bab iv analisis dan pembahasan 4.1 karakteristik...

25
27 BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden digunakan untuk memperoleh gambaran sampel dalam penelitian ini. Data yang menggambarkan karakteristik responden merupakan informasi tambahan untuk memahami hasil penelitian. Karakteristik responden dalam penelitian ini disajikan berdasarkan usia, pendidikan terakhir, marital status, rata- rata pendapatan bersih per bulan, dan rata-rata pendapatan bersih per bulan pasangan. Selengkapnya akan dipaparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Karakteristik Responden Usia < 40 tahun 35 66% 40 tahun keatas 16 30.2% Tidak mengisi 2 3.8% Total 100% Pendidikan Terakhir SMA 11 20.8% D1/D2 1 1.9% D3 12 22.6% S1 24 45.3% S2 3 5.7% Tidak mengisi 2 3.8% Total 100%

Upload: phamkiet

Post on 07-Jul-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

27

BAB IV

Analisis Dan Pembahasan

4.1 Karakteristik Responden

Analisis karakteristik responden digunakan untuk

memperoleh gambaran sampel dalam penelitian ini. Data yang

menggambarkan karakteristik responden merupakan

informasi tambahan untuk memahami hasil penelitian.

Karakteristik responden dalam penelitian ini disajikan

berdasarkan usia, pendidikan terakhir, marital status, rata-

rata pendapatan bersih per bulan, dan rata-rata pendapatan

bersih per bulan pasangan. Selengkapnya akan dipaparkan

pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1

Karakteristik Responden

Usia < 40 tahun 35 66%

40 tahun

keatas

16 30.2%

Tidak mengisi 2 3.8%

Total 100%

Pendidikan

Terakhir

SMA 11 20.8%

D1/D2 1 1.9%

D3 12 22.6%

S1 24 45.3%

S2 3 5.7%

Tidak mengisi 2 3.8%

Total 100%

Page 2: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

28

Tabel 4.1 (Lanjutan) karakteristik Responden

Status Marital Belum menikah 39 73.6%

Total 100%

Suku Luar Jawa 1 96.2%

Jawa 51 1.9%

Tidak Mengisi 1 1.9%

Total 100%

Sumber: data primer, 2012.

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa usia

responden menunjukkan bahwa responden dalam penelitian

dominan masih berusia relatif muda. Pendidikan terakhir dari

responden mayoritas adalah S1 menunjukkan bahwa sebagian

besar responden adalah lulusan sebuah perguruan tinggi.

Marital status menunjukkan bahwa mayoritas responden

dalam riset ini masih berstatus belum menikah (single). Pada

karakteristik yang keempat yaitu suku menunjukkan bahwa

mayoritas responden dalam penelitian ini berasal dari Jawa.

Status marital Menikah 14 26.4%

Page 3: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

29

Tabel 4.2

Karakteristik Pendapatan Responden

Item Range N %

Pendapatan

bersih per

bulan

0-1.999.999 46 86.8%

2.000.000 ke atas 4 7.5%

Tidak mengisi 3 5.7%

Total 53 100%

Pendapatan

bersih per

bulan

pasangan

0 – 999.999 1 1,9%

1.000.000 – 1.999.999 10 18,9%

2.000.000 – 2.999.999 13 24,5%

3.000.000 – 3.999.999 3 5,7%

4.000.000 – 4.999.999 3 5,7%

≥ 5.000.000 4 7,5%

Tidak mengisi 19 35,8%

Total 53 100%

Sumber: lampiran hasil pengolahan data SPSS, 2011.

Karakteristik pendapatan bersih per bulan

menunjukkan bahwa pendapatan dominan responden

berkisar di bawah Rp. 2.000.000. Karakteristik terakhir yaitu

pendapatan bersih pasangan per bulan menunjukkan bahwa

sebagian besar pendapatan pasangan responden berkisar di

bawah Rp. 2.000.000 – Rp. 2.999.999. Data yang diperoleh

menunjukan dari 53 responden, sebanyak 1 responden yang

memiliki suami/istri, memiliki rata-rata pendapatan pasangan

per bulan di bawah Rp. 1.000.000 sedangkan 10 responden

memiliki rata-rata pendapatan pasangan per bulan di atas Rp.

1.000.000 – Rp. 1.999.999 atau 18,9%. Responden yang

memiliki rata-rata pendapatan pasangan per bulan Rp.

Page 4: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

30

3.000.000 - Rp. 3.999.999 dan Rp. 4.000.000 – Rp. 4.999.999

masing-masing sebanyak 3 responden atau 5,7%. Sedangkan

untuk responden yang pasangannya berpendpaatan di atas

Rp. 5.000.000 ada 4 responden atau 7,5%. Responden yang

tidak mengisi kuesioner pendapatan pasangan cukup banyak

yakni 19 responden atau 35,8%.

4.2 Analisis Kecenderungan Mental Accounting

Mental accounting menunjukan pada perilaku atau cara

berpikir seseorang yang memiliki kecenderungan untuk

mengelompokan dan memberlakukan uang secara berbeda

antara lain tergantung dari mana uang tersebut berasal.

Pada bagian ini akan dikemukakan analisis data

mengenai mental accounting dengan kuisioner berbentuk

pernyataan yang terdiri dari enam pernyataan yang diajukan

kepada 53 Pegawai Non Akademik UKSW Salatiga khususnya

wanita.

Page 5: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

31

Tabel 4.3 Mental Accounting

PENDAPAT SS S N TS STS Skor Rata-

rata

Standar

Deviasi

1. Gaji rutin yang diterima langsung dialokasikan ke dalam pos-

pos tertentu. 0 36 10 7 0 188 3.55 0.68

2. Gaji rutin diperlakukan berbeda dengan gaji yang diperoleh

dari TTB/bonus.

0

34

5

14

0

179

3.88

0.95

3. Gaji yang diperoleh dari TTB/bonus akan lebih cepat habis

daripada gaji rutin. 0 12 8 32 0 136 2.57 0.21

4. Uang gaji rutin lebih bernilai daripada uang yang diperoleh dari

TTB/bonus. 0 13 10 30 0 142 2.68 0.30

5. Gaji awal tidak berbeda dengan gaji tengah bulan. 0 34 5 14 0 179 3.38 0.71

6. Pembayaran kredit lebih menarik daripada pembayaran

secara tunai. 0 39 3 11 0 187 3.53 1.02

Total 1011 19.59 2.89

Rata-rata 168.5 3.27 0.645

Sumber : data primer, 2012.

Page 6: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

32

Tabel 4.3 memperlihatkan ukuran mental accounting

dalam pengelolaan keuangan Pegawai Non Akademik UKSW

khususnya wanita. Rata-rata keseluruhan untuk konsep

mental accounting sebesar 3.27, yang berarti sebagian besar

responden cenderung mengalami perilaku mental accounting.

Sedangkan keseluruhan standar deviasi sebesar 0.645

menunjukan nilai dispersi rata-rata untuk konsep mental

accounting relatif kecil.

Nilai rata-rata tertinggi dari pernyataan adalah sebesar

3,88. Dimana mayoritas responden sebanyak 34 responden

setuju gaji rutin diperlakukan beda dengan gaji yang diperoleh

dari TTB (tunjangan tengah bulan) atau bonus. Ini berarti

bahwa di dalam pikiran individu seringkali terbentuk

paradigma bahwa gaji rutin diperoleh dari hasil kerja keras,

sehingga gaji yang diperoleh dari TTB/bonus lebih cepat habis

daripada gaji rutin. Ini dapat dilihat dari 12 responden yang

setuju akan hal ini dan 32 responden tidak setuju. Data

menunjukan nilai rata-rata terendah pernyataan adalah

sebesar 2.57 , diketahui bahwa responden cenderung

menghabiskan gaji yang diperoleh dari TTB/bonus daripada

gaji rutin yang diperoleh dari hasil kerja keras. Ini berarti

bahwa responden cenderung mengalami perilaku mental

accounting.

Berdasarkan keseluruhan data yang diperoleh di atas

dari hasil penelitian tentang mental accounting dalam

pengelolaan keuangan Pegawai Non Akademik UKSW Salatiga

Page 7: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

33

khususnya wanita, tampak jelas bahwa responden

mengelompokan dan memberlakukan uang secara berbeda.

Hal ini terjadi karena terdapat fenomenal mental accounting

dalam pengelolaan keuangan Pegawai Non Akademik UKSW

Salatiga khususnya wanita. Oleh karena itu, mental

accounting menunjuk pada perilaku atau cara berpikir

seseorang yang memiliki kecenderungan untuk

mengelompokan dan memberlakukan uang secara berbeda

antara lain tergantung dari mana uang tersebut berasal.

Perilaku atau cara ini terjadi apabila; pertama,

menggolongkan pendapatan ke dalam pos-pos tertentu.

Kedua, memberlakukan pendapatan yang diterima dari gaji

rutin berbeda dari pendapatan yang diterima dari tunjangan

tengah bulan atau bonus. Ketiga, menghabiskan uang yang

diperoleh dengan mudah seperti tunjangan tengah bulan, THR

daripada uang yang diperoleh dari kerja keras (gaji rutin).

Keempat, menganggap gaji rutin yang diperoleh dengan kerja

keras lebih bernilai daripada tunjangan tengah bulan atau

bonus.

Melalui penelitian ini diketahui bahwa terdapat

fenomenal mental accounting dalam pengelolaan keuangan

Pegawai Non Akademik UKSW Salatiga khususnya wanita. Hal

ini terbukti dari pernyataan responden yang menyatakan lebih

banyak setuju untuk mengelompokan dan memberlakukan

uang secara berbeda antara lain tergantung dari mana uang

tersebut berasal.

Page 8: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

34

4.3 Analisis Kecenderungan Mental Accounting Sebagai

Perangkat Self-Control

Self-control adalah menyangkut seberapa kuat seseorang

memegang nilai dan kepercayaannya untuk dijadikan acuan

ketika ia bertindak atau mengambil suatu keputusan. Salah

satu hal yang dapat mempengaruhi orang dalam pengambilan

keputusan keuangan adalah mental accounting. Mental

accounting dilihat dari sisi negatif, pada saat individu

menetapkan fungsi yang berbeda untuk setiap kelompok

aktiva, yang memiliki efek irasional yang merugikan yakni,

orang-orang melihat hasil dalam hal fungsi dan nilai.

Sedangkan sisi positifnya, mental accounting dapat digunakan

sebagai perangkat self-control.

Karlsson (1998) dan Hoch dan Loewenstein (1991)

menegaskan bahwa mental accounting dapat digunakan

sebagai perangkat self-control. Dalam artian mencegah

pemanfaatan dana untuk kepentingan yang bersifat konsumtif

atau overspending karena dana sudah dipilah-pilahkan ke

dalam rekening tertentu seperti tabungan dan investasi

sehingga dana tersebut tidak mudah digunakan untuk

kepentingan lain.

Pada bagian ini akan dikemukakan analisis data melalui

kuisioner berbentuk pernyataan yang diperoleh dari jawaban

responden. Bentuk-bentuk pernyataan ini akan dilihat dari

sisi alokasi uang, kepentingan lain, penundaan pemuasan,

Page 9: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

35

dan pembatasan diri yang dikutip dari konsep How To Save

More : Individual Financial Structures As Tools for Self-Control

yang dikemukakan oleh Philipp E. Otto yang mengungkapkan

bagaimana self-control dapat digunakan sebagai alat untuk

membimbing diri yang dapat digunakan untuk meningkatkan

komitmen individu untuk mencapai tujuan.

Page 10: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

36

Tabel 4.4

Penggunaan Mental Accounting Sebagai

Perangkat Self-Control

PENDAPAT SS S N TS STS Skor Rata-

rata

Standar

Deviasi

PANEL A : ALOKASI UANG

2. Gaji rutin diposkan untuk kebutuhan rutin untuk menekan

kebutuhan yang tidak penting. 41 5 7 0 0 246 4.64 0.32

Total 246 4.64 0.32

PANEL B : KEPENTINGAN LAIN

1. Menggunakan pos biaya pendidikan untuk membeli TV plasma

lengkap dengan home theatre.

0

0

7

15

31

236

4.45

0.05

2. Liburan dengan keluarga menggunakan pos tabungan hari tua. 0 0 0 23 25 232 4.38 0.19

3. Membeli mobil dengan menggunakan uang alokasi membeli

tanah. 0 3 4 28 18 220 4.15 0.21

4. Membeli motor dengan uang alokasi investasi modal usaha. 0 0 2 39 12 222 4.19 0.28

5. Membeli pakaian yang sedang diskon dengan uang untuk

membayar listrik dan telepon. 0 0 0 8 45 257 4.85 0.15

Page 11: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

37

Tabel 4.4 (Lanjutan)

Penggunaan Mental Accounting Sebagai

Perangkat Self-Control

PENDAPAT SS S N TS STS Skor Rata-

rata

Standar

Deviasi

6. Membeli pakaian dengan menggunakan pos tabungan biaya

renovasi. 0 0 5 23 25 232 4.38 0.19

7. Membeli kosmetik dengan tabungan pendidikan untuk masuk

SD. 0 3 4 28 18 220 4.15 0.21

8. Membeli sepatu dengan uang untuk biaya cicilan rumah. 0 0 2 39 12 222 4.19 0.28

Total 1932 36.45 1.28

Rata-rata 241.5 4.56 0.16

PANEL C : PENUNDAAN PEMUASAN

1. Menyisihkan untuk tabungan perbaikan rumah daripada untuk kepentingan konsumtif. 0 0 6 15 32 238 4.49 0.22

2. Membeli barang yang diinginkan dengan uang untuk

kebutuhan belanja. 0 0 0 19 34 246 4.64 0.09

3. Pos tabungan cicilan rumah digunakan untuk jalan-jalan ke luar kota dengan anak. 0 0 8 13 32 236 4.45 0.12

Total 720 13.58 0.43

Rata-rata 240 4.53 0.14

Page 12: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

38

Tabel 4.4 (Lanjutan)

Penggunaan Mental Accounting Sebagai

Perangkat Self-Control

PENDAPAT SS S N TS STS Skor Rata-

rata

Standar

Deviasi

PANEL D : PEMBATASAN DIRI

1. Uang di pos tabungan untuk biaya tidak terduga digunakan

untuk berbelanja di pasar murah. 0 0 9 17 27 230 4.34 0.28

2. Uang di pos tabungan untuk membeli rumah digunakan untuk

membeli mobil impian. 0 0 7 46 0 205 3.87 0.95

Total 435 8.21 1.23

Rata-rata 217.5 4.11 0.62

Sumber : data primer, 2012

Page 13: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

39

Berdasarkan jawaban responden pada table 4.4 untuk

panel A mengenai alokasi uang, diperoleh jumlah responden

sebanyak 41 responden yang sangat setuju bahwa gaji rutin

diposkan untuk kebutuhan rutin dengan tujuan untuk

menekan kebutuhan yang tidak penting. Dimana nilai rata-

rata dari pernyataan ini adalah sebesar 4.64. Hal ini

menunjukan bahwa sudah menjadi prioritas bagi responden

untuk menggolongkan gaji rutin berdasarkan pos-pos

pengeluaran untuk mencegah pemanfaatan dana yang bersifat

konsumtif dan responden sangat memperhatikan

terpenuhinya kebutuhan rutin mereka serta responden

memiliki self-control dalam mengelolah keuangan. Standar

deviasi keseluruhan sebesar 0.32 menunjukan nilai dispersi

rata-rata untuk konsep alokasi uang relatif kecil.

Tabel 4.4 untuk panel B mengenai kepentingan lain,

rata-rata secara keseluruhan untuk konsep kepentingan lain

sebesar 4.56. Sedangkan keseluruhan Standar deviasi sebesar

0.16 menunjukan nilai dispersi rata-rata untuk konsep

kepentingan lain relatif kecil. Nilai rata-rata tertinggi dari

pernyataan adalah sebesar 4.85. Dimana mayoritas responden

sebanyak 45 responden memilih sangat tidak setuju untuk

membeli pakaian yang sedang diskon dengan uang yang

dialokasikan untuk membayar listrik dan telepon dan membeli

kosmetik menggunakan tabungan pendidikan untuk masuk

sekolah dasar (SD). Ini berarti bahwa responden dapat

membatasi diri (self-control) terhadap penghasilan yang sudah

Page 14: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

40

di poskan ke dalam pos-pos kebutuhan tertentu untuk tidak

digunakan untuk kebutuhan lain yang tidak begitu penting.

Sementara nilai rata-rata terendah adalah sebesar 4.15,

dimana sebanyak 18 responden memilih tidak setuju membeli

mobil dengan uang yang dialokasikan untuk membeli tanah.

Ini berarti bahwa responden cenderung cermat dalam

mengelolah dan membuat keputusan keuangan, seperti

apakah perlu untuk membeli mobil saat ini atau tidak.

Berdasarkan semua pernyataan diatas untuk pendapat

mengenai kepentingan lain, mayoritas responden memberikan

jawaban dengan proporsi memilih tidak mengeluarkan uang

yang telah dialokasikan untuk kepentingan lainnya yang

dirasa kurang begitu penting.

Selanjutnya table 4.4 untuk panel C mengenai

penundaan pemuasan, rata-rata secara keseluruhan untuk

konsep penundaan pemuasan sebesar 4.53. Sedangkan

standar deviasi secara keseluruhan sebesar 0.14 menunjukan

nilai dispersi rata-rata untuk konsep penundaan pemuasan

relatif kecil. Nilai rata-rata tertinggi dari pernyataan adalah

sebesar 4.64. Dimana mayoritas responden sebanyak 34

responden memilih sangat tidak setuju membeli barang yang

diinginkan dengan uang untuk kebutuhan belanja. Ini berarti

bahwa responden dapat menahan diri dalam menggunakan

keuangan untuk memuaskan keinginan tertentu. Selanjutnya,

nilai rata-rata terendah adalah sebesar 4.45, dimana sebanyak

32 responden memilih sangat tidak setuju pos tabungan

Page 15: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

41

cicilan rumah digunakan untuk jalan-jalan ke luar kota. Ini

berarti bahwa responden dapat menahan diri dalam hal

menunda sesuatu yang dirasa kurang begitu penting serta

responden sangat cermat dalam mengelolah dan membuat

keputusan keuangan, seperti apakah perlu jalan-jalan ke luar

kota dengan menggunakan uang yang sudah dialokasikan ke

pos tabungan cicilan rumah. Berdasarkan keseluruhan data

yang diperoleh pada tabel diatas, mayoritas responden

memberikan jawaban dengan proporsi memilih menahan diri

ketika melihat hal yang diinginkan termasuk kebutuhan yang

kurang penting.

Panel yang terakhir untuk tabel 4.4 yaitu panel D untuk

pendapat mengenai pembatasan diri, rata-rata secara

keseluruhan untuk konsep pembatasan diri sebesar 4.11.

Standar deviasi secara keseluruhan sebesar 0.62

menunjukan nilai dispersi rata-rata untuk konsep

pembatasan diri relatif kecil. Nilai rata-rata tertinggi dari

pernyataan adalah sebesar 4.34. Dimana jumlah responden

sebanyak 27 responden sangat tidak setuju uang di pos

tabungan untuk biaya tidak terduga digunakan untuk

berbelanja di pasar murah. Ini berarti bahwa responden

membatasi diri terhadap kebutuhan yang dirasa kurang

begitu penting. Selanjutnya, nilai rata-rata terendah adalah

sebesar 3.87, dimana sebanyak 46 responden memilih tidak

setuju uang di pos tabungan untuk membeli rumah

digunakan untuk membeli mobil impian dan 7 responden

Page 16: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

42

memilih netral. Ini menunjukan responden membatasi diri

terhadap kebutuhan akan barang mewah yang dirasa kurang

penting yaitu mobil impian dan memilih memprioritaskan

tabungan untuk membeli rumah, karena responden merasa

rumah merupakan kebutuhan primer yang sangat penting.

Semua pernyataan diatas untuk pendapat mengenai

pembatasan diri, mayoritas responden memberikan jawaban

dengan proporsi berusaha membatasi pembelian barang-

barang yang diinginkan yang dirasa terlalu berlebihan.

Dengan demikian, berdasarkan keseluruhan data yang

diperoleh dari hasil penelitian tentang mental accounting

sebagai perangkat self-control dalam pengelolaan keuangan

Pegawai Non Akademik UKSW Salatiga khususnya wanita,

tampak jelas bahwa responden cenderung memilah-milahkan

uangnya ke dalam rekening tertentu seperti tabungan dan

investasi sehingga uang tersebut tidak mudah digunakan

untuk kepentingan lain. Sehingga, dapat dikemukakan bahwa

responden yang merupakan Pegawai Non Akademik pada

UKSW Salatiga khususnya wanita dapat menjadikan mental

accounting sebagai perangkat self-control dalam pengelolaan

keuangan.

Page 17: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

43

Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Keseluruhan

Jawaban Responden

SUMBER RATA-RATA

MENTAL ACCOUNTING 3.27

ALOKASI UANG 4.64

KEPENTINGAN LAIN 4.56

PENUNDAAN PEMUASAN 4.53

PEMBATASAN DIRI 4.11

Melalui tabel diatas, dapat dilihat rekapitulasi dari

keseluruhan rata-rata jawaban responden melalui mental

accounting, alokasi uang, kepentingan lain, penundaan

pemuasan, dan pembatasan diri. Mental accounting dengan

rata-rata keseluruhan jawaban adalah sebesar 3.27. Alokasi

uang dengan rata-rata keseluruhan jawaban adalah sebesar

4.64. Kepentingan lain dengan rata-rata keseluruhan jawaban

adalah sebesar 4.56. Penundaan pemuasan dengan rata-rata

keseluruhan jawaban adalah sebesar 4.53 dan pembatasan

diri dengan rata-rata keseluruhan jawaban sebesar 4.11.

4.4 Mental Accounting Berdasarkan Demografi Responden

Faktor demografi yang akan digunakan untuk melihat

keterkaitan dengan perilaku mental accounting yaitu, marital

status (status perkawinan), usia dan pendidikan. Persoalan

penelitian akan dijawab dengan menggunakan crosstabulation

Page 18: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

44

dan uji chi square. Untuk melihat keterkaitan ini akan

dipaparkan di dalam tabel 4.9 dibawah ini.

Tabel 4.6

Crosstabulation Serta Pengujian Chi Square Faktor

Demografi

Marital Status

Cenderung

Mental Accounting

Non Mental

Accounting Total

Belum Menikah 35

4 39

Menikah 12 2 14

Total 47 6 53

Value

df Asymp. Sig. (2-sided

Pearson Ci Square

4.604

5 .466

Tabel 4.6 (Lanjutan)

Crosstabulation Serta Pengujian Chi Square Faktor

Demografi

Usia*

Cenderung

Mental Accounting

Non Mental

Accounting Total

Usia Usia < 40 33

2 35

Usia > 40 6 10 16

Total 39 12 51

Value

df Asymp. Sig. (2-sided

Pearson Chi-Square

0.386

5

.037

Cenderung

Mental Accounting

Non Mental

Accounting Total

Pendidikan* < S1 9

11 20

≥ S1 27 4 31

Total 36 15 51

Value

df Asymp. Sig. (2-sided

Pearson 0.236 .024

Page 19: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

45

Chi-Square

20

Sumber: lampiran 8 hasil pengolahan data SPSS, 2011.

Ket : *) hanya 51 responden, karena 2 responden tidak mengisi

kuisioner untuk karakteristik responden kolom usia dan

pendidikan.

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden menurut marital status untuk yang belum menikah

cenderung mengalami perilaku mental accounting daripada

yang sudah menikah, tepatnya 35 responden belum menikah

dan 12 responden sudah menikah. Hasil pengukuran

menunjukan bahwa marital status tidak signifikan

berpengaruh terhadap perilaku mental accounting dalam

pengelolaan keuangan karena nilai pearson chi-square sebesar

4.604. Selain itu, dapat dilihat juga dari nilai sig yang lebih

besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.466. Dapat disimpulkan

bahwa responden yang belum menikah lebih cenderung

mengalami perilaku mental accounting dibandingkan dengan

responden yang sudah menikah dan keterkaitan marital

status tidak signifikan berpengaruh terhadap perilaku mental

accounting dalam pengelolaan keuangan.

Berdasarkan tabel diketahui juga bahwa responden

dengan usia kurang dari 40 tahun lebih besar jumlahnya

terkategori cenderung mengalami perilaku mental accounting

dibandingkan dengan usia lebih dari 40 tahun, tepatnya 33

responden usia kurang dari 40 tahun dan 6 responden usia

lebih dari 40 tahun. Kemudian untuk pengukuran faktor usia

menunjukan bahwa usia berpengaruh signifikan terhadap

Page 20: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

46

mental accounting dalam pengelolaan keuangan karena nilai

sig lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.037. selain itu, dapat

dilihat juga dari nilai pearson chi-square sebesar 0.386.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden

dengan usia kurang dari 40 tahun, cenderung mengalami

perilaku mental accounting dibandingkan dengan responden

dengan usia lebih dari 40 tahun. Dan juga ada keterkaitan

faktor usia dengan perilaku mental accounting dalam

pengelolaan keuangan.

Faktor demografi terakhir yaitu tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan yang beragam dari Pegawai Non Akademik

UKSW Salatiga khususnya wanita, menunjukan

kecenderungan perilaku mental accounting yang berbeda pula.

Diantara tingkat pendidikan untuk diatas S1 dan dibawah S1,

diperoleh hasil bahwa responden dengan tingkat pendidikan

S1 ke atas lebih cenderung mengalami perilaku mental

accounting daripada tingkat pendidikan responden lainnya.

Hal ini dapat dilihat bahwa dari 31 responden dengan

pendidikan S1 keatas terdapat 27 responden yang

menunjukan perilaku mental accounting. Sedangkan

pendidikan dibawah S1, dari 20 responden terdapat 11

responden menunjukan perilaku non mental accounting. Lebih

lanjut, untuk pengukuran tampak bahwa nilai pearson chi-

square sebesar 0.236. Hal yang sama juga dapat dilihat dari

nilai sig yang lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.024. Dapat

disimpulkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan

Page 21: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

47

diatas S1 cenderung mengalami perilaku mental accounting

daripada responden dengan tingkat pendidikan lainnya.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Mental Accounting sebagai perangkat Self-Control

Pengujian pertama terbukti secara siginifikan bahwa

terdapat kecenderungan fenomenal mental accounting pada

Pegawai Non Akademik UKSW Salatiga khususnya wanita.

Pembuktian ini sejalan dengan sebuah fenomena perilaku

finansial atau ekonomi perilaku (behavioral finance) yang

pertama kali diteliti oleh Richard Thaler yang mengartikan

mental accounting sebagai perilaku ekonomi bilamana

seseorang menggolongkan masukan dan keluaran

berdasarkan pos-pos seperti halnya model akuntansi (account

code). Ini dapat dilihat dari 53 responden pada Pegawai Non

Akademik UKSW Salatiga khususnya perempuan yang

mengelompokan dan memberlakukan uang secara berbeda.

Lebih lanjut, responden dalam mengelola penghasilannya

menggunakan mental accounting dimana mereka melakukan

identifikasi, kategorisasi, dan evaluasi hasil dalam

mendistribusikan keuangannya ke pos-pos kebutuhan

hidupnya (Thaler, 1980; Kahneman & Tversky, 1984;).

Selanjutnya pengujian kedua terbukti secara signifikan

bahwa terdapat kecenderungan responden setuju dengan

mental accounting sebagai perangkat self-control, dan

pembuktian ini sejalan dengan Karlsson (1998) dan Hoch &

Page 22: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

48

loewenstein (1991). Pengujian kedua jelas menunjukan bahwa

penelitian yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang

dikatakan oleh Chatterjee, Heath dan Min (2009) serta Thaller

(1990) yang menganggap bahwa mental accounting dapat

membawa dampak yang tidak baik dalam pengambilan

keputusan karena adanya kemungkinan untuk boros atau

berperilaku konsumtif atas penghasilan ekstra.

Temuan lain mengenai bagaimana individu

mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya.

Pertama, bahwa masih belum dapat mengelola keuangan

apabila ada kebutuhan lainnya yang lebih penting. Responden

cenderung menggunakan uang yang telah didistribusikan

dalam pos-pos tertentu yang dinilai kurang penting untuk

kepentingan mendadak yang lebih penting. Dalam hal ini

mental accounting belum bisa dijadikan sebagai perangkat self-

control jika ada kebutuhan lain yang lebih penting. Kedua,

dalam hal penundaan kepuasan. Mental accounting

memainkan peran dalam mengendalikan penundaan

kepuasan. Responden tidak akan mengambil uang yang telah

dialokasikan dalam pos tabungan atau pos tertentu hanya

untuk memuaskan keinginan yang tiba-tiba muncul ketika

muncul suatu kebutuhan tersier. Terakhir, mental accounting

dapat digunakan sebagai alat pembatasan diri terhadap

kebutuhan lain yang dapat ditangguhkan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa mental accounting

dapat digunakan sebagai perangkat self-control dalam

Page 23: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

49

mengelola keuangan. Seseorang yang menggunakan mental

accounting berarti bahwa mereka memiliki kecermatan dalam

mengalokasikan dana penghasilannya ke dalam kebutuhan-

kebutuhan mereka dan ke dalam tabungan. Hal ini juga

berarti bahwa orang yang menggunakan mental accounting

memiliki perencanaan yang matang terhadap pengelolaan

penghasilan mereka serta dapat mengambil keputusan dalam

hal keuangan serta memaksimalkan kepuasan terus menerus

seumur hidupnya ketika mereka maju dalam siklus hidup

dengan (1) mengerahkan pengendalian diri (self-control) yang

telah meningkat dalam menunda konsumsi ke periode yang

akan datang; (2) secara mental memisahkan penghasilan pada

account berbeda (yang disebut dengan mental accounting); (3)

menyesuaikan tingakat tabungan (saving rate) mereka atas

dasar keuntungan atau kerugian yang dipersepsikan dalam

tiga mental accounts yakni : current income, current asset dan

future income (Shefrin dan Thaller 1988).

4.5.2 Mental Accounting Berdasar Demografi Responden

Pada bagian berikut akan dipaparkan perbedaan

demografi responden terhadap mental accounting yang dialami

Pegawai Non Akademik UKSW khususnya wanita. Adapun

faktor demografi tersebut adalah marital status, usia, dan

tingkat pendidikan.

Pengujian faktor demografi pertama yaitu marital status

ditemukan hasil bahwa marital status tidak signifikan

Page 24: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

50

berpengaruh terhadap perilaku mental accounting dalam

pengelolaan keuangan nilai sig yang lebih besar dari 0.05

yaitu sebesar 0.466.

Selanjutnya, pengujian faktor kedua yaitu usia

ditemukan hasil bahwa usia berpengaruh signifikan terhadap

mental accounting dalam pengelolaan keuangan. Hal ini dapat

dilihat dari perbedaan usia responden, mental accounting

berpeluang terjadi pada responden dengan usia kurang dari

40 tahun daripada responden dengan usia diatas 40 tahun,

tepatnya 33 responden usia kurang dari 40 tahun dan 6

responden usia lebih dari 40 tahun.

Faktor demografi lainnya yaitu tingkat pendidikan

responden yang dikaitkan dengan perilaku mental accounting.

Diantara tingkat pendidikan untuk diatas S1 dan dibawah S1,

diperoleh hasil bahwa responden dengan tingkat pendidikan

S1 ke atas lebih cenderung mengalami perilaku mental

accounting daripada tingkat pendidikan responden lainnya.

Lebih lanjut, dengan membatasi dan menunda

pemuasan kebutuhan yang dirasa kurang penting, maka

karyawan wanita non akademik UKSW secara eksplisit masih

membenarkan adanya mental accounting dalam praktik

kehidupan mereka. Pertama, dengan adanya alokasi

penghasilan ke dalam pos-pos kebutuhan akan

mempermudah mereka memenuhi kebutuhan yang benar-

benar harus terpenuhi, sehingga kekhawatiran mereka untuk

tidak terpenuhi kebutuhan tersebut dapat dihilangkan.

Page 25: BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Respondenrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2486/5/T2_912010008_BAB IV.pdf4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden

51

Kedua, dengan adanya mental accounting mereka dapat

membatasi diri dalam menggunakan keuangan mereka untuk

hal yang tidak perlu, Sehingga pemborosan untuk keperluan

yang tidak diperlukan dapat diminimalisir. Dengan demikian

mental accounting dapat menjadi perangkat yang efektif dalam

mengontrol diri mereka untuk mengelola penghasilan dengan

baik.