bab iii satelit kelompok i palu

35
BAB III SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 3.1 STRUKTUR ORGANISASI PADA KOMUNIKASI SATELIT Sistem Komunikasi Satelit 23 MANAGER AREA NETWORK PALU ASMAN RADIO ASMAN MUX ASMAN SATELIT “M. NATSIR” OFFICER 3 “DIDIK.T.PRA SETYO” TEKNISI “FANUR” ASMAN SKSO

Upload: diliyanzah-asri

Post on 12-Dec-2014

113 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III Satelit Kelompok I Palu

BAB III

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT

3.1 STRUKTUR ORGANISASI PADA KOMUNIKASI SATELIT

Sistem Komunikasi Satelit 23

MANAGER AREA

NETWORK PALU

ASMAN RADIO

ASMAN MUX

ASMAN SATELIT

“M. NATSIR”

OFFICER 3“DIDIK.T.PRAS

ETYO”

TEKNISI

“FANUR”

ASMAN SKSO

Page 2: BAB III Satelit Kelompok I Palu

3.2 KONSEP DASAR KOMUNIKASI SATELIT

Sistem Komunikasi Satelit pada hakekatnya adalah sistem transmisi

gelombang mikro dimana satelit sebagai repeater tunggal. Berbeda dengan sistem

transmisi gelombang mikro digital teresterial dimana untuk menempuh suatu jarak

tertentu diperlukan banyak stasiun repeater (pengulang).

Di dalam sistem Komunikasi Satelit khususnya yang menggunakan

sistem orbit sinkron (GEO), jarak lintasan sangat jauh ( lebih dari 36.000 km )

maka dibutuhkan energi pancar yang cukup besar. Secara umum Stasiun Bumi

dapat digambarkan sebagai pusat proses modulasi dan demodulasi yang mana data

akan dikonversi menjadi frekuensi menengah dan kemudian dikonversi menjadi

frekuensi gelombang mikro.

Sistem Komunikasi satelit itu terbagi atas dua segment, yaitu space

segment yang berupa satelit itu sendiri dan ground segment yang berupa stasiun

bumi.

Satelit befungsi untuk memperkuat sinyal dan memproses frekuensi

uplink yang memiliki range antara 5,9 – 6,4 GHz menjadi frekuensi downlink

yang berkisar antara 3,7 – 4,2 GHz. Adapun proses pengalihan dari frekuensi

uplink ke downlink yaitu dilakukan pada saat frekuensi uplink dari stasiun bumi

telah sampai di satelit yang kemudian dilewatkan pada Band Pass Filter ( BPF )

untuk melewatkan frekuensi yang diinginkan saja.

Sistem Komunikasi Satelit 24

Page 3: BAB III Satelit Kelompok I Palu

Kemudian frekuensi tersebut diteruskan ke Low Noise Amplifier

(LNA) untuk dikuatkan kemudian dicampur dengan frekuensi 2,225 GHz yang

dihasilkan oleh Local Oscilator ( LO ) sehingga output dari mixer merupakan

frekuensi downlink.

Sebelum sinyal tersebut dipancarkan kembali ke bumi, terlebih dahulu

diperkuat oleh High Power Amplifier ( HPA ) untuk menjaga kondisi sinyal.

Setelah dikuatkan kemudian masuk kembali ke BPF yang kemudian dipancarkan

kembali ke Bumi.

Adapun ground segment menurut jenisnya di bedakan atas :

o Sistem Pengendali Utama ( SPU )

o Stasiun Bumi Besar ( SBB )

o Stasiun Bumi Sedang ( SBS )

o Stasiun Bumi Kecil ( SBK )

Dalam hal ini PT. Telkom ArNet Palu merupakan Stasiun Bumi Besar,

maka kami akan menjelaskan mengenai Stasiun Bumi Besar pada ArNet Palu.

Sistem Komunikasi Satelit 25

Page 4: BAB III Satelit Kelompok I Palu

SENTRAL

IMUX

U/D CONVERTER

HPA

LNA

ANTENA

MODEM IDR

IP LAN

3.3 KONFIGURASI SATELIT DAN JENIS PERANGKAT

Dalam SISKOMSAT Area Network Palu digunakan 2 sistem yaitu

dengan menggunakan MCPC dan IDR. Karena IDR merupakan perkembangan

dari MCPC maka pada laporan ini kami akan menjelaskan sistem IDR.

Sistem komunikasi IDR adalah sistem komunikasi digital melalui

media satelit dengan menggunakan kanal-kanal percakapan dan kanal data dalam

sistem yang terpadu.

Adapun sistem IDR yang digunakan di ArNet Palu menghubungkan

antara : PALU - Buol

PALU - Pagimana

PALU - Kolonedale

DEHYDRATOR

SIRKULATOR

Gambar Konfigurasi Perangkat SisKomSat dengan Menggunakan Modem IDR

Sistem Komunikasi Satelit 26

Page 5: BAB III Satelit Kelompok I Palu

Keterangan :

IMUX : Intelegent Multiplex

IP LAN : InterNet Protokol Local Area Network

U / D : Up / Down Converter

HPA : High Power Amplifier

LNA : Low Noise Amplifier

Adapun fungsi dari setiap perangkat – perangkat diatas adalah sebagai

berikut :

IMUX

IMUX berfungsi menggabungkan beberapa kanal informasi baik itu

berupa voice, data, image dan bentuk info lainnya menjadi suatu

bentuk band atau bidang frequensi tertentu yang kemudian

dikirimkan / ditransmisikan menuju suatu titik tujuan. Seperti system

kerja MUX namun terdapat drop insert exhernet yang berfungsi untuk

keperluan LAN.

IP LAN

Ip LAN berfungsi untuk memonitor ( monitoring )

MODEM IDR

Modem ( Modulator dan Demodulator ) dimana :

Sistem Komunikasi Satelit 27

Page 6: BAB III Satelit Kelompok I Palu

o Modulator adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk

memodulasikan sinyal base band digital menjadi sinyal IF 70 ± 18

MHz.

o Demodulator adalah perangkat yang berfungsi memodulasikan

sinyal IF sehingga dihasilkan kembali sinyal base band digital.

Jenis Modem pada ArNet Palu adalah Modem IDR yang berfungsi

sebagai pengganda saluran.

Untuk arah kirim Modem IDR berfungsi untuk memodulasikan

sinyal base band 2048 KHz menjadi sinyal IF terbimbing yang

mempunyai frekuensi kerja 70 ± 18 Mhz. Untuk arah terima Modem

IDR berfungsi untuk mengubah kembali sinyal 70 ± 18 MHz menjadi

sinyal base band dengan frekuensi 2048 KHz. Modulasi ini bekerja

dengan tekhnik QPSK. Modulasi QPSK adalah modulasi yang

menggunakan perubahan fasa setiap 90,1 phasa mewakili 2 bit.

o Besaran – besaran Penting Dalam Operasi Modem IDR

a.C / N ( Carier to Noise )

Sistem Komunikasi Satelit 28

Page 7: BAB III Satelit Kelompok I Palu

Perbandingan antara daya Carier dan daya noise. Besaran ini

menunjukan kualitas dari sinyal IF yang diterima oleh Modem.

b. Eb / No ( Energi bit to Noise )

Perbandingan antara energi bit dengan rapat daya noise. Besaran

ini juga menunjukan kualitas dari sinyal IF yang diterima oleh

modem, tetapi ada unsur lain yang mempengaruhi besaran Eb/No

ini, yaitu :

- Kecepatan transmisi data

- Noise bandwidth dari modulator

c.Coding Gain

Ukuran performance FEC coding – decoding yang akan

menghasilkan besaran BER yang setara dengan sistem tanpa FEC

coding – decoding tetapi dinaikkan C/N –nya sebesar coding gain

tersebut

d. FEC ( Forward Error Corection )

Perbandingan antara jumlah bit informasi dengan jumlah bit yang

ditransmisikan. Sebagai contoh : FEC Rate = ¾ berarti dalam 4

bit yang ditransmisikan mengandung 3 bit informasi.

e.BER ( Bit Error Rate )

Sistem Komunikasi Satelit 29

Page 8: BAB III Satelit Kelompok I Palu

Perbandingan antara banyak data salah yang diterima seluruhnya.

Sebagai contoh : BER = 10ˉ³ berarti 1 bit data yang error dalam

10³ bit data yang diterima.

f. Information RateBanyaknya bit informasi yang dtransmisikan

dalam satu detik. Sebagai contoh : information rate dari suatu

sistem PCM orde 1 ( 30 kanal PCM ) adalah 2.048 Mbps.

g. Transmission Rate

Banyaknya bit yang ditransmisikan dalam satu detik.

h. Symbol Rate

Banyaknya symbol keluaran modulator per sekon. Pada jenis

modulator QPSK, suatu symbol dua bit yang ditransmisikan

sehingga symbol rate QPSK = ½ x transmission rate.

i. Noise Bandwidth

Bandwidth dari sebuah filter ideal yang akan menghasilkan daya

noise equivalen dengan daya noise keluaran filter pada

demodulator.

UP / DOWN CONVERTER

Sistem Komunikasi Satelit 30

Page 9: BAB III Satelit Kelompok I Palu

UP Converter adalah perangkat yang berfungsi untuk mengubah

sinyal IF menjadi sinyal RF yang akan diteruskan ke HPA ( High

Power Amplifier ). Sinyal IF ini bekerja pada frekuensi 70 ± 18 MHz,

yang kemudian akan diubah menjadi sinyal RF, dengan frekuensi kerja

antara 5,925 – 6,425 GHz.

Down Converter adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk

mengubah sinyal RF yang mempunyai frekuensi kerja 3,7 – 4,2 GHz,

menjadi sinyal IF dengan frekuensi kerja 70 ± 18 MHz.

High Power Amplifier

HPA ( High Power Amplifier ) merupakan suatu perangkat yang

berfungsi untuk memperkuat sinyal RF berdaya rendah yang berasal

dari Up Converter sehingga diperoleh sinyal RF dengan daya yang

cukup untuk disalurkan ke antena dan dipancarkan ke satelit.

ANTENA

Sistem Komunikasi Satelit 31

Page 10: BAB III Satelit Kelompok I Palu

Antena Stasiun Bumi merupakan bagian paling penting dalam

sistem komunikasi satelit karena bagian ini mempunyai fungsi

mengirimkan carrier modulasi RF dari stasiun bumi menuju satelit

dalam frekuensi downlink ( 4 GHz ). Disamping itu antena juga

mempunyai fungsi sebagai penguat akhir sinyal yang akan dikirim ke

satelit maupun sinyal yang diterima dari satelit.

Bagian – bagian penting ANTENA :

a) Reflektor

Berfungsi memantulkan sinyal yang datang dari satelit

menuju satu titik fokus serta memantulkan sinyal yang

dipancarkan dari titik fokus menuju satelit agar diperoleh

gain yang besar.

b) Sub Reflektor

Berfungsi untuk memantulkan kembali sinyal dari reflektor

menuju titik api ( fokus ) dan sebaliknya.

c) Feed Horn

Pada sisi penerima berfungsi untuk menangkap sinyal dari

satelit yang telah dikumpulkan oleh reflector dan sub

reflektor diteruskan LNA. Sebaliknya pada sisi pemancar

berfungsi untuk melepas sinyal dari HPA yang selanjutnya

dipancarkan ke satelit.

d) Polarizer

Sistem Komunikasi Satelit 32

Page 11: BAB III Satelit Kelompok I Palu

Merupakan komponen waveguide yang mempunyai fungsi

untuk memilih polarisasi yang diterima dari satelit sesuai

dengan bidang polarisasi yang dikehendaki.

e) Manual Jack

Berfungsi untuk mengatur arah antena secara manual.

LOW NOISE AMPLIFIER

Merupakan suatu perangkat yang berfungsi untuk menguatkan

sinyal RF berdaya lemah dari satelit dan menekan noise.

3.4 STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP ) DAN STANDARD

MAINTENANCE PROCEDURE ( SMP )

1. STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )

Sistem Komunikasi Satelit 33

Page 12: BAB III Satelit Kelompok I Palu

Tujuan dari Standard Operation Procedure adalah :

a.Menghindari kesalahan SDM dalam pengoperasian perangkat yang

dapat menyebabkan :

Perangkat yang sedang operasi jatuh / tidak berfungsi

Gangguan

Perangkat rusak

b. Mempermudah operator dalam mengoperasikan perangkat

c. Relatif menjaga / memperpanjang usia perangkat

MODEM IDR merk EF-DATA tipe SDM-308B

A. Pengecekan Modulator

1. Buka panel depan modem

2. “ON”kan dengan menekan tombol power

3. Pilih “SELECT CONFIG” dengan menekan tombol panah kiri / kanan

lalu tekan “ENTER”.

4. Pilih “CONFIG MOD” dengan menekan tombol panah kiri / kanan

lalu tekan “ENTER”

5. Gunakan tombol kiri / kanan sampai muncul menu sbb :

a. TXA 3/4 1930,0 kb

b. TX Frekuensi 84,7 MHz

c. RF OUT ON

d. TX Power -20 dBm

Sistem Komunikasi Satelit 34

Page 13: BAB III Satelit Kelompok I Palu

e. Scramble ON

f. Difencdr ON

g. CW MODE OFF

6. Untuk mengubah setting parameter diatas tekan tombol “ENTER”.

7. Gunakan tombol panah atas/bawah hingga diperoleh parameter yang

diinginkan.

8. Tekan “ENTER” lagi.

B. Pengecekan Demodulator

1. Pilih “SELECT CONFIG” dengan menekan tombol panah kiri/kanan

lalu tekan “ENTER”.

2. Pilih “CONFIG DEMOD” dengan menekan tombol panah kiri/kanan

lalu tekan “ENTER”

3. Gunakan tombol kiri/kanan sampai muncul menu sbb :

a. RXA ¾ 1930,0 kb

b. RX Frekuensi 86,6 MHz

c. DSCRAMBLER ON

d. DIFDECDR ON

e. IF LOOPBK OFF ( OPERASI NORMAL )

f. RF LOOPBK OFF ( OPERASI NORMAL )

g. SWP RACQ ( -20.000 S.D 20.000 )

h. BERT_SET 10E-7

4. Untuk mengubah setting parameter di atas tekan tombol “ENTER”

Sistem Komunikasi Satelit 35

Page 14: BAB III Satelit Kelompok I Palu

5. Gunakan tombol panah atas/bawah hingga diperoleh parameter yang

diinginkan.

6. Tekan “ENTER” sekali lagi.

C. Pengecekan Interface

1. Pilih “SELECT CONFIG” dengan menekan tombol panah kiri/kanan

lalu tekan “ENTER”.

2. Pilih “CONFIG INTERFACE” dengan menekan tombol panah

kiri/kanan lalu tekan “ENTER”.

3. Gunakan tombol kiri/kanan sampai muncul menu sbb :

a. TXA CLOCK

b. BUF_CLK

c. EXT_REF pilih 2048 kbps

d. BBLOOPBK OFF ( OPERASI NORMAL )

e. INTF_LBK OFF

f. TX_CODE HDB3

g. RX_CODE HDB3

h. TX_2047 ON

i. TXD_FLT

j. RXD_FLT

k. BUF_SIZE

l. BUF_CNTR

m. READ_ERR

Sistem Komunikasi Satelit 36

Page 15: BAB III Satelit Kelompok I Palu

n. SC_Level Adjust

4. Untuk mengubah setting parameter di atas tekan tombol “ENTER”.

5. Gunakan tombol panah atas/bawah hingga diperoleh parameter yang

diinginkan.

6. Tekan “ENTER” sekali lagi.

D. Pengecekan Sinyal Receive

1. Pilih “SELECT MONITOR” dengan menekan tombol panah

kiri/kanan lalu tekan “ENTER”.

2. Gunakan tombol kiri/kanan sampai muncul menu sbb :

a. RAW_BER < 10ˉ5

b. CORR_BER < 10ˉ8

c. Eb/No 7-13 dB

d. RX SIGNAL 0-45 dBm

e. FIL_STAT

UP / DOWN CONVERTER tipe CM-22943 CMI

Procedure mengaktifkan UP / DOWN CONVERTER

1. “ON”kan saklar power.

2. Pastikan lampu indikator LOCAL menyala.

3. Tekan tombol MENU smapai muncul menu XPDR/frekuensi untuk

mengubah frekuensi yang digunakan.

4. Tekan tombol MENU sampai muncul MENU UTILITY.

5. Tekan panah atas sampai muncul menu UTILITY / MUTE : “ON”.

Sistem Komunikasi Satelit 37

Page 16: BAB III Satelit Kelompok I Palu

6. Ubah posisi mute : “ON” menjadi mute : “OFF” dengan menekan

tombol set dan panah atas/bawah dan set kembali.

Procedure mengubah XPDR / Frekuensi

1. Tekan tombol MENU sampai muncul menu XPDR / Frekuensi.

2. Tekan tombol SET.

3. Isikan XPDR / Frekuensi yang dikehendaki.

4. Tekan tombol SET sekali lagi.

Procedure mengubah attenuasi

1. Tekan tombol MENU sampai muncul menu ATTN

2. Tekan tombol SET

HPA merk VARIAN

Procedure menghidupkan HPA

1. “ON”kan saklar MAINS POWER.

2. Tunggu sekitar 30 menit ( sampai hembusan udara di exhaust terasa

panas ).

3. Untuk mengaktifkan HPA tekan tombol “BEAM ON”

4. Untuk melakukan perubahan level output putar saklar RF DRIVE

ADJUST.

Sistem Komunikasi Satelit 38

Page 17: BAB III Satelit Kelompok I Palu

Procedure mematikan HPA

1. Tekan tombol “BEAM OFF RESET” untuk menonaktifkan HPA.

LNA

Procedure menghidupkan LNA

1. Pasang LNA pada HUB antenna

2. Hubungkan LNA dengan sumber catuan LNA

3. ON kan power supply dan set tegangan keluarannya antara -12 V

sampai dengan -24 V DC.

Procedure mematikan LNA

1. OFF kan DC power supply.

2. Lepaskan hubungan LNA dari power supply.

DEHIDRATOR

Procedure menghidupkan dehidrator

1. Pastikan output dehidrator mencatu wave guide yang dipelihara.

2. Cek catu tegangan telah masuk.

3. “ON”kan saklar MAINS POWER.

4. Dehidrator akan menyala, tunggu beberapa menit.

5. Setelah lebih kurang 15 menit dehidrator akan menyala dan berhenti

dengan sendirinya, maka dehidrator normal.

6. Jika masih menyala terus berarti ada kerusakan pada dehidrator

tersebut.

Sistem Komunikasi Satelit 39

Page 18: BAB III Satelit Kelompok I Palu

7. Untuk mematikannya, “OFF”kan pada saklar main power.

2. STANDARD MAINTENANCE PROCEDURE

Tujuan dari pemeliharaan ( maintenance ) perangkat antara lain :

a. Menjaga umur perangkat

b. Meningkatkan performansi dan keandalan perangkat

c. Mengetahui lebih awal bila terjadi kesalahan procedure perangkat

MODEM IDR merk EF-DATA tipe SDM-308B

1. Harian

a. Pengecekan lampu indicator

b. Pengecekan alarm indicator

c. Cek kondisi BIR

d. Pengamatan display :

- Tx frekuensi

- RF out

- Tx power

- Rx frekuensi

- RF loop

Sistem Komunikasi Satelit 40

Page 19: BAB III Satelit Kelompok I Palu

- Raw BER

- Corr BER

- Eb / No

- Rx signal

- Monitor fault / menu fault

2. Mingguan

Pengukuran power supply

3. Semesteran

Pengukuran RF sample HPA fault dengan spectrum analyzer

UP / DOWN CONVERTER tipe CM-22943 CMI

1. Harian

a. Pengecekan lampu indicator

b. Pengecekan alarm inidkator

c. Pengecekan 10 GHz

d. Cek kondisi BIR

2. Mingguan

Switch over dari A ke B untuk sistem redundant

3. Triwulanan

Pengukuran :

- Power Supply

- Frekuensi phase lock source

Sistem Komunikasi Satelit 41

Page 20: BAB III Satelit Kelompok I Palu

- AFC / MFC

- Up Converter

- Down Converter

4. Semesteran

Pengukuran :

- Spurious arah up

- Gain up converter dan flatness

- Gain down converter dan flatness

HPA merk Varian

1. Harian

a. Pengecekan lampu indicator

b. Hembusan blower exhaust TWT ( panas )

c. Meter Reading :

- Helix current ( mA )

- Collector current ( mA )

- Output power

- Reflected power

d. Cek kondisi BER

2. Mingguan

Procedure switchover HPA untuk yang redundant

Sistem Komunikasi Satelit 42

Page 21: BAB III Satelit Kelompok I Palu

a. Pastikan RF switching module HPA berada pada posisi

manual dan local.

b. Pastikan HPA stand by dalam posisi “Power ON”

c. Tekan tombol switch pada RF switching module untuk mengaktifkan

HPA stand by.

d. Cek parameter HPA / RF SAMPLE

3. Bulanan

a. Pembersihan filter udara bagian depan

b. Pembersihan exhaust filter

4. Triwulan

Pembersihan front panel dengan menggunakan lap halus

LNA

1. Harian

a. Pengecekan lampu indicator switch

b. Pengecekan lampu indicator power supply

c. Pengecekan feeder receiver

d. Cek kondisi BIR

2. Mingguan

a. Switch over LNA a ke b bagi yang redundant

3. Semesteran

a. Pengecekan gain LNA

b. Pengukuran C / N

Sistem Komunikasi Satelit 43

Page 22: BAB III Satelit Kelompok I Palu

Dehidrator

1. Harian

a. Pengecekan perioda kerja (minimum 30 menit )

b. Cek kondisi BIR

2. Bulanan

a. Pengecekan warna silica gel

b. Pengecekan tekanan udara

c. Pengecekan fungsi

Antena

1. Harian

a. Pengecekan feeder sampai antena

b. Cek kondisi BIR ( bersih, indah, rapi )

2. Mingguan

a. Pengecekan fungsi rain deviator

3. Bulanan

a. Pengecekan milar

. 4. Triwulan

a. Pelumasan pada ulir, sumbu, dan bagian lain naple

b. Pointing antena

5. Semesteran

a. Pencucian bagian belakang antena

b. Penggantian oli motor antena 10 meter dan cek kondisi fisik

Sistem Komunikasi Satelit 44

Page 23: BAB III Satelit Kelompok I Palu

6. Tahunan

a. Pencucian bagian muka antena dan pengecetan 1 tahunan atau tahunan

(tergantung kondisi )

b. Pengecekan crosspol dan fungsi motor antena

4.5 TROUBLE SHOOTING / ANALISIS GANGGUAN

Pada hakekatnya suatu perangkat tidak selamanya dalam kondisi ideal,

kadangkala perangkat tersebut mengalami gangguan sehingga secara otomatis

dapat mengganggu kinerja proses komunikasi. Hal ini kadangkala disebabkan

karena kondisi perangkat itu sendiri, atau kesalahan pengoperasian perangkat itu

sendiri. Perangkat stasiun bumi Palu tentunya memerlukan beberapa penanganan

khusus untuk menjaga kondisi perangkat, baik itu pada saat pengoperasian atau

pun saat terjadinya troubleshooting, yang tentunya membutuhkan maintenance

(perawatan) serta proses pengoperasian masing-masing perangkat itu sendiri.

Adapun gangguan (troubleshooting) yang sering terjadi di stasiun bumi Palu

antara lain :

1. Eb / No rendah

Penyebabnya :

√ Kondisi propagasi perangkat

Sistem Komunikasi Satelit 45

Page 24: BAB III Satelit Kelompok I Palu

Akibatnya :

√ Terjadinya alarm dan disconnect hubungan komunikasi (mengalami

failure)

√ Memperburuk proses komunikasi

Penanggulangannya :

√ Melakukan checking pada spectrum Analyzer dan melakukan

loopback . Setelah melakukan hal tersebut maka langkah-langkah

yang kemudian dilakukan yaitu :

Menaikkan Tx power MODEM

Menurunkan Atenuasi di Up Converter

Menaikkan daya pancar di HPA

2. Retransmit

Penyebabnya :

√ Konektor yang terpasang

√ Kabel-kabel yang terkelupas

√ Terminasi yang tidak terpasang dengan baik

√ Grounding dari Switching Rf / If yang kurang baik

Penanganannya :

√ Kencangkan semua konektor – konektor Rf / If

√ Tutup semua terminasi

√ Ganti / perbaiki perkabelan dan sistem grounding

√ Check kondisi switching

Sistem Komunikasi Satelit 46

Page 25: BAB III Satelit Kelompok I Palu

√ Untuk meminimalkan gangguan retransmit agar sampai menyebrang

ke transponder lain, sebaiknya IF filter yang terpasang mempunyai

lebar BW 40 MHz

3. Perangkat Satelit Mati Total

Penyebabnya :

√ Listrik padam dialihkan ke UPS ( UPS pada satelit mengalami

gangguan )

Akibatnya :

√ Perangkat Satelit sama sekali tidak nyala,saat dicoba untuk

menyalakan UPS perangkat nyala tetapi tiba-tiba mati lagi.

√ Hubungan komunikasi satelit baik itu berupa suara maupun data

terputus.

Penanganannya :

√ Saklar pada perangkat diturunkan.

√ Pengecekan tegangan dan arus pada UPS yang dilakukan oleh officer

bagian CME.

√ Saklar perangkat dan UPS dinyalakan secara bersamaan.

√ Melakukan penghidupan perangkat Satelit kembali.

Sistem Komunikasi Satelit 47