bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4 · 2012. 11. 29. · 37 bab iv hasil penelitian dan...

39
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran kooperatif model cooperative script yaitu siswa dibagi berpasangan pada saat pembelajaran dan diberi peran sebagai pendengar serta pembicara, untuk kemudian mereka melaksanakan peran yang ditentukan guna mencapai pembelajaran yang efektif. Pembagian siswa secara berpasangan ditentukan oleh guru matematika berdasarkan rata-rata kemampuan siswa, yaitu setiap pasangan terdiri dari satu siswa yang mempunyai kemampuan akademik lebih di banding pasangannya. Pengumuman pembagian pasangan dilakukan pada awal pembelajaran matematika pertemuan I siklus I. Jumlah seluruh siswa kelas V SDN Salatiga 08 adalah 40 siswa tetapi dalam penelitian kali ini data yang akan digunakan adalah data siswa selama pertemuan pertama sampai pertemuan kedua. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2012 sampai 10 Maret 2012 dan 14 Maret 2012 sampai 17 Maret 2012. Pokok bahasan yang dipelajari adalah operasi hitung pecahan. Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus yakni siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan dan siklus kedua terdiri dari 2 pertemuan. Rincian pelaksanaan penelitian yang dilakukan di kelas V SDN Salatiga 08 pada materi operasi pecahan hitung pecahan dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 5. Berikut ini adalah uraian pelaksanaan penelitian yang dilakukan. 4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 4.1.1.1 Deskripsi Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan I a. Hasil observasi keterampilan guru Hasil observasi keterampilan guru pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan I No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 37

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan

    prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran kooperatif

    model cooperative script yaitu siswa dibagi berpasangan pada saat pembelajaran dan

    diberi peran sebagai pendengar serta pembicara, untuk kemudian mereka melaksanakan

    peran yang ditentukan guna mencapai pembelajaran yang efektif. Pembagian siswa

    secara berpasangan ditentukan oleh guru matematika berdasarkan rata-rata kemampuan

    siswa, yaitu setiap pasangan terdiri dari satu siswa yang mempunyai kemampuan

    akademik lebih di banding pasangannya. Pengumuman pembagian pasangan dilakukan

    pada awal pembelajaran matematika pertemuan I siklus I. Jumlah seluruh siswa kelas V

    SDN Salatiga 08 adalah 40 siswa tetapi dalam penelitian kali ini data yang akan digunakan

    adalah data siswa selama pertemuan pertama sampai pertemuan kedua. Penelitian

    tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2012 sampai 10 Maret 2012 dan 14

    Maret 2012 sampai 17 Maret 2012. Pokok bahasan yang dipelajari adalah operasi hitung

    pecahan. Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus yakni siklus pertama terdiri dari 2

    pertemuan dan siklus kedua terdiri dari 2 pertemuan. Rincian pelaksanaan penelitian yang

    dilakukan di kelas V SDN Salatiga 08 pada materi operasi pecahan hitung pecahan dapat

    dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 5.

    Berikut ini adalah uraian pelaksanaan penelitian yang dilakukan.

    4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

    4.1.1.1 Deskripsi Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan I

    a. Hasil observasi keterampilan guru

    Hasil observasi keterampilan guru pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada

    tabel, sebagai berikut:

    Tabel 4.1 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan I

    No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan

    A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

  • 38

    No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan

    A B C D 4 Penguasaan materi 10 5 Penggunaan metode 10 6 Penggunaan alat peraga 10 7 Managemen kelas 10 8 Pemakaran materi yang penting 10 9 Menciptakan suasana belajar aktif

    pada siswa 13

    10 Kesesuaian dengan indikator 12 11 Pengamatan terhadap kemajuan

    siswa 10

    12 Rangkuman 10 13 Pemberian tugas 13

    Jumlah 0 62 80 0 Tingkat Keberhasilan 10,92 Kriteria Keterampilan Guru B

    Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan nilai tingkat kemampuan dibagi dengan jumlah aspek yang

    diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10)

    kategori cukup, D (1-5) kategori rendah

    Tabel 4.1. hasil observasi kemampuan kegiatan belajar mengajar guru dalam

    mengelola pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat diketahui

    bahwa untuk kegiatan pra pembelajaran guru melaksanakan proses pembelajaran

    berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selama pembelajaran

    matematika berlangsung peneliti dibantu 1 orang pengamat lain melaksanakan

    pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan siklus I

    dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung dalam waktu 2 x

    35 menit.

    Pada keterampilan guru membuka pembelajaran dengan apersepsi, guru

    mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran materi operasi hitung pecahan.

    Kemudian guru menginformasikan bahwa pada hari ini akan diterapkan pembelajaran

    kooperatif model cooperative script.

    Guru menjelaskan proses pembelajaran menggunakan model cooperative

    script, siswa di minta untuk merangkum materi operasi hitung pecahan kemudian

    menyelesaikan soal yang telah diberikan. Setelah itu, siswa menjelaskan hasil yang

    diperoleh kepada pasangan masing-masing. Guru kemudian membagi siswa

  • 39

    berpasangan berdasarkan rata-rata kemampuan akademik masing-masing siswa yaitu

    siswa yang mempunyai kemampuan akademik lebih dipasangkan dengan siswa yang

    mempunyai kemampuan akademik dibawahnya. Pada saat pengelompokan siswa,

    suasana kelas sangat ramai, siswa sangat sulit dikondisikan.

    Siswa duduk berdasarkan pasangan masing-masing dan sudah terkondisikan

    dengan baik, guru dibantu peneliti membagikan soal latihan pada setiap siswa.

    Kemudian guru meminta siswa untuk merangkum materi operasi hitung pecahan pada

    buku catatan masing-masing. Setelah itu guru meminta siswa untuk menyelesaikan

    soal yang dibagikan. Guru memberitahukan kepada siswa pada saat merangkum,

    siswa bebas menambahkan ide-ide mereka atau mereka bebas menggunakan bahasa

    mereka sendiri yang terpenting adalah siswa menjadi lebih paham dengan materi

    operasi hitung pecahan. Guru juga memberitahukan kepada para siswa jika mereka

    merasa kesulitan, boleh bertanya kepada pasangannya atau bertanya kepada guru.

    Guru juga berkeliling untuk membimbing siswa yang merasa kesulitan, misalnya: guru

    membimbing siswa untuk mengingat-ingat materi. Setelah waktu untuk merangkum

    dan menyelesaikan soal habis, guru kemudian menentukan peran pembicara dan

    pendengar. Siswa yang mempunyai kemampuan lebih diberi kesempatan pertama

    untuk menjadi pembicara dan pasangannya menjadi pendengar.

    Siswa kemudian melaksanakan peran yang diperoleh, siswa yang berperan

    menjadi pembicara menjelaskan hasil rangkuman dan hasil jawabannya kepada

    pasangannya sedangkan siswa yang menjadi pendengar menyimak penjelasan dan

    boleh bertanya jika mengalami kesulitan. Siswa kelihatan sangat aktif bertanya kepada

    teman jika mereka merasa kesulitan, mereka merasa lebih nyaman jika bertanya

    kepada teman dibandingkan bertanya kepada guru dan mereka juga saling bertukar

    pendapat. Setelah waktu yang ditentukan habis, guru meminta siswa untuk bertukar

    peran yaitu siswa yang menjadi pembicara berganti menjadi pendengar dan

    sebaliknya. Pertukaran peran hanya berlangsung ± 3 menit, hal tersebut dikarenakan

    keterbatasan waktu. Guru juga tidak sempat meminta siswa untuk mempresentasikan

    hasil jawabannya di depan kelas untuk di bahas bersama. Guru hanya bertanya

    jawaban yang diperoleh siswa secara umum. Setelah itu, bertanya kepada siswa

    apakah ada yang mempunyai jawaban yang berbeda dengan yang lainnya. Siswa

  • 40

    tidak menyampaikan pendapatnya karena mereka malu dan justru takut salah. Guru

    membahas beberapa soal dan kemudian menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil

    jawaban mereka.

    b. Hasil observasi aktivitas siswa

    Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada

    tabel dibawah ini:

    Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

    Siklus I Pertemuan I

    No. Aktivitas Yang Diamati Jumlah Siswa

    Skala Penilaian

    Hasil

    1 Kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran

    40 11 440

    2 Siswa mendengarkan guru menerangkan 40 12 480

    3 Siswa mencatat pelajaran 40 11 440

    4 Siswa berani menjawab tanpa ditunjuk 40 10 400

    5 Kerjasama dengan teman-teman dalam satu kelompok

    40 11

    440

    6 Siswa mengerjakan LKS 40 12 480

    7 Kemampuan tutur menjelaskan kepada teman-temannya

    40 9

    360

    8 Ketepatan mengumpulkan hasil diskusi 40 12 480

    9 Siswa mengerjakan soal latihan/ tes 40 13 520

    Jumlah 360 101 4040 Rata-Rata 40 11,22 448,89 Tingkat Keberhasilan 11,22

    Keterangan: Tingkat keberhasilan : hasil total dari aktifitas yang diamati dibagi dengan jumlah total siswa dari

    aktifitas yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori

    cukup, D (1-5) kategori rendah

    Berdasarkan tabel 4.2. hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I keterlaksanaan

    pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif model cooperative script sudah

    terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada pertemuan ini ada

    empat kegiatan yang tidak terlaksana. Pada kegiatan pertemuan pertama siswa mengeluhkan

    belum memahami materi yang disampaikan. Hal tersebut juga menyebabkan beberapa siswa

  • 41

    menyelesaikan soal asal-asalan. Beberapa siswa saling bertukar pendapat dan bekerja sama

    dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Tetapi ada beberapa siswa pula yang kelihatan

    pasif.

    Siswa pun belum berani mengutarakan pendapatnya yang berbeda dengan teman

    lainnya karena takut salah, mereka masih cenderung menggunakan cara penyelesian yang

    sama dengan temannya.

    c. Paparan hasil belajar

    Dalam tindakan ini peneliti menggunakan angket untuk mengukur kreativitas dan

    prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran

    kooperatif model cooperative script pada siklus I pada pertemuan I. Angket di analisis setiap

    pertemuan oleh peneliti berdasarkan hasil jawaban siswa. Angket kreativitas dan prestasi

    belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika bertujuan untuk mengetahui

    perkembangan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika

    selama tindakan berlangsung. Hasil analisis angket kreativitas dan prestasi belajar siswa

    dalam pemecahan masalah matematika, dianalisis berdasarkan hasil jawaban siswa oleh

    peneliti. Siswa yang melaksanakan indikator dari aspek kreativitas dan prestasi belajar siswa

    dalam pemecahan masalah masih rendah, kecuali pada aspek implementasi atau penerapan.

    Dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah

    matematika siswa masih rendah sehingga masih perlu ditingkatkan.

    Pada pertemuan pertama siklus I siswa masih bingung dengan model pembelajaran

    serta merasa kesulitan untuk menyelesaikan soal operasi hitung pecahan. Dalam tes siswa

    mengerjakan soal tertulis yang dikerjakan secara individu. Dilihat dari indikator aspek yang

    ingin dicapai pada aspek (1) kemampuan menemukan fakta,dengan nilai rata-rata dari aitem

    masuk kategori baik (2) Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide,dengan nilai rata-

    rata aitem kategori baik (3) kemampuan menemukan penyelesaian masalah, dengan nilai

    rata-rata aitem kategori baik (4) penerapan pembelajaran,dengan nilai rata-rata aitem kategori

    baik.sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai keseluruhan rata-rata tingkat keberhasilan setiap

    aspek adalah kategori baik. adapun untuk melihat lebih jelasnya dari keseluruhan setiap aspek

    telah tercantum dalam soal tes evaluasi dengan hasil terlihat pada tabel 4.3, sebagai berikut:

    Tabel 4.3 Aspek Penilaian Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada

    Pemecahan Masalah Matematika Siklus I Pertemuan I

    Aspek No. Soal

    Jumlah Siswa

    Skala Penilaian

    Jumlah

  • 42

    Aspek No. Soal

    Jumlah Siswa

    Skala Penilaian

    Jumlah

    Kemampuan menemukan fakta 1 40 14 560

    2 40 14 560

    3 40 12 480

    Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide

    1 40 14 560

    2 40 14 560

    3 40 12 480

    Kemampuan menemukan penyelesaian masalah

    1 40 12 480

    2 40 14 560

    Penerapan Pembelajaran 1 40 13 520

    2 40 13 520

    Jumlah total 400 132 5280 Rata-rata 40 13,2 528 Tingkat keberhasilan 13,2

    Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan total dari hasil perkalian jumlah siswa dan nilai tiap item soal dibagi

    dengan jumlah total siswa Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori

    cukup, D (1-5) kategori rendah

    Berikut adalah hasil tes tertulis siswa dalam pembelajaran matematika materi

    operasi hitung pecahan :

    Tabel 4.4 Ketuntasan hasil belajar matematika materi operasi hitung pecahan

    siswa pada siklus I pertemuan I

    No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas≤ 65 23 57,5 2 Belum Tuntas > 65 17 42,5

    Jumlah 40 100 Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika operasi

    hitung pecahan diperoleh data 57,5% siswa dalam kategori tuntas sedangkan 42,5% siswa

    dalam kualifikasi belum tuntas. Hal ini diperkuat lagi dengan hasil rata-rata 63,52 belum

    memenuhi KKM sekolah adalah 65. Adapun data hasil tes siswa pada siklus I pertemuan I

    terlampir.

    Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan

  • 43

    dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut:

    Diagram 4.1 Analisis Keberhasilan Belajar Siklus I Pertemuan I

    4.1.1.2 Deskripsi Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan II

    a. Hasil observasi keterampilan guru

    Hasil observasi keterampilan guru pada siklus I pertemuan II dapat dilihat

    pada tabel 4.5. dibawah ini:

    Tabel 4.5 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran

    Siklus I Pertemuan II

    No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan

    A B C D 1 Apersepsi 12 2 Motivasi 13 3 Revisi 14 4 Penguasaan materi 12 5 Penggunaan metode 12 6 Penggunaan alat peraga 13 7 Managemen kelas 12 8 Pemakaran materi yang penting 12 9 Menciptakan suasana belajar aktif

    pada siswa 13

    10 Kesesuaian dengan indikator 13 11 Pengamatan terhadap kemajuan

    siswa 13

    12 Rangkuman 11 13 Pemberian tugas 14

    Jumlah 164 Tingkat Keberhasilan 12,61 Kriteria Keterampilan Guru B

    Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan nilai tingkat kemampuan dibagi dengan jumlah aspek yang

    diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10)

    kategori cukup, D (1-5) kategori rendah

    23

    57,5

    17

    42,5

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    Jumlah Siswa %

    Tuntas Belum Tuntas

  • 44

    Tabel 4.5. hasil observasi kemampuan kegiatan belajar mengajar guru dalam

    mengelola pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat diketahui

    bahwa untuk kegiatan pra pembelajaran guru melaksanakan proses pembelajaran

    berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selama pembelajaran

    matematika berlangsung peneliti dibantu 1 orang pengamat lain melaksanakan

    pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan siklus I

    dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung dalam waktu 2 x

    35 menit.

    Pada keterampilan guru membuka pembelajaran dengan apersepsi, guru

    mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran materi operasi hitung pecahan. Guru

    menjadi pembicara dan pasangannya menjadi pendengar. Siswa kemudian

    melaksanakan peran yang diperoleh, siswa yang berperan menjadi pembicara

    menjelaskan hasil rangkuman dan hasil jawabannya kepada pasangannya sedangkan

    siswa yang menjadi pendengar menyimak penjelasan dan boleh bertanya jika

    mengalami kesulitan. Guru berkeliling untuk mengawasi selama diskusi berlangsung.

    Siswa kelihatan sangat aktif bertanya kepada teman jika mereka merasa kesulitan,

    mereka merasa lebih nyaman jika bertanya kepada teman dibandingkan bertanya

    kepada guru. Rata-rata siswa bertanya kepada pasangannya tentang penyelesaian

    soal dari nomor 1 sampai nomor 7.

    Sambil berdiskusi mereka juga saling bertukar pendapat. Jika pasangan

    merasa ada yang tidak sama atau tidak cocok dengan hasil yang diperoleh

    pasangannya, mereka langsung mengungkapkannya dan menyelesaikan kembali soal

    tersebut. Pada pertemuan kali ini pertukaran peran tidak terjadi karena keterbatasan

    waktu. Guru langsung meminta siswa untuk mempresentasikan hasil jawaban di

    depan kelas. Ada empat siswa yang berani menyajikan jawaban ke depan kelas.

    Jawaban yang disajikan adalah nomor 1 sampai nomor 7. Setelah keempat siswa

    tersebut selesai menyajikan jawaban, guru bertanya kepada seluruh siswa apakah

    ada yang mempunyai jawaban yang berbeda. Seorang siswa berani mengungkapkan

    bahwa jawaban yang diperoleh berbeda dengan jawaban temannya.

    Kemudian guru meminta siswa tersebut untuk menyajikan hasil yang

  • 45

    diperoleh. Setelah selesai, guru bersama-sama siswa membahas hasil yang diperoleh.

    Kemudian guru melanjutkan membahas beberapa soal yang lain dan kemudian

    menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil jawaban mereka.

    b. Hasil observasi aktivitas siswa

    Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada

    tabel 4.6., dibawah ini.

    Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

    Siklus I Pertemuan II

    No. Aktivitas Yang Diamati Jumlah Siswa

    Skala Penilaian

    Hasil

    1 Kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran

    40 14 560

    2 Siswa mendengarkan guru menerangkan 40 13 520

    3 Siswa mencatat pelajaran 40 12 480

    4 Siswa berani menjawab tanpa ditunjuk 40 10 400

    5 Kerjasama dengan teman-teman dalam satu kelompok

    40 12

    480

    6 Siswa mengerjakan LKS 40 14 560

    7 Kemampuan tutur menjelaskan kepada teman-temannya

    40 11

    440

    8 Ketepatan mengumpulkan hasil diskusi 40 12 480

    9 Siswa mengerjakan soal latihan/ tes 40 13 520

    Jumlah 360 111 4440 Rata-Rata 40 12,33 493,33

    Tingkat Keberhasilan 12,33 Keterangan: Tingkat keberhasilan : hasil total dari aktifitas yang diamati dibagi dengan jumlah total siswa dari

    aktifitas yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori

    cukup, D (1-5) kategori rendah

    Berdasarkan tabel 4.6. hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I

    keterlaksanaan pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif model

    cooperative script sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah

    dibuat. Pada pertemuan ini siswa mengeluhkan soal yang diberikan terlalu banyak dan

  • 46

    sulit. Hal tersebut juga menyebabkan beberapa siswa lebih banyak bertanya kepada

    guru. Beberapa siswa saling bertukar pendapat dan bekerja sama dalam

    menyelesaikan soal yang diberikan. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa

    kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika masih

    kurang. Oleh karena itu, kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan

    masalah matematika masih sangat perlu ditingkatkan.

    c. Paparan hasil belajar

    Dalam tindakan ini peneliti menggunakan angket untuk mengukur kreativitas

    dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika melalui

    pembelajaran kooperatif model cooperative script pada siklus I pada pertemuan II.

    Angket di analisis setiap pertemuan oleh peneliti berdasarkan hasil jawaban siswa.

    Angket kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika

    bertujuan untuk mengetahui perkembangan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam

    pemecahan masalah matematika selama tindakan berlangsung. Hasil analisis angket

    kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika, dianalisis

    berdasarkan hasil jawaban siswa oleh peneliti. Siswa yang melaksanakan indikator dari aspek

    kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah masih rendah, kecuali pada

    aspek implementasi atau penerapan. Dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan prestasi belajar

    siswa dalam pemecahan masalah matematika siswa masih rendah sehingga masih perlu

    ditingkatkan.

    Pada pertemuan kedua Siswa masih bingung dengan model pembelajaran serta

    merasa kesulitan untuk menyelesaikan soal operasi hitung pecahan. Dalam tes siswa

    mengerjakan soal tertulis yang dikerjakan secara individu. Dilihat dari indikator aspek yang

    ingin dicapai pada aspek (1) kemampuan menemukan fakta,dengan nilai rata-rata aitem

    masuk kategori baik (2) Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide,dengan nilai rata-

    rata aitem kategori baik (3) kemampuan menemukan penyelesaian masalah, dengan nilai

    rata-rata aitem kategori baik (4) penerapan pembelajaran,dengan nilai rata-rata aitem kategori

    baik.sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai keseluruhan rata-rata tingkat keberhasilan setiap

    aspek adalah kategori baik. adapun untuk melihat lebih jelasnya dari keseluruhan setiap aspek

    telah tercantum dalam soal tes evaluasi dengan hasil terlihat pada tabel 4.3, sebagai berikut:

    Tabel 4.7 Aspek Penilaian Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pemecahan

    Masalah Matematika Siklus I Pertemuan II

    Aspek No. Soal

    Jumlah Siswa

    Skala Penilaian

    Jumlah

  • 47

    Kemampuan menemukan fakta

    1 40 15 600

    2 40 15 600

    3 40 12 480

    Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide

    1 40 15 600

    2 40 15 600

    3 40 12 480

    Kemampuan menemukan penyelesaian masalah

    1 40 15 600

    2 40 15 600

    Penerapan Pembelajaran 1 40 15 600

    2 40 15 600

    Jumlah total 400 144 5760 Rata-rata 40 14,4 576 Persentase keberhasilan 14,4

    Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan total dari hasil perkalian jumlah siswa dan nilai tiap item soal dibagi dengan jumlah total siswa Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah

    Berikut adalah hasil tes tertulis siswa dalam pembelajaran matematika materi

    operasi hitung pecahan :

    Tabel 4.8 Ketuntasan hasil belajar matematika materi operasi hitung pecahan

    siswa pada siklus I pertemuan II

    No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas ≤ 65 27 67,5

    2 Belum Tuntas > 65 13 32,5 Jumlah 40 100

    Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika

    operasi hitung pecahan diperoleh data 67,5% siswa dalam kategori tuntas sedangkan

    32,5% siswa dalam kualifikasi belum tuntas. Hal ini diperkuat lagi dengan hasil rata-

    rata 60,84 belum memenuhi KKM sekolah adalah 65. Adapun data hasil tes siswa

    pada siklus I pertemuan II terlampir.

    Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan

    dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut:

  • 48

    Diagram 4.2 Analisis Keberhasilan Belajar Siklus I Pertemuan II

    d. Refleksi Siklus I

    Pada siklus I terdapat 3 deskripsi yang dibuat yaitu deskripsi

    keterampilan/keahlian guru, deskripsi aktivitas siswa dan deskripsi hasil belajar siswa.

    Dari uraian deskripsi siklus I, dapat ditindak lanjuti sebagai berikut:

    1. Keterlaksanaan pembelajaran.

    Untuk keterlaksanaan pembelajaran model cooperative script yang perlu

    diperbaiki yaitu perbaikan alokasi waktu pembelajaran. Hal tersebut berdasarkan

    beberapa indikator keterlaksanaan pembelajaran model cooperative script belum

    terlaksana, khususnya waktu untuk mempresentasikan hasil jawabannya. Dari

    pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung, pada pertemuan pertama dan

    kedua siswa belum sempat mempresentasikan hasil jawabannya. Hal tersebut

    dikarenakan keterbatasan waktu dan sulitnya mengkondisikan siswa. Pemahaman

    siswa tentang tujuan model pembelajaran cooperative script juga masih kurang,

    diskusi dengan pasangan juga belum efektif, beberapa siswa justru lebih memilih

    berdiskusi dengan temannya yang lain yang lebih mampu.

    Penguatan materi pra syarat juga masih perlu diperbaiki, beberapa siswa

    masih lupa dengan materi pra syarat yang berkaitan dengan pemecahan masalah.

    Misal penguatan materi tentang operasi hitung pecahan, siswa masih kurang

    menguasai materi tersebut, hal tersebut tampak dari hasil jawaban siswa yang

    masih salah. Hanya beberapa siswa yang sudah menguasai materi tersebut.

    siswa masih cenderung meniru teman dalam penyelesaian masalah serta siswa

    terkadang mengevaluasi hasil jawaban yang diperoleh. Sedangkan berdasarkan

    27

    67,5

    13

    32,5

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    Jumlah Siswa %

    Tuntas Belum Tuntas

  • 49

    pengamatan yang dilakukan peneliti diketahui bahwa sebagian besar siswa belum

    aktif dalam berdiskusi, mereka hanya mendengarkan penjelasan serta pendapat

    dari temannya yang lebih mampu.

    Berdasarkan pada hasil observasi kemampuan guru dalam pembelajaran

    terjadi peningkatan persentase keberhasilan dari 10,92 menjadi 12,61 dalam

    kriteria baik. Diharapkan guru dalam penguasaan materi, penggunaan metode,

    penggunaan alat peraga, managemen kelas dan pemakaran materi yang penting

    masih perlu lebih ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, dilakukan tindak lanjut pada

    siklus II.

    Diagram 4.3 Peningkatan kemampuan guru pada siklus

    Tabel 4.9 Tingkat Keberhasilan Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus I

    Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria

    Pertemuan I 10,92 B

    Pertemuan II 12,61 B

    Rata-rata 11,76 B

    Keterangan: Kriteria dan skor tingkat keberhasilan; A (16-20) : amat baik, B (11-15) : baik, C (6-10) : cukup, D (1-5) : rendah.

    2. Aktivitas siswa

    Secara klasikal, aktifitas siswa mengikuti pembelajaran matematika materi operasi

    hitung pecahan dalam pemecahan masalah mengalami peningkatan dengan

    presentase keberhasilan 11,22 menjadi 12,33 termasuk dalam kategori baik.

    Sedangkan kreativitas siswa juga mengalami peningkatan dari 13,2 menjadi 14,4

    Oleh karena itu, dilakukan tindak lanjut pada siklus II.

    10,92

    12,61

    11,76

    1010,5

    1111,5

    1212,5

    13

    Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata

  • 50

    Diagram 4.4 Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus I

    Tabel 4.10 Tingkat Keberhasilan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada

    Siklus I.

    Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria

    Pertemuan I 13,2 B

    Pertemuan II 14,4 B

    Rata-rata 13,8 B

    Keterangan: Kriteria dan skor tingkat keberhasilan; A (16-20) : amat baik, B (11-15) : baik, C (6-10) : cukup, D (1-5) : rendah.

    3. Hasil belajar

    Diagram 4.5 Analisis Keberhasilan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

    Berdasarkan diagram 4.5 maka dapat disimpulkan bahwa persentase rata-rata

    ketuntasan hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah pembelajaran

    matematika materi operasi hitung pecahan pada siklus I sebesar 62,5% dengan

    nilai rata-rata kelas sebesar 62,18. Mengacu pada indikator keberhasilan

    2317

    63,52

    27

    13

    60,84

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    Tuntas Belum Tuntas Nilai Rata-rata

    pertemuan I Pertemuan II

    13,2

    14,4

    13,8

    12,5

    13

    13,5

    14

    14,5

    Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata

  • 51

    penelitian, untuk variabel belajar belum dapat tercapai pada siklus I. Indikator

    keberhasilan menetapkan sebesar 100% siswa mengalami ketuntasan dalam

    belajar. Sedangkan pada siklus I hanya tercapai 62,5%, oleh karena itu ditindak

    lanjuti pada siklus II.

    4.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

    Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran kooperatif model cooperative script

    siklus II dilakukan perbaikan – perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I untuk

    mencapai kreativitas pemecahan masalah matematika yang lebih baik. Perbaikan –

    perbaikan pembelajaran yang dilakukan, sebagai berikut:

    1. Perbaikan dalam hal keterlaksanaan pembelajaran model cooperative script, antara

    lain:

    a. Perbaikan alokasi waktu sehingga indikator keterlaksanaan pembelajaran

    terlaksana dengan baik khususnya untuk mempresentasikan hasil jawabannya.

    b. Pemahaman tentang pembelajaran model cooperative script, karena masih ada

    beberapa siswa yang justru berdiskusi dengan siswa lain yang selain

    pasangannya.

    c. Penguatan materi pra syarat pada saat apersepsi.

    2. Perbaikan dalam hal aspek kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan

    masalah matematika, antara lain:

    a. Perbaikan pada aspek kemampuan menemukan fakta yang masih rendah

    khususnya untuk indikator mengingat materi sebelumnya yang relevan dengan

    pemecahan masalah dan mengorganisir poin-poin penting dengan mengarahkan

    siswa mengingat materi sebelumnya dan mengorganisir poin-poin penting.

    b. Perbaikan pada aspek kemampuan menemukan gagasan khususnya

    pada indikator melarang siswa meniru pekerjaan teman dengan peringatan tegas.

    c. Perbaikan pada aspek kemampuan menemukan solusi dengan selalu

    membimbing siswa yang merasa kesulitan dalam memecahkan masalah.

    4.1.2.1 Deskripsi Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan I

    a. Hasil observasi keterampilan guru

    Hasil observasi keterampilan guru pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada

    tabel 4.11 dibawah ini:

  • 52

    Tabel 4.11 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan I

    No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan

    A B C D 1 Apersepsi 14 2 Motivasi 16 3 Revisi 16 4 Penguasaan materi 16 5 Penggunaan metode 16 6 Penggunaan alat peraga 14 7 Managemen kelas 16 8 Pemakaran materi yang penting 14 9 Menciptakan suasana belajar aktif

    pada siswa 16

    10 Kesesuaian dengan indikator 16 11 Pengamatan terhadap kemajuan

    siswa 14

    12 Rangkuman 13 13 Pemberian tugas 16

    Jumlah 128 69 Tingkat Keberhasilan 15,15

    Kriteria Keterampilan Guru B Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan nilai tingkat kemampuan dibagi dengan jumlah aspek yang

    diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10)

    kategori cukup, D (1-5) kategori rendah

    Tabel 4.11 hasil observasi kemampuan kegiatan belajar mengajar guru dalam

    mengelola pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat diketahui

    bahwa untuk kegiatan pra pembelajaran guru melaksanakan pembelajaran dengan

    menggunakan model pembelajaran cooperative script. Pelaksanaan tindakan

    merupakan penerapan rancangan tindakan yang dilaksanakan oleh guru berdasarkan

    hasil refleksi pada siklus I.

    Guru mempersiapkan alat pembelajaran yaitu guru menghapus white board.

    Kemudian guru mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran dengan

    menenangkan siswa yang ramai dan mengatur agar siswa duduk di tempat duduknya,

    guru juga mengecek kerapian dan kelengkapan pakaian siswa. Setelah siswa

    terkondisikan dengan baik kemudian guru membuka pelajaran dengan mengucapkan

    salam. Kemudian guru melakukan presensi dan ternyata siswa yang hadir adalah 40

    orang.

  • 53

    Guru menginformasikan siswa bahwa pada hari ini akan dibahas materi

    mengenai operasi hitung pecahan yaitu mengubah pecahan biasa ke dalam persen

    dan desimal. Pada saat apersepsi guru benar-benar mengupayakan siswa agar

    mereka bisa ingat dan mampu menguasai materi tersebut. Guru bertanya kepada

    siswa mengenai cara mengubah pecahan biasa ke dalam persen dan desimal.

    Beberapa siswa mampu menjelaskan penyelesaian dari soal tersebut. Karena ada

    beberapa siswa yang ramai dan tidak memperhatikan penjelasan guru, maka guru

    meminta siswa tersebut untuk menyelesaikan soal di depan kelas. Siswa rata-rata

    masih merasa kesulitan pada materi ini. Guru menginformasikan bahwa pada hari ini

    masih diterapkan pembelajaran dengan model cooperative script.

    Guru menjelaskan proses pembelajaran model cooperative script, siswa

    diminta untuk mempelajari LKS yang akan diberikan dan menyelesaikan soal yang

    ada pada LKS sesuai dengan waktu yang ditentukan. Setelah itu, siswa menjelaskan

    hasil yang diperoleh kepada pasangan masing-masing secara bergantian sebagai

    pendengar dan pembicara. Guru kemudian membagi siswa berpasangan berdasarkan

    pasangan sebelumnya.

    Selama pembelajaran matematika berlangsung peneliti dibantu 1 orang

    pengamat lain melaksanakan pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah

    dibuat. Kegiatan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan

    berlangsung dalam waktu 2 x 35 menit.

    Pada keterampilan guru membuka pembelajaran dengan apersepsi, guru

    mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran materi operasi hitung pecahan.

    Kemudian guru menginformasikan bahwa pada hari ini akan diterapkan pembelajaran

    kooperatif model cooperative script. Guru menjelaskan proses pembelajaran

    menggunakan model cooperative script, siswa di minta untuk merangkum materi

    operasi hitung pecahan kemudian menyelesaikan soal yang telah diberikan. Setelah

    itu, siswa menjelaskan hasil yang diperoleh kepada pasangan masing-masing. Guru

    kemudian membagi siswa berpasangan berdasarkan rata-rata kemampuan akademik

    masing-masing siswa yaitu siswa yang mempunyai kemampuan akademik lebih

    dipasangkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan akademik dibawahnya.

    Pada saat pengelompokan siswa, suasana kelas sangat ramai, siswa sangat sulit

    dikondisikan.

  • 54

    Setelah siswa duduk berdasarkan pasangan masing-masing dan sudah

    terkondisikan dengan baik, Guru dibantu peneliti membagikan LKS pada setiap siswa.

    Kemudian guru meminta siswa mempelajari LKS dan menyelesaikan latihan soal pada

    LKS dalam waktu ± 20 menit. Selama mempelajari LKS, siswa yang mengalami

    kesulitan bertanya pada pasangan atau pada guru. Guru berkeliling kelas memantau

    siswa. Siswa tidak mengeluh dengan soal yang diberikan. Siswa menyelesaikan soal

    secara berpasangan. Walaupun masih ada beberapa siswa yang menyelesaikan

    secara individu. Siswa serius dan tenang dalam menyelesaikan soal, mereka tidak

    mengobrol selain berdiskusi menyelesaikan soal. Siswa menyelesaikan secara

    bersama dengan pasangannya masing-masing sedang guru membimbing siswa yang

    mengalami kesulitan.

    Setelah waktu mempelajari LKS dan menyelesaikan soal sudah habis, guru

    kemudian menentukan peran pembicara dan pendengar. Siswa kemudian

    melaksanakan peran yang diperoleh, siswa yang berperan menjadi pembicara

    menjelaskan hasil jawaban kepada pasangannya sedangkan siswa yang menjadi

    pendengar menyimak penjelasan dan boleh bertanya jika mengalami kesulitan. Guru

    berkeliling untuk mengawasi selama diskusi berlangsung. Siswa kelihatan sangat aktif

    bertanya kepada teman jika mereka merasa kesulitan, mereka merasa lebih nyaman

    jika bertanya kepada teman dibandingkan bertanya kepada guru. Mereka juga saling

    bertukar pendapat. Setelah waktu yang ditentukan habis, guru meminta siswa untuk

    bertukar peran, yaitu siswa yang menjadi pembicara berganti menjadi pendengar, dan

    sebaliknya.

    Setelah itu, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil jawaban di

    depan kelas untuk dibahas bersama. Siswa justru berebut ingin menyajikan jawaban,

    akhirnya guru menunjuk 4 siswa untuk menyajikan jawabannya di depan kelas.

    Setelah itu, guru bertanya kepada siswa apakah ada yang mempunyai

    jawaban yang berbeda dengan yang lainnya. Beberapa siswa berani mengungkapkan

    bahwa hasil yang diperoleh berbeda dengan temannya. Akhirnya guru menunjuk

    seorang siswa untuk menuliskan jawaban yang berbeda di depan kelas. Guru

    bersama dengan siswa membahas hasil jawaban yang diperoleh dan kemudian

    menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil jawaban mereka.

    b. Hasil observasi aktivitas siswa

  • 55

    Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan I dapat dilihat pada

    tabel 4.12 dibawah ini:

    Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

    Siklus II Pertemuan I

    No. Aktivitas Yang Diamati Jumlah Siswa

    Skala Penilaian

    Hasil

    1 Kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran

    40 15 600

    2 Siswa mendengarkan guru menerangkan 40 14 560

    3 Siswa mencatat pelajaran 40 13 520

    4 Siswa berani menjawab tanpa ditunjuk 40 11 440

    5 Kerjasama dengan teman-teman dalam satu kelompok

    40 13 520

    6 Siswa mengerjakan LKS 40 15 600

    7 Kemampuan tutur menjelaskan kepada teman-temannya

    40 12 480

    8 Ketepatan mengumpulkan hasil diskusi 40 13 520

    9 Siswa mengerjakan soal latihan/ tes 40 14 560

    Jumlah 360 120 4800 Rata-Rata 40 13,33 533,33 Tingkat Keberhasilan 13,33

    Keterangan: Tingkat keberhasilan : hasil total dari aktifitas yang diamati dibagi dengan jumlah total siswa dari

    aktifitas yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori

    cukup, D (1-5) kategori rendah

    Berdasarkan tabel 4.12 hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II keterlaksanaan

    pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif model cooperative script sudah

    terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada kegiatan pertemuan

    pertama siklus II ini siswa tidak mengeluhkan soal yang diberikan. Beberapa siswa mencatat hal-

    hal yang penting pada buku catatan masing-masing. Siswa menyelesaikan soal bersama dengan

    pasangannya. Siswa serius dan tenang dalam menyelesaikan soal. Siswa saling bertukar

    pendapat dan bekerja sama dalam menyelesaikan soal. Ada 4 siswa yang mempresentasikan

    hasil jawabannya. Siswa juga mengevaluasi jawaban yang diperoleh karena waktu yang ditentukan

    masih tersisa. Dari uraian diatas, diketahui bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam

    pemecahan masalah matematika siswa lebih baik dibanding siklus I.

  • 56

    c. Paparan hasil belajar

    Dalam tindakan ini peneliti menggunakan angket untuk mengukur kreativitas dan

    prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran

    kooperatif model cooperative script pada siklus II pada pertemuan I. Angket di analisis setiap

    pertemuan oleh peneliti berdasarkan hasil jawaban siswa. Angket kreativitas dan prestasi

    belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika bertujuan untuk mengetahui

    perkembangan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika

    selama tindakan berlangsung. Hasil analisis angket kreativitas dan prestasi belajar siswa

    dalam pemecahan masalah matematika, dianalisis berdasarkan hasil jawaban siswa oleh

    peneliti. Siswa yang melaksanakan indikator dari aspek kreativitas dan prestasi belajar siswa

    dalam pemecahan masalah masih rendah, kecuali pada aspek implementasi atau penerapan.

    Dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah

    matematika siswa masih rendah sehingga masih perlu ditingkatkan.

    Pada pertemuan pertama siklus II indikator yang ingin dicapai mulai nampak

    peningkatannya adalah Dilihat dari indikator aspek yang ingin dicapai pada aspek (1)

    kemampuan menemukan fakta,dengan nilai rata-rata aitem masuk kategori amat baik (2)

    Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide,dengan nilai rata-rata aitem kategori

    amat baik (3) kemampuan menemukan penyelesaian masalah, dengan nilai rata-rata aitem

    kategori baik (4) penerapan pembelajaran,dengan nilai rata-rata kategori baik.sehingga dapat

    disimpulkan bahwa nilai keseluruhan rata-rata tingkat keberhasilan setiap aspek adalah

    kategori baik. adapun untuk melihat lebih jelasnya dari keseluruhan setiap aspek telah

    tercantum dalam soal tes evaluasi dengan hasil terlihat pada tabel 4.13 sebagai berikut.

    Tabel 4.13 Aspek Penilaian Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada

    Pemecahan Masalah Matematika Siklus II Pertemuan I

    Aspek No. Soal

    Jumlah Siswa

    Skala Penilaian

    Jumlah

    Kemampuan menemukan fakta 1 40 16 640

    2 40 16 640

    3 40 15 600

    Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide

    1 40 16 640

    2 40 16 640

    3 40 15 600

  • 57

    Kemampuan menemukan penyelesaian masalah

    1 40 15 600

    2 40 16 640

    Penerapan Pembelajaran 1 40 15 600

    2 40 15 600

    Jumlah total 400 155 6200

    Rata-rata 40 15,5 620

    Tingkat keberhasilan 15,5 Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan total dari hasil perkalian jumlah siswa dan nilai tiap item soal dibagi

    dengan jumlah total siswa Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori

    cukup, D (1-5) kategori rendah

    Berikut adalah hasil tes tertulis siswa dalam pembelajaran matematika materi

    operasi hitung pecahan :

    Tabel 4.14 Ketuntasan hasil belajar matematika materi operasi hitung pecahan

    siswa pada siklus II pertemuan I

    No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas ≤ 65 33 82,5 2 Belum Tuntas > 65 7 17,5

    Jumlah 40 100

    Pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika

    operasi hitung pecahan diperoleh data 82,5% siswa dalam kategori tuntas sedangkan

    17,5% siswa dalam kualifikasi belum tuntas. Hal ini diperkuat lagi dengan hasil rata-

    rata 80 telah memenuhi KKM sekolah yakni 65. Adapun data hasil tes siswa pada

    siklus II pertemuan I terlampir.

    Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung

    pecahan dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut:

    33

    82,5

    717,5

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Jumlah Siswa %

    Tuntas Belum Tuntas

  • 58

    Diagram 4.6 Analisis Keberhasilan Belajar Siklus II Pertemuan I

    4.1.2.2 Deskripsi Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan II

    a. Hasil observasi keterampilan guru

    Hasil observasi keterampilan guru pada siklus II pertemuan II dapat dilihat

    pada tabel 4.15 dibawah ini:

    Tabel 4.15 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran

    Siklus II Pertemuan II

    No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan

    A B C D 1 Apersepsi 16 2 Motivasi 17 3 Revisi 17 4 Penguasaan materi 18 5 Penggunaan metode 17 6 Penggunaan alat peraga 15 7 Managemen kelas 18 8 Pemakaran materi yang penting 14 9 Menciptakan suasana belajar aktif

    pada siswa 18

    10 Kesesuaian dengan indikator 17 11 Pengamatan terhadap kemajuan

    siswa 15

    12 Rangkuman 14 13 Pemberian tugas 16

    Jumlah 154 58 Tingkat Keberhasilan 16,31 Kriteria Keterampilan Guru A

    Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan nilai tingkat kemampuan dibagi dengan jumlah aspek yang

    diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10)

    kategori cukup, D (1-5) kategori rendah

    Tabel 4.15 hasil observasi kemampuan kegiatan belajar mengajar guru dalam

    mengelola pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat diketahui

    bahwa untuk kegiatan pra pembelajaran guru melaksanakan proses pembelajaran

    berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selama pembelajaran

    matematika berlangsung peneliti dibantu 1 orang pengamat lain melaksanakan

    pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan siklus II

  • 59

    dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung dalam waktu 2 x

    35 menit.

    Pada keterampilan guru membuka pembelajaran dengan apersepsi, Guru

    dibantu peneliti membagikan latihan soal pada setiap siswa. Guru meminta siswa

    mempelajari materi operasi hitung pecahan yakni menentukan persentase sederhana

    dari kuantitas atau banyak barang tertentu, mengubah pecahan biasa ke dalam persen

    dan desimal serta membandingkan dua jenis pecahan yang berbeda (dari desimal,

    persen, biasa) atau sebaliknya. Kemudian meminta siswa untuk mengerjakan latihan

    soal yang telah dibagikan.

    Apabila siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi mereka

    bertanya dan berdiskusi dengan pasangan atau bertanya pada guru dan peneliti.

    Setelah siswa selesai mempelajari materi, langsung mengerjakan soal yang diberikan.

    Ada salah seorang siswa justru langsung mengerjakan latihan soal tanpa mempelajari

    materi, setelah ditanya dia menjawab sudah membaca materi tersebut di rumah. Guru

    akhirnya mengizinkan dia untuk langsung mengerjakan latihan soal yang diberikan.

    Setelah waktu menyelesaikan soal sudah habis, guru kemudian menentukan

    peran pembicara dan pendengar. Siswa kemudian melaksanakan peran yang

    diperoleh, siswa yang berperan menjadi pembicara menjelaskan hasil jawaban kepada

    pasangan sedangkan siswa yang menjadi pendengar menyimak penjelasan dan boleh

    bertanya jika mengalami kesulitan. Guru berkeliling untuk mengawasi selama diskusi

    berlangsung. Siswa kelihatan sangat aktif bertanya kepada teman jika mereka

    kesulitan dan juga saling bertukar pendapat. Sesekali mereka juga bertanya kepada

    guru jika merasa kesulitan dan mendapatkan jawaban yang berbeda dengan

    pasangannya.

    Setelah waktu yang ditentukan habis, guru meminta siswa untuk bertukar

    peran, yaitu siswa yang menjadi pembicara berganti menjadi pendengar, dan

    sebaliknya. Setelah itu, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil jawaban di

    depan kelas untuk di bahas bersama. Ada salah seorang siswa yang berani

    menyajikan jawaban di depan kelas. Dia juga menjelaskan secara rinci jawaban yang

    diperoleh.

    Setelah selesai, guru bertanya kepada siswa apakah ada yang mempunyai

    jawaban yang berbeda dengan hasil jawaban siswa tersebut. Seorang siswa

    mengungkapkan pendapat bahwa jawaban yang diperoleh sama hanya saja berbeda

  • 60

    cara. Guru pun meminta siswa tersebut menyajikan jawaban di depan kelas.

    Kemudian guru dan siswa membahas bersama jawaban tersebut dan meminta siswa

    untuk mengumpulkan hasil jawaban mereka karena waktu pelajaran matematika

    sudah habis

    b. Hasil observasi aktivitas siswa

    Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada

    tabel 4.16 dibawah ini:

    Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

    Siklus II Pertemuan II

    No. Aktivitas Yang Diamati Jumlah Siswa

    Skala Penilaian

    Hasil

    1 Kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran

    40 15 600

    2 Siswa mendengarkan guru menerangkan 40 15 600

    3 Siswa mencatat pelajaran 40 14 560

    4 Siswa berani menjawab tanpa ditunjuk 40 13 520

    5 Kerjasama dengan teman-teman dalam satu kelompok

    40 15 600

    6 Siswa mengerjakan LKS 40 16 640

    7 Kemampuan tutur menjelaskan kepada teman-temannya

    40 15 600

    8 Ketepatan mengumpulkan hasil diskusi 40 15 600

    9 Siswa mengerjakan soal latihan/ tes 40 15 600

    Jumlah 360 133 5320 Rata-Rata 40 14,78 591,11

    Persentase Keberhasilan 14,78 Keterangan: Tingkat keberhasilan : hasil total dari aktifitas yang diamati dibagi dengan jumlah total siswa dari

    aktifitas yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori

    cukup, D (1-5) kategori rendah

    Berdasarkan tabel 4.16 hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II keterlaksanaan

    pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif model

    cooperative script sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah

    dibuat. Pada kegiatan pertemuan kedua siklus II ini siswa tidak mengeluhkan soal yang

  • 61

    diberikan. Siswa mencatat hal-hal yang penting. siswa menyelesaikan soal bersama dengan

    pasangannya. Siswa serius dan tenang dalam menyelesaikan soal. Siswa saling bertukar

    pendapat dan bekerja sama dalam menyelesaikan soal. Ada seorang siswa yang

    mempresentasikan hasil jawabannya. Kemudian ada siswa yang menyampaikan pendapat

    saat presentasi dengan cara menanggapi jawaban yang telah dituliskan. Dari penjelasan

    tersebut terlihat bahwa kreativitas pemecahan masalah matematika sudah lebih baik jika

    dibandingkan pada siklus I.

    c. Paparan hasil belajar

    Dalam tindakan ini peneliti menggunakan angket untuk mengukur kreativitas dan

    prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran

    kooperatif model cooperative script pada siklus II pada pertemuan II. Angket di analisis setiap

    pertemuan oleh peneliti berdasarkan hasil jawaban siswa. Angket kreativitas dan prestasi

    belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika bertujuan untuk mengetahui

    perkembangan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika

    selama tindakan berlangsung. Hasil analisis angket kreativitas dan prestasi belajar siswa

    dalam pemecahan masalah matematika, dianalisis berdasarkan hasil jawaban siswa oleh

    peneliti. Siswa yang melaksanakan indikator dari aspek kreativitas dan prestasi belajar siswa

    dalam pemecahan masalah masih rendah, kecuali pada aspek implementasi atau penerapan.

    Dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah

    matematika siswa tinggi.

    Pada pertemuan kedua indikator yaitu siswa dalam menyelesaikan permasalahan

    matematika sudah kreatif. Dalam tes siswa mengerjakan soal tertulis yang dikerjakan secara

    individu. Dilihat indikator setiap aspek yang ingin dicapai pada aspek (1) kemampuan

    menemukan fakta,telah meningkat dengan nilai rata-rata aitem masuk kategori amat baik (2)

    Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide,dengan nilai rata-rata aitem kategori

    amat baik (3) kemampuan menemukan penyelesaian masalah, dengan nilai rata-rata aitem

    kategori amat baik (4) penerapan pembelajaran,dengan nilai rata-rataa item kategori amat

    baik. sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai keseluruhan rata-rata tingkat keberhasilan

    setiap aspek adalah kategori amat baik. adapun untuk melihat lebih jelasnya dari keseluruhan

    setiap aspek telah tercantum dalam soal tes evaluasi dengan hasil terlihat pada tabel 4.17

    sebagai berikut:

    Tabel 4.17 Aspek Penilaian Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pemecahan

    Masalah Matematika Siklus II Pertemuan II

  • 62

    Aspek No. Soal

    Jumlah Siswa

    Skala Penilaian

    Jumlah

    Kemampuan menemukan fakta 1 40 17 680 2 40 17 680 3 40 17 680

    Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide

    1 40 17 680 2 40 17 680 3 40 17 680

    Kemampuan menemukan penyelesaian masalah

    1 40 17 680 2 40 17 680

    Penerapan Pembelajaran 1 40 17 680 2 40 17 680

    Jumlah total 400 170 6800 Rata-rata 40 17 680 Tingkat keberhasilan 17

    Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan total dari hasil perkalian jumlah siswa dan nilai tiap item soal dibagi

    dengan jumlah total siswa Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori

    cukup, D (1-5) kategori rendah

    Berikut adalah hasil tes tertulis siswa dalam pembelajaran matematika materi

    operasi hitung pecahan :

    Tabel 4.18 Ketuntasan hasil belajar matematika materi operasi hitung pecahan

    siswa pada siklus II pertemuan II

    No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas ≤ 65 40 100 2 Belum Tuntas > 65 0 0

    Jumlah 40 100

    Pada tabel 4.18 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika

    operasi hitung pecahan diperoleh data 100% siswa dalam kategori tuntas. Hal ini

    diperkuat lagi dengan hasil rata-rata 94,57 telah memenuhi KKM sekolah yakni 65.

    Adapun data hasil tes siswa pada siklus II pertemuan II terlampir.

    Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung

    pecahan dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut:

    Diagram 4.7 Analisis Keberhasilan Belajar Siklus II Pertemuan II

    40

    100

    0 00

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Jumlah Siswa %

    Tuntas Belum Tuntas

  • 63

    d. Refleksi Siklus II

    Pada siklus II terdapat 3 deskripsi yang dibuat yaitu deskripsi

    keterampilan/keahlian guru, deskripsi aktivitas siswa dan deskripsi hasil belajar siswa.

    Dari uraian deskripsi siklus II, dapat ditindak lanjuti sebagai berikut:

    1. Keterlaksanaan pembelajaran.

    Berdasarkan pada hasil observasi kemampuan guru dalam pembelajaran

    terjadi peningkatan persentase keberhasilan dari 15,15 menjadi 16,31 dalam

    kriteria amat baik. Guru dalam penguasaan materi, penggunaan metode,

    penggunaan alat peraga, managemen kelas dan pemakaran materi yang penting

    telah berhasil ditingkatkan.

    Diagram 4.8 Peningkatan kemampuan guru pada siklus II

    Tabel 4.19 Tingkat Keberhasilan Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus II

    Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria

    Pertemuan I 15,15 B

    Pertemuan II 16,31 A

    Rata-rata 15,73 A

    15,15

    16,31

    15,73

    14,4 14,6 14,8

    15 15,2 15,4 15,6 15,8

    16 16,2 16,4

    Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata

  • 64

    2. Aktivitas siswa

    Secara klasikal, aktifitas siswa mengikuti pembelajaran matematika materi operasi

    hitung pecahan dalam pemecahan masalah mengalami peningkatan dengan

    presentase keberhasilan 13,33 menjadi 14,78 termasuk dalam kategori baik.

    Sedangkan kreativitas siswa juga mengalami peningkatan dari 15,5 menjadi 17

    amat baik.

    Diagram 4.9 Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus II

    Tabel 4.20 Tingkat Keberhasilan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus II.

    Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria

    Pertemuan I 15,5 B

    Pertemuan II 17 A

    Rata-rata 16,25 A

    3. Hasil belajar

    Diagram 4.10 Analisis Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

    Berdasarkan diagram 4.10 maka dapat disimpulkan bawa terdapat kenaikan dari

    siklus II pertemuan I ke pertemuan II. Jika, di rata-rata ketuntasan hasil belajar

    siswa dalam pemecahan masalah pembelajaran matematika materi operasi hitung

    pecahan pada siklus II sebesar 91,25% dengan nilai rata-rata kelas sebesar

    33

    7

    80

    40

    0

    94,57

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Ketuntasan Belum Tuntas Nilai Rata-rata

    Pertemuan I Pertemuan II

    15,5

    17

    16,25

    14,5

    15

    15,5

    16

    16,5

    17

    17,5

    Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata

  • 65

    87,28. Mengacu pada indikator keberhasilan penelitian, menetapkan sebesar

    100% siswa mengalami ketuntasan dalam belajar. Dalam siklus II dinyatakan

    bahwa tingkat kreativitas dan prestasi belajar siswa tuntas, maka penelitian

    dihentikan.

    4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

    Berikut adalah pembahasan hasil penelitian mengenai pembelajaran dengan

    model cooperative script yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Salatiga 08 dapat

    meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah

    matematika. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran maupun dari lembar observasi,

    angket serta tanya jawab dengan siswa dan guru. Selama proses pembelajaran siswa

    dibagi berpasangan. pasangan tersebut bersifat permanen, artinya selama proses

    pembelajaran berlangsung siswa mempunyai yang tetap kecuali pasangannya tidak hadir

    maka di ganti dengan siswa lain. Dilihat dari proses pembelajaran, sebagian besar siswa

    telah mengikuti pelajaran dengan baik. Hal ini didukung oleh pendapat guru yang

    mengatakan bahwa siswa serius mengikuti proses pembelajaran dan siswa juga merasa

    bahwa mereka senang dengan adanya pembelajaran dengan model cooperative script.

    Siswa belajar di kelas dengan berdiskusi bersama pasangan, setiap pasangan

    terdiri dari seorang siswa yang mempunyai kemampuan akademis lebih di banding dengan

    pasangannya. Hal ini dilakukan karena pengelompokan secara heterogen memberikan

    kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung serta memudahkan dalam

    pengelolaan kelas. Jika dalam sebuah kelompok belajar anggota terdiri dari siswa dengan

    kemampuan yang berbeda, maka siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dapat

    memberikan bimbingan kepada siswa yang mempunyai kemampuan lebih rendah.

    Hasil tanya jawab dengan siswa diketahui bahwa siswa merasa senang belajar

    secara berpasangan, hal tersebut dikarenakan siswa lebih leluasa bertanya kepada

    pasangan jika merasa kesulitan, mereka juga merasa lebih nyaman dan tidak malu jika

    bertanya kepada teman dari pada bertanya kepada guru. Dengan demikian dampak

    pembelajaran dengan model cooperative script telah dirasakan siswa yaitu siswa merasa

    bersama-sama dalam menghadapi suatu masalah, saling bertukar pendapat dan saling

    melengkapi. Ada perasaan bahwa siswa lebih terdorong untuk menyelesaikan masalah

    bersama dengan pasangannya, selain itu siswa juga berusaha semampunya untuk

    menggunakan cara-cara yang tidak terpaku dengan buku. Mereka juga berusaha

  • 66

    mengingat materi-materi yang bersangkutan dalam penyelesaian masalah. Dengan

    diterapkannya pembelajaran dengan model cooperative script, mempermudahkan siswa

    untuk mengingat materi-materi yang bersangkutan dalam penyelesaian masalah. Karena

    siswa diberi kebebasan untuk menuangkan kreativitasnya pada saat merangkum dan

    menyelesaikan masalah. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran cooperative script

    dapat meningkatkan daya ingat siswa. Pemberian soal setiap pertemuan juga membantu

    siswa untuk terbiasa menyelesaikan masalah. Meskipun pada awalnya mereka

    mengelukan soal yang diberikan tetapi karena menjadi kebiasaan, mereka pun senang

    mengerjakannya.

    Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran cooperative script di mulai

    dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian memberikan apersepsi

    dengan melakukan tanya jawab dengan siswa. guru mengingatkan siswa pada materi

    sebelumnya dan menghubungkan antara pengetahuan yang telah dimiliki siswa

    sebelumnya dengan materi yang akan di pelajari. Kegiatan ini bertujuan agar siswa lebih

    siap menghadapi pelajaran dan pelajaran lebih bermakna bagi siswa.

    a. Pembahasan Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran

    Mendasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari siklus I ke

    siklus II mengalami peningkatan menuju pada terpenuhinya indikator keberhasilan,

    maka pembahasan hasil observasi dapat dilihat pada diagram, sebagai berikut:

    Diagram 4.11 Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II

    10,9212,61

    15,1516,31

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II

    I II

    Persentase Keberhasilan

  • 67

    Tabel 4.21 Peningkatan Keberhasilan Kemampuan Guru pada Setiap Pertemuan

    Siklus Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria

    I Pertemuan I 10,92 B Pertemuan II 12,61 B

    II Pertemuan I 15,15 A Pertemuan II 16,31 A

    Menitikberatkan pada diagram dan tabel tingkat kemampuan guru dalam

    pembelajaran nampak dengan jelas bahwa terjadi peningkatan yang memuncak

    dimana hal ini sangat berpengaruh pada kreativitas dan prestasi belajar siswa. Intinya

    kenaikan persentase keberhasilan itu menunjukkan semakin profesional guru dalam

    menyampaikan bahan materi pengajaran kepada para siswa.

    b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa

    Untuk mengukur tingkat kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam

    pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran ccoperative

    script dalam penelitian ini dengan memakai 2 Siklus. Pada setiap siklus dilaksanakan

    2x pertemuan, dalam pelaksanaannya didasarkan pada RPP yang telah dipersiapkan

    sebelumnya berdasarkan standar kompetensi pembelajaran dari sekolah. Untuk lebih

    jelasnya akan disajikan tabel dan diagram, sebagai berikut:

    Diagram 4.12 Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajran

    Siklus I dan Siklus II

    Tabel 4.22 Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Setiap Pertemuan

    Siklus Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria

    I Pertemuan I 11,22 B Pertemuan II 12,33 B

    II Pertemuan I 13,33 B Pertemuan II 14,78 B

    11,2212,33

    13,3314,78

    02468

    10121416

    Pertemuan I PertemuanII

    Pertemuan I PertemuanII

    I II

  • 68

    c. Hasil Belajar Pembelajaran Matematika

    Berdasarkan hasil observasi kreatifitas pemecahan masalah matematika,

    angket kreatifitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika

    dan tes dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model cooperative

    script, presentasi serta adanya kesempatan untuk bertukar pendapat dan tanya jawab

    pada materi operasi pecahan bentuk aljabar dapat meningkatkan kreatifitas dan

    prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika kelas V SD Negeri

    Salatiga 08. Semua data yang telah dideskripsikan merupakan hasil dari implikasi

    tindakan yang telah dilaksanakan. Dalam hal ini peneliti menganggap bahwa semua

    hal yang telah diperoleh dapat menjawab permasalahan yang diajukan dalam

    penelitian ini.

    Berdasarkan hasil pre-test (pra siklus) yang dilakukan sebelum penelitian

    tindakan kelas pada pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan melalui

    model pembelajaran cooperative script untuk kelas V siswa SD Negeri Salatiga 08

    diperoleh data-data, sebagai berikut:

    Tabel 4.23 Ketuntasan hasil belajar matematika siswa pada kegiatan pra-siklus

    No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas ≤ 65 17 42,5 2 Belum Tuntas > 65 23 57,5

    Jumlah 40 100

    Pada tabel 4.23 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika

    operasi hitung pecahan sangat minim, diperoleh data 42,5% siswa dalam kategori

    tuntas dan 57,5% dalam kategori belum tuntas. Hal ini diperkuat lagi dengan hasil

    rata-rata 51,46 telah memenuhi KKM sekolah yakni 65. Adapun data hasil tes siswa

    pada kegiatan pra siklus terlampir.

    Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung

    pecahan dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut:

    Diagram 4.13 Analisis Keberhasilan Belajar Pra-Siklus

    17

    42,5

    23

    57,5

    0102030

    40506070

    Jumlah Siswa %

    Tuntas Belum Tuntas

  • 69

    Tingkat ketuntasan hasil pembelajaran matematika menggunakan model

    cooperative script akan nampak jelas dalam analisis data, sebagai berikut:

    Tabel 4.24 Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada Setiap

    Pertemuan

    Siklus Pertemuan Tingkat keberhasilan

    Kriteria

    I Pertemuan I 13,2 B Pertemuan II 14,4 B

    II Pertemuan I 15,5 B Pertemuan II 17 A

    Tabel 4.25 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Setiap Siklus

    No Tingkat

    Ketuntasan

    Pra- Siklus Siklus I Siklus II

    Jumlah siswa

    % Jumlah siswa

    % Jumlah siswa

    %

    I II I II I II I II 1 Tuntas 17 42,5 23 27 57,5 67,5 33 40 82,5 100 2 Belum

    Tuntas 23 57,5 17 13 42,5 32,5 7 0 17,5 0

    Jumlah 40 100 40 40 100 100 40 40 100 100

    Berdasarkan pada tabel 4.25 diketahui bahwa persentase rata-rata tingkat ketuntasan

    hasil belajar pra siklus adalah 42,5% tuntas dan 57,5% belum tuntas. Pada siklus I

    persentase tingkat ketuntasan hasil belajar adalah 62,5% tuntas dan 37,5% belum

    tuntas, Sedangkan pada siklus II persentase tingkat ketuntasan hasil belajar adalah

    91,25% tuntas dan 8,75% belum tuntas.

    Jika dibandingkan dalam bentuk diagram ketuntasan hasil belajar matematika

    siswa, sebagai berikut:

    Diagram 4.13 Persentase Perbedaan Hasil Belajar Siswa dari Pra siklus, Siklus I

    dan Siklus II

    42,5 57,5

    67,5 82,5

    100

    57,5 42,5

    32,5 17,5

    0

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    tuntas belum tuntas

    Pra siklus Siklus I

    Pertemuan I

    Siklus I

    Pertemuan II

    Siklus II

    Pertemuan I

    Siklus II

    Pertemuan II

  • 70

    4.3 Hasil Angket Siswa Setelah Penelitian

    Indikator angket kreativitas dan prestasi belajar siswa yang peneliti ajukan terdiri

    dari 4 (empat) aspek, sebagai berikut:

    1. Kemampuan menemukan fakta

    Aspek ini terdapat 3 item soal dengan alternatif jawaban “ya” atau “tidak”. Jawaban

    “ya” maka penilaian untuk siswa kemampuan dalam menemukan fakta sangat tinggi /

    teliti, sedangkan jawaban “tidak” maka kemampuan siswa dalam menemukan fakta

    rendah.

    2. Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide

    Aspek ini terdapat 3 item soal dengan alternatif jawaban “ya” atau “tidak”. Peneliti

    menyimpulkan mendasarkan pada aktifitas siswa yakni jika jawaban “ya” maka

    kemampuan siswa dalam menemukan masalah dan gagasan/ide sangat tinggi,

    sedangkan jawaban “tidak” maka kemampuan siswa dalam menemukan masalah dan

    gagasan/ide rendah.

    3. Kemampuan menemukan penyelesaian masalah

    Aspek ini terdapat 2 item soal dengan alternatif jawaban “ya” atau “tidak”. Peneliti

    menyimpulkan yakni jika jawaban “ya” maka kreativitas siswa dalam penyelesaian

    masalah sangat tinggi, sedangkan jawaban “tidak” maka kreativitas siswa dalam

    penyelesaian masalah rendah.

    4. Penerapan pembelajaran

    Aspek ini terdapat 2 item soal dengan alternatif jawaban “ya” atau “tidak”. Peneliti

    menyimpulkan yakni jika jawaban “ya” maka siswa berperan aktif dalam kelompok dan

    menguasai bahan materi yang diberikan guru, sedangkan jawaban “tidak” maka siswa

    berperan tidak aktif dalam kelompok dan tidak menguasai bahan materi yang

    diberikan guru. Pada aspek ini pengukurannya pada prestasi belajar siswa yang

    diperoleh.

    4.4 Hasil Uji Coba Instrumen

    1. Validitas

    a. Tes prestasi belajar siswa pada materi operasi hitung pecahan

    Siklus I pertemuan I : hasil uji validitas dari 10 item soal di dapat 8 item yang valid,

    untuk selanjutnya ke-8 item tersebut akan dipergunakan dalam penelitian

    (lampiran 7 hal 94).

  • 71

    Siklus I pertemuan II : hasil uji validitas dari 6 item valid, untuk selanjutnya ke-6

    item tersebut akan dipergunakan dalam penelitian (lampiran 7 hal 97).

    Siklus II pertemuan I : hasil uji validitas dari 10 item soal valid, selanjutnya ke-10

    item tersebut akan dipergunakan dalam penelitian (lampiran 7 hal 99).

    Siklus II pertemuan II : hasil uji validitas dari 10 item soal valid, untuk selanjutnya

    ke-10 item tersebut akan dipergunakan dalam penelitian (lampiran 7 hal

    101).

    b. Angket kreativitas dan prestasi belajar siswa

    Hasil dari uji validitas dan reabilitas soal angket kreativitas dan prestasi belajar

    telah diujicobakan dengan butir soal essay berjumlah 10 dinyatakan valid terbukti

    secara keseluruhan total correlation di atas 0,20 (lampiran 6).

    2. Reliabilitas

    a. Tes prestasi belajar siswa pada materi operasi hitung pecahan

    Siklus I pertemuan I : reliabilitas diperoleh angka koefisien 0,764 dengan kriteria dapat di

    terima, sehingga instrument tes yang peneliti susun dapat dipergunakan dalam

    penelitian (lampiran 7 hal 95-96).

    Siklus I pertemuan II : reliabilitas diperoleh angka koefisien 0,766 dengan kriteria dapat di

    terima, sehingga instrument tes yang peneliti susun dapat dipergunakan dalam

    penelitian (lampiran 7 hal 98).

    Siklus II pertemuan I : reliabilitas diperoleh angka koefisien 0,817 dengan kriteria bagus,

    sehingga instrument tes yang peneliti susun dapat dipergunakan dalam

    penelitian (lampiran 7 hal 100).

    Siklus II pertemuan II : reliabilitas diperoleh angka koefisien 0,737 dengan kriteria dapat di

    terima, sehingga instrument tes yang peneliti susun dapat dipergunakan dalam

    penelitian (lampiran 7 hal 102).

    b. Angket kreativitas dan prestasi belajar siswa

    Uji reliabilitas item soal angket yang telah dilakukan peneliti, diperoleh hasil

    reliabilitas bagus dengan hasil alpha 0,821 (lampiran 6 hal 93).

    3. Analisis taraf kesukaran Item

    a. Tes prestasi belajar siswa pada materi operasi hitung pecahan

    Berdasarkan perhitungan rumus dan kriteria yang digunakan pada analisis taraf

  • 72

    kesukaran instrumen, maka hasil analisis untuk taraf kesukaran instrumen

    penelitian (Nana Sudjana, 2011:135), sebagai berikut:

    Tabel 4.26. Analisis Taraf Kesukaran Soal Siklus I Pertemuan I

    No. Soal N B I Kriteria

    1 40 33 0,825 mudah

    3 40 37 0,925 mudah

    4 40 35 0,875 mudah

    5 40 38 0,95 mudah

    6 40 30 0,75 mudah

    7 40 37 0,925 mudah

    8 40 33 0,825 mudah

    10 40 38 0,95 mudah

    Berdasarkan tabel 4.26 dapat disimpulkan bahwa kriteria taraf kesukaran soal

    pada siklus I pertemuan I adalah kriteria mudah.

    Tabel 4.27. Analisis Taraf Kesukaran Soal Siklus I Pertemuan II

    No. Soal N B I Kriteria

    1 40 33 0,825 mudah

    2 40 37 0,925 mudah

    3 40 35 0,875 mudah

    4 40 38 0,95 mudah

    5 40 30 0,75 mudah

    6 40 37 0,925 mudah

    Berdasarkan tabel 4.27 dapat disimpulkan bahwa kriteria taraf kesukaran soal

    pada siklus I pertemuan II adalah kriteria mudah.

    Tabel 4.28. Analisis Taraf Kesukaran Soal Siklus II Pertemuan I

    No. Soal N B I Kriteria

  • 73

    1 40 33 0,825 mudah

    2 40 37 0,925 mudah

    3 40 37 0,925 mudah

    4 40 35 0,875 mudah

    5 40 38 0,95 mudah

    6 40 30 0,75 mudah

    7 40 37 0,925 mudah

    8 40 33 0,825 mudah

    9 40 30 0,75 mudah

    10 40 38 0,95 mudah

    Berdasarkan tabel 4.28 dapat disimpulkan bahwa kriteria taraf kesukaran soal

    pada siklus II pertemuan I adalah kriteria mudah.

    Tabel 4.29. Analisis Taraf Kesukaran Soal Siklus II Pertemuan II

    No. Soal N B I Kriteria

    1 40 31 0,775 mudah

    2 40 36 0,9 mudah

    3 40 34 0,85 mudah

    4 40 16 0,4 sedang

    5 40 37 0,925 mudah

    6 40 34 0,85 mudah

    7 40 38 0,95 mudah

    8 40 22 0,55 sedang

    9 40 21 0,525 sedang

    10 40 31 0,775 mudah

    Berdasarkan tabel 4.28 dapat disimpulkan bahwa kriteria taraf kesukaran soal

    pada siklus II pertemuan II adalah 7 dalam kriteria mudah dan 3 dalam kriteria

  • 74

    sedang.

    b. Angket kreativitas dan prestasi belajar siswa

    Berdasarkan perhitungan rumus dan kriteria yang digunakan pada analisis taraf

    kesukaran instrumen, maka hasil analisis untuk taraf kesukaran instrumen

    penelitian (Nana Sudjana, 2011:135), sebagai berikut:

    Tabel 4.30. Analisis Taraf Kesukaran Soal Angket Kreativitas dan Prestasi

    Belajar

    No. Soal N B I Kriteria

    1 40 30 0,75 mudah

    2 40 30 0,75 mudah

    3 40 20 0,5 sedang

    4 40 30 0,75 mudah

    5 40 32 0,8 mudah

    6 40 30 0,75 mudah

    7 40 22 0,55 sedang

    8 40 30 0,75 mudah

    9 40 28 0,7 mudah

    10 40 20 0,5 sedang

    Berdasarkan tabel 4.30 dapat disimpulkan bahwa kriteria taraf kesukaran soal

    pada angket kreativitas dan prestasi belajar siswa adalah 7 dalam kriteria mudah

    dan 3 dalam kriteria sedang.

    4.5 Hubungan Aktifitas Belajar dengan Kreativitas Belajar

    Menurut pendapat Sardiman, aktifitas belajar adalah keaktifan yang bersifat fisik maupun

    mental. Dalam kegiatan pembelajaran, kedua aktifitas tersebut harus saling menunjang agar

    diperoleh hasil yang maksimal. Sehubungan dengan hal tersebut Piaget mengemukakan pendapat

    bahwa “seseorang berpikir sepanjang ia berbuat sesuatu karena tanpa berbuat ia tidak akan mau

    berpikir kreatif” (Yustini Yusuf, http://www.fkip.unri.ac.id/5/12/2012).

  • 75

    Dalam proses pembelajaran siswa harus diberikan kesempatan berbuat sendiri sebagai

    stimulus untuk membangkitkan pemikiran bertaraf verbal setelah peserta didik / siswa melakukan

    kegiatan (berpikir menggunakan taraf perbuatan). Aktifitas sangat bermanfaat bagi peserta didik

    dalam mencari pengalaman dan mengalami sendiri, sehingga pembelajaran lebih berhasil dan

    menarik. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam PBM sangat memberi

    pengaruh pada peningkatan kreativitas siswa dalam hal ini pemecahan masalah pada mata

    pelajaran matematika. Secara tidak langsung aktifitas siswa akan merangsang timbulnya

    kreativitas, sehingga hasil belajar akan meningkat. Aktifitas, kreativitas dan hasil belajar menurut

    peneliti merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berhubungan.

    4.6 Implikasi Hasil Penelitian

    Implikasi yang di dapat dari hasil penelitian ini ada tiga, yaitu implikasi teoritis,

    implikasi praktis dan implikasi paedagodis.

    1. Implikasi Praktis

    Pengelompokan pasangan secara heterogen belum bisa dikatakan baik sepenuhnya

    karena pengelompokan pasangan hanya berdasarkan saran dan anjuran guru mata pelajaran

    matematika.

    Indikator kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah

    matematika yang diamati dalam penelitian ini terbatas pada aspek pemecahan masalah

    secara kreatif sehingga peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan

    masalah matematika hanya berdasarkan indikator tersebut.

    2. Implikasi Teoritis

    Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh

    penggunaan model pembelajaran cooperative script pada mata belajaran matematika, dalam

    upaya meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa kelas V

    3. Implikasi Pedagogis

    Penelitian ini berimplikasi secara paedagogis yaitu memberikan informasi cara /

    langkah dalam meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar tidak hanya pada mata pelajaran

    matematika saja tetapi bisa diterapkan pada mata pelajaran lainnya.