bab iv hasil penelitian 4.1. kondisi penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf ·...
TRANSCRIPT
80
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Kondisi Penelitian
4.1.1. Sejarah Objek Penelitian
Sejak tahun 1984 sampai dengan saat ini Kantor Dinas Pendapatan
Provinsi Jawa Barat bertempat di Jalan Soekarno-Hatta no. 528 Bandung yang
sebelumnya berada di Jalan Ir. H. Juanda No. 37 Bandung. Guna memantapkan
pelaksanaan fungsi Dinas serta pengaturan lebih lanjut dari Peraturan Daerah
mengenai Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Jawa Barat, diatur pula mengenai Cabang Dinas yaitu sebagaimana tercantum
dalam SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No.
125/SK.1045/HUK/82 tanggal 29 Juli 1982 tentang pembentukan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Cabang Dinas di lingkungan Dinas Pendapatan Daerah
Propinsi Jawa Barat .
Cabang Dinas ini terdapat di setiap Kabupaten/ Kota yang berkedudukan
sebagai unsur pelaksana teknis operasional bidang pendapatan daerah
dilingkungan Dinas. Seiring dengan adanya kebijakan dari Gubernur bahwa di
lingkungan Dinas tidak ada lagi Cabang Dinas, maka pada tahun 2002 dibentuk
Unit Pelayanan Pendapatan Daerah sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa
Barat No. 65 tahun 2002 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas pada
Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Barat
tanggal 2 Desember 2002.
81
Di dalam perjalanannya Unit Pelayanan Pendapatan di lingkungan Dinas
Pendapaan Provinsi Jawa Barat berkembang menjadi 33 UPPD yang tersebar di
Kabupaten/ Kota yang ada di Jawa Barat sesuai dengan Keputusan Gubernur
nomor 39 tahun 2010 dan dirubah pada tahun 2011 menjadi Peraturan Gubernur
Nomor 17 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Pendapatan Provinsi
Jawa Barat dan nama unit pelaksana teknis Dinas di lingkungan Dispenda
Provinsi Jawa Barat pun berubah yang semula Unit Pelayanan Pendapatan Daerah
menjadi Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Wilayah yang tersebar di 34
wilayah kerja yang ada di Jawa Barat. Sala satu Cabang Pelayanan Dinas
Pendapatan yang ada di Kota Bandung adalah Cabang Pelayanan Dinas
Pendapatan Provinsi Wilayah Kota bandung II Kawaluyaan yang penulis jadikan
tempat penelitian.
4.1.2 Visi dan Misi Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
a. Visi
“Terwujudnya Pelayanan Prima sebagai Bukti Pengabdian kepada
Masyarakat.”
b. Misi
1. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kepada Masyarakat
2. Meningkatkan Keamanan dan Keselamatan Pemilik Kendaraan
Bermotor
3. Meningkatkan Pendapatan Daerah dan Negara.
82
4.1.3 Etika, Janji, Moto Pelayanan Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
a. Etika Pelayanan:
1. Rapi
2. Aman
3. Memuaskan
4. Amanah
5. Humanis
b. Janji Pelayanan:
1. Pasti Waktu
2. Pasti Harga
3. Pasti Kualitas
4. Transparansi dan Non Diskriminasi
c. Moto: “Kepuasaan Wajib Pajak adalah Prioritas Pelayanan Kami”
4.1.4 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Cabang Pelayanan Dinas
Berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 17 Tahun 2011
a. Kedudukan
Unsur pelaksana teknis pada Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat
b. Tugas Pokok
Melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang Pendapatan Daerah
83
c. Fungsi
1. Penyelenggara pengkajian bahan petunjuk teknis di bidang Pendapatan
Daerah
2. Penyelenggara Pelayanan umum di bidang Pendapatan Daerah
4.1.5 Lokasi dan Wilayah Pelayanan Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
a. Kecamatan Regol
b. Kecamatan Lengkong
c. Kecamatan Kiara Condong
d. Kecamatan Batungunggal
e. Kecamatan Cidadap
f. Kecamatan Bandung Wetan
g. Kecamatan Sumur Bandung
h. Kecamatan Cibeunying Kaler
i. Kecamatan Cibeunying Kidul
84
4.1.6 Struktur Organisasi Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
Peta Jabatan dan Distribusi PNS Cabang Pelayanan Dinas Pendapat
Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
Tahun 2013
KEPALA CABANG
Drs. H. Dadang Warsono, M.Si.
NIP. 19590214 198103 1 005
Gambar 4.1
Struktur Organisasi
SUB BAGIAN TATA USAHA
Sri Endrayanie, S.IP, M.Si
NIP. 19630813 199003 2 006 JABATAN FUNGSIONAL
PELAKSANA:
1. Hj. Marliana
2. Irma Yulia, SE.,MM
3. M. Yayan Yuliawan,S.IP
4. Sufian Nur Rakhmat,S.IP.,M.Si
5. Achmad Barkah, SE
6. Yanto
7. Lilis Yutikasari
8. Kusmulyana, SE
SEKSI PENDATAAN DAN
PENETAPAN
Hj. Imas Ratnawangsih, SE., MM
NIP. 19591024 197811 2 001
SEKSI PENERIMAAN DAN
PENAGIHAN
Hj. Neneng Ratna Komala, SE., MM
NIP. 19630529 198603 2 002
PELAKSANA:
1. Hj. Yati Suryati, SE
2. Pepi Puspita S, SE
3. Hj. Rd. Miranti R, SE
4. Nurhayati, SE
5. Asep Saputra, SE
6. Yusuf Krisna Hari, SE
7. Masdar Helmi, SE
8. Rudi
9. Gugi Gustaman
PELAKSANA
1. Febi Febriadi, S.Sos
2. Sutarno
3. Yofa Faryosti, SH
85
4.1.7 Tata Kerja Fungsi Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
Tata kerja Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan adalah sebagai berikut:
1. Kepala Cabang
a. Tugas Pokok:
Memimpin, mengkoordinasi, membina dan mengendalikan
pelaksana kegiatan tugas pokok Cabang Pelayanan Dinas
Pendapatan;
b. Fungsi:
1) Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pelayanan
umum pemungutan pendapatan daerah; dan
2) Penyelenggaraan pelayanan umum pemungutan pendapatan
daerah.
c. Rincian Tugas:
1) Menyelenggarakan perumusan program kerja CPDP;
2) Menyelenggarakan koordinasi, memimpin, pembinaan dan
pengendalian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi CPDP;
3) Menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis pelayanan
pengendalian, evaluasi, pelaporan dan koordinasi pendapatan
daerah;
4) Menyelenggarakan pelayanan pendapatan daerah;
5) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
86
6) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
d. Tugas Kuasa Pengguna Anggaran:
Melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
a. Tugas Pokok:
Melaksanakan pengelolaan data dan informasi, penyusunan rencana
program pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian dan
umum.
b. Fungsi:
1) Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan rencana program,
pengendalian dan pelaporan;
2) Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi, kepegawaian dan
umum; dan
3) Pelaksanaan pengelolaan urusan keuangan.
c. Rincian Tugas
1) Melaksanakan penyusunan program kerja CPDP dan Subbagian
Tata Usaha;
2) Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian;
3) Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan;
4) Melaksanakan rekonsiliasi potensi dan pendapatan daerah;
5) Melaksanakan pengelolaan umum dan perlengkapan;
87
6) Melaksanakan pengelolaan tata naskah dinas dan kearsipan;
7) Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan;
8) Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
9) Melaksanakan evaluasi dan pelaporan program kerja CPDP dan
kegiatan Subbagian Tata Usaha;
d. Rincian Tugas PPTK:
1) Mengendalikan pelaksana kegiatan.
2) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada
Pengguna Anggaran melalui Pengguna Anggaran.
3) Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran
pelaksanaan kegiatan.
3. Kepala Seksi Penerimaan dan Penagihan
a. Tugas Pokok:
Melaksanakan pelayanan umum Penerimaan dan Penagihan PKB/
BBN-KB, PAP dan RPKD.
b. Fungsi
1) Penyusunan bahan petunjuk teknis pelayanan umum Penerimaan
dan Penagihan PKB/ BBN-KB, PAP dan RKPD; dan
2) Pelaksanaan pelayanan umum Penerimaan dan Penagihan PKB/
BBN-KB, PAP, dan RKPD.
88
c. Rincian Tugas
1) Melaksanakan penyusunan program kerja Seksi Penerimaan dan
Penagihan;
2) Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis Pelayanan
Penerimaan dan Penagihan PKB, BBN-KB, PBBKB, PAP,
Retribusi Daerah, dan lain-lain PAD yang sah;
3) Melaksanakan pelayanan penerimaan dan penagihan serta
keberatan dan banding PKB, BBN-KB, PBBKB, PAP, Retribusi
Daerah, serta lain-lain PAD yang sah;
4) Melaksanakan koordinasi pengendalian evaluasi pelaporan
penerimaan dan penagihan PKB, BBN-KB, PBBKB, PAP,
Retribusi Daerah, serta lain-lain PAD yang sah;
5) Melaksanakan penyuluhan PKB, BBN-KB, PBBKB, PAP,
Retribusi Daerah, serta lain-lain PAD yang sah;
6) Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan
kebijakan teknis operasional;
7) Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
8) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya;
4.Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan
a. Tugas Pokok:
Melaksanakan pelayanan umum Pendataan dan Penetapan PKB/
BBN-KB.
89
b. Fungsi:
1) Penyusunan bahan petunjuk teknis pelayanan umum Pendataan
dan Penetapan PKB/ BBN-KB.
2) Pelaksanaan pelayanan umum Pendataan dan Penetapan PKB/
BBN-KB.
c.Rincian Tugas:
1) Melaksanakan penyusunan program kerja Seksi Pendataan dan
Penetapan;
2) Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis Pelayanan
Pendataan dan Penetapan PKB, BBN-KB, PBBKB, PAP,
Retribusi Daerah, serta lain-lain PAD yang sah;
3) Melaksanakan koordinasi pembinaan, pengendalian, evaluasi,
pembukuan dan pelaporan pendataan dan penetapan PKB, BBN-
KB, PBBKB, PAP, Retribusi Daerah, serta lain-lain PAD yang
sah;
4) Melaksanakan pelayanan pendataan, pendaftaran, dan penetapan
serta keberatan dan banding PKB, BBN-KB, PBBKB, PAP,
Retribusi Daerah, serta lain-lain PAD yang sah;
5) Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
6) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya;
90
4.1.8 Keadaan Pegawai Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
Pegawai merupakan Sumber Daya Manusia yang memegang peranan
penting dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi. Tanpa adanya pegawai
dengan kualitas dan kuantitas yang memadai, maka tujuan tidak akan dapat
tercapai secara efektif dan efisien.
Berikut ini akan dikemukakan gambaran umum keadaan pegawai di
Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II
Kawaluyaan berdasarkan kedudukan, tugas dan fungsi yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.1
Keadaan Pegawai Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
No Jabatan Jumlah
1. Kepala Cabang 1
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1
3. Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan 1
4. Kepala Seksi Penerimaan dan Penagihan 1
5. Staff/ Pelaksana 20
Jumlah 24
Sumber : Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah
Kota Bandung II Kawaluyaan.
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar
pegawai Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah
Kota Bandung II Kawaluyaan merupakan unsur staff atau pelaksana dengan
jumlah 24 orang.
91
Selanjutnya akan dikemukakan keadaan pegawai berdasarkan golongan
atau ruang yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.2
Keadaan Pegawai Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
Berdasarkan Golongan atau Ruang
No. Golongan atau Ruang Jumlah
1. Pembina Tingkat I (IV/b) 1 orang
2. Pembina (IV/a) 1 orang
3. Penata Tingkat I (III/d) 1 orang
4. Penata (III/c) 3 orang
5. Penata Muda Tingkat I (III/b) 8 orang
6. Penata Muda (III /a) 7 orang
7. Pengatur Tingkat I (II/d) -
8. Pengatur (II/c) 1 orang
9. Pengatur (II/b) 1 orang
10. Pengatur (II/a) 1 orang
Jumlah 24 orang
Sumber : Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah
Kota Bandung II Kawaluyaan 2013.
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar
pegawai Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota
Bandung II Kawaluyaan merupakan golongan III/b yaitu sebanyak 8 orang.
92
Keadaan pegawai berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Keadaan Pegawai Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Pasca Sarjana 6 orang
2. Sarjana 12 orang
3 Diploma 3 orang
4. SMA 3 orang
5. SMP -
Jumlah 24 orang
Sumber : Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan 2013.
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar
pegawai Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah
Kota Bandung II Kawaluyaan berpendidikan Sarjana yaitu sebanyak 12 orang.
Keadaan pegawai berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4
Keadaan Pegawai Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 13 orang
2. Perempuan 11 orang
Jumlah 24 orang
Sumber : Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah
Kota Bandung II Kawaluyaan 2013
93
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui sebagian besar pegawai
Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II
Kawaluyaan merupakan Laki-laki yaitu sebanyak 13 orang.
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.2.1 Hasil Uji Validitas
Uji validitas ditujukan untuk mengukur ketepatan instrumen yang
digunakan dalam penelitian. Pengujian validitas dilakukan dengan
mengkorelasikan masing-masing skor pada item dengan skor total. Teknik analisis
yang digunakan adalah koefisien korelasi Pearson Product Moment, yaitu:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ { ∑ ∑
Untuk mengetahui koefisien korelasi r dikatakan valid atau tidak valid
dilakukan dengan membandingkan antara r hitung dengan r tabel. Pengujian
menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah
sebagai berikut:
a. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau
item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan valid).
b. Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau
item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan tidak valid).
94
Dari hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor total.
Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada
signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data n-2 = 41, maka didapat r tabel
sebesar 0.301 (terlampir). Berikut ini dapat dilihat hasil dari perhitungan validitas
untuk keseluruhan butir pernyataan.
Tabel 4.5
Uji Validitas Variabel Koordinasi (X)
Prediktor No
Pernyataan r hitung r tabel Keterangan
(Variabel X)
Koordinasi
1 0.553 0.301 Valid
2 0.358 0.301 Valid
3 0.330 0.301 Valid
4 0.474 0.301 Valid
5 0.793 0.301 Valid
6 0.651 0.301 Valid
7 0.550 0.301 Valid
8 0.405 0.301 Valid
9 0.673 0.301 Valid
10 0.790 0.301 Valid
11 0.683 0.301 Valid
12 0.749 0.301 Valid
13 0.574 0.301 Valid
14 0.707 0.301 Valid
15 0.614 0.301 Valid
16 0.578 0.301 Valid
Sumber: data hasil penelitian 2013
Berdasarkan pada tabel 4.5 di atas diketahui bahwa setiap item pernyataan
r hitung lebih besar dari r tabel (rhitung > r tabel), sehingga semua instrumen
koordinasi dinyatakan valid dan dapat dipergunakan dalam penelitian.
95
Tabel 4.6
Uji Validitas Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)
Prediktor No
Pernyataan r hitung r tabel Keterangan
(Variabel Y)
Efektivitas
Pelayanan
17 0.647 0.301 Valid
18 0.750 0.301 Valid
19 0.620 0.301 Valid
20 0.772 0.301 Valid
21 0.717 0.301 Valid
22 0.485 0.301 Valid
Sumber: data hasil penelitian 2013
Berdasarkan pada tabel 4.6 di atas diketahui bahwa setiap item pernyataan
r hitung lebih besar dari r tabel (rhitung > r tabel), sehingga semua instrumen
efektivitas pelayanan dinyatakan valid dan dapat dipergunakan dalam penelitian.
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah
alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika
pengukuran tersebut diulang. Ada beberapa metode pengujian reliabilitas
diantaranya metode tes ulang, formula belah dua dari Spearman-Brown, Formula
Rulon, Formula Flanagan, Cronbach’s Alpha, Metode Formula KR-20, KR-21,
dan Metode Anova Hoyt.
Untuk mengetahui nilai reliabilitas maka penulis mencari nilai r terlebih
dahulu dengan menggunkan rumus koefisien korelasi Pearson Product Moment.
Adapun nilai pembanding untuk reliabilitas adalah 0,7. Mudjarad Kuncoro
menyatakan jika nilai koefisien reliabilitas lebih dari 0,7 maka dapat dijadikan
sebagai alat penelitian, sebaliknya jika kurang dari 0,7 maka variabel atau alat
96
ukur tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat ukur, karena tidak handal. Berikut
ini tabel hasil uji reliabilitas angket penelitian sebagai berikut:
Tabel 4.7
Uji Reliabilitas Variabel Koordinasi (X)
Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan Program SPSS 20.0., 2013
Dari hasil analisis di atas di dapat nilai Alpha sebesar 0,750 yang
bermakna bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dinyatakan
reliabel karena apabila dibandingkan dengan batas minimum realibilitas yakni 0,7
variabel-variabel tersebut lebih besar dari 0,7 sehingga variabel-variabel tersebut
dapat digunakan sebagai instrumen dalam mengukur koordinasi.
Tabel 4.8
Uji Reliabilitas Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.765 7
Dari hasil analisis di atas di dapat nilai Alpha sebesar 0,765 dengan
menggunakan batasan 0,7. Maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen
penelitian dalam efektivitas pelayanan tersebut Reliabel.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.750 17
97
Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah
terdapat pengaruh positif dan signifikan dari koordinasi antar instansi terhadap
efektivitas pelayanan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) pada
Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II
Kawaluyaan.
4.3 Gambaran Mengenai Tanggapan Responden pada Variabel Penelitian
Pada bagian ini penulis akan membahas hasil penelitian berdasarkan
angket yang berisi pernyataan yang diperoleh dari hasil observasi dan angket
penelitian secara tertutup yang disebar kepada 43 pegawai Cabang Pelayana Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan yang menjadi
responden dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dari penyebaran angket
kemudian ditabulasikan dalam bentuk frekuensi dan dipersentasekan serta
dianalisis berdasarkan persentase yang diperoleh (terlampir).
4.3.1 Tanggapan Responden mengenai Variabel Koordinasi
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai koordinasi berikut ini
penulis akan menguraikan masing-masing indikator, dalam penelitian ini skor
setiap indikator diperoleh dari hasil tanggapan responden.
1. Tanggapan Responden Mengenai Kesatuan Tindakan
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai koordinasi antar
instansi dilihat dari dimensi kesatuan tindakan, dalam penelitian ini skor untuk
dimensi diperoleh dari hasil tanggapan responden. Dimensi kesatuan tindakan
dioperasionalkan kedalam 4 item pernyataan dengan jawaban dari 43 responden.
98
Tanggapan responden terhadap kesatuan tindakan, dapat dilihat pada tabel 4.9
berikut ini :
Tabel 4.9
Tanggapan Responden Mengenai Kesatuan Tindakan (X1)
n = 43
No Item
Alternatif Jawaban
Total 5 4 3 2 1
1 13 30 0 0 0 185
2 7 36 0 0 0 179
3 7 35 1 0 0 178
4 7 36 0 0 0 179
Total 170 548 3 0 0 721
Sumber: data hasil penelitian 2013
Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori
Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),
untuk 4 item pernyataan yang termasuk dimensi kesatuan tindakan, dihitung
sebagai berikut:
Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x responden
= 1 x 4 x 43
= 172
Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x responden
= 5 x 4 x 43
= 860
Interval = Nilai index maximum – Nilai index minimum
= 860 – 172
= 688
Jarak Interval = Interval = 688 = 137.6
Jumlah jenjang 5
99
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, skor yang diperoleh adalah 721. Secara
kontinum dapat digambarkan seperti berikut:
Skor Minimum Skor Maximum
Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi
172 309.6 447.2 584.8 722.4 860
Rendah Tinggi
721
Gambar 4.2
Garis Kontinum Pelaksanaan KesatuanTindakan
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.9 dan garis kontinum di atas
dapat diketahui bahwa kesatuan tindakan memperoleh nilai sebesar 721 yang
terletak antara rentang 584.8 dan 722.4, dengan demikian berada pada garis
kontinum yang berkategori tinggi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan pihak pegawai
yaitu urusan kepegawaian Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan menyatakan bahwa kesatuan tindakan
dalam koordinasi antar instansi dalam pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap) sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang sudah
ditetapkan oleh peraturan yang berlaku. Maka dapat disimpulkan bahwa pada
Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II
Kawaluyaan secara keseluruhan melaksanakan kesatuan tindakan yang baik.
100
2. Tanggapan Responden Mengenai Komunikasi
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai koordinasi antar
instansi dilihat dari dimensi komunikasi, dalam penelitian ini skor untuk dimensi
diperoleh dari hasil tanggapan responden. Dimensi komunikasi dioperasionalkan
kedalam 4 item pernyataan dengan jawaban dari 43 responden. Tanggapan
responden terhadap komunikasi, dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:
Tabel 4.10
Tanggapan Responden Mengenai Komunikasi (X2)
n = 43
No Item
Alternatif Jawaban
Total 5 4 3 2 1
5 24 15 4 0 0 192
6 14 18 10 1 0 174
7 10 17 16 0 0 166
8 15 27 1 0 0 186
Total 315 308 93 2 0 718
Sumber: data hasil penelitian 2013
Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori
Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),
untuk 4 item pernyataan yang termasuk dimensi komunikasi, dihitung sebagai
berikut:
Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x responden
= 1 x 4 x 43
= 172
Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x responden
= 5 x 4 x 43
= 860
101
Interval = Nilai index maximum – Nilai index minimum
= 860 – 172
= 688
Jarak Interval = Interval = 688 = 137.6
Jumlah jenjang 5
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, skor yang diperoleh adalah 718. Secara
kontinum dapat digambarkan seperti berikut:
Skor Minimum Skor Maximum
Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi
172 309.6 447.2 584.8 722.4 860
Rendah Tinggi
718
Gambar 4.3
Garis Kontinum Pelaksanaan Komunikasi
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.10 dan garis kontinum di atas
dapat diketahui bahwa komunikasi memperoleh nilai sebesar 718 yang terletak
antara rentang 584.8 dan 722.4, dengan demikian berada pada garis kontinum
yang berkategori tinggi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan pihak pegawai
yaitu urusan kepegawaian Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan menyatakan bahwa komunikasi dalam
koordinasi antar instansi dalam pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap) sudah dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku.
102
Maka dapat disimpulkan bahwa pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan secara keseluruhan
melaksanakan komunikasi yang baik.
3. Tanggapan Responden Mengenai Pembagian Kerja
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai koordinasi antar
instansi dilihat dari dimensi pembagian kerja, dalam penelitian ini skor untuk
dimensi diperoleh dari hasil tanggapan responden. Dimensi pembagian kerja
dioperasionalkan kedalam 4 item pernyataan dengan jawaban dari 43 responden.
Tanggapan responden terhadap pembagian kerja, dapat dilihat pada tabel 4.11
berikut:
Tabel 4.11
Tanggapan Responden Mengenai Pembagian Kerja (X3)
n = 43
No Item
Alternatif Jawaban
Total 5 4 3 2 1
9 24 18 1 0 0 195
10 22 18 3 0 0 191
11 9 31 3 0 0 178
12 22 18 3 0 0 191
Total 385 340 30 0 0 755
Sumber: data hasil penelitian 2013
Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori
Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),
untuk 4 item pernyataan yang termasuk dimensi pembagian kerja, dihitung
sebagai berikut:
103
Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x Responden
= 1 x 4 x 43
= 172
Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x Responden
= 5 x 4 x 43
= 860
Interval = Nilai index maximum – Nilai index minimum
= 860 – 172
= 688
Jarak Interval = Interval = 688 = 137.6
Jumlah jenjang 5
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, skor yang diperoleh adalah 755. Secara
kontinum dapat digambarkan seperti berikut:
Skor Minimum Skor Maximum
Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi
172 309.6 447.2 584.8 722.4 860
Rendah Tinggi
755
Gambar 4.4
Garis Kontinum Pelaksanaan Pembagian Kerja
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.11 dan garis kontinum di atas
dapat diketahui bahwa pembagian kerja memperoleh nilai sebesar 755 yang
terletak antara rentang 722.4 dan 860, dengan demikian berada pada garis
kontinum yang berkategori sangat tinggi.
104
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan pihak pegawai
yaitu urusan kepegawaian Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan menyatakan bahwa pembagian kerja
dalam koordinasi antar instansi dalam pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap) sudah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Maka dapat disimpulkan bahwa pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan secara keseluruhan
melaksanakan pembagian kerja yang sangat baik.
4. Tanggapan Responden Mengenai Disiplin
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai koordinasi antar
instansi dilihat dari dimensi disiplin, dalam penelitian ini skor untuk dimensi
diperoleh dari hasil tanggapan responden. Dimensi disiplin dioperasionalkan
kedalam 4 item pernyataan dengan jawaban dari 43 responden. Tanggapan
responden terhadap disiplin, dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12
Tanggapan Responden Mengenai Disiplin (X4)
n = 43
No Item
Alternatif Jawaban
Total 5 4 3 2 1
13 8 32 3 0 0 177
14 11 28 4 0 0 179
15 14 22 6 1 0 178
16 8 33 2 0 0 178
Total 205 460 45 2 712
Sumber: data hasil penelitian 2013
105
Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori
Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),
untuk 4 item pernyataan yang termasuk dimensi disiplin, dihitung sebagai berikut:
Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x Responden
= 1 x 4 x 43
= 172
Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x Responden
= 5 x 4 x 43
= 860
Interval = Nilai index maximum – Nilai index minimum
= 860 – 172
= 688
Jarak Interval = Interval = 688 = 137.6
Jumlah jenjang 5
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, skor yang diperoleh adalah 712. Secara
kontinum dapat digambarkan seperti berikut:
Skor Minimum Skor Maximum
Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi
172 309.6 447.2 584.8 722.4 860
Rendah Tinggi
712
Gambar 4.5
Garis Kontinum Pelaksanaan Disiplin
106
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.12 dan garis kontinum di atas
dapat diketahui bahwa disiplin memperoleh nilai sebesar 712 yang terletak antara
rentang 584.8 dan 722.4, dengan demikian berada pada garis kontinum yang
berkategori tinggi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan pihak pegawai
yaitu urusan kepegawaian Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan menyatakan bahwa disiplin dalam
koordinasi antar instansi dalam pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap) sudah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Maka dapat disimpulkan bahwa pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan secara keseluruhan
melaksanakan disiplin yang baik.
Adapun setelah mengetahui skor dari keempat dimensi, skor-skor dari
setiap dimensi diakumulasikan untuk mengetahui skor keseluruhan dan kategori
dari tanggapan responden terhadap keempat dimensi, seperti tersaji pada Tabel
4.13 halaman berikutnya :
107
Tabel 4.13
Tanggapan Responden Mengenai Koordinasi (X)
n=43
No item
Alternatif Jawaban
Total 5 4 3 2 1
1 13 30 0 0 0 185
2 7 36 0 0 0 179
3 7 35 1 0 0 178
4 7 36 0 0 0 179
5 24 15 4 0 0 192
6 14 18 10 1 0 174
7 10 17 16 0 0 166
8 15 27 1 0 0 186
9 24 18 1 0 0 195
10 22 18 3 0 0 191
11 9 31 3 0 0 178
12 22 18 3 0 0 191
13 8 32 3 0 0 177
14 11 28 4 0 0 179
15 14 22 6 1 0 178
16 8 33 2 0 0 178
Total 1075 1656 171 4 0 2906
Sumber: data hasil penelitian 2013
Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori
Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),
untuk 16 item pernyataan yang termasuk dimensi koordinasi, dihitung sebagai
berikut:
Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x Responden
= 1 x 16 x 43
= 688
108
Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x Responden
= 5 x 16 x 43
= 3440
Interval = Nilai index maximum – Nilai index min
= 3440 – 688
= 2752
Jarak Interval = Interval = 2752 = 550.4
Jumlah jenjang 5
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, skor yang diperoleh adalah 2906. Secara
kontinum dapat digambarkan seperti berikut:
Skor Minimum Skor Maximum
Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi
688 1238.4 1788.8 2339.2 2889.6 3440
Rendah Tinggi
2906
Gambar 4.6
Garis Kontinum Pelaksanaan Koordinasi
Secara keseluruhan, koordinasi antar instansi dalam pelayanan SAMSAT
(Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) pada Cabang Pelayanan Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan mendapatkan
skor 2906 yang terletak antara rentang 2889.6 dan 3440, dengan demikian berada
pada garis interval yang berkategori sangat tinggi. Peneliti menyimpulkan bahwa
pegawai sudah mengimplementasikan koordinasi dengan sangat baik dalam
pelayanan SAMSAT pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan.
109
4.3.2 Tanggapan Responden mengenai Variabel Efektivitas Pelayanan
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai erfektivitas pelayanan
berikut ini penulis akan menguraikan masing-masing indikator, dalam penelitian
ini skor setiap indikator diperoleh dari hasil tanggapan responden.
1. Tanggapan Responden Mengenai Kejelasan dan Kepastian
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai efektivitas pelayanan
SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) dilihat dari dimensi
kejelasan dan kepatian dalam penelitian ini skor untuk dimensi diperoleh dari
hasil tanggapan responden. Dimensi kejelasan dan kepastian dioperasionalkan
kedalam 2 item pernyataan dengan jawaban dari 43 responden. Tanggapan
responden terhadap kejelasan dan kepastian, dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut
ini :
Tabel 4.14
Tanggapan Responden Mengenai Kejelasan dan Kepastian
n = 43
No Item
Alternatif Jawaban
Total 5 4 3 2 1
17 6 36 1 0 0 177
18 9 31 3 0 0 178
Total 75 268 12 0 0 355
Sumber: data hasil penelitian 2013
Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori
Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),
untuk 2 item pernyataan yang termasuk dimensi kejelasan dan kepastian, dihitung
sebagai berikut:
110
Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x responden
= 1 x 2 x 43
= 86
Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x responden
= 5 x 2 x 43
= 430
Interval = Nilai index maximum – Nilai index minimum
= 430 – 86
= 344
Jarak Interval = Interval = 344 = 68.8
Jumlah jenjang 5
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, skor yang diperoleh adalah 355. Secara
kontinum dapat digambarkan seperti berikut:
Skor Minimum Skor Maximum
Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi
86 154.8 223.6 292.4 361.2 430
Rendah Tinggi
355
Gambar 4.7
Garis Kontinum Pelaksanaan Kejelasan dan Kepastian
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.14 dan garis kontinum di atas
dapat diketahui bahwa kejelasan dan kepastian memperoleh nilai sebesar 355
yang terletak antara rentang 292.4 dan 361.2, dengan demikian berada pada garis
kontinum yang berkategori tinggi.
111
2. Tanggapan Responden Mengenai Kemudahan dan Kesederhanaan
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai efektivitas pelayanan
dilihat dari dimensi kemudahan dan kesederhanaan, dalam penelitian ini skor
untuk dimensi diperoleh dari hasil tanggapan responden. Dimensi kemudahan dan
kesederhanaan dioperasionalkan kedalam 2 item pernyataan dengan jawaban dari
43 responden. Tanggapan responden terhadap kemudahan dan kesederhanaan,
dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15
Tanggapan Responden Mengenai Kemudahan dan
Kesederhanaan
n = 43
No Item
Alternatif Jawaban
Total 5 4 3 2 1
19 5 35 2 1 0 173
20 9 29 4 1 0 175
Total 70 256 18 4 0 348
Sumber: data hasil penelitian 2013
Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori
Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),
untuk 2 item pernyataan yang termasuk dimensi kemudahan dan kesederhanaan,
dihitung sebagai berikut:
Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x responden
= 1 x 2 x 43
= 86
Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x responden
= 5 x 2 x 43
= 430
112
Interval = nilai index maximum – nilai index minimum
= 430 – 86
= 344
Jarak Interval = interval = 344 = 68.8
jumlah jenjang 5
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, skor yang diperoleh adalah 348. Secara
kontinum dapat digambarkan seperti berikut:
Skor Minimum Skor Maximum
Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi
86 154.8 223.6 292.4 361.2 430
Rendah Tinggi
348
Gambar 4.8
Garis Kontinum Pelaksanaan Kemudahan dan Kesederhanaan
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.15 dan garis kontinum di atas
dapat diketahui bahwa pembagian kerja memperoleh nilai sebesar 348 yang
terletak antara rentang 292.4 dan 361.2, dengan demikian berada pada garis
kontinum yang berkategori tinggi.
3. Tanggapan Responden Mengenai Ketepatan dan Kecepatan
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai efektivitas pelayanan
dilihat dari dimensi ketepatan dan kecepatan, dalam penelitian ini skor untuk
dimensi diperoleh dari hasil tanggapan responden. Dimensi ketepatan dan
kecepatan dioperasionalkan kedalam 2 item pernyataan dengan jawaban dari 43
113
responden. Tanggapan responden terhadap kecepatan dan ketepatan, dapat dilihat
pada tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16
Tanggapan Responden Mengenai Ketepatan dan Kecepatan
n = 43
No Item
Alternatif Jawaban
Total 5 4 3 2 1
21 15 21 7 0 0 180
22 11 31 1 0 0 182
Total 130 208 24 0 0 362
Sumber: Data Hasil Penelitian 2013
Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori
Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),
untuk 2 item pernyataan yang termasuk dimensi kecepatan dan ketepatan, dihitung
sebagai berikut:
Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x responden
= 1 x 2 x 43
= 86
Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x responden
= 5 x 2 x 43
= 430
Interval = nilai index maximum – nilai index minimum
= 430 – 86
= 344
Jarak Interval = interval = 344 = 68.8
jumlah jenjang 5
114
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, skor yang diperoleh adalah 362. Secara
kontinum dapat digambarkan seperti berikut:
Skor Minimum Skor Maximum
Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi
86 154.8 223.6 292.4 361.2 430
Rendah Tinggi
362
Gambar 4.9
Garis Kontinum Pelaksanaan Ketepatan dan Kecepatan
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.16 dan garis kontinum di atas
dapat diketahui bahwa ketepatan dan kecepatan memperoleh nilai sebesar 362
yang terletak antara rentang 361.2 dan 430, dengan demikian berada pada garis
kontinum yang berkategori sangat tinggi.
Adapun setelah mengetahui skor dari ketiga dimensi, skor-skor dari setiap
dimensi diakumulasikan untuk mengetahui skor keseluruhan dan kategori dari
tanggapan responden terhadap ketiga dimensi, seperti tersaji pada Tabel 4.17 pada
halaman berikutnya:
115
Tabel 4.17
Tanggapan Responden Mengenai Efektivitas Pelayanan (Y)
n=43
No item
Alternatif Jawaban
Total 5 4 3 2 1
17 6 36 1 0 0 177
18 9 31 3 0 0 178
19 5 35 2 1 0 173
20 9 29 4 1 0 175
21 15 21 7 0 0 180
22 11 31 1 0 0 182
Total 275 732 54 4 0 1065
Sumber: data hasil penelitian 2013
Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori
Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),
untuk 6 item pernyataan yang termasuk dimensi efektivitas pelayanan, dihitung
sebagai berikut:
Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x Responden
= 1 x 6 x 43
= 258
Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x Responden
= 5 x 6 x 43
= 1290
Interval = nilai index maximum – nilai index min
= 1290 – 258
= 1032
Jarak Interval = interval = 1032 = 206.4
jumlah jenjang 5
116
Berdasarkan tabel 4.17 di atas, skor yang diperoleh adalah 1065. Secara
kontinum dapat digambarkan seperti berikut:
Skor Minimum Skor Maximum
Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi
258 464.4 670.8 877.2 1083.6 1290
Rendah Tinggi
1065
Gambar 4.10
Garis Kontinum Pelaksanaan Efektivitas Pelayanan
Secara keseluruhan, efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap) pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan mendapatkan skor 1065 yang
terletak antara rentang 877.2 dan 1083.6, dengan demikian berada pada garis
interval yang berkategori tinggi. Peneliti menyimpulkan bahwa pegawai sudah
mengimplementasikan efektivitas pelayanan SAMSAT pada Cabang Pelayanan
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan dengan
baik.
4.4 Uji Asumsi Klasik
Persyaratan untuk bisa menggunakan persamaan regresi linier berganda adalah
terpenuhinya asumsi klasik. Untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang efisien dan
tidak bias BLUE dari satu persamaan regresi berganda dengan metode kuadrat
terkecil, maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui model regresi yang
117
dihasilkan memenuhi persyaratan asumsi klasik. Uji asumsi klasik sendiri
meliputi Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas dan Uji Heteroskedastisitas.
4.4.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametik, asumsi yang
harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi secara
normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan
mengikuti bentuk distribusi normal. Uji normalitas bias dilakukan dengan
“Normal P-P Plot”.
Pada normal P-P Plot prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh garis diagonal dan/ atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
118
Untuk menganalisis datanya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Sumber: Hasil Pengolahan Data Uji Asumsi Klasik Menggunakan Program SPSS
20.0 2013
Gambar 4.11
Histogram Uji Normalitas
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar diagram
dan mengikuti model regresi sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diolah
merupakan data yang berdistribusi normal sehingga uji normalitas terpenuhi.
4.4.2 Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Jika variabel
independent saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Untuk
mendeteksi adanya multikolinieritas, dapat dilihat dari Value Inflation Factor
(VIF). Apabila nilai VIF > 10, terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF < 10,
tidak terjadi multikolinieritas.
119
Untuk analisisnya dengan SPSS bias dilihat dari hasil output pada tabel
“Coefficient” sebagai berikut:
Tabel 4.18
Sumber: Hasil Pengolahan Data Uji Asumsi Klasik Menggunakan Program SPSS
20.0 2013
Data hasil output data didapatkan bahwa nilai semua nilai VIF < 10 ini
berarti tidak terjadi multikolonieritas. Dan dapat disimpulkan bahwa uji
multikolonieritas terpenuhi.
4.4.3 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel pengganggu
mempunyai varian yang sama atau tidak. Heteroskedastisitas mempunyai suatu
keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain
berbeda. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya
heteroskedastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien-koefisien regresi
menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan menjadi kurang dari semestinya.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 19.276 4.475 4.308 .000
KESATUAN
TINDAKAN -.630 .304 -.314 -2.070 .045 .725 1.379
KOMUNIKASI .134 .177 .127 .759 .452 .597 1.675
PEMBAGIAN
KERJA .395 .216 .350 1.831 .075 .458 2.181
DISIPLIN .416 .201 .341 2.071 .045 .615 1.627
a. Dependent Variable:
EFEKTIVITAS PELAYANAN
120
Heteroskedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linier,
yaitu bahwa variasi residual sama untuk semua pengamatan atau disebut
homokedastisitas.
Untuk mendetekasi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan
melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED
dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu
X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.
Dasar analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratir (bergelombang , melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika ada pola yang jelas , serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas .
Untuk menganalisis datanya kita lihat pada gambar “Scatterplot” pada
output data pada halaman berikutnya.
121
Sumber: Hasil Pengolahan Data Uji Asumsi Klasik Menggunakan Program SPSS
20.0 2013
Gambar 4.12
Histogram Uji Heteroskedastisitas
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 dan sumbu Y.
4. 5 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua
atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen yaitu
koordinasi antar instansi (kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja dan
disiplin) dengan variabel dependen yaitu Efektivitas Pelayanan SAMSAT (Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap). Apakah masing-masing variabel independen
berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel
dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.
122
Setelah dilakukan transformasi skala pengukuran data selanjutnya dihitung
data input dalam perhitungann analisis regresi. Data input dalam perhitungan
analisis regresi diperoleh dari skor total pembagian kerja (X1), komunikasi (X2),
pembagian kerja (X3) disiplin (X4) dan efektivitas pelayanan (Y). Koefisien
regresi unuk model yang diteliti berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat pada
tabel 4.18 berikut ini:
Tabel 4.19
Koefisien Regresi dan Uji Signifikansi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 19.276 4.475 4.308 .000
KESATUAN
TINDAKAN -.630 .304 -.314 -2.070 .045
KOMUNIKASI .134 .177 .127 .759 .452
PEMBAGIAN KERJA .395 .216 .350 1.831 .075
DISIPLIN .416 .201 .341 2.071 .045
a. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN
Sumber: data hasil pengolahan menggunakan SPSS 20.0 2013
Dari koefisien regresi yang diperoleh dapat dibentuk persamaan regresinya
sebagai berikut:
Y’ = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4
Y’ = 19.276 + (-0.630X1) + 0.134X2 + 0.395X3+ 0.416X4
Dari persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar 19.276, artinya Efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap) dalam skala interval adalah sebesar
123
19.276 jika tidak ada variabel kesatuan tindakan (X1), komunikasi (X2),
pembagian kerja (X3) dan disiplin (X4).
b. Koefisien regresi sebesar -0.630 artinya bahwa setiap penurunan atau
pengurangan pelaksanaan kesatuan tindakan dalam koordinasi antar instansi
sebesar satu satuan dalam skala interval akan meningkatkan efektivitas
pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) -0.630
satuan.
c. Koefisien regresi sebesar 0.134 artinya bahwa setiap peningkatan atau
penambahan pelaksanaan komunikasi dalam dalam koordinasi antar instansi
sebesar satu satuan dalam skala interval akan meningkatkan efektivitas
pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) 0.134
satuan.
d. Koefisien regresi sebesar 0.395 artinya bahwa setiap peningkatan atau
penambahan pelaksanaan pembagian kerja dalam koordinasi antar instansi
sebesar satu satuan dalam skala interval akan meningkatkan efektivitas
pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) 0.395
satuan.
e. Koefisien regresi sebesar 0.416 artinya bahwa setiap peningkatan atau
penambahan disiplin dalam koordinasi antar instansi sebesar satu satuan dalam
skala interval akan meningkatkan efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap) 0.416 satuan.
124
Jadi dapat disimpulkan koefisien regresi disini bertanda positif, dan dapat
diartikan bahwa terjadi pengaruh positif dari kesatuan tindakan, komunikasi,
pembagian kerja dan disiplin terhadap efektivitas pelayanan Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap (SAMSAT), pengaruh positif ini serta dapat diartikan
bahwa semakin baik kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja dan disiplin
maka efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu
Atap) juga akan meningkat, begitupun sebaliknya.
Untuk menunjukkan lebih jelas bahwa semua variabel yang penulis teliti
terdapat pola hubungan, maka peneliti menyajikan grafik histogram yang
dihasilkan dari output dengan menggunakan software SPSS versi 20.0 seperti
gambar berikut :
Gambar 4.13
Histogram
Dari gambar di atas, terlihat gambaran hubungan antara kesatuan tindakan,
komunikasi, pembagian kerja dan disiplin dalam koordinasi antar instansi
terhadap efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu
Atap). Dari gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa terdapat
125
kecenderungan semakin tinggi kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja
dan disiplin dalam koordinasi antar instansi, maka akan semakin meningkat
efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) pada
Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II
Kawaluyaan.
4.6 Uji Verifikatif
1. Pengaruh Kesatuan Tindakan terhadap Efektivitas Pelayanan SAMSAT
(Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap)
Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independent
kesatuan tindakan (X1) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu
Atap) (Y), maka dilakukan analisis berdasarkan pada hasil analisis regresi output
yang disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.20
Koefisien Regresi Kesatuan Tindakan
Sumber : hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 20.0, 2013
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 19.276 4.475 4.308 .000
KESATUAN
TINDAKAN -.630 .304 -.314 -2.070 .045
KOMUNIKASI .134 .177 .127 .759 .452
PEMBAGIAN KERJA .395 .216 .350 1.831 .075
DISIPLIN .416 .201 .341 2.071 .045
a. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN
126
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat diketahui bahwa besarnya
pengaruh kesatuan tindakan dalam koordinasi antar instansi terhadap efektivitas
pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap). Berdasarkan
tabel diperoleh t hitung sebesar -2.070. Tabel distribusi t dicari pada = 10% : 2
= 5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan df (43-2) = 41. Dengan pengujian 2 sisi
(signifikansi = 0,05) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1.682. Oleh karena nilai
t hitung < t tabel ( -2.070 < 1.682) maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara kesatuan tindakan
terhadap efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu
Atap) .
2. Pengaruh Komunikasi terhadap Efektivitas Pelayanan SAMSAT (Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap)
Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independent
komunikasi (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap),
maka dilakukan analisis berdasarkan pada hasil analisis regresi output yang
disajikan pada halaman berikutnya.
127
Tabel 4.21
Koefisien Regresi Komunikasi
Sumber : hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 20.0, 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat diketahui bahwa besarnya
pengaruh komunikasi dalam koordinasi antar instansi terhadap efektivitas
pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap). Berdasarkan
tabel diperoleh t hitung sebesar 0.759. Tabel distribusi t dicari pada = 10% : 2 =
5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan df (43-2) = 41. Dengan pengujian 2 sisi
(signifikansi = 0,05) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1.682. Oleh karena nilai
t hitung < t tabel (0.759 < 1.682) maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi dalam
koordinasi antar instansi terhadap efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap).
3. Pengaruh Pembagian Kerja terhadap Efektivitas Pelayanan SAMSAT
(Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap)
Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variable independent
pembagian kerja (X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap efektivitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 19.276 4.475 4.308 .000
KESATUAN
TINDAKAN -.630 .304 -.314 -2.070 .045
KOMUNIKASI .134 .177 .127 .759 .452
PEMBAGIAN KERJA .395 .216 .350 1.831 .075
DISIPLIN .416 .201 .341 2.071 .045
a. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN
128
pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap), maka
dilakukan analisis berdasarkan pada hasil analisis regresi output yang disajikan
sebagai berikut :
Tabel 4.22
Koefisien Regresi Pembagian Kerja
Sumber : hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 20.0, 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat diketahui bahwa besarnya
pengaruh pembagian kerja dalam koordinasi antar instansi terhadap efektivitas
pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap). Berdasarkan
tabel diperoleh t hitung sebesar 1.831. Tabel distribusi t dicari pada = 10% : 2 =
5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan df (43-2) = 41. Dengan pengujian 2 sisi
(signifikansi = 0,05) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1.682. Oleh karena nilai
t hitung > t tabel (1.831 > 1.682) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara pembagian kerja dalam
koordinasi antar instansi terhadap efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap).
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 19.276 4.475 4.308 .000
KESATUAN
TINDAKAN -.630 .304 -.314 -2.070 .045
KOMUNIKASI .134 .177 .127 .759 .452
PEMBAGIAN
KERJA .395 .216 .350 1.831 .075
DISIPLIN .416 .201 .341 2.071 .045
a. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN
129
4. Pengaruh Disiplin terhadap Efektivitas Pelayanan SAMSAT (Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap)
Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variable independent
disiplin (X4) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pelayanan
SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap), maka dilakukan analisis
berdasarkan pada hasil analisis regresi output yang disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.23
Koefisien Regresi Disiplin
Sumber : hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 20.0, 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat diketahui bahwa besarnya
pengaruh disiplin dalam koordinasi antar instansi terhadap efektivitas pelayanan
SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap). Berdasarkan tabel
diperoleh t hitung sebesar 2.071. Tabel distribusi t dicari pada = 10% : 2 = 5%
(uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan df (43-2) = 41. Dengan pengujian 2 sisi
(signifikansi = 0,05) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1.682. Oleh karena nilai
t hitung > t tabel (2.071 > 1.682) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 19.276 4.475 4.308 .000
KESATUAN
TINDAKAN -.630 .304 -.314 -2.070 .045
KOMUNIKASI .134 .177 .127 .759 .452
PEMBAGIAN KERJA .395 .216 .350 1.831 .075
DISIPLIN .416 .201 .341 2.071 .045
a. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN
130
secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin dalam koordinasi
antar instansi terhadap efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap).
5. Pengaruh Kesatuan tindakan, Komunikasi, Pembagian kerja dan Disiplin
terhadap Efektivitas Pelayanan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
(SAMSAT)
Untuk mengetahui apakah variabel independen (kesatuan tindakan,
komunikasi, pembagian kerja dan disiplin) terhadap Efektivitas Pelayanan
SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap), maka dilakukan analisis
berdasarkan pada hasil analisis regresi output diketahui nilai F yang disajikan
sebagai berikut :
Tabel 4.24
Hasil Uji F
Sumber : pengolahan data menggunakan program SPSS 20.0, 2013
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai F hitung unuk model regresi yang
digunakan sebesar 5.465. Untuk menentukan F tabel Dengan menggunakan
tingkat keyakinan 95%, = 5%, df1 (5–1) = 4, dan df2 (43-2) = 41, hasil
diperoleh untuk F tabel sebesar 3.226 (terlampir).
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 72.919 4 18.230 5.465 .001b
Residual 126.756 38 3.336
Total 199.674 42
a. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN
b. Predictors: (Constant), DISIPLIN, KESATUAN TINDAKAN, KOMUNIKASI, PEMBAGIAN
KERJA
131
Nilai F hitung > F tabel ( 5.465 > 3.226), maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Karena F hitung > F tabel (5.465 > 3.226), maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh
yang signifikan antara kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja dan
disiplin secara simultan terhadap Efektivitas Pelayanan SAMSAT (Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap)
4.7 Analisis Determinasi
Analisis determinasi adalah untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh
kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja dan disiplin terhadap Efektivitas
Pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) dalam
presentase.
Dari hasil analisis regresi, dapat dilihat pada output moddel summary dan
disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.25
Koefisien Determinasi Variabel X1, X2, X3, X4 terhadap Y
Sumber : pengolahan data menggunakan program SPSS 20.0, 2013
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 0.604 atau (60.4%).
Hal ini menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel independen
(kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja, disiplin) terhadap variabel
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .604a .365 .298 1.826
a. Predictors: (Constant), DISIPLIN, KESATUAN TINDAKAN,
KOMUNIKASI, PEMBAGIAN KERJA
b. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN
132
dependen yaitu efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal
Satu Atap) sebesar 60.4%. Atau variasi variabel independen yang digunakan
dalam dimensi (kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja dan disiplin)
mampu menjelaskan sebesar 60.4% variasi variabel dependen variabel dependen
yaitu efektivitas pelayanan. Sedangkan sisanya sebesar 39.6% dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
Tabel 4.26
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Determinansi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
Kurang dari 4% Rendah sekali, lemah sekali
5% - 16% Rendah tetapi pasti
17% - 49% Cukup berarti
50% - 81% Tinggi, kuat
Lebih dari 81% Sangat tinggi, kuat sekali
(Sumber: Sugiyono, 2007: 257)
Dari tabel 4.25 di atas jelas terlihat bahwa nilai koefisien determinansi
yang telah dihitung sebesar 60.4% masuk dalam kriteria pengaruh yang tinggi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh yang tinggi dari Koordinasi
Antar Instansi terhadap Efektivitas Pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap). Hal ini menunjukkan koordinasi memiliki peran yang
tinggi dalam Efektivitas Pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal
Satu Atap).