bab iii perseroan terbatas sebagai badan hukum 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-t...

81
Universitas Indonesia 39 BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum Dengan Tanggungjawab Terbatas A. Karakteristik Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum Perseroan Terbatas (Limited Liability Company, Naamloze Vennootschap) adalah bentuk yang paling populer dari semua bentuk badan bisnis. Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang sudah berumur lebih dari seratus tahun. Selama perjalanan waktu tersebut telah banyak terjadi perkembangan ekonomi dan dunia usaha baik nasional maupun internasional. Hal ini mengakibatkan KUHD tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan. Disamping itu, diluar KUHD masih terdapat pula pengaturan badan hukum semacam PT bagi golongan Bumi Putra, sehingga timbul dualisme badan hukum perseroan yang berlaku bagi warga negara Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, dan memenuhi kebutuhan hukum yang sesuai dengan tuntutan perkembangan dan pembangunan nasional perlu diadakan pembaruan hukum tentang PT. Pada tahun 1995 mulailah babak baru karena pada tanggal 7 Maret 1995 telah diundangkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Undang-undang ini mencabut ketentuan Pasal 35 -36 KUHD tentang Perseroan Terbatas dan berikut segala perubahannya terakhir dengan Undang-Undang No. 4 tahun 1971 dan Stb. No. 569 dan No. 717 Tahun 1939 tentang Ordonansi Maskapai Andil Indonesia. Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 terdiri dari 12 bab dengan 129 pasal dan mulai berlaku satu tahun kemudian terhitung sejak tanggal diundangkan. Selanjutnya Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 diganti dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 50 terdiri dari 16 bab dengan 161 pasal. 51 Perseroan terbatas merupakan salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional perlu diberikan landasan hukum yang kuat untuk lebih memacu pembangunan nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas 50 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas selanjutnya disebut UUPT. 51 Neni Sri Imaniyati, op.cit, hlm 131. Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Upload: dinhque

Post on 08-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

39

BAB III

PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM

1. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum Dengan Tanggungjawab

Terbatas

A. Karakteristik Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum

Perseroan Terbatas (Limited Liability Company, Naamloze Vennootschap)

adalah bentuk yang paling populer dari semua bentuk badan bisnis. Perseroan

Terbatas (PT) diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang

sudah berumur lebih dari seratus tahun. Selama perjalanan waktu tersebut telah

banyak terjadi perkembangan ekonomi dan dunia usaha baik nasional maupun

internasional. Hal ini mengakibatkan KUHD tidak sesuai lagi dengan tuntutan

perkembangan. Disamping itu, diluar KUHD masih terdapat pula pengaturan

badan hukum semacam PT bagi golongan Bumi Putra, sehingga timbul dualisme

badan hukum perseroan yang berlaku bagi warga negara Indonesia.

Untuk mengatasi hal ini, dan memenuhi kebutuhan hukum yang sesuai

dengan tuntutan perkembangan dan pembangunan nasional perlu diadakan

pembaruan hukum tentang PT. Pada tahun 1995 mulailah babak baru karena pada

tanggal 7 Maret 1995 telah diundangkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995

tentang Perseroan Terbatas. Undang-undang ini mencabut ketentuan Pasal 35 -36

KUHD tentang Perseroan Terbatas dan berikut segala perubahannya terakhir

dengan Undang-Undang No. 4 tahun 1971 dan Stb. No. 569 dan No. 717 Tahun

1939 tentang Ordonansi Maskapai Andil Indonesia. Undang-Undang No. 1 Tahun

1995 terdiri dari 12 bab dengan 129 pasal dan mulai berlaku satu tahun kemudian

terhitung sejak tanggal diundangkan. Selanjutnya Undang-Undang No. 1 Tahun

1995 diganti dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 200750 terdiri dari 16 bab

dengan 161 pasal.51

Perseroan terbatas merupakan salah satu pilar pembangunan perekonomian

nasional perlu diberikan landasan hukum yang kuat untuk lebih memacu

pembangunan nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas

50 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas selanjutnya disebutUUPT.

51 Neni Sri Imaniyati, op.cit, hlm 131.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 2: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

40

kekeluargaan, dengan tetap memunculkan prinsip-prinsip keadilan dalam

berusaha. Perseroan terbatas merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan

perjanjian untuk melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya

terbagi dalam saham, serta memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam undang-

undang dan peraturan pelaksanaannya. Kegiatan usaha dari perseroan harus sesuai

dengan maksud dan tujuan didirikannya perseroan, serta tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan.

Perseroan terbatas merupakan subyek hukum yang berhak menjadi

pemegang hak dan kewajiban, termasuk menjadi pemilik dari suatu benda atau

harta kekayaan tertentu. Perseroan terbatas adalah badan hukum yang merupakan

artificial person, yaitu sesuatu yang diciptakan oleh hukum untuk memenuhi

perkembangan kebutuhan kehidupan masyarakat. Ketentuan tersebut dapat

ditemukan pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 519 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (KUHPdt) yang berbunyi “Ada barang yang bukan milik

siapapun, barang lainnya adalah milik negara, milik persekutuan atau milik

perorangan”.52

Menurut Ridwan Khairandy,53 istilah Perseroan Terbatas (PT) yang

digunakan di Indonesia dewasa ini, dulunya dikenal dengan istilah (Naamloze

Vennotschap disingkat NV). Bagaimana asal muasal digunakannya istilah

Perseroan Terbatas dan disingkat dengan PT tidak dapat ditelusuri secara jelas.

Sebutan tersebut telah menjadi baku di dalam masyarakat bahkan juga dibakukan

di dalam berbagai peraturan perundang-undangan, misalnya Undang-Undang

No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) (sebelumnya diatur dalam

UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas) dan Undang-Undang No. 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM).

Didalam hukum Inggris PT dikenal dengan istilah Limited Company.

Company memberikan makna bahwa lembaga usaha yang diselenggarakan itu

tidak seorang diri, tetapi terdiri dari beberapa orang yang tergabung dalam suatu

badan. Limited menunjukkan terbatasnya tanggungjawab pemegang saham dalam

arti bertanggungjawab tidak lebih dari dan semata-mata dengan harta kekayaan

52 Frans Satrio Wicaksono, Tanggungjawab Pemegang Saham, Direksi, Dan KomisarisPerseroan Terbatas (PT), Visimedia, Jakarta, 2009, hlm 2.

53 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas ... op.cit, hlm 1.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 3: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

41

yang terhimpun dalam badan tersebut. Dengan kata lain hukum Inggris lebih

menampilkan segi tanggungjawabnya. Pemegang saham pada dasarnya tidak

dapat dimintakan tanggungjawab melebihi jumlah nominal saham yang ia setor ke

dalam perseroan.54

Didalam hukum Jerman PT dikenal dengan istilah Aktien Gesellschaft.

Aktien adalah saham. Gesellschaft adalah himpunan. Berarti hukum Jerman lebih

menampilkan segi saham yang merupakan ciri bentuk usaha ini.55

Menurut Rudhi Prasetya,56 istilah PT yang digunakan di Indonesia

sebenarnya mengawinkan antara sebutan yang digunakan hukum Inggris dan

hukum Jerman. Disatu pihak ditampilkan segi sero atau sahamnya, tetapi

sekaligus disisi lain juga ditampilkan segi tanggungjawabnya yang terbatas.

Neni Sri Ismaniyati memberikan uraian mengenai unsur-unsur badan

hukum pada perseroan terbatas dan unsur-unsur perseroan sebagai berikut:57

a. Unsur-unsur badan hukum pada Perseroan Terbatas

Sebagai badan hukum,58 perseroan harus memenuhi unsur-unsur badan

hukum seperti ditentukan dalam UUPT, yang diuraikan sebagai berikut:

(a) Organisasi yang teratur

Sebagai organisasi yang teratur, perseroan mempunyai organ yang

terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris

(Pasal 1 butir (2) UUPT). Keteraturan organisasi dapat diketahui melalui

ketentuan UUPT, Anggaran Dasar perseroan, Anggaran Rumah Tangga

perseroan, dan keputusan RUPS.

(b) Kekayaan sendiri

54 Walter Woon, Company Law, Sweet & Maxwell Asia, Selangor Darul Ehsan, 2002, hlm7 dalam Ridwan Khairandy, Ibid, hlm 3.

55 Norbert Horn, et.al, ed, German Private and Commercial Law: An Introduction,Clarendon Press, Oxford, 1982, hlm 257dalam Ridwan Khairandy, ibid.

56 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bakti, Bandung,1996, hlm 43.

57 Neni Sri Ismaniyati, op.cit, hlm 132 - 134.58 Dengan status PT. sebagai badan hukum, maka sejak itu hukum memberlakukan pemilik

atau pemegang saham dan pengurus atau direksi terpisah dari PT itu sendiri yang dikenal denganistilah “separate legal personality, yaitu sebagai individu yang berdiri sendiri. Dengan demikianpemegang saham tidak mempunyai kepentingan dalam kekayaan PT, sehingga tidakbertanggungjawab atas utang-utang perusahaan atau PT. I.G.Rai Widjaya, Hukum Perusahaan,Ksaint Blanc, Bekasi, 2003, hlm 131.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 4: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

42

Perseroan memiliki kekayaan sendiri berupa modal dasar yang terdiri

dari seluruh nilai nominal saham (Pasal 31 ayat (1) UUPT) dan kekayaan

dalam bentuk lain yang berupa benda bergerak dan tidak bergerak, benda

berwujud dan tidak berwujud, misalnya kendaraan bermotor, gedung

perkantoran, barang inventaris, surat berharga, piutang perseroan.

(c) Melakukan hubungan hukum sendiri

Sebagai badan hukum, perseroan melakukan hubungan hukum sendiri

dengan pihak ketiga yang diwakili oleh direksi. Menurut ketentuan Pasal 92

UUPT, Direksi bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk

kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam

maupun di luar pengadilan.

(d) Mempunyai tujuan sendiri

Sebagai badan hukum yang melakukan kegiatan usaha, perseroan

mempunyai tujuan sendiri. Tujuan tersebut ditentukan dalam Anggaran

Dasar perseroan (Pasal 15 butir (b) UUPT). Karena perseroan menjalankan

perusahaan, maka tujuan utama perseroan adalah mencari keuntungan dan

atau laba.

b. Unsur-unsur perseroan

Berdasarkan definisi perseroan yang telah dikemukakan diatas, maka

sebagai perusahaan badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur seperti

diuraikan berikut ini:

(a) Badan hukum

Setiap perseroan adalah badan hukum, artinya badan yang memenuhi

syarat keilmuan sebagai pendukung kewajiban dan hak, antara lain

memiliki harta kekayaan sendiri terpisah dari harta kekayaan pendiri atau

pengurusnya. Dalam UUPT secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 butir (1)

bahwa perseroan adalah badan hukum.

(b) Didirikan berdasarkan perjanjian

Setiap perseroan didirikan berdasarkan perjanjian. Artinya harus ada

sekurang-kurangnya dua orang yang bersepakat mendirikan perseroan yang

dibuktikan secara tertulis yang tersusun dalam bentuk Anggaran Dasar,

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 5: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

43

kemudian dimuat dalam akta pendirian yang dibuat di muka notaris. Setiap

pendiri wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan.

Ketentuan ini adalah asas dalam pendirian perseroan.

(c) Melakukan kegiatan usaha

Setiap perseroan melakukan kegiatan usaha, yaitu kegiatan dalam

bidang perekonomian (industri, dagang, jasa) yang bertujuan mendapat

keuntungan dan atau laba. Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan

perusahaan. Supaya kegiatan usaha itu sah harus mendapat ijin usaha dari

pihak yang berwenang dan didaftarkan dalam daftar perusahaan menurut

undang-undang yang berlaku.

(d) Modal dasar

Setiap perseroan harus mempunyai modal dasar yang seluruhnya

terbagi dalam saham. Modal dasar disebut juga modal statuter, dalam

bahasa Inggris disebut authorized capital. Modal dasar merupakan harta

kekayaan perseroan sebagai badan hukum, yang terpisah dari harta

kekayaan pribadi pendiri, organ perseroan, pemegang saham. Menurut

ketentuan Pasal 32 UUPT, modal dasar perseroan sekurang-kurangnya 50

(lima puluh) juta rupiah.

(e) Memenuhi persyaratan undang-undang

Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan undang-undang

perseroan dan peraturan pelaksanaannya. Unsur ini menunjukan bahwa

perseroan menganut sistem tertutup (closed system).

I.G.Rai Widjaya mengemukakan karakteristik suatu PT sebagai berikut:59

(1) sebagai asosiasi modal;

(2) kekayaan dan utang PT terpisah dari kekayaan dan utang pemegang saham;

(3) pemegang saham:

(a) bertanggungjawab hanya pada apa yang disetorkan atau

tanggungjawab terbatas (limited liability);

(b) tidak bertanggungajwab atas kerugian perseroan (PT) melebihi saham

yang telah diambilnya;

59 I.G.Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, Ksaint Blanc, Bekasi, 2003, hlm 143.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 6: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

44

(c) tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas

nama perseroan;

(4) adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau

direksi;

(5) memiliki komisaris yang berfungsi sebagai pengawas;

(6) kekuasaan tertinggi berada pada Rapat Umum Pemegang Saham atau

RUPS.

Dengan demikian dapat dilihat dan disimpulkan bahwa pada dasarnya suatu

perseroan terbatas mempunyai ciri-ciri sekurang-kurangnya sebagai berikut:60

(1) memiliki status hukum tersendiri, yaitu sebagai suatu badan hukum, yaitu

subyek hukum artificial, yang sengaja diciptakan oleh hukum untuk

membantu kegiatan perekonomian, yang dipersamakan dengan individu

manusia, orang-perorangan;

(2) memiliki harta kekayaan sendiri yang dicatatkan atas namanya sendiri, dan

pertanggungjawaban sendiri atas setiap tindakan, perbuatan, termasuk

perjanjian yang dibuat. Ini berarti perseroan dapat mengikatkan dirinya

dalam satu atau lebih perikatan, yang berarti menjadikan perseroan sebagai

subyek hukum mandiri (persona standi in judicio) yang memiliki kapasitas

dan kewenangan untuk dapat menggugat dan digugat di hadapan

pengadilan;

(3) tidak lagi membebankan tanggungjawabnya kepada pendiri, atau pemegang

sahamnya, melainkan hanya untuk dan atas nama dirinya sendiri, untuk

kerugian dan kepentingan dirinya sendiri;

(4) kepemilikannya tidak digantungkan pada orang perorangan tertentu, yang

merupakan pendiri atau pemegang sahamnya. Setiap saat saham perseroan

dapat dialihkan kepada siapapun juga menurut ketentuan yang diatur dalam

Anggaran Dasar dan undang-undang yang berlaku pada suatu waktu

tertentu;

(5) keberadaannya tidak dibatasi jangka waktunya dan tidak lagi dihubungkan

dengan eksistensi dari pemegang sahamnya;

60 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Pemilik, Direksi & Komisaris PT, ForumSahabat,Cetakan Pertama, Jakarta, 2008, hlm 11 – 12.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 7: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

45

(6) pertanggungjawaban yang mutlak terbatas, selama dan sepanjang para

pengurus (direksi), dewan komisaris dan atau pemegang saham tidak

melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang tidak boleh dilakukan.

B. Terbatasnya Tanggungjawab Perseroan Terbatas

Perseroan sebagai makhluk atau subyek hukum artifisial disahkan oleh

negara menjadi badan hukum memang tetap tidak bisa dilihat dan tidak dapat

diraba (invicible and intangible). Akan tetapi eksistensinya riil ada sebagai subyek

hukum yang terpisah (separate) dan bebas (independent) dari pemiliknya atau

pemegang sahamnya maupun dari pengurus dalam hal ini direksi perseroan.

Secara terpisah dan independen perseroan melalui pengurus dapat melakukan

perbuatan hukum (rechshandeling, legal act), seperti melakukan kegiatan untuk

dan atas nama perseroan membuat perjanjian, transaksi, menjual aset dan

menggugat atau digugat serta dapat hidup dan bernapas sebagai layaknya manusia

(human being) selama jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran

Dasar belum berakhir. Membayar pajak atas namanya sendiri. Namun tidak bisa

dipenjarakan, akan tetapi dapat menjadi subyek perdata maupun tuntutan pidana

dalam bentuk hukum “denda”. Utang perseroan menjadi tanggungjawab dan

kewajiban perseroan, dalam kedudukan dan kapasitasnya sebagai badan hukum

atau entitas yang terpisah (separate entity) dan independen dari tanggungjawab

pemegang saham.61

Perseroan Terbatas merupakan persekutuan modal, dimana modal dasarnya

terbagi atas saham. Sebagai badan hukum, PT memiliki kekayaan sendiri yang

merupakan harta kekayaan dari suatu kesatuan yang dapat dicatatkan atas

namanya sendiri. Kepemilikannya diwadahkan dalam bentuk saham yang dapat

dialihkan kepada siapapun. Hal ini yang menegaskan bahwa PT merupakan badan

hukum yang sama seperti manusia sebagai subyek hukum yaitu memiliki hak dan

kewajiban, dapat melakukan perbuatan hukum, dapat digugat dan dapat

menggugat, dan memiliki harta kekayaan sendiri. Yang membedakan badan

hukum dengan subyek hukum manusia juga berlaku terhadap PT adalah dalam hal

61 Rutzel MSJD cs, Conteraporary Business Law, Fourth Edition, Mc Graw Hill,Publishing Company, 1990, hlm 821 dalam M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, SinarGrafika, Jakarta, 2009, hlm 37 - 38.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 8: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

46

eksistensi dan pertanggungjawaban. Manusia pada hakikatnya bahwa ia berawal

dari dilahirkan, berwujud dan berakhir dengan kematian (suatu hal yang pasti).

Berbeda dengan PT sebagai badan hukum, dimana sebagai subyek hukum adalah

tidak berwujud yang merupakan artificial person. Hakikat badan hukum sebagai

subyek hukum berbeda dengan hakikat manusia sebagai subyek hukum. PT

dilahirkan dengan proses pendirian PT, namun PT tidak berhadapan dengan

kematian selayaknya manusia yang memiliki nyawa. PT memiliki masa hidup

yang lama dan atau abadi yang usianya tidak ditentukan oleh masa hidup

pemiliknya. Demi terwujudnya maksud dan tujuannya, PT dalam melakukan

suatu perbuatan-perbuatan hukum, PT diwakili oleh organ-organ62 yang ada

dalam PT. Sehingga dalam pertanggungjawaban atas perbuatan-perbuatan hukum

PT ditanggung oleh organ PT dan berlaku juga didalamnya prinsip

pertanggungjawaban terbatas oleh PT.

Perseroan Terbatas terdiri dari dua kata, yakni perseroan dan terbatas.

“Perseroan” merujuk kepada modal PT yang terdiri dari sero-sero atau saham-

saham, sedangkan kata “terbatas” merujuk kepada tanggungjawab pemegang

saham yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal saham yang dimilikinya.63

Dasar pemikiran bahwa modal PT itu terdiri atas sero-sero atau saham-

saham dan PT adalah badan hukum dapat ditelusuri dari ketentuan Pasal 1 angka 1

UUPT, yaitu:

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badanhukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkanperjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yangseluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yangditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.

Perseroan terpisah dan berbeda dengan pemiliknya/pemegang saham, maka

tanggungjawab pemegang saham hanya terbatas sebesar nilai sahamnya

sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (1) UUPT:

“Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atasperikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawabatas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki”.

62 Pasal 1 angka 2 UUPT menyebutkan bahwa Organ Perseroan adalah Rapat UmumPemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris.

63 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas ... op.cit, hlm 1.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 9: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

47

Ketentuan dalam ayat ini mempertegas bahwa pemegang saham hanya

bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak

meliputi harta kekayaan pribadinya.

Tanggungjawab terbatas ini memberikan fleksibilitas dalam

mengalokasikan risiko dan keuntungan antara equity holders dan debt holders,

mengurangi biaya pengumpulan transaksi-transaksi dalam perkara insolvensi, dan

mempermudah serta secara substansial menstabilkan harga saham.

Tanggungjawab terbatas juga berperan penting dengan memberikan kemudahan

dalam pendelegasian manajemen. Selain itu, dengan mengalihkan risiko bisnis

dari pemegang saham ke kreditor, maka tanggungjawab terbatas memasukkan

kreditor sebagai pengawas manajer perusahaan. Tugas pengawasan ini lebih baik

jika dijalankan oleh kreditor daripada oleh pemegang saham dalam perusahaan

yang kepemilikan sahamnya tersebar secara luas. Tanggungjawab terbatas dalam

perjanjian harus dibedakan dengan tanggungjawab dalam perbuatan melawan

hukum (tort). Ketika menggunakan istilah tanggungjawab terbatas, maka hal ini

mengacu pada tanggungajwab terbatas dalam perjanjian, yaitu tanggungjawab

terbatas pada kreditor secara suka rela yang memiliki tuntutan kontraktual dan

korporasi. Adapun tanggungjawab terbatas dalam tort adalah tanggungjawab

terbatas pemegang saham terhadap kreditor korporasi dengan tidak sukarela,

misalnya pihak ketiga yang dirugikan akibat tindakan kelalaian korporasi.64

Keperluan adanya tanggungjawab terbatas bagi harta kekayaan pribadi

pemegang saham, memberikan manfaat kepada pemegang saham bahwa tidak

semua kegiatan dari pengurus perseroan terbatas memerlukan pengetahuan

bahkan persetujuan dari pemegang saham. Konteks ini akhirnya mengurangi

peran pemegang saham dalam melakukan pengawasan secara terus menerus

terhadap kegiatan pengelolaan perusahaan. Peran ini kemudian disederhanakan

menjadi peran Rapat Umum Pemegang Saham pada setiap tahunnya dalam bentuk

Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham. Dalam hal tertentu, yang diperkirakan

membawa akibat pengaruh finansial atau kebijakan yang luas dan besar bagi

perseroan, keterlibatan pemegang saham juga dapat dimintakan, yang terwujud

dalam bentuk penyelenggaraan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham. Hal

64 Ridwan Khairandy, ibid, hlm 15.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 10: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

48

tersebut disadari atau tidak, pada akhirnya memberikan kebebasan kepada

pengurus perseroan untuk mengelola perseroan dan mencari keuntungan bagi

perseroan dengan tetap berpedoman pada maksud dan tujuan serta untuk

kepentingan perseroan. Hal inilah juga yang nantinya menjadi dasar kebijakan

bagi lahirnya “business judgment rule principle” yang memberikan perlindungan

bagi setiap keputusan usaha atau bisnis yang diambil oleh direksi yang telah

dilakukannya dengan penuh kehati-hatian dan dengan itikad baik sesuai maksud

dan tujuan serta untuk kepentingan perseroan.65

M. Yahya Harahap,66 memberikan pendapat mengenai “pertanggung

jawaban terbatas” sebagaimana Pasal 3 ayat (1) UUPT, bahwa:

- Perseroan tidak bertanggung jawab terhadap utang pemegang saham (not

liable of its shareholders) sebaliknya pemegang saham tidak bertanggung

jawab terhadap utang perseroan;

- Kerugian yang ditanggung pemegang saham hanya terbatas harga saham

yang mereka investasikan (their lose is limited to their investment);

- Pemegang saham, tidak bertanggungjawab lebih lanjut kepada kreditor

perseroan atas aset pribadinya.

Namun hal itu tidak mengurangi kemungkinan pemegang saham

bertanggungjawab sampai meliputi harta pribadinya, apabila dia secara itikad

buruk (bad faith) memperalat perseroan untuk kepentingan pribadi, atau

pemegang saham bertindak sebagai borgtoch terhadap kreditor atas utang

perseroan.

Tanggungjawab terbatas dari pemegang saham PT merupakan salah satu

karakteristik PT. Namun demikian adakalanya tanggungjawab terbatas dari

pemegang saham tersebut bisa hapus atau hilang. Hal ini bisa terjadi apabila

terbukti antara lain oleh adanya itikad buruk (bad faith) dari pemegang saham

atau telah terjadi pembauran harta kekayaan pribadi dengan harta kekayaan

perseroan, sehingga perusahaan atau PT didirikan hanya semata-mata sebagai alat

yang dipergunakan oleh pemegang saham untuk kepentingan pribadinya.

Menurut Pasal 3 ayat (2) UUPT, tanggungjawab terbatas pemegang saham

hapus atau tidak berlaku apabila :

65 Gunawan Widjaja, op.cit, hlm 21-22.66 M. Yahya Harahap, op.cit, hlm 59.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 11: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

49

a. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;

b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung

dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi;

c. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan

hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau

d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung

secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang

mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi

utang Perseroan.

Hapusnya atau tidak berlakunya tanggungjawab terbatas disebut dengan

istilah “piercing the corporate veil” atau “lifting the veil” yang artinya menembus

cadar perusahaan atau membuka tabir perusahaan.67

Penerapan tanggungjawab pribadi anggota direksi dapat dilihat dalam

putusan Mahkamah Agung di perkara PT Bank Perkembangan Asia vs PT Djaja

Tunggal cs, No. 1916K/Pdt/1991 (1996).68 Dalam putusan ini Mahkamah Agung

membatalkan putusan Pengadilan Tinggi. Menurut Mahkamah Agung,

tanggungjawab suatu perseroan dapat dipikulkan para pengurus apabila tindakan

atas nama perseroan mengandung persekongkolan dengan itikad buruk yang

menimbulkan kerugian kepada pihak lain. Dalam perkara ini tergugat II, III, IV,

dan V sebagai Direksi atau Komisaris PT. Bank Perkembangan Asia dan

sekaligus pula sebagai direksi atau komisaris PT Djaja Tunggal (tergugat I)

memanfaatkan uang kepada tergugat I tanpa analisis kredit. Merekapun sudah

tahu agunan kredit tersebut adalah tanah hak guna bangunan (HGB) sudah habis

waktunya pada 25 September 1980, sehingga sudah menjadi tanah negara.

Sengketa ini bermula dari PT Bank Perkembangan Asia memberikan

kredit kepada PT Djaja Tunggal. Kredit telah beberapa kali diperpanjang,

sehingga akhirnya utang berjumlah menjadi Rp.5.502.293.038,84. Perjanjian

kredit diberikan dengan jaminan HGB No.39 dan No.40 berikut bangunan pabrik

atas nama PT Djaja Tunggal.

67 I.G.Rai Widjaya, op.cit, hlm 146.68 Erman Rajagukguk, Pengelolaan Perusahaan yang Baik; Tanggungjawab Pemegang

Saham, Komisaris, dan Direksi, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 26-No.3 Tahun 2007, hlm 27 – 28dalam Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas ... op.cit, hlm 225 – 227.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 12: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

50

Pada saat semua kredit tersebut jatuh tempo, PT Djaja Tunggal tidak dapat

membayar. Perusahaan ini berhenti beroperasi karena menderita rugi 75%,

sehingga perusahaan menyatakan diri tidak mampu membayar utangnya kepada

penggugat dalam keadaan insolvensi. Ternyata direktur dan komisaris bank

pemberi kredit sama orangnya dengan direktur dan komisaris PT Djaja Tunggal.

Ternyata pula, agunan tanah HGB No.39 dan No.40 telah habis masa berlakunya,

sehingga statusnya menjadi tanah negara.

Kekalutan PT Bank Perkembangan Asia menyebabkan Bank Indonesia

mengganti pengurus bank, dan bank mengajukan gugatan kepada bekas direksi

dan komisarisnya serta PT Djaja Tunggal.

Dalam jawabannya, para tergugat menyatakan, antara lain, uang tersebut

adalah utang PT Djaja Tunggal dan karenanya menjadi tanggungjawab PT Djaja

Tunggal, sebatas harta kekayaan perusahaan tersebut. Oleh karenanya Tergugat II

dan sampai V secara pribadi tidak harus dimintakan tanggungjawab terhadap

utang PT Djaja Tunggal (Tergugat I).

Pengadilan Negeri Bogor dalam putusannya, antara lain menyatakan:

(1) Tergugat I, PT Djaja Tunggal berutang kepada Penggugat sebesar

Rp.5.502.293.038,83.

(2) Tergugat I, PT Djaja Tunggal telah ingkar janji (wanprestasi) kepada

penggugat.

(3) Tergugat II-III-IV-V-VI, dan VII melakukan perbuatan melawan hukum

oleh pengurus.

(4) Menghukum Tergugat I PT. Djaja Tunggal untuk mengembalikan seluruh

pinjamannya berikut bunga Rp. 5.502.293.038,83.

(5) Menghukum Tergugat I-II-III-IV-V-VI-VII untuk membayar ganti

kerugian Rp.100.000.000,00. secara tunai kepada Penggugat.

Di tingkat banding, Pengadilan Tinggi Bandung menguatkan putusan

Pengadilan Negeri Bogor tersebut di atas.

Di tingkat kasasi Mahkamah Agung menyatakan, adalah merupakan fakta,

bahwa yang menjadi pengurus dari Tergugat I adalah bersama pula dengan

pengurus dari penggugat sebelum penggugat sebagai PT Bank Perkembangan

Asia diambil alih oleh Bank Indonesia karena mengalami kesalahan kliring.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 13: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

51

Dengan demikian pada Tergugat I dan Penggugat I pada saat terjadi pemberian

kredit bersatu di diri tergugat II sampai dengan V. Jadi, pada saat perjanjian kredit

ditandatangani dan direalisasikan direksi dan dewan komisaris dari pengggugat

dan tergugat sebagai badan hukum (PT) bersatu pada tergugat tersebut.

Berdasarkan fakta dimaksud dihubungkan dengan cara pemberian kredit

dari penggugat yang dikuasai oleh para tergugat II sampai dengan V, yang

diberikan kepada perusahaan yang mereka kuasai pula (tergugat I: PT Djaja

Tunggal), dapat diduga adanya persekongkolan dan itikad buruk pada diri tergugat

I, II, III, IV, dan V. Dalam kasus seperti ini telah dikembangkan suatu ajaran

hukum yang disebut “piercing corporate veil” yakni pembatasan

pertanggungjawaban dari suatu perseroan terbatas (PT) dapat dipikulkan kepada

pengurus, apabila tindakan hukum yang mereka lakukan atas nama PT

mengandung persekongkolan secara itikad buruk yang menimbulkan kerugian

kepada pihak lain. Dalam perkara ini para tergugat II, III, IV, dan V sebagai

pengurus dari PT Bank Perkembangan Asia (penggugat) dan sekaligus pula

pengurus dari tergugat I (PT Djaja Tunggal) dengan itikad buruk meminjamkan

uang kepada tergugat tanpa analisis kredit serta agunannya pun HGB No.39 dan

No.40 yang mereka sendiri tahu sudah habis waktunya pada 24 September 1980.

Dengan demikian kerugian yang diderita penggugat tidak hanya kepada tergugat I,

tapi meliputi tergugat II, III, IV, dan V secara tanggung renteng.

Mahkamah Agung membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Bandung

tanggal 12 Pebruari 1990. Mahkamah Agung memutuskan, antara lain:

(1) menyatakan tergugat I, II, III, IV, dan V berutang kepada penggugat

sebesar Rp.5.502.293.038,83.

(2) menghukum tergugat I, II, III, IV, dan V untuk membayar utang tersebut

secara tanggung renteng.

2. Kapan Diperoleh Status Badan Hukum Perseron Terbatas

Kelahiran perseroan sebagai badan hukum (rechtspersoon, legal entity),

karena dicipta atau diwujudkan melalui proses hukum (created by legal process)

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perseroan

lahir sebagai badan hukum, tercipta melalui proses hukum. Itu sebabnya perseroan

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 14: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

52

disebut makhluk badan hukum yang berwujud artifisial (kumstmatig, artificial)

yang dicipta negara melalui proses hukum:69

- untuk proses kelahirannya, harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

peraturan perundang-undangan;

- apabila persyaratan tidak terpenuhi, kepada perseroan yang bersangkutan

tidak diberikan keputusan pengesahan untuk berstatus sebagai badan hukum

oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

(MenHuk & HAM).

Jadi, proses kelahirannya sebagai badan hukum mutlak didasarkan pada

keputusan pengesahan oleh Menteri. Hal ini ditegaskan pada Pasal 7 ayat (4)

UUPT yang berbunyi:

Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannyaKeputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.

Pengesahan akta pendirian ini tidak hanya semata-mata sebagai kontrol

administrasi atau wujud campur tangan pemerintah terhadap dunia usaha, tetapi

juga dalam rangka tugas umum pemerintah untuk menjaga ketertiban dan

ketenteraman usaha serta dicegahnya hal-hal yang bertentangan dengan

kepentingan umum dan kesusilaan. Pasal 7 ayat (4) UUPT itu merupakan dasar

hukum mulainya status badan hukum PT. Dengan demikian, ini adalah suatu

kepastian hukum yang diberikan UUPT bahwasannya PT berstatus sebagai badan

hukum sejak setelah akta pendirian PT disahkan oleh Menteri.

Pasal 9 ayat (1) UUPT menentukan bahwa untuk memperolah keputusan

Menteri tersebut, pendiri bersama-sama mengajukan permohonan melalui jasa

teknologi informasi administrasi badan hukum70 secara elektronik kepada Menteri

dengan mengisi format isian yang sekurang-kurangnya:

69 M. Yahya Harahap, op.cit, hlm 36 – 37.70 Penjelasan Pasal 9 ayat (1) UUPT menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “jasa

teknologi informasi administrasi badan hukum” adalah jenis pelayanan yang diberikan kepadamasyarakat dalam proses pengesahan badan hukum Perseroan.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 15: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

53

a. nama dan tempat kedudukan Perseroan71;

b. jangka waktu berdirinya Perseroan72;

c. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan73;

d. jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;

e. alamat lengkap Perseroan.

Dalam hal pendiri tidak mengajukan sendiri permohonan tersebut diatas,

menurut Pasal 9 ayat (3) UUPT pendiri hanya dapat memberi kuasa kepada

notaris. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor: M-01-HT.01-10 Tahun 2007 tentang Tata Cara Permohonan Pengesahan

Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar, Penyampaian

Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan hanya

memberikan kewenangan tersebut hanya kepada notaris (selanjutnya disebut

Peraturan Menteri No: M-01-HT.01-10 Tahun 2007). Pasal 2 ayat (1) Peraturan

Menteri ini menyebutkan bahwa permohonan pengesahan badan hukum

perseroan74 dilakukan oleh notaris sebagai kuasa dari pendiri. Permohonan

tersebut harus diajukan kepada Menteri atau Direktorat Jenderal Administrasi

Hukum Umum.75

71 Pasal 5 ayat (1) UUPT menentukan bahwa Perseroan mempunyai nama dan tempatkedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam anggaran dasar.Pasal 5 ayat (2) UUPT juga menentukan bahwa Perseroan mempunyai alamat lengkap sesuaidengan tempat kedudukannya. Kemudian Pasal 5 ayat (3) menentukan bahwa dalam surat-menyurat, pengumuman yang diterbitkan oleh Perseroan, barang cetakan, dan akta dalam halPerseroan menjadi pihak harus menyebutkan nama dan alamat lengkap Perseroan. Selanjutnyadalam Penjelasan Pasal 5 UUPT, menjelaskan bahwa Tempat kedudukan Perseroan sekaligusmerupakan kantor pusat Perseroan. Perseroan wajib mempunyai alamat sesuai dengan tempatkedudukannya yang harus disebutkan, antara lain dalam surat-menyurat dan melalui alamattersebut Perseroan dapat dihubungi.

72 Pasal 6 UUPT menentukan bahwa Perseroan didirikan untuk jangka waktu terbatas atautidak terbatas sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar. Kemudian dalam Penjelasan Pasal 6UUPT dijelaskan bahwa Apabila Perseroan didirikan untuk jangka waktu terbatas, lamanya jangkawaktu tersebut harus disebutkan secara tegas, misalnya untuk waktu 10 (sepuluh) tahun, 20 (duapuluh) tahun, 35 (tiga puluh lima) tahun, dan seterusnya. Demikian juga apabila Perseroandidirikan untuk jangka waktu tidak terbatas harus disebutkan secara tegas dalam anggaran dasar.

73 Pasal 2 UUPT mengharuskan Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan sertakegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.

74 Pasal 10 ayat (1) UUPT menentukan bahwa permohonan untuk memperoleh KeputusanMenteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) harus diajukan kepada Menteri palinglambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapiketerangan mengenai dokumen pendukung.

75 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas ... op.cit, hlm 49.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 16: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

54

Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri No: M-01-HT.01-10 Tahun 2007

menentukan bahwa permohonan tersebut diajukan oleh notaris melalui

Sisminbakum dengan cara mengisi formulir isian (FIAN) Model I setelah

pemakaian nama disetujui menteri atau Direktur Jenderal Administrasi Hukum

Umum dan dilengkapi dengan data pendukung. Dokumen ini meliputi:76

(1) Salinan akta pendirian perseroan dan salinan akta perubahan pendirian

perseroan, jika ada;

(2) Salinan akta peleburan dalam hal pendirian perseroan dilakukan dalam

rangka peleburan;

(3) Bukti pembayaran biaya untuk:

a. Persetujuan pemakaian nama;

b. Pengesahan badan hukum perseroan; dan

c. Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

(4) Bukti setor modal berupa:

a. slip setoran atau keterangan bank atas nama perseroan atau rekening

bersama atas pendiri atau pernyataan telah menyetor modal perseroan

yang ditandatangani semua direksi bersama-sama semua pendiri serta

semua anggota komisaris perseroan, jika setoran dalam bentuk uang;

b. keterangan penilaian dari ahli yang tidak terafiliasi atau bukti

pembelian barang jika setoran dalam bentuk selain uang yang disertai

pengumuman dalam surat kabar jika setoran dalam bentuk benda tidak

bergerak;

c. peraturan pemerintah dan/atau surat Keputusan Menteri Keuangan bagi

Perusahaan Perseroan; atau

d. neraca perseroan atau neraca dari badan usaha bukan badan hukum

yang dimasukkan sebagai setoran modal.

(5) Surat keterangan alamat perseroan dari pengelola gedung atau surat

pernyataan tentang alamat lengkap perseroan yang ditandatangani oleh

semua anggota direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota

komisaris; dan

76 Ridwan Khairandy, ibid, hlm 49 – 50.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 17: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

55

(6) Dokumen pendukung lain dari instansi terkait sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Apabila format isian dan keterangan dokumen pendukung tersebut telah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri atau Direktur

Jenderal Administrasi Hukum Umum langsung menyatakan tidak berkeberatan

atas permohonan yang bersangkutan secara elektronik. Apabila format isian dan

keterangan dokumen pendukung tersebut telah tidak sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, Menteri langsung memberitahukan penolakan

beserta alasannya kepada pemohon secara elektronik melalui Sisminbakum.77

Apabila FIAN model I dan keterangan mengenai dokumen pendukung telah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri atau Direktur

Jenderal Administrasi Hukum Umum menyatakan tidak keberatan atas

permohonan yang bersangkutan.78

Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak

tanggal pernyataan tidak berkeberatan, notaris sebagai kuasa pemohon yang

bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri

dokumen pendukung.79 Apabila persyaratan tersebut telah dipenuhi secara

lengkap, paling lambat 14 (empat belas) hari, Menteri menerbitkan keputusan

tentang badan hukum PT yang ditandatangani secara elektronik.

Apabila semua persyaratan tentang jangka waktu dan kelengkapan

dokumen pendukung tidak dipenuhi, Menteri atau Direktur Jenderal Administrasi

Hukum Umum langsung memberitahukan hal tersebut kepada pemohon melalui

Sisminbakum, dan pernyataan tidak keberatan menjadi gugur80. Jika notaris dapat

membuktikan telah menyampaikan secara fisik permohonan yang dilampiri

dokumen pendukung dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana

dimaksud Pasal 5 ayat (2), maka pernyataan tidak berkeberatan tidak menjadi

gugur.81 Notaris dapat mengajukan secara fisik surat kedua yang dilampiri

dokumen pendukung paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal

77 Pasal 10 ayat (3) dan ayat (4) UUPT jo Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan MenteriNo: M-01-HT.01-10 Tahun 2007.

78 Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri No: M-01-HT.01-10 Tahun 2007.79 Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri No: M-01-HT.01-10 Tahun 2007.80 Pasal 10 ayat (7) UUPT jo Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri No: M-01-HT.01-10

Tahun 2007.81 Pasal 10 ayat (2) Peraturan Menteri No: M-01-HT.01-10 Tahun 2007.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 18: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

56

pemberitahuan Menteri atau Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum

mengenai berkaitan dengan jangka waktu dan kelengkapan dokumen diatas.82

Dalam hal pernyataan tidak berkeberatan gugur, pemohon dapat

mengajukan kembali permohonan untuk memperoleh keputusan Menteri untuk

pengesahan badan hukum PT dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung

sejak tanggal akta pendirian ditandatangani 83. Dalam hal untuk memperoleh tidak

diajukan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari, akta pendirian menjadi batal

sejak lewatnya jangka waktu tersebut dan PT yang belum memperoleh status

badan hukum bubar karena hukum, dan pemberesannya dilakukan oleh pendiri.84

Ketentuan jangka waktu 60 (enam puluh) hari tersebut juga berlaku bagi

permohonan pengajuan kembali.

Mengingat kondisi geografis wailayah Indonesia sangat beragam dan luas,

maka tidak semua wilayah Indonesia terjangkau oleh jaringan elektronik bagi

pengesahan badan hukum PT ke Menteri, oleh karena itu menurut Pasal 11 UUPT

pengajuan permohonan pengesahan tersebut akan diatur tersendiri melalui

Keputusan Menteri. Dalam Pasal 16 Peraturan Menteri No: M-01-HT.01-10

Tahun 2007 menentukan, bahwa notaris yang wilayah kerjanya:

(1) belum mempunyai jaringan elektronik; atau

(2) jaringan elektroniknya tidak dapat digunakan yang diumumkan resmi oleh

pemerintah Republik Indonesia

dapat mengajukan pengesahan badan hukum, persetujuan perubahan

anggaran dasar, dan penyampaian pemberitahuan perubahan anggaran dasar

secara manual.

Menurut Neni Sri Ismaniyati, bahwa untuk proses kelahiran perseroan atau

pendirian perseroan yang memenuhi syarat-syarat dan prosedur yang ditentukan

peraturan perundang-undangan diuraikan sebagai berikut:85

(1). Syarat-syarat

82 Pasal 10 ayat (3) Peraturan Menteri No: M-01-HT.01-10 Tahun 2007.83 Pasal 10 ayat (8) UUPT jo Pasal 6 ayat (4) Peraturan Menteri No: M-01-HT.01-10

Tahun 2007.84 Pasal 10 ayat (9) UUPT jo Pasal 6 ayat (5) Peraturan Menteri No: M-01-HT.01-10

Tahun 2007.85 Neni Sri Ismaniyati, op.cit, hlm 135 – 137.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 19: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

57

Ada tiga syarat utama yang harus dipenuhi oleh pendiri perseroan, sebagai

berikut:

a. Didirikan oleh dua orang atau lebih

Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) UUPT, perseroan didirikan oleh dua

orang atau lebih. Yang dimaksud dengan orang adalah orang perseorangan

atau badan hukum. Ketentuan sekurang-kurangnya dua orang menegaskan

prinsip yang dianut oleh undang-undang bahwa perseroan sebagai badan

hukum dibentuk berdasarkan perjanjian, oleh karena itu harus mempunyai

lebih dari satu orang pemegang saham sebagai pendiri. Ketentuan dua orang

pendiri atau lebih tidak berlaku bagi perseroan Badan Usaha Milik Negara

(Pasal 7 ayat (5) UUPT).

b. Didirikan dengan akta otentik

Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) UUPT, perjanjian pendirian perseroan

harus dibuat dengan akta otentik di muka notaris mengingat perseroan

adalah badan hukum. Akta otentik tersebut merupakan akta pendirian yang

memuat Anggaran Dasar perseroan.

c. Modal dasar perseroan

Dalam pasal 32 ayat (1) UUPT ditentukan bahwa modal dasar perseroan

paling sedikit 50 (lima puluh) juta rupiah. Tetapi undang-undang atau

peraturan pelaksanaan yang mengatur bidang usaha tertentu dapat

menentukan jmlah minimum modal dasar perseroan yang melebihi 50

(lima puluh) juta rupiah. Bidang usaha tertentu itu antara lain perbankan,

perasuransian. Menurut ketetntuan Pasal 33 UUPT, pada saat pendirian

perseroan, paling sedikit 25% dari modal dasar harus telah ditempatkan, dan

modal dasar tersebut harus ditempatkan dan disetor penuh.

(2). Prosedur

Setelah syarat-syarat diatas telah dipenuhi, maka pendirian perseroan harus

mengikuti langkah-langkah yang ditentukan oleh UUPT sebagai berikut:

a. Pembuatan akta pendirian di muka notaris

Langkah pertama pendirian perseroan adalah pembuatan akta di muka

notaris. Akta pendirian tersebut merupakan perjanjian yang dibuat secara

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 20: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

58

otentik yang memuat Anggaran Dasar perseroan sesuai dengan ketentuan

UUPT (Pasal 7 ayat (1) UUPT).

b. Pengesahan oleh Menteri

Langkah kedua adalah permohonan pengesahan. Akta pendirian perseroan

yang dibuat di muka notaris dimohonkan secara tertulis pengesahannya oleh

Menteri MenHuk & HAM. Pengesahan tersebut penting karena status badan

hukum perseroan diperoleh setelah akta pendirian disahkan oleh Menteri

(Pasal 7 ayat (4) UUPT).

c. Pendaftaran perseroan

Langkah ketiga adalah pendaftaran perseroan. Menurut Pasal 29 ayat (1)

UUPT daftar perseroan diselenggarakan oleh Menteri. Direksi perseroan

wajib mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan akta pendirian beserta surat

pengesahan Menteri. Pendaftaran wajib dilakukan dalam waktu paling

lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pengesahan atau persetujuan diberikan.

Yang dimaksud dengan Daftar Perusahaan adalah Daftar Perusahaan

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang wajib daftar perusahaan.

d. Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara

Langkah keempat adalah pengumuman dalam Tambahan Berita Negara.

Menurut ketentuan Pasal 30 UUPT, perseroan yang telah didaftar

diumumkan dalam Tambahan Berita Negara.Pengumuman dilakukan oleh

Menteri dalam waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal

diterbitkannya Keputusan Menteri.

Dalam Pasal 7 ayat (5) UUPT menyebutkan bahwa setelah perseroan

memperoleh status badan hukum pemegang saham menjadi kurang dari 2 (dua)

orang, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan

tersebut pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian

sahamnya kepada pihak lain atau perseroan mengeluarkan saham baru kepada

orang lain.

Apabila jangka waktu enam bulan tersebut dilampaui, menurut Pasal 7 ayat

(6) pemegang saham tetap kurang dari dua orang, pemegang saham

bertangungjawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian perseroan.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 21: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

59

Kemudian atas permohonan yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat

membubarkan perseroan tersebut.

Ketentuan adanya paling sedikit dua orang pemegang saham dalam

perseroan tersebut, menurut Pasal 7 ayat (7) tidak berlaku bagi:

a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; atau

b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,

lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal.

Bagaimanakah pertanggungjawaban pendiri atau pemegang saham,

pengurus, dan dewan komisaris terhadap perbuatan-perbuatan hukum yang

dilakukan sebelum PT mendapat status badan hukum yang disahkan oleh

Menteri?

Perbuatan hukum atas nama PT yang belum memperoleh status badan

hukum, hanya boleh dilakukan oleh semua direksi bersama-sama pendiri serta

semua anggota dewan komisaris PT dan mereka semua bertanggungjawab secara

tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut (Pasal 14 ayat (1) UUPT).

Penjelasan Pasal 14 ayat (1) UUPT menyebutkan bahwa perbuatan hukum atas

nama perseroan, baik yang menyebutkan perseroan sebagai pihak dalam

perbuatan hukum maupun menyebutkan perseroan sebagai pihak yang

berkepentingan dalam perbuatan hukum. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk

menegaskan bahwa anggota direksi tidak dapat melakukan perbuatan atas nama

perseroan yang belum memperoleh status badan hukum tanpa persetujuan semua

pendiri, anggota direksi lainnya dan anggota dewan komisaris.

Dalam hal perbuatan hukum tersebut dilakukan oleh pendiri atas nama PT

yang belum mendapat status badan hukum, perbuatan tersebut menjadi

tanggungjawab pribadi yang bersangkutan dan tidak mengikat PT (Pasal 14 ayat

(2) UUPT). Penjelasan Pasal 14 ayat (2) UUPT menyebutkan bahwa yang

dimaksud dengan tanggungjawab pendiri yang melakukan perbuatan tersebut

secara pribadi dan tidak mengikat perseroan untuk bertanggungjawab atas

perbuatan hukum yang dilakukan pendiri tersebut.

Perbuatan hukum tersebut, karena hukum menjadi tanggungjawab PT

setelah PT menjadi badan hukum. Perbuatan hukum itu hanya mengikat dan

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 22: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

60

menjadi tanggungjawab PT setelah perbuatan itu disetujui oleh semua pemegang

saham dalam RUPS yang dihadiri86 semua pemegang saham PT (Pasal 14 ayat (4)

UUPT). RUPS ini adalah RUPS pertama yang harus diselenggarakan dalam

waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah PT memperoleh status badan

hukum.

Sebagai contoh, antara lain dapat dikemukakan contoh putusan klasik, yakni

putusan MA No. 244 K/Sip/195087 antara lain menyatakan, oleh karena yang

menjadi pihak dalam perkara adalah Perseroan yang belum mendapat pengesahan

Menteri sebagai badan hukum, sedang pengesahan merupakan syarat mutlak

berdirinya Perseroan sebagai badan hukum, maka yang harus digugat adalah

seluruh anggota pengurus yang ikut menandatangani perjanjian yang diseng-

ketakan. Begitu juga putusan MA No. 1134 K/Sip/1972,88 antara lain dikatakan,

PT Dharma Yasa belum memiliki status badan hukum menurut undang-undang,

karena belum mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman. Oleh karena

itu, tidak sah bertindak di depan pengadilan.

3. Kekayaan Perseroan Terbatas Terpisah Dari Kekayaan Pemegang

Saham, Dewan Komisaris dan Direksi

Agar badan hukum dapat berinteraksi dalam pergaulan hukum seperti

membuat perjanjian, melakukan kegiatan usaha tertentu diperlukan modal. Modal

awal badan hukum itu berasal dari kekayaan pendiri yang dipisahkan. Modal awal

itu menjadi kekayaan badan hukum, terlepas dari kekayaan pendiri.

Unsur kekayaan yang terpisah dan tersendiri dari pemilikan subyek hukum

lain, merupakan unsur yang paling pokok dalam suatu badan untuk disebut sebagai

badan hukum (legal entity) yang berdiri sendiri. Unsur kekayaan yang tersendiri itu

merupakan persyaratan penting bagi badan hukum yang bersangkutan (i) sebagai

alat baginya untuk mengejar tujuan pendirian atau pembentukannya.

Kekayaan tersendiri yang dimiliki badan hukum itu; (ii) dapat menjadi objek

86 Penjelasan Pasal 15 ayat (4) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “dihadiri”adalah dihadiri sendiri ataupun diwakilkan berdasarkan surat kuasa.

87 Tanggal 19-3-1950, Chidir Ali, Himpunan Yurisprudensi Hukum Dagang di Indonesia,Pradnya Paramita, Jakarta, 1985, hlm 115 dalam M. Yahya Harahap, op.cit, hlm 390.

88 Tanggal 26-9-1974, Chidir Ali, Rangkuman Yurisprudensi, Pradnya Paramita, Jakarta,1985, hlm 157 dalam M. Yahya Harahap, ibid.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 23: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

61

tuntutan dan sekaligus menjadi; (iii) objek jaminan bagi siapa saja atau pihak-pihak

lain dalam mengadakan hubungan hukum dengan badan hukum yang

bersangkutan.89

Harta kekayaan tersebut diperoleh dari para anggota maupun dari

perbuatan pemisahan yang dilakukan seseorang/partikelir/pemerintah untuk

suatu tujuan tertentu. Adanya harta kekayaan ini dimaksudkan sebagai alat

untuk mencapai tujuan tertentu daripada badan hukum yang bersangkutan.

Harta kekayaan ini, mesekipun berasal dari pemasukan anggota-anggotanya,

namun terpisah dengan harta kekayaan kepunyaan pribadi anggota-anggotanya

itu. Perbuatan pribadi anggota-anggotanya tidak mengikat harta kekayaan

tersebut, sebaliknya, perbuatan badan hukum yang diwakili pengurusnya tidak

mengikat harta kekayaan anggota-anggotanya.90

Menurut Arifin P. Soeria Atmadja,91 kekayaan badan hukum yang terpisah

itu, membawa akibat antara lain:

a. kreditur pribadi para anggota badan hukum yang bersangkutan tidak

mempunyai hak untuk menuntut harta kekayaan badan hukum tersebut;

b. para anggota pribadi tidak dapat menagih piutang badan hukum terhadap pihak

ketiga;

c. kompensasi antara hutang pribadi dan hutang badan hukum tidak

dimungkinkan;

d. hubungan hukum, baik persetujuan maupun proses antara anggota dan

badan hukum, dilakukan seperti halnya antara badan hukum dengan pihak

ketiga;

e. pada kepailitan, hanya para kreditur badan hukum dapat menuntut harta

kekayaan yang terpisah.

Apabila dikaitkan dengan unsur-unsur mengenai badan hukum diatas, maka

unsur-unsur yang menunjukkan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum sebagai

berikut:

89 Jimly Asshiddiqie, op.cit, hlm 71.90 Riduan Syahrani, loc.cit, hlm 61.91 Arifin P. Soeria Atmadja, loc.cit, hlm 124.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 24: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

62

- PT mempunyai kekayaan yang terpisah, sebagaimana ketentuan pada Pasal

31 ayat (1) UUPT yaitu “Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai

nominal saham”;

- mempunyai kepentingan sendiri sebagaimana ketentuan pada Pasal 92

UUPT “Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan

Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan”;

- mempunyai tujuan tertentu sebagaimana ketentuan pada Pasal 18 UUPT

yaitu “Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan

usaha yang dicantumkan dalam anggaran dasar Perseroan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan”; dan

- mempunyai organisasi teratur sebagaimana ketentuan pada Pasal 1 butir 2

UUPT yaitu “Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham,

Direksi, dan Dewan Komisaris”.

Terkait dengan hal tersebut, Rudhi Prasetya berpendapat bahwa setidak-

tidaknya ada tiga karakteristik yang dominan dan penting di dalam PT, yaitu:92

(1) pertanggungjawaban yang timbul semata-mata dibebankan kepada harta

kekayaan yang terhimpun dalam asosiasi;

(2) sifat mobilitas atas hak penyertaan; dan

(3) prinsip pengurusan melalui organ.

Karakteristik PT yang pertama tersebut sangat berkaitan dengan status

badan hukum PT. Sejak PT berstatus sebagai badan hukum, maka hukum

memperlakukan PT sebagai pribadi mandiri yang dapat bertanggung jawab sendiri

atas perbuatan PT.

PT merupakan badan usaha yang berbentuk badan hukum. Artinya secara

esensi kekayaan harta PT adalah terpisah dari harta kekayaan pendiri atau

pemegang saham PT tersebut. Pada PT yang berbentuk badan hukum, pemilik

saham memiliki tanggung jawab sebatas pada jumlah saham yang dimiliki.

Apabila PT tersebut memiliki utang melebihi dari harta kekayaan yang

dimilikinya, maka kelebihan utang tersebut tidak dapat dibebankan kepada harta

kekayaan pemilik saham dari PT.

92 Rudhi Prasetya, op.cit, hlm 12.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 25: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

63

Pemisahan harta kekayaan PT dengan harta kekayaan pendiri atau

pemegang saham, harta kekayaan direksi, harta kekayaan dewan komisaris adalah

berkaitan dengan adanya “tanggungjawab terbatas” suatu badan hukum perseroan

terbatas.

Setelah perseroan mendapat pengesahan sebagai badan hukum, maka

perseroan terbatas menjadi dirinya sendiri dan dapat melakukan perjanjian-

perjanjian serta kekayaan perseroan terpisah dari kekayaan pemiliknya. Modal

dasar perseroan adalah jumlah modal yang dicantumkan dalam akta pendirian

sampai jumlah maksimal bila seluruh saham dikeluarkan. Selain modal dasar93,

dalam perseroan terbatas juga terdapat modal yang ditempatkan dan modal yang

disetorkan.94 Modal yang ditempatkan merupakan jumlah yang disanggupi untuk

dimasukkan, yang pada waktu pendiriannya merupakan jumlah yang disertakan

oleh para persero Pendiri. Modal yang disetor merupakan modal yang dimasukkan

dalam perusahaan.

Pasal 31 ayat (1) UUPT menyebutkan bahwa modal perseroan terdiri

seluruh nilai nominal saham. Modal dasar (maatschappelijk kapital atau

authorized capital atau nominal capital) merupakan keseluruhan nilai nominal

saham yang ada dalam perseroan.

Pasal 32 ayat (2) UUPT menentukan, bahwa modal dasar perseroan paling

sedikit sejumlah Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Namun Pasal 32 ayat

(2) UUPT menentukan pula bahwa untuk bidang usaha tertentu berdasarkan

undang-undang atau peraturan pelaksanaan yang usaha tertentu tersebut, jumlah

minimum modal perseroan dapat diatur berbeda. Misalnya, pengaturan jumlah

modal bagi perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan pasar modal

diatur berdasarkan UU No. 8 Tahun 1995 jo. PP. No.45 Tahun 1995. Penentuan

jumlah minimum jauh lebih tinggi daripada yang ditentukan dalam pasal 25 ayat

(1) UUPT.

PT adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki

modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak

saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat

diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu

93 Pasal 31 dan Pasal 32 UUPT.94 Pasal 33 dan Pasal 34 UUPT.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 26: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

64

membubarkan perusahaan. Perseroan terbatas merupakan badan usaha dan

besarnya modal perseroan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan

terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta

kekayaan sendiri. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi

bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang

terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi

kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung

jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka

keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik

saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya

tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.95

Terpisahnya kekayaan perseroan terbatas dengan harta kekayaan pribadi

pemegang saham dapat dilihat dalam “pertangungjawaban terbatas” sebagaimana

Pasal 3 ayat (1) UUPT, bahwa: 96

- Perseroan tidak bertanggung jawab terhadap utang pemegang saham (not

liable of its shareholders) sebaliknya pemegang saham tidak bertanggung

jawab terhadap utang perseroan;

- Kerugian yang ditanggung pemegang saham hanya terbatas harga saham

yang mereka investasikan (their lose is limited to their investment);

- Pemegang saham, tidak bertanggungjawab lebih lanjut kepada kreditor

perseroan atas aset pribadinya.

Namun hal itu tidak mengurangi kemungkinan pemegang saham

bertanggungjawab sampai meliputi harta pribadinya, apabila dia secara itikad

buruk (bad faith) memperalat perseroan untuk kepentingan pribadi, atau

pemegang saham bertindak sebagai borgtoch terhadap kreditor atas utang

perseroan.

Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan

Dewan Komisaris.97 Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan

bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan

Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan,

95 ……. Perseroan Terbatas, dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perseroan_terbatas96 M. Yahya Harahap, op.cit, hlm 58.97 Pasal 1 angka 2 UUPT.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 27: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

65

baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran

dasar.98 Sedangkan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta

memberi nasihat kepada Direksi.99

Dalam PT, para pemegang saham melimpahkan wewenangnya kepada

direksi untuk menjalankan dan mengembangkan perusahaan sesuai dengan tujuan

dan bidang usaha perusahaan. Dalam kaitan dengan tugas tersebut, direksi

berwenang untuk mewakili Perusahaan, mengadakan perjanjian dan kontrak, dan

sebagainya. Apabila terjadi kerugian yang amat besar (diatas 50%) maka direksi

harus melaporkannya ke para pemegang saham dan pihak ketiga, untuk kemudian

dirapatkan.

Komisaris memiliki fungsi sebagai pengawas kinerja jajaran direksi

perusahaan. Komisaris bisa memeriksa pembukuan, menegur direksi, memberi

petunjuk, bahkan bila perlu memberhentikan direksi dengan menyelenggarakan

RUPS untuk mengambil keputusan apakah direksi akan diberhentikan atau tidak.

Dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan, direksi dan komisaris

bertindak untuk kepentingan perseroan. Segala perbuatan hukum yang

berhubungan dengan kepentingan perseroan adalah mengikat perseroan begitu

juga dengan segala beban biaya yang timbul akibat pelaksanaan tugas dan

tanggungjawab tersebut menjadi beban perseroan yang bersumber dari harta

kekayaan perseroan bukan harta pribadi direksi maupun dewan komisaris.

Hubungan antara badan hukum perseroan dengan direksi dan komisaris tersebut

merupakan hubungan fiduciary duty. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan

kewenangan untuk kepentingan perseroan harus dilakukan dengan itikad baik dan

dengan kehati-hatian agar tidak merugikan kepentingan perseroan.

Apabila direksi atau dewan komisaris melakukan perbuatan untuk

kepentingan pribadi bukan untuk kepentingan perseroan, maka segala akibat

hukum maupun biaya yang timbul akibat perbuatan tersebut menjadi

tanggungjawab pribadi direksi atau dewan komisaris.

Pasal 97 ayat (1) UUPT menyebutkan bahwa “Setiap anggota Direksi

bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang

98 Pasal 1 angka 5 UUPT.99 Pasal 1 angka 6 UUPT.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 28: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

66

bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2)”. Sedangkan, Pasal 97 Ayat (2) UUPT

menyebutkan bahwa “Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib

dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung

jawab”.

Dari rumusan diatas dapat disimpulkan bahwa direksi bertangungjawab

secara pribadi apabila kerugian perseroan diakibatkan karena kesalahan atau

kelalaiannya yang dilakukan dengan itikad buruk (bad faith). Sehingga apabila

terjadi kerugian financial, maka pembayaran kerugian tersebut menggunakan

harta kekayaan pribadi direksi bukan harta kekayaan perseroan.

Kerugian perseroan tersebut menjadi tanggungjawab perseroan bukan

tanggungjawab pribadi direksi, apabila anggota direksi dapat membuktikan:100

a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk

kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak

langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya

kerugian tersebut.

UUPT menyebutkan bahwa “Setiap anggota Dewan Komisaris wajib

dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan

tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi yaitu melakukan

pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik

mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada

Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan

Perseroan”.101 Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara

pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai

menjalankan tugasnya tersebut.102 Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua)

100 Pasal 97 ayat (5) UUPT.101 Pasal 114 ayat (2) dan Pasal 108 ayat (1) UUPT102 Pasal 114 ayat (3) UUPT

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 29: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

67

anggota Dewan Komisaris atau lebih, tanggung jawab tersebut berlaku secara

tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris.103

Dari rumusan diatas dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris

bertangungjawab secara pribadi apabila kerugian perseroan diakibatkan karena

kesalahan atau kelalaiannya yang dilakukan dengan itikad buruk (bad faith).

Sehingga apabila terjadi kerugian financial, maka pembayaran kerugian tersebut

menggunakan harta kekayaan pribadi direksi bukan harta kekayaan perseroan.

Kerugian perseroan tersebut menjadi tanggungjawab perseroan bukan

tanggungjawab pribadi, apabila anggota dewan komisaris dapat membuktikan:104

a. telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk

kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

b. tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak

langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian;

dan

c. telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau

berlanjutnya kerugian tersebut.

Dengan adanya unsur keterpisahan harta didalam badan hukum perseroan

terbatas, maka siapa saja yang menjadi pemilik, pendiri dan pengurus badan hukum

tersebut serta pihak-pihak lain yang berhubungan dengan badan hukum yang

bersangkutan, haruslah benar-benar memisahkan antara unsur pribadi beserta hak

milik pribadi, dengan institusi dan harta kekayaan badan hukum yang

bersangkutan. Karena itu, perbuatan hukum pribadi orang yang menjadi anggota atau

pengurus badan hukum itu dengan pihak ketiga tidak mempunyai akibat hukum

terhadap harta kekayaan badan hukum yang sudah terpisah tersebut. Jadi, dengan

demikian dapat dilihat bahwa kekayaan perseroan terbatas terpisah dengan kekayaan

pribadi pemegang saham, dewan komisaris, dan direksi.

4. Fiduciary Duty dan Business Judgment Rule Dewan Komisaris dan

Direksi Perseroan Terbatas

A. Fiduciary Duty

103 Pasal 114 ayat (4) UUPT104 Pasal 114 ayat (5) UUPT

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 30: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

68

Fidusia (fiduciary) dalam bahasa Latin dikenal sebagai fiduciarius

bermakna kepercayaan. Secara teknis istilah dimaknai sebagai “memegang

sesuatu dalam kepercayaan atau seseorang yang memegang sesuatu dalam

kepercayaan untuk kepentingan orang”. Seseorang memiliki tugas fiduciary

(fiduciary duty) manakala ia memiliki kapasitas fiduciary (fiduciary capacity).

Seseorang memiliki kapasitas fiduciary jika bisnis yang ditransaksikannya, harta

benda atau kekayaan yang dikuasainya bukan untuk kepentingan dirinya sendiri,

tetapi untuk kepentingan orang lain. Orang yang memberikan kewenangan

tersebut, memiliki kepercayaan yang besar kepadanya. Pemegang amanah pun

wajib memiliki itikad baik dalam menjalankan tugasnya.105

Yang dimaksud dengan fiduciary duty adalah tugas yang dijalankan oleh

direktur dengan penuh tanggungjawab untuk kepentingan (benefit) orang atau

pihak lain (perseroan).106

Black’s Law Dictionary mendefinisikan fiduciary duty:107 “a duty to act

with the highest degree of honesty and loyalty toward another person and in the

best interest of the other person (such as the duty that one partner owes to

another)”.

Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa hubungan fiduciary timbul

ketika satu pihak berbuat sesuatu bagi kepentingan pihak lain dengan

mengesampingkan kepentingan pribadinya sendiri.

Fiduciary duty akan tercipta jika ada fiduciary relationship. Fiduciary

relationship telah menjadi bagian dalam yurisprudensi hukum Anglo-American

selama hampir 250 tahun. Setelah melalui perdebatan yang panjang, para ahli

hukum dan praktisi hukum menyepakati satu konsep awal fiduciary relationship.

Konsep ini menyatakan bahwa fiduciary relationship terjadi ketika terdapat dua

pihak dimana salah satu pihak (beneficiary) mempunyai kewajiban untuk berindak

atau memberikan nasehat demi dan untuk kepentingan pihak kedua (fiduciary)

mengenai persoalan-persoalan tertentu yang ada di dalam ruang lingkup hubungan

tersebut.108

105 Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law – Eksistensinya dalamHukum Indonesia, Cita Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm 33.

106 I.G.Rai Widjaya, op.cit, hlm 222.107 Bryan A. Garner, op.cit, hlm 545.108 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas ... op.cit, hlm 206.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 31: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

69

Bentuk fiduciary relationship yang paling umum antara lain trustee –

beneficiary, agent – principal, corporate director/officer – corporation, dan

partner – partnership. Walaupun demikian, pengadilan menegaskan bahwa

bentuk fiduciary relationship tidak hanya semata-mata itu saja.109

Kepengurusan perseroan terbatas sehari-hari dilakukan oleh direksi.

Keberadaan direksi dalam suatu organ perseroan merupakan suatu keharusan

dengan kata lain perseroan wajib memiliki direksi. Hal ini dikarenakan perseroan

sebagai artificial person, dimana perseroan tidak dapat berbuat apa-apa tanpa

adanya bantuan anggota direksi sebagai natural person. Direksi

bertanggungjawab atas pengurusan perseroan, artinya secara fiduciary harus

melaksanakan standard of care.

Black’s Law Dictionary mendefinisikan standard of care:110 “under the law

of negligence or of obligations, the conduct demanded of a person in given

situation. Typically this involves a person’s giving attention with the possible

dangers, mistakes, and pitfalls and to ways of minimizing of those risk”.

Standard of care merupakan suatu standar yang mewajibkan seseorang

dalam bertindak untuk tetap memperhatikan segala risiko, bahaya dan perangkap

yang ada dan berupaya untuk meminimalisasi munculnya risiko-risiko tersebut.

Sehingga dalam bertindak seorang direksi harus menerapkan prinsip kehati-hatian

dan ketelitian, supaya dapat menghindari segala kemungkinan-kemungkinan yang

tidak diinginkan.111

Bagi perseroan terbatas, direksi adalah trustee sekaligus agent. Dikatakan

sebagai trustee karena direksi melakukan pengurusan terhadap harta kekayaan

perseroan, dan dikatakan sebagai agent, karena direksi bertindak keluar untuk dan

atas nama perseroan terbatas, selaku pemegang kuasa perseroan terbatas, yang

mengikat perseroan terbatas dengan pihak ketiga. Ini berarti ada hubungan

kepercayaan yang melahirkan “kewajiban kepercayaan” (fiduciary duty) antara

109 Robert Cotter dan Bradley J. Freedman, The Fiduciary Relationship: its EconomicCharacter and Legal Consequences, 66 New York University Law Review, Oktober 1991, hlm1046 dalam Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas ... ibid.

110 Bryan A. Garner, op.cit, hlm 225.111 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas ... op.cit, hlm 210.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 32: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

70

direksi dan perseroan. 112 Fiduciary duty direksi akan memberikan perlindungan

yang berarti bagi pemegang saham dan perusahaan. Hal ini dikarenakan

pemegang saham dan perusahaan tidak dapat sepenuhnya melindungi dirinya

sendiri dari tindakan direksi yang merugikan dimana direksi bertindak atas nama

perusahaan dan pemegang saham. Sehingga, untuk menghindari adanya

penyalahgunaan aset-aset perusahaan dan wewenang oleh direksi maka direksi

dibebankan dengan adanya fiduciary duty. Biasanya fiduciary duty direksi dibagi

menjadi dua komponen utama yaitu duty of care dan duty of loyalty. Duty of care

pada dasarnya merupakan kewajiban direksi untuk tidak bertindak lalai,

menerapkan ketelitian tingkat tinggi dalam mengumpulkan informasi yang

digunakan untuk membuat keputusan bisnis, dan menjalankan manajemen

bisnisnya dengan kepedulian dan kehati-hatian yang masuk akal. Duty of loyalty

mencakup kewajiban direksi untuk tidak menempatkan kepentingan pribadinya di

atas kepentingan perusahaan dalam melakukan transaksi dimana transaksi tersebut

dapat menguntungkan direksi dengan menggunakan biaya-biaya yang ditanggung

oleh perusahaan atau corporate opportunity.113

Dalam menjalankan tugas fiduciary duties, seorang direksi harus melakukan

tugasnya sebagai berikut:114

a. Dilakukan dengan itikad baik;

b. Dilakukan dengan proper purposes;

c. Dilakukan dengan kebebasan yang tidak bertanggungjawab (unfettered

discretion); dan

d. Tidak memiliki benturan kepentingan (conflict of duty and interest).

Direksi juga harus mampu mengartikan dan melaksanakan kebijakan

perseroan secara baik demi kepentingan perseroan, memajukan perseroan,

meningkatkan nilai saham perseroan, menghasilkan keuntungan pada perseroan,

shareaholders dan stakeholders. Berdasarkan kewenangan yang ada pada direksi

tersebut (proper purposes), direksi harus mampu mengekspresikan dan

112 Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab tentang Perseroan Terbatas, ForumSahabat,Cetakan Kedua, Jakarta, 2008, hlm 65.

113 Mark Klock, “Lighthouse or Hidden Reef? Navigating the Fiduciary Duty of DelawareCorporation’ Directors in The Wake of Malone,” 6 Stanford Journal of Law, Business andFinance, Fall, 2000, hlm 11 dalam Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas … op.cit, hlm 206.

114 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Cita Aditya Bakti, Bandung, 2003,hlm 83.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 33: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

71

menjalankan tugasnya dengan baik, agar permasalahan selalu berjalan di jalur

yang benar atau layak. Dengan demikian, direksi harus mampu menghindarkan

perusahaan dari tindakan-tindakan yang ilegal, bertentangan dengan peraturan dan

kepentingan umum serta bertentangan dengan kesepakatan yang dibuat dengan

organ perseroan lain, shareholders dan stakeholders. Oleh karena itu, apabila

terjadi conflict of duty dan benturan kepentingan pada saat menjalankan perseroan,

direksi harus mampu mengelola secara bijak berbagai kepentingan para pemegang

saham. Namun dalam pelaksanaannya, pengelolaan perbedaan kepentingan ini

dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya, membuat perjanjian yang

menguntungkan perseroan, tidak menyembunyikan suatu informasi untuk

kepentingan pribadi, tidak menyalahgunakan kepercayaan dan tidak melakukan

kompetisi yang tidak sehat.115

B. Business Judgment Rule

Pertanggungjawaban direksi secara pribadi atas keputusan bisnis yang

merugikan perusahaan telah menjadi perdebatan sejak lama. Sejak 170 tahun yang

lalu, hakim-hakim di negara dengan sistem hukum Anglo-Saxon,

mengembangkan standar yang dikenal dengan istilah Business Judgment Rule.

Pada kasus Joy v. North, Hakim Ralph Winter menegaskan bahwa pengadilan

bukanlah tempat yang ideal untuk mengevaluasi keputusan bisnis karena tidak

mudah untuk merekonstruksikan di pengadilan beberapa tahun kemudian. Dunia

bisnis membutuhkan keputusan yang sangat cepat. Bahkan seringkali keputusan

dilakukan atas dasar informasi yang tidak sempurna. Ralph menambahkan bahwa

fungsi dari entrepreneur adalah berhadapan dengan risiko dan ketidakpastian.

Ketika dibuat, suatu keputusan terlihat masuk akal. Akan tetapi, beberapa tahun

kemudian, dengan latar belakang pengetahuan yang cukup, keputusan itu mungkin

terlihat sebagai spekulasi belaka. Atas pertimbangan itu, pengadilan di Amerika

mengembangkan konsep business judgment rule. 116

115 Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham dalam Rangka Good CorporateGovernance, Program Pasca Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta , 2002, hlm135 – 136 dalam Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas … op.cit, hlm 208.

116 T. Mulya Lubis & Alexander Lay, Catatan Hukum: Hakikat PertanggungjawabanPribadi Dalam UUPT, 2008.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 34: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

72

Konsep business judgment rule, yang berasal dari Amerika ini, mencegah

pengadilan-pengadilan di Amerika untuk mempertanyakan pengambilan

keputusan usaha (bisnis) oleh direksi, yang diambil dengan itikad baik, tanpa

kepentingan pribadi dan keyakinan yang dapat dipertanggungjawabkan bahwa

mereka, para anggota direksi telah mengambil keputusan yang menguntungkan

perseroan.117

Black’s Law Dictionary mendefinisikan Business Judgment Rule:118 “the

rule shields directors and officers from liability for unprofitable or harmful

corporate transactions if the transactions were made in good faith, with due care,

and within the directors’ or officers’ authority.”

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa business judgment rule

merupakan aturan yang memberikan kekebalan atau perlindungan bagi

manajemen perseroan (directors dan officers) dari setiap tanggungjawab yang

lahir sebagai akibat dari transaksi atau kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan

batas-batas kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepadanya, dengan

pertimbangan bahwa kegiatan tersebut telah dilakukan dengan memperhatikan

standar kehati-hatian dan itikad baik.119

Di dalam hukum perseroan, dikenal doktrin yang mengajarkan bahwa

direksi perseroan tidak bertanggungjawab atas kerugian yang timbul dari suatu

tindakan pengambilan putusan, apabila tindakan tersebut didasarkan pada itikad

baik dan hati-hati. Direksi mendapat perlindungan hukum tanpa perlu

memperoleh pembenaran dari pemegang saham atau pengadilan atas keputusan

yang diambilnya dalam konteks pengelolaan perusahaan.

Aturan business judgment rule didasarkan pada konsepsi bahwa direksi

lebih tahu dari siapapun juga mengenai keadaan perusahaannya dan karenanya

landasan dari setiap keputusan yang diambil olehnya. Untuk itu, direksi selama

dan sepanjang dalam mengambil keputusannya, tidak diperbolehkan untuk

melakukan tindakan yang memberikan manfaat pribadi (self-dealing) atau tidak

mempunyai kepentingan pribadi (personal interest) dan telah melaksanakan

117 Philip Lipton dan Abraham Herzberg, Understanding Company Law, Brisbane, TheLaw Book Company Ltd, 1992, hlm 336 dalam Gunawan Widjaja, Risiko Hukum … op.cit, hlm57.

118 Bryan A. Garner, op.cit, hlm 212.119 Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab … op.cit, hlm 66.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 35: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

73

prinsip-prinsip kehati-hatian. Business judgment yang diambil direksi tidak dapat

ditentang atau dipertanyakan, kecuali keputusan tersebut telah diambil secara

ceroboh (in negligent manner), dilakukan dengan cara curang (tainted by fraud),

adanya benturan kepentingan (conflict of interest) atau didasarkan pada suatu

perbutan melawan hukum (illegality).120

Business judgment rule mendorong direksi untuk lebih berani mengambil

risiko daripada terlalu berhati-hati, sehingga perseroan berjalan lambat atau tidak

jalan. Prinsip ini mencerminkan bahwa pengadilan tidak membuat keputusan yang

lebih baik di bidang bisnis daripada direksi. Para hakim umumnya tidak memiliki

keterampilan bisnis dan mulai mempelajari permasalahan setelah ada fakta-fakta.

Apabila tindakan direksi yang menimbulkan kerugian tidak dilandasi dengan

itikad baik, maka ia dapat dikategorikan sebagai pelanggaran fiduciary duty yang

melahirkan tanggungjawab pribadi.

C. Fiduciary Duty dan Business Judgment Rule Direksi dan Dewan

Komisaris dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007 (UUPT)

Dengan memperhatikan bahwa pada negara dengan sistem pengurusan dan

pengawasan di bawah satu dewan, direksi melaksanakan tidak hanya tugas untuk

mengelola perseroan, melainkan juga melakukan pengawasan dan monitoring dari

kegiatan perseroan yang diselenggarakan oleh para officers perseroan. Pada

negara (seperti Indonesia) dengan sistem pengurusan dan pengawasan yang

terpisah, penyelenggaraan pengurusan perseroan terbatas dilaksanakan oleh

direksi sementara pelaksanaan tugas pengawasan dilaksanakan oleh dewan

komisaris. Dengan demikian berarti fiduciary duty dan business judgment rule

yang berlaku bagi direksi pada sistem satu dewan berlaku juga bagi direksi dan

dewan komisaris dengan sistem dua dewan. Jadi, siapapun yang memilki hak

untuk menuntut direksi yang telah merugikan perseroan terbatas, juga demi

hukum memiliki hak yang sama pada dewan komisaris.121

Pengurusan perseroan sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh direksi,

kecuali dalam hal direktur tidak ada, maka undang-undang memberi wewenang

120 Gunawan Widjaja, ibid, hlm 67.121 Gunawan Widjaja, ibid, hlm 84.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 36: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

74

kepada komisaris untuk melakukan pengurusan perseroan (Pasal 118 UUPT).122

Jadi, disini terdapat “confidential relations” antara perseroan sebagai badan

hukum dengan pengurus sebagai natural person, yang dibebankan tugas dan

kewajiban berdasarkan fiduciary, yang dilaksanakan untuk kepentingan dan tujuan

perseroan. 123 Jadi, dengan demikian pada prinsipnya bahwa ketentuan fiduciary

duty dan business judgment rule yang disyaratkan kepada direksi perseroan secara

“mutatis mutandis” berlaku juga kepada dewan komisaris.

Gunawan Widjaja memberikan uraian dan penjelasan eksistensi Fiduciary

Duty dan Business Judgment Rule bagi Direksi dan Dewan Komisaris perseroan

dalam UUPT, sebagai berikut:

(1). Fiduciary Duty dan Business Judgment Rule Direksi

Untuk mengetahui Fiduciary Duty dan Business Judgment Rule bagi

Direksi, maka harus diperhatikan ketentuan mendasar yang mengatur mengenai

tugas pengurusan, kewajiban dan khususnya tanggung jawab direksi perseroan

terbatas dalam UUPT. Terkait dengan kegiatan melakukan kepengurusan

perseroan yang diatur dalam UUPT dengan kewajiban fidusia (fiduciary duty) dan

aturan business judgment rule, dapat dikatakan bahwa ketentuan mendasar yang

mengatur mengenai fiduciary duty dan aturan business judgment rule dalam

UUPT dapat ditemukan aturan atau ketentuan umumnya dalam Pasal 97 UUPT.

Ketentuan umum tersebut selanjutnya menyebar dalam berbagai pasal lainnya

dalam UUPT. Eksistensi fiduciary duty dan aturan business judgment rule dalam

Pasal 97 UUPT dan pasal-pasal terkait lainnya, antara lain sebagai berikut: 124

a. Ketentuan Pasal 97 UUPT diawali dengan rumusan ayat (1) yang

menyatakan bahwa “Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1)”. Jika diperhatikan

ketentuan ini adalah penegasan dari aturan yang ditetapkan dalam Pasal 92

122 Pasal 118 ayat (1) UUPT menyebutkan bahwa berdasarkan anggaran dasar ataukeputusan RUPS, Dewan Komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalamkeadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu. Dalam penjelasan Pasal 118 ayat (1) menyebutkanbahwa yang dimaksud dengan “dalam keadaan tertentu”, antara lain keadaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 99 ayat (2) huruf b dan Pasal 107 huruf c. Pasal 99 ayat (2) huruf bberbunyi “Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingandengan Perseroan”. Pasal 107 huruf c berbunyi “pihak yang berwenang menjalankan pengurusandan mewakili Perseroan dalam hal seluruh anggota Direksi berhalangan atau diberhentikan untuksementara”.

123 I.G.Rai Widjaya, op.cit, hlm 222 – 223.124 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum … op.cit, hlm 76 – 82.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 37: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

75

ayat (1) UUPT, dimana dikatakan bahwa direksi dalam menjalankan tugas

kepengurusannya harus: memperhatikan kepentingan perseroan; sesuai

dengan maksud dan tujuan PT (intra vires act); memperhatikan ketentuan

mengenai larangan dan batasan yang diberikan dalam undang-undang

(khususnya UUPT) dan anggaran dasar.

Dari ketentuan ini diketahui bahwa tindakan direksi adalah tindakan yang

memiliki tanggung jawab keperdataan. Sebagai pengurus perseroan, direksi

adalah agen dari perseroan, dan karenanya tidak dapat bertindak sesuka

hatinya. Apa yang dilakukan oleh direksi yang berada di luar batasan

kewenangan yang diberikan kepadanya harus dapat dipertanggungjawabkan

olehnya. Dalam hal ini ada tiga jenis pertanggung jawaban yang harus

dipikul oleh direksi, yaitu pertanggungjawaban direksi terhadap perseroan,

pemegang saham dan kreditor. Bentuk pertanggungjawaban direksi

terhadap perseroan, pemegang saham dan kreditor ini selanjutnya tercermin

dalam pasal-pasal UUPT, antara lain:

1) Pasal 37 ayat (3) yang menyatakan bahwa “Direksi secara tanggung

renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pemegang

saham yang beritikad baik, yang timbul akibat pembelian kembali

yang batal karena hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)”. Batal

karena hukum yang dimaksud dalam ayat (2) adalah Pembelian

kembali saham, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang

bertentangan dengan ayat (1). Pembelian kembali saham yang

dimaksud bertentangan dalam ayat (1), yaitu:

- pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan

bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang

ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan; dan

- jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh

Perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang

dipegang oleh Perseroan sendiri dan/atau Perseroan lain yang

sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh

Perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 38: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

76

yang ditempatkan dalam Perseroan, kecuali diatur lain dalam

peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

2) Pasal 69 ayat (3) UUPT menyatakan dalam hal laporan keuangan yang

disediakan ternyata tidak benar dan/atau menyesatkan anggota direksi

dan (anggota dewan komisaris) secara tanggung renteng bertanggung

jawab terhadap pihak yang dirugikan.

3) Pasal 95 ayat (5) UUPT menyatakan bahwa dalam hal ternyata

pengangkatan anggota direksi menjadi batal sebagai akibat tidak

memenuhi syarat pengangkatannya, maka meskipun perbuatan hukum

yang telah dilakukan untuk dan atas nama perseroan oleh anggota

direksi sebelum pengangkatannya batal, tetap mengikat dan menjadi

tanggung jawab perseroan, namun demikian anggota direksi yang

bersangkutan tetap bertanggung jawab terhadap kerugian perseroan.

4) Pasal 97 ayat (3) UUPT menyatakan bahwa setiap anggota direksi

wajib bertanggungjawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan

apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya;

5) Pasal 101 ayat (2) UUPT yang menyatakan bahwa menyatakan bahwa

setiap anggota direksi yang tidak melaksanakan kewajibannya

melaporkan kepada perseroan saham yang dimiliki anggota direksi

yang bersangkutan dan/atau keluarganya dalam perseroan dan

perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus, dan

akibatnya menimbulkan kerugian bagi perseroan, bertanggungjawab

secara pribadi atas kerugian perseroan;

6) Pasal 104 ayat (2) UUPT yang menyatakan bahwa menyatakan bahwa

dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi dan

harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban perseroan

dalam kepailitan tersebut, setiap anggota direksi secara tanggung

renteng bertanggungjawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi

dari harta pailit tersebut;

7) Pasal 97 ayat (6) UUPT yang memberikan hak kepada pemegang

saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari

jumlah seluruh saham yang dengan hak suara, atas nama perseroan

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 39: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

77

untuk mengajukan gugatan melalui Pengadilan Negeri terhadap

anggota direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan

kerugian pada perseroan.

Selanjutnya untuk dapat mengukur seberapa jauh tanggung jawab direksi

dalam melakukan pengurusan dalam mencapai tujuan PT yang sudah ditetapkan

dalam anggaran dasar, direksi harus membuat dan melaksanakan rencana kerja

tahunan. Pencapaian dari hasil kerja merupakan bahan evaluasi dalam penilaian

kinerja direksi yang dituangkan dalam laporan tahunan yang diserahkan kepada

dan untuk disahkan oleh RUPS. Kegiatan pengurusan perseroan ini tidak pernah

dapat dipisahkan dari tugas perwakilan direksi yang diatur dalam pasal 98 UUPT.

Sebagai pengurus perseroan, direksi akan mewakili perseroan dalam setiap

tindakan atau perbuatan hukum perseroan dengan pihak ketiga. Dalam hal ini

jelas, direksi merupakan agen bagi perseroan.

b. Rumusan selanjutnya dalam Pasal 97 ayat (2) UUPT menyatakan bahwa

“Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan

setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab”.

Sejalan dengan sifat pertanggungjawaban perdata yang melekat pada direksi

dalam melakukan pengurusan terhadap perseroan, Pasal 97 ayat (2) UUPT

menekankan pada arti itikad baik, dan sesuai dengan kewenangan yang

diberikan atau dibebankan kepadanya serta menurut aturan main yang

berlaku. Selama dan sepanjang direksi melakukan pengurusan dengan itikad

baik, dan dalam batasan atau koridor serta menurut ketentuan yang telah

ditetapkan sebelumnya, maka direksi senantiasa dilindungi oleh business

judgment rule.

Itikad baik merupakan salah satu unsur penting bagi direksi untuk

memperoleh perlindungan business judgment rule, seperti dinayatakan oleh

Salamon dalam perkara Gries Sports Enterprises Football Co. Inc. 496 NE 2nd 959

(Ohio 1986). Business judgment rule melibatkan dua hal yaitu proses dan

substansi. Sebagai proses, BJR melibatkan formalitas pengambilan keputusan

dalam perseroan. Sebagai substansi, dalam mengambil suatu keputusan bisnis,

direksi dari suatu perusahaan bertindak atas dasar informasi yang dimilikinya

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 40: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

78

dengan itikad baik dan dengan keyakinan bahwa tindakan yang diambil adalah

semata-mata untuk kepentingan perusahaan.

Jadi, jelaslah bahwa Pasal 97 ayat (2) UUPT ini, anggota direksi wajib

melaksanakan tugasnya dengan itikad baik (in good faith) dan dengan penuh

tanggungjawab (and with full sense of responsibility). Apabila direksi tersebut

ternyata terbukti bersalah karena sengaja atau lalai dalam melaksanakan

kewajiban fiduciary duty nya tersebut, maka terhadap kerugian yang diderita

perseroan, perseroan berhak menuntutnya dari direksi tersebut.

c. Ketentuan selanjutnya yang diatur dalam pasal 97 ayat (3) UUPT

menyatakan bahwa “Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh

secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah

atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2)”. Pada dasarnya ketentuan tersebut merupakan

kelanjutan dari dua ayat sebelumnya dalam pasal yang sama. Dalam

ketetntuan Pasal 97 ayat (3) UUPT, yang ditekankan adalah akibat dari

tindakan atau perbuatan direksi yang salah karena disengaja ataupun lalai

untuk berbuat, bertindak atau mengambil keputusan secara itikad baik.

Dalam hal tersebut, direksi bertanggungjawab penuh terhadap kerugian

perseroan. Pasal 1131 KUHPer berlaku bagi harta kekayaan anggota direksi

yang bersangkutan.

d. Selanjutnya Pasal 97 ayat (4) menyatakan bahwa dalam hal Direksi terdiri

atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota

Direksi. Pasal ini menegaskan mengenai tanggungjawab kolegial dari

direksi sebagai satu dewan, dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 98

ayat (2) UUPT.

Tanggungjawb secara renteng direksi sebagi satu kesatuan adalah

tanggungjawab bersama secara kolektif yang berlaku bagi seluruh anggota direksi.

Dengan diberikannya tanggungajwb kolegial ini, dimaksudkan agar sesama

anggota direksi:

1) dilakukan keterbukaan atau transparansi, atau disclosure sesama

anggota direksi, mengenai setiap tindakan atau perbuatan hukum yang

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 41: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

79

hendak diambil atau telah diambil oleh satu atau lebih masing-masing

anggota direksi atas hal-hal yang berada dalam kewenangannya,

demikian pula kepemilikan saham yang dimiliki anggota direksi yang

bersangkutan dan/atau keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain

agar dalam daftar khusus.

2) Dilakukan check and balance tentang kegiatan tindakan atau

keputusan yang menghendaki agar sedapat mungkin atau seyogyanya

diambil berdasarkan pada keputusan rapat direksi. Dengan

pertanggungjawab secara tanggung renteng ini diharapkan dapat terjadi

saling mengawasi diantara sesama anggota direksi perseroan atas

setiap perbuatan, tindakan atau keputusan direksi yang dikhawatirkan

dapat mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap fiduciary duty,

yang menyebakan tidak berlakunya business judgment rule.

e. Ketentuan Pasal 97 ayat (5) UUPT menggambarkan dengan jelas makna

dari itkad baik (good faith) dan prinsip kehati-hatian (due care) dalam

business judgment rule bagi setiap anggota direksi. Setiap pembuktian yang

secara tegas dan jelas menyatakan bahwa direksi telah melanggar fiduciary

duty atau telah melakukan kelalaian berat (gross negligence), kecurangan

(fraud), hal-hal yang didalamnya memiliki unsur menerbitkan terjadinya

benturan kepentingan (conflict of interest) atau perbuatan yang melanggar

hukum (illegality), maka prinsip business judgment rule tidak lagi

melindungi direksi secara keseluruhan dengan aturan Pasal 97 ayat (4)

UUPT, tanggungjawab tersebut menjadi tanggungjawab renteng bagi

seluruh anggota direksi. Jadi, bagi anggota direksi yang ingin lepas dari

tanggungjawab renteng tersebut, maka ia harus dapat membuktikan

sebaliknya, bahwa:

1) kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

2) telah mealkukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian

untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan;

3) Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak

langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 42: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

80

4) telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya

kerugian tersebut.

Berhasilnya pembuktian tersebut membawa akibat bahwa seluruh anggota

direksi menjadi tanggungjawab renteng atau seluruh kewajiban sebagai akibat

kerugian yang disebabkan oleh keputusan direksi yang bersangkutan. Dengan

demikian jelaslah bahwa ketentuan Pasal 97 ayat (5) UUPT merupakan pasal

pamungkas bagi anggota direksi untuk dibebaskan dari kewajiban tanggungjawab

renteng yang dibebankan dalam Pasal 97 ayat (4) UUPT.

f. Pasal 97 ayat (6) UUPT mengatur mengenai hak gugatan derivatif terhadap

direksi sebagai satu dewan. Perlu diperhatikan bahwa ketentuan ini tidak

dapat dibaca lepas dari ketentuan Pasal 114 ayat (6) UUPT mengenai hal

yang sama namun berlaku bagi dewan komisaris. Jadi dalam hal ini jelaslah

bahwa oleh karena tidak ada yang dapat mewakili perseroan untuk

menggugat direksi dan dewan komisaris secara bersama-sama, maka kepada

pemegang saham ini haruslah diberikan hak turunan yang dinamakan hak

derivatif. Menurut ketentuan Pasal 114 ayat (6) UUPT, pemegang saham

yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah

seluruh saham dengan hak suara, atas nama perseroan, dapat mengajukan

gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi yang karena

kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan.

g. Ketentuan Pasal 97 ayat (7) menyatakan bahwa ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) tidak mengurangi hak anggota Direksi lain dan/atau

anggota Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama Perseroan,

jelas merupakan refleksi bahwa yang seharusnya mewakili perseroan adalah

anggota direksi yang tidak melakukan pelanggaran terhadap fiduciary duty

direksi.

(2). Fiduciary Duty dan Business Judgment Rule Komisaris

Dalam UUPT pengaturan Fiduciary Duty dan Business Judgment Rule

Komisaris dapat ditemukan pada Pasal 114 UUPT. Eksistensi fiduciary duty dan

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 43: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

81

aturan business judgment rule dalam Pasal 114 UUPT dan pasal-pasal terkait

lainnya, antara lain sebagai berikut: 125

a. Dalam rumusan Pasal 114 ayat (1) yang merupakan pengulangan ketentuan

Pasal 97 ayat (1) UUPT, jelas bahwa tugas dewan komisaris adalah

melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan

pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan

memberi nasehat kepada direksi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 108

ayat (1) UUPT. Tugas pengawasan inilah yang harus dilaksanakan dengan

itikad baik dan penuh kehati-hatian. Inilah yang merupakan fiduciary duty

dewan komisaris terhadap perseroan. Berbeda dengan direksi yang

mewakili perseroan dalam tindakan ke luar, dewan komisaris dalam tugas

pengawasannya tidak pernah menjadi agen bagi perseroan. Namun

demikian sesuai dengan ketentuan Pasal 117 UUPT, dewan komisaris dapat

ditugaskan untuk memberikan persetujuan dan bantuan bagi direksi untuk

melaksanakan tugasnya. Kegiatan persetujuan dan bantuan ini tidaklah

menjadikan dewan komisaris sebagai pengurus perseroan dan karenanya

dianggap mewakili perseroan. Dewan komisaris yang melakukan tugas

pengurusan dan karenanya mewakili perseroan dengan pihak ketiga,

menurut ketentuan Pasal 118 UUPT mempunyai hak dan kewajiban sebagai

direksi perseroan dan bukan lagi sebagai dewan komisaris.

b. Terkait dengan fiduciary duty tersebut, maka Pasal 114 ayat (2) UUPT

menekankan pada pertanggungjawaban dewan komisaris atas pengawasan

yang dilakukan terhadap jalannya pengurusan perseroan. Tanggungjawab

dewan komisasris tersebut dibebankan kepada setiap anggota dewan

komisaris. Pengawasan yang dilakukan Dewan komisaris harus dilakukan

untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan

perseroan, sesuai dengan tugas pengurusan direksi yang pelaksanaan tugas

pengurusannya diawasi oleh dewan komisaris. Disamping melakukan tugas

pengawasan, dalam Pasal 108 ayat (1) dewan komisaris diberikan tugas

untuk memberikan nasehat kepada direksi. Nasehat ini menunjukkan

125 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum … op.cit, hlm 88 – 91.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 44: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

82

sampai seberapa jauh itikad baik dan kehati-hatian (prudent) dewan

komisaris dalam melakukan pengawasan.

Jadi sebenarnya fungsi pemberian nasehat ini adalah juga dalam rangka

melaksanakan kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas direksi perseroan.

Pelanggaran terhadap fiduciary duty menyebabkan, setiap anggota dewan

komisaris tidak dilindungi oleh business judgment rule, dan karenanya ikut

bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian perseroan. Dalam hal ini unsur

kesalahan dan kelalaian memegang peranan penting. Seorang anggota dewan

komisaris yang tidak prudent dapat dikatakan sudah lalai dalam menjalankan

tugasnya.

c. Ketentuan Pasal 114 ayat (4) UUPT menegaskan kembali sifat

pertanggungjawaban kolegial dalam dewan komisaris, meskipun fiduciary

duty dibebankan kepada masing-masing anggota dewan komisaris. Hal ini

ditujukan agar antara sesama dewan komisaris ada saling koreksi, saling

menimbang dan saling berargumen, sebelum pada akhirnya dewan

komisaris mengambil keputusan. Ignorance, atau ketidakpedulian terhadap

hal-hal tersebut sudah dapat dianggap awal dari pelanggaran fiduciary duty,

bergantung pada hasil dari keputusan yang diambil. Jika merugikan

kepentingan perseroan, maka kelalaian yang demikian sudah cukup

membawa akibat tanggungjawab kolegial dewan komisaris yang ignorance

tersebut.

Kesadaran masing-masing anggota dewan komisaris dalam menjalankan

tugas dan fungsinya sangatlah dihargai. Sama seperti halnya ketentuan yang

berlaku bagi direksi perseroan, anggota dewan komisaris yang dapat

membuktikan bahwa yang bersangkutan:

1). telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian

untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan

perseroan;

2). tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak

langsung atas tindakan pengurusan direksi yang mengakibatkan

kerugian; dan

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 45: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

83

3). telah memberikan nasehat kepada direksi untuk mencegah timbul

atau berlanjutnya kerugian tersebut;

maka yang bersangkutan tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian

tersebut.

Hal ini menegaskan bahwa meskipun dewan komisaris hanya melaksanakan

fungsi pengawasan dan pemberian nasehat dewan komisaris harus aktif. Spirit

atau jiwa keaktifan anggota dewan komisaris ini tercermin dalam ketentuan:

1). Pasal 109 ayat (1) memiliki kewajiban untuk memiliki dewan

komisaris pengawas syariah bagi perseroan yang menjalankan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah;

2). Pasal 116 UUPT mengenai kewajiban penyelenggaraan dan

penyimpanan berbagai macam laporan, seperti risalah rapat dewan

komisaris, laporan tentang kepemilikan sahamnya dan/atau

keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain, dan tugas

pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru

lampau kepada RUPS;

3). Pasal 120 ayat (1) UUPT tentang komisaris independen dan

komisaris utusan;

4). Pasal 121 ayat (1) UUPT mengenai pembentukan komite

(independen) oleh dewan komisaris.

d. Ketentuan terakhir yang diatur dalam Pasal 114 ayat (6) UUPT adalah hak

gugatan derivatif pemegang saham. Seperti yang telah dijelaskan dalam

Pasal 97 ayat (6), ketentuan Pasal 114 ayat (6) UUPT harus dibaca sebagai

satu kesatuan dengan Pasal 114 ayat (6) UUPT. Dalam Pasal 114 ayat (6)

UUPT secara tegas dinyatakan bahwa “Atas nama perseroan, pemegang

saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu perserpuluh) bagian dari

jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat anggota dewan

komisaris yang karena kesalahannya atau kelalaiannya menimbulkan

kerugian pada perseroan ke pengadilan negeri.”

Sama seperti halnya yang berlaku bagi direksi perseroan, selain dari

pertanggungjawaban yang diatur dalam UUPT tersebut, secara umum dewan

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 46: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

84

komisaris juga dapat dituntut berdasarkan ketentuan umum yang diatur dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terkait dengan masalah:

1). tuntutan pengembalian harta kekayaan perseroan yang diambil secara

tidak sah oleh dewan komisaris;

2). tuntutan pengembalian keuntungan yang seyogyanya dinikmati oleh

perseroan.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 47: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

85

BAB IV

BUMN PERSERO SEBAGAI BADAN HUKUM

1. Korporasi Sebagai Badan Hukum

Secara etymology, tentang korporasi (corporatie, Belanda), corporation

(Inggris), korporation (Jerman) berasal dari kata “corporatio” dalam bahasa

Latin. Seperti halnya dengan kata-kata lain yang berakhiran dengan “tio”, maka

“coporatio” sebagai kata benda (substantivum), berasal dari kata kerja

“corporare”, yang banyak dipakai orang pada jaman abad pertengahan atau

sesudah itu. “Corporare” sendiri berasal dari kata “corpus” (Indonesia = badan),

yang berarti memberikan badan atau membadankan. Dengan demikian maka

akhirnya “corporatio” itu berarti hasil dari pekerjaan membadankan, dengan lain

perkataan badan yang dijadikan orang, badan yang diperoleh dengan perbuatan

manusia sebagai lawan terhadap badan manusia, yang terjadi menurut alam.126

Apabila suatu hukum memungkinkan perbuatan manusia untuk menjadikan

badan itu di samping manusia, dengan mana ia disamakan, maka itu berarti

bahwa kepentingan masyarakat membutuhkannya, yakni untuk mencapai

barang sesuatu yang oleh individu sendiri-sendirinya tidak dapat dicapai atau

amat susah untuk dicapai. Begitulah manusia itu mempergunakan illuminasi,

bila lumen (cahaya) dari bintang dan bulan tidak mencukupi atau tidak ada.127

Istilah korporasi tidak ada dalam kodifikasi yang kita terima dari regime

lama. Pasal 8 ayat (2) dari Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering, yang

lama termuat istilah korporasi, dimana dikatakan “indien de eischende of

verwerende partij eene corporatie maatschap of handelsvereeniging is, zal hare

benaining en de plaats van naam, voornamen moeten worden uitgedrukt, tetapi

pasal ini dalam tahun 1838 diubah menjadi "indien de eischende of verwerede

partij een rechtspersoon of vennootschap is zal haar benaming dan sebagainya".

Sehingga kalau kita mengacu kepada ketentuan Pasal 8 kedua ayat (2) dari

Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering, bahwa yang dimaksud dengan

126 Soetan K. Malikoel Adil, Pembaharuan Hukum Perdata Kita, P.T. Pembangunan,Jakarta, 1955, hlm 83 dalam Muladi dan Dwidja Priyatna, Pertanggungjawaban Korporasi DalamHukum Pidana, Cetakan Pertama, Sekolah Tinggi Hukum Bandung, Bandung, hlm 12.

127 Muladi dan Dwidja Priyatna, ibid.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 48: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

86

“corporatie” adalah, “sesuatu yang dapat disamakan dengan persoon”, yakni

“Rechtspersoon”.128

Menurut sifatnya, badan hukum itu ada dua macam, yaitu: (1) korporasi

(corporatie), dan (2) yayasan (stichting).129 Utrecht/Moh. Soleh Djindang

memberikan penjelasan tentang korporasi ialah suatu gabungan orang yang dalam

pergaulan hukum bertindak bersama-sama sebagai suatu subyek hukum tersendiri

suatu personifikasi. Korporasi adalah badan hukum yang beranggota, tetapi

mempunyai hak kewajiban sendiri terpisah dari hak kewajiban anggota masing-

masing.130

A.Z. Abidin menyatakan bahwa korporasi dipandang sebagai realita

sekumpulan manusia yang diberikan hak oleh sebagai unit hukum, yang

diberikan pribadi hukum, untuk tujuan tertentu.131

Yan Pramadya Puspa menyatakan yang dimaksud dengan korporasi adalah

korporasi atau badan hukum, adalah suatu perseroan yang merupakan badan

hukum; korporasi atau perseroan disini yang dimaksud adalah suatu perkumpulan

atau organisasi yang oleh hukum diperlakukan seperti seorang manusia (persona)

ialah sebagai pengemban (atau pemilik) hak dan kewajiban memiliki hak

menggugat ataupun digugat di muka pengadilan. Contoh badan hukum itu, adalah

PT (Perseroan Terbatas), N.V. (Namloze Vennootschap) dan Yayasan

(Stichting); bahkan negarapun juga merupakan badan hukum.132

Sedangkan dalam http://www.investorwords.com/1140/corporation.html,

dikatakan bahwa corporation adalah:133

The most common form of business organization, and one which is chartered by astate and given many legal rights as an entity Iseparate from its owners. This formof business is characterized by the limited liability of its owners, the issuance ofshares of easily transferable stock, and existence as a going concern. The processof becoming a corporation, call incorporation, gives the company separate legalstanding from its owners and protects ithose owners from being personally liablein the event that the company is sued (a condition known as limited liability).Incorporation also provides companies with a more flexible way to manage their

128 Muladi dan Dwidja Priyatna, Ibid.129 Chidir Ali, op.cit, hlm 63.130 Chidir Ali, Ibid, hlm 64.131 A.Z. Abidin, Bunga Rampai Hukum Pidana, Pradnya Paramita, Jakarta, 1983, hlm 54

dalam Muladi dan Dwidja Priyatna, op.cit, hlm 14.132 Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, Aneka Ilmu, Semarang, 1977, hlm 256.133 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum … op.cit, hlm 8.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 49: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

87

ownership structure. In addition, there are different tax implications forcorporations, although these can be both advantageous and disadvantageous. Inthese respects, corporations differ from sole proprietorships and limited.

Pengertian yang diberikan di atas memperjelas bahwa korporasi adalah

suatu badan hukum mandiri yang diakui oleh negara, yang mempunyai

personalia tersendiri terlepas dari pemegang sahamnya. Korporasi dicirikan pada

sifat tanggung jawab yang terbatas dari para pemegang sahamnya, saham-saham

yang diterbitkan yang mudah sekali diperjualbelikan/ diperdagangkan, dan

keberadaannya yang diakui secara terus menerus. Keberadaan status badan

hukum dan karenanya sifat pertanggungjawaban terbatas pada pemegang

sahamnya ditentukan oleh saat "incorporation"'nya. Dengan telah dinyatakannya

suatu perusahaan sebagai incorporated, maka status badan hukum dengan sifat

tanggung jawabnya yang terbataspun hadir demi hukum bagi kepentingan

pemegang saham korporasi.

Berdasarkan uraian tersebut diatas ternyata korporasi adalah suatu badan

hasil ciptaan hukum. Badan yang diciptakannya itu terdiri dari “corpus”, yaitu

struktur fisiknya dan kedalamnya hukum memasukkan unsur “animus” yang

membuat badan itu mempunyai kepribadian. Oleh karena badan hukum itu

merupakan ciptaan hukum, maka kecuali penciptaannya, kematiannya pun juga

ditentukan oleh hukum.134

Badan Hukum keperdataan yang dapat dipandang sebagai korporasi dapat

diperinci dalam beberapa golongan, artinya perincian tersebut terletak pada cara

mendirikannya dan juga ada peraturan perundang-undangan sendiri, yaitu: 135

(1) korporasi yang menyelenggarakan kepentingan para anggotanya, terutama

kepentingan harta kekayaan, misalnya Perseroan Terbatas, Serikat Sekerja;

(2) korporasi lain yang tidak menyelenggarakan kepentingan para anggotanya,

seperti badan-badan yang mempunyai tujuan altruistis misalnya

perhimpunan yang memperhatikan nasib orang-orang tuna-netra, tuna-

rungu, penyakit tbc, penyakit jantung, penderita cacat, Taman Siswa,

Muhamadiyah dan sebagainya.

134 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1986, hlm 10.135 Chidir Ali, op.cit, hlm 69.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 50: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

88

Sehubungan dengan hal di atas, biasanya ditarik batas, yaitu ada (a)

korporasi yang altruistis dan (b) korporasi yang egoistic. Yang terakhir ini

menurut KUHDagang adalah Perseroan Terbatas.

Corporation menurut Black's Law Dictionary adalah:136

An entity (usu. a business) having authority under law to act a single persondistinct from the shareholders who own and having rights to issue stock andexist indefinitely; a group of succession of persons established inaccordance with legal rules into a legal or juristic person that has legalpersonality distinct from the natural persons who make it up, existsindefinitely apart from them, and has the legal powers that its constitutiongives it.

Rumusan tersebut menunjukkan bahwa korporasi adalah badan hukum yang

dipersamakan dengan manusia. Sebagai badan hukum, korporasi dibedakan dari

pemegang sahamnya, dalam pengertian bahwa semua kewajiban korporasi

dijamin dengan harta kekayaannya sendiri terlepas dari harta kekayaan para

pemegang sahamnya.137

Rudi Prasetyo, sehubungan dengan apa yang dimaksud dengan korporasi

menyatakan bahwa, kata korporasi sebutan yang lazim dipergunakan di kalangan

pakar hukum pidana untuk menyebut apa yang biasa dalam bidang hukum lain

khususnya hukum perdata, sebagai “badan hukum”, atau yang dalam bahasa

Belanda disebut sebagai rechtpersoon, atau yang dalam bahasa Inggris disebut

legal entities atau corporation.138

Ridwan Khairandy berpendapat bahwa korporasi sebagai badan hukum

memiliki beberapa ciri substantif yang melekat pada dirinya, yakni:139

(1) Terbatasnya Tanggungjawab

Pada dasarnya, para pendiri atau pemegang saham atau anggota suatu

korporasi tidak bertanggungjawab secara pribadi terhadap kerugian atau utang

korporasi. Jika badan usaha itu adalah PT, maka tanggung jawab pemegang saham

136 Bryan A. Garner, op.cit, hlm 365.137 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum … op.cit, hlm 7.138 Rudi Prasetyo, Perkembangan Korporasi dalam Proses Modernisasi dan Penyimpangan-

penyimpangannya, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Kejahatan Korporasi di FHUNDIP, Semarang: 23 – 24 November 1989, hlm 2 dalam Muladi dan Dwidja Priyatna, op.cit,hlm 15.

139 Ridwan Khairandy, Konsepsi Kekayaan ... op.cit, hlm 33.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 51: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

89

hanya sebatas jumlah maksimum nominal saham yang ia kuasai. Selebihnya, ia

tidak bertanggung jawab.

(2) Perpetual Succession

Sebagai sebuah korporasi yang eksis atas haknya sendiri, perubahan

keanggotaan tidak memiliki akibat atas status atau eksistensinya. Bahkan, dalam

konteks PT, pemegang saham dapat mengalihkan saham yang ia miliki kepada

pihak ketiga. Pengalihan tidak menimbulkan masalah kelangsungan perseroan

yang bersangkutan. Jika PT yang bersangkutan adalah PT Terbuka dan sahamnya

terdaftar di suatu bursa efek (listed), terdapat kebebasan untuk mengalihkan

saham tersebut.

(3) Memiliki Kekayaan Sendiri

Semua kekayaan yang ada dimiliki oleh badan sendiri, tidak oleh pemilik

oleh anggota atau pemegang saham adalah suatu kelebihan utama badan hukum.

Dengan demikian, kepemilikan kekayaan tidak didasarkan pada anggota atau

pemegang saham.

(4) Memiliki Kewenangan Kontraktual serta Dapat Menuntut dan Dituntut atas

Nama Dirinya Sendiri

Badan hukum sebagai subyek hukum diperlakukan seperti manusia yang

memiliki kewenangan kontraktual. Badan itu dapat mengadakan hubungan

kontraktual atas nama dirinya sendiri. Sebagai subyek hukum, badan hukum dapat

dituntut dan menuntut di hadapan pengadilan.

Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa bentuk korporasi di Indonesia hampir

tidak ada perkembangan yang berarti kecuali tentang pengembangan korporasi itu

sendiri sebagai suatu institusi yang mempunyai tujuan sebagai organisasi ekonomi

yang mengejar keuntungan ekonomi. Korporasi di Indonesia ditandai dengan

nama Perseoan Terbatas yang merupakan sepadan dengan NV (Naamloze

Venootschap). Yang setara dengan “Sendirian Berkad” di Malaysia dan Limited di

negara-negara lain.

Korporasi-korporasi modern telah berkembang menjadi kelompok-

kelompok korporasi (konglomerasi) dengan Skala dan kompleksitas yang tinggi.

Para regulator di masa lalu mungkin tidak pernah membayangkan bahwa sebuah

entitas korporasi dapat memiliki saham di perusahaan lain dan melakukan

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 52: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

90

perniagaan melalui anak-anak perusahaan (subsidiaries) dan associated

companies. Seringkali kelompok-kelompok perusahan ini beroperasi secara

internasional dan strukturnya dirancang untuk maksud-maksud yang terkait

dengan masalah pajak internasional, untuk membatasi financial disclosure, untuk

memperluas batasan terhadap bentuk perseroan terbatas, atau untuk alasan-alasan

yang terkait dengan masalah-masalah (regulatory) lainnya. Trend di banyak

negara, termasuk di Negara kita, adalah privatisasi (secara sederhana, penjualan

saham-saham perusahaan perusahaan publik milik pemerintah atau BUMN

menjadi korporasi swasta yang menguntungkan melalui listing di Pasar Modal).140

2. BUMN Persero Sebagai Perusahaan Perseroan

Persero atau perusahaan perseroan adalah bentuk badan usaha Negara

yang timbul kemudian sebagai upaya pemerintah untuk mengatur usaha-usaha

Negara yang semula berbentuk Perusahaan Negara (PN) berdasarkan pada

Undang-undang No. 19 Prp Tahun 1960. Pada tahun 1969, ditetapkan Undang-

undang Nomor 9 Tahun 1969. Dalam Undang-undang tersebut, BUMN

disederhanakan bentuknya menjadi tiga bentuk usaha negara yaitu Perusahaan

Jawatan (Perjan) yang sepenuhnya tunduk pada ketentuan Indonesische

Bedrijvenwet (Stbl. 1927: 419), Perusahaan Umum (Perum) yang sepenuhnya

tunduk pada ketentuan Undang-undang Nomor 19 Prp. Tahun 1960 dan

Perusahaan Perseroan (Persero) yang sepenuhnya tunduk pada ketentuan Kitab

Undang-undang Hukum Dagang (Stbl. 1847: 23) khususnya pasal-pasal yang

mengatur perseroan terbatas telah diganti dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun

1995 tentang Perseroan Terbatas (saat ini Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas). Sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 9

Tahun 1969, Pemerintah membuat pedoman pembinaan BUMN yang mengatur

secara rinci hal-hal yang berkaitan dengan mekanisme pembinaan, pengelolaan

dan pengawasan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983,

kemudian diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998

tentang Perusahaan Perseroan (PERSERO), Peraturan Pemerintah Nomor 13

140 I Nyoman Cager, dkk, Corporate Governance Tantangan dan Kesempatan bagiKomunitas Bisnis Indonesia, PT Prenhallindo, Jakarta, 2002, hlm 20 dalam Neni Sri Imaniyati,op.cit, hlm 195.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 53: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

91

Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum (PERUM) dan Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perusahaan Jawatan (PERJAN). Berbagai Peraturan

Pemerintah tersebut memberikan arahan yang lebih pasti mengenai sistem yang

dipakai dalam upaya peningkatan kinerja BUMN, yaitu berupa pemberlakuan

mekanisme korporasi secara jelas dan tegas dalam pengelolaan BUMN.141

Seiring dengan perkembangan jaman, memasuki tahun 1998 arah baru

pengelolaan BUMN berubah total, setelah Presiden Suharto menetapkan

pembentukan Kantor Menteri Negara BUMN, setelah mendapatkan proposal dari

Tanri Abeng dan timnya. Proposal ini menggambarkan bahwa BUMN dapat

direvitalisasi. Institusi tersebut memberikan arah yang lebih baik bagi BUMN:

dari lembaga yang kikuk, karena diberi label sebagai “korporasi” namun

diperlakukan sebagai “birokrasi”.142 Tanri Abeng mempunyai konsep yang jelas

tentang BUMN: direstrukturisasi, diprofitisasi, baru kemudian diprivatisasi.143

Selanjutnya, pada tahun 2003 yang di masa kepemimpinan Laksamana Sukardi

sebagai Menteri Negara BUMN membuat prestasi yang sangat membagakan,

yaitu diterbitkannya Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN.

Undang-undang ini dengan tegas melakukan pemisahan antara regulator

(departemen teknis) dengan operator (Kementerian BUMN).144

Definisi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menurut Undang-Undang

nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara145 adalah badan usaha

yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui

penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.146

Sedangkan definisi Perusahaan Perseroan adalah BUMN yang berbentuk

perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling

sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan

utamanya mengejar keuntungan.147 Selanjutnya disebutkan bahwa terhadap

Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan

141 Penjelasan Umum angka V, Penjelasan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003tentang Badan Usaha Milik Negara.

142 Riant Nugroho D, & Ricky Siahaan, op.cit, hlm xvii.143 Riant Nugroho D, & Ricky Siahaan, Ibid, hlm xviii.144 Riant Nugroho D, & Ricky Siahaan, Ibid, hlm xix.145 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

selanjutnya disebut UU-BUMN.146 Pasal 1 angka 1 UU-BUMN.147 Pasal 1 angkta 2 UU-BUMN.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 54: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

92

terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas148 (saat ini Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas). Mengingat Persero pada dasarnya merupakan perseroan

terbatas, semua ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas (saat ini Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas), termasuk pula segala peraturan pelaksanaannya, berlaku juga

bagi Persero.149

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa BUMN yang berbentuk

perseroan terbatas merupakan badan usaha atau korporasi/badan hukum perseroan

yang tunduk pada segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi

perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Hal ini mengandung arti bahwa

Perusahaan Perseroan adalah badan hukum/korporasi sebagaimana halnya badan

hukum perseroan terbatas. Perusahaan Perseroan akan berstatus badan hukum

sejak setelah akta pendirian PT disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 ayat (4) UUPT.150

Dalam ilmu hukum dikenal asas lex specialis derogat legi generali (Latin)

yaitu asas hukum yang menyatakan peraturan atau undang-undang yang bersifat

khusus mengesampingkan peraturan atau undang-undang yang umum. Jadi, dalam

pengaturan BUMN persero sebagai Perusahaan Perseroan, UU-BUMN

merupakan lex specialis sedangkan UUPT merupakan lex generali dari

Perusahaan Perseroan.

Sebagai perseroan terbatas, Perusahaan Perseroan juga memilki

karakteristik sebagaimana halnya perseroan terbatas. Menurut Gunawan Widjaja,

bahwa pada dasarnya suatu perseroan terbatas mempunyai ciri-ciri sekurang-

kurangnya sebagai berikut:151

(1) memiliki status hukum tersendiri, yaitu sebagai suatu badan hukum, yaitu

subyek hukum artificial, yang sengaja diciptakan oleh hukum untuk

148 Pasal 11 UU-BUMN.149 Penjelasan Pasal 11 UU-BUMN.150 Pasal 7 ayat (4) UUPT menyebutkan Perseroan memperoleh status badan hukum pada

tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan Menteri.Pasal 1 angka 15 menyebutkan bahwa Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnyadi bidang hukum dan hak asasi manusia.

151 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum … op.cit, hlm 11 – 12.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 55: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

93

membantu kegiatan perekonomian, yang dipersamakan dengan individu

manusia, orang-perorangan;

(2) memiliki harta kekayaan sendiri yang dicatatkan atas namanya sendiri, dan

pertanggungjawaban sendiri atas setiap tindakan, perbuatan, termasuk

perjanjian yang dibuat. Ini berarti perseroan dapat mengikatkan dirinya

dalam satu atau lebih perikatan, yang berarti menjadikan perseroan sebagai

subyek hukum mandiri (persona standi in judicio) yang memiliki kapasitas

dan kewenangan untuk dapat menggugat dan digugat di hadapan

pengadilan;

(3) tidak lagi membebankan tanggungjawabnya kepada pendiri, atau pemegang

sahamnya, melainkan hanya untuk dan atas nama dirinya sendiri, untuk

kerugian dan kepentingan dirinya sendiri;

(4) kepemilikannya tidak digantungkan pada orang perorangan tertentu, yang

merupakan pendiri atau pemegang sahamnya. Setiap saat saham perseroan

dapat dialihkan kepada siapapun juga menurut ketentuan yang diatur dalam

Anggaran Dasar dan undang-undang yang berlaku pada suatu waktu

tertentu;

(5) keberadaannya tidak dibatasi jangka waktunya dan tidak lagi dihubungkan

dengan eksistensi dari pemegang sahamnya;

(6) pertanggungjawaban yang mutlak terbatas, selama dan sepanjang para

pengurus (direksi), dewan komisaris dan atau pemegang saham tidak

melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang tidak boleh dilakukan.

Dengan demikian unsur-unsur badan hukum BUMN Persero sebagai

Perusahaan Perseroan sebagaimana halnya pada perseroan terbatas seperti

ditentukan dalam UUPT juga melekat pada Perusahaan Perseroan selain yang

ditentukan khusus dalam UU-BUMN sebagai berikut:

a. Unsur-unsur badan hukum

Sebagai badan hukum,152 perseroan harus memenuhi unsur-unsur badan

hukum seperti ditentukan dalam UUPT, yang diuraikan sebagai berikut:

152 Dengan status PT. sebagai badan hukum, maka sejak itu hukum memberlakukanpemilik atau pemegang saham dan pengurus atau direksi terpisah dari PT itu sendiri yang dikenaldengan istilah “separate legal personality, yaitu sebagai individu yang berdiri sendiri. Dengan

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 56: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

94

1). Organisasi yang teratur

Sebagai organisasi yang teratur, perseroan mempunyai organ yang

terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris

(Pasal 1 butir (2) UUPT). Keteraturan organisasi dapat diketahui melalui

ketentuan UUPT, Anggaran Dasar perseroan, Anggaran Rumah Tangga

perseroan, dan keputusan RUPS. Mengenai organ Perusahaan Persero diatur

dalam Pasal 13 UU-BUMN yang menyebutkan bahwa Organ Persero

adalah RUPS, Direksi, dan Komisaris.

2). Kekayaan sendiri

Perseroan memiliki kekayaan sendiri berupa modal dasar yang terdiri

dari seluruh nilai nominal saham (Pasal 31 ayat (1) UUPT) dan kekayaan

dalam bentuk lain yang berupa benda bergerak dan tidak bergerak, benda

berwujud dan tidak berwujud, misalnya kendaraan bermotor, gedung

perkantoran, barang inventaris, surat berharga, piutang perseroan.

Modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan. Penyertaan modal negara dalam rangka pendirian atau

penyertaan pada BUMN bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara yaitu meliputi pula proyek-proyek Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara yang dikelola oleh BUMN dan/atau piutang negara pada

BUMN yang dijadikan sebagai penyertaan modal negara, kapitalisasi

cadangan yang merupakan penambahan modal disetor yang berasal dari

cadangan, dan sumber lainnya antara lain, adalah keuntungan revaluasi

aset.153

3). Melakukan hubungan hukum sendiri

Sebagai badan hukum, perseroan melakukan hubungan hukum sendiri

dengan pihak ketiga yang diwakili oleh direksi. Menurut ketentuan Pasal 5

UU-BUMN bahwa Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan

BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN, baik

di dalam maupun di luar pengadilan, hal ini selaras dengan Pasal 92 UUPT,

demikian pemegang saham tidak mempunyai kepentingan dalam kekayaan PT, sehingga tidakbertanggungjawab atas utang-utang perusahaan atau PT. I.G.Rai Widjaya, op.cit, hlm 131.

153 Pasal 4 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) UU-BUMN dan Penjelasan Pasal 4 ayat (1), ayat(2), dan ayat (3) UU-BUMN.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 57: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

95

Direksi bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk

kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam

maupun di luar pengadilan.

4). Mempunyai tujuan sendiri

Sebagai badan hukum yang melakukan kegiatan usaha, perseroan

mempunyai tujuan sendiri. Tujuan tersebut ditentukan dalam Anggaran

Dasar perseroan (Pasal 15 butir (b) UUPT). Karena perseroan menjalankan

perusahaan, maka tujuan utama perseroan adalah mencari keuntungan dan

atau laba.

b. Unsur-unsur perseroan

Berdasarkan definisi perseroan yang telah dikemukakan diatas, maka

sebagai perusahaan badan hukum, Perusahaan Perseroan memenuhi unsur-unsur

seperti diuraikan berikut ini:

1). Badan hukum

Setiap perseroan adalah badan hukum, artinya badan yang memenuhi

syarat keilmuan sebagai pendukung kewajiban dan hak, antara lain

memiliki harta kekayaan sendiri terpisah dari harta kekayaan pendiri atau

pengurusnya. Dalam UUPT secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 butir (1)

bahwa perseroan adalah badan hukum.

2). Didirikan berdarkan perjanjian

Setiap perseroan didirikan berdasarkan perjanjian. Artinya harus ada

sekurang-kurangnya dua orang yang bersepakat mendirikan perseroan yang

dibuktikan secara tertulis yang tersusun dalam bentuk Anggaran Dasar,

kemudian dimuat dalam akta pendirian yang dibuat di muka notaris. Setiap

pendiri wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan.

Ketentuan ini adalah asas dalam pendirian perseroan.

Dalam Pasal 7 ayat (7) UUPT menyebutkan bahwa ketentuan yang

mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih sebagaimana

dimaksud pada ayat (1),154 dan ketentuan pada ayat (5),155 serta ayat (6)156

154 Pasal 7 ayat (1) UUPT menyebutkan bahwa Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang ataulebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya dalam Penjelasan Pasal7 ayat (1) UUPT disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “orang” adalah orang perseorangan,

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 58: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

96

tidak berlaku bagi Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara.

Selanjutnya dalam Penjelasan Pasal 7 ayat (7) huruf a disebutkan bahwa

yang dimaksud dengan “persero” adalah badan usaha milik negara yang

berbentuk Perseroan yang modalnya terbagi dalam saham yang diatur dalam

Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara.

Dengan demikian, Perusahaan Perseroan mendapat pengecualian

terhadap ketentuan yang mengatur jumlah pendiri perseroan terbatas yang

mendirikan perseroan.

3). Melakukan kegiatan usaha

Setiap perseroan melakukan kegiatan usaha, yaitu kegiatan dalam

bidang perekonomian (industri, dagang, jasa) yang bertujuan mendapat

keuntungan dan atau laba. Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan

perusahaan. Supaya kegiatan usaha itu sah harus mendapat ijin usaha dari

pihak yang berwenang dan didaftarkan dalam daftar perusahaan menurut

undang-undang yang berlaku.

4). Modal dasar

Setiap perseroan harus mempunyai modal dasar yang seluruhnya terbagi

dalam saham. Modal dasar disebut juga modal statuter, dalam bahasa

Inggris disebut authorized capital. Modal dasar merupakan harta kekayaan

perseroan sebagai badan hukum, yang terpisah dari harta kekayaan pribadi

pendiri, organ perseroan, pemegang saham. Menurut ketentuan Pasal 32

baik warga negara Indonesia maupun asing atau badan hukum Indonesia atau asing. Ketentuandalam ayat ini menegaskan prinsip yang berlaku berdasarkan Undang-Undang ini bahwa padadasarnya sebagai badan hukum, Perseroan didirikan berdasarkan perjanjian, karena itu mempunyailebih dari 1 (satu) orang pemegang saham.

155 Pasal 7 ayat (5) UUPT menyebutkan bahwa setelah Perseroan memperoleh status badanhukum dan pemegang saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling lama6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan wajibmengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham barukepada orang lain.

156 Pasal 7 ayat (6) UUPT menyebutkan bahwa dalam hal jangka waktu sebagaimanadimaksud pada ayat (5) telah dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang,pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan,dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkanPerseroan tersebut. Selanjutnya dalam Penjelasan Pasal 7 ayat (6) UUPT disebutkan bahwaPerikatan dan kerugian Perseroan yang menjadi tanggung jawab pribadi pemegang saham adalahperikatan dan kerugian yang terjadi setelah lewat waktu 6 (enam) bulan tersebut. Yang dimaksuddengan “pihak yang berkepentingan” adalah kejaksaan untuk kepentingan umum, pemegangsaham, Direksi, Dewan Komisaris, karyawan Perseroan, kreditor, dan/atau pemangku kepentingan(stake holder) lainnya.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 59: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

97

UUPT, modal dasar perseroan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) juta

rupiah.

5). Memenuhi persyaratan undang-undang

Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan undang-undang perseroan

dan peraturan pelaksanaannya. Unsur ini menunjukan bahwa perseroan

menganut sistem tertutup (closed system).

Pasal 1 angka 1 UU-BUMN menyebutkan bahwa BUMN adalah badan

usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Menurut Ridwan Khairandy, dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa ada beberapa unsur yang menjadikan suatu perusahaan dapat dikategorikan

sebagai BUMN:157

a. Badan usaha atau perusahaan;

b. Modal badan usaha tersebut seluruhnya atau sebagian besar dimiliki oleh

negara. Jika modal tersebut tidak seluruhnya dikuasai negara, maka agar

tetap dikategorikan sebagai BUMN, negara minimum menguasai 51 %

modal tersebut.

c. Di dalam usaha tersebut, negara melakukan penyertaan secara langsung;

Mengingat di sini ada penyertaan langsung, negara terlibat dalam

menanggung risiko untung dan ruginya perusahaan. Menurut Penjelasan Pasal 4

ayat (3) UU No. 19 tahun 2003, pemisahan kekayaan negara untuk dijadikan

penyertaan modal negara ke dalam BUMN hanya dapat dilakukan dengan cara

penyertaan langsung negara ke BUMN, sehingga setiap penyertaan tersebut harus

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP).

d. Modal penyertaan tersebut berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Kekayaan yang dipisahkan di sini adalah pemisahan kekayaan negara dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk dijadikan penyertaan

modal negara pada BUMN untuk dijadikan modal BUMN. Setelah itu selanjutnya

pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun

pembinaan dan pengelolaannya pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.

157 Ridwan Khairandy, Konsepsi Kekayaan … op.cit, hlm 33.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 60: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

98

Suatu badan usaha dapat dikategorikan sebagai BUMN harus merupakan

perusahaan yang modalnya berasal dari penyertaan langsung dari negara. Jika ada

sebuah PT yang didirikan oleh BUMN, ia tidak dapat dikatakan sebagai BUMN,

karena penyertaan modalnya bukan berasal dari negara, tetapi dari BUMN.

Misalnya PT Pupuk Kalimantan Timur (PT PKT) tidak dapat disebut sebagai

BUMN, karena dari Anggaran Dasar PT tersebut, terlihat bahwa modal perseroan

berasal dari penyertaan PT Pupuk Sriwijaya (Persero) dan koperasi karyawan.

Menurut Pasal 9 UU-BUMN, BUMN terdiri dari dua macam, yaitu:

a. Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya

terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu

persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan

utamanya mengejar keuntungan. BUMN yang termasuk Persero, antara lain

PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero), PT. (Persero) Biro Klasifikasi

Indonesia, PT. Angkasa Pura (Pesero) dan PT. Pelayaran Nasional

Indonesia (Persero). Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya

disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang

sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan

penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang

pasar modal. BUMN yang termasuk Persero Terbuka, antara lain PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero)

Tbk, PT. Bank Negara Indonesia (Pesero) Tbk, dan PT. Bank Mandiri

(Pesero) Tbk.

b. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang

seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang

bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau

jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan

prinsip pengelolaan perusahaan. BUMN yang termasuk Perum, antara lain

Perum Damri, Perum Peruri.

Kedua badan usaha tersebut diatas, selain tunduk kepada UU-BUMN juga

tunduk kepada peraturan dan perundang-undangan yang mengatur ketentuan yang

terkait dengan kegiatan usahanya, misal untuk Perusahaan Perseroan atau

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 61: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

99

Perusahaan Perseroan Terbuka yang berkaitan dengan kegiatan usaha perbankan,

maka Perseroan tersebut juga tunduk pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 7 tentang Perbankan.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa terhadap BUMN

Persero sebagai Perusahaan Perseroan berlaku segala ketentuan dan prinsip-

prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam UUPT

termasuk pula segala peraturan pelaksanaannya. Namun terhadap ketentuan yang

bersifat khusus sebagaimana ditentukan dalam UU-BUMN, Perusahaan Perseroan

tunduk pada ketentuan yang diatur dalam UU-BUMN. Dalam hal tersebut berlaku

asas hukum lex specialis derogat legi generali yaitu asas hukum yang menyatakan

peraturan atau undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan

atau undang-undang yang umum. Jadi, dalam pengaturan BUMN persero sebagai

Perusahaan Perseroan, UU-BUMN merupakan lex specialis sedangkan UUPT

merupakan lex generali dari Perusahaan Perseroan.

3. Pemisahan Kekayaan Negara dalam BUMN Persero

BUMN Persero sebagai badan hukum memiliki karakteristik badan

hukum/koporasi. Salah satu unsur badan hukum yang dimilikinya yaitu harta

kekayaan sendiri yang terpisah dari pendiri atau pemegang saham.

UU-BUMN secara tegas menyebutkan bahwa modal BUMN adalah

penyertaan langsung dari kekayaan negara yang dipisahkan.158 Penyertaan modal

negara dalam rangka pendirian atau penyertaan pada BUMN menurut Pasal 4 dan

Penjelasan Pasal 4 ayat (2) UU-BUMN, bersumber dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; termasuk dalam APBN yaitu

meliputi proyekproyek APBN yang dikelola oleh BUMN dan/atau piutang

negara pada BUMN yang dijadikan sebagai penyertaan modal.

b. Kapitalisasi cadangan; kapitalisasi cadangan ini adalah penambahan modal

disetor yang berasal dari cadangan.

c. Sumber lainnya; termasuk dalam kategori sumber lainnya ini antara lain

keuntungan revaluasi aset.

158 Pasal 4 ayat (1) UU-BUMN.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 62: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

100

Bagaimanakah status kepemilikan harta kekayaan (asset) Perusahaan

Perseroan yang bersumber dari kekayaan negara yang dipisahkan ? Apakah

merupakan milik Negara atau milik Perusahaan Perseroan ?

Menurut Ridwan Khairandy, bahwa dari penjelasan di atas secara jelas

terlihat Persero adalah PT. Walaupun ada unsur negara di dalam perusahaan

tersebut, tetapi oleh karena ia adalah PT, maka ia harus tunduk kepada Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang menjadi

dasar substantif pengaturan eksistensi PT. PT oleh hukum dipandang memiliki

kedudukan mandiri terlepas dari orang atau badan hukum lain dari orang yang

mendirikannya. Di satu pihak PT merupakan wadah yang menghimpun orang-

orang yang mengadakan kerjasama dalam PT, tetapi dilain pihak segala perbuatan

yang dilakukan dalam rangka kerjasama dalam PT itu oleh hukum dipandang

semata-mata sebagai perbuatan badan itu sendiri. Oleh karena itu, segala

keuntungan yang diperoleh dipandang sebagai hak dan harta kekayaan badan itu

sendiri. Demikian pula sebaliknya, jika terjadi suatu utang atau kerugian dianggap

menjadi beban PT sendiri yang dibayarkan dari harta kekayaan PT.159 Dengan

pemisahan ini, begitu negara melakukan penyertaan di perusahaan tersebut,

penyertaan tersebut demi hukum menjadi kekayaan badan usaha. Pemisahan

kekayaan ini merupakan konsekuensi hukum bagi sebuah badan hukum. Dengan

demikian, secara yuridis modal tersebut sudah menjadi kekayaan perusahaan,

bukan kekayaan negara lagi.

Selanjutnya, Ridwan Khairandy menambahkan pendapatnya bahwa secara

yuridis, modal yang disertakan ke dalam perseroan bukan lagi menjadi kekayaan

orang yang menyertakan modal, tetapi menjadi kekayaan perseroan itu sendiri. Di

sini terjadi pemisahan kekayaan antara kekayaan pemegang saham dan perseroan.

Dengan karakteristik yang demikian, tanggung jawab pemegang saham atas

kerugian atau utang perseroan juga terbatas. Utang atau kerugian tersebut semata-

mata dibayar secukupnya dari harta kekayaan yang tersedia dalam perseroan.

Dengan konsep yang demikian itu, ketika negara menyertakan modalnya dalam

159 Ridwan Khairandy, Konsepsi Kekayaan … op.cit, hlm 35.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 63: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

101

bentuk saham ke dalam Persero dari kekayaan negara yang dipisahkan, demi

hukum kekayaan itu menjadi kekayaan Persero. Tidak lagi menjadi kekayaan

negara. Konsekuensinya, segala kekayaan yang didapat baik melalui penyertaan

negara maupun yang diperoleh dari kegiatan bisnis Persero, demi hukum menjadi

kekayaan Persero itu sendiri.160

Menurut Erman Rajagukguk,161 karakteristik suatu badan hukum adalah

pemisahan harta kekayaan badan hukum dari harta kekayaan pemilik dan

pengurusnya. Dengan demikian suatu badan hukum yang berbentuk perseroan

terbatas memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan Direksi (sebagai

pengurus) Komisaris (sebagai pengawas), dan pemegang saham (sebagai pemilik).

BUMN Persero memperoleh status badan hukum setelah akte pendiriannya

disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM. Berdasarkan hal tersebut, kekayaan

BUMN Persero maupun BUMN Perum sebagai badan hukum bukanlah kekayaan

negara.

Menurut Arifin P. Soeria Atmadja,162 pengertian pemisahan kekayaan

negara berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

tentang BUMN mempunyai arti sebagai berikut:

“Yang dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negaradari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan modal padaBUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya didasarkan padaprinsip-prinsip perusahaan yang sehat”.

Konsekuensi logis adanya penyertaan modal pemerintah pada perseroan

terbatas adalah pemerintah ikut menanggung risiko dan bertanggungjawab

terhadap kerugian usaha yang dibiayainya. Dalam menanggung risiko dan

bertanggungjawab atas kerugian usaha ini, kedudukan pemerintah tidak dapat

berposisi sebagai badan hukum publik. Hal demikian disebabkan tugas

pemerintah sebagai badan hukum publik adalah bestuurszorg, yaitu tugas yang

meliputi segala lapangan kemasyarakatan dan suatu negara hukum modern yang

memperhatikan kepentingan seluruh rakyat. Konsekuensinya adalah jika badan

hukum publik harus juga menanggung risiko dan bertanggungjawab atas kerugian

160 Ridwan Khairandy, Ibid, hlm 35 – 36.161 Erman Rajagukguk, Pengertian Keuangan Negara dan Kerugian Negara dikutip dari

http://ermanhukum.com/Makalah ER pdf/PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA.pdf, hlm 2.162 Arifin P. Soeria Atmadja, op.cit, hlm 115 – 116.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 64: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

102

suatu usaha tersebut, fungsi publik tersebut tidak akan optimal dan maksimal

dijalankan oleh pemerintah.

Selanjutnya Arifin P. Soeria Atmadja menambahkan bahwa dengan dasar

pemahaman tersebut, kedudukan pemerintah dalam perseroan terbatas tidak dapat

dikatakan sebagai mewakili negara sebagai badan hukum publik. Pemahaman

tersebut harus ditegaskan sebagai bentuk afirmatif pemakaian hukum privat dalam

perseroan terbatas, yang sahamnya antara lain dimiliki oleh pemerintah. Dengan

mengemukakan dasar logika hukum atas aspek kerugian negara dalam perseroan

terbatas, yang seluruh atau salah satu sahamnya dimiliki oleh negara berarti

konsep kerugian negara dalam pengertian merugikan keuangan negara tidak

terpenuhi. Hal ini disebabkan ketika pemerintah sebagai badan hukum privat

memutuskan penyertaan modalnya berbentuk saham dalam perseroan terbatas,

apakah 51% atau seluruhnya, pada saat itu juga imunitas publik dan negara hilang,

dan terputus hubungan hukum publiknya dengan keuangan yang telah berubah

dalam bentuk saham, demikian pula ketentuan pengelolaan, pertanggungjawaban

dan pemeriksaan keuangan dalam bentuk saham tersebut otomatis berlaku dan

berpedoman pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, dan semua ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

Kondisi demikian mengakibatkan putusnya keuangan yang ditanamkan dalam

perseroan terbatas sebagai keuangan negara, sehingga berubah setatus hukumnya

menjadi keuangan perseroan terbatas karena telah terjadi transformasi hukum dari

keuangan publik menjadi keuangan privat. Demikian pula apabila perseroan

terbatas menyetor bagian laba usahanya atau pajaknya, uang yang semula

merupakan uang privat, serentak ia masuk ke kas negara, ia sudah berubah dari

uang privat menjadi uang publik dan dengan sendirinya tunduk pada ketentuan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara jo.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan

Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan APBN.163

Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta fatwa Mahkamah Agung (MA)

terkait dengan kekayaan negara dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Menjawab permintaan itu, MA menerbitkan sebuah fatwa MA No.

163 Arifin P. Soeria Atmadja, Ibid, hlm 116 – 117.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 65: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

103

WKMA/Yud/20/VIII/2006. Fatwa yang ditandatangani Wakil Ketua MA Mariana

Sutadi menjelaskan kekayaan negara yang dipisahkan. MA mengutip pasal 4 ayat

(1) UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, yang menyebutkan modal BUMN

merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Sesuai bagian

penjelasan, yang dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara

dari APBN untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN untuk

selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem

APBN, melainkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Dengan kata lain,

modal BUMN berasal dari kekayaan negara yang telah dipisahkan dari APBN.164

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Persero sebagai suatu badan

hukum yang berbentuk perseroan terbatas memiliki kekayaan yang terpisah dari

kekayaan Direksi (sebagai pengurus), Komisaris (sebagai pengawas), dan

pemegang saham (sebagai pemilik), hal ini sesuai dengan karakteristik suatu

badan hukum adalah pemisahan harta kekayaan badan hukum dari harta kekayaan

pemilik dan pengurusnya. Jadi, status kepemilikan harta kekayaan (asset) Persero

yang bersumber dari kekayaan negara yang dipisahkan adalah milik Persero

bukanlah termasuk kekayaan negara.

Persoalan kemudian muncul jika konsep tersebut dikaitkan dengan

pengertian keuangan negara dan pula dengan praktik tuduhan dan sanksi pidana

korupsi yang dikenakan terhadap tindakan direksi Persero dalam menjalankan

transaksi bisnis yang didalilkan dapat merugikan keuangan negara.

Menurut Erman Rajagukguk,165 sebenarnya tidak ada yang salah dengan

perumusan mengenai keuangan negara dalam penjelasan Undang-Undang No. 31

Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi yang menyatakan:

“Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam

bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya

segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena:

(a) berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban

pejabat lembaga Negara, baik ditingkat pusat maupun di daerah;

164 ......., Ketua MA: Maksimalkan UU Perbankan, dikutip darihttp://www.bpk.go.id/berita_content.php?lang=id&nid=529.

165 Erman Rajagukguk, op.cit, hlm 2 – 3.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 66: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

104

(b) berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban Badan

Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum

dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang

menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan

Negara.”

“Kekayaan negara yang dipisahkan” dalam Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) secara fisik adalah berbentuk saham yang dipegang oleh negara, bukan

harta kekayaan Badan Hukum Milik Negara (BUMN) itu.

Pasal 8 Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi menyebutkan bahwa seseorang baru dapat dikenakan tindak pidana

korupsi menurut Undang-Undang bila seseorang dengan sengaja menggelapkan

surat berharga dengan jalan menjual saham tersebut secara melawan hukum yang

disimpannya karena jabatannya atau membiarkan saham tersebut diambil atau

digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.

Erman Rajagukguk166 menambahkan bahwa dalam prakteknya sekarang ini

tuduhan korupsi juga dikenakan kepada tindakan-tindakan Direksi BUMN dalam

transaksi-transaksi yang didalilkan dapat merugikan keuangan negara. Dapat

dikatakan telah terjadi salah pengertian dan penerapan apa yang dimaksud dengan

keuangan negara.

Begitu juga tidak ada yang salah dengan definisi keuangan negara dalam

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan

keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai

dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang

dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban

tersebut (Pasal 1 angka 1). Pasal 2 menyatakan keuangan negara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, meliputi, antara lain kekayaan negara/kekayaan

daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,

piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk

kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah.

166 Erman Rajagukguk, ibid, hlm 3.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 67: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

105

Konsisten dengan konsep pemisahan kekayaan di atas, Erman

Rajagukguk167 berpendapat bahwa kekayaan yang dipisahkan dalam BUMN

dalam lahirnya adalah berbentuk saham yang dimiliki oleh negara, bukan harta

kekayaan BUMN tersebut.

Kerancuan mulai terjadi dalam penjelasan dalam Undang-undang ini

tentang pengertian dan ruang lingkup keuangan negara yang menyatakan:168

“Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negaraadalah dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Dari sisi obyek yangdimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajibannegara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatandalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yangdipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barangyang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dankewajiban tersebut. Dari sisi subyek yang dimaksud dengan KeuanganNegara meliputi seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimilikinegara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah,Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengankeuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruhrangkain kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimanatersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilankeputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Dari sisi tujuan,Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubunganhukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyeksebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraanpemerintahan negara.Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas dapatdikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidangpengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara yangdipisahkan.”

Selanjutnya Erman Rajagukguk169 menambahkan bahwa kesalahan terjadi lagi

dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan

Piutang Negara/Daerah. Pasal 19 menyatakan penghapusan secara bersyarat dan

penghapusan secara mutak atas piutang Perusahaan Negara/Daerah dilakukan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya Pasal 20 menyatakan bahwa tata cara dan penghapusan secara

bersyarat dan penghapusan secara mutlak atas piutang Perusahaan Negara/Daerah

yang pengurusan piutang diserahkan kepada PUPN, diatur lebih lanjut dengan

167 Erman Rajagukguk, ibid, hlm 4.168 Erman Rajagukguk, ibid.169 Erman Rajagukguk, ibid, hlm 5 – 6.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 68: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

106

Peraturan Menteri Keuangan. Dengan demikian peraturan ini tidak memisahkan

antara kekayaan BUMN Persero dan kekayaan Negara sebagai pemegang saham.

Namun dalam prakteknya masih terdapat perbedaan penafsiran terhadap

kekayaan negara yang dipisahkan, dari kalangan praktisi hukum banyak yang

berpendapat bahwa kekayaan negara yang dipisahkan tersebut merupakan

kekayaan milik perusahaan perseroan, namun sebagian besar aparat penegak

hukum (Kepolisian, Kejaksaan, KPK), dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

berpendapat bahwa kekayaan tersebut merupakan kekayaan milik negara karena

bersumber dari keuangan Negara. Secara yuridis penyertaan negara dalam suatu

badan usaha yang berbentuk Persero merupakan kekayaan negara yang

dipisahkan, Persero sebagai badan hukum memiliki kedudukan mandiri.

Perbedaan konsepsi terhadap kekayaan negara tersebut diatas

membingungkan dan menimbulkan kekhawatiran dari pengurus BUMN berbentuk

persero, sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor lambannya pertumbuhan

dan pengembangan usaha di lingkungan BUMN, dikarenakan dihantui rasa

ketakutan diancam tindak pidana korupsi apabila melakukan kelalaian atau

kesalahan dalam mengelola dan melakukan transaksi bisnis perusahaan perseroan

yang dianggap merugikan keuangan Negara dan hal ini menimbulkan adanya

ketidak pastian hukum.

Dalam Pasal 23 UU-BUMN ditentukan bahwa dalam waktu 5 (lima) bulan

setelah tahun buku Persero ditutup, Direksi wajib menyampaikan laporan tahunan

kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan. Laporan tahunan tersebut memuat

antara lain Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang

baru lampau dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan serta

penjelasan atas dokumen tersebut, neraca gabungan dari perseroan yang tergabung

dalam satu group, disamping neraca dari masing-masing perseroan, laporan

mengenai keadaan dan jalannya perseroan, serta hasil yang telah tercapai,

kegiatan utama perseroan dan perubahan selama tahun buku, rincian masalah yang

timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan perseroan.

Berdasarkan hal di atas, Erman Rajagukguk,170 berpendapat bahwa

kerugian yang diderita dalam satu transaksi tidak berarti kerugian perseroan

170 Erman Rajagukguk, ibid, hlm 6.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 69: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

107

terbatas tersebut, karena ada transaksi-transaksi lain yang menguntungkan.

Andaikata ada kerugian juga belum tentu secara otomatis menjadi kerugian

perseroan terbatas, karena mungkin ada laba yang belum dibagi pada tahun yang

lampau atau ditutup dari dana cadangan perusahaan. Dengan demikian tidak benar

kerugian dari satu transaksi menjadi kerugian atau otomatis menjadi kerugian

negara. Namun beberapa sidang pengadilan tindak pidana korupsi telah menuntut

terdakwa karena terjadinya kerugian dari satu atau dua transaksi.

Pemahaman dari penegak hukum yang menafsirkan bahwa adanya

kerugian atau potensi kerugian dalam transaksi bisnis Persero dalam prakteknya

masih dianggap merugikan keuangan negara. Misal, seperti perkara PT Bank

Mandiri yang memberikan dana talangan dan kredit investasi kepada PT Cipta

Graha Nusantara (CGN) yang mengakibatkan ECW Neloe, Wayan Pugeg, dan M.

Sholeh Tasripan (Direksi) dijatuhi hukuman kurungan selama 10 tahun. ECW

Neloe, Wayan Pugeg, dan M. Sholeh Tasripan sebagai Direksi PT Bank Mandiri

dinyatakan bersalah melanggar prinsip kehati-hatian perbankan saat mengucurkan

dana talangan dan kredit investasi kepada PT Cipta Graha Nusantara sebesar USD

18,5 juta, sehingga merugikan keuangan negara. Perkara ini di Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan dinyatakan bebas.171

O.C Kaligis memberikan anotasi terhadap perkara Bank Mandiri dengan

terdakwa ECW Neloe, Wayan Pugeg, dan M. Sholeh Tasripan dalam Putusan

Perkara nomor: 2068/Pid.B/2005/PN.Jak.Sel Tanggal 20 Februari 2006, antara

lain:172

- Dalam hukum perbankan di Indonesia, karyawan, direktur, komisaris,maupun pemegang saham sebuah bank dpat dimintapertanggungjawaban pidana. Artinya sistemhukum perbankan diIndonesia sejalan dengan sistem pidana yang berlaku;

- Perkara Bank Mandiri hanya mendudukkan Direktur Utama, EVPCoordinator Corporate & Government, serta Direktur RiskManagement, sebagai tersangka. Padahal sudah menjadi suatupengetahuan umum bahwa setiap proses kredit yang diajukan kepadabank merupakan keputusan tim yang bersifat kolegial dan telahmelalui suatu proses tertentu. Prosedur tersebut dadalam bank diatursebagai pedoman yang merupakan code of conduct bagi pejabat di

171 Soejatna Soenoesoebrata, Koruptor Indonesia Retak ½ Bagian: Praktik PenangananTindak Pidana Korupsi si Mata Seorang Akuntan, Mata Aksara, Jakarta, 2009, hlm 139.

172 O.C. Kaligis, Kumpulan Kasus Menarik, Jilid 1, Cetakan Pertama, O.C. Kaligis &Associates, Jakarta, 2007, hlm 564 – 566.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 70: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

108

lingkungan PT Bank Mandiri (Persero) dalam melaksanakan kegiatanperkreditan, bersifat internal rahasia dan terbatas;

- KBPM bukanlah peraturan yang bersifat hukum positif sehingga tidakmengikat dan lebih merupakan pedoman kerja. KBPM dan PPK dapatdisimpangi dalam kondisi-kondisi tertentu oleh pejabat yang diberiwewenang untuk itu dan merupakan hak diskresi seorang pimpinanperusahaan;

- Dari sisi hukum perusahaan, penyimpangan prosedural bukanlahperbuatan melawan hukum tetapi lebih merupakan businness judgmentatau diskresi bisnis. Apabila dalam mengambil putusan seorangpimpinan perusahaan telah melaksanakan duty of dilligent, duty ofcare and duty of skill, maka sudah seharusnya seluruh tindakannyatidak dapat dikategorikan perbuatan melawan hukum;

- Dari sisi hukum perbankan dan pasar modal, maka pengawasanterhadap transaksi-transaksi dalam perbankan maupun pasar modaldilakukan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral dan BadanPengawas Pasar Modal. Apabila transaksi yang telah dilaporkan olehsebuah bank kepada Bank Indonesia maupun BAPEPAM tidakdianggap sebagai transaksi yang menyimpang maka tidak selayaknyajika hal tersebut dialihkan kepada perbuatan pidana.

- Pasal 11 dan Pasal 15 ICCPR (diratifikasi dengan UU No. 12 Tahun2005) telah menjelaskan bahwa seseorang tidak boleh dipenjarakarena tidak dinyatakan bersalah atas suatu tindak pidana yang bukanmerupakan delik berdasarkan hukum nasional maupun internasional.Dalam kasus ini, transaksi perbankan adalah transaksi perdata yangtunduk pada ketentuan hukum perbankan dan hukum perdata.

Selanjutnya Erman Rajagukguk173 menambahkan bahwa sebenarnya ada

doktrin “business judgment” menetapkan bahwa Direksi suatu perusahaan tidak

bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari suatu tindakan pengambilan

keputusan, apabila tindakan tersebut didasarkan kepada itikad baik dan hati-hati.

Direksi mendapatkan perlindungan tanpa perlu memperoleh pembenaran dari

pemegang saham atau pengadilan atas keputusan yang diambilnya dalam konteks

pengelolaan perusahaan. “Business judgment rule” mendorong Direksi untuk lebih

berani mengambil resiko daripada terlalu berhati-hati sehingga perusahaan tidak

jalan. Prinsip ini mencerminkan asumsi bahwa pengadilan tidak dapat membuat

kepastian yang lebih baik dalam bidang bisnis daripada Direksi. Para hakim pada

umumnya tidak memiliki ketrampilan bisnis dan baru mulai mempelajari

permasalahan setelah terjadi fakta-fakta.

173 Erman Rajagukguk, ibid.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 71: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

109

Dalam kondisi demikian, pemerintah harus menyadari sepenuhnya bahwa

BUMN adalah juga entitas bisnis yang tidak bisa lepas dari pengaruh pasar yang

dinamis. Oleh karena itu, kerugian yang dialami BUMN haruslah dipandang

sebagai sesuatu yang wajar, sepanjang pengurus BUMN telah melaksanakan tata

kelola perusahaan yang baik dalam mengurus BUMN itu. Terhadap pengurus

BUMN yang tidak melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik sehingga

menimbulkan kerugian bagi BUMN tersebut, sebenarnya ada beberapa upaya

hukum yang dapat ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasinya:

Pertama, pemerintah sebagai pemegang saham dapat menggugat direksi

atau komisaris BUMN secara perdata apabila keputusan yang diambil oleh

mereka dianggap merugikan pemegang saham, sebagaimana diatur dalam UUPT.

Kedua, pemerintah juga dapat melaporkan pengurus BUMN kepada aparat

penegak hukum apabila diduga terjadi pemalsuan data dan laporan keuangan,

penggelapan uang perusahaan, pelanggaran Undang-Undang Perbankan, serta

pelanggaran atas peraturan perundang-undangan lain yang memuat ketentuan

pidana. Bahkan sebenarnya dapat juga digunakan ketentuan dalam Undang-

Undang Tindak Pidana Korupsi apabila pengurus BUMN terbukti memberikan

uang suap kepada otoritas yang berwenang sehubungan dengan kegiatan

bisnisnya.

4. Tanggungjawab Pemegang Saham, Komisaris dan Direksi BUMN

Persero.

Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN

yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang

seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh

Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Sebagai

badan hukum, Perusahaan Perseroan dalam menjalankan aktifitasnya dilakukan

oleh organ perseroan sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing.

Pasal 13 UU-BUMN menyebutkan bahwa Organ Persero adalah RUPS,

Direksi, dan Komisaris. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut

RUPS adalah organ Persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero

dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 72: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

110

Komisaris.174 Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas

pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN

baik di dalam maupun di luar pengadilan.175 Sedangkan Komisaris adalah organ

Persero yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada

Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Persero.176

Menurut Pasal 11 UU-BUMN menyatakan bahwa terhadap Persero

berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas (saat ini Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas). Selanjutnya Penjelasan Pasal 11 menyebutkan bahwa

mengingat Persero pada dasarnya merupakan perseroan terbatas, semua ketentuan

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (saat ini

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas), termasuk

pula segala peraturan pelaksanaannya, berlaku juga bagi Persero.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa BUMN yang berbentuk

perseroan terbatas merupakan badan usaha atau korporasi/badan hukum perseroan

yang tunduk pada segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi

perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Hal ini mengandung arti bahwa tugas,

kewenangan, dan tanggungjawab pemegang saham, direksi dan komisaris

Perseroan Terbatas, melekat juga pada pemegang saham, direksi dan komisaris

Perusahaan Perseroan sepanjang tidak ditentukan khusus dalam UU-BUMN.

Karena UU-BUMN merupakan lex specialis sedangkan UUPT merupakan lex

generali dari Perusahaan Perseroan. Hal ini sesuai dengan asas lex specialis

derogat legi generali (Latin) yaitu asas hukum yang menyatakan peraturan atau

undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan atau undang-

undang yang umum.

Perseroan Terbatas merupakan bentuk badan usaha yang paling diminati.

Hal ini dikarenakan perseroan terbatas adalah badan usaha yang memungkinkan

pendirinya hanya bertanggungjawab sebesar nilai saham yang disetornya, tanpa

174 Pasal 1 angka 13 UU-BUMN175 Pasal 1 angka 9 UU-BUMN176 Pasal 1 angka 7 UU-BUMN

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 73: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

111

melibatkan harta kekayaan pribadi lainnya. Prinsip ini dinamakan dengan prinsip

tanggungjawab terbatas. Tanggungjawab terbatas ini merupakan karakteristik

yang paling menarik dalam suatu perseroan terbatas. Prinsip tersebut merupakan

suatu cara dalam memberikan perlindungan kepada pemegang saham dan

membatasi kerugian pemegang saham atas kewajiban perusahaan sebatas jumlah

modal/saham yang diinvestasikan.

Sehubungan dengan pendirian dan pengelolaan perseroan terbatas, perlu

kita ketahui tanggungjawab pemegang saham, direksi, dan komisaris BUMN

Persero (Persero) sesuai dengan peranannya masing-masing dalam Perusahaan

Perseroan ?

Tanggungjawab pemegang saham, direksi, dan komisaris Persero

sebagaimana dalam UUPT dan UU-BUMN diuraikan sebagai berikut:

A. Tanggungjawab Pemegang Saham

Tanggungjawab Pemegang Saham dalam UUPT dapat kita temukan dalam

Pasal 3 UUPT. Dalam Pasal 3 ayat (1) UUPT menyebutkan:

“Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadiatas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggungjawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.”

Selanjutnya dalam Pasal 3 ayat (2) UUPT menyebutkan:

“Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila:

a. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidakterpenuhi;

b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidaklangsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untukkepentingan pribadi;

c. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatanmelawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau

d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidaklangsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan,yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untukmelunasi utang Perseroan.”

Penjelasan Pasal 3 ayat (2) UUPT menyebutkan:

- “Dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnyatanggung jawab terbatas tersebut apabila terbukti terjadi hal-hal yangdisebutkan dalam ayat ini.”

- “Tanggung jawab pemegang saham sebesar setoran atas seluruhsaham yang dimilikinya kemungkinan hapus apabila terbukti, antara

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 74: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

112

lain terjadi pencampuran harta kekayaan pribadi pemegang sahamdan harta kekayaan Perseroan sehingga Perseroan didirikan semata-mata sebagai alat yang dipergunakan pemegang saham untukmemenuhi tujuan pribadinya sebagaimana dimaksud dalam huruf bdan huruf d.”

Dari rumusan Pasal 3 UUPT di atas, bahwa terdapat dua tanggungjawab

pemegang saham, yaitu:

1) memiliki tanggungjawab terbatas atas kerugian yang diderita oleh

perseroan terbatas sebesar saham yang dimiliki. Ketentuan dalam ayat ini

mempertegas bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar

setoran atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak meliputi harta

kekayaan pribadinya.

2) memiliki tanggungjawab pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama

perseroan, apabila:

a. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak

terpenuhi;

b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak

langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk

kepentingan pribadi;

c. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan

hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau

d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak

langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan,

yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk

melunasi utang Perseroan.

Pertanggungjawaban meliputi harta kekayaan pribadi pemegang saham

tersebut diatas dikarenakan hapusnya atau tidak berlakunya tanggungjawab

terbatas sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya. Hapusnya

tanggungjawab terbatas sebesar setoran atas seluruh saham yang dimiliki

pemegang saham disebut dengan istilah “piercing the corporate veil” atau “lifting

the veil” yang artinya menembus cadar perusahaan atau membuka tabir

perusahaan.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 75: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

113

B. Tanggungjawab Komisaris

Komisaris menurut Pasal 1 angka 7 UU-BUMN adalah organ Persero yang

bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam

menjalankan kegiatan pengurusan Persero. Kemudian Pasal 6 ayat (2) UU-BUMN

menentukan bahwa Komisaris bertanggung jawab penuh atas pengawasan BUMN

untuk kepentingan dan tujuan BUMN. Selanjutnya Pasal 6 ayat (3) menyebutkan

bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Komisaris harus mematuhi Anggaran Dasar

BUMN dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan

prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas,

pertanggungjawaban, serta kewajaran.

Menurut Pasal 108 ayat (2) UUPT Pengawasan dan pemberian nasihat

dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan

Perseroan. Penjelasan Pasal 108 ayat (2) UUPT menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan “untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan

Perseroan” adalah bahwa pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh

Dewan Komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi

untuk kepentingan Perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan

tujuan Perseroan.

Dengan ketentuan-ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa dewan

komisaris sebagai supervisi. Komisaris adalah badan non eksekutif yang tidak

berhak mewakili perseroan, kecuali dalam hal tertentu yang disebutkan dalam

UUPT dan anggaran dasar perseroan.177

Materi atau substansi ketentuan yang menyangkut pengaturan Dewan

Komisaris banyak persamaannya dengan Direksi. Sehubungan dengan itu, uraian

mengenai tanggungjawab dewan komisaris merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dengan hal-hal yang dikemukakan pada uraian tanggungjawab

Direksi. Pasal-pasal yang mengatur mengenai pertanggungjawaban Dewan

Komisaris dalam UUPT juga dapat diterapkan kepada Komisaris Persero.

. Menurut Gunawan Widjaja pertanggungjawaban Dewan Komisaris

dalam UUPT, sebagai berikut:178

177 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas ... op.cit, hlm 241.178 Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab … op.cit, hlm 82 – 83.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 76: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

114

a. Dalam hal laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar dan/atau

menyesatkan, (anggota Direksi) dan anggota Dewan Komisaris secara

tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan (Pasal

69 ayat (3) UUPT);

b. Dalam hal dilakukan pembagian dividen interim oleh (Direksi) dengan

persetujuan Dewan Komisaris, sebelum tahun buku Perseroan berakhir,

namun ternyata setelah akhir tahun buku diketahui dan Perseroan terbukti

menderita kerugian, sedangkan pemegang saham tidak dapat

mengembalikan dividen interim yang telah dibagikan tersebut kepada

perseroan (Pasal 72 ayat (6) UUPT);

c. Dalam hal terjadi pengangkatan anggota Dewan Komisaris menjadi batal

sebagai akibat tidak memenuhi persyaratan pengangkatannya, maka

meskipun perbuatan hukum yang telah dilakukan untuk dan atas nama

Peseroan oleh anggota Dewan Komisaris sebelum pengangkatannya batal,

tetap mengikat dan menjadi tanggungjawab Perseroan, namun demikian

anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan tetap bertanggungjawab

terhadap kerugian Perseroan (Pasal 112 ayat (4) UUPT);

d. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian,

dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan

pemberian nasihat kepada Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai

dengan maksud dan tujuan Perseroan (Pasal 114 ayat (1) jo. Pasal 108 ayat

(1) UUPT);

e. Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi

atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai

menjalankan tugasnya (Pasal 114 ayat (3) UUPT);

f. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan Komisaris

atau lebih, tanggung jawab tersebut di atas berlaku secara tanggung

renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris (Pasal 114 ayat (4) UUPT);

g. Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan

Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang

dilaksanakan oleh Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk

membayar seluruh kewajiban Perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 77: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

115

anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung

jawab dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi (Pasal

115 ayat (1) UUPT);

h. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi

anggota Dewan Komisaris yang sudah tidak menjabat 5 (lima) tahun

sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan (Pasal 115 ayat (2) UUPT).

C. Tanggungjawab Direksi

Persero sebagai badan hukum dalam melakukan perbuatan hukum

dilakukan oleh pengurusnya. Pasal 1 angka 9 UU-BUMN menyatakan bahwa

Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMN

untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di dalam

maupun di luar pengadilan. Kemudian Pasal 5 ayat (2) UU-BUMN menyebutkan

bahwa Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan BUMN untuk

kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN, baik di dalam maupun di

luar pengadilan. Selanjutnya Pasal 5 ayat (3) menyebutkan bahwa dalam

melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN

dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip

profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas,

pertanggungjawaban, serta kewajaran. Penjelasan Pasal 5 ayat (3) UU-BUMN

menjelaskan bahwa Direksi selaku organ BUMN yang ditugasi melakukan

pengurusan tunduk pada semua peraturan yang berlaku terhadap BUMN dan tetap

berpegang pada penerapan prinsip-prinsip good corporate governance yang

meliputi:

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 78: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

116

a) transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan

informasi material dan relevan mengenai perusahaan;

b) kemandirian, yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari

pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

c) akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif;

d) pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-

prinsip korporasi yang sehat;

e) kewajaran, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan

terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi

yang sehat.

Pasal 92 ayat (1) UUPT menentukan bahwa direksi menjalankan

pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud

dan tujuan perseroan. Kemudian Pasal 92 ayat (2) UUPT menentukan bahwa

direksi berwenang menjalankan pengurusan tersebut sesuai dengan kebijakan

yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam UUPT dan/atau

anggaran dasar.179

Direksi merupakan dewan direktur (board of directors) yang dapat terdiri

atas satu atau beberapa orang direktur. Apabila direksi lebih dari satu orang

direktur, maka salah satunya menjadi direktur utama atau presiden direktur dan

yang lainnya menjadi direktur atau wakilnya.180

Dari ketentuan-ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa direksi di

dalam perseroan memiliki 2 (dua) fungsi, yakni fungsi pengurusan (manajemen)

179 Penjelasan Pasal 92 ayat (3) UUPT menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan“kebijakan yang dipandang tepat “ adalah kebijakan yang, antara lain didasarkan pada keahlian,peluang yang tersedia, dan kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis.

180 Lihat Pasal 92 ayat (2) UUPT menyebutkan bahwa Direksi Perseroan terdiri atas 1(satu) orang anggota Direksi atau lebih.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 79: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

117

dan fungsi perwakilan (representasi).181 Terhadap Pasal-pasal yang mengatur

mengenai pertanggungjawaban Direksi dalam UUPT juga dapat diterapkan

kepada Direksi Persero.

Menurut Gunawan Widjaja, pertanggungjawaban Direksi dalam UUPT,

sebagai berikut:182

a. Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang

diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat

pembelian kembali yang batal karena hukum tersebut (Pasal 37 ayat (3)

UUPT );

b. Dalam hal laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar dan/atau

menyesatkan, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris secara

tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan (Pasal

69 ayat (3) UUPT);

c. Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng

atas kerugian Perseroan, dalam hal pemegang saham tidak dapat

mengembalikan dividen interim yang telah dibagikan tersebut kepada

perseroan (Pasal 72 ayat (6) UUPT);

d. Dalam pengangkatan anggota Direksi yang tidak memenuhi persyaratan

pengangkatannya, maka meskipun perbuatan hukum yang telah dilakukan

untuk dan atas nama Perseroan oleh anggota Direksi sebelum

pengangkatannya batal, tetap mengikat dan menjadi tanggung jawab

Perseroan, namun demikian anggota Direksi yang bersangkutan tetap

bertanggungjawab terhadap kerugian Perseroan (Pasal 95 ayat (5) UUPT);

e. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas

kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai

menjalankan tugasnya (Pasal 97 ayat (3) UUPT, dan dalam hal Direksi

terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab tersebut

berlaku secara tanggung renteng (Pasal 97 ayat (4) UUPT);

f. Anggota Direksi yang tidak melaksanakan kewajibannya melaporkan

kepada Perseroan saham yang dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan

dan/atau keluarganya dalam Perseroan dan Perseroan lain untuk

181 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas ... op.cit, hlm 204.182 Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab … op.cit, hlm 74 – 75.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 80: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

118

selanjutnya dicatat dalam daftar khusus, dan akibatnya menimbulkan

kerugian bagi Perseroan, bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian

Perseroan tersebut (Pasal 101 ayat (2) UUPT);

g. Dalam hal kepailitan, baik karena permohonan perseroan terbatas maupun

permohonan pihak ketiga, terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi

dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan

dalam kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng

bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta

pailit tersebut (Pasal 104 ayat (2) UUPT).

Tanggung jawab tersebut berlaku juga bagi anggota Direksi yang salah

atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka

waktu 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan (Pasal

104 ayat (3) UUPT);

h. Dalam hal Direksi diwajibkan untuk meminta persetujuan atau bantuan

kepada Dewan Komisaris sebelum Direksi melakukan perbuatan hukum

tertentu. Meskipun UUPT menyatakan bahwa perbuatan hukum tetap

mengikat perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum

tersebut beritikad baik, hal tersebut tetap dapat mengakibatkan

tanggungjawab pribadi anggota Direksi, manakala terjadi kerugian pada

perseroan (Penjelasan Pasal 117 ayat (2) UUPT).

D. Tanggungjawab Perdata Direksi dan/atau Dewan Komisaris Tidak

Mengurangi Tanggungjawab Pidana

Menurut Pasal 155 UUPT menyebutkan bahwa ketentuan mengenai

tanggung jawab Direksi dan/atau Dewan Komisaris atas kesalahan atau

kelalaiannya yang diatur dalam Undang-Undang ini, tidak mengurangi ketentuan

yang diatur dalam Undang-Undang tentang Hukum Pidana.

Ketentuan pasal ini memancangkan asas, bahwa pertanggungjawaban

perdata (civilrechtelijke aansprakelijkheid, liability under civil law), maupun

pertanggungjawaban hukum korporasi (liability under corporate law) tidak

menghapus atau mengurangi tanggung jawab hukum pidana (liability under

criminal law) atas kesalahan dan kelalaian yang dilakukan Direksi dan/atau DK

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010

Page 81: BAB III PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM 1 ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T 26671-Tinjauan yuridis... · Universitas Indonesia 43 kemudian dimuat dalam akta pendirian

Universitas Indonesia

119

apabila ternyata kesalahan atau kelalaian itu mengandung unsur delik pidana.

Oleh karena itu, bertitik tolak dari ketentuan Pasal 155, terhadap Direksi dan/atau

DK dapat dituntut secara simultan pertanggungjawaban perdata (Civil liability)

dan pertanggungjawaban korporasi (corporasi liability) serta pertanggungjawaban

pidana (crime liability) atas kesalahan (guilty) atau kelalaian (negligence) yang

dilakukannya apabila ternyata kesalahan atau kelalaian tersebut melanggar salah

satu pasal ketentuan pidana. Misal, salah seorang anggota Direksi atau anggota

DK "menggelapkan" harta kekayaan Perseroan. Dalam kasus yang demikian,

sekaligus secara bersamaan melekat pertanggungjawaban perdata dan pidana.

Tanggung jawab perdatanya dapat dituntut berdasar Pasal 1365 KUH perdata,

yakni melakukan perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan Perseroan

mengalami kerugian sebagai akibat dari penggelapan itu. Adapun tanggung jawab

pidana, dapat dituntut berdasar Pasal 372 KUHP, dengan sengaja mengambil atau

memiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang seluruh atau sebagian adalah

kepunyaan Perseroan yang ada dalam tangannya untuk diurusnya.183

183 M. Yahya Harahap, op.cit, hlm 586-587.

Tinjauan yuridis..., Cuk Prayitno, FH UI, 2010