bab iii setting penelitian gambaran umum lokasi penelitian …eprints.umm.ac.id/42229/4/bab...
TRANSCRIPT
48
BAB III
SETTING PENELITIAN
1.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Sendang Biru
1.3.2 Letak Geografis dan Keadaan Topografis
Penelitian yang dilaksanakan pada Kelompok Masyarakat Pengawas
Gatra Olah Alam Letarari yang tergabung di dalam Lembaga Masyarakat
Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru, Desa Tambakrejo, Kecamatan
Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Dusun Sendang Biru berada di Desa Tambakrejo, Kecamatan
Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, yang terdiri dari dua Dsun yaitu
Dusun Tambakrejo dan Dusun Sendangbiru. Dusun Sendang Biru merupakan
daerah pesisir pantai dengan wilayah pantainya yang berhadapan dengan Plau
Sempu. Panjang garis pantai Kabupaten Malang secara keseluruhan adalah
85,92 km dengan luas perrairan laut 4 mil sekitar 565,45 km2 atau luas
perairan 12 mil sekitar 1696,35 km2. Panjang garis pantai Sumbermanjing
Wetan sekitar 27,02 km, dengan luas perairan laut 4 mil sekitar 176,76 km2
dan luas perairan 12 mil 536,29 km2 (Sumber: Kantor Desa Tambakrejo,
2016).
Dusun Sendang Biru merupakan daerah pantai Selatan yang tidak
terdapat landasan benua tetapi curam dan berkarang, dengan demikian
49
gelombang yang terjadi adalah mulai dari gelombang sedang sampai
gelombang besar serta terjadi dua kali pasang surut dengan arus pasang yang
kuat. Sedangkan dasar perairan pantai berupa pasir, lumpur dan karang dengan
kedalaman 100 m.
Letak geografis adalah letak daerah atau negara yang ditinjau dari
kenyataan di permukaan bumi. Sendangbiru berada pada koordinat 80 26’ - 80
30’ Lintang Selatan dan 1120 38 - 112 0 43’ Bujur Timur. Kawasan
Sendangbiru terletak di Desa Tamakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan
dengan batas – batas meliputi:
Tabel 2. Batas Dusun Sendang Biru
Sebelah Utara : Desa Kedung banteng
Sebelah Timur : Desa Tambaksari
Sebelah Barat : Desa Sitiarjo
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Sumber: (Kantor Dusun Sendang Biru, 2016)
Berdasarkan tabel di atas, sebelumnya di Dusun Sendiri wilayahnya
terdapat 4 Dusun yaitu Dusun Sendang Biru Utara, Dusun Sendang Biru
Timur, Dusun Sendang Biru Barat, dan Dusun Sendang Biru Selatan. Dusun
Sendang Biru Utara berbatasan dengan Desa Kedung Banteng, Dusun
Sendang Biru Timur berbatasan dengan Desa Tambakrejo, Dusun Sendang
50
Biru Barat berbatasan dengan Desa Sitiarjo, dan Dusun Sendang Biru Selatan
berbatasan dengn Samudra Hindia
Berdasarkan keadaan topografinya Dusun Sendang Biru berada pada
ketinggian 15 meter dari permukaan laut. Secara umum iklim Desa
Tambakrejo di pengaruhi musim penghujan dan kemarau dengan curah hutan
rata – rata 1.350 mm per tahun. Pada Desa Tambakrejo ini memiliki suhu
dengan rata – rata 23 - 250C. Dusun Sendang Biru memiliki luas 2.735.850
km2. Luas tersebut meliputi daratan dan perbukitan ataupun pegunungan. Luas
topografi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Topografi Dusun Sendang Biru
Keadaan Lahan Luas Lahan Prosentase (%)
Daratan 537.965 19,63 %
Perbukitan/Pegunungan 2.197.870 80,37 %
Jumlah 2.735.835 100
Sumber: (Kantor Dusun Sendang Biru, 2016)
Luas wilayah Dusun Sendang Biru keseluruhan adalah 2.735.850 km2.
Luas Dusun tersebut sebagian besar digunakan sebagai area ekosistem dan
tegal, sisanya pekarangan, kebun, sawah, perumahan penduduk, pemakaman
maupun prasarana umum.
Secara umum wilayah daratan Sendang Biru memiliki topografi
berbukit-bukit dengan medan berlereng sedang hingga curam pada ketinggian
51
50-250 meter dari permukaan air laut. Kemiringan lereng di kawasan studi
cukup bervariasi yaitu datar (<3%), agak landai (3-8%), agak curam (25-40%)
dan sangat curam (>40%).
Bagian pantai Sendang Biru sebagian merupakan batuan kapur dan
karang serta berdinding terjal, bagian lain merupakan pantai yang agak landai
dengan panjang relatif pendek (50-100m) terdapat di bagian Timur dan Barat.
1.3.3 Persebaran dan Kepadatan Penduduk Dusun Sendang Biru
Berdasarkan Data Kependudukan Dusun Sendang Biru tahun 2016,
diperoleh data penduduk Dusun Sendang Biru sejumlah 8.424 jiwa. Penduduk
Dusun Sendang Biru berdasarkan usia daoat dilihat di Tabel 2.
Tabel 4. Penduduk Dusun Sendang Biru berdasarkan Usia Tahunan, 2016
No. Usia Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah
(jiwa)
Prosentase
(%)
1. 0 – 12 bulan 126 91 217 7,68%
2. 1 – 5 tahun 333 258 591 20,92%
3. 5 – 7 tahun 564 425 989 35,02%
4. 7 – 18 tahun 986 815 1.801 21,74%
5. 18 – 56 tahun 1.900 2.117 4.017 48,7%
6. > 56 tahun 411 398 809 9,76%
Total 4.320 4.104 8.424 100%
Sumber: (Kantor Dusun Sendang Biru, 2016)
52
Berdasarkan tabel menunjukan penduduk Dusun Sendang Biru paling
banyak adalah pada usia produktif yaitu 18 ampai 56 tahun sebanyak 4.017
atau 48% dari total penduduk Dusun Sendang Biru. Sebagian besar penduduk
di Dusun Sendang Biru, Dusun Sendang Biru adalah asli Jawa dari suku
Madura yang bermukim di kawasan tersebut secara turun – temurun. Selain itu
juga ada penduduk pendatang yang hanya datang jika musim ikan seperti
susku Bugis. Kominutas antar penduduk dilakukan dalam Bahsa Jawa dan
Bahasa Madura, sedangkan untuk komunikasi formal atau dengan penduduk
non – Jawa menggunakan Bahasa Indonesia.
Pengelolaan wilayah perairan Sendang Biru dalam sektor perikanan
memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup melimpah dan dari sektor
pariwisata juga perlu dikelola karena Sendang Biru memiliki panorama alam
yang indah. Hal tersebut ditunjang dengan adanya Pulau Sempu yang
memiliki fungsi sebagai cagar alam atau break water alami dan penghalang
kencangnya tiupan angin dari arah timur lepas. Perairan Sendang Biru
memiliki kedalam rata-rata 1.000 meter. Jarak 50 meter dari pantai, perairan
ini berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, sehingga memiliki
gelombang yang relatif besar terutama pada daerah – daerah yang masuk ke
pantai – pantai yang curam dan terjal. Namun, dengan Pulau Sempu maka
Pantai Sendang Biru relatif aman, sehingga pada saat ini oleh pemerintah
setempat dimanfaatkan sebagai tempat wisata dan pusat produksi perikanan
Kabupaten Kabupaten Malang.
53
1.4 Gambaran Umum Yayasan Masyarakat Konsrvasi Bhakti Alam Sendang biru
1.4.2 Lokasi Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru
Kantor sekertariat Yayasan Masayarakat Konservasi Bhakti Alam
Sendangbiru beralamatkan di Jalan raya Sendang Biru RT 27 RW 03, Desa
Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa
Timur. Kabupaten Malang adalah salah satu Kabupaten di Indonesia yang
terletak di Provinsi Jawa Timur dan merupakan Kabupaten yang terluas kedua
wilayahnya setelah Kabupaten Banyuwangi dari 38 Kabupaten/Kota yang ada
di Jawa Timur. Hal ini didukung dengan luas wilayahnyaa 3.534.86 km2 atau
sama dengan 353.486 ha dan jumlah penduduk sesuai, Data Pusat Statistik
sebanyak 2.544.315 jiwa (tahun 2015) ang tersebar di 33 Kecamatan, 378
Desa, 12 Kelurahan.
Kabupaten Malang juga dikenal sebagai daerah yang kaya akan potensi
alamnya diantaranya dari pertanian, perkebunan, tanaman obat keluarga dan
sebagainya. Kabupaten Malang terletak pada 112o17’10,90’’ sampa
1112o57’00’’ Bujur Timur, 7o44’55,11’’ sampai 8o26’35,45’’ Lintang
Selatan. Disamping itu juga dikenall dengan obyek-obyek wisatanya, yaitu
Pantai Sendang Biru dengan Tempat Pengelolaan Ikan, Pantai Clungup, Pantai
Gatra, Pantai Sapana, Pantai Mini, Pantai Watu Pecah, Pantai Tiga Warna, dan
Pantai Kondang Buntung. Sumber (Kantor Dusun Sendang Biru, 2017)
54
Lembaga Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biu mengelola
Kaasan Konservasi yaitu CMC (Clungup Mangrove Conservation) yang mana
luas lahan selus 117 ha green belt dan 81 ha kawasan hutan mangrove yang
mana 73 ha kawasan hutan mangrove udah teehabilitasi.Batas Lokasi
pengelolaan Lembaga Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru,
sebagai berikut:
Tabel 5 Batas lokasi pengelolaan Yayasan Masyarakat Konservasu Bhakti Alam
Sendang Biru.
Sebelah Barat : Desa Sitiarjo
Sebelah Timur : Kampung Baru dan TPI Sendang Biru
Sebelah Utara : Perkebunan Milik Warga
Sebelah Selatan : Pulau Sempu dan Samudra Hindia
(Sumber: Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru)
55
Gambar 2. Peta Kabupaten Malang
56
57
(Sumber: Web Kabupaten Malang 2017)
Gambar 3. Peta kawasan Clungup Mangrove Conservasion (CMC)
58
(Sumber: Lembaga Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru, 2016)
59
1.4.3 Sejarah Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru
Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru berdiri sesuai berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor AHU-0015997.AH.01.04, tahun 2016 dengan Nomor yang
didaftarkan oleh Siti Noer Endah , SH yang berkedudukan di Kabupaten
Malang sesuai Akta Nomor 09 tanggal 24 Oktober 2014 dengan nomor
NOMOR AHU-0016468.AH.01.12. Tahun 2016 dan PERDES Nomor 03.
Tahun 2015 serta NPWP: 71.557.364.8-654.000
Bhakti Alam Sendang Biru merupakan Yayasan yang bertujuan untuk
menyelenggarakan berbagai kegiatan rehabilitasi dan konservasi pesisir
berbasis pemberdayaan masyarakat. Selain itu Bhakti Alam juga melakukan
pembinaan terhadap masyarakat setempat serta penelitian guna peningkatan
edukasi terkait ekosistem pesisir.
Anggota Yayasan Bhakti ALam Sendang Biru merupakan anggota dari
POKMASWAS Gatra Olah Alam Lestari (GOAL) yang lebih dulu berdiri
dibawah naungan DKP Kabupaten Malang. POKMASWAS GOAL yang
hanya berfokus pada pengawasan pesisir kemudian berkembang menjadi
sebuah Yayasan yang memiliki gerakan konservasi bernama Clungup
Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna. Melalui CMC Tiga Warna ini
diharapkan bisa meningkatkan sumberdaya masyarakat dan perokonomiannya
dengan tanpa merusak dan mengganggu kelestarian lingkungan.
60
Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru berdiri berdasarkan atas inisiasi
Bapak Saptoyo, Lia Putrinda, dan Aditya Rheza selaku pendiri Yayasan yang
dilatar belakangi oleh kerusakan alam yang terjadi di kawasan mangrove.
Sebelumnya pada tahun 2005 hingga 2011 terdapat gerakan perorangan Pak
Saptoyo untuk menyelamatkan mangrove yang tersisa di kawasan hutan
mangrove Clungup. Pada tahun 2012 mulai terbentuknya Kelompok
Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) guna mengawasi lingkungan pesisir
seperti kawasan hutan mangrove, serta pantai.
Pada tahun 2014 mulai berkembang untuk melakukan aktivitas lebih
dari pengawasan pesisir. Setelah berjalannya aktivitas-aktivitas tersebut,
perlahan inisiator dan anggota POKMASWAS Gatra Olah ALam Lestari
(GOAL) Sendang Biru mulai menyebarkan “virus” kepedulian terhadap
lingkungan kepada masyarakat setempat.
Pada tanggal 24 Oktober 2014 berdirilah Yayasan ini guna
meningkatkan kelestraian lingkungan yang tidak hanya berfokus pada
pengawasannya saja melainkan upaya-upaya yang dapat dilakukan masyarakat
setempat dan masyarakat umum (pengguna jasa wisata) untuk ikut serta dalam
pelestarian lingkungan. Hingga kini, kegiatan konservasi yang dilakukan
Bhakti Alam semakin besar seiring pengelolaan kawasan mangrove, pesisir,
dan pantai yang konsisten. Kegiatan yang lebih fokus pada konservasi
mangrove melahirkan gerakan baru dari Bhakti Alam yang berlabel Clungup
Mangrove Conservation. Sesuai namanya, pengelolaan Clungup Mangrove
61
Conservation tidak berorientasi pada bisnis melainkan pada Ekologi, Sosial,
dan Ekonomi (pada level terakhir), (Sumber: Yayasan Masyarakat Konservasi
Bhakti Alam Sendang Biru, 2016).
1.4.4 Visi dan Misi Yayasan Masyarakat Konsrvasi Bhakti Alam
Sendangbiru
Berikut adalah visi dan msi dari Yayasan Masyarakat Konsrvasi Bhakti
Alam Sendangbiru:
1. Visi : Hidup Bersama Alam
2. Misi :
a. Membangun mentalitas masyarakat yang cinta lingkungan
b. Membentuk masyarakat desa konservasi
c. Memanfaatkan sumberdaya alam secara bertanggung jawab melalui
program pemberdayaan masyarakat
d. Berpartisipasi aktif dalam pengembangan desa wisata di Jawa Timur
Berdasarkan observasi lapangan untuk mewujudkan visi Yayasan
Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru, sumberdaya manuia
meliputi semua anggota Yayasan Masyarakat Konsrvasi Bhakti Alam
Sendang Biru telah melakukan beberapa misi dengan baik. Sehingga, visi
Yayasan Masyarakat Konsrvasi Bhakti Alam Sendang Biru dapat dicapai
dengan baik. Bukti nyatanya dengan Lembaga Masyarakat Konsrvasi Bhakti
Alam Sendang Biru telah mendaatkan serangkaian prestasi, antara lain:
62
1.4.5 Struktur Organisasi
Sruktur organisasi pada Yayasan Masyarakat Konsrvasi Bhakti Alam
Sendang Biru adalah struktur organisasi fungsional. Struktur organisasi
fungsinal merupakan bentuk struktur organiasi, dimana para pemegang
jabatan tealh memperoleh wewenang dan tanggung kawab serta ditentukan
bidang kerjanya sesuai dengan keahlian masing-masing dan di bantu oleh
anggota Yayasan Masyarakat Konsrvasi Bhakti Alam Sendang Biru yang
memiliki keterampilan sesuai dengan bidang yang ditentukan. Oleh karena
itu, bentuk organisasi ini pemimpin dan anggota haru mampu melakukan
kerjaama dengan bak sesuai dengan bagian kerja masing-masing yang telah
ditentukan oleh lembaga.
Berikut struktur organisasi pada Yayasan Masyarakat Konsrvasi Bhakti
Alam Sendang Biru.
Gambar 3. Struktur organiasi YMK Bhakti Alam Sendang Biru
63
(Sumber: Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru, 2016)
1.5.3.1 Mitra Kerja Lembaga Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru
2. East Java Ectourism Forum /
EJEF ( Forum Ekowisata
Jawa Timur
3. Yayasan Indecon – Indonesia
Ecotourism Net Work /
Jaringan Ekowisata Indonesia
64
4. Universitas Brawijaya-
Fakultas MIPA, Fakultas
Ilmu Administrasi, Fakultas
Kelautan dan Perikanan,
Fakultas Hukum
5. Institut Teknologi Nasional –
ITN Malang jurusan
Planologi dan Arsitektur
6. D 3 Pariwisata Universitas
Merdeka Malang
7. Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa
Timur
8. Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Malang
9. Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Jatim dan kabupaten
Malang
10. Kementrian Kelautan dan
Perikanan
11. Kementrian Kehutanan
12. Kementrian Pemuda dan
Olahraga
13. Dinas Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Malang
14. Dinas Pemuda dan Olahraga
Provinsi Jawa Timur
15. Aparat pemerintah Desa
16. LSM dan media masa
17. Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Malang
18. Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Jawa
Timur
19. Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Malang
20. Perum PERHUTANI KPH
Malang
21. LKDPH Wana Via Raharja
22. Universitas Negeri Malang
23. Universitas Muhammadiyah
Malang
24. CACAD FALCONRY
SURABAYA
25. CROT COMMUNITY
SURABAYA
26. Sekolah CIPUTRA Surabaya
65
27. Bank Indonesia
28. PJB Brantas Malang
29. Korp. Marinir TNI Angkatan
Laut YON 5 Surabaya
30. IbM DIKTI
31. National University of
Singapore (Misi Kami Peduli
2016)
32. Mega Blue Sea
33. KEHATI
34. BRI
Kemitraan Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang
Biru dalam pengelolan organisasi terhadap stakeholder terkait dapat di
gambarkan melalui bagain, sebagai berikut;
Bagan 2. Managemen Organisasi
Yayasan
Masyarakat
Konservasi
Bhakti
POKMASWAS,
LKDPH,
POKDARWIS,
Desa Wisata
Otoritas
sss
PEMDES
Tambakrejo
,MUSPIKA,
PEMKAB
Malang
Tekniss
DKP-KKP,
DISHUDPA
R, DINAS
KEHUTAN
AN, BLH
Kab Malang
Legalitas Kawasan Hutan PERHUTANI
66
Berdasarkan mitra kerja dari Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti
Alam Sendang Biru, terlihat dalam pengelolaan kawasan konsevasi yang
dilakukan oleh Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru di
dalmnya terdapa Kelompok Masyarakat Pengawas Gatra Olah Alam Lestari
(POKMASWAS GOAL) Sendang Biru sebagai pengawasan daerah pesisir
dan juga sebagai pelaksana kegiatan konservasi dalam pengelolaan Hutan.
Yayasan Masyarakat Konsevasi Bhakti Alam Sendang Biru sebagai Lembaga
Kemitraan Desa Pengelolaan Hutan (LKDP) yang sesuai kesepakatan
kerjasama pengelolaan hutan pola kemitraan antara Bupati Malang
dengan Administratur Perum Perhutani KPH Malang Nomor : 180/ 248/
PKS / 421.012/ 2004 dan Nomor : 86/ 001./PMDH tanggal 4 Pebruari
2004, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati Malang Nomor 53
Tahun 2006 tentang Lembaga Kemitraan Desa Pengelola Hutan
(LKDPH), makin memperkokoh nuansa kearifan lokal dan
pengembangan otonomi daerah dalam pengelolaan hutan pola kemitraan
karena didalamnya termuat pula peran para pihak dengan rincian tugas
yang lebih detail dibanding ketentuan-ketentuan diatas sehingga
mestinya hal ini bisa menjadi percontohan pembangunan kehutanan
yang berkhaskan daerah. Yayasan sendiri dengan POKMASWAS
GOALnya telah merehabilitasi dan Konservasi Mangrove seluas 73 ha dari
area 81 ha. Sisa 8 ha sudah dikonversi menjadi lahan pertanian/sawah dan
tidak dijual.
Mencermati implementasi pengelolaan hutan negara yang
berbasis pada pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan di
67
Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur sebagaimana amanat pasal 99
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 dalam wujud kemitraan
pengelolaan hutan negara dalam arti kerjasama antara pengelola hutan
negara dengan masyarakat sekitar hutan dengan prinsip kesetaraan dan
saling menguntungkan sebenarnya merupakan potensi dan peluang yang
besar untuk upaya mewujudkan efektifitas pengelolaan kawasan hutan
lindung dan hutan produksi di Kabupaten Malang mengingat berbagai
keterbatasan anggaran dan personil Perum Perhutani serta kearifan
lokal masyarakat sekitar hutan yang menginginkan kelestarian fungsi
hutan untuk menopang kesejahteraan mereka.
Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor : 268/KPTS/DIR/2007
tentang Pedoman Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat
Plus, mengamanatkan kepentingan kelestarian fungsi dan manfaat
sumber daya hutan dan indeks pembangunan manusia yang bersifat
fleksibel, partisipatif, dan akomodatif, tentu menjadi potensi
terwujudnya sinergi dalam memperjuangkan pengelolaan hutan lestari
yang berbasis pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Untuk
mewujudkan Desa Tambakrejo menjadi Desa Wisata telah di cantumkan
di dalam Peraturan Desa Tambarejo, Musyawarah Pimpinan Kecamatan
Sumbermanjing Wetan, dan PEMKAB Malang. Di dalam halteknis atau
kegiatan pengelolaan hutan pesisir Yayasan Masyarakat Konservasi
Bhakti Alam Sendang Biru di dampingi oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan (DKP) Kementrian Kelautan Perikanan (KKP) dalalam
kegiatan transplantasi terumbu karang dan pengelolaan rumah apung,
68
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur (DISBUDPAR),
Dinas Kehutanan dan Perhutani dalam legalitas kawasan hutan peisisr,
dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang.
Kementerian Kehutanan melalui Permenhut Nomor :
P.39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat
Melalui Kemitraan Kehutanan, makin memperjelas arah kebijakan
pengelolaan hutan negara pola kemitraan dengan menguraikan secara
cukup detail akan peranan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
(termasuk Pemerintah Kabupaten), serta kelembagaan atau Yayasan
Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru dalam pengelolaan
hutan negara pola kemitraan sehingga mestinya tidak ada lagi hambatan
yang berarti dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari yang berbasis
pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan di Kabupaten Malang.
Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru
dalam pengelolaan hutan pesisir berbasisi ekotorism atau Ekowisata
Clungup Mangrove Conservation dalam pembagian hasil pendapatannya
yang berbentuk tiketing. Terdapat pembagian hasil pendapatan, dimana
dapat di gambarkan melalui bagan 3. Pembagian hasil pendapatan
pengelolaan hutan pesisir, sebagai berikut;
Bagan 3. Pembagian hasil pengelolaan
Tiket
100 %
PERUM PERHUTANI 45%
Pengelolaan 30% belum di kurangi
PPH
MUSPIKA 2%
PAD PEMKAB Malang 20%
Desa 2 %
69
1.5.3.2 Program Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru
1. Unit Konservasi Hutan Pesisir dan MPA
- Pembibitan dan Penanaman Mangrove
- Penanaman dan Perawatan tanaman lindung dan Mangrove
- Transplantasi terumbu karang
- Perawatan terumbu karang
- Keramba Jaring Apung
- Pembuatan dan pengelolaan Fish Apartement
- Kerjabhakti di area konservasi CMC setiap Hari Kamis
- Pendekatan dan sosialisasi kepada perambah hutan akan pentingnya konservasi
pesisir
2. Unit aktivitas usaha
- Pelaksanaan aktivitas ekowisata CMC
3. Litperbang
- Riset penelitian skripsi/PKL
- Magang
4. Unit Volunteer
Tabel 6. Daftar anggota Lembaga Masyarakat Konservasi Bhakti Alam dan sekaligus
POKMASWAS GOAL Sendang Biru
No. Nama Divisi
Jumlah
anggota
1 Sukandar Pengawas 1
2 Lia Putrinda A.M Ketua Dewan Pendiri 1
3 Aditya Rheza F Pendiri 1
4 Choirul Anam Pendiri 1
5 Saptoyo Ketua Pengurus 1
6 Ferik Antyo A. W Sekretaris 1
7 Agni Istiqfar Paribrata Litperbang 1
8 Eko Muji S Bendahara 1
9 Marta Fitri Y Admin Reservasi 1
10 Tyassanti T Legal Arsiparis 1
11 Ajar Budi Purwanto Koordinator Lapang 1
14 Debby Yolionata Pemandu/ Rescue 30
42 Rinto Pos Tiga Warna/ Rescue 3
46 Febri Rumah Apung 3
49 Rhuzzo Birawa Purwantoro Ketua Manajer Konservasi 1
70
50 Joni Rudi H Manajer Konservasi MPA 1
51 Iswicahyo Kurniadi Manajer Konservasi Hutan Pesisir 1
52 Sutrisno Konservasi Mangrove 1
53 Toni Arisaribab Konservasi Penjaga Pantai 1
54 Dwi Anto Yulianto Penerima Tamu 1
55 Mohammad Sofi'i pos 2 2
57 Misdram Sarwi Penjaga Gatra 1
58 Ali Wahana Gatra 2
59 Lip Penjaga Toilet Clungup 2
61 Sih Pangestu Penjaga Toilet Gatra 2
63 Puspito Adi Penjaga Toilet Pos 1 1
64 Sih Handoyo Pos Checklist Keluar 3
67 Gunarso Leksono Daud Koordinator Parkir 1
68 Dwi Ardhianto Penjaga Parkir 1
69 Triwi Koordinator Konsumsi 2
70 Tanti Koordinator Homestay 12
82 Krisdian Adi Candra Koordinator Ojek 25
108 Trio Ega Yolanda Administrasi Umum 1
109 Mohammad Andalusia Legal Arsiparis 1
(Sumber: Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru, 2017
1.5 Deskripsi Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru
1.5.2 Bidang Pengelolaan Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru
Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru bergerak dalam
bidang pemberdayaan masyarakat dalam upaya konservasi kawasan Marine Protected
Area (MPA). Kawasan yang di kelola Lembaga Masyarakat Konservasi Bhakti Alam
Sendang Biru adalah Clungup Mangrove Conservation (CMC). Nama Clungp di ambil
dari muara yang ada di kawasan yang di kelola Lembaga Masyarakat Konservasi Bhakti
Alam Sendang Biru.
Clungup Mangrove Conservation (CMC). di sini merupakan area konservasi yang
di dalamnya terdapat kegiatan konservasi mangrove dan terumbu karang. Di samping itu
Clungup Mangrove Conservation (CMC), memiliki 6 pantai sebagai berikut: Pantai
71
Clungup, Pantai Gatra, Pantai Sapana, Pantai Mini, Pantai Batu Pecah dan yang terakhir
adalah Pantai Tiga warna.
Selain itu Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru juga
sebagai penggerak dalam pemberdayaan masyarakat pesisir dalam pengelolaan kawasan
ekowisata konservasi di Sendang Biru dalamhal ini masyarakat di libatkan secara aktifi
dalam pengelolaan kawasan ekowisata dan juga sebagai pelaku dalam pengawasan
konservasi
Pelaku pengawasan konservasi Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam
Sendang Biru ialah Kelompok Masyarakat Pengawas Gatra Olah Alam Lestari
(POKMASWAS GOAL) di dalam kegiatan praktik pengelolaan kawasan ekowisata
konservasi di Clungup Mangrove Conservation (CMC).
Kelompok masyarakat pengawas yang biasa lebih dikenal dengan sebutan
POKMASWAS GOAL adalah Kelompok Masyarakat Pengawas Gatra Olah Alam Lestari
yang terdiri dari unsur-unsur tokoh mayarakat, tokoh agama, tokoh adat, masyarakat
mandiri, Lembaga Sosial Masyarakat Masyarakat, nelayan, petani atau berkebun,
masyarakat maritim dan masyarakat yang ahli dalam konservasi baik daerah laut maupun
darat serta juga merupakan pelaksana pengawas pemanfaat sumberdaya dirigkat lapang.
Fungsi dan peran Yayasan Masyarakat onservasi Bhakti Alam Sendaangiru sebagai
mediator antara kelompok pengawas dengan pemerintah. Sedangkan fungsi dan peran
POKMASWAS sebagai pelkasana praktik pengelolaan konservasi di area ekowisata
CMC (Clungup Mangrove Conservation).
1.5.3 Tugas Pokok Anggota Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru
dan POKMASWAS GOAL
72
Tugas pokok anggota Yayasan Masyrakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru
selaku mediator antara keompok masyarakat pengawas POKMASWAS GOAL dengan
pemerintahan, yang merupakan satu ketauan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam
Pesisir daerah Sendang Biru, melakukan beberapa kegiatan untuk menjaga ekosistem
daerah pesisir pantai Sendang Biru.
Tugas pokok POKMASWAS GOAL bertindak sebagai pengawasan pada kegiatan
konservasi di araea ekowisata Clungup Mangrove Conservation (CMC) merupakan peran
pokok POKMASWAS GOAL (kelompok masyarakat pengawasan Gatra Olah ALAM
Lestari), mereka melakukan pengawasan pada masyaraat dan wisatawan lokal maupun
asing. Karena araea konservasi CMC merupakan area lahan bagi masyarakat setempat
maka POKMASWAS GOAL juga mengawasi mereka yang bercoco tanam di area
tersebut. POKMASWAS GOAL memberi pengertian agar mengambil sumberdaya
secukupnya dan jangan sampa merusak habitat sumberdaya alam sekitar atau di dalam
araea konservasi.
Selain kalangan masyarakat lokal, POKMASWAS GOAL juga mengawasi
wisatawan agar selalu menjaga kebersihan dan menjaga alam yang mereka kunjungi.
Dengan penetapan dendan Rp. 100.000, pada tiap sampah ang dibuang diharapkan supaya
wisatawan jerah terhadap membuang sampah sembarangan. Selain melakukan pemberian
denda POKMASWAS GOAL juga memberikan penetapan terhadap wisatawandilarang
free dive (renang bebas tanpa menggunakan pelampung), dimana kegiatan tersebut akan
merusak terumbu karang bagi orang-orang awam yang belum pandai menyelam ataupun
berenang.
Selain pengawasan terhadap masyarakat dan wisatawan, perlu juga adanya
pengawasan terhadap manusia-manusia yang kurang bertanggung jawab. Pengawasan
73
yang dilakukan oleh para POKMASWAS GOAL. Pengawasan ini biasanya dilakukan
pada malam hari, karena potensi pencurian atau hal yang merusaka alam dikawan CMC
maupun 3 warna terjadi ketika malam harI.
1.5.4 Legalitas Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru
Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru merupakan Yayasan
yang bertujuan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan rehabilitasi dan konservasi
pesisir berbasis pemberdasaan masyarakat dengan pengelolaan daerah pesisir dengan cara
Ekowisata Clungup Mangrove Conservation (CMC). Selain itu, Yayasan Masyarakat
Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru juga melaksanakan pembinaan terhadap
masyarakat setempat serta penelitian guna peningkatan edukasi terkait ekosistem pesisir.
Untuk mendukung dan melancarkan kegiatan yang dilakukan Yayasan
Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru, mempunyai legalitas sebagai suatu
lembaga yang berdasarkan ‘’Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomer AHU-15997 .AH.01.04, Tahun 2016 dengan Nomer yang
didaftarkan oleh Siti Endah 24 Oktober 2014 dengan Nomer NPWP: 71.557.364.8-
654.000’’.
Sebagai lembaga berbadan hukum, Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam
Sendang Biru mempunyai legalitas yang jelas. Sehingga segala kegiatannya di akui oleh
seluruh lembaga pemerintahan ataupun masyarakat secara umum. Yayasan masyarakat
yang berbadan hukum selain untuk legalitas sebuah lembaga juga menjadi suatu kewajiban
karena untuk peraturan pemerintahan sekarang yang mendapatkan dana atau subsidi dari
pemerintahan harus berbadan hukum.
74
Untuk SK dari kementrian hukum dan HAM sendiri seperti pada gambar 3 di
bawah ini.
Gambar 4. Akta Notaris LMK Bhakti Alam Sendang Biru
(Sumber: Arsip
Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru, 2017)
Gambar 5. Surat Menteri Hukum dan HAM
75
(Sumber: Arsip
Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru, 2017)
1.6 Sejarah Terbentuknya POKMASWAS GOAL Sendang Biru
1.6.2 Fase Awal (Proses Munculnya Gagasan tentang POKMASAS GOAL Sendang Biru)
76
1. Muncul Ide Melakukan Gerakan Konservasi Hutan Mangrove
Setelah keluar dari pekerjaan KUD Sendang Biru pada tahun 2009, selepas itu
Saptoyo bekerja membanu istrinya jualan di rumahnya sendiri, pada tahun 2005
hingga 2011 Saptoyo yang prihatin dengan keadaan pesisir Sendang Biru karena
untuk mencari ikan sulit serta panasnya wilayah tempat tinggalnya karena udara dari
laut langsung menuju ke permukiman, disebabkan pohon mangrove dan pepohonan di
sekitar pesisi pantai telah gundul.
Berangkat dari keprihatinan yang menimpa lingkungan tempat tinggalnya,
Saptoyo hanya bisa melakukan kegiatan memperbaiki lingkungannya, dengan cara
penanaman yang di lakukan sendiri bersama dengan keluarganya. Dengan awalnya
menanam di lahan perkebunanya sendiri selama 6 bulan pada tahun 2011, karena
Untuk mencegah warga dan perambah hutan, Bapak Saptoyo dan warga lain yang
peduli , membujuk mereka dengan cara memberitahu para pembalak bahwa mangrove
dan kayu tersebut memiliki kualitas tidak baik, namun cara tersebut tidak terlalu
efektif.
‘’Daerah ini dulu menjadi sumber ekonomi alternatip alm.ibu paini
dalam mencukupi kebutuhan hidup saya beserta saudara dengan cara busuran
/Neser, di sela-sela kegiatan bercocok tanam di lahan pribadi. Selain itu, saya
berkomitmen untuk menghidupkan kembali pokmaswas yang sempat surut di
Dusun Sendangbiru. POKMASWAS GOAL sebelumnya sempat surut karena
tidak ada warga yang berpartisipasi sebagai anggota pokmaswas yang ada
hanya ketua (Bp. Praminto) dan Bendahara (Bp.Budi Ismianto ) Door to door
di lakukan oleh beliau untuk menambah anggota pokmaswas di Dusun
Sendangbiru.
Terbentuknya POKMASWAS GOAL ini bermula dari gerakan pribadi sendiri
mas, karena susahnya mencari ikan di pinggir dan mendapatkan air di
sepanjang tahun. Pada musim kemarau air sulit didapat karena kering,
sedangkan pada musim penghujan air sulit didapat karena yang mengalir di
Dusun Sendangbiru adalah lumpur.
Lumpur tersebut berasal dari perbukitan di sekitar Dusun Sendang Bir, kalau
sekarang ini jalur selat mas. Lumpur ini adalah efek negatif dari area yang
77
seharusnya menjadi daerah resapan beralih fungsi menjadi lahan kritis karena
pertanian yang berisi singkong dan jagung. Selain itu, hutan mangrove yang
ada di Pantai Clungup dan sekitarnya telah habis dipotong oleh warga sekitar
dan pendatang.Pohon Mangrove yang memiliki kualitas bagus dipotong yang
berdiameter besar dijadikan bahan baku untuk membuat bangunan rumah dan
mangrove yang kecil dijadikan kayu bakar untuk membakar batu kapur dan
pembakar produksi ikan pindang karena pohon mangrove mampu
menghasilkan panas dalam waktu yang relatif lebih lama dari kayu yang lain.
Pembalakan mangrove ini telah berkembang sejak tahun 1998 pasca-reformasi
ketika pemerintahan sedang mengalami gonjang-ganjing. Sejak saat itu warga
dan pendatang di Dusun Sendang Biru mulai membuka dan mengakui lahan
mangrove dan daerah pendukung sebagai lahan mereka dan dijadikan lahan
pertanian.dan tambak.
Menanam kembali adalah satu-satunya cara untuk memperbaiki kerusakan itu
mas. Namun sejak tahun 2005 sampai tahun 2011 gerakan ini tidak dilakukan
secara rutin dan tidak terprogram. Kegiatan penanaman hanya dilakukan pada
waktu senggang, penanaman tersebut di lakukan dengan mengambil bibit biji
dari Probolinggo.
Pada tahun 2011 penanaman hanya berjalan selama 6 bulan karena Untuk
mencegah warga dan perambah hutan, saya dan warga lain yang peduli,
membujuk mereka dengan cara memberitahu para pembalak bahwa mangrove
dan kayu tersebut memiliki kualitas tidak baik, namun cara tersebut tidak
terlalu efektif’’. (Wawancara, tanggal 17 Maret 2018)
Berdasarkan pernytaan diatas dapat dijelaskan bahwa ide melakukan gerakan
konservasi Hutan Mangrove berawal dari pemikiran Saptoyo. Beliau melakukan
kegiatan konservasi dengan keinginan dari diri sendiri bersama dengan keluarganya
yang hanya melakukan penanaman di perkenunannya sendiri.
2. Tempat Awal Melakukan Perkumpulan POKMASWS GOAL Sendang Biru
Pada akhirnya, lebih tepatnya bulan April 2011. Beliau bersama Lurah
Darmantos dan Haji Umar, ketua nelayan Dusun Sendangbiru, ke hotel Montana 2,
Malang, untuk mengikuti acara penyuluhan mengenai POKMASWAS yang
diselenggarakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. Bleiau
mengumpulkan warga yang terkumpul 25 orang, beliau mengumpulkan mereka di
78
Balai dusun Sendangbiru dan menjelaskan tugas dan fungsi POKMASWAS kepada
warga sesuai dengan hasil latihan yg dia dapatkan.
Alhasil semua yang hadir tidak ada yang mau menjadi ketua termasuk Bapak
Praminto mengundurkan diri degan alasan terlalu banyak di tengah laut sehingga
tidak ada waktu untuk menjalankan Tupoksi. POKMASWAS. Akirnya terdorong oleh
kecintaan terhadap alam yg ada di wilayah ini yang sangat membutuhkan perhatian,
Beliau menyediakan diri sebagai ketua POKMASWAS tanpa pemilihan. Warga yang
hadir dalam pertemuan tersebut berkomitmen untuk menjalankan tugas dan fungsi
POKMASWAS secara penuh, seperti yang dikatakan Saptoyo sebagai berikut;
‘’Gerakan ini semakin mantap karena telah memperoleh bekal ilmu
dan dukungan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang dan
Provinsi Jawa Timur. Selain itu, beliau berkomitmen untuk menghidupkan
kembali pokmaswas yang sempat surut di Dusun Sendangbiru.
POKMASWAS GOAL sebelumnya sempat surut karena tidak ada warga yang
berpartisipasi sebagai anggota pokmaswas yang ada hanya ketua
(BapakPraminto) dan Bendahara (Bapak Budi Ismianto ) Door to door di
lakukan oleh beliau untuk menambah anggota pokmaswas di Dusun Sendang
Biru.
Untuk mencegah warga dan perambah hutan, saya dan warga lain yang peduli,
membujuk mereka dengan cara memberitahu para pembalak bahwa mangrove
dan kayu tersebut memiliki kualitas tidak baik, namun cara tersebut tidak
terlalu efektif. Mangrove yang masih ada diambil buahnya untuk djadikan
bibit. Penanaman ini berjalan selama 6 tahun sampai 2011
Pada akhirna beliau mengumpulkan warga Setelah terkumpul 25 orang, beliau
mengumpulkan mereka di Balai dusun Sendangbiru dan menjelaskan tugas
dan fungsi pokmaswas kepada warga sesuai dengan hasil latihan yg dia
dapatkan. Alhasil semua yang hadir tidak ada yang mau menjadi ketua
termasuk Bp.Praminto mengundurkan diri dgn alasan terlalu banyak di tengah
laut sehingga tidak ada waktu untuk menjalankan Tupoksi. POKMASWAS.
Akirnya terdorong oleh kecintaan terhadap alam yg ada di wilayah ini yang
sangat membutuhkan perhatian , Beliau menyediakan diri sebagai ketua
pokmaswas tanpa pemilihan. Warga yang hadir dalam pertemuan tersebut
berkomitmen untuk menjalankan tugas dan fungsi pokmaswas secara penuh’’.
(Wawancara, tanggal 17 Maret 2018)
Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa Saptoyo mengumpulkan warga di
bantu oleh Lurah Darmanto dan juga secara bergerilya. Gerilya yang dimaksud yaitu
79
langsung terjun ke lapangan untuk mecari warga yang bersedia menjadi anggota
POKMASWAS tanpa menyuruh orang untuk mencari orang-orang dengan cara dari
rumah ke rumah agar warga bersedia. Hsl tersebut membuktikan bahwa kesungguhan
Saptoyo untuk membentuk kempali POKMASWAS.
3. Gagasan Terbentuknya POKMASWAS GOAL Sendang Biru
Terbentuknya POKMASWAS Sendang Biru Saptoyo tidak sendirian
melainkan di bantu oleh Lurah Darsono dengan cara sebelum melakukan
perkumpulan erga untuk terbentuknya kembali POKMASWAS, Sabtoyo mengikuti
acra penyuluhan mengenai POKMASWAS yang diselenggarakan oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur di hotel Montana 2 Malang
‘’Pada bulan April 2012, Bapak Saptoyo diajak oleh Lurah Darsono
dan Haji Umar, ketua nelayan Dusun Sendangbiru, ke hotel Montana 2,malang
, untuk mengikuti acara penyuluhan mengenai pokmaswas yang
diselenggarakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur.
Dalam penyuluhan tersebut, saya merasa mendapatkan pencerahan dan
semakin di yakinkan bahwa akar masalah lingkungan yang di hadapi adalah
benar beliau semakin dikuatkan untuk melanjutkan gerakan konservasi di
Pantai Clungup.
Penyuluhan ini sejalan dengan gagasan saya yang awalnya hanya disebabkan
oleh air bersih yang sulit diperoleh. Dan habis nya sumberdaya ikan pinggir
karena habisnya mangrove dan matinya terumbu karang akibat tertimbun
lumpur dan dampak penangkapan ikan tidak ramah lingkungan ternyata apa
yang beliau duga di benarkan secara keilmuan.spirit beliau terbakar di sesi
terakir yang di bawakan oleh Bpk Ir.Sukandar tanpa ragu ragu sebagai
pendatang baru di pelatihan seorang saptoyo berdiri dan berjanji akan berbuat
semampunya untuk perbaikan ekosistem pesisir.
Komitmen ini terbukti dengan terbentuknya POKMASWAS di Dusun
Sendangbiru dengan nama Kelompok Masyarakat Pengawas Gatra Olah Alam
Lestari (POKMASWAS GOAL) pada tanggal 21 September 2012.(SK Kepala
Desa Tambakrejo). Selain itu, komitmen ini juga dibuktikan dengan gerak
cepat dari POKMASWAS GOAL berupa pemetaan lahan dan melanjutkan
kegiatan penanaman hutan mangrove dan pohon berkayu di area green belt
(area pendukung). Penanaman ini dilaksanakan pada 11 Desember 2012
bersama dengan ibu-ibu dari Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat
Sendangbiru.
80
Berdasarkan penjelasan di atas melalui komitmen antara warga yang telah
tergabung dalam anggota POKMASWAS GOAL Sendang Biru dengan kepada Desa
Tambakrejo berdirinya POKMASWAS Sendang Biru tecatat di dalam SK Desa
Tambakrejo, sehingga dilakukan pemataan lahan konservasi disertai kegiatan
penenman bibit mangrove dan kayu berakar kuat di area bukit sepanjang pantai
dilakukan secara berama-sama, sehingga segala kegiatan POKMASWAS Sendang
Biru di dukung oleh Kepala Desa Tambakrejo.
4. Munculnya Nama GOAL di dalam POKMASWAS
Nama POKMASWAS GOAL kepanjangan berasal dari Kelompok
Masyarakat Pengawas Gatra Olah Alam Lestari. Nama POKMASWAS sendiri ialah
sudah menjadi kelompok pengawas pesisir pantai di Jawa Timur sehingga menjadi
keharusan nama POKMASWAS sebagai diambil untuk sebagai wadah gerakan
konservasi di Sendang Biru. Sedangkan, nama GOAL sendiri diambil karena kata
Gatra ialah dari nama Jawa yang artinya tempat pertemuan sedangkan Olah Alam
Lesari ialah kegatan melestariakan alam sebagai gerakan konservasi para
anggota,berikut penuturan Sabtoyo sebagai berikut;
‘’Pada dasarnya pemilihan nama POKMASWAS GOAL ya sesuai
dengan kelompok pengawas pantai di Jawa Timur jadi, kami hanya
mengikutinya. Kalau nama GOAL sendiri Gatra Olah Alam Lestari, Gatra itu
berasal dari nama Jawa yang artinya tempat pertemuan, ditambah lagi waktu
ada kegiatan pengunjung untuk menginap di pantai Gatra, kalau gak salah
acara TNI. Itu acara pengunjung pertama menginap di sini mas. Pada saat itu
jalan menuju pantai itu belum ada, kalau gak salah tahun 2013. Sehingga,
tenda TNI yang hijau besar kan sulit di bawa sehingga diangkut melalui kapal,
proses pengangkutan sudah mas, karena ombak yang menuju pantai untuk
kapal yang berlabuh susah sehingga menungu waktu air surut. Dari situ kata
pertemuan mulai teringat, bahwa pertemuan antar warga sini dan warga luar di
tandai sebagai persahabatan. Sedangan Olah Alam Lestari berasal dari gerakan
kami yang kembali mengelola alam Sendang Biru kembali lestari, itu mas asal
muasal naa dari POKMASWAS GOAL’’. (Wawancara, tanggal 17 Maret
2018)
81
Berdasarkan pernyataan tersebut membuktikan bahwa POKMASWAS GOAL
endang Biru sebagai wadah perkumpulan warga Sendang Biru dalam menjaga,
mengelola lingkungan Sendang Biru sendiri. Hal tersebut sebagai peran masyarakat
dalam ikut serta menyelesaikan masalah lingkungan yang ada di masyarakat. Melalu
POKMASWAS GOAL Saptoyo berharap mampu memberikan suatu dukungan dalam
melestarikan lingkungan Sendang Biru serta mengingatkan kembali tidak melupakan
budaya Jawa, terbuktidengan nama dan latar belakang kemuncuan gerakan konservasi
dengan wadahnya POKMASWAS GOAL Sendang Biru.
5. Kesepakatan Gagasan POKMASWAS GOAL Sendang Biru
Nama POKMASWAS sendiri ialah sudah menjadi kelompok pengawas pesisir
pantai di Jawa Timur sehingga menjadi keharusan nama POKMASWAS sebagai
diambil untuk sebagai wadah gerakan konservasi di Sendang Biru. Sedangkan, nama
GOAL sendiri diambil karena kata Gatra ialah dari nama Jawa yang artinya tempat
pertemuan sedangkan Olah Alam Lesari ialah kegiatan melestariakan alam sebagai
gerakan konservasi para anggota,berikut penuturan Sabtoyo sebagai berikut;
’Pada dasarnya pemilihan nama POKMASWAS GOAL ya sesuai
dengan kelompok pengawas pantai di Jawa Timur jadi, kami hanya
mengikutinya. Kalau nama GOAL sendiri Gatra Olah Alam Lestari, Gatra itu
berasal dari nama Jawa yang artinya tempat pertemuan, sedangkan Olah Alam
Lestari berasal dari gerakan kami yang kembali mengelola alam Sendang Biru
kembali lestari, itu mas asal muasal naa dari POKMASWAS GOAL.
POKMASWAS GOAL sebagai wadah masyarakat untuk ikut terlibat dalam
melestarikan lingkungan, apa lagi meletarikan lingkungannya sendiri.
Gagasn melestarikan alam, ini ya sebagai awal munculnya gerakan konservasi
untuk memulihkan alam kembali. Jadi ya segala kegiatan, apa lagi nama
paguyuban ya seuai dengan kegiatan kami untuk mengetahui identitas gerakan
yang kami lakukan ’’. (Wawancara, tanggal 17 Maret 2018)
Berdasarkan pernyataannya tersebut dijelaskan bahwa gagasan tersebut
disampaikan Saptoyo kepada anggota lainnya, melestariakan sebagai kegiatan yang di
82
usung untuk memulihkan lingkungan Sendang Biru dan nama pada kelompok sebagai
identitas bahwa gerakan yang di gagas oleh Sabtoyo murni untuk lingkungan.
Akhirnya kesepakatan tersebut disosialisaskan ke para anggota dan masyarakat sekitar
bahwa POKMASWAS GOAL Sendang Biru ini sebagai wadah perjuangan dalam
melestarikan alam.
6. Strategi Perwujudan POKMASWAS GOAL Sendang Biru
Saptoyo mengajak para aktor gerakan tersebut dengan cara dana swadaya dari
para anggota yang lainnya, karena POKMASWAS GOAL Sendang Biru terbentuk
tanpa biaya oprasional. Dari swadaya antar anggota membuat masyarakat yang
sebelumnya belum tergabung dalam anggota POKMASWAS GOAL Sendang Biru
ikut terlibat dalam proses penanaman bibit mangrove. Kegiatan ini membuat Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, POKMASWAS GOAL Sendang Biru, di
bina mengenai konservasi terumbu karang, sesuai dengan penuturan Saptoyo, sebagai
berikut;
‘’Kegiatan ini dilakukan dengan dana swadaya POKMASWAS GOAL(
Donasi pribadi P.saptoyo karena POKMASWAS di bentuk tanpa biaya
opersional ) dan berhasil menanam 200 bibit pohon mangrove. Karena melihat
semangat warga, Bank Perkreditan Rakyat ,yang tergabung di PERBARINDO
Malang raya menyumbangkan 1.000 bibit pohon mangrove kepada
POKMASWAS GOAL. Setelah bantuan tersebut, datang lagi bantuan dari
program Corporate Social Responsibilty Bank Indonesia. Bantuan ini berupa
10.000 bibit pohon mangrove. Kegiatan penanaman ini kembali menarik
perhatian warga dan menghasilkan peningkatan jumlah anggota menjadi 76
orang.
Bagaikan gayung bersambut, komitmen ini ditanggapi secara positif oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang. 1 tahun kemudian,
tepatnya pada 2 Januari 2013, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Malang mengeluarkan surat keputusan yang menetapkan POKMASWAS
GOAL secara resmi berdiri, Dinas Kelautan dan Perikanan mengadakan
pembinaan dan pendidikan mengenai konservasi mangrove dan terumbu
terumbu karang setiap 3 bulan sekali.Tak hanya penanaman, kegiatan
sosialisasi kepada warga juga dilakukan oleh POKMASWAS GOAL.
83
Warga kami ajak untuk turut serta dalam kegiatan konservasi dengan cara
mengganti tanaman yang awalanya singkong dan jagung dengan pohon
pisang. Penanaman pohon pisang ini bertujuan untuk menahan humus tanah
agar tdk hanyut terbawa air ,dan mnjadi peneduh untuk penanaman pohon
lindung yang buah nya bisa di manfaatkan warga . Seiring berjalannya waktu,
POKMASWAS GOAL kembali membina warga pesanggem untuk mengganti
pohon pisang dengan pohon berkayu seperti pala, mangga, sawo
,sirsat,apukat,coklat,dengan cara menjelaskan keuntungan dari masing-masing
pohon. Masih banyak warga yang enggan mengubah tanaman tersebut dengan
alasan tidak memiliki bibit pohon dan juga tidak memiliki modal untuk
membelinya.
Kami kembali mengumpulkan dana secara swadaya untuk memberikan bibit
tersebut kepada warga secara gratis walau secara jumlah masih sangat kecil.
Area pesisir pantai juga tak luput dari tindak konservasi. Lahan pesisir juga
dibebaskan dari kegiatan ekonomi warga supaya kkegiatan konservasi berjalan
secara lancar. Lahan ini awalnya digunakan oleh warga sebagai area tambak
udang dan mereka bersikeras untuk tidak meninggalkan area tersebut.
POKMASWAS GOAL kembali secara swadaya mengumpulkan dana untuk
diberikan kepada warga sebagai ganti rugi kegiatan tambak yang telah
berlangsung.ketika mereka bermaksud mengganti rugikan lahan.
Bantuan tidak berhenti begitu saja. Program Pengembangan Desa Pesisir
Tangguh juga turut menyumbang 10.000 bibit pohon mangrove. Namun
tanggung jawab ini, bagi sebagian besar anggota, dirasa terlalu berat sehingga
anggota berkurang secara drastis. Sebanyak 70 anggota menyatakan diri
“beristirahat” dari kegiatan konservasi dan hanya menyisakan 8 orang.
Meskipun hanya 8 orang, POKMASWAS GOAL masih tetap berkarya dan
menghasilkan jembatan penghubung di area pos pantau.Kini POKMASWAS
GOAL telah memiliki 3 pos pantau, yang pertama berada di pintu masuk
Clungup Mangrove Conservation dan yang kedua berada di muara Pantai
Clungup yang ke tiga ada di ujung timur Kundang buntung. Selain pos pantau,
POKMASWAS GOAL juga membangun 2 kamar mandi yang berada di dekat
pos pantau pintu masuk Clungup Mangrove Conservationdan juga di Pantai
Gatra‘’. (Wawancara, tanggal 17 Maret 2018)
Berdasarkan pernyataan tersebut dijelaskan bahwa melalui swadaya, usaha
sendiri yang dilakukan dalam POKMASWAS GOAL sebbagai proses untuk
mendekatkan diri sama lain, antara anggota dengan warga dan dengan pemerintahan
yang bersangkutan. Kegiatan POKMASWAS GOAL Sendang Biru untuk mengjak
masyarakat mengarah pada kepedulian untuk melestarikan lingkungannya dan
kegiatan tersebut sebagai peran pemeritah dengan Dinas terkait ikut hadir untuk
memperdayaan kelompok masyarakat sebagai pendukung untuk memberikan waasan
84
lebih untuk mengelolaa lingkungannya. Dan, kegiatan tersebut adalah salah satu
bentuk partisipasi masyarakat dan pemerintahan untuk ikut adi mengelola dan
memperbaiki lingkungan dimana mereka tinggal.
1.6.3 Fase Tengah (Proses Pergerakan POKMASWAS GOAL Sendang Biru)
1. Proses Penghimpunan
Kumpulan POKMASWAS GOAL Sendang Biru dalam menghimpunan tidak
ada ikatan sama sekali dengan hal administrasi, Saptoyo merasa membebaskan para
anggota ikut di dalam kegiatan pengawasan daerah pesisir Sendang Biru. Seperti
anggota-anggota yang bebas ikut setiap harinya berada di kawasan koservasi, karena
sebagai anggota POKMASWAS GOAL Sedang Biru tidaklah di gaji, sehingga para
anggota mempunyai kebebasan sendiri untuk etiap harinya ikut terlibat dalam
kegiatan pengawasan.
Proses penghimpunan anggota baik untuk mempertahankan anggota yang
sebelumnya belum ikut mau untuk menghimpun anggota POKMASWAS GOAL
Sendang Biru, Saptoyo membuka area konservasi untuk pengunjung dan relawan
membantu melakukan penanaman mangrove dan membuka pengunjung untuk wisata
yaitu membuka wisata pantai. Untuk menarik kembali simpati anggota untuk kembali
menjadi pengawas pesisir pantai Sendang Biru dan kebutuhan dana untuk rehabilitasi
kerusakan mangrove, sesuai dengan penuturan Saptoyo, sebagai berikut;
‘’Kami tidaklah membatasi para anggota lain untuk ikut terlibat dan
masuk di dalam POKMASWAS GOAL Sendang Biru, karena pada awalnya
kami hanya mengajak yang mau saja untuk terlibat di POKMASWAS GOAL
Sendang Biru, di tambah lagi menjadi anggota POKMASWAS GOAL
Sendang Biru tidak ada gaji baik itu dari Desa maupun Dinas. Sebenarnya
kami sendiri kekurangan orang untuk melakukan kegiatan konservasi selama
ini. Akhirnya kami pada tahun 2014 membuka pantai untuk pengunjung
dengan biaya masuk Rp. 6.000 untuk setiap orang dan mendapatkan bibit
85
untuk ikut menanam bibit mangrove, bibit itu boleh di tanamkan sendiri ada
pengawasannya juga, tak hanya mendampingi penanaman bibit mangrove oleh
pengunjung, tetapi juga mengajarkan cara menanam bibit mangrove dengan
benar mas mauapun di tanamkan oleh anggota pengunjung hanya bisa
mengunjungi pantai Clungup dan pantai Gatra.
Bibit-bibit mangrove yang gagal tumbuh akibat cara tanam yang kurang tepat
oleh pengunjung ini menghasilkan gagasan untuk menjual bibit mangrove
pada pengunjung sebagai pengumpulan modal kembali dari bibit-bibit
mangrove yang telah mati. Awalnya bibit hanya dijual Rp 1.000 kemudian
naik menjadi Rp 2.000, Rp 3.000, dan Rp 4.000 Kunjungan ke Pantai Clungup
, Pantai Gatra dan Pantai Tiga Warna sebenarnya hanya bonus dari upaya
partisipasi dalam kegiatan konservasi mangrove. Tak sedikit pengunjung yang
mengunggah foto di media sosial masing-masing dan mendapat perhatian dari
banyak orang. Hal ini mengakibatkan ledakan pengunjung pada awal tahun
2015.
Kami juga pada tahun 2015 membuka pantai lagi, karena di sini ada 6 pantai
yaitu pantai Bangsong, pantai Teluk Asmoro itu sebagai tempat konservasi
penyu dan ada pantai Sapana, pantai Mini, pantai Watu pech, dan pantai Tiga
warna untuk mengunjunginya harus di dampingi pemandu, untuk jasa
pemandunya Rp.50.000, ini semua untuk pendapatan para anggota yang telah
meluangkan aktunya untuk menjadi pemandu, karena para anggota yang jelas
meninggalkan pekerjaannya di rumah agar mendapat pemasukan. Tapi tetap
kita setiap harinya melakukan kgiata pengawasan’’. (Wawancara, Saptoyo
tanggal 17 Maret 2018)
Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa masuk di dalam POKMASWAS
GOAL Sendang Birutidak dikenakan biaya. Hanya himpunan juga dibukanya relawan
dan pengunjung untuk membantu dalam melakukan penanaman bibit mangrove,
dengan tetap adanya pengawasan yang dilakukan oleh POKMASWAS GOAL
Sendang Biru. Hal tersebut sarana Saptoyo dan para anggota lain untuk teta bertahan
dalam melakukan kegiatan konservasi Hutan Mangrove.
2. Sistem Pengelolaan POMASWAS GOAL Sendang Biru
Biaya dalam melakukan konservasi, yaitu penanaman bibit mangrove
dilakukan dengancara swadaya, karena POKMASAS GOAL Sendang Biru tidak di
gaji oleh Desa dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, sehingga dalam
melakukan kegiatannya serinngkali dengan biaya sendiri untuk bekal para anggota
86
sehari-hari dan pemenuhan bibit mangrove. Sehingga POKMASWAS GOAL
Sendang Biru melakukan pembukaan kunjungan ke pantai, dengan tetap berjalannya
kegiatan penanaman di bantu oleh relawan maupun pengunjung, baik dengan program
penanaman dan pemberian bibit setiap pengunjung. Disamping itu, penyewaan jasa
pemandu untukpengunjung yang akan melakukan kunjungan di semua pantai yang
ada di kawasan pengawasan POKMASWAS GOAL Sendang Biru.
POKMASWAS GOAL Sendang Biru tidak hanya sesuai dengan penuturan
Saptoyo, sebagai berikut;
‘’Pada tahun 2014 kami membuka pantai untuk pengunjung dengan
biaya masuk Rp. 6.000 kunjungan ke Pantai Clungup, Pantai Gatra dan Pantai
Tiga Warna sebenarnya hanya bonus dari upaya partisipasi dalam kegiatan
konservasi mangrove. Kami mendampingi penanaman bibit mangrove oleh
pengunjung, dan juga mengajarkan cara menanam bibit mangrov. Kami juga
pada tahun 2015 membuka pantai lagi, karena di sini ada 6 pantai yaitu pantai
Bangsong, pantai Teluk Asmoro itu sebagai tempat konservasi penyu dan ada
pantai Sapana, pantai Mini, pantai Watu pech, dan pantai Tiga warna untuk
mengunjunginya harus di dampingi pemandu, untuk jasa pemandunya
Rp.50.000, ini semua untuk POKMASWAS GOAL endang Biru, tetap
berjalan dalam melakukan kegiatan konservasi.
Dalam hal ini kebutuhan dana bukan hanya semata-mata untuk pengadaan
bibit tetapi juga untuk pembinaan paradigma masyarakat perambah hutan
(pesanggem) untuk lebih mengedepankan fungsi lindung dalam pengelolaan
lahan hutan pantai.
Dalam pengawasan, perawatan, dan pengembangan Clungup Mangrove
Conservation muncul berbagai gagasan positif dari kami. Seluruh gagasan
yang muncul berasal dari evaluasi efek negatif yang muncul akibat
pengunjung yang memasuki area konservasi. Sejak 2014, POKMASWAS
GOAL melakukan checklist barang bawaan yang berpotensi menjadi sampah
pada setiap pengunjung yang datang ke area konservasi. Checklist ini
dilakukan dengan tujuan meminimalisir jumlah sampah yang ditinggalkan
oleh pengunjung di area konservasi. Juga sebagai sarana pembelajaran bagi
siapapun yang masuk kawasan untuk menganggung jawabi setiap tindakannya
secara mandiri termasuk sampah.
Sebelum checklist ini diadakan, banyak sampah yang ditinggalkan oleh
pengunjung di area konservasi. Sangat jelas bahwa sampah-sampah yang
tertinggal mengakibatkan pencemaran pada lingkungan di area
konservasi.sementara, sampah kiriman yang berasal dari laut sudah sangat
merepotkan masyarakat atau crew yang tergabung dalam gerakan konservasi.
87
Kini juga diberlakukan panismen bagi tamu yang dgn sengaja atau tidak
meninggalkan /kehilangan item sampah di dalam kawasan , untuk Kembali
kedalam lokasi untuk mencari sampah yang hilang atau denda sebesar Rp
100.000 /item sampah yg hilang dari daptar checklist. Selain checklist barang
bawaan, POKMASWAS GOAL juga menerapkan sistem kuota bagi
pengunjung yang ingin memasuki area konservasi khususnya Pantai Sapana,
Pantai Mini, Pantai Batu Pecah, dan Pantai Tiga Warna sebagai kawasan
konservasi terumbu karang. Pembatasan jumlah pengunjung ini dilakukan agar
kawasan konservasi tetap terjaga kelestariannya.
Pantai Tiga Warna, pengunjung hanya diberi waktu 2 jam untuk snorkeling
dan menikmati keindahan alam di sana. Selain itu, kondisi terumbu karang
yang sensitifdan mudah patah menghasilkan gagasan untuk mewajibkan
pengunjung menggunakan perlengkapan snorkeling yang aman seperti
snorkel, life vest(pelampung), larangan freedive dan penutupan kujungan
ketika air surut dan hari-hari libur besar.’’. (Wawancara, Saptoyo tanggal 17
Maret 2018)
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa Saptoyo dan anggota
POKMASWAS GOAL Sendang Biru lainnya pengelolan suatu kelompok
perluadanya bantuan, tidak bisa dilakukan sendiri. Disamping itu, dengan adanya
relawan dan pengunjung POKMASWAS GOAL Sendang Biru tidak hanya sekedar
melakukan konservasi, melainkan terdapat proses pembelajaran kegiatannya
konservaasi terhadap orang lain.
3. Kegiatan Konservasi POKMASWAS GOAL Sendang Biru
Kegiatan konservasi yang dilakukan POKMASWAS GOAL Sendang Biru
memiliki berbagai kegiatan dalamkegiatan konservasi setiap harinya bahkan ada acara
tahunan. Kegiatan yang formal dapat di jelaskan melalui Kegiatan Konservasi
Daratan dan Kegiatan Konservasi Perairan/Laut
a. Konservasi Daratan
88
Kegiatan konservasi pada pemulihan terhadap daerah darat atau perkebunan
yang ditanamai dengan tanaman produktif baik dilakukan oleh masyarakat lokal
sendiri maupun anggota POKMASWAS GOAL dengan upaya merehabilitasi
kawasan yang dulunya gundul yang membuat suasana di daerah pesisir panas dan
angin dari laut langsung menuju pemungkiman penduduk karena tidak ada yang
membentenginya dalam hal ini pepohonan.
Upaya rehabilitasi ini dengan penanaman tanaman yang produktif yang
berakar kuat, seperti tanaman pisang, nanas, kelapa, kopi, cengkeh, pohong, cengkeh,
mangga, kopi. Penanaman ini, dilakukan atas suwadaya anggota Lembaga Masyarakat
Konservasi Bhakti Alam Sendng Biru dengan cara, setiap anggota wajib membaa
bibit tanaman yang sudah dilakukan penyemyanan di rumah mereka masing setelah
itu di bawa dan di tanaman di area Ekowisata Clungup Mangrove Conservation
(CMC), dengan tiap angota keluar membaa 5 bibit tanaman Sehingga hasil yang
diperoleh tidak hanya untuk alam sendiri, alam untuk masyarakat sendiri melainkan
juga bermanfaat dalam kegiatan ekonomi.
Penanaman ini tidak hanya dilakukan oleh anggota POKMASWAS GOAL
melainkan masyarakat lokal baik yang telah ada dulu dalam kegiatan berkebun
maupun yang baru, karena hasil yang di dapat diperuntuhkan untuk semuanya dan
tidak diambil oleh salah satu pihak. Karena pihak Lembaga sendiri membebaskan
bagi masyarakat untuk menanam lahan yang telah lama mereka tanamai asalkan
dengan tanaman produktif yang telah di anjurkan. Di samping itu, masyarakat yang
mempunya lahan tanaman berhak mengambil hasilkan asalkan tetap melakukan
penanaman kembali atau dibiarkan gundul. Di samping itu, dalam mempercantik
kawasan Ekowisata Clungup Mangrove Conservation para anggota juga menanam
89
tanaman hias setiap POS agar area konservasi semakin indah juga karena terdapat
tanaman yang lainnya.
Kegiatan konservasi dalam upaya merehabilitasi daerah daratan yang
bersangkutan dengan pesisir pantai ialah konservasi hutan mangrove. Walaupun, dari
dulu mangrove di Sendang Biru sudah ada tetapi telah mengalami degradasi lahan
dengan pemotongan atau pemanfaatan pohon mangrove dengan berlebihan tanpa ada
tindak lanjut yang berkenjutan, sehingga Lembaga Masyarakat Konservasi Bhakti
Alam Sendang biru dengan POKMASWAS GOAL melakukan konservasi mangrove
dengan cara tranplantasi atau pencakokan mangrove dan penanaman bibit mangrove.
Bibit sendiri dulunya atau lebih tepatnya pada awal kegiatan konservasi hutan
mangrove, pembelian bibit mangrove di lakukan dengan cara swadaya, serta
mempertambah bibit mangrove melakukan cara yaitu, pengunjung saat berwisata ke
Ekowisata Mangrove Conservation (CMC) dengan biaya masuk Rp. 6.000 dengan
RP. 3.000 di peruntuhkan untuk pembelian bibit dan bibit itu bisa di tanam oelh
pengunjung sendiri dengan pendampingan anggota POKMASWAS GOAL dan bisa
juga bibit mangrove di tanaman oleh anggota POKMASWAS.
Konservasi hutan mangrove di area pantai Clungup, transpantasi atau
pencakokan mangrove dengan tujuan mengembangkan habitan mangrove dan
makhluk hidup yang menyertainya. Penanaman bibit mangrove sendiri telah
dilakukan selama 5 tahun ini telah mengkonservasi lahan bakau seluas ± 73 hektar
dengan jumlah 70.000 bibit yang telah tertanam dan untuk daerah tetetan atau
perbukitan telah dilakukan kegiatan konservasi penanaman seluas ± 117 . Lebih
tepatnya pada akhir tahun 2015 POKMASWAS GOAL peralih dengan konservasi
daerah perairan atau kelautan. Tapi, tidak mengindahkan penanaman bibit mangrove
90
setiap libur kunjungan dengan menanam tanaman produktif di lahan konservasi yang
tandus.
Fungsi dari konservasi hutan mangrove dilakukan agar, area konservasi
Clungup Mangrove Conservation (CMC) agar memunculkan kembali habitat satwa ,
perlindungan bencana alam, penambah usur hara, pengendapan racun, dan menjadi
penarik wisatawan dengan mengedepankan pengelolaan dengan cara masyarakat
lokal. Konservasi mangrove sendiri juga paling utama mengembalikan ekosistem dan
habitat agar dapat bermanfaat sampai anak cucu.
b. Konservasi Perairan/Laut
POKMASWAS GOAL gerakan masyarakat ini merasakan kebutuhan dana
untuk rehabilitasi kerusakan mangrove Tidak hanya hutan bakau dan hutan digreen
belt pantai yang menjadi sasaran konservasi dari POKMASWAS GOAL. Terumbu
karang yang terdapat di sekitar Pantai Tiga Warna pun turut dikembangkan karena
berkaitan dengan sektor perikanan. Warga yang mayoritas bermatapencaharian
sebagai nelayan sempat mengalami masa paceklik. Pada bulan agusstus tahun 2013,
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa timur memberikan pendidikan dan
bantuan kepada POKMASWAS GOAL berupa media transplantasi terumbu karang
dan rumah ikan sebanyak 195 dum blok.
Pada bulan juni tahun 2014 bantuan transplantasi terumbu karang dari Dinas
Kelautan Perikanan Kab.Malang berjumlah 95 unit Dum blok Rumah ikan yg
berfungsi sbg media transplantasi terumbu karang ,dari hasil evaluasi dua pereode
transplantasi rumah ikan tersebut ,pada bulan agustus 2014 Pembangkit Jawa-Bali
Unit Pembangkitan Brantas (PJB UP Brantas) termotivasi untuk membantu kegiatan
91
tersebut dengan membantu 22 unit kerangka besi sebagai media yang di bimbing
langsung oleh Fakultas perikanan Universitas Brawijaya Malang Jurusan Ilmu
Kelautan.
Mulai bulan April 2015 TNI AL/ Marinir juga turut berperan serta dalam
kegiatan transplantasi terumbu karang. TNI AL/ Marinir memiliki program
penanaman terumbu karang secara besar-besaran dengan target pemecahan rekor
dunia. Pihak POKMASWAS GOAL secara tegas memohon pihak TNI AL /Marinir
bahwa kegiatan ini tak hanya semata-mata sebagai kegiatan pemecahan rekor dunia,
tetapi benar-benar berasal dari kepedulian terhadap kondisi terumbu karang di
Indonesia. Maka pihak POKMASWAS GOAL melarang pihak TNI AL maupun
anggota POKMASWAS GOAL sendiri untuk mengambil bibit dari terumbu karang
yang masih hidup dengan cara memotong terumbu karang yang sedang tumbuh. Cara
yang digunakan adalah mengambil karang yang telah patah secara tidak sengaja
karena ombak dan jangkar perahu tapi kondisinya masih hidup bisa di jadikan untuk
bibit.
4. Hambatan Gerakan Konserasi POKMASWAS GOAL
Saptoyo merasa banyak kendala dalam melakukan gerakan konservasi yang di
lakukan oleh POKMASWAS GOAL Sendang Biru, salah satunya dari anggota sering
atau tidak ikut dalam proses pengawasan. Para anggota yang tidak lagi menjadi
anggota POKMASWAS GOAL hanya karena ingin beristirahan terlebih dahulu.
Disamping itu kendala yang di hadapi POKMASWAS GOAL, hilangnya lahan
konservasi karena ketidak sanggupan mempertahankan lahan konservasi karena tidak
ada legalitas wilayah yang kuat, dilihat dari pemaparan Saptoyo, sebagai berikut;
92
‘’Kendala kami, sebelumnya menjadi anggota POKMASWAS GOAL
awalnya 70 orang hingga lama-kelamaan menyusun menjadi 8 orang,
POKMASWAS GOAL sendiri tidak ada gaji baik dari Desa maupun Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang. Disamping itu, di dalam
POKMASWAS GOAL sendiri setiap harinya kegiatannya, hanya kegiatan
berat. Di tambah lagi, harus meninggalkan pekerjaan yang di rumah, sehingga
para anggota tidak lagi pergi kewasan konservasi.
Kendala pada POKMASWAS GOAL kami pernah di cap sebagai aliran sesat,
karena di saat itu saat kami berkumpul di pos Clungup kami melakukan ibadah
menurut agama main-masing, kalau Kristen ya sesuai cara mereka dan Islam
sesuai cap mereka juga karena pada saat itu di pantai Clungup batu besar dan
kami menghadap kebatau, di sangkanya warga saat itu melihat kami
menyembah batu. Ini membuat kami, gerakan kami sedikit tidak bebas.
Karena sering di awasi, kegiatan kami oleh warga’’. (Wawancara, tanggal 17
Maret 2018)
Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa kendala para anggota POKMASWAS
GOAL Sendang Biru yang yang telah mengalami penyusutan dengan alasan ingin
istirahat. Sehingga, dalam melakukan kegiatan konservasi yaitu penanaman bibit
mangrove tidak berjalan lancar karena kekurangan anggota. POKMASWAS GOAL
SendANG Biru, juga mengalami permasalan dengan dianggapnya POKMASWAS
GOAL gerakan yang menyimpang, sehingga dalam melakuka kegiatan tidak berjalan
lancar.
Hambatan yang di sampaikan Saptoyo adalah sebagai bentuk masalah utama
yang sering di hadapi dalam POKMASWAS GOAL Sendang Biru, anggota masuk
dalam POKMASWAS GOAL Sendang Biru tidak ada oleh sebuah sistem yang ada
dalam POKMASWAS GOAL Sendang Biru, karena dalam POKMASWAS GOAL
Sendang Biru tidak ada aturan tertulis mengatur anggotanya, karena untuk menjadi
anggota hanya siapa yang saja dalam ikut gerekan konservasi.
3.4.3 Fase Akhir (Identitas POKMASWAS GOAL Sendang Biru)
3.4.3.1 Makna POKMASWAS GOAL menurut Anggota
93
Identitas POKMASWAS GOAL diakui oleh anggota melalui kegiatan
pengawasan terhadap pengelolaan pesisir pantai Sedang Biru setiap harinya, para
anggota mengaku bahwa POKMASWAS GOAL adalah bergerak pada melesratikan
lingkungan pesisir pantai, seperti penuturan Matsidik, sebagai berikut;
‘’Kami yang menjadi anggota POKMASWAS GOAL, mengangkap
POKMASWAS GOAL suatu wadah masyarakat untuk ikut terlibat
mempertahankan peisir pantai Sendang Biru dengan melakukan penanaman
bibit mangrove dan penanaman terumu karang di dasar laut pantai Sendang
Biru’’. (Wawancara, tanggal 14 Maret 2018)
Pernyataan di atas di perkuat dengan pernyataan oleh Iswicahyono, sebagai
berikut;
‘’Saya menganggap POKMASWAS GOAL gerakan konservasi yang
dilakukan bersama-sama dengan kegiatan bersama-sama, dan waktu bersama-
sama. Karena selama saya menjadi anggot POKMASWAS GOAL kami selalu
bersma-sama dalam memulihkan daerah Sendang Biru’’. (Wawancara, tanggal
16 Maret 2018)
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa anggota dalam
POKMASWAS GOAL stelah memahami terkait bentuk kegiatan POKMASWAS
GOAL trsebut sehingga sebagai anggota POKMASWAS GOAL . hal tersebuat
sebagai makna dar pemahaman anggota terkait kegiatan POKMASWAS GOAL
Sendang Biru.
Saptoyo menyampaikan bahwa dengan adanya POKMASWAS GOAL di
Sendang Biru, sebagai wadah para pemberati lingkungan Sendang biru agar ikut
bersama melestarian lingkungan peisir pantai Sedang Biru dengan bersama-sama agar
muncul rsa memiliki pada tempat tinggalnya.
3.4.3.2 Makna POKMASWAS GOAL menurut Masyarakat
94
Pengakuan identitas POKMASWAS GOAL di masyarakat Sendang Biru diakui
sebagai orang-orang pemberhati lingkungan, anggota POKMASWAS GOAL banyak
terdiri dari masyarakat Dusun Sendang Biru. Hal ini membuktikan bahwa identitas
POKMASWAS GOAL sudah di terima di Dusun Sendang Biu, Desa Tambakrejo.
Hal tersebut dapat dilihat bahwa identitas POKMASWAS GOAL memiliki
banyak pengaruh dari masyarakat Dusun Sendang Biru, proes ajakan untuk untuk
menghimpun anggota secara ajakan dari Saptoyo dan para aktor gerakan.
Perkembangan POKMASWAS GOAL sangat cepat walaupun pada awal terbentunya
terdapat pasang surut anggota dalam menghimpun anggota, ini dibuktikan bahwa
sekarang anggota POKMASWAS GOAL berjumlah mencapai angka 90 anggota.
Sosok Saptoyo sebagai pengagas dan pendiri POKMASWAS GOAL ini menjadi
sosok penting yan dinilai dari perkembangan anggotanya, belia sering mengatakan
bahwa POKMASWAS GOAL tidak akan berkembang jika tika ada mayarakat lainnya
yag ikut jga, seperti Saptoyo sampaikan, sebagai beriku;
‘’POKMASWAS GOAL ini tidak akan berdiri jika tidak ada anggotanya,
mangkanya untuk memperkembangkan POKMASWAS GOAL masyarakat
sekitar harus ikut berama-sama ikut di dalam kegiatan konservasi’’. (Wawancara,
tanggal 17 Maret 2018)
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa Saptoyo sering
mengajak anggota untuk mengajak masyarakat lainnya, agar dalam kegiatan
konservasi semua elemen masyarakat harus ikut, apalagi masyarakat sekitar yang
notabenya ikut merakasan dengan keberadaan lingkungan yang lestari, sehingga dapat
merasakan rasa memiliki pada lingkungan tempat tinggalnya.
3.4.3.3 POKMASWAS GOAL sebagai Gerakan Lingkungan
95
Gerakan lingkungan, gerakan yang peduli pada makhluk hidup yang ada di
alam semeta ini. Karena alam semesta bukan hanya manusia yang hidup, melainkan
ada makhluk lain yang hidup seperti halnya tanaman, air, tanah, dan makhluk yang
tidak terlihat maka perlu ada rasa menghormati pada makhluk yng lainnya.
POKMASWAS GOAL yang bergerak dalam aspek lingkungan, hal tersebut
dapat di cerminkan dengan pada kegiatan-kegiatan POKMASWAS GOAL seperti
penanaman bibit mangrove, penanaman bibit terumbukarang, pelepasan satwa burung
di kawsan konservasi. Selain itu ada acara ambalwarso atau ulang tahun perayaan
pengiat atas apa yang alam telah berikan kepada manusia selama setaun dengan
memberikan hadiah kepada alam itu sendiri.
3.4.3.4 POKMASWAS GOAL sebagai Gerakan Partisipatori
POKMASWAS GOAL juga bergerak dalam aspek partiipatori, hal tersebut
dibuktikan bahwa adanya kesadaran indvidu untuk berkorban dalam hal ekonomi,
tenaga, dan waktu guna melakukan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki
sistem yang ada di lingkungan masyarakat ataupun sosial masyarakat, hal tersebut di
buktikan oleh Saptoyo dalam mendirikan POKMASWAS GOAL yang bertujuan
untuk mengarahkan masyarakat pada melestarikan lingkungan.
Hal ini di buktikan dengan kegiatan konservasi yang di canangkan
POKMASWAS GOAL melibatkan masyarakat sekitarnya. POKMASWAS GOAL
juga sebagai bentuk difungsi pemerintahan. POKMASWAS GOAL sebagai peran
masyrakat ikut serta membentuk karakter manusia yang anomali terhadap nilai
lingkungan. Hal tersebut dapat digambarkan bahwa pemerintah belum bia membentuk
karakter masyarakat yamg paham terhadap lingkungan.
96
Tabel 9. Perkembangan Fase POKMASWAS GOAL Sendang Biru
Fase Awal (2005-
2011)
Fase Tengah (2012) Fase Akhir (2014)
Proses Munculnya
Gagasan Membentuk
Suatu Gaerakan
Cara menghimpun
perkumpulan dan
membuat kegaiatan
Cara memperkenalkan
perkummpulan
Kesepakatan
keputusan pemberian
nama gerakan dengan
nama POKMASWAS
GOAL
Proses menghimpun
dan menggerakkan
anggota
POKMASWAS
GOAL
Proses pengenalan
POKMASWAS
GOAL ke masyarakat
Sosialisasi dalam
perkumpulan dan
masyarakt tentang
nama di berikan pada
POKMASWAS
GOAL
Kendala dalam
menghimpun dan
menggerakkan
POKMASWAS
GOAL
Pengakuan identitas
perkumpulan dalam
masyarakat
Sumber: Dokumen Olahan Penulis
3.5 Visi dan Misi POKMASWAS GOAL Sendang Biru.
3.5.3 Visi : Hidup Bersama Alam
3.5.4 Misi :
a) Membangun mentalitas masyarakat yang cinta lingkungan
b) Membentuk masyarakat desa konservasi
c) Memanfaatkan sumberdaya alam secara bertanggung jawab melalui program
pemberdayaan masyarakat
d) Berpartisipasi aktif dalam pengembangan desa wisata di Jawa Timur
Berdasarkan visi dan misi POKMASWAS GOAL Sendang Biru yang di buat
sama dengan visi dan misi Yayasan Masyarakat Konservasi Bhakti Alam Sendang Biru
karena merupakan baik POKMASWAS GOAL ialah gerakan awal konservasi Hutan
Mangrve sedangkan Yayasan Masyarakat Konervasi Bhakti Alam sebagai
pendukungPOKMASWAS GOAL agar antara masyarakat dn anggota saling terhubung
baik dalam menghadapi suatu permasalah yang terjadi baik antara anggta ddengan
97
masyarakat sekitar dan juga pengguhung antara masyarakat dengan para anggota
pemerintah negara.