bab iv evaluasi pajak pertambahan nilai pada pt …thesis.binus.ac.id/doc/bab4/2011-2-00047 ak bab...

39
1 BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai PT. MPK merupakan sebuah perusahaan lokal yang bergerak dalam bidang pengembangan pembangkit listrik dan penyedia jasa pendukung proyek kelistrikan dengan kegiatan usaha termasuk Operasi dan Pemeliharaan (O&M) pembangkit listrik, serta proyek Rekayasa, Pengadaan dan Konstruksi (EPC) dan Proyek Pengembangan serta Pengelolaan Manajemen pembangkit listrik untuk menunjang kebutuhan pasokan listrik di Indonesia, bekerja sama dengan PT. PLN Persero. PT. MPK dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) sejak tanggal 14 April 2008 oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Selatan dengan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) 02.406.596.3 – 062.000 dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 02.406.596.3 – 062.000. PT. MPK merupakan Subjek Pajak karena perusahaan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dapat dikenakan Pajak Pertambahan Nilai serta melakukan bentuk kerjasama operasi yang apabila menyerahkan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dapat dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Karena perusahaan telah terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak, perusahaan wajib untuk melaksanakan dan melaporkan pajak sesuai dengan Peraturan Perundang – Undangan yang berlaku.

Upload: lymien

Post on 30-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

1  

BAB IV

EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK

IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai

PT. MPK merupakan sebuah perusahaan lokal yang bergerak dalam bidang

pengembangan pembangkit listrik dan penyedia jasa pendukung proyek

kelistrikan dengan kegiatan usaha termasuk Operasi dan Pemeliharaan (O&M)

pembangkit listrik, serta proyek Rekayasa, Pengadaan dan Konstruksi (EPC) dan

Proyek Pengembangan serta Pengelolaan Manajemen pembangkit listrik untuk

menunjang kebutuhan pasokan listrik di Indonesia, bekerja sama dengan PT.

PLN Persero.

PT. MPK dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) sejak tanggal

14 April 2008 oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Selatan dengan

Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) 02.406.596.3 – 062.000 dan

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 02.406.596.3 – 062.000.

PT. MPK merupakan Subjek Pajak karena perusahaan melakukan

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dapat dikenakan

Pajak Pertambahan Nilai serta melakukan bentuk kerjasama operasi yang apabila

menyerahkan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dapat dikenakan

Pajak Pertambahan Nilai.

Karena perusahaan telah terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak,

perusahaan wajib untuk melaksanakan dan melaporkan pajak sesuai dengan

Peraturan Perundang – Undangan yang berlaku.

Page 2: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

2  

Dalam menerapkan Pajak Pertambahan Nilai, perusahaan memiliki hak dan

kewajiban untuk melakukan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai pada saat

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak,

menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar (kurang bayar)

apabila Pajak Keluaran yang dipungut oleh perusahaan lebih besar dari Pajak

Masukan yang dapat dikreditkan, meminta kembali kelebihan (restitusi)

pembayaran pajak (lebih bayar) apabila Pajak Masukan yang telah dibayarkan

oleh perusahaan melalui pemasok - pemasok yang melakukan transaksi dengan

perusahaan, lebih besar dari Pajak Keluaran yang dipungut oleh perusahaan, dan

melaporkan penghitungan Pajak Pertambahan Nilai dengan menyampaikan Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.

Penghitungan Pajak Terutang PT. MPK dimulai pada saat terjadinya

penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean, dengan lokasi pelaporan

dan penyetoran Pajak Terutang sesuai dengan tempat di mana perusahaan

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yaitu pada Kantor Pelayanan Pajak

Madya Jakarta Selatan. Hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh

perusahaan terkait dengan penerapan Pajak Pertambahan Nilai menurut UU PPN

No. 42 Tahun 2009 yaitu :

1. Memungut Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10 % (sepuluh persen) dari nilai

transaksi atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau pemberian Jasa Kena

Pajak di dalam Daerah Pabean.

2. Membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

pemberian Jasa Kena Pajak.

Page 3: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

3  

3. Menyetorkan setoran Pajak Terutang ke Kas Negara selambat – lambatnya

akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.

4. Menyampaikan Laporan Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai dengan

Surat Pemberitahuan Masa dalam jangka waktu 30 ( dua puluh ) hari setelah

akhir Masa Pajak.

5. Menyimpan Faktur Pajak dengan rapih dan tertib.

6. Menyelenggarakan pencatatan dalam pembukuan perusahaan mengenai

perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak.

7. Melampirkan Daftar Ringkasan Pembelian dan Daftar Ringkasan Penjualan

pada Surat Pemberitahuan Masa apabila diminta.

Pada Tahun 2004 MedcoEnergi mulai mengembangkan kegiatan bisnis

yang dilakukannya dengan membentuk anak perusahaan yang berfokus pada

produksi listrik dan penyedia jasa pendukung proyek kelistrikan. Proyek pertama

anak perusahaan yang dikenal dengan nama PT. MPK ke dalam bisnis

pembangkit listrik dimulai dengan pengoperasian proyek Panaran I. Lokasi

pengembangan pembangkit listrik pertama yang dilaksanakan oleh perusahaan

yaitu di Pulau Batam.

Segala transaksi yang dilaksanakan oleh PT. MPK didasarkan pada

perjanjian kerja yang tertuang dalam kontrak kerja sama yang telah dibuat atas

kesepakatan antara perusahaan dengan pihak pengguna jasa ataupun pihak

pemasok.

Page 4: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

4  

IV. 2 Evaluasi Prosedur Pemungutan dan Perolehan Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh PT. MPK yang bergerak

dibidang pengadaan barang dan jasa penunjang pembangkit tenaga listrik, segala

transaksi penyerahan barang maupun jasa yang dilakukan oleh perusahaan

dikenakan perlakuan Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku umum sesuai

peraturan pajak terbaru, kecuali diatur lain oleh Undang - Undang.

Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai Keluaran yang diterapkan di

perusahaan dihitung dengan mengalikan Dasar Pengenaan Pajak dengan Tarif

Tunggal Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen). Hal ini telah

sesuai dengan Undang – Undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 8A ayat (1).

Tarif Pajak yang digunakan oleh perusahaan untuk menghitung besarnya

Pajak Terutang yaitu 10% (sepuluh persen), sesuai dengan UU No. 42 Tahun

2009 Pasal 7 ayat (1).

Untuk pemasaran produk listrik kepada pihak pemerintah dalam hal ini PT.

PLN Persero, sesuai amanat Undang – Undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 4A ayat

(2) yang menyebutkan “barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh

rakyat banyak merupakan jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan

Nilai”, maka Penyerahan ini dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan

Nilai. Selain itu, hal lain yang mendukung penyerahaan ini dibebaskan dari

Pengenaan Pajak yaitu karena produk tersebut tidak ditujukan untuk konsumsi

oleh PT. PLN Persero.

Page 5: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

5  

Apabila terjadi transaksi atas produk listrik kepada PT. PLN Persero maka

nilai transaksi tersebut akan dicantumkan pada kolom Penyerahan Barang dan

Jasa yang dibebaskan dari pengenaan PPN pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Pertambahan Nilai, karena produk tersebut termasuk dalam Barang Tidak Kena

Pajak menurut Undang – Undang.

Untuk pemasaran produk listrik dengan daya diatas 6600 (enam ribu enam

ratus) watt kepada pihak swasta untuk tujuan konsumsi, dikenakan Tarif Pajak

normal sesuai yang diatur oleh Undang – Undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 7

ayat (1) yaitu sebesar 10 % (sepuluh persen). Perusahaan tidak melakukan

transaksi untuk produk listrik dibawah 6600 (enam ribu enam ratus) watt yang

merupakan Barang Tidak Kena Pajak menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 31 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) huruf h, secara langsung kepada

pemakai.

Proses penghitungan Pajak Pertambahan Nilai Masukan dimulai pada saat

bagian keuangan dan akuntansi menerima Faktur Pembelian untuk transaksi

pembelian dari para pemasok dan/atau menerbitkan Faktur Penjualan beserta

Faktur Pajak untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai Keluaran atas transaksi

penjualan, yang akan dikirimkan kepada pembeli barang dan pemakai jasa

sebagai bukti atas diakuinya transaksi penyerahan atau perolehan barang dan/atau

jasa yang merupakan objek pajak.

Page 6: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

6  

Setelah itu bagian akuntansi melakukan input dan pengecekan atas Faktur

Pajak beserta dokumen – dokumen pendukung yang telah diterima ke dalam

sistem. Apabila diketemukan permasalahan dalam Faktur Pajak yang diterima,

pihak perusahaan akan mengembalikan Faktur Cacat yang diketemukan kepada

pihak pemasok, dan meminta untuk dibuat dan dikirimkan kembali

pembetulannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari tidak dapat dikreditkannya

Pajak Masukan atas Faktur Pajak yang cacat sesuai ketentuan Undang – Undang

Pajak Pertambahan Nilai No. 42 Tahun 2009 Pasal 9 ayat (8) huruf g.

Dari bagian akuntansi, Faktur Pajak yang telah diperiksa, diserahkan

kepada staf pajak yang bertanggung jawab untuk mengelola urusan perpajakan

perusahaan beserta summary report Pajak Pertambahan Nilai Keluaran dan

Masukan untuk diperiksa kembali apakah sudah sesuai atau belum, sebelum

dibuat Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai guna pelaporan dan

penyetoran Pajak Pertambahan Nilai PT. MPK yang dilakukan setiap bulannya.

Khusus untuk transaksi yang ditujukan kepada daerah yang diatur sabagai

Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone), maka penyerahan Barang Kena

Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak ke dalam daerah tersebut dibebaskan dari

Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Pembebasan ini dilakukan berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 45/PMK. 03/2009 Pasal 1

angka 1, yang menyatakan bahwa Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas

dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang

mewah, dan cukai.

Page 7: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

7  

Penetapan Pulau Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas diatur dalam

Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2007. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan yang

mengatur mengenai Pembebasan Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai untuk

penyerahan Barang Kena Pajak ke dalam Kawasan Bebas yang diatur dalam

Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2009 Pasal 5.

Segala kegiatan atau transaksi impor tidak dilakukan oleh perusahaan

sendiri melainkan dilaksanakan dan dikelola oleh pihak ketiga yaitu Perusahaan

Pengimpor (Freight Forwarder) yang memberikan jasa pengurusan transportasi

(Freight Forwarding). Hal ini dilakukan untuk meminimalkan biaya yang

dikeluarkan jika perusahaan harus membeli barang dari luar Daerah Pabean.

Perusahaan tidak dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah karena

perusahaan tidak melakukan transaksi penjualan barang yang termasuk kategori

barang mewah menurut Undang – Undang. Adapun Yang dimaksud dengan

“Barang Kena Pajak yang tergolong mewah” adalah:

1. Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok;

2. Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;

3. Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat

berpenghasilan tinggi; dan/atau

4. Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.

Page 8: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

8  

Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas impor Barang Kena

Pajak yang tergolong mewah tidak memperhatikan siapa yang mengimpor

Barang Kena Pajak tersebut serta tidak memperhatikan apakah impor tersebut

dilakukan secara terus menerus atau hanya sekali saja.

IV.2.1 Evaluasi Pemungutan Pajak Keluaran

Pajak Keluaran yang dipungut oleh perusahaan merupakan Pajak

Pertambahan Nilai yang dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

Jasa Kena Pajak yang terkait dengan proses pelaksanaan kegiatan operasi yang

dilakukan oleh perusahaan.

Proses Pemungutan Pajak Keluaran yang dilakukan oleh PT. MPK dimulai

pada saat penghitungan besaran Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibebankan

kepada pihak pelanggan sehubungan dengan dilaksanakan dan diakuinya sebuah

transaksi atau penyerahan barang dan/atau jasa kepada pelanggan sesuai dengan

Kontrak yang ada. Penghitungan besaran Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

yang harus dipungut oleh perusahaan dilakukan dengan mengalikan tarif Pajak

Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen) dengan Harga Jual/Penggantian

/Uang Muka/Termijn, tergantung mana yang dipakai pada saat Faktur Pajak

dibuat.

Setelah proses penghitungan dan pencatatan selesai dilakukan,

diterbitkanlah Faktur Penjualan dan Faktur Pajak yang akan diserahkan kepada

pihak pelanggan terkait transaksi yang bersangkutan.

Page 9: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

9  

Setelah dokumen – dokumen pendukung yang terkait dengan transaksi

tersebut selesai dibuat dan telah diserahkan kepada bagian akuntansi dan

keuangan perusahaan pelanggan, bagian keuangan PT. MPK melakukan monitor

terhadap transaksi – transaksi yang dapat dilakukan penagihan pembayaran dan

memungut Pajak Pertambahan Nilai sesuai angka yang tertera dalam Faktur

Pajak yang merupakan hasil penghitungan yang telah dilakukan sebelumya.

Setelah proses penghitungan dan pencatatan selesai dilakukan, bagian

keuangan perusahaan yang menerbitkan Faktur Penjualan dan Faktur Pajak akan

menyerahkan Faktur Pajak Lembar ke – 2 yang merupakan Bukti Pajak Keluaran

kepada staf pajak untuk menghitung berapa besaran Pajak Pertambahan Nilai

yang masih harus disetorkan setelah dikreditkan dengan Pajak Masukan.

Pajak Terutang timbul apabila Faktur Pajak telah diterbitkan. Faktur Pajak

diterbitkan jika telah diterima pembayaran atas transaksi tersebut atau suatu

transaksi telah diakui dan dilakukan pencatatannya, dimana penyerahan Barang

Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak telah dilakukan. Hal ini telah sesuai dengan

ketentuan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan Faktur Pajak yang

tertuang dalam Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai No. 42 Tahun 2009

Pasal 13 ayat (1) dan (1a).

Penghitungan Pajak Terutang selain dilakukan dengan menghitung total

Pajak Keluaran yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa berdasarkan

Faktur Pajak yang diterima, juga mengacu pada buku besar perusahaan hasil

pencatatan setiap transaksi dan Faktur Pajak yang diterbitkan. Apabila hasil

perhitungan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan lebih bayar, maka

perusahaan tidak perlu lagi menyetorkan Pajak Terutang kepada Kas Negara.

Page 10: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

10  

Pada akhir 2010, perusahaan dan mitra memiliki dan mengoperasikan dua

pembangkit listrik berbahan bakar gas dengan kapasitas 2x27.75 + 4,5 MW dan

2x27 + 7,5 MW, masing-masing di Pulau Batam. Selain itu, perusahaan memiliki

pembangkit listrik tenaga gas dengan kapasitas 19 MW juga di Pulau Batam.

Untuk traksaksi penyerahan barang dan/atau jasa terkait dengan proyek yang

berlokasi di Pulau Batam tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai, karena Pulau

Batam merupakan Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone). Regulasi

yang mengatur mengenai Kawasan Perdagangan Bebas ini dituangkan dalam

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 45/PMK. 03/2009.

IV.2.1.1 Prosedur Penjualan pada PT. MPK

Sebagai pengembang terkemuka, operator kecil - menengah ukuran

Produsen Tenaga Listrik Independen (Independent Power Producer) di

Indonesia dan penyedia jasa proyek listrik dengan kegiatan usaha termasuk Jasa

Operasi dan Pemeliharaan (Operations & Maintenance) pembangkit listrik,

Proyek Rekayasa, Pengadaan dan Konstruksi (EPC) serta Proyek

Pengembangan dan Manajemen pembangkit listrik, setiap transaksi yang

dilaksanakan oleh PT. MPK didasarkan pada perjanjian kerja yang tertuang

dalam kontrak kerja sama yang dibuat atas kesepakatan antara perusahaan

dengan pihak pengguna jasa.

Page 11: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

11  

Setelah diterbitkan sebuah kontrak, kemudian dilaksanakan pengerjaan

yang menghasilkan Berita Acara Penyelesaian Proyek. Berita Acara

Penyelesaian Proyek tersebut menjelaskan berapa persen proyek telah

dilaksanakan untuk dapat dilakukan penagihan, sesuai dengan kesepakatan

yang tertuang di dalam kontrak.

Pada umumnya penagihan dilaksanakan apabila pengerjaan proyek telah

mencapai 40 % (empat puluh persen), 70 % (tujuh puluh persen) dan 100 %

(seratus persen) pengerjaan.

Pada setiap masa penagihan terhadap suatu pelanggan, bagian akuntansi

dan keuangan perusahaan melakukan pencatatan dan menerbitkan Faktur

Penjualan beserta Faktur Pajak berdasarkan Berita Acara Penyelesaian Proyek

yang diperoleh dari lapangan, untuk dikirimkan kepada bagian akuntansi dan

keuangan perusahaan pelanggan.

IV.2.1.2 Prosedur Pencatatan Penjualan

Transaksi penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan diakui dan

dilakukan pencatatannya ke dalam sistem akuntansi yang digunakan oleh

perusahaan pada saat Faktur Penjualan atau Faktur Pemberian Jasa dibuat oleh

bagian akuntansi perusahaan berdasarkan dokumen – dokumen pendukung

yang diperoleh dari lapangan, seperti Berita Acara Penyelesaian Proyek, Bukti

Penerimaan Barang, dll. Pencatatan sebuah transaksi akan menghasilkan akun

piutang yang akan dimonitor kapan jatuh tempo pembayarannya untuk

dilakukan penagihan.

Page 12: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

12  

Jurnal untuk transaksi penyerahan listrik kepada PT. PLN Persero yang

dilaksanakan oleh perusahaan, yaitu :

Piutang Dagang 256.379.642

Penyerahan Jasa Listrik 256.379.642

Salah satu jurnal transaksi yang dilakukan oleh perusahaan misalnya

pemberian jasa pemeliharaan suatu pembangkit tenaga listrik kepada salah satu

proyek yang sedang berlangsung :

Piutang Dagang 12.007.467

Jasa Pemeliharaan 10.915.879

Pajak Pertambahan Nilai 1.091.588

IV.2.1.3 Penerimaan Pembayaran

Penerimaan pembayaran atas transaksi penjualan yang dilakukan oleh

perusahaan dilakukan sesuai kontrak yang telah disepakati antara pihak

perusahaan dengan pihak pelanggan yang menggunakan jasa yang ditawarkan

oleh PT. MPK.

Sebelum pembayaran diterima, bagian keuangan melakukan monitor

terhadap akun piutang yang telah jatuh tempo sesuai periode yang telah

disepakati oleh kedua belah pihak. Atau memonitor akun pembayaran diterima

dimuka untuk proyek yang telah diterima uang mukanya.

Setelah pembayaran diterima oleh bagian keuangan maka dibuat jurnal

pelunasan untuk mengkreditkan akun piutang atau mendebet akun pembayaran

diterima dimuka terkait dengan transaksi yang dilakukan pembayarannya

tersebut.

Page 13: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

13  

IV.2.1.4 Pencatatan Transaksi atas Retur Penjualan / Pembatalan Kontrak

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak perusahaan, tidak

pernah ada pembatalan kontrak ataupun retur penjualan yang terjadi karena

hampir sebagian besar produk yang diberikan oleh perusahaan kepada para

pelanggannya merupakan produk jasa dan penyerahan barang tidak berwujud,

yang telah disepakati bersama sebelum suatu kontrak dibuat.

Untuk produk berupa barang, karena perusahaan tidak memproduksi

sendiri barang pendukung dan pembangun pembangkit tenaga listrik, maka

retur penjualan untuk produk barang juga tidak pernah terjadi karena

perusahaan telah menetapkan standar dan sistem penerimaan barang yang ketat.

IV.2.2 Evaluasi Perlakuan Pajak Masukan

Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah

dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak

dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak

Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena

Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak. Pajak

Masukan dibedakan menjadi :

1. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan atas

perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak

yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha dari Barang

Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yang diserahkan

atau dijual.

Page 14: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

14  

2. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan, yang diatur dalam

Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai No. 42 Tahun 2009

Pasal 9 ayat (8).

Setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan perolehan

Barang Kena Pajak dan pemakaian Jasa Kena Pajak diakui sebagai Pajak

Masukan yang dapat dikreditkan, tanpa ada pemisahan antara Barang Produktif

dan Barang Non – Produktif.

Pajak Masukan mulai diakui dan dihitung pada saat Faktur Pembelian dan

Faktur Pajak diterima oleh bagian akuntansi dan keuangan dari pemasok untuk

dicocokkan dengan Bukti Penerimaan Barang dari bagian proyek dan salinan

kontrak terkait proyek tersebut.

Setelah diperiksa dan telah sesuai dengan seluruh dokumen – dokumen

pendukung, kemudian dilakukan pencatatan ke dalam sistem akuntansi

perusahaan guna pengolahan data sesuai kebutuhan masing – masing bagian.

Untuk Perlakuan Pajak Masukan, setelah data dimasukan ke dalam

sistem, Faktur Pajak diserahkan kepada staf yang menangani urusan perpajakan

untuk diperiksa, dilakukan penghitungan dan dilaporkankan pada Surat

Pemberitahuan Masa untuk Masa Pajak periode sebelumnya.

IV.2.2.1 Prosedur Pembelian pada PT. MPK

Prosedur pembelian yang diterapkan oleh perusahaan yaitu setiap

transaksi pembelian yang dilakukan, didasarkan pada permintaan yang

muncul dari proyek sesuai dengan kontrak yang sedang dilaksanakan.

Page 15: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

15  

Oleh karena itu, bersamaan dengan dilaksanakannya kontrak antara

perusahaan dengan pihak pengguna jasa, perusahaan juga melakukan

penawaran dan mencari para calon pemasok yang tertarik untuk melakukan

pengadaan barang yang akan digunakan untuk mendukung proses

pelaksanaan proyek. Setelah penawaran dilakukan dan diputuskan pemasok

yang dipilih untuk pengadaan barang pada suatu proyek, maka dibuatlah

kontrak pembelian barang yang mengatur ketentuan terkait dengan

pengadaan barang yang dibutuhkan perusahaan pada suatu proyek beserta

prosedur pembayarannya.

Apabila kontrak telah dibuat, perusahaan mengirimkan Purchase

Order kepada pihak pemasok untuk dikirimkan barang sesuai pesanan ke

proyek yang sedang dilaksanakan.

Saat barang diterima, bagian proyek akan membuat Bukti Penerimaan

Barang dengan mencocokkan kondisi barang yang diterima apakah sudah

sesuai dengan pesanan atau belum dan apakah kondisi barang dalam keadaan

baik atau tidak. Apabila sudah sesuai maka bagian proyek akan menerbitkan

dokumen Goods Receive sebagai Bukti Penerimaan Barang yang berisi

perincian kuantitas dan kondisi barang yang diterima.

Dokumen tersebut kemudian dikirimkan kepada bagian akuntansi dan

keuangan guna menjadi dokumen pendukung atas pembayaran yang akan

dilaksanakan. Setelah sebelumnya dilakukan pengecekkan terhadap

kebenaran dokumen – dokumen tersebut.

Page 16: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

16  

Adapun Objek Pajak Pertambahan Nilai terkait dengan kegiatan

pembelian yang dilakukan oleh perusahaan antara lain :

• Barang & Jasa untuk Pembangunan Pembangkit Listrik, seperti

: Mesin Pembangkit, jasa untuk tenaga ahli, jasa pengiriman

material yang terkait dengan proyek pembangunan.

• Jasa Pengembangan dan Pemeliharaan Pembangkit Listrik.

• Sparepart

• Biaya penyewaan untuk menyewa barang dan jasa terkait

kegiatan proyek yang sedang berlangsung seperti misalnya

penyewaan alat transportasi.

• Material Pendukung seperti helm, seragam lapangan, senter,

dll.

• Tiket Perjalanan ke lokasi proyek.

IV.2.2.2 Prosedur Pencatatan Pembelian

Transaksi Pembelian yang dilaksanakan oleh perusahaan diakui dan

dilakukan pencatatannya ke dalam sistem akuntansi yang digunakan oleh

perusahaan pada saat Faktur Pembelian diterima oleh bagian akuntansi dari

pemasok. Sebelum dicatat, bagian akuntansi mencocokkan Faktur Pembelian

yang diterima dari pemasok dengan dokumen – dokumen pendukung seperti

Purchase Order , Kontrak dan Goods Receive dari bagian proyek untuk

memastikan bahwa barang yang diterima oleh bagian proyek sesuai dengan

pesanan dan Faktur Pembelian yang dikirimkan kepada bagian akuntansi

untuk ditagih pembayarannya.

Page 17: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

17  

Selain itu bagian akuntansi juga melakukan pengecekan terhadap

Faktur Pajak atas transaksi tersebut apakah sudah benar atau masih cacat dan

terdapat kesalahan atau tidak.

Apabila semua sudah benar dan tidak ada kesalahan, barulah transaksi

tersebut dicacat ke dalam sistem untuk mengakui akun biaya dan hutang. Jika

masih diketemukan kesalahan, bagian akuntansi akan mengembalikan Faktur

Pembelian dan Faktur Pajak yang diterima kepada pihak pemasok untuk

dibuatkan pembetulannya, sebelum transaksi tersebut dicatat dan diakui di

dalam pembukuan PT. MPK. Contoh pencatatan transaksi pembelian yang

dilakukan oleh perusahaan yaitu :

Perlengkapan Proyek 15.017.832

Suku Cadang 3.355.428

Pajak Pertambahan Nilai 1.837.326

Hutang Dagang 20.210.586

IV.2.2.3 Prosedur Pembayaran Atas Pembelian

Pembayaran akan dilakukan apabila suatu transaksi telah diakui dan

dicatat dalam pembukuan PT. MPK. Bagian keuangan akan memonitor akun

hutang dalam sistem untuk melihat transaksi mana yang sudah jatuh tempo

batas pembayarannya untuk disiapkan pembayaran dengan melihat kondisi

keuangan yang ada.

Setelah dilakukan pembayaran, bagian keuangan akan membuat jurnal

pelunasan untuk mendebitkan akun hutang yang telah dilunasi tersebut.

Page 18: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

18  

IV. 2. 3 Evaluasi atas Faktur Pajak Yang Digunakan Perusahaan

Berdasarkan Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai No. 42 Tahun

2009 Pasal 13, Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk

setiap:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Undang –

Undang Pajak Pertambahan Nilai;

b. Penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Undang –

Undang Pajak Pertambahan Nilai;

c. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam

Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai; dan/atau

d. Ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang

Pajak Pertambahan Nilai.

Oleh karena itu, perusahaan wajib untuk menerbitkan dan menerima

Faktur Pajak yang sesuai dengan ketentuan Perundang – Undangan untuk

dijadikan acuan dalam penghitungan dan pelaporan Pajak Masukan yang dapat

dikreditkan dan Pajak Keluaran yang terutang oleh perusahaan.

Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-159/PJ./2006 Pasal

1 ayat (3), dalam Faktur Pajak harus mencantumkan keterangan mengenai

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang

sedikitnya memuat:

a. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan

Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak

b. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena

Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak

Page 19: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

19  

c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan

potongan harga

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut

f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak dan

g. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

IV. 2. 3. 1 Evaluasi atas Faktur Pajak Standar Keluaran

Perusahaan wajib menerbitkan Faktur Pajak untuk setiap penyerahan

Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilaksanakan oleh

perusahaan terkait dengan proses pelaksanaan suatu proyek untuk menjadi

bukti pemungutan dan penghitungan Pajak Keluaran yang harus disetorkan

oleh perusahaan kepada Kas Negara.

Menurut pihak perusahaan, Faktur Pajak yang diterbitkan oleh

perusahaan sebagai Bukti Pemungutan Pajak oleh PT. MPK untuk diberikan

kepada pelanggan hanya 1 (satu) macam yaitu Faktur Pajak Standar yang

terdiri dari 2 lembar yaitu lembar pertama ditujukan untuk pihak pelanggan

sebagai Bukti Pajak Masukan dan lembar kedua disimpan oleh perusahaan

sebagai Bukti Pajak Keluaran.

Berdasarkan observasi secara langsung yang dilakukan oleh penulis,

Faktur Pajak yang diterbitkan oleh perusahaan telah sesuai dengan Peraturan

Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-159/ PJ./2006 Tentang Saat

Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara Penyampaian dan Tata

Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 4 ayat (2).

Page 20: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

20  

Penerbitan Faktur Pajak Keluaran dilaksanakan oleh PT. MPK

bersamaan dengan diterbitkannya Faktur Penjualan yang merupakan bukti

bahwa suatu transaksi telah diakui dan dilakukan pencatatannya oleh bagian

akuntansi, berdasarkan dengan kesepakatan yang tertuang dalam Surat

Kontrak Kerja Sama.

Dilihat dari tanggal pembuatannya, Faktur Pajak Keluaran yang

dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Surat Pemberitahuan Masa

sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

IV. 2. 3. 2 Evaluasi atas Faktur Pajak Standar Masukan

Berdasarkan observasi atas Faktur Standar Masukan yang

didokumentasikan oleh perusahaan, ditemukan beberapa macam Faktur

Pajak Masukan. Ada yang berupa Faktur Pajak Standar dan Faktur Pajak

saja. Menurut pihak perusahaan hal tersebut tidak menjadi masalah dan

dianggap sama saja.

Faktur Pajak Masukan yang diterima berisi informasi mengenai Nama

Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, Harga Jual/ Penggantian/Uang

Muka/Termijn dari setiap Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak,

Jumlah Dasar Pengenaan Pajak dan Pajak Pertambahan Nilai Masukan yang

dapat dikreditkan.

Faktur Pajak Standar Masukan yang diterima akan diperiksa dan

dicocokkan oleh bagian keuangan dan akuntansi dengan Faktur Pembelian

dan Bukti Penerimaan Barang serta salinan kontrak terkait proyek tersebut.

Page 21: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

21  

Apabila terdapat ketidakcocokkan atau Faktur Pajak yang diterima tidak

sesuai dengan ketentuan Perundang – Undangan atau cacat, maka Faktur

Pajak tersebut akan dikirimkan kembali kepada pihak pemasok untuk dibuat

perbaikannya.

Karena seperti diatur dalam Undang – Undang Pajak Pertambahan

Nilai No. 42 Tahun 2009 Pasal 9 ayat (8), apabila Faktur Pajak Masukan

yang diterima tidak sesuai dengan ketentuan Perundang – Undangan atau

cacat maka Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan.

Apabila sudah cocok dan benar, kemudian bagian keuangan dan

akuntansi akan melakukan pencatatan untuk mengakui biaya dan hutang,

Setelah itu Faktur Pajak yang telah dicatat, diserahkan kepada staf bagian

keuangan yang bertanggung jawab menangani urusan perpajakan untuk

diperiksa dan dibuatkan Surat Pemberitahuan Masa untuk Masa Pajak

periode sebelumnya.

IV. 2. 4 Evaluasi atas Pelaporan dan Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai

PT. MPK

Pajak Keluaran dan Pajak Masukan PT. MPK Periode 2008 – 2010

Tahun Pajak 2008

Pajak Keluaran sebesar Rp 990.118.397,-

Pajak Masukan sebesar Rp 1.304.579.211,-

Lebih Bayar PPN Rp 1.945.204.790,-

Page 22: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

22  

Tahun Pajak 2009

Pajak Keluaran sebesar Rp 972.586.700,-

Pajak Masukan sebesar Rp 1.113.710.042,-

Lebih Bayar PPN Rp 2.086.328.132,-

Tahun Pajak 2010

Pajak Keluaran sebesar Rp 858.328.325,-

Pajak Masukan sebesar Rp 1.611.335.227,-

Lebih Bayar PPN Rp 2.755.860.101,-

IV. 2. 4. 1 Prosedur Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai

Untuk proses pelaporan Pajak Pertambahan Nilai oleh PT. MPK

dilaksanakan setiap akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak

tanpa tanggal yang pasti. Hal tersebut sudah sesuai dengan Peraturan

Perundang – Undangan Pajak Pertambahan Nilai terbaru yaitu UU No. 42

Tahun 2009 Pasal 15A ayat (2) yang menyebutkan “Surat Pemberitahuan

Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan

berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak”.

Setiap kegiatan pelaporan dilakukan oleh staf yang menangani pajak

secara langsung dengan mengantarkan dokumen – dokumen Pajak

Pertambahan Nilai seperti Formulir Induk yang digunakan pada periode

Tahun 2008 - 2010 yaitu Formulir Induk 1107 beserta lampiran –

lampirannya yaitu Formulir 1107 A untuk Daftar Pajak Keluaran dan PPn

BM dan Formulir 1107 B untuk Daftar Pajak Masukan dan PPn BM ke

Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Selatan.

Page 23: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

23  

Adapun dokumen yang digunakan oleh perusahaan guna pelaporan

Pajak Pertambahan Nilai ke Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Selatan

untuk periode pajak Tahun 2008 - 2010 yaitu Surat Pemberitahuan Masa

Pajak Pertambahan Nilai Formulir 1107 yang ditambah lampiran 1107 A

untuk Daftar Pajak Keluaran dan PPn BM dan lampiran 1107 B untuk Daftar

Pajak Masukan dan PPn BM.

Fungsi Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai menurut

Yustinus Prastowo yaitu “sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai

dan PPn BM yang sebenarnya terutang, untuk melaporkan pengkreditan

Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran yang dipungut oleh perusahaan,

untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan

sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu

masa pajak, yang ditentukan oleh Ketentuan Peraturan Perundang –

Undangan Perpajakan yang berlaku dan sebagai sarana untuk melaporkan

dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan

disetorkan oleh perusahaan”. (2010 : 75)

Pada saat pelaporan periode Desember 2010, tidak ada penyerahan

yang Pajak Pertambahan Nilainya dipungut oleh Pemungut yang merupakan

Wajib Pungut, karena pada periode tersebut perusahaan tidak melakukan

transaksi dengan pihak – pihak yang merupakan Wajib Pungut.

Page 24: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

24  

Adapun pihak – pihak yang merupakan Wajib Pungut menurut

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 547/KMK.04/2000

Pasal 1 ayat (1) yaitu Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara,

Bendaharawan Pemerintah Pusat dan Daerah baik Propinsi, Kabupaten atau

Kota, Pertamina, Kontraktor Kontrak Bagi Hasil dan Kontrak Karya di

bidang Minyak, Gas Bumi, Panas Bumi dan Pertambangan Umum lainnya,

Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Bank Milik Negara,

Bank Milik Daerah dan Bank Indonesia.

Penyerahan yang dipungut oleh Pemungut bagi PT. MPK yaitu

transaksi yang dilaksanakan oleh perusahaan terkait dengan penyerahan

Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada Kontraktor Kontrak

Bagi Hasil dan Kontrak Karya di bidang Minyak, Gas Bumi, Panas Bumi

dan Pertambangan Umum lainnya.

Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh PT. MPK

didasarkan pada Faktur Pajak yang yang diterima dan diterbitkan oleh

perusahaan.

Apabila terdapat kesalahan pelaporan yang perlu dilakukan

pembetulan seperti misalnya ada Pajak Pertambahan Nilai yang belum

dilaporkan melampaui batas waktu yang seharusnya yaitu maksimal 3 bulan,

karena status Pajak Pertambahan Nilai perusahaan masih berstatus lebih

bayar maka perusahaan tidak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6

Page 25: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

25  

Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan

Perubahannya yang diatur dalam UU PPN No 42 Tahun 2009 Pasal 9 ayat

(4) huruf f.

Data Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2008 – 2010

PT. MPK:

Tabel VI.1

Tanggal Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2008

Masa Pajak Tanggal Pelaporan

Januari 20 Februari 2008

Februari 19 Maret 2008

Maret 18 April 2008

April 16 Mei 2008

Mei 20 Juni 2008

Juni 21 Juli 2008

Juli 19 Agustus 2008

Agustus 19 September 2008

September 17 Oktober 2008

Oktober 18 Nopember 2008

Nopember 22 Desember 2008

Desember 16 Januari 2009

Page 26: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

26  

Tabel VI.2

Tanggal Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2009

Masa Pajak Tanggal Pelaporan

Januari 20 Februari 2009

Februari 20 Maret 2009

Maret 17 April 2009

April 15 Mei 2009

Mei 19 Juni 2009

Juni 17 Juli 2009

Juli 20 Agustus 2009

Agustus 21 September 2009

September 19 Oktober 2009

Oktober 20 Nopember 2009

Nopember 18 Desember 2009

Desember 18 Januari 2010

Page 27: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

27  

Tabel VI.3

Tanggal Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2010

Masa Pajak Tanggal Pelaporan

Januari 19 Februari 2010

Februari 19 Maret 2010

Maret 28 April 2010

April 31 Mei 2010

Mei 29 Juni 2010

Juni 27 Juli 2010

Juli 30 Agustus 2010

Agustus 30 September 2010

September 28 Oktober 2010

Oktober 29 Nopember 2010

Nopember 30 Desember 2010

Desember 28 Januari 2011

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa perusahaan telah

melaksanakan prosedur pelaporan sesuai dengan tanggal yang ditetapkan

oleh Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

184/PMK.03/2007 Pasal 7 ayat (1) yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2008,

dimana peraturan tersebut menyatakan “Wajib Pajak orang pribadi atau

badan, baik yang melakukan pembayaran pajak tersendiri maupun yang

ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh atau Pemungut PPN, wajib

menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 (dua puluh) hari

setelah Masa Pajak berakhir”.

Page 28: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

28  

Sedangkan untuk Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Periode April

Tahun 2010 dan seterusnya, mengacu pada Peraturan Perundang –

Undangan Pajak Pertambahan Nilai terbaru yaitu UU No. 42 Tahun 2009

Pasal 15A ayat (2) yang menyatakan “Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah

berakhirnya Masa Pajak”. Dan ditegaskan dalam Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia No. 80/PMK.03/2010 Pasal 7 ayat (3a).

Peraturan tersebut mulai berlaku sejak tanggal 1 April 2010.

Untuk pelaporan yang dilakukan oleh perusahaan, melewati batasan

tanggal pelaporan yang ditentukan oleh Undang – Undang ataupun Peraturan

Menteri Keuangan, tidak melanggar peraturan karena batasan tanggal

pelaporan tersebut jatuh pada hari libur. Hal ini ditegaskan dalam Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 184/PMK.03/2007 Pasal 3 ayat

(1) yang menyatakan “Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau

penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari

libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari

kerja berikutnya”. Penjelasan mengenai hari libur nasional diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 184/PMK.03/2007

Pasal 3 ayat (2), yaitu hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan

Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional

yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Page 29: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

29  

IV. 2. 4. 2 Prosedur Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai

Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yang menjadi kewajiban PT.

MPK dilaksanakan sebelum waktu pelaporan Pajak Pertambahan Nilai,

maksimal sebelum akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak,

sesuai dengan Peraturan Perundang – Undangan Pajak Pertambahan Nilai

terbaru yaitu UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 15A ayat (1) yang menyebutkan

“Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) harus dilakukan paling lama

akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan”.

Sebelumnya, Jatuh Tempo penyetoran Pajak Pertambahan Nilai jatuh

pada tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

dan wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 (dua

puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir. Hal tersebut diatur dalam Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 184/PJ./2007 Pasal 2 ayat (13)

dan Pasal 7 ayat (1).

Menurut UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 9 ayat (3) dan (4), apabila

dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak

Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus

disetor oleh Pengusaha Kena Pajak. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak

Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka

selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak

berikutnya.

Page 30: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

30  

Karena posisi Pajak Pertambahan Nilai perusahaan sampai periode

Desember 2010 berstatus lebih bayar sebesar Rp. 2.775.860.101,- maka

perusahaan tidak perlu melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai

kepada Kas Negara.

Tetapi perusahaan tetap berkewajiban untuk melaporkan Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai maksimal 30 (tiga puluh) hari

setelah masa pajak bersangkutan kepada Kantor Pelayanan Pajak Madya

Jakarta Selatan sejak tanggal 1 April 2010 yang diatur dalam Peraturan

Menteri Keuangan No. 80/PMK.03/2010 Pasal 7 ayat (3a).

IV. 3. Pembahasan Hasil Temuan

Berdasarkan observasi secara langsung yang dilakukan oleh penulis,

diketahui hal – hal sebagai berikut :

1. Adanya Penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak ke daerah Batam

yang merupakan Kawasan Bebas yaitu suatu kawasan yang berada dalam

wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari

daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan

nilai, pajak penjualan atas barang mewah, dan cukai menurut Undang –

Undang.

Oleh karena itu setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena

Pajak ke daerah Batam yang dilaksanakan oleh perusahaan tidak terutang

Pajak Pertambahan Nilai.

Page 31: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

31  

Peraturan terbaru yang mengatur Batam sebagai Kawasan Perdagangan

Bebas yaitu Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2011 sebagai Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2007 Tentang Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam meliputi Pulau

Batam, Pulau Tonton, Pulau Setokok, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau

Galang, Pulau Galang Baru, dan Pulau Janda Berias dan gugusannya.

2. Setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan perolehan

Barang Kena Pajak dan pemakaian Jasa Kena Pajak diakui sebagai Pajak

Masukan yang dapat dikreditkan, tanpa ada pemisahan antara Barang

Produktif dan Barang Non – Produktif. Apabila tidak disusun ketentuan

mengenai pemisahan Perolehan Barang Kena Pajak yang Pajak Masukannya

dapat dikreditkan, dikhawatirkan apabila terjadi transaksi Perolehan Barang

Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan oleh Undang -

Undang, akan timbul kebingungan bagi staff pajak dalam mengkreditkan

Pajak Masukan dan menyebabkan kesalahan pelaporan yang melanggar

Undang – Undang.

Untuk kedepannya, penulis memberikan saran kepada perusahaan untuk

menyusun ketentuan yang mengatur mengenai pemisahan perolehan Barang

Kena Pajak yang Pajak Masukannya dapat dikreditkan untuk menghitung

Pajak Terutang perusahaan.

Page 32: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

32  

3. Terdapat perbedaan penulisan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang

dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang

digunakan untuk melaporkan Pajak Pertambahan Nilai perusahaan dengan

dokumen Faktur Pajak yang ada.

Hal ini dapat menimbulkan kecurigaan bagi pihak fiskus apabila

dilakukan pemeriksaan, apakah perbedaan tersebut benar – benar tidak

disengaja atau memang benar ada Faktur Pajak sesuai Nomor tersebut yang

disembunyikan. Untuk mengatasi permasalahan seperti ini, hal yang dilakukan

oleh perusahaan yaitu membuat pembetulan terkait kesalahan yang ada

apabila diperlukan.

4. Pernah diketemukan Faktur Pajak yang cacat dimana terdapat coretan yang

dapat menimbulkan masalah sehingga Faktur Pajak seperti ini akan

dikembalikan lagi oleh perusahaan kepada pihak pemasok untuk dibuat faktur

pajak yang benar tanpa ada coretan yang menjadikan faktur tersebut cacat.

Atau pernah juga diketemukan Faktur Pajak yang tidak mencoret pada bagian

Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termijn yang tidak perlu sebagaimana

diminta dalam catatan bagian bawah sebelah kiri Faktur Pajak. Setelah dibuat

perbaikannya, barulah Faktur Pajak tersebut dilaporkan melalui Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.

Untuk Faktur Pajak yang diketahui cacat pada saat telah dilaporkan

melalui Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai maka perlu

dilakukan beberapa prosedur pembetulan seperti yang diatur dalam Peraturan

Direktur Jenderal Pajak No. PER - 31/PJ./2010.

Page 33: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

33  

Untuk melakukan Pembetulan Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat,

salah dalam pengisian atau penulisan, tidak diperkenankan dengan cara

menghapus, atau mencoret, atau dengan cara lain, selain dengan cara

membuat Faktur Pajak Standar Pengganti. Penerbitan dan peruntukan Faktur

Pajak Standar Pengganti dilaksanakan seperti penerbitan dan peruntukan

Faktur Pajak Standar yang biasa sesuai dengan Kode dan Nomor Seri Faktur

Pajak Standar yang telah ditetapkan dalam Keputusan Direktorat Jenderal

Pajak No. PER-31/PJ./2010 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran,

Pengadaan, Tata Cara Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak

Standar.

Faktur Pajak Standar Pengganti, diisi berdasarkan keterangan yang

seharusnya dan dilampiri dengan Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat,

salah dalam penulisan atau pengisian tersebut. Kode dan Nomor Seri Faktur

Pajak Standar yang diganti dapat diisi dengan cara manual.

Penerbitan Faktur Pajak Standar Pengganti mengakibatkan adanya

kewajiban untuk membetulkan SPT Masa PPN pada Masa pajak terjadinya

kesalahan pembuatan Faktur Pajak Standar. Faktur Pajak Standar Pengganti

dilaporkan dalam SPT Mas PPN pada :

- Masa pajak yang sama dengan masa pajak dilaporkannya Faktur Pajak

Standar yang diganti, dengan mencantumkan nilai setelah penggantian; dan

- Masa pajak diterbitkannya Faktur Pajak Pengganti tersebut dengan

mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN dan PPnBM, untuk

menjaga urutan Faktur Pajak Standar yang diterbitkan oleh PKP.

Page 34: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

34  

Pelaporan Faktur Pajak Standar Pengganti pada SPT Masa PPN, harus

mencantumkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar yang diganti pada

kolom yang telah ditentukan.

Sesuai Undang – Undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 13 ayat (5), Faktur

Pajak wajib diisi dengan lengkap, benar, dan jelas. Lengkap berarti semua

unsur yang tercantum dan lampiran yang disyaratkan harus lengkap dan

ditandatangani. Benar berarti sesuai dengan Undang – Undang. Jelas berarti

setiap tulisan maupun angka harus jelas sehingga tidak ditafsirkan lain.

Untuk memenuhi kewajiban tersebut maka perusahaan harus lebih

memperhatikan pemberian coretan pada bagian Harga Jual/Penggantian/Uang

Muka/ Termijn sesuai yang digunakan dalam pencatatan sebuah transaksi.

Rekomendasi yang diberikan oleh penulis terkait dengan permasalahan

ini yaitu supaya pihak perusahaan lebih teliti dalam menerbitkan Faktur Pajak

dan memperhatikan Faktur Pajak yang diterima apakah sudah sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-

31/PJ./2010 Pasal 1 atau belum.

5. Terdapat selisih antara saldo Pajak Pertambahan Nilai yang terdapat pada

sistem akuntansi perusahaan dengan yang dilaporkan melalui Surat

Pemberitahuan Masa. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa Faktur

Pajak yang belum dilaporkan pada Surat Pemberitahuan Masa. Kejadian

seperti ini terjadi karena pembuatan Surat Pemberitahuan Masa didasarkan

pada Faktur Pajak secara fisik yang mungkin saja terselip satu dengan yang

lainnya.

Page 35: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

35  

Perlakuan untuk masalah ini yaitu pertama – tama dilakukan vouching

terhadap Faktur Pajak dalam masa pajak yang bersangkutan. Setelah bukti

fisik Faktur Pajak yang menyebabkan selisih ditemukan, bagian keuangan

menganalisa nilai dari selisih yang timbul, apakah nilai tersebut material atau

tidak material. Jika angka selisih yang disebabkan oleh suatu faktur pajak

bersifat material maka akan dilakukan pembetulan dengan melaporkan Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang ditujukan untuk

Pembetulan dengan mengisi kolom Pembetulan Ke : yang terdapat dikepala

surat.

Jika angka selisih yang disebabkan oleh suatu Faktur Pajak bersifat

tidak material maka pihak perusahaan akan mengakui dan mencatat selisih

tersebut sebagai beban sesuai dengan transaksi yang ditimbulkan. Contoh

pencatatan selisih Pajak Masukan sebuah transaksi menjadi beban yaitu atas

transaksi pengiriman barang menggunakan ekspedisi yang nilai uangnya

tidak material sebagai berikut :

Beban Ekspedisi Rp. 8.155,-

Pajak Masukan Rp. 8.155,-

Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Perundang – Undangan Pajak

Pertambahan Nilai terbaru yaitu UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 9 ayat (9)

yang menyatakan “Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum

dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat

dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah

berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan

sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.”

Page 36: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

36  

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan Masa,

Faktur Pajak Masukan, Faktur Pajak Keluaran dan data Pajak Masukan serta

Pajak Keluaran yang terdapat dalam sistem akuntansi perusahaan, diketahui

bahwa penyebab timbulnya selisih pada Masa Pajak Desember 2010 yaitu :

o Belum dilaporkannya 4 transaksi yang telah dicatat dalam sistem

akuntansi perusahaan dengan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak 010-

000-10-00001832 dengan nilai transaksi Rp. 17.950,-; 010-000-10-

00000260 dengan nilai transaksi Rp. 95.000,-; 040-000-10-00000000

dengan nilai transaksi Rp. 8.155,-; dan 040-000-10-00190975 dengan

nilai transaksi Rp. 3.936,-.

o Masih tertahannya 6 buah Faktur Pajak atas transaksi yang belum

dilakukan pencatatan oleh bagian akuntansi, sampai saat pelaporan Surat

Pemberitahuan Masa Desember 2010. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

dari 6 transaksi tersebut yaitu :

1. 010-000-10-00000141 dengan nilai transaksi Rp. 84.700,-

2. 010-000-10-00000195 dengan nilai transaksi Rp. 84.700,-

3. 010-000-10-00001112 dengan nilai transaksi Rp. 337.500,-

4. 010-000-10-00001113 dengan nilai transaksi Rp. 252.000,-

5. 010-000-10-00002421 dengan nilai transaksi Rp. 108.000,-

6. 010-000-10-00001832 dengan nilai transaksi Rp. 32.605,-

Page 37: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

37  

6. Pelaporan masih dilakukan secara manual dengan mengantarkan secara

langsung Surat Pemberitahuan kepada Kantor Pajak Pratama Madya Jakarta

Selatan. Untuk lebih menghemat waktu dan tenaga, dalam rangka peningkatan

pelayanan kepada Wajib Pajak dan untuk memberikan kemudahan kepada

Wajib Pajak dalam penyampaian Surat Pemberitahuan, saat ini Direktorat

Jenderal Pajak telah membuat program yang dapat digunakan oleh para wajib

pajak untuk menyampaikan Laporan Perpajakan yang harus dilaporkannya

melalui jaringan internet secara online.

Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik atau yang

dinamakan e-Filing tersebut, dilaksanakan melalui Perusahaan Penyedia Jasa

Aplikasi. Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider) yaitu

perusahaan yang telah ditunjuk dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak

sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian Surat

Pemberitahuan secara elektronik ke Direktorat Jenderal Pajak.

Untuk dapat melaporkan Surat Pemberitahuan Masa menggunakan

fasilitas e-Filing, Pengusaha Kena Pajak harus memiliki Electronic Filing

Identification Number (e-FIN) yaitu nomor identitas yang diberikan oleh

Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan kepada

Pengusaha Kena Pajak yang mengajukan permohonan untuk melaksanakan

e-Filing, untuk memperoleh Sertifikat Digital (digital certificate) yaitu

sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan

identitas yang menunjukan status subjek hukum para pihak dalam transaksi

elektronik yang dikeluarkan Penyelenggara Sertifikasi Elektronik, dari

Direktorat Jenderal Pajak.

Page 38: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

38  

Electronic Filing Identification Number (e-FIN) akan diterbitkan oleh

Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan

berdasarkan surat permohonan Pengusaha Kena Pajak, paling lama 2 (dua)

hari kerja sejak permohonan diterima dengan lengkap dan benar.

Permohonan dapat disetujui apabila alamat yang tercantum pada permohonan

sama dengan alamat dalam database (Master File) Pengusaha Kena Pajak di

Direktorat Jenderal Pajak.

Wajib Pajak yang sudah mendapatkan Electronic Filing Identification

Number (e-FIN) harus mendaftarkan diri melalui website pada satu atau

beberapa Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh

Direktur Jenderal Pajak. Setelah mendaftarkan diri, Wajib Pajak akan

memperoleh Sertifikat Digital dari Direktorat Jenderal Pajak melalui

Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) dimana Pengusaha Kena Pajak

mendaftarkan diri.

Sertifikat Digital yang diperoleh, seterusnya akan digunakan sebagai alat

yang berfungsi sebagai pengaman data Wajib Pajak dalam setiap proses

penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-Filing) melalui suatu

Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) ke Direktorat Jenderal Pajak.

Setelah Pengusaha Kena Pajak memperoleh Electronic Filing

Identification Number (e-FIN) dan Sertifikat Digital maka Pengusaha Kena

Pajak sudah dapat melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak perusahaan

dengan menggunakan fasilitas e-Filing.

Page 39: BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00047 AK bab 4.pdf · EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ... dibidang pengadaan barang

39  

Menurut penulis, apabila fasilitas tersebut digunakan oleh perusahaan,

maka akan memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan dan

meminimalkan resiko yang mungkin timbul apabila pelaporan pajak

dilakukan secara manual. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada staf

pajak perusahaan untuk mendaftarkan perusahaan agar dapat menggunakan

fasilitas e-Filing ini.

7. Terdapat transaksi yang Pajak Pertambahan Nilainya dipungut oleh

Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, seperti misalnya pada transaksi

penyerahan jasa listrik kepada perusahaan Minyak & Gas yang Pajak

Pertambahan Nilainya dipungut oleh Perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja

Sama Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi yang ditunjuk oleh Menteri

Keuangan sebagai Wajib Pungut.