bab iv hasil dan pembahasan -...

46
60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bagian ini akan dideskripsikan hasil penelitian dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum pendidikan katekisasi di GPM. 1. Aspek Perencanaan Perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat identitas mata pelajaran, standar kopetensi (SK), kopetensi dasar (KD), indikator pencapaian kopetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajan, penilaian hasil belajar dan sumber belajar. a. Silabus dan RPP Pendidikan katekisasi adalah pembinaan dan pengembangan hidup kristiani katekisan, arah pelayanannya dikemas dalam tiga pilar utama, yaitu Firman, Gereja dan Konteks. Usia katekisan adalah 16 – 17 tahun ke atas, pembelajaran katekisasi dilakukan selama 1 tahun dan akhir dari pendidikan katekisasi ditandai dengan peneguhan sidi. Seluruh penyelenggaran pelayanan katekisasi diorganisir oleh Komisi Anak-Remaja dan Katekisasi di tingkat Jemaat, Klasis dan Sinode.

Upload: others

Post on 13-Sep-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

60

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dideskripsikan hasil

penelitian dari aspek perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum pendidikan

katekisasi di GPM.

1. Aspek Perencanaan

Perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat

identitas mata pelajaran, standar kopetensi (SK),

kopetensi dasar (KD), indikator pencapaian kopetensi,

tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,

metode pembelajaran, kegiatan pembelajan, penilaian

hasil belajar dan sumber belajar.

a. Silabus dan RPP

Pendidikan katekisasi adalah pembinaan dan

pengembangan hidup kristiani katekisan, arah

pelayanannya dikemas dalam tiga pilar utama, yaitu

Firman, Gereja dan Konteks. Usia katekisan adalah 16

– 17 tahun ke atas, pembelajaran katekisasi dilakukan

selama 1 tahun dan akhir dari pendidikan katekisasi

ditandai dengan peneguhan sidi. Seluruh

penyelenggaran pelayanan katekisasi diorganisir oleh

Komisi Anak-Remaja dan Katekisasi di tingkat Jemaat,

Klasis dan Sinode.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

61

Para Pendeta dan pengajar (katekeit) di

pendidikan ini tidak memiliki perencanaan khusus

dalam memulai kegiatan belajar mengajar, seperti

membuat silabus dan rencana pembelajaran. Mengapa

demikian, karena Biro Pelayanan Sinode GPM sudah

menerbitkan buku ajar. Berdasarkan dokumen yang

diperoleh, indikator capaian, tujuan pembelajaran,

materi, waktu, metode dan penilaian, semuanya sudah

dirumuskan dalam buku ajar. Kurikulum katekisasi di

GPM terdiri dari satu paket, yakni kurikulum inti dan

buku ajar untuk satu dasawarsa. Oleh sebab itu, buku

ajar yang diterbitkan ini merupakan bahan dasar untuk

para pengajar dan pendeta.

Pendeta dan katekeit hanya menyiapkan diri

untuk mengembangkan setiap muatan pelajaran yang

ada sesuai dengan konteks masing-masing (kelas

katekisasi). Pembelajaran katekisasi bertitik tolak pada

tujuan pembinaan umat secara umum dan pendidikan

katekisasi itu sendiri secara khusus. Karena, Katekisasi

merupakan pendidikan lanjutan dari pendidikan

sebelumnya, yaitu Sekolah Minggu Tunas Pekabaran

Injil (SMTPI). Oleh sebab itu pembelajaran

direncanakan dengan pendekatan spiral, mengapa

demikian? agar intensifikasi pembinaan umat yang

telah ditempuh sebelumnya bisa dicapai.

Tenaga pengajar dalam pendidikan katekisasi di

GPM menggunakan team teaching (tim pengajar), tugas

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

62

dari para pengajar ini adalah melihat perkembangan

dari setiap katekisan, mengujicobakan alat atau

instrumen belajar-mengajar serta menilai dan

menjabarkan kurikulum dengan memperhatikan

konteks jemaat. Pada tahun 1985 Sinode GPM melalui

Biro Pelayanan Anak-Katekisasi menyusun serta

mengujicobakan kurikulum katekisasi dan pedoman

pengajarannya. Kurikulum katekisasi disusun

berdasarkan pada Pola Induk Pelayanan dan Rencan

Induk Pengembangan Pelayanan terutama pada bagian

pola dasar bina umat yang menginspirasikan azas

oikumenis, pertumbuhan, kemandirian dan misioner

sebagai azas pembinaan dan indikator firman, gereja,

konteks sebagai acuan kurikulernya. Pembentukan

profil umat menjadi poros dari seluruh pengelolaan

kurikulum katekisasi di GPM. Oleh sebab itu,

perencanaan menjadi penting karena pelayanan

mendidik dan membina umat tidak lain adalah pada

penyiapan warga gereja yang akan mengaku sidi.

Tata Gereja GPM Bab IV Pasal 8 tentang Pola

Pelayanan Gereja, menyebutkan: adanya panggilan

gereja untuk memberitakan injil kepada setiap orang di

tiap tempat dan masa serta pada segala situasi dan

kondisi. Dalam rangka memenuhi dan melaksanakan

amanat pelayanan gereja tersebut, Gereja Protertan

Maluku (GPM) mewujudkannya melalui jalan:

pekabaran injil di dalam dan ke luar gereja, ibadah

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

63

jemaat, pelayanan kasih, pembinaan di bidang teologi,

pelayanan penggembalaan dan disiplin gereja,

pendidikan katekisasi, pembinaan umat dalam

keluarga-keluarga jemaat, hubungan dan kerjasama

oikumenis, hubungan dan kerjasama dengan

pemerintah bahkan hubungan dan kerjasama dengan

golongan-golongan lain yang berbasis keagamaan,

sosial, politik, ekonomi.

Tata Pelayanan Anak-Remaja dan Katekisasi

GPM 2010-2015 menjelaskan bahwa: yang menjadi

dasar pelayanan adalah berdasar pada Alkitab

(perjanjian lama dan perjanjian baru), dasar

konstitusional yaitu tata gereja GPM dan peraturan-

peraturan pokok GPM serta dasar operasional yaitu

PIP-RIPP GPM, ketetapan sinode GPM, keputusan

persidangan BPL sinode GPM, keputusan BPH sidone

GPM, dan dokumen keesaan gereja. Sedangkan,

tujuannya pelayanannya adalah:

Menghimpun, membimbing Anak, Remaja dan

Katekisan Gereja Protestan Maluku untuk

mengenal dan mengasihi Yesus Kristus sebagai

Tuhan dan Kepala Gereja.

Menumbuhkembangkan kesadaran dan

pemahaman Anak, Remaja dan Katekisan bahwa

laki-laki dan perempuan adalah mitra yang

sejajar.

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

64

Menumbuhkembangkan tanggung jawab dan

kepedulian Anak, Remaja dan Katekisan

terhadap diri, sesama serta lingkungan

sekitarnya.

Membina dan mendidik Anak, Remaja, dan

Katekisan untuk secara proposional

mengembangkan Tri Ketahanan Umat, yaitu

Ketahanan Iman, Ketahanan Ilmiah, dan

Ketahanan Sosio Ekonomi.

Mewariskan nilai-nilai Oikumenis Semesta

secara lokal, regional, nasional maupun

internasional dalam konteks Catur Panggilan

Gereja.

Pembelajaran pendidikan katekisasi di GPM

memiliki peran, fungsi, arah dan ciri atau sifat yaitu:

peran dan fungsinya, berperan mendidik, membina dan

memberdayakan katekisan menjadi “manusia

penggerak” yang berkemampuan profesional,

bermotivasi injil etis dan berdedikasi. Berfungsi sebagai

garam, terang dunia, dan batu-batu hidup dalam

konteks catur panggilan gereja. Peran dan fungsi

dimaksud dicapai melalui pembaharuan budi,

pembentukan kepribadian kristiani, peningkatan

pengetahuan dan keterampilan yang diarahkan pada

firman, gereja, dan konteks.

Ciri atau sifat adalah: oikumenis, misioner,

spiritualisti, berdayaguna, dan pembaharuan

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

65

intelektual. Oikumenis dalam pengertian bahwa

melintasi batas-batas ruang dan waktu, ideologi, sosio-

budaya, suku, agama, dan dedominasi. Missioner

dalam pengertian bahwa perwujudan kasih, keadilan

dan damai sejahtera di tengah dunia dan lingkungan

memasuki masa depan yang baru sebagai bentuk

kehadiran dan kepeloporan. Spiritualistik dalam

pengertian bahwa penguatan moral, etika, agar

katekisasn dapat menjadi teladan bagi keluarga dan

masyarakat. Berdayaguna dalam pengertian bahwa

memfungsikan berbagai potensi dan kesempatan

secara menyeluruh dan berdayagunam bertepatguna,

dan berhasilguna. Pembaharuan intelektual dalam

pengertian bahwa pendidikan seumur hidup dengan

proses yang intensif, ekstensif, dan berkelanjutan.

Pembelajaran katekisasi di GPM memiliki

strategi, yaitu: mengembangkan partisipasi katekisan

sebagai sumber daya umat gereja yang menampakan

kemitraan laki-laki dan perempuan yang sejajar.

Mengembangkan catur panggilan gereja yang bertitik

tolak pada penghayatan dan pemberitaan tentang

Yesus kristus penyelamat dunia, melalui proses

pendidikan dan pendewasaan keimanan katekisan.

Mengembangkan kualitas spiritual, etik-moral

katekisan menjadi warga negara yang bertanggung

jawab. Mengembangkan kemitraan katekisan lintas

denominasi, kelompok sosial, budaya, politik, ekonomi,

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

66

dan keagamaan dalam masyarakat. Mengembangkan

kemandirian katekisan dalam hal kemandirian teologi,

daya dan dana secara kontekstual untuk saling

menguatkan dan menatalayani.

Berdasrkan dokumen yang diperoleh, konsep

dasar kurikulum katekisasi di GPM, yaitu:

Dasar pendidikan katekisasi GPM:

Allah yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus

sesuai dengan kesaksian alkitab.

Pengakuan iman gerejawi

Tujuan pendidikan katekisasi di GPM:

Tujuan Institusional:

Memiliki jati diri sebagai murid demi mengaku

imannya sendiri di hadapan Allah, manusia dan

alam semesta.

Memiliki kecerdasan spiritual, etis, moral,

intelektual, sosio kultural dan vokasional untuk

mengembangkan kehidupan yang mandiri dalam

bidang teologi, daya dan dana.

Melaksanakan tugas panggilannya sebagai warga

gereja yang bertanggungjawab untuk

menghadirkan kasih, kebenaran, keadilan, damai

sejahtera, persaudaraan sejati, pembaruan hidup

dan keutuhan ciptaan di dalam masyarakat yang

mengglobal.

Tujuan Kurikuler:

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

67

Memiliki pengetahuan yang mendalam untuk:

memperluas pengertian mengenai firman, gereja

dan konteks. Melaksanakan kehendak Tuhan

yang disaksikan dalam alkitab dan ajaran gereja

di tengah konteks hidupnya dengan takut dan

setia kepada Tuhan di sepanjang hidupnya.

Membangun hubungan antarwarga gereja

sebagai persekutuan beriman. Mengelolah

lingkungan hidupnya secara berkelanjutan

sebagai konteks pelayanan dan kesaksian gereja.

Memiliki penghayatan iman (spiritual) untuk:

menaati dan mengasihi Tuhan, sesama manusia

dan lingkungan hidupnya. Melakukan ibadah

dengan rajin dan tekun, mempelajari alkitab dan

ajaran gereja, menghargai kemajemukan agama,

budaya dan pemikiran, memperlihatkan sikap

yang rendah hati dan tahan uji, membaharui diri

dan lingkungan hidupnya secara kreatif, dan

mengupayakan perdamaian serta hidup bersama.

Memiliki kecakapan hidup untuk:

mengembangkan diri sesuai kematangan

perkembangan kepribadian dan pemikiran.

Mengembangkan diri dan menjalin komunikasi

dan kerja sama dengan semua orang.

Mengembangkan refleksi iman mengenai

persekutuan, pelayanan dan kesaksian gereja

yang memberdayakan umat manusia

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

68

merdasarkan firman dan ajaran gereja dalam

menjawab permasalahan konteksnya (sosio-

budaya, religius, ideologi, politik, iptek, ekonomi).

Sifat / Ciri khusus pendidikan katekisasi di GPM:

Alkitabiah, artinya pendidikan katekisasi

mengandung prinsip-prinsip firman sebagaimana

yang terdapat dalam alkitab yang tertuang dalam

pemahaman iman GPM.

Oikumenis, atinya pendidikan katekisasi terbuka

untuk mempelajari yang lain baik konteks

oikumenis gerejawi maupun semesta.Praktis,

artinya pendidikan katekisasi menjawab

kebutuhan praktis vokasional peserta katekisan

(aspek pemberdayaan).

Misioner, artinya pendidikan katekisasi

merupakan perwujudan nilai-nilai kasih,

kebenaran, keadilan dan HAM di tengah realitas

gereja dan masyarakat.

Kontekstual, artinya pendidikan ini

memperhitungkan kondisi hidup setempat.

Manusiawi, artinya pendidikan ini mengandung

aspek psikologis perkembangan katekisan dan

realitas kemanusiawiannya.

Transformatif, artinya pendidikan katekisasi

membarui manusia dan lingkungannya.

Fungsi pendidikan katekisasi di GPM adalah mendidik

dan mengajar katekisan untuk menjadi:

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

69

Manusia yang takut akan Tuhan: katekisasi di

GPM berfungsi mendidik dan mengajar manusia

untuk berlaku hormat, setia, taat, dan patuh.

Manusia yang memiliki sosok kepemimpinan

dalam keluarga, gereja dan masyarakat:

katekisasi GPM berfungsi untuk mendidik dan

mengajar manusia yang mampu berperan positif

dalam mempengaruhi, menuntun, membimbing,

mengarahkan, mengatur, dan menunjuk jalan

bagi orang lain (keluarga, gereja dan masyarakat).

Manusia yang kreatif dan inovatif: katekisasi GPM

berfungsi untuk memberdayakan manusia guna

memiliki daya cipta dan kemampuan berkreasi

dalam menghasilkan dan mendayagunakan

temuan-temuan yang maju dan membarui

kehidupan sesuai nilai-nilai kristiani.

Manusia yang dinamis yang memiliki kepekaan

lingkungan hidup: katekisasi GPM berfungsi

untuk mendidik dan mengajar manusia guna

memiliki hidup penuh semangat, giat bekerja dan

berusaha dalam menatalayani lingkungan

hidupnya.

Pembelajaran katekisasi di GPM direncanakan

untuk terwujudnya “orang beriman” yaitu warga gereja

yang berkualitas, terbuka, maju, mandiri, memiliki rasa

kebersamaan dan kesetiakawanan, mampu

meningkatkan pelayanan pastoral, mampu

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

70

melaksanakan pelayanan firman, sakramen, mampu

menjalankan pelayanan sosial-etis dan penegakan

hukum, HAM, mampu melakukan pendidikan dan

pengajaran, mampu memajukan dialog dan kerjasama

antarumat beragama, mampu memelihara dan

melestarikan alam ciptaan.

Berdasarkan data yang diperoleh, pembelajaran

katekisasi di GPM, termuat beberapa titik-tolak yang

dikembangkan dari pola pelayanan selama dasawarsa

2005-2015, yaitu, penguatan karakter manusia

(katekisan), pemberdayaan serta pembangunan jemaat

dan masyarakat yang lebih ditekankan daripada

penguatan kelembagaan.

Pola Induk Pelayanan dan Rencana Induk

Pengembangan Pelayanan tahun 2005-2015 telah

mengalami perubahan titik tolak pelayanan dari

pengusatan institusi kepada pemberdayaan jemaat.

Bab I PIP/ RIPP GPM, yang dimaksudkan dengan arah

dan kebijakan umum pelayanan adalah capaian dari

tujuan jangka panjang sebuah program bidang

pelayanan. Dengan menentukan arah dan kebijakan

umum pelayanan memedomani penyusunan program

umum pelayanan dan mengarahkan pencapaian

program itu sendiri. Karena itu arah dan kebijakan

umum pelayanan gereja memuat pemikiran pokok

berupa garis besar program umum pelayanan dan

tujuan dari program umum dimaksud serta cara yang

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

71

bisa ditempuh untuk mencapai tujuan program. Arah

dan kebijakan umum pelayanan dijabarkan pada

masing-masing bidang ruang lingkup pelayanan gereja.

bidang dan ruang lingkup pelayanan dimaksud adalah

bidang keesaan dan pembinaan umat pada bidang ini

terdapat ruang lingkup pelayanan, yaitu: ruang lingkup

PAK dan katekisasi.

Katekisasi merupakan pendidikan lanjutan dari

SMTPI dengan muatan materinya tetap pada 3 pilar

yang sama yaitu firman, gereja dan konteks, namun

ulasan materinya mengalami perkembangan sesuai

dengan usia katekisan.

Hasil wawancara dengan kepala biro katekisasi

GPM, mengatakan bahwa:

KBK:..“semua pendidikan pasti memiliki perencanaan,

termasuk juga pendidikan katekisasi di GPM juga memiliki

perencanaan yang di dalamnya pendidikan katekisasi

diselenggarakan. Untuk diketahui bahwa dalam

perencanaan itu, seluruh pelayanan di GPM termasuk

pendidikan katekisasi diselenggarakan berdasarkan visi

dan misi GPM secara umum, kemudian dijabarkan dalam

visi dan misi PIP dan RIPP GPM dengan didasarkan pada

amanat pelayanan gereja khususnya dalam tata gereja GPM

Bab IV pasal 7 ayat 2 yang dikatakan pelaksanaan amanat

pelayanan gereja adalah katekisasi, dan pendidikan ini

diselenggarakan untuk pembentukan profil umat”. Dalam

PIP-RIP GPM 2005-2015 katekesasi dilihat dan

dimasukkan sebagai salah satu bentuk pendidikan di

Gereja Protestan Maluku (GPM). Katekesasi memegang

peran penting dalam pengembangan pendidikan di GPM

sebab melaluinya warga gereja dididik untuk memiliki

pribadi yang matang, dewasa dalam iman dan siap untuk

mengaku imannya di hadapan manusia dan Allah dalam

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

72

ibadah jemaat serta mewujudkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Penjelasan KBK ini jika dibandingkan dengan

dokumen yang diperoleh dilihat bahwa pendidikan

katekisasi di GPM memiliki kegiatan belajar mengajar

(KBM) yang terdiri dari ketenagaan, kegiatan per

semester, sarana dan prasarana, evaluasi serta

administrasi, penjelasannya yaitu: Ketenagaan, Tenaga

dalam mendidik katekisan adalah pendeta serta tim

pembina yang direkrut dari tokoh-tokoh di dalam

jemaat yang bersedia dan memiliki kualifikasi dan

kopetensi sebagai pendidik yang dapat memberikan

pembimbingan serta menjadi katekeit dalam jemaat.

Telah menjadi anggota sidi GPM, tidak sedang

menjalani tindak disiplin gereja dan peraturan

perundangan negara, setia pada pengajaran gereja,

diangkat dengan SK BPH sinode GPM. Kegiatan per

semester, terdiri dari Kegiatan awal yaitu penyusunan

program sajian semester, penentuan lokasi KBM,

pertemuan dengan orang tua, ibadah pembukaan.

Kegiatan akhir yaitu ibadah penutupan katekisasi,

yaitu sidi. Sarana dan prasarana, Ruang belajar bagi

katekisasi yaitu menggunakan semua fasilitas yang

dimiliki oleh tiap jemaat baik itu gedung gereja maupun

perpustakaan mini di tiap jemaat, dan tersedianya

buku ajar. Evaluasi, Evaluasi per sub pokok bahasan di

akhir tatap muka, evaluasi akhir pokok bahasan,

evaluasi akhir semester, pemeriksaan (sebelum sidi).

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

73

Administrasi, yaitu penyediaan Jurnal mingguan, absen

katekisasi, biodata pengasuh/ pembina serta biodata

katekisasi.

Pembelajaran katekisasi di GPM sebenarnya

dimaksudkan untuk pembentukan profil bergereja yang

meliputi: profil keumatan yaitu usaha membangun

kematangan umat dalam segi; kematangan teologis,

kematangan intelektual, kematangan moral etis,

kematangan ekonomi, kematangan politik dan

kesadaran demokrasi serta kematangan pluralis.

Menurut kepala biro katekisasi bahwa:

KBK:...”perencanaan pembelajaran pendidikan katekisasi

terbentuk atas dasar kebutuhan jemaat, dikatakan bahwa:

pendidikan bukan hanya dijalankan di pendidikan formal

(pemerintah) tetapi juga gereja berperan penting dalam

melihat umatnya khususnya dalam hal menjalankan

pendidikan, dan dalam menjalankan pendidikan perlu

manajemen”.

Penjelasan KBK ini dibandingkan dengan

dokumen yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

dalam perencanaan pembelajaran ada proses menata

pendidikan khususnya pendidikan katekisasi. Karena,

katekisasi sendiri adalah pendidikan dan pengajaran

tentang iman Kristen yang diselenggarakan gereja bagi

seluruh warganya dari anak-anak hingga dewasa.

Pendidikan dan pengajaran ini bersumber dari dan

didasarkan pada Alkitab (bnd 1 Tim 4:6,11; 2 Tim 3:16).

Seorang katekeit pernah berkata bahwa:

KTK,,”Dalam perencanaan kurikulum katekisasi yang

dijalankan haruslah berbeda modelnya dari model

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

74

pendidikan formal pada umumnya. Mengapa? Karena

sasarannya adalah karakter dari gaya hidup warga jemaat

di tengah dunia. Yang harus diperhatikan secara serius

oleh gereja dalam proses pendidikan katekisasi di jemaat

adalah orientasinya (arah dan sasaran) yang dalam banyak

hal sangat mempengaruhi model dan proses pembelajaran

katekisasi di jemaat”.

Dapat dipahami bahwa: katekisasi merupakan

salah satu wadah pembinaan warga gereja yang sangat

strategis, karena melalui wadah ini warga gereja

dilengkapi untuk mengenal dan percaya kepada Allah

dalam Yesus Kristus sehingga sanggup menghayati,

menaati dan melaksanakan imannya dalam keluarga,

gereja dan masyarakat.

2. Aspek Pengorganisasian

Pembelajaran katekisasi di GPM diorganisasikan

oleh Departemen Keesaan di aras Sinode. Demi

kelangsungan pembelajaran katekisasi, dibentuk

badan pembantu pada aras pelayanan gereja yaitu sub

komisi anak dan katekisasi, di tingkat Klasis dan

Jemaat. Sub komisi beranggotakan: pelayan khusus

(pendeta dan majelis jemaat) serta warga gereja yang

memiliki keahlian, keterampilan dan pengalaman

dalam hal mengajar. Sub komisi ini terdiri dari: ketua,

wakil ketua, sekretaris, bendahara serta koordinator

katekisasi. Tugas mereka adalah merancang program

katekisasi secara periodik dan melaksanakannya di

semua aras, membantu mengupayakan fasilitas yang

diperlukan untuk pelaksanaan program-program

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

75

katekisasi serta bertanggung jawab kepada badan-

badan gerejawi secara langsung.

Dalam pembelajaran katekisasi ada pembagian

kelas, kelas katekisasi dibagi menjadi dua yaitu kelas

khusus (yang sudah menikah) dan kelas umum (belum

menikah), meskipun berbeda kelas tetapi

kurikulumnya tetap sama. Dalam pembagian tugas

mengajar katekisasi, ada pendeta dan guru PAK dari

sekolah-sekolah dengan pembagian waktu yang telah

ditentukan.

Seperti yang diungkapkan oleh kepala Biro Anak

dan Katekisasi bahwa:

Menurut KBK:..”dalam hal penataan pendidikan katekisasi,

penanggung jawab pelayanan katekisasi adalah majelis

jemaat, dan dalam membantu KBM dapat dibentuk Tim

yang diberi nama “tim pembina” dengan tugas,

membimbing bahan ajar sesuai tuntutan kurikulum

kepada para pengasuh serta memonitoring KBM di kelas

dan diketuai oleh ketua majelis jemaat/ pendeta jemaat.

Pengajar yang lain juga didatangkan dari sekolah,

khususnya guru PAK, serta menggunakan fasilitas yang

dimiliki oleh jemaat. Pendanaannya semua bersumber dari

sinode, perlu disadari bahwa memang muatan materi

dibuat sesuai dengan kebutuhan peserta katekisasi,

namun materi itu diorganisasikan berbeda-beda di tiap

jemaat. Materi dijalankan berdasarkan muatan-muatan

dalam buku ajar, soal muatan-muatan lain yang diajarkan

“boleh” asalkan terkait dengan kebutuhan peserta didik”.

Penjelasan KBK ini dibandingkan dengan

dokumen yang diperoleh, maka dilihat ada bentuk

kurikulum, materi kurikulum dan penjabaran program

dalam pendidikan katekisasi di GPM, yaitu: bentuk

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

76

kurikulum, Kurikulum katekisasi di GPM berbentuk

kurikulum inti, di mana semua komponen dibuat dalam

bentuk matriks, yang terdiri dari: Tujuan umum

penyajian, Pokok bahasan dan sub pokok bahasan,

Waktu pertemuan, Semester, Materi/bahan alkitab,

Pengalaman belajar, Metode dan teknik, Evaluasi,

Sumber/kepustakaan. Komponen kurikulum inti ini,

dilihat sebagai suatu kesatuan, dan dikembangkan

secara spiral. Mengapa dikembangkan secara spiral,

karena pembelajaran katekisasi merupakan pembinaan

lanjutan dari pendidikan sebelumnya yaitu SMTPI.

Secara spiral juga karena pokok bahasan dalam

pembelajaran tetap sama yaitu firman, gereja dan

konteks tetapi sub pokok bahasannya berbeda.

Menurut seorang pendeta sekaligus juga pengajar

mengatakan bahwa:

Pdt P: “Secara khusus Pendidikan katekesasi memiliki

peran penting bagi mereka sebagai langkah awal untuk

membina, membimbing, mengarahkan, mengajarkan, agar

memiliki pengetahuan dan pengakuan yang sungguh

kepada Yesus kristus yang nantinya sebelum ada pada

pengakuan imannya kepada jemaat. Sehingga pendidikan

katekesasi bukan saja sebuah formalitas untuk seseorang

belajar Kristen atau keharusan dari gereja sebagai tugas

pokok namun lebih daripada itu bagaimana mereka

menyatakan kesiapannya kepada pengakuan yang

sungguh kepada Allah.

Materi Kurikulum, kurikulum katekisasi di GPM

bersumber dari tiga pilar kurikuler, yaitu firman, gereja,

dan konteks. Materi ini disusun sesuai dengan kondisi

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

77

objektif dari para katekisan dan mempertimbangkan

konteks jemaat-jemaat di GPM yang tersebar luas di

seluruh pelosok Maluku dan Maluku Utara. Materi

katekisasi disusun untuk satu tahun kegiatan

pembelajaran yang terdiri dari dua semester, yaitu

semester ganjil (semester 1) dan semester genap

(semester 2). Materi juga disusun dengan

mempertimbangkan hari-hari raya gerejawi atau hari

raya nasional lainnya.

Penjelasan ini dibandingkan dengan dokumen

yang diperoleh, maka muatan pelajaran yang ada hanya

berkisar pada aspek-aspek spiritual dari katekisan.

Menurut penulis, memang upaya pembinaan hanya

pada aspek spiritual, namun upaya pembinaan tidak

sebatas hanya pada hal yang demikian, tetapi juga hal-

hal yang lain seperti masalah-masalah konteks yang

dihadapi oleh katekisan. Karena, pendidikan ini tidak

lain adalah pembinaan, pemberdayaan dan

pengembangan hidup dari para katekisan.

3. Aspek Pelaksanaan

Aspek pelaksanaan meliputi dua hal yaitu

persyaratan proses pelaksanaan dan pelaksanaan

pembelajaran.

a. Persyaratan proses pelaksanaan

Menyangkut pengelolaan kelas dalam

pelaksanaan pembelajaran katekisasi, ada pembagian

kelas (peserta didik). pembagian kelas ini dimulai ketika

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

78

seorang mendaftar menjadi siswa katekisasi akan

dilihat apakah siswa itu sudah menikah atau belum.

Pembagian kelas sesuai dengan siswa yang sudah

mendaftar, dan dilaksanakan dalam dua kelas yaitu

kelas khusus dan kelas umum. Meskipun berbeda kelas

namun muatan pelajaran tetap sama, yaitu firman,

gereja, dan konteks.

Ada pembagian waktu dalam pelaksanaan

pembelajaran katekisasi, dimana waktu pertemuan

untuk tiap semester dalam satu tahun pembelajaran.

Untuk waktu pertemuan, Biro Anak dan Katekisasi

GPM menetapkan waktu pelaksanaan pembelajaran

dilakukan satu minggu dua kali dengan pembagian

waktu adalah 100 menit untuk satu kali pertemuan

atau tatap muka, soal penentuan hari untuk kegiatan

pembelajaran disesuaikan di tiap jemaat.

Ada pembagian tugas dalam pelaksanaan

pembelajaran, dalam pembagian tugas dibagi dalam

dua kelompok yaitu oleh pendeta dan guru PAK dari

sekolah. Kapasitas Pendeta untuk mengajarkan materi

yang berkisar pada pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang berhubungan dengan spiritual anak.

Sedangkan guru PAK dari sekolah kapasitasnya untuk

mendampingi dalam mengajarkan soal-soal konteks

dari para katekisan. Demi berjalannya kegiatan belajar

mengajar, sarana dan prasarana yang mendukung

pelaksanaan pembelajaran adalah: pembelajaran

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

79

katekisasi di GPM menggunakan semua fasilitas yang

dimiliki oleh setiap jemaat. Baik itu, gedung gereja,

buku ajar, alat peraga maupun perpustakaan mini yang

dimiliki.

Bertolak dari penjelasan di atas maka, seperti

yang diungkapkan oleh KBK dan dibandingkan dengan

dokumen yang ada bahwa kurikulum katekisasi di GPM

adalah untuk pembentukan profil umat, yaitu

memiliki pembentukan kecerdasan intelektual,

kecerdasan spriritual, kecerdasan etis-moral,

kecerdasan sosio-kultural dan kecerdasan vokasional

sekitar firman, gereja dan konteks. Pencerdasan

intelektual mengisyaratkan adanya tingkat

pemahaman, penghayatan dan pemberlakuan

kehidupan katekisan yang berkisar pada firman,

bertumbuh di dalam gereja dan berbuah bagi dunia.

Kecerdasan spiritual adalah kemampuan gaya hidup

katekisan yang berkualitas yang terwujud dalam

hubungan yang luhur dengan sesama, dan hubungan

yang mulia dengan diri sendiri. Kecerdasan etis moral

adalah kemampuan katekisan dalam melakukan

pertimbangan dan keputusan-keputusan etis

berdasarkan hati nurani. Kecerdasan sosio-kultural

adalah kemampuan katekisan untuk menjalin interaksi

sosial dalam semangat kearifan lokal yang mengalami

transformasi secara terus menerus. Kecerdasan

vokasional adalah kemampuan katekisan untuk

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

80

mewujudkan panggilan hidup sesuai talenta yang

dimiliki dalam aktifitas hidup sehari-hari secara

bertanggung-jawab, berdedikasi, bersungguh-sungguh,

bermutu, jujur dan setia.

Berdasarkan dokumen yang diperoleh,

pembelajaran katekisasi di GPM dilaksanakan dengan

kebijakan pembinaan integratif, yaitu bersinergi

dengan orang tua, besinergi dengan semua wadah

internal gerejawi, bersinergi dengan instansi

pemerintah dan non pemerintah serta bersinergi

dengan kelompok denominasi atau agama lain.

Bersinergi dengan orang tua, dimana keluarga adalah

basis pendidikan Kristen yang utama karena itu orang

tua memiliki peran yang sangat penting dalam proses

pembinaan dan pembentukan kepribadian seorang

anak. Setiap orang tua adalah tempat di mana setiap

anak dapat mengemukakan permasalahan yang

dihadapinya. Setiap katekisan adalah bagian integratif

dari keluarga, peranan orang tua dalam pembentukan

watak dan kepribadian sangat besar. Dengan demikian,

pendidikan katekisasi yang dilakukan harus

memperhatikan hubungan dengan keluarga atau orang

tua sebagai basis pendidikan umat yang utama.

Bersinergi dengan semua wadah internal

gerejawi, katekisasi adalah pembinaan warga gereja,

dimana kurikulumnya disusun dengan

mempertimbangkan tujuan pelayanan umat di GPM.

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

81

Tujuan ini dijadikan acuan bagi pembinaan wadah

internal gerejawi lainnya. Pada sisi lain, seorang

katekisan memiliki tanggung jawab untuk

berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan unit, sektor

dan kegiatan gereja lainnya. Oleh sebab itu,

pelaksanaan pembelajaran katekisasi di GPM

mempertimbangkan berbagai kegiatan yang dilakukan

oleh wadah-wadah gerejawi lainnya. Bersinergi dengan

instansi pemerintah dan non pemerintah, di GPM ada

dua pendidikan yang dilaksanakan, yaitu sekolah

minggu (SMTPI) dan katekisasi. Seiring dengan UU No

30 Tahun 2004 tentang SISDIKNAS, pendidikan

sekolah minggu dan katekisasi telah ditempatkan

sebagai lembaga pendidikan yang diselenggarakan

dengan kebijakan integratif dengan lembaga

pemerintah baik dalam konteks pengajar maupun

materi pengajarannya. Misalnya, para guru PAK di

sekolah dapat didatangkan sebagai tenaga pengajar

katekisasi (katekeit).

Bersinergi dengan kelompok denominasi atau

agama lain, seorang katekisan pada hakekatnya

merupakan bagian dari masyarakat yang beragama,

masyarakat yang memiliki kepercayaan masing-

masing. Itu berarti penghargaan terhadap agama lain,

termasuk kelompok denominasi gereja merupakan

kewajiban yang perlu diaplikasikan dalam kehidupan

real. Dalam kehidupan masyarakat yang cepat, dengan

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

82

kebangkitan agama-agama termasuk berbagai gerakan

kharismatik dalam kehidupan umat yang terjadi di

mana-mana. Beralihnya warga GPM menjadi warga

gereja lain, dan agama lain harus dilihat sebagai

“pekerjaan rumah” yang harus ditangani oleh gereja.

Karena itu, pembelajaran katekisasi yang dilaksanakan

di GPM mesti mempelajari dengan baik fenomena dan

realitas kebangkitan gerakan kharismatik, kelompok

denominasi, maupun agama lain. Dengan mempelajari

hal itu maka katekisan dapat memberi penghargaan

dan membangun hubungan yang harmonis dengan

kelompok agama lain.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pendidikan katekisasi dibagi dalam tiga kelompok

yaitu katekisasi keluarga, katekisasi sekolah, dan

katekisasi gereja. Pelaksanaan katekisasi di GPM

difokuskan hanya pada katekisasi gereja. Pembelajaran

katekisasi di GPM dilaksanakan selama satu tahun

yang dibagi dalam dua semester yaitu semester ganjil

bulan Mei – Oktober dan semester genap bulan

November – April, akhir dari pendidikan ini ditandai

dengan Sidi gereja. Pelaksanaan pembelajaran per

semester terdiri atas, semester satu (firman, gereja dan

konteks), semester dua (firman, gereja dan konteks).

Tiap semester pokok bahasannya sama, tetapi sub

pokok bahasannya yang berbeda. Waktu pertemuan

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

83

untuk pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan

penjabaran program, untuk setiap kali pertemuan atau

tatap muka adalah 100 menit.

Pelaksanaan pembelajaran ini menurut seorang

katekeit bahwa:

KT: “pendidikan katekisasi pada akhirnya akan ada dalam

pengakuan iman untuk mengikut Yesus sebagaimana

Yesus telah berkorban dan menderita bahkan sampai maut

bukanlah sesuatu yang mudah. Orang-orang yang

mengikut Yesus, mereka harus berada pada jalan

penderitaan bahkan sampai mengorbankan dirinya demi

suatu keselamatan dan suatu pembaruan hidup," jelasnya.

Dikatakan, anak-anak yang mengikuti pendidikan ini dan

nantinya diteguhkan menjadi anggota sidi gereja telah

bersedia dan bertanggungjawab terhadap dirinya, gereja,

keluarga dan bagi masyarakat, shingga mereka benar-

benar dapat membangun diri terhadap pelayanan yang

diberikan kepada mereka. Karena mengikut Yesus berarti

meneladani apa yang telah Yesus ajarkan di dalam

firmanNya. Menurutnya, selama setahun anggota sidi akan

dididik melalui lembaga katekisasi namun baginya semua

itu belumlah cukup, karena proses pendewasaan iman bagi

seseorang tidak berhenti pada titik tertentu namun berada

dalam suatu proses perjalanan hidup yang panjang.

"Dengan demikian ketika anak-anak ini sidi, dikembalikan

kepada orang tua untuk mengawasi supaya pengakuan

mengikut Kristus itu betul-betul dapat diwujudkan dalam

kata dan perbuatan mereka setiap hari, terutama dalam hal

bertanggungjawab terhadap proses bergereja dan di dalam

jemaat. Sehingga kalau dalam perjalanan hidup mereka

ada hal-hal yang salah yang keliru mereka lakukan diluar

yang telah diajarkan, jangan lalu saling mempersalahkan

gereja sebagai lembaga yang membina mereka,"

ungkapnya. Dijelaskan bahwa salah satu kekurangan

dalam mempersiapkan anak-anak menjadi anggota sidi

adalah kurangnya partisipasi orang tua dalam mendidik

anak. Dirinya menambahkan, bahwa seharusnya sejak

mereka dilahirkan, telah melalui sebuah proses iman

dimana semua ajaran mengenai firman Allah sudah

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

84

diberikan oleh orang tua untuk memproses iman mereka,

supaya ketika mereka bertumbuh, mereka juga akan

bertumbuh di dalam iman yang bermutu yang dilakukan

melalui sikap yang baik yang bisa diterima di dalam

keluarga dan masyarakat. "Karena itu, keluarga harus

menjadi basis untuk menumbuhkan iman mereka sehingga

kita tidak saling mempersalahkan," tekannya.

Berdasarkan dokumen yang diperoleh,

pembelajaran katekisasi di GPM dilaksanakan

berdasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan

kurikulum, yaitu: prinsip pencapaian tujuan, integratif,

pendidikan seumur hidup, relevansi, fleksibilitas,

kontinuitas, evektivitas, dan praktis.

Prinsip pencapaian tujuan artinya, upaya

pembelajaran katekisasi dilaksanakan dengan

mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan

(institusional, kurikuler dan instruksional/ penyajian).

Tujuan katekisasi GPM yaitu mengandung kopetensi

sebagai warga GPM yang memiliki kapasitas

ketangguhan dan kematangan secara moral-etis dan

manusiawi seperti apa yang tertuang dalam PIP/ RIPP

dasawarsa II (2005-2015) adapun tujuan institusional,

merujuk pada tujuan GPM dalam menyelenggarakan

pendidikan katekisasi sebagai proses pemuridan.

Sedangkan tujuan kurikuler, menunjuk pada capaian

penggunaan kurikulum sebagai rencana belajar-

mengajar di kelas katekisasi.

Prnisip integratif artinya, adanya keterhubungan

antara katekisasi sebagai wadah pendidikan dengan

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

85

wadah-wadah pembinaan lain, seperti angkatan muda,

perempuan, laki-laki, melalui keterhubungan ini ada

saling mempengaruhi terhadap pembinaan para siswa

katekisasi itu sendiri. Prinsip pendidikan seumur hidup

artinya, mengacu pada tujuan pembinaan GPM yaitu

seluruh proses pembinaan dan pengembangan diri

pada siswa katekisasi, tidaklah menjadi batasan waktu

pembelajaran terhadap seluruh upaya pembinaan para

siswa katekisasi itu dalam rangka memiliki kecerdasan

intelektual, etis-moral, vokasional dan sosio-kultural.

Prinsip relevansi artinya, seluruh muatan,

bahasa, metode dan pendekatan kurikulum mesti

ditata dan diterapkan dengan mempertimbangkan

aspek relevansinya dengan konteks kepesertaan, ruang

dan waktu penyelenggaraannya. Dengan demikian,

pertimbangan relevansi tersebut mengisyaratkan

pentingnya pencermatan yang kritis dan evaluatif

terhadap fenomena konteks yang ada dan tingkat

kematangan psikologis serta kebutuhan belajar para

katekisan. Prinsip fleksibilitas artinya, penerapan

kurikulum katekisasi dilihat pada suatu prinsip yang

mengisyaratkan adanya ruang “keterbukaan dan

apresiasi” terhadap seluruh proses pembelajaran yang

dinamis dan demokratis. Dengan demikian, pada satu

pihak penyelenggaraan katekisasi tetap

mengedepankan suatu ketentuan dan mekanisme

pengajaran yang telah ditetapkan, namun pada sisi lain

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

86

terbuka kemungkinan untuk disesuaikan dengan

konteks penerapan dan dinamika katekisasi itu sendiri.

Prinsip kontinuitas artinya, sebagai pendidikan di

GPM, katekisasi ditempatkan dalam suatu pembinaan

secara berkelanjutan artinya dari pendidikan anak-

remaja-pemuda, hingga orang dewasa. Dalam artian

bahwa proses pembinaan para katekisan berlangsung

dalam konteks berkesinambungan, artinya

pemahaman yang dimiliki oleh katekisan sebagaimana

yang diwariskan pada tahap pembinaan sekolah

minggu, terbuka untuk direfleksikan sesuai dengan

tingkat pengenalan dan tanggung jawab sebagai murid

katekisasi.

Prinsip efektivitas artinya, penyelenggaraan

katekisasi GPM seyogiyanya diterapkan dalam prinsip

efektivitas belajar-mengajar, baik terhadap materi ajar,

metode, pembiayaan, strategi, hinggga ruang dan waktu

(durasi) pembelajaran. Artinya berdasarkan materi

pengajaran yang dipersiapkan, para pengajar

diharapkan dapat mengelolanya sedemikan rupa

hingga dapat berhasil terhadap pencapaian

pembelajaran dan pencerdasan siswa. Prinsip praktis

artinya, pentingnya penataan dan penyajian pengajaran

(materi ajar, strategi, bahasa, alat peraga) yang mudah

diaplikasikan terhadap seluruh proses katekisasi itu

sendiri. Selain itu, prinsip inipun mengisyaratkan

adanya sikap kepraktisan (aspek psikomotorik) di

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

87

kalangan para siswa sesuai dengan materi, konteks,

dan potensi yang dimiliki.

Berdasarkan penjelasan prinsip-prinsip di atas

maka, pembelajaran katekisasi di GPM berbasis pada

pencapaian pembentukan Profil Umat GPM dengan

menitikberatkan pada tiga aspek kecerdasan yaitu:

pengetahuan, keterampilan dan perilaku; serta seluruh

perangkat pendukung, yaitu pembimbing, pengasuh/

pengajar, sarana dan prasarana seperti ruang belajar,

alat peraga, papan tulis, multi media. Pelaksanaan

pembelajaran ini adalah untuk mencapai tujuan seperti

yang telah ditetapkan dapam PIP dan RIPP GPM yaitu

membentuk profil umat GPM yang memiliki

ketangguhan dan kematangan teologis, intelektual,

moral, etis, sosial, kultural dan ekonomis.

Penyelenggaraan adalah Badan Pekerja Harian

Sinode (Pendeta) sebagai penanggung jawab.

Sedangkan katekeit adalah pengajar dan pembina

katekisasi, katekeit adalah mereka yang ditetapkan

oleh majelis sinode dengan mempertimbangkan kriteria

sebagai berikut: telah menjadi anggota sidi gereja, tidak

menjalani tindak disiplin gereja dan peraturan

perundangan negara, setia kepada pengajaran gereja,

berlatar belakang pendidikan teologi dan non-teologi

namun ahli dalam bidangnya. Pelaksanaan pendidikan

tidak terlepas dari aspek pendanaan, pembiayaan

pendidikan katekisasi bersumber dari anggaran

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

88

pendapatan dan belanja Sinode, dengan sumber

keuangan diperoleh dari kolekta ibadah/ pertemuan

pelayanan katekisasi, natura sesuai sumber daya alam,

usaha-usaha lain yang sah, dan sumbangan lain.

Semua pendapatan pendanaan pendidikan katekisasi

diatur secara tersentralisasi pada kas BPH Sinode GPM.

4. Aspek Evaluasi

Evaluasi terbagi atas evaluasi proses

pembelajaran secara keseluruhan mencakup tahap

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.

a. Evaluasi proses pembelajaran

Pertanyaan bagaimana evaluasi pembelajaran

katekisasi di GPM dan alat evaluasi apa yang

digunakan. Berdasarkan wawancara dengan seorang

pendeta, mengatakan bahwa:

Pdt V:..... “Mengatakan bahwa, evaluasi terhadap

pembelajaran katekisasi di GPM dilakukan pada hasil

pembelajaran, baginya ada evaluasi di tiap kali tatap muka

sesuai dengan format yang sudah ada pada buku ajar.

Menurutnya bukan saja evaluasi di tiap kali tatap muka

yang dilakukan tetapi dilakukan setiap semester dan

evaluasi di akhir semester. Alat evaluasi yang digunakan

adalah dengan tes. Menurutnya, setiap kali tatap muka

diukur dengan tes lisan untuk mengukur hasil

pembelajaran yang sudah dilakukan”.

Penjelasan ini dibandingkan dengan dokumen

yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa

evaluasi dan alat evaluasi yang digunakan adalah

kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

89

tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga

proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap

ini seorang katekeit dituntut untuk memiliki

kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-

cara evaluasi. Sejalan dengan itu juga seorang katekeit

mengatakan bahwa:

KT:...... “memang format evaluasi sudah disediakan,

namun metode yang saya gunakan adalah evaluasi di akhir

semester sebelum sidi, saya tidak mengguanakan evaluasi

pada setiap kali tatap muka, saya merampungkan semua

materi ajar dulu kemudian melakukan evaluasi. Alat

evaluasi yang biasa saya gunakan adalah tes tertulis. Soal

evaluasi tergantung pengajar, mau review materi juga bisa,

tegasnya..”

Penjelasan di atas, mengatakan bahwa memang

pembelajaran katekisasi di GPM dalam hal evaluasi

dilaksanakan tergantung oleh katekeit dan alat evaluasi

yang digunakan adalah dengan menggunakan tes, baik

itu tes lisan maupun secara tertulis. Hasil evaluasi

tidak dalam bentuk angka, tetapi evaluasi dilakukan

hanya untuk mengetahui sejau mana seorang

katekisan menguasai materi yang disampaikan. Hasil

dari evaluasi ini adalah seorang katekisan bisa

diteguhkan menjadi anggota sidi baru gereja dan

diberikan kepadanya surat sidi yang menandakan

bahwa dia sudah selesai dalam mengikuti proses

pembinaan di pendidikan katekisasi. Format evaluasi

telah disediakan dalam buku ajar hanya tergantung

bagaimana metode yang dipakai oleh katekeit.

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

90

Di GPM sendiri ada evaluasi terhadap katekeit, ini

dilakukan untuk melihat sejaumana pelaksanaan

pembelajaran telah sesuai dengan rencana dan tujuan

program yang ditetapkan. Evaluasi dilakukan dalam

bentuk pelatihan-pelatihan terhadap para

katekeit/pengasuh, karena merasakan penting untuk

meningkatkan kualitas dan pengembangan para

pengasuh yang berada di wilayah pelayanan GPM.

Tujuan dari pelatihan ini untuk menumbuh

kembangkan kreatifitas dalam mengajar, memberikan

nilai pada setiap pengajaran dengan pengetahuan yang

siap dan juga ketrampilan membuat alat peraga sesuai

dengan konteks. Materi pelatihan yang diberikan

menyangkut kurikulum pendidikan secara teknis dan

juga teoritis, serta penguatan psikologi anak diberikan

dalam pelatihan dimaksud sehingga tidak hanya

memahami anak hanya secara intelektual saja tetapi

bagaimana anak itu di pahami secara utuh.

4.2 Pembahasan

A. Aspek Perencanaan

Pendidikan adalah lembaga pembinaan yang

berkembang luas di dunia modern masa kini.

Pendidikan berlangsung secara formal yang dimulai

dari pendidikan dasar, menengah, sampai perguruan

tinggi. Pendidikan dimaksud, dilakukan baik oleh

lembaga-lembaga negeri atau pemerintah maupun oleh

lembaga pendidikan swasta atau masyarakat. Gereja

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

91

juga demikian, melaksanakan pelayanannya melalui

pendidikan yang dikenal dengan katekisasi. Katekisasi

adalah pembinaan dalam bentuk pengajaran, dimana

pembelajaran katekisasi bukanlah orang-orang

(katekisan) yang diajar itu menghafal atau mempelajari

taurat yang diajarkan kepada mereka sebagai suatu

ilmu (pengetahuan), tetapi supaya apa yang mereka

pelajari itu mereka taati dan lakukan di dalam hidup

mereka.

Berdasarkan data yang dijelaskan, terkait dengan

perencanaan pembelajaran, bahwa: Para Pendeta dan

pengajar (katekeit) tidak memiliki perencanaan khusus

dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti, membuat

silabus dan rencana pembelajaran. Mengapa demikian,

karena Biro Pelayanan Anak dan Katekisasi sudah

menerbitkan buku ajar yang didalamnya termuat,

materi kurikulum dan penjabaran program

pembelajaran. Indikator capaian, tujuan pembelajaran,

materi, waktu, metode dan penilaian, semuanya sudah

dirumuskan dalam buku ajar. Pendeta atau katekeit

tidak perlu lagi menyiapkan silabus pembelajaran.

Kurikulum katekisasi di GPM terdiri dari satu paket,

yakni kurikulum inti dan buku ajar katekisasi untuk

satu dasawarsa.

Perencanaan pembelajaran, para katekeit tidak

menyiapkan silabus dan rencana pembelajaran karena

pengajaran yang diberikan kepada mereka (para

Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

92

katekisan) itu sendiri lebih banyak mengandung unsur

bimbingan. Karena merupakan pembinaan lanjutan

dari pendidikan sebelumnya yaitu SMTIP sehingga

tujuan dari katekisasi ialah bukan anak-anak (siswa

katekisasi) diteguhkan menjadi anggota sidi gereja.

Tujuan katekisasi yang telah diuraikan di atas

menjadikan anak-anak percaya kepada Yesus Kristus

sebagai Tuhan dan juruselamat mereka. Secara khusus

pembelajaran katekesasi memiliki peran penting bagi

mereka (siswa katekisasi) sebagai langkah awal untuk

membina, membimbing, mengarahkan, mengajarkan

mereka agar memiliki pengetahuan dan pengakuan

yang sungguh.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat

dikatakan bahwa perencanaan pembelajaran katekisasi

di GPM berbasis pada pembentukan profil umat. Sesuai

dengan apa yang dikatakan dalam PIP dan RIPP GPM

yaitu membentuk profil umat yang memiliki

ketangguhan dan kematangan teologis, intelektual,

moral, etis, sosial, kultural, dan ekonomis.

Katekeit selaku pengajar mesti menjadikan

pendidikan katekesasi sebagai tempat untuk

memantapkan siswa katekisasi dalam hal pengetahuan

dan pendampingan pada masa transisi (remaja ke

dewasa) dan menjadikan mereka semakin lebih baik

dalam sikap dan perbuatan. Sehingga, pada akhirnya

pertama-tama bukanlah soal hasil (output) dari suatu

Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

93

pendidikan yang dihargai dan menjadi sesuatu yang

dominan, namun yang mesti dihargai dan diberikan

suatu apresiasi adalah proses dari kegiatan

pembelajaran itu sendiri. Jika proses itu dilakukan

dengan sangat baik, terarah, terencana, dan sistematis

oleh gereja maka akan menghasilkan anggota sidi gereja

yang berkualitas. Kualitas yang dimaksudkan

bukanlah pada bagaimana seseorang mengerti dan

memahami setiap materi yang disampaikan. Namun,

bagaimana proses pendidikan katekesasi dimaknai

sebagai proses pengenalan kehidupan Kristen.

B. Aspek Pengorganisasian

Berdasarkan data dan dokumen yang didapat

dapat dilihat bahwa dalam pengorganisasia

pembelajaran katekisasi di GPM ada pembagian tugas

kepada para katekeit yang bertanggung-jawab dalam

menjalankan manajemen di pendidikan katekisasi. Ada

juga pembagian-pembagian kelas dalam pendidikan

katekisasi, begitu juga dengan sarana dan prasarana

yang digunakan.

Pengorganisasian kurikulum katekiasi, memiliki

tiga prinsip pengorganisasian yaitu kebermaknaan,

keluwesan, kedinamisan. Kebermaknaan dalam

pengertian bahwa kurikulum dibentuk atas dasar

kebutuhan peserta didik (katekisan) untuk

pembentukan profil umat GPM, karena poros dari

seluruh pelayanan gereja di GPM adalah untuk

Page 35: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

94

menghasilkan umat yang memiliki kecakapan etis-

moral. Keluwesan dalam pengertian bahwa kurikulum

katekisasi harus memberi peluang bagi perubahan

sikap peserta didik. Kedinamisan dalam pengertian

bahwa kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai

dengan kebutuhan konteks pelayanan. Kurikulum

katekisasi sendiri dibentuk untuk satu dasawarsa

dengan muatan materinya dikemas dalam tiga pokok

bahasan, yaitu gereja, firman dan konteks. Selama satu

dasawarsa itu akan dilihat apakah kurikulum sudah

menjawab kebutuhan peserta didik atau belum, jika

sudah menjawab maka kurikulum akan

dipertahankan, tetapi jika belum menjawab maka

harus dirubah sesuai dengan kebutuhan.

Terkait dengan pengorganisasian ini ada bentuk

kurikulum dan materi kurikulum, di mana bentuk

kurikulum pendidikan katekisasi adalah berbentuk

kurikulum inti di mana semua komponen dibuat dalam

bentuk matriks, yang terdiri dari: Tujuan umum

penyajian, Pokok bahasan dan sub pokok bahasan,

Waktu pertemuan, Semester, Materi/ bahan alkitab,

Pengalaman belajar, Metode dan teknik, Evaluasi,

Sumber/ kepustakaan, Keterangan. Komponen

kurikulum inti ini, dilihat sebagai suatu kesatuan, dan

dikembangkan secara spiral. Sedangkan materi

kurikulum katekisasi di GPM bersumber dari tiga pilar

kurikuler, yaitu firman, gereja, dan konteks

Page 36: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

95

Perlu disadari bahwa dalam pengorganisasian ini,

terkait dengan materi yang diajarkan di pendidikan

katekisasi GPM hanya berkisar pada pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang berhubungan dengan

spiritual anak. Padahal upaya pemberdayaan umat juga

sangat membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang bersentuhan langsung dengan kehidupan

setiap hari. Oleh sebab itu kurikulum katekisasi di GPM

harus memberi ruang bagi pemberdayaan umat di

bidang sosial dan ekonomi. Mata pelajaran yang

berhubungan dengan pengembangan pengetahuan,

keterampilan dan sikap sesuai dengan potensi yang

tersedia dan dijadikan sebagai muatan lokal kurikulum

pendidikan katekisasi di GPM.

Katekeit adalah orang-orang yang telah

ditetapkan oleh jemaat sebagai pengajar katekesasi.

Katekeit memiliki tugas dan tanggung jawab untuk

melihat sampai sejauh mana kemampuan dan

kreatifitasnya untuk mengulang materi dan

menyesuaikan dengan konteks, serta dapat

mengembangkan materi-materi yang dirasa penting

dalam proses pembelajaran. Berdasarkan data yang

diperoleh, terhadap kurikulum dan materi-materi yang

diajarkan, kurikulum dan materi-materi yang disajikan

dalam buku ajar katekesasi tidak perlu diperbaharui

tetapi harus juga menambahkan muatan-muatan

pelajaran yang bersentuhan langsung dengan

Page 37: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

96

lingkungan dari katekisan dan memberi ruang bagi

pemberdayaan umat. Namun, yang lebih penting

adalah memperhatikan keberadaan mereka (katekisan)

di lingkungan sekitar.

C. Aspek Pelaksanaan

a. Persyaratan proses pelaksanaan

Gereja adalah persekutuan, sebagai persekutuan

gereja memiliki peran yang sangat penting dalam

melihat dinamika yang terjadi, yaitu pendidikan

katekisasi. Melalui pendidikan ini peserta didik akan

diarahkan, dibimbing, untuk lebih memahami sungguh

kehidupan kristen serta peran mereka dalam

kehidupan setiap hari.

Bila dilihat dalam Permen No 41 Tahun 2007

tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar

dan menengah. Persyaratan proses pembelajaran

meliputi jumlah peserta didik, rombongan belajar,

beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran, dan

pengelolaan kelas. Maka, persyaratan pelaksanaan

kegiatan pembelajaran katekisasi berjalan sesuai

dengan apa yang ditentukan di dalam buku ajar. Dari

data yang diperoleh ada pembagian kelas (peserta

didik), pembagian kelas sesuai dengan siswa yang

sudah mendaftar, di GPM pembelajaran katekisasi

dilaksanakan dalam dua kelas yaitu kelas khusus dan

kelas umum. Meskipun berbeda kelas namun materi

Page 38: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

97

pelajaran dalam proses pembelajaran tetap sama, yaitu

firman, gereja, dan konteks.

Ada pembagian waktu pertemuan untuk tiap

semester dalam satu tahun pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran dilakukan satu minggu dua kali dengan

pembagian waktu adalah 100 menit untuk satu kali

pertemuan atau tatap muka. Ada pembagian tugas,

dalam pembagian tugas dibagi dalam dua kelompok

yaitu oleh pendeta dan guru PAK dari sekolah. Adanya

sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan semua fasilitas

yang dimiliki oleh gereja di setiap jemaat. Baik itu,

gedung gereja, buku ajar, alat peraga maupun

perpustakaan mini yang dimiliki oleh gereja.

b. Pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan dijalankan ketika seseorang

mendaftar sebagai murid katekisasi, dan dilaksanakan

selama satu tahun yang dibagi dalam dua semester,

akhir dari pendidikan katekisasi ini ditandai dengan

Sidi gereja. Pelaksanaan pembelajaran per semester

terdiri atas, semester satu (firman, gereja dan konteks),

semester dua (firman, gereja dan konteks). Tiap

semester pokok bahasannya sama, tetapi sub pokok

bahasannya yang berbeda.

Berdasarkan data yang diperoleh dikatakan

bahwa, pendidikan katekisasi merupakan pendidikan

di dalam gereja yang dilakukan oleh gereja secara

Page 39: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

98

terencara dan sistematis dengan tujuan Katekisasi GPM

adalah mendidik warga gereja (Katekisan) agar memiliki

jati diri sebagai murid Yesus Kristus demi mengaku

imannya. Memiliki kecerdasan spiritual, etis-moral,

intelektual, sosio-kultural dan vokasional untuk

mengembangkan kehidupan yang mandiri dalam

bidang teologi, daya dan dana, melaksanakan tugas

panggilannya sebagai warga gereja yang bertanggung

jawab untuk menghadirkan kasih, kebenaran,

keadilan, damai sejahtera, persaudaraan sejati,

pembaruan hidup dan keutuhan ciptaan di dalam

masyarakat.

Pembelajaran katekisasi di GPM menjadikan

warga gereja untuk memiliki pengetahuan yang

mendalam sebagai murid dengan memperluas

pengertian mengenai Firman, Gereja dan Konteks.

Melaksanakan apa yang disaksikan dalam Alkitab dan

ajaran Gereja di tengah konteks hidupnya dengan takut

dan setia. Menumbuhkan hubungan antarwarga gereja

sebagai persekutuan beriman, mengelola lingkungan

hidupnya secara berkelanjutan sebagai konteks

pelayanan dan kesaksian gereja, memiliki Penghayatan

Iman (Spiritual) sebagai murid Yesus Kristus untuk

menaati dan mengasihi Tuhan, sesama manusia dan

lingkungan hidupnya. Mempelajari Alkitab dan ajaran

gereja, melindungi generasi masa depan, mencegah

terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, menghargai

Page 40: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

99

kemajemukan agama, budaya dan pemikiran,

memperlihatkan sikap hidup yang rendah hati, lemah

lembut, tahan uji, Penguasaan diri, jujur, adil, benar

dan bersahabat dengan semua orang.

Membaharui diri dan lingkungan hidupnya

secara kreatif, inovatif, transormatif dan berkelanjutan,

mengupayakan keadilan, perdamaian dan

kesejahteraan hidup bersama, memiliki Kecakapan

Hidup (life-skill) dalam mengembangkan diri sesuai

kematangan, perkembangan kepribadian dan

pemikirannya. Mengembangkan diri dan menjalin

komunikasi dan kerja sama dengan semua orang,

mengembangkan ibadah kreatif dalam keluarga dan

jemaat, mengembangkan musik gerejawi,

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

ditekuninya. Mengembangkan potensi seni dan

olahraga, mensejahterakan keluarga dan masyarakat,

mengembangkan karier dalam tugas dan panggilannya.

menciptakan peluang lapangan kerja bagi diri sendiri

dan orang lain serta dapat mengelola lingkungan hidup

secara berkelanjutan.

Prinsip-prinsip pelaksanaan pelaksanaan

katekesasi yang telah dipaparkan, menjelaskan

pentingnya pendidikan katekesasi bagi katekisan.

Pendidikan ini dijadikan sebagai wadah untuk

membantu mereka (siswa katekisasi) menemukan jati

diri dan membantu mereka dalam proses merubah

Page 41: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

100

paradigma dalam upaya menumbuhkan iman mereka

serta menghindarkan mereka dari keterasingan diri.

Keterasingan diri yang dimaksudkan di sini adalah

respon atas perubahan pola pikir, perubahan gaya

hidup, perubahan bertutur, dan perubahan pergaulan.

Dalam proses pembelajaran seseorang mesti ditopang

oleh semua pihak, selain eksternal seperti gereja,

jemaat dan keluarga yang merupakan basis pertama

dalam pendidikan mesti juga menciptakan suasana

yang mengesankan. Sehingga, interaksi setiap hari

yang terjalin akan juga menumbuhkan perubahan

paradigma kearah pertumbuhan iman. Tetapi juga,

mesti secara internal (dalam diri) juga turut

mempengaruhi seorang katekisan. Sejalan dengan itu

maka, gereja hadir lewat pendidikan katekesasi untuk

mengarahkan, membimbing, mengajarkan seseorang

untuk lebih mengenal ajaran kristen yang diajarkan

kepadanya.

D. Aspek Evaluasi

Evaluasi terbagi atas evaluasi proses

pembelajaran secara keseluruhan mencakup

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran.

a. Evaluasi terhadap proses pembelajaran

Berdasarkan data yang diperoleh dilihat bahwa

evaluasi dilakukan di akhir setiap pertemuan, bahkan

evaluasi dapat dilakukan setiap kali tatap muka, setiap

Page 42: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

101

semester dan diakhir semester. Kurikulum katekisasi di

GPM merupakan kurikulum inti dan semua komponen

dibuat dalam bentuk matriks. Mengapa alat evaluasi

yang digunakan berupa tes?, karena materi pengajaran

dikembangkan secara spiral. Kurikulum terdiri dari tiga

pokok bahasan yaitu firman, gereja, dan konteks,

dalam pelaksanaan pembelajaran tiga pokok bahasan

ini bisa tidak secara berurutan. Mengapa, karena

mempertimbangkan kondisi objektif dari para

katekisan.

Pertanyaan bahwa apakah penyajian pokok

bahasan firman, gereja, dan konteks dapat

disampaikan dalam satu semester sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan

sajian semester itu tepat waktu karena ada

ketersediaan buku ajar. Proses pembelajaran di

katekisasi selama dua semester yaitu semester satu

bulan Mei sampai Oktober dan semester dua bulan

November sampai April, sebelum seorang katekisan

mengaku imannya (sidi), proses pembelajaran

dilakukan selama dua kali dalam satu minggu dan di

setiap pertemuan ada evaluasi.

Dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah

siswa katekisasi dapat memahami apa yang diajarkan

kepadanya. Biro Anak dan Katekisasi telah menyiapkan

format monitoring dan evaluasi di tingkat Sinode yang

Page 43: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

102

kemudian diturunkan ke tingkat klasis dan jemaat.

Tujuan dari disediakan format evaluasi ini adalah

untuk mengetahui target pencapaian dalam

pembelajaran katekisasi itu sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan, baik menyangkut perangkat

pembelajaran, ketenagaan maupun sarana dan

prasarana.

Perangkat pembelajaran katekisasi di GPM

didukung oleh buku ajar, dilihat bahwa berdasarkan

hasil evaluasi terhadap seluruh proses pembelajaran

baik menyangkut firman, gereja, dan konteks,

semuanya bertolak dari buku ajar yang telah

disediakan. Soal muatan-muatan atau metode lain yang

digunakan oleh katekeit/ pengajar bisa digunakan,

tergantung dari kebutuhan katekisan. Pengajar pada

pendidikan katekisasi di GPM adalah ketua majelis

jemaat atau pendeta jemaat, tenaga pengajar dari

sekolah-sekolah terutama guru-guru PAK. Rekruitmen

katekeit sesuai dengan jumlah kebutuhan, dimana

katekeit harus memiliki kemampuan untuk

menjalankan setiap program sajian sesuai dengan

tujuan umum pembelajaran dan tujuan khusus

pembelajaran katekisasi. Katekeit pendidikan

katekisasi di GPM berlatar-belakang pendidikan S1 PAK

dan teologi. Oleh sebab itu, dalam rangka

meningkatkan kualitas katekeit maka di GPM sendiri

mengadakan pelatihan terhadap katekeit satu tahun

Page 44: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

103

sekali, tujuannya adalah untuk melihat mutu pendidik

dan evaluasi pendidik/ katekeit.

Pelaksanaan pembelajaran katekisasi di GPM

menggunakan sarana gedung gereja di tiap jemaat,

seluruh fasilitas yang dimiliki oleh gereja dapat

digunakan sebagai tempat pembelajaran serta

menggunakan buku ajar yang diterbitkan oleh Sinode

GPM sebagai acuan dan dasar pembelajaran. Tingkat

perubahan dari setiap katekisan itu berbeda sesuai

dengan jenjang umur, di GPM sendiri pendidikan

katekisasi di bagi menjadi dua kelas, yaitu kelas

khusus dan kelas umum. Kelas umum yaitu bagi

mereka yang belum menikah sedangkan kelas khusus

adalah bagi mereka yang sudah menikah dan bagi

mereka yang beralih agama.

Format monitoring dan evaluasi yang telah

disediakan baik di akhir pertemuan maupun di akhir

semester (sebelum sidi) dibuat sesuai dengan kondisi

katekisan. Baik menyangkut tujuan, isi, strategi,

media, sumber belajar dari setiap pembelajaran yang

dilakukan. Evaluasi pembelajaran katekisasi di GPM

mulai dari perencanaan hingga pelaksanaanya itu

berdasar pada PIP dan RIPP GPM sehingga produk yang

dihasilkan dari proses ini benar-benar dapat dicapai,

yaitu pembentukan profil umat yang tangguh dan

matang secara teologis, moral-etis, sosial, kultural,

ekonomis, pluralis dan manusiawi.

Page 45: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

104

Page 46: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15487/4/T2_942012096_BAB IV.pdf · 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Hasil Penelitian

105