bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Hotel Bringin didirikan oleh Bapak Handoko dan mulai
beroperasional sejak 1 Maret 1969. Pada mulanya hotel
tersebut hanya terdiri dari beberapa kamar saja (4 kamar),
kemudian seiiring pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga yang
sangat pesat, kamar-kamar dan fasilitas hotel selalu
bertambah mengikuti permintaan kebutuhan.
Setelah Bapak Handoko wafat operasional hotel
diwariskan kepada putra putrinya. Untuk tanggung jawab
utama diberikan kepada Bapak Ir. Roy Budhianto Handoko
yang saat ini menjadi Direktur Utama Hotel Beringin.
Saat ini Hotel Bringin memiliki 66 buah kamar berbagai
jenis atau tipe, yaitu : 10 standard room, 10 superior room, 10
deluxe room, 34 executive room, dan 2 suite room.
B. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dilakukan dengan penyusunan alat
ukur. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Angket Produktivitas Kerja
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Angket Produktivitas Kerja. Angket Produktivitas
Kerja dalam penelitian ini ini diadopsi dan dikembangkan
47
63
berdasarkan teori dari Ranfd (dalam Timpe, 1992) yang
dikutip oleh Sasmita (2007).Bentuk item dari skala terdiri
dari tipe unfavorable dan favorable, dimana jumlah
angket tipe unfavorable ada 16 item dan tipe angket
favorable ada 16. Kemudian masing-masing item tersebut
diberikan empat pilihan jawaban, yaitu : Sangat Tidak
Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat
Setuju (SS). Dari hasil pengisian angket tersebut dapat
diketahui tingkat produktivitas kerja subyek penelitian,
semakin tinggi skor maka semakin tinggi tingkat
produktivitas kerja subyek tersebut, dan sebaliknya
semakin rendah skor maka semakin rendah tingkat
produktivitas kerja subyek tersebut.
Adapun ketentuan yang digunakan dalam
pengukuran angket Produktivitas Kerja adalah jika r
hitung dan nilainya positif (+) serta > r-tabel maka maka
butir atau pernyataan atau indikator tersebut dinyatakan
valid (Ghozali, 2002), sedang suatu angket dikatakan
realibel atau tidak realibel jika memenuhi kkriteria
sebagai berikut : α < 0,7 : tidak reliabel, 0,7 ≤ α < 0,8 :
cukup reliabel, 0,8 ≤ α < 0,9 : reliabel (baik), α ≥ 0,9 :
sangat reliabel (sangat baik) (Azwar, 2006).
2. Angket Lingkungan Kerja Fisik
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Angket Lingkungan Kerja. Angket Lingkungan
64
Kerja dalam penelitian ini ini diadopsi dan dikembangkan
berdasarkan teori dari teori dari Moekijat (2002). Bentuk
item dari skala terdiri dari tipe unfavorable dan favorable,
dimana jumlah angket tipe unfavorable ada 12 item dan
tipe angket favorable ada 12. Kemudian masing-masing
item tersebut diberikan empat pilihan jawaban, yaitu :
Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S),
dan Sangat Setuju (SS). Dari hasil pengisian angket
tersebut dapat diketahui kondisi lingkungan kerja fisik
karyawan, semakin tinggi skor maka lingkungan kerja
fisik dinilai semakin baik atau sangat baik, dan sebaliknya
semakin rendah skor maka dinilai semakin kurang baik.
Adapun ketentuan yang digunakan dalam
pengukuran angket Lingkungan Kerja Fisik adalah jika r
hitung dan nilainya positif (+) serta > r-tabel maka maka
butir atau pernyataan atau indikator tersebut dinyatakan
valid (Ghozali, 2002), sedang suatu angket dikatakan
realibel atau tidak realibel jika memenuhi kkriteria
sebagai berikut : α < 0,7 : tidak reliabel, 0,7 ≤ α < 0,8 :
cukup reliabel, 0,8 ≤ α < 0,9 : reliabel (baik), α ≥ 0,9 :
sangat reliabel (sangat baik) (Azwar, 2006).
C. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Untuk mengatahui lebih jelas mengenai hasil uji
validitas dan reliabilitas angket penelitian ini, berikut
penjelasannya :
65
1. Pengujian Validitas
Uji validitas merupakan satu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu
instrumen penelitian. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
mampu mengungkap data yang diteliti secara tepat. Suatu
instrumen dikatakan valid Jika miliki nilai r hitung positif
(+) serta > r-tabel (Ghozali, 2002). Adapun hasilnya
dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini :
a. Pengujian Validitas Angket Produktivitas Kerja
Angket produktivitas kerja terdiri dari 32 item.
Pengujian validitas angket produktivitas kerja tahap
pertama diperoleh nilai r-hitung (correlation product
moment person) untuk item 1 = 0,16 dan item 2 = 0,24 <
nilai r-tabel pada tingkat df = 98 dan α = 5 %, yaitu
sebesar 0,334, sehingga pernyataan pada item 1 dan 2
dinyatakan gugur sehingga perlu dilakukan pengujian
pada tahap ke 2 dengan menghilangkan item no. 1, dan
no. 2 (hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran).
Pada uji tahap ke 2 banyaknya pernyataan yang
diuji menjadi 30 item. Seteah dilakukan pengujian
diperoleh nilai r-hitung untuk masing-masing item dengan
nilai antara 0,37-0,82 > nilai r-tabel = 0,334. Sehingga
seluruh item pernyataan pada angket produktivitas kerja
pada uji validitas tahap 2 secara keseluruhan item masuk
dalam kategori valid.
66
Tabel 4.1
Sebaran Item Angket Produktivitas Kerja
No. Ciri-Ciri No. Item
Favorable Unfavorable 1 Lebih dari memenuhi
kualifikasi pekerjaan 18, 20, 26, 8
5, 23, 32, 10
2 Bermotivasi tinggi 12, 14, 15, 3
13, 30, 1*, 6
3 Dewasa 7,11, 22, 21
9, 16, 19, 24
4 Dapat bergaul dengan efektif
25, 28, 31, 2*
27, 29, 17, 4
Jumlah 15 15 Keterangan : * ) Item Pernyataan Gugur
b. Pengujian Validitas Angket Lingkungan Kerja Fisik
Angket lingkungan kerja fisik terdiri dari 24 item.
Pengujian validitas angket lingkungan kerja fisik tahap
pertama diperoleh nilai r-hitung (correlation product
moment person) untuk item 1 = - 0,05 dan item 2 = 0,07 <
nilai r-tabel pada tingkat df = 98 dan α = 5 %, yaitu
sebesar 0,334, sehingga pernyataan pada item 1 dan 2
dinyatakan gugur sehingga perlu dilakukan pengujian
pada tahap ke 2 dengan menghilangkan item no. 1, dan
no. 2 (hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran).
Pada uji tahap ke 2 pernyataan yang diuji menjadi
22 item. Seteah dilakukan pengujian diperoleh nilai r-
hitung untuk masing-masing item antara 0,35-0,65 > nilai
r-tabel = 0,334. Sehingga seluruh item pernyataan pada
angket Lingkungan Kerja Fisik pada uji validitas tahap 2
secara keseluruhan masuk dalam kategori valid.
67
Tabel 4.2
Sebaran Item Angket Lingkungan Kerja Fisik
No. Ciri-Ciri No. Item
Favorable Unfavorable
1 Perpindahan pegawai berkurang 1* 8 2 Semangat kerja lebih tinggi 9 14
3
Hasil pekerjaan mampu memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan 15 6
4 Keletihan berkurang 19 18
5 Suasana kantor menjadi menyenangkan 7 20
6 Pemandangan di kantor lebih menarik 21 10
7 Mengurangi kejenuhan karyawan dalam bekerja 12 22
8 Kerasan untuk berlama-lama di lingkungan perusahaan 13 23
9 Karyawan lebih dapat berkonsentrasi dalam bekerja 11 4
10 Mutu pekerjaan yang dihasilkan karyawan lebih baik 2* 5
11 Kesenangan dan kesehatan karyawan yang bertambah baik 3 16
12 Karyawan lebih tenang dalam bekerja 17 24
Jumlah 10 12 Keterangan : * ) Item Pernyataan Gugur
2. Pengujian Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap suatu pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2002).
Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha. Adapun
ketentuannya adalah suatu angket dikatakan realibel atau
tidak realibel jika memenuhi kkriteria sebagai berikut : α
< 0,7 : tidak reliabel, 0,7 ≤ α < 0,8 : cukup reliabel, 0,8 ≤
68
α < 0,9 : reliabel (baik), α ≥ 0,9 : sangat reliabel (sangat
baik) (Azwar, 2006).
a. Pengujian Reliabilitas Angket Produktivitas Kerja
Dari hasil pengujian angket produktivitas kerja
diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,9514,
sehingga berdasarkan ketentuan di atas maka angket
produktivitas kerja masuk pada range 0,8 ≤ α < 0,9
yang artinya reliabel (baik).
b. Pengujian Reliabilitas Angket Lingkungan Kerja
Fisik
Dari hasil pengujian angket lingkungan kerja
fisik diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,8443,
sehingga berdasarkan ketentuan di atas maka angket
produktivitas kerja masuk pada range 0,8 ≤ α < 0,9
yang artinya reliabel (baik).
Setelah diketahui bahwa angket menunjukkan
kkriteria valid dan realibel maka data-data hasil penyebaran
angket dapat digunakan atau layak untuk tujuan analisis lebih
lanjut.
D. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan analisis data dengan alat analisis
regresi linier sederhana terdapat beberapa asumsi yang perlu
dipenuhi terkait dengan data penelitian, sebagai berikut :
1. Pengujian Normalitas Data
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
regresi telah memenuhi asumsi normal atau tidak. Untuk
69
kepentingan pengujian normalitas data dalam penelitian
ini digunakan alat analisis Kolmogorov-Smirnov. Data
dikatakan normal jika menunjukkan nilai p-value (asymp.
sig) > 0,05.
Adapun hasil uji normalitas data dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
LINGKUNGAN KERJA (X)
PRODUKTIVITAS KERJA (Y)
N 35 35 Kolmogorov-Smirnov Z .486 .971 Asymp. Sig. (2-tailed) .972 .303
Sumber : Data SPSS Diolah, 2012 (Data Terlampir)
Dari tabel 4.3 di atas diketahui nilai p-value (asymp. sig)
uji normalitas masing-masing variabel adalah : 0,972
untuk variabel lingkungan kerja fisik, 0,303 untuk
variabel produktivitas kerja sehingga nilai tersebut
menunjukkan angka > 0,05, sehingga data dikatakan
memenuhi asumsi normalitas.
2. Pengujian Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji
apakah persamaan model regresi yang dihasilkan terjadi
ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dilakukan dengan membuat grafik atau memplotkan
antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
ZPredicted dengan residualnya SResidual. Keputusannya,
70
yaitu apabila sebaran data pada grafik tersebut tidak
menggambarkan pola tertentu maka dapat dikatakan
bahwa model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas
dan sebaliknya (Ghozali, 2002).
Adapun hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat
pada gambar grafik di bawah ini :
Scatterplot
Dependent Variable: PRODUKTIVITAS KERJA (Y)
Regression Studentized Residual
210-1-2-3
Reg
ress
ion
Sta
ndar
dize
d P
redi
cted
Val
ue
3
2
1
0
-1
-2
-3
Sumber : Data SPSS Diolah, 2012 (Data Terlampir)
Gambar 4.1
Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dari gambar grafik di atas dapat dilihat sebaran data tidak
menunjukkan pola yang jelas, serta tersebar baik di atas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu y. Hal ini berarti
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
71
3. Pengujian Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya).
Secara umum keputusan ada tidaknya autokorelasi
pada model regresi dapat dilakukan sebagai berikut
(Sugiyono, 2002):
4) Angka D-W di bawah – 2 berarti ada autokorelasi
positif
5) Angka D-W di antara – 2 sampai + 2 berarti tidak ada
autukorelasi
6) Angka D-W di atas + 2 berarti ada autokorelasi
negatif.
Adapun hasil pengujian autokorelasi adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Autokorelasi
Variabel Dependen Variabel Independen
Durbin-Watson
Produktivitas Kerja (Y) Lingkungan Kerja Fisik (X)
1,821
Sumber : Data SPSS Diolah, 2012 (Data Terlampir)
Dari tabel di atas ditunjukkan bahwa nilai autokorelasi
hasil analisis data adalah sebesar 1,821, berarti nilai
autokorelasi berada pada range nilai -2 sampai + 2,
72
sehingga dikatakan data terbebas dari penyakit
autokorelasi.
E. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap karyawan Le Beringin
Hotel. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 11-24 April
2012 oleh peneliti sendiri. Angket diberikan kepada 35 orang
karyawan Le Beringin Hotel yang memiliki kriteria inklusi :
berpendidikan minimal SMA, dan telah bekerja di hotel
tersebut minimal selama 1 tahun.
Saat pengisian angket berlangsung subyek didampingi
oleh peneliti untuk mengantisipasi jika ada item soal yang
tidak dipahami oleh subyek, peneliti langsung memberikan
penjelasan, agar supaya peneliti langsung dapat melakukan
pengecekan kelengkapan pengisian angket agar tidak ada item
pernyataan yang tidak diisi oleh responden, dan juga
memastikan agar seluruh kuesioner dapat kembali secara
keseluruhan.
F. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden Penelitian
a. Jenis Kelamin
Adapun jenis kelamin responden penelitian
dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini :
73
Tabel 4.5
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 30 85,70 Perempuan 5 14,30 Total 35 100,00
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2012
Melihat tabel di atas, maka dapat dijelaskan
bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki
(30 orang atau 85,70%). Sedang minoritas responden
berjenis kelamin perempuan yaitu 5 orang atau 14,30
%.
b. Usia Responden Penelitian
Untuk mengetahui tingkat usia responden
penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6
Usia Responden Penelitian
Usia Jumlah Persentase (%)
25-31 16 45,70
32-37 12 34,3
38-43 3 8,60
44-49 4 11,40
Total 35 100,00 Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2012
Tabel di atas menjelaskan bahwa mayoritas
responden (16 orang atau 45,70%) adalah berusia 25-
74
31 tahun, sedang minoritas responden (3 orang atau
8,60%) adalah berusia 38-43 tahun.
c. Tingkat Pendidikan Responden
Adapun tingkat pendidikan responden dapat
dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini :
Tabel 4.7
Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)
Tamat SLTA 18 51,40 Akademi/Diploma 13 37,10
Sarjana 4 11,40 Total 35 100,00
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2012
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa mayoritas responden
(18 orang atau 51,40%) berpendidikan Tamat SLTA.
Sedang minoritas responden (4 orang atau 11,40%)
berpendidikan Sarjana.
75
d. Masa Kerja Responden
Adapun masa kerja responden penelitian dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8
Masa Kerja Responden
Masa Kerja (Th) Jumlah Persentase
(%)
1 – 2 0 0,00 > 2 – 4 14 40,00
> 4 – 6 10 28,60
> 6 11 31,40
Total 35 100,00 Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2010
Seperti yang dijelaskan pada tabel 4.8 di atas
maka dapat dikatakan apabila mayoritas responden
(14 orang atau 40%) memiliki masa kerja antara >2-4
tahun, sedang minoritas responden yaitu 10 orang atau
28,60 % memiliki masa kerja antara >4-6 tahun.
2. Analisis Hasil Pengukuran Variabel Penelitian
Untuk mempermudah pembahasan mengenai
penilaian pernyataan-pernyataan dalam penelitian ini
dengan menggunakan skala likert, dimana masing-masing
pernyataan diberikan 4 pilihan jawaban dengan ketentuan
sebagai berikut: sangat tidak setuju (STS), tidak setuju
(TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS).
Untuk mengetahui kkriteria tanggapan responden
terhadap variabel penelitian, maka dapat dilihat
76
berdasarkan pada range nilai distribusi frekuensi. Range
nilai distribusi frekuensi tersebut diperoleh dengan
menggunakan rumus sebagai berikut : (Mulyono, 2005)
KelasBanyaknya
JarakInterval =
Keterangan :
Jarak : Nilai terbesar – Nilai terkecil
Banyaknya Kelas : Banyaknya kelas
yang digunakan dalam
penelitian ini adalah empat
a. Hasil Pengukuran Variabel Produktivitas Kerja
Berdasarkan rumus tersebut dapat dijelaskan
bahwa nilai skor tertinggi adalah 128 (32 x 4), sedang
skor terendah adalah 32 (32 x 1) dengan demikian
jarak atau intervalnya adalah 24, berikut
perhitungannya :
Interval = 4
32128− = 24
4
96 = . Namun karena
terdapat 2 item pernyataan yang gugur dalam uji
validitas, maka nilai tertinggi menjadi 120 dan
terendah menjadi 30 (30 x 1), sehingga diperoleh nilai
interval sebesar 22,5 dan dibulatkan menjadi 23.
Karena itu nilai tertinggi berubah menjadi 122 dan
terendah tetap 30, berikut perhitungannya : Interval =
4
30120− = 5,22
4
90 = , sehingga perhitungan yang
77
baru adalah 22,5. Namun karena hasilnya pecahan
perlu dilakukan pembiulatan menjadi 23, berikut
perhitungannya:
Interval = 4
30122− = 23
4
92 = . Berdasarkan nilai
range tersebut maka diperoleh range distribusi sebagai
berikut :
Subyek memiliki produktivitas kerja
rendah, jika :
30 – 53
Subyek memiliki produktivitas kerja
sedang, jika :
54 – 76
Subyek memiliki produktivitas kerja
tinggi, jika :
77 – 99
Subyek memiliki produktivitas kerja
sangat tinggi, jika :
100 - 122
b. Hasil Pengukuran Variabel Lingkungan Kerja
Fisik
Berdasarkan rumus tersebut dapat dijelaskan
bahwa nilai skor tertinggi adalah 96 (24 x 4), sedang
skor terendah adalah 24 (24 x 1) dengan demikian
jarak atau intervalnya adalah 24, berikut
perhitungannya :
Interval = 4
2496− = 18
4
72 = . Namun karena terdapat
2 item pernyataan yang gugur dalam uji validitas,
maka nilai tertinggi menjadi 88 dan terendah menjadi
78
22 (22 x 1), sehingga diperoleh nilai interval sebesar
16,5, berikut perhitungannya :
Interval = 4
2288− = 5,16
4
66 = , karena hasilnya
pecahan maka nilai intervalnya dibulatkan menjadi 17.
Untuk itu terjadi perubahan angka tertinggi menjadi
90, dan terendah tetap 22, berikut perhitungannya
Interval = 4
2290− = 17
4
68 = , sehingga interval
barunya adalah 17. Berdasarkan nilai interval tersebut
maka diperoleh range distribusi sebagai berikut :
Subyek menilai lingkungan kerja fisik
kurang, jika :
22-39
Subyek menilai lingkungan kerja fisik
cukup, jika :
40-56
Subyek menilai lingkungan kerja fisik
baik, jika :
57-73
Subyek menilai lingkungan kerja fisik
sangat baik, jika :
74-90
Dengan dasar range nilai yang diperoleh tersebut
maka hasil penelitian variable produktivitas kerja, dan
lingkungan kerja adalah sebagai berikut :
79
a. Penilaian Responden Terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan
Tabel 4.9
Produktivitas Kerja Karyawan
Range Skor F % Keterangan 30-53 0 0 Produktivitas kerja
rendah 54-76 3 8.57 Produktivitas kerja
sedang 77-99 9 25.7 Produktivitas kerja
tinggi 100-122 23 65.7 Produktivitas kerja
sangat tinggi Total 35 100
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2012
Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas dapat
dijelaskan bahwa 23 orang atau 65,7% responden
dinilai memiliki produktivitas kerja sangat tinggi, dan
3 orang responden atau 8,57% dinilai memiliki
produktivitas kerja sedang. Kemudian lainnya 9 orang
atau 25,7% responden dinilai memiliki produktivitas
kerja tinggi. Dan tidak ada seorang respondenpun
yang memiliki produktivitas kerja rendah.
80
b. Penilaian Responden Terhadap Lingkungan Kerja
Fisik
Tabel 4.10
Lingkungan Kerja Fisik
Range Skor F % Keterangan 22-39 0 0 Lingkungan kerja
fisik kurang baik 40-56 3 8.57 Lingkungan kerja
fisik cukup baik 57-73 23 65.7 Lingkungan kerja
fisik baik 74-90 9 25.7 Lingkungan kerja
fisik sangat baik Total 35 100
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2012
Tabel tersebut di atas menjelaskan bahwa mayoritas
responden menilai lingkungan kerja fisik baik (23
orang atau 65,7%), dan minoritas responden menilai
jika lingkungan kerja fisik cukup baik (3 orang atau
8,57%), 9 orang atau 25,7% responden menilai
lingkungan kerja fisik adalah sangat baik. Dan tidak
seorangpun responden yang menilai lingkungan kerja
fisik kurang baik (0,00%).
3. Hasil Analisis Data
Dalam pengujian hipotesis penelitian, digunakan
uji regresi linier sederhana. Dengan alat analisis ini akan
terjawab apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini diterima atau ditolak. Adapun hasilnya adalah sebagai
berikut :
81
Tabel 4.11
Rangkuman Perhitungan Regresi
Variabel Dependen Variabel Independen
t-hitung b Sig. Ket.
Produktivitas Kerja (Y) Lingkungan Kerja Fisik (X)
5,419 0,686 0,00 Signifikan
bo = 18,730 R Square = 0,471 t-tabel 0, 05 (33) = 1,692
Sumber : Data SPSS Diolah, 2012
Dari tabel 4.11 tersebut di atas maka persamaan regresi
pada penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
Y = 18,730 + 0,686X + e
Pada persamaan regresi di atas diketahui bahwa koefisien
regresi variabel lingkungan kerja fisik (b) adalah sebesar
0,686 dan bertanda positif, hal tersebut dapat diartikan
bahwa setiap perbaikan kondisi lingkungan kerja fisik
akan mampu meningkatkan produktivitas kerja karyawan
Le Bringin Hotel. Selain itu dari hasil analisis tersebut
juga diketahui besarnya nilai R Square = 0,471, artinya
variabel independen dalam hal ini lingkungan kerja fisik
mampu memberikan kontribusi terhadap variabel
dependen yaitu produktivitas kerja sebesar 47,10%,
sedang sisanya 52,90% dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak masuk dalam model persamaan regresi.
Dari tabel di atas juga diketahui besarnya nilai t-
hitung hasil analisis adalah sebesar positif 5,419 > t-tabel
(1,692) dengan nilai p-value (0,000) < 0,05, sehingga
82
dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja fisik dapat
dijadikan sebagai prediktor terhadap produktivitas kerja
karyawan Le Bringin Hotel Salatiga.
G. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
responden menilai lingkungan kerja fisik di Hotel Le Bringin
Salatiga adalah baik (23 orang atau 65,7%), 9 orang atau
25,7% responden menilai lingkungan kerja fisik adalah sangat
baik, dan minoritas responden menilai jika lingkungan kerja
fisik cukup baik (3 orang atau 8,57%), artinya terdapat
beberapa faktor dalam lingkungan kerja fisik yang dinilai
kurang mendukung situasi kerja oleh minoritas responden.
Hal tersebut di atas disebabkan karena, pertama,
kondisi kantor bising akibat lalu lalang kendaraan. Menurut
Moekijat (2002), sebagian besar dari pekerjaan merupakan
membutuhkan konsentrasi pikiran, oleh karena itu diusahakan
agar jangan banyak terjadi suara-suara gaduh. Suara yang
gaduh menyebabkan kesulitan memusatkan fikiran, dalam
menggunakan telepon dan dalam melaksanakan pekerjaan
kantor dengan baik.
Kedua, karena sistem pencahayaan yang buruk.
Menurut Moekijat (2002), pelaksanaan pekerjaan yang sukses
memerlukan penerangan yang baik. Penerangan yang baik
83
membantu karyawan untuk melihat dengan cepat, mudah dan
senang.
Ketiga, karena sistem pertukaran udara yang kurang
memadai. Menurut Moekijat (2002), pertukaran udara yang
cukup dalam ruangan akan menyebabkan kesegaran fisik
karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sebaliknya
pertukaran udara yang kurang akan dapat menimbulkan rasa
pengap sehingga mudah menimbulkan kelelahan dari
karyawan.
Keempat, karena pewarnaan dinding kantor
membuat kurang nyaman. Menurut Moekijat (2002) warna
mempengaruhi proses-proses perasaan, pengertian, dan
pikiran. Misalnya warna biasanya mempunyai pengaruh yang
penting atas tekanan darah dan ketegangan syaraf. Warna
tertentu akan mempengaruhi pikiran dari beberapa orang
dengan perasaan atau pikiran yang baik, warna lain
mempunyai pengaruh yang sebaliknya. Dengan demikian
pemilihan warna yang tepat akan mempengaruhi ketenangan
karyawan dalam bekerja. Dijelaskan pula bahwa warna tidak
hanya mempercantik ruangan tempat bekerja akan tetapi juga
membantu karyawan mengurangi kejenuhan saat bekerja.
Besarnya dampak dari kondisi tersebut maka perlu adanya
perbaikan pada faktor-faktor tersebut.
Kemudian hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
produktivitas kerja mayoritas responden adalah sangat tinggi
84
(23 orang atau 65,7%), 9 orang atau 25,7% responden
memiliki produktivitas kerja tinggi, dan 3 orang responden
atau 8,57% memiliki produktivitas kerja sedang. Adapun hal-
hal yang menjadikan penilaian produktivitas kerja sebagian
kecil responden sedang berdasarkan temuan hasil adalah:
1. Berkenaan dengan penilaan kualifikasi pekerjaan, yaitu
responden dinilai kemampuan kerja menurun, responden
mudah tersinggung jika dikritik, dan sering tergantung
dengan pimpinan dan rekan saat menghadapi masalah,
serta senang menghabiskan waktu dengan teman daripada
menyelesaikan pekerjaan.
2. Berkenaan dengan penilaian motivasi kerja, yaitu :
responden berpura-pura menyibukkan diri saat pimpinan
berada di kantor, dan melebihi batas waktu dalam
penyelesaian pekerjaan.
3. Berkenaan dengan penilaian Dewasa, yaitu : responden
merasa tertekan dengan pekerjaan, merasa tersinggung
dan menunjukkan sikap emosional, pesimis dalam
menghadapi persoalan pekerjaan, dan pulang lebih awal
jika sedang tidak banyak pekerjaan serta menolak
instruksi pimpinan untuk bekerja lembur.
4. Berkenaan dengan penilaian dapat bergaul dengan efektif,
yaitu responden merasa pimpinan tidak pernah
menanggapi saran yang diberikan.
85
Temuan tersebut menunjukkan masih diperlukan usaha
pembinaan bagi karyawan tersebut agar produktivitas
kerjanya meningkatkan. Namun demikian hasil penelitian ini
secara deskriptif tetap menunjukkan adanya pengaruh
lingkungan kerja fisik terhadap produktivitas kerja karyawan.
Hasil analisis ini juga didukung oleh hasil analisis statistik
yang menunjukkan nilai t-hitung sebesar positif 5,419 > t-
tabel (1,692) dengan nilai p-value (0,000) < 0,05, artinya
bahwa lingkungan kerja fisik dapat dijadikan sebagai
prediktor terhadap produktivitas kerja karyawan Le Bringin
Hotel Salatiga.
Selain itu dari hasil analisis statistik juga diketahui
besarnya sumbangan efektif lingkungan kerja fisik terhadap
produktivitas kerja adalah sebesar 47,10%, sedang sisanya
52,90% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam
model persamaan regresi. Dengan demikian jelas bahwa
lingkungan kerja fisik mempengaruhi tingkat produktivitas
kerja karyawan.
Temuan-temuan fakta hasil penelitian ini selaras
dengan pendapat Anoraga dan Suyatni (2001), bahwa
lingkungan kerja fisik merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan dalam suatu
organisasi. Demikian juga halnya menurut Sedarmayati
(2001), bahwa lingkungan kerja fisik dalam suatu perusahaan
sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun
86
lingkungan kerja fisik tidak melaksanakan proses produksi
dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja fisik
mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang
melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja
yang memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan
produktivitas kerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak
memadai akan dapat menurunkan produktivitas kerja. Begitu
juga Gomes (2001) menyatakan bahwa lingkungan fisik
kerja fisik yang tidak nyaman akan mengurangi
kesempatan bagi pekerja untuk bekerja secara efisien dan
efektif. Seorang karyawan yang bekerja di lingkungan kerja
fisik yang mendukung dia untuk bekerja secara optimal akan
menghasilkan produktivitas kerja yang baik, sebaliknya jika
seorang karyawan bekerja dalam lingkungan kerja fisik yang
tidak memadai dan mendukung dia untuk bekerja secara
optimal akan membuat karyawan yang bersangkutan menjadi
malas, cepat lelah sehingga produktivitas kerja karyawan
tersebut akan rendah. Menurut Moekijat (2002) untuk
mendapatkan suasana kerja yang baik perlu memperhatikan
berbagai faktor penunjang dalam lingkungan kerja fisik,
seperti : penerangan, kebersihan dan warna, udara, suara, dan
keamanan.
Selain itu temuan-temuan dari hasil penelitian ini
juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Wantoro (2006) dengan subyek karyawan bagian produksi di
87
PT. Poliplas Makmur Sentosa, menunjukkan bahwa
lingkungan kerja fisik yang diukur melalui indikator : sarana
penerangan, pencahayaan matahari, kebersihan ruang kerja,
paduan warna di ruang kerja, ventilasi udara, tingkat
gangguan suara, rasa aman terhadap kepemilikan barang
pribadi dan beraktivitas di lingkungan kerja berpengaruh
signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan PT. Poliplas
Makmur Sentosa Ungaran dengan kontribusi sebesar 0,424
atau 42,40 %. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh
Supriyanto (2006) dengan subyek karyawan bagian produksi
di PT. Bina Guna Kimia Ungaran juga menunjukkan bahwa
lingkungan kerja fisik yang diukur dengan indikator : kualitas
penerangan di ruang kerja, kebersihan ruang kerja, kualitas
paduan warna di ruang kerja, kecukupan ventilasi udara, dan
tingkat kebisingan ruang kerja secara signifikan berpengaruh
terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Bina Guna
Kimia Ungaran, namun kontribusi yang diberikan dalam hal
ini hanya sebesar 0,250 atau 25,00 %. Dari hasil-hasil
penelitian yang pernah dilakukan tersebut memberikan
sebuah penguatan bahwa lingkungan kerja fisik karyawan
yang nyaman akan mampu meningkatkan produktivitas kerja
karyawan.