bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 deskripi …
TRANSCRIPT
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripi Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitianya adalah seluruh siswa kelas 5
yang terdiri dari 52 siswa dari SD Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen, 24 siswa
kelas 5 SD Negeri Tlahab dan 28 siswa kelas 5 SD Negeri Bejen. Kelas 5 SD
Negeri Tlahab sebagai kelas eksperimen 1 yang diajar menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning dan kelas 5 SD Negeri Bejen sebagai
kelas eksperimen 2 yang diajar menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle 7E. Adapun data sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 26 dibawah ini:
Tabel 26
Subjek Penelitian
No. Kelas Jumlah Siswa
1 5 SD Negeri Tlahab 24
2 5 SD Negeri Bejen 28
Total 52
4.2 Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tlahab Kecamatan Kledung dan
SD Negeri Bejen Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung. SD Negeri Tlahab
sebagai kelas eksperimen 1 yang diajar menggunakan model Problem Based
Leraning dan SD Negeri Bejen sebagai kelas eksperimen 2 diajar menggunakan
model pembelajaran Learning Cycle 7E. Kedua kelompok tersebut telah diuji
kesamaan varians yang menunjukan bahwa kedua kelas tersebut homogen, dan
kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Setelah diuji menggunakan Independent
Sample T-test h0 diterima, itu berarti sebelum diberi perlakuan kedua kelas
memiliki kemampuan awal yang sama. Oleh karena itu, kedua kelas diberikan
perlakuan, untuk kelas eksperimen 1 (SD Negeri Tlahab) diberikan perlakuan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan kelas
eksperimen 2 (SD Negeri Bejen) diberi perlakuan menggunakan model
pembelajaran Learning Cycle 7E.
53
54
Pelaksanaan penelitian dilakukan masing-masing 2 kali pertemuan.
Berikut adalah jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 27:
Tabel 27
Pelaksanaan Penelitian
No Tanggal Pelaksanaan
penelitian Uraian Kegiatan
1. 19 Maret 2016 Pretest di kelas 5 SD Negeri Tlahab
2. 22 Maret 2016 Pembelajaran Problem Based Learning di kelas 5 pertemuan
I SD Negeri Tlahab
3. 23 Maret 2016 Pembelajaran Problem Based Learning di kelas 5 pertemuan
II SD Negeri Tlahab
5. 29 Maret 2016 Posttest di kelas 5 SD Negeri Tlahab
6. 16 April 2016 Pretest di kelas 5 SD Negeri Bejen
7. 18 April 2016 Pembelajaran Learning Cycle 7E di kelas 5 pertemuan 1 SD
Negeri Bejen
8. 23 April 2016 Pembelajaran Learning Cycle 7E di kelas 5 pertemuan II SD
Negeri Bejen
9. 25 April 2016 Posttest di kelas 5 SD Negeri Bejen
4.2.1 Kelas Eksperimen 1
Sebelum memberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen 1 maka
terlebih dahulu diberikan pretest, pretest pada kelas eksperimen 1 (kelas 5 SD
Negeri Tlahab) dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 Maret 2016 pukul 09.00
– 10.30 WIB.
Pembelajaran pada pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22
Maret 2016 pukul 07.00 – 08.10 WIB dengan dua tujuan yaitu mengetahui sifat-
sifat segitiga dan memahami konsep segitiga. Kelas eksperimen 1 diajar
menggunakan model Problem Based Learning. Model pembelajaran ini memiliki
lima langkah dalam pembelajaran. Pertama adalah orientasi masalah. Dalam
orientasi masalah ini guru bercerita tentang kerajaan segiempat, dimana cerita
tersebut akan memfokuskan perhatian siswa pada materi sifat-sifat segitiga.
Dalam cerita tersebut memiliki misi yaitu menyelamatkan putri kerajaan
segiempat yang diculik oleh kerajaan segitiga dan siswa sebagai rakyat kerajaan
segiempat. Kemudian siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dengan dibagikan
bermacam-macam bangun segitiga yang memiliki warna berbeda-beda dan siswa
disuruh berkumpul menurut bentuknya. Langkah kedua adalah mengorganisasi
siswa untuk belajar. Guru membantu siswa menyusun rencana penyelamatan putri
55
kerajaan dengan memberikan “Gembok Segitiga”, rakyat kerajaan (siswa) yang
telah dibagi ke dalam beberapa kelompok harus melengkapi gembok segitiga
tersebut dengan menggunting kertas kemudian untuk ditempel agar gembok
tersebut dapat dibuka. Kemudian setiap kelompok diberikan lembar kerja
kelompok untuk mengidentifikasi sifat-sifat segitiga. langkah ketiga adalah
membimbing penyidikan. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi untuk
menyelamatkan putri kerajaan segiempat dengan melengkapi gembok segitiga dan
mengidentifikasi sifat-sifatnya. Kemudian langkah ke empat adalah
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa bercerita bergantian bersama
kelompoknya didepan kelas bagaimana misi penyelamatan dapat berjalan dengan
baik, kelompok yang berhasil menyelamatan putri kerajaan adalah kelompok
segitiga lancip disusul dengan kelompok dari segitiga tumpul, siswa dari
kelompok lain bertanya dan menanggapi. Dan langkah yang ke lima adalah
menganalisis dan mengevaluasi proses, guru memberikan penguatan tentang
materi sifat-sifat segitiga. pembelajaran pada pertemuan ini membuat siswa
antusias dan senang.
Pembelajaran pada pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal
23 Maret 2016 pukul 09.00 – 10.10 WIB dengan tiga tujuan pembelajaran yaitu
menyebutkan sifat-sifat bangun datar segiempat, memahami konsep bangun datar
segiempat dan menyebutkan sifat istimewa bangun datar segi empat. Seperti pada
pertemuan sebelumnya, kelas eksperimen 1 diajar menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning. Guru mengawali pembelajaran dengan
bercerita tentang Kecelakan pesawat Air Asia, guru bertanya jawab dengan siswa
tentang kecelakaan pesawat tersebut, siswa terlihat sangat antusias dalam
menanggapi cerita tersebut. Kemudian guru meminta siswa untuk menyelidiki
kepingan-kepingan pesawat yang telah ditemukan, akan tetapi sebelum
penyedikan itu dimulai guru membentuk siswa kedalam beberapa tim penyidik.
Siswa diberikan bermacam-macam bangun datar segiempat dengan beberapa
warna, kemudian guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai warnanya. Dalam
kelas ini terdapat 6 tim penyidik yang akan membantu mengidentifikasi serpihan-
serpihan badan pesawat. Guru membantu siswa menyusun rencana penyidikan
56
dengan memberikan serpihan badan pesawat dan lembar kerja kelompok, siswa
mengidentifikasi bentuk serpihan badan pesawat tersebut dan menuliskan di
lembar kerja kelompok. Guru memberikan arahan, agar proses pengidentifikasian
maka diperlukan kerja sama antar tim dalam kelompok. Siswa melaksanakan
identifikasi serpihan badan pesawat dengan berdiskusi dengan teman
kelompoknya. Kemudian siswa dan teman kelompoknya mengembangkan hasil
identifikasinya dan melakuan presntasi didepan kelas, siswa dari kelompok lain
bertanya dan menanggapi. Guru memberikan penguatan tentang materi yang telah
telah dipelajari dan bersama siswa menyimpulkan pembalajaran hari ini.
Posttest dilaksanakan setelah diberikan perlakuan model pembelajaran
Problem Based Learning yaitu pada hari Selasa tanggal 29 Maret 2016 pukul
07.00 – 08.10 WIB.
4.2.2 Kelas Eksperimen 2
Sebelum memberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen 2 maka
terlebih dahulu diberikan pretest, pretest pada kelas eksperimen 2 (kelas 5 SD
Negeri Bejen) dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 16 April 2016 pukul 10.10 –
11.30 WIB.
Pembelajaran pada pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 18
April 2016 pukul 07.00 – 08.10 WIB dengan dua tujuan yaitu mengetahui sifat-
sifat segitiga dan memahami konsep segitiga. Kelas eksperimen 2 diajar
menggunakan model Learning Cycle 7E. Model pembelajaran ini memiliki tujuh
langkah dalam pembelajaran. Langkah pertama adalah memunculkan pemahaman
awal siswa (Elicit), guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang benda
disekita siswa yang berbentuk segitiga. langkah yang kedua adalah melibatkan
siswa (engage), guru menggambar tabel tentang segitiga ditinjau dari sudut dan
sisinya, guru meminta beberapa siswa untuk menggambarkan bangun datar
segitiga akan tetapi disini banyak kendala yaitu siswa malu dan takut salah saat
disuruh maju kedepan untuk menggambarkan segitiga. untuk langkah yang ke tiga
yaitu menyelidiki (explore), siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dengan
membagikan macam-macam bangun segitiga dengan warna yang berbeda dan
57
guru menyuruh siswa untuk berkumpul dengan teman yang memiliki bangun
segitiga yang berbentuk sama. Siswa dibagikan lembar kerja kelompok dan
macam-macam bangun segitiga. langkah yang ke empat adalah menjelaskan
(explain), siswa diminta untuk persentasi didepan kelas menggunakan bahasanya
sendiri, teman-teman dari kelompok lain bertanya dan menanggapi hasil
presentainya. Langkah yang ke lima adalah pengkayaan aplikasi penerapan
konsep (elaborate), pada tahapan ini siswa mengumpulkan informasi tentang ciri-
ciri pokok yang dimiliki segitiga bangun-bangun segitiga tersebut. Langkah ke
enam adalah evaluasi (evaluate), guru memberikan penjelasan tentang materi
sifat-sifat segitiga. Dan langkah yang terakhir yaitu ke tujuh adalah memperluas
(extend), guru memperluas materi dengan menjelaskan bahwa jumlah keseluruhan
sudut dalam segitiga adalah 180o, guru membuktikannya nengan memotong ketiga
ruas garis dan menggabungkannya dalam satu garis lurus.
Pembelajaran pada pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal
23 April 2016 pukul 07.00 – 08.10 WIB dengan tiga tujuan pembelajaran yaitu
menyebutkan sifat-sifat bangun datar segiempat, memahami konsep bangun datar
segiempat dan menyebutkan sifat istimewa bangun datar segi empat. Seperti pada
pertemuan sebelumnya, kelas eksperimen 2 diajar menggunakan model
pembelajaran Learning Cycle 7E. Guru memulai pembelajaran dengan
memberikan pertanyaan kepada siswa, ubin berbentuk apa? Persegi dan segiempat
sama atau tidak?, pada fase memunculkan pemahaman awal siswa ternyata siswa
sudah tahu perbedaan persegi dan segiempat. Guru dan siswa bertanya jawab
tentang benda disekitar yang berbentuk benda-benda segiempat. Dalam langkah
yang kedua guru melibatkan siswa dengan meminta siswa untuk menggambar
berbagai macam bangun datar segiempat di papan tulis. Kemudian siswa dibentuk
menjadi beberapa kelompok dengan membagikan berbagai macam bangun datar
segiempat dan meminta siswa untuk berkumpul sesuai warnanya. Siswa dibagikan
lembar kerja kelompok dan macam-macam bangun datar segiempat dan guru
menjelaskan cara berdiskusi kelompok yaitu mengidentifikasi sifat-sifat bangun
datar segiempat. Kemudian siswa mempresentasikan didepan kelas bersama
kelompoknya dengan bahasanya sendiri, teman-teman dari kelompok lain
58
bertanya dan menanggapi. Siswa disuruh untuk mengumpulkan informasi tentang
ciri-ciri pokok dan sifat istimewa dari berbagai macam bangun datar segiempat.
Guru menjelaskan materi sifat-sifat bangun datar segiempat dan bertanya jawab
tentang benda disekitar yang berbentuk bangun datar segiempat.
Posttest dilaksanakan setelah diberikan perlakuan model pembelajaran
Learning Cycle 7E yaitu pada hari Senin tanggal 25 April 2016 pukul 07.00 –
08.10 WIB.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Deskripsi Data
4.3.1.1 Deskripsi Data Sebelum Perlakuan
Deskripsi data yang disajikan adalah data hasil pretest matematika
sebelum perlakuan sebagai data kemampuan awal. Data hasil pengolahan tersebut
terlihat dalam Tabel 28, sebagai berikut:
Tabel 28
Deskripsi Data Pretest (Sebelum Perlakuan)
N Minimum Maximum Sum Mean
Std.
Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Std.
Error Statistic
eksperimen01 24 38 75 1298 54,06 1,955 9,578
eksperimen02 28 33 85 1628 58,13 1,995 10,555
Valid N
(listwise) 24
Berdasarkan Tabel 28 menunjukan bahwa jumlah sampel pada kelas
eksperimen 1 kelas 5 SD Negeri Tlahab adalah 24 siswa. Sedangkan jumlah
sampel kelas eksperimen 2 adalah 28 siswa. Nilai minimum dari kelas eksperimen
1 ini adalah 38, sedangkan nilai minimum kelas eksperimen 2 adalah adalah 33.
Nilai maksimun yang dicapai kelas eksperimen 1 adalah 75, kelas eksperimen
mencapai nilai maksimum 85. Rata-rata kelas eksperimen 2 lebih tinggi dari rata-
rata kelas eksperimen 1 yaitu 58,23 dan rata-rata kelas eksperimen 1 yaitu 54,06.
Standar deviasi kelas eksperimen 1 adalah 9,578 sedangkan kelas eksperimen 2
standar deviasinya 10,555. Secara garis besar perbedaan hasil pretest antara kelas
59
eksperimen 1 dan eksperimen 2 dapat dilihat pada gambar 2 diagram batang
dibawah ini
Gambar 2
Deskripsi Hasil Pretest
4.3.1.2 Deskripsi Data Setelah Perlakuan
Kemudian setelah diberikan pretest untuk memperoleh data awal,
selanjutnya diberikan perlakuan dan diperoleh data akhir melalui posttest. Data
hasil pengolahan tersebut terlihat dalam Tabel 29.
Tabel 29
Statistik Deskriptif Posttest (Setelah Perlakuan)
N
Minimu
m Maximum Sum Mean
Std.
Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
eksperimen01 24 45 95 1878 78,23 2,698 13,218
eksperimen02 28 58 90 2003 71,52 1,582 8,370
Valid N
(listwise) 24
Berdasarkan Tabel 29 menunjukan bahwa jumlah sampel pada kelas
eksperimen 1 kelas 5 SD Negeri Tlahab adalah 24 siswa. Sedangkan jumlah
sampel kelas eksperimen 2 kelas 5 SD Negeri Bejen adalah 28 siswa. Nilai
minimum dari kelas eksperimen 1 ini adalah 45, sedangkan nilai minimum kelas
eksperimen 2 adalah adalah 58. Nilai maksimun yang dicapai kelas eksperimen 1
adalah 95, kelas eksperimen 2 mencapai nilai maksimum 90. Rata-rata kelas
60
eksperimen 1 lebih tinggi dari rata-rata kelas eksperimen 2 yaitu 78,23 dan rata-
rata kelas eksperimen 2 yaitu 71,52. Standar deviasi kelas eksperimen 1 adalah
13,218 sedangkan kelas eksperimen 2 standar deviasinya 8,370. Secara garis besar
perbedaan hasil pretest antara kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 dapat dilihat
pada gambar 3 diagram batang dibawah ini
Gambar 3
Deskripsi Hasil Posttest
4.3.2 Data Kemampuan Pemahaman Konsep
Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu menyusun tabel
distribusi frekuensi untuk menyederhanakan hasil pretest dan posttest ke dalam
kategori kemampuan pemahaman konsep. Berikut adalah langkah-langkah
menyusun tabel pretest sebagai berikut:
Interval =
Interval =
Tabel 30
Kategori Kemampuan Pemahaman Konsep
Kategori Interval
Baik Sekali Nilai ≥ 81
Baik 61 - 80
Cukup 41 - 60
Kurang 21 - 40
Sangat Kurang Nilai ≤ 20
61
Penggambaran distribusi skor pretest kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa kelas eksperimen 1 (kelas 5 SD Negeri Tlahab) dan kelas
eksperimen 2 (kelas 5 SD Negeri Bejen) diklasifikasikan berdasarkan perolehan
pretest. Kategori pretest kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas
5 SD Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen adalah sebagai berikut:
Tabel 31
Kategori Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Siswa Kelas V SD Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen
Interval Kategori
Kelas Eksperimen 1
(SD Negeri Tlahab)
Kelas Eksperimen 2
(SD Negeri Bejen)
f % f %
Nilai 81 Baik Sekali 0 0 1 3,6
61 – 80 Baik 4 17 8 28,6
41 – 60 Cukup 16 66 18 64,2
21 – 40 Kurang 4 17 1 3,6
Nilai 20 Sangat Kurang 0 0 0 0
Jumlah 24 100 28 100
Gambar 4
Diagram Hasil Pretest
Penggambaran distribusi skor posttest kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa kelas eksperimen 1 (kelas 5 SD Negeri Tlahab) dan kelas
eksperimen 2 (kelas 5 SD Negeri Bejen) diklasifikasikan berdasarkan perolehan
62
posttest. Kategori posttest kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
kelas 5 SD Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen adalah sebagai berikut:
Tabel 32
Kategori Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas V SD Negeri Tlahab dan SD
Negeri Bejen
Interval Kategori
Kelas Eksperimen 1
(SD Negeri Tlahab)
Kelas Eksperimen 2
(SD Negeri Bejen)
f % f %
Nilai 81 Baik Sekali 12 50 4 14,3
61 – 80 Baik 9 37,5 20 71,4
41 – 60 Cukup 3 12,5 4 14,3
21 – 40 Kurang 0 0 0 0
Nilai 20 Sangat Kurang 0 0 0 0
Jumlah 24 100 28 100
Gambar 5
Diagram Hasil Posttest
4.3.3 Hasil Analisis Data
4.3.3.1 Sebelum Perlakuan
Hasil analisis data sebelum perlakuan menggunakan data hasil
pretest. Hasil analisis tersebut dilakukan sebagai uji prasyarat analisis data
untuk uji keseimbangan. Hasil uji prasyarat sebagai berikut:
63
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data sebelum
perlakuan berdistibusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas untuk pretest
dari kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 33 sebagai berikut:
Tabel 33
Hasil Uji Normalitas Pretest “Shapiro Wilk”
kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
nilai kelas eksperimen 1 ,144 24 ,200* ,960 24 ,441
kelas eksperimen 2 ,152 28 ,096 ,955 28 ,269
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel di atas menunjukan hasil analisis uji normalitas
kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen
2 sebelum perlakuan. Dengan menggunakan uji normalitas Shapiro Wilk,
jika nilai signifikan > 0,05 maka data berdistribusi normal. Hasil output
tabel uji normalitas di atas menunjukan bahwa nilai signifikan kedua kelas
tersebut adalah 0,441. Sesuai dengan ketentuan bahwa 0,441 > 0,005 maka
H0 diterima dan data tersebut berdistribusi normal. Berikut adalah kurva
normalitas pretest.
Gambar 6
Kurva Normalitas Pretest
2. Uji Homogenitas Pretest
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas
tersebut berasal dari populai yang memiliki variansi yang sama. Hasil uji
64
homogenitas untuk pretest dari kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 34
sebagai berikut:
Tabel 34
Hasil Uji Homogenitas Pretest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.375 1 50 .543
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan hasil uji homogenitas dengan
metode Lavene’s Test bahwa nilai signifikan sebesar 0,543, nilai
signifikan tersebut lebih besar dari 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0
diterima dan itu berarti kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki
variansi kelas sama (homogen).
3. Uji Keseimbangan
Uji Keseimbangan bertujuan untuk mengetahui apakah sampel
penelitian dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 mempunyai
kemampuan pemahaman konsep yang sama. Uji keseimbangan
menggunakan Independent Sample Test karena data berdistribusi normal
dan berasal dari populasi yang memiliki varians kelas sama (homogen).
Hasil pengolahan menggunakan SPSS 22.0 for windows dapat dilihat pada
Tabel 35 sebagai berikut:
Tabel 35
Uji Keseimbangan Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lowe
r Upper
nilai Equal
variances
assumed
,375 ,543 -1,443 50 ,155 -4,063 2,814 -9,715 1,590
Equal
variances
not
assumed
-1,454 49,819 ,152 -4,063 2,793 -9,673 1,548
65
Berdasarkan uji keseimbangan pada Tabel 35, hasil signifikansi
adalah 0,152. Sesuai dasar pengambil keputusan yaitu jika nilai
signifikansi > 0,05 maka H0 diterima atau dapat diartikan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan pemahaman konsep kelas
5 SD Negeri Tlahab dengan kemampuan pemahaman konsep kelas V SD
Negeri Bejen. Jadi dapat disimpulkan, bahwa siswa yang akan diberi
perlakuan (treatment) menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning sebagai kelas eksperimen 1 dan Learning Cycle 7E sebagai kelas
eksperimen 2 dalam keadaan seimbang.
4.3.3.2 Setelah Perlakuan
Hasil analisis data setelah perlakuan menggunakan data hasil
posttest. Hasil uji normalitas, uji homogenitas dan uji beda rata-rata
setelah perlakuan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas posttest digunakan untuk mengetahui apakah
data setelah perlakuan dari kedua kelas berdistribusi normal atau tidak.
Hasil uji normalitas setelah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 36 sebagai
berikut:
Tabel 36
Hasil Uji Normalitas Data Posttest
“Shapiro Wilk”
kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
nilai kelas eksperimen 1 ,145 24 ,200* ,931 24 ,101
kelas eksperimen 2 ,108 28 ,200* ,965 28 ,446
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel di atas menunjukan hasil analisis uji normalitas
pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Dengan menggunakan
uji Shapiro Wilk bahwa nilai signifikan kedua kelas tersebut adalah 0,101.
Sesuai dengan ketentuan jika data > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
dan jika data < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dari hasil output uji
66
normalitas Shapiro Wilk nilai signifikansi 0,101, nilai tersebut > 0,05 jadi
sesuai dasar pengambilan keputusan maka H0 diterima atau dapat
disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Berikut adalah
kurva uji normalitas posttest.
Gambar 7
Kurva Uji Normalitas Posttest
2. Uji Homogenitas Posttest
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas
tersebut berasal dari populai yang memiliki variansi yang sama. Hasil uji
homogenitas untuk posttest kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 37
sebagai berikut:
Tabel 37
Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.935 1 50 0.53
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukan hasil uji homogenitas dengan
metode Lavene’s Test bahwa nilai signifikan sebesar 0,053, nilai
signifikan tersebut > 0,05. Jadi,dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan
itu berarti kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki variansi kelas
sama (homogen).
3. Uji Beda Rata-rata
Hasil perhitungan menunjukan bahwa hasil kemampuan
pemahaman konsep kelas eksperimen 1 (Problem Based Learning) dan
67
kelas eksperimen 2 (Learning Cycle 7E) berdistribusi normal dan berasal
dari populasi yang memiliki variansi sama (homogen). selanjutnya
dilakukan uji hipotesis penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ho : 1 = 2 artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan pemahaman
konsep matematika yang diajar menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning dan Learning Cycle 7E siswa kelas 5 SD
Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen semester 2 tahun pelajaran
2015/2016.
2. H1 : 1 2 artinya terdapat perbedaan kemampuan pemahaman
konsep matematika yang diajar menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning dan Learning Cycle 7E siswa kelas 5 SD
Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen semester 2 tahun pelajaran
2015/2016.
Hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan SPSS 22.0 for
windows disajikan pada Tabel berikut:
Tabel 38
Uji Beda Rata-rata Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Uppe
r
nilai Equal variances assumed
3,935 ,053 2,219 50 ,031 6,711 3,024 ,637 12,78
6
Equal variances not assumed
2,146 37,731 ,038 6,711 3,128 ,378 13,04
4
Berdasarkan hasil uji t Independent Sample Test Equal variances
assumed diperoleh nilai signifikansi 0,031 yang berarti nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan pemahaman konsep
68
matematika siswa kelas 5 SD Negeri Bejen (kelas eksperimen 1) dan kelas
5 SD Negeri Bejen (kelas eksperimen 2) setelah diberikan perlakuan.
Sesuai dasar pengambilan keputusan, diketahui:
1. H0 : Kemampuan pemahaman konsep yang diajar dengan model
pembelajaran Problem Based Learning dan Learning Cycle 7E tidak
terdapat perbedaan.
2. H1 : Kemampuan pemahaman konsep yang diajar dengan model
pembelajaran Problem Based Learning dan Learning Cycle 7E
terdapat perbedaan yang signifikan.
Dari hasil pengujian Uji menunjukan pada kelas eksperimen 1 dan
kelas eksperimen 2 diperoleh hasil bahwa thitung > ttabel. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep
yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan
Learning Cycle 7E siswa kelas 5 SD Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen
semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 5 SD Negeri Tlahab Kecamatan
Kledung Kabupaten Temanggung dan kelas 5 SD Negeri Bejen Kecamatan Bejen
Kabupaten Temanggung semester 2 tahun ajaran 2015/2016. Pada dasarnya
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman
konsep matematika yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning dan Learning Cycle 7E dalam mata pelajaran
matematika kelas 5. Dari hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri Tlahab dan
SD Negeri Bejen pada mata pelajaran matematika diperoleh hasil terdapat
perbedaan yang signifikan kemampuan pemahaman konsep matematika yang
diajar dengan model Problem Based Learning dan Learning Cycle 7E siswa kelas
5.
Sebelum diberi perlakuan, nilai rata-rata tes kemampuan pemahaman
konsep matematika yang diperoleh kelas eksperimen 1 adalah 54,0 dan nilai rata-
69
rata pada kelas eksperimen 2 adalah 58,1. Nilai rata-rata kedua kelas tersebut
perbedaannya sangat kecil sehingga dapat dikatakan relatif sama.
Pelaksanaan perlakuan (treatment) untuk kelas eksperimen 1
menggunakan Problem Based Learning. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Awalnya siswa
kurang begitu tertarik sebab dalam pembagian kelompok tersebut dilakukan
secara acak dan mendapat teman kelompok yang kurang akrab dengan siswa itu
sendiri, namun guru memberi pengarahan kepada siswa, sehingga pada akhirnya
siswa mengikuti arahan dari guru untuk berkelompok dengan teman yang sudah
ditentukan guru. Kegiatan berlangsung cukup efektif karena antusias siswa setelah
mendengarkan permasalahan yang diajukan guru untuk dipecahkan bersama
teman satu tim, meskipun demikian masih ada beberapa siswa yang sibuk sendiri
mengganggu temannya dan tidak mau bekerja sama dengan kelompoknya. Guru
menghampiri dan membimbingnya. Siswa menyusun rencana penyelidikan dan
melakukan penyelelidikan. Setelah itu siswa bersama teman-teman kelompoknya
mempresentasikan kedepan kelas tentang apa solusi dari permasalahan tersebut.
Teman-teman yang lain menanggapi dan memberikan pertanyaan. Tetapi dalam
presentasi terdapat beberapa siswa yang malu-malu untuk berbicara didepan
umum.
Pembelajaran pada kelas eksperimen 2 menggunakan Learning Cycel 7E.
Proses pembelajaran pada kelas ini cukup aktif ketika guru bertanya tentang
materi, siswa menjawab dengan penuh antusias apa yang mereka ketahui tentang
materi tersebut. Seperti yang terjadi pada kelas eksperimen 1, siswa kurang
tertarik dengan adanya kelompok yang diacak oleh guru akan tetapi guru
memberikan pengarahan dan siswa mengikuti arahan guru untuk tidak membeda-
bedakan teman dalam hal apapun termasuk dalam berkelompok. Dalam
penyidikan berlangsung, ada beberapa anak yang tidak ikut mengerjakan dan
hanya berlari-lari mengganggu temannya. Tetapi ada beberapa kelompok yang
kompak dalam hal penyidikan maupun persentasi didepan kelas.
Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah sifat-sifat bangun datar.
Pemahaman konsep dalam bangun datar harus benar-benar dikuasai siswa karena
70
bangun datar akan terus digunakan sampai ke jenjang-jejang berikutnya, seperti
sifat-sifat bangun ruang (jaring-jaring), luas dan keliling bangun datar, dll.
Pelaksanaan tes berlangsung cukup baik dan lancar karena siswa antusias
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dan beberapa siswa kurang antusias
dan kurang tertarik dalam mengerjakan tes karena alasan belum belajar dan lain-
lain. Soal-soal diberikan dalam bentuk uraian berjulah 10 item soal. Soal pretest,
tes evaluasi dan posttest yang diberikan pada kelas eksperimen 1 sama dengan
soal yang diberikan pada kelas eksperimen 2.
Hasil penelitian menunjukan kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa pada kelas dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik
daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E. Hasil tersebut didukung
oleh perolehan nilai rata-rata tes kemampuan pemahaman konsep matematika
yang diperoleh kelas eksperimen 1 adalah 78,23 dan nilai rata-rata yang diperoleh
kelas eksperimen 2 adalah 71,51. Pencapaian nilai rata-rata tinggi pada
pembelajaran Problem Based Learning ini disebabkan karena dalam pembelajaran
ini siswa terlibat aktif dalam memecahkan masalah dan siswa lebih mudah
memahami konsep sebab siswa sendiri yang menemukan konsep tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih
(2016) yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa pada Materi
Statistika”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa siswa yang diajar
menggunakan model Problem Based Learning mempunyai kemampuan
pemahaman konsep yang lebih baik daripada siswa yang diajar tanpa model
Problem Based Learning.
Perhitungan uji beda rata-rata menggunakan nilai posttest dilakukan
menggunakan uji independent sample t-test diperoleh hasil signifikasi 0,031 <
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dalam artian terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap kemampuan pemahaman konsep yang diajar
menggunakan model pembelajaran model Problem Based Learning dan Learning
Cycle 7E. Dengan melihat rata-rata kedua kelas dimana kelas eksperimen 2 rata-
71
ratanya lebih tinggi yaitu 78,23, sedangkan kelas eksperimen rata-ratanya hanya
71,51.
Berdasarkan uraian dan perolehan hasil pengujian hipotesis disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika yang
diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan Learning
Cycle 7E siswa kelas V semester 2 SD Negeri Tlahab dan SD Negeri Bejen tahun
pelajaran 2015/2016.