bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data-data yang terkumpul sebagai hasil dari
angket dan wawancara ini kemudian dilakukan analisa
guna mencapai tujuan penelitian dan akan dijelaskan
sesuai dengan dasar teori yang ada dan relevan
sehingga pertanyaan penelitian bisa terjawab dengan
tuntas. Dalam analisa ini diperlukan interprestasi dari
peneliti dalam memahami hasil perolehan data
sehingga terjadi frame yang sama dari tujuan penelitian
sampai kesimpulan.
Dalam pembahasan ini diuraikan dalam dua sub
bab yaitu sub bab yang mendiskripsikan responden
dan elemen kajian kualitas pendidikan sebagimana
paparan teori yang ada.
4.1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan cerminan
dari subyek yang diteliti sehingga dengan karakteristik
ini responden menjadi lebih dikenali secara utuh.
Selain itu juga akan sangat membantu dalam
menganalisa data yang diperoaleh.
Responden penelitian ini merupakan para tenaga
pendidik di TK se-Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang, baik para penilik sekolah sampai tenaga
guru yang telah diperoleh melalui servey dan angket
yang diberikan kepada para responden hasil perolehan
40
tersebut disajikan dalam tabel 4.1, sebagaimana
disajikan berikut.
Dalam tabel ini responden digambarkan dalam
klasifikasi menurut umur, tingkat pendidikan dan
sertifikat pendidik. Pengklasifikasian umur
menggunakan interval 10 yang dimulai pada umur 21
tahun, sedangkan pengklasifikasian tingkat
pendidikan dimulai dari tingkat pendidikan SMP
sampai S-2.
Tabel 4. 1 Karakteristik Responden
Keterangan Guru Kepala Pengawas Total
N % N % N % N %
Kelompok Umur
1. 21-30 Tahun
2. 31-40 Tahun
3. 41-50 Tahun
4. 51-60 Tahun
16
25
24
6
23%
35%
34%
8%
-
6
10
2
-
33%
56%
11%
-
-
3
1
-
-
75%
25%
16
31
37
9
17,2%
33,3%
39,8%
9,7%
Pendidikan
SMP
SMA
Diploma
S1
S2
1
37
29
4
-
1,4%
52,1%
40,9%
5,6%
-
-
1
2
14
1
-
5,5%
11%
78%
5,5%
-
-
-
2
2
-
-
-
50%
50%
1
38
31
20
3
1,1%
40,9%
33.3%
21,5%
3,2%
Sertifikat Pendidik
Belum memiliki
Sudah memiliki
70
1
98,5%
1,5%
16
2
89%
11%
-
4
0
100%
86
7
92.5%
7,5%
Sumber: Data Primer diolah, 2011
41
4.1.1. Umur Tenaga Pendidik
Dari kelompok umur ini, responden kelompok
umur 41 – 50 th memiliki jumlah 37 orang (dari N
Total), terbanyak dalam semua kelompok umur.
Sedangkan memasuki kelompok umur senja responden
hanya berjumlah 9 orang, sehingga sebagian besar
responden adalah para generasi muda yang memiliki
daya kreasi dan masih energik. Dari semua kelompok
umur, responden dengan jumlah terbesar adalah
responden dengan jabatan guru sebesar 25 orang
berada pada kelompok umur 2.
Gambaran mengenai Kepala TK di Kecamatan
Bergas, dalam tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah
Kepala TK di Kecamatan Bergas adalah 18 orang.
Kelompok umur 31 -40 th berjumlah 6 orang atau 33
persen dan 10 orang (56%) berada pada berusia 41-50
tahun dan 2 orang berusia 51-60 tahun.
Selanjutnya untuk jumlah guru TK di Kecamatan
Bergas sebanyak 71 orang, dengan 16 orang (23%)
berusia antara 21-30 tahun, 25 orang berusia antara
31-40 tahun, dan 24 orang atau 34% berusia 41-50
tahun dan 6 orang berusia 51-60 tahun. Dengan
gambaran ini guru memiliki kelompok umur yang lebih
muda dari kepala sekolah.
4.1.2. Tingkat Pendidikan Responden
Dari segi tingkat pendidikan, responden yang
berpendidikan SMA memiliki prosentase terbesar yaitu
40,9% (N Total), prosentase terbesar ini di sumbang
42
dari jumlah guru yang berpendidikan SMA berjumlah
(N Guru) 37 orang atau 52,1 % dari keseluruhan guru.
Disusul kemudian guru yang berpendidikan Diploma
yaitu 40,9 persen.
Selanjutnya tingkat pendidikan responden
sebagaimana ditampilkan dalam tabel 4.1
memperlihatkan bahwa 42% guru adalah
berpendidikan diploma kebawah (SMA dan SMP), guru
TK yang berpendidikan SMP hanya 1 orang atau 1,4%
(N Guru). Data ini menggambarkan bahwa dari tingkat
pendidikan ternyata responden memiliki tingkat
pendidikan yang memadai untuk mengelola lembaga
pendidikan setingkat TK mengingat prosentase guru
46,5% berpendidikan diatas SMA yang terdiri dari
40,9% yang berpendidikan SMA (SPG) sebanyak 4
orang atau 5,6%, berpendidikan S-1 (dari N Guru).
Untuk tingkat pendidikan para responden yang
memegang jabatan Kepala sekolah memiliki prosentase
yang besar yaitu 78% berada pada tingkat pendidikan
S-1 (N Kepala).Dengan prosentase yang terbesar ini
memungkinkan dilakukannya peningkatan Standar
Kualitas Pendidikan diwilayah penelitian. Namun
jumlah ini jika dilihat dari N Total yang berpendidikan
S-1 berjumlah 20 orang (21,5%)
Sedangkan untuk pengawas semua
berpendidikan diatas S-1 bahkan 50% diantaranya
berpendidikan S-2.Dengan adanya potensi pengawas
yang telah mencapai tingkat pendidikan sangat
memadai memberikan peluang yang besar terhadap
43
terjadinya pencapain peningkatan Standar Kualitas
Pendidikan diKecamatan Bergas ini.
4.1. Profesionalisme Pendidik
Profesionalisme pendidik merupakan syarat
standar pendidik dan tenaga kependidikan,
sebagaimana dijabarkan dalam Permendiknas No. 16
Tahun 2007 kriteria pendidikan pra-jabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan
dalam jabatan. Standar pendidik dan tenaga
kependidikan diuraikan dengan beberapa bagian
standar, yakni standar kualifikasi akademik dan
kualifikasi guru.Sedangkan untuk pengawas sekolah
mengacu pada Permendiknas No. 12 Tahun 2007,
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah dan
dijabarkan lebih lanjut dalam Permendiknas No. 13
Tahun 2007.
Dari data yang diperoleh di lapangan jumlah
tenaga pendidik mulai dari guru, kepala sekolah dan
pengawas yang sudah bersertifikat atau mempunyai
sertifikat pendidik hanya 7 orang dengan rincian 1
orang guru, 2 orang kepala sekolah dan semua sample
dari pengawas. Dengan kondisi ini secara prosentase
masih jauh dari cukup.
Dengan kemampuan potensi yang demikian
menjadi tugas berat bagi para penilik untuk dapat
mendongkrak semua komponen tenaga pendidik,
sehingga guru yang hanya 1,5% yang bersertifikat dan
11% untuk kepala sekolah yang bersertifikat harus
44
mampu mengimbangi dan memiliki kemauan untuk
maju bersama. Kecilnya prosentase Guru yang
berpendidikan S-1 ini dalam meningkatkan kualitas
pendidikan tidak mengurangi kemungkinan bisa
dilakukan peningkatan kualitas pendidikan karena
masih ada potensi dari para kepala sekolah.
4.2. Standar KualitasPeningkatan
Pendidikan
Dalam menguraikan permasalahan standar
kualitas ini akan dibahan dalam sub bab standar
kualitas, Kendala dalam meningkatkan kualitas
pendidikan dan peningktan kualitas pendidian taman
kanak-kanan.
4.2.1. Standar Kualitas
Dalam melakukan analisa terhadap data yang
diperoleh dan berdasarkan pada pengelompokkan data
maka data akan dibahas ke dalam empat sub-bab yaitu
sub-bab yang membahas aspek guru, sub-bab yang
membahas kurikulum, sub-bab aspek admosfer
akademik, dan sub-bab sumber keilmuan. Dengan
pembahasan tersebut diharapkan dapat mempertajam
pemahaman terhadap kajian standar kualitas
pendidikan diwilayah kecamatan Bergas.
A. Aspek Guru
Pendidikan adalah sebuah “proses”, bermutu
atau tidaknya output pendidikan perlu memperhatikan
45
berbagai input, termasuk kemampuan guru
(Suryasubroto, 2004). Di daerah penelitian ini tenaga
guru yang ada lebih banyak bersifat sukarela, dan
benar-benar mengabdi untuk pendidikan disisi lain
mutu pendidikan amat ditentukan oleh kualitas dan
komitmen seorang guru.
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa
responden dalam penelitian pendidikan di TK/SD se-
Kecamatan Bergas yang menjadi sampel terbesar dalam
analisa ini adalah komponen guru (71 sampel),
selanjutnya Kepala TK (18 sampel) dan Pengawas (4
sampel). Pada responden pengawas TK/SD di
Kecamatan Bergas 3 orang (75%) diantarany berusia
antara 41-50 tahun dan 1 orang berusia 51-60 tahun.
Dari segi pendidikan jumlah pengawas TK/SD yang
berpendidikan S1 sebanyak 2 orang dan berpendidikan
S2 sebanyak 2 orang. Keseluruh pengawas TK/SD
semuanya sudah memperoleh sertifikat pendidik.
Jika dilihat pada masing-masing indikator
pertanyaan pada aspek guru,responden menjawab
cukup setuju atas kemampuan mengajar guru TK
sudah baik dengan rata-rata jawaban 3.75 yang
mengandung arti responden menyatakan setuju, kedua
pilihan jawaban ini mempunyai penyimpangan baku
(Sd) yang besar 0,50 (tabel 4.2) simpangan baku ini
mencerminkan adanya jawaban yang bervariasi antara
setuju.
Selanjutnya responden yang menyatakan setuju
atas rasio guru dan siswa sudah sesuai, rerata jawaban
46
berada pada jawaban sangat setuju, hal ini
digambarkan dari rerata jawaban guru 4,5 dengan
simpangan baku 0,57, rerata jawaban kepala sekolah
4.11 dengan simpangan baku 0,76 dan rerata jawaban
penilik 3,49 dengan simpangan 0,73. Dengan rerata
jawaban yang berada diatas nilai 4 ini mengandung arti
hampir semua responden setuju dengan tanggapan
tentang rasio guru dan siswa TK di Kecamatan Bergas
sudah sesuai. Atau pengertian ini juga memberi
gambaran bahwa semua responden sudah sepaham
dengan maksud dari pertanyaan ini.
Tabel 4. 2 Aspek Guru : Kemampuan, Rasio dan Kualitas
Aspek Guru Guru Kepala TK Pengawas
TL/SD
A Rata-
rata Sd
Rata-
rata Sd
Rata-
rata Sd
1. Tanggapan tentang
kemampuan mengajar
guru TK di Kecamatan Bergas sudah baik
2. Tanggapan tentang rasio
guru dan siswa TK di
Kecamatan Bergas sudah
sesuai
3. Tanggapan terhadap guru TK di Kecamatan
Bergas memiliki
kesempatan untuk
meningkatkan
pendidikan
3.75
4.50
4.75
0.50
0.57
0.50
3.61
4.11
4.33
0.77
0.76
0.73
0.00
3.49
4.00
0.00
0.73
0.76
Rata-rata 4,5 4.15 4.33
Total 4,33
Sumber: Data Primer diolah, 2011
47
Responden yang memberi tanggapan tentang
guru memiliki kesempatan meningkatkan pendidikan,
rerata jawaban dari responden yang berstatus guru
mempunyai nilai 4,75, responden yang mempunyai
jabatan kepala sekolah 4,33 dan penilik mempunyai
nilai 4. Semua jawaban dari semua kelompok
responden yang berada pada posisi 4 ini bisa dimaknai
bahwa semua responden sudah sepham dengan
maksud pertanyaan “tanggapan terhadap guru TK di
Kecamatan Bergas memiliki kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan.
Peranan pengawas dalam meningkatkan standar
kualitas pendidikan diTK wilayah Kecamatan Bergas
dapat diketahui dari hasil kuesioner yang terangkup
dalam tabel 4.2 sampai dengan tabel 4.5. Dalam tabel
4.2 menunjukkan kemampuan mengajar guru TK
sudah baik, atas pertanyaan ini rerata untuk hasil
pengawas memberikan nilai 3,75 dengan Sd 0,5 artinya
antara setuju dengan dan sangat setuju bahwa
pengajar guru TJ di Kecamatan Bergas sudah baik
dalam posisi berimbang. Pengukuran ini tidak
menyertakan guru sebagai sampel karena guru
merupakan komponen yang diukur (dinilai). Disisi lain
hasil yang yang diperoleh dari Kepala Sekolah lebih
kuat menyatakan setuju hal ini terlihat dari Sd 0.77
dalam tabel 4.2 tentang Aspek Guru.
Sedangkan pada elemen pertanyaan berikutnya
responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju
atas rasio guru dan siswa sudah sesuai dari guru dan
48
kepala sekolah masing-masing memberikan hasil SD
0,76 dan 0,73, tetapi hasil ini menurut Penilik dengan
nilai 0,57 memberikan pengertian bahwa rasio guru
dan siswa sudah sesuai penilik menyatakan sangat
setuju tetapi bagi penilik lainnya setuju.
Selanjutnya untuk kesempatan meningkatkan
pendidikan responden menyatakan guru TK di
Kecamatan Bergas memiliki kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan untuk guru dan kepala
sekolah memberikan apresiasi yang hampir sama tetapi
penilik sekolah tidak demikian. Hasil ini hampir sama
dengan rasio guru dan siswa.Dari keseseluruhan
pengukuran tentang aspek guru semua responden
memberikan rerata sebesar 4,33 yang berarti setuju
(sebatas setuju saja).
B. Aspek Kurikulum
Aspek kurikulum, semua responden menyatakan
bahwa kurikulum yang dilaksanakan di TK sudah
memuat model pembelajaran untuk anak usia dini,
sehingga sudah tepat. Selain itu dalam kurikulum yang
diwujudkan dalam Satuan Kegiatan Harian (SKH)
maupun Satuan Kegiatan Mingguan (SKM) sudah
memuat cara penilaian terhadap aktivitas siswa.
Dalam melakukan pengukuran aspek kurikulum
ini yang menjadi obyek pengukuran adalah Para
Pengawas. Dari hasil perolehan analisa data, diperoleh
pengertian yang sama dari seluruh pengawas yang
ditandai dengan hasil nilai rata-rata 5 (sangat setuju)
49
tanpa adanya simpangan baku. Tidak adanya
simpangan dikarenakan sampel homogen dari jabatan,
pendidikan dan kecilnya sampel pengawas sehingga
memungkinkannya keluar nilai mutlak tidak ada
simpangan baku. Jadi dalam hal kurikulum semua
pengawas memiliki pengertian, pemahaman, dan
persepsi yang persis sama dengan maksud peneliti.
Untuk lebih jelasnya seperti yang ditampilkan dalam
tabel 4.3 berikut.
Tabel 4. 3 Aspek Kurikulum : Pelaksanaan, Muatan dan
Penilaian
Aspek Kurikulum Guru Kepala TK Pengawas
TL/SD
B Rata-
rata Sd
Rata-
rata Sd
Rata-
rata Sd
1 Tanggapan terhadap
kurikulum dilaksanakan sudah sesuai dengan materi
2 Tanggapan tentang
kurikulum yang
dilaksanakan memuat cara
pembelajaran yang tepat
3 Tanggapan tentang kurikulum sudah memuat
cara penilaian
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5.00
5.00
5.00
0
0
0
Rata-rata 0 0 5
Total 1.67
Sumber: Data Primer diolah, 2011
C. Aspek Atmosfer Akademik
Dalam hal atmosfer akademik, menunjukkan
bahwa dalam kegiatan pembelajaran, guru sudah
berusaha menumbuhkan sikap ilmiah, meskipun
masih sangat sederhana, yaitu terlihat dari jawaban
50
responden yang menyatakan setuju sebanyak 4 orang
dan cukup setuju sebanyak 14 orang dengan rerata
3,65 dan simpangan baku 0,76, nilai ini lebih
menguatkan bahwa sikap ilmiah di kalangan guru
biasa saja dan terbukti dengan simpangan baku yang
nilainya besar.
Namun bagi kepala sekolah tidak demikian,
kepala sekolah menganggap sangat setuju dengan sikap
ilmiah ini yaitu dengan Sd yang kecil yang berarti
hampir sama persepsi atas sikap ilmiah ini dan rerata
juga mendekati nilai 4 (3,83). Sedangkan untuk
pengawas menilai berbeda yaitu dengan ditunjukkan
nilai Sd 0,57 dengan rerata 3,50 yang berarti biasa saja
dalam menilai sikap ilmiah para guru.
Selanjutnya pada sikap kreatif semua responden
menyatakan sangat setuju dengan ditunjukkan rerata
4,21 guru sendiri sebagai bagian yang dinilai
memberikan nilai rerata 3,90 dan tertinggi kepala
sekolah denga nilai 4,50.
Dari keseluruhan nilai dari aspek atmosfer
akademik ini rerata cukup tinggi yaitu 3,94 hanya
kurang 0,06 untuk mencapai sempurna 4 (empat) hal
ini mengandung arti bahwa semua responden dalam
memberikan apresiasi akademik baik secara ilmiah
maupun sikap kreatif dikategorikan sangat setuju
51
Tabel 4. 4 Aspek Atmosfer Akademik : Sikap Ilmiah dan Kreatif
Aspek Atmosfer Akademik Guru Kepala TK Pengawas
TL/SD
C Rata-
rata Sd
Rata-
rata Sd
Rata-
rata Sd
1. Tanggapan tentang
guru menumbuhkan
sikap ilmiah
2. Tanggapan guru
memiliki sikap kreatif
dalam pembelajaran
3.65
3.90
0.76
0.81
3.83
4.50
0.38
0.61
3.50
4.25
0.57
0.50
Rata-rata 3.78 4.17 3.88
Total 3.94
Sumber: Data Primer diolah, 2011
D. Aspek Sumber Keilmuan
Dalam hal aspek sumber keilmuan tanggapan
responden menunjukkan bahwa sarana prasarana di
TK Kecamatan Bergas memang sudah ada, namun
belum mendukung kegiatan belajar mengajar baik
afektif, fisik maupun psikomotorik. Semua responden
menyatakan bahwa dalam pengadaan sarana prasarana
memang masih terkendala pembiayaan, terlihat dari
jawaban responden yang menyatakan sangat setuju
tanpa ada simpangan baku (Sd) (lihat tabel 4.5).
Demikian halnya responden juga menyatakan
bahwa sumber pendanaan pendidikan memang berasal
dari iuran orangtua untuk TK/RA swasta, sedangkan
TK Negeri berasal dari pemerintah daerah, atas
pertanyaan ini rerata jawaban sangat setuju dengan
simpangan baku bagi penilik 0.5, kepala sekolah 0.43
dan guru 0,65.
52
Dalam hal sumber keilmuan menunjukkan
bahwa sarana prasarana di TK Kecamatan Bergas
memang sudah ada, namun belum mendukung
kegiatan belajar yang terlihat dari jawaban responden
yang menyatakan setuju rerata guru 4,37, rerata kepala
sekolah 4,56 dan rerata pengawas 4,75.
Tabel 4. 5 Aspek Sumber Keilmuan
Aspek Sumber Keilmuan Guru Kepala TK Pengawas
TL/SD
D Rata-
rata Sd
Rata-
rata Sd
Rata-
rata Sd
1. Tanggapan tentang sarana prasarana belum
mendukung KBM
2. Tanggapan tentang
pengadaan sarana
prasarana masih
terkendala pembiayaan 3. Tanggapan tentang sumber
dana pendidikan dari
orangtua
3.93
4.37
4.55
0.66
0.68
0.65
4.17
4.56
4.83
0,62
0.70
0.43
4.25
5.00
4.75
0.50
0.00
0,50
Rata-rata 4.28 4.52 4.66
Total 4.49
Sumber: Data Primer diolah, 2011
4.2.2. Kendala dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan
Berdasarkan jawaban responden yang didukung
dengan beberapa hasil wawancara dapat diuraikan
beberapa masalah dalam peningkatan standar kualitas
pendidikan diTK Kecamatan Bergas sebagai berikut:
1) Masalah kualifikasi pendidikan yang harus
terpenuhi di era globalisasi ini adalah salah satunya
penyesuaian akademik, saat ini masih banyak guru
53
yang merupakan sumber daya manusia yang
memiliki kualifikasi ijasah di bawah stándar yang
telah dibakukan oleh pemerintah, yang
kualifikasinya belum Strata I atau D IV. Maka dari
itu guru yang merupakan sumber daya manusia
perlu menyetarakan ijasah kulifikasi akademiknya.
Maka mereka yang belum SI atau D.IV harus
menempuh penyetaraan atau mereka harus sekolah
lagi. Akhirnya mereka harus mengikuti penyetaraan
untuk sekolah lagi.
2) Masalah yang berkaitan dengan menejemen dalam
bidang pendidikan, berkaitan dengan menejemen
yang berkitan dengan kelembagaan diantaranya
adalah menejemen yang berkaitan dengan
pembinaan organisasi. Satu diantaranya adalah
pemahaman tentang menajemen gugus yang ada di
lembaga TK/RA.
3) Rendahnya pemahaman yang berkaitan dengan
kontribusi yang mendukung keberhasilan lembaga
pendidikan. Maka sekarang ini seorang guru
haruslah banyak belajar untuk memahami
manajemen yang berkitan dengan kelembagaan
pendidikan, dengan banyak mengikuti latihan dan
pendidikan.
4) Kurangnya penyegaran dan pemahamn tentang
sesuatu yang berkaitan dengan peningkatan mutu
lembaga pendidikan, maka lembaga – lembaga yang
ada harus banyak mengadakan workshop dan
penyegaran – penyegaran pemahaman menejemen
54
pendidikan yag marak dilakukan oleh banyak
kalangan, maka guru sebagai sumber daya manusia
yang handal dan proaktif maka harus berani utnuk
senantiasa mengikuti perkembangan yang ada,
sehingga akan memudahkan mengadapi
perkemnagan dengan kesiapan mental dan disiplin
ilmu yang semakin meningkat.
4.2.3. Standar Kualitas Pendidikan Taman Kanak-
Kanak
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah
yang ada dalam kelembagaan dalam rangka
meningkatan mutu pendidikan di TK adalah beberapa
hal sebagai berikut:
1) Program Peningkatan Mutu dan Relevansi
Pendidikan.
Beberapa program yang berkaitan dengan
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan TK yang
dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten
Semarang, Bidang PNFI, antara lain:
a. Peningkatan profesionalisme guru TK melalui
kegiatan pelatihan/penataran sistem pembinaan
profesinal (SPP) baik di tingkat pusat maupun
daerah;
Hal ini akan tercantum pada pasal 8 UU Guru
dan Dosen yang menjelaskan tentang Sertifikat
Profesi Pendidik.
Pasal 8 menyebutkan: ”Guru wajib memiliki
55
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional”. Sedang semangat dari
pasal ini adalah untuk meningkatkan kompetensi
pendidik itu sendiri, serta berusaha lebih
menghargai profesi pendidik. Dengan sertifikasi
diharapkan lebih menghargai profesi guru, dan
meningkatkan mutu guru di Indonesia. Hal ini
dilakukan sebagai langkah menjadikan guru
sebagai tenaga profesional.
b. Pengangkatan guru PNS oleh Dinas Pendidikan
setempat yang dilaksanakan berdasarkan USB
TK Negeri Pembina/ Percontohan tingkat
Kabupaten/Kota dengan kualifikasi pendidikan
SPGTK, PGTK dan DII-PGTK;
c. Peningkatan kinerja pengawas TK/SD melalui
kegiatan pelatihan khusus bagi pengawas TK/SD;
Penerapan paradigma baru dunia pendidikan
yakni: schooling ke learning, instructive ke
fasilitatif, knowledge ke competency based
(manajemen berbasis sekolah), centralization ke
decentralization, dan government role ke
community role (masyarakat madani); Sampai saat
ini cukup banyak penyelenggara pendidikan
(yayasan-yayasan) yang tidak jelas
keberadaannya, seperti RA yang berada di bawah
yayasan Ya Islami, yang kurang perhatian. Dalam
pelaksanaanya banyak lembaga pendidikan yang
56
belum memenuhi standar mutu pelayanan
pendidikan danstandar mutu pendidikan yang
diharapkan. Hal ini disebabkan yayasan-yayasan
tersebut terkesan memaksakan diri untuk
mendirikan lembaga pendidikan, sehingga
banyak lembaga pendidikan yang tidak layak,
karena sarana dan prasarana pendidikan yang
jauh dari memadai, guru yang tidak kompeten,
organisasi yang tidak dikelola dengan baik.
d. Menyusun materi kegiatan dalam PKB TK sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik dan
kondisi lingkungannya;
e. Menyelenggarakan TK dengan memperhatian
prinsip-prinsip PKB TK, bermain, lingkungan
anak;
f. Peningkatan Mutu TK Pembina sebagai Gugus TK
Rujukan;
g. Lomba kreativitas bagi guru/kepala TK;
h. Lomba Gugus TK;
i. Lomba Kinerja TK;
j. Memberikan dana bantuan langsung (block grant)
kepada TK untuk peningkatan mutu.
2) Program Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas
Pendidikan TK
Beberapa program yang berkaitan dengan
peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan TK
antara lain:
a. Menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
penyelenggaraan pendidikan TK;
57
b. Melaksanakan pembinaan Sistem Pembinaan
Professional (SPP) melalui gugus TK;
c. Menerapkan manajeman berbasis sekolah;
d. Meningkatkan kerjasama tiga komponen
pendidikan TK yaitu pemerintah, GOPTKI dan
IGTKI – PGRI;
e. Penyuluhan dan penyebaran informasi melalui
media elektronik dan media cetak untuk
menyadarkan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
TK;
f. Membentuk dan memfungsikan Dewan/Komite
Sekolah untuk TK;
g. Memberikan dana bantuan langsung (block
grant) kepada TK Pembina.
3) Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam
Penyelenggaraan TK
Dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) sejak dini, pemerintah perlu
mengajak masyarakat lebih berperan aktif dalam
penyelenggaraan pendidikan TK. Dalam rangka
meningkatkan peran serta masyarakat terhadap
penyelenggaraan TK ditempuh strategi sebagai
berikut:
a. Pemanfaatan lembaga yang ada dengan
memperluas kesempatan kepada lembaga-
lembaga di masyarakat untuk mendirikan TK
seperti LKMD;
58
b. Mempermudah jalur birokrasi dengan
menyederhanakan proses izin, penyebaran
informasi tentang TK;
c. Menjalin kemitraan dengan dunia usaha, LPTK,
organisasi keagamaan, organisasi di bawah
GOPTKI serta dengan DPRD;
d. Dalam penyelenggaraan TK di pedesaan yang
harus disadari adalah pendidikan TK untuk
anak usia 4-6 tahun sangat perlu dan adanya
motivasi yang kuat serta kerjasama masyarakat
untuk menyelenggarakan TK di pedesaan;
4) Berdasarkan penelitian mengenai standar kualitas
pendidikan diTK Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang, dapat dikaji kualitas pendidikan dari
optimalisasi kegiatan belajar-mengajar yang meliputi
6 (enam) komponen yakni: (a) kurikulum, (b) siswa,
(c) guru, (d) pengelolaan oleh kepala sekolah, (e)
lingkungan sekolah, dan (f) sarana prasarana.
a. Kurikulum
Kompetensi merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi
dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan
indikatornya yang dapat diukur dan diamati.
Kompetensi dapat dicapai melalui pengalaman
belajar yang dikaitkan dengan bahan kajian dan
bahan pelajaran secara kontekstual (Departemen
Pendidikan Nasional, 2004).
59
Dalam meningkatkan mutu pendidikan
kurikulum mempunyai peran yang penting sebab
kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk
mencapai pendidikan tertentu.
Kurikulum berkenaan dengan filosofi
pendidikan anak, landasan berpikir dalam pemilihan
materi untuk anak, program dan suasana belajar
didalam maupun luar kelas, strategi pembelajaran,
pengelolaan kelas, media sarana prasarana, evaluasi
dan assesmen serta kerjasama antar guru, orang tua
dan masyarakat sekitar.
Melalui kurikulum yang terintegrasi anak
akan lebih mudah menyadari lingkungannya.
Karena dengan demikian anak akan
mengembangkan suatu konsep melalui asosiasi yang
diperoleh melalui pengalamannya.
Mengorganisasikan pengalaman melalui suatu
tema akan sangat produktif, tetapi pengajaran yang
bersifat tematik baru akan berhasil apabila tema-
tema tersebut dipilih secara cermat, aktivitas yang
akan dilakukan harus direncanakan dan evaluasi
terhadap tema dan peningkatan kemampuan anak
harus dilakukan dengan hati-hati. Adapun untuk
meningkatkan standar kualitas pendidikan
diTK/RA, kurikulum pendidikan anak usia dini
harus memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
60
pertama berpusat pada anak artinya anak
merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh pendidik. Kedua mendorong
perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial
emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar
pembentukan pribadi manusia yang utuh.Ketiga
memperhatikan perbedaan individu anak, baik
perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan
tingkat perkembangannya.Pengembangan program
harus memperhatikan kesesuaian dengan tingkat
perkembangan anak (Developmentally Appropriate
Program).
Kurikulum yang dilaksanakan yang terwujud
dalam SKH dan SKM di TK Kecamatan Bergas
memang sudah menumbuhkan sikap ilmiah dan
sikap kreatif guru, yang terlihat dari jawaban
responden, namun demikian untuk TK yang
lokasinya berada di pedesaan masih perlu adanya
pengembangan melalui TK Imbas yang ada,
khususnya adalah TK Negeri Pembina, sebagai satu-
satunya TK Negeri yang ada di Kecamatan Bergas.
b. Siswa
Hasil akhir dari semua proses pendidikan
adalah siswa, dimana siswa yang akan menjadi tolak
ukur kesuksesan semua rangkaian proses belajar
mengajar. Output yang berkualitas dari sebuah TK
merupakan cermin dari keseluruhan proses yang
telah dilakukan oleh TK. Output ini sebagai ukuran
61
yang mudah untuk diamati.
Disisi lain, walaupun ke lima komponen
sangat memadai tetapi komponen siswa ini kurang
mendukung maka hasil output yang ada juga akan
kurang berkualitas, sehingga masing-masing
komponen merupakan satu rangkaian yang saling
mendukung untuk mencapai hasil output yang
berkualitas.
c. Guru
Dalam rangka mendukung terwujudnya
suasana proses belajar mengajar yang berkualitas di
Sekolah Dasar diperlukan adanya guru yang
profesional. Karakteristik guru yang profesional
adalah; sedikitnya ada lima karakteristik dan
kemampuan profesional guru yang harus
dikembangkan, yaitu: (1) menguasai kurikulum, (2)
menguasai materi semua mata pelajaran, (3)
terampil menggunakan multi metode pembelajaran,
(4) memiliki komitmen yang tinggi terhadap
tugasnya, dan (5) memiliki kedisiplinan dalam arti
yang seluas-luasnya (Safardi, 2009).
Tiga karakteristik pertama dapat
dikelompokkan sebagai penguasaan guru. Yang
dimaksud dengan menguasai kurikulum dalam hal
ini adalah memahami isi kurikulum, GBPP, maupun
pedoman pelaksanaannya di sekolah. Penguasaan
itu juga mencakup kemampuan guru menganalisis,
dan menjabarkan kurikulum menjadi sebuah
62
rancangan pengajaran atau persiapan mengajar
yang siap digunakan di dalam kelas. Guru yang
profesional adalah guru yang mampu menganalisis
dan menjabarkan kurikulum mata pelajarannya
menjadi rancangan pengajaran dan persiapan
mengajar yang siap untuk dipraktekkan dikelasnya.
Oleh karena guru pada umumnya adalah guru kelas
maka dia berkewajiban untuk mengajarkan semua
mata pelajaran kepada siswanya.
Guru yang profesional adalah guru yang
mampu mengimplementasikan rancangan
pembelajaran yang telah dibuatnya menjadi sebuah
pembelajaran yang aktif, kratif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM) yang telah diuraikan tidak
selalu menuntut adanya pengelompokan-
pengelompokan siswa. Yang lebih ditekankan ialah
bahwa siswa belajar secara aktif sehingga inisiatif
harus datang dari siswa meskipun dengan
diarahkan dan motivasi oleh guru. Oleh karena itu,
guru yang profesional harus mampu menggunakan
macam-macam metode pembelajaran yang mampu
membuat siswa aktif.
Karakteristik keempat dan kelima berkenaan
dengan visi, sikap dan kepribadian guru. Guru
bertugas sebagai pengajar dan pelatih, juga sebagai
pendidik. Guru harus mendayagunakan waktu,
tenaga, dan pikirannya bagi keberhasilan kegiatan
belajar mengajarnya. Sehingga harus dilakukan
secara profesional. Dokter atau insinyur sekalipun
63
tidak bisa menggantikan kedudukan seorang guru.
Kedudukan seorang guru yang profesional tidak
mungkin dapat digantikan oleh siapapun. Oleh
Karena itu, seorang guru yang profesional harus
mempunyai komitmen yang tinggi terhadap tugas-
tugas kependidikannya. Guru tidak mungkin
meminta tolong kepada non guru untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapinya. Yang terakhir
adalah bahwa guru yang profesional adalah guru
yang memiliki kedisiplinan.
d. Pengelolaan oleh Kepala Sekolah
Proses belajar mengajar akan berlangsung
dengan baik di Sekolah jika didukung adanya
manajemen, baik di tingkat kelas, sekolah, maupun
tingkat gugus. Artinya proses pendidikan yang
diupayakan di sekolah harus dikelola dengan baik.
proses kerja dengan dan melalui (mendayagunakan)
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi secara
efisien. Dengan kata lain, manajemen itu
merupakan proses, terdiri atas kegiatan-kegiatan
dalam mencapai tujuan kerjasama (administrasi)
secara efisien.
Kepala Sekolah, selaku “School Master” harus
mampu merencanakan, mengorganisasikan, dan
mengarahkan segala sumber daya yang ada di
lingkungan Sekolah yang dibinanya bagi
kelangsungan kegiatan belajar mengajar yang efektif
dan efisien. Namun demikian, Kepala Sekolah harus
64
mampu membantu guru mengembangkan
kemampuannya dalam mengelola kegiatan belajar
mengajar.Kepala Sekolah tidak saja harus
menguasai keterampilan manajerial, tetapi juga
keterampilan merancang, melaksanakan, dan
mengevaluasi kegiatan belajar mengajar.
Selain itu kepala sekolah harus berani
mengambil keputusan-keputusan untuk
memecahkan masalah-masalah yang belum ada
standar dan aturannya secara nasional dengan
disesuaikan kondisi setempat.Hal tersebut
merupakan aspek penting dari Manajemen Berbasis
Sekolah dan Masyarakat (School Based/Community
Based Education atau School Based
Management).Dengan manajemen berbasis sekolah
kepala sekolah harus memperhatikan azas
keterbukaan dan akuntabilitas.Semua administrasi
dan pengelolaan sekolah bersifat terbuka dan hasil-
hasil yang dicapai sekolah secara terbuka juga
dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat.Manajemen yang transparan dan
bertanggungjawab ini dalam rangka mencapai mutu
dan kemandirian sekolah. Konsekuensinya kepala
sekolah harus mendapatkan pembinaan secara
kontinyu tentang bagaimana mengorganisasikan
sekolah secara solid, bagaiman kiat-kiat memimpin
sekolah dengan baik, dan bagaiman melakukan
pengawasan secara benar baik pada manajemen
kelas, manajemen sekolah, dan manajemen gugus
65
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan.
e. Lingkungan Sekolah
Belajar akan lebih bermakna apabila dalam
proses belajar-mengajar dikaitkan langsung dengan
keadaan lingkungan, sehingga siswa tidak asing dan
dicabut dari lingkungannya, melainkan merupakan
bagian dari lingkungannya. Lingkungan dapat
digolongkan dalam lingkungan fisikdanlingkungan
sosial budaya. Lingkungan fisik berupa: bangunan,
jalan, sungai, sawah, hutan, kebun, dan lain-lain.
Kualitas pendidikan salah satunya terlihat
dari output yang ada. Lingkungan merupakan faktor
pendukung kualitas sekolah. Keberadaan
lingkungan perlu menjadi perhatian TK di
Kecamatan Bergas sebagai langkah untuk
memperkenalkan pendidikan anak usia dini kepada
masyarakat.
f. Sarana dan Prasarana
Kegiatan belajar mengajar yang bermutu di
suatu sekolah membutuhkan ketersediaan buku
dan sarana belajar yang lain. Oleh karena itu, (1)
diperlukan adanya sistem penyediaan dan
pengiriman buku serta sarana belajar yang lain,
yang memungkinkan setiap Sekolah memperolehnya
dalam kondisi yang baik dan dalam jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan; (2) diperlukan
66
pengelolaan semua buku dan sarana belajar yang
tertib, seperti diinventaris dan dirawat, sehingga
keberadaanya senantiasa dalam kondisi yang siap
pakai; (3) pemanfaatan/pendayagunaan buku dan
sarana belajar yang ada oleh guru dan siswa dalam
setiap kegiatan belajar mengajar (4) pengembangan
minat baca sehingga tercipta budaya baca yang
tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu.
Dalam rangka menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar yang bermutu di
sekolah.Diperlukan adanya lingkungan/fisik sekolah
yang menyenangkan bagi semua pihak, terutama
bagi siswa dan guru yang secara langung terlibat
didalam kegiatan belajar mengajar.Lingkungan fisik
sekolah dalam hal ini mencakup gedung sekolah,
halaman sekolah, pagar sekolah, kamar kecil, dan
prasarana pendidikan lainnya.Semua aspek tersebut
dikembangkan dan dipelihara sehingga tercipta
Keamanan, Kesehatan, Keindahan, Kekeluargaan,
Ketertiban, dan Kerindangan (6K).
Substansi peningkatan mutu fisik dan
penampilan fisik Sekolah harus lebih difokuskan
kepada menciptakan sekolah sehat .sekolah sehat
adalah sekolah yang memiliki sarana dan prasarana
serta lingkungan yang sehat. Ciri-ciri sekolah yang
sehat adalah: (1) memiliki gedung sekolah yang
bersih dan higenis; (2) memiliki ruang layanan
kesehatan yang bersih dan higenis yang mampu
memberikan layanan kesehatan; (3) memiliki jamban
67
yang bersih; (4) memiliki air bersih; (5) memiliki
kantin sekolah yang bersih dan higenis; (6) memiliki
kebun sekolah dan apotek hidup; (7) memiliki dokter
kecil yang berasal dari murid yang terlatih dalam
bidang kesehatan, diharapkan suasana belajar siswa
menjadi baik, dapat meningkatkan kemampuan
hidup sehat siswa dalam lingkungan hidup sehat,
sehingga siswa berpeluang besar untuk tumbuh dan
berkembang secara harmonis, proporsional, dan
optimal sehingga akhirnya menjadi sumberdaya
manusia yang berkualitas.
Pengelolaan keuangan sekolah perlu
dilakukan secara transparan dengan melibatkan
komite sekolah dalam penyusunan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS).Pemanfaatan keuangan harus disesuaikan
anggaran yang diketahui komite.Dalam konteks ini,
komite sekolah harus mengawasi penggunaan
anggaran.
Selain 6 (enam) komponen di atas, mutu
pendidikan juga dapat dilihat dari keterlibatan
masyarakat dalam dunia pendidikan.Hal tersebut
lantaran sekolah bukanlah suatu lembaga yang
terpisah dari masyarakat.Sekolah merupakan lembaga
yang bekerja dalam konteks sosial.Sekolah mengambil
siswanya dari masyarakat setempat, sehingga
keberadaannya tergantung dari dukungan sosial dan
finansial dari masyarakat betapun kaya rayanya
pemerintah dan atau yayasan penyelenggara.Oleh
68
karena itu hubungan sekolah dan masyarakat
merupakan salah satu komponen penting dalam
keseluruhan kerangka penyelenggaraan pendidikan.
Pertama, dengan adanya hubungan yang
harmonis antara sekolah dan masyarakat, sekolah
dapat dengan mudah mengoptimalkan peran serta
orang tua dan masyarakat dalam meajukan program
pendidikan, dalam bentuk: (1) orang tua dan
masyarakat membantu menyediakan fasilitas
pendidikan, memberikan bantuan dana serta pemikiran
atau saran yang diperlukan sekolah; (2) orang tua
memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi
yang dimiliki anaknya; dan (3) orang tua menciptakan
rumah tangga yang edukatif bagi anak.
Kedua, dengan adanya hubungan yang harmonis
antara sekolah dan masyarakat, maka masyarakat,
khususnya orang tua, akan selalu mendapat informasi
berkaitan dengan pendidikan yang diperoleh anaknya.
Lebih lanjut dengan informasi tersebut orang tua dapat
memberikan pendidikan lanjutan yang sesuai bagi
anaknya di rumah. Berkenaan dengan peningkatan
hubungan sekolah dengan masyarakat, substansi
pembinaanya harus diarahkan kepada meningkatkan
kemampuan seluruh personil sekolah dalam:
a) Memupuk pengertian dan pengetahuan orang tua
tentang pertumbuhan pribadi anak.
b) Memupuk pengertian orang tua tentang cara
mendidik anak yang baik, dengan harapan mereka
69
mampu memberikan bimbingan yang tepat bagi
anak-anaknya dalam mengikuti pelajaran.
c) Memupuk pengertian orang tua dan masyrakat
tentang program pendidikan yang sedang
dikembangkan di sekolah.
d) Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat
tentang hambatan-hambatan yang dihadapi sekolah.
e) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berperan serta memajukan sekolah
f) Mengikut sertakan orang tua dan tokoh masyarakat
dalam merencanakan dan mengawasi program
sekolah (Depdiknas, 2004:15)