bab iv hasil penelitian dan pembahasan · 2014. 4. 3. · 50 bab iv hasil penelitian dan pembahasan...
TRANSCRIPT
-
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Awal
Keaktifan belajar siswa di kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan tergolong rendah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti selama
dua hari pada tanggal 18 dan 19 Februari 2013 menggunakan lembar wawancara
yang dibuat berdasarkan pedoman penyusunan wawancara dan lembar observasi
keaktifan siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang digunakan
guru dalam sehari-hari sering atau sebagian besar dilakukan secara ceramah atau
konvensional. Pembelajaran IPA masih teacher center, dalam kegiatan
pembelajaran sebagian besar siswa hanya menerima begitu saja materi yang
disampaikan guru kemudian diakhiri evaluasi sehingga dalam pembelajaran siswa
tidak mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan yang dimiliki.
Guru pernah melakukan kegiatan pembelajara IPA dengan bentuk kegiatan
kelompok, namun kebanyakan tugas-tugas kelompok tersebut tidak dikerjakan
secara bekerjasama tetapi hanya diselesaikan oleh satu siswa saja yang pandai
dalam kelompok. Guru lebih mendominasi proses belajar mengajar sehingga
partisipasi yang berupa keaktifan siswa masih rendah. Keaktifan siswa yang
rendah diperoleh dari hasil observasi keaktifan siswa pra siklus dimana setiap
siswa diamati kemudian hasilnya diolah dengan microsoft excel. Untuk
mendapatkan hasil dari keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA, hasil observasi
setiap anak diolah berdasarkan langkah Usman dan Akbar (2006:71) sehingga
dapat digolongkan menjadi keaktifan belajar kategori rendah (skor 1 – 1,9),
sedang (skor 2 - 2,9), dan keaktifan tinggi (skor ≥3). Hasil observasi keaktifan
siswa pra siklus dapat dilihat pada Tabel 13:
-
51
Tabel 13
Hasil Observasi Keaktifan Belajar pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5
SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013
Pra Siklus
No Keaktifan f %
1 Tinggi 14 46,7%
2 Sedang 9 30%
3 Rendah 7 23,3%
Jumlah 30 100%
Rata-rata 2,6
Dari Tabel 13, dapat diketahui bahwa siswa di kelas 5 SD Negeri 3
Nambuhan yang mempunyai keaktifan tinggi adalah 14 siswa dengan persentase
46,7% kemudian siswa kategori keaktifan sedang berjumlah 9 orang dengan
persentase 30% dan siswa dengan keaktifan rendah ada 7 orang dengan persentase
23,3%. Rata-rata kelas hanya 2,6. Hal ini berarti siswa yang mempunyai keaktifan
tinggi hanya 14 siswa dengan persentase 46,7% lebih rendah dari jumlah
keseluruhan siswa di bawah kategori keaktifan tinggi yaitu 16 siswa persentase
53,3%. Selain keaktifan siswa yang masih kurang, hasil belajar siswa juga rendah
dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 pada
semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 diperoleh data :
Tabel 14
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2
Tahun Pelajaran 2012/2013
Pra Siklus
Keterangan Frekuensi %
Tidak Tuntas 17 56,7 %
Tuntas 13 43,3 %
Jumlah 30 100
Nilai rata-rata 62,8
Niai tertinggi 85
Nilai terendah 40
Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa siswa kelas 5 yang berjumlah
30 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan, diperoleh data
ada 43,3% siswa tuntas yaitu yang nilainya sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan
-
52
Minimal (KKM) dan masih ada 56,7% siswa tidak tuntas yang memperoleh nilai
kurang dari KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 65. Dan rata-rata
kelas adalah 62,8. Dalam menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) kepala
sekolah berpedoman dengan kemampuan siswa yang ada di SD Negeri 3
Nambuhan.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Hasil penelitian pada bagian pelaksanaan penelitian berisi tentang
pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan. Pelaksanaan penelitian terdiri dari
dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
4.2.1 Pelaksanaan Siklus I
Pada bagian pelaksanaan siklus I terdiri dari empat macam sub bab yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang sesuai
dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2007:16) yang
mengemukakan bahwa terdapat empat tahap pelaksanaan penelitian meliputi
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Pada
bagian pelaksanaan siklus I akan diuraikan pada perencanaan tindakan mengenai
apa yang akan dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Setelah perencanaan tindakan akan diuraikan pelaksanakan tindakan dan
observasi, kemudian akan diuraikan refleksi berdasarkan hasil observasi.
4.2.1.1 Perencanaan Tindakan
Perencanaaan dilaksanakan dari tanggal 21 Februari sampai 24 Maret 2013.
Diawali pada tanggal 21 Februari yaitu dilaksanakan persiapan sebelum penelitian
dengan berkunjung ke SD Negeri 3 Nambuhan menyerahkan surat perijinan. Pada
tanggal 25 Februari 2013 dan 26 Februari 2013 dilaksanakan validasi instrumen di
kelas 6 SD Negeri 3 Nambuhan. Soal evaluasi yang digunakan adalah soal pilihan
ganda berjumlah 15 soal, tahap pemilihan 15 soal tersebut pertama-tama diawali
dengan membaca materi yang akan diajarkan sesuai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Tahap kedua adalah membuat kisi-kisi soal, lalu membuat 25
butir soal siklus I dan 25 butir soal siklus II. Langkah ketiga dilakukan uji
validitas dan reliabilitas pada SD Negeri 3 Nambuhan tetapi pada jenjang kelas
yang lebih tinggi dari kelas yang akan dikenai tindakan yaitu di kelas 6 SD Negeri
-
53
3 Nambuhan. Setelah mendapatkan soal yang valid kemudian soal tersebut dipilih
kembali masing-masing 15 soal siklus I dan 15 soal siklus II. Pemilihan dilakukan
dengan cara mencari tingkat kesukaran soal dimana soal yang bagus adalah soal
yang memiliki indeks kesukaran antara 0,4 - 0,8. Lembar observasi keaktifan
belajar dibuat berdasarkan indikator keaktifan siswa. Sebelum tindakan juga harus
menyusun lembar observasi guru keterlaksanaan sintaks Numbered Heads
Together berdasarkan sintaks pembelajaran metode Numbered Heads Together.
RPP siklus pertama disusun terdiri dari 3 pertemuan dengan standar
kompetensi memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam, kompetensi dasar mendeskripsikan struktur bumi.
Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga dilakukan penyampaian materi melalui
penerapan metode Numbered Heads Together kemudian pada akhir pembelajaran
pertemuan ketiga dilakukan evaluasi. Perencanaan tindakan siklus I yang terdiri
dari 3 pertemuan, pada saat tindakan dilakukan dengan cara menghabiskan sintaks
metode Numbered Heads Together disetiap pertemuan sehingga melakukan
sintaks sebanyak 3 kali pada 1 siklus. Setelah pembuatan RPP, kemudian RPP
beserta sintaks dari metode Numbered Heads Together dikonsultasikan pada
tanggal 4 dan 5 Maret 2013 kepada guru kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan yang
akan mengajar yaitu ibu Sri Sudarwati. RPP mengalami sedikit revisi pada bagian
lembar kerja siswa berdasarkan masukan dari guru kelas 5. Selain berkonsultasi
RPP, dilakukan pula diskusi dengan guru kelas mengenai sintaks dari metode agar
guru kelas matang dalam memahami sintaks dari metode dan benar-benar bisa
mewakili tindakan. Guru kelas mudah memahami sintaks setelah diberi
penjelasan, karena sintaks dari metode Numbered Heads Together hampir serupa
dengan metode diskusi kelompok hanya pada Numbered Heads Together terdapat
tahap penomoran siswa dan pemanggilan nomor secara acak.
Persiapan perlengkapan pembelajaran dibuat selama satu minggu meliputi
lembar soal untuk diskusi, nomor kepala, alat peraga dan lembar soal evaluasi.
Nomor kepala dibuat sebanyak 30 buah sesuai dengan jumlah siswa di kelas 5.
Pembuatan nomor menggunakan kertas karton yang dibentuk seperti mahkota dan
diberi nomor 1-5 supaya anak lebih tertarik dengan adanya nomor yang
-
54
dimodifikasi seperti mahkota. Selain menyiapkan nomor, disiapkan pula alat-alat
peraga yaitu gambar lapisan bumi, matahari, atmosfer, gambar kerusakan
lingkungan dan globe. Alat peraga gambar dibuat sendiri dengan kertas karton
besar yang disiapkan sebelum melakukan tindakan, sedangkan globe sudah
disediakan oleh sekolah. Melakukan konsultasi tanggal pelaksanaan penelitian
kepada pihak sekolah dan guru, dan akhirnya pelaksanaan penelitian siklus I
pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 25 Maret 2013,
pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2013, dan pertemuan ketiga
pada tanggal 28 Maret 2013.
4.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Langkah-langkah tiap
pertemuan sama hanya beda pada indikatornya. Pada pertemuan ketiga selain
penyampaian materi dilaksanakan pula evaluasi pada akhir pembelajaran.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 25 Maret 2013
pada mata pelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan struktur bumi. Pada
pertemuan pertama terdapat lima indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu
mendeskripsikan proses terbentuknya bumi, menjelaskan bentuk bumi serta
buktinya, mengurutkan susunan lapisan bumi, mengidentifikasi tiap lapisan
penyusun bumi, dan menyebutkan unsur pembentuk lapisan bumi.
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,
melakukan apersepsi dengan menunjukkan globe kepada siswa dan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang memacu siswa untuk aktif berfikir terkait dengan
materi dan memotivasi siswa. Guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru menjelaskan langkah
metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). Guru menjelaskan
sekilas tentang teori terbentuknya bumi serta melakukan tanya jawab dengan
siswa agar siswa lebih memahami dan mendalami materi. Pelaksanaan sintaks
pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam
kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together dibagi menjadi 6 kelompok
yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan kelompok
-
55
dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat
bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah
penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota
kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing
kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian
tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk
dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada
saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa
dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru
memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil
nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap selanjutnya
adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya tadi maju kemudian
menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam
menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan
mengomentari jawaban yang disampaikan temannya. Tahap terakhir adalah
memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan,
memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang
terhadap materi yang telah di bahas, pada kegiatan penutup guru membimbing
siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi.
Pertemuan kedua pada siklus pertama merupakan lanjutan dari pertemuan
pertama yaitu melanjutkan materi serta pemantapan materi melalui pelaksanaan
Numbered Heads Together. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu tanggal
27 Maret 2013 dengan menyampaikan tiga indikator yaitu mengurutkan susunan
lapisan matahari, menyebutkan manfaat matahari, dan mengidentifikasi tiap
lapisan penyusun matahari.
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,
memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran
yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab pada
siswa dan memotivasi siswa. Guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu masih melakukan
-
56
pembelajaran dengan Numbered Heads Together. Di dalam kegiatan inti guru
melanjutkan penyampaian materi yang berkaitan dengan matahari. Kemudian
pada kegiatan elaborasi langkah pembelajaran sama dengan pertemuan pertama.
Pelaksanaan sintaks pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi
siswa ke dalam kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi
menjadi 6 kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa.
Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar
setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok
langkah selanjutnya adalah penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor
kepada setiap anggota kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka
masing-masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya
adalah pembagian tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa
pertanyaan untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan
diskusi kelompok, pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk
membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah
memanggil nomor, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa
yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusi.
Tahap selanjutnya adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya
menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam
menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan
mengomentari jawaban yang disampaikan temannya kemudian membuat
kesimpulan. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan, memperbaiki atau
menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi
yang telah di bahas. Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa membuat
rangkuman dan melakukan refleksi. Guru menjelaskan rencana kegiatan
pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Guru memberikan informasi pada siswa
bahwa pada akhir pembelajaran pada pertemuan berikutnya akan diadakan
evaluasi pembelajaran.
Pada pertemuan ketiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus pertama.
Pertemuan ketiga juga merupakan lanjutan dari pertemuan kedua yaitu
-
57
melanjutkan materi beserta pelaksanaan evaluasi pada akhir pembelajaran.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari kamis tanggal 28 Maret 2013 dengan
menyampaikan tiga indikator yaitu menyebutkan fungsi atmosfer bumi,
mengurutkan lapisan atmosfer bumi, dan mengidentifikasi lapisan atmosfer bumi.
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,
memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran
yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab pada
siswa dan memotivasi siswa. Di dalam kegiatan inti guru melanjutkan
penyampaian materi yang berkaitan dengan atmosfer bumi. Pelaksanaan sintaks
pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam
kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi menjadi 6
kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan
kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap
kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah
selanjutnya adalah penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada
setiap anggota kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-
masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah
pembagian tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan
untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi
kelompok, pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk
membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah
memanggil nomor, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa
yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap
selanjutnya adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya
menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam
menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan
mengomentari jawaban yang disampaikan temannya. Tahap terakhir adalah
memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan,
memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang
terhadap materi yang telah di bahas.
-
58
Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa membuat rangkuman dan
melakukan reflerksi. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi. Soal evaluasi
dikerjakan oleh seluruh siswa yang berjumlah 30 orang. Guru menanyakan
kepada siswa tentang kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran.
Sebelum guru membagikan soal evaluasi, guru terlebih dahulu menata tempat
duduk siswa supaya siswa tidak terlalu dekat duduknya. Guru menjelaskan pada
siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru
membagi soal evaluasi berserta lembar jawab pada setiap siswa. Siswa
mengerjakan soal evalusi dengan baik dan guru mengawasi jalannya tes dari awal
sampai akhir.
4.2.1.3 Observasi
Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer pada saat
pembelajaran berlangsung yaitu pada tiga pertemuan. Hasil observasi digunakan
untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran sudah melaksanakan
keseluruhan sintaks metode ataukah ada yang belum terlaksana. Hasil observasi
guru dalam melaksanakan sintaks pada pertemuan pertama diperoleh data bahwa
dari kegiatan inti dari 8 sintaks Numbered Heads Together, ada 6 sintaks
terlaksana dan 2 sintaks tidak terlaksana, tetapi pada sintaks yang terlaksana
tersebut masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Sintaks yang sudah
terlaksana adalah guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran
anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan
pemanggilan nomor, dan membimbing siswa menjawab pertanyaan. Sintaks yang
belum terlaksana yaitu pada tahap menanggapi jawaban dan membuat
kesimpulan. Guru belum memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi jawaban yang disampaikan dan guru belum membimbing siswa
untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau
kurang terhadap materi yang telah di bahas.
Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus I pertemuan kedua diperoleh
data bahwa dari 8 sintaks Numbered Heads Together terdapat 7 sintaks terlaksana
tetapi masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Sintaks yang sudah
terlaksana adalah guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran
-
59
anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan
pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan dan memberikan
kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi jawaban. Pada pertemuan
pertama masih terdapat 1 sintaks yang belum terlaksana yaitu pada tahap
membuat kesimpulan. Guru belum membimbing siswa untuk memperbaiki atau
menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi
yang telah di bahas.
Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus I pertemuan ketiga diperoleh
data bahwa dari 8 sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah
dilaksanakan guru tetapi masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Guru
sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran anggota kelompok,
pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan pemanggilan
nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan, memberikan kesempatan pada
kelompok lain untuk menanggapi jawaban dan membimbing siswa untuk
memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang
terhadap materi yang telah di bahas. Keterlaksanaan Sintaks Numbered Heads
Together Siklus I dapat dilihat pada Tabel 15:
Tabel 15
Hasil Keterlaksanaan Sintaks Numbered Heads Together Siswa Kelas 5 SD
Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013
Siklus I
Kegiatan Mengajar
Siklus I
Jumlah
sintaks yang
dilaksanakan
Jumlah sintaks
yang belum
terlaksana
Jumlah
keseluruhan
sintaks
Pertemuan Pertama 6 2 8
Pertemuan Kedua 7 1 8
Pertemuan Ketiga 8 0 8
Dari Tabel 15 dapat dilihat keterlaksanaan sintaks Numbered Heads
Together pada siklus I dari 8 sintaks Numbered Heads Together diketahui pada
pertemuan pertama sintaks yang telah dilaksanakan guru berjumlah 6 dan ada 2
yang tidak terlaksana. Pada pertemuan kedua sintaks yang terlaksana berjumlah 7
-
60
dan yang tidak terlaksana ada 1. Pada petemuan ketiga semua sintaks terlaksana
yaitu ada 8.
4.2.1.4 Refleksi
Berdasarkan observasi siklus I pelaksanaan tindakan dengan metode
Numbered Heads Together maka dilakukan refleksi dengan berdiskusi dengan
guru kelas, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kelebihan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together
diantaranya siswa berdiskusi dengan sungguh-sungguh, materi pelajaran yang
disampaikan lebih menarik perhatian siswa dan siswa lebih aktif dalam
pembelajaran daripada sebelum menggunakan Numbered Heads Together. Selain
kelebihan masih terdapat beberapa kekurangan selama pembelajaran Siklus I
antara lain sebagai berikut :
a) Pada pertemuan pertama dan kedua guru belum melaksanakan sintaks
menanggapi jawaban dan membuat kesimpulan, dalam arti guru belum
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban
yang disampaikan dan belum membimbing membuat kesimpulan. Hal ini
disebabkan waktu pembelajaran hampir habis karena waktu terbuang pada
kegiatan diskusi yang dilakukan siswa. Guru pada awal pembelajaran tidak
menyampaikan lamanya waktu siswa untuk berdiskusi, sehingga siswa lama
dalam melakukan diskusi.
b) Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga proses pembentukan kelompok
menimbulkan sedikit keributan di kelas karena siswa cenderung ingin
memilih kelompok sendiri.
c) Pada tahap pemberian nomor berlangsung lama, dikarenakan siswa belum
terbiasa untuk belajar membentuk kelompok dengan diberi nomor kepala.
d) Pada saat diskusi, kerjasama dalam kelompok kurang terjalin dengan baik
karena masih terdapat anggota kelompok yang pasif dan ada pula anak yang
cenderung bekerja sendiri.
e) Pada saat pemanggilan nomor ada nomor yang sudah disebut tetapi
disebutkan lagi oleh guru karena guru tidak hafal dengan nomor yang telah
disebut.
-
61
f) Kegiatan pembimbingan terhadap kelompok selalu dilakukan oleh guru,
tetapi banyaknya kelompok dalam kelas menyebabkan pembimbingan kurang
merata.
g) Siswa masih malu - malu atau kurang percaya diri ketika mengungkapkan
gagasan/soal masalah yang sedang diskusikan karena siswa tidak terbiasa
maju menyampaikan jawaban di depan kelas.
Dari kekurangan yang ditemukan pada siklus I, maka dapat diperbaiki pada
siklus II. Hal-hal yang dapat dilakukan agar kekurangan pada siklus I tidak terjadi
pada siklus II adalah:
a) Guru pada awal pembelajaran menentukan dan menyampaikan lamanya
waktu diskusi kelompok sehingga semua sintaks dapat terlaksana.
b) Guru harus bersikap tegas dengan siswa yang memilih anggota kelompok
sendiri dan sebaiknya proses pembentukan kelompok dilakukan sebelum
pelaksanaan, sehingga tidak menghabiskan waktu lama pada saat
pembelajaran.
c) Agar saat pemberian nomor tidak berlangsung lama, guru harus mengelola
waktu sebaik mungkin dengan meminta perwakilan kelompok untuk
memberikan nomor kepada anggotanya.
d) Guru lebih merata dalam melakukan bimbingan diskusi sehingga apabila ada
anggota kelompok siswa yang pasif dan yang cenderung bekerja sendiri dapat
diberi pengarahan.
e) Guru mencatat nomor yang telah dipanggil misalnya pada catatan kecil, agar
nomor yang tidak disebutkan lagi oleh guru
f) Guru menciptakan suasana yang menyenangkan, guru harus lebih memotivasi
siswa untuk aktif dengan pemberian ganjaran jika jawaban siswa benar
sehingga siswa tidak malu-malu dalam mengemukakan jawaban.
4.2.2 Pelaksanaan Siklus II
Pada bagian pelaksanaan siklus II terdiri dari empat macam sub bab yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang sesuai
dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2007:16) bahwa
terdapat empat tahap pelaksanaan penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan
-
62
tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Pada bagian pelaksanaan siklus II
akan diuraikan pada perencanaan tindakan mengenai apa yang akan dilaksanakan
sebagai suatu perbaikan dari kekurangan siklus I. Setelah perencanaan tindakan
akan diuraikan pelaksanakan tindakan dan observasi, kemudian akan diuraikan
refleksi berdasarkan hasil observasi.
4.2.2.1 Perencanaan tindakan
Perencanaan tindakan siklus II digunakan untuk memperbaiki kekurangan
pada siklus I. Pada tanggal 30 Maret, dilakukan refleksi dengan berdiskusi
bersama guru kelas tentang hal-hal yang harus diperbaiki dan dipersiapkan pada
siklus II. Melihat hasil belajar siswa siklus 1 dan hasil observasi keaktifan belajar
siklus I yang disesuaikan dengan KKM dan indikator keberhasilan belum
mencapai indikator keberhasilan maka dilaksanakan perbaikan di siklus II. RPP
siklus kedua yang telah disusun terdiri dari 3 pertemuan dengan standar
kompetensi memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam serta kompetensi dasar mendeskripsikan proses
daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. Pada pertemuan
pertama, kedua dan ketiga dilakukan penyampaian materi melalui penerapan
metode Numbered Heads Together kemudian pada akhir pembelajaran pertemuan
ketiga dilakukan evaluasi. Persiapan tindakan siklus II yang terdiri dari 3
pertemuan dilakukan dengan cara menghabiskan sintaks metode Numbered Heads
Together di setiap pertemuan sehingga melakukan sintaks sebanyak 3 kali pada 1
siklus.
Persiapan perlengkapan pembelajaran meliputi lembar kerja siswa, nomor
kepala dan lembar observasi dipersiapkan sebelum melaksanakan siklus II. Nomor
kepala dibuat sebanyak 30 buah sesuai dengan jumlah siswa di kelas 5.
Pembuatan nomor menggunakan kertas karton yang dibentuk seperti mahkota dan
diberi nomor 1-5 supaya anak lebih tertarik dengan adanya nomor yang
dimodifikasi seperti mahkota. Selain menyiapkan nomor disiapkan pula alat-alat
peraga untuk siklus II seperti gambar daur air dan gambar kerusakan alam. Alat
peraga gambar dibuat sendiri dengan kertas karton besar yang disiapkan sehari
sebelum melakukan tindakan. Pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan pertama
-
63
dilaksanakan pada hari senin tanggal 1 April 2013, pertemuan kedua dilaksanakan
pada tanggal 3 April 2013, dan pertemuan ketiga pada tanggal 5 April 2013.
4.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Langkah-langkah tiap
pertemuan sama hanya beda pada indikatornya. Pada pertemuan ketiga selain
penyampaian materi dilaksanakan pula evaluasi pada akhir pembelajaran.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 1 April 2013 pada
mata pelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan proses daur air dan
kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. Pada pertemuan pertama
terdapat lima indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menjelaskan
pengertian daur air, menyebutkan macam-macam sumber air, menyebutkan
contoh sumber air alami dan buatan, mengurutkan proses daur air dan
mendeskripsikan proses daur air.
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,
memberikan apersepsi kepada siswa dan memotivasi siswa. Guru kelas
menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
yaitu masih melakukan pembelajaran dengan Numbered Heads Together. Guru
menjelaskan sekilas tentang daur air serta melakukan tanya jawab dengan siswa
agar siswa lebih memahami dan mendalami materi. Pelaksanaan sintaks pertama-
tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok
sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi menjadi 6 kelompok yaitu
setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan kelompok dilakukan
secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama
dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah penomoran
anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota kelompok,
karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing kelompok
mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian tugas, guru
memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk dikerjakan oleh
setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada saat diskusi
kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam
-
64
melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru memanggil
salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya maju ke
depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap selanjutnya adalah menjawab
pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan di depan
teman-teman dan guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Tahap
selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi dan mengomentari jawaban yang disampaikan
temannya. Tahap terakhir adalah memberi kesimpulan, guru membimbing siswa
untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat
apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas. Pada kegiatan
penutup guru membimbing siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi.
Pertemuan kedua pada siklus pertama merupakan lanjutan dari pertemuan
pertama yaitu melanjutkan materi serta pemantapan materi melalui pelaksanaan
Numbered Heads Together. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu tanggal
3 April 2013 dengan menyampaikan satu indikator yaitu memberikan contoh
kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air.
Pada kegiatan awal guru memberikan membuka pelajaran, mempresensi
siswa, memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi
pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan
tanya jawab pada siswa dan memotivasi siswa. Di dalam kegiatan inti guru
melanjutkan penyampaian materi yang masih berkaitan dengan daur air.
Kemudian pada kegiatan elaborasi langkah sama dengan pertemuan pertama yaitu
pelaksanaan sintaks pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi
siswa ke dalam kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi
menjadi 6 kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa.
Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar
setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok
langkah selanjutnya adalah penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor
kepada setiap anggota kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka
masing-masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya
adalah pembagian tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa
-
65
pertanyaan untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan
diskusi kelompok, pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk
membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah
memanggil nomor, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa
yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap
selanjutnya adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya
menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam
menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan
mengomentari jawaban yang disampaikan temannya. Tahap terakhir adalah
memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan,
memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang
terhadap materi yang telah di bahas. Pada kegiatan penutup guru membimbing
siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi. Guru menjelaskan rencana
kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Guru memberikan informasi
pada siswa bahwa pada akhir pembelajaran pada pertemuan berikutnya akan
diadakan evaluasi pembelajaran.
Pada pertemuan ketiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus pertama.
Pertemuan ketiga juga merupakan lanjutan dari pertemuan kedua yaitu
melanjutkan materi beserta pelaksanaan evaluasi pada akhir pembelajaran.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 5 April 2013 dengan
menyampaikan 2 indikator yaitu menyebutkan manfaat air bagi kehidupan
manusia dengan tepat danmenjelaskan cara menghemat air dengan tepat.
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,
memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran
yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab pada
siswa dan memotivasi siswa. Di dalam kegiatan inti guru melanjutkan
penyampaian materi yang berkaitan dengan daur air. Pelaksanaan sintaks pertama-
tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok
sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi menjadi 6 kelompok yaitu
setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan kelompok dilakukan
-
66
secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama
dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah penomoran
anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota kelompok,
karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing kelompok
mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian tugas, guru
memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk dikerjakan oleh
setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada saat diskusi
kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam
melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru memanggil
salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya maju ke
depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap selanjutnya adalah menjawab
pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan di depan
teman-teman dan guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Tahap
selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi dan mengomentari jawaban yang disampaikan
temannya. Tahap terakhir adalah memberi kesimpulan, guru membimbing siswa
untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat
apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah dibahas.
Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa membuat rangkuman dan
refleksi, kemudian mengerjakan soal evaluasi. Soal evaluasi dikerjakan oleh
seluruh siswa yang berjumlah 30. Guru menanyakan kepada siswa tentang
kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Sebelum guru
membagikan soal evaluasi, guru terlebih dahulu menata tempat duduk siswa
supaya siswa tidak terlalu dekat duduknya. Guru menjelaskan pada siswa tentang
peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru membagi soal
evaluasi berserta lembar jawab pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evalusi
dengan baik dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.
4.2.2.3 Observasi
Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer pada saat
pembelajaran berlangsung yaitu pada tiga pertemuan. Hasil observasi digunakan
untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran sudah melaksanakan
-
67
keseluruhan sintaks metode atau ada yang belum terlaksana. Hasil observasi
keterlaksanaan sintaks siklus II pertemuan pertama diperoleh data bahwa dari 8
sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah dilaksanakan guru
walaupun pelaksanaan kurang sempurna. Guru sudah melaksanakan pembentukan
kelompok, penomoran anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi
kelompok, melakukan pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab
pertanyaan, memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi
jawaban dan membimbing siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan
yang dibuat salah atau kurang terhadap materi yang telah dibahas.
Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus II pertemuan kedua diperoleh
data bahwa dari 8 sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah
dilaksanakan guru walaupun kurang sempurna. Guru sudah melaksanakan
pembentukan kelompok, penomoran anggota kelompok, pembagian tugas,
membimbing diskusi kelompok, melakukan pemanggilan nomor, membimbing
siswa menjawab pertanyaan, memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk
menanggapi jawaban dan membimbing siswa untuk memperbaiki atau
menambah kesimpulan yang dibuat salah atau kurang terhadap materi yang telah
dibahas.
Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus II pertemuan ketiga diperoleh
data bahwa dari 8 sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah
dilaksanakan guru. Guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok,
penomoran anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok,
melakukan pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan,
memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi jawaban dan
membimbing siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat
salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas. Keterlaksanaan Sintaks
Numbered Heads Together Siklus II dapat dilihat pada Tabel 16:
-
68
Tabel 16
Hasil Keterlaksanaan Sintaks Numbered Heads Together Siswa Kelas 5
SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013
Siklus II
Kegiatan Mengajar
Siklus I
Jumlah sintaks
yang
dilaksanakan
Jumlah sintaks
yang belum
terlaksana
Jumlah
keseluruhan
sintaks
Pertemuan Pertama 8 0 8
Pertemuan Kedua 8 0 8
Pertemuan Ketiga 8 0 8
Dari Tabel 16 dapat dilihat keterlaksanaan sintaks pembelajaran Numbered
Heads Together dari 8 sintaks Numbered Heads Together diketahui pada
pertemuan pertama semua sintaks telah terlaksana yaitu berjumlah 8. Pada
pertemuan kedua semua sintaks juga telah dilaksanakan oleh guru berjumah 8.
Pada pertemuan ketiga semua sintaks juga telah dilaksanakan guru berjumlah 8.
4.2.2.4 Refleksi
Berdasarkan observasi siklus II dengan menggunakan metode Numbered
Heads Together maka dilakukan refleksi dengan berdiskusi dengan guru kelas,
maka dapat disimpulkan selama proses belajar mengajar siklus II guru telah
melaksanakan pembelajaran dengan baik, meskipun dalam kegiatan ada beberapa
aspek yang belum sempurna tetapi jumlah sintaks yang telah dilaksanakan untuk
masing-masing pertemuan besar. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui
bahwa kegiatan pembelajaran tampak lebih hidup dengan adanya interaksi antara
guru dan siswa serta siswa dengan siswa, siswa terlihat lebih aktif dalam
berkomunikasi ketika diskusi. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah
mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4.3 Hasil Penelitian
Pada bagian hasil penelitian, akan diuraikan tentang deskripsi data dan
analisis data. Masing-masing akan dijelaskan tentang data siklus I dan siklus II
yang masing-masing terdiri dari data keaktifan belajar serta data hasil belajar.
-
69
4.3.1 Deskripsi Data
Data mentah yang sudah diperoleh diolah dan disajikan pada deskripsi data.
Pada sub bab deskripsi data akan diuraikan tentang data siklus I yang terdiri dari
data keaktifan dan hasil belajar. Kemudian disajikan juga data siklus II yang
mencakup keaktifan dan hasil belajar.
4.3.1.1 Data Siklus I
Hasil dari observasi keaktifan belajar diperoleh dari pengamatan tiap
individu, kemudian hasil data mentah yang diperoleh diolah dengan microsoft
excel. Untuk mengetahui keaktifan belajar setiap siswa dalam pembelajaran IPA
diolah dengan langkah Usman dan Akbar (2006:71) sehingga didapatkan kategori
keaktifan rendah (skor 1 – 1,9) keaktifan sedang (skor 2 - 2,9) dan keaktifan tinggi
(skor ≥3). Hasil observasi keaktifan belajar pada pertemuan pertama, kedua dan
ketiga diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 17
Hasil Observasi Keaktifan Belajar pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD
Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013
Siklus I
N
o
Interval Kategori
Keaktifan
Pertemuan
pertama
Pertemuan
kedua
Pertemuan
ketiga
f % f % f %
1 Skor ≥3 Tinggi 17 56,7% 19 63,3% 20 66,7%
2 Skor 2 – 2,9 Sedang 8 26,6% 9 30% 9 30%
3 Skor 1 – 1,9 Rendah 5 16,7% 2 6,7% 1 3,3%
Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%
Rata-rata 2,7 2,8 2,8
Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa pada pertemuan pertama
siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 17 orang persentase 56,7%
sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 8 orang dengan
persentase 26,6%, dan siswa yang kategori keaktifan rendah ada 5 orang dengan
persentase 16,7% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,7. Pada
pertemuan kedua, siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 19 orang
persentase 63,3% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 9
orang dengan persentase 30% dan siswa yang kategori keaktifan rendah ada 2
-
70
orang dengan persentase 6,7% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,8.
Pada pertemuan ketiga, siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 20 orang
persentase 66,7% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 9
orang dengan persentase 30% dan siswa yang kategori keaktifan rendah ada 1
orang dengan persentase 3,3% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,8.
Selain data keaktifan belajar, data hasil belajar siswa yang sudah diolah
kemudian disederhanakan dengan menggunakan acuan yang didapat dengan
interval sesuai dengan pernyataan Usman dan Akbar (2006:71) yaitu langkah-
langkah membuat tabel distribusi frekuensi adalah urutkan data dari yang terkecil
ke data terbesar, kemudian menghitung rentang yaitu yaitu data tertinggi dikurang
data terendah. Setelah menghitung rentang, menghitung banyak kelas dengan
aturan Sturges kemudian menghitung panjang kelas interval. Setelah menghitung
panjang kelas interval, langkah selanjutnya adalah menentukan ujung bawah kelas
interval pertama. Biasanya diambil data terkecil atau data yang lebih kecil dari
data terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang harus didapat,
selanjutnya kelas interval pertama dihitung dengan menjumlahkan ujung bawah
kelas dengan p dikurangi l demikian seterusnya, nilai f dihitung dan dipindahkan
ke tabel distribusi frekuensi. Sesuai dengan rumus maka hasil pengolahan data
nilai tes evaluasi tersaji pada Tabel 18 :
Tabel 18
Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan
Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013
Siklus I
No Interval Frekuensi %
1 53 –59 5 16,7%
2 60 - 66 3 10%
3 67 - 73 9 30%
4 74 -80 4 13,3%
5 81 - 87 4 13,3%
6 ≥88 5 16,7%
Jumlah 30 100
-
71
Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran
dengan metode Numbered Heads Together, dari 30 siswa yang mengikuti evaluasi
pembelajaran diketahui pada skor nilai antara 53 – 59 frekuensinya 5 dengan
persentase 16,7% siswa, skor nilai antara 60 – 66 frekuensinya 3 persentase 10%,
skor nilai 67 - 73 frekuensinya ada 9 dengan persentase 30%, skor nilai antara 74 -
80 frekuensinya 4 dengan persentase 13,3%, skor 81 - 87 frekuensinya 4 dengan
persentase 13,3%, dan skor ≥88 frekuensinya 5 dengan persentase 16,7%.
4.3.1.2 Data Siklus II
Hasil dari observasi keaktifan belajar diperoleh dari pengamatan tiap
individu, kemudian hasil data mentah yang diperoleh diolah dengan microsoft
excel. Untuk mengetahui keaktifan belajar setiap siswa dalam pembelajaran IPA
diolah dengan langkah Usman dan Akbar (2006:71) sehingga didapatkan kategori
keaktifan rendah (skor 1 – 1,9) keaktifan sedang (skor 2 - 2,9) dan keaktifan tinggi
(skor ≥3). Hasil observasi keaktifan belajar pada pertemuan pertama, kedua dan
ketiga diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 19
Hasil Observasi Keaktifan Belajar pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5
SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013
Siklus II
No Interval Keaktifan Pertemuan
pertama
Pertemuan
kedua
Pertemuan
ketiga
f % f % f %
1 Skor ≥3 Tinggi 21 70% 23 76,7% 24 80%
2 Skor 2 – 2,9 Sedang 9 30% 7 23,3% 6 20%
3 Skor 1 – 1,9 Rendah 0 0% 0 0% 0 0%
Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%
Rata-rata 2,8 2,9 3,1
Berdasarkan Tabel 19, dapat diketahui bahwa pada pertemuan pertama
siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 21 orang persentase 70%
sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 9 orang dengan
persentase 30%, dan tidak ada siswa yang berada pada kategori keaktifan rendah.
Rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,8. Pada pertemuan kedua, siswa yang
-
72
kategori keaktifan tinggi frekuensi 23 orang persentase 76,7% sedangkan siswa
dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 7 orang dengan persentase 23,3%,
dan tidak ada siswa yang berada pada kategori keaktifan rendah. Rata-rata
keaktifan siswa klasikal adalah 2,9. Pada pertemuan ketiga, siswa yang kategori
keaktifan tinggi frekuensi 24 orang persentase 80% sedangkan siswa dengan
kategori keaktifan sedang berjumlah 6 orang dengan persentase 20% dan tidak ada
siswa yang berada pada kategori keaktifan rendah. Rata-rata keaktifan siswa
klasikal adalah 3,1.
Data siklus II juga diolah sesuai dengan rumus tabel distribusi frekuensi
Usman dan Akbar (2006:71). Setelah mendapatkan hasil, maka data dimasukkan
ke dalam tabel destribusi frekuensi hasil belajar IPA. Adapun hasil pengolahan
data nilai tes evaluasi tersaji pada Tabel 20:
Tabel 20
Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan
Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013
Siklus II
No Rentang nilai Frekuensi %
1 60 – 66 3 10%
2 67 – 73 6 20%
3 74 – 80 6 20%
4 81 – 87 6 20%
5 88 – 94 8 26,7%
6 ≥95 1 3,3%
Jumlah 30 100
Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran
dengan metode Numbered Heads Together, dari 30 siswa yang mengikuti evaluasi
pembelajaran diketahui pada skor nilai antara 60 – 66 frekuensinya 3 dengan
persentase 10% siswa, skor nilai antara 67 – 73 frekuensinya 6 persentase 20%,
skor nilai 74 - 80 frekuensinya ada 6 dengan persentase 20%, skor nilai antara 81 -
87 frekuensinya 6 dengan persentase 20%, skor 88 - 94 frekuensinya 8 dengan
persentase 26,7%, dan skor ≥95 frekuensinya 1 dengan persentase 3,3%.
-
73
4.3.2 Analisis Data
Dalam analisis data disajikan analisis hasil penelitian. Dalam sub bab ini
akan disajikan analisis ketuntasan hasil belajar dan keaktifan belajar siklus I.
Selain diuraikan analisis siklus I diuraikan pula analisis ketuntasan hasil belajar
dan keaktifan belajar siklus II. Lalu dilanjutkan dengan analisis deskriptif
komparatif keaktifan belajar dan analisis deskriptif komparatif hasil belajar.
4.3.2.1 Analisis Keaktifan Belajar Siklus I
Analisis keaktifan belajar siklus I tersaji pada Tabel 19 dimana digolongkan
menjadi dua kategori yaitu yang memperoleh skor ≥ 3 (kategori keaktifan tinggi)
dan yang memperoleh skor < 3 (kategori keaktifan belajar sedang dan rendah).
Hasil analisis keaktifan siswa tersaji pada Tabel 21:
Tabel 21
Analisis Keaktifan Belajar Siswa Kelas 5 Mata Pelajaran IPA SD Negeri 3
Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013 Siklus I
No Keaktifan Belajar Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
f % f % f %
1 Skor ≥ 3
(kategori keaktifan
tinggi)
17 56,7% 19 63,3% 20 66,7%
2 Skor < 3
(kategori keaktifan
sedang dan rendah)
13 43,3% 11 36,7% 10 33,3%
Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%
Rata-rata keaktifan
belajar seluruh siswa
siklus I
2,7
Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa pada pertemuan pertama siklus I,
siswa di atas kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 17 siswa
persentase 56,7% dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah
berjumlah 13 siswa dengan persentase 43,3%. Pada pertemuan kedua siswa di atas
kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 19 siswa persentase 63,3%
dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 11 siswa
dengan persentase 36,7%. Sedangkan pada pertemuan ketiga, siswa di atas
-
74
kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 20 siswa persentase 66,7%
dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 10 siswa
dengan persentase 33,3%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa keaktifan belajar siklus I belum mencapai
indikator keberhasilan yang ditentukan, dimana indikator keberhasilan yang
ditentukan adalah 70% siswa mencapai kategori keaktifan tinggi sedangkan rata-
rata perolehan skor keaktifan belajar pada siklus I menunjukan bahwa 62,2%
keaktifan tinggi. Hasil ini diperoleh dari hasil rata-rata pertemuan pertama, kedua
dan ketiga. Berikut ini diagram ketuntasan keaktifan belajar siklus I:
Gambar 2. Diagram Lingkaran Keaktifan Belajar Siklus I Kelas 5 SD Negeri 3
Nambuhan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013
Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa pada siklus I terdapat 62% siswa
yang mendapatkan skor ≥ 3 atau keaktifan tinggi, dan ada 38% siswa mendapat
skor < 3 atau keaktifan sedang dan rendah.
4.3.2.2 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan data hasil tes IPA siklus I maka dilakukan analisis dengan
membandingkan nilai dengan KKM (65). Siswa yang mendapat nilai di atas KKM
atau yang tuntas dijumlahkan begitu juga siswa yang berada di bawah KKM (65).
Analisis ketuntasan hasil belajar siswa siklus I tersaji pada Tabel 22:
Skor
-
75
Tabel 22
Analisi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5
SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013
Siklus I
Keterangan Siklus I
Jumlah siswa %
Tidak tuntas 8 26,7%
Tuntas 22 73,3%
Jumlah 30 100%
Rata-rata 73,7
Nilai tertinggi 93
Nilai terendah 53
Dari Tabel 22 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran
dengan metode Numbered Heads Together, dari 30 siswa yang mengikuti evaluasi
pembelajaran terdapat 22 siswa (73,3%) tuntas atau mampu mencapai KKM (65)
dan 8 siswa (26,7%) tidak tuntas atau masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi
yang dicapai siswa adalah 93 dan nilai terendah 53 dengan nilai rata-rata kelas
adalah 73,7. Ketuntasan hasil belajar IPA siklus I kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan
dapat dilihat pada Gambar 3:
Gambar 3. Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I Kelas
5 SD Negeri 3 Nambuhan pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2012 / 2013
73%
27%
Tuntas Tidak Tuntas
-
76
Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa setelah penerapan Numbered Heads
Together, dari 30 siswa kelas 5 terdapat 73% siswa yang tuntas belajar dan 27%
siswa tidak tuntas belajar. Adapun KKM IPA adalah 65.
4.3.2.3 Analisis Keaktifan Belajar Siklus II
Analisis keaktifan belajar siklus II tersaji pada Tabel 21 dimana digolongkan
menjadi dua kategori yaitu yang memperoleh skor ≥ 3 (kategori keaktifan tinggi)
dan yang memperoleh skor < 3 (kategori keaktifan belajar sedang dan rendah).
Hasil analisis keaktifan siswa tersaji pada Tabel 23:
Tabel 23
Analisis Keaktifan Belajar Siswa Kelas 5 Mata Pelajaran IPA SD Negeri 3
Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013 Siklus II
No Keaktifan Belajar Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
f % f % f %
1 Skor ≥ 3
(kategori keaktifan
tinggi)
21 70% 23 76,7% 24 80%
2 Skor < 3
(kategori keaktifan
sedang dan rendah)
9 30% 7 23,3% 6 20%
Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%
Rata-rata keaktifan belajar
seluruh siswa siklus II
2,9
Berdasarkan Tabel 23, diketahui bahwa pada pertemuan pertama siklus I,
siswa di atas kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 21 siswa
persentase 70% dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah
berjumlah 9 siswa dengan persentase 30%. Pada pertemuan kedua siswa di atas
kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 23 siswa persentase 76,7%
dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 7 siswa
dengan persentase 23,3%. Sedangkan pada pertemuan ketiga, siswa di atas
kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 24 siswa persentase 80% dan
di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 6 siswa dengan
persentase 20%.
-
77
Hasil tersebut menunjukkan bahwa keaktifan belajar siklus II telah mencapai
indikator keberhasilan yang ditentukan, dimana indikator keberhasilan yang
ditentukan adalah 70% siswa mencapai kategori keaktifan tinggi. Rata-rata
perolehan skor keaktifan belajar pada siklus I menunjukan bahwa 75,6% keaktifan
tinggi. Hasil ini diperoleh dari hasil rata-rata pertemuan pertama, kedua dan
ketiga. Berikut ini diagram ketuntasan keaktifan belajar siklus II:
Gambar 4. Diagram Lingkaran Keaktifan Belajar Siswa Siklus II Kelas 5 SD
Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013
Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa pada siklus II terdapat 76% siswa
yang mendapatkan skor ≥ 3 atau keaktifan tinggi, dan ada 24% siswa mendapat
skor < 3 atau keaktifan sedang dan rendah.
4.3.2.4 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II
Berdasarkan data hasil tes IPA siklus II dilakukan analisis dengan
membandingkan nilai dengan KKM (65). Siswa yang mendapat nilai di atas KKM
atau yang tuntas dijumlahkan begitu juga siswa yang berada di bawah KKM (65).
Analisis ketuntasan hasil belajar siswa siklus II tersaji pada Tabel 24:
Skor ≥ 3 76%
Skor < 3 24%
-
78
Tabel 24
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri Nambuhan 03
Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013
Siklus II
Keterangan Siklus II
Jumlah siswa %
Tidak tuntas 3 10%
Tuntas 27 90%
Jumlah 30 100%
Rata-rata 81,7
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 60
Dari Tabel 24 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran
dengan metode Numbered Heads Together, dari 30 siswa yang mengikuti evaluasi
pembelajaran terdapat 27 siswa (90%) mampu mencapai KKM (65) dan 3 siswa
(10%) masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 100
dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata kelas adalah 81,7. Ketuntasan hasil
belajar IPA siklus II Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan dapat dilihat pada Gambar
5:
Gambar 5. Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus II
Kelas 5 SD Negeri Nambuhan 03 pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2012 / 2013
Berdasarkan Gambar 5 diketahui bahwa setelah penerapan Numbered Heads
Together, dari 30 siswa kelas 5 terdapat 90% siswa yang tuntas belajar dan 10%
tidak tuntas belajar. Adapun KKM IPA di SD Negeri 3 Nambuhan adalah 65.
90%
10%
Tuntas Tidak tuntas
-
79
4.3.2.5 Analisis Deskriptif Komparatif Keaktifan Belajar
Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
keaktifan belajar pada mata pelajaran IPA di kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan
Semester 2 tahun ajaran 2012/2013. Perbandingan keaktifan siswa disajikan pada
Tabel 25:
Tabel 25
Perbandingan Keaktifan Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Kelas 5 SD Negeri Nambuhan 03 pada Semester 2
Tahun Pelajaran 2012/2013
Keaktifan Pra siklus Siklus I Siklus II
Tinggi 46,7% 62,2% 75,6%
Sedang 30% 28,9% 24,4%
Rendah 23,3% 8,9% 0%
Dari Tabel 25 yaitu perbandingan keaktifan belajar pra siklus, siklus I dan
siklus II maka dapat dilihat adanya peningkatan keaktifan belajar dalam mengikuti
pembelajaran. Keaktifan belajar pra siklus kategori tinggi 46,7%, pada siklus I
mengalami peningkatan menjadi 62,2% dan meningkat di siklus II yaitu 75,6%.
Pada keaktifan belajar kategori sedang pra siklus sebesar 30% kemudian menurun
di siklus I menjadi 28,9% dan menurun lagi di siklus II menjadi 24,4%. Keaktifan
belajar kategori rendah pra siklus sebesar 23,3% kemudian pada siklus I menurun
menjadi 8,9% dan pada siklus II sebesar 0%. Bila digambarkan perbandingan
keaktifan siswa dapat dilihat pada Gambar 6:
-
80
Gambar 6. Diagram Batang Destribusi Frekuensi Keaktifan Belajar Siswa Pada
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2
Tahun Pelajaran 2012/2013
Dari Gambar 6 dapat dijelaskan bahwa keaktifan belajar pra siklus sampai
dengan siklus II mengalami peningkatan pada kategori keaktifan tinggi. Pada saat
pra siklus persentase 46,7% mengalami peningkatan ke siklus I menjadi 62,2%
meningkat di siklus II menjadi 75,6%. Sedangkan keaktifan siswa kategori sedang
pra siklus persentase 30% menurun ke siklus II menjadi 28,9% kemudian pada
siklus II menurun lagi menjadi 24,4%. Pada keaktifan siswa kategori rendah pra
siklus adalah 23,3% kemudian pada siklus I menurun menjadi 8,9% dan menurun
lagi ke siklus II menjadi 0%.
4.3.2.6 Analisis Deskriptif Komparatif Hasil belajar
Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas 5 SD Negeri 03 Nambuhan
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester 2 tahun pelajaran
2012/2013. Perbandingan hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 26 :
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
Pra siklus Siklus 1 Siklus 2
Tinggi Sedang Rendah
-
81
Tabel 26
Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan
pada Semester 2 Tahun Ajaran 2012 / 2013
Ketuntasan
Pra siklus Siklus I Siklus II
f % f % f %
Tuntas 13 43,3 % 22 73,3 % 27 90 %
Tidak tuntas 17 56,6 % 8 26,7 % 3 10 %
Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%
Nilai tertinggi 90 93 100
Nilai terendah 40 53 60
Rata-rata 62,8 73,7 81,7
Dari Tabel 26 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari
pra siklus sampai ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang
tuntas belajar adalah 13 siswa (43,3%), pada siklus I menjadi 22 siswa (73,3%)
dan pada siklus II menjadi 27 siswa (90%). Sedangkan siswa yang belum tuntas
jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 17 siswa (56,6%) belum tuntas,
pada siklus I masih 8 siswa (26,7%) yang belum tuntas dan pada siklus II masih 3
siswa (10%). Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra siklus 90, siklus I
meningkat menjadi 93 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu 100. Nilai terendah
pra siklus 40, siklus I menjadi 53 dan siklus II nilai terendah 60. Rata-rata siswa
dari pra siklus ke siklus II juga mengalami peningkatan dari prasiklus 62,8
menjadi 73,7 ke siklus I atau naik sebesar 10,5 dan pada siklus II menjadi 81,73
atau naik sebesar 8. Selanjutnya untuk memperjelas perbandingan hasil belajar
dan ketuntasan belajar siswa dari prasiklus sampai dengan siklus II disajikan
dalam Gambar 7:
-
82
Gambar 7. Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II Kelas 5 SD Negeri Nambuhan 03 pada Semester 2 Tahun Pelajaran
2012/2013
Dari Gambar 7 dapat dijelaskan bahwa banyaknya siswa yang mencapai
ketuntasan belajar pra siklus sampai dengan siklus II mengalami peningkatan.
Pada saat pra siklus ke siklus I besarnya peningkatan adalah dari 43,3% menjadi
73,3%, dari siklus I ke siklus II adalah dari 73,3% menjadi 90%. Sedangkan siswa
yang tidak tuntas jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus 56,6% belum tuntas,
pada siklus I menurun menjadi 26,7% yang belum tuntas dan pada siklus II
menurun lagi menjadi 10%.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa
kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan pada mata pelajaran IPA, maka dapat diketahui
adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan
metode Numbered Heads Together. Setelah dilakukan tindakan terkait penerapan
metode Numbered Heads Together keaktifan belajar terlihat ada peningkatan.
Pada pra siklus sampai dengan siklus II keaktifan belajar mengalami peningkatan
dilihat dari persentase keaktifan siswa kategori tinggi. Pada pra siklus keaktifan
siswa kategori tinggi mencapai 46,7% siswa kategori keaktifan sedang persentase
30% dan siswa dengan keaktifan rendah persentase 23,3%. Keaktifan siswa
13
22
27
17
8
3
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
100,00%
Pra siklus Siklus 1 Siklus 2
Tuntas Tidak tuntas
-
83
kategori tinggi pra siklus adalah 46,7% kemudian mengalami peningkatan ke
siklus I menjadi 62,2%. Pada keaktifan siswa kategori sedang pra siklus sebesar
30% kemudian menurun di siklus I menjadi 28,9%. Keaktifan siswa kategori
rendah pra siklus sebesar 23,3% kemudian pada siklus I menurun menjadi 8,9%.
Pada siklus I keaktifan siswa kategori tinggi adalah 62,2% lebih rendah dari
indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 70% siswa kategori keaktifan tinggi.
Jadi pada siklus I keaktifan belajar belum mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajaran siklus I hal ini dapat
disebabkan karena kurangnya penguatan guru sehingga siswa masih malu-malu
atau kurang percaya diri ketika mengungkapkan gagasan/soal masalah yang
sedang diskusikan. Kurangnya respon dari siswa, terlihat pada saat pembelajaran
guru belum sepenuhnya memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi jawaban yang disampaikan, pada saat berdiskusi siswa masih ada
yang mendominasi dalam kelompok.
Pembelajaran siklus I belum mencapai indikator keberhasilan sehingga
diberikan tindakan pada siklus II yang menunjukkan hasil peningkatan keaktifan
belajar kategori tinggi dari siklus I sebesar 62,2% meningkat 13,4% ke siklus II
menjadi 75,6% Pada keaktifan siswa kategori sedang siklus I sebesar 28,9%
menurun di siklus II menjadi 24,4%. Keaktifan siswa kategori rendah pada siklus
I sebesar 8,9% menurun pada siklus II menjadi 0%. Pada siklus II keaktifan siswa
kategori tinggi adalah 75,6% lebih tinggi dari indikator keberhasilan yang
ditentukan yaitu 70% siswa kategori keaktifan tinggi. Jadi pada siklus II keaktifan
belajar telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yang berarti
melalui penerapan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan
keaktifan belajar.
Berdasarkan analisis data hasil belajar terhadap siswa kelas 5 SD Negeri 3
Nambuhan pada mata pelajaran IPA, dapat diketahui juga adanya peningkatan
hasil belajar siswa dengan menggunakan Numbered Heads Together. Peningkatan
hasil belajar siswa dilihat dari hasil nilai siklus I dan siklus II. Pada pra siklus
diketahui siswa yang mendapat nilai di atas Kategori Ketuntasan Minimal (KKM
65) atau dikatakan tuntas adalah 13 siswa (43,3%) kemudian meningkat pada
-
84
siklus I sebesar 9 siswa (30%) sehingga menjadi 22 siswa (73,3%). Pada pra
siklus diketahui siswa yang mendapat nilai di bawah Kategori Ketuntasan
Minimal (KKM 65) atau dikatakan tidak tuntas adalah 17 siswa (56,6%)
kemudian menurun pada siklus I sebesar 9 sehingga menjadi 8 siswa (26,7%).
Pada siklus I siswa tuntas belajar adalah 22 siswa (73,3%) lebih rendah dari
indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Jadi pada
siklus I hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajaran siklus I hal ini dapat
disebabkan karena guru belum mengelola waktu pembelajaran dengan baik
terutama pada kegiatan diskusi kelompok. Pada siklus I saat diskusi kelompok,
kerjasama dalam kelompok kurang terjalin dengan baik karena masih terdapat
anggota kelompok yang pasif dan ada pula anak yang cenderung bekerja sendiri.
Pembelajaran siklus I belum mencapai indikator keberhasilan sehingga
diberikan tindakan pada siklus II yang menunjukkan peningkatan hasil belajar
pada siklus I siswa yang mendapat nilai di atas Kategori Ketuntasan Minimal
(KKM 65) atau dikatakan tuntas adalah 22 siswa (73,3%) kemudian meningkat
pada siklus II sebesar 5 siswa (16,7%) sehingga menjadi 27 siswa (90%). Pada
siklus I diketahui siswa yang mendapat nilai di bawah Kategori Ketuntasan
Minimal (KKM 65) atau dikatakan tidak tuntas adalah 8 siswa (26,7%) kemudian
menurun pada siklus II sebesar 9 siswa sehingga menjadi 3 siswa (10%). Pada
siklus II siswa tuntas belajar adalah 27 siswa (90%) lebih tinggi dari indikator
keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Jadi pada siklus II
hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yang
berarti melalui penerapan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Tetapi hasil pada siklus II menunjukkan masih terdapat 3
siswa yang tidak tuntas, yaitu Arofah Yuni Ferbriyanti, Fajar Setyawan, dan Lisa
Anggraini. Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan
ketika pembelajaran maka dapat diketahui bahwa ketiga siswa tersebut dalam
pembelajaran sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam
menyerap materi dibandingkan dengan teman-temannya, Fajar Setyawan dan Lisa
-
85
adalah siswa yang pendiam dan pasif di kelas 5 sedangkan Arofah adalah siswa
yang belum lancar dalam membaca.
Pada siklus II keaktifan belajar telah mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan, artinya melalui penerapan metode Numbered Heads Together dapat
meningkatkan keaktifan belajar dengan dicapainya 75,56% keaktifan siswa
kategori tinggi. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Isjoni
(2012:16) bahwa dalam proses pembelajaran Numbered Heads Together, siswa
terlibat aktif pada proses pembelajaran. Sharan (2012:215) juga menyatakan
bahwa individu saling berbagi dalam kelompok, ketika siswa sudah merasa jelas
bahwa mereka memiliki tanggung jawab dengan adanya pemanggilan nomor
secara acak dalam kelompok, hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa mereka
akan bersedia mendengarkan dan berpartisipasi sehingga siswa mau tidak mau
harus aktif dalam kelompok. Menurut Zuhdi (2010:65) Numbered Heads Together
memiliki kelebihan diantaranya adalah siswa menjadi siap semua dan siswa dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Kelebihan tersebut terealisasi dari
antusiame siswa yang besar saat siswa diminta berfikir bersama, menjawab hasil
diskusi setelah guru menyebutkan salah satu nomor secara acak dan respon siswa
dalam menanggapi jawaban temannya. Selain itu keaktifan siswa tampak pada
saat siswa saling berinteraksi dengan guru ataupun dengan siswa lainnya dalam
kegiatan diskusi sebagai upaya agar mereka menjadi siap semua untuk menjawab
pertanyaan. Karena kelebihan tersebut terealisasikan dalam kegiatan pembelajaran
maka keaktifan siswa meningkat dan ketuntasan keaktifan siswa tercapai.
Hasil keaktifan belajar kategori tinggi 75,6% yang dicapai pada siklus II
tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti (2012),
yang menyatakan bahwa dalam penelitian yang dilakukan terjadi peningkatan
keaktifan belajar siswa kelas 4 SD Kepohkencono 01. Hasil penelitian Yuni
Winarti menunjukkan bahwa keaktifan belajar pada siklus I hanya mencapai 79%
belum mencapai indikator keberhasilan ≥80%. Namun pada siklus II sudah
mencapai indikator keberhasilan yaitu 91%. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti mencapai hasil yang
berbeda yaitu dalam penelitian ini keaktifan belajar kategori tinggi mencapai
-
86
75,6% sedangkan pada Yuni Winarti adalah 91%. Perbedaan tersebut dapat
disebabkan karena setiap SD mempunyai karakteristik siswa yang berbeda-beda
sehingga hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
olehYuni Winarti, tetapi pada dasarnya hasil penelitian yang diperoleh adalah
sama yaitu dengan penerapan Numbered Heads Together dapat meningkatkan
keaktifan belajar.
Pada siklus II hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan dengan tercapainya 27 siswa tuntas (90%), artinya melalui penerapan
metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Arends (2008:6) bahwa
pembelajaran kooperatif mendukung perkembangan intelegensi interpersonal,
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Ibrahim (2000:28) juga mengemukakan tujuan yang hendak dicapai dalam
Numberd Heads Together salah satunya adalah hasil belajar akademik stuktural.
Menurut Zuhdi (2010:65) Numbered Heads Together memiliki kelebihan lain
yaitu siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai dan siswa
dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Kelebihan tersebut terealisasi
dari siswa yang berinteraksi dengan guru ataupun dengan siswa lainnya dalam
kegiatan diskusi, pada saat pelaksanaan tindakan semakin terlihat siswa saling
mengajari satu sama lain karena setiap siswa merasa harus siap menguasai materi
dengan adanya pemanggilan nomor secara acak. Apabila ada anggota yang
mengalami kesulitan, siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai
sehingga setiap siswa dapat lebih memahami materi. Kelebihan tersebut
terealisasikan dalam kegiatan pembelajaran yang menyebabkan siswa dapat lebih
memahami materi sehingga hasil belajar siswa meningkat dan ketuntasan belajar
siswa tercapai.
Hasil belajar siklus II siswa yang tuntas adalah 27 siswa (90%), hal tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rima Chandra (2011) yang
menyatakan bahwa penerapan pembelajaran Numbered Heads Together dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan kelas 4 SDN
Tegalrejo 05 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran
-
87
2010/2011. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rima Chandra diperoleh hasil
bahwa ada peningkatan ketuntasan belajar, yakni dari 65,6% sebelum siklus,
meningkat menjadi 71,8 % pada siklus I dan 100% pada siklus II. Hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rima
Chandra mencapai hasil yang berbeda yaitu dalam penelitian ini siswa yang tuntas
adalah 100% sedangkan dalam penelitian ini siswa yang tuntas mencapai 90%.
Hal tersebut dapat disebabkan karena setiap SD mempunyai karakteristik siswa
yang berbeda-beda sehingga hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Rima Chandra, tetapi pada dasarnya hasil penelitian yang
diperoleh sama yaitu dengan penerapan Numbered Heads Together dapat
meningkatkan hasil belajar IPA.