bab iv analisis jalur 2 variabel bebas

18
4.4 Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Terhadap Kinerja Perawat di RS Muhammadiyah Sruweng 4.4.1 Perhitungan Koefisien Jalur Dibagian ini penulis akan mencoba menganalisis pengaruh pelatihan (sebagai variabel bebas atau X 1 ) dan motivasi (sebagai variabel bebas atau X 2 ) terhadap kinerja perawat (sebagai variabel terikat atau Y), ini akan diuji dengan uji statistik. Data yang akan diuji merupakan data tentang menganalisis pelatihan, motivasi, dan kinerja perawat yang telah diurutkan sedemikian rupa dan mengubahnya dengan variabel X 1 , variabel X 2 , dan variabel Y. Adapun pengujiannya adalah sebagai berikut: 1. Analisis Jalur (Path Analysis) Analisis Jalur (Path Analysis) digunakan untuk mengetahui akibat langsung dan tidak langsung dari seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab (X 1 ) dan variabel penyebab (X 2 ) terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat (Y). Karena di metode analisis yang digunakan adalah metode analisis

Upload: anto-tomodachirent-susilo

Post on 07-Nov-2015

27 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PEMBAHASAN ANALISIS JALUR DENGAN DUA VARIABEL BEBAS

TRANSCRIPT

BAB IV

PAGE

4.4 Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Terhadap Kinerja Perawat di RS Muhammadiyah Sruweng4.4.1Perhitungan Koefisien Jalur

Dibagian ini penulis akan mencoba menganalisis pengaruh pelatihan (sebagai variabel bebas atau X1) dan motivasi (sebagai variabel bebas atau X2) terhadap kinerja perawat (sebagai variabel terikat atau Y), ini akan diuji dengan uji statistik. Data yang akan diuji merupakan data tentang menganalisis pelatihan, motivasi, dan kinerja perawat yang telah diurutkan sedemikian rupa dan mengubahnya dengan variabel X1, variabel X2, dan variabel Y. Adapun pengujiannya adalah sebagai berikut:

1. Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis Jalur (Path Analysis) digunakan untuk mengetahui akibat langsung dan tidak langsung dari seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab (X1) dan variabel penyebab (X2) terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat (Y). Karena di metode analisis yang digunakan adalah metode analisis jalur, maka peneliti perlu melakukan perhitungan dengan koefisien korelasi product moment terlebih dahulu. Itu dilakukan agar dapat mengetahui hubungan antara X1 dan X2 yaitu rx1x2. Rumus yang akan digunakan untuk menghitung koefisien korelasi product moment adalah:

rxy =

Berikut ini adalah hasil perhitungan koefisien korelasi product moment dengan menggunakan software SPSS VER 20.0:Tabel 4.41Correlations

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa keeratan hubungan antara variabel X1 dan X2 yang dinyatakan oleh besarnya korelasi (rx1x2) adalah sebesar 0,222 yang nantinya akan digunakan dalam perhitungan koefisien determinasi, untuk menghitung besarnya pengaruh tidak langsung dari variabel penyebab ke variabel akibat. Setelah koefisien korelasi antara variabel X1 dan X2 didapat, maka selanjutnya akan dihitung analisis jalur yang dinyatakan dengan persamaan:

Y = (yx1 X1 + (yx2 X2 + (y(Dimana:

X1 = pelatihan

X2 = motivasi(yx1 = koefisien jalur pelatihan ke kinerja perawat(yx2 = koefisien jalur motivasi ke kinerja perawat(y( = koefisien jalur epsilon ke kinerja perawatBerdasarkan perhitungan dengan software SPSS VER 20.0, dapat diketahui hasil perhitungan koefisien jalur adalah sebagai berikut:

Tabel 4.42

Pada tabel coefficients di atas, dalam kolom standardized coefficients terdapat masing-masing koefisien jalur variabel X1 dan X2 terhadap Y. Koefisien jalur pelatihan (X1) terhadap kinerja perawat (Y) yaitu (yx1 adalah sebesar 0,437 atau sebesar 43,7%. Koefisien jalur motivasi (X2) terhadap kinerja perawat (Y) yaitu (yx2 adalah sebesar 0,426 atau sebesar 42,6%.2. Besarnya pengaruh (Koefisien determinasi) pengujian secara simultanTabel 4.43

Yakni (y( =

= = 0,545Oleh karena itu dapat diartikan bahwa pelatihan dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja perawat sebesar 45,5% (R square) dan dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti sebesar 54,5% seperti upah, promosi jabatan, gaya kepemimpinan, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan lain-lain. Sedangkan besarnya pengaruh yang diterima oleh kinerja perawat (Y) dari pelatihan (X1) dan motivasi (X2) serta semua variabel di luar (X1) dan (X2) yang dinyatakan dengan variabel residu (() adalah R2yx1x2 + (y( = 45,5% + 54,5% = 100%.

Kerangka hubungan kausal empiris antara X1 dan X2 terhadap Y dapat dibuat melalui persamaan struktural dan gambar sebagai berikut:

Y = (yx1 X1 + (yx2 X2 + (y(Y = 0,437 X1 + 0,426 X2 + 0,545 (

(y( = 0,545

(yx1 = 0,437

rx1x2 = 0,222

(yx2 = 0,426

R2yx1x2 = 0,455Gambar 4.4Diagram Jalur Hubungan Kausal Empiris X1 dan X2 terhadap Y

3. Besarnya Pengaruh X1 (Pelatihan) terhadap Y (Kinerja perawat) secara parsial pada RS Muhammadiyah Sruwenga. Pengaruh langsung= ((yx1)2

= (0,437)2

= 0,191b. Pengaruh melalui hubungan korelasi dengan X2 = ((yx1) (rx1x2) ((yx2)

= (0,437) (0,222) (0,426)

= 0,041c. Pengaruh X1 ke Y secara total= 0,191 + 0,041

= 0,232

Dari persamaan di atas, besarnya pengaruh pelatihan (X1) yang secara langsung menentukan perubahan-perubahan kinerja perawat (Y) adalah 0,191 (19,1%) dan yang melalui hubungannya dengan motivasi (X2) sebesar 0,041 (4,1%). Dengan demikian pengaruh pelatihan (X1) terhadap kinerja perawat (Y) secara parsial adalah besarnya pengaruh total atau gabungan dari pengaruh langsung dan tidak langsung (X1) terhadap Y, yaitu 0,191 + 0,041 = 0,232 atau (23,2%). Artinya pelatihan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja perawat sebesar 23,2%.

4. Besarnya Pengaruh X2 (Motivasi) terhadap Y (Kinerja perawat) secara parsial pada RS Muhammadiyah Sruwenga. Pengaruh langsung= ((yx2)2

= (0,426)2

= 0,181b. Pengaruh melalui hubungan korelasi dengan X1 = ((yx2) (rx2x1) ((yx1)

= (0,426) (0,222) (0,437)

= 0,041c. Pengaruh X2 ke Y secara total= 0,181 + 0,041

= 0,222

Dari persamaan di atas, besarnya pengaruh motivasi (X2) yang secara langsung menentukan perubahan-perubahan kinerja perawat (Y) adalah 0,181 (18,1%) dan yang melalui hubungannya dengan penetapa harga (X1) sebesar 0,041 (4,1%). Dengan demikian pengaruh motivasi (X2) terhadap kinerja perawat (Y) secara parsial adalah besarnya pengaruh total atau gabungan dari pengaruh langsung dan tidak langsung (X2) terhadap Y, yaitu 0,181 + 0,041 = 0,222 atau (22,2%). Artinya motivasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja perawat sebesar 22,2%.

4.4.2 Pengujian Hipotesis

Selanjutnya untuk membuktikan apakah pelatihan dan motivasi memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja perawat baik secara simultan dan parsial, maka dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian dimulai dari pengujian secara simultan dan dilanjutkan dengan pengujian secara parsial.Tabel 4.44

1. Uji Simultan X1 dan X2 terhadap YUntuk menguji kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur yang telah dihitung, maka perlu dirumuskan terlebih dahulu hipotesis sebagai berikut:

Ho : (yx1x2 = 0 artinya pelatihan dan motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat secara simultan

Ha : (yx1x2 ( 0 artinya pelatihan dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja perawat secara simultan

Kriteria pengujian: Jika Fhitung ( Ftabel maka Ho ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima artinya antara variabl X1 dan X2 terhadap variabel Y terdapat pengaruh Jika Fhitung ( Ftabel maka Ho ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak artinya antara variabl X1 dan X2 terhadap variabel Y tidak terdapat pengaruh

Fhitung dicari dengan rumus perhitungan menggunakan program komputer SPSS versi 20, dan Ftabel dicari didalam tabel distribusi F dengan ketentuan sebagai berikut, ( = 0,05 dan dk pembilang k (2) dan dk penyebut = (n-k-1) atau 130-2-1 = 127 yaitu sebesar 3,067.Pada tabel Anova diperoleh nilai F sebesar 52,958 dengan nilai probabilitas (sig) = 0,000, karena nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (52,958 > 3,067), maka keputusannya adalah:

0

Ftabel (3,067)Fhitung (52,958)Gambar 4.5Kurva Uji F untuk X1 dan X2 terhadap Y

Maka, berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, menyatakan Fhitung berada dalam daerah penolakan Ho atau dengan kata lain bahwa pelatihan dan motivasi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja perawat pada RS Muhammadiyah Sruweng.2. Pengujian Koefisien Jalur Secara ParsialPengujian hipotesis secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji statistik yang digunakan pada pengujian parsial adalah uji t. Untuk pengujian dua pihak nilai statistik uji t yang digunakan pada pengujian secara parsial dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.45

a. Pengaruh X1 (Pelatihan) terhadap Y (Kinerja perawat)

Untuk menguji kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur yang telah dihitung, maka perlu dirumuskan terlebih dahulu hipotesis sebagai berikut:

Ho : (yx1 = 0 artinya pelatihan tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat

Ha : (yx1 ( 0 artinya pelatihan berpengaruh terhadap kinerja perawat

Kriteria pengujian:

Jika thitung ( ttabel maka Ho ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima artinya antara variabl X1 terhadap variabel Y terdapat pengaruh yang signifikan

Jika thitung ( ttabel maka Ho ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak artinya antara variabl X1 terhadap variabel Y terdapat pengaruh yang tidak signifikan

thitung dicari dengan rumus perhitungan menggunakan program komputer SPSS versi 20, dan

ttabel dicari didalam tabel distribusi t dengan ketentuan sebagai berikut, ( = 0,05 dan dk = (n-k-1) atau 130-2-1 = 127 yaitu sebesar 1,979.

Pada tabel Coefficient di atas diperoleh nilai thitung pelatihan (X1) terhadap kinerja perawat (Y) sebesar 6,500 dengan nilai probabilitas (sig) = 0,000, karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (6,500 > 1,979), maka keputusannya adalah:

ttabel (-1,979)

0ttabel (1,979) thitung (6,500)

Gambar 4.6Kurva Uji t untuk X1 terhadap Y

Maka, berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, menyatakan thitung berada dalam daerah penolakan Ho atau dengan kata lain bahwa pelatihan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja perawat pada RS Muhammadiyah Sruweng.b. Pengaruh X2 (Motivasi) terhadap Y (Kinerja perawat)

Untuk menguji kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur yang telah dihitung, maka perlu dirumuskan terlebih dahulu hipotesis sebagai berikut:

Ho : (yx2 = 0 artinya motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat

Ha : (yx2 ( 0 artinya motivasi berpengaruh terhadap kinerja perawat

Kriteria pengujian:

Jika thitung ( ttabel maka Ho ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima artinya antara variabl X2 terhadap variabel Y terdapat pengaruh yang signifikan

Jika thitung ( ttabel maka Ho ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak artinya antara variabl X2 terhadap variabel Y terdapat pengaruh yang tidak signifikan

thitung dicari dengan rumus perhitungan menggunakan program komputer SPSS versi 20, dan

ttabel dicari didalam tabel distribusi t dengan ketentuan sebagai berikut, ( = 0,05 dan dk = (n-k-1) atau 130-2-1 = 127 yaitu sebesar 1,979.

Pada tabel Coefficient di atas diperoleh nilai thitung motivasi (X2) terhadap kinerja perawat (Y) sebesar 6,334 dengan nilai probabilitas (sig) = 0,000, karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (6,334 > 1,979), maka keputusannya adalah:

ttabel (-1,979)

0 ttabel (1,979) thitung (6,334)

Gambar 4.7Kurva Uji t untuk X2 terhadap Y

Maka, berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, menyatakan thitung berada dalam daerah penolakan Ho atau dengan kata lain bahwa motivasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja perawat pada RS Muhammadiyah Sruweng.

Y

X2

X1

_1467708035.unknown

_1467771860.unknown

_1467707078.unknown