bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 deskripi …

19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripi Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek penelitianya adalah seluruh siswa kelas 5 yang terdiri dari 52 siswa dari SD Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen, 24 siswa kelas 5 SD Negeri Tlahab dan 28 siswa kelas 5 SD Negeri Bejen. Kelas 5 SD Negeri Tlahab sebagai kelas eksperimen 1 yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan kelas 5 SD Negeri Bejen sebagai kelas eksperimen 2 yang diajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E. Adapun data sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 26 dibawah ini: Tabel 26 Subjek Penelitian No. Kelas Jumlah Siswa 1 5 SD Negeri Tlahab 24 2 5 SD Negeri Bejen 28 Total 52 4.2 Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tlahab Kecamatan Kledung dan SD Negeri Bejen Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung. SD Negeri Tlahab sebagai kelas eksperimen 1 yang diajar menggunakan model Problem Based Leraning dan SD Negeri Bejen sebagai kelas eksperimen 2 diajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E. Kedua kelompok tersebut telah diuji kesamaan varians yang menunjukan bahwa kedua kelas tersebut homogen, dan kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Setelah diuji menggunakan Independent Sample T-test h0 diterima, itu berarti sebelum diberi perlakuan kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama. Oleh karena itu, kedua kelas diberikan perlakuan, untuk kelas eksperimen 1 (SD Negeri Tlahab) diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan kelas eksperimen 2 (SD Negeri Bejen) diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E. 53

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripi Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek penelitianya adalah seluruh siswa kelas 5

yang terdiri dari 52 siswa dari SD Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen, 24 siswa

kelas 5 SD Negeri Tlahab dan 28 siswa kelas 5 SD Negeri Bejen. Kelas 5 SD

Negeri Tlahab sebagai kelas eksperimen 1 yang diajar menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning dan kelas 5 SD Negeri Bejen sebagai

kelas eksperimen 2 yang diajar menggunakan model pembelajaran Learning

Cycle 7E. Adapun data sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 26 dibawah ini:

Tabel 26

Subjek Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa

1 5 SD Negeri Tlahab 24

2 5 SD Negeri Bejen 28

Total 52

4.2 Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tlahab Kecamatan Kledung dan

SD Negeri Bejen Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung. SD Negeri Tlahab

sebagai kelas eksperimen 1 yang diajar menggunakan model Problem Based

Leraning dan SD Negeri Bejen sebagai kelas eksperimen 2 diajar menggunakan

model pembelajaran Learning Cycle 7E. Kedua kelompok tersebut telah diuji

kesamaan varians yang menunjukan bahwa kedua kelas tersebut homogen, dan

kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Setelah diuji menggunakan Independent

Sample T-test h0 diterima, itu berarti sebelum diberi perlakuan kedua kelas

memiliki kemampuan awal yang sama. Oleh karena itu, kedua kelas diberikan

perlakuan, untuk kelas eksperimen 1 (SD Negeri Tlahab) diberikan perlakuan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan kelas

eksperimen 2 (SD Negeri Bejen) diberi perlakuan menggunakan model

pembelajaran Learning Cycle 7E.

53

54

Pelaksanaan penelitian dilakukan masing-masing 2 kali pertemuan.

Berikut adalah jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 27:

Tabel 27

Pelaksanaan Penelitian

No Tanggal Pelaksanaan

penelitian Uraian Kegiatan

1. 19 Maret 2016 Pretest di kelas 5 SD Negeri Tlahab

2. 22 Maret 2016 Pembelajaran Problem Based Learning di kelas 5 pertemuan

I SD Negeri Tlahab

3. 23 Maret 2016 Pembelajaran Problem Based Learning di kelas 5 pertemuan

II SD Negeri Tlahab

5. 29 Maret 2016 Posttest di kelas 5 SD Negeri Tlahab

6. 16 April 2016 Pretest di kelas 5 SD Negeri Bejen

7. 18 April 2016 Pembelajaran Learning Cycle 7E di kelas 5 pertemuan 1 SD

Negeri Bejen

8. 23 April 2016 Pembelajaran Learning Cycle 7E di kelas 5 pertemuan II SD

Negeri Bejen

9. 25 April 2016 Posttest di kelas 5 SD Negeri Bejen

4.2.1 Kelas Eksperimen 1

Sebelum memberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen 1 maka

terlebih dahulu diberikan pretest, pretest pada kelas eksperimen 1 (kelas 5 SD

Negeri Tlahab) dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 Maret 2016 pukul 09.00

– 10.30 WIB.

Pembelajaran pada pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22

Maret 2016 pukul 07.00 – 08.10 WIB dengan dua tujuan yaitu mengetahui sifat-

sifat segitiga dan memahami konsep segitiga. Kelas eksperimen 1 diajar

menggunakan model Problem Based Learning. Model pembelajaran ini memiliki

lima langkah dalam pembelajaran. Pertama adalah orientasi masalah. Dalam

orientasi masalah ini guru bercerita tentang kerajaan segiempat, dimana cerita

tersebut akan memfokuskan perhatian siswa pada materi sifat-sifat segitiga.

Dalam cerita tersebut memiliki misi yaitu menyelamatkan putri kerajaan

segiempat yang diculik oleh kerajaan segitiga dan siswa sebagai rakyat kerajaan

segiempat. Kemudian siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dengan dibagikan

bermacam-macam bangun segitiga yang memiliki warna berbeda-beda dan siswa

disuruh berkumpul menurut bentuknya. Langkah kedua adalah mengorganisasi

siswa untuk belajar. Guru membantu siswa menyusun rencana penyelamatan putri

55

kerajaan dengan memberikan “Gembok Segitiga”, rakyat kerajaan (siswa) yang

telah dibagi ke dalam beberapa kelompok harus melengkapi gembok segitiga

tersebut dengan menggunting kertas kemudian untuk ditempel agar gembok

tersebut dapat dibuka. Kemudian setiap kelompok diberikan lembar kerja

kelompok untuk mengidentifikasi sifat-sifat segitiga. langkah ketiga adalah

membimbing penyidikan. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi untuk

menyelamatkan putri kerajaan segiempat dengan melengkapi gembok segitiga dan

mengidentifikasi sifat-sifatnya. Kemudian langkah ke empat adalah

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa bercerita bergantian bersama

kelompoknya didepan kelas bagaimana misi penyelamatan dapat berjalan dengan

baik, kelompok yang berhasil menyelamatan putri kerajaan adalah kelompok

segitiga lancip disusul dengan kelompok dari segitiga tumpul, siswa dari

kelompok lain bertanya dan menanggapi. Dan langkah yang ke lima adalah

menganalisis dan mengevaluasi proses, guru memberikan penguatan tentang

materi sifat-sifat segitiga. pembelajaran pada pertemuan ini membuat siswa

antusias dan senang.

Pembelajaran pada pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal

23 Maret 2016 pukul 09.00 – 10.10 WIB dengan tiga tujuan pembelajaran yaitu

menyebutkan sifat-sifat bangun datar segiempat, memahami konsep bangun datar

segiempat dan menyebutkan sifat istimewa bangun datar segi empat. Seperti pada

pertemuan sebelumnya, kelas eksperimen 1 diajar menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning. Guru mengawali pembelajaran dengan

bercerita tentang Kecelakan pesawat Air Asia, guru bertanya jawab dengan siswa

tentang kecelakaan pesawat tersebut, siswa terlihat sangat antusias dalam

menanggapi cerita tersebut. Kemudian guru meminta siswa untuk menyelidiki

kepingan-kepingan pesawat yang telah ditemukan, akan tetapi sebelum

penyedikan itu dimulai guru membentuk siswa kedalam beberapa tim penyidik.

Siswa diberikan bermacam-macam bangun datar segiempat dengan beberapa

warna, kemudian guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai warnanya. Dalam

kelas ini terdapat 6 tim penyidik yang akan membantu mengidentifikasi serpihan-

serpihan badan pesawat. Guru membantu siswa menyusun rencana penyidikan

56

dengan memberikan serpihan badan pesawat dan lembar kerja kelompok, siswa

mengidentifikasi bentuk serpihan badan pesawat tersebut dan menuliskan di

lembar kerja kelompok. Guru memberikan arahan, agar proses pengidentifikasian

maka diperlukan kerja sama antar tim dalam kelompok. Siswa melaksanakan

identifikasi serpihan badan pesawat dengan berdiskusi dengan teman

kelompoknya. Kemudian siswa dan teman kelompoknya mengembangkan hasil

identifikasinya dan melakuan presntasi didepan kelas, siswa dari kelompok lain

bertanya dan menanggapi. Guru memberikan penguatan tentang materi yang telah

telah dipelajari dan bersama siswa menyimpulkan pembalajaran hari ini.

Posttest dilaksanakan setelah diberikan perlakuan model pembelajaran

Problem Based Learning yaitu pada hari Selasa tanggal 29 Maret 2016 pukul

07.00 – 08.10 WIB.

4.2.2 Kelas Eksperimen 2

Sebelum memberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen 2 maka

terlebih dahulu diberikan pretest, pretest pada kelas eksperimen 2 (kelas 5 SD

Negeri Bejen) dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 16 April 2016 pukul 10.10 –

11.30 WIB.

Pembelajaran pada pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 18

April 2016 pukul 07.00 – 08.10 WIB dengan dua tujuan yaitu mengetahui sifat-

sifat segitiga dan memahami konsep segitiga. Kelas eksperimen 2 diajar

menggunakan model Learning Cycle 7E. Model pembelajaran ini memiliki tujuh

langkah dalam pembelajaran. Langkah pertama adalah memunculkan pemahaman

awal siswa (Elicit), guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang benda

disekita siswa yang berbentuk segitiga. langkah yang kedua adalah melibatkan

siswa (engage), guru menggambar tabel tentang segitiga ditinjau dari sudut dan

sisinya, guru meminta beberapa siswa untuk menggambarkan bangun datar

segitiga akan tetapi disini banyak kendala yaitu siswa malu dan takut salah saat

disuruh maju kedepan untuk menggambarkan segitiga. untuk langkah yang ke tiga

yaitu menyelidiki (explore), siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dengan

membagikan macam-macam bangun segitiga dengan warna yang berbeda dan

57

guru menyuruh siswa untuk berkumpul dengan teman yang memiliki bangun

segitiga yang berbentuk sama. Siswa dibagikan lembar kerja kelompok dan

macam-macam bangun segitiga. langkah yang ke empat adalah menjelaskan

(explain), siswa diminta untuk persentasi didepan kelas menggunakan bahasanya

sendiri, teman-teman dari kelompok lain bertanya dan menanggapi hasil

presentainya. Langkah yang ke lima adalah pengkayaan aplikasi penerapan

konsep (elaborate), pada tahapan ini siswa mengumpulkan informasi tentang ciri-

ciri pokok yang dimiliki segitiga bangun-bangun segitiga tersebut. Langkah ke

enam adalah evaluasi (evaluate), guru memberikan penjelasan tentang materi

sifat-sifat segitiga. Dan langkah yang terakhir yaitu ke tujuh adalah memperluas

(extend), guru memperluas materi dengan menjelaskan bahwa jumlah keseluruhan

sudut dalam segitiga adalah 180o, guru membuktikannya nengan memotong ketiga

ruas garis dan menggabungkannya dalam satu garis lurus.

Pembelajaran pada pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal

23 April 2016 pukul 07.00 – 08.10 WIB dengan tiga tujuan pembelajaran yaitu

menyebutkan sifat-sifat bangun datar segiempat, memahami konsep bangun datar

segiempat dan menyebutkan sifat istimewa bangun datar segi empat. Seperti pada

pertemuan sebelumnya, kelas eksperimen 2 diajar menggunakan model

pembelajaran Learning Cycle 7E. Guru memulai pembelajaran dengan

memberikan pertanyaan kepada siswa, ubin berbentuk apa? Persegi dan segiempat

sama atau tidak?, pada fase memunculkan pemahaman awal siswa ternyata siswa

sudah tahu perbedaan persegi dan segiempat. Guru dan siswa bertanya jawab

tentang benda disekitar yang berbentuk benda-benda segiempat. Dalam langkah

yang kedua guru melibatkan siswa dengan meminta siswa untuk menggambar

berbagai macam bangun datar segiempat di papan tulis. Kemudian siswa dibentuk

menjadi beberapa kelompok dengan membagikan berbagai macam bangun datar

segiempat dan meminta siswa untuk berkumpul sesuai warnanya. Siswa dibagikan

lembar kerja kelompok dan macam-macam bangun datar segiempat dan guru

menjelaskan cara berdiskusi kelompok yaitu mengidentifikasi sifat-sifat bangun

datar segiempat. Kemudian siswa mempresentasikan didepan kelas bersama

kelompoknya dengan bahasanya sendiri, teman-teman dari kelompok lain

58

bertanya dan menanggapi. Siswa disuruh untuk mengumpulkan informasi tentang

ciri-ciri pokok dan sifat istimewa dari berbagai macam bangun datar segiempat.

Guru menjelaskan materi sifat-sifat bangun datar segiempat dan bertanya jawab

tentang benda disekitar yang berbentuk bangun datar segiempat.

Posttest dilaksanakan setelah diberikan perlakuan model pembelajaran

Learning Cycle 7E yaitu pada hari Senin tanggal 25 April 2016 pukul 07.00 –

08.10 WIB.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Deskripsi Data

4.3.1.1 Deskripsi Data Sebelum Perlakuan

Deskripsi data yang disajikan adalah data hasil pretest matematika

sebelum perlakuan sebagai data kemampuan awal. Data hasil pengolahan tersebut

terlihat dalam Tabel 28, sebagai berikut:

Tabel 28

Deskripsi Data Pretest (Sebelum Perlakuan)

N Minimum Maximum Sum Mean

Std.

Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic

Std.

Error Statistic

eksperimen01 24 38 75 1298 54,06 1,955 9,578

eksperimen02 28 33 85 1628 58,13 1,995 10,555

Valid N

(listwise) 24

Berdasarkan Tabel 28 menunjukan bahwa jumlah sampel pada kelas

eksperimen 1 kelas 5 SD Negeri Tlahab adalah 24 siswa. Sedangkan jumlah

sampel kelas eksperimen 2 adalah 28 siswa. Nilai minimum dari kelas eksperimen

1 ini adalah 38, sedangkan nilai minimum kelas eksperimen 2 adalah adalah 33.

Nilai maksimun yang dicapai kelas eksperimen 1 adalah 75, kelas eksperimen

mencapai nilai maksimum 85. Rata-rata kelas eksperimen 2 lebih tinggi dari rata-

rata kelas eksperimen 1 yaitu 58,23 dan rata-rata kelas eksperimen 1 yaitu 54,06.

Standar deviasi kelas eksperimen 1 adalah 9,578 sedangkan kelas eksperimen 2

standar deviasinya 10,555. Secara garis besar perbedaan hasil pretest antara kelas

59

eksperimen 1 dan eksperimen 2 dapat dilihat pada gambar 2 diagram batang

dibawah ini

Gambar 2

Deskripsi Hasil Pretest

4.3.1.2 Deskripsi Data Setelah Perlakuan

Kemudian setelah diberikan pretest untuk memperoleh data awal,

selanjutnya diberikan perlakuan dan diperoleh data akhir melalui posttest. Data

hasil pengolahan tersebut terlihat dalam Tabel 29.

Tabel 29

Statistik Deskriptif Posttest (Setelah Perlakuan)

N

Minimu

m Maximum Sum Mean

Std.

Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

eksperimen01 24 45 95 1878 78,23 2,698 13,218

eksperimen02 28 58 90 2003 71,52 1,582 8,370

Valid N

(listwise) 24

Berdasarkan Tabel 29 menunjukan bahwa jumlah sampel pada kelas

eksperimen 1 kelas 5 SD Negeri Tlahab adalah 24 siswa. Sedangkan jumlah

sampel kelas eksperimen 2 kelas 5 SD Negeri Bejen adalah 28 siswa. Nilai

minimum dari kelas eksperimen 1 ini adalah 45, sedangkan nilai minimum kelas

eksperimen 2 adalah adalah 58. Nilai maksimun yang dicapai kelas eksperimen 1

adalah 95, kelas eksperimen 2 mencapai nilai maksimum 90. Rata-rata kelas

60

eksperimen 1 lebih tinggi dari rata-rata kelas eksperimen 2 yaitu 78,23 dan rata-

rata kelas eksperimen 2 yaitu 71,52. Standar deviasi kelas eksperimen 1 adalah

13,218 sedangkan kelas eksperimen 2 standar deviasinya 8,370. Secara garis besar

perbedaan hasil pretest antara kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 dapat dilihat

pada gambar 3 diagram batang dibawah ini

Gambar 3

Deskripsi Hasil Posttest

4.3.2 Data Kemampuan Pemahaman Konsep

Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu menyusun tabel

distribusi frekuensi untuk menyederhanakan hasil pretest dan posttest ke dalam

kategori kemampuan pemahaman konsep. Berikut adalah langkah-langkah

menyusun tabel pretest sebagai berikut:

Interval =

Interval =

Tabel 30

Kategori Kemampuan Pemahaman Konsep

Kategori Interval

Baik Sekali Nilai ≥ 81

Baik 61 - 80

Cukup 41 - 60

Kurang 21 - 40

Sangat Kurang Nilai ≤ 20

61

Penggambaran distribusi skor pretest kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa kelas eksperimen 1 (kelas 5 SD Negeri Tlahab) dan kelas

eksperimen 2 (kelas 5 SD Negeri Bejen) diklasifikasikan berdasarkan perolehan

pretest. Kategori pretest kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas

5 SD Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen adalah sebagai berikut:

Tabel 31

Kategori Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Siswa Kelas V SD Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen

Interval Kategori

Kelas Eksperimen 1

(SD Negeri Tlahab)

Kelas Eksperimen 2

(SD Negeri Bejen)

f % f %

Nilai 81 Baik Sekali 0 0 1 3,6

61 – 80 Baik 4 17 8 28,6

41 – 60 Cukup 16 66 18 64,2

21 – 40 Kurang 4 17 1 3,6

Nilai 20 Sangat Kurang 0 0 0 0

Jumlah 24 100 28 100

Gambar 4

Diagram Hasil Pretest

Penggambaran distribusi skor posttest kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa kelas eksperimen 1 (kelas 5 SD Negeri Tlahab) dan kelas

eksperimen 2 (kelas 5 SD Negeri Bejen) diklasifikasikan berdasarkan perolehan

62

posttest. Kategori posttest kemampuan pemahaman konsep matematika siswa

kelas 5 SD Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen adalah sebagai berikut:

Tabel 32

Kategori Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas V SD Negeri Tlahab dan SD

Negeri Bejen

Interval Kategori

Kelas Eksperimen 1

(SD Negeri Tlahab)

Kelas Eksperimen 2

(SD Negeri Bejen)

f % f %

Nilai 81 Baik Sekali 12 50 4 14,3

61 – 80 Baik 9 37,5 20 71,4

41 – 60 Cukup 3 12,5 4 14,3

21 – 40 Kurang 0 0 0 0

Nilai 20 Sangat Kurang 0 0 0 0

Jumlah 24 100 28 100

Gambar 5

Diagram Hasil Posttest

4.3.3 Hasil Analisis Data

4.3.3.1 Sebelum Perlakuan

Hasil analisis data sebelum perlakuan menggunakan data hasil

pretest. Hasil analisis tersebut dilakukan sebagai uji prasyarat analisis data

untuk uji keseimbangan. Hasil uji prasyarat sebagai berikut:

63

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data sebelum

perlakuan berdistibusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas untuk pretest

dari kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 33 sebagai berikut:

Tabel 33

Hasil Uji Normalitas Pretest “Shapiro Wilk”

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

nilai kelas eksperimen 1 ,144 24 ,200* ,960 24 ,441

kelas eksperimen 2 ,152 28 ,096 ,955 28 ,269

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan tabel di atas menunjukan hasil analisis uji normalitas

kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen

2 sebelum perlakuan. Dengan menggunakan uji normalitas Shapiro Wilk,

jika nilai signifikan > 0,05 maka data berdistribusi normal. Hasil output

tabel uji normalitas di atas menunjukan bahwa nilai signifikan kedua kelas

tersebut adalah 0,441. Sesuai dengan ketentuan bahwa 0,441 > 0,005 maka

H0 diterima dan data tersebut berdistribusi normal. Berikut adalah kurva

normalitas pretest.

Gambar 6

Kurva Normalitas Pretest

2. Uji Homogenitas Pretest

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas

tersebut berasal dari populai yang memiliki variansi yang sama. Hasil uji

64

homogenitas untuk pretest dari kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 34

sebagai berikut:

Tabel 34

Hasil Uji Homogenitas Pretest

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.375 1 50 .543

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan hasil uji homogenitas dengan

metode Lavene’s Test bahwa nilai signifikan sebesar 0,543, nilai

signifikan tersebut lebih besar dari 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0

diterima dan itu berarti kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki

variansi kelas sama (homogen).

3. Uji Keseimbangan

Uji Keseimbangan bertujuan untuk mengetahui apakah sampel

penelitian dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 mempunyai

kemampuan pemahaman konsep yang sama. Uji keseimbangan

menggunakan Independent Sample Test karena data berdistribusi normal

dan berasal dari populasi yang memiliki varians kelas sama (homogen).

Hasil pengolahan menggunakan SPSS 22.0 for windows dapat dilihat pada

Tabel 35 sebagai berikut:

Tabel 35

Uji Keseimbangan Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differenc

e

Std. Error

Difference

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lowe

r Upper

nilai Equal

variances

assumed

,375 ,543 -1,443 50 ,155 -4,063 2,814 -9,715 1,590

Equal

variances

not

assumed

-1,454 49,819 ,152 -4,063 2,793 -9,673 1,548

65

Berdasarkan uji keseimbangan pada Tabel 35, hasil signifikansi

adalah 0,152. Sesuai dasar pengambil keputusan yaitu jika nilai

signifikansi > 0,05 maka H0 diterima atau dapat diartikan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan pemahaman konsep kelas

5 SD Negeri Tlahab dengan kemampuan pemahaman konsep kelas V SD

Negeri Bejen. Jadi dapat disimpulkan, bahwa siswa yang akan diberi

perlakuan (treatment) menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning sebagai kelas eksperimen 1 dan Learning Cycle 7E sebagai kelas

eksperimen 2 dalam keadaan seimbang.

4.3.3.2 Setelah Perlakuan

Hasil analisis data setelah perlakuan menggunakan data hasil

posttest. Hasil uji normalitas, uji homogenitas dan uji beda rata-rata

setelah perlakuan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas posttest digunakan untuk mengetahui apakah

data setelah perlakuan dari kedua kelas berdistribusi normal atau tidak.

Hasil uji normalitas setelah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 36 sebagai

berikut:

Tabel 36

Hasil Uji Normalitas Data Posttest

“Shapiro Wilk”

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

nilai kelas eksperimen 1 ,145 24 ,200* ,931 24 ,101

kelas eksperimen 2 ,108 28 ,200* ,965 28 ,446

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan tabel di atas menunjukan hasil analisis uji normalitas

pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Dengan menggunakan

uji Shapiro Wilk bahwa nilai signifikan kedua kelas tersebut adalah 0,101.

Sesuai dengan ketentuan jika data > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

dan jika data < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dari hasil output uji

66

normalitas Shapiro Wilk nilai signifikansi 0,101, nilai tersebut > 0,05 jadi

sesuai dasar pengambilan keputusan maka H0 diterima atau dapat

disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Berikut adalah

kurva uji normalitas posttest.

Gambar 7

Kurva Uji Normalitas Posttest

2. Uji Homogenitas Posttest

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas

tersebut berasal dari populai yang memiliki variansi yang sama. Hasil uji

homogenitas untuk posttest kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 37

sebagai berikut:

Tabel 37

Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.935 1 50 0.53

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukan hasil uji homogenitas dengan

metode Lavene’s Test bahwa nilai signifikan sebesar 0,053, nilai

signifikan tersebut > 0,05. Jadi,dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan

itu berarti kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki variansi kelas

sama (homogen).

3. Uji Beda Rata-rata

Hasil perhitungan menunjukan bahwa hasil kemampuan

pemahaman konsep kelas eksperimen 1 (Problem Based Learning) dan

67

kelas eksperimen 2 (Learning Cycle 7E) berdistribusi normal dan berasal

dari populasi yang memiliki variansi sama (homogen). selanjutnya

dilakukan uji hipotesis penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ho : 1 = 2 artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan pemahaman

konsep matematika yang diajar menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning dan Learning Cycle 7E siswa kelas 5 SD

Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen semester 2 tahun pelajaran

2015/2016.

2. H1 : 1 2 artinya terdapat perbedaan kemampuan pemahaman

konsep matematika yang diajar menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning dan Learning Cycle 7E siswa kelas 5 SD

Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen semester 2 tahun pelajaran

2015/2016.

Hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan SPSS 22.0 for

windows disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 38

Uji Beda Rata-rata Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence

Interval of the Difference

Lower Uppe

r

nilai Equal variances assumed

3,935 ,053 2,219 50 ,031 6,711 3,024 ,637 12,78

6

Equal variances not assumed

2,146 37,731 ,038 6,711 3,128 ,378 13,04

4

Berdasarkan hasil uji t Independent Sample Test Equal variances

assumed diperoleh nilai signifikansi 0,031 yang berarti nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan pemahaman konsep

68

matematika siswa kelas 5 SD Negeri Bejen (kelas eksperimen 1) dan kelas

5 SD Negeri Bejen (kelas eksperimen 2) setelah diberikan perlakuan.

Sesuai dasar pengambilan keputusan, diketahui:

1. H0 : Kemampuan pemahaman konsep yang diajar dengan model

pembelajaran Problem Based Learning dan Learning Cycle 7E tidak

terdapat perbedaan.

2. H1 : Kemampuan pemahaman konsep yang diajar dengan model

pembelajaran Problem Based Learning dan Learning Cycle 7E

terdapat perbedaan yang signifikan.

Dari hasil pengujian Uji menunjukan pada kelas eksperimen 1 dan

kelas eksperimen 2 diperoleh hasil bahwa thitung > ttabel. Jadi dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep

yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan

Learning Cycle 7E siswa kelas 5 SD Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen

semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 5 SD Negeri Tlahab Kecamatan

Kledung Kabupaten Temanggung dan kelas 5 SD Negeri Bejen Kecamatan Bejen

Kabupaten Temanggung semester 2 tahun ajaran 2015/2016. Pada dasarnya

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman

konsep matematika yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning dan Learning Cycle 7E dalam mata pelajaran

matematika kelas 5. Dari hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri Tlahab dan

SD Negeri Bejen pada mata pelajaran matematika diperoleh hasil terdapat

perbedaan yang signifikan kemampuan pemahaman konsep matematika yang

diajar dengan model Problem Based Learning dan Learning Cycle 7E siswa kelas

5.

Sebelum diberi perlakuan, nilai rata-rata tes kemampuan pemahaman

konsep matematika yang diperoleh kelas eksperimen 1 adalah 54,0 dan nilai rata-

69

rata pada kelas eksperimen 2 adalah 58,1. Nilai rata-rata kedua kelas tersebut

perbedaannya sangat kecil sehingga dapat dikatakan relatif sama.

Pelaksanaan perlakuan (treatment) untuk kelas eksperimen 1

menggunakan Problem Based Learning. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok

kecil dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Awalnya siswa

kurang begitu tertarik sebab dalam pembagian kelompok tersebut dilakukan

secara acak dan mendapat teman kelompok yang kurang akrab dengan siswa itu

sendiri, namun guru memberi pengarahan kepada siswa, sehingga pada akhirnya

siswa mengikuti arahan dari guru untuk berkelompok dengan teman yang sudah

ditentukan guru. Kegiatan berlangsung cukup efektif karena antusias siswa setelah

mendengarkan permasalahan yang diajukan guru untuk dipecahkan bersama

teman satu tim, meskipun demikian masih ada beberapa siswa yang sibuk sendiri

mengganggu temannya dan tidak mau bekerja sama dengan kelompoknya. Guru

menghampiri dan membimbingnya. Siswa menyusun rencana penyelidikan dan

melakukan penyelelidikan. Setelah itu siswa bersama teman-teman kelompoknya

mempresentasikan kedepan kelas tentang apa solusi dari permasalahan tersebut.

Teman-teman yang lain menanggapi dan memberikan pertanyaan. Tetapi dalam

presentasi terdapat beberapa siswa yang malu-malu untuk berbicara didepan

umum.

Pembelajaran pada kelas eksperimen 2 menggunakan Learning Cycel 7E.

Proses pembelajaran pada kelas ini cukup aktif ketika guru bertanya tentang

materi, siswa menjawab dengan penuh antusias apa yang mereka ketahui tentang

materi tersebut. Seperti yang terjadi pada kelas eksperimen 1, siswa kurang

tertarik dengan adanya kelompok yang diacak oleh guru akan tetapi guru

memberikan pengarahan dan siswa mengikuti arahan guru untuk tidak membeda-

bedakan teman dalam hal apapun termasuk dalam berkelompok. Dalam

penyidikan berlangsung, ada beberapa anak yang tidak ikut mengerjakan dan

hanya berlari-lari mengganggu temannya. Tetapi ada beberapa kelompok yang

kompak dalam hal penyidikan maupun persentasi didepan kelas.

Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah sifat-sifat bangun datar.

Pemahaman konsep dalam bangun datar harus benar-benar dikuasai siswa karena

70

bangun datar akan terus digunakan sampai ke jenjang-jejang berikutnya, seperti

sifat-sifat bangun ruang (jaring-jaring), luas dan keliling bangun datar, dll.

Pelaksanaan tes berlangsung cukup baik dan lancar karena siswa antusias

mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dan beberapa siswa kurang antusias

dan kurang tertarik dalam mengerjakan tes karena alasan belum belajar dan lain-

lain. Soal-soal diberikan dalam bentuk uraian berjulah 10 item soal. Soal pretest,

tes evaluasi dan posttest yang diberikan pada kelas eksperimen 1 sama dengan

soal yang diberikan pada kelas eksperimen 2.

Hasil penelitian menunjukan kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa pada kelas dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik

daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E. Hasil tersebut didukung

oleh perolehan nilai rata-rata tes kemampuan pemahaman konsep matematika

yang diperoleh kelas eksperimen 1 adalah 78,23 dan nilai rata-rata yang diperoleh

kelas eksperimen 2 adalah 71,51. Pencapaian nilai rata-rata tinggi pada

pembelajaran Problem Based Learning ini disebabkan karena dalam pembelajaran

ini siswa terlibat aktif dalam memecahkan masalah dan siswa lebih mudah

memahami konsep sebab siswa sendiri yang menemukan konsep tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih

(2016) yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa pada Materi

Statistika”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa siswa yang diajar

menggunakan model Problem Based Learning mempunyai kemampuan

pemahaman konsep yang lebih baik daripada siswa yang diajar tanpa model

Problem Based Learning.

Perhitungan uji beda rata-rata menggunakan nilai posttest dilakukan

menggunakan uji independent sample t-test diperoleh hasil signifikasi 0,031 <

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dalam artian terdapat perbedaan

yang signifikan terhadap kemampuan pemahaman konsep yang diajar

menggunakan model pembelajaran model Problem Based Learning dan Learning

Cycle 7E. Dengan melihat rata-rata kedua kelas dimana kelas eksperimen 2 rata-

71

ratanya lebih tinggi yaitu 78,23, sedangkan kelas eksperimen rata-ratanya hanya

71,51.

Berdasarkan uraian dan perolehan hasil pengujian hipotesis disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika yang

diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan Learning

Cycle 7E siswa kelas V semester 2 SD Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen tahun

pelajaran 2015/2016.