bab iv hasil dan pembahasan a. keadaan umum daerah...

75
25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah Kecamatan Tengaran 1947 Sebelum dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, daerah Tengaran secara struktural merupakan daerah kecamatan, bagian dari kawedanan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan Tengaran terdiri dari 20 desa, yaitu Tengaran, Tegalrejo, Sruwen, Sugihan, Duren, Regunung, Cukil, Klero, Butuh, Patemon, Karangduren, Bener, Tegalwaton, Barukan, Nyamat, Noborejo, Tingkir Lor, Tingkir Tengah, Cebongan dan Kalibening (Kusdi, wawancara 29 September 2013 ). Kecamatan Tengaran berbatasan dengan: a. Sebelah Utara Kota Salatiga b. Sebelah Selatan Kecamatan Ampel c. Sebelah Timur Kecamatan Susukan dan Suruh d. Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan. Kondisi geografis tanahnya berupa tanah dataran dan pegunungan yang tergolong subur karena berada di sebelah Timur gunung Merbabu yang hampir setiap lima tahun sekali diguyur hujan abu vulkanik dari letusan gunung Merapi. Jenis tanahnya sebagian besar terbentuk dari bahan vulkanis yang mudah lapuk. Jenis tanah ini cukup subur sehingga dapat ditanami sayur-sayuran, buah-buahan, dan palawija. Kondisi tanah yang subur dapat dimanfaatkan masyarakat untuk bercocok tanam

Upload: dinhduong

Post on 07-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Daerah Kecamatan Tengaran 1947

Sebelum dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,

daerah Tengaran secara struktural merupakan daerah kecamatan, bagian

dari kawedanan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Kecamatan Tengaran terdiri dari 20 desa, yaitu Tengaran, Tegalrejo,

Sruwen, Sugihan, Duren, Regunung, Cukil, Klero, Butuh, Patemon,

Karangduren, Bener, Tegalwaton, Barukan, Nyamat, Noborejo, Tingkir

Lor, Tingkir Tengah, Cebongan dan Kalibening (Kusdi, wawancara 29

September 2013 ). Kecamatan Tengaran berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara Kota Salatiga

b. Sebelah Selatan Kecamatan Ampel

c. Sebelah Timur Kecamatan Susukan dan Suruh

d. Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan.

Kondisi geografis tanahnya berupa tanah dataran dan pegunungan

yang tergolong subur karena berada di sebelah Timur gunung Merbabu

yang hampir setiap lima tahun sekali diguyur hujan abu vulkanik dari

letusan gunung Merapi. Jenis tanahnya sebagian besar terbentuk dari

bahan vulkanis yang mudah lapuk. Jenis tanah ini cukup subur sehingga

dapat ditanami sayur-sayuran, buah-buahan, dan palawija. Kondisi tanah

yang subur dapat dimanfaatkan masyarakat untuk bercocok tanam

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

26

terutama tanaman palawija. Daerah ini juga mempunyai potensi hidrologi

yang cukup besar, yaitu adanya mata air Umbul Senjoyo dan aliran Kali

Tanggi yang tidak pernah kering airnya meskipun di musim kemarau.

Hamparan sawah terbentang di sepanjang aliran Kali Tanggi yaitu dari

Desa Tengaran, Desa Sruwen, sampai Desa Duren. Melihat letak

geografisnya, wilayah Kecamatan Tengaran cukup strategis, di Tenggara

Kota Salatiga dan diantara dua kota besar yaitu Kota Semarang dan Kota

Solo.

Sejak jaman Jepang penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa

nasional semakin meluas. Bahasa yang lazim digunakan masyarakat

sehari hari di kalangan masyarakat Kecamatan Tengaran dan sekitarnya

adalah bahasa Jawa. Dalam bidang agama, mayoritas penduduk beragama

Islam. Dari segi adat istiadat, sinkritisme Hindu-Jawa dan Islam masih

dianut oleh sebagian besar masyarakat terutama ketika upacara selamatan.

B. Aksi Militer Belanda I

Setelah Indonesia memproklamasikan Kemerdekaannya, bangsa

Belanda berusaha untuk menguasai kembali tanah jajahannya yang

sempat dirampas oleh bangsa Jepang. Usaha untuk mengembalikan

kekuasaan Belanda di Indonesia adalah dengan mendirikan Pemerintahan

Hindia Belanda Netherlands Indies Civil Administration (NICA) pada

akhir September 1945 yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Gubernur Dr.

HJ. Van Mook. Selain mendirikan NICA, Belanda juga menghidupkan

kembali angkatan darat Hindia Belanda Koninklijk Nedherlands Indische

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

27

Leger (KNIL) dibawah pimpinan Letnan Jenderal Van Oyen (Husni

Thamrin, dkk., 2008: 144). Dengan meningkatnya aktivitas Belanda di

Jakarta, ancaman kepada pemerintah RI semakin berbahaya, sehingga

pada 4 Januari 1946, ibu kota RI pindah ke Yogyakarta. Kota itu dipilih

karena dianggap lebin aman dari gangguan NICA (Moehkardi, 2012:

114).

Sebelum Belanda melancarkan agresi militernya yang petama,

keadaan perang di daerah Tengaran sudah terasa. Banyak pemuda

bergabung bersama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bertempur

melawan Sekutu (Inggris) di Ambarawa. Setelah pasukan Indonesia dapat

merebut kembali kota itu dari tangan Inggris pada bulan Desember 1945,

Kota Salatiga oleh TKR dijadikan Markas Pimpinan Pertempuran (MPP)

yang mengomando jalannya pertempuran di sekitar Kota Semarang

(Moehkardi, 2012: 261). Pertempuran di Semarang mulai reda sejak

Februari 1946 setelah Syahrir melakukan pendekatan diplomasi dalam

perjanjian Linggarjati (Moehkardi, 2012: 262).

Sebelum diselengarakan perjanjian Linggarjati, Belanda dan RI

mengadakan perjanjian penghentian tembak menembak yang disaksikan

oleh perantara Lord Killearn pada 14 Oktober 1946 (K.M.L Tobing,

1986: 4). Perjanjian Linggarjati diselenggarakan di daerah Cirebon pada

15 November 1946. Pihak Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri

Syahrir sebagai ketua dengan tiga orang anggotanya yaitu Mohammad

Roem, Susanto Tirtoprodjo dan A.K. Gani. Sedangkan Belanda diwakili

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

28

oleh tim yang disebut Komisi Jenderal dengan ketua Schermerhorn

dengan anggotanya yaitu Max Van Pool, F. De Boer dan H.J. Van Mook.

Selaku mediator, Inggris diwakili oleh Lord Killern (Husni Thamrin,

dkk., 2008: 146).

Hasil perundingan Linggarjati terdiri dari 17 pasal dengan pokok-

pokok kesepakatan sebagai berikut:

1. Pemerintah Belanda mengakui kekuasaan de facto Pemerintah

Republik Indonesia atas Jawa, Madura dan Sumatera.

2. Pemerintah Belanda dan RI bersama-sama mendirikan sebuah

negara berdaulat dan demokrasi dengan bentuk negara

perserikatan bernama Negara Indonesia Serikat (NIS) (K.M.L

Tobing, 1986: 5).

3. Pemerintah Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia akan

mengusahakan terwujudnya NIS dan Persekutuan Belanda-

Indonesia sebelum 1 Januari 1949 (K.M.L Tobing, 1986: 8).

4. Pemerintah RI mengakui hak-hak milik orang-orang non RI

yang menuntut dilakukan dan dikembalikannya barang-barang

milik mereka yang berada didalam kekuasaan de facto. Panitia

bersama akan dibentuk untuk menyelenggarakan pemulihan

dan pengembalian.

5. Pengurangan kekuatan angkatan bersenjata kedua belah pihak

(K.M.L Tobing, 1986: 9).

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

29

Dengan ditandatanganinya perjanjian Linggarjati, Belanda

mengakui kekuasaan de facto Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan

Sumatera. RI dan Belanda setuju bekerjasama untuk mendirikan sebuah

negara persatuan bernama Negara Indonesia Serikat (NIS) yang

rencananya dibentuk sebelum tanggal 1 Januari 1949. Tiga komponen

NIS terdiri dari Republik Indonesia, Negara Kalimantan dan Indonesia

bagian Timur. NIS secara simbolis dikepalai oleh Ratu Belanda, yang

terdiri dari Kerajaan Belanda dan NIS (Anthony J.S. Reid, 1996: 189).

Dalam perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, setelah

Sekutu meninggalkan Indonesia pada 30 Nopember 1946, tentara Belanda

tetap berada di Indonesia. Maka pada tanggal 5 Mei 1947 Pemerintah

Republik Indonesia dibawah Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit

Presiden RI/ Panglima Angkatan Perang RI yang berisi tentang perintah

supaya Tentara Republik Indonesia (TRI) dan laskar-laskar bersenjata

dilebur menjadi satu organisasi tentara. Untuk melaksanakan Dekrit dari

Presiden RI, Iskandar dari Laskar Rakyat mengundang semua pimpinan

badan kelaskaran di seluruh Surakarta bertemu di Kota Surakarta. Hasil

dari rapat tersebut adalah menyetujui untuk segera melaksanakan

penggabungan badan-badan kelaskaran ke dalam TNI. Pada tanggal 3

Juli 1947 semua badan kelaskaran resmi bergabung kedalam Tentara

Nasional Indonesia (TNI). Setelah laskar bersenjata bersatu dengan TNI,

mereka diwajibkan taat dan tunduk dengan segala perintah serta instruksi

yang dikeluarkan TNI (Tashadi, dkk., 1997: 113) .

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

30

Saat Tentara Inggris ditarik mundur, kedudukan Tentara Belanda

di Semarang sudah kuat. Belanda mulai mengerahkan kekuatan militernya

untuk menyerang kedudukan Pasukan Indonesia di Semarang pada bulan

Juli 1947 (Moehkardi, 2012: 264). Pagi hari sekitar pukul 06.00 beberapa

pesawat tempur Belanda Mustang P-41 atau yang terkenal dengan sebutan

Cocor Merah mengudara dari Lapangan Terbang Kalibanteng, Semarang.

Mereka memburu pos-pos TNI di sekitar jalan poros Ungaran, Demak,

Kendal yang mengarah ke Semarang. Penyerangan itu dimaksudkan

untuk membuka jalan bagi pasukan infanteri dan kavaleri Belanda dalam

rangka menduduki Semarang pada tanggal 3 Juni 1947 (Husni Thamrin,

dkk., 2008: 170).

Setelah menguasai Semarang, Belanda tidak mau mengakui

Pemerintahan RI di Semarang (Moehkardi, 2012: 262). Kota Semarang

lalu menjadi pangkalan militer Belanda yang dipersiapkan untuk merebut

wilayah RI di Jawa Tengah (Moehkardi, 2012: 264). Di sana telah

bercokol Brigade Tijger (Brigade T) yang dipimpin kolonel Van Langen.

Rencana sasaran gerak Brigade T adalah sebagai berikut: (Ani Olivia,

2005: 57).

a. Ke arah Selatan: menduduki garis Bedono, Ambarawa,

Tuntang dan Bringin.

b. Ke arah Timur: menduduki garis Purwosari dan Mranggen.

c. Ke arah Barat: menduduki garis Mangkang Wetan, Wijon dan

Cangkringan.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

31

d. Pemusatan pasukan di rayon Ungaran dan Bawen untuk

digunakan pada pelaksanaan Plan Rotterdam (penyerbuan dan

pendudukan ke Kota Yogya dan Solo).

Tepat pada 21 Juli 1947 tentara Belanda melancarkan serangan

besar-besaran ke daerah Republik. Serangan tersebut oleh bangsa

Indonesia dikenal dengan nama “Agresi Militer I”. Belanda bergerak dari

markas induk militer Semarang menuju ke Selatan yaitu ke Srondol,

Ungaran dan Ambarawa. Dari Ungaran, Pasukan Belanda sebagian

menuju ke Bringin, Salatiga, dan Tengaran (Ani Olivia, 2005: 56).

1. Salatiga Jatuh

Pada tanggal 22 Juli 1947, Pasukan Belanda dari Tuntang bergerak

ke arah Salatiga. Saat Belanda melancarkan serangannya, Kota Salatiga

dalam keadaan kosong karena sebagian besar Pasukan TNI yang

bermarkas di Salatiga sedang ditugaskan di front Ungaran, Delik dan

Tuntang. Lemahnya pertahanan TNI di kota itu dapat ditembus dengan

mudah oleh Belanda dalam waktu singkat. Belanda menduduki Kota

Salatiga hanya beberapa jam, lalu mereka kembali lagi ke Tuntang. Tujuan

mereka adalah untuk membebaskan orang-orang Belanda yang ditawan di

Hotel Kalitaman. Setelah Pasukan Belanda mundur dari Salatiga, TNI

nama baru dari TRI melakukan konsolidasi kekuatan (Chusnul Hajati,

dkk., 1997: 120).

Usaha untuk membendung jatuhnya daerah-daerah RI ke tangan

Belanda salah satunya adalah membakar bangunan-bangunan yang

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

32

sekiranya dapat digunakan untuk kepentingan Belanda pasca ditinggal

oleh TNI. Berdasarkan pertimbangan taktis, pimpinan TNI di Salatiga

kemudian mengambil keputusan untuk melepaskan kota itu. Gedung-

gedung yang sekiranya dapat dipakai Belanda dibumihanguskan. Sebelum

Salatiga dibumihanguskan, untuk menghindari supaya orang-orang Cina

tidak diperalat oleh Belanda, mereka diungsikan ke Tengaran sebelum

kemudian dipindahkan ke Kota Solo. Aksi bumi hangus tidak hanya

terjadi di Kota Salatiga. Di kota-kota kecamatan antara lain di pasar Suruh,

Kantor Asisten Wedana Bringin, rumah onderneming, sekolah dan stasiun

Gogodalem juga dibakar. Untuk menghambat gerak laju Pasukan Belanda,

jembatan-jembatan yang menghubungkan Kota Salatiga juga dihancurkan.

Esok harinya pada tanggal 23 Juli Belanda dapat menduduki Kota Salatiga

tanpa ada perlawanan yang berarti (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 122).

Pada masa awal pendudukan Belanda di Salatiga, pejuang RI tidak

henti-hentinya menebar teror kepada konvoi Belanda di barat Kota

Salatiga. TNI dari Markas Pemimpin Pertempuran Salatiga (MPP) dan

Tentara Laut Republik Indonesia (TLRI) dari Cirebon rutin melakukan

penghadangan di Getasan. Mereka dibantu oleh laskar dari rakyat seperti

Sabilillah, Barisan Maling, Barisan Pendem serta pejuang-pejuang lokal

non kelaskaran dari Tengaran, Susukan, Suruh dan Getasan. Peran

masyarakat dari Kecamatan Tengaran selama Agresi Militer I sudah

tercium semenjak para pemuda ikut menyerang dan membumihanguskan

Salatiga.

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

33

Sebelum Belanda sampai ke Klero, para pemuda Tengaran ikut

berjuang bersama TLRI di Getasan. Di sana kekuatan TLRI sebanyak 60

prajurit dipimpin oleh Letnan Bibin. Pemuda dari Tengaran bernama

Subardi merasakan pertempuran perdananya di daerah Getasan. Meskipun

hanya bersenjata bambu runcing, Subardi bersama kesembilan temannya

dari Tengaran tidak gentar bertempur dengan Pasukan Belanda. Saat itu di

Tengaran belum dibentuk barisan pejuang, sehingga para pemuda ketika

bertempur hanya sekedar ikut-ikutan saja. Baru sekitar akhir tahun 1947,

di Tengaran dibentuk sebuah barisan benama Pasukan Clurut (Subardi,

wawancara 29 September 2013 ). Bersamaan dengan itu pada awal 1948,

TNI juga membentuk laskar bernama Laskar Barisan Tahan Udji (Batu)

yang terdiri dari para garong (Kusdi, wawancara 29 September 2013).

TLRI berjuang bersama rakyat di Getasan selama dua bulan. Di

sana TLRI dan laskar-laskar perjuangan rakyat gencar melakukan

serangan terhadap konvoi Belanda di Pulian Kopeng. Karena Belanda

semakin ganas menyerang daerah itu dengan pesawat Cocor Merah,

pasukan TLRI bersama Subardi dan kesembilan orang temannya pidah ke

Dusun Sumber, Desa Timpik Susukan. Di sana TLRI memanfaatkan

rumah H. Sukaryo (60 tahun) sebagai markas pertahanan (Subardi,

wawancara 29 September 2013 ).

Selama di Susukan, TLRI dan gerilyawan tetap melakukan

serangan terhadap Pasukan Belanda. Disetiap pertempuran TLRI

menggunakan senjata laras panjang bekas peninggalan tentara Jepang jenis

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

34

Kareben. Sedangkan, gerilyawan dari rakyat termasuk Subardi

menggunakan granat dan bambu runcing. Lima hari pasca pindahnya

markas TLRI dari Getasan ke Susukan, Subardi mendapat tugas untuk

menangkap mata-mata Belanda di Desa Jati, Suruh. Setelah menangkap

seorang pribumi yang yang bekerja sebagai mata-mata Belanda, Subardi

membawa mata-mata tersebut ke markas TLRI di Desa Timpik untuk

diintrogasi mendalam. Subardi bertugas di Susukan selama dua bulan,

selanjutnya Subardi mendapat tugas berjaga di Wonosegoro, Boyolali.

Ketika bertugas di Wonosegoro gerilyawan RI sering mendapat serangan

dari Pasukan Belanda terutama di daerah Karangggede. Belanda

menyerang dari arah barat yaitu dari arah Suruh. Tujuan Belanda

menyerang Karanggede karena di daerah ini terdapat jalan pintas ke Kota

Solo tanpa melewati Tengaran (Subardi, wawancara 29 September 2013 ).

2. Belanda Menyerbu Tengaran

Setelah Kota Salatiga jatuh ke tangan Belanda, selanjutnya

Belanda berencana meluaskan kekuasaanya hingga ke Surakarta. Pasukan

Belanda dari Salatiga yang rencanannya bergerak ke Surakarta mendapat

benturan dari pihak Republik di Tingkir, sehingga gerak laju Pasukan

Belanda terhenti di Tengaran. Sebelum Belanda bergerak lebih jauh ke

wilayah RI, keluarlah mosi Dewan Keamanan PBB yang memerintahkan

segera diberlakukannya gencatan senjata. Mulai tanggal 1 Agustus 1947

diserukan penghentian tembak-menembak (gencatan senjata) dengan

menyertakan pihak Komisi Tiga Negara (KTN). Komisi Tiga Negara

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

35

terdiri dari negara Australia, Belgia dan Amerika Serikat (Tashadi, dkk.,

1997: 120).

Belanda memanfaatkan masa damai untuk memindahkan

pasukannya dari Semarang ke Salatiga. Belanda pertama kali menduduki

Desa Tegalwaton. Di sana mereka membangun markas di dekat sumber air

Senjoyo. Setelah menduduki Senjoyo, Belanda menduduki Kebonjeruk,

Karangduren. Di Kebonjeruk, Belanda mendirikan markas pertahanan

untuk menjaga Kota Salatiga dari serangan gerilyawan Republik. Di sana,

Belanda menempati bekas kantor perusahaan perkebunan jeruk yang sudah

lama ditinggal pemiliknya ketika Jepang menginvasi Indonesia. Meskipun

ditinggal pemiliknya, bangunan tersebut masih kokoh berdiri. Markas

Belanda tersebut dikelilingi tembok beton dan tanggul dari tanah sebagai

benteng (Jarkoni, wawancara 28 September 2013). Markas Kebonjeruk

merupakan titik tengah pertahanan Belanda di Tengaran. Dari markas

Kebonjeruk ke markas Senjoyo bisa ditempuh melalui jalan pedesaan ke

arah timur laut. Sedangkan dari markas Kebonjeruk ke pos penjagaan

Belanda di Klero tinggal mengikuti jalan raya Solo-Semarang ke arah

Selatan. Dari markas Kebonjeruk ke tangsi Belanda di Setugur dapat

melewati Desa Noborejo ke arah Barat.

Pada tanggal 13 Oktober 1947, pasukan infanteri Belanda yang

bermarkas di Kebonjeruk, Tengaran bergerak ke Suruh. Total kekuatan

mereka sebanyak dua kompi dibantu sebuah tank dan dilindungi tiga buah

pesawat dari udara. Mereka menyerang dua desa, salah satunya di Susukan

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

36

(Barat Karanggede). Di sana mereka menyerang Masjid Petak (Susukan).

Dari dua desa yang diserang tentara Belanda, jumlah korban meninggal

dunia mencapai 89 orang karena dibantai oleh Belanda, dua diantaranya

masih bayi (A.H. Nasution, VI, 1978: 169). Setelah menggempur Masjid

Petak, pada tanggal 18 Oktober, markas Belanda di Kebonjeruk mendapat

tambahan personil dari Salatiga. Mereka diangkut dengan truk dan

membawa sepucuk kanon (A.H. Nasution, VI, 1978: 169). Kemudian pada

tanggal 25 Oktober, Belanda menghujani daerah Ampel dengan tembakan

kanon dari Kebonjeruk (A.H. Nasution, VI, 1978: 171).

Klero merupakan ladang pertempuran antara Belanda dan TNI.

Berbeda dengan Belanda, sejak awal Agresi Militer I, TNI sudah terlebih

dahulu membuat pos pertahanan di Klero Selatan. Di sana TNI

menempati rumah Kasah Rejo sebagai markas kompi Rustam dan pos

darurat PMI. Hampir setiap hari Belanda melakukan teror di Klero. Setiap

kali meletus pertempuran di daerah ini, pejuang yang terluka dipikul ke

rumah Kasah Rejo. Salah satu korban pertempuran Klero pada akhir tahun

1947 adalah Sartimin. Di rumah Kasah Rejo, Sartimin hanya diberi

pertolongan pertama, setelah itu dia dibawa pergi ke daerah Republik yang

lebih aman (Jarkoni, wawancara 28 September 2013).

Untuk meneror kedudukan Belanda di Klero, Lettu Sumitro

memimpin pertempuran langsung di sana. Lettu Sumitro tidak hanya

memimpin anggota TNI melainkan juga memimpin laskar-laskar non TNI

di Tengaran. Selain menebar teror terhadap Pasukan Belanda di Klero, dia

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

37

juga mengadakan aksi teror terhadap Pasukan Belanda di Kebonjeruk

(Jarkoni, wawancara 28 September 2013 dan Kusdi, wawancara 29

September 2013).

Akhir 1947, TNI menyerang markas Belanda di Kebonjeruk

dengan menggunakan mortir dan brengun. Tetapi, tidak satupun Belanda

yang berani keluar dari markas tersebut. Sebelum subuh TNI sudah

meninggalkan Kebonjeruk dan kembali ke markas Tegalrejo, namun

sebagian dari mereka mampir ke Dampit Klero. Selang beberapa hari

pasca serangan ke Kebonjeruk, TNI yang sedang berkumpul di Klero

mendapat balasan dari Belanda. Belanda menembaki rumah Kasah Rejo

yang dicurigai sebagai markas TNI. Melihat rumah Kasah Rejo kosong,

Belanda menghentikan tembakan. Lalu Belanda mengarahkan mulut

pelontar mortirnya ke Dusun Dampit. Mortir-mortir yang dilontarkan dari

Utara Masjid Klero jatuh di sekitar dapur umum. Anggota TNI yang

sedang makan siang dengan kolak gori (buah nangka mentah) berlari

cerai-berai tidak beraturan ke segala arah untuk menyelamatkan diri. Saat

peristiwa itu berlangsung, dari pihak TNI tidak ada yang menjadi korban

(Jarkoni, wawancara 28 September 2013).

Masjid Klero yang hanya berjarak 5 meter dari rumah Kasah Rejo

tidak luput dari amukan Belanda. Masjid itu diberondong habis-habisan

tetapi tidak sampai dirubuhkan oleh Belanda. Pohon pisang yang tumbuh

di sekitar masjid banyak yang tumbang dihajar peluru-peluru Belanda.

Jarkoni yang kebetulan berlindung di dalamnnya selamat. Dia tiarap di

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

38

dalam masjid saat Belanda menyerbu. Peristiwa penyerangan Rumah

Kasah Rejo tidak berlangsung lama. Warga yang mendengar suara

tembakan segera berlindung ke bawah kolong amben. Lantai di bawah

amben sudah mereka gali sebelum perang berlangsung untuk lubang

persembunyian. Amben adalah meja berukuran besar yang difungsikan

sebagai tempat tidur. Selain menggali tanah di bawah amben, warga

setempat juga membuat lubang persembunyian di depan rumah mereka.

Lubang dengan kedalaman rata-rata 2-3 meter tersebut, dibuat cekungan di

salah satu dindingnya. Cekungan itulah yang berfungsi sebagai pelindung

ketika terjadi serangan kanon.

3. Periode Renville (Masa Damai)

Pada tanggal 17 Januari 1948, Perdana Menteri Amir Syarifuddin

menandatangain perjanjian Renville. Kebijakan yang diambil oleh Amir

Syarifuddin sangat merugikan pihak Republik baik dibidang politik,

ekonomi, maupun militer. Kerugian di pihak Republik adalah sebagai

berikut (Wiyono M.A, dkk., 1983 :98):

1. Dalam bidang politik: Pemerintah Republik Indonesia harus

mengakui kedaulatan Belanda pada aksi militer pertama.

Wilayah Republik Indonesia tinggal 2/3 dari Jawa dan 1/5 dari

pulau Sumatera. Batas wilayah Republik Indonesia dengan

daerah pendudukan terkenal dengan nama “garis van Mook.”

2. Dalam bidang ekonomi: Pemerintah Republik Indonesia

menyerahkan kota-kota besar, pusat perindustrian dan

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

39

perdagangan kepada Belanda, sehingga memberi kesempatan

seluas-luasnya kepada Belanda untuk melakukan blokade

ekonomi terhadap Republik.

3. Dalam bidang militer: Pemerintah Republik Indonesia harus

menyerahkan kantong-kantong gerilya atau kantong-kantong

pertahanan kepada musuh.

Di Jawa Tengah, perundingan antara militer Belanda dan Republik

berlangsung di tiga tempat, yaitu Tengaran, Parakan dan Gombong.

Perundingan di Tengaran, delegasi RI diketuai oleh Letkol Mursito yang

didampingi oleh Residen Semarang dan Residen Surakarta. Sementara di

pihak Belanda diketuai oleh Letkol AJP. Brummer didampingi oleh

Mayor FA. Semit, Kapten A.V. Vosveld dan Residen Salatiga, Emanuel.

Sedangkan wakil dari KTN adalah Kolonel Survy dari Belgia dan Mayor

Mackie dari Amerika Serikat (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 124).

Perundingan antara Indonesia dan Belanda di Tengaran

dilaksanakan di Desa Klero pada tanggal 24 Januari 1948. Perundingan

awalnya membahas tentang garis status quo yang diusulkan oleh pihak

Belanda, yaitu dari Gunung Merbabu sampai Laut Utara Jawa. Usul

tersebut disetujui oleh pihak Indonesia. Kemudian Delegasi Indonesia juga

setuju menarik seluruh pasukannya dari daerah Pendudukan. Adapun

peraturan-peraturan yang telah disetujui oleh kedua pihak dalam

perundingan Klero yaitu (Arsip Delegasi Indonesia No. 43):

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

40

1. Daerah demiliterisasi letaknya diantara pos-pos Belanda dan

pos-pos Indonesia yang terkemuka.

2. Penetapan batas-batas dari zona demiliterisasi akan segera

dilakukan dengan teliti oleh kedua pihak.

3. Selama belum ada instruksi lainnya dari atasan maka barisan-

barisan patroli diperbolehkan mengadakan patroli masing-

masing sampai jarak 100 meter dari garis Status Quo (SQ).

Dalam menjalan patroli diharapkan jangan sampai ada

bentrokan atau insiden.

4. Jika terjadi papasan antar kedua pihak, maka untuk

menghindari bentrokan, kedua pihak harus mengangkat kedua

tangannya ke atas dan tidak boleh mendekat apabila tidak ada

hal penting untuk dirundingkan.

5. Untuk menjaga ketertiban bersama antar kedua pihak,

komandan sektor dari kedua belah pihak memberi instruksi

kepada anak buahnya supaya tidak sampai melakukan sabotase.

6. Dari daerah-daerah yang akan ditinggalkan oleh pasukan

Indonesia akan diberi peta tentang adanya landmijnen (ranjau

darat) yang nantinya akan diambil bersama.

Papan status quo pertama kali akan dipasang di Selatan Kali

Tanggi (daerah Republik) pada tanggal 27 Januari 1948 yang disaksikan

oleh Mayor Sunitijoso dengan Kapten A.V. Vosveld. Sedangkan di Utara

(daerah pendudukan) disaksikan oleh Letnan Kolonel Sunandar dan Mayor

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

41

C.M. Schilperoord. Papan tersebut bertuliskan “Status quo-lijn” dengan

huruf berwarna putih dan background berwarna hitam, sedangkan

sebaliknya ditulis “Garis Status Quo” dengan huruf berwana putih dan

background berwarna merah. Tidak hanya di Kali Tanggi, papan garis

status quo juga dipasang di Karanggede, Djabi, Betok, Walang, Turi,

Kedodong, Tanjung Anjar, Djatisono, Dempet dan seterusnya hingga ke

muara Laut Utara Jawa.

Letak geografis Kecamatan Tengaran berbatasan langsung dengan

daerah pendudukan Belanda. Garis pembatas berupa bentang alam yaitu

aliran Kali Tanggi. Kali Tanggi merupakan anak Sungai Serang yang

bermuara di Laut Jawa. Sesuai instruksi dari Panglima Besar Sudirman,

setelah pecahnya agresi oleh Belanda maka Markas Pemimpin

Pertempuran Jawa Tengah dibubarkan. Sebagai gantinya di sepanjang

garis demarkasi, wilayah dari Divisi IV Panembahan Senopati Jawa

Tengah dan Divisi V Ronggolawe Jawa Timur dibentuk komando operasi

Pimpinan Pertempuran (PP). PP dibagi menjadi enam sektor dengan kode

PP4A sampai PP4F (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 124). Di sepanjang garis

demarkasi tersebut, TNI menyusun pos-pos penjagaan. Sektor PP4A

dipimpin oleh Letkol Suadi yang bertugas memimpin pertempuran di

desa-desa yang masuk wilayah administratif Kecamatan Tengaran dan

Kecamatan Ampel. Sektor PP4A sangat strategis karena berhadapan

langsung dengan pos Pasukan Belanda Salatiga. Untuk menjaga

penerobosan dari pihak Belanda, petahanan di sektor PP4A disusun dua

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

42

lapis. Pos pertahanan di garis depan (lini pertama) membentang dari

Ngaglik, Soka, Kembang, Jomblang, Tengaran, Duren Sawit, Jembangan,

Putatan dan Karangwuni. Pos pertahanan garis kedua tersebar di Pentur,

Karang Gondang, Ngadirejo, Karangboyo, Sembung, Tegalrejo, Sruwen,

Sugihan dan Gondang Wedelan. Markas komandonya berada di Dusun

Kalicacing, Desa Kaligentong, Kecamatan Ampel (Peta lihat Gambar 1).

Sektor PP4B dipimpin oleh Letkol Suyoto yang bermarkas di

Karangggede. Berhubung di PP4B tidak mendapat tekanan seberat di

sektor PP4A, maka di sepanjang wilayah sektor PP4B dari Kecamatan

Susukan sampai Wonosegoro, hanya disusun pertahanan satu lapis. Pos-

pos pertahanan di sektor PP4B yaitu di Deresan, Karangtanggung, Klego,

Pentur, Kacangan, Susukan, Karanggede, dan Wonosegoro (Peta lihat

Gambar 2). Di masing-masing sektor dibagi menjadi beberapa Comando

Operasi Pertempuran (COP). Sektor PP4A dibagi menjadi dua COP yang

terletak di Tengaran dan Ngaglik. Komandan COP Sektor I Tengaran

adalah Kapten Sarsono. Sedangkan Komandan COP Sektor II Ngaglik

dipegang oleh Letkol Slamet Riyadi. Sektor PP4A berhadapan langsung

dengan pos-pos Belanda. Pos Belanda tersebar di Ngaglik (di rumah H.

Nakhrowi), Ngrandon, Karang Duren (dinas petanian), Tingkir, Setugur,

Bawangan, Dadapayam, Tempuran, Wiru, Getas, Bringin dan pos polisi

Sumber Rejo (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 125).

Awal gencatan senjata keadaan cenderung kondusif dan tidak

meletus tembak menembak antara TNI dan Pasukan Belanda. Meskipun

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

43

begitu, Pasukan RI maupun Belanda berpatroli di wilayahnya masing-

masing tanpa melintasi garis demarkasi. Sebagai penghubung antara pihak

RI dan Belanda, Pemerintah RI membentuk Polisi Keamanan (PK) dari

kesatuan Mobile Brigade (Mobrig). Mereka mengenakan identitas ban

lengan warna merah dengan huruf putih bertuliskan “PK”. Sabaliknya

Belanda juga membentuk Veiligheid Politie (VP). Mereka mengenakan

ban berwarna oranye bertuliskan “VP”. Di garis demarkasi hanya PK dan

VP saja yang dibolehkan melintasi garis demarkasi untuk mengadakan

kontak. Meskipun cenderung kondusif, kesalah pahaman antara kedua

pihak baik Republik maupun Belanda seperti melintasi batas secara ilegal

bisa berujung pada insiden-insiden kecil (Chusnul Hajati, dkk., 1997:

126).

Perjanjian Renville menuntut Pasukan TNI ditarik dari daerah-

daerah yang sudah diduduki Belanda. Perjanjian tersebut hanyalah siasat

Belanda untuk menghabisi RI. Ketika wilayah RI dipersempit, komandan-

komandan TNI maupun petinggi-petinggi RI otomatis berkumpul di

Yogya dan Solo, sehingga Belanda dengan mudah dapat menangkap

mereka. Berbeda dengan TNI yang terikat dengan ketentuan perjanjian,

gerilyawan merupakan kelompok bebas dan tidak terikat aturan. Mereka

selalu mengganggu stabilitas kemanan di daerah pendudukan. Hal inilah

yang nantinya dijadikan dasar bagi Belanda untuk mengingkari perjanjian

Renville.

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

44

Dengan adanya perjanjian Renville, Belanda berhasil membulatkan

wilayahnya. Mereka juga berusaha memprovokasi dan memancing

pertikaian dengan RI sebagai alasan bagi mereka untuk melancarkan

agresinya yang ke dua. Blokade ekonomi yang dilakukan Belanda atas

Republik dibalas TNI dengan membatasi barang dagangan tertentu yang

akan dijual oleh para pedagang pelintas batas ke wilayah pendudukan.

Pada waktu itu belum ada koordinasi antar sektor. Terbukti antara pos satu

dengan pos lainnya peraturannya tidak sama. Akibat tidak adanya

koordinasi dengan baik, blokade ekonomi yang dilakukan oleh TNI tidak

efektif. Adapun perbedaan ketentuan barang yang tidak boleh dijual di

daerah pendudukan persektor: (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 137)

1. Getasan : ternak dan beras.

2. Bringin : garam.

3. Suruh : ternak dan gula.

4. Susukan : gula pasir.

5. Tengaran : lebih longgar tidak ada pembatasan.

Di daerah Republik masih terdapat perusahaan gula milik

Mangkunegara yaitu perusahaan gula Colomadu yang masih aktif

produksi. Produksi gula pasir sejak berdirinya Republik hingga tahun 1948

rata-rata dalam satu tahun menghasilkan 80.000 ton. Gula dari Republik

sengaja diselundupkan ke daerah Pendudukan karena bisa dibarter dengan

pakaian. Sedangkan produksi pakaian yang terbuat dari kapas dalam

jangka waktu satu tahun sebanyak 25.000 hingga 30.000 ha sehingga di

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

45

daerah Pedalaman harga kain mahal dan terjadi kelangkaan. Pada waktu

itu, hanya orang-orang kaya saja yang bisa membeli kain yang terbuat dari

kapas. Karena harga kain mahal masyarakat banyak yang memakai

pakaian yang terbuat dari kain goni. Kalaupun mereka punya pakaian yang

terbuat dari kapas, jumlahnya tidak sampai dua potong. Daerah pedalaman

juga kekeurangan garam dapur. Produksi garam pertahunnya sebanyak

35.000 ton dan untuk beras sebanyak 1.500.000 ton. Kelangkaan barang

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berdampak pada kemerosotan

jaminan hidup di daerah Republik karena di daerah ini ditempati sebanyak

24 juta penduduk (Sin Po, 2 Agustus 1948 kol. 1). Akibat produksi yang

terbatas, Pemerintah tidak dapat memenuhi kebutuhan primer rakyatnya.

Solusinya adalah mendatangkan kebutuhan pokok dari luar Republik.

Karena ekonomi RI masih diblokade oleh Belanda, harga barang-barang di

RI harganya tinggi. Mahalnya kebutuhan pokok menyebabkan inflasi ORI

yang tidak dapat dihindarkan lagi. Keributan timbul dimana-mana karena

kemerosotan jaminan hidup sperti kasus penggarongan dan perampokan di

daerah pedalaman. Di Tengaran dan Ampel, banyak garong menjarah

rumah-rumah penduduk. Penggarongan dapat diatasi oleh Slamet Riyadi

yang pada waktu itu menjabat sebagai Komandan Comando Operasi

Pertempuran di Sektor II Ngaglik. Para garong ini kemudian oleh Slamet

Riyadi dibentuk pasukan gerilya bernama Barisan Tahan Udji (Batu)

(Kusdi, wawancara 29 September 2013).

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

46

Jalan yang menghubungkan daerah RI dengan daerah Pendudukan

banyak dilintasi oleh para pedagang. Harga barang seperti tekstil di daerah

Pendudukan lebih murah daripada di daerah pedalaman. Para pedagang

mayoritas adalah perempuan. Mereka lebih suka berbelanja dengan uang

kecil. Sehingga di daerah pendudukan banyak beredar uang kecil RI. Di

daerah Pendudukan maupun di daerah Pedalaman, banyak beredar Oeang

Repoebliek Indonesia (ORI) palsu ratusan warna hijau. Hal ini berdampak

pada kegelisahan pedagang bertransaksi menggunakan uang ratusan hijau

(Arsip Delegasi Indonesia No. 528).

Penyelundupan candu merupakan masalah penting yang harus

diselesaikan oleh Kepolisian. Pada tanggal 15 Maret 1948, petugas polisi

sektor Tengaran berhasil mengamankan 56 tabung yang di dalamnnya

berisi candu. Rencananya, candu-candu tersebut akan dijual ke daerah

Pendudukan (Arsip Delegasi Indonesia No. 528). Candu ternyata berperan

penting sebagai dana perjuangan selama masa revolusi di sekitar Salatiga.

Sebagaimana dialami pasukan gerilya RI di Getas, mereka mendapat

bantuan berupa candu (opium) yang kemudian mereka jual secara ilegal

guna membiayai operasional pasukan. Mereka mendapat jatah kiriman

candu sebanyak 20 butir per bulan. Harga candu sangat fantastis yaitu satu

butir seharga 20 gulden. Sebagai pembanding tingginya harga candu,

patokan harga beras saat itu hanya 3,5 sen per kilonya (Chusnul Hajati,

dkk., 1997: 135).

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

47

Semenjak daerah Tengaran dibagi menjadi dua pemerintahan,

kegiatan mata-matapun berkembang subur. Pada tanggal 20 Mei 1948

pukul 22.00, rumah Martokirub yang terletak di Dusun Ngentak Klero

kedatangan dua orang bernama Sabudi dan Kartosupar. Mereka adalah

mata-mata Belanda. Kemudian Sujono dengan tujuh anggota Pasukan

Batu yang bersenjatakan delapan pistol menghampiri rumah Martokirub

pada pukul 23.00. Setelah Pasukan Batu mengadakan ajakan dan bujukan

supaya mereka mau diajak ke daerah RI. Mereka menolak bahkan mereka

berusaha merebut pistol dari salah seorang Pasukan Batu. Dengan terpaksa

akhirnya Pasukan Batu melepaskan 14 kali tembakan ke arah mereka.

Suara tembakan tersebut terdengar oleh petugas pos penjagaan Belanda.

Lalu petugas Belanda yang berjaga di daerah Klero membunyikan

kentongan terus menerus sebagai tanda bahaya. Penyergapan yang

dilakukan oleh Pasukan Batu akhirnya gagal (Arsip Delegasi Indonesia

No. 566).

Pada bulan Mei, Belanda memperkuat pertahanannya di daerah

Salatiga. Mereka menempatkan 1500 pasukan yang terdiri dari KL dan

Heiho. Selain itu mereka juga menambahkan satu kompi pasukan Gadjah

Merah yang terdiri dari orang-orang Belanda asli. Pasukan Andjing Nica

sebanyak satu kompi yang terdiri dari campuran orang-orang Ambon,

Manado, dan Jawa yang terkenal paling kejam. Untuk menjaga keamanan

Kota Salatiga, Belanda mengerahkan satu kompi Pasukan Tjap Padi yang

terdiri dari orang Jawa. Untuk meneror TNI di daerah Republik, Belanda

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

48

menempatkan tiga unit kanon di tangsi Salatiga dan satu unit kanon besar

(dengan empat roda) di Bancakan, Sidorejo, Salatiga. Di Setugur, Belanda

menempatkan 75 pasukannya yang terdiri dari bangsa pribumi. Di

Kebonjeruk ditempatkan 50 pasukan yang terdiri dari orang-orang Belanda

ditambah tiga juru bahasa (Arsip Delegasi Indonesia No. 555).

Sore hari pukul 17.00, Polisi Keamanan (PK) yang bertugas

menjaga daerah Status Quo Kadang mencium pergerakan lima personil

Pasukan Belanda dengan senjata lengkap dari arah Setugur pada tanggal

22 Mei 1948. Mereka mendekati daerah Status Quo (SQ) hingga jarak 15

meter. Pasukan RI yang berjaga di sana lalu memberi tembakan peringatan

sebanyak empat kali. Akan tetapi, Belanda tidak memperhatikan isyarat

tersebut, malahan mereka bersiap untuk membalas tembakan. Kemudian

Belanda mundur ke arah Surodadi. Dua hari kemudian tanggal 24 Mei,

pukul 17.45, Belanda mendekati daerah SQ Jlarem. Mereka berjumlah

delapan personil yang terdiri dari enam tentara Heiho dan dua tentara KL.

Mereka datang dari Setugur dengan persenjataan lengkap. Tidak meletus

insiden bersenjata pada saat itu. Lalu pada pukul 18.00 mereka mundur ke

Surodadi (Arsip Delegasi Indonesia No. 566).

Pasukan Belanda memang sengaja memancing pertikaian dengan

Pasukan Republik dengan menerobos masuk ke daerah Republik. Pada

tanggal 30 Mei 1948, Belanda menugaskan 17 Tentara dan 14 VP berjaga

di tangsi Setugur. Menurut laporan dari Parmin mata-mata RI yang bekerja

di sana, Belanda menggunakan gedung sekolah Setugur sebagai markas.

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

49

Mereka juga memasang trekbom di sepanjang jalan yang mengarah ke

selatan dari markas mereka. Masing-masing trekbom yang ditanam

memiliki berat 25 Kg per bijinya. Pukul 09.00 pagi trekbom yang dipasang

di sana meledak karena kawat pemicunya ditabrak oleh anjing. Suara

ledakan tersebut terdengar hingga markas PK di Kadang. Untuk

mengantisipasi meningkatnya penerobosan oleh Pasukan Belanda dan

menghindari terjadinya tembak menembak antara kedua belah pihak,

Markas Besar Kepolisian Surakarta (MBK) pada tanggal 31 Mei 1948

mengirim 10 personil PK untuk menjaga stabilitas keamanan di sekitar

Kadang (Arsip Delegasi Indonesia No. 566).

Pada tanggal 5 Juni, Belanda mulai mengkonsentrasikan

pasukannya ke daerah perbatasan. Kira-kira pukul 17.30, satu Brigade

(2000 personil) Pasukan Belanda bersenjata lengkap sudah menempati

Dusun Butuh dan Klero. Selain pemusatan pasukan di daerah perbatasan,

mereka juga melatih mata-mata di markas Kebonjeruk. Rencananya

Belanda akan menerjunkan 15 mata-matanya ke daerah Solo pada tanggal

25 Juni 1948. Salah satu mata-mata yang akan beroperasi di Solo bernama

Suharti berusia 21 tahun dari Desa Tjokrotulung (Arsip Delegasi

Indonesia No. 566). Patroli Belanda di perbatasan semakin diperketat. Pagi

hari tanggal 17 Juli 1948, terjadi baku tembak antara pasukan RI dan

Belanda di Dusun Gading. Pemicunya adalah larinya penyelundup dari

daerah RI ke daerah Pendudukan. Penyelundup tersebut berhasil

membawa beras dan gula pasir yang diangkut menggunakan dua ekor

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

50

kuda. Pasukan RI yang berjaga di selatan Kali Serang memergokinya.

Petugas menembakkan peluru ke udara sebanyak tiga kali. Tetapi

penyelundup itu sudah terlanjur masuk ke daerah Pendudukan. Lalu

penyelundup itu bertemu dengan Pasukan Belanda yang sedang berpatroli.

Menurut laporan dari seorang mata-mata RI, Pasukan Belanda tersebut

bertanya kepada penyelundup itu “opo kowe mau dibedil tentara?” (apa

kamu tadi ditembak tentara?), dijawab penyelundup itu “inggih” (iya).

Lantas Belanda memberi perintah melanjutkan perjalannannya kepada

penyelundup itu “yo wis terusno!” (ya sudah teruskan!). Setelah itu,

Pasukan Belanda kemudian memuntahkan pelurunya ke posisi Pasukan

RI. Pasukan RI membalas tembakan tersebut. Kemudian Belanda lari dan

tidak lagi membalas tembakan dari Pasukan RI. Pasca insiden itu, Belanda

memprovokasi masyarakat yang tinggal di Dusun Gading. Belanda

memberi arahan kepada masyarakat dusun tersebut agar bersiap-siap

meninggalkan dusunya ke daerah Utara, yaitu ke daerah Pendudukan yang

lebih aman “Kabeh wae wong-wong penduduk kene, kudu tata-tata lo,

kiro-kiro suwene rong sasi, ning kene kanggo papan pertempuran, mulo

sing tumuli golek panggonan ngungsi ngalor-ngalor kono ngendi wae sing

padha disenengi.” (Kepada semua penduduk Gading, diharuskan

berkemas-kemas, kira-kira dua bulan lagi, tempat ini akan dijadikan

sebagai ladang pertempuran, sehingga carilah tempat untuk mengungsi di

daerah Utara sana yang kalian sukai). Pasukan Belanda yang berpatroli di

daerah Gading pada umumnya adalah Pasukan Belanda dari bangsa

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

51

pribumi. Kebanyakan mereka bisa bercakap dengan menggunakan bahasa

Jawa, sedangkan Pasukan Belanda yang datang dari negeri Belanda hanya

berjaga di markas saja (Arsip Delegasi Indonesia No. 595).

Setiap hari, Pasukan Belanda berjaga di pasar Tugu, Bener. Mereka

memeriksa bawaan pedagang baju yang dibeli dari pasar Salatiga. Belanda

berusaha memblokade masuknya bahan tekstil ke daerah Republik. Para

pedagang hanya diperbolehkan membawa satu potong baju ke daerah

Republik. Untuk para pedagang yang terlanjur membeli lebih dari satu

potong baju, kelebihannya akan dirampas oleh Belanda. Para pedagang

tidak mendapat uang ganti dari Belanda, malahan apabila mereka protes,

pasukan yang berjaga di sana mengancam untuk membawa mereka ke

Kebonjeruk (Arsip Delegasi Indonesia No. 595).

Sejak Belanda menduduki Salatiga, jembatan-jembatan yang

mengarah ke daerah Republik sudah dihancurkan oleh TNI. Untuk

memperlancar pergerakan Belanda dari Salatiga ke daerah-daerah

pedalaman, jembatan merupakan obyek vital. Tanpa ada jembatan,

Pasukan Belanda dari Salatiga tidak dapat bergerak dengan cepat ketika

pos-pos Belanda di daerah pedalaman diserang oleh para gerilya RI.

Karena pentingnya fungsi jembatan sungai yang kelak akan digunakan

untuk memperlancar doorstoot ke Solo, pada hari Selasa, 7 Juli 1948,

Pasukan Belanda dari Afdeling Genie atau Zeni Tempur Belanda

mengadakan latihan pembuatan jembatan belley di daerah Tengaran dan

Karanggede (Arsip Delegasi Indonesia No. 544). Kemudian pada tanggal

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

52

15-18 Juli 1948, kurang lebih 30 prajurit Belanda selesai membenahi

jembatan yang terletak di Utara dan Selatan Karangduren (Arsip Delegasi

Indonesia No. 595).

Pada tanggal 20 Juli 1948, Delegasi Indonesia mendapat laporan

telah terjadi pelanggaran oleh lima belas anggota V.P. yang bersenjatakan

empat revolver dan 11 machine pistol. Mereka masuk ke dalam wilayah

RI sejauh 150 meter dari batas demarkasi Gudean. Petugas RI yang

berjaga di pos Kembang berhasil memergokinya dan kemudian memberi

isyarat kepada mereka dengan tembakan peringatan sebanyak tiga kali

tetapi tidak diindahkan. Lalu terjadi tembak menembak antara pasukan RI

dan Pasukan Belanda. Pukul 18.00, Belanda mengerahkan pasukannya

sebanyak delapan truk dan mengadakan stelling (formasi siap bertempur)

mulai Desa Mongkrong hingga Ngadireno (Arsip Delegasi Indonesia No.

559).

Perjanjian Renville berdampak pada sikap masyarakat yang pro

dan kontra mengenai untung rugi diterimanya perjanjian Renville bagi RI.

Suhu politik RI semakin panas sewaktu pecahnya insiden senjata di Solo.

Kejadian di Solo tidak merambat ke Salatiga. Pertentangan di daerah

Salatiga hanya sebatas saling ejek, belum sampai meletus tembak

menembak. Namun di Desa Tegalrejo, salah seorang anggota TLRI

bernama Sumadi ditangkap oleh Joyo Suwondo. Dia dicurigai ikut TLRI

Komunis yang memberontak di Solo. Supaya dia mengakui

keterlibatannya dalam pemberontakan komunis di Solo dia disiksa sambil

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

53

diinterogasi. Karena dia tidak terbukti ikut memberontak di Solo, tidak

lama kemudian akhirnya dia dibebaskan (Mujiyem, wawancara 12 Januari

2014).

Gerakan PKI di Madiun berdampak pada dualisme Tentara Laut

Republik Indonesia. TLRI kompi Tembong yang pro Komunis mengikuti

Letnan Kolonel Yadau bergerak ke Madiun lewat Pati. Sedangkan, TLRI

kompi Kasban yang pro RI memisahkan diri ke sebelah Barat jalan raya.

(Chusnul Hajati, dkk., 1997: 138). Yadau dahulunnya adalah anggota

Barisan Pembrontakan Rakyat Indonesia (BPRI) cabang Semarang.

Setelah pemerintah melebur laskar-laskar bersenjata yang tidak resmi ke

dalam TNI, Bung Tomo mengangkat Yadau menjadi Letnan Kolonel.

Setelah militair actie, Yadau mundur ke Solo (Sin Po, 30 Oktober 1948

kol. 5). Meletusnya pemberontakan PKI di Madiun, membuat Yadau

pindah ke Madiun. Pindahnya Yadau ke Madiun diikuti oleh

simpatisannya di Tengaran. Meskipun di Tengaran tidak meletus

pertempuran, hal tersebut melemahkan kekuatan TNI. Melemahnya

kekuatan TNI karena pada saat itu TNI tidak hanya menghadapi Pasukan

Belanda tetapi juga menghadapi saudaranya sendiri yang berbeda haluan

politiknya. Di saat yang genting itu, akhirnya pada tanggal 18 Desember

1948 Dr. Beel, Wakil Tinggi Mahkota Belanda menyatakan pihaknya

tidak terikat oleh persetujuan Renville. Serangan umum Belanda ke

wilayah Republik Indonesia dilaksanakan pada tanggal 19 Desember

1948.

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

54

C. Peranan Masyarakat Desa Selama Agresi Militer Belanda I

1. Peran Pamong Desa

Sejak perang melanda Kota Semarang, Ungaran, Ambarawa,

Salatiga, dan Tengaran bagian Utara, maka daerah perbatasan seperti

Tengaran banyak dilalui pengusi yang berasal dari daerah yang diduduki

Belanda. Mereka ada yang sekedar melewati Tengaran dan ada juga yang

menetap di sana. Dalam hal ini pamong desa mempunyai peran sangat

penting karena di desa-desa yang ditempati pengungsi, tugas pamong desa

mengkoordinir warganya untuk memberi tempat penampungan maupun

memberi makan untuk pengungsi. Pada umumnya, warga desa menerima

para pengungsi dengan senang hati dan tangan terbuka. Sebagai

balasannya para pengungsi berusaha membantu pekerjaan tuan rumah

(Chusnul Hajati, dkk., 1997: 133).

Pamong desa mempunyai jabatan strategis karena mereka sebagai

panutan warganya dan para pengungsi. Begitu strategisnya jabatan

pamong desa, Pemerintah RI dan Belanda menyadari arti pentingnya

pamong desa dalam merebut simpati rakyat. Setelah Salatiga dikuasai

Belanda, banyak desa tidak mempunyai pamong desa. Mereka memilih

mengungsi ke wilayah Republik. Akibatnya, di daerah yang diduduki

Belanda kekurangan penguasa. Oleh karena itu, Belanda menunjuk

pamong desa baru untuk menggantikan pamong desa yang ikut hijrah ke

daerah Republik. Pamong desa sebagai pejabat federalis di daerah

pendudukan nasibnya kurang menguntungkan. Mereka selalu dicurigai

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

55

oleh kedua pihak. Supaya mereka tidak dibunuh atau dijebloskan ke

penjara, mereka harus pandai berkepala dua. Strategi berkepala dua

resikonya sangat besar (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 134).

Dari 20 desa yang ada di Kecamatan Tengaran hanya empat

pamong desa yang pro Belanda, yakni pamong Desa Bener, Karangduren,

Cukil dan Regunung (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 134). Selama Belanda

menduduki sebagian besar Kecamatan Tengaran, Wedana Tengaran,

Wiryo dan Camat Tengaran, Siswo, secara diam-diam mengadakan

pertemuan rahasia. Wedana Tengaran berkantor di Desa Tingkir (wilayah

pendudukan) tetapi hatinya tetap RI. Dia sering mengirim peluru secara

ilegal kepada para pejuang RI. Dia juga mengusahakan beras dan pakaian

bagi pejuang RI. Kondisi selama perang, tentara RI sangat menyedihkan.

Mereka banyak yang kekurangan makanan dan pakaian. Bahkan mereka

sampai kekurangan selimut untuk tidur. Selimut hanya selembar kain

sarung hasil sumbangan dari masyarakat sekitar (Jarkoni, wawancara 28

September 2013).

Jayus, Lurah Klero adalah lurah federalis yang dijebloskan ke

penjara oleh Belanda. Jayus terbukti bersalah karena sering membantu

para pejuang RI memata-matai pergerakan Belanda di Klero. Jiwa

Republik Jayus terbentuk karena sebelum ditunjuk sebagai lurah dia

bekerja sebagai anggota Polisi Tentara (PT). Jabatan lurah tidak membuat

Jayus tunduk kepada Belanda, malahan dia selalu memonitori pergerakan

Pasukan Belanda di Klero. Hasil monitoring dilaporkan kepada pemimpin

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

56

pejuang RI yang bermarkas di Desa Tegalrejo. Pejuang RI yang akan

menyerang pos Belanda di Klero harus ijin Lurah Jayus. Bisa dikatakan

bahwa Klero merupakan wilayah kekuasaannya hingga pemimpin pejuang

RI harus bermusyawarah dahulu dengannya sebelum menyerang dan

untuk mengetahui posisi Belanda di sekitar Klero. Setelah perundingan

Klero, Belanda giat melakukan screening atau pembersihan. Jayus sempat

dicurigai bekerja untuk Republik. Dia dihajar agen IVG sampai wajahnya

biru lalu ditangkap tetapi tidak sampai dieksekusi di Kedayon. Selain

Jayus, Lurah Noborejo bernama Darma Kiyat juga berjiwa Republik. Dia

menyelundupkan obat-obatan melalui kurir bernama Maryam yang

menyamar sebagai pedagang. Obat-obatan tersebut diperoleh dari seorang

mantri kesehatan benama Binoso yang bekerja untuk Pemerintah Belanda

di Salatiga (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 128).

Desa Tegalrejo merupakan garis pertahanan lini kedua di Sektor I

Tengaran. Di desa ini, ribuan tentara RI berkumpul di Tegalrejo Lor dan

Tegalrejo Kidul. Untuk mengatur logistik di Tegalrejo Kidul, didirikan

dapur umum kecil di rumah Wito Surat dan dapur umum besar di rumah

Suwar. Lurah Tegalrejo saat itu bernama Sudar. Dia menyuruh para

pemuda, baik laki-laki maupun perempuan membantu masak di dapur

umum. Lurah Sudar dikenal baik kepada TNI maupun masyarakatnya.

Seperti halnya ketika Sudar membagikan nasi dari dapur umum kecil

kepada masyarakatnya, dia tidak pernah membuat perbedaan alias semua

harus rata. Selain mengkoordinasi dapur umum kecil, Sudar juga

Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

57

mengatur tempat istirahat TNI di rumah-rumah milik warganya

(Mujiyem, wawancara 12 Januari 2014).

Tidak semua lurah berpihak dengan pemerintah RI, salah satunya

adalah Lurah Karangduren. Lurah Karangduren merupakan agen IVG.

Sebagai Agen IVG dia bertugas mencari orang-orang Republik yang

berbahaya bagi Belanda. Setelah Lurah itu menemukan orang yang

dicurigai sebagai mata-mata, lalu ia melapor kepada pimpinan IVG. Dari

laporan tersebut kemudian Pasukan Belanda yang bertugas menangkap

orang yang diduga berbahaya bagi pemerintah Belanda di Tengaran.

Mereka yang ditangkap akan diinterogasi tentang keterlibatannya

membantu Pemerintah RI. Siksakan fisik juga dilakukan oleh agen IVG

agar orang yang diduga pembantu Republik mengakui kesalahannya.

Apabila orang tersebut terbukti dengan sengaja membantu RI dan

membahayakan Pemerintah Belanda, mereka akan dihukum mati di

Kedayon. Sedang untuk kesalahan ringan seperti ketahuan membantu

logistik pejuang RI, mereka dipenjarakan di Ambarawa maupun di Nusa

Kambangan.

2. Logistik

Dengan ditetapkannya garis demarkasi di sepanjang aliran Kali

Tanggi, kesibukan masyarakat desa-desa di Kecamatan Tengaran bagian

selatan semakin meningkat. Masyarakat yang tinggal di desa-desa seperti

Tengaran, Tegalrejo, Sruwen dan Sugihan harus merelakan rumahnya

untuk dijadikan markas, asrama, pos Palang Merah Indonesia (PMI) dan

Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

58

dapur umum. Masyarakat desa yang dipimpin oleh pamong desa wajib

melakukan ronda setiap malam untuk menjaga keamanan desanya

(Chusnul Hajati, dkk., 1997: 134).

Dapur umum didirikan berpindah-pindah dari satu desa ke desa

lain. Dapur umum dapat dibedakan menjadi dua macam yakni, dapur

umum besar dan dapur umum kecil. Dapur umum besar diselengarakan

oleh Comando Operasi Pertempuran setempat yang dibiayai langsung

oleh pemerintah RI. Dapur umum besar fungsinya untuk melayani logistik

bagi pasukan resmi dalam jumlah yang besar. Di sektor PP4A dapur

umum besar didirikan di Desa Tegalrejo dan Desa Kaligentong. Dapur

umum besar hanya dikhususkan untuk TNI yang kebetulan singgah

maupun yang bergerilya di sektor PP4A. Untuk memasak nasi, dapur

umum besar biasanya menggunakan drum karena bahan yang dimasak

sangat banyak. Petugas dapur umum terdiri dari Laskar Putri dan anggota

TNI. Operasional dapur umum mendapat bantuan tenaga dari masyarakat

setempat. Bagi masyarakat yang menyumbangkan jasa, mereka mendapat

imbalan berupa setengah liter beras (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 135).

Di Desa Tegalrejo terdapat dua dapur umum. Dapur umum besar

diselenggarakan dan dibiayai oleh Pemerintah terletak di Dusun Tegalrejo

Lor (di rumah Suwar). Sedangkan, dapur umum kecil terletak di Dusun

Tegalrejo Kidul (di rumah Wito Surat). Berbeda dengan dapur umum

besar, dapur umum kecil diadakan oleh masyarakat desa dengan biaya

dari masyarakat setempat. Dapur umum kecil dikoordinasi oleh pamong

Page 35: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

59

desa. Bahan yang dimasak di dapur umum kecil dikumpulkan dari

masyarakat kemudian diserahkan pada pejuang yang melewati desa

ataupun singgah di desa. Bahan yang dimasak tidak banyak hanya cukup

untuk dua sampai tiga regu. Di samping itu, adapula penduduk yang

memberikan makanan bagi pejuang sebagai tanda simpati (Chusnul

Hajati, dkk., 1997: 135).

Tanah ladang di Desa Tegalrejo banyak yang terbengkalai karena

ditinggal berjuang maupun mengungsi pemiliknya. Beras pada saat itu

sedang langka karena produksi beras RI tidak banyak. Kalaupun ada

beras, kualitasnya jelek dan banyak kutunya. Sebagai penggantinya,

mereka makan apa saja yang dapat ditemui seperti ketela rambat dan

singkong. Laskar gerilya tidak masuk dalam formasi TNI. Kebutuhan

logistik laskar gerilya sepenuhnya bergantung pada pemberian

masyarakat. Biasanya hubungan gerilyawan dan masyarakat setempat

sangat dekat. Bahkan masyarakat ada yang menganggap sebagai anaknya

sendiri. Masyarakat tidak sampai hati menelantarkan mereka kelaparan.

Kesadaran masyarakat setempat yang tinggi membuat para gerilyawan

tetap militan di sektor PP4A karena tidak kekurangan logistik selama ikut

dengan penduduk setempat. Selama menganggur atau lepas jaga, mereka

membantu pekerjaan penduduk di ladang sebagai tanda terimakasih

karena sudah disediakan tempat tinggal dan dicukupi logistik selama

bergerilya di sektor PP4A (Mujiyem, wawancara 12 Januari 2014).

Page 36: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

60

Pasukan Clurut bukan termasuk TNI sehingga mereka tidak

mendapat jatah makan dari dapur umum. Meskipun begitu, mereka tidak

mati kelaparan. Mereka berjuang dengan modal sendiri yaitu dengan

membawa makanan dari rumah mereka masing-masing. Memang,

kadang-kadang mereka diberi nasi nuk (nasi jatah) dari dapur umum,

tetapi tidak rutin seperti halnya anggota TNI. Selama di Tegalrejo,

Pasukan Clurut hidup penuh kebersamaan. Mereka tidak mementingkan

ego pribadi melainkan nasib kelompok. Suatu ketika menjelang Belanda

melakukan doorstoot ke Tengaran, mereka bersama-sama merebus tempe

pemberian warga. Meskipun hanya sedikit, tempe yang direbus tadi tidak

dimakan perseorangan tetapi dibagi rata hingga semua yang pada saat itu

berkumpul di rumah Dullah Sadjadi mendapat bagian sama rata

(Mujiyem, wawancara 12 Januari 2014).

3. Jaringan Komunikasi

Tengaran bagian Selatan bukan sebagai daerah penampungan

pengungsi karena daerah ini adalah konsentrasi pertahanan RI untuk

membendung gerak maju Pasukan Belanda yang ingin menduduki Kota

Solo. Masyarakat Tengaran yang dahulunya hidup di satu daerah harus

tersekat semenjak diberlakukannya pembagian wilayah karena perbedaan

haluan politik pemerintahnya. Meskipun begitu, ikatan antara masyarakat

bagian utara (Pendudukan) dan bagian selatan (Republik) tidak terputus.

Masyarakat yang tinggal di daerah pendudukan banyak yang mengunjungi

saudara-saudaranya di pengungsian maupun sebaliknya. Karena TNI

Page 37: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

61

terikat dengan perjanjian, mereka tidak dapat melewati garis status quo.

Oleh karena itu kunjungan dari masyarakat yang berasal dari daerah

pendudukan dimanfaatkan TNI untuk menggali informasi mengenai

kekuatan Belanda di daerah pendudukan (Jarkoni, wawancara 28

September 2013).

Tengaran bagian Selatan merupakan target tembakan kanon

Belanda dari Kebonjeruk. Oleh Sebab itu, keamanan pengungsi menjadi

prioritas RI. Agar para pengungsi terhindar dari pecahan peluru kanon,

mereka ditempatkan di daerah aman yaitu di Desa Patemon (daerah SQ)

dan Kembang, Ampel. Desa Kembang dianggap lebih aman karena

terletak di lereng Gunung Merbabu dan letaknya jauh dari jalan raya Solo-

Semarang. Tempat itu memiliki persediaan air yang melimpah sehingga

pengungsi tidak kekurangan air (Suratman Murbowijoyo, wawancara 22

September 2013).

Saat terjadi eksodus penduduk secara besar-besaran dari daerah

pendudukan ke daerah pedalaman, gejala yang muncul di daerah

pedalaman adalah pasar tiban atau pasar dadakan. Awalmulannya pasar

resmi berada di Tengaran, karena di Tengaran sering diganggu oleh

Belanda, maka pasar pindah ke Gatak. Di Gatak juga diganggu oleh

Belanda lalu pindah ke pasar Sri Badak, Kembang (Kusdi, wawancara 29

September 2013). Selama pasar resmi pindah di Kembang Ampel terjadi

kelangkaan barang pokok yang dibutuhkan seperti pakaian dan garam.

Kelangkaan barang tersebut terjadi karena adanya penumpukan pengungsi

Page 38: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

62

di Kembang dan sedikitnya pasokan barang dari daerah Republik. Untuk

mengatasi kelangkaan barang itu peran pedagang pelintas batas menjadi

sangat penting. Pedagang pelintas batas, selain berdagang dengan

menyelundupkan barang dari daerah pendudukan juga berperan sebagai

mata-mata RI. Tak jarang dari mereka juga menyelundupkan peluru dan

obat-obatan (Jarkoni, wawancara 28 September 2013).

Untuk menyelundupkan barang dari daerah pendudukan ke daerah

Republik, prosesnya sangat sulit. Mereka harus berhati-hati ketika

melewati pos penjagaan Belanda yang tersebar di sepanjang jalan

Noborejo sampai Kali Tanggi. Meskipun secara de facto daerah Republik

terus dipersempit, para pedagang bisa keluar masuk di wilayah

pendudukan. Daerah status quo merupakan daerah yang paling sulit untuk

ditembus. Mereka harus melewati jalan setapak (jalan tikus) untuk

menghindari patroli Pasukan Belanda. Sesampainya di daerah Republik,

mereka juga belum aman. Patroli pasukan RI selalu mengintai mereka.

Apabila mereka dicurigai sebagai mata-mata Belanda, mereka akan

dibunuh (Jarkoni, wawancara 28 September 2013).

Pada bulan Juli 1948, Belanda berencana membatasi masuknya

orang-orang Republik ke daerah Pendudukan. Kebijakan ini berlaku bagi

pedagang pelintas batas. Mereka diharuskan memiliki “surat pas jalan”

agar bisa melintasi garis demarkasi. Surat pas jalan adalah surat ijin bagi

masyarakat Pendudukan untuk melintasi batas demarkasi dari daerah

Pendudukan ke daerah Republik maupun sebaliknya. Selain itu mereka

Page 39: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

63

juga diwajibkan memiliki surat tanda penduduk untuk memudahkan

petugas membedakan orang Republik dan orang Pendudukan (Sin Po, 5

Juli 1948 kol.4).

Kelompok gerilya yang berperan dalam kegiatan komunikasi

adalah Barisan Clurut atau Pasukan Clurut. Dalam bahasa Jawa clurut

adalah nama binatang sejenis tikus. Mobilitas yang tinggi diperlukan untuk

bergerak cepat membawa informasi dari satu tempat ke tempat lain.

Pasukan Clurut berasal dari kelaskaran Islam yaitu Hizbullah-Sabilillah

pimpinan Kapten Kyai Mawardi. Selain sebagai kurir surat, mereka juga

dilatih untuk menyusup di pos musuh. Sebagai halnya Barisan Maling,

mereka menguasai ilmu sirep dan ilmu kebal. Dengan ilmunya itu mereka

mudah menyusup ke markas musuh (Chusnul Hajati: 1997: 136). Di

daerah Ngaglik (Sektor II), Pasukan Batu sangat aktif memantau

pergerakan Belanda. Komunikasi antara Pemimpin Batu dan markas Polisi

Keamanan di Kadang berupa lembaran-lebaran surat. Biasanya isi surat

tersebut adalah laporan mengenai penerobosan yang dilakukan oleh

Pasukan Belanda di daerah SQ.

Untuk mengantisipasi salah sasaran, setiap hari penjaga di daerah

SQ selalu diberi sandi kata ketika berhadapan dengan penjaga yang sama-

sama memihak RI. Sandi kata ini bertujuan untuk membedakan antara

kawan dan lawan. Sandi kata sudah disepakati bersama dalam sebuah

kelompok dan sifatnya rahasia. Hanya anggota kelompok saja yang tahu.

Suatu ketika pada tahun 1948 Pasukan Clurut sedang berjaga di Dusun

Page 40: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

64

Ngesrep, Tegalrejo. Mereka bertemu dengan TNI dari Tengaran yang

sedang berganti jaga. Agar tidak terjadi tembak-menembak, Jarkoni

anggota Pasukan Clurut yang berjaga di Ngesrep berteriak kepada

rombongan TNI itu “telo” (ketela rambat) dijawab anggota TNI itu dengan

“boleng” (setengah cacat dan rasanya pahit). Karena jawabannya benar,

mereka diperbolehkan berjalan ke daerah Selatan (Jarkoni, wawancara 28

September 2013).

4. Situasi di Tengaran (Daerah Pendudukan)

Jatuhnya Kota Salatiga berdampak pada banyaknya pengungsi

yang mencari tempat aman di luar Kota Salatiga. Biasanya pengungsi

dipimpin oleh pamong desa yang berkuasa sebelumnya. Karena pamong

praja juga pindah ke wilayah Republik otomatis terjadi kekosongan

kekuasaan di wilayah pendudukan Belanda. Untuk mengisi kekosongan,

Belanda membentuk pemerintah Recomba (Regerings Comisie voor

Bestuurs Angelegenheden) atau pangreh praja. Belanda memanfaatkan

pegawai-pegawai Indonesia yang tidak ikut mengungsi ke wilayah

Republik untuk dijadikan aparatur pemerintah Pendudukan (Chusnul

Hajati, dkk., 1997: 127).

Di daerah yang diduduki Belanda, mata uang Jepang dan mata

uang Republik Indonesia (ORI) diganti dengan mata uang NICA sebagai

alat pembayaran yang sah. Pemerintah Belanda mendirikan Algemene

Distributis Dienst (ADD) yang berfungsi untuk mengurusi kesejahteraan

pegawai dan pekerja. ADD memberi bantuan berupa susu, keju, roti,

Page 41: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

65

metega dan hampir semua kebutuhan sehari-hari dengan harga jual yang

murah. ADD dijadikan alat propaganda bagi Belanda untuk menarik

simpati orang-orang Republik agar mau pindah ke wilayah Belanda.

Jawatan Penerangan Regerings Voorlichting Dienst (RVD) bertugas

menyiarkan propaganda Belanda untuk menanamkan kepercayaan kepada

masyarakat agar mau berpihak kepada Belanda. Sedangkan Dienst der

Leger Contacten (DLC) bertugas memberikan doktrin-doktrin kepada

tentara Belanda Koninklijk Leger (KL) dan Koninklijk Nedherlands

Indische Leger (KNIL) tentang tugas suci Belanda di Indonesia (Chusnul

Hajati, dkk., 1997: 127).

Secara bertahap, masyarakat yang tadinya mengungsi kemudian

kembali ke Kota Salatiga karena mereka tidak tahan dengan penderitaan

selama berada di daerah pengungsian. Roda ekonomi berjalan kembali

dengan dibukanya pasar-pasar. Bahasa Belanda ditetapkan sebagai bahasa

pengantar di sekolah-sekolah. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah

pendudukan, posisi mereka terjepit dan banyak yang menderita. Mereka

dicurigai kedua belah pihak karena dianggap sebagai mata-mata.

Meskipun berada di wilayah pendudukan Belanda, banyak diantara

mereka jiwanya tetap Indonesia. Masyarakat yang jiwanya tetap Indonesia,

dimanfaatkan oleh TNI sebagai mata-mata Republik. Mereka memberi

informasi, menyediakan tepat berlindung dan mengkoordinir/mensuplai

logistik ketika pejuang Republik menyusup ke dalam kota (Chusnul

Hajati, dkk., 1997: 129).

Page 42: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

66

Banyaknya penduduk yang keluar masuk wilayah pendudukan,

membuat Belanda kuatir akan adanya penyusupan oleh pejuang Republik.

Pada bulan Juli 1948, Belanda berencana mengatasi banyaknya penduduk

ilegal yang berasal dari wilayah Republik. Orang-orang Republik yang

tadinya bebas melewati daerah pendudukan, setelah diberlakukannya

passenstelsel atau larangan untuk memasuki daerah pendudukan, mereka

harus memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dapat masuk ke wilayah

pendudukan misalnya mereka adalah anggota Palang Merah atau keluarga

tawanan (Sin Po, 5 Juli 1948 kol. 4).

Untuk menjaring informasi, Belanda menyebar mata-mata dibawah

Intelichtingen Veiligheids Grouep (IVG). Kekejaman mereka tidak kalah

dengan Kenpetai di jaman Jepang. Susunan staf IVG Salatiga sebagai

berikut (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 129):

Komandan : Lettu Draaisma

Wakil Komandan : De Liezer

Anggota Tim : Van Beeks, Hiks, Sutayo, Saban Purnomo,

Screening Temu, Sunaryo, Holan Sumodilogo,

Sunawan, Parwoto dan Tan Soen Am.

Kepala Staf : Sersan Michael alias Djajusman

digantikan Tommy Suryadi

Penyelidik : Sersan Swart (Kepala),

Sastra Suratman (Wakil Kepala)

Diaenur, Rasmal Slamet dan Gito

(anggota)

Setelah wilayah Tengaran dibagi menjadi dua yaitu daerah

Republik dan daerah pendudukan, Belanda dibuat kewalahan dengan

munculnya aksi-aksi gerilya seperti penyergapan patroli, serangan gelap,

sabotase dan penyusupan ke dalam daerah pendudukan. Terhadap orang-

Page 43: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

67

orang seperti itu, Belanda dengan rutin melakukan screening atau

pembersihan. Pejuang yang tertangkap oleh IVG Salatiga mengalami

siksaan yang berat. Mereka yang terbukti bersalah karena melawan

Belanda akan dieksekusi di Kedayon. Untuk mengeksekusi pejuang,

Belanda telah menyiapkan satu peleton algojo dari Brigade Tijger (Brigade

T). Sedangkan apabila melakukan kesalahan sedang mereka akan

dimasukan ke penjara Nusa Kambangan dan Ambarawa (Chusnul Hajati,

dkk., 1997: 129).

Belanda juga dibantu oleh pasukan bersenjata yang direkrut dari

etnis Cina yang diberi nama Po An Tui. Masalah rasial digunakan oleh

Belanda untuk memojokan RI di pecaturan politik dunia. Sejumlah harian

Cina seperti Kenapo, Sin Mi-in dan Sin Po yang terbit di daerah

pendudukan, mendukung Belanda dalam mengabarkan berita mengenai

masalah diskriminasi ras yang diterima etnis Cina selama berada di

pengungsian (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 129).

Meskipun dalam tekanan, banyak orang yang hidup di daerah

pendudukan namun jiwanya tetap Republik. Sebagai contoh adalah Mantri

kesehatan Binoso, secara diam-diam dia mengirim obat-obatan secara

ilegal ke daerah Republik dan mengadakan kontak rahasia dengan Lurah

Noborejo. Selanjutnya obat-obatan yang diperoleh dari Binoso oleh Lurah

Noborejo dikirim melalui pedagang lintas batas bernama Maryam ke

wilayah Republik. Di Klero, juga terdapat seorang Republik bernama

Jayus yang menjadi Lurah Klero. Ia mengabdian dirinya kepada RI dengan

Page 44: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

68

membantu memberi informasi kepada pejuang RI tentang aktifitas Belanda

di Klero (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 128).

D. Agresi Militer Belanda II

Agresi Militer Belanda II dilancarkan bersamaan dengan serangan

terhadap Ibukota RI di Yogyakarta. Pada tanggal 18 Desember 1948,

Pasukan Belanda yang dikonsentrasikan di daerah Salatiga diberangkatkan

menuju Kota Solo. Untuk melancarkan aksinya yang ke II, pesawat

capung pengintai Belanda setiap hari berputar-putar di langit sektor PP4A

Tengaran. Sore hari menjelang pergerakan pasukan ke Solo, sejumlah truk

bertuliskan “Naar Solo” disiapkan dengan menarik persenjataan berat.

Pagi hari tanggal 19 Desember, Belanda menembakkan kanon ke arah

Selatan dari Ngebul (Chusnul Hajati, dkk., 1997:139). Sebagai dampaknya

banyak korban dari rakyat dan pertahanan TNI tercerai-berai. Dalam

serangan kanon tersebut jatuh korban seorang wanita bernama Isah yang

tinggal di Desa Tengaran (Wito Turut, wawancara 30 September 2013).

Serangan kanon dari Ngebul dilakukan untuk membuka jalan bagi konvoi

Belanda yang akan menyerang Kota Solo. Konvoi serdadu Belanda dari

Salatiga selalu diawali dengan vorijder atau pasukan yang bertugas

mengawal konvoi di barisan paling depan yang biasanya mengendarai

motor. Setelah vorijder, baru disusul tank, lalu rombongan truk

pengangkut prajurit. Konvoi tersebut juga mendapat kawalan dari udara

oleh pesawat Cocor Merah (Chusnul Hajati, dkk., 1997:139).

Page 45: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

69

Meskipun pihak Indonesia sudah menghancurkan jembatan Kali

Tanggi, dengan mudah mereka memasang jembatan belley sehingga

pasukan mereka dapat terus bergerak maju. Kendaraan berat jenis buldozer

milik Belanda dengan mudah menutup lubang-lubang yang dibuat sebagai

rintangan oleh pejuang RI yang membentang dari Kali Tanggi hingga

Boyolali. Kayu-kayu besar yang melintang di jalan dengan mudah

dibersihkan sehingga Belanda dapat mengepung pejuang RI di Tengaran

(Jarkoni, wawancara 28 September 2013 dan Kusdi, wawancara 29

September 2013).

Pergerakan Pasukan Belanda untuk melumpuhkan daerah Tengaran

sangat cepat. Letkol Slamet Riyadi memerintahkan anggotanya

merobohkan jembatan Ampel. Bersamaan itu, dia memerintahkan agar

pasukan TNI dan Laskar-Laskar non TNI yang bertahan di Tengaran

melakukan gerakan mundur ke arah Selatan dan ke arah Barat (Lereng

Gunung Merbabu) (Suratman Murbowijoyo, wawancara 22 September

2013). Di Kaliwaru pecah pertempuran besar antara pihak Republik dan

Belanda. Benturan dari TNI yang dibantu masyarakat melawan Belanda

tidak dapat dihindarkan lagi. Dalam pertempuran tersebut gugur lima

orang kyai yang dihormati masyarakat Tengaran. Kelima kyai tersebut

termasuk dalam Barisan Kyai Tengaran. Mereka adalah Kyai Mawardi

(Ketua NU Tengaran), Kyai Zahrodji, Kyai Badjuri, Kyai Amri, dan Kyai

Dulbari. Mereka terjebak dalam kepungan musuh sewaktu TNI melakukan

Page 46: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

70

gerakan mundur. Mereka menolak untuk menyerah dan terus melawan

hingga akhirnya mereka gugur (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 139).

Sebelum kekuatan utama TNI di Tengaran dapat dipukul mundur

ke arah Solo, Belanda berusaha menerobos dari dua sayap pertahanan

PP4A yang berada di sebelah Barat dan Timur. Di sebalah Barat, Belanda

menyerang Ngaglik dari Setugur, dari arah Timur Belanda menyerang pos

pertahanan RI di Karangwuni dari Dusun Gading (wilayah pendudukan).

Pertahanan PP4A di bagian timurlah yang dapat ditembus Belanda terlebih

dahulu. Kemudian Belanda bergerak ke Sruwen. Dari Sruwen Belanda

memecah pasukannya untuk mengurung gerak mundur TNI yang akan lari

ke Ampel. Belanda selanjutnya bergerak ke Kalisoko. Di Kalisoko banyak

pejuang RI yang ditangkap. Mereka kemudian digiring ke Kaliwaru untuk

diinterogasi (Kusdi, wawancara 29 September 2013)..

Pejuang yang tertangkap oleh Belanda sebelum dan sesudah

doorstoot banyak yang direkrut Belanda untuk dijadikan mata-mata

Belanda. Mereka yang nasionalismenya tipis, dengan mudah menerima

tawaran tersebut. Mereka diadudomba untuk memerangi saudaranya

sendiri, pejuang Indonesia di Tengaran. Saat doorstoot anggota Belanda

banyak yang berbuat ceroboh. Mereka menembak mati setiap warga yang

dicurigai sebagai pejuang Republik Indonesia. Korban keganasan Belanda

dari rakyat sipil salah satunya adalah Muhadi. Muhadi disangka oleh

Belanda sebagai pejuang Republik Indonesia. Muhadi diculik Belanda dan

rencana dibawa ke Kembangsari. Saat akan dibawa ke Kembangsari,

Page 47: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

71

Muhadi memberontak dan melarikan diri. Ketika akan melarikan diri

Muhadi ditembak mati oleh serdadu Belanda dan akhirnya meninggal dan

dimakamkan di Tempat Makam Umum (TPU) Dusun Ngesrep, Desa

Tegalrejo (Wito Turut, wawancara 30 September 2013).

Pada tanggal 21 Desember 1948, Belanda sudah menguasai Kota

Solo. Setelah Kota Solo dikuasai, mereka mempertahankan jalan yang

menghubungkan jalan Solo-Semarang. Jalur Solo-Semarang merupakan

urat nadi untuk menguasai pedalaman Jawa Tengah. TNI berusaha

mengimbangi ofensif Belanda dengan menggeser pasukannya dari Lawu

mendekati Semarang. Brigade V TNI dipecah menjadi dua kelompok yaitu

kelompok wingate dan wehrkreise (WK). WK merupakan pusat

pertahanan dan perlawanan gerilya yang dilancarkan secara luas dan

didalam wilayahnya terdapat daerah-daerah basis, sekaligus sebagai

daerah pangkalan gerilya. WK dilengkapi dengan kekuatan satuan-satuan

tempur (Batalyon-batalyon infanteri), Komando Teritorial, Sub-

Wehrkreise (SWK), Pasukan Mobil, satuan-satuan bantuan tempur dan

bantuan administrasi (SESKOAD, 1990: 175). Kelompok WK

dilaksanakan oleh Yon 4 Mayor Suharto. Suharto melaksanakan gerakan

mengikat dan melakukan kontak pada instansi teritorial setempat.

Sementara itu Yon 1 Mayor Sunitiyoso, Yon 2 Mayor Suradji dan Yon 3

Mayor Sudigdo berwingate. Mereka bergerak ke daerah pendudukan

sambil menyiapkan field preparation pada sel-sel gerilya di daerah

pendudukan. Slamet Riyadi yang dikawal dua kompi gabungan dari Yon 1

Page 48: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

72

dan Yon 2 berusaha berwingate ke daerah Salatiga dan Semarang.

Pelaksanaan wingate ternyata mengalami kendala. Cuaca buruk di musim

penghujan menghambat gerakan. Yon Sunitiyoso akhirnya tetap berada di

Klaten, Yon Suradji tertahan di sekitar Merbabu dan Yon Sudigdo tertahan

di Wonosegoro (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 140).

Sesuai dengan Maklumat Panglima Markas Besar Komando Djawa

(MBKD) No. 2 tanggal 22 Desember 1948 tentang pembentukan Sistem

Pemerintahan Militer, Pemerintahan Militer disusun dari gabungan

pemerintahan militer-sipil dari tingkat Kecamatan hingga Karesidenan.

Dengan adanya perubahan formasi tersebut Karesidenan Semarang

menjadi wilayah WK III dibawah pimpinan Letkol Sudiarto. Yon Sudigdo

dan Yon Suradji kemudian dimasukkan ke WK III. Untuk menghindari

sergapan musuh, TNI mundur ke pedalaman dan tersebar di berbagai

tempat yaitu di Pantaran, Gubuk, Seboto, Karangtalun, Kradenan,

Canggal, dan Pager. Dalam formasi WK III ini, pemerintah Kabupaten

Semarang digabungkan ke dalam pemerintahan militer pimpinan Kapten

Ashari dan Kota Salatiga digabungkan dengan pemerintahan militer

pimpinan Lettu Ngaspirin yang bermarkas di Desa Kradenan, Kaliwungu.

Komandan pemerintah militer Susukan dipegang oleh Letnan Imam

Suhardjo didampingi oleh Camat Suharno yang bermarkas di Klari

sedangkan markas Pemerintah Militer Kecamatan Tengaran berada di

Pager (Chusnul Hajati, 1997: 145).

Page 49: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

73

Setelah Tengaran didoorstoot, Belanda menempatkan satu kompi

pasukan baret hijau dengan senjata lengkap di Randusari (Timur pasar

Tengaran). Penempatan satu kompi baret hijau di Tengaran tidak lain

hanyalah untuk mempertahankan jalur utama Semarang-Solo. Usaha

mempertahankan jalur Semarang-Solo tidaklah mudah bagi Belanda. Dari

pihak Belanda banyak memakan korban ketika berusaha mengedrop

pasukan dari Semarang ke Solo. Seperti halnya akhir Januari 1949, Letda

Sudarkoco memerintahkan enam pemuda Tengaran yaitu Sugianto, Kusdi,

Tulus, Jupri, Sukijan dan Amat untuk menanam ranjau darat di Jembatan

Krakal. Satu truk dari konvoi Belanda dari arah Solo hancur (Chusnul

Hajati, dkk., 1997: 145).

Bulan Januari hingga Maret 1949, Belanda leluasa mengirimkan

pasukannya ke Solo. TNI yang masih terpisah-pisah saat mundur dari

Tengaran, sengaja membiarkan Pasukan Belanda masuk Kota Solo.Untuk

memperkuat kedudukannya di Solo, Kolonel Ohl memperkuat pasukannya

di Boyolali dengan menempatkan satu Brigade Green Cup di Bangak,

Banyudono. Saat Belanda di Boyolali, Lettu Sumitro Komandan COP

Sektor II Ngaglik mundur ke daerah Cepogo. Di sana Lettu Sumitro

membentuk Pusat Pertempuran Sementara (PPS) Divisi IV yang

beroperasi di sekitar Boyolali. Selama di Cepogo, Pasukan TP dari

Batalyon 100 menjadi tulang punggung TNI dalam penghadangan konvoi

Belanda di daerah Ampel (Sidik Suwarno, wawancara 14 Januari 2014).

Saat TNI menyusup ke daerah pendudukan, Belanda semakin terkurung di

Page 50: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

74

kota-kota saja. Jalan Semarang-Solo merupakan ladang pembantaian bagi

konvoi Pasukan Belanda sejak bulan Maret 1949. TNI maupun laskar

yang sudah berpengalaman menghadapi Belanda menjadi ancaman serius

yang sebelumnya tidak dipikirkan dampaknya oleh Belanda saat

mendoorstoot Solo. Di Kaligentong Ampel, vorijder yang sedang

mengawal konvoi Belanda dihabisi oleh anak buah Sumitro bernama

Kusdi. Kusdi berani melakukan penghadangan karena ingin membalas

kematian ayahnya. Di saat vorijder itu datang dari arah Salatiga, satu dari

dua vorijder berhasil ditembak mati oleh Kusdi. Vorijder tersebut berhasil

diidentifikasi bahwa dia berasal dari kesatuan Anjing Hitam NICA dengan

pangkat sersan. Setelah vorijder itu jatuh, kemudian Kusdi mengambil

uang Rp. 6000,00 dari saku mayat tersbut dan juga menggondol machine

pistol dan pistol milik serdadu Belanda yang tewas tadi (Kusdi,

wawancara 29 September 2013).

Doorstoot Belanda di sektor PP4A berdampak pada terhentinya

anggaran rutin dari pemerintah pusat kepada semua kesatuan, jawatan, dan

instansi. Sesuai Instruksi Panglima MBKD Nomer 4/MBKD/49 tanggal 1

Januri 1949, suplai logistik untuk tentara menjadi tanggung jawab

Pemerintah Militer Kabupaten (PMKB). PMKB harus bisa memenuhi

kebutuhan logistik untuk pasukannya dengan cara apapun seperti

mengumpulkan logistik dari rakyat maupun merampas dari musuh. Di

Tegalrejo, setelah pasukan TNI masuk ke daerah pendudukan, dapur

umum dikelola oleh masyarakat setempat. Karena terjadi kelangkaan

Page 51: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

75

beras, biasanya dapur umum Tegalrejo menyediakan nasi jagung lauk

sayur. Kalau beruntung, Pasukan TNI yang berwingate dapat merasakan

tempe goreng pemberian warga (Mujiyem, wawancara 12 Januari 2014).

Selain di daerah Tegalrejo Tengaran, dapur umum juga didirikan oleh

masyarakat di Balai Desa Urut Sewu dan Mrican Kecamatan Ampel.

Dengan demikian jelas bahwa sumber utama dukungan logistik TNI di

bekas PP4A diperoleh dari rakyat (Sidik Suwarno, wawancara 14 Januari

2014).

Setelah bertempur kurang lebih enam bulan, Pasukan Belanda

mengalami kekalahan besar. Belanda hanya berkuasa atas kota-kota saja,

seperti Semarang dan Salatiga. TNI yang tadinya terpukul, menjadi

memukul. Setelah melakukan wingate dari Solo dan Yogya ke daerah

pendudukan, Pasukan Belanda terkepung di daerah Solo. Bantuan pasukan

dari Salatiga terhenti di daerah Tengaran dan Boyolali. Setiap hari Zeni

Tempur Belanda harus membenahi jembatan-jembatan yang rusak akibat

bom-bom milik pejuang. Di Ampel, pasukan gerilya yang terdiri dari

rakyat mulai berani mengepung pos-pos Belanda (Sidik Suwarno,

wawancara 14 Januari 2014).

Pada 3 Agustus 1949, tercapailah gencatan Senjata. Setelah dinilai

aman, Pada bulan November aparat pemerintah RI PMKB Semarang dan

Salatiga diikuti Pemerintah Militer Kecamatan (PMKT) Bringin dan

Tengaran mulai meninggalkan Susukan menuju Sruwen dan Bener

Tengaran. Pada 19 Desember, Yon Suradji sudah berada di Tingkir dan

Page 52: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

76

Ngaglik. Sementara Bupati Semarang Sumardjito dan Kepala Polisi

Sutardjo sudah masuk ke Salatiga untuk membicarakan penyerahan

Salatiga ke tangan Republik. Setelah Konferensi Meja Bundar (KMB)

pada 27 Desember 1949, wilayah RI dipulihkan kembali. Baru tanggal 29

Desember Kota Salatiga resmi masuk Republik Indonesia diikuti

kecamatan-kecamatan di sekitar Salatiga (Chusnul Hajati, dkk., 1997:

150).

1. Peran Ulama

Setelah keluar “Resolusi Jihad” oleh fatwa Rois Akbar NU, K.H.

Hasyim Asy’ari maka semangat membela kemerdekaan menggelora di

penjuru tanah air. Pemuda-pemuda Islam menggabungkan diri dalam

pasukan Hizbullah, sedangkan orang-orang Islam kalangan awam

bergabung dengan pasukan Sabilillah. Untuk mendampingi Hizbullah dan

Sabilllah, ditunjuk para kyai yang tergabung dalam barisan Mujahidin.

Pada tanggal 5 Juni 1946, dibentuklah Hizbullah Divisi Semarang

yang bermarkas di Salatiga. Komandan Divisi Semarang dipegang oleh

Harsono. Divisi Semarang dipecah menjadi tiga resimen. Resimen Demak

dipimpin oleh M. Moehdi, Resimen Purwodadi dipegang oleh Sudarsono,

dan Resimen Semarang dipegang oleh Abdul Rozaq. Tugas dari masing-

masing Komandan Resimen adalah (Tashadi, dkk., 1997: 59):

1. Membentuk batalyon-batalyon di setiap kawedanan.

2. Membentuk kompi-kompi Hizbullah di tiap-tiap kecamatan.

Page 53: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

77

3. Mengadakan mobilisasi pemuda-pemuda Islam di tiap-tiap

kebupaten dan bekerjasama dengan para kyai yang saat itu

tergabung dalam barisan Sabilillah.

4. Mengadakan latihan kemiliteran dan mempersiapkan pasukan

bila ada perintah maju ke front.

5. Menggali dana berupa uang dan bahan makanan di daerahnya.

Peran ulama selama perang mempertahankan kemerdekaan di

Tengaran tidak dapat dipandang sebelah mata. Para ulama memberi

kontribusi penting dalam menyediakan massa selama perang. Mereka

menjadi tokoh panutan masyarakat karena mayoritas masyarakat

Tengaran beragama Islam. Sejak proklamasi kemerdekaan mereka

berpegang teguh pada prinsip anti penjajahan, sehingga Belanda

menganggap bahwa ulama dengan pondok pesantrennya merupakan pusat

perlawanan. Pada kenyataannya memang banyak pondok pesantren

maupun masjid-masjid yang digunakan sebagai markas perjuangan dan

pengkaderan pemuda untuk dijadikan pejuang.

Di Tengaran, para kyai yang mengabdikan dirinya untuk membela

kedaulatan Indonesia disatukan ke dalam pasukan Sabilillah. Pasukan

Sabilillah Tengaran lebih dikenal dengan nama Barisan Kyai Tengaran.

Mereka adalah Kyai Mawardi (pendiri Pasukan Clurut Tengaran), Kyai

Zubair dan Kyai Khumaidi dari Pondok Tingkir Lor, dan Kyai Abu

Ngamar dari Cabean (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 147).

Page 54: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

78

Sebagai imam dan anggota laskar, mereka tidak mendapat gaji dan

juga tidak mendapat jabatan dalam pemerintah sipil maupun militer.

Keikutsertaan mereka mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah

murni karena mereka mencintai bangsa Indonesia. Semangat perjuangan

dilandasi oleh semangat jihad fi Sabilillah, yaitu semangat berjuang di

jalan Allah. Jihad fi Sabilillah tidak lain adalah semangat berjuang

membela kebenaran yaitu membela tanah airnya dari kaum jahat, yaitu

penjajah Belanda (Jarkoni, wawancara 28 September 2013 dan Wito

Turut, wawancara 30 September 2013) .

Kyai Mawardi merupakan pendiri sekaligus komandan pasukan

Hizbullah (Pasukan Clurut). Dia berasal dari Solo dan mempunyai empat

anak buah yang masing-masing dari mereka adalah kyai. Mereka yang

setia kepada Kyai Mawardi adalah Kyai Saghoji, Kyai Bajuri, Kyai Amri,

dan Kyai Dulbari. Kyai Mawardi tergabung dengan Barisan Kyai

Tengaran. Dia mengumpulkan pemuda dengan cara mujahadahan dari

masjid ke masjid. Mujahadahan pertama kali diselenggarakan di masjid

Tengaran. Dalam kesempatan itu, dia berdakwah tentang jihad fi sabilillah

dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dari dakwahnya, ia

memperoleh dua puluh pemuda. Lalu dari dua puluh pemuda itu dibentuk

pasukan bernama Hizbullah. Dikemudian hari nama pasukan Hizbullah

diganti menjadi Pasukan Clurut (Mawardi, wawancara 3 Desember 2013)

dan Jarkoni, wawancara 28 September 2013).

Page 55: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

79

Untuk meningkatkan keterampilan anak asuhnya (anggota laskar

Hizbullah) para kyai membina ideologi, kerohanian, dan jasmani anak

asuhnya. Pembinaan ideologi dilakukan dengan cara menanamkan

nasionalisme dan patriotisme. Mereka juga menekankan agar anak

asuhnya selalu mencintai bangsanya. Penderitaan rakyat yang dibuat oleh

Belanda harus segera diakhiri dengan jihad fi Sabilillah. Rasa senasib

sepenanggungan dijajah Belanda melahirkan ikatan batin yang kuat antara

pasukan Hizbullah dan masyarakat Tengaran, sehingga anak asuh para

kyai berani berkorban demi masyarakat (Jarkoni, wawancara 28

September 2013).

Kyai sebagai pemimpin spiritual juga memberi bekal spiritual

kepada anak asuhnya. Bukan hanya anak asuhnya saja, tetapi juga pejuang

non Hizbullah yang bertempur di Tengaran. Sebelum anak asuhnya

bertempur, para kyai jauh hari telah mengasah kerohanian anak asuhnya

dengan bermacam-macam doa keselamatan. Doa keselamatan bagi mereka

yang paling umum sebelum terjun melaksanakan tugas adalah doa kebal

peluru dan kebal senjata tajam. Mereka diharuskan puasa mutih selama

tujuh hari. Puasa mutih beda dengan puasa dibulan Ramadhan. Puasa

mutih adalah berpuasa atau berpantang makan dan minum apa saja kecuali

makan nasi dan minum air putih. Tata caranya hampir sama dengan puasa

Ramadhan yaitu ada makan sahur dan makan buka puasa. Sahur adalah

makan dipagi hari sebelum waktu sholat subuh sedangkan buka adalah

makan disore hari menjelang detik-detik adzan mahgrib sebagai batasan

Page 56: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

80

puasa hari itu sudah usai. Puasa mutih hanya diperbolehkan memakan

sekepal (segenggam) nasi putih dan segelas air putih. Sehabis waktu sahur

ataupun buka, mereka tidak boleh makan apa-apa lagi hingga tujuh hari

lamanya. Selama tujuh hari itu mereka juga harus menjaga kelakuan dan

napsu duniawi. Sebelum anak asuhnya berangkat mengemban tugas, Kyai

Mawardi selalu menyepuh (memberi doa) pada peralatan yang akan

dibawa anak asuhnya mengemban misi dengan doa-doa keselamatan. Hal

itu bertujuan untuk menguatkan moril mereka selama menjalankan tugas

(Jarkoni, wawancara 28 September 2013 dan Subardi, wawancara 29

September 2013).

Diluar kegiatan bertempur, pembinaan rohani sangat diutamakan

kepada anak asuhnya seperti memupuk keimanan kepada Tuhan Yang

Maha Esa dengan kedisiplinan sholat lima waktu, sholat tahajud dan

hajat, mengaji, puasa senin-kamis, dan memberi pencerahan dari ayat

Alquran maupun Alhadits. Markas Kaliwaru dijadikan sebagai pusat

pembinaan moral dan akhlak pemuda Hizbullah Tengaran. Dengan

semboyan “Hidup Mulya, Mati Sorga” anak asuh Kyai Mawardi tidak

gentar melawan Belanda meskipun hanya bersenjatakan golok dan bambu

runcing (Jarkoni, wawancara 28 September 2013).

Sedangkan di Cabean, Karangduren ada seorang kyai bernama Abu

Ngamar. Dia adalah kunci keberhasilan gerilya pasukan Republik di

daerah Tengaran bagian Utara. Pada waktu itu para kyai mempunyai

wibawa yang tinggi di mata masyarakat dan TNI. Mereka dipercaya oleh

Page 57: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

81

TNI untuk mengumpulkan massa maupun sebagai mata-mata di daerah

Pendudukan. Gerilyawan yang akan menyerang pos Belanda di

Kebonjeruk, mereka harus ijin Kyai Abu Ngamar dahulu. Apabila Kyai

Abu Ngamar tidak mengijinkannya, gerilyawan tidak jadi menyerang.

Kyai Abu Ngamar sangat dekat dengan TNI karena dia adalah mantan

tentara jaman Jepang yang memberontak pada tahun 1945. Pergerakan

Belanda di Kebonjeruk dimonitorinya dan rutin dilaporkan kepada

pemimpin pejuang di Desa Tegalrejo. Kyai Abu Ngamar tahu persis

keadaan Belanda di Kebonjeruk. Oleh karena itu, masalah pengaturan

jadwal serangan TNI ke Kebonjeruk menjadi tanggung jawabnya. Setelah

perjanjian Klero, Belanda mengadakan penangkapan besar-besaran

terhadap penduduk yang membahayakan kedudukan Belanda. Kyai Abu

Ngamar ditangkap dan rencana akan dieksekusi di Kedayon. Tetapi Kyai

Abu Ngamar tidak jadi dieksekusi karena eksekutornya kenal dengan dia.

Pada masa Jepang, eksekutor yang akan mengeksekusi Kyai Abu Ngamar

pernah menjadi anak buahnya. Setelah Belanda menduduki Pulau Jawa,

dia bergabung dengan KNIL. Akhirnya, Kyai Abu Ngamar selamat dari

Kedayon kemudian ditahan di Nusa Kambangan karena dia dianggap

sebagai Republikan yang berbahaya (Jarkoni, wawancara 28 September

2013).

Garis demarkasi memperparah penderitaan penduduk yang tinggal

di daerah Republik. Hal itu dimanfaatkan Belanda untuk merekrut mata-

mata dari orang-orang Republik. Belanda menjanjikan bagi mereka yang

Page 58: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

82

dapat menangkap seorang TNI ataupun orang Republik yang berbahaya

bagi Belanda akan mendapat hadiah uang. Karena desakan kebutuhan

perut, banyak orang yang dahulunya Republik tergiur dengan tawaran

Belanda tersebut. Orang Republik yang bergabung dengan IVG adalah

Kyai Ngusman. Pada tahun 1947, Kyai Ngusman adalah pejuang Republik

yang militan memerangi Belanda. Kyai Ngusman masuk Barisan Kyai

Tengaran dan membawahi Pasukan Clurut. Namun pada tahun 1948, dia

terbujuk dengan rayuan Belanda karena mereka menjamin kehidupan yang

layak bagi anggota IVG. Keikutsertaan Kyai Ngusman ke dalam IVG bisa

jadi karena kedekatan dia dengan agen IVG yang tidak lain adalah

pamannya sendiri. Pamannya adalah seorang Lurah Karangduren. Lurah

Karangduren ini terkenal sangat loyal kepada pemerintah Belanda

(Jarkoni, wawancara 28 September 2013).

Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda mendobrak pertahanan

RI di Tengaran. Saat pertahanan TNI di selatan Kali Tanggi dapat

ditembus, para pejuang mundur ke arah Selatan (menuju Ampel), ke arah

Barat (menuju lereng Gunung Merbabu) dan ke arah Timur (menuju ke

Jembangan). Pasukan Clurut yang terdesak oleh Pasukan Belanda

melarikan diri ke Masjid Kaliwaru. Di sana Kyai Mawardi sudah

menunggu kedatangan Belanda dengan samurainya. Pasukan Belanda

mengejar Pasukan Clurut sampai ke depan Masjid. Sebelum Belanda

mengepung Masjid Kaliwaru, sebenarnya Kyai Mawardi bersama ke

empat kyai yang berada di dalam Masjid Kaliwaru dapat meloloskan diri

Page 59: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

83

ke arah Timur menuju Durensawit, tetapi enggan mereka lakukan karena

mereka ingin membakar semangat juang anak asuhnya yang sempat turun

morilnya saat mereka mundur ke Masjid Kaliwaru. Masjid Kaliwaru

akhirnya dikepung oleh ratusan serdadu Belanda yang bersenjata lengkap.

Untuk mengangkat moril anak asuhnya, dengan semangat jihad fi

Sabilillah, Kyai Mawardi dengan gagah berani melawan kepungan

Belanda dengan samurai peninggalan jaman Jepang. Meskipun

diberondong peluru dia tidak mati. Bahkan, dari pihak Belanda banyak

jatuh korban karena sabetan samurai Kyai Mawardi tersebut. Tentara

Belanda yang umumnya masih berusia remaja secara psikologis morilnya

sudah turun. Hal itu disebabkan karena teman-teman mereka banyak yang

tewas di tangan TNI maupun laskar non TNI. Mereka yang terluka

maupun yang tewas langsung diangkut ke atas truk untuk dilarikan ke

Salatiga (Jarkoni, wawancara 28 September 2013, Kusdi, wawancara 29

September 2013), dan Wito Turut, wawancara 30 September 2013).

Ketika samurainya direbut seorang Pasukan Belanda, samurai tadi

dihunuskan ke tubuh Kyai Mawardi. Akhirnya, Kyai Mawardi gugur tepat

di depan pintu rumah haji Bakri. Dalam peristiwa tersebut gugur pula

empat anggota dari Barisan Kyai Tengaran yang tidak mau menyerah.

Mereka yang gugur adalah Kyai Saghoji, Kyai Bajuri, Kyai Amri, dan

Kyai Dulbari (Jarkoni, wawancara 28 September 2013 dan Wito Turut,

wawancara 30 September 2013).

Page 60: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

84

2. Peran Pasukan Clurut

Ketika Pasukan Belanda menduduki Kota Salatiga, masyarakat dari

daerah Tengaran tidak tinggal diam. Ulama sekaligus Pasukan Sabilillah

yang dahulunya ikut berjuang dalam perang Kemerdekaan melawan

tentara Jepang bernama Kyai Mawardi, mengumpulkan pemuda dari

daerah Tengaran untuk direkrut menjadi pasukan gerilya. Pemuda-pemuda

dari daerah Tengaran dikumpulkan dengan media pengajian yang digelar

di Masjid Tengaran. Dalam pengajian itu, Kyai Mawardi berdakwah

tentang cinta tanah air dan jihad fi sabilillah. Para pemuda sangat antusias

mendengarkan ceramah dari Kyai Mawardi. Pada hari itu juga, 20 pemuda

yang hadir di Masjd Tengaran tertarik dengan ajakan Kyai Maward dan

membentuk sebuah Barisan Pejuang bernama Pasukan Hizbullah.

Pada awal didirikannya, pasukan Hizbullah beranggotakan 20

pemuda. Dullah Sadjadi ditunjuk sebagai ketuanya. Latihan perang

pertama kali digelar di depan rumah Ahmad Tirkon di Dusun Kaliwaru

yang pada waktu itu sudah ditinggal penghuninya. Ketika Dullah Sadjadi

sedang mengajati teori membidik dengan senapan laras panjang, Trimo

tidak sengaja menarik pelatuk senapan yang dibawanya. Senapan yang

sudah terisi peluru tadi meletus mengenai telinga Jumari. Setelah kejadian

itu, latihan perang dialihkan ke Masjid Kaliwaru. Di sana Pasukan Celurut

dilatih oleh Kyai Mawardi untuk menggunakan senjata api dengan benar

dan cara melempar granat. Sebagai komandan utama Pasukan Hizbullah,

Kyai Mawardi mengangkat dirinya sebagai Kapten. Setelah diajari teori

Page 61: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

85

menembak dan melempar granat dengan benar, Pada hari itu juga Dullah

Sadjadi melatih fisik dan kemampuan bertempur Pasukan Hizbullah

dengan sebuah permainan mencari target sasaran berupa bendera putih.

Pada saat itu Dullah Sadjadi memasang bendera putih di makam Dusun

Ngentak, Klero (dekat komplek situs Candi Klero). Bendera itu dikibarkan

pada sebatang bambu yang tingginya sepuluh meter. Setelah dipasang di

atas makam, lalu Dullah Sadjadi kembali ke Markas Kaliwaru. Dia

memerintahkan anggotanya untuk mencari bendera yang dimaksud. Untuk

mencapai target yang dituju, anggota Pasukan Hizbullah harus berjalan

melewati anak Sungai Serang yaitu Kali Tanggi. Mereka merangkak naik

pada tebing Kali Tanggi yang tingginya sekitar 30 meter menuju makam.

Setelah target sasaran ditemukan, mereka membawa bendera putih yang

dipasang di atas makam tadi kembali ke markas Kaliwaru (Subardi,

wawancara 29 September 2013, Mawardi, wawancara 3 Desember 2013

dan Wito Turut, wawancara 30 September 2013).

Selang beberapa hari pasca latihan perang-perangan di Kaliwaru,

nama Pasukan Hizbullah kemudian diganti menjadi Pasukan Clurut.

Pasukan Clurut dibawah pimpinan Dullah Sadjadi mengadakan

penyerbuan pertamanya ke markas Belanda di Kebonjeruk (sekarang

menjadi kantor pengembangan tanaman holtikultura di Utara pasar

Kembangsari Baru). Dahulunya markas tersebut digunakan sebagai kantor

perusahaan perkebunan jeruk milik orang Belanda. Sebelum digerakkan

menuju front, Pasukan Clurut dirajah oleh Kapten Kyai Mawardi dengan

Page 62: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

86

doa-doa agar tubuh mereka tidak tembus peluru. Sebagai media doa-doa

tersebut, Kyai Mawardi meggunakan telur ayam yang sudah matang.

Setelah telur dimakan, Pasukan Clurut berdoa bersama untuk kesalamatan

anggota dan suksesnya misi mereka. Penyerangan dilakukan pada malam

hari. Pasukan dipecah menjadi dua regu, satu regu terdiri dari 10 orang.

Pemimpin regu barat dipimpin oleh Riri, sedangkan regu timur dipimpin

langsung oleh Dullah Sadjadi. Mereka harus merangkak sejauh 200 meter

dari Selatan sungai kecil (sekarang di Selatan pasar Kembangsari) untuk

mendekati markas Belanda. Belanda mencium keberadaan regu timur, lalu

Belanda menyalakan lampu sorot ke atas langit. Suasana di sekitar Markas

Kebonjeruk menjadi terang dan akhirnya posisi regu timur diketahui oleh

Belanda. Saat itu juga, Belanda langsung menembakkan mortir ke regu

timur. Mortir berjatuhan di kanan kiri tempat persembunyian regu timur.

Beruntung mortir tersebut tidak ada yang meledak. Ketika regu barat

sudah mendekati markas Belanda, mereka mendapat komando dari Dullah

Sadjadi untuk menyerang. Dullah Sadjadi meneriakkan “Allah Akbar”

sembari lari mendekati markas Belanda. Regu barat yang pertama kali

memasuki markas Kebonjeruk melihat markas tersebut sudah kosong.

Ternyata sekitar dua jam penyergapan itu, telah dimanfaatkan oleh tentara

Belanda yang berjaga di sana untuk melarikan diri ke arah Utara

(Salatiga). Dalam penyergapan itu, Pasukan Clurut tidak mendapatkan

senjata rampasan. Sebelum waktu subuh, Pasukan Clurut sudah kembali

Page 63: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

87

ke Markas Kaliwaru (Subardi, wawancara 29 September 2013, dan Wito

Turut, wawancara 30 September 2013).

Serangan yang dilancarkan oleh Pasukan Clurut di Markas Belanda

Kebonjeruk pada tahun 1947 memotivasi pemuda-pemuda di sekitar

Tengaran untuk bergabung dengan Pasukan Clurut. Pasukan Clurut yang

mulanya hanya terdiri dari 20 pemuda, meningkat jumlahnya hingga 50

pemuda. Karena terlalu banyak, mereka tidak ditempatkan dibarisan depan

(bertempur) saja, melainkan ada yang menjadi tukang kayu untuk masalah

dapur, tobang (pembawa logistik untuk keperluan TNI), spionase (mata-

mata), dan kurir surat. Meskipun begitu mereka yang ditempatkan sebagai

bantuan non tempur TNI, ketika mereka dipanggil untuk bertempur,

mereka selalu siap (Mujiyem, wawancara 12 Januari 2014).

Beberapa hari kemudian, pasca penyerangan terhadap markas

Belanda di Kebonjeruk, Dullah Sadjadi menawarkan misi kepada

anggotanya untuk memata-matai pergerakan dan kekuatan Pasukan

Belanda yang berada di Tangsi Bambu, Salatiga. Jumari mengajukan

dirinya untuk melaksanakan tugas itu. Dari Markas Kaliwaru, Jumari

berjalan menuju Salatiga dengan menyamar sebagai pencari kayu. Saat

menyamar, dia memakai baju jelek yang yang terbuat dari serat jerami,

sedangkan celannya adalah celana pendek yang terbuat dari karung goni

dengan ikat pinggang yang terbuat dari serabut pohon pisang. Sekitar

pukul 07.00 Jumari berangkat dari Kaliwaru dengan goloknya yang sudah

diberi mantra. Sesampainya di Klero, dia melanjutkan perjalanannya

Page 64: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

88

menuju Karangduren melalui Dusun Banjari ke arah Utara. Dari

Karangduren, dia terus berjalan ke Utara menuju Bener Etan. Sesampainya

di Bener Etan Jumari bergerak ke arah Barat menyeberangi jalan

Semarang-Solo menuju ke Cebongan. Dari Cebongan, Jumari bergerak ke

Pendem. Di daeah Pendem, Jumari menyaksikan banyak rumah telah

kosong ditinggal mengungsi pemiliknya ke luar daerah Salatiga. Jumari

sampai di Tangsi Bambu sekitar pukul 15.00. Di sekitar Tangsi Bambu

banyak terdapat pohon kenari. Jumari langsung memanjat pohon kenari

yang berada tepat di depan Tangsi Bambu untuk mengintai kekuatan

musuh yang berada di dalamnya. Saat mengintai, Jumari melihat ada

empat serdadu Belanda berseragam hijau berjaga di depan barak dengan

senjata laras panjang. Setelah menebas beberapa dahan kayu lalu Jumari

turun. Saat kakinya menginjak tanah, dia dikejutkan oleh seorang Belanda

yang ternyata dari tadi sudah berada di bawahnya. Dia ditangkap oleh

orang itu. Jumari ketakutan dan khawatir mengira dia akan dibunuh.

Ternyata dia tidak dibunuh oleh tentara Belanda yang menangkapnya tadi.

Setelah itu Jumari diberi roti dan akhirnya dibebaskan. Jumari langsung

pulang sambil memikul kayunya. Di sekitar Isep-Isep, kayu yang dipikul

dari Tangsi Bambu tadi dia buang. Jumari tiba di markas Kaliwaru sekitar

pukul 01.00 malam (Peta lihat Gambar 4). Di Kaliwaru dia disambut

Dullah Sadjadi. Setelah melapor, Jumari disuruh tidur oleh Dullah Sadjadi

(Jumari, wawancara 3 Desember 2013).

Page 65: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

89

Setelah disetujui hasil perundingan Klero mengenai garis

demarkasi di Kecamatan Tengaran, maka Kecamatan Tengaran dibagi

menjadi dua. Pasukan Clurut yang berasal dari rakyat tidak terikat dengan

perjanjian tersebut. Mereka menyamar sebagai rakyat dan melakukan

sabotase-sabotase di daerah pendudukan. Meskipun melakukan sabotase,

mereka tidak menyakiti warga yang tinggal di daerah itu karena warga

yang tinggal di daerah pendudukan kebanyakan masih saudara. Hal ini

yang membedakan antara Pasukan Clurut dengan Pasukan Batu ketika

mengemban misi. Pasukan Batu lebih agresif, karena kebanyakan dari

mereka adalah bekas garong (Jarkoni, wawancara 28 September 2013).

Kegiatan Pasukan Clurut setelah Renville semakin membahayakan

kedudukan Pasukan Belanda di Kebon Jeruk. Hampir setiap hari, pukul

21.00 Pasukan Clurut yang berkumpul di Tegalrejo mendapat perintah dari

Dullah Sadjadi untuk meneror maupun mencuri senjata Pasukan Belanda

di sana. Tidak semua anggota Pasukan Clurut berangkat ke Kebonjeruk,

hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki keahlian melakukan

sabotase. Dengan berbekal ilmu sirep (ilmu sihir) mereka dapat

melumpuhkan penjaga di markas Kebonjeruk. Petugas jaga di markas

Kebonjeruk dibuat tidur sehingga para Clurut bisa mengambil senjata

mereka. Mereka baru kembali ke Tegalrejo setelah pukul 01.00. Bila

beruntung mereka dapat membawa granat dan senapan (Mujiyem,

wawancara 12 Januari 2014).

Page 66: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

90

Menjelang doorstoot, Jarkoni mendapat tugas dari Kyai Mawardi

untuk menanam ranjau darat di pertigaan jalan Klero yang mengarah ke

jalan Senjoyo. Saat itu, truk yang membawa serdadu Belanda rencananya

akan menuju Senjoyo. Truk tersebut sebenarnya menginjak ranjau yang

ditanam oleh Jarkoni. Tetapi ranjau tersebut tidak meledak karena truk tadi

hanya menginjak sisi badan ranjau bukan pemicu ledakannya yang terletak

di atas badan ranjau. Beberapa hari setelah menanam ranjau, Jarkoni

mendapat tugas baru untuk mengawal pasukan TNI menyerbu markas

Belanda di Kebonjeruk. Jarkoni berada di depan rombongan untuk

membersihkan jalan yang akan dilalui pasukan TNI dari mata-mata

Belanda. Jarkoni juga harus memastikan jalan yang akan dilalui pasukan

TNI di desa-desa sekitar Kecamatan Tengaran bersih dari ranjau darat.

Misi paling sulit dalam pengawalan tersebut adalah mencari waktu yang

aman untuk menyeberangkan pasukan TNI dari satu dusun ke dusun lain,

dari Klero sampai pertigaan Dusun Cabean yang akan mengarah ke

Kebonjeruk. Di desa-desa yang dilalui oleh Pasukan TNI, Belanda telah

menyebar mata-mata yang berasal dari masyarakat sekitar. Belanda

banyak menyebar mata-mata di Daerah Cabean. Meskipun begitu, tidak

semua masyarakat Cabean memihak Belanda, tetapi ada juga yang

memihak RI. Sebenarnya, jauh hari sebelum Kecamatan Tengaran dibagi

menjadi dua, TNI sudah menanam mata-mata bernama Kyai Abu Ngamar

di dusun itu. Tidak mau kalah dengan TNI, Belanda juga menyebar agen

mata-mata, salah satunya adalah Lurah Karangduren. Selain lurah

Page 67: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

91

Karangduren, Ridwan anggota Pasukan Clurut yang berasal dari

Karangduren juga direkrut menjadi mata-mata Belanda (Jarkoni,

wawancara 28 September 2013).

Dua hari sebelum tentara Belanda merangsek ke Kota Solo, 19

Desember pukul 01.00, truk-truk Belanda yang membawa pasukan dari

Salatiga sudah ditempatkan di Kebonjeruk. Pukul 04.00, Belanda

memuntahkan peluru kanonnya dari Kebonjeruk ke arah Ampel dan

Tengaran. Di Tengaran, warga banyak yang menjadi korban dari pecahan

peluru kanon Belanda. Salah satu korban serangan kanon Belanda di

Tengaran bernama Isah. Sedangkan di Tegalrejo, Sati dan anaknya

bernama Ngatini terkena pecahan peluru kanon yang jatuh di depan

rumahnya. Beruntung keduannya selamat tidak sampai meninggal dunia

(Mujiyem, wawancara 12 Januari 2014 dan Kusdi, wawancara 29

September 2013).

Malam hari sebelum Belanda melakukan doorstoot ke Tengaran,

anggota Pasukan Clurut berkumpul di Masjid Kaliwaru untuk

mujahadahan bersama. Mujahadahan selesai pada pukul 00.00. Karena

Masjid Kaliwaru tidak bisa menampung semua anggota Pasukan Clurut

untuk bermalam di sana, maka sebagian besar Pasukan Clurut tidur di

rumah Dullah Sadjadi. Pagi harinya Belanda sudah mendekat ke garis SQ

Kali Tanggi setelah Belanda menyerang pertahanan Republik di Selatan

Kali Tanggi dengan meriam atau kanon (Jarkoni, wawancara 28

September 2013). Pertahanan di Kali Tanggi tidak mudah ditembus oleh

Page 68: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

92

Belanda karena di daerah tersebut ribuan TNI dan Laskar non TNI

membangun kekuatan dua lini. Oleh karena itu Belanda menggunakan

strategi menjapit dari dua sisi petahanan PP4A. Belanda menyerang dari

tiga arah. Sayap Barat kusus menyerang daerah Ngaglik. Sayap Timur

menyerang Gading, dan kekuatan utama di Tengah (Klero) bertugas

mendoorstoot pertahanan Tengaran. Pertahanan Gading (Karangwuni)

yang pertama kali disapu oleh Belanda. Setelah Karangwuni dilumpuhkan,

Belanda merangsek ke Kebon Batur Sruwen. Karena prediksi awal

Belanda masuk lewat Sektor I, jembatan Kali Tempuran sudah terlebih

dahulu dihancurkan oleh TNI untuk menghalau gerak laju Belanda dari

Salatiga menuju Ampel. Pohon Randu Alas yang besarnya tiga kali

pelukan orang dewasa juga dirobohkan melintang ke arah Barat menutupi

jalan Solo-Semarang. Ternyata hal itu tidak dapat membendung sergapan

Belanda yang berasal dari arah Timur. Sesampainya di Kebon Batur,

Belanda bergerak ke Barat dan mengadakan penghadangan di Dusun

Kalisoko (Peta lihat Gambar 3). Melihat pertempuran yang tidak seimbang

di Tengaran, Slamet Riyadi memerintahkan untuk penghancuran jembatan

Ampel dan menginstruksikan kepada pasukan TNI yang bertahan di

Tengaran untuk mundur ke Selatan maupun ke Barat (lereng Gunung

Merbabu). Setelah Tengaran dilepaskan, pasukan TNI banyak yang

mundur ke Selatan (Ampel). Mereka yang lari ke Selatan dihadang

Belanda di Kalisoko. Mereka lalu dilucuti dan ditawan di Barat Kaliwaru

untuk diinterogasi. Bagi mereka yang terbukti sebagai pejuang langsung

Page 69: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

93

digiring ke Kebonjeruk. Dari Kebonjeruk mereka digiring ke penjara

Salatiga. Dari penjara Salatiga mereka disaring berdasarkan kejahatan

mereka. Mereka yang terkena hukuman berat akan dieksekusi di Kedayon

(Kusdi, wawancara 29 September 2013).

Saat Belanda mengepung markas Clurut di Kaliwaru, banyak

Pasukan Clurut yang berlari ke arah Barat. Salah satunya adalah Subardi

yang lolos dari penyergapan Belanda. Dari Kaliwaru dia berlari ke

Sampetan. Di sana dia bergabung dengan Pasukan Clurut yang selamat

dari sergapan Belanda di Desa Tegalrejo. Berbeda dengan nasib Jarkoni,

saat Belanda menyerang Markas Clurut, Jarkoni tertangkap oleh Belanda.

Dia sempat akan dibunuh, kemudian Lurah Tengaran mencegahnya dan

mengakui bahwa dia adalah warganya sehingga dia tidak jadi ditembak di

tempat. Jarkoni mendekam di penjara Salatiga selama tiga bulan. Selama

dipenjara, dia mendapat pelayanan yang cukup baik dari Belanda karena

saat diinterogasi dia mengaku sebagai tobang (Jarkoni, wawancara 28

September 2013).

Belanda tidak hanya mengepung Kaliwaru saja, Desa Tegalrejo

juga tidak luput dari kepungan Belanda. Dengan senjata lengkap, Pasukan

Belanda menggeledah satu persatu rumah warga yang dijadikan sebagai

markas TNI maupun Laskar Gerilya. Masyarakat yang ketakutan

mengungsi ke daerah Kaligentong. Di Tegalrejo, Belanda mencari buronan

utamanya yaitu Dullah Sadjadi. Ketua Pasukan Clurut itu sangat dibenci

oleh Belanda karena berhasil mengerahkan massanya untuk mengganggu

Page 70: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

94

ketentraman Belanda di daerah Pendudukan. Belanda menggeledah rumah

Dullah Sadjadi tetapi tidak ketemu. Saat Belanda masuk ke rumah Dullah

Sadjadi, dia langsung bersembunyi naik di atas pogo (tempat

mengeringkan kayu yang dipasang di atas tungku). Dullah Sadjadi tidak

sempat mengambil senjata dan granatnya sembunyi. Malam hari dirasa

keadaan sudah aman, Dulah Sadjadi pergi ke Kaligentong mencari sisa

pasukannya yang selamat (Mujiyem, wawancara 12 Januari 2014). Di hari

itu juga, Mujiyem istri Dullah Sadjadi bersembunyi di jurang Kali

Tempuran. Setelah keadaan mulai kondusif, Mujiyem keluar dari

persembunyiannya dan bergerak menuju Kaligentong mencari tempat

aman. Setelah beberapa hari mengungsi ke Kaligentong, Mujiyen pindah

ke Kembang (Mujiyem, wawancara 12 Januari 2014).

Saat Belanda mendoorstoot Tengaran, Belanda mengusahakan

sepanjang radius 1 Km dari jalan Solo-Semarang harus bersih dari

gangguan gerilyawan (Suratman Murbowijoyo, wawancara 22 September

2013). Oleh karena itu, Belanda melakukan penangkapan warga di daerah

Tegalrejo. Saat melakukan penangkapan sering kali mereka asal tangkap.

Warga Tegalrejo yang sedang berladang benama Juri dan Marto tiba-tiba

ditangkap. Padahal mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi

(doorstoot ke Tengaran). Siang hari mereka ditangkap dan dibawa ke

Kaliwaru untuk dimintai keterangan. Pada malam harinya Juri berhasil

meloloskan diri dari kamp tawanan sementara Belanda di Tengaran. Juri

berhasil lari ke arah Selatan. Pasukan Belanda yang berusaha menangkap

Page 71: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

95

Juri memberondong tempat persembunyian Juri di Jurang Ngesrep tetapi

dia selamat. Kemudian dia pergi ke Tegalrejo, dari Tegalrejo Juri langsung

ke Ngaglik (markas pertahanan terdepan dan terakhir TNI di Sektor PP4A

saat Belanda mendoorstoot Tengaran). Karena Juri kabur dari kamp

tawanan di Kaliwaru, Marto teman Juri dituduh oleh penyidik Belanda

akan ikut kabur. Karena tuduhan itu, Marto tidak dilepaskan seperti

masyarakat lainnya. Malahan dia dijadikan tawanan Belanda di

Kebonjeruk yang setiap harinya harus mengangkut ransel-ransel Belanda

dari gudang ke truk maupun sebaliknya (Mujiyem, wawancara 12 Januari

2014).

Pasukan Clurut yang berhasil lolos dari sergapan Pasukan Belanda

di Desa Tegalrejo dan di Desa Tengaran kemudian lari ke arah Barat yaitu

ke lereng Gunung Merbabu. Mereka terpecah menjadi kelompok-

kelompok kecil. Subardi dan kelompoknya sesampainya di Desa Sampetan

kemudian melakukan konsolidasi kekuatan di sana. Sehari kemudian,

Subardi memimpin teman-temannya bergerak ke arah Utara yaitu ke

Dusun Ngaglik. Di Ngaglik, Dullah Sadjadi sudah menunggu mereka.

Belanda dari Setugur dan Kebonjeruk berusaha mengepung Pasukan

Clurut dan TNI yang lari ke lereng Merbabu. Setelah seminggu di

Ngaglik, Dullah Sadjadi memerintahkan anak buahnya bergerak ke

Getasan. Dari Getasan, mereka berjalan menyusuri lereng Telomoyo

menuju ke Pager Endog, Banyubiru. Dari Pager Endog, mereka

melanjutkan perjalanannya ke daerah Tegalrejo, Magelang. Selang

Page 72: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

96

beberapa hari, Pasukan Clurut kembali ke Sampetan lewat jalur Kopeng.

Menjelang waktu subuh, Pasukan Clurut sudah berada di Kopeng. Mereka

disergap Pasukan Belanda dengan diberondong peluru. Tidak ada satupun

anggota Pasukan Clurut yang menjadi korban. Setelah itu, mereka

menyusuri lereng Merbabu dan pada malam harinya sampailah di

Sampetan, Ampel (Jumari, wawancara 3 Desember 2013).

Selama berada di lereng Gunung Merbabu, Pasukan Clurut selalu

waspada terhadap pergerakan Belanda di daerah Sampetan, Ampel.

Meskipun pimpinan utama (Kyai Mawardi) sudah gugur, semangat

perjuangan melawan penjajahan tidak terhenti. 1 Maret 1949 terjadi

serangan umum terhadap pos-pos Belanda di Tengaran. Serangan secara

besar-besaran terjadi pada malam hari. Penduduk desa memukul

kentongan sehingga suasana menjadi hiruk pikuk. Pertempuran kecil

terjadi di Desa Mongkrong, Tanjung, dan Tengaran (Chusnul Hajati, dkk.,

1997: 146). Sisa Pasukan Clurut yang sempat melakukan konsolidasi

kekuatan dibawah pimpinan Subardi melakukan stelling di Mongkrong. Di

sana terjadi tembak menembak antara pasukan RI yang didalamnya ada

Pasukan Clurut melawan Pasukan Belanda (Subardi, wawancara 29

September 2013 ).

Pertengahan Maret 1949, Pasukan Clurut baru berani keluar dari

lereng Gunung Merbabu. Di daerah pendudukan, Pasukan TNI membuat

kantong-kantong gerilya setelah berwingate dari Solo dan Yogyakarta.

Dullah Sadjadi memerintahkan Jumari dan Trimo untuk memasang ranjau

Page 73: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

97

darat (mine) di lajur timur jalan raya yang menghubungan antara Kota

Semarang dan Solo, tepatnya di pertigaan Klero. Ranjau yang ditarik

dengan kawat penghubung tersebut dikubur di dalam tanah. Penarik kawat

mine tersebut bersembunyi di dalam sebuah lubang yang jaraknya 50

meter di sebelah barat jalan raya. Lima belas hari kemudian, datanglah

konvoi Belanda yang akan menuju Solo. Saat mereka melintas, mine tadi

ditarik oleh Tentara Pelajar yang pada hari itu bertugas menarik kawat

mine. Banyak jatuh korban jiwa dipihak Belanda. Mayat-mayat serdadu

Belanda tadi diangkut dengan truk menuju ke Salatiga. Didikan khas

militer Jepang dan semangat jihad fi Sabilillah, membuat anggota Pasukan

Clurut tidak takut mati. Memang kenyataannya hingga akhir tahun 1949,

tidak ada satupun Anggota Clurut yang mati ditangan Belanda (Jumari,

wawancara 3 Desember 2013).

3. Peran Pasukan Batu

Selama TNI mengobarkan Perang Semesta, Slamet Riyadi yang

pada tahun 1948 menjabat sebagai komandan Comando Operasi

Pertempuran di Sektor II dibuat geram oleh ulah para garong yang

meresahkan masyarakat. Garong-garong tersebut diantaranya adalah

Sastro Sadjat, Joyo Suwondo, dan Mulkayat. Setelah garong-garong

tersebut ditangkap, rencananya Slamet Riyadi akan membunuh mereka

karena kesalahannya sudah fatal. Tetapi Slamet Riyadi memberi

dispensasi atas kesalahan garong-garong itu. Garong-garong tersebut tidak

jadi dibunuh asalkan mereka bisa membawakan 40 pucuk senjata api hasil

Page 74: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

98

rampasan dari Pasukan Belanda. Setelah beberapa hari pasca perintah itu,

garong-garong yang diperintah Slamet Riyadi berhasil membawa 40 pucuk

senjata api yang mereka curi dari Tangsi Besar Salatiga (Sekarang menjadi

Yonif 411). Lalu 40 senjata api tersebut diserahkan kepada Slamet Riyadi.

Slamet Riyadi hanya mengambil setengahnya, dan setengahnya diberikan

kepada garong-garong tadi. Karena mereka berhasil menjalankan misi

pertamanya, Slamet Riyadi membentuk sebuah pasukan bernama Barisan

Tahan Udji (Pasukan Batu). Wilayah penjagaan Pasukan Batu berada di

SQ Gudean, Klero. Tugas Pasukan Batu salah satunya adalah mengawasi

pergerakan musuh (Belanda) yang menerobos ke daerah Republik. Selain

itu, Pasukan Batu juga bertugas menangkap mata-mata Belanda (Kusdi,

wawancara 29 September 2013).

Pasukan Batu bisa dikatakan sebagai Pasukan non TNI yang

memiliki persenjataan lengkap di daerah Tengaran. Saat mereka

melakukan aksinya, terkadang mereka asal tangkap. Seperti halnya

penangkapan Tarlan. Tarlan dicurigai sebagai mata-mata Belanda.

Awalnya dia akan mengunjungi mertuanya di pengungsian Keligentong.

Sesampainya di Tegalrejo, dia ditangkap oleh anak buah Joyo Suwondo.

Dia diikat dan diseret ke Tegalwaton, Ampel dan akhirnya dibunuh di sana

(Mujiyem, wawancara 12 Januari 2014).

Setelah Slamet Riyadi pindah tugas ke Wonogiri, Komandan COP

Sektor II diganti oleh Lettu Sumitro. Lettu Sumitro bermarkas di

Mongkrong. Pasukan Batu yang dahulunya tunduk kepada Slamet Riyadi

Page 75: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4885/5/T1_152010009_BAB IV.pdf · Sebelah Barat Kecamatan Ampel dan Kecamatan Getasan

99

mulai membangkang. Mereka tidak lagi menuruti perintah komandan TNI

tetapi malah sebaliknya. Penyakit lama mereka kabuh yaitu menjarah

barang-barang milik penduduk. Pasukan Batu adalah cikal-bakal gerakan

Merapi Merbabu Complex (MMC) yang basisnya ada di daerah lereng

Gunung Merbabu dan Merapi (Kusdi, wawancara 29 September 2013).