bab iv hasil dan pembahasan a. kondisi fisik daerah...
TRANSCRIPT
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian
1. Letak dan Luas
Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota
Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 107032’38,91” BT
dan 6055’19,94” LS. Luas Kota Bandung adalah 167,29 Km
2. Adapun
batas administratifnya adalah :
Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat
Sebelah Selatan : Kabupaten Bandung
Sebelah Barat : Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi
Sebelah Timur : Kabupaten Bandung
Lokasi Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi,
dan perekonomian. Hal tersebut dikarenakan Kota Bandung terletak pada
pertemuan poros jalan yaitu Barat sampai timur memudahkan hubungan
dengan Ibukota Negara dan utara sampai selatan yang memudahkan lalu
lintas ke daerah perkebunan (Subang dan Pangalengan).
Secara administratif Kota Bandung terbagi menjadi 30 kecamatan.
Kecamatan Gedebage merupakan kecamatan yang memiliki wilayah paling
luas yaitu 9,58 Km2 atau 5,7% dari luas keseluruhan Kota Bandung.
Kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Astana Anyar dengan
luas 2,89 Km2 atau hanya 1,73 % dari luas Kota Bandung.
53
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.1
Kecamatan di Kota Bandung
No Kecamatan Luas (Km2) Prosentase (%)
1 Bandung Kulon 6,46 3,86
2 Babakan Ciparay 7,45 4,45
3 Bojongloa Kaler 3,03 1,81
4 Bojongloa Kidul 6,26 3,74
5 Astana Anyar 2,89 1,73
6 Regol 4,30 2,57
7 Lengkong 5,90 3,53
8 Bandung Kidul 6,06 3,62
9 Buah Batu 7,93 4,74
10 Rancasari 7,33 4,38
11 Gedebage 9,58 5,73
12 Cibiru 6,32 3,78
13 Panyileukan 5,10 3,05
14 Ujung Berung 6,40 3,83
15 Cinambo 3,68 2,20
16 Arcamanik 5,87 3,51
17 Antapani 3,79 2,27
18 Mandalajati 6,67 3,99
19 Kiaracondong 6,12 3,66
20 Batununggal 5,03 3,01
21 Sumur Bandung 3,40 2,03
22 Andir 3,71 2,22
23 Cicendo 6,86 4,10
24 Bandung Wetan 3,39 2,03
25 Cibeunying Kidul 5,25 3,14
26 Cibeunying Kaler 4,50 2,69
27 Coblong 7,35 4,39
28 Sukajadi 4,30 2,57
29 Sukasari 6,27 3,75
30 Cidadap 6,11 3,65
Jumlah 167,29 100 Sumber : Kota Bandung Dalam Angka 2011
54
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.1 Peta Administratif
Kota Bandung
55
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Iklim
Menurut Rafi’i (1995) iklim adalah keadaan cuaca pada daerah yang
luas dan dalam jangka waktu yang lama. Ada banyak cara untuk
menentukan iklim di suatu daerah seperti klasifikasi Koppen, Junghuhn,
Schmidt Ferguson, dan lainnya. Faktor-faktor yang terpenting dalam iklim
untuk kehidupan di dunia adalah temperatur, curah hujan, penguapan dan
penyinaran. Pengukuran iklim menurut Junghun lebih menekankan pada
ketinggian. Pembagian iklim menurut Junghuhn dapat dilihat pada tabel
4.2.
Tabel 4.2
Pembagian Iklim Menurut Junghuhn
Sumber: Suryatna Rafi’i (1995:195)
Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 meter di atas permukaan
laut (dpl), titik tertinggi di daerah utara dengan ketinggian 1.050 meter dan
terendah di sebelah selatan dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan
laut. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Junghuhn, maka iklim Kota
Bandung adalah sedang sampai sejuk.
Iklim asli Kota Bandung dipengaruhi oleh pegunungan di sekitarnya
sehingga cuaca yang terbentuk sejuk dan lembab. Namun beberapa waktu
belakangan ini temperatur rata-rata Kota Bandung meningkat tajam,
Ketinggian
Tempat (m dpl)
Daerah/
Iklim
Temperatur
(C)
0-650 Panas 26,3-22
650-1500 Sedang 22-17,1
1500-2500 Sejuk 17,1-11
>2500 Dingin 11,1-6,2
56
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
hingga mencapai 30,2°C dengan temperatur tertinggi yaitu pada bulan
April. Hal tersebut diduga terutama disebabkan oleh polusi udara akibat
kendaraan bermotor dan dampak dari pemanasan global. Walau demikian
curah hujan di Kota Bandung masih cukup tinggi. Data cuaca dan curah
hujan di Kota Bandung dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Cuaca dan Curah Hujan di Kota Bandung
Menurut Bulan Tahun 2010
Bulan
Temperatur (°C) Curah
hujan
(mm)
Hari
Hujan
(hari) Rata-rata Maks Min
Januari 22,9 27,9 20,0 353,3 27
Februari 23,2 28,2 20,1 557,1 25
Maret 23,1 28,2 20,1 531,0 31
April 24,6 30,2 20,7 93,0 17
Mei 24,0 19,6 20,7 345,0 21
Juni 23,3 28,2 19,6 191,9 18
Juli 22,9 27,9 19,5 220,8 21
Agustus 23,3 28,6 19,9 220,8 26
September 22,9 28,0 19,9 424,4 26
Oktober 23,2 28,4 20,0 292,2 25
November 23,3 28,3 20,2 401,4 28
Desember 23,0 27,5 20,3 237,5 26
Sumber : Kota Bandung Dalam Angka 2011
3. Kemiringan Lereng
Secara topografi Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 meter di
atas permukaan laut (dpl), titik tertinggi di daerah utara dengan ketinggian
1.050 meter dan terendah di sebelah selatan 675 meter di atas permukaan
laut. Di wilayah Kota Bandung bagian selatan sampai lajur lintasan kereta
api, permukaan tanah relatif datar sedangkan di wilayah kota bagian utara
berbukit-bukit.
57
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.4
Kemiringan Lereng Kota Bandung
Sumber : Bappeda Kota Bandung Tahun 2011
Adapun persebaran kemiringan lereng di Kota Bandung yaitu :
a. Kelas kemiringan I, memiliki wilayah paling luas, yaitu pada Kecamatan
Andir, Cicendo, Bojong Kaler, Asatanaanayar, Bandung Kidul,
Lengkong, Bandung Kulon, Bojongloa Kidul, Babakan Ciparay, Regol,
Kiaracondong, Margacinta, Rancasari, Arcamanik, Cicadas, Cibeunying
Kidul, Bandung Wetan, Sumur Bandung dan Batununggal. Juga pada
sebagian kecil wilayah Ujung Berung, Cibiru, Cibeunying Kaler,
Coblong dan Cidadap.
b. Kelas Kemiringan II - IV berada pada wilayah kecamatan Cibiru, Ujung
Beurung, Cibeunying Kaler, Coblong, Sukasari, Sukajadi dan Cidadap.
c. Kelas kemiringan lereng V, yaitu terdapat di sebagian kecil Kecamatan
Cidadap.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa Kota Bandung
memiliki kemiringan lereng yang beragam, akan tetapi yang paling
dominan adalah kemiringan lereng kelas I yaitu datar. Dengan relief yang
datar ini maka memudahkan dalam mengelola jalan dan jalur hijaunya yang
berupa pohon-pohon di samping kiri-kanan dan median jalan.
No
Kelas
Kemiringan
Lereng
Kemiringan
Lereng
Klasifikasi
Relief
1. I 0-8% Datar
2. II 8% - 16% Berombak
3. III 16%-25% Bergelombang
4. IV 25%-40% Berbukit
5. V > 40% Bergunung
58
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.2 Peta kemiringan
lereng Kota Bandung
59
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Geologi
Kota Bandung terdiri dari 5 unit geologi yaitu sebagai berikut :
a. Qyt : Tufa berbatu apung – pasir tufaan, lapili, bom-bom, lava
berongga dan kepingan-kepingan andesit-basal padat yang bersudut
dengan banyak bongkah-bongkah dan pecahan-pecahan batuan apung.
Berasal dari G. Tangkubanparahu dan G. Tampomas.
b. Qyu : Hasil gunung api muda tak teruraikan – Pasir tufaan, lapili,
breksi, lava, aglomerat. Sebagian berasal dari G. Tangkubanparahu dan
sebagian dari G. Tampomas. Antara Sumedang dan Bandung batuan ini
membentuk dataran kecil atau bagian-bagian rata dan bukit-bukit
rendah yang tertutup oleh tanah yang berwarna abu-abu kuning dan
kemerah-merahan.
c. Ql : Endapan Danau (0-125m) – lempung tufaan, batupasir tufaan,
kerikil tufaan. Membentuk bidang-bidang perlapisan-perlapisan
mendatar di beberapa tempat. Mengandung kongresi-kongresi gamping,
sisa-sisa tumbuhan, moluska air tawar, dan tulang-tulang binatang
bertulang belakang.
d. Qvu : Hasil gunung api tua tak teruraikan – breksi gunung api, lahar dan
lava berselang-seling.
e. Qyd : Tufa pasir – tufa berasal dari G. Dano dan G. Tangkubanparahu.
Tufa pasir coklat, mengandung kristal-kristal horenblenda yang kasar,
lahar lapuk kemerah-merahan, lapisan-lapisan lapili, dan breksi.
60
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.3 Peta geologi kota
bandung
61
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan Peta Geologi tersebut dapat diketahui bahwa sebagian
besar wilayah Kota Bandung merupakan wilayah dengan struktur geologi
Qyt dan Ql, sedangkan untuk struktur geologi Qvu, Qyd, dan Qyu hanya
sebagian kecil wilayah Kota Bandung. Di Kota Bandung bagian utara
tersebar struktur geologi jenis Qyt, Qyd, dan Qvu, di bagian Barat tersebar
struktur geologi jenis Qyt, dan di bagian timur tersebar struktur geologi
jenis Ql dan Qyu.
5. Tanah
Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis tanah
andosol, di bagian selatan serta bagian timur terdiri atas sebaran jenis
alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat
tersebar jenis tanah andosol. Kedua jenis tanah yang terdapat di Kota
Bandung ini merupakan jenis tanah yang subur, sehingga dapat membuat
pepohonan yang tumbuh di jalur hijau jalan agar tumbuh dengan baik.
6. Hidrologi
Kondisi hidrologi sangat erat kaitannya dengan sumber air yang
berguna untuk memenuhi kebutuhan air di suatu wilayah. Di kota Bandung,
mengalir 46 sungai dan anak sungai dengan total panjang 252,55 km yang
seluruhnya bermuara ke Sungai Citarum.
62
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.4 Peta tanah kota
bandung
63
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7. Penggunaan Lahan
Menurut Jamulya dan Sunarto (1991 :2) penggunaan lahan (land use)
adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap sumber
daya lahan dalam rangka memenuhi kebutuhannya baik materil maupun
spiritual dari dulu, sekarang dan masa yang akan datang.
Kota Bandung merupakan kota yang perkembangannya sangat pesat,
khususnya dalam pembangunan. Penggunaan lahan di Kota Bandung
beragam. Lahan yang ada di Kota Bandung berfungsi sebagai lahan
pemukiman, industri, perkantoran, jasa, dan hanya sebagian kecil yang
berupa sawah dan kebun. Untuk lebih jelasnya mengenai jenis penggunaan
lahan yang terdapat di Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Penggunaan Lahan di Kota Bandung
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase
(%)
1. Permukiman 10.687,1 62,68
2. Industri 850,9 4,99
3. Perdagangan atau jasa 418,5 2,45
4. Bandara 53,75 0,31
5. Sawah 3650,1 21,40
6. Ruang Terbuka Hijau 414,8 2,43
7. Tegalan 702,1 4,11
8. Kebun atau perkebunan 220,4 1,29
9. Hutan Kota 12,20 0,07
10 Rumput 46,95 0,27
Total 17.050 100
Sumber : BAPPEDA Kota Bandung, 2010
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pengggunaan
lahan terbesar di Kota Bandung adalah permukiman sebesar 62,68% atau
64
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10.687 hektar terutama di Kecamatan Andir, Kecamatan Bandung Wetan,
Kecamatan Sumur Bandung, Kecamatan Lengkong, Kecamatan
Batununggal dan Kecamatan Kiaracondong. Selanjutnya penggunaan lahan
sawah sebesar 21,40% atau 3650,1 hektar terdapat di Kecamatan
Arcamanik, Kecamatan Cinambo, Kecamatan Panyileukan, Kecamatan
Gedebage, Kecamatan Bandung Kidul dan Kecamatan Rancasari. Selain itu
terdapat penggunaan lahan industri sebesar 4,99% atau 850,9 hektar,
perdagangan atau jasa sebesar 2,45% atau 418,5 hektar, tegalan sebesar
4,11% atau 702,1 hektar, kebun atau perkebunan sebesar 1,29% atau 220,4
hektar, bandara sebesar 0,31% atau 53,75 hektar, ruang terbuka hijau
sebesar 2,43% atau 414,8 hektar, hutan kota sebesar 0,07% atau 12,20
hektar, dan rumput sebesar 0,27% atau 46,95 hektar.
Penggunaan lahan terbesar di Kota Bandung merupakan
permukiman, ini artinya penduduk Kota Bandung yang sangat banyak
sehingga kebutuhan akan lahan untuk permukiman sangat tinggi. Dengan
adanya jumlah penduduk yang banyak ini maka jumlah kendaraan pun
meningkat, dan emisi gas buang kendaraan pun menjadi tinggi, khusunya
gas karbondioksida (CO2).
Salah satu dampak dari meningkatnya jumlah gas CO2 ini adalah
meningkatnya suhu di Kota Bandung yang menjadi lebih panas. Oleh
karena itu diperlukan vetagetasi atau pepohonan untuk menetralisirnya.
Dengan adanya jalur hijau jalan, Kota Bandung menjadi lebih sejuk dan
rindang.
65
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.5 Peta penggunaan
lahan Kota Bandung
66
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Kondisi Sosial Daerah Penelitian
Selain aspek fisik, aspek yang turut mendukung terbentuknya suatu
wilayah adalah aspek sosial yaitu manusia yang tinggal pada wilayah
tersebut atau biasa disebut sebagai penduduk. Pada penelitian ini hanya
akan dibahas beberapa aspek yang berhubungan dengan demografis, yaitu
jumlah dan kepadatan penduduk, komposisi penduduk berdasarkan usia,
komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian, dan komposisi
penduduk berdasarkan pendidikan.
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Penduduk Kota Bandung berdasarkan Sensus Penduduk Tahun
2011 adalah 2.394.873 jiwa (penduduk laki-laki 1.215.348 jiwa dan
perempuan 1.179.525 jiwa). Angka tersebut menunjukan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,81%.
Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung 14.314 jiwa/km2,
dilihat dari segi kepadatan penduduk per kecamatan, maka Kecamatan
Bojongloa Kaler merupakan daerah terpadat dengan kepadatan
penduduk 38,686 jiwa/km2.
Salah satu upaya Pemerintah Kota Bandung untuk mengurangi
tingkat kepadatan penduduk adalah dengan Program Transmigrasi ke
daerah luar Pulau Jawa, diantaranya ke Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.
67
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.6
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bandung Tahun 2011
No Kecamatan Luas
(Km2)
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Per Km2
1 Bandung Kulon 6,46 138.644 21.462
2 Babakan Ciparay 7,45 143.203 19.222
3 Bojongloa Kaler 3,03 117.218 38.686
4 Bojongloa Kidul 6,26 83.600 13.355
5 Astanaanyar 2,89 66.658 23.065
6 Regol 4,30 79.316 18.446
7 Lengkong 5,90 69.307 11.747
8 Bandung Kidul 6,06 57.398 9.472
9 Buah Batu 7,93 92.140 11.619
10 Rancasari 7,33 72.406 9.878
11 Gedebage 9,58 34.299 3.580
12 Cibiru 6,32 67.412 10.666
13 Panyileukan 5,10 37.691 7.390
14 Ujung Berung 6,40 72.414 11.315
15 Cinambo 3,68 23.762 6.457
16 Arcamanik 5,87 65.607 11.177
17 Antapani 3,79 72.006 18.999
18 Mandalajati 6,67 60.825 9.119
19 Kiaracondong 6,12 127.616 20.852
20 Batununggal 5,03 116.935 23.248
21 Sumur Bandung 3,40 34.446 10.131
22 Andir 3,71 94.361 25.434
23 Cicendo 6,86 96.491 14.066
24 Bandung Wetan 3,39 29.807 8.793
25 Cibeunying Kidul 5,25 104.575 19.919
26 Cibeunying Kaler 4,50 68.807 15.290
27 Coblong 7,35 127.588 17.259
28 Sukajadi 4,30 104.805 24.373
29 Sukasari 6,27 79.211 12.633
30 Cidadap 6,11 56.325 9.218
Jumlah 167,29 2.394.873 14.314
Sumber : Kota Bandung Dalam Angka Tahun 2011
68
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut UU No. 56 Tahun 1960 pengelompokan kepadatan
penduduk suatu wilayah terbagi menjadi :
1 - 50 jiwa/km2 = Tidak padat
51 – 250 jiwa/km2 = Kurang padat
251 – 400 jiwa/km2 = Cukup padat
> 400 jiwa/km2 = Sangat padat
Berdasarkan klasifikasi tersebut maka Kota Bandung merupakan
kota yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang sangat padat karena
seluruh wilayahnya memiliki kepadatan lebih dari 400. Kecamatan
Bojongloa Kaler merupakan Kecamatan yang memiliki kepadatan
penduduk tertinggi dengan kepadatan penduduk 38.686 jiwa/km2
sedangkan yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah
Kecamatan Gedebage dengan kepadatan penduduk 3.580 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk yang tinggi berdampak pada kebutuhan akan
sarana transportasi. Semakin banyak jumlah penduduk suatu wilayah maka
tingkat pergerakkannya, semakin tinggi pula kebutuhan akan transportasi.
Penduduk Kota Bandung memerlukan kendaraan bermotor untuk
menunjang segala aktivitasnya yang memiliki mobilitas tinggi. Dengan
adanya kebutuhan akan kendaraan bermotor yang semakin tinggi ini sudah
seharusnya jalur hijau jalan ini dikelola, dirawat, dan diperbanyak sebagai
penyerap CO2 yang berasal dari kendaraan bermotor.
69
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk adalah pengelompokkan penduduk atas
dasar kriteria tertentu. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok
umur dapat digunakan untuk mengetahui angka beban tanggungan.
Angka tanggungan ini dijadikan sebagai salah satu indikator keadaan
ekonomi suatu daerah. Angka tanggungan keluarga merupakan salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan masyarakat dalam suatu
wilayah. Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap
kesejahteraan anggotanya.
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat
digunakan untuk mengetahui rasio jenis kelamin (sex ratio) yang ada
di Kota Bandung. Dengan jumlah penduduk 2.394.873, diantaranya
1.215.348 penduduk laki-laki dan 1.179.525 penduduk perempuan.
Sex ratio di Kota Bandung dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
Sex Ratio = 1.215.348
1.179.525 X 100
= 103,03
= 103 (dibulatkan)
Dari perhitungan di atas maka diketahui sex ratio penduduk di
Kota Bandung adalah 103, artinya setiap 100 penduduk perempuan
Sex Ratio=∑Laki-laki
∑Perempuan X 100
70
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
terdapat 103 penduduk laki-laki. Dapat disimpulkan jumlah penduduk
perempuan dan jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang sehingga
memungkinkan jumlah tenaga kerjanya sama. Adapun mengenai
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kota
Bandung terdapat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Komposisi Penduduk Menurut Umur
No Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0-4 106.027 100.657 206.684
2 5-9 106.126 100.014 206.140
3 10-14 95.218 91.819 187.037
4 15-29 108.521 111.137 219.658
5 20-24 126.792 120.067 246.859
6 25-29 128.753 118.794 247.547
7 30-34 114.393 105.913 220.306
8 35-37 99.136 94.047 193.183
9 40-44 84.672 82.737 167.409
10 45-49 68.938 70.337 139.275
11 50-54 58.568 57.993 116.561
12 55-59 44.864 42.103 86.967
13 60-64 26.394 27.743 54.137
14 65-69 20.687 22.585 43.272
15 70-74 13.295 15.152 28.447
16 >75 12.964 18.427 28.447
Jumlah 1.215.348 1.179.525 2.394.873
Sumber : Kota Bandung Dalam Angka 2011
Untuk mengetahui jumlah angka tanggungannya yaitu dengan cara:
x100produktif usiajumlah
produktif tidak usiajumlah
x1001.694.846
700.027
71
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30,41 41
Dengan demikian hasil perhitungan menunjukan bahwa angka
beban tanggungan Kota Bandung adalah 41, artinya setiap 100 jiwa
penduduk yang berusia produktif harus menanggung 41 jiwa
penduduk yang berusia tidak produktif.
Penduduk yang berusia produktif lebih banyak melakukan
aktivitas dibanding dengan penduduk usia non produktif. Dengan
demikian jumlah penduduk usia produktif yang lebih banyak
membutuhkan kendaraan sebagai sarana transportasi. Hal ini akan
menyebabkan jumlah CO2 dari kendaraan bermotor menjadi semakin
meningkat. Oleh karena itu jalur hijau jalan merupakan suatu elemen
yang penting untuk dapat menyerap CO2 dari kendaraan bermotor.
3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang penting untuk menunjang
pembangunan suatu daerah. Tingkat pendidikan suatu daerah dapat
menggambarkan potensi sumber daya manusia dan kualitas tenaga
kerja didaerah tersebut. Tingkat pendidikan seseorang pada umumnya
akan berpengaruh terhadap pengembangan sosial ekonominya dan
peranannya dalam masyarakat. Untuk lebih jelasnya mengenai
komposisi penduduk Kota Bandung berdasarkan tingkat pendidikan
dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.
72
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.8
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Tidak/belum tamat SD 62.836 65.640 128.476
2 SD/MI/sederajat 202.927 244.110 447.037
3 SMP/MTs/Sederajat 199.082 204.722 403.804
4 SMA/MA/Sederajat 341.978 304.727 646.705
5 SMK/Sederajat 36.545 20.520 57.065
6 Perguruan Tinggi 159.827 139.135 298.962
Jumlah 1.003.195 978.854 1.982.049
Sumber : Kota Bandung Dalam Angka 2011
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui tingkat pendidikan
Kota Bandung yang paling tinggi adalah SMA/MA/sederajat. Tingkat
pendidikan Kota Bandung cukup berimbang dilihat dari cukup
banyaknya penduduk yang menempuh pendidikan di perguruan
tinggi.
Gambar 4.6 Grafik komposisi penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui 33% penduduk
Kota Bandung tingkat pendidikan SMA, 23% SD/MI/sederajat, 20%
SMP/MTs/sederajat, perguruan tinggi 15%, SMK 3%, dan
6%
23%
20%33%
3%15%
Tidak/belum tamat SD
SD/MI/sederajat
SMP/MTs/sederajat
SMA/MA/sederajat
SMK/sederajat
73
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tidak/belum tamat SD sebesar 6%. Tingkat pendidikan ini akan
berdampak kepada mata pencaharian yang diperoleh.
4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian adalah faktor utama yang mempengaruhi
kehidupan ekonomi seseorang di masyarakat, dengan mengetahui
komposisi mata pencaharian penduduk di suatu wilayah maka secara
umum dapat diperoleh gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi
masyarakat tersebut. Jenis mata pencaharian yang terdapat di suatu
daerah banyak dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya alam,
sumberdaya manusia dan fasilitas sosial sebagai pendukung. Mata
pencaharian juga dapat menggambarkan keadaan sosial ekonomi dan
taraf hidup masyarakat suatu daerah.
Mata pencaharian penduduk Kota Bandung cukup bervariasi,
mulai dari sektor agraris, perdagangan, dan sektor jasa. Untuk lebih
kelasnya mengenai komposisi penduduk menurut mata pencaharian
Kota Bandung terdapat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Bidang Laki-laki Perempuan Jumlah %
1. Pertanian 13.325 5.564 18.889 1
2. Industri 174.437 212.293 386.730 19
3. Perdagangan 315.413 331.203 646.616 33
4. Jasa 242.070 324.500 566.570 29
5. Lainya 257.950 105.294 363.244 18
Jumlah 1.003.195 978.854 1.982.049 100
Sumber : Kota Bandung Dalam Angka 2011
74
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sektor
perdagangan merupakan mata pencaharian yang dominan di Kota
Bandung yaitu sebesar 33%. Akan tetapi mata pencaharian penduduk Kota
Bandung cukup bervariasi dan cukup berimbang di berbagai bidang.
Sektor industri (19%) dan jasa (29%) juga dominan menunjukan Kota
Bandung merupakan kota yang maju. Mata pencaharian penduduk pada
sektor pertanian sangat kecil yaitu hanya 1%. Hal ini dikarenakan
penggunaan lahan Kota Bandung yang sebagian besar sudah menjadi
kawasan terbangun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik pada
gambar 4.7
Gambar 4.7 Grafik komposisi penduduk
berdasarkan mata pencaharian
C. Jaringan Jalan Kota Bandung
Ruas jalan memiliki status dan fungsi yang berbeda. Berdasarkan
statusnya jalan di Kota Bandung dikelompokkan menjadi jalan nasional,
jalan propinsi, dan jalan kota. Pengelompokkan status jalan dilakukan oleh
1%
19%
33%29%
18% Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa
Lainnya
75
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pemerintah yang berwenang. Berdasarkan fungsinya jalan di Kota
Bandung terbagi menjadi jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan
kolektor primer, jalan kolektor sekunder, dan jalan lokal. Adapun
mengenai ruas jalan jalan Kota Bandung berdasarkan status dan fungsi
dijelaskan pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Ruas Jalan Kota Bandung Berdasarkan Status dan Fungsi
Status jalan Jumlah
Ruas
Fungsi Jalan Jumlah
Ruas
Panjang
jalan (km)
Jalan
Nasional
7 Arteri Primer 9 42,140
Jalan
Provinsi
6 Arteri Sekunder 14 22,990
Jalan Kota 3871 Kolektor Primer 27 30,712
Jumlah 3884
Kolektor Sekunder 29 37,308
Lokal 3805 1.005,069
Jumlah 3884 1.139,219
Sumber : Dinas Binamarga dan Pengairan Kota Bandung, 2010
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa total jaringan
jalan di Kota Bandung adalah 1.139,219 km. Kota Bandung memiliki total
3884 ruas jalan. Berdasarkan statusnya jalan kota dominan di Kota
Bandung. Jalan kota merupakan jalan yang wewenangnya berada pada
pemerintah kota setempat. hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan jalan
kota berada pada pemerintah Kota Bandung, baik dari segi jalannya
maupun dari segi elemen pendukungnya seperti jalur hijau jalan.
Berdasarkan fungsinya jalan di Kota Bandung yang paling banyak
yaitu jalan lokal yaitu 3805 ruas jalan. Kota Bandung memiliki 9 ruas
jalan arteri primer, 14 ruas jalan arteri sekunder, 27 ruas jalan kolektor
primer, dan 29 ruas jalan kolektor sekunder.
76
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Ruas-ruas jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer,
kolektor sekunder merupakan ruas jalan yang banyak dilalui oleh
kendaraan. Ruas-ruas jalan tersebut dapat menampung banyak kendaraan
termasuk kendaraan berat seperti bis dan truk. Ruas-ruas jalan tersebut
juga berlokasi pada kawasan pusat kegiatan seperti kawasan industri,
perdagangan, dan jasa. oleh karena itu jumlah kendaraan yang melewati
ruas jalan tersebut akan sangat banyak, sehingga perlu didukung dengan
jalur hijau jalan yang memadai. Jalur hijau jalan ini dapat berfungsi
sebagai penyerap CO2 dan peneduh di sekitar jalan.
77
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.8 Peta jaringan jalan
Kota Bandung
78
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
D. Hasil Penelitian
1. Jalur Hijau Jalan
a. Kondisi Jalur Hijau Jalan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis citra Quickbird
tahun 2010, maka diperoleh data sebagai berikut.
1) Jalan Surapati
Tabel 4.11 Kondisi Jalur Hijau Jalan Surapati
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
1160 12.647 1,26
Mahoni 286
1,77 Rapat
Jati 2
Akasia 3
Angsana 25
Beringin 2
Dadap merah 9
Total 327
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
Jalan Surapati merupakan salah satu ruas jalan arteri
primer, yang merupakan penghubung antar kota dan antar
provinsi. Berdasarkan tabel 4.11 luas tutupan vegetasi pada
jalur hijau jalan Surapati adalah 1,26 Ha. Total jumlah pohon di
jalan Surapati adalah 327 batang pohon dengan jarak tanam
1,77 m. Berdasarkan jarak tanamnya jalur hijau jalan ini
termasuk ke dalam kategori rindang.
Jenis pohon yang paling dominan ditanam pada jalan ini
yaitu mahoni dengan jumlah 286 batang pohon. Jenis pohon
lain yang terdapat di jalan ini yaitu angsana sebanyak 25 batang
79
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pohon, dadap merah sebanyak 9 batang pohon, akasia sebanyak
3 batang pohon, serta jati dan beringin masing-masing
sebanyak 2 batang pohon. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut.
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.9 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jalan Surapati
2) Jalan Jend. Ahmad Yani
Tabel 4.12 Kondisi Jalur Hijau Jalan Jend. Ahmad Yani
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
5400 15.421 1,54
Mahoni 41
57,44 Jarang
Beringin 3
Angsana 2
Tanjung 1
Total 47
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
Jalan Jend. Ahmad Yani merupakan ruas jalan arteri
sekunder. Di samping kiri dan kanan jalan ini didominasi oleh
87%
0%
1%
8%
1% 3%
Mahoni
Jati
Akasia
Angsana
Beringin
Dadap Merah
80
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pertokoan dan perkantoran. Berdasarkan tabel 4.12 luas tutupan
vegetasi pada jalur hijau jalan Jend. Ahmad Yani adalah
1,54Ha. Kerapatan pohonnya jarang. Total jumlah pohon yang
ada pada jalan ini yaitu 47 batang pohon dengan jarak tanam
57,44 m. Berdasarkan jarak tanamnya jalur hijau jalan ini
termasuk ke dalam kategori gersang.
Jenis pohon yang paling mendominasi adalah mahoni,
yaitu sebanyak 41 batang pohon. Namun pohon mahoni yang
ada ketinggiannya baru sekitar 3-4 meter. Selain itu terdapat
pohon beringin, angsana, dan tanjung. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.10 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jend. Ahmad Yani
87%
7%
4% 2%
Mahoni
Beringin
Angsana
Tanjung
81
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3) Jalan WR. Supratman
Tabel 4.13 Kondisi Jalur Hijau Jalan WR. Supratman
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
1860 37.484 3,75
Mahoni 249
2,95 Rapat
Asam jawa 25
Kiara payung 10
Tanjung 19
Beringin 1
Akasia 5
Angsana 3
Dadap merah 3
Total 315
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
Jalan WR. Supratman termasuk ruas jalan kolektor primer.
Berdasarkan tabel 4.13 luas tutupan vegetasi pada jalur hijau
jalan WR. Supratman adalah 3,75 Ha. Kerapatan pohonnya
rapat. Kondisi jalan ini ditumbuhi pohon peneduh yang cukup
rimbun, yaitu memiliki total pohon sebanyak 315 batang pohon
dengan jarak tanam 2,95 m . Berdasarkan jarak tanamnya jalur
hijau jalan ini termasuk ke dalam kategori rindang.
Pohon yang paling banyak ditanam pada jalan ini yaitu
jenis mahoni, yaitu sebanyak 249 batang pohon. Jenis pohon
lainnya yaitu tanjung sebanyak 19 batang pohon, asam jawa
sebanyak 25 batang pohon, dan kiara payung sebanyak 10
batang pohon. Selain itu terdapat beberapa batang pohon
beringin, akasia, angsana, dan dadap merah. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
82
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.11 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jalan WR. Supratman
4) Jalan RAA. Wiranata Kusumah
Tabel 4.14 Kondisi Jalur Hijau
Jalan RAA. Wiranata Kusumah
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
2474 70.365 7,04
Mahoni 365
3,25 Rapat
Akasia 3
Dadap merah 2
Tanjung 10
Total 380
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
Jalan RAA.Wiranata Kusumah atau jalan Cipaganti
merupakan jalan kolektor sekunder. Pada jalan ini banyak
terdapat pohon peneduh dengan kerapatan yang rapat.
Berdasarkan tabel 4.14 luas tutupan vegetasi pada jalur hijau
jalan RAA.Wiranata Kusumah adalah 7,04 Ha. Total jumlah
pohon pada jalan ini yaitu sebanyak 380 batang pohon dengan
jarak tanam 3,25 m. Berdasarkan jarak tanamnya jalur hijau
jalan ini termasuk ke dalam kategori rindang.
79%
8%
3%
6% 0%2%
1% 1%Mahoni
Asam Jawa
Kiara Payung
Tanjung
Beringin
Akasia
Angsana
Dadap Merah
83
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Mahoni adalah pohon yang paling banyak ditanam di jalan
ini yaitu sebanyak 365 batang pohon. Selain itu juga terdapat
pohon akasia, dadap merah, dan tanjung. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.12 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jalan RAA. Wiranata Kusumah
5) Jalan Tamansari
Tabel 4.15 Kondisi Jalur Hijau Jalan Tamansari
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
1837 78.630 7,86
Mahoni 382
1,78 Rapat
Nangka 1
Palem 1
Pinus 2
Mangga 2
Akasia 13
Tanjung 76
Kiara payung 10
Trembesi 1
Bungur 2
Beringin 16
Total 515
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
96%
1%0% 3%
Mahoni
Akasia
Dadap Merah
Tanjung
84
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Jalan Tamansari merupakan jalan lokal. Pada jalan ini
banyak terdapat pohon peneduh dengan kerapatan yang rapat.
Berdasarkan tabel 4.15 luas tutupan vegetasi pada jalur hijau
jalan Tamansari adalah 7,86 Ha. Total jumlah pohon pada jalan
ini yaitu sebanyak 515 batang pohon dengan jarak tanam 1,78
m. Berdasarkan jarak tanamnya jalur hijau jalan ini termasuk
ke dalam kategori rindang.
Mahoni adalah pohon yang paling banyak ditanam di jalan
ini yaitu sebanyak 382 batang pohon. Selain itu juga terdapat
pohon tanjung sebanyak 76 batang pohon. Jenis pohon lainnya
yang ditanam di jalan ini yaitu akasia, kiara payung, beringin,
bungur, palem, trembesi, mangga, pinus dan nangka. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.13 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jalan Tamansari
76%
0%
0%0%
1%
3%
15%
2%0%0% 3%
Mahoni
Nangka
Palem
Pinus
Mangga
Akasia
Tanjung
Kiara Payung
Trembesi
Bungur
Beringin
85
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6) Jalan Dr. Djunjunan
Tabel 4.16 Kondisi Jalur Hijau Jalan Dr. Djunjunan
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
2000 5.073 0,51
Trembesi 85
9,80 Jarang
Beringin 1
Nangka 1
Angsana 2
Tanjung 2
Dadap merah 9
Mahoni 2
Total 102
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
Jalan ini merupakan jalan arteri primer. Berdasarkan tabel
4.16 luas tutupan vegetasi pada jalur hijau jalan Dr. Djunjunan
adalah 0,51 Ha. Total pohon yang ada yaitu 102 batang pohon
dengan jarak tanam 9,80 m. Berdasarkan jarak tanamnya jalur
hijau jalan ini termasuk ke dalam kategori gersang.
Pohon yang dominan ditanam pada jalan ini yaitu pohon
trembesi sebanyak 85 batang pohon, tingginya sekitar 3-4
meter, sehingga belum bias meneduhkan. Di jalan ini juga
terdapat pohon beringin, nangka, angsana, tanjung, dadap
merah, dan mahoni. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut.
86
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.14 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jalan Dr. Djunjunan
7) Jalan Rajawali Timur
Tabel 4.17 Kondisi Jalur Hijau Jalan Rajawali Timur
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
1540 17.299 1,73
Angsana 25
6,94 Sedang Beringin 2
Mahoni 84
Total 111
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
Jalan Rajawali Timur merupakan jalan arteri sekunder.
Berdasarkan tabel 4.17 luas tutupan vegetasi pada jalur hijau
jalan Rajawali Timur adalah 1,73 Ha.Total jumlah pohon yang
terdapat di jalan ini yaitu sebanyak 111 batang pohon dengan
jarak tanam 6,94 m. Berdasarkan jarak tanamnya jalur hijau
jalan ini termasuk ke dalam kategori sedang.
84%
1%
1%2%1%
9%
2%
Trembesi
Beringin
Nangka
Angsana
Tanjung
Dadap Merah
Mahoni
87
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pohon yang banyak ditanam yaitu mahoni sebanyak 84
batang pohon. Selain mahoni, di jalan ini terdapat pohon
angsana sebanyak 25 batang pohon dan beringin sebanyak 2
batang pohon. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut.
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.15 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jalan Rajawali Timur
8) Jalan Sukajadi
Tabel 4.18 Kondisi Jalur Hijau Jalan Sukajadi
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
2570 41.715 4,17
Mahoni 77
4,54 Sedang
Akasia 120
Nangka 51
Beringin 2
Pinus 4
Angsana 6
Ketapang 9
Trembesi 14
Total 283
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
22%
2%
76%
Angsana
Beringin
Mahoni
88
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Jalan ini merupakan jalan kolektor primer. Berdasarkan
tabel 4.18 luas tutupan vegetasi pada jalur hijau jalan Sukajadi
adalah 4,17 Ha. Total pohon yang ada di jalan ini yaitu 283
batang pohon dengan jarak tanam 4,54 m. Berdasarkan jarak
tanamnya jalur hijau jalan ini termasuk ke dalam kategori
sedang.
Pohon yang dominan ditanam pada jalan ini yaitu akasia
sebanyak 120 batang pohon. Selain itu terdapat pohon mahoni
sebanyak 77 batang pohon dan pohon nangka sebanyak 51
batang pohon. Jenis pohon lain yang ditanam di jalan ini yaitu
pohon beringin, pinus, angsana, ketapang, dan trembesi.
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.16 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jalan Sukajadi
27%
42%
18%
1%
2%
2%3%
5% Mahoni
Akasia
Nangka
Beringin
Pinus
Angsana
Ketapang
Trembesi
89
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9) Jalan Dr. Setiabudi
Tabel 4.19 Kondisi Jalur Hijau Jalan Dr. Setiabudi
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
1480 8.353 0,84
Mahoni 155
4,33 Sedang
Angsana 7
Kiara payung 2
Mangga 1
Lengkeng 4
Akasia 2
Total 171
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
Jalan ini merupakan jalan kolektor sekunder. Berdasarkan
tabel 4.19 luas tutupan vegetasi pada jalur hijau jalan Dr.
Setiabudi adalah 0,84 Ha. Total pohon yang ada di jalan ini
yaitu 171 batang pohon dengan jarak tanam 4,33 m.
Berdasarkan jarak tanamnya jalur hijau jalan ini termasuk ke
dalam kategori sedang.
Pohon yang dominan ditanam pada jalan ini yaitu mahoni
sebanyak 155 batang pohon. Selain itu terdapat pohon angsana,
kiara payung, mangga, lengkeng dan akasia. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
90
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.17 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jalan Setiabudi
10) Jalan Cemara
Tabel 4.20 Kondisi Jalur Hijau Jalan Cemara
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
635 6.318 0,63
Akasia 4
6,48 Sedang
Mahoni 45
Ketapang 1
Lengkeng 1
Angsana 12
Total 63
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
Berdasarkan tabel 4.19 luas tutupan vegetasi pada jalur
hijau jalan Cemara adalah 0,63 Ha. Total jumlah pohon yang
terdapat di jalan ini yaitu sebanyak 63 batang pohon dengan
jarak tanam 6,48 m. Berdasarkan jarak tanamnya jalur hijau
jalan ini termasuk ke dalam kategori sedang.
Jalan ini banyak ditanami oleh pohon mahoni dan
angsana. Jumlah pohon mahoni sebanyak 45 batang pohon dan
91%
4%1%
1%2%
1%Mahoni
Angsana
Kiara Payung
Mangga
Lengkeng
Akasia
91
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
angsana sebanyak 12 batang pohon. Selain itu di jalan ini juga
terdapat pohon akasia, ketapang, dan lengkeng.
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.18 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jalan Cemara
11) Jalan Soekarno Hatta
Tabel 4.21 Kondisi Jalur Hijau Jalan Soekarno Hatta
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
11.130 75.340 7,53
Ketapang 792
5,77 Sedang
Mahoni 45
Angsana 61
Dadap merah 38
Beringin 1
Kiara payung 6
Trembesi 22
Total 965
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
Jalan Soekarno Hatta merupakan salah satu ruas jalan
arteri primer, yang merupakan penguhubung antar kota dan
antar provinsi. Berdasarkan tabel 4.21 luas tutupan vegetasi
pada jalur hijau jalan Soekarno Hatta adalah 7,53 Ha. Total
jumlah pohon di jalan Soekarno Hatta adalah 965 batang pohon
6%
71%
2%
2% 19%Akasia
Mahoni
Ketapang
Lengkeng
Angsana
92
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan jarak tanam 5,77 m. Berdasarkan jarak tanamnya jalur
hijau jalan ini termasuk ke dalam kategori sedang.
Jenis pohon yang paling dominan ditanam pada jalan ini
yaitu ketapang dengan jumlah 792 batang pohon. Selain itu
juga terdapat pohon mahoni sebanyak 45 batang pohon,
angsana sebanyak 61 batang pohon, dadap merah sebanyak 38
batang pohon, beringin 1 batang pohon, kiara payung sebanyak
6 batang pohon, dan trembesi sebanyak 22 batang pohon.
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.19 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jalan Soekarno Hatta
12) Jalan Ciwastra
Tabel 4.22 Kondisi Jalur Hijau Jalan Ciwastra
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
2145 8.857 0,88
Mahoni 30
16,25 Jarang Beringin 2
Angsana 34
Total 66
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
82%
5%
6%
4% 0%1%2% Ketapang
Mahoni
Angsana
Dadap Merah
Beringin
Kiara Payung
Trembesi
93
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan tabel 4.22 luas tutupan vegetasi pada jalur
hijau jalan Ciwastra adalah 0,88 Ha. Total jumlah pohon yang
terdapat di jalan ini yaitu 66 batang pohon dengan jarak tanam
16,25 m. Berdasarkan jarak tanamnya jalur hijau jalan ini
termasuk ke dalam kategori gersang. Jenis pohon yang
mendominasi pada jalan ini yaitu pohon angsana dan mahoni,
pohon angsana sebanyak 34 batang pohon dan pohon mahoni
sebanyak 30 batang pohon. Selain itu juga di jalan ini terdapat
pohon beringin sebanyak 2 batang pohon.
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.20 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jalan Ciwastra
13) Jalan Gedebage Selatan
Tabel 4.23 Kondisi Jalur Hijau Jalan Gedebage Selatan
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
3080 4.726 0,47
Angsana 19
40,52 Jarang
Jati 1
Mahoni 10
Ketapang 5
Mangga 3
Total 38
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
45%
3%
52%
Mahoni
Beringin
Angsana
94
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan tabel 4.23 luas tutupan vegetasi pada jalur
hijau jalan Gedebage Selatan adalah 0,47 Ha. Total jumlah
pohon yang terdapat di jalan ini yaitu 38 batang pohon dengan
jarak tanam 40,52 m. Berdasarkan jarak tanamnya jalur hijau
jalan ini termasuk ke dalam kategori gersang. Jenis pohon yang
dominan adalah pohon angsana. Selain itu juga terdapat jenis
pohon mahoni, ketapang, jati, dan mangga.
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.21 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jalan Gedebage Selatan
14) Jalan Cijawura Girang
Tabel 4.24 Kondisi Jalur Hijau Jalan Cijawura Girang
Panjang
Jalan
(m)
Luas Tutupan
vegetasi Jenis Pohon Jumlah
Pohon
Jarak
tanam
(m)
Kerapatan
m2 Ha
1475 1.411 0,14
Angsana 10
32,06 Jarang
Palem 7
Kiara payung 2
Mahoni 4
Total 23
Sumber : Analisis Citra Quickbird 2010, Hasil Penelitian 2012
50%
3%
26%
13%
8%
Angsana
Jati
Mahoni
Ketapang
Mangga
95
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Jalan Cijawura Girang merupakan jalan lokal.
Berdasarkan tabel 4.24 luas tutupan vegetasi pada jalur hijau
jalan Cijawura Girang adalah 0,14 Ha. Total jumlah pohon
yang terdapat di jalan ini yaitu 23 batang pohon dengan jarak
tanam 32,06 m. Berdasarkan jarak tanamnya jalur hijau jalan
ini termasuk ke dalam kategori gersang. Pohon yang dominan
ditanam pada jalan ini adalah jenis angsana. Selain itu juga
terdapat pohon palem, mahoni, dan kiara payung.
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.22 Grafik Jenis dan Jumlah Pohon Pada
Ruas Jalan Cijawura Girang
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, masing-masing
ruas jalan memiliki jumlah pohon dan jarak tanam yang berbeda.
Kategori jalur hijau jalan berdasarkan jarak tanamannya dijelaskan
dalam tabel. 4.26.
44%
30%
9%
17%Angsana
Palem
Kiara Payung
Mahoni
96
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.25
Kategori Jalur Hijau Jalan Berdasarkan Jarak Tanaman
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jalur
hijau jalan di Kota Bandung masuk ke dalam tiga kategori yaitu
rindang, sedang, dan gersang. Wilayah Cibeunying sebagian besar
jalur hijaunya masuk ke dalam kategori rindang, yaitu ada 4 ruas
yang rindang jalan meliputi jalan WR. Supratman, jalan RAA
Wiranata Kusumah (Cipaganti), jalan Tamansari, dan jalan
Surapati, sedangkan kategori gersang hanya satu jalan yaitu jalan
Jend. Ahmad Yani. Wilayah Bojonegara sebagian besar jalur hijau
jalannya masuk ke dalam kategori sedang, yaitu ada 4 ruas jalan
meliputi jalan Rajawali Timur, jalan Sukajadi, jalan Dr. Setiabudi,
dan jalan Cemara, sedangkan kategori gersang hanya satu jalan
yaitu jalan Dr. Djunjunan. Pada wilayah pengembangan
Bojonegara ini tidak ada jalur hijau jalan dengan kategori rindang.
No. Wilayah
Pengembangan Nama Jalan
Jumlah
Tanaman
Panjang
Jalan (m)
Jarak
tanaman Kategori
1. Cibeunying
Jl. Surapati 327 1160 1,77 Rindang
Jl. Jend. Ahmad Yani 47 5400 57,44 Gersang
Jl. WR. Supratman 315 1860 2,95 Rindang
Jl. RAA Wiranata
Kusumah
380 2474 3,25 Rindang
Jl. Tamansari 515 1837 1,78 Rindang
2. Bojonegara
Jl. Dr. Junjunan 102 2000 9,80 Gersang
Jl. Rajawali Timur 111 1540 6,94 Sedang
Jl. Sukajadi 283 2570 4,54 Sedang
Jl. Dr. Setiabudi 171 1480 4,33 Sedang
Jl. Cemara 49 635 6,48 Sedang
3. Gedebage
Jl. Soekarno Hatta 965 11130 5,77 Sedang
Jl. Ciwastra 66 2145 16,25 Gersang
Jl. Gedebage Selatan 38 3080 40,52 Gersang
Jl.Cijawura Girang 23 1475 32,06 Gersang
97
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Wilayah Gedebage sebagian besar jalur hijau jalannya masuk ke
dalam kategori gersang, yaitu 3 ruas jalan meliputi jalan Gedebage
Selatan, jalan Ciwastra, dan jalan Cijawura Girang, sedangkan
kategori sedang hanya satu jalan yaitu jalan Soekarno Hatta. Pada
wilayah pengembangan Gedebage ini tidak ada jalur hijau jalan
dengan kategori rindang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.23 Grafik Kategori Jalur Hijau Jalan
Berdasarkan Jarak Tanam
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Rindang Sedang Gersang
WP Bojonegara
WP Cibeuying
WP Gedebage
98
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.24 Peta jalur hijau
jalan
99
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Daya Serap Jalur Hijau Jalan Terhadap CO2
Daya serap pohon terhadap CO2 dapat dihitung berdasarkan
luasan tutupan vegetasinya. Daya serap berbagai macam tipe
vegetasi terhadap CO2 dapat dilihat pada tabel 2.3. Adapun
mengenai daya serap jalur hijau jalan terhadap CO2 dijelaskan
dalam tabel 4.26.
Tabel 4.26
Daya Serap Jalur Hijau Terhadap CO2 Pada Tiap Ruas Jalan
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa luas
jalur hijau tiap ruas berbeda-beda. Hal ini pun berdampak pada
daya serap jalur hijau tiap jalan terhadap CO2 menjadi berbeda-
beda. Ada yang memiliki daya serap tinggi, sedang, dan rendah.
No. Wilayah
Pengembangan Nama Jalan
Luas
Tutupan
Vegetasi
(Ha)
Daya serap
Terhadap
CO2 (kg/jam)
Kategori
1.
Cibeunying
Jl. Surapati 1,26 163,69 Rendah
Jl. Jend. Ahmad Yani 1,54 200,08 Rendah
Jl. WR. Supratman 3,75 487,2 Sedang
Jl. RAA Wiranata
Kusumah
7,04 914,64 Tinggi
Jl. Tamansari 7,86 1021,17 Tinggi
2. Bojonegara
Jl. Dr. Junjunan 0,51 66,26 Rendah
Jl. Rajawali Timur 1,73 224,76 Rendah
Jl. Sukajadi 4,17 541,77 Sedang
Jl. Dr. Setiabudi 0,84 109,13 Rendah
Jl. Cemara 0,63 81,85 Rendah
3. Gedebage
Jl. Soekarno Hatta 7,53 978,29 Tinggi
Jl. Ciwastra 0,88 114,33 Rendah
Jl. Gedebage Selatan 0,47 61,06 Rendah
Jl.Cijawura Girang 0,14 18,19 Rendah
100
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.25 Peta Daya Serap Jalur
Hijau Jalan Terhadap CO2
101
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan tabel 4.26 dan gambar 4.25 diketahui bahwa
jalur hijau jalan yang memiliki daya serap tinggi terhadap CO2
adalah ruas jalan Tamansari, jalan RAA. Wiranata Kusumah, dan
Jalan Soekarno Hatta. Jalan Tamansari memiliki luas jalur hijau
sebesar 7,86 Ha dan dapat menyerap CO2 sebanyak 1.021,17
kg/jam, jalan RAA. Wiranata Kusumah memiliki luas jalur hijau
sebesar 7,04 Ha dan dapat menyerap CO2 sebanyak 914,64 kg/jam,
serta jalan Soekarno Hatta memiliki luas jalur hijau sebesar 7,53
Ha dan dapat menyerap CO2 sebanyak 978,29 kg/jam. Untuk ruas
jalan yang memiliki daya serap CO2 kategori sedang terdapat di
wilayah Cibeunying yaitu jalan WR. Supratman (487,2 kg/jam)
dan wilayah Bojonegara yaitu jalan Sukajadi (541,77 kg/jam). Jalur
hijau jalan dengan kategori daya serap CO2 yang rendah ada 9 ruas
jalan, yaitu 4 ruas jalan di wilayah Bojonegara, 3 ruas jalan di
wilayah Gedebage, dan 2 ruas jalan di wilayah Cibeunying. 4 Ruas
jalan di wilayah Bojonegara yang memiliki daya serap rendah
adalah jalan Dr. Djunjunan (66,26 kg/jam), jalan Rajawali Timur
(224,76 kg/jam), jalan Dr. Setiabudi (109,13 kg/jam), dan jalan
Cemara (81,85 kg/jam). 3 Ruas jalan di wilayah Gedebage yang
memiliki daya serap rendah adalah jalan Ciwastra (114,33
kg/jam), jalan Gedebage Selatan (61,06 kg/jam), dan jalan
Cijawura Girang (18,19 kg/jam). 2 Ruas jalan di wilayah
Cibeunying yang memiliki daya serap rendah adalah jalan Surapati
102
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(163,69 kg/jam) dan jalan Jend. Ahmad Yani (200,08 kg/jam).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Gambar 4.26 Grafik Daya Serap Jalur Hijau Jalan
Terhadap CO2
2. Volume Kendaraan
a. Jumlah Kendaraan Tiap Ruas Jalan
Dalam penelitian ini perhitungan jenis kendaraan di Kota
Bandung dilakukan bersamaan dengan perhitungan volume
kendaraan yaitu pada waktu tingkat mobilitas tinggi yaitu pada jam
07.00-08.00 dengan pertimbangan waktu terjadinya mobilitas
penduduk bekerja dan pergi ke sekolah, jam 12.00-13.00 dengan
pertimbangan waktu para pekerja beristirahat para siswa pulang
sekolah, dan jam 16.00-17.00 dengan pertimbangan pada waktu
mobilitas penduduk pulang kerja dan pulang sekolah.
Perhitungan jenis dan volume kendaraan di Kota Bandng
dilakukan pada 14 ruas jalan yang menjadi sampel lokasi
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Tinggi Sedang Rendah
WP Bojonegara
WP Cibeunying
WP Gedebage
103
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penelitian. Adapun mengenai data volume kendaraan pada tiap
ruas jalan dapat dilihat pada lampiran 6. Berikut ini merupakan
jenis dan volume kendaraan rata-rata di 14 ruas jalan di Kota
Bandung.
Tabel 4.27
Jenis dan Volume Kendaraan di Kota Bandung
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Keterangan :
MC : Sepeda Motor HV : Kendaraan berat
LV : Kendaraan ringan
Nama ruas
jalan MC (Bensin)
LV HV Volume
kendaraan
(kend/jam)
Mobil penumpang Pickup Mikro
bus bus Truk
Bensin Solar Bensin Solar Solar
Jalan Surapati 3.558,5 1.640,1 359 184 62 10,7 59,8 117,6 5.991,7
Jl. Jend.
Ahmad Yani 4.175,1 2.167 299,9 167,4 85 11,1 17,4 81,3 7.004,2
Jl. WR.
Supratman 3.706 1.726 305,9 82,4 44,8 4,5 13,7 63,7 5.947
Jl. RAA
Wiranata
Kusumah
2.323,5 1.560,4 165,3 55,1 35,9 5,9 15,7 40,5 4.202,3
Jl. Tamansari 2.026,5 9.26,2 128,1 62,5 29,4 2,7 10,3 39 3.224,8
Jl. Dr.
Junjunan 3.927,3 2.426,7 403,2 178,9 91,7 16,6 59 124,2 7.227,7
Jl. Rajawali
Timur 2.719,7 1.279,2 149,2 76,4 62,3 5,7 21,6 63,6 4.377,9
Jl. Sukajadi 3.860,3 1.929,1 287,3 94,7 67 11,8 41,5 76,9 6.368,7
Jl. Dr.
Setiabudi 3.889,7 1.970,7 284 117,5 65,1 14,1 31,7 73,4 6.446,4
Jl. Cemara 1.327,1 237,2 150 72 20,4 - - 34,6 1.841,5
Jl. Soekarno
Hatta 4.094,2 2.169,9 408,9 216,9 70 26,7 47,2 133,2 7.166,9
Jl. Ciwastra 1.802,8 443,9 62,8 58,2 25,6 - - 46,6 2.439,9
Jl. Gedebage
Selatan 1.531,2 395,2 42,5 42,6 35 - - 62,4 2.108,9
Jl.Cijawura
Girang 662,8 153,3 32,6 24,6 20,8 - - 28 922,1
104
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan tabel tersebut volume kendaraan rata-rata
tertinggi di Kota Bandung berada pada jalan Dr. Djunjunan yaitu
7.227,7 kendaraan/jam, sedangkan volume kendaraan rata-rata
terendah terdapat pada jalan Cijawura Girang yaitu 922,1
kendaraan/jam.
Adapun mengenai klasifikasi volume kendaraan di Kota
Bandung dijelaskan dalam tabel 4.28.
Tabel 4.28
Klasifikasi Volume Kendaraan di Kota Bandung
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh data bahwa sebagian
besar ruas jalan di Kota Bandung memiliki volume kendaraan yang
tinggi, yaitu pada ruas jalan Surapati, jalan Jend. Ahmad Yani,
jalan WR. Supratman, jalan Dr. Djunjunan, jalan Sukajadi, jalan
Dr. Setiabudi, dan jalan Soekarno Hatta. Pada umumnya volume
Nama ruas jalan Fungsi Jalan
Volume
kendaraan
(kend/jam)
Kategori
Jl. Surapati Arteri Primer 5.991,7 Tinggi
Jl. Jend. Ahmad Yani Arteri Sekunder 7.004,2 Tinggi
Jl. WR. Supratman Kolektor Primer 5.947 Tinggi
Jl. RAA Wiranata Kusumah Kolektor Sekunder 4.202,3 Sedang
Jl. Tamansari Lokal 3.224,8 Sedang
Jl. Dr. Junjunan Arteri Primer 7.227,7 Tinggi
Jl. Rajawali Timur Arteri Sekunder 4.377,9 Sedang
Jl. Sukajadi Kolektor Primer 6.368,7 Tinggi
Jl. Dr. Setiabudi Kolektor Sekunder 6.446,4 Tinggi
Jl. Cemara Lokal 1.841,5 Rendah
Jl. Soekarno Hatta Arteri Primer 7.166,9 Tinggi
Jl. Ciwastra Kolektor Primer 2.439,9 Sedang
Jl. Gedebage Selatan Kolektor Sekunder 2.108,9 Sedang
Jl.Cijawura Girang Lokal 922,1 Rendah
105
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kendaraan tinggi terjadi pada jalan arteri baik primer maupun
sekunder. Hal ini dikarenakan jalan arteri banyak dilalui oleh
kendaraan. Ruas-ruas jalan tersebut dapat menampung banyak
kendaraan termasuk kendaraan berat seperti bis dan truk. Ruas-ruas
jalan arteri pada umumnya memiliki akses tinggi karena
menghubungkan kawasan-kawasan pusat kegiatan.
Untuk volume kendaraan dengan kategori sedang terdapat
pada 5 ruas jalan yaitu RAA. Wiranata Kusumah, jalan Tamansari,
jalan Rajawali Timur, jalan Ciwastra, dan jalan Gedebage Selatan.
Rata-rata jalan kolektor memiliki volume kendaraan dengan
kategori sedang.. Adapun untuk volume kendaraan yang rendah
terdapat pada ruas jalan Cemara dan Cijawura Girang. Volume
kendaraan dengan kategori rendah biasanya dimiliki oleh jalan
lokal karena jarang dilalui oleh kendaraan. Adapun mengenai peta
volume kendaraan di Kota Bandung dapat dilihat pada gambar 4.26
berikut ini.
106
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.27 Peta Volume
kendaraan di Kota Bandung
107
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Emisi CO2 Tiap Ruas Jalan
Emisi CO2 pada tiap ruas jalan dihitung berdasarkan jumlah
kendaraan, jenis kendaraan, bahan bakar, faktor emisi, dan panjang
ruas jalan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka
emisi total CO2 yang dihasilkan kendaraan pada tiap ruas jalan
dapat dilihat pada tabel 4.29 berikut ini.
Tabel 4.29
Jumlah emisi CO2 Total yang Dihasilkan Kendaraan Bermotor
Pada Tiap Ruas Jalan
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Emisi CO2 yang terdapat pada tiap ruas jalan berbeda-beda
tergantung pada jumlah kendaraan, jenis kendaraan, jenis bahan
bakar, dan panjang ruas jalan. ruas jalan dengan volume kendaraan
tinggi akan menghasilkan emisi yang tinggi pula. Volume
kendaraan di Kota Bandung yang tinggi akan menghasilkan emisi
Nama Ruas Jalan Fungsi Jalan Panjang Jalan
(km) Q (g/km.jam) Q Total (kg/jam)
Jl. Surapati Arteri Primer 1,16 1.012.362,1 1.174,12
Jl. Jend. Ahmad
Yani
Arteri Sekunder 5,40 1.164.890,4 6.285,89
Jl. WR. Supratman Kolektor Primer 1,86 955.618,3 1.777,45
Jl. RAA Wiranata
Kusumah
Kolektor Sekunder 2,474 744.943,4 1.842,99
Jl. Tamansari Lokal 1,837 512.770,8 941,96
Jl. Dr. Junjunan Arteri Primer 2,00 1.307.805 2.615,61
Jl. Rajawali Timur Arteri Sekunder 1,54 707.077,9 1.088,9
Jl. Sukajadi Kolektor Primer 2,57 1.053.377,4 2.707,18
Jl. Dr. Setiabudi Kolektor Sekunder 1,48 1.066.777 1.578,83
Jl. Cemara Lokal 0,635 251.716,5 159,84
Jl. Soekarno Hatta Arteri Primer 11,13 1.246.017,1 13.868,17
Jl. Ciwastra Kolektor Primer 2,145 323.198,1 693,26
Jl. Gedebage Selatan Kolektor Sekunder 3,08 289.714,3 892,32
Jl.Cijawura Girang Lokal 1,475 128.203,4 189,1
108
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
CO2 yang tinggi juga. Beradasarkan tabel tersebut diketahui bahwa
emisi CO2 terbesar ada pada wilayah Gedebage yaitu ruas jalan
Soekarno Hatta sebesar 13.868,17 kg/jam. Pada dua ruas jalan ini
emisi CO2 sangat besar dikarenakan merupakan jalan arteri yang
memiliki volume kendaraan yang tinggi dan ruas jalan yang cukup
panjang. Jumlah emisi CO2 terendah terdapat di wilayah
Bojonegara yaitu pada jalan Cemara. Jumlah emisi CO2 terdapat
pada ruas jalan Cemara yaitu sebesar 159,84 kg/jam. Jalan ini
merupakan jenis jalan lokal, yang tidak terlalu banyak dilalui oleh
kendaraan bermotor, sehingga emisi CO2 yang dihasilkan pun
rendah.
3. Efektivas Jalur Hijau Jalan Dalam Menyerap CO2 Berdasarkan
Volume Kendaraan
Efektivitas merupakan ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target tercapai. Dalam hal ini efektivitas yang diukur adalah
efektivitas daya serap jalur hijau jalan dalam menyerap CO2 yang
dikeluarkan oleh kendaraan bermotor pada tiap-tiap ruas jalan di Kota
Bandung. Adapun mengenai efektivitas jalur hijau jalan dalam
menyerap CO2 berdasarkan volume kendaraan dijelaskan dalam tabel
4.30.
109
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.30
Efektivitas Jalur Hijau Jalan Dalam Menyerap CO2
Berdasarkan Volume Kendaraan
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa hampir seluruhnya
jalur hijau jalan di Kota Bandung tidak efektif untuk menyerap CO2
berdasarkan volume kendaraan yang ada, hanya ada satu ruas jalan
yang efektif dalam menyerap CO2 yaitu dengan kategori sangat
efektif. Jalur hijau jalan yang sangat efektif dalam menyerap CO2
yaitu di wilayah Cibeunying pada ruas jalan Tamansari dengan hasil
lebih dari 100%. Jalur hijau jalan RAA Wiranata Kusumah
efektivitasnya adalah 49,63%, hal ini dikarenakan volume
kendaraannya cukup tinggi. Adapun jalur hijau dengan efektivitas
terkecil yaitu jalan Dr. Djunjunan sebesar 2,53%. Jalan ini memiliki
efektivitas yang sangat rendah disebabkan volume kendaraan yang
melintas pada jalan ini sangat tinggi karena jalan ini merupakan jalan
Arteri Sekunder yang banyak dilalui kendaraan.
Nama Ruas Jalan Panjang Jalan
(km)
Emisi CO2
(kg/jam)
Daya Serap CO2
(kg/jam)
Efektivitas
(%)
Jl. Surapati 1,16 1.174,12 163,69 13,94
Jl. Jend. Ahmad Yani 5,40 6.285,89 200,08 3,18
Jl. WR. Supratman 1,86 1.777,45 487,2 27,41
Jl. RAA Wiranata Kusumah 2,474 1.842,99 914,64 49,63
Jl. Tamansari 1,837 941,96 1021,17 >100
Jl. Dr. Junjunan 2,00 2.615,61 66,26 2,53
Jl. Rajawali Timur 1,54 1.088,9 224,76 20,64
Jl. Sukajadi 2,57 2.707,18 541,77 20,01
Jl. Dr. Setiabudi 1,48 1.578,83 109,13 6,91
Jl. Cemara 0,635 159,84 81,85 51,21
Jl. Soekarno Hatta 11,13 13.868,17 978,29 7,05
Jl. Ciwastra 2,145 693,26 114,33 16,49
Jl. Gedebage Selatan 3,08 892,32 61,06 6,84
Jl.Cijawura Girang 1,475 189,1 18,19 9,62
110
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.28 Peta Efektivitas Jalur
Hijau Jalan Dalam Menyerap CO2 di
Kota Bandung
111
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Pengetahuan Masyarakat Tentang Dampak CO2 dari kegiatan
Transportasi
a. Pengetahuan Masyarakat Tentang Polusi Kendaraan Bermotor
Dengan semakin banyaknya penggunaan kendaraan bermotor
di Kota Bandung, maka penting untuk diketahui bagaimana
pengetahuan masyarakat tentang polusi kendaraan dari kegiatan
transportasi ini, khususnya CO2 yang dikeluarkan oleh kendaraan
bermotor. Adapun hasil penelitian mengenai pengetahuan
masyarakat mengenai polusi kendaraan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.31
Pengetahuan Masyarakat Mengenai
Polusi Kendaraan Bermotor
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Berdasarkan tabel tersebut tingkat pengetahuan masyarakat
Kota Bandung mengenai polusi kendaraan bermotor sebagian besar
termasuk ke dalam kategori baik (76%), kurang dari setengahnya
(27%) termasuk ke dalam kategori cukup, dan sebagian kecil (18%)
termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan umumnya masyarakat mengetahui bahwa kendaraan
bermotor mengeluarkan polusi udara. Untuk lebih jelasnya
mengenai persentase tingkat pengetahuan masyarakat tentang polusi
kendaraan bermotor dijelaskan pada gambar berikut.
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang 6 6
Cukup 18 18
Baik 76 76
Jumlah 100 100
112
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Gambar 4.29 Grafik Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Tentang Polusi Kendaraan Bermotor
b. Pengetahuan Masyarakat Tentang CO2 dan Dampaknya
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bagaimana
pengetahuan masyarakat tentang CO2 dan dampaknya yaitu sebagai
berikut.
Tabel 4.32
Pengetahuan Masyarakat Mengenai CO2 dan Dampaknya
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang 28 28
Cukup 56 56
Baik 16 16
Jumlah 100 100
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Berdasarkan tabel tersebut tingkat pengetahuan masyarakat
Kota Bandung mengenai CO2 dan dampaknya lebih dari
setengahnya (56%) termasuk ke dalam kategori cukup, kurang dari
setengahnya (28%) termasuk ke dalam kategori kurang, dan
sebagian kecil (16%) termasuk ke dalam kategori baik. Berdasarkan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Kurang Cukup Baik
113
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penelitian yang telah dilakukan umumnya masyarakat mengetahui
bahwa meningkatnya CO2 di atmosfer memiliki berbagai dampak
negatif bagi kehidupan, diantarannya yaitu pemansan global. Untuk
lebih jelasnya mengenai persentase tingkat pengetahuan masyarakat
tentang CO2 dan dampaknya dijelaskan pada gambar berikut.
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Gambar 4.30 Grafik Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
CO2 dan Dampaknya
c. Pengetahuan Tentang Pemanasan Global, Efek Rumah Kaca,
dan Dampaknya
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bagaimana
pengetahuan masyarakat tentang pemanasan global, efek rumah
kaca, dan dampaknya yaitu sebagai berikut
Tabel 4.33
Pengetahuan Masyarakat Mengenai Pemanasan Global, Efek
Rumah Kaca, dan Dampaknya
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang 20 20
Cukup 63 63
Baik 17 17
Jumlah 100 100
Sumber : Hasil Penelitian 2012
0
20
40
60
Kurang Cukup Baik
114
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan tabel tersebut tingkat pengetahuan masyarakat
Kota Bandung mengenai pemanasan global, efek rumah kaca, dan
dampaknya lebih dari setengahnya (63%) termasuk ke dalam
kategori cukup, sebagian kecil termasuk ketegori kurang (20%) dan
baik (17%). Masyarakat umumnya mengetahui tentang istilah
pemanasan global, akan tetapi kurang paham mengenai proses
terjadinya dan dampak dari pemansan global tersebut.
d. Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Pohon Sebagai
Penyerap CO2
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bagaimana
pengetahuan masyarakat tentang manfaat pohon sebagai penyerap
CO2 yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.34
Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Pohon
Sebagai Penyerap CO2
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang 53 53
Cukup 27 27
Baik 20 20
Jumlah 100 100
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Berdasarkan tabel tersebut tingkat pengetahuan masyarakat
Kota Bandung tentang manfaat pohon sebagai penyerap CO2lebih
dari setengahnya (53%) termasuk ke dalam kategori kurang, kurang
dari setengahnya termasuk ketegori cukup (27%) dan sebagian kecil
termasuk ke dalam kategori baik (20%). Berdasarkan penelitian
115
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang telah dilakukan banyak masyarakat yang tidak mengetahui
bahwa pohon dapat menyerap CO2 yang dikeluarkan oleh kendaraan
bermotor dan menanam pohon merupakan salah satu upaya
mengurangi pemanasan global. Untuk lebih jelasnya mengenai
pengetahuan masyarakat tentang manfaat pohon sebagai penyerap
CO2 dijelaskan dalam gambar berikut.
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Gambar 4.31 Grafik Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
Manfaat Pohon Sebagai Penyerap CO2
e. Pengetahuan Masyarakat Tentang Jalur Hijau Jalan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bagaimana
pengetahuan masyarakat tentang jalur hijau jalan yaitu sebagai
berikut.
Tabel 4.35
Pengetahuan Masyarakat Tentang Jalur Hijau Jalan
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang 34 34
Cukup 51 51
Baik 15 15
Jumlah 100 100
Sumber : Hasil Penelitian 2012
0
20
40
60
Kurang Cukup Baik
116
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan tabel tersebut tingkat pengetahuan masyarakat
Kota Bandung tentang jalur hijau jalan lebih dari setengahnya
(51%) termasuk ke dalam kategori cukup, kurang dari setengahnya
(34%) termasuk ketegori cukup dan sebagian kecil (15%) termasuk
ke dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya mengenai pengetahuan
masyarakat tentang manfaat pohon sebagai penyerap CO2 dijelaskan
dalam gambar berikut.
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Gambar 4.32 Grafik Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
Jalur Hijau Jalan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa
tingkat pengetahuan masyarakat tentang polusi kendaraan bermotor
termasuk ke dalam kategori baik, kemudian tingkat pengetahuan
masyarakat tentang CO2, pemanasan global, efek rumah kaca, dan
dampaknya, serta jalur hijau jalan termasuk ke dalam kategori
cukup, sedangkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat
pohon sebagai penyerap CO2 termasuk ke dalam kategori kurang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat
0
10
20
30
40
50
60
Kurang Cukup Baik
117
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kota Bandung tentang dampak CO2 dari transportasi yang
dihasilkan oleh kendaraan bermotor termasuk kategori cukup.
E. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pendidikan Geografi di Sekolah
Objek studi geografi adalah geosfer, yaitu permukaan bumi yang
hakikatnya merupakan bagian dari bumi yang terdiri atas atmosfer,
litosfer, hidrosfer, dan biosfer (lapisan kehidupan). Ruang lingkup
pengajaran geografi salah satunya yaitu interaksi keruangan antara
manusia dengan alam lingkungannya. Penelitian ini membahas tentang
efektivitas jalur hijau dalam menyerap CO2 berdasarkan volume kendaraan
memiliki ruang lingkup yang sama, yaitu mengenai interaksi keruangan
umat manusia dengan alam lingkungannya. Adanya emisi CO2 merupakan
akibat dari interaksi manusia dengan lingkungan, yaitu sebagai akibat
penggunaan kendaraan bermotor.
Pengajaran geografi pada hakikatnya adalah pengajaran tentang
aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan
gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya.
Dengan kata lain, pengajaran geografi merupakan pengajaran tentang
hakikat geografi yang diajarkan di sekolah dan disesuaikan dengan tingkat
perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing.
Pada proses pembelajaran di sekolah, mata pelajaran geografi
memiliki standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai arah dan
landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran,
118
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Jika dikaitkan
dengan penelitian ini maka standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran geografi yang memiliki kaitan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.36 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Geografi yang Berkaitan dengan Kajian Penelitian
Kelas Semester Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar
XI 2
Menganalisis
pemanfaatan
dan pelestarian
lingkungan
hidup.
1.1 Mendeskripsikan
pemanfaatan
lingkungan hidup
dalam kaitannya
dengan pembangunan
berkelanjutan.
1.2 Menganalisis
pelestarian lingkungan
hidup dalam kaitannya
dengan pembangunan
berkelanjutan.
Sumber : Malik Abdul Karim,2011
Berdasarkan tabel tersebut standar kompetensi dan kompetisi dasar
mata pelajaran geografi memiliki keterkaitan dengan kajian penelitian ini,
karena penelitian ini membahas pelestarian lingkungan hidup dalam
pembangunan yang berkelanjutan. Adanya penghijauan pada jalur hijau
jalan ini merupakan salah satu upaya mendukung pembangunan
berkelanjutan.
Implikasi penelitian ini terhadap bidang pendidikan geografi adalah
sebagai bahan penyampaian materi ajar geografi yang berkaitan dengan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan. Guru-guru geografi dapat menjelaskan kepada siswa
119
Neni Mariani, 2012 Efektivitas Jalur Hijau Jalan dalam Menyerap Co2 Berdasarkan Volume Kendaraan Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Selanjutnya
siswa juga diharapkan dapat memiliki kesadaran untuk melestarikan
lingkungan lingkungan hidup yaitu salah satunya dengan meminimalisir
penggunaan kendaraan bermotor karena dapat meningkatkan emisi CO2
yang berakibat terjadinya pemanasan global. Untuk meminimalisir
dampak CO2 dari kendaraan bermotor ini siswa juga diajak untuk
melakukan penghijauan dan penanaman pohon, khususnya pada jalur
hijau jalan. Dengan adanya kesadaran untuk menjaga lingkungan ini
diharapkan dapat mencegah manusia untuk berbuat sewenang-wenang
terhadap lingkungan alamnya dan sejak dini siswa telah memiliki
kesadaran mengenai pentingnya pelestarian lingkungan hidup dan
pembangunan yang berkelanjutan.