bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4 · 2012. 11. 29. · 37 bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
-
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan
prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran kooperatif
model cooperative script yaitu siswa dibagi berpasangan pada saat pembelajaran dan
diberi peran sebagai pendengar serta pembicara, untuk kemudian mereka melaksanakan
peran yang ditentukan guna mencapai pembelajaran yang efektif. Pembagian siswa
secara berpasangan ditentukan oleh guru matematika berdasarkan rata-rata kemampuan
siswa, yaitu setiap pasangan terdiri dari satu siswa yang mempunyai kemampuan
akademik lebih di banding pasangannya. Pengumuman pembagian pasangan dilakukan
pada awal pembelajaran matematika pertemuan I siklus I. Jumlah seluruh siswa kelas V
SDN Salatiga 08 adalah 40 siswa tetapi dalam penelitian kali ini data yang akan digunakan
adalah data siswa selama pertemuan pertama sampai pertemuan kedua. Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2012 sampai 10 Maret 2012 dan 14
Maret 2012 sampai 17 Maret 2012. Pokok bahasan yang dipelajari adalah operasi hitung
pecahan. Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus yakni siklus pertama terdiri dari 2
pertemuan dan siklus kedua terdiri dari 2 pertemuan. Rincian pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kelas V SDN Salatiga 08 pada materi operasi pecahan hitung pecahan dapat
dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 5.
Berikut ini adalah uraian pelaksanaan penelitian yang dilakukan.
4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
4.1.1.1 Deskripsi Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan I
a. Hasil observasi keterampilan guru
Hasil observasi keterampilan guru pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada
tabel, sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan I
No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan
A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12
-
38
No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan
A B C D 4 Penguasaan materi 10 5 Penggunaan metode 10 6 Penggunaan alat peraga 10 7 Managemen kelas 10 8 Pemakaran materi yang penting 10 9 Menciptakan suasana belajar aktif
pada siswa 13
10 Kesesuaian dengan indikator 12 11 Pengamatan terhadap kemajuan
siswa 10
12 Rangkuman 10 13 Pemberian tugas 13
Jumlah 0 62 80 0 Tingkat Keberhasilan 10,92 Kriteria Keterampilan Guru B
Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan nilai tingkat kemampuan dibagi dengan jumlah aspek yang
diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10)
kategori cukup, D (1-5) kategori rendah
Tabel 4.1. hasil observasi kemampuan kegiatan belajar mengajar guru dalam
mengelola pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat diketahui
bahwa untuk kegiatan pra pembelajaran guru melaksanakan proses pembelajaran
berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selama pembelajaran
matematika berlangsung peneliti dibantu 1 orang pengamat lain melaksanakan
pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan siklus I
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung dalam waktu 2 x
35 menit.
Pada keterampilan guru membuka pembelajaran dengan apersepsi, guru
mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran materi operasi hitung pecahan.
Kemudian guru menginformasikan bahwa pada hari ini akan diterapkan pembelajaran
kooperatif model cooperative script.
Guru menjelaskan proses pembelajaran menggunakan model cooperative
script, siswa di minta untuk merangkum materi operasi hitung pecahan kemudian
menyelesaikan soal yang telah diberikan. Setelah itu, siswa menjelaskan hasil yang
diperoleh kepada pasangan masing-masing. Guru kemudian membagi siswa
-
39
berpasangan berdasarkan rata-rata kemampuan akademik masing-masing siswa yaitu
siswa yang mempunyai kemampuan akademik lebih dipasangkan dengan siswa yang
mempunyai kemampuan akademik dibawahnya. Pada saat pengelompokan siswa,
suasana kelas sangat ramai, siswa sangat sulit dikondisikan.
Siswa duduk berdasarkan pasangan masing-masing dan sudah terkondisikan
dengan baik, guru dibantu peneliti membagikan soal latihan pada setiap siswa.
Kemudian guru meminta siswa untuk merangkum materi operasi hitung pecahan pada
buku catatan masing-masing. Setelah itu guru meminta siswa untuk menyelesaikan
soal yang dibagikan. Guru memberitahukan kepada siswa pada saat merangkum,
siswa bebas menambahkan ide-ide mereka atau mereka bebas menggunakan bahasa
mereka sendiri yang terpenting adalah siswa menjadi lebih paham dengan materi
operasi hitung pecahan. Guru juga memberitahukan kepada para siswa jika mereka
merasa kesulitan, boleh bertanya kepada pasangannya atau bertanya kepada guru.
Guru juga berkeliling untuk membimbing siswa yang merasa kesulitan, misalnya: guru
membimbing siswa untuk mengingat-ingat materi. Setelah waktu untuk merangkum
dan menyelesaikan soal habis, guru kemudian menentukan peran pembicara dan
pendengar. Siswa yang mempunyai kemampuan lebih diberi kesempatan pertama
untuk menjadi pembicara dan pasangannya menjadi pendengar.
Siswa kemudian melaksanakan peran yang diperoleh, siswa yang berperan
menjadi pembicara menjelaskan hasil rangkuman dan hasil jawabannya kepada
pasangannya sedangkan siswa yang menjadi pendengar menyimak penjelasan dan
boleh bertanya jika mengalami kesulitan. Siswa kelihatan sangat aktif bertanya kepada
teman jika mereka merasa kesulitan, mereka merasa lebih nyaman jika bertanya
kepada teman dibandingkan bertanya kepada guru dan mereka juga saling bertukar
pendapat. Setelah waktu yang ditentukan habis, guru meminta siswa untuk bertukar
peran yaitu siswa yang menjadi pembicara berganti menjadi pendengar dan
sebaliknya. Pertukaran peran hanya berlangsung ± 3 menit, hal tersebut dikarenakan
keterbatasan waktu. Guru juga tidak sempat meminta siswa untuk mempresentasikan
hasil jawabannya di depan kelas untuk di bahas bersama. Guru hanya bertanya
jawaban yang diperoleh siswa secara umum. Setelah itu, bertanya kepada siswa
apakah ada yang mempunyai jawaban yang berbeda dengan yang lainnya. Siswa
-
40
tidak menyampaikan pendapatnya karena mereka malu dan justru takut salah. Guru
membahas beberapa soal dan kemudian menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil
jawaban mereka.
b. Hasil observasi aktivitas siswa
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Siklus I Pertemuan I
No. Aktivitas Yang Diamati Jumlah Siswa
Skala Penilaian
Hasil
1 Kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran
40 11 440
2 Siswa mendengarkan guru menerangkan 40 12 480
3 Siswa mencatat pelajaran 40 11 440
4 Siswa berani menjawab tanpa ditunjuk 40 10 400
5 Kerjasama dengan teman-teman dalam satu kelompok
40 11
440
6 Siswa mengerjakan LKS 40 12 480
7 Kemampuan tutur menjelaskan kepada teman-temannya
40 9
360
8 Ketepatan mengumpulkan hasil diskusi 40 12 480
9 Siswa mengerjakan soal latihan/ tes 40 13 520
Jumlah 360 101 4040 Rata-Rata 40 11,22 448,89 Tingkat Keberhasilan 11,22
Keterangan: Tingkat keberhasilan : hasil total dari aktifitas yang diamati dibagi dengan jumlah total siswa dari
aktifitas yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori
cukup, D (1-5) kategori rendah
Berdasarkan tabel 4.2. hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I keterlaksanaan
pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif model cooperative script sudah
terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada pertemuan ini ada
empat kegiatan yang tidak terlaksana. Pada kegiatan pertemuan pertama siswa mengeluhkan
belum memahami materi yang disampaikan. Hal tersebut juga menyebabkan beberapa siswa
-
41
menyelesaikan soal asal-asalan. Beberapa siswa saling bertukar pendapat dan bekerja sama
dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Tetapi ada beberapa siswa pula yang kelihatan
pasif.
Siswa pun belum berani mengutarakan pendapatnya yang berbeda dengan teman
lainnya karena takut salah, mereka masih cenderung menggunakan cara penyelesian yang
sama dengan temannya.
c. Paparan hasil belajar
Dalam tindakan ini peneliti menggunakan angket untuk mengukur kreativitas dan
prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran
kooperatif model cooperative script pada siklus I pada pertemuan I. Angket di analisis setiap
pertemuan oleh peneliti berdasarkan hasil jawaban siswa. Angket kreativitas dan prestasi
belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika bertujuan untuk mengetahui
perkembangan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika
selama tindakan berlangsung. Hasil analisis angket kreativitas dan prestasi belajar siswa
dalam pemecahan masalah matematika, dianalisis berdasarkan hasil jawaban siswa oleh
peneliti. Siswa yang melaksanakan indikator dari aspek kreativitas dan prestasi belajar siswa
dalam pemecahan masalah masih rendah, kecuali pada aspek implementasi atau penerapan.
Dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah
matematika siswa masih rendah sehingga masih perlu ditingkatkan.
Pada pertemuan pertama siklus I siswa masih bingung dengan model pembelajaran
serta merasa kesulitan untuk menyelesaikan soal operasi hitung pecahan. Dalam tes siswa
mengerjakan soal tertulis yang dikerjakan secara individu. Dilihat dari indikator aspek yang
ingin dicapai pada aspek (1) kemampuan menemukan fakta,dengan nilai rata-rata dari aitem
masuk kategori baik (2) Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide,dengan nilai rata-
rata aitem kategori baik (3) kemampuan menemukan penyelesaian masalah, dengan nilai
rata-rata aitem kategori baik (4) penerapan pembelajaran,dengan nilai rata-rata aitem kategori
baik.sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai keseluruhan rata-rata tingkat keberhasilan setiap
aspek adalah kategori baik. adapun untuk melihat lebih jelasnya dari keseluruhan setiap aspek
telah tercantum dalam soal tes evaluasi dengan hasil terlihat pada tabel 4.3, sebagai berikut:
Tabel 4.3 Aspek Penilaian Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada
Pemecahan Masalah Matematika Siklus I Pertemuan I
Aspek No. Soal
Jumlah Siswa
Skala Penilaian
Jumlah
-
42
Aspek No. Soal
Jumlah Siswa
Skala Penilaian
Jumlah
Kemampuan menemukan fakta 1 40 14 560
2 40 14 560
3 40 12 480
Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide
1 40 14 560
2 40 14 560
3 40 12 480
Kemampuan menemukan penyelesaian masalah
1 40 12 480
2 40 14 560
Penerapan Pembelajaran 1 40 13 520
2 40 13 520
Jumlah total 400 132 5280 Rata-rata 40 13,2 528 Tingkat keberhasilan 13,2
Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan total dari hasil perkalian jumlah siswa dan nilai tiap item soal dibagi
dengan jumlah total siswa Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori
cukup, D (1-5) kategori rendah
Berikut adalah hasil tes tertulis siswa dalam pembelajaran matematika materi
operasi hitung pecahan :
Tabel 4.4 Ketuntasan hasil belajar matematika materi operasi hitung pecahan
siswa pada siklus I pertemuan I
No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas≤ 65 23 57,5 2 Belum Tuntas > 65 17 42,5
Jumlah 40 100 Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika operasi
hitung pecahan diperoleh data 57,5% siswa dalam kategori tuntas sedangkan 42,5% siswa
dalam kualifikasi belum tuntas. Hal ini diperkuat lagi dengan hasil rata-rata 63,52 belum
memenuhi KKM sekolah adalah 65. Adapun data hasil tes siswa pada siklus I pertemuan I
terlampir.
Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan
-
43
dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut:
Diagram 4.1 Analisis Keberhasilan Belajar Siklus I Pertemuan I
4.1.1.2 Deskripsi Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan II
a. Hasil observasi keterampilan guru
Hasil observasi keterampilan guru pada siklus I pertemuan II dapat dilihat
pada tabel 4.5. dibawah ini:
Tabel 4.5 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran
Siklus I Pertemuan II
No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan
A B C D 1 Apersepsi 12 2 Motivasi 13 3 Revisi 14 4 Penguasaan materi 12 5 Penggunaan metode 12 6 Penggunaan alat peraga 13 7 Managemen kelas 12 8 Pemakaran materi yang penting 12 9 Menciptakan suasana belajar aktif
pada siswa 13
10 Kesesuaian dengan indikator 13 11 Pengamatan terhadap kemajuan
siswa 13
12 Rangkuman 11 13 Pemberian tugas 14
Jumlah 164 Tingkat Keberhasilan 12,61 Kriteria Keterampilan Guru B
Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan nilai tingkat kemampuan dibagi dengan jumlah aspek yang
diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10)
kategori cukup, D (1-5) kategori rendah
23
57,5
17
42,5
0
10
20
30
40
50
60
70
Jumlah Siswa %
Tuntas Belum Tuntas
-
44
Tabel 4.5. hasil observasi kemampuan kegiatan belajar mengajar guru dalam
mengelola pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat diketahui
bahwa untuk kegiatan pra pembelajaran guru melaksanakan proses pembelajaran
berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selama pembelajaran
matematika berlangsung peneliti dibantu 1 orang pengamat lain melaksanakan
pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan siklus I
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung dalam waktu 2 x
35 menit.
Pada keterampilan guru membuka pembelajaran dengan apersepsi, guru
mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran materi operasi hitung pecahan. Guru
menjadi pembicara dan pasangannya menjadi pendengar. Siswa kemudian
melaksanakan peran yang diperoleh, siswa yang berperan menjadi pembicara
menjelaskan hasil rangkuman dan hasil jawabannya kepada pasangannya sedangkan
siswa yang menjadi pendengar menyimak penjelasan dan boleh bertanya jika
mengalami kesulitan. Guru berkeliling untuk mengawasi selama diskusi berlangsung.
Siswa kelihatan sangat aktif bertanya kepada teman jika mereka merasa kesulitan,
mereka merasa lebih nyaman jika bertanya kepada teman dibandingkan bertanya
kepada guru. Rata-rata siswa bertanya kepada pasangannya tentang penyelesaian
soal dari nomor 1 sampai nomor 7.
Sambil berdiskusi mereka juga saling bertukar pendapat. Jika pasangan
merasa ada yang tidak sama atau tidak cocok dengan hasil yang diperoleh
pasangannya, mereka langsung mengungkapkannya dan menyelesaikan kembali soal
tersebut. Pada pertemuan kali ini pertukaran peran tidak terjadi karena keterbatasan
waktu. Guru langsung meminta siswa untuk mempresentasikan hasil jawaban di
depan kelas. Ada empat siswa yang berani menyajikan jawaban ke depan kelas.
Jawaban yang disajikan adalah nomor 1 sampai nomor 7. Setelah keempat siswa
tersebut selesai menyajikan jawaban, guru bertanya kepada seluruh siswa apakah
ada yang mempunyai jawaban yang berbeda. Seorang siswa berani mengungkapkan
bahwa jawaban yang diperoleh berbeda dengan jawaban temannya.
Kemudian guru meminta siswa tersebut untuk menyajikan hasil yang
-
45
diperoleh. Setelah selesai, guru bersama-sama siswa membahas hasil yang diperoleh.
Kemudian guru melanjutkan membahas beberapa soal yang lain dan kemudian
menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil jawaban mereka.
b. Hasil observasi aktivitas siswa
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada
tabel 4.6., dibawah ini.
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Siklus I Pertemuan II
No. Aktivitas Yang Diamati Jumlah Siswa
Skala Penilaian
Hasil
1 Kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran
40 14 560
2 Siswa mendengarkan guru menerangkan 40 13 520
3 Siswa mencatat pelajaran 40 12 480
4 Siswa berani menjawab tanpa ditunjuk 40 10 400
5 Kerjasama dengan teman-teman dalam satu kelompok
40 12
480
6 Siswa mengerjakan LKS 40 14 560
7 Kemampuan tutur menjelaskan kepada teman-temannya
40 11
440
8 Ketepatan mengumpulkan hasil diskusi 40 12 480
9 Siswa mengerjakan soal latihan/ tes 40 13 520
Jumlah 360 111 4440 Rata-Rata 40 12,33 493,33
Tingkat Keberhasilan 12,33 Keterangan: Tingkat keberhasilan : hasil total dari aktifitas yang diamati dibagi dengan jumlah total siswa dari
aktifitas yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori
cukup, D (1-5) kategori rendah
Berdasarkan tabel 4.6. hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I
keterlaksanaan pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif model
cooperative script sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah
dibuat. Pada pertemuan ini siswa mengeluhkan soal yang diberikan terlalu banyak dan
-
46
sulit. Hal tersebut juga menyebabkan beberapa siswa lebih banyak bertanya kepada
guru. Beberapa siswa saling bertukar pendapat dan bekerja sama dalam
menyelesaikan soal yang diberikan. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa
kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika masih
kurang. Oleh karena itu, kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan
masalah matematika masih sangat perlu ditingkatkan.
c. Paparan hasil belajar
Dalam tindakan ini peneliti menggunakan angket untuk mengukur kreativitas
dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika melalui
pembelajaran kooperatif model cooperative script pada siklus I pada pertemuan II.
Angket di analisis setiap pertemuan oleh peneliti berdasarkan hasil jawaban siswa.
Angket kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika
bertujuan untuk mengetahui perkembangan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam
pemecahan masalah matematika selama tindakan berlangsung. Hasil analisis angket
kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika, dianalisis
berdasarkan hasil jawaban siswa oleh peneliti. Siswa yang melaksanakan indikator dari aspek
kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah masih rendah, kecuali pada
aspek implementasi atau penerapan. Dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan prestasi belajar
siswa dalam pemecahan masalah matematika siswa masih rendah sehingga masih perlu
ditingkatkan.
Pada pertemuan kedua Siswa masih bingung dengan model pembelajaran serta
merasa kesulitan untuk menyelesaikan soal operasi hitung pecahan. Dalam tes siswa
mengerjakan soal tertulis yang dikerjakan secara individu. Dilihat dari indikator aspek yang
ingin dicapai pada aspek (1) kemampuan menemukan fakta,dengan nilai rata-rata aitem
masuk kategori baik (2) Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide,dengan nilai rata-
rata aitem kategori baik (3) kemampuan menemukan penyelesaian masalah, dengan nilai
rata-rata aitem kategori baik (4) penerapan pembelajaran,dengan nilai rata-rata aitem kategori
baik.sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai keseluruhan rata-rata tingkat keberhasilan setiap
aspek adalah kategori baik. adapun untuk melihat lebih jelasnya dari keseluruhan setiap aspek
telah tercantum dalam soal tes evaluasi dengan hasil terlihat pada tabel 4.3, sebagai berikut:
Tabel 4.7 Aspek Penilaian Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pemecahan
Masalah Matematika Siklus I Pertemuan II
Aspek No. Soal
Jumlah Siswa
Skala Penilaian
Jumlah
-
47
Kemampuan menemukan fakta
1 40 15 600
2 40 15 600
3 40 12 480
Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide
1 40 15 600
2 40 15 600
3 40 12 480
Kemampuan menemukan penyelesaian masalah
1 40 15 600
2 40 15 600
Penerapan Pembelajaran 1 40 15 600
2 40 15 600
Jumlah total 400 144 5760 Rata-rata 40 14,4 576 Persentase keberhasilan 14,4
Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan total dari hasil perkalian jumlah siswa dan nilai tiap item soal dibagi dengan jumlah total siswa Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah
Berikut adalah hasil tes tertulis siswa dalam pembelajaran matematika materi
operasi hitung pecahan :
Tabel 4.8 Ketuntasan hasil belajar matematika materi operasi hitung pecahan
siswa pada siklus I pertemuan II
No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas ≤ 65 27 67,5
2 Belum Tuntas > 65 13 32,5 Jumlah 40 100
Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika
operasi hitung pecahan diperoleh data 67,5% siswa dalam kategori tuntas sedangkan
32,5% siswa dalam kualifikasi belum tuntas. Hal ini diperkuat lagi dengan hasil rata-
rata 60,84 belum memenuhi KKM sekolah adalah 65. Adapun data hasil tes siswa
pada siklus I pertemuan II terlampir.
Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan
dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut:
-
48
Diagram 4.2 Analisis Keberhasilan Belajar Siklus I Pertemuan II
d. Refleksi Siklus I
Pada siklus I terdapat 3 deskripsi yang dibuat yaitu deskripsi
keterampilan/keahlian guru, deskripsi aktivitas siswa dan deskripsi hasil belajar siswa.
Dari uraian deskripsi siklus I, dapat ditindak lanjuti sebagai berikut:
1. Keterlaksanaan pembelajaran.
Untuk keterlaksanaan pembelajaran model cooperative script yang perlu
diperbaiki yaitu perbaikan alokasi waktu pembelajaran. Hal tersebut berdasarkan
beberapa indikator keterlaksanaan pembelajaran model cooperative script belum
terlaksana, khususnya waktu untuk mempresentasikan hasil jawabannya. Dari
pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung, pada pertemuan pertama dan
kedua siswa belum sempat mempresentasikan hasil jawabannya. Hal tersebut
dikarenakan keterbatasan waktu dan sulitnya mengkondisikan siswa. Pemahaman
siswa tentang tujuan model pembelajaran cooperative script juga masih kurang,
diskusi dengan pasangan juga belum efektif, beberapa siswa justru lebih memilih
berdiskusi dengan temannya yang lain yang lebih mampu.
Penguatan materi pra syarat juga masih perlu diperbaiki, beberapa siswa
masih lupa dengan materi pra syarat yang berkaitan dengan pemecahan masalah.
Misal penguatan materi tentang operasi hitung pecahan, siswa masih kurang
menguasai materi tersebut, hal tersebut tampak dari hasil jawaban siswa yang
masih salah. Hanya beberapa siswa yang sudah menguasai materi tersebut.
siswa masih cenderung meniru teman dalam penyelesaian masalah serta siswa
terkadang mengevaluasi hasil jawaban yang diperoleh. Sedangkan berdasarkan
27
67,5
13
32,5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Jumlah Siswa %
Tuntas Belum Tuntas
-
49
pengamatan yang dilakukan peneliti diketahui bahwa sebagian besar siswa belum
aktif dalam berdiskusi, mereka hanya mendengarkan penjelasan serta pendapat
dari temannya yang lebih mampu.
Berdasarkan pada hasil observasi kemampuan guru dalam pembelajaran
terjadi peningkatan persentase keberhasilan dari 10,92 menjadi 12,61 dalam
kriteria baik. Diharapkan guru dalam penguasaan materi, penggunaan metode,
penggunaan alat peraga, managemen kelas dan pemakaran materi yang penting
masih perlu lebih ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, dilakukan tindak lanjut pada
siklus II.
Diagram 4.3 Peningkatan kemampuan guru pada siklus
Tabel 4.9 Tingkat Keberhasilan Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus I
Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria
Pertemuan I 10,92 B
Pertemuan II 12,61 B
Rata-rata 11,76 B
Keterangan: Kriteria dan skor tingkat keberhasilan; A (16-20) : amat baik, B (11-15) : baik, C (6-10) : cukup, D (1-5) : rendah.
2. Aktivitas siswa
Secara klasikal, aktifitas siswa mengikuti pembelajaran matematika materi operasi
hitung pecahan dalam pemecahan masalah mengalami peningkatan dengan
presentase keberhasilan 11,22 menjadi 12,33 termasuk dalam kategori baik.
Sedangkan kreativitas siswa juga mengalami peningkatan dari 13,2 menjadi 14,4
Oleh karena itu, dilakukan tindak lanjut pada siklus II.
10,92
12,61
11,76
1010,5
1111,5
1212,5
13
Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata
-
50
Diagram 4.4 Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus I
Tabel 4.10 Tingkat Keberhasilan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada
Siklus I.
Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria
Pertemuan I 13,2 B
Pertemuan II 14,4 B
Rata-rata 13,8 B
Keterangan: Kriteria dan skor tingkat keberhasilan; A (16-20) : amat baik, B (11-15) : baik, C (6-10) : cukup, D (1-5) : rendah.
3. Hasil belajar
Diagram 4.5 Analisis Keberhasilan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Berdasarkan diagram 4.5 maka dapat disimpulkan bahwa persentase rata-rata
ketuntasan hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan pada siklus I sebesar 62,5% dengan
nilai rata-rata kelas sebesar 62,18. Mengacu pada indikator keberhasilan
2317
63,52
27
13
60,84
0
10
20
30
40
50
60
70
Tuntas Belum Tuntas Nilai Rata-rata
pertemuan I Pertemuan II
13,2
14,4
13,8
12,5
13
13,5
14
14,5
Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata
-
51
penelitian, untuk variabel belajar belum dapat tercapai pada siklus I. Indikator
keberhasilan menetapkan sebesar 100% siswa mengalami ketuntasan dalam
belajar. Sedangkan pada siklus I hanya tercapai 62,5%, oleh karena itu ditindak
lanjuti pada siklus II.
4.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran kooperatif model cooperative script
siklus II dilakukan perbaikan – perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I untuk
mencapai kreativitas pemecahan masalah matematika yang lebih baik. Perbaikan –
perbaikan pembelajaran yang dilakukan, sebagai berikut:
1. Perbaikan dalam hal keterlaksanaan pembelajaran model cooperative script, antara
lain:
a. Perbaikan alokasi waktu sehingga indikator keterlaksanaan pembelajaran
terlaksana dengan baik khususnya untuk mempresentasikan hasil jawabannya.
b. Pemahaman tentang pembelajaran model cooperative script, karena masih ada
beberapa siswa yang justru berdiskusi dengan siswa lain yang selain
pasangannya.
c. Penguatan materi pra syarat pada saat apersepsi.
2. Perbaikan dalam hal aspek kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan
masalah matematika, antara lain:
a. Perbaikan pada aspek kemampuan menemukan fakta yang masih rendah
khususnya untuk indikator mengingat materi sebelumnya yang relevan dengan
pemecahan masalah dan mengorganisir poin-poin penting dengan mengarahkan
siswa mengingat materi sebelumnya dan mengorganisir poin-poin penting.
b. Perbaikan pada aspek kemampuan menemukan gagasan khususnya
pada indikator melarang siswa meniru pekerjaan teman dengan peringatan tegas.
c. Perbaikan pada aspek kemampuan menemukan solusi dengan selalu
membimbing siswa yang merasa kesulitan dalam memecahkan masalah.
4.1.2.1 Deskripsi Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan I
a. Hasil observasi keterampilan guru
Hasil observasi keterampilan guru pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada
tabel 4.11 dibawah ini:
-
52
Tabel 4.11 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan I
No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan
A B C D 1 Apersepsi 14 2 Motivasi 16 3 Revisi 16 4 Penguasaan materi 16 5 Penggunaan metode 16 6 Penggunaan alat peraga 14 7 Managemen kelas 16 8 Pemakaran materi yang penting 14 9 Menciptakan suasana belajar aktif
pada siswa 16
10 Kesesuaian dengan indikator 16 11 Pengamatan terhadap kemajuan
siswa 14
12 Rangkuman 13 13 Pemberian tugas 16
Jumlah 128 69 Tingkat Keberhasilan 15,15
Kriteria Keterampilan Guru B Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan nilai tingkat kemampuan dibagi dengan jumlah aspek yang
diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10)
kategori cukup, D (1-5) kategori rendah
Tabel 4.11 hasil observasi kemampuan kegiatan belajar mengajar guru dalam
mengelola pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat diketahui
bahwa untuk kegiatan pra pembelajaran guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran cooperative script. Pelaksanaan tindakan
merupakan penerapan rancangan tindakan yang dilaksanakan oleh guru berdasarkan
hasil refleksi pada siklus I.
Guru mempersiapkan alat pembelajaran yaitu guru menghapus white board.
Kemudian guru mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran dengan
menenangkan siswa yang ramai dan mengatur agar siswa duduk di tempat duduknya,
guru juga mengecek kerapian dan kelengkapan pakaian siswa. Setelah siswa
terkondisikan dengan baik kemudian guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam. Kemudian guru melakukan presensi dan ternyata siswa yang hadir adalah 40
orang.
-
53
Guru menginformasikan siswa bahwa pada hari ini akan dibahas materi
mengenai operasi hitung pecahan yaitu mengubah pecahan biasa ke dalam persen
dan desimal. Pada saat apersepsi guru benar-benar mengupayakan siswa agar
mereka bisa ingat dan mampu menguasai materi tersebut. Guru bertanya kepada
siswa mengenai cara mengubah pecahan biasa ke dalam persen dan desimal.
Beberapa siswa mampu menjelaskan penyelesaian dari soal tersebut. Karena ada
beberapa siswa yang ramai dan tidak memperhatikan penjelasan guru, maka guru
meminta siswa tersebut untuk menyelesaikan soal di depan kelas. Siswa rata-rata
masih merasa kesulitan pada materi ini. Guru menginformasikan bahwa pada hari ini
masih diterapkan pembelajaran dengan model cooperative script.
Guru menjelaskan proses pembelajaran model cooperative script, siswa
diminta untuk mempelajari LKS yang akan diberikan dan menyelesaikan soal yang
ada pada LKS sesuai dengan waktu yang ditentukan. Setelah itu, siswa menjelaskan
hasil yang diperoleh kepada pasangan masing-masing secara bergantian sebagai
pendengar dan pembicara. Guru kemudian membagi siswa berpasangan berdasarkan
pasangan sebelumnya.
Selama pembelajaran matematika berlangsung peneliti dibantu 1 orang
pengamat lain melaksanakan pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah
dibuat. Kegiatan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan
berlangsung dalam waktu 2 x 35 menit.
Pada keterampilan guru membuka pembelajaran dengan apersepsi, guru
mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran materi operasi hitung pecahan.
Kemudian guru menginformasikan bahwa pada hari ini akan diterapkan pembelajaran
kooperatif model cooperative script. Guru menjelaskan proses pembelajaran
menggunakan model cooperative script, siswa di minta untuk merangkum materi
operasi hitung pecahan kemudian menyelesaikan soal yang telah diberikan. Setelah
itu, siswa menjelaskan hasil yang diperoleh kepada pasangan masing-masing. Guru
kemudian membagi siswa berpasangan berdasarkan rata-rata kemampuan akademik
masing-masing siswa yaitu siswa yang mempunyai kemampuan akademik lebih
dipasangkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan akademik dibawahnya.
Pada saat pengelompokan siswa, suasana kelas sangat ramai, siswa sangat sulit
dikondisikan.
-
54
Setelah siswa duduk berdasarkan pasangan masing-masing dan sudah
terkondisikan dengan baik, Guru dibantu peneliti membagikan LKS pada setiap siswa.
Kemudian guru meminta siswa mempelajari LKS dan menyelesaikan latihan soal pada
LKS dalam waktu ± 20 menit. Selama mempelajari LKS, siswa yang mengalami
kesulitan bertanya pada pasangan atau pada guru. Guru berkeliling kelas memantau
siswa. Siswa tidak mengeluh dengan soal yang diberikan. Siswa menyelesaikan soal
secara berpasangan. Walaupun masih ada beberapa siswa yang menyelesaikan
secara individu. Siswa serius dan tenang dalam menyelesaikan soal, mereka tidak
mengobrol selain berdiskusi menyelesaikan soal. Siswa menyelesaikan secara
bersama dengan pasangannya masing-masing sedang guru membimbing siswa yang
mengalami kesulitan.
Setelah waktu mempelajari LKS dan menyelesaikan soal sudah habis, guru
kemudian menentukan peran pembicara dan pendengar. Siswa kemudian
melaksanakan peran yang diperoleh, siswa yang berperan menjadi pembicara
menjelaskan hasil jawaban kepada pasangannya sedangkan siswa yang menjadi
pendengar menyimak penjelasan dan boleh bertanya jika mengalami kesulitan. Guru
berkeliling untuk mengawasi selama diskusi berlangsung. Siswa kelihatan sangat aktif
bertanya kepada teman jika mereka merasa kesulitan, mereka merasa lebih nyaman
jika bertanya kepada teman dibandingkan bertanya kepada guru. Mereka juga saling
bertukar pendapat. Setelah waktu yang ditentukan habis, guru meminta siswa untuk
bertukar peran, yaitu siswa yang menjadi pembicara berganti menjadi pendengar, dan
sebaliknya.
Setelah itu, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil jawaban di
depan kelas untuk dibahas bersama. Siswa justru berebut ingin menyajikan jawaban,
akhirnya guru menunjuk 4 siswa untuk menyajikan jawabannya di depan kelas.
Setelah itu, guru bertanya kepada siswa apakah ada yang mempunyai
jawaban yang berbeda dengan yang lainnya. Beberapa siswa berani mengungkapkan
bahwa hasil yang diperoleh berbeda dengan temannya. Akhirnya guru menunjuk
seorang siswa untuk menuliskan jawaban yang berbeda di depan kelas. Guru
bersama dengan siswa membahas hasil jawaban yang diperoleh dan kemudian
menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil jawaban mereka.
b. Hasil observasi aktivitas siswa
-
55
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan I dapat dilihat pada
tabel 4.12 dibawah ini:
Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Siklus II Pertemuan I
No. Aktivitas Yang Diamati Jumlah Siswa
Skala Penilaian
Hasil
1 Kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran
40 15 600
2 Siswa mendengarkan guru menerangkan 40 14 560
3 Siswa mencatat pelajaran 40 13 520
4 Siswa berani menjawab tanpa ditunjuk 40 11 440
5 Kerjasama dengan teman-teman dalam satu kelompok
40 13 520
6 Siswa mengerjakan LKS 40 15 600
7 Kemampuan tutur menjelaskan kepada teman-temannya
40 12 480
8 Ketepatan mengumpulkan hasil diskusi 40 13 520
9 Siswa mengerjakan soal latihan/ tes 40 14 560
Jumlah 360 120 4800 Rata-Rata 40 13,33 533,33 Tingkat Keberhasilan 13,33
Keterangan: Tingkat keberhasilan : hasil total dari aktifitas yang diamati dibagi dengan jumlah total siswa dari
aktifitas yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori
cukup, D (1-5) kategori rendah
Berdasarkan tabel 4.12 hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II keterlaksanaan
pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif model cooperative script sudah
terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada kegiatan pertemuan
pertama siklus II ini siswa tidak mengeluhkan soal yang diberikan. Beberapa siswa mencatat hal-
hal yang penting pada buku catatan masing-masing. Siswa menyelesaikan soal bersama dengan
pasangannya. Siswa serius dan tenang dalam menyelesaikan soal. Siswa saling bertukar
pendapat dan bekerja sama dalam menyelesaikan soal. Ada 4 siswa yang mempresentasikan
hasil jawabannya. Siswa juga mengevaluasi jawaban yang diperoleh karena waktu yang ditentukan
masih tersisa. Dari uraian diatas, diketahui bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam
pemecahan masalah matematika siswa lebih baik dibanding siklus I.
-
56
c. Paparan hasil belajar
Dalam tindakan ini peneliti menggunakan angket untuk mengukur kreativitas dan
prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran
kooperatif model cooperative script pada siklus II pada pertemuan I. Angket di analisis setiap
pertemuan oleh peneliti berdasarkan hasil jawaban siswa. Angket kreativitas dan prestasi
belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika bertujuan untuk mengetahui
perkembangan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika
selama tindakan berlangsung. Hasil analisis angket kreativitas dan prestasi belajar siswa
dalam pemecahan masalah matematika, dianalisis berdasarkan hasil jawaban siswa oleh
peneliti. Siswa yang melaksanakan indikator dari aspek kreativitas dan prestasi belajar siswa
dalam pemecahan masalah masih rendah, kecuali pada aspek implementasi atau penerapan.
Dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah
matematika siswa masih rendah sehingga masih perlu ditingkatkan.
Pada pertemuan pertama siklus II indikator yang ingin dicapai mulai nampak
peningkatannya adalah Dilihat dari indikator aspek yang ingin dicapai pada aspek (1)
kemampuan menemukan fakta,dengan nilai rata-rata aitem masuk kategori amat baik (2)
Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide,dengan nilai rata-rata aitem kategori
amat baik (3) kemampuan menemukan penyelesaian masalah, dengan nilai rata-rata aitem
kategori baik (4) penerapan pembelajaran,dengan nilai rata-rata kategori baik.sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai keseluruhan rata-rata tingkat keberhasilan setiap aspek adalah
kategori baik. adapun untuk melihat lebih jelasnya dari keseluruhan setiap aspek telah
tercantum dalam soal tes evaluasi dengan hasil terlihat pada tabel 4.13 sebagai berikut.
Tabel 4.13 Aspek Penilaian Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada
Pemecahan Masalah Matematika Siklus II Pertemuan I
Aspek No. Soal
Jumlah Siswa
Skala Penilaian
Jumlah
Kemampuan menemukan fakta 1 40 16 640
2 40 16 640
3 40 15 600
Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide
1 40 16 640
2 40 16 640
3 40 15 600
-
57
Kemampuan menemukan penyelesaian masalah
1 40 15 600
2 40 16 640
Penerapan Pembelajaran 1 40 15 600
2 40 15 600
Jumlah total 400 155 6200
Rata-rata 40 15,5 620
Tingkat keberhasilan 15,5 Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan total dari hasil perkalian jumlah siswa dan nilai tiap item soal dibagi
dengan jumlah total siswa Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori
cukup, D (1-5) kategori rendah
Berikut adalah hasil tes tertulis siswa dalam pembelajaran matematika materi
operasi hitung pecahan :
Tabel 4.14 Ketuntasan hasil belajar matematika materi operasi hitung pecahan
siswa pada siklus II pertemuan I
No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas ≤ 65 33 82,5 2 Belum Tuntas > 65 7 17,5
Jumlah 40 100
Pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika
operasi hitung pecahan diperoleh data 82,5% siswa dalam kategori tuntas sedangkan
17,5% siswa dalam kualifikasi belum tuntas. Hal ini diperkuat lagi dengan hasil rata-
rata 80 telah memenuhi KKM sekolah yakni 65. Adapun data hasil tes siswa pada
siklus II pertemuan I terlampir.
Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung
pecahan dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut:
33
82,5
717,5
0
20
40
60
80
100
Jumlah Siswa %
Tuntas Belum Tuntas
-
58
Diagram 4.6 Analisis Keberhasilan Belajar Siklus II Pertemuan I
4.1.2.2 Deskripsi Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan II
a. Hasil observasi keterampilan guru
Hasil observasi keterampilan guru pada siklus II pertemuan II dapat dilihat
pada tabel 4.15 dibawah ini:
Tabel 4.15 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran
Siklus II Pertemuan II
No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan
A B C D 1 Apersepsi 16 2 Motivasi 17 3 Revisi 17 4 Penguasaan materi 18 5 Penggunaan metode 17 6 Penggunaan alat peraga 15 7 Managemen kelas 18 8 Pemakaran materi yang penting 14 9 Menciptakan suasana belajar aktif
pada siswa 18
10 Kesesuaian dengan indikator 17 11 Pengamatan terhadap kemajuan
siswa 15
12 Rangkuman 14 13 Pemberian tugas 16
Jumlah 154 58 Tingkat Keberhasilan 16,31 Kriteria Keterampilan Guru A
Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan nilai tingkat kemampuan dibagi dengan jumlah aspek yang
diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10)
kategori cukup, D (1-5) kategori rendah
Tabel 4.15 hasil observasi kemampuan kegiatan belajar mengajar guru dalam
mengelola pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat diketahui
bahwa untuk kegiatan pra pembelajaran guru melaksanakan proses pembelajaran
berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selama pembelajaran
matematika berlangsung peneliti dibantu 1 orang pengamat lain melaksanakan
pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan siklus II
-
59
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung dalam waktu 2 x
35 menit.
Pada keterampilan guru membuka pembelajaran dengan apersepsi, Guru
dibantu peneliti membagikan latihan soal pada setiap siswa. Guru meminta siswa
mempelajari materi operasi hitung pecahan yakni menentukan persentase sederhana
dari kuantitas atau banyak barang tertentu, mengubah pecahan biasa ke dalam persen
dan desimal serta membandingkan dua jenis pecahan yang berbeda (dari desimal,
persen, biasa) atau sebaliknya. Kemudian meminta siswa untuk mengerjakan latihan
soal yang telah dibagikan.
Apabila siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi mereka
bertanya dan berdiskusi dengan pasangan atau bertanya pada guru dan peneliti.
Setelah siswa selesai mempelajari materi, langsung mengerjakan soal yang diberikan.
Ada salah seorang siswa justru langsung mengerjakan latihan soal tanpa mempelajari
materi, setelah ditanya dia menjawab sudah membaca materi tersebut di rumah. Guru
akhirnya mengizinkan dia untuk langsung mengerjakan latihan soal yang diberikan.
Setelah waktu menyelesaikan soal sudah habis, guru kemudian menentukan
peran pembicara dan pendengar. Siswa kemudian melaksanakan peran yang
diperoleh, siswa yang berperan menjadi pembicara menjelaskan hasil jawaban kepada
pasangan sedangkan siswa yang menjadi pendengar menyimak penjelasan dan boleh
bertanya jika mengalami kesulitan. Guru berkeliling untuk mengawasi selama diskusi
berlangsung. Siswa kelihatan sangat aktif bertanya kepada teman jika mereka
kesulitan dan juga saling bertukar pendapat. Sesekali mereka juga bertanya kepada
guru jika merasa kesulitan dan mendapatkan jawaban yang berbeda dengan
pasangannya.
Setelah waktu yang ditentukan habis, guru meminta siswa untuk bertukar
peran, yaitu siswa yang menjadi pembicara berganti menjadi pendengar, dan
sebaliknya. Setelah itu, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil jawaban di
depan kelas untuk di bahas bersama. Ada salah seorang siswa yang berani
menyajikan jawaban di depan kelas. Dia juga menjelaskan secara rinci jawaban yang
diperoleh.
Setelah selesai, guru bertanya kepada siswa apakah ada yang mempunyai
jawaban yang berbeda dengan hasil jawaban siswa tersebut. Seorang siswa
mengungkapkan pendapat bahwa jawaban yang diperoleh sama hanya saja berbeda
-
60
cara. Guru pun meminta siswa tersebut menyajikan jawaban di depan kelas.
Kemudian guru dan siswa membahas bersama jawaban tersebut dan meminta siswa
untuk mengumpulkan hasil jawaban mereka karena waktu pelajaran matematika
sudah habis
b. Hasil observasi aktivitas siswa
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada
tabel 4.16 dibawah ini:
Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Siklus II Pertemuan II
No. Aktivitas Yang Diamati Jumlah Siswa
Skala Penilaian
Hasil
1 Kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran
40 15 600
2 Siswa mendengarkan guru menerangkan 40 15 600
3 Siswa mencatat pelajaran 40 14 560
4 Siswa berani menjawab tanpa ditunjuk 40 13 520
5 Kerjasama dengan teman-teman dalam satu kelompok
40 15 600
6 Siswa mengerjakan LKS 40 16 640
7 Kemampuan tutur menjelaskan kepada teman-temannya
40 15 600
8 Ketepatan mengumpulkan hasil diskusi 40 15 600
9 Siswa mengerjakan soal latihan/ tes 40 15 600
Jumlah 360 133 5320 Rata-Rata 40 14,78 591,11
Persentase Keberhasilan 14,78 Keterangan: Tingkat keberhasilan : hasil total dari aktifitas yang diamati dibagi dengan jumlah total siswa dari
aktifitas yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori
cukup, D (1-5) kategori rendah
Berdasarkan tabel 4.16 hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II keterlaksanaan
pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif model
cooperative script sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah
dibuat. Pada kegiatan pertemuan kedua siklus II ini siswa tidak mengeluhkan soal yang
-
61
diberikan. Siswa mencatat hal-hal yang penting. siswa menyelesaikan soal bersama dengan
pasangannya. Siswa serius dan tenang dalam menyelesaikan soal. Siswa saling bertukar
pendapat dan bekerja sama dalam menyelesaikan soal. Ada seorang siswa yang
mempresentasikan hasil jawabannya. Kemudian ada siswa yang menyampaikan pendapat
saat presentasi dengan cara menanggapi jawaban yang telah dituliskan. Dari penjelasan
tersebut terlihat bahwa kreativitas pemecahan masalah matematika sudah lebih baik jika
dibandingkan pada siklus I.
c. Paparan hasil belajar
Dalam tindakan ini peneliti menggunakan angket untuk mengukur kreativitas dan
prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran
kooperatif model cooperative script pada siklus II pada pertemuan II. Angket di analisis setiap
pertemuan oleh peneliti berdasarkan hasil jawaban siswa. Angket kreativitas dan prestasi
belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika bertujuan untuk mengetahui
perkembangan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika
selama tindakan berlangsung. Hasil analisis angket kreativitas dan prestasi belajar siswa
dalam pemecahan masalah matematika, dianalisis berdasarkan hasil jawaban siswa oleh
peneliti. Siswa yang melaksanakan indikator dari aspek kreativitas dan prestasi belajar siswa
dalam pemecahan masalah masih rendah, kecuali pada aspek implementasi atau penerapan.
Dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah
matematika siswa tinggi.
Pada pertemuan kedua indikator yaitu siswa dalam menyelesaikan permasalahan
matematika sudah kreatif. Dalam tes siswa mengerjakan soal tertulis yang dikerjakan secara
individu. Dilihat indikator setiap aspek yang ingin dicapai pada aspek (1) kemampuan
menemukan fakta,telah meningkat dengan nilai rata-rata aitem masuk kategori amat baik (2)
Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide,dengan nilai rata-rata aitem kategori
amat baik (3) kemampuan menemukan penyelesaian masalah, dengan nilai rata-rata aitem
kategori amat baik (4) penerapan pembelajaran,dengan nilai rata-rataa item kategori amat
baik. sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai keseluruhan rata-rata tingkat keberhasilan
setiap aspek adalah kategori amat baik. adapun untuk melihat lebih jelasnya dari keseluruhan
setiap aspek telah tercantum dalam soal tes evaluasi dengan hasil terlihat pada tabel 4.17
sebagai berikut:
Tabel 4.17 Aspek Penilaian Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pemecahan
Masalah Matematika Siklus II Pertemuan II
-
62
Aspek No. Soal
Jumlah Siswa
Skala Penilaian
Jumlah
Kemampuan menemukan fakta 1 40 17 680 2 40 17 680 3 40 17 680
Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide
1 40 17 680 2 40 17 680 3 40 17 680
Kemampuan menemukan penyelesaian masalah
1 40 17 680 2 40 17 680
Penerapan Pembelajaran 1 40 17 680 2 40 17 680
Jumlah total 400 170 6800 Rata-rata 40 17 680 Tingkat keberhasilan 17
Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan total dari hasil perkalian jumlah siswa dan nilai tiap item soal dibagi
dengan jumlah total siswa Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori
cukup, D (1-5) kategori rendah
Berikut adalah hasil tes tertulis siswa dalam pembelajaran matematika materi
operasi hitung pecahan :
Tabel 4.18 Ketuntasan hasil belajar matematika materi operasi hitung pecahan
siswa pada siklus II pertemuan II
No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas ≤ 65 40 100 2 Belum Tuntas > 65 0 0
Jumlah 40 100
Pada tabel 4.18 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika
operasi hitung pecahan diperoleh data 100% siswa dalam kategori tuntas. Hal ini
diperkuat lagi dengan hasil rata-rata 94,57 telah memenuhi KKM sekolah yakni 65.
Adapun data hasil tes siswa pada siklus II pertemuan II terlampir.
Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung
pecahan dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut:
Diagram 4.7 Analisis Keberhasilan Belajar Siklus II Pertemuan II
40
100
0 00
20
40
60
80
100
120
Jumlah Siswa %
Tuntas Belum Tuntas
-
63
d. Refleksi Siklus II
Pada siklus II terdapat 3 deskripsi yang dibuat yaitu deskripsi
keterampilan/keahlian guru, deskripsi aktivitas siswa dan deskripsi hasil belajar siswa.
Dari uraian deskripsi siklus II, dapat ditindak lanjuti sebagai berikut:
1. Keterlaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan pada hasil observasi kemampuan guru dalam pembelajaran
terjadi peningkatan persentase keberhasilan dari 15,15 menjadi 16,31 dalam
kriteria amat baik. Guru dalam penguasaan materi, penggunaan metode,
penggunaan alat peraga, managemen kelas dan pemakaran materi yang penting
telah berhasil ditingkatkan.
Diagram 4.8 Peningkatan kemampuan guru pada siklus II
Tabel 4.19 Tingkat Keberhasilan Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus II
Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria
Pertemuan I 15,15 B
Pertemuan II 16,31 A
Rata-rata 15,73 A
15,15
16,31
15,73
14,4 14,6 14,8
15 15,2 15,4 15,6 15,8
16 16,2 16,4
Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata
-
64
2. Aktivitas siswa
Secara klasikal, aktifitas siswa mengikuti pembelajaran matematika materi operasi
hitung pecahan dalam pemecahan masalah mengalami peningkatan dengan
presentase keberhasilan 13,33 menjadi 14,78 termasuk dalam kategori baik.
Sedangkan kreativitas siswa juga mengalami peningkatan dari 15,5 menjadi 17
amat baik.
Diagram 4.9 Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus II
Tabel 4.20 Tingkat Keberhasilan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus II.
Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria
Pertemuan I 15,5 B
Pertemuan II 17 A
Rata-rata 16,25 A
3. Hasil belajar
Diagram 4.10 Analisis Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Berdasarkan diagram 4.10 maka dapat disimpulkan bawa terdapat kenaikan dari
siklus II pertemuan I ke pertemuan II. Jika, di rata-rata ketuntasan hasil belajar
siswa dalam pemecahan masalah pembelajaran matematika materi operasi hitung
pecahan pada siklus II sebesar 91,25% dengan nilai rata-rata kelas sebesar
33
7
80
40
0
94,57
0
20
40
60
80
100
Ketuntasan Belum Tuntas Nilai Rata-rata
Pertemuan I Pertemuan II
15,5
17
16,25
14,5
15
15,5
16
16,5
17
17,5
Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata
-
65
87,28. Mengacu pada indikator keberhasilan penelitian, menetapkan sebesar
100% siswa mengalami ketuntasan dalam belajar. Dalam siklus II dinyatakan
bahwa tingkat kreativitas dan prestasi belajar siswa tuntas, maka penelitian
dihentikan.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Berikut adalah pembahasan hasil penelitian mengenai pembelajaran dengan
model cooperative script yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Salatiga 08 dapat
meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah
matematika. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran maupun dari lembar observasi,
angket serta tanya jawab dengan siswa dan guru. Selama proses pembelajaran siswa
dibagi berpasangan. pasangan tersebut bersifat permanen, artinya selama proses
pembelajaran berlangsung siswa mempunyai yang tetap kecuali pasangannya tidak hadir
maka di ganti dengan siswa lain. Dilihat dari proses pembelajaran, sebagian besar siswa
telah mengikuti pelajaran dengan baik. Hal ini didukung oleh pendapat guru yang
mengatakan bahwa siswa serius mengikuti proses pembelajaran dan siswa juga merasa
bahwa mereka senang dengan adanya pembelajaran dengan model cooperative script.
Siswa belajar di kelas dengan berdiskusi bersama pasangan, setiap pasangan
terdiri dari seorang siswa yang mempunyai kemampuan akademis lebih di banding dengan
pasangannya. Hal ini dilakukan karena pengelompokan secara heterogen memberikan
kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung serta memudahkan dalam
pengelolaan kelas. Jika dalam sebuah kelompok belajar anggota terdiri dari siswa dengan
kemampuan yang berbeda, maka siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dapat
memberikan bimbingan kepada siswa yang mempunyai kemampuan lebih rendah.
Hasil tanya jawab dengan siswa diketahui bahwa siswa merasa senang belajar
secara berpasangan, hal tersebut dikarenakan siswa lebih leluasa bertanya kepada
pasangan jika merasa kesulitan, mereka juga merasa lebih nyaman dan tidak malu jika
bertanya kepada teman dari pada bertanya kepada guru. Dengan demikian dampak
pembelajaran dengan model cooperative script telah dirasakan siswa yaitu siswa merasa
bersama-sama dalam menghadapi suatu masalah, saling bertukar pendapat dan saling
melengkapi. Ada perasaan bahwa siswa lebih terdorong untuk menyelesaikan masalah
bersama dengan pasangannya, selain itu siswa juga berusaha semampunya untuk
menggunakan cara-cara yang tidak terpaku dengan buku. Mereka juga berusaha
-
66
mengingat materi-materi yang bersangkutan dalam penyelesaian masalah. Dengan
diterapkannya pembelajaran dengan model cooperative script, mempermudahkan siswa
untuk mengingat materi-materi yang bersangkutan dalam penyelesaian masalah. Karena
siswa diberi kebebasan untuk menuangkan kreativitasnya pada saat merangkum dan
menyelesaikan masalah. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran cooperative script
dapat meningkatkan daya ingat siswa. Pemberian soal setiap pertemuan juga membantu
siswa untuk terbiasa menyelesaikan masalah. Meskipun pada awalnya mereka
mengelukan soal yang diberikan tetapi karena menjadi kebiasaan, mereka pun senang
mengerjakannya.
Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran cooperative script di mulai
dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian memberikan apersepsi
dengan melakukan tanya jawab dengan siswa. guru mengingatkan siswa pada materi
sebelumnya dan menghubungkan antara pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya dengan materi yang akan di pelajari. Kegiatan ini bertujuan agar siswa lebih
siap menghadapi pelajaran dan pelajaran lebih bermakna bagi siswa.
a. Pembahasan Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran
Mendasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan menuju pada terpenuhinya indikator keberhasilan,
maka pembahasan hasil observasi dapat dilihat pada diagram, sebagai berikut:
Diagram 4.11 Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II
10,9212,61
15,1516,31
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II
I II
Persentase Keberhasilan
-
67
Tabel 4.21 Peningkatan Keberhasilan Kemampuan Guru pada Setiap Pertemuan
Siklus Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria
I Pertemuan I 10,92 B Pertemuan II 12,61 B
II Pertemuan I 15,15 A Pertemuan II 16,31 A
Menitikberatkan pada diagram dan tabel tingkat kemampuan guru dalam
pembelajaran nampak dengan jelas bahwa terjadi peningkatan yang memuncak
dimana hal ini sangat berpengaruh pada kreativitas dan prestasi belajar siswa. Intinya
kenaikan persentase keberhasilan itu menunjukkan semakin profesional guru dalam
menyampaikan bahan materi pengajaran kepada para siswa.
b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Untuk mengukur tingkat kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran ccoperative
script dalam penelitian ini dengan memakai 2 Siklus. Pada setiap siklus dilaksanakan
2x pertemuan, dalam pelaksanaannya didasarkan pada RPP yang telah dipersiapkan
sebelumnya berdasarkan standar kompetensi pembelajaran dari sekolah. Untuk lebih
jelasnya akan disajikan tabel dan diagram, sebagai berikut:
Diagram 4.12 Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajran
Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.22 Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Setiap Pertemuan
Siklus Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria
I Pertemuan I 11,22 B Pertemuan II 12,33 B
II Pertemuan I 13,33 B Pertemuan II 14,78 B
11,2212,33
13,3314,78
02468
10121416
Pertemuan I PertemuanII
Pertemuan I PertemuanII
I II
-
68
c. Hasil Belajar Pembelajaran Matematika
Berdasarkan hasil observasi kreatifitas pemecahan masalah matematika,
angket kreatifitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika
dan tes dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model cooperative
script, presentasi serta adanya kesempatan untuk bertukar pendapat dan tanya jawab
pada materi operasi pecahan bentuk aljabar dapat meningkatkan kreatifitas dan
prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika kelas V SD Negeri
Salatiga 08. Semua data yang telah dideskripsikan merupakan hasil dari implikasi
tindakan yang telah dilaksanakan. Dalam hal ini peneliti menganggap bahwa semua
hal yang telah diperoleh dapat menjawab permasalahan yang diajukan dalam
penelitian ini.
Berdasarkan hasil pre-test (pra siklus) yang dilakukan sebelum penelitian
tindakan kelas pada pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan melalui
model pembelajaran cooperative script untuk kelas V siswa SD Negeri Salatiga 08
diperoleh data-data, sebagai berikut:
Tabel 4.23 Ketuntasan hasil belajar matematika siswa pada kegiatan pra-siklus
No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas ≤ 65 17 42,5 2 Belum Tuntas > 65 23 57,5
Jumlah 40 100
Pada tabel 4.23 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika
operasi hitung pecahan sangat minim, diperoleh data 42,5% siswa dalam kategori
tuntas dan 57,5% dalam kategori belum tuntas. Hal ini diperkuat lagi dengan hasil
rata-rata 51,46 telah memenuhi KKM sekolah yakni 65. Adapun data hasil tes siswa
pada kegiatan pra siklus terlampir.
Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung
pecahan dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut:
Diagram 4.13 Analisis Keberhasilan Belajar Pra-Siklus
17
42,5
23
57,5
0102030
40506070
Jumlah Siswa %
Tuntas Belum Tuntas
-
69
Tingkat ketuntasan hasil pembelajaran matematika menggunakan model
cooperative script akan nampak jelas dalam analisis data, sebagai berikut:
Tabel 4.24 Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada Setiap
Pertemuan
Siklus Pertemuan Tingkat keberhasilan
Kriteria
I Pertemuan I 13,2 B Pertemuan II 14,4 B
II Pertemuan I 15,5 B Pertemuan II 17 A
Tabel 4.25 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Setiap Siklus
No Tingkat
Ketuntasan
Pra- Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah siswa
% Jumlah siswa
% Jumlah siswa
%
I II I II I II I II 1 Tuntas 17 42,5 23 27 57,5 67,5 33 40 82,5 100 2 Belum
Tuntas 23 57,5 17 13 42,5 32,5 7 0 17,5 0
Jumlah 40 100 40 40 100 100 40 40 100 100
Berdasarkan pada tabel 4.25 diketahui bahwa persentase rata-rata tingkat ketuntasan
hasil belajar pra siklus adalah 42,5% tuntas dan 57,5% belum tuntas. Pada siklus I
persentase tingkat ketuntasan hasil belajar adalah 62,5% tuntas dan 37,5% belum
tuntas, Sedangkan pada siklus II persentase tingkat ketuntasan hasil belajar adalah
91,25% tuntas dan 8,75% belum tuntas.
Jika dibandingkan dalam bentuk diagram ketuntasan hasil belajar matematika
siswa, sebagai berikut:
Diagram 4.13 Persentase Perbedaan Hasil Belajar Siswa dari Pra siklus, Siklus I
dan Siklus II
42,5 57,5
67,5 82,5
100
57,5 42,5
32,5 17,5
0
0
20
40
60
80
100
120
tuntas belum tuntas
Pra siklus Siklus I
Pertemuan I
Siklus I
Pertemuan II
Siklus II
Pertemuan I
Siklus II
Pertemuan II
-
70
4.3 Hasil Angket Siswa Setelah Penelitian
Indikator angket kreativitas dan prestasi belajar siswa yang peneliti ajukan terdiri
dari 4 (empat) aspek, sebagai berikut:
1. Kemampuan menemukan fakta
Aspek ini terdapat 3 item soal dengan alternatif jawaban “ya” atau “tidak”. Jawaban
“ya” maka penilaian untuk siswa kemampuan dalam menemukan fakta sangat tinggi /
teliti, sedangkan jawaban “tidak” maka kemampuan siswa dalam menemukan fakta
rendah.
2. Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide
Aspek ini terdapat 3 item soal dengan alternatif jawaban “ya” atau “tidak”. Peneliti
menyimpulkan mendasarkan pada aktifitas siswa yakni jika jawaban “ya” maka
kemampuan siswa dalam menemukan masalah dan gagasan/ide sangat tinggi,
sedangkan jawaban “tidak” maka kemampuan siswa dalam menemukan masalah dan
gagasan/ide rendah.
3. Kemampuan menemukan penyelesaian masalah
Aspek ini terdapat 2 item soal dengan alternatif jawaban “ya” atau “tidak”. Peneliti
menyimpulkan yakni jika jawaban “ya” maka kreativitas siswa dalam penyelesaian
masalah sangat tinggi, sedangkan jawaban “tidak” maka kreativitas siswa dalam
penyelesaian masalah rendah.
4. Penerapan pembelajaran
Aspek ini terdapat 2 item soal dengan alternatif jawaban “ya” atau “tidak”. Peneliti
menyimpulkan yakni jika jawaban “ya” maka siswa berperan aktif dalam kelompok dan
menguasai bahan materi yang diberikan guru, sedangkan jawaban “tidak” maka siswa
berperan tidak aktif dalam kelompok dan tidak menguasai bahan materi yang
diberikan guru. Pada aspek ini pengukurannya pada prestasi belajar siswa yang
diperoleh.
4.4 Hasil Uji Coba Instrumen
1. Validitas
a. Tes prestasi belajar siswa pada materi operasi hitung pecahan
Siklus I pertemuan I : hasil uji validitas dari 10 item soal di dapat 8 item yang valid,
untuk selanjutnya ke-8 item tersebut akan dipergunakan dalam penelitian
(lampiran 7 hal 94).
-
71
Siklus I pertemuan II : hasil uji validitas dari 6 item valid, untuk selanjutnya ke-6
item tersebut akan dipergunakan dalam penelitian (lampiran 7 hal 97).
Siklus II pertemuan I : hasil uji validitas dari 10 item soal valid, selanjutnya ke-10
item tersebut akan dipergunakan dalam penelitian (lampiran 7 hal 99).
Siklus II pertemuan II : hasil uji validitas dari 10 item soal valid, untuk selanjutnya
ke-10 item tersebut akan dipergunakan dalam penelitian (lampiran 7 hal
101).
b. Angket kreativitas dan prestasi belajar siswa
Hasil dari uji validitas dan reabilitas soal angket kreativitas dan prestasi belajar
telah diujicobakan dengan butir soal essay berjumlah 10 dinyatakan valid terbukti
secara keseluruhan total correlation di atas 0,20 (lampiran 6).
2. Reliabilitas
a. Tes prestasi belajar siswa pada materi operasi hitung pecahan
Siklus I pertemuan I : reliabilitas diperoleh angka koefisien 0,764 dengan kriteria dapat di
terima, sehingga instrument tes yang peneliti susun dapat dipergunakan dalam
penelitian (lampiran 7 hal 95-96).
Siklus I pertemuan II : reliabilitas diperoleh angka koefisien 0,766 dengan kriteria dapat di
terima, sehingga instrument tes yang peneliti susun dapat dipergunakan dalam
penelitian (lampiran 7 hal 98).
Siklus II pertemuan I : reliabilitas diperoleh angka koefisien 0,817 dengan kriteria bagus,
sehingga instrument tes yang peneliti susun dapat dipergunakan dalam
penelitian (lampiran 7 hal 100).
Siklus II pertemuan II : reliabilitas diperoleh angka koefisien 0,737 dengan kriteria dapat di
terima, sehingga instrument tes yang peneliti susun dapat dipergunakan dalam
penelitian (lampiran 7 hal 102).
b. Angket kreativitas dan prestasi belajar siswa
Uji reliabilitas item soal angket yang telah dilakukan peneliti, diperoleh hasil
reliabilitas bagus dengan hasil alpha 0,821 (lampiran 6 hal 93).
3. Analisis taraf kesukaran Item
a. Tes prestasi belajar siswa pada materi operasi hitung pecahan
Berdasarkan perhitungan rumus dan kriteria yang digunakan pada analisis taraf
-
72
kesukaran instrumen, maka hasil analisis untuk taraf kesukaran instrumen
penelitian (Nana Sudjana, 2011:135), sebagai berikut:
Tabel 4.26. Analisis Taraf Kesukaran Soal Siklus I Pertemuan I
No. Soal N B I Kriteria
1 40 33 0,825 mudah
3 40 37 0,925 mudah
4 40 35 0,875 mudah
5 40 38 0,95 mudah
6 40 30 0,75 mudah
7 40 37 0,925 mudah
8 40 33 0,825 mudah
10 40 38 0,95 mudah
Berdasarkan tabel 4.26 dapat disimpulkan bahwa kriteria taraf kesukaran soal
pada siklus I pertemuan I adalah kriteria mudah.
Tabel 4.27. Analisis Taraf Kesukaran Soal Siklus I Pertemuan II
No. Soal N B I Kriteria
1 40 33 0,825 mudah
2 40 37 0,925 mudah
3 40 35 0,875 mudah
4 40 38 0,95 mudah
5 40 30 0,75 mudah
6 40 37 0,925 mudah
Berdasarkan tabel 4.27 dapat disimpulkan bahwa kriteria taraf kesukaran soal
pada siklus I pertemuan II adalah kriteria mudah.
Tabel 4.28. Analisis Taraf Kesukaran Soal Siklus II Pertemuan I
No. Soal N B I Kriteria
-
73
1 40 33 0,825 mudah
2 40 37 0,925 mudah
3 40 37 0,925 mudah
4 40 35 0,875 mudah
5 40 38 0,95 mudah
6 40 30 0,75 mudah
7 40 37 0,925 mudah
8 40 33 0,825 mudah
9 40 30 0,75 mudah
10 40 38 0,95 mudah
Berdasarkan tabel 4.28 dapat disimpulkan bahwa kriteria taraf kesukaran soal
pada siklus II pertemuan I adalah kriteria mudah.
Tabel 4.29. Analisis Taraf Kesukaran Soal Siklus II Pertemuan II
No. Soal N B I Kriteria
1 40 31 0,775 mudah
2 40 36 0,9 mudah
3 40 34 0,85 mudah
4 40 16 0,4 sedang
5 40 37 0,925 mudah
6 40 34 0,85 mudah
7 40 38 0,95 mudah
8 40 22 0,55 sedang
9 40 21 0,525 sedang
10 40 31 0,775 mudah
Berdasarkan tabel 4.28 dapat disimpulkan bahwa kriteria taraf kesukaran soal
pada siklus II pertemuan II adalah 7 dalam kriteria mudah dan 3 dalam kriteria
-
74
sedang.
b. Angket kreativitas dan prestasi belajar siswa
Berdasarkan perhitungan rumus dan kriteria yang digunakan pada analisis taraf
kesukaran instrumen, maka hasil analisis untuk taraf kesukaran instrumen
penelitian (Nana Sudjana, 2011:135), sebagai berikut:
Tabel 4.30. Analisis Taraf Kesukaran Soal Angket Kreativitas dan Prestasi
Belajar
No. Soal N B I Kriteria
1 40 30 0,75 mudah
2 40 30 0,75 mudah
3 40 20 0,5 sedang
4 40 30 0,75 mudah
5 40 32 0,8 mudah
6 40 30 0,75 mudah
7 40 22 0,55 sedang
8 40 30 0,75 mudah
9 40 28 0,7 mudah
10 40 20 0,5 sedang
Berdasarkan tabel 4.30 dapat disimpulkan bahwa kriteria taraf kesukaran soal
pada angket kreativitas dan prestasi belajar siswa adalah 7 dalam kriteria mudah
dan 3 dalam kriteria sedang.
4.5 Hubungan Aktifitas Belajar dengan Kreativitas Belajar
Menurut pendapat Sardiman, aktifitas belajar adalah keaktifan yang bersifat fisik maupun
mental. Dalam kegiatan pembelajaran, kedua aktifitas tersebut harus saling menunjang agar
diperoleh hasil yang maksimal. Sehubungan dengan hal tersebut Piaget mengemukakan pendapat
bahwa “seseorang berpikir sepanjang ia berbuat sesuatu karena tanpa berbuat ia tidak akan mau
berpikir kreatif” (Yustini Yusuf, http://www.fkip.unri.ac.id/5/12/2012).
-
75
Dalam proses pembelajaran siswa harus diberikan kesempatan berbuat sendiri sebagai
stimulus untuk membangkitkan pemikiran bertaraf verbal setelah peserta didik / siswa melakukan
kegiatan (berpikir menggunakan taraf perbuatan). Aktifitas sangat bermanfaat bagi peserta didik
dalam mencari pengalaman dan mengalami sendiri, sehingga pembelajaran lebih berhasil dan
menarik. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam PBM sangat memberi
pengaruh pada peningkatan kreativitas siswa dalam hal ini pemecahan masalah pada mata
pelajaran matematika. Secara tidak langsung aktifitas siswa akan merangsang timbulnya
kreativitas, sehingga hasil belajar akan meningkat. Aktifitas, kreativitas dan hasil belajar menurut
peneliti merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berhubungan.
4.6 Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi yang di dapat dari hasil penelitian ini ada tiga, yaitu implikasi teoritis,
implikasi praktis dan implikasi paedagodis.
1. Implikasi Praktis
Pengelompokan pasangan secara heterogen belum bisa dikatakan baik sepenuhnya
karena pengelompokan pasangan hanya berdasarkan saran dan anjuran guru mata pelajaran
matematika.
Indikator kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah
matematika yang diamati dalam penelitian ini terbatas pada aspek pemecahan masalah
secara kreatif sehingga peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan
masalah matematika hanya berdasarkan indikator tersebut.
2. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
penggunaan model pembelajaran cooperative script pada mata belajaran matematika, dalam
upaya meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa kelas V
3. Implikasi Pedagogis
Penelitian ini berimplikasi secara paedagogis yaitu memberikan informasi cara /
langkah dalam meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar tidak hanya pada mata pelajaran
matematika saja tetapi bisa diterapkan pada mata pelajaran lainnya.