bab iv hasil dan pembahasan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5819/5/mita rodiyatun...
TRANSCRIPT
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini telah dilakukan selama 1,5 bulan dari bulan Mei sampai Juni
2017 di Bp Sentra Medika dan masing-masing rumah responden di Kecamatan
Lebaksiu Kabupaten Tegal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh dari adanya pemberian Home pharmacy care dalam meningkatkan
kepatuhan dan keberhasilan terapi pasien diabetes mellitus tipe-2 program
PROLANIS di Bp Sentra Medika.
Kunjungan kerumah pasien dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
responden dan dilakukan sebanyak 4 kali dengan jangka waktu 1 minggu sekali.
Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh 1 orang Apoteker untuk memberikan
intervensi Home pharmacy care kepada pasien karena peneliti belum berwenang
untuk memberikan Home Pharmacy Care sehingga peneliti yang mencatat dari
hasil penelitian. Dalam pemberian Home Pharmacy Care, responden diberikan
beberapa informasi seperti informasi tentang penyakit DM seperti pola
diet,olahraga serta tujuan pengobatan penyakit DM, tentang obat antidiabetik yang
digunakan terkait aturan pakai ,waktu dan lamanya penggunaan obat, efek
samping dan cara mengatasinya, pemahaman tentang pentingnya kepatuhan
pasien meminum obat seperti responden diberikan pemahaman bahwa obat yang
sedang dikonsumsi harus diminum setiap hari secara rutin sesuai anjuran dokter
serta diberikan informasi yang dapat terjadi jika responden tidak mengkonsumsi
obat sesuai anjuran dokter, dan responden juga diberikan kesempatan untuk
mengkonsultasikan beberapa hal terkait dengan masalah obat.
A. Karakteristik Responden
Pasien yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pasien diabetes
mellitus tipe-2 yang terdaftar dalam program PROLANIS di Bp Sentra
Medika Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal yang termasuk ke dalam
kriteria inklusi dan tidak termasuk ke dalam kriteria eksklusi. Alasan peneliti
memilih tempat penelitian ini adalah karena berdasarkan survei dan hasil
Laboratorium di Bp Sentra Medika jumlah pasien diabetes yang terdaftar
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA ... MITA RODIYATUN NAJIHA, FARMASI, UMP 2017
36
program prolanis di Bp Sentra Medika masih banyak yang belum tercapai
keberhasilan terapinya ditandai dengan nilai kadar gula darah yang masih
tinggi, dan juga di klinik tersebut belum menerapkan program kunjungan
kerumah pasien (homecare) , sekaligus ingin mengetahui apakah pasien yang
sudah terdaftar dalam program pemerintah yang dikhususkan untuk penyakit
kronis tersebut sudah patuh atau belum dalam mengkonsumsi obat dan
mengontrol kadar gula darah secara rutin serta membantu meningkatkan
kepatuhan dan keberhasilan terapi pasien
pasien yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah
35 pasien. Karakteristik umum responden dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel 4.1
Tabel 4.1 Karakteristik Umum Responden
Demografi
Frekuensi Total
(n=35)
Presentase
(n=100%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
14
21
40%
60%
Usia
50-60 tahun
61-70 tahun
71-80 tahun
18
14
3
51,4%
40%
8,6%
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
7
28
20%
80%
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, jumlah pasien
perempuan lebih dominan dibandingkan pasien laki-laki. Hal ini berkaitan
dengan wanita lebih beresiko mengidap penyakit diabetes karena secara fisik
wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar
serta adanya hubungan faktor proses hormonal yang lebih besar dibandingkan
laki-laki berkaitan dengan sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrom),
pasca-menopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah
terakumulasi. Perubahan hormonal yang terjadi pada perempuan yaitu dimana
telah terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron akibat menopause.
Estrogen pada dasarnya berfungsi untuk menjaga keseimbangan kadar gula
darah dan meningkatkan penyimpanan lemak, serta progesteron yang
berfungsi menormalkan kadar gula darah dan membantu menggunakan lemak
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA ... MITA RODIYATUN NAJIHA, FARMASI, UMP 2017
37
sebagai energi. Hal ini sejalan dengan seperti yang dipaparkan oleh Rivandi
et al (2015) yang menyatakan bahwa proporsi penderita DM lebih tinggi
terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki berkaitan dengan peluang
peningkatan IMT dan faktor hormonal .
Karakteristik responden berdasarkan usia,dapat diketahui bahwa
kelompok usia 50-60 tahun lebih dominan. Hal ini karena pada rentang usia
tersebut , termasuk kedalam golongan lanjut usia awal sehingga mulai
mengalami penurunan fungsi organ termasuk pankreas yang mengakibatkan
produksi insulin mulai menurun dan biasanya pada rentang usia tersebut pola
hidup mulai menurun/kurang baik. Hal ini sejalan dengan yang dipaparkan
oleh Awad et al (2013) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa
penderita diabetes terbanyak di rentang usia 51-60 tahun dan secara umum
penderita paling banyak didapatkan pada usia 40-60 tahun.
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, peneliti membagi
pekerjaan responden menjadi 2 kelompok, yaitu bekerja dan tidak bekerja.
Kelompok yang tidak bekerja yaitu ibu rumah tangga dan pensiunan. Untuk
kelompok yang bekerja ada berbagai macam pekerjaan seperti PNS, petani,
dan pekerja swasta. Berdasarkan tabel 4.1, pasien dengan kelompok tidak
bekerja lebih dominan jumlahnya dimana rata-rata adalah ibu rumah tangga.
Hal ini karena pekerjaan berkaitan dengan aktivitas fisik, dimana pasien lebih
dominan tidak bekerja dan hanya berdiam di rumah / melakukan aktivitas
ringan sehingga kurangnya aktivitas fisik yang dapat lebih beresiko terkena
diabetes. Hal ini disebabkan karena aktivitas fisik yang kurang menyebabkan
resistensi insulin sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyakit
diabetes.(Merentek, 2006)
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin dkk
(2015) dimana penderita diabetes lebih dominan adalah ibu rumah tangga
karena berkaitan dengan aktivitas fisik yang dilakukan oleh ibu rumah tangga
kemungkinan besar lebih sedikit (ringan) dibanding orang yang memiliki
aktifitas pekerjaan diluar rumah . Aktifitas fisik mengakibatkan insulin
semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Jika
insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA ... MITA RODIYATUN NAJIHA, FARMASI, UMP 2017
38
timbul diabetes mellitus dan Lisiswanti et al (2016) menyatakan bahwa
aktivitas fisik dapat memperbaiki kendali glukosa secara menyeluruh, dimana
saat melakukan aktivitas fisik terjadi peningkatan pemakaian glukosa oleh
otot yang aktif sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa darah.
B. Interpretasi Tingkat Kepatuhan
Kepatuhan responden dalam penelitian ini diukur menggunakan 2
metode yaitu kuisioner MMAS-8 dan pill count.
Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Kepatuhan dengan Kuisioner
Pretest ( n=35) Postest ( n=35)
No. Pertanyaan Benar Salah
(%) (%)
Benar Salah
(%) (%)
1 Apakah anda kadang-kadang / pernah
lupa minum obat antidiabetes?
16 19
(45,7) (54,3)
21 14
(60) (40)
2 Kadang-kadang orang lupa minum obat
karena alasan tertentu (selain lupa), coba
diingat ingat lagi, apakah dalam 2
minggu terakhir , terdapat hari dimana
anda tidak meminum obat antidiabetes?
21 14
(60) (40)
34 1
(97,1) (2,9)
3 Jika anda merasa keadaan anda
bertambah buruk / tidak baik dengan
meminum obat anti diabetes, apakah
anda berhenti meminum obat tersebut?
29 6
(82,9) (17,1)
33 2
(94,3) (5,7)
4 Ketika anda berpergian /meninggalkan
rumah, apakah kadang-kadang anda lupa
membawa obat?
8 27
(22,9) (77,1)
11 24
(31,4) (68,6)
5 Apakah kemarin anda meminum obat
antidiabetes?
32 3
(91,4) (8,6)
35 0
(100) (0)
6 Minum obat setiap hari kadang
membuat orang merasa tidak nyaman.
Apakah anda pernah merasa terganggu
memiliki masalah dalam mematuhi
rencana pengobatan anda?
17 18
(48.6) (51,4)
20 15
(57,1) (42,9)
7 Jika kondisi anda membaik, apakah
anda pernah menghentikan/ tidak
menggunakan obat antidiabetes?
20 15
(57,1) (42,9)
34 1
(97,1) (2,9)
8 Seberapa sering anda mengalami
kesulitan dalam memngingat
penggunaan obat?
a.tidak pernah/sangat jarang
b.sesekali
c.kadang-kadang
d.biasanya
e.selalu/ sering
15 20
(42,9) (57,1)
21 14
(60) (40)
Pada tabel 4.2 menggambarkan ditribusi jawaban responden terkait
kepatuhan dalam mengkonsumsi obat. Pada pertanyaan pertama dan ke
delapan terkait kelupaan pasien dalam mengkonsumsi obat , hasil pretes
menunjukkan bahwa perbandingan antara responden yang sering lupa dan
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA ... MITA RODIYATUN NAJIHA, FARMASI, UMP 2017
39
tidak ,jumlahnya lebih besar yang sering lupa karena sebagian besar
menjawab “ya / sesekali /kadang-kadang” pada pertanyaan pertama dan
kedelapan yang berarti jawaban salah. Begitupun dengan pertanyaan no 4
yang lebih dominan lupa membawa obat saat bepergian. Hal ini
disebabkan karena responden terbiasa tidak minum obat secara rutin hanya
ketika merasakan gejala saja sehingga lupa, sibuk / gugup berangkat
bekerja serta ketiduran. Hal ini juga sejalan dengan yang dinyatakan oleh
Alfian R (2015) dalam penelitiannya bahwa kebanyakan pasien
mengabaikan akan pentingnya pengobatan antidiabetik oral karena
beberapa faktor dan faktor penyebab ketidakpatuhan paling dominan
adalah faktor lupa.
Pertanyaan kedua berkaitan dengan faktor yang menyebabkan tidak
mengkonsumsi obat dalam 2 minggu terakhir selain faktor lupa. Dilihat
dari hasil pretest responden dominan menjawab benar karena sebagian
besar menjawab “tidak”. Namun sebagian responden masih menjawab
salah atau menjawab “ya” pada pertanyaan kedua. Hal ini disebabkan
karena selain faktor lupa , alasan tidak meminum obat karena faktor
kesengajaan tidak minum obat karena bosan harus minum obat setiap hari
namun sia-sia karena kadar gula darah tetap tidak stabil ,selain itu karena
merasa kondisinya sehat (tidak ada gejala) sehingga kadang-kadang obat
tidak diminum.
Faktor ini juga berhubungan dengan pertanyaan keenam dan ke tujuh
dimana sebagian responden masih banyak menjawab salah atau menjawab
“ya” pada pertanyaan tersebut dengan alasan terganggu dengan keharusan
minum obat setiap hari dan selama bertahun-tahun serta merasa kondisinya
lebih baik (tidak merasakan gejala) walaupun kadar gula darah tidak
terkontrol sehingga tingkat kepatuhannya menurun. Hal ini sama seperti
yang dinyatakan oleh Alfian R (2015) dan Nadia H (2017) dalam
penelitiannya bahwa faktor kedua yang dominan menyebabkan
ketidakpatuhan pasien DM dalam mengkonsumsi obat selain faktor lupa
adalah kesengajaan berhenti minum obat karena merasa tidak
nyaman(bosan) dan merasa kondisi membaik (tidak merasakan gejala).
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA ... MITA RODIYATUN NAJIHA, FARMASI, UMP 2017
40
Pertanyaan ke 3 berkaitan dengan kesengajaan berhenti minum obat
karena kondisi merasa tidak baik setelah minum obat. Berdasarkan hasil
pretes menunjukan jumlah responden yang menjawab benar lebih banyak
dibandingkan dengan responden yang menjawab salah karena sebagian
besar responden menjawab “tidak” yang berarti benar. Hal ini karena efek
samping dari obat tersebut karena dari beberapa responden merasakan
gejala yang tidak enak setiap kali setelah minum obat seperti pusing ,mual,
gatal sekujur tubuh sampai tidak bisa tidur sehingga menghentikan
mengkonsumsi obat karena takut memperburuk keadaan. Namun faktor
ini paling sedikt terjadi, hanya pada beberapa responden saja dibandingkan
kedua faktor lainnya pada pembahasan diatas yang lebih dominan. Hal ini
sama seperti yang dinyatakan oleh Nadia H (2017) dalam penelitiannya
bahwa faktor takut akan efek samping paling sedikit sebagai alasan
ketidakpatuhan mengkonsumsi obat dari pasien DM.
Berdasarkan tabel 5 juga dapat diliat bahwa hasil postest terkait
kepatuhan minum obat responden , menggambarkan terjadi peningkatan
jumlah responden yang menjawab benar dan penurunan jumlah responden
yang menjawab salah. Untuk mengetahui perbandingan kepatuhan
responden antara pretest dan postest dilakukan menggunakan uji wilcoxon
karena hasil dari penelitian ini data tidak terdistribusi normal karena hasil
dari uji normalitas data didapatkan p value 0.000 (< 0,05) (Dahlan, 2013).
Hasil uji dapat dilihat pada tabel 8 .
Hasil interpretasi kepatuhan responden berdasarkan 2 metode dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Interpretasi Kepatuhan Sebelum dan Sesudah Intervensi berdasarkan
mmas-8 dan pillcount
Patuh Tidak Patuh n
Sebelum
Intervensi
5 30 35
Setelah intervensi 20 15 35
Berdasarkan tabel 4.3 menggambarkan bahwa ada perbandingan yang
bermakna antara hasil kepatuhan sebelum intervensi dan sesudah
intervensi dimana sebelum intervensi jumlah responden yang tidak patuh
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA ... MITA RODIYATUN NAJIHA, FARMASI, UMP 2017
41
lebih dominan. Namun, hasil setelah intervensi menunjukkan jumlah
responden yang masuk kedalam interpretasi patuh lebih dominan. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari pemberian intervensi berupa
home pharmacy care terhadap peningkatan kepatuhan responden dalam
mengkonsumsi obat. Peningkatan ini disebabkan karena responden merasa
diperhatikan dan dikontrol dalam menjalani terapinya sehingga lebih
semangat dalam menjalankan terapinya karena merasa ada yang
mengingatkan dan juga dapat secara langsung menanyakan apa yang
dikeluhkan atau jika ada yang tidak paham terkait cara menjalani terapi
diabetes yang baik dan benar karena ada apoteker yang lebih paham tanpa
harus jauh-jauh ke dokter.
Beberapa responden yang tergolong tidak patuh selain disebabkan
karena faktor lupa,faktor kesengajaan tidak mengkonsumsi obat,dan faktor
efek samping, juga berdasarkan hasil kategori kepatuhan menggunakan 2
metode tersebut menunjukkan tidak patuh karena terkadang dinilai
berdasarkan kuisioner tergolong patuh namun setelah dinilai berdasarkan
pill count tergolong tidak patuh maupun sebaliknya. Hal ini juga
berhubungan dengan nilai kadar gula darahnya. Dalam penelitian ini,
beberapa responden yang tergolong patuh maka kadar gula darahnya pun
terkontrol. Namun ada beberapa responden yang awalnya memang
tergolong tidak patuh dalam hal mengkonsumsi obat,namun kadar gula
darahnya tetap terkontrol. Hal ini disebabkan karena ada faktor lain yang
dapat mendukung keberhasilan terapi selain dari kepatuhan dalam
menjalani terapi farmakologi, yaitu patuh dalam menjalani terapi non
farmakologi. Sehingga dari beberapa responden yang tergolong tidak
patuh dalam mengkonsumsi obat namun kadar gula darahnya tetap
terkontrol, disebabkan karena responden lebih patuh dalam menjalani
terapi non farmakologi seperti menjaga pola makan, mengkonsumsi jamu,
dan lainnya yang dapat mengontrol kadar gula darah selain harus
mengkonsumsi obat karena dianggap lebih nyaman dan menghindari efek
samping dari obat.
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA ... MITA RODIYATUN NAJIHA, FARMASI, UMP 2017
42
Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Suryani et al dalam
penelitiannya bahwa terdapat perbedaan kepatuhan yang signifikan antara
sebelum dan sesudah pemberian intervensi sehingga pemberian konseling
dalam pelayananan kefarmasian di rumah (home pharmacy care) dapat
berpengaruh dalam peningkatan kepatuhan.
Ditinjau dari terapinya, terbagi menjadi 2 jenis, yaitu terapi
kombinasi dan terapi tunggal. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Deskripsi data kepatuhan ditinjau dari jenis terapinya
Jenis Obat
Antidiabetik
Patuh Tidak Patuh
Tunggal 14 8
Kombinasi 6 7
Tabel 4.4 menggambarkan data kepatuhan ditinjau dari jenis
terapinya. Hasil menunjukkan bahwa pasien dengan terapi tunggal tidak
selalu lebih patuh dari pasien yang mendapatkan terapi kombinasi. Namun
dilihat secara keseluruhan, jumlah responden yang patuh lebih banyak dari
golongan terapi tunggal dibandingkan dengan yang mendapatkan terapi
kombinasi. Hal ini berkaitan dengan faktor regimen terapi yang
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan pasien
terutama pasien diabetes karena penyakit ini membutuhkan terapi jangka
panjang yang dapat menyebabkan pasien bosan dan tidak nyaman harus
terus mengkonsumsi obat setiap hari apalagi dalam jumlah banyak
(kombinasi). Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Rosyida et al
(2015) dalam penelitiannya bahwa jumlah obat yang diterima pasien
ternyata berpengaruh terhadap tingkat kepatuhannya dimana pasien yang
mendapatkan terapi kombinasi cenderung tidak patuh.
Tabel 4.5 Gambaran obat antidiabetik yang digunakan responden
Jenis Pengobatan Kelas Terapi Nama Obat N %
Tunggal Sulfonilurea
Sulfonilurea
Biguanid
Glibenklamid
Glimepirid
Metformin
5
1
16
14,3
2,9
45,7
Kombinasi Sulfonilurea+Biguanid
Sulfonilurea+Biguanid
Metformin + glibenklamid
Metformin + glimepirid
13
0
37,1
Total 35 100
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA ... MITA RODIYATUN NAJIHA, FARMASI, UMP 2017
43
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa terapi yang paling
banyak digunakan adalah metformin untuk terapi tunggal dan metformin+
glibenklamide untuk terapi kombinasi. Hal ini karena metformin
merupakan terapi lini pertama untuk pasien DM sehingga banyak
digunakan pada pasien yang mendapat terapi tunggal. Apabila
menggunakan monoterapi lini pertama belum terkendali, maka
menggunakan terapi lini kedua berupa kombinasi 2 obat yang cara
kerjanya berbeda seperti golongan sulfonil urea + metformin. (Ndraha S,
2014)
C. Interpretasi Keberhasilan Terapi
Keberhasilan terapi dalam penelitian ini dilakukan dengan
pengukuran kadar gula darah responden. Pada penelitian ini dilakukan
pengecekan kadar gula darah sebanyak empat kali yaitu pada visit pertama
,visit kedua,visit ketiga dan visit keempat yang masing-masing diberikan
jarak 1 minggu. Alasan memilih jarak 1 minggu adalah agar responden
tetap dalam pengontrolan karena waktu tidak terlalu lama , juga karena
jarak setiap rumah responden agak berjauhan, sekaligus membantu
mengukur kepatuhan dengan metode pill count agar tetap dapat dipantau
jumlah obat yang dikonsumsi sehingga mengurangi hasil bias
(manipulasi). Hasil kontrol gula darah responden dapat dilihat pada tabel
4.6.
Tabel 4.6 Interpretasi Keberhasilan Terapi Sebelum dan Sesudah Intervensi
Terkontrol Tidak Terkontrol n
Sebelum
Intervensi ( KGD
1)
7 28 35
Setelah intervensi
(KGD 2&3 )
20 15 35
Tabel 4.6 menggambarkan hasil pengukuran kadar gula darah
selama 3 kali kunjungan. Kadar gula darah 1 dinilai sebagai kadar gula
darah sebelum intervensi dan kadar gula darah 2 dan 3 dinilai sebagai
kadar gula darah setelah intervensi karena pemberian intervensi dilakukan
pada minggu kedua (visit 2). Dari hasil diatas dapat menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan jumlah responden yang terkontrol dan tidak terkontrol
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA ... MITA RODIYATUN NAJIHA, FARMASI, UMP 2017
44
antara sebelum dan sesudah intervensi dengan terjadi peningkatan pada
jumlah responden yang terkontrol. Hal ini disebabkan karena adanya
pengaruh dari peningkatan kepatuhan responden setelah pemberian
intervensi sehingga dengan patuhnya responden dalam menjalani terapi
baik farmakologi maupun non farmakologi dan menghindari larangan
maka akan menghasilkan kadar gula darah yang terkontrol. Hal ini sejalan
dengan penelitian Mulyani R (2016) yang menyatakan bahwa adanya
hubungan antara kepatuhan terapi dengan dengan keberhasilan terapi yang
bersifat positif artinya semakin tinggi tingkat kepatuhan maka
keberhasilan terapi semakin besar.
Responden yang kadar gula darahnya tidak terkontrol dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain sengaja tidak mengkonsumsi obat karena
merasa bosan harus mengkonsumsi obat secara terus menerus selama
bertahun tahun namun tetap saja kadar gula darah tidak terkontrol, juga
dengan tidaknya minum obat merasa kondisinya baik-baik saja tanpa ada
keluhan, maupun merasakan kondisi yang tidak baik setelah
mengkonsumsi obat diabetes (takut efek samping) serta faktor lainnya
adalah pola makan tidak teratur. Sehingga , kepatuhan pasien merupakan
salah satu kunci untuk mencapai keberhasilan terapi. (BPOM RI,2006).
Sehingga dalam hal ini terdapat pengaruh dari pemberian home pharmacy
care terhadap peningkatan kontrol kadar gula darah sehingga membantu
meningkatkan tercapainya keberhasilan terapi.
D. Pengaruh Home Pharmacy Care terhadap Kepatuhan dan
Keberhasilan Terapi
Pengaruh Home Pharmacy Care terhadap kepatuhan pasien DM
dapat dilihat dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji wilcoxon
dimana uji ini dikatakan signifikan atau bermakna jika nilai p value nya <
0,05 dan menggunakan uji mc nemar untuk melihat pengaruh home
pharmacy care terhadap keberhasilan terapi yang ditandai dengan kontrol
gula darah, dimana uji ini dikatakan signifikan atau bermakna jika nilai p
value nya < 0,05.
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA ... MITA RODIYATUN NAJIHA, FARMASI, UMP 2017
45
Tabel 4.7 Pengaruh Home Pharmacy Care terhadap Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Kesetaraan antar
kelompok (p-value)
Sebelum
Intervensi
5 30 0,000
Setelah intervensi 20 15
*hasil analisis statistik dengan uji Wilcoxon
Berdasarkan tabel 4.7 menggambarkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat antara
sebelum dan sesudah pemberian intervensi yang ditandai dengan nilai p
value yang didapat sebesar 0,000 (<0,05). Dengan demikian pelaksanaan
home pharmacy care yang dilakukan mampu meningkatkan kepatuhan
pasien dalam mengkonsumsi obat. Sehingga terdapat pengaruh dari
pemberian intervensi berupa home pharmacy care terhadap tingkat
kepatuhan pasien
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti
dkk (2013) yang berjudul Pengaruh home Care terhadap pemahaman dan
ketaatan pada pasien tuberkulosis di farmasi komunitas yang dilakukan
dengan metode yang sama yaitu one group pretes-postest design. Hasil
dari homecare yang dilakukan kepada responden menunjukkan
mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan responden namun tidak ada
pengaruh terhadap ketaatan pasien terhadap pengobatannya. Namun
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani
(2013) yang berjudul pengaruh konseling obat dalam homecare terhadap
kepatuhan pasien DM, menggunakan kelompok kontrol. Hasil dari
pemberian homecare mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kepatuhan pasien diabetes mellitus.
Ketidaksesuaian ini dapat diduga karena ada perbedaan metode
penelitian dan kriteria sampel sehingga terdapat perbedaan hasil penelitian.
Selain itu juga dapat disebabkan dari kelemahan dari metode yang
digunakan berupa one group pretest postest design yang termasuk kedalam
rancangan penelitian pra eksperimen yang masih banyak faktor yang
mempengaruhi dibanding penelitian yang menggunakan kelompok
kontrol.
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA ... MITA RODIYATUN NAJIHA, FARMASI, UMP 2017
46
Tabel 4.8 Hubungan Home Pharmacy Care terhadap keberhasilan terapi
Terkontrol Tidak Terkontrol Kesetaraan antar
kelompok (p-value)
Sebelum
Intervensi
7 28 0,000
Setelah intervensi 20 15
*hasil analisis statistik dengan uji Mc Nemar
Berdasarkan tabel 4.8 menggambarkan terdapat perbedaan yang
signifikan terkait kontrol kadar gula darah antara sebelum dan sesudah
pemberian intervensi yang ditandai dengan nilai p value yang didapat
sebesar 0,000 (<0,05). Dengan demikian pelaksanaan home pharmacy care
yang dilakukan mampu meningkatkan kontrol kadar gula darah pasien
sehingga dapat membantu meningkatkan keberhasilan terapi pasien.
Sehingga terdapat pengaruh dari pemberian intervensi berupa home
pharmacy care terhadap keberhasilan terapi . Hal ini seperti yang
dinyatakan oleh Raditya dkk (2015) dalam penelitiannya bahwa adanya
perbaikan pada kepatuhan, kadar gula darah, dan kualitas hidup pasien
dibanding sebelum pemberian intervensi berupa pemberian home care oleh
apoteker.
E. Keterbatasan Penelitian
1. Sampel tidak memenuhi jumlah sampel yang seharusnya yaitu
seharusnya menggunakan total sampling. Namun dalam penelitian ini
hanya mendapatkan 35 responden karena sebagian responden menolak
untuk menjadi responden dan yang lainnya memang tidak masuk
kedalam kriteria inklusi dan eksklusi.
2. Dalam proses penelitian ini mungkin masih banyak faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi hasil yang belum dapat terkendai secara ketat.
3. Beberapa pasien pada akhir bulan sudah membuang kemasan obat
yang sudah habis sehingga peneliti hanya menanyakan kepada pasien
kapan terakhir kali mengkonsumsi obat yang kemasannya dibuang.
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA ... MITA RODIYATUN NAJIHA, FARMASI, UMP 2017
47
F. Beberapa Kendala dalam Penelitian
1. Jarak yang ditempuh dari 1 rumah ke rumah yang lainnya cukup jauh,
sehingga membutuhkan waktu penelitian lebih lama.
2. Apoteker pendamping mempunyai anak balita sehingga setiap
penelitian harus dibawa dan hanya bisa terbatas 1 hari 3-4 responden
karena anak rewel sehingga butuh penelitian setiap hari agar tidak
terlalu lama.
3. Beberapa responden sulit ditemui terutama yang berstatus bekerja
seperti PNS sehingga hanya bisa di temui hari Minggu dan untuk
pekerja lain hanya mempunyai waktu singkat dirumah.
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA ... MITA RODIYATUN NAJIHA, FARMASI, UMP 2017