bab iii perancangan cetakan ring cone dan · pdf filepada penelitian ini akan dilakukan...
TRANSCRIPT
BAB III
PERANCANGAN CETAKAN RING, CONE DAN BLADE
Runner merupakan bagian dari turbin francis. Keberadaan runner dinilai
sangat penting karena dibagian inilah sebuah usaha gerak akan diperoleh oleh
sebuah runner sehingga menghasilkan daya listrik. Oleh karena itu sebuah runner
harus dibuat sebaik mungkin dengan geometri yang sesuai dengan rancangan.
Sebuah runner dapat diproduksi oleh tiga jenis cara yaitu one-piece casting (satu
kesatuan), two-piece casting (dua bagian dalam satu kesatuan) dan three-piece
casting (bagian terpisahkan). Pada penelitian ini akan dilakukan three-piece
casting yaitu produksi secara terpisahkan, runner dibagi menjadi tiga bagian
terpisahkan berupa cone, ring dan blade.
Cone dan ring adalah bagian yang menyatu dengan rumah turbin
sedangkan blade merupakan bagian yang menyatu dengan cone dan ring.
Geometri cone dan ring tingkat presisi harus sesuai dengan housing sedangkan
blade dengan bentuk profil sebuah sudu maka perlu disesuaikan. Blade
merupakan bagian dari runner turbin francis. Blade yang biasanya dikenal dengan
nama sudu ini dapat diproduksi dengan beberapa cara salah satunya yaitu dengan
cara pengecoran. Sebenarnya pengecoran bisa dilakukan secara kesatuan dan utuh
tetapi kondisi tersebut lebih sulit dalam melakukan proses finishing walaupun
dengan proses itu memakan ongkos produksi yang rendah. Pengecoran secara
bagian-bagian ini dapat dirakit dengan proses pengelasan dengan cara
menghubungkan bagian blade dengan bagian ring dan cone sehingga bagian
utuhnya disebut runner. Berikut ini perlu adanya tahapan-tahapan perancangan
cetakan sampai dengan produksi pada Gambar 3.1.
1. Modeling 2D dan 3D runner
2. Perancangan Cetakan Casting
a. Perancangan penambah
b. Perancangan sistem saluran
Gambar 3.1 Flowchart perancangan cetakan
3.1 Data dan Literatur
Runner turbin francis dibuat dengan sistem three-piece casting yaitu
membagi runner menjadi tiga komponen utama yaitu cone, ring dan blade
sehingga dapat disambung dengan cara pengelasan. Berdasarkan fungsinya
sebagai turbin francis maka sebuah runner harus memiliki beberapa sifat, yaitu:
a. Mempunyai ketahanan korosi terhadap air, uap, air garam, dan amonia.
b. Mempunyai ketahanan aus terhadap kavitasi,
c. Mempunyai kemampuan dengan pengelasan (weldability)
d. Mempunyai kemampucorannya bagus.
Berdasarkan sifat-sifat yang harus dipenuhi diatas maka dapat didapatkan di
literatur dan sumber yang lain seperti internet, bahan material yang cocok adalah
jenis baja cor tahan karat atau cast steel.
� Material ini dinamakan Ca6NM berdasarkan ASTM atau
Sweden : 2385
Germany (W.Nr) : 1.4313
Germany (DIN) : X 6 CrNi 13 4, G-X 5 CrNi 13 4
France (Afnor) : Z5CN 13.4, Z4CND 13.4 M
Great Britain(B.S) : 425 C 11
Italy(UNI) : GX 6 CrNi 13 04
USA (AISI/SAE/ATM) : CA 6-NM
Komposisi Ca6NM ini adalah 0.06% C,13 % Cr, 4%Ni, 0.5 Mo dan 0.8 Mn.
Range komposisi dalam Ca6NM dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1 Batas maksimum dan minimum Ca6NM
C Mn Si Cr Ni Mo P S Cu+W+V
Min
% - - - 11.5 3.5 0.4 - - -
`Max
% 0.06 1.0 1.0 14.0 4.5 1.0 0.04 0.03 0.5
� Aplikasi material ini diperuntukkan untuk Pump casings, bowls, impellers
and diffusers, valve bodies, water turbine components, ships propellers.
� Sifat-sifat fisik material Ca6NM dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Sifat-sifat fisik Ca6NM
No Sifat-Sifat Nilai
1. Density 7.85 kg/m3
2. Liquidus 1490.55 C
3. Solidus 1465.55 C
4. Thermal conductivity (212 F) 25.09 W/m K
Thermal conductivity (1000 F) 28.9 W/m K
5 Thermal Expansion (212 F) 6e-6 in/in F
Thermal Expansion (1000 F) 7 e-6in/in F
6. Kekuatan 200-362 Mpa
7. Magnetic Permeability feromagnetik
� Sifat-sifat mekanik material Ca6NM dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Sifat-sifat Mekanik CA6NM
Material
Yield (Mpa) Tensile
(Mpa)
Elong
(%)
Hadrness
(Brinell)
State
Ca6NM 550 760 15 250-300 Tempered
3.2 Sketch 2D dan Modeling 3D Runner
Sebelum sketch dan modeling runner, dalam merancang sebuah turbin air
berdasarkan referensi Meerwarth, Wasserkraftmaschinen, Springer-Verlag,
Berlin, 1963 perlu diketahui lima data seperti tinggi air jatuh (Head), kapasitas
aliran rencana (Qn), putaran poros turbin (n), efisiensi total (η ) dan tekanan
atsmosfer. Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung daya maksimum turbin
(Nn), putaran spesifik (ns), putaran normalisasi (n1), debit normalisasi (Q1),
diameter tip masuk (D1), tinggi pemasukan (b1), diameter draft tube (Ds),
diameter hub masuk (D1i), diameter hub keluar (D2i), diameter tip keluar (D2a),
kecepatan meridian masuk (cm1) dan tinggi hisap maksimal (Hs) seperti pada
Gambar 3.2.
Setelah data runner diketahui maka dapat dilanjutkan ke langkah
berikutnya yaitu pemodelan runner. Pemodelan runner ini berguna untuk
memberikan gambaran bentuk geometri benda yang akan dicor kepada perancang
cetakan. Langkah pertama yang dilakukan dari pemodelan runner turbin francis
berupa gambar dua dimensi (2D). Gambar 2D tersebut kemudian diubah menjadi
model solid tiga dimensi (3D) dengan menggunakan software Pro/Engineer yang
berbasis fasilitas atau fitur.
D1i
D1
D2a
D2i
b1
Ds
Cs
Cm1
Gambar 3.2 Runner turbin francis
Pemodelan solid 3D runner turbin francis menggunakan sejumlah fitur
seperti: protrusion, revolve, mirror, cut, chamfer, dan round. Gambar 3.3
menunjukkan bahwa setelah sketch 2D maka ditempuh penggunaan protrusion-
revolve yang digunakan untuk menghasilkan model solid 3D dengan memutar
sketsa 2D sebesar 3600 mengelilingi sumbu referensi-putar. Pembuatan runner ini
dibagi menjadi 3 bagian komponen yaitu ring, cone dan blade seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.3. dan gambar solid 3D runner ditunjukkan pada
gambar 3.4.
(a) Ring
(b) Cone
Gambar 3.3 Sketsa 2D runner turbin Francis. (a) Ring (b) Cone
Gambar 3.4 Solid 3D Runner Turbin Francis
3.3 Perancangan Cetakan
Proses perancangan cetakan membutuhkan model acuan yang lebih
dikenal dengan model pengecoran. Model acuan ini dibuat dengan sebenar-
benarnya model yang benar dalam segi geometri, dimensi maupun toleransi.
Dalam merancang sebuah proses cetakan diperbolehkan mengubah geometri dari
sebuah model acuan tetapi hal ini perlu diklarifikasi terlebih dahulu kepada
perancang runner karena dalam pertimbangan adanya cacat atau hasil coran
berkualitas buruk apabila proses pengecoran tetap dilanjutkan perlu adanya proses
selanjutnya seperti proses finishing dengan proses pemesinan. Oleh karena itu
perlu menjadi pertimbangan dalam membuat model pengecoran yaitu:
� Kompensasi penyusutan (shrinkage) material ketika mengalami
pemadatan sehingga volume harus diperbesar. Pada penelitian ini
menggunakan cast steel yang mengalami penyusutan sebesar 1.8%.
� Menghindari dan mengubah sudut, pojok, dan sisi-sisi tajam pada model
pengecoran yang dapat menyebabkan retak pada produk.
� Menghindari ketebalan penampang yang tidak seragam dan dinding tipis
yang luas pada model pengecoran. Ketebalan yang tidak seragam
menyebabkan rongga penyusutan sedangkan dinding menyebabkan produk
melengkung pada saat pemadatan.
� Penambahan dimensi pada bagian-bagian tertentu pada model pengecoran
untuk proses finishing dengan mesin.
� Fitur-fitur dalam (internal features) pada model pengecoran seperti lubang
hendaknya dibuat sesedikit mungkin. Karena fitur-fitur tersebut dapat
memperlama proses pembuatan cetakan dan menyebabkan masalah baru
ketika proses penuangan.
Setelah pertimbangan tersebut maka dirancang sebuah model pengecoran
yang dapat ditambahkan sistem penambah, sistem saluran maupun chill. Dalam
merancang cetakan perlu data awal berupa volume dan luas permukaan efektif
(CSA) pada model pengecoran. Oleh karena itu diperlukan software Pro engineer
lagi untuk menghasilkan data tersebut. Input yang dimasukkan berupa massa jenis
produk coran sehingga diperoleh hasil volume dan luas permukaan efektif.
3.3.1 Perancangan Sistem Penambah
Sistem penambah dalam proses pengecoran berperan sangat penting
walaupun terlihat seperti boros dalam hal material baku. Akan tetapi peran sistem
penambah dalam suatu cetakan berfungsi sebagai penyuplai logam cair ke produk
coran yang mengalami penyusutan selama proses pemadatan dan pendinginan
berlangsung. Besarnya penyusutan tergantung oleh jenis logam cair tersebut.
Dalam merancang sistem penambah, hal yang perlu diperhatikan adalah
arah proses pemadatan sehingga dapat diperkirakan letak produk yang mengalami
pemadatan terakhir. Ketebalan produk perlu diperhatikan karena penyusutan
terjadi pada produk yang mempunyai ketebalan yang extra dibandingkan yang
lainnya. Dua bagian utama sistem penambah yaitu penambah dan leher penambah.
Penambah berguna sebagai tempat menampung logam cair penyuplai sedangkan
leher penambah sebagai saluran untuk mengalirkan logam cair menuju produk
coran. Pada material cast steel leher diameter leher penambah dan diameter
penambah dirancang memiliki dimensi yang tidak jauh berbeda dengan tetap
berdasarkan ketentuan leher penambah mempunyai ukuran yang lebih kecil.
Proses pemadatan harus mengarah ke penambah dengan pengertian bahwa
produk coran mengalami pemadatan awal, diikuti leher penambah dan yang
terakhir penambah. Ujung leher penambah yang akan menempel pada produk
haruslah dirancang sedemikian rupa dengan acuan standar agar penambah mudah
untuk dilepas dari produk tanpa merusak produk itu sendiri. Biasanya di lapangan
untuk melepaskan penambah dengan cara hammer atau dipukul. Selain itu ada
beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam merancang sistem penambah
yaitu meliputi lokasi penambah, metode penambah yang sesuai, dimensi
penambah dan penentuan jumlah penambah.
Gambar 3.5 Sistem Penambah[17]
3.3.1.1 Lokasi Penambah
Dalam merencanakan penambah yang harus diperhatikan adalah arah
proses pemadatan. Sistem penambah harus diletakkan di lokasi yang mengalami
proses pemadatan paling akhir berdasarkan geometri berupa ketebalan antara
volume dan luas permukaan. Berdasarkan hal tersebut dapat diamati lokasi atau
letak penambah. Ring hanya diberi top riser saja sedangkan pada cone diberi top
riser dan side riser pada sisinya. Blade ditambahkan riser yang menyatu pada
pengalir (runner) dan cawan tuang (pouring). Lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 3.12 mengenai lokasi penambah pada ring, cone dan blade.
3.3.1.2 Metode Sistem Penambah
Metode penambah yang dapat digunakan pada sebuah cetakan adalah
pressure control risering (PCR) atau bottle riser, directly applied risering (DAR)
dan riserless.. Diagram alir untuk memilih metode penambah yang sesuai dapat
dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Diagram Alir Metode Penambah (cetakan lemah yaitu green sand,
shell non-compacted chemically bonded sand dan cetakan kuat yaitu well
compacted chemically bonded sand, cement sand, dry sand, permanent mould)[17]
Penelitian ini menggunakan sebuah runner turbin francis yang dibagi
menjadi tiga bagian berupa ring, cone dan blade. Ring dan cone menggunakan
proses pengecoran sand casting (pengecoran pasir) sedangkan blade
menggunakan pengecoran berpola lilin (invesment casting). Berdasarkan data
tersebut maka metode yang sesuai dapat diperoleh melalui diagram alir metoda
sistem penambah yaitu pada ring dan cone termasuk kategori cetakan lemah
sedangkan blade termasuk kategori cetakan kuat. Modulus pengecoran ring, cone
dan blade ditunjukkan pada Tabel 3.4
Tabel 3.4 Nilai Modulus Pengecoran Runner
No
Bagian Runner
Modulus pengecoran
(Mc=V/CSA)
Jenis Cetakan
CSA = 828966.83 mm2
Volume=8467472.3 mm3
Massa = 66.47 Kg
1. Ring
Mc = 1.02
Sand Casting
(cetakan lemah)
CSA = 288118.17 mm2
Volume = 7792537 mm3
Massa = 61.17 Kg
Lokasi A
Mc =2.70
CSA = 606158.52 mm2
Volume = 5559502.9 mm3
Massa = 43.64 Kg
2. Cone
Lokasi B
Mc =0.92
Sand Casting
(cetakan lemah)
CSA = 95699.5 mm2
Volume = 484419mm3
Massa = 3.809 Kg
3. Blade
Mc =0.51
Invesment Casting
(Cetakan kuat)
Berdasarkan hasil cetakan dan nilai modulus pengecoran, maka metode
penambah yang sesuai untuk cetakan ring dan cone yaitu pressure control
risering (PCR) sedangkan blade menggunakan Riserless Design.
� Prinsip PCR (ring dan cone), metode ini dipilih karena proses pengecoran
sand casting pada cone dan ring merupakan cetakan pasir yang tergolong
cetakan lemah berdasarkan diagram alir gambar 3.6. Selain itu,
berdasarkan perhitungan di software Pro-Engineering pada tabel 3.1
mempunyai modulus >1. Prinsip metode ini adalah setelah proses
penuangan logam cair ke cetakan selesai, logam cair di rongga cetakan
akan menyusut (contraction) saat proses pemadatan berlangsung sehingga
akan terjadi rongga. Logam cair yang ada di dalam penambah akan
mengalir ke rongga tersebut untuk menghindari cacat rongga akibat logam
cair yang menyusut. Selain itu, temperatur logam cair yang tinggi saat
proses penuangan menyebabkan cetakan dapat membesar (expansion),
sehingga logam cair akan terdorong keluar. Logam cair ini akan
ditampung oleh sistem penambah kemudian dialirkan kembali saat proses
pendinginan berlangsung.
� Prinsip Riserless (blade), metoda ini dipilih karena proses pengecoran
invesment casting pada blade merupakan cetakan keramik yang tergolong
cetakan kuat berdasarkan diagram alir gambar 3.6. Selain itu, berdasarkan
perhitungan di software Pro-Engineering pada tabel 3.1 mempunyai
modulus >1. Prinsip metode ini adalah ketika penuangan logam cair ke
cetakan maka logam cair akan menyusut cepat sehingga dengan adanya
sistem penambah maka proses penyusutan dapat dihindari. Sedangkan
cetakan cenderung kuat sehingga sulit untuk mengalami pembesaran.
Meskipun ada pembesaran, nilainya kecil.
3.3.1.3 Perhitungan Dimensi dan Jumlah Penambah
Nilai dimensi sistem penambah ditentukan oleh nilai modulus pengecoran
(Mc). Nilai modulus pengecoran masing-masing lokasi penambah yang
merupakan perbandingan antara volume dan luas permukaan untuk perpindahan
panas ditunjukkan. Setelah diketahui nilai modulus pengecoran masing-masing
lokasi, maka dimensi sistem penambah (penambah dan leher penambah) dapat
dihitung. Proses perhitungan dimensi sistem penambah berdasarkan diagram alir
yang ditunjukkan pada gambar 3.7
Gambar 3.7 Diagram Alir Perhitungan Dimensi Penambah
a. Menghitung Modulus Riser dan Modulus Leher
Modulus adalah rasio volume terhadap luas permukaan. Pada baja ada
ketentuan khusus yaitu perbandingan antara modulus coran (Mc) : modulus
leher riser (Mr) : Modulus riser = 1: 1.2: 1.2. Pada tabel 3.5 dapat dilihat hasil
perhitungan modulus riser dan modulus leher riser.
Tabel 3.5 Perhitungan modulus leher riser (Mn) dan modulus riser (Mr)
No
Bagian Runner
Modulus pengecoran
Mc :Mr :Mn = 1:1.2:1.2
Mr = 1.23 1. Ring
Mn = 1.23
Mr = 3.25 Lokasi A
Mn = 3.25
Mr = 1.10
2. Cone
Lokasi B
Mn = 1.10
Mr = 0.60 3. Blade
Mn = 0.60
b. Menghitung Diameter Penambah, Tinggi Penambah dan Diameter Leher
Pertama kali untuk menghitung diameter, tinggi penambah dan diameter
leher maka haruslah menentukan jenis penambah apa yang sesuai dengan
produk coran. Metoda PCR mempunyai tiga jenis penambah yaitu top riser,
side riser (kontak pada cope) dan side riser (kontak pada drag). Ring
menggunakan side riser, cone pada lokasi A menggunakan top riser
sedangkan lokasi B menggunakan side riser (kontak pada drag). Blade yang
menggunakan riserless design menggunakan riser yang menyatu dengan
runner dan pouring.
Berdasarkan tabel 2.3 maka dapat dihitung volume penambah, modulus
penambah sesuai tipe penambah. Ring yang menggunakan top riser
mempunyai modulus riser 1.23 dan modulus leher riser sebesar 1.23 maka
dapat diperoleh volume penambah yaitu;
VR = 1.04 X D3 = 1.04 X 5.552596 = 178.0416 cm3
Besarnya diameter penambah dan diameter leher penambah jenis top riser
DR = 4.53 X Mc = 4.53 X 1.021449= 5.552596 cm
DNR = 273.2
RD = 2.442849 cm
Besarnya tinggi penambah,
HR = 1.5 X DR = 8.328894 cm
Adapun hasil perhitungan dimensi ring, cone dan blade pada tabel 3.6
Tabel 3.6 Perhitungan Dimensi Sistem Penambah (VR: Volume Penambah, H:
Tinggi Penambah, DR: Diameter Penambah, DNR : Diameter Leher Penambah)
No Bagian
Runner
VR(cm3) DR(cm) DNR(cm) HR(cm)
1. Ring 178.04 5.55 2.44 8.33
A 3305.19 14.7 6.47 22.05 2. Cone
B 258.97 6.25 2.75 9.37
3. Blade 21.67 2.751 4.13 1.21
c. Menghitung Jangkauan penambah dan Jumlah Penambah
Jumlah penambah yang digunakan pada suatu cetakan harus
disesuaikan dengan jangkauan penambah dan besar penyusutan yang terjadi
selama proses pemadatan dan pendinginan berlangsung. Untuk menghitung
jumlah penambah berdasarkan jangkauan, maka digunakan persamaan (2.7)
untuk menghitung jangkuan penambah dan persamaan (2.8) untuk menghitung
jumlah penambah.
Tabel 3.7 Perhitungan jumlah penambah (NP: Jumlah penambah, K:
Panjang coran atau keliling lingkaran coran ,JP : Jangkauan penambah)
No Bagian Runner b(cm) K(cm) Jp(cm) NR(cm)
1. Ring 5.2 207.24 23.4 4
Lokasi A 12 75.6 5.4 2 2. Cone
Lokasi B 3` 166.75 13.5 5
3.3.2 Perancangan Sistem Saluran
Setelah saluran penambah ditentukan letak dan jumlah penambah pada
sebuah runner maka ditentukan sistem saluran masuk yang berfungsi
mengantarkan logam cair dari ladel menuju rongga cetakan. Sistem saluran turun
terdiri dari saluran masuk (in-gate), pengalir (runner), saluran turun (sprue) dan
cawan tuang (pouring). Semua perancangan dihitung dengan data berupa volume
produk dan penambah.
Perancang sistem saluran tidaklah mudah, ada beberapa hal yang menjadi
pertimbangan yaitu ukuran dimensi harus sesuai agar sistem saluran dapat
mengantarkan logam cair ke rongga cetakan secepat mungkin karena proses
penuangan logam cair dari ladel ke cetakan dilakukan dengan cepat. Hal ini
bertujuan untuk meminimalkan panas yang hilang (heat loss) dari logam cair
sewaktu proses penuangan. Penuangan yang cepat juga dapat meminimalkan
terjadinya proses oksidasi yang dapat meminimalkan terjadinya aliran turbulen
yang dapat menyebabkan terkikisnya cetakan pasir, mencegah cacat coran.
Berikut ini adalah diiagram alir perhitungan sistem saluran pada gambar 3.8.
Gambar 3.8 Diagram Alir Perhitungan Saluran Cetakan
3.3.2.1 Perhitungan Massa, friksi dan time pouring
Langkah awal yang dilakukan dalam perancangan sistem saluran adalah
menghitung gesekan pada saluran berupa friksi (f) dan waktu tuang yang efektif
(t). Data yang perlu diketahui sebelum menghitung friksi dan waktu tuang adalah
massa logam cair tersebut. Massa logam cair dan volume (coran dan penambah)
dapat diperoleh dari proses measurement oleh software Pro Engineering.
Gambar 3.9 (a) Tabel Friksi (b) Kurva massa (kg) terhadap Pouring time (s)[17]
Berdasarkan gambar massa cetakan dan gambar 3.9 maka diperoleh nilai
gesekan dan waktu tuang pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Perhitungan friksi dan waktu tuang sistem saluran cetakan
No Bagian Runner Massa Total
(kg)
friksi (fr) Waktu tuang
(sekon)
1. Ring 72.24
0.65 12
2. Cone 145.53
0.72 16
3. Blade 5.5 0.17 3
3.3.2.2 Penentuan tinggi saluran turun dan tinggi coran
Selain faktor gesekan dan waktu tuang, untuk menghitung luas
penampang pencekik, juga perlu ditetapkan jenis sistem saluran, tinggi saluran
turun (H), dan tinggi coran (b). Gambar ketinggian coran ditunjukkan pada
gambar 3.10. Sistem saluran yang dipilih adalah sistem saluran gate-runner yang
menempatkan pencekik di antara saluran masuk dan saluran pengalir. Tinggi
saluran turun dan tinggi coran cone, ring dan blade pada tabel 3.6.
Gambar 3.10 Gambar perbandingan ketinggian saluran turun terhadap bidang
runner.
Tabel 3.9 Penentuan ketinggian saluran turun dan tinggi coran
No Bagian Runner Tinggi Saluran
Turun H (cm)
Tinggi Coran b
(cm)
1. Ring 28 25
2. Cone 41 20
3. Blade 24 30
3.3.2.3 Perhitungan Luas Penampang Pencekik (Choke)
Dari data-data pada tabel 3.9 maka dapat diperoleh diperoleh kecepatan
aliran logam sebesar:
VC = fr x Hg ⋅⋅2 = 0,73 x )28()det
980(22
cmcm ⋅⋅ = 152 cm/det
Proses pengecoran cone, ring dan blade menempatkan seluruh coran di
bagian kup (cope), sehingga untuk mencari luas penampang pencekik digunakan
persamaan (2.12). Besar luas penampang pencekik pada ring yang diperoleh yaitu:
AC [ ]33 )(2
5,1
bHHgft
Vb
r
C
−−⋅⋅⋅
⋅⋅=
= 152 cm2
Luas penampang pencekik selengkapnya ditunjukkan pada tabel 3.10
Tabel 3.10 Perhitungan Luas Pencekik (AC)
No Bagian Runner Kecepatan Aliran
Vc (cm/det)
Luas Pencekik
AC(cm2)
1. Ring 152 6.99
2. Cone 204 6.56
3. Blade 73 3
3.3.2.4 Perhitungan Luas Penampang Sistem Saluran
Setelah luas penampang pencekik telah diketahui maka dapat diperoleh
proses perhitungan luas penampang sistem saluran dapat dilakukan. Untuk
menghitung luas penampang saluran masuk dan saluran pengalir dibutuhkan luas
penampang pencekik saja, namun untuk menghitung luas penampang saluran
turun diperlukan data tambahan mengenai tinggi saluran turun dan tinggi cawan
tuang. Tinggi saluran turun dan tinggi cawan tuang umumnya diambil ¼ dari
tinggi saluran turun.
Proses perhitungan saluran masuk berdasarkan persamaan (2.) dan nilai
luas pencekik pada tabel 3.10 maka diperoleh besar saluran masuk (gate) pada
ring adalah,
AG = 2
cA = 1.74 cm2
Sedangkan luas saluran pengalir (runner) adalah
AR = 3 x 2. AG = 10.48 cm2
Sedangkan saluran turun (sprue) adalah
AS = AC x (3.86)1/2 = 13.73 cm2
Luas penampang saluran turun, pengalir dan saluran masuk pada cone,
ring dan blade ditunjukkan pada tabel 3.11.
Tabel 3.11 Perhitungan luas saluran penampang
No Bagian Runner AG(cm2) AG\R(cm2) AS(cm2)
1. Ring 1.74 10.48 13.73
2. Cone 1.64 9.84 12.88
3. Blade 0.73 4.39 5.75
3.3.2.5 Perhitungan Dimensi Sistem Saluran
Langkah terakhir dalam merancang sebuah sistem saluran adalah
menentukan dimensi dari luas penampang masing-masing saluran. Aturan dimensi
sistem saluran mengikuti ditunjukkan pada Gambar 3.11. Aturan dimensi saluran
masuk adalah ukuran panjang sama dengan empat kali lebarnya (p = 4 x l) agar
agar proses pendinginannya cepat sehingga saluran masuk mengalami proses
pemadatan cepat yang dapat mencegah mengalirnya logam dari produk coran ke
pengalir sedangkan saluran pengalir memiliki dimensi dengan panjang yang sama
dengan dua kali lebarnya. Besar dimensi penampang sistem saluran dapat dilihat
pada tabel 3.12
.
Gambar 3.11 Aturan Dimensi Luas Penampang
Tabel 3.12 Perhitungan dimensi luas saluran
No Bagian
Runner
AG
(cm2)
AR
(cm2)
AS
(cm2)
1. Ring 2.95 0.59 4.58 2.29 2.09 2.09
2. Cone 2.87 0.57 4.44 2.23 2.03 2.03
Hasil Perhitungan perancangan coran berupa model coran dapat dilihat pada
gambar 3.12 dan tabel 3.13. Model coran tersebut berupa 3D yang disimpan
dalam bentuk .*stl yang dilihat dan dibuka di program Coyu Viewer. Dari
perhitungan pengecoran belum dapat dipastikan apakah pengecoran tersebut
menghasilkan produk coran yang bagus atau tidak. Oleh karena itu perlu software
casting agar membantu secara visualisasi pengecoran layaknya proses pengecoran
sebenarnya.
Tabel 3.13 Hasil Perancangan Cetakan
No Bagian Runner Geometri
1 Ring Volume = 1.2062070e+07 mm3
Surface Area = 1.1262064e+06 mm2
Density = 7.85e-06 kg /mm3
Massa = 9.4687248e+01 Kg
2. Cone Volume = 1.6319756e+07 mm3
Surface Area = 1.2033466e+06 mm2
Density = 7.85e-06 kg/mm3
Massa = 1.2811009e+02 Kg
3. Blade
Volume = 1.0445740e+06 mm3
Surface Area = 1.4778251e+05 mm2
Density = 7.85e-06 kg /mm33
Massa = 8.1999063e+00 Kg
(a)
(b)
(c)
Gambar 3. 12. Model Coran (a) Ring, (b) Cone (c) Blade