bab iv analisis data dan pembahasan hasil penelitian...

32
61 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Paparan Data Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia Sejarah bursa efek indonesia yang didirikan oleh pemerintah belanda di indonesia telah dimulai sejak tahun 1912 namu kemudian ditutup karena perang dunia I. Pada tahun 1977 bursa dibuka kembali dan berkembang menjadi bursa modal yang modern dengan menerapkan Jakarta Automoted Trading Systems (JATS) yang terintegrasi dengan sistem kliring dan penyelesaian, serta depositori saham yang dimiliki oleh PT. Kustodian Depositori Efek Indonesia (KDEI). Dengan mengenai harga saham gabungan (IHSG) Perdagangan surat berharga dimulai pasar modal indonesia sejak 3 juni 1952. Namun tonggak paling besar terjadi pada 10 agustus 1977, yang dikenal sebagai kebangkitan pasar modal indonesia. Setelah bursa efek Jakarta dipisahkan dari institusi bapepam tahun 1992 dan diswastakan, mulailah pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pasar modal tumbuh pesat periode 1992-1997. Krisis di ASEAN tenggara tahun 1977 membuat pasar modal jatuh. Indeks harga saham gabungan (IHSG)

Upload: others

Post on 01-Mar-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

61

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1. Paparan Data Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Sejarah bursa efek indonesia yang didirikan oleh pemerintah

belanda di indonesia telah dimulai sejak tahun 1912 namu kemudian

ditutup karena perang dunia I. Pada tahun 1977 bursa dibuka kembali dan

berkembang menjadi bursa modal yang modern dengan menerapkan

Jakarta Automoted Trading Systems (JATS) yang terintegrasi dengan

sistem kliring dan penyelesaian, serta depositori saham yang dimiliki oleh

PT. Kustodian Depositori Efek Indonesia (KDEI). Dengan mengenai harga

saham gabungan (IHSG)

Perdagangan surat berharga dimulai pasar modal indonesia sejak 3

juni 1952. Namun tonggak paling besar terjadi pada 10 agustus 1977, yang

dikenal sebagai kebangkitan pasar modal indonesia. Setelah bursa efek

Jakarta dipisahkan dari institusi bapepam tahun 1992 dan diswastakan,

mulailah pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pasar

modal tumbuh pesat periode 1992-1997. Krisis di ASEAN tenggara tahun

1977 membuat pasar modal jatuh. Indeks harga saham gabungan (IHSG)

62

turun keposisi paling rendah. Bagaimanapun, masalah pasar modal tidak

lepas dari arus investasi yang akan menentukan pertumbuhan ekonomi

sebuah kawasan, tidak terkecuali indonesia dan Negara-negara di ASEAN

tenggara lainnya.

Peneliti meneliti perusahaan-perusahaan yang terdaftar dibursa

efek indonesia dengan populasi sebanyak 670 perusahaan pada periode

2010. Dari populasi tersebut kemudian akan dipilih untuk menjadi sampel

penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling yang

kriterianya telah ditetapkan pada teknik pengambilan sampel. Hasil akhir,

didapat 18 perusahaan yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.

Berikut akan dijelaskan tentang data-data perusahaan yang menjadi sampel

penelitian.

1. Makanan dan minuman

Adalah industri yang bergerak dibidang peghasil beragai jenis

makanan dan minuman. Terdiri dari 4 (empat) perusahaan yang

terdaftar di bursa efek indonesia, yaitu ADES (Ades waters Indonesia

Tbk), CEKA (PT Cahaya Kalbar Tbk ), SKLT (PT Sekar Laut Tbk),

dan TPIA (PT Chandra Asri Petrochemical Tbk).

2. Tekstil dan garmen

Adalah industri yang bergerak sebagai penghasil pakaian atau kain dan

segala produk tekstil lainnya. Terdiri dari 4 (empat) perusahaan yang

terdaftar di bursa efek indonesia, yaitu ADMG (PT. Polychem

63

Indonesia Tbk), INDR (PT. Indo-Rama Synthetics Tbk), POLY (PT

ASEAN Pacific Fibers Tbk), dan UNIT (PT Nusantara Inti Corpora,

Tbk).

3. Logam dan sejenisnya

Adalah industri yang bergerak sebagai penghasil besi. Terdiri dari 3

(tiga) perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia. BETON (PT

Betonjaya Manunggal Tbk), JKSW (PT Jakarta Kyoei Steel Works

Limited Tbk), dan JPRS (PT. Jaya Pari Steel Tbk).

4. Kimia

Adalah industri yang bergerak di sektor kimia dan penghasil produk

yang berkaitan. Terdiri dari 3 (tiga) perusahaan. Yaitu BRPT (PT

Barito Pacific Tbk), ETWA (PT Eterindo Wahanatama Tbk), SRSN

(PT. Indo Acidatama Tbk).

5. Elektonika

Adalah industri yang bergerak dalam bidang usaha perakitan alat-alat

elektronik. Terdiri dari 1 (satu) perusahaan. Yaitu PTSN (PT Sat

Nusapersada)

6. Keramik

Adalah industri yang bergerak dalam bidang pembuatan produk ubin

porselen dan keramik . terdiri dari 3 (tiga) perusahaan. Yaitu AMFG

(PT Asahimas Flat Glass Tbk), IKAI (PT Intikeramik Alamasri

Industri Tbk ) dan KIAS (PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk)

64

4.1.2. Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA)

Perdagangan bebas memiliki banyak tujuan, diantaranya yaitu

untuk meningkatkan kemakmuran bagi negara-negara yang terlibat, serta

memiliki harapan dapat menciptakan suatu tatanan perekonomian yang

stabil dan saling menguntungkan serta untuk menarik para investor agar

menanamkan investasi dalam negeri serta meningkatkan perdagangan

diantara negara-negara dunia. Atas dasar tujuan tersebut menyebabkan

banyak negara-negara dunia bergabung dalam kesepakatan-kesepakatan

perdagangan bebas yang terbentuk. Blok perdagangan bebas atau Free

Trade Area (FTA) dapat dibentuk baik secara multilateral, regional,

maupun bilateral. Salah satu FTA yang terbentuk adalah ASEAN – China

Free Trade Area (ACFTA). Dimana Indonesia merupakan salah satu dari

negara anggota ASEAN yang juga ikut bergabung dalam perjanjian

kesepakatan perdagangan bebas antara ASEAN – Cina tersebut (Akmal,

2009)

Keikutsertaan Indonesia dalam kesepakatan ACFTA ditandai

dengan ratifikasi Indonesia dalam Framework Agreement on

Comprehensive Economic Co-operation between the Association of

Southeast Asian Nations and the People’s Republic of China yang

ditandatangani oleh para pemimpin negara-negara ASEAN pada tanggal 4

November 2002 di Pnom Penh, Kamboja, dalam hal ini Indonesia diwakili

oleh Presiden Megawati Soekarno Putri. ACFTA merupakan kesepakatan

65

antara negara-negara anggota ASEAN dengan negara Cina untuk

mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau

mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun

non tarif, peningkatan akses pasar, jasa, peraturan dan ketentuan investasi,

sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong

hubungan perekonomian para anggota yang tergabung dalam ACFTA

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan Cina

(Nugraha, 2010)

Keppres No. 48 tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004, pemerintah

Indonesia telah mengesahkan ratifikasi kesepakatan tersebut. ASEAN –

China Free Trade Area (ACFTA) adalah kawasan perdagangan bebas

antara ASEAN dengan Cina dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk

0-5%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN

dan Cina. Kesepakatan ACFTA ini akan dilaksanakan melalui 3 tahapan

yaitu: Early Havest Program (EHP), Normal Track (I and II), dan

Sensitive dan Highly Sensitive List. (Dokumen BP – China)

Pelaksanaan perdagangan bebas Asia-China yang diresmikan pada

tanggal 1 Januari 2010. Pembukaan pasar ini merupakan perwujudan dari

perjanjian perdagangan bebas antara enam negara anggota ASEAN

(Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei

Darusalam) dengan Cina, yang disebut dengan ASEAN China Free Trade

Agreement (ACFTA). Perjanjian tersebut menetapkan kebijakan

66

penghapusan tarif bea masuk sebesar 0% untuk barang-barang komoditi

yaitu keramik, alas kaki, tekstil dan garmen, besi dan baja, alas

elektronika, makanan dan minuman, dan kimia (Dewitari, dkk 2009)

Adapun tujuan dari pembentukan ACFTA adalah meningkatkan

daya saing ekonomi negara-negara ASEAN dan Cina yaitu menjadikan

kawasan ASEAN dan Cina sebagai basis produksi pasar dunia untuk

menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN

dengan Cina. ACFTA diberlakukan secara penuh untuk negara ASEAN-6

sejak 1 Januari 2010 dengan fleksibilitas terhadap produk-produk tertentu

tarifnya masih diperbolehkan lebih dari 0-5%. Sedangkan, untuk negara

baru seperti: Vietnam, Laos, Myanmar, dan Cambodia akan mulai

diterapkan pada tahun 2015 (Ditjen KPI).

Hubungan kerjasama antara Indonesia dengan Cina memiliki dasar

kemitraan strategis yaitu dengan dilatar belakangi oleh adanya

kepentingan antar kedua negara. Cina merupakan negara Asia yang

memiliki pengaruh besar dalam arus pasar global baik dari segi politik

maupun ekonomi, terlebih lagi Indonesia bagi Cina adalah mitra strategis

yang dapat diperhitungkan mengingat menjadi salah satu negara Asia yang

mampu bertahan ditengah krisis global (Akmal, 2009).

Setidaknya terdapat tiga peluang positif yang dikemukaan

pemerintah pada saat kesepakatan ACFTA pertama kali ditandangani,

Pertama, penurunan dan penghapusan tarif serta hambatan non tarif di

67

China membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatan volume dan

nilai perdagangan ke negara yang penduduknya terbesar dan memiliki

tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Kedua, penciptaan rezim

investasi yang kompetitif dan terbuka membuka peluang bagi Indonesia

untuk menarik lebih banyak investasi dari China. Ketiga, peningkatan

kerjasama ekonomi dalam lingkup yang lebih luas membantu Indonesia

melakukan peningkatan capacity building, transfer technology, dan

managerial capability (Ditjen KPI).

Namum dengan indikasi yang cukup kuat bahwa pemerintah tidak

mempersiapkan secara matang untuk meraih peluang positif dari

pemberlakuan ACFTA sehingga sejak diterapkannya ACFTA di Indonesia

di awal tahun 2010, perjanjian ini menuai banyak kritikan dari berbagai

kalangan, khususnya di kalangan sektor industri dan pasar domestik.

Hampir seluruh sektor komoditas ekonomi Indonesia dibanjiri oleh produk

asal Cina yang harganya relatif lebih murah sehingga konsumen dalam

negeri lebih produk-produk asal Cina dari pada produk dalam Negeri.

Dengan semakin besarnya produk Cina yang masuk dinilai dapat

mematikan daya saing pasar domestik di dalam Negeri sendiri (Nugraha,

2010).

68

4.1.3. Analisis Hasil Data

a. Analisis Hasil Perhitungan Statistik

Tabel dibawah ini merupakan table hasil perhitungan statistik dari

variabel penelitian pada perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek

indonesia sebelum dan sesudah perdagangan bebas ASEAN-China

(ACFTA) Tahun 2010.

Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Statistik Harga Saham, Return, Abnormal Return,

Dan Trading Volume Activity Sebelum Dan Sesudah Perdagangan

Bebas ASEAN-China (ACFTA) Tahun 2010

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Harga

Saham

Sesudah 1.974 180 239.9582 17.88543

Sebelum 2.0322 180 197.5438 14.72404

Return

Sesudah -0.0019 180 0.04663 0.00348

Sebelum -0.0008 180 0.05415 0.00404

Abnormal

return

Sesudah -0.0006 180 0.04721 0.00352

Sebelum 0.0006 180 0.05139 0.00383

TVA

Sesudah 0.1046 180 0.68579 0.05112

Sebelum 0.0053 180 0.01260 0.00094

Sumber: Lihat lampiran 8

69

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa rata-rata harga

saham sebelum dan sesudah perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA)

Tahun 2010 mengalami penurunan. Rata-rata harga saham sebelum

perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) sebesar 2.0322, sedangkan

rata-rata harga saham sesudah perdagangan bebas ASEAN-China

(ACFTA) sebesar 1.974. Sehingga rata-rata harga saham sebelum

perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) lebih tinggi dari pada

sesudah rata-rata harga saham perdagangan bebas ASEAN-China

(ACFTA).

Rata-rata return sebelum dan sesudah perdagangan bebas ASEAN-

China (ACFTA) Tahun 2010 mengalami penurunan. Rata-rata return

sebelum perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) sebesar -0.0008,

sedangkan rata-rata return sesudah perdagangan bebas ASEAN-China

(ACFTA) sebesar -0.0019. Sehingga rata-rata return sebelum perdagangan

bebas ASEAN-China (ACFTA) lebih tinggi dari pada sesudah rata-rata

return perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA).

Abnormal return sebelum dan sesudah perdagangan bebas

ASEAN-China (ACFTA) Tahun 2010 mengalami penurunan. Rata-rata

abnormal return sebelum perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA)

sebesar 0.0006, sedangkan rata-rata abnormal return sesudah perdagangan

bebas ASEAN-China (ACFTA) sebesar -0.0006. Sehingga rata-rata

abnormal return sebelum perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA)

70

lebih tinggi dari pada sesudah rata-rata abnormal return perdagangan

bebas ASEAN-China (ACFTA).

Trading Volume Activity sebelum dan sesudah perdagangan bebas

ASEAN-China (ACFTA) Tahun 2010 mengalami peningkatan. Rata-rata

TVA sebelum perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) sebesar

0.0053, sedangkan rata-rata TVA sesudah perdagangan bebas ASEAN-

China (ACFTA) sebesar 0.1046. Sehingga rata-rata TVA sesudah

perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) lebih tinggi dari pada

sesebelum rata-rata TVA perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA).

b. Uji Hipotesis

Untuk menjawab hipotesis yang diajukan, maka pengujian

dilakukan dengan uji beda (Uji-t) yang diolah melalui bantuan statistic

parametic program SPSS versi 16.0. Menggunakan analisis Paired Sample

Test. Uji beda ini digunakan untuk mengetahui antara dua jenis data

berpasangan yang ada dalam penelitian, yaitu

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham, return,

abnormal return, TVA antara sebelum dan sesudah perdagangan

bebas ASEAN-China (ACFTA) Tahun 2010.

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham, return,

abnormal return, TVA antara sebelum dan sesudah perdagangan

bebas ASEAN-China (ACFTA) Tahun 2010.

71

Tabel 4.2

Paired Sample Test

No Variabel

T

hitung

T

tabel

Sig 2

Tailed

Taraf

Sig

Ket

1 Harga Saham 0.872 1.960 0.384 0.05 Tidak Signifikan

2 Return 0.203 1.960 0.839 0.05 Tidak Signifikan

3 Abnormal Return 0.203 1.960 0.839 0.05 Tidak Signifikan

4 TVA 1.940 1.960 0. .054 0.05 Tidak Signifikan

Sumber: Lihat lampiran 8

Dari hasil uji beda T-test dengan menggunakan Paired Sample Test

untuk harga saham terdapat nilai t-hitung sebesar 0.872 < t-tabel 1.960

dengan sig (2-tailed) 0.384 > 0.05. maka Ho diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara harga

saham sebelum perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) dengan

harga saham sesudah perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA).

Hasil return menunjukkan nilai t-hitung sebesar 0.203 < t-tabel

1.960 dengan sig (2-tailed) 0.839 > 0.05. maka Ho diterima. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

return sebelum perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) dengan

return sesudah perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA).

Hasil abnormal return menunjukkan nilai t-hitung sebesar 0.203 <

t-tabel 1.960 dengan sig (2-tailed) 0.839 > 0.05. maka Ho diterima.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

72

signifikan antara abnormal return sebelum perdagangan bebas ASEAN-

China (ACFTA) dengan abnormal return sesudah perdagangan bebas

ASEAN-China (ACFTA).

Hasil Trading Volume Activity menunjukkan nilai t-hitung sebesar

1940 > t-tabel 1.960 dengan sig (2-tailed) 0.054 < 0.05. maka Ho diterima.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara TVA sebelum perdagangan bebas ASEAN-China

(ACFTA) dengan TVA sesudah perdagangan bebas ASEAN-China

(ACFTA).

c. Analisis Deskriptif

Setelah dilakukan perhitungan rata rata dan perbandingan pada

semua variabel sebelum dan sesudah perdagangan bebas ASEAN-China

(ACFTA) Tahun 2010. Selanjutnya dianalisis secara Individual

(terperinci) yaitu analisis yang menggambarkan data-data variabel

penelitian per harian serta gejalanya dengan adanya peristiwa perdagngan

bebas ASEAN-China (ACFTA) Tahun 2010. Berikut akan dijelaskan

analisis deskriptif yaitu menjelaskan deskripsi data harga saham, return

saham, abnormal return dan Trading Volume Activity yang akan

dimasukkan dalam model penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel dan grafik berikut

73

Harga Saham

Tabel 4.3

One Sample Test

Sebelum Sesudah

Hari Mean Sig.t Keterangan Hari Mean Sig.t Keterangan

t-1 154.66667 0.001 Signifikan t+1 206.72222 0.002 Signifikan

t-2 208.38889 0.003 Signifikan t+2 207.00000 0.001 Signifikan

t-3 208.44444 0.003 Signifikan t+3 200.22222 0.001 Signifikan

t-4 205.88889 0.003 Signifikan t+4 196.94444 0.001 Signifikan

t-5 210.16667 0.002 Signifikan t+5 197.77778 0.001 Signifikan

t-6 205.22222 0.003 Signifikan t+6 195.11111 0.001 Signifikan

t-7 206.55556 0.002 Signifikan t+7 193.83333 0.000 Signifikan

t-8 209.77778 0.003 Signifikan t+8 191.88889 0.000 Signifikan

t-9 210.88889 0.003 Signifikan t+9 192.94444 0.000 Signifikan

t-10 211.50000 0.002 Signifikan t+10 191.61111 0.000 Signifikan

Sumber: Lihat lampiran 9

74

Gambar 4.1

Perkembangan Rata-Rata Harga Saham

Sumber: Lihat lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, menggunakan metode one sample t-

test dengan alpha (5%), menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat

perbedaan yang signifikan pada harga saham antara periode sebelum dan

sesudah perdagangan bebas ASEAN-China tahun 2010.

Hasil penggambaran grafik 4.1 diatas dari rata-rata harga saham

yang menggambarkan bahwa pada periode sesudah peristiwa perdagangan

bebas menurun dari hari sebelum perdagangan bebas.

560

570

580

590

600

610

-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rat

a-ra

ta h

arga

sah

am

Periode

Rata-rata harga saham

75

Besarnya rata-rata harga saham pada periode t-5 sebesar Rp.

603.22. Selanjutnya mengalami peningkatan tertinggi pada t-10 dengan

rata-rata sebesar Rp. 605.94, hingga t+1 menurun yaitu sebesar Rp.

589.22. Selanjutnya rata-rata harga saham menurun lagi pada t+3 yaitu

sebesar Rp. 586.89, t+4 sebesar Rp. 578.06, t+6 sebesar Rp. 590.39, t+7

sebesar Rp. 588.56, t+8 sebesar Rp. 586.06, t+9 sebesar Rp. 586, t+10

sebesar Rp. 583.28.

Sehingga dari uji one sample t-test dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham sebelum dan harga

saham sesudah perdagangan bebas Aia-China (ACFTA) tahun 2010. Hal

ini mungkin disebabkan karena informasi tentang peristiwa

perdagangan bebas ASEAN-China disambut oleh pasar dengan adanya

penurunan reaksi pasar.

76

Return

Tabel 4.4

One Sample Test Return

Sebelum Sesudah

Hari Mean Sig.t Keterangan Hari Mean Sig.t Keterangan

t-1 .00881 0.392 Tidak signifikan t+1 .00469 0.831 Tidak signifikan

t-2 .00057 0.946 Tidak signifikan t+2 .01236 0.176 Tidak signifikan

t-3 .00197 0.819 Tidak signifikan t+3 -.00699 0.558 Tidak signifikan

t-4 -.01980 0.078 Tidak signifikan t+4 -.00582 0.397 Tidak signifikan

t-5 .03392 0.007 Signifikan t+5 .01174 0.027 Signifikan

t-6 -.01247 0.085 Tidak signifikan t+6 -.00477 0.381 Tidak signifikan

t-7 -.01145 0.094 Tidak signifikan t+7 .00387 0.742 Tidak signifikan

t-8 -.01481 0.447 Tidak signifikan t+8 -.00177 0.925 Tidak signifikan

t-9 -.00886 0.128 Tidak signifikan t+9 .00023 0.957 Tidak signifikan

t-10 .00328 0.818 Tidak signifikan t+10 -.02105 0.303 Tidak signifikan

Sumber: Lihat lampiran 9

77

Gambar 4.2

Perkembangan Return

Sumber: Lihat lampiran 2

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, menggunakan metode one sample t-

test dengan alpha (5%), terdapat 2 (dua) hari yang menunjukkan

perbedaan yang signifikan yaitu pada periode t-5 (sebelum hari kelima)

dan t+5 (sesudah hari kelima) perdagangan bebas ASEAN-China tahun

2010. Namun sebagian besar yaitu pada periode sebelum t-1, t-2, t-3, t-4, t-

6, t-7, t-8, t-9, t-10 dan periode sesudah t+1, t+2, t+3, t+4, t+6, t+7, t+8,

t+9, t+10 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

return hari-hari sebelum dan return hari-hari sesudah perdagangan bebas

ASEAN-China tahun 2010.

-0,03

-0,02

-0,01

0

0,01

0,02

0,03

0,04

-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

rata

-rat

a re

turn

Periode

rata-rata return

78

Hasil penggambaran grafik 4.2 diatas dari return yang

menggambarkan bahwa pergerakan return sangat fluktuatif baik sebelum

maupun sesudah. Besarnya return pada periode yang mengalami

penurunan yaitu t-9 sebesar -0.00886, t-8 sebesar -0.01481, t-6 sebesar -

0.01247, t-4 sebesar -0.01980, t+3 sebesar -0.00699, t+4 sebesar -0.00582,

t+6 sebesar -0.00477, t+8 sebesar -0.00177, t+10 sebesar -0.02105.

Selanjutnya return yang mengalami peningkatan yaitu t-7 sebesar 0.00387,

t-5 sebesar 0.03392, t-2 sebesar 0.00057, t-1 sebesar 0.00881, t+1 sebesar

0.00469, t+2 sebesar 0.01236, t+5 sebesar 0.01174, t+7 sebesar 0.00387,

t+9 sebesar 0.00023

Sehingga dari uji one sample t-test dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara retun sebelum dan return

sesudah perdagangan bebas Aia-China (ACFTA) tahun 2010.

79

Abnormal Return

Tabel 4.5

One Sample Test Abnormal Return

Sebelum Sesudah

Hari Mean Sig.t Keterangan Hari Mean Sig.t Keterangan

t-1 0.01012 0.367 Tidak signifikan t+1 0.00601 0.762 Tidak signifikan

t-2 0.00189 0.808 Tidak signifikan t+2 0.01367 0.088 Tidak signifikan

t-3 0.00329 0.715 Tidak signifikan t+3 -0.00568 0.597 Tidak signifikan

t-4 -0.01849 0.110 Tidak signifikan t+4 -0.00450 0.427 Tidak signifikan

t-5 0.03524 0.005 Signifikan t+5 0.01305 0.020 Signifikan

t-6 -0.01116 0.160 Tidak signifikan t+6 -0.00345 0.397 Tidak signifikan

t-7 -0.01014 0.092 Tidak signifikan t+7 0.00519 0.633 Tidak signifikan

t-8 -0.01349 0.493 Tidak signifikan t+8 -0.00045 0.981 Tidak signifikan

t-9 -0.00754 0.234 Tidak signifikan t+9 0.00155 0.791 Tidak signifikan

t-10 0.00460 0.738 Tidak signifikan t+10 -0.01973 0.329 Tidak signifikan

Sumber: Lihat lampiran 9

80

Gambar 4.3

Perkembangan Abnormal Return

Sumber: Lihat lampiran 4

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, menggunakan metode one sample t-

test dengan alpha (5%), terdapat 2 (dua) hari yang menunjukkan

perbedaan yang signifikan yaitu pada periode t-5 (hari kelima sebelum)

dan t+5 (hari kelima sesudah) perdagangan bebas ASEAN-China tahun

2010. Namun sebagian besar yaitu pada periode sebelum t-1, t-2, t-3, t-4, t-

6, t-7, t-8, t-9, t-10 dan periode sesudah t+1, t+2, t+3, t+4, t+6, t+7, t+8,

t+9, t+10 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

abnormal return hari-hari sebelum dan abnormal return hari-hari sesudah

perdagangan bebas ASEAN-China tahun 2010.

-0,03

-0,02

-0,01

0

0,01

0,02

0,03

0,04

-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rat

a-r

ata

abn

orm

al r

etu

rn

Periode

Rata-rata abnormal return

81

Hasil penggambaran grafik 4.3 diatas dari abnormal return yang

menggambarkan bahwa pergerakan abnormal return sangat fluktuatif baik

sebelum maupun sesudah. Besarnya abnormal return pada periode yang

mengalami penurunan yaitu t-9 sebesar -0.00754,t-8 sebesar -0.01349, t-6

sebesar -0.01116, t-4 sebesar -0.01849, t+3 sebesar -0.00568, t+4 sebesar -

0.00450, t+6 sebesar -0.00345, t+8 sebesar -0.00045, t+10 sebesar -

0.01973. Selanjutnya abnormal return yang mengalami peningkatan yaitu

t-7 sebesar -0.01014, t-5 sebesar 0.03524, t-2 sebesar 0.00189, t-1 sebesar

0.01012, t+1 sebesar 0.00601, t+2 sebesar 0.01367, t+5 sebesar 0.01305,

t+7 sebesar 0.00519, t+9 sebesar 0.00155.

Sehingga dari uji one sample T-test dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan

abnormal return sesudah perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA)

tahun 2010.

82

TVA (Trading Volume Activity)

Tabel 4.5

One Sample Test TVA

Sebelum Sesudah

Hari Mean Sig.t Keterangan Hari Mean Sig.t Keterangan

t-1 0.00427 0.017 Signifikan t+1 0.00993 0.156 Tidak signifikan

t-2 0.00623 0.036 Signifikan t+2 0.03714 0.304 Tidak signifikan

t-3 0.00415 0.105 Tidak signifikan t+3 0.07670 0.292 Tidak signifikan

t-4 0.00646 0.093 Tidak signifikan t+4 0.21055 0.318 Tidak signifikan

t-5 0.00445 0.034 Signifikan t+5 0.02737 0.178 Tidak signifikan

t-6 0.00462 0.031 Signifikan t+6 0.05690 0.309 Tidak signifikan

t-7 0.00844 0.051 Tidak signifikan t+7 0.02209 0.206 Tidak signifikan

t-8 0.00823 0.181 Tidak signifikan t+8 0.16052 0.324 Tidak signifikan

t-9 0.00277 0.016 Signifikan t+9 0.44013 0.325 Tidak signifikan

t-10 0.00308 0.046 Signifikan t+10 0.00437 0.067 Tidak signifikan

Sumber: Lihat lampiran 9

83

Gambar 4.4

Perkembangan Rata-rata Trading Volume Activity

Sumber: Lihat lampiran 7

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, menggunakan metode one sample t-

test dengan alpha (5%), terdapat 6 (enam) hari yang menunjukkan

perbedaan yang signifikan yaitu pada periode t-1 ,t-2, t-4, t-6, t-9, dan t-10.

Namun sebagian besar yaitu periode t-3, t-5, t-7, t-8, t+1, t+2, t+3, t+4,

t+5, t+6, t+7, t+8, t+9, t+10 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara trading volume activity sebelum dan trading volume

activity sesudah perdagangan bebas ASEAN-China tahun 2010.

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5-1

0 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 91

0

Rat

a-R

ata

TVA

Peride

Rata-rata TVA

84

Hasil penggambaran grafik 4.1 diatas dari rata-rata trading volume

activity menggambarkan bahwa rekasi pasar bergerak fluktuatif. pada

periode sebelum peristiwa perdagangan bebas (t-1, t-2, t-3, t-4, t-5, t-6, t-7,

t-8, t-9, t-10) pasar menunjukkan reaksi yang stabil. Besarnya rata-rata

trading volume activity sesudah peristiwa menaik pada periode t+1 sebesar

0.00437, t+5 sebesar 0.05690, t+7 sebesar 0.21055. Menurun kembali

pada t+2 sebesar 0.44013, t+3 sebesar 0.16052, pada periode t-5 sebesar

0.00445.

Sehingga dari uji one sample T-test dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara Volume trading activity

sebelum dan Volume trading activity sesudah perdagangan bebas ASEAN-

China (ACFTA) tahun 2010.

85

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1. Perbedaan harga saham sebelum dan sesudah perdagangan bebas

ASEAN-China (ACFTA)

Dari rekapitulasi diatas dapat disimpulkan bahwa secara statistik

uji paired sample t-test tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

rata-rata harga saham sebelum dan rata-rata harga saham sesudah

perdagangan bebas ASEAN-China Tahun 2010. Sedangkan secara

deskriptif menggunakan one sample t-test menunjukkan perbedaan yang

signifikan antara hari-hari sebelum dan hari-hari sesudah perdagangan

bebas ASEAN-China tahun 2010.

Hal ini mungkin disebabkan karena dalam peristiwa ini pasar

sudah mengetahui informasi tentang kebijakan pemerintah tentang

penurunan tariff bea masuk sebesar 0% terhadap barang-barang komoditi.

kemudian pelaku pasar memiliki antisipasi untuk tidak bertransaksi secara

besar-besaran karena mereka memiliki alternatif lain untuk investasi.

Sehingga peristiwa tersebut disambut oleh pasar dengan adanya

penurunan reaksi pasar terhadap harga saham namun tidak signifikan.

Temuan penelian ini menguatkan temuan peneliti terdahulu Fitri

(2009) bahwa pasar sudah mengetahui informasi tersebut. Sehingga

pelaku pasar banyak yang melakukan wait and see (menunggu dan

melihat). Pasar memiliki antisipasi untuk tidak bertransaksi secara besar-

besaran karena mereka memiliki alternatif lain untuk investasinya.

86

4.2.2. Perbedaan return sebelum dan sesudah peristiwa perdagangan bebas

ASEAN-China (ACFTA) terhadap

Dari rekapitulasi diatas dapat disimpulkan bahwa secara statistik

uji paired sample t-test dan one sample t-test menunjukkan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara retun sebelum dan return sesudah

perdagangan bebas ASEAN-China tahun 2010. Hal ini disebabkan karena

setelah reaksi pasar menurun dengan ditunjukkannya penurunan harga

maka return yang didapatkan juga ikut menurun. Selain itu saham yang

tergabung dalam industri tersebut tidak di transaksikan dalam jumlah besar

dan dalam waktu yang singkat. Terbukti terdapat perubahan return antara

sebelum dan sesudah perdagangan bebas ASEAN-China Tahun 2010

namun tidak signifikan baik diukur dengan return secara individual (uji

one sample test) maupun keseluruhan (uji paired sample t test).

Temuan ini menguatkan peneliti terdahulu Muhammad hamidi

(2008) bahwa tidak ada timbal balik antara harga saham dengan return

karena saham yang tergabung dalam industri dasar dan kimia tidak

ditransaksikan dalam jumlah besar, dalam waktu singkat, dan biaya rendah

sehingga tidak berpengaruh secara signifikan.

87

4.2.3. Perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa

perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) terhadap

Dari rekapitulasi diatas dapat disimpulkan bahwa secara statistik

menggunakan uji paired sample t-test dan uji one sample t-test

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal

retun sebelum dan abnormal return sesudah perdagangan bebas ASEAN-

China tahun 2010.MHal ini disebabkan karena setelah reaksi pasar

menurun dengan ditunjukkannya penurunan harga saham maka abnormal

return yang didapatkan juga menurun. Sehingga mempengaruhi abnormal

return yang didapatkan oleh para investor. Selain itu saham yang

tergabung dalam industri tersebut tidak di transaksikan dalam jumlah besar

dan dalam waktu yang singkat.

Terbukti terdapat perubahan return antara sebelum dan sesudah

perdagangan bebas ASEAN-China Tahun 2010 namun tidak signifikan

baik diukur dengan abnormal return secara individual (uji one sample test)

maupun keseluruhan (uji paired sample t test). Hal ini menunjukkan

bahwa efesiensi pasar modal indonesia (Bursa Efek Inonesia) termasuk

kedalam kategori efesiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong-form

efficiency) berdasarkan efesiensi pasar secara informasi. Pada kondisi ini

harga sekuritas-sekuritas menggambarkan seluruh informasi yang

dipublikasikan sehingga investor tidak memperoleh abnormal return secara

signifikan.

88

Temuan ini menguatkan peneliti terdahulu wahyu (2010)

efesiensi pasar modal indonesia (Bursa Efek Inonesia) termasuk kedalam

kategori efesiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong-form efficiency)

berdasarkan efesiensi pasar secara informasi. Pada kondisi ini harga

sekuritas-sekuritas menggambarkan seluruh informasi yang dipublikasikan

sehingga investor tidak memperoleh abnormal return secara signifikan.

4.2.4. Perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa

perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) terhadap

Dari rekapitulasi diatas dapat disimpulkan bahwa secara statistik

menggunakan uji paired sample t-test dan uji one sample t-test

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara trading

volume activity sebelum dan trading volume activity sesudah perdagangan

bebas ASEAN-China tahun 2010. Hal ini disebabkan karena setelah

terjadi penurunan harga saham sesudah peristiwa terjadi penyesuaian

pasar, di mana ketika harga saham telah mencapai nilai terendah,

maka sebagian investor akan mengambil langkah profit taking dengan

membeli saham-saham di saat harga saham mencapai nilai terendah,

untuk mendapatkan capital gain dengan menjualnya kembali saat harga

saham naik. Hal ini ditunjukkan dengan reaksi harga saham yang

mengalami penurunan namun aktivitas trading volume activity mengalami

peningkatan.

89

Temuan ini menguatkan peneliti terdahulu lia hanisa (2009)

Karena setelah terjadi penurunan harga BBM terjadi penyesuaian pasar,

di mana ketika harga saham telah mencapai nilai terendah, maka

sebagian investor akan mengambil langkah profit taking dengan

membeli saham-saham di saat harga saham mencapai nilai terendah,

untuk mendapatkan capital gain dengan menjualnya kembali saat harga

saham naik.

Dari pembahasan secara keseluruhan Penelitian ini mendukung penelitian

terdahulu Temuan penelian ini menguatkan temuan peneliti terdahulu Fitri

(2009) bahwa pasar sudah mengetahui informasi tersebut. Sehingga pelaku pasar

banyak yang melakukan wait and see (menunggu dan melihat). Pasar memiliki

antisipasi untuk tidak bertransaksi secara besar-besaran karena mereka memiliki

alternatif lain untuk investasinya. Dan Wahyu (2010) bahwa efesiensi pasar modal

indonesia termasuk kedalam kategori efesiensi pasar bentuk setengah kuat (semi

strong-form efficiency) berdasarkan efesiensi pasar secara informasi. Pada kondisi

ini harga sekuritas-sekuritas menggambarkan seluruh informasi yang

dipublikasikan sehingga investor tidak memperoleh abnormal return secara

signifikan.

Penelitian ini menolak penelitian luluk (2007) bahwa bahwa terdapat

abnormal return selama 4 hari yaitu 3 hari sebelum dan 1 hari sesudah pristiwa. 1

hari sebelum peristiwa yaitu tepatnya hari ke t-9 menunjukkan signifikan positif

ini menunjukkan bahwa pasar dalam keadaan panic selling, sementara 3 hari

90

menunjukkan signifikan posiitif yaitu 2 hari sebelum dan 1 hari sesudah peristiwa.

Untuk return, AAR sebelum dan sesudah peristiwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan ini menunjukkan bahwa sebelum adanya peristiwa pasar sudah

mengantisipasi terlebih dahulu dalam hal ini pasar tidak bereaksi secara

berlebihan. Sementara itu untuk CAAR terdapat perbedaan yang signifikan

sebelum dan sesudah peristiwa.

4.3. Implikasi Penelitian

Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu

yang selalu dicari para pelaku pasar modal (investor) dalam upaya melakukan

pengambilan keputusan investasi. Informasi mengenai perdagangan bebas

ASEAN-China (ACFTA) Tahun 2010 dengan menggunakan uji paired sample T-

test tidak menunjukkan adanya perbedaan harga saham, return, abnormal return

dan trading volume activity yang tidak signifikan baik sebelum ataupun sesudah

peristiwa. Sedangkan menggunakan uji one sample T-test menunjukkan adanya

perbedaan harga saham yang signifikan baik sebelum ataupun sesudah peristiwa.

Untuk return, abnormal return dan trading volume activity sebagian besar

menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan baik sebelum ataupun sesudah

peristiwa. Berikut ini implikasi kebijakan penelitian yang berkaitan dengan

informasi peristiwa perdagangan bebas.

Bagi investor Informasi yang terjadi di pasar modal tidak semua

merupakan informasi yang berharga, akibatnya para pelaku pasar modal harus

91

secara tepat memilah dan menganalisis informasi-informasi yang relevan untuk

dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, sehingga diharapkan

investor tidak terburu-buru untuk melakukan aksi jual dan lebih bersikap rasional

dalam pengambilan keputusan.

Manajemen perusahaan perlu mengantisipasi peristiwa atupun isu-isu yang

dapat mempengaruhi harga saham. Sehingga perusahaan dapat dengan cepat

mengambil kebijakan.

Bagi Pasar modal (Bursa Efek Indonesia) walaupun tidak terdapat

perbedaan yang signifikan harga saham, return, abnormal return dan trading

volume activity kebijakan perdagangan bebas ASEAN-China dapat melindungi

otoritas bursa terhadap investor baik ritel maupun institusi dan juga untuk

mencegah timbulnya kepanikan pasar yang berkelanjutan. Dengan demikian,

otoritas bursa terus melakukan pengawasan terhadap aktivitas bursa khususnya

yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa ekonomi maupun non ekonomi yang

dapat mempengaruhi terlaksananya perdagangan efek yang teratur, wajar dan

efisien.

Bagi pemerintah, dalam rangka mengkondusifkan pasar dan mengurangi

kepanikan investor dari peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan lingkungan

ekonomi makro, diperlukan intervensi pemerintah dalam bentuk kebijakan yang

dapat melindungi investor pada khususnya dan pasar modal pada umumnya.

Selain itu, pemerintah terus melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga

pengawasan pasar modal (BAPEPAM).

92

Setiap informasi di pasar modal sangat penting diketahui oleh seorang

investor sebagai pengambilan keputusan investasi karena tidak semua peristiwa

mengandung informasi sehingga harus selalu diteliti terlebih dahulu

kebenarannya, sehingga informasi yang kita percayai adalah informasi yang

Benar, Akurat, dan Lengkap, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya

yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (Q.S. Al-Hujuraat : 6)

Evaluasi studi peristiwa dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan. Dalam islam dijelaskan bahwa setiap tindakan

manusia hendaknya memperhatikan apa yang diperbuat pada masa lalu sebagai

perencanaan kedepan. Dari laporan beberapa hasil studi peristiwa tersebut dapat

digunakan untuk pengambilan keputusan baik itu terkait dengan kebijakan

perusahaan atau keputusan investasi.