai dengan keinginan masyarakat, memang benar, dan ini
dapat di deskripsikan sebagai berikut:
TABEL 4.11
Kenyamanan Dalam Pelayanan
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 110 22.92%
2. Setuju 100 2083%
3. Ragu-ragu 155 32.29%
4. Tidak setuju 18 3.75%
5. Sangat tidak setuju 97 20.21%
Jumlah 480 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 110 orang atau 22.92 % yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
kenyamanan dalam pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan tibawa belum sesuai
dengan keinginan masyarakat, 100 orang atau 20.83 % memiliki jawaban setuju bahwa
kenyamanan dalam pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan tibawa belum sesuai
dengan keinginan masyarakat, 155 orang atau 32.29 % memiliki jawaban ragu-ragu bahwa
kenyamanan dalam pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan tibawa belum sesuai
dengan keinginan masyarakat, 18 orang atau 3.75 % memiliki jawaban tidak setuju bahwa
kenyamanan dalam pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan tibawa belum sesuai
dengan keinginan masyarakat. dan 97 orang atau 20.21 % memiliki jawaban sangat tidak setuju
bahwa kenyamanan dalam pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan tibawa belum
sesuai dengan keinginan masyarakat. Dengan demikian presentase yang paling tinggi adalah
kenyamanan dalam pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan tibawa belum sesuai
dengan keinginan masyarakat.
8) Aturan dalam pelayanan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Vonim M. Yasin, S.Pd selaku Pemerintahan
mengungkapkan bahwa “Pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat,
belum terlalu sesuai dengan aturan yang diterapkan. Pemberian pelayanan yang telah menunjuk
kepada aturan serta dianggap memenuhi sendi-sendi pelayanan sangat diharapakn masyarakat
sehingga aparat pelayanan bisa konsisten dalam menerapkan aturan hukum pelayanan.
(wawancara,5 juni 2012).
Tanggapan menurut peneliti bahwa Pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan
kepada masyarakat belum terlalu sesuai dengan aturan yang diterapkan memang benar, dan ini
dapat di deskripsikan sebagai berikut
TABEL 4.12
Aturan Dalam Pelayanan
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 18 3.75%
2. Setuju 155 32.29%
3. Ragu-ragu 110 22.92%
4. Tidak setuju 100 20.83%
5. Sangat tidak setuju 97 20.21%
Jumlah 480 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 18 orang atau 3.75 % yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai
dengan aturan yang diterapkan, 155 orang atau 32.29 % memiliki jawaban setuju bahwa
pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai
dengan aturan yang diterapkan, 110 orang atau 22.92 % memiliki jawaban ragu-ragu bahwa
pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai
dengan aturan yang diterapkan, 100 orang atau 20.83 % memiliki jawaban tidak setuju bahwa
pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai
dengan aturan yang diterapkan. Dan 97 orang atau 20.21 % memiliki jawaban sangat tidak setuju
bahwa pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu
sesuai dengan aturan yang diterapkan. Dengan demikian presentase yang paling tinggi adalah
pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai
dengan aturan yang diterapkan.
9) Biaya Dalam Pelayanan
Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Yamin Dunggio salah satu masyarakat desa
Botumoputi kecamatan Tibawa mengatakan bahwa ” Pemerintah Kecamatan Tibawa tidak
memperhatikan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan yang diberikan oleh masyarakat dan
ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai barang dan atau jasa pelayanan masyarakat
kecamatan Tibawa dilakukan dengan kewajaran. Akan tetapi kondisi dan kemampuan
masyarakat kecamatan Tibawa untuk membayar sesuai dengan Ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku belum diterapkan secara merata oleh pihak pemberi pelayanan. Bahkan
ada beberapa pihak tertentu yang menggunakan “kesempatan dalam kesempitan” untuk
mendapatkan keuntungan lebih dari yang telah ditentukan.
Tanggapan menurut peneliti bahwa kondisi dan kemampuan masyarakat kecamatan
Tibawa untuk membayar sesuai dengan Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
belum diterapkan secara merata oleh pihak pemberi pelayanan,yaitu Aparatur Kecamatan
Tibawa memang benar, dan ini dapat di deskripsikan sebagai berikut:
TABEL 4.13
Biaya Dalam Pelayanan
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 110 22.92%
2. Setuju 97 20.21%
3. Ragu-ragu 18 3.75%
4. Tidak setuju 155 32.29%
5. Sangat tidak setuju 100 20.83%
Jumlah 480 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 110 orang atau 22.92 % yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
kondisi dan kemampuan masyarakat kecamatan Tibawa untuk membayar sesuai dengan
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku belum diterapkan secara merata oleh
pihak pemberi pelayanan, 97 orang atau 20.21 % memiliki jawaban setuju bahwa kondisi dan
kemampuan masyarakat kecamatan Tibawa untuk membayar sesuai dengan Ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku belum diterapkan secara merata oleh pihak pemberi
pelayanan, 18 orang atau 3.75 % memiliki jawaban ragu-ragu bahwa kondisi dan kemampuan
masyarakat kecamatan Tibawa untuk membayar sesuai dengan Ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku belum diterapkan secara merata oleh pihak pemberi pelayanan, 155
orang atau 32.29 % memiliki jawaban tidak setuju bahwa kondisi dan kemampuan masyarakat
kecamatan Tibawa untuk membayar sesuai dengan Ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku belum diterapkan secara merata oleh pihak pemberi pelayanan. Dan 100 orang atau
20.83 % memiliki jawaban sangat tidak setuju bahwa kondisi dan kemampuan masyarakat
kecamatan Tibawa untuk membayar sesuai dengan Ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku belum diterapkan secara merata oleh pihak pemberi pelayanan. Dengan demikian
presentase yang paling tinggi adalah kondisi dan kemampuan masyarakat kecamatan Tibawa
untuk membayar sesuai dengan Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku belum
diterapkan secara merata oleh pihak pemberi pelayanan.
10) Penerapan Aturan Dalam Pelayanan KTP
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Iyam Bagu salah satu anggota masyarakat Desa
Molowahu kecamatan Tibawa mengatakan bahwa “Pelayanan yang diberikan oleh aparatur
kecamatan kepada masyarakat, belum terlalu sesuai dengan aturan yang diterapkan.
Tanggapan menurut peneliti bahwa Pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan
kepada masyarakat, belum terlalu sesuai dengan aturan yang diterapkan memang benar, dan ini
dapat di deskripsikan sebagai berikut:
TABEL 4.14
Penerapan Aturan Dalam Pelayanan
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 110 22.92%
2. Setuju 155 32.29%
3. Ragu-ragu 97 20.21%
4. Tidak setuju 18 3.75%
5. Sangat tidak setuju 100 20.83%
Jumlah 480 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 110 orang atau 22.92 % yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai
dengan aturan yang diterapkan, 155 orang atau 32.29 % memiliki jawaban setuju bahwa
pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai
dengan aturan yang diterapkan, 97 orang atau 20.21 % memiliki jawaban tidak setuju pelayanan
yang diberikan oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai dengan aturan
yang diterapkan, 18 orang atau 3.75 % memiliki jawaban ragu-ragu pelayanan yang diberikan
oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai dengan aturan yang diterapkan.
Dan 100 orang atau 20.83 % memiliki jawaban sangat tidak setuju pelayanan yang diberikan
oleh aparatur kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai dengan aturan yang diterapkan.
Dengan demikian presentase yang paling tinggi adalah pelayanan yang diberikan oleh aparatur
kecamatan kepada masyarakat belum terlalu sesuai dengan aturan yang diterapkan.
11) Keterbukaan dalam pelayanan
Hasil wawancara dengan Bapak Ruslan Saleh, S.IP Salah seorang Staf kantor Kecamatan
Tibawa mengatakan bahwa “pelayanan Kartu Tanda Penduduk ( KTP) tersebut harus
dilaksanakan secara transparan dan akuntabel oleh setiap unit pelayanan instansi pemerintah
karena kualitas kinerja birokrasi pelayanan Kartu Tanda Penduduk ini akan memiliki implikasi
yang luas dalam mencapai suatu kesejahteraan masyarakat khususnya dalam pelayanan Kartu
Tanda Penduduk,sehingga masyarakat tidak mengeluh mengenai pengurusan KTP ”(wawancara
tanggal 11 Juni 2012).
Tanggapan menurut peneliti bahwa aparatur pemerintah di Kecamatan Tibawa
melaksanakan pelayanan tidak secara transparan dan akuntabel oleh setiap unit pelayanan
memang benar, dan ini dapat di deskripsikan sebagai berikut:
TABEL 4.15
Frekuensi Keterbukaan Dalam Pelayanan
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 97 20.21%
2. Setuju 110 22.92%
3. Ragu-ragu 18 3.75%
4. Tidak setuju 100 20.83%
5. Sangat tidak setuju 155 32.29%
Jumlah 480 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 97 orang atau 20.21 % yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
aparatur pemerintah di Kecamatan Tibawa melaksanakan pelayanan tidak secara transparan dan
akuntabel oleh setiap unit pelayanan, 110 orang atau 22.92 % memiliki jawaban setuju bahwa
aparatur pemerintah di Kecamatan Tibawa melaksanakan pelayanan tidak secara transparan dan
akuntabel oleh setiap unit pelayanan, 18 orang atau 3.75 % memiliki jawaban ragu-ragu bahwa
aparatur pemerintah di Kecamatan Tibawa melaksanakan pelayanan tidak secara transparan dan
akuntabel oleh setiap unit pelayanan, 100 orang atau 20.83% tidak setuju bahwa aparatur
pemerintah di Kecamatan Tibawa melaksanakan pelayanan tidak secara transparan dan
akuntabel oleh setiap unit pelayanan. dan 155 orang atau 32.29% sangat tidak setuju bahwa
aparatur pemerintah di Kecamatan Tibawa melaksanakan pelayanan tidak secara transparan dan
akuntabel oleh setiap unit pelayanan. Dengan demikian presentase yang paling tinggi adalah
aparatur pemerintah di Kecamatan Tibawa melaksanakan pelayanan tidak secara transparan dan
akuntabel oleh setiap unit pelayanan.
12) Kendala Pelayanan Aparatur Kecamatan Tibawa
Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Drs. Ismet Tuhala selaku Camat Tibawa
mengatakan bahwa aparatur pemerintahan di Kecamatan Tibawa masih berpendidikan rendah,
tidak transparan dalam pelayanan, kurang bertanggung jawab ketika bertugas maka kami selaku
pihak pimpinan mengupayakan aparatur untuk diikutsertakan dalam berbagai pendidikan dan
pelatihan administrasi umum, bimbingan, penyuluhan, loka karya dan kegiatan lainnya baik
secara regional maupun nasional. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai keberhasilan pelayanan
KTP di kecamatan Tibawa maka diperlukan aparatur pemerintah kecamatan yang memiliki
keamuan dan loyalitas serta memiliki pendidikan yang tinggi dalam bekerja
(Wawancara,tanggal 7 Juni 2012).
Tanggapan menurut peneliti bahwa kendala yang dialami oleh aparatur pemerintahan di
Kecamatan Tibawa yaitu aparatur yang ada di kecamatan tersebut masih berpendidikan rendah,
tidak transparan dalam pelayanan, kurang bertanggung jawab ketika bertugas memang benar,
dan ini dapat di deskripsikan sebagai berikut:
Tabel 4.16
Frekuensi Kendala Pelayanan Aparatur Kecamatan Tibawa
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 97 20.21%
2. Setuju 100 20.83%
3. Ragu-ragu 155 32.29%
4. Tidak setuju 18 3.75%
5. Sangat tidak setuju 110 20.21%
Jumlah 480 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 97 orang atau 20.21 % yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
aparatur yang ada di kecamatan Tibawa masih berpendidikan rendah, tidak transparan dalam
pelayanan, kurang bertanggung jawab ketika bertugas, 100 orang atau 20.83 % memiliki
jawaban setuju bahwa aparatur yang ada di kecamatan Tibawa masih berpendidikan rendah,
tidak transparan dalam pelayanan, kurang bertanggung jawab ketika bertugas, 155 orang atau
32.29 % memiliki jawaban ragu-ragu bahwa aparatur yang ada di kecamatan Tibawa masih
berpendidikan rendah, tidak transparan dalam pelayanan, kurang bertanggung jawab ketika
bertugas. 18 orang atau 3.75 % memiliki jawaban tidak setuju bahwa aparatur yang ada di
kecamatan Tibawa masih berpendidikan rendah, tidak transparan dalam pelayanan, kurang
bertanggung jawab ketika bertugas. Dan 110 orang atau 22.92 % memiliki jawaban sangat tidak
setuju bahwa aparatur yang ada di kecamatan Tibawa masih berpendidikan rendah, tidak
transparan dalam pelayanan, kurang bertanggung jawab ketika bertugas. Dengan demikian
presentase yang paling tinggi adalah aparatur yang ada di kecamatan Tibawa masih
berpendidikan rendah, tidak transparan dalam pelayanan, kurang bertanggung jawab ketika
bertugas.
13) Ketepatan Waktu Pelayanan
Sesuai dengan hasil wawancara dengan Sapril Badu salah satu tokoh masyarakat di
Kecamatan Tibawa mengatakan bahwa “Pelayanan di Kantor Kecamatan berjalan lama dan
berbelit-belit disebabkan karena tidak jelas dan tegasnya pembagian wewenang, konsistensi
pembagian kerja, serta sikap pimpinan kantor yang sewenang-wenang memberikan tugas kepada
aparat bawahan tanpa memperhitungkan aspek sifat pekerjaan, urgensi pekerjaan, dan dampak
pemberian tugas terhadap kualitas pemberian pelayanan kepada masyarakat”(wawancara tanggal
13 Juni 2012).
Tanggapan menurut peneliti bahwa pelayanan di Kantor Kecamatan berjalan lama dan
berbelit-belit disebabkan karena tidak jelas dan tegasnya pembagian wewenang memang benar,
dan ini dapat di deskripsikan sebagai berikut:
TABEL 4.17
Frekuensi Ketepatan Waktu Pelayanan
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 110 22.92%
2. Setuju 18 3.75%
3. Ragu-ragu 97 20.21%
4. Tidak setuju 155 32.29%
5. Sangat tidak setuju 100 20.83%
Jumlah 480 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 110 orang atau 22.92% yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
pelayanan di Kantor Kecamatan berjalan lama dan berbelit-belit disebabkan karena tidak jelas
dan tegasnya pembagian wewenang, 18 orang atau 3.75 % memiliki jawaban setuju bahwa
pelayanan di Kantor Kecamatan berjalan lama dan berbelit-belit disebabkan karena tidak jelas
dan tegasnya pembagian wewenang, 97 orang atau 20.21 % memiliki jawaban ragu-ragu bahwa
pelayanan di Kantor Kecamatan berjalan lama dan berbelit-belit disebabkan karena tidak jelas
dan tegasnya pembagian wewenang. 155 orang atau 32.29 % memiliki jawaban tidak setuju
bahwa pelayanan di Kantor Kecamatan berjalan lama dan berbelit-belit disebabkan karena tidak
jelas dan tegasnya pembagian wewenang, 100 orang atau 20.83 % memiliki jawaban sangat tidak
setuju bahwa pelayanan di Kantor Kecamatan berjalan lama dan berbelit-belit disebabkan karena
tidak jelas dan tegasnya pembagian wewenang. Dengan demikian presentase yang paling tinggi
adalah pelayanan di Kantor Kecamatan berjalan lama dan berbelit-belit disebabkan karena tidak
jelas dan tegasnya pembagian wewenang.
14) Tingkah Laku Aparatur Kecamatan Tibawa Dalam Pelayanan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Aminah Djakaria salah satu anggota
masyarakat Desa Buhu, mengatakan bahwa aparat Kecamatan tidak selalu berlaku ramah dan
sopan dalam pelayanan, yaitu seperti menunda nunda waktu yang sangat lama.
Tanggapan menurut peneliti bahwa aparat Kecamatan tidak selalu berlaku ramah dan
sopan dalam pelayanan memang benar, dan ini dapat di deskripsikan sebagai berikut:
TABEL 4.18
Tingkah Laku Aparatur Kecamatan Tibawa Dalam Pelayanan
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 155 32.92%
2. Setuju 100 20.83%
3. Ragu-ragu 110 22.92%
4. Tidak setuju 97 20.21%
5. Sangat tidak setuju 18 3.75%
Jumlah 480 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 155 orang atau 32.29% yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
aparat Kecamatan tidak selalu berlaku ramah dan sopan dalam pelayanan, 100 orang atau 20.83
% memiliki jawaban setuju bahwa aparat Kecamatan tidak selalu berlaku ramah dan sopan
dalam pelayanan, 110 orang atau 22.92% memiliki jawaban ragu-ragu bahwa aparat Kecamatan
tidak selalu berlaku ramah dan sopan dalam pelayanan, 97 orang atau 20.21% tidak setuju
bahwa aparat Kecamatan tidak selalu berlaku ramah dan sopan dalam pelayanan, 18 orang atau
3.75% sangat tidak setuju bahwa aparat Kecamatan tidak selalu berlaku ramah dan sopan dalam
pelayanan. Dengan demikian presentase yang paling tinggi adalah aparatur pemerintah di
Kecamatan Tibawa tidak selalu berlaku ramah dan sopan dalam pelayanan.
15) SDM yang dimiliki Aparatur Kecamatan Tibawa
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rahmat Ibrahim salah satu anggota
masyarakat Desa Tolotio kecamatan Tibawa mengatakan bahwa SDM yang dimiliki oleh pihak
kecamatan sangat minim, contohnya dalam pengoperasian computer saja banyak yang belum
terlalu menguasai, sehingga urusan masyarakat selalu saja ditunda, karena menunggu aparat
kecamatan yang ahli dalam bidang pengoperasian tersebut.
Tanggapan menurut peneliti bahwa SDM yang dimiliki oleh pihak kecamatan sangat
minim memang benar, dan ini dapat di deskripsikan sebagai berikut:
TABEL 4.19
SDM yang dimiliki Aparatur Kecamatan Tibawa
No Skala Sikap Frekuensi Persentase
1. Sangat setuju 110 22.92%
2. Setuju 18 3.75%
3. Ragu-ragu 97 20.21%
4. Tidak setuju 155 32.29%
5. Sangat tidak setuju 100 20.83%
Jumlah 480 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 480
orang responden terdapat 110 orang atau 22.92 % yang memiliki jawaban sangat setuju bahwa
SDM yang dimiliki oleh pihak kecamatan sangat minim, 18 orang atau 3.75 % memiliki jawaban
setuju bahwa SDM yang dimiliki oleh pihak kecamatan sangat minim, 97 orang atau 20.21 %
memiliki jawaban ragu-ragu bahwa SDM yang dimiliki oleh pihak kecamatan sangat minim. 155
orang atau 32.29 % memiliki jawaban tidak setuju bahwa SDM yang dimiliki oleh pihak
kecamatan sangat minim. 100 orang atau 20.83 % memiliki jawaban sangat tidak setuju bahwa
SDM yang dimiliki oleh pihak kecamatan sangat minim. Dengan demikian presentase yang
paling tinggi adalah SDM yang dimiliki oleh pihak kecamatan sangat minim.
Dapat disimpulkan bahwa dari 480 responden yang menjawab ke 15 aspek kinerja
aparatur dalam pelayanan KTP di Kecamatan Tibawa dalam penelitian ini dapat kita peroleh
pada tabel di bawah ini:
TABEL 4.20
Rekapitulasi Hasil Penelitian Berdasarkan Tabel 1 Sampai 15
no Keterangan Kinerja
Rekapitulasi Hasil Responden
SS % S % RR % TS % STS %
1. Kinerja Aparatur Kecamatan
Tibawa
97 20.21 18 3.75 110 22.92 155 32.29 100 20.83
2. Pelayanan KTP di Kecamatan
Tibawa
155 32.29 110 22.92 18 3.75 100 20.83 97 20.21
3. Prosedur Pelayanan kantor
Camat Tibawa 97 20.21 110 22.92 18 3.75 100 20.83 155 32.29
4. Kinerja aparatur dalam
pelayanan KTP 18 3.75 97 20.21 155 32.29 110 22.92 100 20.83
5.
Persiapan yang di lakukan
dalam pelayanan KTP
110 22.92 97 20.21 18 3.75 155 32.29 100 20.83
6.
Kualitas Pelayanan Aparatur
Kecamatan Tibawa
18 3.75 110 22.92 97 20.21 100 20.83 155 32.29
7.
Kenyamanan Dalam
Pelayanan
110 22.92 100 20.83 155 32.29 18 3.75 97 20.21
8. Aturan dalam pelayanan 18 3.75 155 32.29 110 22.92 100 20.83 97 20.21
9. Biaya Dalam Pelayanan
110 22.92 97 20.21 18 3.75 155 32.29 100 20.83
10.
Penerapan Aturan Dalam
Pelayanan KTP
110 22.92 155 32.29 97 20.21 18 3.75 100 20.83
11. Keterbukaan dalam pelayanan
97 20.21 110 22.92 18 3.75 100 20.83 155 32.29
12.
Kendala Pelayanan Aparatur
Kecamatan Tibawa
97 20.21 100 20.83 155 32.29 18 3.75 110 22.92
13. Ketepatan Waktu Pelayanan
110 22.92 18 3.75 97 20.21 155 32.29 100 20.83
14.
Tingkah Laku Aparatur
Kecamatan Tibawa Dalam
Pelayanan
155 32.29 100 20.83 110 22.92 97 20.21 18 3.75
15.
SDM yang dimiliki Aparatur
Kecamatan Tibawa
110 22.92 18 3.75 97 20.21 155 32.29 100 20.83
REKAPITULASI JAWABAN KINERJA APARATUR DALAM PELAYANAN KTP
YANG TERDIRI DARI 16 DESA DI KECAMATAN TIBAWA
TABEL 4.21
No
Responden Rekapitulasi akhir dari 16 responden
Keterangan Sangat setuju Tidak setuju
1 46.88 53.12
46.88 % dalam kategori
sangat setuju dan 53.12 % tidak setuju
2 58.96 41.04 58.96% dalam kategori
sangat setuju dan 41.04 %
tidak setuju
3 46.88 53.12 46.88 % dalam kategori
sangat setuju dan 53.12 %
tidak setuju
4 56.25 43.75 56.25 % dalam kategori sangat setuju dan 43.75
% tidak setuju
5 46.88 53.12 46.88 %dalam kategori
sangat setuju dan 53.12 %
tidak setuju
6 46.88 53.12 46.88 % dalam kategori
sangat setuju dan 53.12 %
tidak setuju.
7 76.04 23.96 76.04% dalam kategori
sangat setuju dan tidak
setuju 23.96 %
8 58.96 41.04 58.96% dalam kategori
sangat setuju dan 41.04 %
tidak setuju
9 46.88 53.12 46.88 % dalam kategori
sangat setuju dan 53.12 %
tidak setuju
10 75.42 24.58 75.42 %dalam kategori
sangat setuju dan 24.58 %
tidak setuju
11 46.88 53.12 46.88 %dalam kategori sangat setuju dan 53.12 %
tidak setuju
12 73.33 26.67 73.33 % dalam kategori
sangat setuju dan 26.67 %
tidak setuju 13 46.88 53.12 46.88 % dalam kategori
sangat setuju dan 53.12
%tidak setuju
14 76.04 23.96 76.04% dalam kategori
sangat setuju dan tidak
setuju 23.96 %
15 46.88 53.12 46.88 % dalam kategori
sangat setuju dan 53.12 %
tidak setuju
REKAPITULASI HASIL PERHITUNGAN DALAM PELAYANAN KTP DI
KECAMATAN TIBAWA.
TABEL 4.22
No
responden Presentase Jawaban yang Sangat
setuju dan Tidak setuju serta persen
(%)
Keterangan
SS TS
1 46.88 53.12 tidak setuju
2 58.96 41.04 Sangat setuju
3 46.88 53.12 tidak setuju
4 56.25 43.75 Sangat setuju
5 46.88 53.12 tidak setuju
6 46.88 53.12 tidak setuju
7 76.04 23.96 Sangat setuju
8 58.96 41.04 Sangat setuju
9 46.88 53.12 tidak setuju
10 75.42 24.58 Sangat setuju
11 46.88 53.12 tidak setuju
12 73.33 26.67 Sangat setuju
13 46.88 53.12 Tidak setuju
14 76.04 23.96 Sangat setuju
15 46.88 53.12 Tidak setuju
Dapat di simpulkan bahwa dari 480 responden yang jawab sangat setuju 60% dan yang
menjawab tidak setuju 40% dalam kinerja aparatur pelayanan KTP di kecamatan tibawa
kabupaten gorontalo.
4.3 PEMBAHASAN
4.3.1. Kinerja Aparatur Dalam Pelayanan KTP Di Kecamatan Tibawa Kabupaten
Gorontalo.
Adapun kinerja aparatur dalam pelayanan KTP di Kantor Kecamatan Tibawa, antara lain :
a) Kesederhanaan Pelayanan
Kualitas Sumber Daya Manusia dan Akuntabilitas aparat setempat merupakan hal penting
untuk diperhatikan sebagai instrument dalam pemberian pelayanan yang memuaskan. Kinerja
aparatur Kecamatan di Kecamatan Tibawa dalam pelayanan KTP masih belum maksimal
meskipun tingkat pengrusannya yang sederhana. Dimana dalam mengurus KTP, Kartu Keluarga
atau lainnya harus melalui Tingkat terendah yaitu RT dengan kata lain harus sesuai persyaratan
yang telah ditentukan oleh pihak kantor Kecamatan.
Berdasarkan Lembaran Daerah Kabupaten Gorontalo No. 12 Tahun 2001 Peraturan
Daerah No. 6 Tahun 2001 Tentang Sistem Informasi Pengelolaan Kependudukan, dimana dalam
proses penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk harus sesuai dengan SIMDUK Sistem
Pengelolaan Kependudukan yang telah ada. Kesederhanaan pelayanan di Tingkat Kecamatan
Tibawa Kabupaten Gorontalo dapat dikatakan berjalan baik.
Sebagaimana seperti hasil wawancara dengan Bapak Hamka N. Tuna selaku Sekretaris
Camat Kantor Kecamatan Tibawa menyatakan bahwa “alur permohonan dimulai dari tingkat RT,
pemohon diminta mengisi formulir untuk di tandatangani oleh RT, RW selanjutnya ke desa
untuk di register kemudian setelah di tandatangi Kepala Desa dan di register, pemohon
membawanya ke Kantor Kecamatan untuk selanjutnya di proses di Kecamatan menjadi KTP.
Kecuali untuk yang akan memperpanjang dan pemohon terlanjur ke kantor Kecamatan, pihak
Kecamatan pun memberikan keringanan dengan syarat memperlihatkan KTP yang akan
diperpanjang masa berlakunya, nanti akan di register ke Desa yang bersangkutan oleh pihak
kecamatan,” Hal ini sebagai salah satu wujud mempercepat pelayanan kepada masyarakat”
(wawancara tanggal 4 Juni 2012)
Berdasarkan wawancara di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan adanya alur
permohonan dalam pengurusan KTP dan sebagainya diharapkan masyarakat Tibawa memiliki
KTP. Kesederhanaan pelayanan dalam hal ini sanglah membantu bagi masyarakat dimana proses
pelayanan dilakukan dengan mudah dipahami dan mudah dilaksanakan tanpa ada kesan berbelit-
belit dari pihak pelayan dalam arti aparat pemerintah setempat. Akan tetapi pemberian pelayanan
pada dasarnya belum memberikan suatu kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah mulai dari waktu pelayanan, biaya pelayanan dan prosedur pelayanan,
sehingga masyarakat kecamatan Tibawa acuh tak acuh dalam mengurus KTP tersebut.
b) Kejelasan dan Kepastian Pelayanan
Kejelasan dan kepastian dalam pelayanan merupakan salah satu hal yang sangat penting
bagi masyarakat. Akan tetapi berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa kinerja aparatur
kecamatan Tibawa sebagai pelaksana pelayanan KTP belum menunjukkan hasil yang maksiamal
salah satunya yaitu kejelasan dan kepastian dalam pelayanan KTP belum menjalankan tugasnya
dengan penuh tanggung jawabnya sebagai pemberi pelayanan. Sehingga dalam pengurusan KTP
yang dilakukan oleh masyarakat Tibawa sering mendapat masalah hal ini disebabkan karena
Pihak pelaksana pelayanan tidak secara rinci dijelaskan baik prosedur serta persyaratan yang
harus dilengkapi untuk mengurus KTP, KK serta lain sebagainya yang berhubungan dengan
Kantor Kecamatan. Menurut Wasistiono, (2002:50-51) yaitu, Pelayanan umum adalah
pemberian jasa yang baik oleh pemerintah, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi
kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat. Dari pendapat tersebut terlihat bahwa aparatur
pemerintah merupakn unsur pertama yang harus memenuhi segala kebutuhan masyarakat dalam
hal ini adalah kejelasan suatu pelayanan harus melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Salim Tangkudung Salah seorang penduduk
Kecamatan Tibawa mengatakan :” Prosedur pelayanan yang ada di Kecamatan Tibawa memang
belum secara menyeluruh diketahui lapisan masyarakat yang ada. Masyarakat setempat pun
dalam hal pengurusan KTP atau hal lainnya terlebih dahulu harus ke RT untuk mengambil surat
keterangan domisili selanjutnya diserahkan ke Kantor Kecamatan Tibawa dan akan diproses
untuk selanjutnya akan tetapi hal ini belum maksimal dilaksanakan karena apartur kecamatan
dalam memberikan pelayanan tidak seperti yang diharapkan oleh masyarakat”(wawancara 4 Juni
2012).
Berdasarkan hasil wawancara di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Dengan adanya
pesyaratan yang sedemikian rupah pihak pelayananpun akan senang menjalankan tugasnya jika
masyarakat Tibawa tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan prosedur yang
berlaku,akan tetapi hal tesebut belum sepenuhnya dilakukan. Hal ini disebabkan karena Kinerja
Aparatur Kecamatan kurang memberikan suatu kejelasan dalam pelayanan KTP tersebut
sehingga masyarakat Kecamatan Tibawa tidak merasa senang dengan pelayanan yang diberikan.
c) Keamanan Dalam Pelayanan
Masyarakat Tibawa pada dasarnya ingin memperoleh suatu pelayanan yang maksimal,
dimana dalam hal ini setiap masyarakat ingin memperoleh haknya dengan mendapat pengakuan
dari daerah tempat tinggalnya. Sesuai dengan kenyataan dilapangan dalam pengurusan KTP
merupakan hal yang sangat penting bagi mereka, akan tetapi kenyamanan dalam pelayanan yang
diberikan oleh aparatur kecamatan Tibawa belum sesuai dengan keinginan mereka dini terlihat
ada aparatur yang sengaja tidak mau melayani masyarakat kalau berkas tidak lengkap. Oleh
karena itu, dari pihak masyarakat mengharapkan pihak pemerintah setempat lebih
memperhatikan kepastian dalam hal pengurusan KTP bagi masyarakat. Sebagaiman menurut
Kasmir (2005:31), mengatkan bahwa pelayanan yang baik adalah kemampuan seseorang dalam
memberikan pelayanan yang dapat memberi kepuasan kepada para pelanggan dengan ukuran
atau standar pelayanan minimal yang ditentukan oleh manajemen, agar dapat memuaskan
konsumen.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Kasie Vonim M. Yasin, S.Pd selaku
Pemerintahan mengungkapkan bahwa “sangat mengharapakan pelayanan yang diberikan sesuai
dengan aturan formal yang diterapkan. Pemberian pelayanan yang telah menunjuk kepada aturan
formal serta dianggap memenuhi sendi-sendi pelayanan sangat diharapakan masyarakat sehingga
aparatur pelayanan bisa konsisten dalam menerapkan aturan hukum pelayanan tanpa ada kendala
apapun. Apalagi yang berkaitan dengan pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sehingga apa
yang diharapkan oleh masyarakat dapat terwujud dengan baik dan maksimal”. Memang kadang-
kadang yang membuat kesalahan bukan dari masyarakat akan tetapi dari pemberi pelayanan
(wawancara tanggal 5 Juni 2012).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pelayanan
aparatur kecamatan Tibawa belum memberikan suatu pelayanan yang maksimal dalam hal ini
suatu kenyamanan bagi masyarakat dalam pelayanan KTP. Pelayanan aparatur kecamatan
Tibawa dalam pelayanan KTP harus dijalankan sesuai dengan yang diembannya.Oleh karena itu,
masyarakat Tibawa sangat mengharapakan suatu kenyamanan dalam pelayanan KTP sehingga
apa yang masyarakat inginkan dapat tercapai dengan baik.
4.3.2 Faktor-Faktor yang menghambat dalam Pelayanan KTP Di Kecamatan Tibawa
Ada beberapa faktor yang menghambat dalam pelaksanaan pelayanan KTP di Kantor
Kecamatan Tibawa, yaitu:
a. Efisiensi dalam Pelayanan KTP yang lambat
Pelayanan yang diberikan oleh aparatur kecamatan Tibawa belum maksimal dan adanya
pembatasan pelayanan hanya orang-orang tertentu saja yang cepat dilayani. Pelayanan ini sangat
memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang diberikan.
Bahkan aparat/pegawai kecamatan Tibawa selaku pihak pelayanan KTP yang utama belum
menajalankan tugasnya dengan baik. Dimana sering terjadi kesalahan yang fatal dan dapat
merugikan masyarakat setempat. Aparatur kecamatan Tibawa harus menjalankan sesuai dengan
aturan atau prosedur yang berlaku sehingga masyarakat merasa terlayani dengan baik dalam
pengurusan KTP tersebut. Sebagaimana menurut Moenir (2000:26-27) berpendapat bahwa
pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha
memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.
Hal ini di ungkapkan oleh Agustin Badu salah satu warga Kecamatan Tibawa
menyatakan bahwa "merasa kecewa dengan layanan kantor pemerintah yang tak jelas.
Pemerintah Kecamatan berjanji tanggal sekian KTP atau KK sudah jadi. Namun pada waktu
yang dijanjikan KTP belum jadi. Mengulur waktunya bisa lama sekali," (wawancara, 13 Juni
2012).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Pemberian
pelayananan KTP oleh aparatur kecamatan Tibawa kepada masyarakat belum dilaksanakan
dengan baik hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat yang mengeluh mengenai menunda-
nunda waktu proses pengerjaan KTP. Padahal kita ketahui bersama bahwa pemeberian pelayanan
tersebut merupakan perwujudan dari fungsi aparatur negara, agar terciptanya suatu keseragaman
pola dan langkah pelayanan umum oleh aparatur pemerintah perlu adanya suatu landasan yang
bersifat umum dalam bentuk pedoman tata laksana pelayanan umum, sehingga pelayanan umum
yang diberikan oleh instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah secara terbuka dan
transparan.
b. Ekonomis dalam Pelayanan
Pemerintah harus memperhatikan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan yang
diberikan oleh masyarakat dan ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai barang dan
atau jasa pelayanan masyarakat kecamatan Tibawa dilakukan dengan kewajaran. Akan tetapi
kondisi dan kemampuan masyarakat kecamatan Tibawa untuk membayar sesuai dengan
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku belum diterapkan secara merata oleh
pihak pemberi pelayanan. Bahkan ada beberapa pihak tertentu yang menggunakan “kesempatan
dalam kesempitan” untuk mendapatkan keuntungan lebih dari yang telah ditentukan.
Sementara itu suatu pelayanan yang komprehensif yang diberikan oleh aparatur
pemeintah dapat dilakukan dengan memperhatikan unsur-unsur dari pelayanan tersebut yaitu
pada saat terjadinya suatu interaksi antar aparat pemerintah sebagai pemberi layanan kepada
masyarakat sebagai konsumen dari pelayanan yang diberikan (Assauri,1999:178). Pendapat
tersebut mengamanahkan bahwa dalam melakukan suatu kinerja dalam pelayanan kepada
masyarakat pemerintah harus memperhatikan posedur yang berlaku. Akan tetapi teori tersebut
banyak tidak mampu untuk menjalankan dengan baik bahkan bertentangan dengan keinginan
masyarakat.
Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan tersebut, penulis dapat mengambil suatu
kesimpulan bahwa banyak masyarakat yang mengeluh dengan pelayanan yang diberikan oleh
aparatur kecamatan Tibawa. Misalnya Masyarakat Tibawa sering mendapatkan biaya
administrasi yang berbeda-beda dan pengurusan KTP tersebut membutuhkan waktu yang lama.
Bahkan aparatur dalam menjalankan tuugas dan fungsinya sering mendapat protes dari
masyarakat dan mengadukan kepada pimpinan dalam hal ini Camat. Disini terlihat jelas bahwa
aparatur tersebut belum menjalankan tugas yang diberikan oleh Negara.
c. Sarana dan Prasarana
Dengan semakin berkembangnya zaman, pelayanan kepada masyarakat akan semakin
meningkat seiring dengan banyaknya pelayanan yang harus dikrjakan. Kenyataan yang ada di
Kecamatan Tibawa mengenai sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pelanayanan KTP
tersebut nampaknya masih minim salah satunya mengenai kamera dan komputer. Oleh karena itu
sangat diperlukan adanya Penambahan Sarana dan Prasarana Kerja untuk mendukung segala
pelayanan di masyarakat kecamatan Tibawa yang tujuannya untuk memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor : 63/Kep/M.PAN/7/2003 tanggal 10 Juli 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik khususnya pada prinsip Pelayanan Publik Poin 7 masalah Kelengkapan Sarana
dan Prasarana yang isinya sebagai berikut :“Tersedianya sarana dan prasarana kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan
informatika”.
Inventaris sarana dan prasarana Kantor Kecamatan Tibawa diperoleh belum terpenuhi
bahkan keadaan sarana prasarana Kantor Kecamatan Tibawa sampai pada pelaksanaan penelitian
masih sangat terbatas.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Aminah Banggai selaku Kasie Trantib di
Kecamatan Tibawa menyatakan bahwa seharusnya pada era ini kepuasan pelanggan/pengguna
jasa harus dikedepankan karena pada hakikatnya merekalah (warga) yang menggaji pegawai
kecamatan atau para pegawai kecamatan itu kan bawahan Bupati yang pada waktu yang lalu
dipilih langsung oleh warga masyarakat, seharusnya lebih di utamakan. Masalah yang kecil
seperti kamera sebagai fasilitas dalam pelayanan KTP kadang dipinjamkan dari tangan ketangan
dan kamera tersebut sering rusak. Memang kesalahan bukan pada petugas tapi pada fasilitas yang
ada namun sesungguhnya aparat kecamatan bisa menyiasati ruangan yang ada demi kenyamanan
pengguna jasa dan juga pemerintah kota bisa menganggarkan fasilitas. Oleh karena itu, aparatur
kecamatan Tibawa harus jelih dalam melihat permasalahan tersebut karena maslah kecil akan
b e r d a m a p a k d a l a m p r o s e s p e l a ya n a n ( w a w a n c a r a t a n g g a l 6 J u n i 2 0 1 2 ) .
Sesuai dengan wawancara yang diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa
pemerintah Kecamatan Tibawa sebaiknya segera melakukan evaluasi untuk kenyamanan
masyarakat dalam proses pelayanan KTP di Kantor Kecamatan baik dari segi sarana prasarana
dan efisiensi pelayanan. Sehingga, dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai niscaya
pelayanan yang kita harapkan bersama akan bisa mencapai sasaran.
d.Sumber Daya Manusia Aparatur
Dalam menghadapi Era Globalitas, aparatur dituntut mempunyai kemampuan dan
kepekaan terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di wilayahnya. Derasnya arus informasi
membuat batas negara satu dengan yang lain seakan tak ada lagi. Hal ini berakibat pergeseran
pola fikir masyarakat yang tadinya tak banyak menuntut berubah menjadi banyak tuntutan yang
memang menjadi haknya. Untuk bisa memberikan pelayanan yang baik dan tanggap terhadap
situasi dan kondisi yang berkembang di masyarakat, tidak ada jalan lain kecuali dengan
peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).
Sebagaimana yang tercantum pada manfaat dan tujuan dari kegiatan pengembangan
Sumber Daya Manusia menurut Schuler (dalam Notoatmodjo, 2003:89) bahwa untuk
meningkatkan produktivitas, dengan mengikuti kegiatan pengembangan berarti pegawai juga
memperoleh tambahan ketrampilan dan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi pelaksanaan
pekerjaan mereka. Dengan demikian diharapkan juga secara tidak langsung akan meningkatkan
produktivitas kerjanya.
Ada dua jalan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan SDM Aparatur yaitu dengan
jalan pendidikan formal dan non formal. Untuk pendidikan formal ini nampaknya masih cukup
sulit diterapkan karena keterbatasan dana dan kesempatan yang ada. Yang paling memungkinkan
adalah pendidikan non formal yaitu melalui diklat-diklat baik diklat struk tural maupun diklat
teknis.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Drs. Ismet Tuhala selaku Camat Tibawa
mengatakan bahwa kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan
komunikasi merupakan suatu yang urgen dan memaksa aparatur pemerintahan di Kecamatan
Tibawa untuk mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Diketahui bahwa aparatur
pemerintahan di Kecamatan Tibawa masih berpendidikan rendah maka pihak pimpinan
mengupayakan aparatnya untuk diikutsertakan dalam berbagai pendidikan dan pelatihan
administrasi umum, bimbingan, penyuluhan, loka karya dan kegiatan lainnya baik secara
regional maupun nasional. Disamping itu, pendidikan dan pelatihan ini bertujuan memberikan
kedudukan organisasi dalam peran instansi masing-masing dalam pemerintahan desa serta
mampu melaksankan tugas dan pekerjaan sehari-hari secara efektif dan efisien serta penuh
tanggung jawab. Aparatur kecamatan Tibawa dalam menjalankan fungsi utamanya sebagai
fasilitator sekaligus pelaksana dan penanggung jawab pembangunan harus memiliki
keterampilan, khususnya keterampilan teknik yaitu pengetahuan teknik dan peralatan dalam
melaksanakan dan masih memerlukan keterampilan yang lain agar harapan hendak dicapai dapat
terpenuhi. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai keberhasilan pelayanan KTP di kecamatan
Tibawa maka diperlukan aparatur pemerintah kecamatan yang memiliki keamuan dan loyalitas
serta memiliki pendidikan yang tinggi dalam bekerja (Wawancara,tanggal 7 Juni 2012).
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor yang terutama dalam aparatur
Pemerintah Desa karena manusia yang merencanakan, melaksanakan dan melakukan
pengawasan. Oleh karena itu, berhasil tidaknya suatu pelaksanaan otonomi daerah sangat
tergantung pada manusia sebagai pelaksana pemerintahan desa tersebut. Dalam hal ini aparatur
pemerintahan desa sangat dituntut agar lebih mengembangkan sumber dayanya yang benar-benar
mampu dan handal sesuai dengan bidang yang dikerjakan atau menjadi tanggung jawabnya.
Sisi Peningkatan Disiplin Aparatur juga diperlukan, dimana hal ini Sudah bukan menjadi
rahasia umum lagi kalau disiplin di kalangan aparatur sangat rendah. Hal ini seakan sudah
membudaya dan kita dapat dengan mudah menemukan oknum-oknum yang tidak disiplin
tersebut
Hal ini seperti hasil wawancara dengan bapak Sofya H. Eksan, A.Ma Selaku Kasi Pel.
Umum di kantor Kecamatan Tibawa mengatakan Jam Kantor dimulai Pukul 08.00 sampai Pukul
16.00, tetapi kadang kala Pukul 08.00 staf kantor belum pada datang karena mereka pada
umumnya masih mengurus kegiatan lain. Jadi aktivitas kantor dimulai sekitar Pukul 10.00. kami
biasa melayani masyarakat jika semua staf sudah berada di tempat. Masyarakat yang datang
dipersilahkan menunggu sampai staf Kantor Kecamatan datang untuk melayani mereka
(wawancara tanggal 8 Juni 2012).
Dapat disimpulkan bahwa jika hal tersebut diatas terus berlanjut, sampai kapanpun
pelayanan akan terhambat dan masyarakatpun akan merasa malas untuk melakukan pengurusan
baik itu KTP, KK ataupun lain sebagainya yang merupakan hak masyarakat untuk memperoleh
kepastian hukum dari daerah dimana mereka tinggal. Agar imej negatif tersebut tidak semakin
parah, perlu adanya upaya pembinaan bersifat konsisten berkesinambungan, dan adanya
suritauladan dari atasan secara berjenjang, sehingga akan didapat hasil yang maksimal.
e. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertangggung jawaban atau
menjawab/menerangkan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan suatu organisasi kepada
pihak yang memiliki hak atau berwenang untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Akan tetapi sesuai dengan hasil pengamatan dilapangan pada kantor kecamatan Tibawa kenerja
aparatur kecamatan Tibawa belum dilakukan secara penuh beradasarkan prosedur yang berlaku,
sehingga perencanaan yang dianggap berhasil dan gagal dilaporkan agar dievaluasi dan ditindak
lanjuti. Sebagaiman menurut Mangkunegara (2000 : 67) , kinerja adalah sepadan dengan
prestasi kerja actual performance, yang merupakan hasil secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab
yang diberikan kepadanya.
Sesuai hasil wawancara dengan Tutur Jonli Ante salah satu tokoh masyarakat di
Kecamatan Tibawa menyatakan bahwa Kelalaian pelaksana pelayanan dalam mengontrol blanko
masih belum mencukupi atau sudah kekurangan tidak diperhatikan agar pelayanan berjalan
sesuai dengan prosedur dan masyarakat tidak perlu menunggu sampai 1 bulan hanya untuk
mengurus KTP. Disamping bukan hanya blanko yang menjadi masalah pelayanan umum di
Kecamatan Tibawa tetapi melainkan adanya “Pungli” (pungutan Liar) yang dilakukan oleh
beberapa pelaksana pelayanan tanpa memperhatikan prosedur yang secara nyata berada di depan
mata mereka. Tetapi, bagi masyarakat yang ingin urusannya cepat selesai kadangkala juga
menawarkan kepada pelaksana pelayanan umum agar dipercepat bagaimanapun caranya.
(wawancara,tanggal 8 Juni 2012).
Dapat disimpulkan bahwa hal yang demikian inilah yang menyebabkan kesenjangan
antara yang mempunyai uang banyak dan bagi masyarakat yang kehidupannya pas-pasan.
Dengan jumlah Staf yang ada di Kantor Kecamatan Tibawa, merupakan jumlah sangat memadai
untuk proses pelayanan yang sangat mudah tetapi kenyataannya tidak demikian. Sebagian besar
pegawai yang bertugas lebih banyak menggunakan waktunya untuk bercerita dengan sesama
atau mereka cepat pulang dengan alasan ada urusan keluarga. Dengan beberapa permasalahan di
atas diharapkan pihak atau pimpinan yang berkaitan melakukan evaluasi terhadap para pegawai
serta sarana dan prasarana Kantor yang telah ada, agar ke depannya pelayanan berjalan sesuai
dengan harapan masyarakat.
4.3.3 Upaya-upaya yang dilakukan oleh Aparatur Kecamatan Tibawa
dalam meningkatkan pelayanan KTP di Kecamatan Tibawa
a. Melakukan suatu Keterbukaan dalam Pelayanan KTP
Keterbukaan dalam pelayanan KTP sangat berpengaruh, dimana setiap pelayanan yang
akan diberikan pihak Kantor kecamatan Tibawa wajib di informasikan dan di sosialisasikan agar
masyarakat setempat dapat mengetahui prosedur dan tata cara dalam proses pelayanan KTP.
Oleh karena itu, peran kinerja camat Tibawa dalam pelayanan KTP hal ini sangatlah penting
untuk dilaksankan yang bersifat terbuka dan transparan kepada masyarakat.
Pemberian pelayanan publik khusunya peningkatan pelayanan KTP salah satunya diukur
melalui keterbukaan informasi dan seberapa jauh interaksi komunikasi yang terjalin antara
birokrasi sebagai pemberi layanan dengan masyarakat pengguna jasa. Hal diatas memperlihatkan
bahwa masyarakat Tibawa sebagai pengguna jasa seringkali belum mempunyai akses terhadap
informasi pelayanan yang dibutuhkan, demikian pula kecenderungan aparat birokrasi justru
terkesan menyembunyikan informasi kepada masyarakat. Dalam iklim komunikasi pelayanan
yng tertutup seperti ini, sangat sulit untuk dapat mewujudkan responsivitas aparat birokrasi
dalam penyelenggaraan pelayanan kepada publik.
b. Pemerataan dalam Pelayanan KTP yang bersifat Keadilan
Pelayanan KTP yang diberikan kepada masyarakat Tibawa yang diterima belum
mengutamakan kepuasan dalam pelayanan. Namun kadangkala terjadi perselisihan antara
masyarakat dan aparat pemberi pelayanan, hal ini sering terjadi karena kurangnya komunikasi
antara penerima dan pemberi pelayanan secara berkesinambungan dan merata kepada
masyarakat. Menurut Sutopo (2002 : 16 ) dalam hal pelayanan pada masa yang akan datang
hendaknya Makin lama makin baik (better) Makin lama makin baik artinya dalam memberikan
pelayanan pada pengguna jasa harus memperhatikan mutu pelayanan tersebut. Dengan
mengusahakan peningkatan mutu pelayanan yang ada akan membuat pengguna jasa akan merasa
terlayani dengan baik.
Hasil wawancara dengan Bapak Ari Panai selaku Kasie Pelayanan Umum mengutarakan
bahwa “Rasa Ketidakadilan kepada masyarakat dalam pelayanan sering terjadi disebabkan
karena tidak adanya ikatan emosional antara aparat/petugas pelayanan dengan masyarakat bahwa
pelayanan adalah untuk kepentingan bersama, masih ada anggapan bahwa masyarakat yang
butuh, sehingga masih dijumpai cara-cara mempersulit masyarakat sehingga sering kali
masyarakat dibuat bingung karena tidak jelasnya prosedur pelayanan, terutama masyarakat
perdesaan yang belum mengetahui prosedur pengurusannya. Jadi masyarakat beranggapan
mereka dipersulit padahal itu sudah seperti yan ditentukan oleh aturan”(wawancara tanggal 12
Juni 2012)
c. Melaksanakan Ketepatan Waktu dalam Pelayanan KTP
Pemberian pelayanan di Kantor kecamatan Tibawa harus lebih efektif dan efisien
sehingga masyarakat memperoleh pelayanan KTP yang maksimal dan memuaskan. Namun,
pelayanan KTP di kecamatan Tibawa justru mengulur-ulur waktu pelayanan. Banyak
aparat/pejabat pemberi pelayanan KTP melakukan pelayanan sesuka hati mereka. Hal ini
menyebabkan proses pelayanan berjalan lambat di kecamatan Tibawa saharusnya dilaksanakan
sesuai dengan prosedur dan tepat waktu. Hal yang senada menurut Irawan (2000:588)
menyatakan bahwa: “ Kinerja (performance) adalah hasil kerja yang konkrit, dapat diamati, dan
dapat diukur”. Sehingga kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dalam
pelaksanaan tugas yang berdasarkan ukuran dan waktu yang telah ditentukan.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Sapril Badu salah satu tokoh masyarakat
di Kecamatan Tibawa mengatakan bahwa “Pelayanan di Kantor Kecamatan berjalan lama dan
berbelit-belit disebabkan karena tidak jelas dan tegasnya pembagian wewenang, konsistensi
pembagian kerja, serta sikap pimpinan kantor yang sewenang-wenang memberikan tugas kepada
aparat bawahan tanpa memperhitungkan aspek sifat pekerjaan, urgensi pekerjaan, dan dampak
pemberian tugas terhadap kualitas pemberian pelayanan kepada masyarakat”(wawancara tanggal
13 Juni 2012).
Padahal Dalam proses pengurusan KTP atau lain sebagainya semua persyaratan telah
dipenuhi untuk kelancaran administrasi dan kelengkapan data untuk kantor Kecamatan Tibawa
tetapi tetap saja proses pelayanan berlangsung lama dan kadangkala memerlukan waktu yang
sangat lama.
Dari keterangan diatas, dapat diakatakan bahwa proses pelayanan di kantor Kecamatan
Tibawa sampai saat ini belum maksimal dan belum memenuhi standar pelayanan umum yang
ada. Hal ini dimulai dengan proses kesederhanaan dalam pelayanan yang bisa dikatakan sangat
bertolak belakang dengan prosedur pelayanan yang ada. Oleh karena itu, pihak pemerintah
Kecamatan Tibawa sebaiknya lebih banyak melakukan evaluasi terhadap kinerja dan
akuntabilitas aparat pelaksana pelayanan umum di Kantor Kecamatan Tibawa agar pelayanan
umum yang mengutamakan kepuasan masyarakat dapat terlaksana.
d. Mengikut Sertakan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur
Program pendidikan adalah suatu proses yang di desain untuk memelihara ataupun
meningkatkan kinerja aparatur pemerintah desa. Program pengembangan adalah suatu proses
yang didesain untuk mengembangkan kecakapan yang diperlukan bagi aktivitas kerja dimasa
datang.
Menurut Robbins (1996 : 218) tingkat kinerja pegawai sangat tergantung kedua faktor
yaitu kemampuan pegawai itu sendiri, seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman,
dimana dengan tingkat kemampuan yang semakin tinggi akan mempunyai kinerja semakin tinggi
pula. Faktor lain adalah motivasi kerja pegawai yaitu dorongan dari dalam pegawai untuk
melakukan suatu pekerjaan. Dengan motivasi kerja yang tinggi akan mempunyai kinerja tinggi
dan sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua faktor yaitu motivasi dan kemampuan
mempunyai hubungan yang positif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Drs. Ismet Tuhala Selaku camat Tibawa
mengatakan bahwa kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan
komunikasi memaksa organisasi dalam hal ini aparatur pemerintah Camat Tibawa untuk
mengikuti perkembangan tersebut. Seperti diketahui data yang diperoleh bahwa aparat
kecamatan masih berpendidikan rendah dalam hal ini sebagian stafnya maka pihak pimpinan
Camat mengupayakan aparatnya untuk diikutsertakan dalam berbagai pendidikan dan pelatihan
administrasi umum, bimbingan, penyuluhan, loka karya dan kegiatan lainnya baik secara
regional maupun nasional. Disamping itu, pendidikan dan pelatihan ini bertujuan memberikan
kedudukan organisasi dalam peran instansi masing-masing dalam pemerintahan desa serta
mampu melaksankan tugas dan pekerjaan sehari-hari secara efektif dan efisien serta untuk
meningkatkan pengetahuan aparat dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam bidang
tertentu. Aparat kecamatan Tibawa dalam menjalankan fungsinya utamanya sebagai fasilitator
sekaligus pelaksana dan penanggung jawab pembangunan harus memilki keterampilan,
khususnya keterampilan teknik yaitu pengetahuan teknik dan peralatan dalam melaksanakan dan
masih memerlukan keterampilan yang lain agar harapan hendak dicapai dapat terpenuhi. Hal
tersebut untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah yang efisien dan efektif
di kantor kecamatan Tibawa maka diperlukan aparatur pemerintah desa yang memiliki
kapabilitas dan integritas serta memiliki pendidikan yang tinggi (Wawancara 15 Juni 2012).
Dari hasil wawancara di atas penulis dapat disimpulkan bahwa Aparat pemerintah
Kecamatan Tibawa diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan baik yang
bersifat teknis maupun Non Teknis dengan harapan, terciptanya tenaga kerja yang terampil dan
selanjutnya akan menciptakan kepuasan pelayanan bagi masyarakat. Selain itu, camat sebagai
pimpinan pemerintahan tertinggi di Kantor Kecamatan Tibawa lebih tegas dalam memberikan
sanksi kepada oknum aparat yang melanggar paraturan tanpa melupakan memberikan
penghargaan kepada pegawai yang berprestasi. Dan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan, Camat harus senantiasa meminta laporan-laporan yang jelas mengenai tugas yang di
bebankan kepada aparat Kantor Kecamatan Tibawa agar timbul rasa tanggung jawab pegawai
atas tugas-tugas yang telah diberikan.