bab iii (so2 metode pararosanilin)

23
BAB III TINJAUAN PUSTAKA Program pemantauan kualitas udara adalah suatu upaya yang dilakukan untuk pengendalian pencemaran udara. Hal yang perlu diperhatikan dalam program pemantauan udara terutama yang berhubungan dengan aspek pengambilan sampel udara (sampling) dan analisis laboratoriumnya. Keabsahan, kepercayaan, dan pemantauan yang didapat sangat diperlukan pada metode sampling dan analisis yang diterapkan. Seperti yang diketahui pada program pemantauan kualitas udara, baik yang terdapat pada ambient maupun yang terdapat pada sumber emisi pencemaran udara, yang bertujuan sebagai pemberi masukan bagi penilai keputusan dalam pengendalian pencemaran udara pada suatu daerah. Keberhasilan program pengendalian udara seperti halnya pemantauan atas keberhasilan kebijaksanaan pengendalian kebijaksanaan pengendalian pencemaran udara di suatu daerah. Dalam hubungan ini, metode sampling dan analisis udara akan menjadi landasan pokok yang menjamin kepercayaan dan keabsahan data perolehan data program pemantauan yang dilaksanakan. 22

Upload: kemal-nurcahya

Post on 23-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

PENETAPAN KADAR BELERANG DIOKSIDA (SO2) DI UDARA LINGKUNGAN KERJA METODE PARAROSANILIN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV - VIS

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Program pemantauan kualitas udara adalah suatu upaya yang dilakukan

untuk pengendalian pencemaran udara. Hal yang perlu diperhatikan dalam

program pemantauan udara terutama yang berhubungan dengan aspek

pengambilan sampel udara (sampling) dan analisis laboratoriumnya.

Keabsahan, kepercayaan, dan pemantauan yang didapat sangat diperlukan

pada metode sampling dan analisis yang diterapkan. Seperti yang diketahui

pada program pemantauan kualitas udara, baik yang terdapat pada ambient

maupun yang terdapat pada sumber emisi pencemaran udara, yang bertujuan

sebagai pemberi masukan bagi penilai keputusan dalam pengendalian

pencemaran udara pada suatu daerah. Keberhasilan program pengendalian udara

seperti halnya pemantauan atas keberhasilan kebijaksanaan pengendalian

kebijaksanaan pengendalian pencemaran udara di suatu daerah. Dalam

hubungan ini, metode sampling dan analisis udara akan menjadi landasan pokok

yang menjamin kepercayaan dan keabsahan data perolehan data program

pemantauan yang dilaksanakan.

Pencemaran udara di suatu daerah akan ditentukan secara langsung

oleh intensitas sumber emisi pencemarannya dan pola penyebaran (disperse,

difusi, dan pengenceran) di dalam lingkungan atmosfernya. Konsentrasi

pencemaran udara akan berbeda pada suatu tempat ke tempat lainnya.

Hubungan skala ruang dan waktu menjadi variabel penentu besaran konsentrasi

pencemaran yang teramati. Dilain pihak pencemaran udara juga ditentukan oleh

jenis unsur pencemaran yang diemisikan oleh sumber-sumbernya.

Dalam hal ini jenis pencemaran dibagi menjadi dua yaitu, pencemaran

indikatif dan pencemaran spesifik. Pencemaran indikatif meliputi unsur-unsur

pencemaran yang telah dijadikan indikasi pencemaran udara secara umum

22

Page 2: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

yang biasanya tercantum didalam peraturan kualitas udara yang berlaku.

Yang termasuk didalam kelompok pencemaran di daerah perkotaan dan

pemukiman umum adalah total partikel tersuspensi (Total Suspended

Particulate), oksida-oksida nitrogen, sulfur, karbon monoksida, Total

Hidrokarbon (THCO), dan oksida fotokimia (ozon). Kelompok ini yaitu

pencemaran spesifik merupakan pencemaran udara yang bersifat spesifik disuatu

tempat tertentu misalnya daerah industri yang ditandai dengan emisi zat-zat

pencemaran khusus seperti nitrogen dioksida,amoniak,hidrogen sulfida, senyawa-

senyawa aromatik dan lain-lainnya.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor sumber pencemaran yang

telah diuraikan di atas, metode pemantauan pencemaran udara dapat pula

dibedakan atas pemantauan sumber emisi pencemaran dan pemantauan udara

ambien. Pemantauan udara ambien dilakukan mengetahui tingkatan pencemaran

udara yang didasarkan atas pencemaran yang umum.

Lebih mendalam mengenai Belerang Dioksida yang secara global

senyawa senyawa kimia belerang dalam jumlah cukup besar masuk ke

atmosfer melalui aktifitas manusia sekitar 100 juta metrik ion belerang setiap

tahunnya, terutama sebagai SO2 dari sisa pembakaran batubara dan gas buang

pembakaran bensin. Jumlah yang sukup besar dari senyawa belerang juga

dihasilkan oleh gunung berapi dalam bentuk H2S, proses perombakan bahan

organik, dan reduksi sulfat secara biologis. Jumlah yang dihasilkan proses

biologis ini dapat mencapai kurang lebih 1 juta metric ton H2S per tahun.

Sebagian dari H2S diudara yang mencapai atmosfer secara cepat diubah

menjadi SO2 melalui reaksi :

H2S + 3/2 O2 SO2 + H2

Reaksi bermula dari pelepasan ion hidrogen oleh radikal hidroksil

H2S + O2 HS + H2O

23

Page 3: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

Yang kemudian dilanjutkan dengan reaksi berikut ini menghasilkan SO2

HS + O2 HO + SO

SO + O2 SO2 + O

Pada dasarnya semua sulfur yang memasuki atmosfer diubah dalam

bentuk SO2, dan hanya 1% atau 2% saja sebagai SO3.

Meskipun begitu SO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia hanya

bagian kecil dari SO2 yang ada diatmosfer, tetapi pengaruhnya sangat serius

karena SO2 dapat langsung meracuni makhluk hidup disekitarnya. Belerang

dioksida yang ada diatmosfer menybabkan iritasi saluran pernapasan dan

kenaikan sekresi mucus. Orang yang mempunyai penapasan lemah sangat peka

terhadap kandungan SO2 yang tinggi di atmosfer. Dengan konsentrasi 500

ppm, SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia. (Mulia, 2005).

Pencemaran yang cukup tinggi oleh SO2 telah mambawa dampak yang

cukup serius. Seperti yang terjadi di lembah sungai Nerse, Belgia pada tahun

1930 tingkat kandungan SO2 di udara mencapai 38 ppm dan menyebabkan

toksisitas akut. Selama periode itu menyebabkan kematian 60 orang dan

menyebabkan ternak sapi mati.

Hal yang sama terjadi beberapa tahun kemudian di Donov, Pensylvania

yang menyebabkan dua puluh orang meninggal, yang paling mengerikan

terjadi pada tahun 1952 di London, selama 5 hari terjadi perubahan temperatur

dan pembentukan kabut yang menyebabkan kematian antara 3500 sampai 4000

penduduk, peristiwa ini dikenal dengan London Fog ( Kabut Asap kota

London). Hasil otopsi menyatakan bahwa kematian disebabkan iritasi saluran

pernapasan. Belerang dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini

dalam konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun (mikrosis daun)

pinggiran daun dianatara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2

menyebabkan terjadinya khlorisis. Kerusakan tanaman ini akan diperparah

dengan kenaikan kelembaban udara. Belerang dioksida diatmosfer akan diubah

menjadi asam sulfat.

24

Page 4: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

Oleh karena itu didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang

cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat.

A. Metode Percontohan dan Analisis Udara.

Pengukuran pencemaran, baik pada udara ambien maupun pada sumber

emisinya akan memerlukan dua tahap utama, yaitu :

1. Pengumpulan (sampel)

2. Analisis sampel dapat berupa :

2a. Kuantitatif, untuk mengetahui jumlah dan besaran kuantitatif unsur

pencemaran udara.

2b. Kualitatif, untuk mengetahui pencemaran apa saja yang terdapat di

udara.

Tahap pertama, yaitu :

Pengambilan sampel akan secara langsung mempengaruhi.

Tahap kedua, yaitu :

Tahap analisis. Kesalahan yang terjadi pada tahap pertama akan

memperbesar kesalahan yang mungkin terjadi pada tahap berikutnya.

Ketelitian dan kebenaran metode akan membantu mengurangi

kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul di luar kesalahan manusia

yang terlibat dalam tahapan pekerja tersebut.

B. Metode Percontohan (sampling).

1. Sampling Udara Ambien.

Sampling udara ambien dilakukan dengan tujuan-tujuan khusus, yaitu :

1. Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara yang ada di suatu daerah

25

Page 5: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

dengan berpedoman kepada ketentuan mengenai kualitas baku udara

yang berlaku.

2. Untuk menyediakan pengumpulan data yang diperlukan dalam evaluasi

pengaruh pencemaran untuk pertimbangan perancangan seperti :

pengembangan kota dan tata guna lahan.

3. Untuk mengamati kecendrungan tingkat pencemaran yang ada di suatu

daerah pengendalian pencemaran udara tertentu termasuk daerah

perkotaan.

4. Untuk mengaktifkan dan menentukan prosedur pengendalian darurat

mencegah timbulnya pencemaran udara.

Sampling udara ambien dilakukan dalam beberapa cara, yaitu:

1. Sampling kontinu pada interval waktu yang regular.

2. Sampling setengah kontinu, mingguan, bulanan, dan tahunan.

3. Sampling sesaat atau tidak kontinu pada saat yang diperlukan saja.

Pada dasarnya sampling udara ambien dilakukan pada jangka waktu yang

berdasarkan atas pengaruh kesehatan yang mungkin timbul terhadap manusia

yang tercemar, misalnya di daerah perkotaan. Sampling kontinu merupakan

metode yang sangat ideal dalam suatu program pemantauan dan pengawasan

kualitas udara, khususnya di daerah perkotaan.

Pertimbangan-pertimbangan biaya dan teknik mungkin menjadi alasan

diterapkannya sampling setengah kontinu dan sesaat. Daerah-daerah yang telah

diduda tercemar secara berat memerlukan metode sampling yang kontinu, yang

khususnya ditujukan untuk mengetahui dan mengawasi tingkat pencemaran.

Sampling setengah kontinu dapat diterapkan di daerah-daerah yang cendrung

tercemar, yang tidak terlalu ditandai dengan pencemaraan yang tinggi. Sampling

sesaat biasanya merupakan suatu metode yang hanya dilakukan untuk maksud-

maksud tertentu, misalnya mengetahui keabsahan data yang diperoleh dari

26

Page 6: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

sampling kontinu maupun sampling semi kontinu, atau yang diperlukan dalam

program pemantauan dan pengawasan kualitas udara. Sampling sesaat bukanlah

merupakan metode sampling yang permanen.

2. Sampling Sumber

Maksud dan tujuan sampling sumber emisi adalah :

1. Untuk mengetahui dipenuhi atau tidaknya peraturan emisi pencemaran

udara yang ada oleh suatu sumber stasioner tertentu.

2. Untuk mengukur tingkat emisi berdasarkan laju produksi yang ada

(kesetimbangan proses dan emisi).

3. Untuk membantu keefektifan metode pengendalian dan peralatan

pengendali pencemaran yang telah diterapkan.

Sumber utama yang diawasi dan dipantau umumnya adalah sumber-

sumber stasioner. Sumber bergerak seperti kendaraan bermotor menjalani

prosedur tersendiri. Faktor emisi merupakan indikator yang digunakan untuk

mengetahui besaran yang dikeluarkan oleh sumber - sumber pencemaran udara.

Sampling sumber akan menyediakan data yang lebih akurat kerena dikaitkan

dengan intensitas kegiatan yang dilakukan, baik didalam lingkungan industri

maupun sektor transportasi.

C. Pemantauan Tempat Kerja

1. Pengertian Pemantauan Tempat Kerja dan Mannfaatnya

Menurut UU. No 1 Tahun 1970 tempat kerja adalah setiap ruangan atau

lapangan yang tertutup atau terbuka, bergerak, atau tetap. Departemen tenaga

kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerjaatau keperluan suatu usaha dan

dimana terdapat sumber-sumber berbahaya.

27

Page 7: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

Pemantauan tempat ada penilaian secara kuantitatif faktor-faktor bahaya

lingkungan kerja dengan cara pengukuran-pengukuran langsung lapangan,

pengambilan sampel dan analisa laboratorium. Hasil pemantauan tempat kerja

kemudian dibandingkan dengan NAB ( Nilai Ambang Batas ). Bila dari hasil

pemantauan ditemukan kondisi tempat kerja yang melebihi NAB maka perlu

dilakukan pengendalian resiko dan bahaya yang ada. Adapun manfaat

pemantauan di lingkungan kerja adalah :

1. Dapat menjelaskan suatu kondisi kritis atau perubahan masalah dalam

kebijakan lingkungan yang diperlukan untuk masa yang akan datang.

2. Dapat membantu pengelolaan lingkungan dengan memberikan

masukan yang dapat dipakai untuk menilai sejauh mana keberhasilan

atau kegagalan dari aktifitas yang lalu dalam kebijakan dan program

yang dibuat.

3. Pemantauan dapat dipakai untuk menguji produktifitas berdasarkan

batasan-batasan perundang-undangan.

2. Pengertian NAB

NAB adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang dianjurkan

ditempat kerja agar dapat digunakan sebagai pedoman untuk pencemaran faktor-

faktor produksi. NAB bukan merupakan batas absolut antara tingkat pemaparan

yang aman dan berbahaya. NAB merupakan efek yang mungkin timbul pada

pemaparan yang berulang dan menahun.

3. Baku Mutu Udara Ambient

Udara diperlukan manusia setiap dalam kehidupan yang tentunya udara

yang layak dihirup. Untuk itu, kualitas udara yang layak harus tersedia untuk

mendukung terciptanya kesehatan masyarakat. Ketentuan mengenai kualitas

udara di Indonesia diatur dengan Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan

terkait lainnya.

28

Page 8: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

Standar tentang batas-batas pencemaran secara kuantitatif diatur dalam baku

mutu emisi, Baku mutu udara ambient mengatur batas kadar yang diperoleh bagi

zat oleh bahan pencemar yang terdapat di udara namun tidak menimbulkan

gangguan terhadap makhluk hidup, tumbu-tumbuhan dan lingkungan sektor

pemukiman.

Tabel Baku Mutu Udara

No ParameterWaktu

Pengukuran

Baku Mutu

(ppm)

Metode

AnalisisPeralatan

1 SO2 24 jam 0.01 Pararosaniline Spektrofotometer

2 H2S 30 menit 0.01 Methylene Blue Spektrofotometer

3 NH3 24 jam 0.02 Nessler Spektrofotometer

4 NO2 24 jam 0.05 Saltzman Spektrofotometer

Sumber : KEP-2/MENKLH/I/1998

D. Analisa Kadar Bahan-bahan Berbahaya

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya

Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. No. 184/MEN/1999 tentang

pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.

Pasal 1:

Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau

campuran yang berdasarkan sifat kimia, fisika, atau teksikologi berbahaya

terhadap tenaga kerja, instansi dan lingkungan.

Status kepatuhan terhadap standar-standar aturan setempat. Batasan-batasan

terpaan yang diperbolehkan, serta mengidentifikasi sumber-sumber terpaan atau

pemaparan.

29

Page 9: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

E. Hasil Pemantauan Kadar Bahan Kimia Berbahaya

Berdasarkan hasil peemantauan di industri yang telah diperiksa di Balai

Hiperkes dan Keselamatan Kerja maka diperoleh hasil, kadar bahan kimia

berbahaya yaitu kadar Sulfur Dioksida (SO2) ditempat kerja. Maka akan

dijelaskan pada uraian dibawah ini :

F. Pembahasan Hasil Uji Kadar Bahan Berbahaya

1. Sifat Sulfur Dioksida (SO2)

a. Sifat Fisika :

- Berat molekul : 64,06 g/gmol

- Titik leleh : (-) 75,5ºC

- Titik didih : (-) 10ºC

b. Sifat Kimia :

- Gas tidak berwarna.

- Tidak mudah terbakar.

- Berbau sangat merangsang.

- Lebih berat dari udara.

- Mudah larut dalam air.

- Dalam udara atmosfer akan bereaksi dengan oksigen akan

membentuk sulfur trioksida (SO3).

- Larutan dalam etanol, methanol, kloroform dan eter.

- Beberapa oksida logam dapat secara langsung

mengoksidasi dan membentuk sulfur dioksida dan sulfat.

- SO2 bereaksidengan air dan membentuk asam sulfit

(H2SO3).

G. Pengendalian Khusus Sulfur Dioksida (SO2)

Pengendalian Sulfur Dioksida (SO2) terutama dilakukan dengan

mengurangi penggunaan bahan bakar bersulfur tinggi atau menukarnya dengan

30

Page 10: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

bahan yang lebih ramah lingkungan. Seperti contoh penggunaan bahan bakar

yang mengandung sulfur tinggi dapat diganti dengan bahan bakar gas yang

lebih ramah lingkungan.

Namun tidak selamanya penggunaan bahan bakar sulfur dapat

dilakukan. Bila hal ini terjadi, harus dilakukan pemeriksaan dari gas buang.

Berikut merupakan pemaparan dan pencegahan gas sulfur dioksida:

1. Toksisitas

a. Sulfur dioksida dapat dideteksi oleh indera pembau pada kadar 3

ppm dan pada indera perasa pada kadar 0,3-1 ppm.

b. Pada kadar 6 ppm sulfur dioksida menyebabkan iritasi pada

hidung dan tenggorokan.

c. Pada kadar yang tinggi kadar sulfur dioksida akan

mengakibatkan penetrasi ke dalam saluran pernafasan bagian

bawah. Reaksi ini dapat pula terjadi bila dalam udara terdapat

partikel-pertikel yang akan mengabsorbsi gas SO2.

d. Pada kadar 10-15 ppm pemaparan selama 5-15 menit akan

menyababkan iritasi pada mata.

e. Pada kadar yang tinggi dan waktu pemaparan yang pendek,

sulfur dioksida menyebabkan reaksi peradangan pada jaringan

paru-paru, bahakan kematian karena kelumpuhan pada piusat

pernafasan. Kematian biasanya terjadi saat kadar sulfur dioksida

mencapai 400-500 ppm.

f. Pada kadar 10.000 ppm, pemparan SO2 selama babarapa menit

akan menyebabkan iritasi kulit.

2. Tanda – tanda dan gejala - gejala klinis

a. Pemaparan akut.

b. Iritasi pada hidung dan tenggorokan

c. Rasa panas pada mata dan mengeluarkan air mata.

31

Page 11: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

d. Bersin – bersin.

e. Sesak nafas, nyeri dada, sekresi muhok (dahak) meningkat.

f. Asma bronchitis.

3. Pemaparan kronis

a. Peradangan pada hidung dan tenggorokan.

b. Batuk yang menahun dan berdahak.

c. Pendarahan pada hidung.

d. Sesak nafas.

e. Batuk darah (hemoptysis).

4. Pencegahan

a. Ventilasi ruangan kerja yang baik dan memadai.

b. Menggunakan alat pelindung diri yang baik dan benar, seperti

sarung tangan dan gas masker.

c. Hygiene perorangan yang baik.

d. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan secara khusus

meliputi fisik lengkap.

H. Spektrofotometer Ultra Violet - Visible (UV–Vis)

Spektrofotometer serapan merupakan pengukuran suatu interaksi radiasi

elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Pengukuran

spektrofotometer di dalam daerah cahaya tampak mula-mula disebut

kolorimetri. Namun istilah kolorimetri lebih tepat digunakan untuk persepsi

tentang warna.

Prinsip Kerja alat Spektrofotometer UV-Vis adalah sumber radiasi yang

merupakan sinar polikromatis dilewatkan melalui monokromator. Kemudian

sinar ini oleh monokromator di- eruskan melalui sel yang berisi sampel sebagian

sinar diserap oleh sel dan diteruskan ke fotosel yang berfungsi untuk mengubah

energi cahaya menjadi energy listrik. Energy listrik yang dihasilkan oleh fotosel

32

Page 12: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

memberikan sinyal kepada detector yang kemudian diubah menjadi sera-pan

(absorben) atau nilai transmisi (Transmitant) dari zat yang dianalisis. Besarnya

penyerapan akan sebanding tebal media dan kepekatan dari zat, sehingga setiap

zat akan memberikan identitas yang berbeda-beda. Masing-masing media

tersebut tergantung pada senyawa dan kepekatan dari zat tersebut.

Teori-teori yang mendasari proses pada Spektrofotometer, yaitu :

Lambert (1760)

Memberikan suatu hukum yang menyelidiki hubungan antara

intensitas cahaya mulamula dengan intensitas cahaya yang dipancarkan

terhadap tebalnya media, yaitu: “Bila suatu cahaya monokromatik melalui

suatu media yang transparan maka berkurangnya intensitas cahaya yang

dipancarkan akan sebanding dengan tebalnya media (t)”.

Beer (1859)

Memberikan suatu hukum yang menunjukan hubungan antara intensitas

cahaya mulamula dengan intensitas cahaya yang dipancarkan terhadap

kepekatan media (c), yaitu : “Bila suatu cahaya monokromatik melewati suatu

media transparan, maka intensitas cahaya yang dipancarkan akan sebanding

dengan bertambahnya kepekatan (c)”.

Lambert dan Beer

Memberikan suatu hukum yang menunjukan hubungan antara

intensitas cahaya mulamula dengan intensitas cahaya yang dipancarkan

terhadap tebal dan kepekatan media, yaitu : “Bila suatu cahaya monokromatik

melalui media yang transparan, maka berkurangnya intensitas cahaya yang

dipancarkan akan sebanding dengan tebal dan kepekatan media”.

33

Page 13: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

Jalannya Cahaya pada larutan dapat dilihat sebagai berikut :

Io = Ia + Ir + It

Keterangan:

- Io : Intensitas cahaya mula-mula

- Ia : Intensitas cahaya yang diserap

- Ir : Intensitas cahaya yang dipantulkan

- It : Intensitas cahaya yang diteruskan atau

ditransmisikan

Untuk udara gelas (bila dipakai kuvet dari gelas) harga ± r kecil, dalam

praktik, sampel dan standar sama, karena itu harga ± r dapat diabaikan,

sehingga Io = Ia + It.

Secara sistematis Kerja Spektrofotometer UV-Vis dapat digambarkan sebagai

berikut :

Sumber Cahaya Monokromator Kuvet Detektor Recorder

a. Sumber Cahaya

Sumber cahaya yang sering digunakan pada spektrofotometer UV-Vis

adalah lampu wolfram (untuk visibel) dan lampu deuterium (untuk UV).

Sumber energi yang baik untuk pengukuran serapan harus memancarkan

spektrum yang berkesinambungan dan berintensitas tinggi, juga merata di

daerah panjang gelombang yang dikehendaki dan harus stabil. Sinar yang

dipancarkan difokuskan pada cermin cekung atau datar yang kemudian

dipantulkan dan diteruskan melalui monokromator.

34

Io

Irr

Irr

Irr

Irr

It Ir

r

Iaa

Page 14: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

b. Monokromator

Monokromator pada spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang

berfungsi untuk me- nguraikan cahaya polikromatik menjadi beberapa

komponen panjang gelombang tertentu, juga se-suai dan terpisah menjadi

komponen-komponen monokromatik dan dilewatkan melalui celah sempit.

Ada 2 macam monokromator yang biasa di gunakan, yaitu :

1. Prisma, dimana bila suatu cahaya polikromatis dilewatkan melalui

prisma maka akan terjadi penguraian atau disperse cahaya.

2. Grating, terbuat dari lempeng biasa alumunium yang permukaannya

berlekuk-lekuk seperti gergaji, mengkilap, dilapisi resin dan bagian tali

atasnya ditutupi bahan tembus cahaya. Bila ada cahaya yang jatuh,

maka cahaya tersebut akan didispersikan.

c. Kuvet

Kuvet untuk spektrofotometer adalah tempat untuk suatu sampel. Kuvet

biasanya berbentuk persegi atau silinder. Untuk pelarut organik, mulut kuvet

harus ditutup. Kuvet untuk analisis harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :

Tidak berwarna, sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya yang

dilaluinya.

Permukaannya secara optik harus benar-benar sejajar.

Harus tahan terhadap zat kimia.

Mempunyai bentuk yang sederhana.Tidak boleh rapuh.

Inert (tidak memberikan reaksi kimia)

35

Page 15: BAB III (SO2 METODE PARAROSANILIN)

d. Detektor

Detektor yang biasa digunakan adalah phototube atau barrier layercell

yang keduanya berfungsi mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Suatu

protube yang lebih peka lagi adalah Photo Multiflier Tube. Persyaratan yang

harus dipenuhi oleh suatu detector, yaitu :

Harus mampu menangkap dan memberi respon terhadap energi

cahaya yang meliputi daerah panjang gelombang yang cukup lebar.

Mempunyai kepekaan yang tinggi dan tingkat kesalahan atau gangguan

yang rendah, sehingga mampu mendeteksi intensitas sinar yang

rendah.

Mempunyai waktu respon yang pendek.

Mempunyai kestabilan dalam jangka waktu yang lama.

Memberikan isyarat elektronik yang dapat diperkuat dan mudah,

sehingga dapat menggerakan alat-alat pembacaan seperti meter

recorder.

e. Recorder

Recorder pada umumnya berfungsi sebagai alat pencatat yang dihasilkan

oleh detektor. Menurut jenisnya, spektrofotometer dibagi menjadi 2 macam,

yaitu :

Spektrofotometer sinar tunggal (single beam)

Spektrofotometer sinar rangkap (double beam)

36