bab iv hasil dan pembahasan a. gambaran umum pt. …eprints.poltekkesjogja.ac.id/2956/6/6 chapter...

66
58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PT. Paradise Island Funiture 1. Gambaran Umum Lokasi Perseroan Terbatas Paradise Island Furniture(PT. Paradise Island Furniture) adalah perusahaan swasta investasi asing Jerman yang ada di Indonesia PT. Paradise Island Furniture ini adalah produsen eksportir furniturekayu jati. Untuk bahan baku biasanya industri mengambil dari daerah yang tidak jauh dari lokasi produksi yaitu seperti di kota Kulon Progo dan Klaten, dan yang paling jauh diambil dari daerah Sulawesi. Industrifurniture atau mebel ini sudah berdiri sejak tahun 2001 hingga saat ini produksi mebel tersebut terus meningkat kaena mereka mengekspor ke beberapa negara yaitu Amerika, Belanda, dan Cina. Hasil produksi yang sering di eksport yaitu berupa meja dan kayu berbagai model sesuai kebutuhan di indoor ataupun outdoor. 2. Proses Produksi Furniture Gambar 4.1 Diagram alir proses produksi furniture Berikutini adalah uraian tentang proses produksi furniture di PT. Pradise Island Furniture:

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 58

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum PT. Paradise Island Funiture

    1. Gambaran Umum Lokasi

    Perseroan Terbatas Paradise Island Furniture(PT. Paradise Island

    Furniture) adalah perusahaan swasta investasi asing Jerman yang ada di

    Indonesia PT. Paradise Island Furniture ini adalah produsen eksportir

    furniturekayu jati. Untuk bahan baku biasanya industri mengambil dari

    daerah yang tidak jauh dari lokasi produksi yaitu seperti di kota Kulon

    Progo dan Klaten, dan yang paling jauh diambil dari daerah Sulawesi.

    Industrifurniture atau mebel ini sudah berdiri sejak tahun 2001 hingga

    saat ini produksi mebel tersebut terus meningkat kaena mereka

    mengekspor ke beberapa negara yaitu Amerika, Belanda, dan Cina. Hasil

    produksi yang sering di eksport yaitu berupa meja dan kayu berbagai

    model sesuai kebutuhan di indoor ataupun outdoor.

    2. Proses Produksi Furniture

    Gambar 4.1 Diagram alir proses produksi furniture

    Berikutini adalah uraian tentang proses produksi furniture di PT.

    Pradise Island Furniture:

  • 59

    a. Oven Tungku

    Pada proses ini oven yang berbentuk persegi dan berbahan bakar

    dari potongan-potongan kayu yang sudah tidak digunakan untuk

    produksi berfungsi untuk mengeringkan kayu yang akan digunakan

    untuk proses produksi membuat furniture. Proses pembakaran

    dilakukan dengan cara membakar kayu sisa yang sudah tidak digunakan

    untuk pembuatan furniture lalu kayu-kayu tersebut diletakkan di tungku

    dan pembakaran dibantu dengan dinamo oven yang berfungsi untuk

    menggerakkan fan belt atau baling baling kipas untuk mempertahankan

    api agar tetap menyala dalam proses pengeringan kayu di oven tungku

    tersebut.

    Durasi untuk proses pengovenan kayu tergantung tingkat ukuran

    kayu yang tersedia, lama durasi pengovenan sekitar 20-40 hari.

    b. Gudang

    Gudang pada umumnya adalah ruangan yang digunakan untuk

    menyimpan berbagai macam barang, pada industri mebel di PT.

    Paradise Island Furnituregudang berfungsi untuk menyimpan kayu

    yang sudah di oven dan sudah siap digunakan untuk proses produksi

    dalam membuat berbagai macam furniture. Sistem dalam pengolahan

    kayu yang sudah di oven di angkut dengan grobak lalu diletakkan di

    gudang, penyimpanan kayu di gudang tersebut dengan cara ditumpuk

    sesuai ukuran kayu, hal tersebut guna untuk mempermudah dalam

    pekerja dalam meletakannya dan juga agar tertata rapih secara estetika.

  • 60

    Kemudian bagian gudang terutama operator yang berada di gudang

    menyiapkan kayu sesuai ukuran yang diperlukan di mesin 1 untuk dapat

    diproses, dalam sehari kebutuhan kayu yang digunakan untuk

    pembuatan furniture dapat mencapai 1-100 papan/hari.

    c. Mesin 1

    Tahap di mesin 1 ini adalah tahap awal atau dapat disebut dengan

    tahap dasar untuk proses produksi pembuatan furniture di PT. Paradise

    Island Furniturekarena di tahap ini lembaran kayu dipotong menjadi

    bagian-bagian yang berukuran sesuai kebutuhan dalam pembuatan

    furniture seperti kursi, meja, dan lain-lain. Pada mesin 1 terdapat mesin-

    mesin untuk membuat dasar furniture yaitu:

    1) Panel saw

    Pada umumnya panel saw juga dapat disebut dengan table saw

    karena berbentuk meja dimana bagian tengah terdapat priringan

    pisau bergerigi, dalam proses produksi pembuatan furniture

    berfungsi untuk memotong kayu, mengatur ketebalan pemotongan

    kayu, mengatur pisau untuk kemiringan potongan dan juga

    panjang/lebar kayu.

    2) Cross Cut

    Mesin cross cut ini memiliki posisi daun gergaji menonjol

    keluar dari permukaan meja dan daun gergaji diputar dengan motor

    penggerak. Dengan bantuan adanya pembatas atau juga dapat

    dijadikan sebagai pelindung dalam proses pemotongan kayu. Mesin

  • 61

    ini dapat digunakan untuk membelah kayu dengan ketebalan yang

    dibutuhkan untuk melanjutkan proses pembuatan furniture. Namun

    fungsi lain di mesin cross cut ini dapat berfungsi sebagai mesin

    untuk mengiris kayu, membuat alur memotong urat kayu, membuat

    tirus, membuat purus, dan membuat cekung kayu.

    3) Moulding

    Mesin moulding atau dapat disebut dengan mesin pembentuk

    dalam proses produksi pembuatan furniture di PT. Paradise Island

    Furnitureberfungsi untuk membuat permukaan kayu yang

    menjadikan kayu dapat membentuk sudut, lengkungan untuk

    mempermudah peroses selanjutnya.

    4) Planner

    Mesin planner dapat disebut juga dengan mesin serut kayu

    dalam proses produksi pembuatan furniture di PT. Paradise Island

    Furniture, permukaan kayu hasil dari tahapan sebelumnya atau

    tahap pemotongan karena penyerutan ini memiliki prinsip agar dapat

    membersihkan kayu sehingga seluruh permukaan sama tinggi dam

    membuat keempat sisi kayu dapat bersudut menjadi 90o.

    d. Laminasi

    Laminasi dalam bidang teknologi bisa diartikan sebagai pembuatan

    material dengan merekatkan lapisan- lapisan menggunakan adhesive

    atau biasa disebut dengan proses perekatan antara kayu yang sudah

    dipotong dengan kayu lainnya untuk membuat komponen dalam proses

  • 62

    produksifurnitureyaitu pembuatan kaki meja ataupun kursi, dan bagian

    top untuk meja ataupun juga kursi. pada tahap ini adalah perekatan kayu

    yang dapat dilakukan secara manual dengan proses potongan kayu yang

    berasal dari tahapan sebelumnya direkatkan menggunakan lem

    kemudian diletakkan diklem dengan cara dikunci menggunakan

    dongkrak klem agar dapat rekat antara kayu satu dengan lainnya.

    e. Mesin 2

    Tahap di mesin 2 adalah tahapan dimana melanjutkan proses

    produksi furniture dari tahapan sebelumnya, dimana sistem kerjanya

    menjadikan komponen yang akan dibuat, menyelesaikan komponen-

    komponen dasar, dan juga melakukan pengeboran. Pada mesin 2 ini

    terdapat mesin-mesin untuk melanjutkan proses produksi furniture

    yaitu:

    1) Spindle

    Mesin spindledalam proses produksi furniture berfungsi untuk

    membuat bentuk khusus pada komponen kayu sesuai yang akan

    dijadikan sebagai furniture.

    2) Cross Cut

    Mesin cross cut yang ada pada di mesin 2 ini memiliki fungsi

    sama seperti cross cut yang ada di mesin 1 dimana posisi daun

    gergaji menonjol keluar dari permukaan meja dan daun gergaji

    diputar dengan motor penggerak. Dengan bantuan adanya pembatas

    atau juga dapat dijadikan sebagai pelindung dalam proses

  • 63

    pemotongan kayu. Mesin ini dapat digunakan untuk membelah kayu

    yang sudah berkomponen dengan ketebalan yang dibutuhkan untuk

    melanjutkan proses pembuatan furniture. Namun fungsi lain di

    mesin cross cut ini dapat berfungsi sebagai mesin untuk mengiris

    kayu, membuat alur memotong urat kayu, membuat tirus, membuat

    purus, dan membuat cekung kayu.

    3) Bandsaw

    Dalam proses produksi furniture mesin bandsaw bekerja

    menggunakan pita besi atau mata gergaji yang dapat memastikan

    pemotongan kayu tersebut bisa konsisten dan kontinyu agar hasil

    pemotongannya rapi, konsisten, dan juga dapat presisi. Selain itu

    juga bandsaw ini dapat memotong kayu dalam ukuran yang lebih

    kecil dan beragam bentuk pola.

    4) Tenon

    Kayu yang sudah sesuai dengan ukuran yang akan dijadikan

    furniture pada mesin tenon ini dapat membuat lubang pen di area

    luar yang sudah mulai membentuk komponen kemudian dapat

    mencacah area sisi lubang.

    5) Bor

    Pada mesin 2 ini tahap yang selanjutnya ini adalah ada pada bor.

    Fungsi bor ini untuk melubangi kayu yang sudah sesuai dengan

    bentuk yang akan dijadikan furniture agar dapat mempermudah

    proses selanjutnya.

  • 64

    f. Asssembling

    Tahap assemblingadalah suatu proses penyambungan atau

    penggabungan komponen-komponen furniture yang sudah dibentuk

    ditahap sebelumnya. Dalam proses ini terdapat mesin-mesin yang

    mendukung untuk proses assemblingyaitu:

    1) Planner

    Fungsi planner dalam tahap ini adalah untuk merapihkan

    kembali komponen-komponen yang sudah digabungkan untuk

    menjadi furniture agar menjadi rata permukan kayu ataupun sama

    tinggi.

    2) Tatah

    Alat ini biasa disebuut dengan pisau tatah atau pisau pahat yang

    dapat mendukung kelanjutan proses produksi furniture yang

    berfungsi sebagai membuat bentuk siku pada bagian tepi furniture

    yang hebdak di pahat, selain itu juga dapat meratakan atau

    merapihkan hasil pahatan secara manual dengan tangan.

    3) Hand circle

    Hand circle juga menjadi salah satu alat pendukung dimana alat

    ini termasuk gergaji listrik berbentuk bundar yang harus dipegang

    dengan tangan, dalam proses Assemblingyang dapat memotong kayu

    yang akan menjadi furniture secara melingkar atau dapat membuat

    lekukan agar furniture dapat membentuk sesuai pemesanan.

  • 65

    g. Sanding

    Tahap ini adalah proses menuju akhir dimana furniture sudah

    berwujud menjadi bentuk sesuai pesanan, hanya saja ditahap ini dapat

    disebut juga menjadi proses penyempurnaan karena adanya proses

    bukan hanya dengan alat-alat seperti tahap lainnya tetapi juga dengan

    bahan kimia, Berikutadalah pendukung di tahapan Sandingyaitu:

    1) Gerinda

    Mesin gerinda ini memiliki banyak manfaat, kegunaan untuk

    proses produksi furniture yaitu untuk mengikis ataupun

    menghaluskan kayu yang akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya agar

    dapat di finishing.

    2) Weir Brush

    Alat ini salah satu yang ada di gerinda atau dapat disebut dengan

    steel weir brush fungsinya untuk mengelupaskan lapisan permukaan

    kulit kayu atau memunculkan serat kayu, dengan tujuan untuk

    menghilangkan lapisan tersebut, kemudian untuk selanjutnya dapat

    dilakukan pemrosesan lebih lanjut pada kayu yang telah dihilangkan

    kulitnya.

    3) Hand Sander

    Hand sander adalah sebuah alat yang dialiri listrik untuk

    mengamplas, fungsinya yaitu mampu membuat permukaan kasar

    menjadi halus sehingga siap untuk dilakukan finishing.

    4) Bleaching

  • 66

    Pada proses pembuatan furniture bleaching atau pemutihan

    kayu ini memiliki banyak manfaat seperti dapat menghilangkan

    noda, mencerahkan kayu, dan juga dapat membuat warna kayu

    menjadi seragam. Untuk menjadikan seperti itu pada proses

    pemutihan kayu menggunakan bahan kimia yaitu white agent.

    h. Finishing

    Tahap ini adalah tahap terakhir dalam proses produksi furniture

    dimana hasil-hasil yang sudah melalui tahap-tahap sesuai alur akan

    disempurnakan dan di packing pada finishing. Tahap finishingjuga

    untuk tahap akhir merakit meja yang akan dipacking kemudian untuk

    furniture lain dapat langsung di packing kedalam kerdus sesuai ukuran

    furniture tersebut dan ditutup dengan lakban lalu disusun dan siap

    dikirimkan kepada pemesan.

    B. Hasil Penelitian

    1. Data Kuesioner

    Untuk mendukung kegiatan penelitian terkait kecelakaan kerja di

    perusahaan meubel PT. Paradise Island Furniture. Dilakukan wawancara

    secara langsung dengan pekerja perusahaan yang terbagi dalam 8 sub

    bidang pekerjaan (Oven Tungku, Gudang, Mesin 1, Laminasi, Mesin 2,

    Assembling, Sanding, Finishing) yang bejumlah 119 responden. Berikut

    ini adalah data kuesioner yang didapatkan :

    a. Jenis kelamin

  • 67

    Responden yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah 119

    pekerja. Dengan persentase pekerja laki-laki lebih banyak dari pada

    pekerja perempuan sebagai mana dijelaskan pada tabel 4.1.

    Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin

    Frequency Percent

    Valid

    Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid Laki-laki 112 94.1 94.1 94.1

    Perempuan 7 5.9 5.9 100.0

    Total 119 100.0 100.0

    b. Umur

    Terkait usia responden dikelompokan berdasarkan per-10 tahun

    mulai dari pekerja temuda yang masuk pada kelompok usia dibawah 20

    tahun dan kelompok usia tertua lebih dari 50 tahun. Berikut adalah tabel

    kelompok usia responden yang tercantum pada tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden menurut umur responden

    Frequency Percent

    Valid

    Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid 50 7 5.9 5.9 100.0

    Total 119 100.0 100.0

  • 68

    Tabel 4.2 di atas diketahui umurresponden terbanyak berada di

    kelompok 40-49 tahun, yaitu 39 orang (32,8%) dan terkecil dikelompok

    10 tahun. Berikut adalah tabel

    kelompok lama bekerja yang tercantum padatabel 4.3.

    Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden menurut lama bekerja

    Tabel 4.3 terkait distribusi responden menurut lamanya bekerja

    menunjukan bahwa pekerja paling banyak bekerja pada kisaran 5-9

    tahun dengan 59 orang pekerja atau 49,6%, dan paling sedikit pada

    kisaran kurang dari 1 tahun sebnayak 5 orang pekerjaatau4,2%. Durasi

    Frequency Percent

    Valid

    Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid 10 Tahun 11 9.2 9.2 100.0

    Total 119 100.0 100.0

  • 69

    lamanya bekerja selaras dengan frekuensi usia pekerja yang hampir

    50% lebih berada di atas usia 30 tahun.

    d. Pendidikan terakhir

    Terkait data pendidikan terakhir responden dikelompokan

    berdasarkan strata pendidikan mulai dari hanya tamat (SD), (SMP),

    (SMA)/ (SMK). Berikut adalah tabel kelompok pendidikan terakhir

    responden yang tercantum pada tabel 4.4.

    Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden menurut pendidikan terakhir

    Tabel 4.4 terkait distribusi frekuensi responden menurut

    pendidikan terakhir menunjukan banyaknya pekerja adalah pada

    tingkatan SMA/SMK dengan 97 orang pekerja atau81,5%, dan

    pendidikan terendah adalah SD dengan 3 orang pekerja atau2,5%.

    Untuk PT.Paradise Island Furniture ini sendiri pekerja tidak

    ditentukan oleh strata pendidikan, selama lulus uji seleksi dan dapat

    mengikuti pekerjaan dengan baik sudah dizinkan untuk bekerja.

    Frequency Percent

    Valid

    Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid SD 3 2.5 2.5 2.5

    SMP 19 16.0 16.0 18.5

    SMA/SMK 97 81.5 81.5 100.0

    Total 119 100.0 100.0

  • 70

    e. Penilaian cara kerja pekerja

    Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada responden yang

    terdiri dari semua bagian produksi PT. Paradise Island Furniture.

    Didapatkan hasil berupa pilihan ya/tidak pada setiap pertanyaannya.

    Berdasarkan metode skala guttman responden memilih “ya”

    mendapatkan nilai = 1, sedangkan responden menjawab “tidak”

    mendapatkan nilai = 0. Kemudian untuk masing masing pertanyaan

    dikelompokan hasilnya berdasarkan kelompok pertanyaan. Dengan

    rumus :

    Score = 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎

    𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑋 100%

    Berikut ini adalah hasil perhitungan Score “penilaian cara kerja

    pekerja” untuk masing masing bidang produksi sebagaimana terlampir

    pada tabel 4.5

    Tabel 4.5 Hasil scoring “Penilaian cara kerja pekerja”

    Unit Produksi Score(%)

    Oven Tungku 88,89

    Gudang 11,11

    Mesin 1 90,74

    Laminasi 83,66

    Mesin 2 84,97

    Assembling 85,19

    Finishing 83,33

    Sanding 85,19

    rata – rata 76,635

    Tabel 4.5 terkait Score dari kuesioner tentang “penilaian cara kerja

    pekerja” menggunakan persentase dengan menggunakan metode

    scoringguttman dengan pendekatan kuantitatif yang memiliki standar :

  • 71

    Score 0% = Tidak paham

    Score 0%-50% = Mendekati tidak paham

    Score 50% = Mendekati tidak paham dan Mendekati paham

    Score 50%-100% = Mendekati paham

    Score 100% = Paham

    Berdasarkan hasil scoring “Penilaian cara kerja pekerja” seluruh

    pekerja bagian produksi mendekati paham untuk cara kerja pekerja

    dalam mengoperasikan alat. Pada bagian gudang mendapatkan 11,11%

    karena pekerja tidak mengoperasikan alat.

    f. Pengetahuan K3

    Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada responden yang

    terdiri dari semua bagian produksi PT. Paradise Island Furniture.

    Didapatkan hasil berupa pilihan ya/tidak pada setiap pertanyaannya.

    Berdasarkan metode skala guttman responden memilih “ya”

    mendapatkan nilai = 1, sedangkan responden menjawab “tidak”

    mendapatkan nilai = 0. Kemudian untuk masing masing pertanyaan

    dikelompokan hasilnya berdasarkan kelompok pertanyaan. Dengan

    rumus :

    Score = 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎

    𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑋 100

    Berikut ini adalah hasil perhitungan Score “Pengetahuan K3”

    untuk masing masing bidang produksi sebagaimana terlampir pada

    tabel 4.6.

  • 72

    Tabel 4.6 Hasil scoring “Pengetahuan K3”

    Unit Produksi Score(%)

    Oven Tungku 75

    Gudang 88

    Mesin 1 86,67

    Laminasi 76,47

    Mesin 2 80

    Assembling 85,56

    Sanding 77,78

    Finishing 74,44

    rata – rata 80,49

    Tabel 4.6 terkait Score dari kuesioner tentang “Pengetahuan K3”

    pekerja menggunakan persentase dengan menggunakan Metode

    scoringguttmandengan pendekatan kuantitatif yang memiliki standar :

    Score 0% = Tidak paham

    Score 0%-50% = Mendekati tidak paham

    Score 50% = Mendekati tidak paham dan Mendekati paham

    Score 50%-100% = Mendekati paham

    Score 100% = Paham

    Hasil scoring “Pengetahuan K3” seluruh pekerja bagian produksi

    mendekati paham untuk pengetahuan K3. Hal tersebut menunjukan

    bahwa pengetahuan dasar terkait K3 sudah dimiliki oleh pekerja.

    g. Alat pelindung diri

    Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada responden yang

    terdiri dari semua bagian produksi PT. Paradise Island Furniture.

    Didapatkan hasil berupa pilihan ya/tidak pada setiap pertanyaannya.

    Berdasarkan metode skala gutman responden memilih “ya”

  • 73

    mendapatkan nilai = 1, sedangkan responden menjawab “tidak”

    mendapatkan nilai = 0. Kemudian untuk masing masing pertanyaan

    dikelompokan hasilnya berdasarkan kelompok pertanyaan. Dengan

    rumus :

    Score = 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎

    𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑋 100

    Berikut ini adalah hasil perhitungan Score “Alat pelindung diri”

    untuk masing masing bidang produksi sebagaimana terlampir pada

    Tabel 4.7.

    Tabel 4.7 Hasil scoring “Alat pelindung diri”

    Unit Produksi Score(%)

    Oven Tungku 87,5

    Gudang 86,67

    Mesin 1 93,52

    Laminasi 87,25

    Mesin 2 89,22

    Assembling 87,96

    Sanding 89,81

    Finishing 84,26

    rata – rata 88,27

    Tabel 4.7 terkait Score dari kuesioner tentang “Alat pelindung diri”

    pekerja menggunakan persentase dengan menggunakan Metode

    Scoring Guttman dengan pendekatan kuantitatif yang memiliki standar:

    Score 0% = Tidak paham

    Score 0%-50% = Mendekati tidak paham

    Score 50% = Mendekati tidak paham dan Mendekati paham

    Score 50%-100% = Mendekati paham

    Score 100% = Paham

  • 74

    Hasil scoring “Alat pelindung diri” seluruh pekerja bagian

    produksi mendekati paham untuk Alat pelindung diri. Hal tersebut

    menunjukan bahwa pengetahuan dasar terkait APD dan kesadaran

    sudah dimiliki oleh pekerja untuk menggunakan APD namun masih

    perlu didukung oleh perusahaan untuk menunjang sarana APD yang

    memadai.

    h. Kecelakaan kerja

    Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada responden yang

    terdiri dari semua bagian produksi PT. Paradise Island Furniture.

    Didapatkan hasil berupa pilihan ya/tidak pada setiap pertanyaannya.

    Berdasarkan metode skala gutman responden memilih “ya”

    mendapatkan nilai = 1, sedangkan responden menjawab “tidak”

    mendapatkan nilai = 0. Kemudian untuk masing masing pertanyaan

    dikelompokan hasilnya berdasarkan kelompok pertanyaan. Dengan

    rumus :

    Score = 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎

    𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑋 100

    Berikut ini adalah hasil perhitungan Score “Kecelakaan kerja”

    untuk masing masing bidang produksi sebagaimana terlampir pada

    Tabel 4.8

    Tabel 4.8 Hasil scoring “Kecelakaan kerja”

    Unit Produksi Score(%)

    Oven Tungku 56,25

    Gudang 42,5

    Mesin 1 59,02

    Laminasi 69,85

  • 75

    Mesin 2 63,24

    Assembling 49,3

    Sanding 50,69

    Finishing 46,53

    rata – rata 54,67

    Tabel 4.8 terkait Score dari kuesioner tentang “Kecelakaan kerja”

    pekerja menggunakan persentase dengan menggunakan metode scoring

    guttman dengan pendekatan kuantitatif yang memiliki standar :

    Score 0% = Tidak terjadi kecelakaan kerja

    Score 0%-50% = Mendekati tidak terjadi kecelakaan kerja

    Score 50% = Mendekati tidak terjadi kecelakaan kerja dan Mendekati

    terjadi kecelakaan kerja

    Score 50%-100% = Mendekati terjadi kecelakaan kerja

    Score 100% = Terjadi kecelakaan kerja

    Hasil scoring “Kecelakaan kerja” hanya 3 bagian bidang produksi

    mendekati tidak terjadi kecelakaan kerja atau tingkat potensi

    kecelakaan kerjanya rendah yaitu: gudang sebesar 42,5%,

    Assemblingsebesar49,3%, dan Finishingsebesar46,53%. Sedangkan

    bagian bidang produksi lainnya berada pada kondisi mendekati terjadi

    kecelakaan kerja. Tentunya perlu dilakukan evaluasi untuk menurunkan

    potensi bahaya pada bagian produksi yang saat ini masih memiliki

    persentase yang tinggi.

    i. Lingkungan kerja

    Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada responden yang

    terdiri dari semua bagian produksi PT. Paradise Island Furniture.

  • 76

    Didapatkan hasil berupa pilihan ya/tidak pada setiap pertanyaannya.

    Berdasarkan metode skala gutman responden memilih “ya”

    mendapatkan nilai = 1, sedangkan responden menjawab “tidak”

    mendapatkan nilai = 0. Kemudian untuk masing masing pertanyaan

    dikelompokan hasilnya berdasarkan kelompok pertanyaan. Dengan

    rumus :

    Score = 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎

    𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑋 100

    Berikut ini adalah hasil perhitungan Score “Lingkungan kerja”

    untuk masing masing bidang produksi sebagaimana terlampir pada

    tabel 4.9

    Tabel 4.9 Hasil scoring “Lingkungan kerja”

    Unit Produksi Score(%)

    Oven Tungku 78,13

    Gudang 80

    Mesin 1 76,38

    Laminasi 89,7

    Mesin 2 72,06

    Assembling 69,44

    Sanding 69,44

    Finishing 72,22

    rata – rata 75,92

    Tabel 4.9 terkait Score dari kuesioner tentang “Lingkungan kerja”

    pekerja menggunakan persentase dengan menggunakan Metode

    Scoring Guttman dengan pendekatan kuantitatif yang memiliki standar

    :

    Score 0% = Lingkungan kerja tidak aman

    Score 0%-50% = Mendekati lingkungan kerja tidak aman

  • 77

    Score 50% = Mendekati lingkungan tidak aman dan Mendekati

    lingkungan kerja aman

    Score 50%-100% = Mendekati lingkungan kerja aman

    Score 100% = Lingkungan kerja aman

    Pada hasil scoring “Lingkungan kerja” seluruh pekerja bagian

    produksi mendekati lingkungan kerja aman. Hal tersebut menunjukan

    bahwa lingkungan kerja PT.Paradise Island Furniture sudah mendekati

    aman untuk pekerja dapat bekerja dengan baik. Melihat persentase

    berada pada Score 50%-100% dengan nilai rata-rata 75,92%

    2. K3

    Terkait data K3perusahaan mebelPT. Paradise Island furniture

    didapatkan data kecelakaan kerja periode tahun 2018 dan 2019

    sertastatistik kecelakaan kerja yang terdiri dari jumlah kecelakaan kerja,

    bulan terjadinya kecelakaan kerja, durasi waktu kerja, dan lamanya waktu

    hilang kerja. Berikutini adalah data K3 yang didapatkan:

    a. Data kecelakaan kerja

    Tabel 4.10 Laporan Kecelakaan Kerja PT. Paradise Island FurniturePeriode

    Tahun 2018

    Bulan Jenis

    Kelamin

    Faktor kecelakaan kerja Jumlah hari kerja

    hilang karena

    kecelakaan kerja

    Mei Laki-laki Jari tangan terkena akibat kayu lepas dari

    pegangan di spindle

    -

    Mei Laki-laki Mata kiri terkena pir rotating pres yang

    patah

    -

  • 78

    Mei Laki-laki Jari tangan trjepit ketika ganti kayu di

    tenon

    -

    Mei Perempuan Dahi terantuk drum ketika berdiri -

    Juli Laki-laki Tangan kanan terluka akibat pisau tatah,

    cidera ringan dan sementara tidak bekerja

    -

    Agustus Laki-laki Kaki kanan terluka akibat hand sander

    sehinggan sementara tidak bekerja

    -

    November Laki-laki Jari tangan kanan terluka akibat pisau

    planner sehingga cidera ringan dan

    sementara tidak bekerja

    -

    Tabel4.10 terkait data tahun 2018 angka kecelakaan kerja memiliki

    frekuensi sebanyak 7 kasus kecelakan kerja apabila melihat dari jenis

    kecelakaan kerja menurut data kecelakaan sangat bervariasi namun

    tidak ada keterangan lokasi kejadian pada data rekap kecelakaan kerja

    tahun 2018.

    Tabel 4.11 Laporan Kecelakaan Kerja PT. Paradise Island FurniturePeriode

    Tahun 2019

    Waktu

    kejadian

    Jenis

    Kelamin

    Cidera Sumber Upaya

    Penanggulangan

    / Tindakan

    Penyebab Kecelakaan

    2 Januari

    2019

    Laki-laki Jari Tangan

    Mesin

    Router

    Dibawa ke RS

    Mitra Sehat

    Stopper mal lepas

    31 Januari

    2019

    Laki-laki Jari Tangan

    Mesin

    Jointer

    Dibawa ke RS

    Mitra Sehat

    Pegangan kayu lepas

    13 Maret

    2019

    Laki-laki Pelipis Vertikal

    Press

    Dibawa ke RS

    Mitra Sehat

    Klem F patah

    29 April

    2019

    Laki-laki

    Jari Tangan

    Kiri

    Mesin

    Bor

    Dibawa ke

    trauma centre

    Ketika akan mengebor

    handle lepas sehingga

    mengenai jari telunjuk

    kiri

    11 Mei

    2019

    Laki-laki Jari Tangan

    Kiri

    Radial

    Armsaw

    Dibawa ke

    trauma centre

    Ketika akan memotong

    kayu jempol tangan kiri

  • 79

    terhimpit kayu dan

    pisau

    13 Mei

    2019

    Laki-laki Jari Tangan

    Kiri

    Planner Dibawa ke

    trauma centre

    Ketika akan meratakan

    permukaan kayu

    dengan planner,

    pegangan terlepas

    sehingga jari tengah kiri

    terkena pisau planner

    4 Juli

    2019

    Laki-laki

    Jari Tangan

    Kiri

    Mesin

    Spindle

    Dibawa ke

    trauma centre

    Ketika akan mengebor

    handle lepas sehingga

    mengenai jari telunjuk

    kiri

    31 Juli

    2019

    Laki-laki

    Jari Tangan

    Kiri

    Mesin

    Mortise

    Dibawa ke

    trauma centre

    Ketika akan memotong

    kayu jempol tangan kiri

    terhimpit kayu dan

    pisau

    21

    Agustus

    2019

    Laki-laki Jari

    Kelingking

    Tangan Kiri

    Tatah

    tangan

    Dibawa ke

    trauma centre

    Ketika akan meratakan

    bagian barang, tatah

    meleset sehingga

    mengenai jari

    kelingking tangan kiri

    27

    Agustus

    2019

    Laki-laki Jari telunjuk

    tangan kiri

    Cutter Dibawa ke

    trauma centre

    Ketika akan membuka

    spare part dengan cutter

    jari tangan terkena

    cutter

    19

    November

    2019

    Laki-laki

    Tangan Troli

    Dibawa ke

    trauma centre

    Ketika akan

    memindahkan barang

    jari tangannya terhimpit

    pertemuan dua troli

    3

    Desember

    2019

    Laki-laki

    Sesak nafas Bahan

    kimia

    Dibawa ke

    trauma centre

    Ketika akan

    mengapliasi furniture

    dengan bahan kimia

    tidak sengaja

    menghirup uap dari

    bahan kimia tersebut

    19

    Desember

    2019

    Laki-laki Pergelangan

    tangan kiri

    Gergaji

    Dibawa ke

    trauma centre

    Ketika akan memotong

    kayu dengan mesin

    bensaw gergaji putus

  • 80

    Berdasarkan tabel 4.11. terkait Laporan Kecelakaan Kerja PT.

    Paradise Island FurniturePeriode Tahun 2019 diketahui bahwa angka

    kecelakaan kerja meningkat dibandingkan tahun 2018. Frekuensi

    kecelakaan kerja pada tahun 2019 sebanyak 14 kasus kecelakaan kerja.

    Namun sudah ada peningkatan dalam perekapan data kecelakaan kerja

    yakni diberikan keterangan cidera yang diderita, sumber penyebab

    kecelakaan kerja, dan upaya penanggulangan. Sebagian besar

    kecelakaan terjadi karena unsafe conditioncontohnya: stopper mal

    lepas, klem F lepas, pegangan kayu patah, handle lepas, dan bandsaw

    gergaji putus.

    b. Statistik kecelakaan kerja

    Tabel 4.12 Statistik kecelakaan kerja tahun 2018

    Bulan Kalender

    Hitung Insiden

    Hari

    Hilang Libur Cuti Sakit

    Hari

    Aktif

    Jam

    Kerja

    Januari 31 0 0 9 0 0 22 176

    Februari 28 0 0 9 0 0 19 152

    Maret 31 0 0 10 0 0 21 168

    April 30 0 0 10 0 0 20 160

    Mei 31 4 8 11 0 0 20 160

    Juni 30 0 0 13 0 0 17 136

    Juli 31 1 2 9 0 0 22 176

    Agustus 31 1 3 10 0 0 21 168

    September 30 0 0 11 0 0 19 152

    Oktober 31 0 0 8 0 0 23 184

    November 30 1 2 9 0 0 21 168

    Desember 31 0 0 11 0 0 20 160

    Total 365 7 15 120 0 0 245 1960

    Statistik kecelakaan kerja PT. Paradise Island Furniture Periode

    Tahun 2018 sebagaimana terlampir pada tabel4.12 menunjukan bahwa

    selama 365 kalender memiliki hari aktif bekerja 245 hari. Hari aktif

  • 81

    adalah hari hitung kalender dikurangi hari libur. Dengan jumlah hari

    libur sebanyak 120 hari yang terdiri dari : libur nasional, sabtu dan

    minggu terhitung libur. Sedangkan total jam kerja 1960 adalah jam

    kerja yang dibutuhkan satu orang pekerja dalam satu tahun dengan

    ketentuan setiap hari bekerja selama 8 jam.

    Tabel 4.13 Statistik kecelakaan kerja tahun 2019

    Bulan Kalender

    Hitung Insiden

    Hari

    Hilang Libur Cuti Sakit

    Hari

    Aktif

    Jam

    Kerja

    Januari 31 2 4 9 0 0 22 176

    Februari 28 0 0 9 0 0 19 152

    Maret 31 1 2 11 0 0 20 160

    April 30 1 2 10 0 0 20 160

    Mei 31 2 6 10 0 0 21 168

    Juni 30 0 0 14 0 0 16 128

    Juli 31 2 5 8 0 0 23 184

    Agustus 31 3 7 9 0 0 22 176

    September 30 0 0 9 0 0 21 168

    Oktober 31 0 0 8 0 0 23 184

    November 30 1 2 9 0 0 21 168

    Desember 31 2 5 10 0 0 21 168

    Total 365 14 33 116 0 0 249 1992

    Statistik kecelakaan kerja PT. Paradise Island FurniturePeriode Tahun

    2019 sebagaimana terlampirpada tabel4.13 menunjukkan bahwa selama

    365 kalender memiliki hari aktif bekerja 249 hari. Hari aktif adalah hari

    hitung kalender dikurangi hari libur. Dengan jumlah hari libur sebanyak

    116 hari yang terdiri dari : libur nasional, sabtu dan minggu terhitung

    libur. Sedangkan total jam kerja 1992 jam adalah jam kerja yang

    dibutuhkan satu orang pekerja dalam satu tahun dengan ketentuan

    setiap hari bekerja selama 8 jam.

  • 82

    3. WorksheetJSA

    a. Oven tungku

    Nama Pekerjaan :

    Pengeringan kayu

    Halaman: 1 JSA

    No. 1

    Tanggal :

    1 April 2020

    Baru/Revisi : Baru

    Peralatan : Alat

    potong kayu

    Analisis oleh : Alfa Baetin Nurul

    Ilmy

    Bagian : Produksi

    APD yang diperlukan : Kaca mata, Masker, Sarung tangan, Safety shoes

    Langkah Kerja Bahaya Pengendalian

    1. Memasukkan kayu

    kedalam oven

    tungku kemudian

    tutup pintu oven

    2. Mengangkut kayu

    yang akan

    dijadikan bahan

    untuk pembakaran

    ditungku

    3. Memasukkan kayu

    yang akan

    dijadikan bahan

    pembakaran

    4. Menyalakan api

    untuk

    menghidupkan

    tungku agar oven

    panas

    5. Menyalakan kipas

    yang dibantu

    dengan dinamo

    6. Menjaga panas

    tungku dengan

    menambahkan

    kayu untuk bahan

    pembakaran agar

    panas tetap terjaga

    7. Matikan api yang

    sudah selesai

    digunakan

    8. Buka pintu oven

    kemudian kayu

    1. Tangan dapat

    terjepit kayu yang

    akan disusun di

    oven tungku

    2. Kepala tersampar

    kayu yang akan

    disusun di oven

    tungku

    3. Mata terkena abu

    pembakaran kayu

    ditungku

    4. Jari tangan tertusuk

    pinggiran kayu saat

    akan memasukkan

    ke tungku

    5. Fan belt yang

    berada dilorong

    oven tungku dapat

    mengenai bajju

    hingga robek

    6. Tangan terkena api

    yang ada ditungku

    7. Kepala dapat

    terbentur besi

    disekitar oven

    tungku

    8. Tangan dapat

    terjepit di sela pintu

    saat akan membuka

    ataupun menutup

    pintu

    1. Dapat memberi jarak kayu yang

    diletakkan agar tidak terjepit

    2. Dapat menggunakan helm

    safetykhusus bagian oven tungku

    bagi pekerja yang mengangkut

    memasukkan kayu yang akan di

    oven ataupun mengeluarkan kayu

    setelah teroven

    3. Kaca mata wajib dipakai ketika

    akan menyalakan api ditungku dan

    selama proses pembakaran agar

    mata tidak iritasi terkena percikan

    abu kayu yang sedang menjadi

    bahan pembakaran proses

    pengeringan kayu di oven tungku

    4. Penerangan yang cukup perlu agar

    memudahkan pekerja saat berjalan

    supaya pakaian tidak robek karena

    menyenggol fan belt dibelakang

    oven tungku

    5. Agar tangan terlindung dari

    goresan dan tertusuk kayu yang

    halus dapat menggunakan sarung

    tangan yang sudah disediakan oleh

    industri

    6. Pintu dapat ditutup ketika kayu

    selesai dimasukkan atau

    dikeluarkan agar menghindari

    bahaya yang tidak diinginkan

    7. Dapat menggunakan sepatu safety

    shoes agar kaki tetap aman ketika

    proses pengangkutan kayu ke

  • 83

    diangkut

    menggunakan

    gerobak untuk

    diletakkan

    digudang dan siap

    menjadi bahan

    baku produksi

    furniture

    9. Kaki tertindih roda

    gerobak yang

    mengangkut kayu

    yang akan di oven

    dan juga kayu

    sesudah

    dikeringkan di

    oven tungku

    10. Sesak nafas

    akibat terkena

    debu hasil

    pembakaran di

    oven tungku

    dalam oven untuk dikeringkan

    maupun mengeluarkan kayu

    setelah selesai melakukan

    pengeringan, dan mengamankan

    kaki ketika proses pengangkutan

    kayu akan disimpan di gudang

    untuk siap menjadi bahan baku

    proses produksi furniture.

    8. Dapat menggunakan masker agar

    sistem pernafasan tidak terhambat

    akibat asap yang dihasilkan dari

    proses pengeringan di oven

    tungku

    b. Gudang

    Nama Pekerjaan :

    Penyimpanan kayu

    Halaman :

    2

    JSA No. 2 Tanggal : 1

    April 2020

    Baru/Revisi : Baru

    Peralatan : Gerobak Analisis oleh : Alfa Baetin Nurul

    Ilmy Bagian : Produksi

    APD yang diperlukan :Helm safety, Masker, Sarung tangan, Safety shoes

    Langkah Kerja Bahaya Pengendalian

    1. Menata kayu yang

    sudah terpotong sesuai

    posisi tatanan yang

    diinstruksikan

    2. Menata kayu sesuai

    dengan ukuran, jenis,

    dan kualitas

    3. Memilih bahan baku

    yang akan digunakan

    4. Menyiapkan kayu

    yang akan digunakan

    sebagai bahan baku

    produksi furniture

    1. Kayu dapat runtuh

    ketika penyusunan

    tumpukan kayu tidak

    sesuai

    2. Gerobak yang

    mengangkut kayu

    dapat menimpa kaki

    pekerja jika tidak

    seimbang

    3. Kayu yang diangkut

    dapat melukai bagian

    kepala

    4. Tangan dapat tertusuk

    bagian kayu yang

    halus saat akan

    mengangkut kayu atau

    sedang menyusun

    kayu agar rapih

    1. Menata kayu sesuai dengan

    instruksi yang dikoordinasikan

    agar tidak runtuh dan menimpa

    anggota badan pekerja

    2. Menggunakan helm safetyagar

    dapat melindungi kepala tidak

    terrimpa kayu dari tumpukan

    kayu yang ada digudang

    3. Sepatu yang digunakan untuk

    bekerja di area atau di tahap

    gudang ini dapat diwajibkan

    setiap pekerja menggunakan

    safety shoes

    4. Saat menyusun atau

    mengangkut kayu yang akan

    digunakan menjadi bahan baku

    produksi furniture setiap

    pekerja menggunakan sarung

  • 84

    5. Jari tangan dapat

    terjepit ketika menata

    kayu

    tangan agar tangan lebih

    terlindung

    c. Mesin 1

    Nama Pekerjaan :

    Proses dasar untuk

    memproduksi furniture

    Halaman : 3 JSA

    No. 3

    Tanggal : 1

    April 2020

    Baru/Revisi : Baru

    Peralatan :Panel saw,

    Cross cut, Moulding,

    Planner

    Analisis oleh : Alfa Baetin Nurul Ilmy

    Bagian : Produksi

    APD yang diperlukan : Kaca mata, Masker, Ear plug, Apron, Sarung tangan, Safety shoes

    Langkah Kerja Bahaya Pengendalian

    1. Koordinasi dengan

    bagian gudang untuk

    kayu yang akan

    digunakan sebagai

    bahan dasar proses

    produksi furniture

    2. Kayu diproses

    dengan mesin yang

    ada di mesin 1

    3. Kayu dipotong

    dengan panel saw

    untuk mengatur

    ketebalan,

    kemiringan, panjang,

    dan lebar

    4. Kayu yang butuh

    dicekungkan, diiris,

    dipotong urat kayu,

    dan dibuat menjadi

    purus dapat diproses

    dengan cross cut

    5. Kayu dapat

    membentuk sudut

    1. Pisau yang terbuka

    di mesin 1 dapat

    membalikkan

    kayu dan

    mengenai anggota

    badan

    2. Kayu yang

    dipotong di mesin

    1 jika kurang

    dorongan dapat

    menganai perut

    3. Potongan kayu

    yang membalik

    dapat mengenai

    bagian kepala

    pekerja terutama

    bagian pelipis

    4. Tangan memar

    akibat kayu saat

    akan memotong

    5. Jari tangan dapat

    putus jika

    1. Dalam melakukan pekerjaan di

    tahapan mesin 1 perlu fisik yang

    benar-benat fit karena peeerlu

    konsentrasi yang cukup agar dapat

    fokus ketika memotong kayu di

    mesin 1 karena mesin yang berada

    di mesin 1 sangat berisiko

    2. Pekerja yang berada di tahapan ini

    perlu memiliki keahlian khusus agar

    dapat menguasai keadaan mesin

    yang ada di mesin 1

    3. Kepatuhan penggunaan APD harus

    diperketat

    4. Pekerja di mesin 1 wajib

    menggunakan penutup muka agar

    dapat meminimalisir benturan kayu

    yang membalik dan mengenai

    kepala

    5. Apron yang digunakan pekerja di

    mesin 1 dapat yang berbahan kuat

    dan meminimalisir benturan di

    bagian dada maupun perut

  • 85

    lengkungan dengan

    moulding

    6. Kayu diserut dengan

    planner agar

    permukaan menjadi

    sama tinggi

    terpotong pisau

    mesin 1

    6. Kayu yang pecah

    ketika akan

    dipotong dapat

    melukai tangan

    6. Kaca mata untuk pekerja di mesin 1

    diusahakn yang tidak mudah

    mengembun ketika terkena uap

    darimanapun agar tidak

    mengganggu konsentrasi pekerja

    d. Laminasi

    Nama Pekerjaan :

    Pengeleman potongan

    kayu

    Halaman : 4 JSA

    No. 4

    Tanggal : 1

    April 2020

    Baru/Revisi : Baru

    Peralatan : Klem,

    Dongkrak, Lem

    Analisis oleh : Alfa Baetin Nurul

    Ilmy

    Bagian : Produksi

    APD yang diperlukan : Kaca mata, Masker, Earplug, Sarung tangan, Safety shoes

    Langkah Kerja Bahaya Pengendalian

    1. Menerima kayu yang

    sudah terpotong

    2. Dijejerkan sesuai

    ukuran yang

    diperlukan di klem

    3. Kayu yang sudah rapih

    dilem di klem

    4. Ditekan menggunakan

    hidrolik agar menekan

    kayu yang sudah dliem

    rekat dan kuat

    5. Kayu yang sudah

    meerkat satu sama lain

    dapat dilepas dari

    klem dan disusun

    ditempat yang tersedia

    agar tertata

    1. Pelipis terluka

    akibat terkena alat

    manual laminas/

    klem yang patah

    2. Besi klem yang

    lepas dapat

    melukai anggota

    badan terutama

    bagian kepala

    yang sangat

    berbahaya

    3. Tertimpa kayu

    yang sudah selesai

    dilamanasi dan

    akan dilepaskan

    dari klem

    4. Terkena dongkrak

    hidrolik ketika

    akan melakukan

    laminasi di klem

    5. Tangan terjepit

    kayu yang akan

    dilaminasi

    6. Mata terkena lem

    jika pekerja

    1. Pada bagian klem diberi

    pelindung agar jika terjadi

    kejadian klem patah tidak

    terlalu bahaya jika mengenai

    pelipis atau bagian lainnya

    2. Pekerja yang akan melaminasi

    dengan klem dapat memastikan

    kondisi klem aman dan kuat

    untuk melaminasi kayu

    3. Pekerja yang berada di laminasi

    dapat menggunakan alat

    pelindung kepala yang aman

    jika terkena besi klem yang

    patah

    4. Ketika akan melaminasi dapat

    menggunakan sarung tangan

    agar tangan dapat terhindar dari

    lem dan juga memngurangi

    bahaya tangan ke anggota

    badan yang sensitive seperti

    mata, hidung, dan mulut

    5. Pekerja wajib menggunakan

    safety shoes agar kaki tetap

    aman jika tertimpa kayu

    sebelum atau setelah dilaminasi

  • 86

    mengelap mata

    dengan kondisi

    tangan terkena

    lem

    e. Mesin 2

    Nama Pekerjaan :

    Pembuatan komponen

    yang akan digunakan

    Halaman : 5 JSA

    No. 5

    Tanggal

    : 1 April

    2020

    Baru/Revisi : Baru

    Peralatan :Spindle,Cross

    cut, Bandsaw,Tenon, Bor

    Analisis oleh : Alfa Baetin

    Nurul Ilmy

    Bagian : Produksi

    APD yang diperlukan : Kaca mata, Masker, Apron, Ear plug, Sarung tangan,

    Safety shoes

    Langkah Kerja Bahaya Pengendalian

    1. Membuat komponen-

    komponen dasar

    2. Kayu dapat dibentuk

    menjadi komponen

    khusus dengan spindle

    3. Kayu yang sudah

    terbentuk

    komponennya dapat

    dipotong sesuai

    kebutuhan

    menggunakan cross

    cut

    4. Pita besi yang ada di

    bandsaw dapat

    merapihkan

    komponen yang sudah

    dibentuk secara

    kontinyu, dan dapat

    memotong dengan

    1. Tangan dapat

    terpotong spindle

    jika teledor saat

    memotong kayu

    2. Kayu yang sedang

    diproses di spindel

    dapat memental

    karena melawan

    serat kayu

    3. Tekanan yang

    jurang juat saat

    mendorong kayu

    untuk dipotong

    dapat membuat jari

    tangan robek

    4. Pisau yang terbuka

    pada spindle dapat

    melukai tangan dan

    berakibat fatal

    1. Dalam melakukan

    pekerjaan di tahapan mesin

    2 perlu fisik yang benar-

    benat fit karena perlu

    konsentrasi yang cukup

    agar dapat fokus ketika

    memotong kayu di mesin 2

    karena mesin yang berada

    di mesin 2 sangat berisiko

    2. Pekerja yang berada di

    tahapan ini perlu memiliki

    keahlian khusus agar dapat

    menguasai keadaan mesin

    yang ada di mesin 2

    3. Kepatuhan penggunaan

    APD harus diperketat

    4. Pekerja di mesin 2 wajib

    menggunakan penutup

    muka agar dapat

    meminimalisir benturan

  • 87

    ukuran yang lebih

    kecil

    5. Kayu yang

    komponennya sudah

    seusai dengan ukuran

    dapat dicacah pada

    area lubang yang

    dibuat dengan tenon

    6. Kayu yang sudah

    selesai dibentuk

    komponennya dapat

    dilubangi sesuai

    kebutuhan untuk

    dibuat furniture

    5. Gergaji yang

    berbentuk

    selendang dan

    sambungan di

    bandsaw dapat

    patah dan mengenai

    anggota badan

    terutama pada muka

    6. Tangan yang terlalu

    dekat dengan mesin

    dapat

    mengakibatkan jari

    terpotong jika

    lengah

    7. Jari tangan dapat

    terjepit mesin press

    tenon

    8. Jenis kayu yang

    keras dapat

    terlempar sehingga

    mengenai tangan

    saat memotongnya

    tidak kuat

    kayu yang membalik dan

    mengenai kepala

    5. Apron yang digunakan

    pekerja di mesin 2 dapat

    yang berbahan kuat dan

    meminimalisir benturan di

    bagian dada maupun perut

    6. Kaca mata untuk pekerja di

    mesin 2 diusahakn yang

    tidak mudah mengembun

    ketika terkena uap

    darimanapun agar tidak

    mengganggu konsentrasi

    pekerja

    7. Mesin yang berbahaya

    dapat diberi pelindung

    agar dapat meminimalisir

    kecelakaan akibat kerja

    f. Assembling

    Nama Pekerjaan :

    Penggabungan

    komponen

    Halaman : 6 JSA No. 6 Tanggal : 1

    April 2020

    Baru/Revisi :

    Baru

    Peralatan :Planner,

    Tatah, Hand circle

    Analisis oleh : Alfa Baetin

    Nurul Ilmy

    Bagian : Produksi

    APD yang diperlukan : Kaca mata, Masker, Ear plug, Sarung tangan, Safety shoes

    Langkah Kerja Bahaya Pengendalian

    1. Langkah ini adalah

    untuk merakit

    komponen yang

    sudah dibuat uuntuk

    furniture

    2. Sebelum dirakit

    komponen dapat

    dirapihkan kembali

    1. Tangan dapat terkena

    mesin planner

    2. Baju pekerja dapat masuk

    ke mesin planner

    3. Pisau tatah/pahat dapat

    melukai tangan

    4. Kayu yang membalik

    saat di hand circle dapat

    1. Mesin planner dapat

    diberi tanda peringatan

    bahwasannya mesin

    tersebut termasuk

    kategori berbahaya agar

    para bekerja dapat lebih

    berhati-hati lagi saat

    melakukan pekerjaan

  • 88

    menggunakan

    planner

    3. Komponen yang

    terpasang dibagian

    siku furniture dapat

    dipahat terlebih

    dahulu agar dapat

    lebih rapih

    4. Untuk mendukung

    kemudahan merakit

    komponen yang

    akan di pasang pada

    furniture dapat

    dibantu dengan hand

    circle untuk

    mengepaskan

    komponen

    mengenai bagian anggota

    badan terutama pada

    muka

    5. Tangan dapat terjepit

    oleh tandem press akibat

    kurang kencang

    6. Tangan dapat tergores

    oleh pisau tatah/pahat

    7. Kabel hand circle yng

    berada dilantai dapat

    menyandungkan kaki

    pekerja

    8. Telapak tangan dapat

    tertancap kayu saat akan

    merakit komponen untuk

    membuat furniture

    9. Saat memotong kayu

    untuk merakit komponen,

    jari dapat terpotong oleh

    gergaji

    2. Pekerja yang melakukan

    kegiatan pekerjaan

    berisiko seperti

    menggunakan pisau

    tatah/pahat dapat

    menggunakan sarung

    tangan agar melindungi

    tanga dari goresan

    3. Untuk tatanan kabel yang

    ada pada area Assembling

    dapat dilakukan penataan

    yang rapih agar dapat

    mengurangi terjadinya

    risiko kecelakaan kerja

    4. Melakukan perawatan

    mesin ataupun alat-alat

    yang digunakan agar

    dapat tetap digunakan

    g. Sanding

    Nama Pekerjaan :

    Penyempurnaan

    furniture, pewarnaan

    furniture,

    Halaman : 7 JSA No. 7 Tanggal

    : 1 April

    2020

    Baru/Revisi :

    Baru

    Peralatan : Gerida, Weir

    brush, Hand sander

    Analisis oleh : Alfa Betin

    Nurul Ilmy

    Bagian : Produksi

    APD yang diperlukan : Kaca mata, Masker, Ear plug, Sarung tangan, Safety shoes

    Langkah Kerja Bahaya Pengendalian

  • 89

    1. Tahap kerja ini

    termasuk dalam

    proses

    penyempurnaan

    2. Proses

    pengamplasan secara

    kasar dengan weir

    brush dimana

    berfungsi untuk

    memunculkan serat

    kayu

    3. Untuk furniture yang

    di amplas secara

    halus menggunakan

    hand sander

    4. Setelah furniture di

    amplas sesuai

    dengan kebutuhan

    kemudian dilakukan

    proses bleaching

    atau pemutihan kayu

    menggunakan bahan

    kimia

    1. Ketika proses

    pengamplasan kasar kayu

    halus dapat menancap

    dijari-jari tangan

    2. Ketika proses merusting

    tangan dapat tergores

    3. Ketika mengeslap dan

    kayu pecah dapat

    melukai anggota badan

    terutama tangan dan kaki

    4. Tangan dapat melepuh

    ketika terkena saat

    menggunakan bahan

    kimian untuk

    memutihkan kayu

    5. Pernafasan dapat sesak

    ketika sedang mensprai

    bahan kimia ke furniture

    6. Terpeleset karena

    ceceran cairan bahan

    kimia

    7. Mata gerinda yang

    meleset dapat melukai

    bagian kaki

    8. Mata dapat terkena

    cipratan bahan kimia

    untuk bleaching

    1. Untuk terhindar dari

    serpihan kayu ahlus dapat

    menggunakan APD

    seperti kaca mata dan

    sarung tangan

    2. Dapat menggunakan

    sarunng tangan agar

    tangan saat mengamplas

    secara kasar maupun

    halus aman dari luka atau

    goresan akibat alat yang

    digunakan dan kayu yang

    di amplas

    3. Sebelum melakukan

    pewarnaan menggunakan

    bahan kimia dapat dilihat

    tata cara pakai atau

    penggunaannya agar

    tidak mengenai dan

    melukai anggota badan

    4. Dapat menjaga jarak

    ketika sedang berkontak

    langsung dehan bahan

    kimia agar tidak terkena

    mata

    5. Jika terdapat ceceran dari

    bahan kimia segera untuk

    di bersihkan agar dapat

    menghindari terjadiinya

    insiden yang dapat

    melukai pekerja lainnya

    6. Jika menggunakan bahan

    kimia yang berbentuk

    spray dapat menjaga

    jarak dan menggunakan

    kaca mata dan juga

    masker agar tidak

    terciprat dan sesak nafas

  • 90

    h. Finishing

    Nama Pekerjaan :

    Pengecekan, dan

    pengepakan

    Halaman : 8 JSA No. 8 Tanggal

    : 1

    April

    2020

    Baru/Revisi :

    Baru

    Peralatan :Cutter, Lakban Analisis oleh : Alfa Baetin

    Nurul Ilmy Bagian : Produksi

    APD yang diperlukan : Masker, Sarung tangan, Safety shoes

    Langkah Kerja Bahaya Pengendalian

    1. Menerima hasil dari

    Sandingkemudian

    dapat melanjutkan

    penyempurnaan

    sebelum dipacking

    2. Setelah dilakukan

    pemutihan di tahap

    Finishingdilakukan

    pewarnaan bertahap

    3. Kemudian dilakukan

    top coat agar dapat

    melindungi warna

    pada furniture

    4. Furniture yang sudah

    diberi warna

    kemudian dikeringkan

    dengan cara dijemur

    dibawah sinar

    matahari

    5. Furniture yang sudah

    kering dapat

    disempurnakan

    dengan melengkapi

    pemasangan aksesoris

    6. Furniture ditata dan di

    packing di masukkan

    ke dalam kardus dan

    sebagainya

    1. Bahan untuk pewarnaan

    yang secara tahap dapat

    terkena mata

    2. Bahan pewarnaan secara

    tahap dapat menganggu

    pernafasan dan

    penciuman

    3. Ketika akan melakukan

    top coat dapat terkena

    mata dan juga dapat

    mengganggu pernafasan

    4. Ketika menambahkan

    aksesoris tangan dapat

    terkena palu

    5. Ketika menambahkan

    aksesoris tangan dapat

    terkena drei

    6. Tangan dapat terluka

    akibat terkena cutter saat

    melakukan packing

    7. Dapat kejatuhan

    tumpukan kardus yang

    sudah di packing

    8. Mata terkena lem akibat

    kayu yang dilem belum

    kering saat akan

    dilakukan pengamplasan

    1. Ketika memberi

    pewarnaan secara tahap

    jika menggunakan

    bahan kimia yang

    berbentuk spray dapat

    menjaga jarak dan

    menggunakan kaca mata

    dan juga masker agar

    tidak terciprat dan sesak

    nafas

    2. Ketika menambahkan

    aksesoris dapat

    menggunakan sarung

    tangan agar terlindungi

    dari goresan dan lainnya

    3. Saat bekerja terutama

    berhadapan dengan

    benda tajam agar lebih

    berhati-hati dan

    berkonsentrasi

    4. Menghindari dari

    bahaya terkena

    tumpukan kardus dapat

    ditumpuk sesuai

    ketentuan dan tidak

    overload

    5. Segera membersihkan

    tangan yang terkena lem

    agar bersih kembali dan

    aman

  • 91

    4. Pemetaan

    Untuk melakukan pemetaan Area risikobahaya kecelaakan kerja PT.

    Paradise Island Furniture membutuhkan tabel identifikasi potensi bahaya

    kecelakaan kerja (Tabel 4.14) dengan metode likelihood matrixserta sebagai

    upaya pengamanan dari bahaya tersebut dibutuhkan rekomendasi penanganan

    berdasarkan worksheet dari setiap tahapan pekerjaan proses roduksi. Adapun

    hasil pemetaan Area risikobahaya kecelaakan kerja PT. Paradise Island

    Furniture terlampir pada Gambar 4.1.

    Tabel 4.14.Identifikasi Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja pada Proses Produksi

    Furniture PT. Paradise Island Furniture

    No. Proses/

    Tahapan

    Identifikasi Bahaya Penilaian

    Risiko

    Tingkat Risiko

    L S RN

    1. Oven

    Tungku

    Dinamo dan fan belt yang berada

    di lorong oven tungku dapat

    menyagkut di baju

    1 3 3 LOW

    Mata terkena abu dari

    pembakaran tungku di oven

    2 2 4 LOW

    Tangan tergores pinggiran kayu

    saat akan memasukkan kayu yang

    akan di oven atau akan

    mengelurakan kayu setelah di

    oven

    2 2 4 LOW

    Kabel dinamo jika terkena air

    dapat konslet dan menyetrum

    1 3 3 LOW

    Kepala terbentur besi disekitar

    oven tungku

    2 2 4 LOW

    2. Gudang Kayu yang ditumpuk tidak sesuai

    tatanan dapat jatuh mengenai

    anggota badan pekerja

    2 3 6 MODERATE

  • 92

    Gerobak yang mengangkut kayu

    dapat menjepit kaki pekerja

    2 2 4 LOW

    Kayu yang diangkut dapat

    mengenai kepala

    2 3 6 MODERATE

    Tertusuk ujung kayu yang akan

    diangkut ke gerobak

    3 1 3 LOW

    Tangan terjepit saat akan menata

    kayu

    3 1 3 LOW

    3. Mesin 1 Pisau yang terbuka di pisau jointer

    dapat membalikkan kayu dan

    mengenai anggota badan

    5 3 15 HIGH

    Mesin rap saw mengenai perut

    karena kayu yang akan dipotong

    membalik

    5 3 15 HIGH

    Pelipis terkena potongan kayu

    yang membalik

    4 3 12 HIGH

    Tangan memar karena terkena

    kayu saat akan memotong

    4 2 8 MODERATE

    Kaki terkilir karena terpeleset

    menginjak tumpukan serbuk kayu

    3 2 6 MODERATE

    Potongan kayu yang membalik

    saat dipotong dapat tertancap

    ditangan

    5 3 15 HIGH

    Jari tangan dapat putus jika

    terpotong pisau mesin yang

    berada di mesin 1

    5 4 20 EXTREME

    Kayu yang pecah saat di jointer

    dapat melukai tangan

    5 3 15 HIGH

    4. Laminasi Pelipis terluka karena terkena

    mesin manual laminasi

    5 3 15 HIGH

    Besi klem yang terlepas dapat

    mengenai anggota badan terutama

    kepala

    5 3 15 HIGH

    Tekanan besar di rap saw ketika

    membelah kayu dapat mengenai

    5 4 20 HIGH

  • 93

    anggota tubuh karena kayu

    membalik sendiri

    Tertimpa kayu yang sudah selesai

    dilaminasi

    4 3 12 MODERATE

    Klem patah dan mengenai kepala 5 3 15 HIGH

    Tangan terjepit kayu yang

    dilaminasi

    4 2 8 MODERATE

    5. Mesin 2 Tangan dapat terpotong spindle

    saat memotong

    5 4 20 EXTREME

    Kayu yang sedang diproses di

    spindel dapat memental karena

    melawan serat kayu

    5 4 20 EXTREME

    Tekanan yang kurang kuat saat

    mendorong kayu untuk dipotong

    dapat membuat jari robek

    5 3 15 HIGH

    Pisau di spindel yang terbuka

    dapat melukai tangan

    5 4 20 EXTREME

    Gergaji yang berbentuk selendang

    dan sambungan di bandsaw dapat

    mengenai badan atau muka

    5 4 20 EXTREME

    Tangan yang terlalu dekat dengan

    mesin dapat terpotong jarinya

    4 5 20 EXTREME

    Jari tangan dapat terjepit mesin

    press di tenon

    4 5 20 EXTREME

    Jenis kayu yang keras dapat

    terlempar mengenai tangan saat

    memotongnya tidak kuat

    5 4 20 EXTREME

    6. Assembli

    ng

    Tangan dapat terekena hand circle

    saat kurang teliti

    5 1 5 MODERATE

    Pisau tatah/pahat dapat melukai

    tangan jika meleset

    3 3 9 MODERATE

    Kayu yang membalik saat di hand

    circle dapat mengenai muka

    5 3 15 HIGH

  • 94

    Tangan dapat terjepit oleh tandem

    press karena tidak kencang

    4 2 8 MODERATE

    Tangan tergores karena pisau

    tatah

    3 4 12 HIGH

    Kabel hand circle dapat

    menyangkut dan konslet

    2 2 4 LOW

    Telapak tangan dapat tertancap

    kayu

    3 3 9 MODERATE

    Saat memotong kayu jari dapat

    terpotong oleh gergaji

    4 5 20 EXTREME

    7. Sanding Ketika proses rusting tangan

    tergores

    5 3 15 HIGH

    Ketika mengeslap dan pecah

    dapat melukai tangan

    5 3 15 HIGH

    Gerinda dapat menggores tangan

    saat meleset

    5 3 15 HIGH

    Slep dapat mengenai kaki 4 2 8 MODERATE

    Tangan dapat melepuh ketika

    menggunakan bahan kimia

    4 3 12 HIGH

    Terpeleset karena ceceran cairan

    bahan kimia

    4 2 8 MODERATE

    Mata gerinda yang meleset dapat

    melukai kaki

    5 3 15 MODERATE

    Mata terkena cipratan bahan

    kimia

    5 3 15 MODERATE

    8. Finishin

    g

    Tangan terluka terkena cutter saat

    melakukan kegiatan packing

    2 3 6 LOW

    Dapat kejatuhan tumpukan kardus

    untuk packing

    1 4 4 LOW

    Kaki dapat membengkak jika

    tertimpa besi poamsit

    1 4 4 LOW

    Sesak akibat terkena semprotan

    untuk furniture

    4 2 8 MODERATE

  • 95

    Mata terkena lem akibat kayu

    yang dilem belum kering saat

    akan diamplas

    4 2 8 MODERATE

    Dapat sesak nafas dan pingsan

    akibat menghirup cat yang akan

    dilapisi di furniture

    4 2 8 MODERATE

    Keterangan :

    L : Likelihood (Kemungkinan)

    S : Severity (Kerasnya)

    RN : Risk Number (Nomerrisiko)

    Low : Rendah

    Moderate : Sedang

    High : Tinggi

    Extreme : Berbahaya

  • 96

    Gambar 4.2. Area risiko bahaya kecelaakan kerja PT.

    Paradise Island Furniture

  • 97

    5. Statistik Kecelakaan kerja

    Statistik kecelakaan kerja yang dipatakan pada penelitian kali ini

    bersumber dari data kecelakaan kerja yang direkap oleh bagian K3 PT.

    Paradise Island Furniture. Berikut adalah tabel statistik kecelakaan kerja

    sebagaimana terlampir pada Tabel 4.15. dibawah ini.

    Tabel 4.15. Statistik jumlah kecelakaan dan jam kerja

    Tahun Insiden

    (kali kejadian)

    Hari kerja

    hilang

    (Hari)

    Total jam

    kerja

    (Jam)

    2018 7 15 1960

    2019 14 33 1992

    Berdasarkan data statistik diatas didapatkan kenaikan intensitas

    kejadian dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 2 kali lipat atau 100%

    kenaikan. Namun apabila melihat jumlah jam kerja yang dilakukan tahun

    2019 memiliki jam kerja yang lebih banyak untuk itu perlu penilaian

    yang seimbang. Pada penelitian kali ini dilakukan perhitungan Ratio

    kekerapan kecelakaan, Rerata keparahan kecelakaan, Persentase

    kejadian kecelakaan kerja, dan Safe T Score untuk menilai penerapan K3

    yang telah dilakukan perusahaan secara seimbang. Berikutadalah

    perhitungannya :

    a. Ratio kekerapan kecelakaan (frequency rate)

    FR = jumlah cidera yang menyebabkan hilangnya waktu kerja x 1.000.000

    jumlah jam kerja orang yang telah dilakukan

    Tahun 2018 = 7 x 1.000.000

    206 x 1960 = 17,33 kejadian/ 1.000.000 jam kerja

  • 98

    Tahun 2019 = 14 x 1.000.000

    206 x 1992 = 34,12 kejadian/1.000.000 jam

    kerja.

    Melihat hasil perhitungan Frequency Rate (FR) nilai tahun

    2019 mengalami peningkatan yang sebelunya 17,33 menjadi 34,12

    kejadian dalam setiap 1.000.000 jam kerja yang telah dilakukan

    pekerja. Hal tersebut sejalan dengan jumlah kecekaan kerja yang

    terjadi walaupun jumlah jam kerja lebih besar ditahun 2019.

    b. Ratio keparahan kecelakaan (severity rate)

    SR = jumlah hari kerja hilang x 1.000.000

    jumlah jam kerja orang yang telah dilakukan

    Tahun 2018 = 15 x 1.000.000

    206 x 1960 = 37,15 hari/1.000.000 jam kerja

    Tahun 2019 = 33 x 1.000.000

    206 x 1992 =80.42 hari/1.000.000 jam kerja

    Peningkatan jumlah kecelakaan kerja berpengaruh terhadap

    hilangnya hari kerja yang semula 37,15 menjadi 80,42

    hari/1.000.000 jam kerja pekerja. Secara penilaian K3 menunjukkan

    tidak ada perbaikan justru bertambah meningkat waktu hilang kerja.

    c. Persentase kejadian kecelakaan kerja (incident rate)

    IR = jumlah kasus x 100

    jumlah tenaga kerja yang terpapar

    Tahun 2018 = 7 x 100

    206 = 3.4%

    Tahun 2019 = 14 x 100

    206 = 6,8%

  • 99

    Melihat persentase keelakaan kerja yang meningkat

    menunjukan dalam bekerja seorang pekerja memiliki kesempatan

    terkena kecelakaan kerja yang semula 3,4% naik menjadi 6,8%.

    d. Rerata hilangnya waktu kerja (Average Time Lost Rate/ATLR)

    ATLR = (Total hari hilang karena kecelakaan kerja/ total kasus

    kecelakaan kerja)

    Tahun 2018 = 15

    7 = 2,143

    Tahun 2019 = 33

    14 = 2,357

    Hasil perhitungan ALTR menunjukan peningkatan 0,214

    dimana tahun 2018 bernilai 2,143 meningkat pada tahun 2019

    menjadi 2,357 nilai ALTR merupakan ukuran indikator yang sering

    disebut “duration rate”dari peningkatan nilai tersebut menunjukan

    hasil kinerja program K3 yang belum maksimal.

    e. Frequency Saverity Indicator (FSI)

    FSI = (Fr x Sr)/1000

    2018 = (17,33 X 37,15) = 643,81

    2019 = (34,12 X 80.42) =2.743,9

    Nilai Frequency Saferity Indikator adalah kombinasi dari

    frequency dan severity rate. Nilai FSI dapat dijadikan rangking

    kinerja antar periode di tempat kerja. Semakin kecil nilai FSI maka

    semakin baik kinerjanya. Pada tahun 2018 memiliki rangking kinerja

    yang lebih baik dengan nilai 643,81 dari pada tahun 2019 senilai

    2.743,9.

  • 100

    f. Safe T Score

    Safe T Score = FR sekarang−FR sebelumnya

    FR sebelumnya

    Safe T Score = 34,12 −17,33

    17,33 = 16,79 / 17,33

    = 0.968

    Perhitungan nilai safe T Score (STS) dilakukan guna

    mengetahui tingkat perubahan (peningkatan/perubahan) kinerja K3

    yang berkaitan dengan kecelakaan kerja/insiden kerja. Dari hasil

    diatas nilai STS PT. Paradise Island Furniture memiliki nilai 0,968.

    C. Pembahasan

    1. Job Safety Analysis

    a. Oven tungku

    Beberapa potensi bahaya pada proses pekerjaan ini adalah tangan

    dapat terjepit kayu yang akan disusun di oven tungku, kepala tersampar

    kayu yang akan disusun di oven tungku, mata terkena abu pembakaran

    kayu ditungku, jari tangan tertusuk pinggiran kayu saat akan

    memasukkan ke tungku, fan belt yang berada dilorong oven tungku

    dapat mengenai baju hingga robek, tangan terkena api yang ada

    ditungku, kepala dapat terbentur besi disekitar oven tungku, tangan

    dapat terjepit di sela pintu saat akan membuka ataupun menutup pintu,

    kaki tertindih roda gerobak yang mengangkut kayu yang akan di oven

    dan juga kayu sesudah dikeringkan di oven tungku.

    Potensi bahaya yang diprediksikan seperti itu timbul karena kurang

    hati-hati dalam bekerja hal ini sesuai dengan Suma’mur (2009) bahwa

  • 101

    faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan kerja sangat penting.

    Selalu di temui dari hasil-hasil penelitian sebanyak 80-85% kecelakaan

    kerja di sebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia (unsafe human

    act).

    Untuk upaya pengendalian mungkin dilakukan untuk menghindari

    potensi potensi bahaya tersebut dengan menggunakan Alat Pelindung

    Diri (APD). Alat Pelindung Diri (APD) menurut OSHA (Occupational

    Safety and Health Administration) didefenisikan sebagai alat yang

    digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang

    diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya atau hazard di tempat

    kerja. APD yang dapat digunakan karywan bagian produksi di oven

    tungku adalah kaca mata, masker, sarung tangan, safety shoes. Kaca

    mata berguna untuk melindungi mata dari paparan api dan abu sisa

    pembakaran di tungku oven, sepatu safety berguna untuk melindungi

    pekerja oven tungku dari benda-benda berbahaya disekitar lokasi kerja,

    sarung tangan berguna untuk melindungi bagian tangan pekerja oven

    tungku pada saat memindahkan kayu pembakaran ataupun material

    lainnya dan masker berguna untuk perlindungan atau menghindari dan

    mengurangi kemungkinan akan tercemar debu dan zat sisa pembakaran

    lainnya yang membahayakan pernafasan.

    Berdasarkan hasil penelitian di proses produksi ditemukan bahwa

    rambu-rambu yang di pasang masih belum lengkap dan rambu yang

    sudah ada terbengkalai tertutup oleh debu akibat proses produksi.

  • 102

    Untuk itu disarankan pemasangan rambu-rambu K3 dan perlu diletakan

    pada lokasi strategis yang mudah dilihat oleh pekerja.

    Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah

    dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 56,25% hal

    tersebut dipengaruhi oleh faktor pengetahuan K3 yang masih rendah

    yaitu pada pengetahuan K3 dengan nilai 75% sedangkan faktor lainnya

    seperti penilaian cara kerja, lingkungan kerja dan alat pelindung diri

    berada pada level yang lebih baik. Untuk itu perlu peningkatan

    pengetahuan K3 pada karyawan oven tungku dengan dilakukan brifing

    setiap sebelum melakukan pekerjaan. Memaksimalkan penggunaan

    rambu-rambu K3 dan

    Sedangkan berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian oven

    tungku mendapatkan nilai sebesar 0-25% karena memiliki sifat bahaya

    rendah berdasarkan hasil identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada

    proses produksi furniture PT. Paradise Island Furniture. Dengan

    pemasangan rambu-ranbu K3 setidaknya mampu menurunkan 20%

    potensi kecelakaan kerja. Seperti yang disampaikan (Santoso,2004) 80-

    85% kecelakaan kerja dipengaruhi oleh faktor manusia yang salah

    satunya kurangnya pengetahuan K3. Untuk itu penataan kembali

    rambu K3 dan pemeliharaan rambu K3 adalah upaya peningkatan

    pengetahuan K3 melalui rambu-rambu yang dipasang.

  • 103

    b. Gudang

    Pada bagian gudang yang dilakukan adalah penataan kayu yang

    sudah dipotong, dan menyiapkan bahan untuk produksi di temukan

    potensi yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja yaitu

    tumpukan kayu yang tersusun tinggi, serpihan kayu sisa pemotongan

    dangrobak pengangkut hal tersebut berpotensi melukai pekerja.

    Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih disebabkan karena pekerja

    tidak berhati-hati saat menyusun dan mengangkut kayu untuk ditata

    ataupun untuk diolah ke bagian produksi lainnnya. Sesuai dengan teori

    Domino Effect oleh Heinrich (1980) penyebab kasus kecelakaan kerja

    berasal dari faktor kelalaian manusia sebesar 88% (unsafe action)

    meliputi dari sikap dan tingkah laku yang kurang baik, kurang

    pengetahuan dan keterampilan atau keahlian. Tindakan pengendalian

    yang dapat dilakukan adalah pekerja menggunakan Alat Pelindung Diri

    (APD) seperti sepatu safety, sarung tangan, dan helm safety.

    Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah

    dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 42,5% hal

    tersebut dipengaruhi oleh faktor penilaian cara kerja yang masih rendah

    yaitu dengan nilai 11,11%, sedangkan faktor lainnya seperti

    pengetahuan K3, lingkungan kerja dan alat pelindung diri berada pada

    level yang lebih baik. Rendahnya nilai pengetahuan cara kerja

    dipengaruhi oleh tidak adanya standar pengoperasian alat pada tahapan

    tersebut. Untuk itu dikarenakan tidak adanya prosedur penggunaan alat

  • 104

    setidaknya dibuat prosedur penataan barang yang akan masuk dan

    keluar dari gudang karena masih ditemukan kesalahan pada

    penyusunan sehingga meningkatkan potensi kecelakaan.

    Berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian gudang sebesar

    0-25% karena memiliki sifat bahaya rendah berdasarkan hasil

    identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada proses produksi furniture

    PT. Paradise Island Furniture. Dengan kondisi tersebut perlu dilakukan

    pengendalian administratif dan penggunaanAPD sebagai perlindungan

    terakhir untuk meminimalisir dampak kecelakaan kerja. Menurut

    (Nanda,2019) penggunaan APD setidaknya mampu menurunkan 33,7%

    potensi kecelakaan kerja dari hasil statistik penelitian yang sudah

    dilakukan.

    c. Mesin 1

    Proses produksi pada mesin 1 berpotensi menimbulkan bahaya

    diantaranya : Pisau yang terbuka di mesin 1 dapat membalikkan kayu

    dan mengenai anggota badan,pisau mesin 1 dapat melukai pekerja yang

    salah dalam prosedurpekerjaan, pekerja dapat terluka akibat kayu yang

    diolah pada mesin 1. Hal ini di sebabkan metode kerja yang salah dalam

    mengeluarkan alat kerja dan penggunaan alat pada saat bekerja.

    Sependapat dengan (Maringan, 2016) tingkat pendidikan sangat

    mempengaruhi kecakapan seseorang dalam melakukan

    pekerjaan.Tingkat pendidikan juga berhubungan dengan cepat atau

    lambatanya tenaga kerja dalam mengambil keputusan. Tentunya pada

  • 105

    saat mengambil keputusan menentukan pula pada metode kerja yang

    digunakan.

    Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah

    dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 59,02% hal

    tersebut dipengaruhi oleh penilaian faktor lingkungan kerja yang masih

    rendah yaitu dengan nilai 76,38% sedangkan faktor lainnya seperti

    pengetahuan K3, penilaian cara kerja dan alat pelindung diri berada

    pada level yang lebih baik. Rendahnya nilai faktor lingkungan kerja

    dipengaruhi oleh banyaknya mesin yang digunakan pada proses

    produksi ini dan kondisi dari mesin-mesin tersebut berada pada kondisi

    yang sangat berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja.

    Tindakan pengendalian untuk mencegah potensi bahaya pada

    proses produksi mesin 1 adalah menggunakan APD seperti sarung

    tangan dan sepatu safety, dan bekerja sesuai instruksi kerja perusahaan.

    Serta melakukan edukasi terkait K3 dan pencegahan kecelakaan kerja.

    Selaras dengan pendapat Suma’mur (2011) yang mengemukakan

    bahwa pengalaman untuk waspada terhadap kecelakaan kerja

    bertambah baik sesuai dengan pertambahan masa kerja dan lama

    bekerja di tempat kerja yang bersangkutan. Ketika masa kerja masih

    minim perlu ditopang dengan edukasi yang mumpuni.

    Berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian Mesin 1 sebesar

    50-75% karena memiliki sifat bahaya tinggi berdasarkan hasil

    identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada proses produksi Furniture

  • 106

    PT. Paradise Island Furniture. Dengan penggunaan APD setidaknya

    mampu menurunkan 33,7% potensi kecelakaan kerja sebagaimana

    dijelaskan hasil pada penelitian (Nanda,2019) dan solusi peningkatan

    fokus kerjasetidaknya mampu menurunkan 10% potensi kecelakaan

    yang diakibatkan faktor manusia sebagaimana dijelaskan (Santoso,

    2004) dengan total penurunan 43,7% potensi bahaya yang mampu

    diminimalisir dari proses sanding.

    d. Laminasi

    Potensi bahaya saat proses produksi laminasi adalah terkena alat

    manual laminas/ klem yang patah, anggota tubuh terkena lem, anggota

    tubuh terluka akibat kayu bahan produksi, Terkena dongkrak hidrolik

    ketika akan melakukan laminasi di klem. Berdasarkan keterangan

    pekerja dan data kecelakaan kerja sering terjadi. Untuk menghindari

    kecelakaan tersebut perlu peningkatan fokus saat pengoperasian alat

    dongkrak hidrolik, alat laminasi dan peralatan kerja pendukung lainnya.

    Untuk upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah menggunakan

    helm safety, sarung tangan, serta sepatu safety. Pastikan pekerja dalam

    kondisi fit dan fokus bekerja dalam mengoperasikan alat untuk

    menghindari kelalaian bekerja.

    Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah

    dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 69,85% hal

    tersebut dipengaruhi oleh penilaian faktor pengetahuan K3 yang masih

    rendah yaitu dengan nilai 76,47% sedangkan faktor lainnya seperti

  • 107

    penilaian cara kerja, lingkungan kerja dan alat pelindung diri berada

    pada level yang lebih baik. Rendahnya nilai faktor pengetahuan K3

    dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran untuk peduli terhadap

    pentingnya pengetahuan terkait K3 yang sebenarnya mampu untuk

    meminimalisir kecelakaan kerja.

    Berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian laminasi sebesar

    50-75% karena memiliki sifat bahaya tinggi berdasarkan hasil

    identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada proses produksi furniture

    PT. Paradise Island Furniture. Dengan penggunaan APD setidaknya

    mampu menurunkan 33,7% potensi kecelakaan kerja sebagaimana

    dijelaskan hasil pada penelitian (Nanda,2019) dan pengendalian

    kecelakaan kerja dari faktor manusiaberupa peningkatan keterampilan

    kerja, fokus kerja, motivasi kerja, dan pengetahuan kerja setidaknya

    mampu menurunkan 40% potensi kecelakaan yang diakibatkan faktor

    manusia sebagaimana dijelaskan (Santoso, 2004). dengan total

    penurunan 66,3% potensi bahaya yang mampu diminimalisir dari

    proses sanding.

    e. Mesin 2

    Proses produksi pada Mesin 2berpotensi menimbulkan bahaya

    diantaranya: spindle pemotong kayu, pisau yang terbuka pada spindle,

    gergaji yang berbentuk selendang dan sambungan di bandsaw dapat

    patah dan mengenai anggota badan, jari tangan dapat terjepit mesin

    press tenon, tangan yang terlalu dekat dengan mesin dapat

  • 108

    mengakibatkan jari terpotong jika lengah. Selaras dengan penelitian

    (Lilian, 2017) kecelakaan kerja bisa terjadi karena adanya kontak

    dengan sumber bahaya yang berlebihan sehingga menyebabkan suatu

    kecelakaan. Kontak yang dimaksud disini adalah kondisi dari alat kerja

    yang tidak baik atau perilaku pekerja yang tidak aman. Kondisi

    lingkungan kerja yang sudah berpotensi membahayakan, jarak aman

    yang terlalu dekat dengan sumber bahaya, dan faktor internal dari

    aktifitas pekerja yang membahayakan.

    Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusaan adalah

    pemberian APD lengkap pada pekerja. Pada prakteknya masih

    ditemukan kecelakaan kerja yang berakibat pada anggota tubuh yang

    terluka walau sudah menggunakan APD. Perlu dilakukan pengendalian

    lainnya (Wikaningrum, 2014) hal tersebut belum efektif sebaiknya

    memberikan pelatihan kepada tenaga kerja tentang bekerja aman dan

    selamat serta penyuluhan tentang K3 secara berkala sehingga tenaga

    kerja mengetahui arti pentingnya keselamatan kerja dan kesadaran

    untuk bekerja aman dapat meningkat, sehingga risiko kecelakaan kerja

    dapat diminimalisasi sekecil mungkin.

    Menurut (Nyco, 2016) pengendalian sesuai dengan ISO

    31000:2009 dengan urutan eliminasi, substitusi, pengendalian teknik,

    administrasi dan alat pelindung diri. Pengendalian risiko hendaknya

    mengikuti risk ratting yang tertinggi yaitu potensi bahaya dengan risiko

    bahaya urgent, karena pekerja berpotensi mengalami kecelakaan.

  • 109

    Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah

    dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 63,24% hal

    tersebut dipengaruhi oleh penilaian faktor lingkungan kerja yang masih

    rendah yaitu dengan nilai 72,06% sedangkan faktor lainnya seperti

    penilaian cara kerja, pengetahuan K3 dan alat pelindung diri berada

    pada level yang lebih baik. Rendahnya nilai faktor lingkungan kerja

    dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh banyaknya mesin yang digunakan

    pada proses produksi ini dan kondisi dari mesin-mesin tersebut berada

    pada kondisi yang sangat berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja.

    Dengan metode substitusi bahaya tidak dapat dihilangkan secara

    permanen namun bisa di turunkan dengan perawatan mesin secara

    teratur. Setidaknya mesin yang aman untuk dioperasikan mampu

    mengurangi potensi kecelakaan kerja. Kemudian ditambah metode

    administrasi dengan pengaturan jam kerja, pengawasan fokus pekerja

    dalam mengoperasikan alat, dan meningkatkan standar pekerja dalam

    mengoperasikan alat dengan memberikan pelatihan dan uji kelayakan

    mengoperasikan alat.

    Berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian mesin 2 sebesar

    75-100% karena memiliki sifat bahaya sangat tinggi berdasarkan hasil

    identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada proses produksi furniture

    PT. Paradise Island Furniture. Dengan penggunaan APD setidaknya

    mampu menurunkan 33,7% potensi kecelakaan kerja sebagaimana

    dijelaskan hasil pada penelitian (Nanda,2019) dan pengendalian

  • 110

    kecelakaan kerja dari faktor manusia berupa peningkatan fokus kerja,

    motivasi kerja, pengetahuan kerja, keterampilan kerja dan mengurangi

    stress fisik setidaknya mampu menurunkan 33,15% potensi kecelakaan

    yang diakibatkan faktor manusia sebagaimana dijelaskan (Santoso,

    2004) dengan total penurunan 66,85% potensi bahaya yang mampu

    diminimalisir dari proses mesin 2.

    f. Assembling

    Potensi bahaya saat proses produksi assembling adalah terkena

    mesin planner, pisau tatah/pahat, terjepit oleh tandem press, tertancap

    kayu saat akan merakit komponen. Munculnya potensi bahaya tersebut

    berdasarkan data kecelakaan kerja yang terekap, wawancara terhadap

    pekerja, dan identifikasi lingkungan kerja pada proses produksi secara

    langsung. Untuk menghindari kecelakaan tersebut perlu diberikan

    peringatan tanda bahaya pada mesin planner. Hal tersebut bertujuan

    untuk meningkatkan kehati-hatian pekerja dan fokus kerja saat

    menggunakan mesin planner.

    Untuk upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah

    peningkatan pengawasan dan selalu memberikan peringatan apabila

    penggunaan APD diabaikan. Kerena pengendalian untuk mencegah

    potensi bahaya menggunakan APD mengingat penggunaan alat

    pelindung diri (APD) bagi pekerja sangat diwajibkan oleh perusahaan

    sesuai dengan jenis bahaya dan jenis pekerjaan yang di lakukan

    tersebut. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Keselamatan

  • 111

    Kerja Nomor 1 Tahun 1970 pasal 14C, mengatakan bahwa suatu

    perusahaan menyediakan secara cuma-cuma sesuai dengan jenis

    pekerjaan dan bahayanya. Ketika APD sudah disediakan sejatinya perlu

    menumbuhkan kesadaran untuk menggunakan sebagai upaya

    partisipasi dalam menjaga keselamatan dalam bekerja.

    Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah

    dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 49,3% hal

    tersebut dipengaruhi oleh penilaian faktor lingkungan kerja yang masih

    rendah yaitu dengan nilai 69,44% sedangkan faktor lainnya seperti

    penilaian cara kerja, pengetahuan K3 dan alat pelindung diri berada

    pada level yang lebih baik. Rendahnya nilai faktor lingkungan kerja

    dipengaruhi oleh banyaknya mesin yang digunakan pada proses

    produksi ini dan kondisi dari mesin-mesin tersebut berada pada kondisi

    yang sangat berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja.

    Berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian assembling

    sebesar 25-50% karena memiliki sifat bahaya sedang berdasarkan hasil

    identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada proses produksi furniture

    PT. Paradise Island Furniture. Dengan penggunaan APD setidaknya

    mampu menurunkan 33,7% potensi kecelakaan kerja sebagaimana

    dijelaskan hasil pada penelitian (Nanda,2019) dan ditambah

    pengendalian kecelakaan kerja dari faktor manusia berupa

    peningkatanfokus kerja, motivasi kerja, pengetahuan kerja,

    keterampilan dan stress fisik setidaknya mampu menurunkan 13,26%

  • 112

    potensi kecelakaan yang diakibatkan faktor manusia sebagaimana

    dijelaskan (Santoso, 2004) dengan total penurunan 46,96% potensi

    bahaya yang mampu diminimalisir dari proses assembling.

    g. Sanding

    Beberapa potensi bahaya pada proses pekerjaan ini adalah proses

    merusting, terkena bahan kimiauntuk memutihkan kayu, Pernafasan

    sesak ketika sedang mensprai bahan kimia, dapat terkena cipratan

    bahan kimia untuk bleaching.Latar belakang ditentukannya prediksi

    potensi bahaya tersebut berdasarkan data kecelakaan kerja periode

    sebelumnya sebagai pertimbangan, informasi dari pekerja yang telah

    bekerja pada bagian sanding, dan terakhir pertimbangan pengamatan

    penelitin secara langsung.

    Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah

    penggunaan APD pada pekerja seperti sarung tangan, sepatu safety, dan

    masker. Namun masih terjadi kecelakaan kerja salah satunya pekerja

    mengalami sesak nafas. Seharusnya untuk mengantisipasi kecelakaan

    yang mungkin terjadi dikemudian hari adalah penggunaan masker yang

    memiliki kerapatan tinggi dan tahan terhadap unsur-unsur kimia. Upaya

    terbaik dalam bagian ini adalah penggunaan metode administrasi yaitu

    pengadaan peningkatan kualitas peralatan APD yang telah tersedia

    yaitu masker khusus bahan kimia.

    Bahaya ini sejalan dengan penelitian oleh (Mulyati, 2013) bahwa

    debu di inhalasi menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan

  • 113

    non spesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport mukosilier dan

    fagositosis oleh makrofag. Otot polos di sekitar inhalasi dapat

    terangsang sehingga menimbulkan penyempitan.

    Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah

    dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 50,69% hal

    tersebut dipengaruhi oleh penilaian faktor lingkungan kerja yang masih

    rendah yaitu dengan nilai 69,44% sedangkan faktor lainnya seperti

    penilaian cara kerja, pengetahuan K3 dan alat pelindung diri berada

    pada level yang lebih baik. Rendahnya nilai faktor lingkungan kerja

    dipengaruhi oleh banyaknya mesin yang digunakan pada proses

    produksi ini dan kondisi dari mesin-mesin tersebut berada pada kondisi

    yang sangat berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja

    Berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian sanding sebesar

    50-75%karena memiliki sifat bahaya tinggi berdasarkan hasil

    identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada proses produksi Furniture

    PT. Paradise Island Furniture. Dengan penggunaan APD setidaknya

    mampu menurunkan 33,7% potensi kecelakaan kerja sebagaimana

    dijelaskan hasil pada penelitian (Nanda,2019) dan pengendalian

    kecelakaan kerja dari faktor manusia berupa peningkatan fokus kerja,

    motivasi kerja, dan stress fisik setidaknya mampu menurunkan 19,89%

    potensi kecelakaan yang diakibatkan faktor manusia sebagaimana

    dijelaskan (Santoso, 2004) dan total penurunan 53,59% potensi bahaya

    yang mampu diminimalisir dari proses sanding.

  • 114

    h. Finishing

    Beberapa potensi bahaya pada proses pekerjaan Finishing adalah

    bahan pewarna mengganggu pernafasan, anggota tubuh terluka akibat

    peralatan kerja (palu dan cutter), terluka akibat terkena drei, anggota

    tubuh terkena lem, anggota tubuh terluka akibat tidak menggunakan

    APD. Penentuan potensi bahaya ditentukan berdasarkan pengamatan

    peneliti secara langsung, wawancara dengan pekerja, dan

    mempertimbangkan data kecelakaan kerja.

    Pengendalian pada proses Finishing adalah pengendalian prilaku

    kerja pekerja. Karena pada temuan dilapangan banyak pekerja yang

    hanya menggunakan sandal saat bekerja, tidak menggunakan sarung

    tangan, dan masih minim kesadaran akan penggunaan APD. Tentunya

    kesadaran akan penerapan APD pada saat bekerja berpengaruh terhadap

    kecelakaan kerja, hal tersebut terbukti dari penelitian (Zainal, 2016)

    terkait hubungan kelalaian kerja dengan kecelakaan kerja. Terdapat

    pengaruh yang positif dan signifikan kelalaian kerja terhadap

    kecelakaan kerja. Artinya, bahwa bila kelalaian kerja meningkat, maka

    kecelakaan kerja akan meningkat.

    Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah

    dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 46,53% hal

    tersebut dipengaruhi oleh penilaian faktor lingkungan kerja yang masih

    rendah yaitu dengan nilai 72,22% sedangkan faktor lainnya seperti

    penilaian cara kerja, pengetahuan K3 dan alat pelindung diri berada

  • 115

    pada level yang lebih baik. Rendahnya nilai faktor lingkungan kerja

    dipengaruhi oleh lingk