bab iv analisa kritis terhadap realita lesbian...

17
66 BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN DI MANADO 4.1 Pengantar Keberadaan kaum lesbian di Indonesia saat ini belum terlalu mendapat perhatian dari masyarakat khususnya gereja dalam hal ini. Melihat perkembangannya yang cukup pesat dalam bermasyarakat, fenomena kaum lesbian ini perlu ditindak-lanjuti khususnya oleh gereja, karena tidak sedikit dari mereka beragama Kristen. Dalam pembahasan bab ini, penulis akan memaparkan analisa kritis terhadap realita lesbian yang ada di kota Manado yang di kaji dalam kajian jender. Dimana peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian di Jemaat GMIM “Betani” Sindulang – Singkil, Manado dengan 5 narasumber seorang lesbian, dan beberapa anggota jemaat. Dalam bab ini juga penulis akan menuliskan refleksi teologis dari permasalahan lesbian yang ada. 4.2 Analisa kritis 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian Berdasarkan hasil penelitian, observasi, dan wawancara yang dipaparkan pada bab sebelumnya yakni bab 3, peneliti mengelompokan penyebab atau latar belakang seorang menjadi lesbian seperti yang disimpulkan oleh Tan dalam Mengenal Perbedaan Orientasi Seksual Remaja Puteri. 78 a. Pengaruh keadaan keluarga dan kondisi hubungan orang tua Adapun beberapa narasumber yang memiliki latar belakang keadaan keluarga adalah; 1. Acha (Nama disamarkan) 78 Poedjiati Tan, Mengenal Perbedaan Orientasi Remaja Puteri (Suara Earnest, Surabaya. 2005)

Upload: doanduong

Post on 18-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

66

BAB IV

ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN DI MANADO

4.1 Pengantar

Keberadaan kaum lesbian di Indonesia saat ini belum terlalu mendapat perhatian dari

masyarakat khususnya gereja dalam hal ini. Melihat perkembangannya yang cukup pesat

dalam bermasyarakat, fenomena kaum lesbian ini perlu ditindak-lanjuti khususnya oleh

gereja, karena tidak sedikit dari mereka beragama Kristen.

Dalam pembahasan bab ini, penulis akan memaparkan analisa kritis terhadap realita

lesbian yang ada di kota Manado yang di kaji dalam kajian jender. Dimana peneliti

sebelumnya telah melakukan penelitian di Jemaat GMIM “Betani” Sindulang – Singkil,

Manado dengan 5 narasumber seorang lesbian, dan beberapa anggota jemaat. Dalam bab ini

juga penulis akan menuliskan refleksi teologis dari permasalahan lesbian yang ada.

4.2 Analisa kritis

4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian

Berdasarkan hasil penelitian, observasi, dan wawancara yang dipaparkan pada bab

sebelumnya yakni bab 3, peneliti mengelompokan penyebab atau latar belakang seorang

menjadi lesbian seperti yang disimpulkan oleh Tan dalam Mengenal Perbedaan Orientasi

Seksual Remaja Puteri.78

a. Pengaruh keadaan keluarga dan kondisi hubungan orang tua

Adapun beberapa narasumber yang memiliki latar belakang keadaan keluarga adalah;

1. Acha (Nama disamarkan)

78 Poedjiati Tan, Mengenal Perbedaan Orientasi Remaja Puteri (Suara Earnest, Surabaya. 2005)

Page 2: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

67

Pada dasarnya Acha telah memiliki kesadaran sendiri mengenai identitas dirinya

yang berbeda. Tapi kemudian keadaan seperti ini didukung dengan kondisi orang

tuanya yang sering bertengkar dan cuek, sehingga tidak ada bentuk perhatian dan

kontrol yang seharusnya dilakukan oleh orang tua. Selain itu, faktor ketiadaan

sikap penerimaan dari saudara laki-lakinya membuatnya menyimpan sedikit rasa

benci pada laki-laki.

2. Grita dan Dila (Nama disamarkan)

Pengalaman pahit Grita karena absennya figure ayah dan renggangnya hubungan

mereka menjadi point penting keputusannya menjadi lesbi. Selain itu Dila yang

juga dikecewakan oleh suaminya.

Menurut peneliti, Keluarga sangat berperan penting dalam proses kehidupan anak,

khususnya proses sosialisasi anak diluar rumah. Apa yang ia peroleh di dalam

rumah, kemudian diinterpretasikan melalui tindakan saat berada diluar rumah. Hal

ini menjadi pemicu terjadinya kegiatan-kegiatan yang dapat memicu terjadinya

kenakalan, khusunya dalam proses bergaul lesbian yang berasal dari keluarga

yang kurang harmonis, sebab mendapat kasih sayang yang terbatas.

Menurut Setiadi dan Usman dalam buku pengantar sosiologi, pengaruh keluarga

dalam proses tumbuh kembang anggotanya, merupakan hal yang sangat penting.

Sebab keluarga merupakan institusi yang paling berpengaruh terhadap proses

sosialisasi79. Hal ini dimungkinkan sebab berbagai kondisi keluarga sebagaimana

yang diungkap Setiadi dan Usman; Pertama. Keluarga merupakan kelompok

primer yang selalu bertatap muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu

mengikuti perkembangan anggota-anggotanya. Kedua, orang tua memiliki kondisi

yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan

79 M. Elly Setiadi dan Kolip Usman. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial; Teori Aplikasi Dan Pemecahannya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2011), Hal 177

Page 3: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

68

emosional yang hubungan ini sangat memerlukan proses sosialisasi. Ketiga,

adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua memiliki

perenan yang penting terhadap proses sosialisasi.80

b. Pengalaman Seksual yang buruk

Dari 5 informan yang penulis teliti, terdapat 1 informan yang mempunyai

pengalaman buruk dengan laki-laki. Korban pemerkosaan dialami oleh Sinta

(Nama samaran) ketika berada di bangku SMA dengan saudara laki – lakinya

yang menjadikan Sinta kini menjadi pendiam dan benci kepada laki – laki.

Hubungan dengan orang tua yang tidak intens membuat Sinta memiliki jarak

dalam berkomunikasi dengan orang tuanya. Selain itu Sinta sering dikecewakan

oleh orang-orang disekitarnya pada tahap relasi yang lebih serius, khususnya

dengan laki-laki. Padahal Sinta mengharapkan hubungan yang baik.

Dari 5 informan lesbian beberapa mengatakan esensi penyebab yang

sebenarnya adalah masalah kejiwaan, karena para lesbian ini sesungguhnya telah

kehilangan jati dirinya sebagai seorang wanita. Dalam konteks mahluk sosial dan

hakikat penciptaannya para wanita lesbi mengalami suatu ketakutan baik disadari

atau tidak disadari terhadap para pria, karena merasa sisi kelembutan dan

keibuannya bagai terabaikan ketika berhubungan dengan seorang pria, sehingga

hal ini pun akhirnya mendorong seorang wanita terbuai untuk memuaskan sisi

kelembutannya dari pihak yang mengerti, dan hanya perempuan pula-lah yang

mampu memahami kelembutan seperti apa yang diimpikan oleh seorang wanita.

Trauma kekerasan seksual dan ketak-acuhan para pria inilah salah satu yang

menjadi latar-belakang umum seseorang menjadi lesbian.

80 Setiadi dan Usman, Pengantar Sosiologi, 177

Page 4: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

69

Pengaruh seksual yang buruk ini menguatkan teori feminisme radikal

yang mengecam penindasan atas fisik perempuan. Peran dari tubuh dan sesualitas

bagi teori ini mempunyai tempat yang sangat penting, karena penindasan berawal

dari dominasi atas tubuh dan seksualitas perempuan yang ditemui di ranah privat.

Teori feminis radikal ini berpegang pada “the personal is political” (yang pribadi

adalah yang politis), yang berarti bahwa berbagai penindasan dalam sistem

patriakhi yang terjadi di ruang pribadi/privat juga merupakan penindasan di

bidang publik. Menurut Millet dalam tulisan Tong, usulan yang di ajukan untuk

menuju kepada kesetaraan jender adalah jika ada pengadopsian pemahaman

androgini, menolak kontrol atas tubuh, melakukan penyadaran serta edukasi

tentang konsep patriakhi dan dampaknya.81

c. Pengaruh Lingkungan

Lingkungan mempunyai andil yang cukup besar dalam perkembangan

karakter seseorang. Dari beberapa narasumber yang diwawancarai, faktor

lingkungan atau pengaruh terhadap lingkungan juga menjadi penyebab seseorang

menjadi lesbi selain dari faktor keadaan keluarga dan kondisi hubungan orang tua

dan seksaul. Dalam kasus Erli (Nama disamarkan), keberadaan orang lain

didekatnya ketika Erli sedang berada dalam kondisi membutuhkan perhatian, tak

pelak menjadi pemicu. Selain itu intensitasnya yang cukup tinggi berada dekat

komunitas lesbian juga membuatnya terpengaruh. Hal sama juga terjadi pada

Dila. Kebiasaannya berada dalam komunitas lesbi ketika masih tidak menjalin

hubungan dengan lawan jenis ternyata dapat mempengaruhinya mengambil

keputusan sebagai lesbi. Demikian pula dengan Grita yang sedari kecil dia

memang banyak mendapat informasi tentang lesbian karena tinggal dalam

81 Rosemarie Putnam Tong. Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. (Yogyakarta: Jalasutra 2004)

Page 5: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

70

lingkungan yang mayoritas lesbian. Setiap hari memperhatikan gerak-gerik,

ekspresi dan pengalaman-pengalaman hidup lesbian. Sehingga pada akhirnya

mempengaruhi identitas dirinya; Dila yang berawal dari absennya figur ibu dalam

hidupnya, membuatnya tumbuh dalam didikan kemaskulinan ayahnya namun

sangat tertarik pada kelembutan perempuan dari interaksi pergaulannya.

Sebuah kalimat bijak menyatakan bahwa, “Jika ingin mengenal seseorang,

maka terlebih dahulu lihatlahlah teman-temannya”. Interaksi didalamnya terjadi

sosialisasi. Sosiolog Robert Lawang dalam tulisan Setiadi dan Usman membagi

sosialisasi menjadi dua macam82: pertama sosialisasi primer yaitu proses

sosialisasi yang terjadi pada saat usia seseorang masih usia balita. Pada fase ini

anak dibekali pengetahuan tentang orang-orang yang berada di lingkungan sosial

sekitarnya melalui interaksi, seperti dengan ayah, ibu, kakak dan anggota

keluarga lainnya. Kedua, sosialisasi sekunder, yaitu sosialisasi yang berlangsung

setelah sosialisasi primer, yaitu semenjak usia 4 tahun hingga selama hidupnya.

Jika proses sosialisasi primer dominasi peran keluarga sangat kuat, akan tetapi

dalam sosialisasi sekunder proses pengenalan akan tata kelakuan adalah

lingkungan sosialnya, seperti teman sepermainan, teman sejawat, sekolah, orang

lain yang lebih dewasa hingga pada proses pengenalan adat istiadat yang berlaku

dilingkungan sosialnya. Dalam proses ini, seorang individu akan memperoleh

berbagai pengalaman dari lingkungan sosial yang bisa saja terdapat perbedaan

bentuk atau pola-pola kelakuan yang ada di antara lingkungan sosial keluarganya.

Pada fase ini sang anak akan melakukan identifikasi terutama tentang pola-pola di

lingkungan sosial di luar lingkungan keluarganya.

82 Setiadi dan Usman, Pengantar Sosiologi, 167 – 168

Page 6: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

71

Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian, observasi dan wawancara di lapangan,

peneliti menemukan bahwa keadaan keluarga, kondisi hubungan orang tua dan lingkunganlah

yang sangat berperan secara dominan dalam mempengaruhi seseorang memutuskan dirinya

sebagai lesbian. Kurangnya perhatian dari keluarga serta bebasnya seorang anak bergaul di

lingkungan yang buruk maka besar kemungkinan seorang anak dapat mengikuti keadaan

lingkungannya. Peneliti menyikapi, keluarga seharusnya berusaha untuk mempersiapkan

bekal selengkap-lengkapnya kepada anak dengan memperkenalkan tingkah laku, sikap,

keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat serta mempelajari peranan

yang diharapkan akan dijalankan mereka.

4.2.2 Sudut pandang studi jender terhadap realita lesbian di Jemaat

Bangsa Indonesia pada umumnya, dan jemaat GMIM “Betani” pada khusunya

menganut budaya ke-Timur-an yang masih sangat kental dan dijunjung tinggi, serta sangat

kental dengan sopan santunnya, prilaku yang baik dan masih menganut paham patriarkhi

dimana kaum laki - laki yang memegang kendali. Namun dengan adanya komunitas lesbian,

seolah-olah ingin menunjukkan bahwa perempuan pun mampu untuk memimpin dan ingin

diakui keberadaannya. Kesetaraan jender merupakan modal awal dari kaum perempuan untuk

mendobrak budaya patriarkhi yang selama ini masih kental dalam berjemaat. Kehidupan kita

sebagai individu, sejak kita memasuki keluarga pada saat lahir, melalui pendidikan, kultur

pemuda, dan ke dalam dunia kerja dan kesenangan, perkawinan dan kita mulai membentuk

keluarga sendiri, memberi pesan yang jelas kepada kita bagaimana orang “normal”

berperilaku sesuai dengan jendernya.83

83 Julia Cleves Mosse. Gender dan Pembangunan. (Yogyakarta: Rifka Annisa Women’s Crisis Center dan Pustaka Pelajar, 1996)

Page 7: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

72

Mengalisa tanggapan jemaat GMIM “Betani” mengenai tanggapan terhadap lesbian

dalam jemaat, peneliti kaitkan menurut teori nature dan nurture, karena konstruksi sosial

budaya jender, seorang perempuan yang karena dia lahir dengan jenis kelamin perempuan

maka dia pun kemudian dibentuk untuk menjadi seorang perempuan sesuai dengan kriteria

yang berlaku dalam suatu masyarakat dan budaya dimana dia lahir dan dibesarkan, misalnya

bahwa karena dia dilahirkan sebagai seorang perempuan maka sudah menjadi “kodrat” pula

bagi dia untuk menjadi sosok yang cantik, anggun, irrasional, emosional dan sebagainya.

Penanaman citra bahwa seorang perempuan itu lebih cocok berperan sebagai seorang ibu

dengan segala macam tugas domestiknya yang selalu dikatakan sebagai “urusan perempuan”,

seperti membersihkan rumah, mengurus suami dan anak, memasak, berdandan dan

sebagainya.

Dalam hal pembedaan laki-laki dan perempuan berlandaskan jender mungkin tidak

akan mendatangkan masalah jika tidak ada pembedaan dalam jender atau ketidak-adilan

jender (gender inequalities) baik bagi kaum laki-laki maupun bagi kaum perempuan.

Meskipun pada akhirnya ketidakadilan itu lebih banyak dirasakan oleh kaum perempuan.

Ketidakadilan jender tersebut antara lain termanifestasi pada penempatan perempuan dalam

stratifikasi sosial masyarakat, yang pada kelanjutannya telah menyebabkan kaum perempuan

mengalami ketidak-adilan jender.

Dari penelitian, observasi dan wawancara, peneliti menyikapi bahwa dari realita

lesbian yang terjadi di jemaat perlu di analisa menurut pemahaman studi jender yang ada,

dimana studi jender berperan dalam melihat adanya manifestasi ketidakadilan terhadap

perempuan yang ditimbulkan oleh adanya asumsi jender sebagai berikut:

1. Menurut Fakih dalam buku analisis jender, adanya marginalisasi (kemiskinan

ekonomi) terhadap kaum perempuan. Meskipun tidak setiap marginalisasi perempuan

Page 8: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

73

yang disebabkan oleh ketidakadilan jender, yang dipersoalkan dalam analisis jender

adalah marginalisasi yang disebabkan oleh perbedaan jender.84 Seperti dalam kasus

yang di alami Sinta ( bukan nama sebenarnya ) seorang anak perempuan yang dalam

keluarganya selalu mendapat perlakuan tidak adil dari orang tua, karena orang tua

lebih memihak kepada anak laki-laki.

2. Pendapat Fakih dalam hal terjadinya subordinasi pada salah satu jenis sex yang

umumnya pada kaum perempuan yan dalam hal ini rumah tangga, masyarakat,

maupun negara, bahkan gereja banyak kebijakan dibuat tanpa “menganggap penting”

kaum perempuan. Dari observasi lapangan peneliti menemukan beberapa kesimpulan

dari pendapat jemaat tentang perempuan yang mengatakan bahwa wanita pada

akhirnya akan ke dapur, sehingga untuk apa wanita itu sekolah tinggi-tinggi dan juga

menganggap bahwa wanita itu lemah, dan tidak bisa melakukan pekerjaan laki-laki.

3. Mutali’in menanggapi mengenai pelabelan negative (stereotype) terhadap jenis

kelamin tertentu, terutama kaum perempuan dan akibat dari stereotype itu terjadi

diskriminasi serta berbagai ketidakadilan lainnya.85 Dalam berjemaat di GMIM

“Betani” banyak sekali stereotype yang dilabelkan pada kaum perempuan yang

akibatnya membatasi, menyulitkan, memiskinkan dan merugikan kaum perempuan.

Misalnya dalam hal bergereja di GMIM, jarang ditemukan seorang ketua wilayah

perempuan.

4. Kekerasan (violence) terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya perempuan, karena

perbedaan jender. Menurut Fakih, kekerasan di sini mulai dari kekerasan fisik seperti

pemerkosaan dan pemukulan, sampai kekerasan dalam bentuk yang lebih halus

seperti pelecehan (seksual harassment) dan penciptaan ketergantungan. Peneliti

menyikapi bahwa manifestasi ketidak-adilan terhadap perempuan yang dalam hal

84 Mansour Fakih. Analisi Gender & Transformasi Sosial, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), 12-23 85 Achmad Mutali’in. Bias Jender Dalam Pendidikan. (Surakarta: Muhamadiah University Press.2001), 32-40

Page 9: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

74

mengalami kekerasan yang pada akhirnya kekerasan atau pelecehan seksual ini yang

sering menjadi alasan utama seorang wanita menjadi penyuka sesama jenis atau

lesbian.

5. Karena peran jender, pekerjaan perempuan adalah mengelola rumah tangga, banyak

perempuan menanggung beban kerja domestik lebih banyak dan lebih lama. Dengan

kata lain “peran jender” perempuan yang menjaga dan memelihara kerapian tersebut

telah mengakibatkan tumbuhnya tradisi dan keyakinan masyarakat bahwa mereka

harus bertanggung jawab atas terlaksananya keseluruhan pekerjaan domestik.

Sosialisasi peran jender tersebut menjadikan rasa bersalah bagi perempuan yang tidak

melakukannya, sementara bagi kaum laki-laki, tidak saja merasa bukan tanggung

jawabnya, bahkan dibanyak tradisi dilarang untuk berpartisipasi. Meskipun demikian

secara ekonomi dan secara sosial starusnya di dalam masyarakat dianggap kurang

berharga dan rendah.86

Manifestasi ketidakadilan itu tersosialisasi baik kaum laki-laki maupun perempuan

secara mantap, yang lambat laun baik laki-laki maupun perempuan menjadi terbiasa dan

akhirnya percaya bahwa peran jender itu seolah-olah menjadi kodrat. Lambat laun terciptalah

suatu struktur dan sistem ketidak-adilan jender yang diterima dan sudah tidak lagi dapat

dirasakan adanya sesuatu yang salah.

Peneliti menyikapi bahwa Mutali’in dan Fakih melalui model manifestasi ketidak-

adilan mau menyimpulkan bahwa mayoritas yang menjadi korban ketidakadilan jender

adalah kaum perempuan, analisis jender seharusnya hanya menjadi alat perjuangan kaum

perempuan, namun analisis jender justru menjadi alat gerakan feminisme untuk menjelaskan

sistem ketidakadilan. Lebih lanjut, analisis jender ini memungkinkan gerakan feminisme

memfokuskan pada relasi (struktur) jender serta keluar dari pemikiran yang memfokuskan 86 Mutali’in. Bias Jender, 39

Page 10: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

75

pada ”perempuan”, dengan demikian yang menjadi agenda utama setiap usaha perubahan

sosial tidak sekedar menjawab kebutuhan praktis atau merubah kondisi kaum perempuan,

melainkan juga menjawab kebutuhan strategis kaum perempuan, yakni memperjuangkan

posisi kaum perempuan.

Komunitas lesbian di Manado sudah tidak dapat dipungkiri lagi keberadaannya,

meskipun keberadaan mereka kerap kali ditolak oleh masyarakat sekitar mereka. Keberadaan

komunitas lesbian yang dianggap suatu penyimpangan, melanggar norma agama serta

menentang kodrat yang menyebabkan belum bisanya komunitas tersebut diterima

sepenuhnya oleh masyarakat dan negara. Keberadaan komunitas lesbian yang terpinggirkan

tersebut masih dianggap seperti suatu “penyakit menular” yang harus dihindari. Dengan gaya

berpakaian seorang butch yang dipandang aneh oleh masyarakat, serta pencitraan mereka

(komunitas lesbian) yang kurang baik di mata masyarakat, menyebabkan adanya penolakan

pengakuan dari masyarakat pada umumnya.

Menurut hasil penelitian yang ada, peneliti menemukan bahwa pada umumnya, kaum

homoseksual yang ada di Indonesia saat ini khususnya di Manado mempunyai sex role yang

cenderung berubah-ubah. Karena itu, tampak pada lesbian, sifat gaya kelaki-lakiannya.

Walaupun ini disembunyikan, namun akan tetap tampak karakter laki-lakinya. Itu hanya

disebabkan lesbian cenderung lebih tertutup karena adanya tuntutan budaya yang

mengarahkan pada tataran hidup normatif. Menurut penelitian, ada juga kemungkinan bahwa

para lesbian ini awalnya hanya ingin merasakan nikmatnya berhubungan seksual, namun

mereka takut mengalami kehamilan. Sebab itulah, mereka akhirnya jatuh ke dalamnya.

Menurut pengamatan peneliti, ketidak-adilan yang dialami kaum perempuan dalam

hal ini kaum lesbian di Manado menuntut adanya kesetaraan jender. Dimana mereka bebas

untuk menentukan identitas diri mereka sesungguhnya dengan tidak ada lagi manifestasi

Page 11: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

76

ketidak-adilan jender terhadap perempuan. Kaum lesbian ini menganggap bahwa

penyimpangan jender yang mereka alami itu adalah sebuah akibat dari manifestasi ketidak-

adilan jender itu sendiri. Mereka menganggap diri mereka “orang yang dipinggirkan” karena

orientasi seksual mereka yang berbeda. Begitu juga di Manado pada umumnya dan di jemaat

GMIM “Betani” secara khusus, sampai saat ini belum mendapatkan pengakuan dan

penerimaan sepenuhnya dari masyarakat. Mereka (kaum lesbian) kerap mendapatkan

beragam bentuk ketidakadilan, seperti kekerasan psikis, seksual, maupun ekonomi, yang

terjadi baik itu di dalam rumah, sekolah, tempat bekerja, tempat ibadah dan masyarakat

sekitar. Mereka juga mendapatkan beragam stigma/label, seperti sebutan ”abnormal”, ”sakit”,

”dosa”, ”kotor”, dan lain-lain sebutan. Kondisi ini menjadikan sebagian lesbian akhirnya

lebih memilih menutup diri dan hidup dengan identitas yang bukan sesungguhnya dan hanya

membuka jati diri di kalangan mereka sendiri.

Berdasarkan teori Queer yang dipaparkan oleh Butler; “ gender is a kind of imitation

for witch there is no original; in fact, it is a kind of imitation that produce the very notion of

the original as an effect and consequence of imitation it self”. Butler menegaskan bahwa

tidak ada identitas jender dibalik ekspresi jender.87 Butler juga menolak koherensi yang tetap

antara identitas jender dan identitas seksual. Jender adalah sebuah peniruan sehingga tidak

ada yang asli. Ketika seorang telah diidentifikasi sebagai perempuan, maka ia akan meniru-

niru performansi perempuan. Dalam hal ini Peneliti menyikapi bahwa Teori Queer berkenaan

dengan relasi-relasi yang aneh atau yang tidak biasa seperti para kaum lesbian. Teori queer

berakar dari materi bahwa identitas tidak bersifat tetap dan stabil. Identitas bersifat historis

dan dikonstruksi secara sosial. Dalam konteks teori, teori ini dapat digolongkan sebagai

sesuatu yang anti identitas. Ia bisa dimaknai sebagai sesuatu yang tidak normal atau aneh.

Dalam teori ini terdapat tiga makna intelektual dan politik, meskipun sulit membuat batasan-

87 Judith Butler. Gender Trouble: Feminism and the subversion of identity. (New York:Routledge.1990), 145

Page 12: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

77

batasannya. Melalui hal ini Queer mengisyaratkan bahwa sesungguhnya kaum lesbian di

jemaat mengalami perlakuan tidak adil dibanding kaum heteroseksual pada umumnya.

Karakter kehidupan seorang lesbian sebenarnya sama seperti aktor dalam

memerankan sebuah film, dimana dalam keseharian seorang aktor sesungguhnya berbeda

dengan apa yang diperankannya. Namun, tidak sering akibat peranan yang dilakoninya aktor

tersebut mendapat pendiskriminasian dari masyarakat luas. Jemaat atau masyarakat dalam hal

ini seharusnya melihat mereka lebih jelas dari dekat dan kemudian berhenti mendiskriminasi

mereka. Stigma atau pandangan jemaat terhadap mereka inilah yang perlu di ubah. Perubahan

tersebut melibatkan studi jender untuk membuka pemikiran yang baru. Jender adalah istilah

yang merujuk pada seperangkat karakteristik yang dipandang manusia sebagai hal yang

membedakan antara lelaki dan wanita, dari hal biologis seperti jenis kelamin sampai dengan

peran sosial dan identitas gender. Jemaat seharusnya mampu mengaplikasikan pemahaman

studi jender terhadap kaum lesbian.

4.3 Refleksi Teologis

Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan sebuah refleksi dari penyimpangan sekusal /

orientasi sesksual yang berbeda tersebut yang terjadi pada perempuan. Lesbian, adalah

merupakan orientasi seksual yang berbeda yang terjadi pada perempuan. Penyimpangan ini

membuat mereka menjadi kaum minoritas atau kaum yang dipinggirkan dari kehidupan

heteroseksual.

Kehidupan manusia sesungguhnya telah di kodratkan untuk hidup berpasangan satu

dengan yang lain. Namun, pada kenyataannya ada suatu orientasi seksual yang berbeda

sehingga seorang merasa lebih nyaman dengan sesama jenisnya. Orientasi seksual yang

berbeda ini terjadi pada laki-laki dan perempuan. Orientasi seksual yang berbeda ini disebut

dengan homoseksual.

Page 13: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

78

Menurut pendapat seorang pendeta yang peneliti wawancarai, yakni Pdt. J.Sualang

mengatakan bahwa Alkitab sesungguhnya menyatakan kepada kita agar hidup dalam

perdamaian dengan semua orang. Sebagai orang-orang Kristen kita dapat melakukannya

dengan semua orang, termasuk dengan mereka yang homoseksual. Seperti yang kita ketahui

beberapa mereka yang mengklaim sebagai orang-orang Kristen yang mengajak untuk

membenci dan berlaku kasar terhadap mereka yang homoseksual, dan juga berpijak pada

posisi menentang mereka yang menganjurkan hal demikian, dengan kata lain orang Kristen

tidak boleh melakukan pelecehan dan bersikap kasar terhadap mereka yang homoseksual.

Alkitab dengan jelas mengecam perilaku homoseksualitas sebagai dosa dan orang-

orang Kristen yang mengikuti semua firman Tuhan dengan serius harus juga mengecam

perilaku ini sebagai dosa. Melalui ayat – ayat dalam Alkitab misalnya, Imamat 18:22;

“Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena

itu suatu kekejian.”, dan juga beberapa ayat dalam Alkitab yang lain misalnya Imamat 20:13

yang mengungkapkan bahwa bila ada persetubuhan sesama jenis akan di hukum mati;

“Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri”.

Dalam I Korintus 6 :9-10 mengungkapkan bahwa orang yang dianggap banci atau penyuka

sesama jenis tidak akan mendapat tempat dalam kerajaan Allah;

“...Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”

Juga dalam Roma 1:26-28 yang menegaskan bahwa persetubuhan sesama jenis merupakan

sebuah kesesatan yang membuat Allah murka hingga mengutuk mereka yang melakukan hal

itu;

Page 14: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

79

“Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas”

Dari pernyataan-pernyataan dalam ayat Alkitab di atas, yang sangat jelas menentang

homoseksualitas, sangat sulit melihat bahwa Alkitab mendukung adanya homoseksualitas.

Kebenarannya adalah Tuhan menciptakan laki – laki dan perempuan, bukan laki-laki dan

laki-laki, atau wanita dengan wanita. Namun, dalam Alkitab penyimpangan ini adalah dosa.

Seorang yang diketahui homoseksual tidak berarti kita tidak dapat mengasihinya atau

berdoa baginya. Lesbian adalah sebuah dosa yang sama dengan dosa lainnya, yang hanya

dapat diatasi dengan satu jalan yakni pertobatan. Dosa itu harus diletakan pada salib dan

bertobat. Orang-orang Kristen harus berdoa bagi keselamatan homoseksual seperti halnya

berdoa bagi orang lainnya yang terlibat dalam sebuah dosa. Mereka harus memperlakukan

kelompok homoseksual dengan sikap hormat yang sama sebagaimana terhadap orang lainnya

karena suka atau tidak, mereka diciptakan dalam citra Tuhan. Akan tetapi ini tidak berarti

bahwa orang-orang Kristen harus menyetujui perbuatan dosa mereka.

Homoseksualitas pada perempuan maupun pada laki-laki tidak pernah disebutkan

dalam Alkitab sebagai perilaku yang dapat diterima, bilamana perilaku ini dijalankan oleh

individu-individu yang memiliki hubungan saling mencintai satu sama lain.

Homoseksualitas selalu dikecam. Tindakan-tindakan homoseksualitas bukanlah perilaku

alamiah dan mereka melawan ketetapan ciptaan Tuhan.

Dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa manusia diciptakan didunia ini bepasang-

pasangan (Kej 1:27) yang kemudian Tuhan memerintahkan manusia untuk beranak cucu dan

memenuhi bumi (Ay.28). Secara seksual, manusia tidak akan mungkin menghasilkan

Page 15: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

80

keturunan jika tidak berhubungan dengan lawan jenisnya. Oleh karena itu penulis

menganggap bahwa kaum lesbian adalah kaum yang menentang perintah dan ketetapan dari

Tuhan.

Banyak alasan bagi kaum lesbian untuk menutupi latar belakang mereka sebagai

seorang homoseksual. Misalnya dengan mengatakan bahwa orientasi seksual mereka yang

berbeda sudah ada sejak lahir, namun sesungguhnya sebagian besar dari kaum lesbian ini

adalah hasil dari ketidak-adilan jender secara psikologis, misalnya karena kurangnya

keharmonisasian dalam keluarga, atau kurangnya kasih dan perhatian dari orang tua terhadap

anaknya, dan bahkan mungkin karena kekerasan seksual di masa lalu yang pernah dialami.

Perlakuan homokseksual untuk pertama kalinya dalam Alkitab dapat kita baca dalam

Kejadian 18:20 yang mengatakan; “Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: "Sesungguhnya

banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat

dosanya.” Demikian juga dalam Kejadian 19:24-25 mengatakan;

“Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit; dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah.”

Asal mula penyimpangan naluri bersadarkan perspektif firman Tuhan, tersirat dalam

Kejadian 8:21 yang mengatakan; “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia,

sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya”. Kalimat “jahat dari

sejak kecil” hendak menggambarkan bahwa kecenderungan hati manusia adalah menyimpang

dari jalan & kehendak Tuhan. Hal itu sinkron dengan penjelasan dari kitab Roma yang

mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa (Roma 3:23). Dapat disimpulkan bahwa

penyebab utama penyimpangan orientasi seksual adalah keberdosaan manusia. Hal itu yang

kemudian mempengaruhi segala aspek pemicu baik psikologis dan sosial.

Penyimpangan ini dapat berubah atau dipulihkan, namun itu semua berakar dari diri

seorang lesbian itu sendiri ingin berubah atau tidak. Dengan adanya pendampingan yang

Page 16: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

81

intens bagi mereka, maka besar kemungkinan bagi mereka untuk dapat dipulihkan. Kaum

minoritas ini tidak dapat disalahkan, mereka hadir dengan berbagai latar belakangnya

masing-masing, yang perlu disalahkan dalam hal ini adalah sikap penolakan kaum

heteroseksual terhadap keberadaan mereka.

Menurut peneliti, meskipun Alkitab secara lantang mengatakan bahwa perilaku

mereka adalah dosa, namun kita manusia tetaplah harus hidup dalam kasih, terutama pada

kaum yang terpinggirkan ini dengan tidak menjauhi mereka melainkan membantu mereka

mengubah cara pandang kehidupan mereka. Membantu mereka memang tidaklah mudah,

membutuhkan usaha yang besar, karena mengubah kebiasaan seseorang adalah sesuatu hal

yang sukar. Sedikit orang yang menyukai akan perubahan. Karena lebih mudah bagi seorang

untuk tetap berada pada sesuatu yang sudah kita kenal meskipun menyakitkan, dari pada

memasuki suatu perubahan tanpa adanya kepastian. Perubahan membutuhkan kesabaran

seperti menanam benih jagung. Untuk menanam benih jagung dibutuhkan kesabaran serta

usaha untuk menyiraminya, mengolah tanahnya, mencabut gulma-gulma, dan merawat

tanaman itu. Apabila tiba saatnya, seorang pemenang akan memetik hasilnya. Demikian juga

dengan kita, jika kita dengan kesabaran dan usaha untuk mengubah seorang homoseksual,

maka akan tiba saatnya bagi kita untuk berhasil.

4.4 Kesimpulan

Pada kenyataannya beberapa dari masyarakat ada yang sudah menerima keberadaan

mereka, tetapi pada umumnya masyarakat masih belum bisa menerima keberadaan komunitas

tersebut. Di Indonesia pada umumnya dan di Manado pada khususnya, masih banyak yang

menganggap kaum homoseksual khususnya lesbian itu sebagai penyimpangan seksual

sterotype negative terhadap homoseksual, hal ini disebut homophobia. Munculnya eksistensi

komunitas lesbian di Manado juga sebagai bentuk perlawanan yang lahir dari masyarakat

Page 17: BAB IV ANALISA KRITIS TERHADAP REALITA LESBIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6840/4/T1_712008004_BAB I… · 4.2.1 Faktor penyebab seorang menjadi lesbian ... ini menjadi

82

yang terpinggirkan dengan kondisi masyarakat saat ini. Komunitas ini sebagai simbol

perlawanan dan eksistensi mereka dalam menunjukkan simbol kebebasan dari segala macam

aturan dan norma ke-Timur-an yang serba mengikat. Mereka mencoba melepaskan diri dari

suatu bentuk kemapanan, identitas sosial. Mereka ingin menampilkan sesuatu yang baru dan

lain yang diyakini sebagai gaya hidup/life style.

Berdasarkan pandangan Kekristenan, Homoseksualitas adalah salah satu dari banyak

kemungkinan dosa-dosa yang dapat menguasai manusia. 1 Korintus 6:9 memproklamasikan

bahwa para pelaku homoseksual tidak akan masuk kedalam kerajaan Tuhan.

Homoseksualitas bukanlah dosa yang lebih besar daripada dosa-dosa lainnya. Semua dosa

adalah kejahatan dimata Tuhan. Homoseksualitas salah satu dari banyak dosa yang terdaftar

dalam I Korintus 6:9-10 yang mengakibatkan seseorang terpisah dari kerajaan Tuhan.

Pengampunan Tuhan juga tersedia bagi homoseksual sebagaimana kepada penzinah,

penyembah berhala, pembunuh, pencuri, dan sebagainya. Tuhan juga menjanjikan kekuatan

untuk kemenangan atas dosa, termasuk homoseksualitas, bagi semua orang yang percaya

kepada Yesus Kristus untuk keselamatan mereka ( IKorintus 6:11 ; 2 Korintus 5:17).