bab iv hasil dan pembahasan 4.1 gambaran umum obyek...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Deskriptif Data
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel dan
SPSS (Statistical Product Service Solution). Data yang diolah adalah tingkat suku bunga
(SBI) tahun 2008 sampai 2010 dan yield obligasi tahun 2008 sampai 2010. Dalam penelitian
ini membahas perusahaan di sektor financial institution, dari 11 perusahaan financial
institution yang tercatat di Bursa Efek Indonesia hanya ada 5 perusahaan yang memenuhi
syarat kelengkapan data yaitu Astra Sedaya Finance (ASDF), BCA Finance (BCAF), Federal
International Finance (FIFA), Perum Pegadaian (PPGD), Wahana Ottomitra Multiartha Tbk
(WOMF).
Institusi pembiayaan (financial instution) merupakan suatu lembaga yang kegiatan
utamanya bergerak dalam jasa keuangan seperti sewa guna usaha, anjak piutang, usaha kartu
kredit dan pembiayaan konsumen. Jenis-jenis kegiatan ini hampir mirip dengan yang
dilakukan oleh bank hanya saja melihat umurnya yang relatif sangat muda maka konstribusi
dari institusi masih merupakan porsi yang kecil bila dibandingkan dengan total kredit yang
disalurkan oleh bank.
Institusi pembiayaan merupakan industri yang sangat peka terhadap iklim
perekonomian makro suatu negara karena industri ini berkaitan langsung dengan perusahaan-
perusahaan yang menghasilkan barang-barang kebutuhan masyarakat dimana perusahaan-
perusahaan tersebut sangat tergantung pada daya beli masyarakat, sehingga bila keadaan
makro ekonomi suatu negara sedang mengalami penurunan yang menyebabkan daya beli
masyarakat turun maka perusahaan-perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam
memasarkan produknya. Walaupun diperkirakan bahwa kondisi moneter dan ekonomi benar-
benar pulih dan pergerakan ekonomi nasional berjalan relatif lambat hanya perusahaan-
perusahaan pembiayaan yang sehat akan tetap bertahan melewati masa-masa sulit dan
keberhasilan perusahaan pembiayaan dalam menjalankan bisnis ini tergantung pada
kemampuan perusahaan tersebut sebagai pelaku bisnis untuk berinteraksi dengan
lingkungannya.
Menurut Peraturan Pemerintah Keuangan No.84/PMK.012/2006 tentang perusahaan
pembiayaan melakukan kegiatan usaha :
a. Sewa Guna Usaha
Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna
usaha dengan hak opsi maupun dengan sewa guna usaha tanpa hak opsi untuk digunakan oleh
penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsur.
b. Anjak Piutang
Kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu
perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.
c. Usaha Kartu Kredit
Kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang atau jasa dengan menggunakan kartu
kredit.
d. Pembiayaan Konsumen
Kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan
pembayaran secara angsuran.
Peranan institusi pembiayaan ini adalah membantu dunia usaha dalam meningkatkan
produktivitas barang dan jasa, memperlancar distribusi barang, mendorong terbukanya
lapangan pekerjaan. Adapun perbedaan antara institusi pembiayaan dengan lembaga
perbankkan yaitu :
1. Lembaga keuangan bank (disebut bank saja) merupakan lembaga keuangan yang paling
lengkap kegiatannya yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali
dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman serta melaksanakan kegiatan
jasa keuangan lainnya, sedangkan Lembaga keuangan non bank (financial instution)
kegiatannya difokuskan pada salah satu kegiatan keuangan saja. Misalnya : perusahaan
leasing menyalurkan dana dalam bentuk barang modal kepada perusahaan penyewa,
pegadaian menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman jangka pendek dengan jaminan
barang bergerak.
2. Bank dapat secara langsung menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro,
tabungan, deposito berjangka. Sedangkan Lembaga Keuangan Non Bank tidak dapat
secara langsung menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan
deposito berjangka.
3. Bank Umum dapat menciptakan uang giral yang dapat mempengaruhi jumlah uang yang
beredar dimasyarakat. Sedangkan Lembaga Keuangan Non Bank tidak bisa melakukan
hal tersebut.
Manajemen perusahaan pada financial institution yaitu proses pengambilan
keputusan keuangan dalam perusahaan pembiayaan dalam rangka untuk mencapai tujuan,
tujuan yang dimaksud yakni mendapatkan keuntungan dan memaksimumkan kekayaan
pemilik. Berdasarkan segi tujuan pembiayaannya, perusahaan pembiayaan diklasifikasikan
menjadi :
1. Lembaga pembiayaan penjualan: perusahaan pembiayaan yang mengkhususkan diri
dalam pinjaman kepada para konsumen eceran atau manufakturer khusus. Contoh FIF.
2. Lembaga kredit personal: perusahaan pembiayaan yang menspesialisasikan diri dalam
pinjaman cicilan & lainnya kepada para konsumen. Contoh: kartu kredit.
3. Lembaga kredit bisnis: perusahaan pembiayaan yang menspesialisasikan diri dalam
pinjaman bisnis. Contoh: sewa guna usaha.
Secara umum visi dan misi financial instution yaitu :
a. Visi
1. Menjadi pilihan pertama perusahaan pembiayaan dengan solusi yang menyeluruh.
2. Memberikan pendapat maupun saran kepada pemerintah dalam rangka menciptakan
iklim usaha yang sehat dan kompotitif bagi industry usaha jasa pembiayaan di
Indonesia.
3. Menjadi perusahaan pembiayaan yang terdepan dan diakui keberadaannya baik di
dalam negeri maupun di luar negeri.
4. Menawarkan solusi terbaik bagi para pelanggan.
b. Misi
1. Memenuhi harapan para pelanggan, karyawan, pemegang saham, kreditor dan
pemerintah.
2. Menawarkan produk yang terjangkau bagi pelanggan.
3. Membangun kepercayaan publik melalui kinerja sehari-hari yang beretika dan
didasarkan pada prinsip kehati-hatian dalam mengelolah dana.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan bagi para pelanggan dengan didukung teknologi
informasi yang tepat.
Produk maupun layanan yang ditawarkan oleh salah satu perusahaan financial instution
yaitu berupa :
1. New Motorcycle Loan
Produk jenis ini menawarkan bagi para pelanggan bila ingin membeli sepeda motor
baru.
2. Used Motorcycle Loan
Menawarkan produk berupa kredit sepeda motor bekas.
3. Multi Product Financing
Menyediakan layanan pembiayaan kepada pelanggan yang membutuhkan dana untuk
membeli produk selain motor. Produk yang ditawarkan dari pembiayaan ini
contohnya adalah barang-barang elektronik seperti televise, mesin cuci, computer dan
lain-lain.
4.2 Deskriptif Data
Data yang diamati dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga (SBI) dan yield
obligasi dari 5 perusahaan selama periode 2008-2010. Data yang digunakan berupa data
kuartalan. Gambaran masing-masing data dijabarkan sebagai berikut :
4.2.1 Data Tingkat Suku Bunga (SBI)
Suku bunga SBI adalah suku bunga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia atas
pembelian SBI, pergerakan suku bunga SBI merupakan tolak ukur bagi tingkat suku bunga.
Dalam penelitian ini untuk data SBI yang diambil adalah data SBI-1 bulanan selama
periode 2008-2010 pada hari terakhir untuk setiap kuartalan, jadi data yang diambil adalah
data SBI pada hari terakhir di bulan Maret (kuartal 1), bulan Juni (kuartal 2), bulan
September (kuartal 3) dan Desember (kuartal 4). Berdasakan data sekunder yang diperoleh
dari laporan Bank Indonesia, didapatkan informasi tingkat suku bunga SBI tahun 2008-2010
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Data Tingkat Suku Bunga SBI Tahun 2008-2010
Tahun SBI
2008-1 8.73%
2008-2 9.23%
2008-3 9.28%
2008-4 11.24%
2009-1 8.74%
2009-2 7.25%
2009-3 6.57%
2009-4 6.47%
2010-1 6.40%
2010-2 6.30%
2010-3 6.63%
(Sumber : Data Diolah)
Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa tingkat suku bunga SBI mengalami fluktasi dari
tahun ke tahun dimana pada tahun 2008 suku bunga naik mencapai 11,24% namun pada
tahun 2009 dan 2010 tingkat suku bunga tidak sebesar tahun sebelumnya dimana pada tahun
tersebut mengalami penurunan dihitung sebesar 6,47% dan 6,63%. Penurunan ini disebabkan
oleh adanya laju inflansi, arus modal jangka pendek ke dalam atau luar negeri, tingkat suku
bunga rill domestik dan perbedaan suku bunga di dalam dan luar negeri serta stabilitas nilai
tukar.
Berdasarkan data pada tabel 4.1, peneliti menampilkannya dalam bentuk grafik 4.1
sebagai berikut :
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
SBI
SBI
Grafik 4.1 Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI Periode 2008-2010
(Sumber : Data Diolah)
4.2.2 Data Yield Obligasi
Untuk yield obligasi diambil dari data perusahaan-perusahaan yang go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian dibatasi untuk obligasi-obligasi yang pada
periode pengamatan tidak mengalami peristiwa floating rite dan obligasi baru listing
bertujuan untuk menghindari pembayaran nilai kupon yang berubah-ubah dan
ketidaklengkapan data yang diperlukan dalam penelitian.
Berdasarkan kriteria pemilihan di atas didapatkan sampel sejumlah 5 obligasi
perusahaan. Tabel 4.2 berikut ini menunjukkan daftar obligasi anggota sampel penelitian.
Tabel 4.2
Daftar Obligasi Anggota Sampel Penelitian
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
1 ASDF Astra Sedaya Finance
2 BCAF BCA Finance
3 FIFA Federal International Finance
4 PPGD Perum Pegadaian
5 WOMF Wahana Ottomitra Multiartha Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Data yield obligasi yang diteliti berupa data kuartalan diambil dari nilai nominal
selama tahun 2008-2010, harga obligasi, fixed rite dan maturity date. Data yield obligasi dari
5 perusahaan diperoleh dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari 5 perusahaan financial didapatkan informasi
tentang yield obligasi sebagai berikut :
Tabel 4.3
Data Yield Obligasi 2008-2010
Seiring dengan perkembangan tingkat suku bunga dari tahun ke tahun yang dialami Bank
Indonesia yang telah dijelaskan di atas, maka sepintas terlihat adanya pengaruh dari tingkat
suku bunga terhadap yield obligasi.
Dari hasil penelitian diperoleh data rata-rata perkembangan yield obligasi. Sebagaimana
tertera pada table 4.3 yang menunjukkan perubahan dari tahun ke tahun sejak tahun 2008
sampai dengan tahun 2010. Rata-rata yield obligasi dari 5 perusahaan ini sebagaimana
digambarkan pada tabel berikut :
1 2 3 4
ASDF 10.28 10.58 10.58 10.99
BCAF 8.18 8.18 8.23 8.29
FIFA 7.93 8.01 7.90 8.21
PPGD 8.40 9.03 8.92 9.11
WOMF 8.51 8.70 8.78 9.22
1 2 3 4
ASDF 10.52 10.52 10.06 10.07
BCAF 8.20 8.28 8.18 8.07
FIFA 7.92 7.93 7.96 7.99
PPGD 9.10 8.92 8.72 8.92
WOMF 10.84 8.86 8.72 8.61
1 2 3 4
ASDF 9.81 8.84 8.35 7.94
BCAF 8.25 7.52 7.01 8.38
FIFA 9.74 8.45 7.41 9.32
PPGD 10.97 10.05 9.33 9.20
WOMF 10.56 9.96 9.04 8.41
2009
2010
Tahun
Tahun
Tahun2008
Tabel 4.4
Rata-rata Yield Obligasi
Tahun Yield
(Rata-rata)
2008-1 8.66%
2008-2 8.90%
2008-3 8.88%
2008-4 9.16%
2009-1 9.31%
2009-2 8.90%
2009-3 8.73%
2009-4 8.73%
2010-1 9.86%
2010-2 8.96%
2010-3 8.23%
2010-4 8.65%
(Sumber : Data Diolah)
Berdasarkan data pada tabel 4.4, terlihat pada tahun 2008 perkembangan yield obligasi
mengalami peningkatan sebesar 9,16% seiring dengan meningkatnya tingkat suku bunga
mencapai 11,24%. Pada tahun 2009 dan 2010 yield obligasi menurun sebesar 8,73% dan
8,65% didorong oleh menurunnya tingkat suku bunga (SBI) sebesar 6,47% dan 6,42%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pada saat tingkat suku bunga naik, maka tingkat keuntungan
(yield) yang diharapkan akan mengalami penurunan dan sebaliknya.
Selanjutnya perkembangan rata-rat yield obligasi ini dapat dilihat pada grafik 4.2 di
bawah ini :
Grafik 4.2 Perkembangan rata-rata yield Obligasi
(sumber : Data Diolah)
1.3 Uji Normalitas Data
Uji Normalitas Data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Pengujian normalitas
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
0,07
0,075
0,08
0,085
0,09
0,095
0,1
Yield (Rata-rata)
Yield (Rata-rata)
a. analisis Grafik
Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dengan analisis grafik yaitu,
dengan melihat normal probability plot yang dibandingkan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan plot data akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Sumber : Data Sekunder yang Diolah
Gambar 4.1
Uji Normalitas (Normal probability plot)
Selain menggunakan analisis grafik, uji normalitas dilakukan dengan analisis
statistik non-parametrik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebagai berikut :
Tabel 4.5
Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SBI Yield
N 12 12
Normal Parametersa Mean 7.7717 8.9142
Std. Deviation 1.62020 .40291
Most Extreme Differences Absolute .259 .205
Positive .259 .205
Negative -.182 -.173
Kolmogorov-Smirnov Z .899 .709
Asymp. Sig. (2-tailed) .394 .696
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data Sekunder yang Diolah
Berdasarkan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada table 4.5,
menunjukkan besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.899, dimana hasil uji ini
konsisten dengan analisis grafik sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
1.4 Pedoman Penilaian
Menurut Sugiyono (2010) Pedoman untuk tingkat keeratan hubungan antara variabel
X dan variabel Y didasarkan pada aturan sebagai berikut :
Tabel 4.6
Pedoman untuk memberikan interprestasi
1.5 Pengujian Hipotesis
4.5.1 Analisis Regresi Linear Sederhana
Untuk mengetahui pengaruh dari tingkat suku bunga (SBI) terhadap yield obligasi
korporasi di Bursa Efek Indonesia digunakan alat analisis regresi sederhana melalui program
SPSS (Statistical Product Service Solution) versi 16. Pemilihan model ini didasarkan pada
tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. Dibawah ini tabel 4.6 yang menunjukkan hasil
analisis regresi :
Tabel 4.6
Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.601 .615 13.986 .000
SBI .040 .078 .162 .519 .615
a. Dependent Variable: Yield
Sumber : data sekunder yang diolah
Inter koefisien Tingkat Pengaruh
0.00 – 0.19 Sangat Rendah
0.20 - 0.39 Rendah
0.40 – 0.59 Sedang
0.60 – 0.79 Kuat
0.80 – 1.00 Sangat Kuat
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan software statistic SPSS 16
seperti pada tabel 4.6, selanjutnya dapat dirumuskan persamaan regresi linear sederhana
sebagai berikut :
Ŷ = 8.601 + 0.040X
4.5.2 Koefisien Determinasi ( R Square )
Koefisien Determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel
independen dalam menjalankan perubahan pada variabel dependen secara bersama-sama,
dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam
model yang digunakan. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga Yield Obligasi
Korporasi di Bursa Efek Indonesia, dapat dilihat pada tabel 4.7 koefisien determinasi ( R
Square ).
Table 4.7
koefisien determinasi ( R Square )
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .162a .026 -.071 .41701
a. Predictors: (Constant), SBI
b. Dependent Variable: Yield
Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan diatas
diperoleh nilai koefisien determinasi R2
sebesar 0,26. Nilai ini berarti bahwa hanya sebesar
2.6% perubahan tingkat suku bunga selama periode 2008-2010 mempengaruhi yield obligasi
pada sektor financial, sedangkan sisanya sebesar 97.4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Faktor lain yang lebih mempengaruhi yield obligasi
tersebut antara lain peringkat obligasi, durasi, maturity date, ukuran perusahaan, debt to
equity ratio dan lain-lain.
1.6 Uji Statistik
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya yakni untuk
mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Yield Obligasi Korporasi di Bursa Efek
Indonesia, maka peneliti akan melakukan uji hipotesis dengan kriteria pengujian yaitu untuk
taraf nyata a = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = n-2), maka:
1. Jika t hitung ≤ t tabel : Ho diterima atau HA ditolak.
2. Jika t hitung ≥ t tabel : Ho ditolak atau HA diterima.
Pasangan hipotesis yang diuji adalah :
H0 = β ≤ 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga
terhadap yield obligasi korporasi di bursa efek Indonesia.
HA = β > 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga
terhadap yield obligasi korporasi di bursa efek Indonesia.
Sementara nilai t hitung dari koefisien (b1) hasil analisis regresi dapat diikhtisarkan uji dua
sisi dan derajat kebebasan (df) = 2.201. Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari koefisien
regresi (b1) dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8
Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari koefisien regresi
Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Yield Obligasi Korporasi di Bursa Efek
Indonesia
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa nilai t hitung variabel X lebih kecil dari nilai t tabel yaitu
5.19 < 2.201, dengan demikian Ho diterima dan HA ditolak. Hal ini berarti tidak ada pengaruh
tingkat suku bunga terhadap Yield obligasi, pada perusahaan yang bergerak dalam sektor
financial.
Koefisien Regresi t hitung t tabel
Variabel X 5.19 2.201
1.7 Pembahasan
Tingkat suku bunga merupakan salah satu variable ekonomi yang sering dipantau oleh
para pelaku ekonomi. Tingkat suku bunga dipandang memiliki dampak langsung terhadap
kondisi perekonomian, berbagai keputusan yang berkenanan dengan konsumsi, tabungan,
dan investasi. Variable ekonomi ini yang dapat dipengaruhi oleh perubahan suku bunga
berupa daya beli masyarakat, inflansi dan stabilitas nilai tukar.
SBI adalah alat ukur yang paling sering digunakan dalam menentukan perubahan tingkat
suku bunga. Peningkatan maupun penurunan tingkat suku bunga merupakan tolak ukur dari
perubahan yield obligasi. Penetapan yield mengharuskan pihak perusahaan mengikuti
perkembangan dari tingkat suku bunga. Semakin besar tingkat suku bunga dari yield
perusahaan maka akan berdampak pada harga obligasi, begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan antara hasil pedoman untuk tingkat keeratan hubungan antara variabel X
dan variabel Y dan koefisien determinasi menunjukkan bahwa hasil penilitian ini dalam
kategori inter koefisien tingkat pengaruh rendah sedangkan koefisien determinasi
menunjukkan pengaruh sebesar 0.026 nilai ini berarti bahwa sebesar 2.6% pengaruh tingkat
suku bunga selama tahun 2008-2010 mempengaruhi yield obligasi sedangkan sisanya sebesar
97.4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Faktor
lain yang lebih mempengaruhi yield obligasi tersebut antara lain peringkat obligasi, durasi,
maturity date, ukuran perusahaan serta debt to equity ratio. Sedangkan hasil dari uji statistik
diperoleh dimana thitung lebih kecil dari ttabel maka hasil hipotesis yang digunakan H0 diterima
dan HA ditolak.
Pada perusahaan yang bergerak dalam sektor financial instution atau institusi
pembiayaan tidak terdapat pengaruh yang signifikan tingkat suku bunga (SBI) terhadap yield
obligasi, karena pada sektor ini lebih memperhatikan pada demand masyarakat.
Menurut Loman President Direktur PT Astra Honda Motor “BI Rate hanya acuan, di
sektor kredit kenderaan motor itu tergantung pada demand masyarakat dan juga likuiditas
perusahaan pembiayaan”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan tingkat suku
bunga terhadap yield obligasi sebab perusahaan lebih tergantung pada permintaan masyarakat
dan likuiditas perusahaan. Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan pada saat jatuh tempo. Perusahaan yang mampu memenuhi
kewajiban keuangannya dengan tepat waktu maka perusahaan tersebut dapat dikatakan dalam
keadaan likuid. Selain itu, peusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangannya
tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva
lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya
jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo maka perusahaan
tersebut berada dalam keadan tidak likuid.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nulfauziah dan
Setyarani (2004) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi yield obligasi dengan
mengambil sampel sebanyak sebanyak 19 perusahaan yang terdiri dari 12 perusahaan
perbankan dengan 17 emisi dan 7 perusahaan finansial dengan 24 emisi dari rentang waktu
tahun 1996-2003 yang tercatat di Bursa Efek Surabaya yang menunjukan hasil bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga terhadap yield obligasi.