bab iv analisis dan hasil pembahasan -...

27
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum GPIB GPIB singkatan dari GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT. GPIB Merupakan sebuah Organisasi non-profit yang mempunyai ruang lingkup pelayanan yang cukup besar, mulai dari Sumatera hingga Sulawesi. Pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari visi dan misi Gereja ini, agar senantiasa dapat membangun sebuah bangunan utuh, yang dapat dijadikan tempat bagi jemaat yang merupakan bagian dari masyarakat dalam bentuk spiritual secara khusus. GPIB memiliki struktur organisasi terpusat atau yang disebut sinodal berarti segala bentuk kegiatan dan pengambilan keputusan berasal dari pusat dan dimusyawarahkan bersama dari seluruh anggota Majelis Sinode. Majelis Sinode sendiri

Upload: vophuc

Post on 26-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

��

BAB IV

ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum GPIB

GPIB singkatan dari GEREJA PROTESTAN di

INDONESIA bagian BARAT. GPIB Merupakan

sebuah Organisasi non-profit yang mempunyai

ruang lingkup pelayanan yang cukup besar, mulai

dari Sumatera hingga Sulawesi. Pelayanan yang

diberikan merupakan bagian dari visi dan misi

Gereja ini, agar senantiasa dapat membangun

sebuah bangunan utuh, yang dapat dijadikan

tempat bagi jemaat yang merupakan bagian dari

masyarakat dalam bentuk spiritual secara khusus.

GPIB memiliki struktur organisasi terpusat atau

yang disebut sinodal berarti segala bentuk

kegiatan dan pengambilan keputusan berasal dari

pusat dan dimusyawarahkan bersama dari seluruh

anggota Majelis Sinode. Majelis Sinode sendiri

Page 2: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

��

dibentuk dan dipilih secara langsung oleh

perwakilan jemaat, dalam hal ini pendeta-pendeta

yang telah dipilih dan membentuk sebuah tatanan

kepemimpinan berdasarkan Sistem Organisasi

Gerejawi yaitu Tata Gereja GPIB dan PKKUG.

Kepemimpinan yang telah terbentuk berlangsung

sesuai dengan periode pemilihan yaitu perlima

tahun sekali, dengan itu maka masa jabatan

Majelis Sinode berlangsung selama lima tahun.

GPIB adalah bagian dari GPI (Gereja Protestan

Indonesia) yang dulunya bernama “Indische Kerk”.

GPIB didirikan pada 31 Oktober 1948 yang pada

waktu itu bernama “De Protestantse Kerk in Westelijk

Indonesie” berdasarkan Tata-Gereja dan Peraturan-

Gereja yang dipersembahkan oleh Proto-Sinode

kepada Badan Pekerja Am (Algemene Moderamen)

Gereja Protestan Indonesia.

Page 3: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

��

Pada saat ini, GPIB memiliki 24 Musyawarah

Pelayanan, yakni: Mupel Sumatera Utara-Aceh

(Sumut Aceh), Mupel Sumbaridar (Sumatera Barat –

Riau Daratan), Mupel Kepri (Kepulauan Riau), Mupel

Sumsel-Jambi (Sumatera Selatan – Jambi), Mupel

Babel (Bangka Belitung), Mupel Lampung, Mupel

Jakarta Pusat, Mupel Jakarta Utara, Mupel Jakarta

Barat, Mupel Jakarta Timur, Mupel Jakarta Selatan,

Mupel Bekasi, Mupel Banten, Mupel Jawa Barat I,

Mupel Jawa Barat II, Mupel Jatengyo (Jawa Tengah –

Yogyakarta), Mupel Jatim (Jawa Timur), Mupel Bali –

NTB (Bali – Nusa Tenggara Barat), Mupel Kalbar

(Kalimantan Barat), Mupel Kaltengsel (Kalimantan

Tengah – Kalimantan Selatan), Mupel Kaltim I, Mupel

Kaltim II, Mupel Kaltim III dan Mupel Sulselra

(Sulawesi Selatan – Sulawesi Tenggara). Jumlah

keseluruhan dari jemaat GPIB adalah kurang lebih

270 jemaat.

Page 4: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

��

Pimpinan GPIB berada di tangan Majelis

Sinode yang dibantu oleh Dewan-dewan Pelayanan

Kategorial, yaitu Dewan Pelayanan Anak, Dewan

Teruna, Dewan Pemuda, Dewan Wanita, Dewan

Persekutuan Kaum Bapak dan dua Departemen,

yaitu Departemen Litbang (Penelitian dan

Pengembangan) dan Departemen Pelkes (Pelayanan

dan Kesaksian). Selain itu GPIB mempunyai

sejumlah yayasan untuk melaksanakan berbagai

program pelayanannya. GPIB merupakan salah satu

Gereja Protestan terbesar di Indonesia, dengan

anggota-anggotanya yang banyak berasal dari

Indonesia Timur. Namun dalam perkembangannya,

anggota-anggota Gereja ini sangat berbaur dan dapat

dikatakan hampir setiap suku bangsa di Indonesia

terwakili di Gereja ini. Program-program

pelayanannya mencakup pendidikan, pelayanan

kesehatan dan pembangunan ekonomi gereja secara

khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di

Page 5: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

��

dalam dialog antar-iman dengan umat beragama

lainnya dan kegiatan penerbitan untuk kebutuhan

internal dan eksternal. Kantor Sinode GPIB terletak

di Jl. Medan Merdeka Timur 10, DKI Jakarta. GPIB

adalah anggota dari GPI, Persekutuan Gereja-gereja

di Indonesia (PGI), Dewan Gereja-gereja Asia (CCA),

Aliansi Gereja-gereja Reformasi se-Dunia (WARC),

dan Dewan Gereja-gereja se-Dunia (WCC).

4.2. Pengelolaan Aset oleh Majelis Sinode

Bagaimana Majelis Sinode kemudian mengelola

aset gereja sesuai dengan tatanan yang digunakan

oleh majelis sinode adalah dibagi menjadi dua bagian

yaitu; ruang lingkup penbendaharaan GPIB dan

sumber penerimaan GPIB.

4.2.1. Ruang Lingkup Perbendaharaan GPIB

Perbendaharaan GPIB (Jemaat/Sinode)

diartikan secara khusus sebagai Milik dan

Anugerah Tuhan untuk menunjang

Page 6: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

��

pelaksanaan Panggilan dan Pengutusan Gereja

secara tepat sasaran (Effective) dan tepat

guna (efisien). Tepat sasaran artinya setiap

laporan kerja memiliki sasaran yang jelas dan

memiliki laporan pertangungjawaban yang

sesuai dengan acuan yang telah ditentukan.

Demikian dengan tepat guna bahwa

diupayakan setiap pengeluaran aset dapat

dikontrol dan dapat digunakan sesuai dengan

kebutuhan. Perbendaharaan GPIB meliputi :

Penatalayanan Anggaran, Pengelolaan dan

Pencatatan Pembukuan (Dokumen) serta

pengawasan yang disusun dan dilaksanakan

berdasarkan keputusan bersama dan dalam

sebuah proses sidang atau penetapan yang

dilaksanakan tiga kali mulai dari tahap

keputusan tingkat jemaat lalu ke mupel dan

berakhir pada sidang sinode tahunan. Sesuai

dengan pendapat Suharto (2008) bahwa ada

Page 7: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

��

empat fungsi dalam sebuah organisasi yang

wajib dilakukan yaitu; perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan. Dalam pengelolaannya GPIB

memakai sistem Terpusat, Terpadu

(Berimbang) dan Terbuka. Seperti dikatakan

oleh Bpk. Robby, salah satu anggota majelis

sinode yang cungkup senior yaitu;

“GPIB membangun sebuah organisasi dengan proses yang panjang dan penuh dengan tantangan. GPIB sebagai organisasi memang belum memakai sistem akuntansi yang sesuai di dalam pembuatan laporan keuangan namun, GPIB memiliki aturan main sendiri dimana harus terpusat artinya setiap keputusan berasal dari keputusan sidang pejabat GPIB dalam hal ini Majelis Sinode, sesuai dengan Tata Gereja pelaksanaannya artinya terpadu atau memiliki sistem dan selalu diberikan laporannya kepada setiap Gereja dan jemaat”.

Penetapan kepemilikan untuk aset GPIB pun

ditentukan secara sistem yang berlaku yaitu

Page 8: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

setiap aset bergerak dan tidak bergerak

adalah atas nama GPIB. Aset tidak bergerak

seperti tanah, bangunan (bangunan gereja

dan bangunan pastori atau rumah dinas

pendeta), kendaraan operasional gereja (motor

dan mobil), perlengkapan beribadah dan

yayasan-yayasan pendidikan yang dimiliki

GPIB dicatat secara lengkap dan atas nama

GPIB. Demikian juga dengan aset bergerak

yang kemudian disimpan di Bank, juga atas

nama GPIB. Sesuai dengan pernyataan Bpk.

Wayong yang merupakan bendahara Majelis

Sinode;

“Semua aset diberikan nama kepemilikan yang sama, yaitu atas nama GPIB oleh karena memang GPIB yang mengelola dan mengawasi harta milik GPIB sesuai dengan peraturan Gereja pasal 13. Saya secara pribadi memahami hal ini sangat baik adanya oleh karena banyak aset GPIB yang lepas begitu saja ketika tidak diberikan atas

Page 9: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

nama dan banyak aset gereja yang kemudian diakui secara tiba-tiba oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab oleh sebab itu GPIB harus mencatat secara detail dan jelas semua aset gereja tanpa terkecuali dan selama ini, hal ini telah dilaksanakan oleh GPIB dengan baik”.

Secara khusus bagi pengawasan dan

pemeriksaan terhadap pengelolahan

perbendaharaan GPIB dilakukan oleh sebuah

lembaga yang telah dibentuk oleh pimpinan

sinode GPIB yaitu BPPJ (Badan Pengawas

Perbendaharaan Jemaat). Pengawasan dan

pemeriksaan aset GPIB dilakukan secara

berkala yaitu setiap empat bulan sekali

(kwartalan). Lembaga BPPJ ini secara penuh

bertanggungjawab didalam mengawasi setiap

aktifitas yang dilakukan oleh anggota sinode

dalam setiap hal yang berkaitan dengan aset

gereja serta menentukan layak atau tidak

layaknya aset gereja tersebut dalam

Page 10: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

penggunaannya. Oleh sebab itu setiap gereja

mulai dari daerah hingga kepusat (mupel

setempat) wajib memberikan laporan keuangan

secara rinci terhadap BPPJ sebelum membuat

laporan rencana kerja tahunan yang kemudian

berujung kepada pengeluaran untuk rencana

kerja tersebut.

4.2.2. Sumber Penerimaan GPIB

Dalam pelaksanaan pelayanan dan

kegiatan sinodal, sumber penerimaan GPIB

secara umum berasal dari persembahan

jemaat setiap minggu atau bulan. Jenis

penerimaan antara lain; Persembahan Wajib:

Persepuluhan, Persembahan Khusus:

Persembahan Syukur, Persembahan Sukarela:

Persembahaan dalam Ibadah-ibadah, Bantuan

Perorangan / Pemerintah yang tidak terikat,

Hasil investasi dan Penerimaan Lain (sesuai

Page 11: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

ketentuan GPIB & perundang – undangan yang

berlaku). Sistem penatalayan GPIB kembali lagi

menggunakan Tata Gereja sebagai acuan

pengembangan dan pengelolaan. Tata Gereja

yang dipakai ialah Tata Dasar Gereja Bab IV,

Pasal 11 : 1-3. Sumber penerimaan GPIB

berasal dari jemaat dan untuk pelayaan

jemaat.

Setiap persembahan yang diberikan

jemaat secara rutin ataupun tidak rutin,

dipergunakan sebaik mungkin untuk setiap

pelayanan jemaat dalam program kerja dan

juga untuk memberikan gaji pendeta &

pegawai serta biaya pemeliharaan aset tidak

bergerak & operasional”. Dalam

pemahamannya, Gereja memberikan

pengembalaan dan pelayanan kepada jemaat

dan jemaat meresponnya dengan memberikan

pesembahan rutin, persembahan tidak rutin

Page 12: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

dan persembahan ucapan syukur kepada

gereja. Secara organisasi, gereja kemudian

mengelola persembahan ini dalam setiap

pelaksanaan kegiatan grejawi dan dalam

pelayanan secara khusus kepada jemaat yang

membutuhkan (diakonia dan marturia).

Demikian pula diberikan contoh laporan

keuangan secara sederhana yang digunakan

oleh GPIB di dalam penyusunan laporan

penerimaan GPIB.

Page 13: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

TABEL 4.1

TABEL ILUSTRASI LAPORAN PENERIMAAN GPIB (PERBULAN)

Jenis Penerimaan Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Total

Dikirim ke Majelis Sinode Sepersepuluh

dari Penerimaan

Ibadah - Ibadah Minggu 1,000,000 1,200,000 900,000 1,400,000 4,500,000 450,000

Ibadah PELKAT 600,000 700,000 400,000 650,000 2,350,000 235,000

Ibadah Rumah Tangga / Sektor 300,000 350,000 275,000 400,000 1,325,000 132,500

Ibadah Pengucapkan Syukur

800,000 700,000 400,000 900,000 2,800,000 280,000

Total Kolekte 2,700,000 2,950,000 1,975,000 3,350,000 10,975,000 1,097,500

Page 14: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

LANJUTAN TABEL ILUSTRASI LAPORAN PENERIMAAN GPIB (PERBULAN)

Sumber : Laporan sederhana ini berdasarkan penerimaan setiap jemaat (wilayah gereja) yang

kemudian dilaporkan secara berkala kepada Majelis Sinode dan diambil dari dokumen

Gereja GPIB.

Keterangan : Peneliti sudah berusaha untuk mendapatkan data akurat namun, yang dapat diperoleh

hanya data ilustrasi.

Persembahan Syukur Pernikahan - 400,000 100,000 500,000 50,000

Persembahan Syukur Perkawinan - - 400,000 400,000 40,000

Persembahan Syukur Saluran 200,000 - 200,000 20,000

Total Persembahan Syukur 600,000 600,000 100,000 800,000 2,100,000 210,000

Persepuluhan 4,000,000 3,000,000 1,000,000 2,500,000 10,500,000 1,050,000

Total 7,300,000 6,550,000 3,075,000 6,650,000 23,575,000 2,357,500

Page 15: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

4.3. Kesesuaian Pengelolaan Aset dengan Tata Gereja GPIB dan Prinsip-

prinsip Tata Kelola Aset

Kesesuaian pengeloolan aset oleh majelis sinode dengan tata gereja yang

digunakan dalam pengelolaan dibagi berdasarkan tiga hal yaitu; Aspek

perbendaharaan GPIB, Administrasi keuangan GPIB dan Tata kelola

keuangan GPIB.

4.3.1. Aspek Perbendaharaan GPIB

Aspek perbendaharaan GPIB meliputi beberapa hal yang saling

berkaitan dan saling mendukung di dalam pengelolaan dan

pengawasan aset GPIB. antara lain; yang pertama Tata Gereja yang

merupakan sebuah sistem atau legalitas organisasi yang bersisi

tentang semua tata aturan atau tata kelola dalam setiap kegiatan

dalam organisasi. Dalam bagian ini akan dijelaskan bagaimana

accountability (akuntabilitas) perbendaharaan GPIB. Akuntability

yang dimaksud adalah sesuai dengan salah satu dari prinsip tata

kelola keuangan yang perlu dilakukan di dalam sebuah organisasi,

yaitu bagaimana GPIB dapat menjelaskan bagaimana menggunakan

sumber dayanya dan apa yang telah di capai sebagai

pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan dan penerima

manfaat. Dalam hal ini, perbendaharaan gereja dalam Tata Gereja

GPIB dibagi berdasarkan fungsinya yaitu;

Page 16: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

TABEL 4.2 TATA GEREJA DALAM PERBENDAHARAAN GPIB

TATA GEREJA FUNGSI Tata Dasar Bab IV Pasal 17 � Perbendaharaan.

Bab IV Pasal 18 � Pengawasan dan Pemeriksaam Perbendaharaan GPIB.

Peraturan Pokok I

Pasal 13 : 1 – 2 � Perbendaharaan GPIB dilingkup Jemaat. Pasal 14 : 1-2 � Badan Pengawas dan Pemeriksaan Perbendaharaan GPIB dilingkup Jemaat /BPPJ.

Peraturan Pokok III

Pasal 13 : 1-3 � Harta Milik & Pengelolahan. Pasal 14 : 1-3 � Badan Pemeriksaan Perbendaharaan Gereja / BPPJ.

Peraturan Nomer 6

Pasal 1-11 � Perbendaharaan GPIB.

Peraturan Nomer 7

Pasal 1 – 12 � Badan Pemeriksa Perbendaharaan di GPIB.

Sumber: Tata Gereja GPIB.

Segala bentuk kegiatan yang menyangkut dengan perbendaharaan

Gereja GPIB harus sesuai dengan kelima pokok dasar Tata Gereja

GPIB sesuai dengan kata Bpk Wayong yang merupakan Bendahara 2

dalam Majelis Sinode yaitu;

“... Otaknya GPIB ya.. ada diTata Gereja. Semua kegiatan organisasi kan harus memiliki sistemnya masing-masing. Demikian juga dengan GPIB, GPIB memiliki Tata Gereja yang harus dilihat terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu, baik itu dalam hal pemeliharaan, pengawasan atau bahkan dalam pengalihan aset GPIB. Legalitas GPIB sebagai organisasi pun berada pada Tata Gereja ini. Tanpa Tata Gereja maka GPIB akan kewalahan dalam pengelolaan seluruh asetnya”.

Hal kedua dalam aspek perbendaharaan GPIB ialah Program

dan Anggaran Keuangan. Dalam bagian ini setiap anggota majelis

jemaat di dalam setiap tugasnya (komisi kerja) wajib melakukan

program kerja yang dilaksanakan setiap tahunnya, yang disesuaikan

dengan visi misi GPIB secara umum dan juga berdasarkan tema

tahunan GPIB secara khusus. Seperti dikatakan oleh ibu marlen

selaku sekretaris 1 Sinode GPIB yaitu;

Page 17: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

“GPIB selalu buat program kerja yang disesuaikan dengan tema gereja. Karna setiap tahun, jemaat membutuhkan kebutuhan yang berbeda-beda dan perlu untuk diperhatikan. Dengan itu, pelayanan gereja harus benar-benar masuk kedalam “hati” jemaat agar jemaat dan gereja dapat berkembangan dan bertumbuh bersama di dalam pelayanan”.

GPIB senantiasa membuat dan melakukan program kerja kepada

setiap pelayanannya yang kemudian didukung dengan penganggaran

keuangan sebagai penunjang kinerja program kerja tersebut. Tujuan

dari adanya penganggaran keuangan adalah sebagai pedoman kerja

dan arahan untuk mencapai sesuatu kegiatan, sebagai alat

pengendali atau alat kontrol dan untuk mengkoordinasikan disemua

fungsi. Prinsip penyusunan program atau rencana kerja dan anggaran

keuangan dibuat secara musyawarah yaitu “SMART”. Menurut

Bpk.Wayong;

“SMART adalah singkatan dari Spesific, Measurable, Achievable, Reliable, dan Time. Walaupun sistem pebuatan laporan keuangan GPIB masih menggunakan sistem tradisional, namun kami berupaya membuat penganggaran atau pun bahkan laporan keuangan dalam laporan pertanggungjawaban dengan sebaik mungkin”.

Spesific berarti Focus dan Detail dalam kegiatan yang akan

dilaksanakan, Measuareble berarti Dapat dikur, Achievable ialah apa

yang akan dan dapat dicapai, Realiable artinya dibuat secara realitis

berdasar data dan Time ialah sebuah kegiatan tersebut memiliki

suatu sasaran waktu. Anggaran Keuangan GPBI dikelompokkan

menjadi anggaran penerimaan dan pengeluaran sebagai berikut;

Anggaran rutin, Anggaran Non Rutin / Program dan Anggaran /

Proyek. Sedangkan Penataan anggaran didasarkan kepada Sinode

Page 18: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

��

yaitu pada persidangan Sinode Tahunan/Persidangan Sinode dan di

dalam Jemaat yaitu Sidang Majelis Jemaat. Periode program /

rencana kerja tahunan : 1 april tahun berjalan sampai dengan 31

Maret tahun berikutnya.

4.3.2. Administrasi Keuangan GPIB

Pengelolaan Keuangan GPIB selalu berdasarkan anggaran

penerimaan dan pengeluaran yang disetujuhi (SMJ/PST/PS). Yaitu

disetujui dari Sidang Majelis Jemaat dalam lingkup gereja jemaat lalu

kemudian diputuskan kembali pada Persidangan Sinode Tahunan

(pusat) untuk persetujuan akhir. Sistem Pembukuan digunakan

adalah Transaksi yang kemudian didokumenkan, pembuatan daftar

perhitungan penerimaan & pengeluaran di Buku Kas Harian (Kas,

Bank dan Memorandum) yang kemudian dilanjutkan kedalam buku

besar (jurnal / ledger). Setiap minggu Bendahara bersama kasir /

Kepala Biro keuangan melakukan pengecekan saldo menurut buku

bank rekening iuran dan kas kasir. Sistem administrasi keuangan

GPIB masih sangat sederhana seperti yang dikatakan oleh Bpk.

Robby;

“Susunan keuangan GPIB baik penerimaan dan pengeluaran memang masih sederhana, tapi yang penting kan sudah dijalankan secara konsisten sesuai dengan sistem yang ada didalam gereja (Tata Gereja GPIB), dibuat secara transparasi karna dibahas secara terbuka di dalam PST (persidangan sinode tahunan), dan senantiasa menjaga kepercayaan jemaat yang telah mempercayai pengelolaan harta milik gereja yang berasal dari jemaat kepada majelis sinode.”

Page 19: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

��

Menjaga kepercayaan jemaat bukanlah hal yang mudah dan harus

senantiasa di jaga dan dipertahakan. Hal ini sepaham dengan yang

dikatakan Bpk. Robby;

“Gereja adalah sebuah organisasi yang bertema melayani berdasarkan Alkitab dan Tata Gereja yang terkadang tidak sepemahaman. Namun disisi lain, masih saja ada beberapa orang yang ingin melayani hanya untuk kepentingan pribadi tanpa memikirkan jemaatnya, yang sangat sensitif ketika berhubungan dengan uang. Oleh sebab itu, hal sensitif ini harus kita perhatikan dengan senantiasa menjaga kepercayaan jemaat.”

GPIB memiliki alur administrasi keuangan yang berjalan sesuai

dengan penerimaan dan pengeluaran rutin sepanjang minggu, bulan

hingga tahun. Mulai dari penerimaan rutin yang berasal dari

persembahan rutin ibadah keluarga (hari rabu) dan ibadah pelkat.

Kemudian di catat (dokumenkan) oleh bendahara / pelkat / panitia /

kasir yang kemudian dimasukkan kedalam bank dan diwartakan

secara transparansi kepada jemaat melalui warta gereja (warta

jemaat). Dan alur administrasi keuangan untuk rencana kerja yang

telah dilaksanakan pun memiliki alur administrasi yang sama seperti

penerimaan persembahan yaitu setelah dua minggu program kerja

telah terlaksana, panitia pelaksana harus memberikan LPJ (Laporan

Pertanggung Jawaban) program kerja tersebut. Jikalau memiliki sisa

uang program pun harus dikembalikan beserta laporan atau

dokumen LPJ lalu kemudian diwartakan di dalam warta jemaat

secara terbuka agar jemaat dapat memahaminya dengan jelas.

Berikut tabel laporan keuangan GPIB secara sederhana terlampir

Page 20: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

sesuai dengan apa yang digunakan GPIB yang diwartakan sesuai

dengan kurun waktu yang ditentukan, dalam warta jemaat;

TABEL 4.3 LAPORAN KEUANGAN

Sumber: Dokumen Gereja GPIB yang dibuat sesuai dengan penetapan Tata kelola penbendaharaan keuangan Gereja GPIB.

Jenis laporan dilaksanakan atau dibuat sesuai dengan kurun

waktu yang telah ditentukan. Pelaksanaan setiap laporan kerja atau

program kerja dilaksanakan sesuai dengan persetujuan sidang

majelis jemaat dan persidangan sinode tahunan. Harta milik bergerak

dan tidak bergerak dicatat atau di dokumenkan secara jelas agar

pendataan harta milik atau aset gereja jelas tecatat. Setiap jemaat

cabang wajib memberikan laporan keuangan qwartalan dan daftar

aset yang dimiliki secara jelas dan detail kepada Majelis Sinode atau

jemaat induk. Laporan ini berguna bagi pusat dalam pendataan harta

milik bergerak atau tidak bergerak.

4.3.3. Tata Kelola Keuangan GPIB

Jenis Laporan Waktu Keterangan

Penerimaan & Pengeluaran +

Saldo Minggu Warta Jemaat

� Penerimaan &

Pengeluaran versus

Anggaran

� Saldo

Qwartalan

Tahunan

• BPPG/BPPJ +PST/SMJ

• BPPG/BPPJ + PST/PS/SMJ

• Laporan Jemaat ke MS

Harta Milik bergerak dan

tidak bergerak

Semester + Tahunan • BPPG/BPPJ + PST/PS/SMJ

Page 21: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

Harta Milik GPIB berupa harta bergerak dan tidak bergerak,

dinyatakan dalam sertifikat kepemilikan atas nama GPIB sesuai

perundang – undangan yang berlaku. Sistem dalam pengelolaan aset

telah disusun dan telah dipaparkan secara jelas dalam tata gereja

sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan harta

milik (aset bergerak dan tidak bergerak). Penyimpanan Sertifikat

kepemilikan harta tidak bergerak, baik pengelolaan MS/MJ dan

Yayasan yang didirikan GPIB, harus dilakukan / disimpan di Majelis

Sinode. Pengajuan rencana pengalihan harta milik GPIB berupa harta

tidak bergerak diputuskan dalam persidangan Sinode Tahunan.

Untuk pemeliharaan aset merupakan hak setiap jemaat cabang

untuk kemudian membuat program kerja yaitu berupa panitia

pelaksanaan pemeliharaan gedung atau tanah milik gereja yang

kemudian dilaporkan kepada Majelis Sinode Pusat untuk dapat

memberikan surat keputusan persetujuan pemeliharaan aset gereja

tersebut. Sesuai seperti yang dikatakan bendahara 2 yaitu Bpk.

Wayong;

“Karna GPIB merupakan sebuah organisasi non-profit yang bersifat Presbyterian Sinodalatau terpusat, maka laporan rutin harus ada dari gereja jemaat cabang dan harta milik gereja harus atas nama Majelis Sinode sesuai dengan Pasal 13 dari Tata Gereja. Kalau tidak, bisa saja banyak aset yang hilang dan diakui oleh orang lain dan yang repot yah kita Majelis Sinode”.

Pada intinya, setiap aktifitas yang berhubungan dengan tata

kelola keuangan GPIB didasarkan pada Tata Gereja yang berlaku dan

diputuskan di dalam Sidang Majelis Sinode setiap tahunannya.

Pengelola yaitu Majelis Sinode mengelola harta milik gereja dengan

Page 22: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

sebaik mungkin sesuai dengan sistem yang berlaku serta dapat

membuat kebijakan atau keputusan yang di ambil dalam

musyawarah pada saat persidangan sinode. Dari pemahaman ini,

peneliti kemudian mencoba membuat alur pemikiran secara

menyeluruh mengenai perbendaharaan GPIB berdasarkan data yang

diperoleh pada saat penelitian, sebagai berikut;

GAMBAR 4.1

ALUR PEMIKIRAN PERBENDAHARAAN GPIB

Berdasarkan pemahaman struktur perbendaharaan GPIB

diatas maka, peneliti kemudian mengaitkannya dengan tujuh prinsip

manajemen keuangan yang perlu dijalankan oleh sebuah organisasi.

Dalam pembahasan kali ini, peneliti akan mengaitkan struktur

TATA GEREJA

(Legalitas Institusi)

PROGRAM & ANGGARAN KEUANGAN

(Program & Cost Budget)

HARTA MILIK

(ASSET)

ADMINISTRASI KEUANGAN

(AKUNTANSI)

PERBENDAHARAAN GPIB

Page 23: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

perbendaharaan GPIB dengan teori yang ada dalam menganalisis,

bagaimana Majelis Sinode sebagai pengelola, mengelola aset GPIB dan

apakah Majelis Sinode telah mengelola aset sesuai dengan Tata

Gereja GPIB.

4.4. Pembahasan

Perbendaharaan GPIB yang telah dipaparkan di atas, mulai dari ruang

lingkup perbendaharaan GPIB, sumber penerimaan GPIB, aspek

perbendaharaan GPIB, administrasi keuangan GPIB hingga pada tata kelola

keuangan GPIB. Perbendaharaan GPIB dilaksanakan berdasarkan aturan

dan acuan (Tata Gereja) yang telah ditetapkan oleh GPIB sejak pertama kali

terbentuk yang kemudian dapat diperbaharui seiring dengan berjalannya

waktu. Tata Gereja tidak hanya sebagai acuan dalam melaksanakan

seluruh kegiatan perbendaharaan GPIB namun juga dapat menjadi

pegangan bagi setiap pengelola di dalam memelihara, memulihkan atau

bahkan menjual aset GPIB. Pengelola yaitu Majelis Sinode pun tidak dapat

mengelola dengan tidak benar oleh karena selain harus sesuai dengan

acuan yang ada, adapun pemeriksaan oleh sebuah badan pemeriksa yang

dibentuk untuk senantiasa mengawasi seluruh kegiatan yang berkaitan

dengan aset GPIB. Dalam pelaksanaannya, pembendaharaan aset GPIB

diharapkan dapat berjalan secara tetap sasaran dan tepat guna.

Prinsip tata kelola manajemen berdasarkan GCG (Good Corporate

Governance)adalah sebagai berikut; Konsistensi (Consistency), Akuntabilitas

(Accountability), Transparansi (Transparency), Pertanggungjawaban

(Responsibility,) dan Independen (Independency). Dari lima prinsip tata

Page 24: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

kelola ini maka peneliti pun memberikan dua prinsip yang dianggap

berkaitan dengan rumusan dari GCG dalam penerapan tata kelola yang

baik dalam sebuah perusahaan atau organisasi yaitu; Pengelolaan

(Stewardship) dan Integritas (Integrity). Pada dasarnya manajemen dalam

perbendaharaan aset GPIB, masih menggunakan laporan keuangan yang

tradisional dimana, penyusunan laporan keuangan menggunakan dokumen

laporan keuangan penerimaan dan pengeluaran yang kemudian

diklasifikasikan sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Penganggaran dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan setiap periode kerjanya, penganggaran meliputi program dan

anggaran keuangan yang akan dilaksanakan, lalu kemudian direalisasikan.

Teori “SMART” yang diadopsi oleh pengelola yaitu Majelis Sinode

merupakan sebuah upaya dalam penataan sistem kerja dan laporan

keuangan menjadi lebih baik.

Prinsip tata kelola manajemen dilaksanakan semaksimal mungkin,

hanya saja sistem penataan keuangan tidak dilaksanakan sesuai dengan

penentuan standar akuntansi yang ditentukan atau diberikan oleh

pemerintah setempat (cth; SPAK) melainkan menggunakan laporan

keuangan sederhana yang dilaksanakan berdasarkan sistem yang berlaku

dalam GPIB yaitu; Tata Gereja GPIB. Tata Gereja GPIB digunakan dalam

setiap pengambilan keputusan dalam setiap program dan penganggaran

keuangan.

Dalam Pelaksanaannya mengenai pengelolaan pembendaharaan aset

GPIB dan kaitannya dengan prinsip tata kelola manajemen menurut GCG,

GPIB melakukannya sebaik mungkin. Prinsip pertama yaitu; Konsistensi,

Page 25: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

GPIB sebagai organisasi konsisten dalam melaksanakan tugasnya sebagai

sebuah organisasi non-profit yang mengutamakan pelayanan jemaat secara

keseluruhan, serta tetap memakai satu acuan dasar Gereja yaitu Tata

Gereja GPIB sebagai pedoman peraturan dalam setiap kegiatan yang ada

dalam Gereja.

Hal kedua yaitu Akuntabilitas yang telah dilakukan oleh GPIB dapat

dilihat dari setiap laporan penganggaran kegiatan gereja GPIB yang

dilanjutkan dalam laporan resmi keuangan secara sederhana, secara

berkala dan diawasi oleh badan pengawasan keuangan gereja dan

kemudian di evaluasi secara bersama untuk merumuskan penganggaran

keuangan di kegiatan selanjutnya. Audit pun dlaksanakan GPIB dengan

menggunakan auditor yang handal yang berasal dari luar organisasi GPIB

agar dapat lebih bersifat netral. lalu kemudian dilaporkan secara

Transparansi (Prinsip tata kelola ketiga) dalam setiap persidangan jemaat

dan persidangan sinode dengan melibatkan seluruh pengurus dan anggota

majelis jemaat dan sinode (tingkat persidangn sinode) serta diawasi oleh

badan pengawas keuangan gereja.

Pemaparan laporan secara transparansi dianggap dapat memberikan

laporan yang jelas, akurat dan tepat waktu kepada setiap anggota jemaat

agar dapat dilihat bersama dan dapat dijalankan bersama sesuai dengan

kegiatan yang ada dan sesuai acuan tata gereja GPIB. Prinsip yang keempat

yaitu Pertanggungjawaban merupakan salah satu aspek dari prinsip tata

kelola yang penekanannya ada pada pengelola aset (dalam hal ini Majelis

Sinode). Prinsip keempat ini dijalankan GPIB dengan senantiasa

mengunakan sistem yang telah dibuat oleh gereja yaitu Tata Gereja GPIB

Page 26: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

sebagai pedoman dasar dalam setiap perencanaan, pengelolaan dan

pelaksanaan dalam kegiatan gereja. Tata Gereja GPIB merupakan sebuah

sistem yang jelas dirancang oleh GPIB agar dapat mencapai tujuan

organisasi dengan baik dan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.

Independensi adalah prinsip tata kelola yang dipahami oleh GPIB

sebagai salah satu yang berkaitan dengan prinsip yang keempat

(pertanggungjawaban) yaitu mengenai sebuah sistem yang dipakai oleh

GPIB dalam pengelolaan dan pelaksanaan setiap kegiatan gereja. Oleh

sebab itu, untuk memperkuat hal ini, GPIB juga memakai PPKUG sebagai

dasar bagi para pengelola (majelis sinode) dalam pengambilan keputusan

yang secara khusus berhubungan dengan sikap dari pengelola itu sendiri.

PKKUG ini kemudian dijadikan landasan kedua setelah Tata Gereja GPIB.

Independen yang dipahami oleh GPIB yaitu sebuah sistem yang dibuat

sendiri oleh organisasi yang bersangkutan dengan fungsinya masing-

masing dalam setiap organ organisasi yang ada dan kemudian dipakai

sendiri oleh organisasi tersebut. Upaya ini dilakukan agar perusahaan atau

organisasi tersebut dapat dikelola secara independen sehingga masing-

masing organ tidak saling mendominasi dan tidak terpengaruh oleh pihak

lain. Contohnya dalam Tata Gereja GPIB adalah, setiap pasal yang dibuat

memiliki kapasitas dan tujuannya masing-masing dengan melihat beberapa

aspek atau bidang yang ada dalam organisasi GPIB.

Integritas atau kepercayaan yang ada prinsip keenam, dibentuk dalam

organisasi GPIB secara mendasar mulai dari pemahaman secara bersama

mengenai tata peraturan gereja dalam Tata Gereja GPIB dan dalam

pemilihan anggota Majelis Sinode yang dipercaya dapat mengelola aset GPIB

Page 27: BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12806/4/T2_912013008_BAB IV... · khusus dalam masyarakat desa. GPIB juga aktif di . ... Pencatatan

���

dengan tepat, transparansi dan penuh tanggungjawab. Prinsip terakhir

yaitu Stewardship atau pengelolaan adalah hal yang utama dalam

penulisan ini. Pengelolaan aset GPIB dilaksanakan secara tepat sasaran

dan tepat guna. Dalam pelaksanaannya kedua hal ini berkaitan dengan

upaya mengontrol setiap pengeluaran aset dan penggunaan aset dengan

baik.

GPIB sebagaimana telah dipaparkan dalam analisis data yang telah

ditemukan oleh peneliti, mengelompokan pengelolaan aset yaitu; ruang

lingkup perbendaharaan GPIB yang dilaksanakan sesuai dengan empat

fungsi organisasi yang wajib dilakukan yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Penetapan kepemilikan

aset sesuai dengan nama organisasi bukan perorangan dan memiliki

sebuah badan pengawasan yang senantiasa dapat mengaudit dan

mengawasi setiap kegiatan dalam penganggaran dan pengeluaran keuangan

gereja. Pengelolaan aset GPIB telah dijelaskan bahwa memiliki sistem

secara independen yang digunakan dalam setiap pengelolaannya.

Dengan demikian, manajemen aset GPIB, menggunakan Tata Gereja

GPIB sebagai dasar dari seluruh pengambilan keputusan organisasi. Tata

Gereja GPIB menitik beratkan peraturan gereja yang senantiasa harus

digunakan oleh pengelola, dalam hal ini Majelis Sinode dalam mengelola,

memelihara bahkan menjual aset gereja GPIB. Dan dalam kaitannya

dengan prinsip-prinsip tata kelola manajemen, GPIB telah memaksimalkan

pemahaman ini kedalam organisasi walaupun masih banyak kekurangan

dikarenakan GPIB merupakan organisasi non-profit yang prioritas

utamanya bukan pada aset melainkan fokus kepada pelayanan jemaat.