bab iii penelitian dan analisis a. hasil penelitian 1...

93
86 BAB III PENELITIAN DAN ANALISIS A. HASIL PENELITIAN 1. Kasus Posisi Pada hari Rabu tanggal 6 Januari 2016, sekitar pukul 15.45 WIB, Jessica Kumala Wongso datang ke Grand Mall Indonesia untuk bertemu sahabatnya I Wayan Mirna Salihin dan Hani Boon Juwita mereka bertiga telah membuat janji untuk bertemu pada pukul 16.00 WIB. Jessica telah sampai di Grand Mall Indonesia mendahului dua temannya, sehingga ia berkeliling untuk membeli bingkisan sabun untuk diberikan kepada Hani Boon Juwita dan I Wayan Mirna Salihin, kemudian pada pukul 16.30 WIB Jessica memesan tempat di café oliver yang dilayani oleh receptionis bernama Cindy yang menawarkan meja nomor 54. Setelah itu Jessica memesan minuman di Café oliver yakni satu Vietnamese iced coffee dan dua coctail. Pada pukul 16.40 kopi dan dua coctail yang di pesan telah di antarkan oleh pelayan. Pada pukul 16.45 WIB, I Wayan Mirna Salihin dan Hani Boon Juwita tiba di Café oliver, Grand Mall Indonesia, mereka bertiga masih beramahtamah. Posisi duduk

Upload: duongdat

Post on 09-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

86

BAB III

PENELITIAN DAN ANALISIS

A. HASIL PENELITIAN

1. Kasus Posisi

Pada hari Rabu tanggal 6 Januari 2016, sekitar pukul

15.45 WIB, Jessica Kumala Wongso datang ke Grand Mall

Indonesia untuk bertemu sahabatnya I Wayan Mirna Salihin

dan Hani Boon Juwita mereka bertiga telah membuat janji

untuk bertemu pada pukul 16.00 WIB. Jessica telah sampai di

Grand Mall Indonesia mendahului dua temannya, sehingga ia

berkeliling untuk membeli bingkisan sabun untuk diberikan

kepada Hani Boon Juwita dan I Wayan Mirna Salihin,

kemudian pada pukul 16.30 WIB Jessica memesan tempat di

café oliver yang dilayani oleh receptionis bernama Cindy

yang menawarkan meja nomor 54.

Setelah itu Jessica memesan minuman di Café oliver

yakni satu Vietnamese iced coffee dan dua coctail. Pada pukul

16.40 kopi dan dua coctail yang di pesan telah di antarkan

oleh pelayan. Pada pukul 16.45 WIB, I Wayan Mirna Salihin

dan Hani Boon Juwita tiba di Café oliver, Grand Mall

Indonesia, mereka bertiga masih beramahtamah. Posisi duduk

87

mereka bertiga yaitu korban Mirna di tengah kemudian Hani

Boon Juwita di sebelah kanan dan Jessica Kumala Wongso di

sebelah kiri. Setelah itu Mirna pun langsung meminum

Vietnamese iced coffee.

Pada saat meminum, Mirna sempat mengatakan

bahwa minuman tersebut rasanya tidak baik dan mengatakan

bahwa minuman tersebut rasanya seperti jamu. Merasa bau

kopinya aneh, Mirna meminta kedua temannya ikut mencium

kopi tersebut. “Baunya aneh,” kata Jessica. Kemudian Mirna

meminta air putih, Jessica meminta air putih kepada pelayan.

Ia ditanya balik pilihan minumannya, sedangkan pada saat itu

Mirna sedang sekarat. Tidak lama kemudian, tubuh Mirna

kaku serta kejang-kejang, mulutnya mengeluarkan busa serta

muntah dengan mata setengah tertutup. Hani memanggil

pegawai Café oliver dan pegawai café tersebut membantu

Hani dan Mirna untuk membawa ke klinik Grand Mall

Indonesia, Mirna dibawa ke klinik Grand Mall Indonesia

menggunakan kursi roda. Pada saat itu Jessica masih

membantu menaikkan tubuh Mirna ke atas kursi roda. Akan

tetapi dokter di klinik tersebut tidak dapat menangani

sehingga dokter tersebut menyuruh untuk dirujuk ke Rumah

88

Sakit Abdi Waluyo. Suami Mirna, Arief Soemarko datang

dan membawa Mirna ke Rumah Sakit Abdi Waluyo

menggunakan mobil pribadi. Hani dan Mirna menemani Arief

membawa Mirna ke Rumah Sakit Abdi Waluyo. Akan tetapi

nyawa Mirna tidak dapat di tolong dan telah meninggal dunia.

Mirna meninggal dunia setelah meminum Vietnamese iced

coffee.

Pada hari Sabtu 9 Januari 2016, Polisi mengambil cairan

mulut korban Mirna dan menurut hasil pemeriksaan

kepolisian, cairan mulut korban serta ditemukan pendarahan

pada lambung Mirna dikarenakan adanya zat yang bersifat

korosif masuk dan merusak mukosa lambung. Zat korosif

tersebut berasal dari asam sianida. Sianida juga ditemukan

oleh pusat laboratorium forensik Polri di sampel kopi yang di

minum korban Mirna. Berdasarkan hasil olah tempat

kejadian perkara dan pemeriksaan saksi, polisi menetapkan

Jessica Kumala Wongso sebagai tersangka.Jessica dijerat

dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.1

1https://id.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan_Wayan_Mirna_Salihin di

akses pada tanggal 21 Juni 2017 pukul 21.00 WIB.

89

2. Dakwaan

Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan

perdana kasus pembunuhan berencana dengan terdakwa

Jessica Kumala Wongso, Jaksa dalam dakwaannya

menceritakan kronologi peristiwa yang terjadi pada tanggal 6

Januari 2016. Di mana terdakwa Jessica, korban Mirna dan

Saksi Hani membuat janji untuk bertemu di Café Oliver Grand

Mall Indonesia, Jakarta Pusat. Terdakwa Jessica yang pada saat

itu, telah sampai lebih dulu di Grand Mall Indonesia, kemudian

terdakwa pergi ke toko bath and body soap untuk membeli

hadiah untuk kedua temannya yaitu saksi Hani dan Korban

Mirna. Setelah itu, terdakwa meminta pelayan untuk

membungkus masing-masing sabun tersebut dan menaruh ke

dalam 3 paper bag.

Setelah itu terdakwa Jessica ke Café Oliver dan

langsung mengambil tempat duduk di meja nomor 54 serta

menaruh 3 paper bag di atas meja 54 kemudian terdakwa pergi

memesan Vietnamese iced coffee dan 2 cocktail. Tiga paper

bag di susun oleh terdakwa di atas meja 54 agar perbuatannya

tidak terekam oleh CCTV dan gelas yang berisi sianida tidak

terlihat. Kemudian 3 paper bag yang tersusun di atas meja 54

90

dalam rentan waktu pukul 16.30-16.45 WIB terdakwa langsung

memasukkan racun sianida atau NaCN ke dalam gelas berisi

minuman Vietnamese iced coffee yang disajikan untuk korban

Mirna. Setelah terdakwa selesai memasukkan racun natrium

sianida atau NaCN ke dalam gelas Vietnamese iced coffee dan

meletakkannya di tengah meja 54, terdakwa memindahkan 3

paper bag ke belakang sofa. Kemudian terdakwa kembali

duduk di posisi semula.

Beberapa saat kemudian, sekitar pukul 17.18 WIB,

korban Mirna dan Saksi Hani tiba di Café Oliver dan

menghampiri terdakwa yang sudah menunggu di meja 54. Lalu

korban Mirna duduk di tengah sofa tepat di depan gelas yang

berisi Vietnamese iced coffee yang sudah dimasukkan racun

natrium sianida NaCN lalu korban Mirna bertanya kepada

terdakwa, “ini minuman siapa?” dan terdakwa menjawab: “itu

buat lu Mir, kan lu bilang mau”. Kemudian korban Mirna

mengatakan: “oh ya ampun, untuk apa pesan dulu, maksud gue

nanti aja pesannya pas gue datang, thank you udah di pesenin”.

Kemudian korban Mirna mengambil gelas yang berisi

Vietnamese iced coffee yang telah dimasukkan natrium sianida

oleh terdakwa dengan posisi sedotan telah berada di dalam

91

gelas, lalu korban mengaduk sebentar, kemudian langsung

mencicipi Vietnamese iced coffee yang sudah ada racun sianida

NaCN menggunakan sedotan. Ketika Vietnamese iced coffee

yang telah dimasukkan natriun sianida NaCN di minum oleh

korban Mirna, saksi Hani yang berada di samping kanan korban

Mirna melihat warna Vietnamese iced coffee tersebut agak

kekuningan.

Setelah korban Mirna meminum Vietnamese iced coffee

yang di maksud, seketika itu juga korban Mirna bereaksi

dengan mengatakan: “nggak enak banget, this is awful”, sambil

mengibas-ngibaskan tangan didepan mulutnya akibat timbul

rasa panas yang menyengat, kemudian korban Mirna

menyodorkan minuman tersebut kepada terdakwa untuk di

cicipi, namun di tolak oleh terdakwa. Melihat kondisi tersebut

saksi Hani justru berinisiatif meminum dan mencicipi

Vietnamese iced coffee yang telah dimasukkan racun natrium

sianida dan di rasa panas dan pahit sehingga Vietnamese iced

coffee tersebut langsung diletakkan di atas meja 54. Sekitar 2

menit kemudian, akibat meminum Vietnamese iced coffee yang

telah dimasukkan racun natrium sianida, korban Mirna

langsung pingsan dalam keadaan duduk dengan posisi kepala

92

tersandar ke belakang sofa dengan keadaan mulut

mengeluarkan buih dengan pandangan mata kosong serta

kejang-kejang. Melihat kondisi korban Mirna, saksi Hani

berusaha untuk membangunkan korban Mirna. Sementara

terdakwa hanya duduk terdiam tanpa bereaksi dan tidak

melakukan tindakan yang sama dengan yang dilakukan saksi

Hani. Tidak lama kemudian beberapa karyawan Cafe Olivier

yaitu saksi Ileng selaku general manager restoran oliver, saksi

Devi Krisnawati Siagian selaku headbar, saksi Agus Triyono,

saksi Resi Retnadila selaku server dan beberapa karyawan

restoran oliver lainnya yang datang menghampiri meja nomor

54 untuk mencoba memberikan pertolongan terhadap korban

Mirna dan mereka melihat warna Vietnamese iced coffee yang

telah dimasukkan racun sianida yang di minum korban Mirna

berwarna kuning seperti kunyit, tidak seperti warna Vietnamese

iced coffee pada umumnya yang berwarna cokelat kopi susu.

Selanjutnya sisa Vietnamese iced coffee tersebut di

simpan untuk nantinya dilakukan pemeriksaan sebagaimana

standar operasional prosedur (SOP) café oliver. Kemudian

saksi Ileng membawa korban Mirna menggunakan kursi roda

ke klinik Damayanti Cabang Grand Mall Indonesia, Jakarta

93

Pusat. Sesampainya di klinik terssebut sekiranya pukul 17.30

WIB, saksi Andre Yosua selaku dokter umum pada Klinik

Damayanti, melihat kondisi korban Mirna seperti orang yang

pingsan, badan agak kaku namun masih hidup. Kurang lebih 5

menit kemudian datang saksi Arief untuk membawa korban

Mirna ke Rumah Sakit Nasional Abdi Waluyo.

Setibanya di Rumah Sakit Nasional Abdi Waluyo

sekitar pukul 18.00 WIB saksi dr. Andriyanto selaku dokter

jaga pada Rumah Sakit Nasional Abdi Waluyo memeriksa

kondisi korban Mirna yang sudah dalam kondisi nadi tidak di

raba, nafas tidak ada dan denyut jantung tidak ada. Selanjutnya

saksi dr. Andriyanto tetap melakukan tindakan medis kepada

korban dengan bantuan nafas dan pompa jantung selama

kurang lebih 15 menit. Namun usaha bantuan tersebut tidak ada

hasilnya dan korban Mirna dinyatakan meninggal pada pukul

18.30 WIB di mana surat Rumah Sakit Nasional Abdi Waluyo

No. 004-dir-rsaw-1-2016 tertanggal 6 Januari 2016 yang berisi

resume atas nama I Wayan Mirna Salihin.

Akibat dari perbuatan terdakwa Jessica mengakibatkan

korban Mirna meninggal dunia sesuai dengan visum et repertum

menyimpul- kan bahwa pada pemeriksaan seorang perempuan

94

berumur 25-30 tahun sudah dilakukan pengawetan dan

pemeriksaan luar tidak ditemukan adanya perlukaan, ditemukan

bibir bagian dalam berwarna biru pada pemeriksaan toxicologi

forensic sebagian lambung tampak adanya bahan korosit. Sebab

kematian korban ini dengan kesimpulan bahwa dalam sisa

Vietnamese iced coffee terdapat natrium sianida. Sehingga

dokter ahli forensik yang melakukan pemeriksaan visum et

repertum terhadap korban Mirna yang menyimpulkan bahwa

penyebab kematian korban Mirna adalah karena sianida NaCN

yang jauh lebih besar dari dosis sehingga menyebabkan erosi

pada lambungnya. Perbuatan terdakwa Jessica Kumala Wongso

sebagaimana di atur dan di ancam dalam Pasal 340 KUHP.

Pada sidang tersebut, penasehat hukum terdakwa Jessica

langsung mengajukan keberatan atau eksepsi atas dakwaan

Penuntut Umum. Pada dasarnya isi eksepsi tersebut tidak setuju

dengan apa yang didakwakan oleh Penuntut Umum kepada

terdakwa di mana menurut Jaksa bahwa Mirna pergi membeli

sabun cuci tangan dan di isi ke dalam 3 paper bag dan di susun

di atas meja nomor 54 di café oliver dengan sedemikian rupa

dengan tujuan untuk menutupi gerakannya dalam memasukkan

racun. Pada faktanya bahwa terdakwa Jessica tidak pernah tahu

95

adanya cctv karena baru pertama kali ke Café Oliver. Lebih

lanjut pernyataan Jaksa Penuntut Umum yang menyatakan

bahwa terdakwa Jessica memasukkan natrium sianida NaCN ke

minuman Mirna, di sini Jaksa Penuntut Umum tidak

menjelaskan bagaimana kronologi, kapan, di mana atau

bagaimana cara terdakwa memasukkan natrium sianida tersebut

ke dalam Vietnamese iced coffee.

Selanjutnya penasehat hukum menyatakan bahwa

dakwaan Jaksa sangat tidak benar di mana tidak ada fakta-fakta

pembunuhan berencana, seharusnya Jaksa harus menjelaskan

secara detail agar tidak terputus-putus fakta-fakta yang ada,

sehingga dengan ketidakcermatan dakwaan Penuntut Umum,

maka akan mengakibatkan dakwaan Penuntut Umum menjadi

tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap. Oleh karena itu,

penasehat hukum terdakwa meminta agar majelis hakim

menyatakan dakwaan Penuntut Umum harus dinyatakan batal

demi hukum atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima.

Berdasarkan eksepsi yang diuraikan oleh penasehat

hukum terdakwa, maka kuasa hukum terdakwa memohon

kepada Majelis Hakim agar memberikan putusan sela dengan

amar putusan sebagai berikut: menerima dan mengabulkan nota

96

keberatan atau eksepsi ini, menyatakan surat dakwaan Penuntut

Umum batal demi hukum atau setidak-tidaknya tidak dapat di

terima, menetapkan agar pemeriksaan terhadap perkara ini tidak

dilanjutkan, memerintahkan Penuntut Umum agar melepaskan

terdakwa dari tahanan, memulihkan hak terdakwa dalam

memulihkan kedudukan harkat serta martabatnya serta

membebankan biaya perkara kepada Negara.

3. Pembuktian

Pembuktian pada kasus ini, bahwa dalam hasil visum

etrepertum yang dilakukan oleh Polri bahwa bagian bibir

dalam korban berwarna kebiruan dan lambungnya tergerus

oleh zat korosif, yang pada hasil visum etrepertum tim forensik

menemukan zat beracun Natrium Sianida (NaCN) sebanyak 15

gram/liter pada sisa Vietnamese iced coffee yang telah di

minum oleh Mirna, serta dalam lambung Mirna ditemukan

sebanyak 0.20 miligram/liter Natrium Sianida (NaCN).2

2 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang diupload

CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar Hasil

Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan keterangan video

: Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan berencana terhadap Wayan

Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica Kumala Wongso hari ini

menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang mendakwanya dengan pasal

pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl

Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016).“, di akses pada pukul 09.00 WIB

tanggal 1 Juli 2017.

97

Dalam proses pembuktian kasus tindak pidana, mengacu

pada tiga hal yaitu adanya kesalahan, sifat melawan hukum dan

kemampuan bertanggung jawab. Ketiga unsur ini jika terpenuhi

maka seorang terdakwa dapat dituntut di depan pengadilan dan

jika terbukti maka dapat di kenai sanksi pidana. Dalam

menjatuhi pidana pada seorang terdakwa, haruslah memenuhi

rumusan delik dalam Undang-Undang. Dalam hal ini, perbuatan

terdakwa haruslah memenuhi syarat-syarat yang ada pada suatu

perbuatan agar dapat di pidana berdasarkan pasal yang berkaitan

dengan tindak pidana yang terjadi.

Berkaitan dengan kasus ini, ahli hukum pidana dari

Universitas Gadjah Mada (UGM), Edward O. S. Hiariej,

menjelaskan bahwa pembuktian hukum dalam perkara pidana

tidak memerlukan bukti langsung atau direct evidence. Beliau

berpendapat bahwa dalam hukum pembuktian ada direct

evidence atau bukti langsung, serta ada pula circumstantial

evidence atau bukti tidak langsung dan berdasarkan pada fakta-

fakta yang ada bisa dibuktikan. Prof Edward O. S. Hiariej

berpendapat bahwa circumstantial evidence bisa didapatkan dari

surat, keterangan saksi, keterangan ahli, keterangan terdakwa,

98

sehingga dengan keterangan-keterangan di dalam persidangan,

majelis hakim dapat memutuskan perkara ini.

Penyidik memberikan pernyataan bahwa Polda Metro

Jaya sempat kesulitan menyelidiki motif Jessica dalam

membunuh Mirna. Didalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum

(JPU), yang juga menjadi pertimbangan hakim dalam

menetapkan vonis, disebutkan bahwa motif pembunuhan adalah

karena Jessica sakit hati dinasihati Mirna mengenai pacarnya.

Sakit hati itu muncul setelah Mirna menyarankan Jessica agar

putus dengan pacarnya yang suka kasar, pemakai narkoba, dan

tidak bermodal. Sikap itu yang di duga memicu Jessica

melakukan pembunuhan berencana pada Mirna saat pulang dari

Australia ke Indonesia. Dari keterangan suami Mirna, Arief

Soemarko, Jessica sering menceritakan hubungan dengan

pacarnya Patrick O’Connor yang bermasalah. Hal itu yang

membuat Mirna menasihati Jessica agar memutuskan Patrick

O’Connor, akan tetapi Jessica membantah.

Melalui Kuasa hukum, Jessica menyampaikan replik

dalam sidang perdana di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,

dengan berpendapat melalui kuasa hukumnya bahwa jaksa

penuntut umum berpendapat bahwa motif pembunuhan

99

terdakwa Jesica terhadap korban Mirna karena sakit hati. Kuasa

hukum terdakwa berpendapat bahwa, ini motif yang sangat tidak

masuk akal sampai untuk membunuh Mirna, Jessica harus

datang dari Australia ke Indonesia. Kuasa hukum Jesica,

meyakini bahwa Jessica tidak bersalah karena kurangnya bukti

yang menunjukkan Jessica membunuh Mirna. Jaksa Penutut

Umum juga di anggap tidak bisa menjelaskan bagaimana

rangkaian pembunuhan Mirna, apabila benar Jessica telah

merencanakan pembunuhan tersebut.

Pada persidangan kasus ini, dalam persidangan

dihadirkan para saksi ahli hukum pidana. Para ahli memiliki

pendapat yang berbeda-beda. Ada ahli pidana yang menyebut

bahwa pembunuhan berencana tidak perlu adanya motif, namun

adapula ahli pidana yang menyebutkan bahwa dalam

pembunuhan berencana harus adanya motif.

Ahli hukum pidana Universitas Islam Indonesia (UII) Dr.

Mudzakkir menjelaskan, dalam pembunuhan berencana motif

perlu di cari dan di buktikan, untuk mengetahui hal yang melatar

belakangi dan tujuan lebih lanjut setelah pelaku membunuh.

Beliaupun mengatakan bahwa dalam pembunuhan berencana

harus ada motif yang jelas. Kalau tidak ada motif itu artinya

100

bukan pembunuhan berencana,”. Menurut Dr. Mudzakkir,

apabila pelaku tidak ingin menjelaskan motif melakukan

pembunuhan, hal itu menjadi kewenangan penyidik untuk

melakukan pembuktian yang bisa dilakukan dengan menggali

keterangan dari orang lain. Sehingga dengan diketahuinya motif

maka profesionalisme seorang penyidik dapat dinilai dengan

baik. Menurut Mudzakir, jika dalam kasus Jessica motif

pembunuhan berencana tidak bisa dibuktikan, maka proses

hukum, tidak bisa dilanjutkan. Maka, apabila pembunuhan

berencana disebutkan tanpa motif yang kuat, majelis hakim

harus memutus untuk membebaskan Jessica dari segala

tuntutannya.

Berbeda pendapat dengan Dr. Mudzakkir, ahli hukum

pidana dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Edward O.

S. Hiariej yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum,

berpendapat bahwa untuk mengungkap kasus pembunuhan

berencana tidak diperlukan motif dari pelaku, karena dalam

pencarian alat bukti lebih penting dari pada sekadar mencari

motif pelaku. Kalimat berencana pada Pasal 340 KUHP

dimaksudkan dalam konteks teori hukum, di sebut kesengajaan

untuk tujuan tertentu. Beliau mengatakan bahwa dalam

101

pembunuhan berencana itu butuh pemikiran yang matang, hal

tersebutlah yang harus dibuktikan. Mengenai ada dan tidaknya

motif bukanlah hal yang penting dalam persidangan.

Menurut Prof. Edward O. S. Hiariej, motif tidak

diperlukan sama halnya dalam pembuktian hukum juga tidak

diperlukan bukti langsung. Hal ini merujuk pada fakta bahwa

tidak ada satu orang pun yang melihat langsung Jessica

memasukkan racun sianida ke dalam kopi Mirna. Pembuktian

perkara pidana dapat dilakukan dengan pembuktian tidak

langsung yang di dapat dari keterangan terdakwa, keterangan

saksi, keterangan ahli, maupun dokumen yang ditemukan

penyidik.

Dalam kasus Jesicca, tidak ada saksi yang melihat

langsung Jessica memasukkan racun sianida dalam kopi. Akan

tetapi tidak lantas membuat Jessica terbebas dari hukuman.

Dalam pembuktian perkara pidana dapat dilakukan dengan

pembuktian tidak langsung. Sehingga dalam kasus pembunuhan

berencana ini, terlepas dari ada dan tidak adanya motif, maka

Jaksa Penuntut Umum meyakini keterangan dari para saksi,

dokumen, serta catatan kriminal Jessica Kumala Wongso selama

102

di Australia mampu menjadi penguat alasan bahwa Jessicalah

yang membunuh I Wayan Mirna Salihin.

Pada kasus pembunuhan berencana yang telah dijelaskan

di atas, fakta-fakta itu memenuhi tiga unsur dalam pembunuhan

berencana, yakni disengaja, direncanakan, dan merampas nyawa

orang lain. Hal-hal yang memberatkan pada Jessica yakni

perencanaan terdakwa dilakukan secara matang, perbuatan

sangat sadis karena menyiksa terlebih dahulu sebelum

meninggal, keterangan berbelit-belit dan tidak mengakui

perbuatannya.3

Pada kasus pembunuhan ini, Terdakwa Jesicca dijatuhi

hukuman selama 20 tahun penjara oleh Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat. Tidak terima dengan putusan tersebut

maka Jesicca melalui kuasa hukumnya mengajukan Banding ke

Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat, akan tetapi hasil putusan

Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat menguatkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, kemudian melalui kuasa

3 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar

Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan

keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan

berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica

Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang

mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016).“, di akses pada pukul 09.00 WIB tanggal 2 Juli 2017.

103

hukumnya Jesicca mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung,

akan tetapi putusan Mahkamah Agung menolak permohonan

kasasi yang ajukan oleh Jessica melalui kuasa hukumnya.

Sehingga Jesicca Kumala Wongso tetap menjalani hukuman

sesuai dengan apa yang telah diputuskan oleh Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat yaitu menjalani hukuman selama 20 tahun

penjara.4

Kasus pembunuhan Mirna seperti yang telah Penulis

kemukakan pada bab-bab sebelumnya, bahwa hal yang patut di

bahas dalam kasus ini adalah perbincangan mengenai motif

seorang Jesicca dalam melakukan pembunuhan berencana

terhadap sahabatnya Mirna. Pada dasarnya terdapat beberapa

perbedaan pendapat yang di temui dalam kasus ini, baik dari

lingkungan masyarakat yang beranggapan dan menilai dari

berbagai sisi, para ahli pidana dalam sidang kasus tersebut,

media yang juga sering mempertanyakan motif apa seseorang

melakukan tindak pidana pembunuhan. Tak lepas dari itu pula,

para penegak hukum baik penuntut umum serta hakim

4http://megapolitan.kompas.com/read/2017/06/22/14535931/kasasi.ditolak.

jessica.tetap.dihukum.20.tahun.penjara di akses pada Tanggal 7 Agustus 2017 Pukul

08.00 WIB.

104

menanyakan atau sering kali membuktikan apa penyebab

seseorang melakukan tindak pidana pembunuhan.

Dalam pembuktian perkara pidana kasus pembunuhan

yang harus dibuktikan adalah adanya tindak pidana. Dengan

adanya tindak pidana yang terjadi maka harus adanya saksi yang

telah mendengarkan, mengetahui, menyaksikan serta melihat

kejadian tindak pidana tersebut baik secara langsung maupun

tidak langsung. Pada proses persidangan pada pengadilan, hakim

memiliki kewajiban serta harus mengikuti dan menggali bukti-

bukti yang di pakai dalam persidangan. Bukti-bukti tersebut

berguna agar supaya hakim benar-benar memberikan putusan

yang baik dalam suatu permasalahan hukum yang ada. Dalam

proses pembuktian, harus pula diperhatikan tentang ketentuan

yang berlaku, cara-cara yang telah dibenarkan oleh undang-

undang dalam hal membuktikan kesalahan para terdakwa.

Kemudian pada proses pembuktian hakim dalam

persidangan, hakim sering memakai 3 (tiga) teori pembuktian

yaitu:

a. Teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara

positif. Teori ini dimaksudkan bahwa alat-alat bukti adalah

alat bukti yang harus berdasarkan atau sesuai dengan

undang-undang yang berlaku.

b. Teori berdasarkan keyakinan hakim. Teori ini pada

dasarnya melekat pada hati seorang hakim. Hakim dapat

menilai seorang terdakwa berbicara jujur ataupun tidak

dalam hal pengakuannya dalam persidangan. Sehingga

teori ini berdasarkan hati nurani seorang hakim dalam

105

menentukan dan menilai seorang terdakwa bersalah

ataupun tidak bersalah.

c. Teori pembuktian hakim berdasarkan keyakinan hakim

atas alasan yang logis. Teori ini adalah teori dimana hakim

memutuskan seseorang bersalah harus berdasarkan

keyakinan. Berdasarkan keyakinan dimaksudkan bahwa

hakim harus memiliki keyakinan yang didasarkan pada

pembuktian-pembuktian yang ada dalam persidangan.

Hakim juga harus memiliki keyakinan dalam menentukan

seorang terdakwa bersalah atau terbebas dari dari tuntutan

penuntut umum.5

Oleh karena itu, dengan adanya pembuktian maka suatu

tindak pidana dapat semakin terang benderang. Dalam sistem

pertanggung jawaban pidana (criminal responsibility) dikenal

asas kesalahan. Asas ini merupakan asas yang umum dalam

hukum pidana di Indonesia. Dalam pertanggungjawaban pidana

terdapat 3 (tiga) unsur yaitu:

a. Seseorang harus mampu bertanggungjawab, dimaksudkan

bahwa seseorang di pidana jika telah melakukan tindak

pidana serta tindak pidana tersebut harus memenuhi unsur-

unsur yang telah di atur oleh undang-undang yang berlaku.

b. Adanya kesalahan, dimaksudkan bahwa dalam tindak

pidana tersebut akan di lihat apakah tindakan tersebut

dilakukan dengan sengaja atau adanya kelalaian serta

mampu tidaknya seseorang bertanggungjawab.

5 M. Haryanto, Op. Cit,, hlm. 117-119.

106

c. Tidak ada alasan pemaaf, dimaksudkan bahwa seorang

pelaku tindak pidana tidak dapat menghapuskan

kesalahannya. Di mana seorang terdakwa tersebut telah

melakukan sesuatu hal yang telah melanggar hukum yang

bersifat melawan hukum serta merupakan perbuatan

tindak pidana.6

Hakim dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

memeriksa, mengadili dan kemudian menjatuhkan putusan harus

didasarkan pada hukum yang berlaku dan juga berdasarkan

keyakinannya, bukan berdasarkan logika hukum semata.7 Ada 3

(tiga) hal yang menjadi pedoman bagi hakim dalam menghadapi

suatu perkara, sebagaimana dikemukakan oleh Purwoto S.

Gandasubrata, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam suatu perkara hukum atau undang-undangnya

sudah jelas, hakim hanya menerapkan hukumnya atau

dalam hal ini hakim bertindak sebagai terompet undang-

undang (la bounce de la loi).

2. Dalam suatu perkara yang hukum atau undang-undangnya

tidak atau belum jelas, maka hakim harus menafsirkan

hukum atau undang-undang melalui cara-cara atau metode

penafsiran yang berlaku dalam ilmu hukum.

6 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload

oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh

Jaksa, FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,

dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian

Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu

digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul

07.00 WIB tanggal 3 Juli 2017. 7 Ahmad Rifai, (2014), Op. Cit, hlm. 46.

107

3. Dalam suatu perkara di mana terjadi pelanggaran atau

penerapan hukumnya bertentangan dengan undang-

undang yang berlaku, maka hakim akan menggunakan hak

mengujinya berupa formale toetsingrecht atau

materieletoetsingrecht, yang biasanya dilakukan oleh

judex juris terhadap perkara yang diputus oleh judex facti.8

Dalam kasus ini, Penulis berpendapat bahwa pembuktian

hakim dalam perkara kasus pembunuhan berencana haruslah

sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku serta

melihat terpenuhinya unsur-unsur tindak pidana. Jika kedua hal

tersebut sudah terpenuhi maka hakim dapat menjatuhkan

putusan tanpa melihat unsur di luar dari kedua hal yang

disebutkan di atas.

Di dalam tindak pidana, ada dua hal yaitu adanya

perbuatan yang dapat di pidana (Verbrechen / crime atau

perbuatan jahat) serta pidana. Kemudian dalam tindak pidana

akan dibedakan menjadi dua hal yaitu unsur subyektif (unsur-

unsur yang melekat pada diri pelaku tindak pidana atau yang

berhubungan dengan diri pelaku serta termasuk didalamnya

yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya) dan

unsur objektif (unsur-unsur yang ada hubungannya dengan

8 Dikemukakan oleh H. R. Purwoto S. Gandasubrata, sebagaimana terdapat

dalam Purwoto Wignjosumarto, Peran Hakim Agung dalam Penemuan Hukum Dan

Penciptaan Hukum Pada Era Reformasi dan Transformasi, Majalah Hukum Dan

Varia Peradilan Edisi N0. 251 Bulan Oktober 2006, Ikahi, Jakarta, 2006, hlm. 68.

108

keadaan-keadaan yaitu di dalam keadaan-keadaan mana

tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan). Dengan

terpenuhinya kedua unsur tersebut maka seseorang dapat di

jatuhi pidana. Akan tetapi jika kedua unsur terpenuhi harus pula

dilihat pertanggungjawabannya dimana dapat dibagi menjadi

dua yaitu kesalahan (kesengajaan dan kealpaan) serta

kemampuan bertanggung jawab.

M. Haryanto berpendapat bahwa Kesalahan adalah

kebebasan kehendak manusia, di mana akan berkaitan dengan

dua teori yaitu determinisme (manusia tidak mempunyai

kebebasan kehendak, sehingga mengakui adanya kesalahan) dan

indeterminisme (manusia mempunyai kebebasan kehendak,

sehingga mengakui adanya kesalahan).9 Sedangkan dalam MvT

Kesengajaan adalah perbuatan yang dikehendaki dan di ketahui.

Ada dua (2) teori kesengajaan yaitu:

1. Wills Theorie (teori ini menitik beratkan pada apa yang

dikehendaki pada waktu berbuat).

9 M. Haryanto, (2017), Op. Cit., hlm 71.

109

2. Voorstelling Theorie (teori ini menitik beratkan pada apa

yang diketahui serta apa yang akan terjadi pada waktu akan

berbuat.10

Harus di ingat bahwa eleman pertama dari kesalahan adalah

kemampuan bertanggungjawab atau toerekeningsvat baarheid.11

Prof. Edward O. S. Hiariej berpendapat bahwa pertanggungjawaban

menurut van Hamel sebenarnya telah memberi ukuran mengenai

kemampuan bertanggungjawab yang meliputi tiga hal: pertama,

mampu memahami secara sungguh-sungguh akibat dari perbuatan;

kedua, mampu untuk menginsyafi bahwa perbuatan itu

bertentangan dengan ketertiban masyarakat; ketiga, mampu untuk

menentukan kehendak berbuat.12

Untuk menentukan seorang terdakwa bersalah atau tidak,

maka perlu di lihat adanya kesalahan serta adanya perbuatan yang

dilakukan bertentangan dengan hukum atau sering di sebut bersifat

melawan hukum. Jikalau suatu tindak pidana telah memenuhi

rumusan delik di dalam undang-undang hal itu harus di lihat bahwa

seseorang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan

10 Ibid., hlm 72-74. 11 Eddy O. S. Hiariej, Prinsip-prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pusaka,

Yogyakarta, 2016, hlm 163. 12 Ibid hlm 163.

110

atau bersalah. Dalam hukum pidana di kenal asas geen straf zonder

schuld yang artinya tidak dapat di pidana tanpa ada kesalahan.

Penulis sependapat dengan apa yang telah dijelaskan

oleh P.A.F. Lamintang bahwa jika terpenuhinya unsur obyektif

dan unsur subyektif dalam tindak pidana, maka seorang

terdakwa dapat di jatuhi pidana. Adapun unsur-unsur subyektif

adalah unsur yang melekat pada diri seorang pelaku atau yang

berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk kedalamnya

yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya,

sedangkan unsur obyektif adalah unsur-unsur yang ada

hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu didalam keadaan-

keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus

dilakukan (seperti mendesak ataupun membela dirinya).

Dalam hal kasus menghilangkan nyawa orang lain maka

akan adanya sikap melawan hukum, dimana adanya tindakan

seseorang secara melawan hukum telah menghilangkan nyawa

orang lain. Hal diatas dimaksudkan bahwa seseorang dalam

menghilangkan nyawa seseorang, baik sengaja maupun tidak,

telah menyebabkan orang lain meninggal dunia, maka harus

dipertanggungjawabkan. Dalam hal kasus pembunuhan, baik

pembunuhan biasa maupun pembunuhan berencana.

111

Dalam pembunuhan biasa dan pembunuhan berencana

terdapat sedikit perbedaan, dimana dalam pembunuhan biasa

adanya perbuatan, perbuatan itu berupa menghilangkan nyawa

orang lain serta adanya hubungan sebab akibat (Causal verband)

perbuatan serta akibat perbuatan tersebut (kematian orang lain).

Dalam pembunuhan berencana dengan sengaja dan

terencana terlebih dahulu serta adanya perbuatan menghilangkan

nyawa. Hal yang membedakan antara Pasal 338 KUHP dan 340

KUHP adalah dalam Pasal 340 KUHP adanya pembunuhan yang

telah direncanakan terlebih dahulu. Dalam hal ini pada Pasal 340

KUHP telah adanya niat serta telah direncanakan secara baik

untuk menghilangkan nyawa orang lain. Sedangkan pada Pasal

338 di mana pembunuhan tersebut tidak adanya perencanaan

terlebih dahulu.

Dalam hal ini, penegak hukum harus benar-benar melihat

apakah dalam kasus pembunuhan tersebut telah direncanakan

atau hanya dalam hal membela diri. Cara untuk melihat apakah

seseorang membunuh secara berencanana atau pembunuhan

biasa tidak di lihat dari motifnya apa, akan tetapi di lihat dari

bukti-bukti dan saksi yang telah melihat kejadian tersebut.

112

4. Tuntutan Pidana

Sidang tuntutan kasus Jessica Kumala Wongso pada 5

Oktober 2016, para saksi memberikan keterangan yang saling

berkaitan antara satu dengan yang lain dan saling melengkapi

sehingga kesaksian tersebut telah sesuai dan merupakan alat

bukti yang sah sesuai dengan Pasal 166 KUHAP dan 185

KUHAP. Analisa fakta dari keterangan saksi saling melengkapi

dan telah memenuhi persyaratan alat bukti yang sah.

Keterangan para saksi yang dihadirkan di persidangan

telah memenuhi Pasal 153 ayat (2), Pasal 283, Pasal 160 ayat (1)

dan (2), Pasal 164, Pasal 66, Pasal 185 ayat (1), (4) dan Pasal 6

KUHAP. Dengan demikian keterangan saksi merupakan alat

bukti yang sah menurut Pasal 185 ayat 10 KUHAP. Bahwa selain

ketentuan KUHAP yang disebut diatas, berdasarkan

yurisprudensi Hooge Raad Belanda yang mengakui keterangan

saksi sebagai bukti, sesuai dengan keputusan MA RI Nomor

300k/sip/1959/11 November 1959. Kesaksian testimoni tidak

dapat dibuktikan hal atau fakta. Namun, kesaksian ini dapat

dibuktikan sebagai hal atau fakta13.

13 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar

Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan

keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan

113

Terhadap keterangan saksi, Jaksa Penuntut Umum

berpendapat bahwa sudah sesuai dengan Pasal 185 KUHAP. Ia

dengar, ia lihat dan mengalami sendiri. Arti penting dari saksi

bukan hanya apa yang di lihat, di dengar dan dirasakan,

melainkan apakah kesaksian tersebut relevan dengan kasus yang

di tangani. Perluasan makna tersebut jika dikaitkan dengan

kesaksian Arief Sumarko, sehingga keterangan dari Arief

Sumarko yang mendengarkan cerita dari korban, di mana korban

menasihati terdakwa untuk putus dengan pacarnya Patrick yang

suka kasar dan pemakai narkoba, korban mengatakan untuk apa

pacaran sama orang yang kasar dan tidak modal. Hal tersebut

membuat terdakwa marah dan terdakwa memutuskan hubungan

dengan korban Mirna karena tidak terima telah dinasehati.

Dengan penjelasan diatas, Jaksa Penuntut Umum melihat

relevansi dengan kasus ini.

Keterangan saksi Kristie Louise Charter bahwa

pemeriksaan dilakukan oleh Polda Metro Jaya pada tanggal 29

Januari 2016, memberi keterangan dengan menggunakan Bahasa

berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica

Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang

mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016).“, di akses pada pukul 22.00 WIB tanggal 8 Agustus 2017.

114

Inggris akan tetapi diterjemahkan. dalam persidangan tersebut,

keterangan hanya dibacakan karena Kristie Louise Charter tidak

dapat hadir. Berdasarkan Pasal 162 KUHAP tetap mengakui

keterangan saksi tersebut. Jaksa Penuntut Umum berdasarkan

pada Pasal 162 KUHAP, sehingga keterangan Kristie Louise

Charter sah secara hukum.

Alat bukti keterangan ahli, bahwa berdasarkan ahli

pidana Prof. Edward O. S. Hiariej dalam Buku Teori dan Hukum

Pembuktian, halaman 66 ada beberapa klasifikasi menurut

Hodkingson dan James adalah (a) keterangan ahli berupa opini,

mengenai fakta yang di ketahui sebelum persidangan; (b)

keterangan ahli yang menjelaskan permasalahan teknis atau arti

dari kata; (c) keterangan atas fakta yang diberikan oleh ahli,

pengamatan, perbandingan dan deskripsi yang memerlukan

keahlian; (d) keterangan atas fakta yang diberikan oleh ahli, yang

tidak memerlukan keahlian untuk pengamatan, perbandingan

dan pendeskripsiannya dan yang terakhir; (e) keterangan dari

orang lain yang di terima mengenai sifat seorang ahli.14

14 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar

Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan

keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan

berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica

Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang

mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di

115

Bahwa klasifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa

pendapat ahli dapat di bagi dua yaitu: (a) pendapat mengenai

suatu masalah yang menjadi topik persidangan berdasarkan

pengetahuan ahli tanpa memerlukan perbuatan sebelumnya (b)

pendapat ahli atas dasar sebelum perbuatan tersebut dilakukan

sebelum persidangan seperti penelitian.

Dalam buku M. Yahya Harahap, dalam keadaan tertentu

dianggap memenuhi prinsip pemenuhan unsur dalam KUHAP

alasannya bila keterangan ahli diberikan dalam keahlian yang

berbeda dan apa yang diterapkan oleh ahli tersebut bukanlah

suatu hal yang atau keadaan yang sama atau yang berbeda namun

saling bersesuaian. Berdasarkan klasifikasi ahli tersebut, maka

dipersidangan telah diperdengarkan keterangan ahli yang

berbeda yakni Arif Purnomo sebagai ahli kedokteran forensik

dan Ahli forensik Universitas Indonesia (Dokter di RSCM),

Budi Sampurna, Ahli toksikologi Puslabfor Mabes Polri,

Kombes Nur Samran Subandi, dan Ahli toksikologi forensik

Universitas Udayana Bali, I Made Agus Gel gel Wirasuta, di

mana keterangan para ahli tersebut walaupun berasal dari

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016).“, di akses pada pukul 12.00 WIB tanggal 9 Agustus 2017.

116

disiplin ilmu yang berbeda, akan tetapi saling berkesesuaian satu

dengan yang lainnya melengkapi sedemikan rupa serta

membenarkan adanya kejadian pembunuhan berencanan

terhadap korban Mirna dengan perencanaan terlebih dahulu

menggunakan racun sianida oleh terdakwa.15

Ahli kedokteran Forensik dr. Slamet Purnomo dan Ahli

forensik Universitas Indonesia (Dokter di RSCM) Budi

Sampurna, yang pada intinya menyatakan bahwa korban Mirna

sebelum meminum Vietnamese iced coffee masih dalam keadaan

sehat. Berdasarkan keterangan saksi bahwa korban Mirna

merasakan kopi yang tidak enak, susah bernafas, kejang-kejang,

mulut mengeluarkan buih, dan kaki kaku. Bahwa dalam hal

kematian yang tidak wajar, sebagai dokter forensik harus

melakukan penegakkan hukum sesuai dengan permintaan

penyidik, karena pihak keluarga Mirna yang pada awalnya

keberatan dalam rangka otopsi, maka setelah mendapatkan

penjelasan dari penyidik dan atas kompromi dari keluarga Mirna

maka ada kesepakatan untuk melakukan pemeriksaan dengan

15 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload

oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh

Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,

dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian

Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu

digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul

23.10 WIB tanggal 9 Agustus 2017.

117

melakukan pengambilan sample organ berupa lambung,

empedu, urine dan memberikan informasi penyebab kematian

Mirna.

Setelah dilakukan pengambilan organ sample tubuh

Mirna maka adanya kelainan pada lambung dan pencernaan pada

kolosit pada mukosa lambungnya. Di mana dalam kondisi

tersebut tidak berkesesuaian dengan kondisi korban Mirna yaitu

sebelum meninggal dan sebelum meminum Vietnamese iced

coffee maka dokter forensik sebelum dapat menentukan sebab

kematian sebelum dilakukan pemerikasaan toksikologi atas

minuman Vietnamese iced coffee dan sample organ tubuh Mirna,

berdasarkan circumtantial evidence dan antara lain keterangan

dari para korban dan saksi di TKP, saksi Hani Juwita Boon dan

saksi karyawan restoran Oliver, pengamatan cctv yang di amati

oleh ahli dan ahli forensik dan toksologi berupa berita acara

pemeriksaan Labforensik, barang bukti sisa minuman dan organ

cairan tubuh yang pada pokoknya menyatakan adanya racun

sianida atau NaCN yang ada pada sisa minuman Vietnamese iced

coffee dan lambung korban Mirna, maka ahli forensik

kedokteran memastikan adanya kelainan pada tubuh korban dan

kematian korban disebabkan oleh racun sianida atau NaCN.

118

Keterangan Ahli toksikologi forensik Universitas

Udayana Bali, I Made Agus Gel Gel Wirasuta, bahwa pada

intinya menyatakan bahwa sisa minuman Vietnamese iced coffee

dan sample organ tubuh korban Mirna dilakukan pemeriksaan

toksikologi untuk mengetahui ada tidaknya zat atau bahan

berbahaya yang dapat menyebabkan korban meninggal dunia.

Bahwa berdasarkan berita acara pemerikasaan laboratorium

kriminalistik, barang bukti sisa minuman dan organ cairan tubuh

nomor lab 086.a/ket/2016 pada pokoknya menyatakan bahwa

adanya racun sianida pada sisa minuman Vietnamese iced coffee

dan organ tubuh korban yaitu lambung korban Mirna. Dokter

tersebut melakukan percobaan terhadap proses pembuatan

Vietnamese iced coffee dengan beberapa kemungkinan tahapan

waktu tepatnya racun sianida hingga dimasukkan ke dalam

Vietnamese iced coffee.16

Dalam kasus ini, ahli digital forensik memberikan

kesimpulan bahwa: saksi Rangga Dwi Saputra dan saksi Devi

16 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar

Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan

keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan

berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica

Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang

mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016).“, di akses pada pukul 23.30 WIB tanggal 9 Agustus 2017.

119

Krisnawati Siagian yang mengawati dan memeriksa sisa dan

warna sisa Vietnamese iced coffee yang telah diminum oleh

korban Mirna dan menyatakan warna hasil percobaan 6, es di

tambah susu filter kopi dan air panas, filter di masukkan NaCN

kemudian di aduk sangat mendekati dengan warna sisa

Vietnamese iced coffee yang telah di minum oleh korban Mirna

di mana Vietnamese iced coffee tersebut juga memberikan bau

yang menyengat.

Berdasarkan hasil percobaan adanya kemungkinan

penambahan racun sianida oleh saksi Rangga selaku barista dan

hasil pengamatan rekaman cctv gerakan saksi Rangga yang telah

di analisa oleh ahli digital forensik maka dapat dibuktikan bahwa

tidak ada pergerakan atau aktivitas lain dari saksi Rangga dalam

meracik Vietnamese iced coffee sehingga saksi rangga tidak

terbukti telah menambahkan racun sianida ke dalam Vietnamese

iced coffee yang diracik olehnya. Berdasarkan hasil percobaan

kemungkinan penambahan racun sianida dari saksi Agus

Triyono sebagai pengantar Vietnamese iced coffee dan dari hasil

pengamatan cctv dalam pergerakan saksi Agus Triyono yang

telah di analisa oleh ahli digital forensik maka dapat dibuktikan

bahwa tidak ada gerakan ataupun aktivitas lain dari saksi Agus

120

Triyono dalam menyajikan Vietnamese iced coffee ke meja 54

sehingga tidak terbukti telah menambahkan racun sianida ke

dalam kopi yang telah di racik oleh saksi Rangga.

Pada hasil pencobaan kemungkinan penambahan racun

sianida oleh terdakwa selaku pemesan dan hasil pengamatan

rekaman cctv terhadap pergerakan terdakwa yang mencurigakan

selama menguasai Vietnamese iced coffee di meja 54

berdasarkan analisa ahli digital forensik serta hasil pemeriksaan

laboratorium forensik Polri terhadap barang bukti sisa kopi yang

di minum oleh korban Mirna telah mengandung NaCN. Maka

berdasarkan bukti dan faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa

terdakwa selaku pemesan Vietnamese iced coffee yang

bertanggungjawab terhadap penambahan racun ke dalam

Vietnamese iced coffee yang telah di minum oleh korban Mirna.

Bahwa para ahli toksikologi forensik telah menentukan kadar

sianida yang ada di dalam sisa minuman Vietnamese iced coffee

maupun menentukan kadar sianida yang di minum oleh korban

Mirna, di mana telah dapat ditentukan bahwa korban Mirna telah

meminum racun sianida di atas dosis mematikan.

Para ahli toksikologi forensik juga telah menerangkan

tentang waktu dimasukkan racun sianida ke dalam minuman

121

Vietnamese iced coffee yaitu pada hari rabu tanggal 6 Januari

2016, sekiranya pada pukul 16.30 WIB sampai dengan pukul

16.45 WIB, sebagaimana berita acara pengujian penentuan

waktu dimasukkannya racun sianida ke dalam Vietnamese iced

coffee serta pengaruh sianida terhadap kasus peracunan sianida

dengan korban atas nama I Wayan Mirna Salihin Nomor lab:

1257/ktf/2016 tetanggal 11 April 2016.

Ahli digital forensik Muhammad Nuh A. Azhar dan

Christopher Hariman Rianto, menyatakan bahwa ahli digital

forensik telah melakukan analisa terhadap rekaman cctv yang

pada restoran oliver yang merekam peristiwa pada hari rabu 6

januari 2016, bahwa terhadap rekaman cctv tersebut ahli digital

forensik menyatakan tidak adanya penyisipan atau pun

pemotongan atas frame-frame pada file rekaman cctv tersebut.

Ahli digital forensik menerangkan bahwa gerakan-

gerakan para saksi dan terdakwa dalam restoran oliver dengan

menggunakan peralatan digital forensik sehingga dapat

menerangkan rangkaian kejadian secara utuh yang terjadi di

restoran oliver dari mulai kedatangan terdakwa sampai dengan

beberapa peristiwa setelah korban Mirna meninggal di café

oliver yang meliputi pembuatan Vietnamese iced coffee oleh

122

saksi Rangga, penyajian oleh saksi Agus Triyono, rangkaian

pergerakan terdakwa di meja 54, bar dan kasir. Beberapa

aktivitas karyawan restoran oliver ketika berinteraksi dengan

terdakwa serta korban Mirna. Peristiwa korban Mirna meminum

Vietnamese iced coffee sehingga korban Mirna pingsan sampai

dengan upaya pengamanan sisa minuman Vietnamese iced coffee

dari meja 54 menuju ke bar dan pantry.

Hasil pemeriksaan digital forensik terhadap rangkaian

gerakan terdakwa di meja 54 pada sekiranya pukul 16.29 WIB

sampai dengan pukul 16.33 WIB telah menunjukkan adanya

pergerakan terdakwa mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan

memindahkan gelas Vietnamese iced coffee yang semula berada

di depannya ke arah tengah meja 54 yang kemudian gelas

Vietnamese iced coffee tersebutlah yang di minum oleh korban

Mirna sebagaiaman berita acara pemeriksaan laboratorium

forensik kriminalistik barang bukti Nomor Lab 246/fkp/2016

pada tanggal 27 Januari 2016.

Ahli Toksologi atas nama Dr. Antonia Ratih Andjayani

dan Prof. Dr. Sarlito Wirawan, menyatakan bahwa para ahli

psikologi melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa untuk

menilai bahwa kondisi psikologis dan kelainan perilaku dari

123

terdakwa dengan menggunakan metode kualitatif dan

mengamati hasil rekaman cctv yang telah di analisa oleh ahli

digital forensik. Ahli psikologi juga melakukan observasi

dengan mengamati perilaku orang-orang di café oliver dan

semakin mengerucut yang akhirnya tertuju pada satu orang yaitu

Jessica Kumala Wongso. Kemudian dilakukan observasi yang

makin fokus kepada tampilan perilaku yang bersangkutan dan

dapat disimpulkan perilaku tidak lazim apa saja yang

ditampilkan serta dalam rentang waktu kapan kemungkinan

manipulasi terhadap kopi dilakukan17.

Ahli psikolog menyimpulkan perilaku terdakwa yang

melakukan cash bill atas pesanan Vietnamese iced coffee dan

dua cocktail serta terdakwa menjanjikan makan malam kepada

korban Mirna dan teman-temannya merupakan perilaku yang

tidak wajar. Selain itu ahli psikolog juga melihat dan

menyimpulkan perilaku terdakwa yang meletakkan paper bag

sedemikian rupa di atas meja nomor 54 sehingga menghalangi

17 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar

Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan

keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan

berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica

Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang

mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016).“, di akses pada pukul 11.00 WIB tanggal 10 Agustus 2017.

124

pandangan dari lingkungan sekitar meja 54 merupakan perilaku

yang tidak lazim karena seolah-olah membentengi pergerakan

terdakwa di meja 54 agar tidak terlihat sehingga kemungkinan

bagi terdakwa untuk memanipulasi minuman Vietnamese iced

coffee yang akan di minum oleh korban Mirna.

Psikiatri Forensik Natalia Widiasih Rahardjanti

menyatakan bahwa ahli psikiater forensik yang melakukan

pemeriksaan psikiatri dan pemeriksaan psikologi terhadap

terdakwa dengan cara melakukan wawancara dengan terdakwa

dan keluarga beserta teman terdakwa baik yang ada di Indonesia

maupun yang ada di Autralia untuk mendapatkan data valid

tentang kondisi kejiwaan terdakwa. Kesimpulan dari

pemeriksaan tim ahli dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional

dr. Cipto Mangun Kusumo yang terdiri dari psikiater dan

psikolog klinis adalah sebagai berikut: kesimpulan visum et

repertum psikiatrum nomor tu: 02.02/IX.15.10/033/2016

tertanggal 15 Maret 2016 yang dibuat dan ditandatangani oleh

tim ahli dari RSU Pusat Nasional dr. Cipto Mangun Kusumo

yang terdiri dari psikiater dan psikolog klinik menyebutkan:18

18 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut

Ikhtisar Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016,

125

1. Terperiksa Jessica Kumala Wongso pada saat pemeriksaan

tidak didapatkan adanya tanda-tanda gangguan jiwa berat.

Tidak didapatkan gangguan-gangguan proses berpikir dan

gangguan intelektual yang dapat mempengaruhi

kecakapan terperiksa untuk menjalani proses hukum.

2. Terperiksa saat ini dinilai memilki daya,nilai dan

pertimbangan yang baik dan dapat memahami perkara

hukum serta proses hukum yang dijalaninya.

3. Terperiksa dinilai cakap untuk menghadiri dan menjalani

proses persidangan

4. Terperiksa memiliki resiko untuk melakukan tindak

kekerasan berulang terhadap dirinya sendiri maupun

kepada orang lain apabila ia berada dalam situasi tekanan

dan tidak mendapatkan dukungan sosial.

5. Terperiksa Rangga Dwi Saputro tidak didapatkan adanya

gambaran fakta resiko untuk melakukan perbuatan yang

berpotensi untuk mencelakakan diri dan orang lain. Tidak

ada riwayat pelanggaran hukum lainnya, tidak didapatkan

dengan keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus

pembunuhan berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya.

Terdakwa Jessica Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut

umum, yang mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan

digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat,

Rabu (5/10/2016).“, dikunjungi pada pukul 12.00 WIB tanggal 10 Agustus 2017.

126

faktor resiko yang menjadi motivasi internal ataupun

ekstenal untuk melakukan suatu pelanggaran hukum

terkait kejadian perkara yang sedang di jalani ini.

Tidak ada gambaran kepribadian anti sosial atau psikopat

serta tidak ada riwayat ketergantungan terhadap zat

terlarang.

6. Terperiksa Agus Triyono tidak didapatkan adanya

gambaran faktor resiko untuk melakukan perbuatan

hukum seperti dalam perkara ini. Tidak ada riwayat

berurusan dengan aparat hukum sebelumnya, tidak ada

riwayat sengaja menyakiti orang lain, tidak terlihat adanya

faktor resiko berupa motivasi internal terhadap

kemampuan menolak motivasi eksternal untuk melakukan

perkara pidana. Gambaran anti sosial atau psikopat serta

tidak ada riwayat ketergantungan terhadap zat terlarang.

Kriminolog Prof. Dr. Ronny Nitibaskara menyatakan

bahwa ahli kriminolog telah melakukan wawancara dengan

terdakwa dan telah melakukan pengamatan terhadap hasil

rekaman cctv yang telah di analisa oleh ahli digital forensik.

Pada hasil pengamatan cctv dapat disimpulkan kalau bahasa

tubuh terdakwa menunjukkan semacam ketegangan dan

127

kecemasan sebelum korban Mirna sampai di meja 54 di mana hal

tersebut mencerminkan terdakwa tegang.

Ahli yang diajukan oleh penasihat hukum terdawa,

dimana Jaksa Penuntut Umum menanggapi bahwa ahli patologi

forensik yang pakai dalam persidangan oleh penasihat hukum

terdakwa tidak dapat dijadikan sebagai ahli dalam kasus ini

karena seharusnya yang menjadi saksi ahli adalah yang berlatar

belakang keilmuan analisis toksikologi bukan toksikologi

lingkungan.

Kemudian dalam persidangan, ahli Pidana Dr. Mudzakir

yang mensyaratkan harus dibuktikan adanya motif dalam Pasal

340 KUHP, karena merupakan delik materiil yang menganut

ajaran kausalitas, di mana Penuntut Umum menanggapi bahwa

unsur-unsur delik dalam Pasal 340 KUHP adalah : unsur

barangsiapa, unsur sengaja, unsur rencana dan unsur merampas

nyawa orang lain. Keempat unsur tersebut bersifat kumulatif dan

harus dibuktikan oleh Penuntut Umum dalam persidangan.

Dalam perkara kasus ini, ada 6 (enam) hal yang

disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum terkait motif yaitu:19

19 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload

oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh

Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,

dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian

128

1. Motif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

sebagai dorongan atau latar belakang orang melakukan

sesuatu.

2. Motif haruslah dibedakan dalam kesengajaan dalam

hukum pidana adalah bentuk kesalahan yakni hubungan

antar sikap pelaku dan perbuatan yang dilakukan. Syarat

kesengajaan adalah mengetahui dan menghendaki.

3. Ajaran kesalahan yang di anut hukum pidana Indonesia

adalah teori kesalahan deskriptif normative artinya jika

perbuatan pelaku sudah memenuhi unsur delik dan

deskripsi perbuatan tersebut sebagai dimaksud oleh

pembentuk Undang-Undang serta pelaku dapat

dipertanggungjawabkan maka hakim dapat menjatuhkan

pidana. Berdasarkan teori kesalahan deskriptif normative,

motif adalah sesuatu yang letaknya di luar unsur delik.

Konsekuensi lebih lanjut, motif tidak perlu dibuktikan.

4. Motif dalam hukum pidana adalah hal yang meringankan

atau memberatkan pelaku ketika hakim akan menjatuhkan

putusan.

Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu

digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul

13.00 WIB tanggal 10 Agustus 2017.

129

5. Motif adalah penjelasan terjadinya suatu tindak pidana

yang merupakan kajian kriminologi sedangkan hukum

pidana hanya membatasi tindak pidana sebagai gejala

simptomatik dan bukan menyelesaikan kejahatan sebagai

kausatif.

6. Dalam konteks Pasal 349 KUHP, berdasarkan memorie

Van Toelichting pembentuk Undang-Undang sama sekali

tidak memasukkan motif dalam Pasal tersebut.

Mengenai kata-kata sengaja dan rencana dalam Pasal 340

KUHP pada hakikatnya bukan merupakan motif, melainkan suatu

corak kesengajaan yang dalam konteks teori di kenal sebagai Dolus

premeditatus dalam literatur hukum Jerman, dolus disebut sebagai

yang mensyaratkan 3 hal yaitu:20

1. Pelaku memutuskan kehendak dalam keadaan tenang.

2. Ada jangka waktu yang cukup antara keputusan kehendak dan

pelaksanaan kehendak.

3. Pelaksanaan kehendak dilakukan dalam keadaan tenang,

adanya kata-kata pembunuhan dengan rencana adalah delik

terkualifikasi untuk memberatkan pidana.

20 Eddy O. S. Hiariej, Prinsip-prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma

Pusaka, Yogyakarta, 2016, hlm. 181-182.

130

Hal lain yang perlu di pahami bahwa dalam dakwaan

penuntut umum terhadap pembunuhan berencana, motif selalu

diuraikan. Akan tetapi penguraian motif dalam dakwaan tersebut

semata-mata untuk mengkonstruksikan perbuatan sebagai suatu

rangkaian. Sedangkan terhadap motif itu sendiri tidaklah perlu

dibuktikan karena bukan merupakan unsur pasal yang tercantum

dalam pasal a quo walaupun motif itu terbukti hanyalah bonus

terhadap kualitas pembuktian, namun sebaliknya jika motif tersebut

tidak terbukti bukanlah berarti pembuktian terhadap perbuatan

pidana tidak terbukti. Demikian pula halnya ketika berbicara

mengenai ajaran kausalitas dalam hukum pidana, juga tidak

membutuhkan motif.

Ajaran kausalitas sangatlah dipentingkan untuk delik

materiil yang menitikberatkan pada akibat dan tindakan atau

kelakuan. Pembunuhan termasuk pembunuhan berencana adalah

delik materiil karena sesungguhnya yang dilarang dalam kejahatan

pembunuhan adalah akibat mati. Dalam kaitannya dengan

kejahatan pembunuhan yang di pakai adalah teori generalisir atau

individualisir sebagai misal jika seseorang mati setelah memakan

makanan yang telah diberi arsenik maka berdasarkan teori

generalisir bahwa menurut perhitungan yang layak, arsenik

131

tersebutlah yang mengakibatkan mati, sementara menurut teori

individualisir harus di teliti lebih lanjut berapa kandungan arsenik

dalam makanan tersebut.21

Pada sidang kasus ini, terdakwa melupakan semua

kejadian di Café Oliver, akan tetapi terdakwa masih mengingat

kejadian yang jauh sebelum kejadian di Café Oliver, serta

terdakwa tidak mengakui sosok terdakwa yang terekam cctv,

tidak mengakui menyusun paper bag, tidak mengakui berita

acara rekonstruksi, tidak mengakui menyentuh dan

memindahkan sedotan dan gelas yang berisi Vietnamese iced

coffee di meja 54. Intinya bahwa terdakwa menyangkal semua

keterangan para saksi dan para ahli serta surat yang saling

bersesuaian dan berhubungan antara keterangan satu dengan

keterangan yang lainnya saling melengkapi sedemikian rupa

yang membenarkan adanya suatu kejadian pembunuhan

terhadap korban Mirna dengan rencana terlebih dahulu.

21 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload

oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh

Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,

dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian

Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu

digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul

13.00 WIB tanggal 11 Agustus 2017.

132

Dengan kesaksian para saksi, para ahli, barang bukti dan

semua keterangan yang berkaitan satu dengan lainnya maka

Penuntut Umum menuntut terdakwa Jessica Kumala Wongso

dengan tuntutan Pidana penjara selama 20 tahun.

Kasus ini pada dasarnya para saksi ahli pidana dari kuasa

hukum Jessica dan Penuntut Umum mempermasalahkan tentang

motif terdakwa Jesicca dalam membunuh korban. Para saksi ahli

pidana tesebut memberikan pendapat mereka baik yang

mendukung dan tidak mendukung adanya motif dalam tindak

pidana pada kasus ini.

B. ANALISIS

1. Putusan Hakim

Sidang pada hari Kamis, 27 Oktober 2016 Majelis

Hakim PN Jakarta Pusat menjatuhkan hukuman 20 tahun

penjara kepada terdakwa Jessica Kumala Wongso dalam

pembacaan vonis. Majelis hakim menyatakan bahwa Jessica

Kumala Wongso alias Jessica terbukti bersalah melakukan

tindak pidana pembunuhan berencana. Jessica diyakini

terbukti bersalah meracuni Mirna dengan menaruh racun

sianida dengan kadar 5 gram. Jessica di sebut menutupi

133

aksinya dengan cara meletakkan 3 paper bag di atas meja

nomor 54.

Keputusan tersebut di atas berdasarkan keseluruhan

fakta-fakta dan bukti-bukti yang terungkap di persidangan,

Hakim mengungkap- kan kebenaran kasus pembunuhan

terhadap korban Mirna. Majelis Hakim menilai dan

mempertimbangkan apakah alat-alat bukti seperti

keterangan saksi, keterangan ahli, surat-surat petunjuk dan

keterangan terdakwa sebagaimana di atur dalam Pasal 184

ayat (1) KUHAP, memiliki nilai pembuktian yang sah dan

dapat di terima secara hukum. Sehingga fakta-fakta

tersebut berkualitas secara hukum untuk mengungkapkan

dengan jelas dan tidak terbantahkan peristiwa

pembunuhan berencana sebagaimana dalam dakwaan

Jaksa Penuntut Umum Pasal 340 KUHP. Hakim

menimbang keterangan para saksi, bahwa dalam

keterangan saksi yakni sesuai dengan apa yang di dengar,

di lihat, di alami sendiri dalam peristiwa ini, sehingga

keterangan tersebut saling berkaitan antara keterangan

yang satu dengan keterangan yang lainnya. Maka Majelis

Hakim berpendapat bahwa sejauh keterangan yang ada

134

relevansinya dengan kasus ini, maka di anggap adalah alat

bukti yang sah.22

Dalam hal keterangan ahli, Majelis Hakim berpendapat

bahwa dalam perkara ini adalah adanya korban meninggal dunia

akibat minum vietnam ice coffe yang di pesan oleh terdakwa

Jessica dan untuk mengetahui penyebab kematian korban

tersebut memerlukan pembuktian yang akurat. Oleh karena

barang bukti serta bukti surat seperti visum etrepertum dan surat-

surat lain terkait dengan kematian korban Mirna ada di tangan

Jaksa Penuntut Umum selaku penuntut Negara, tidak ada bukti

tandingan yang dimiliki oleh penasehat hukum terdakwa. Ketika

para ahli melakukan kajian ilmiah hukum di luar barang bukti

dan alat bukti selain yang dimiliki Jaksa Penuntut Umum, maka

mengesampingkan pendapat dan keterangan ahli dari pihak

penasihat hukum terdakwa.

22 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut

Ikhtisar Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016,

dengan keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus

pembunuhan berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui

ujungnya. Terdakwa Jessica Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa

penuntut umum, yang mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana.

Sidang tuntutan digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar

Raya, Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016).“, di akses pada pukul 14.00 WIB

tanggal 11 Agustus 2017.

135

Terhadap keterangan dari pendapat ahli terkait terkait

kandungan sianida di dalam tubuh korban Mirna, menurut

Majelis Hakim untuk menilai dan memperdebatkan pandangan

para ahli tersebut sah-sah saja. Akan tetapi adalah menjadi

kewenangan Majelis Hakim untuk menilai apakah pendapat ahli

tersebut diterima atau ditolak. Sesuai ketentuan Pasal 1 ayat 9

KUHAP, sesuai Pasal 1 ayat 28 KUHAP, menyatakan pendapat

para ahli sesuai keahlian khusus yang dimiliki hanya diperlukan

Majelis Hakim untuk membuat terang peristiwa pidana guna

kepentingan pemeriksaan persidangan ini

Dalam sidang, Majelis Hakim menerima surat

keterangan ahli jika pendapat ahli tersebut relevan dengan pokok

masalah, akan tetapi jika tidak relevan maka majelis hakim dapat

mengesampingkan pendapat ahli tersebut. karena Hakim

berwenang untuk menguji kebenaran tersebut tanpa harus

mempertentangkan pendapat ahli yang dihadirkan Jaksa dan

Penasehat Hukum terdakwa. Sehingga keterangan ahli yang

sudah di dengar di pengadilan bisa dijadikan sebagai salah satu

alat bukti yang sah menurut hukum untuk menguatkan

kebenaran kasus ini.

136

Dalam persidangan kasus ini diperlihatkan alat bukti

surat yaitu berita acara berkas-berkas perkara dan lampirannya

termasuk putusan pra peradilan atas nama Jessica Kumala

Wongso Nomor bb/117/II/2016 Direskrimum tertanggal 18

Januari 2016, beserta segala surat yang terlampir di dalam

merupakan surat resmi yang diperoleh secara sah dan patut

berdasarkan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 133 ayat (1)

(2) KUHAP, Pasal 184 ayat (1) huruf (c) KUHAP dan Pasal 187

KUHAP. Sejauh mana ada relevansinya dengan perkara ini maka

dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah untuk

mengungkapkan kebenaran perkara ini.23

Perihal tidak diketemukannya penyebab kematian

korban Mirna, Hakim sependapat dengan para ahli toksikologi

dan forensik untuk dilakukan autopsi terhadap korban. Namun,

jika tidak dilakukannya otopsi maka perlu diketahui penyebab

kematian Mirna, untuk mengungkap kebenaran kematian korban

Mirna, yang akan dibuktikan melalui fakta yang terungkap

23 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar

Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan

keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan

berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica

Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang

mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016).“, di akses pada pukul 16.00 WIB tanggal 11 Agustus 2017.

137

dipersidangan dan akan digali apakah dalam kopi itu ada natriun

sianida atau tidak. Jika ada, maka siapa yang patut diduga

memasukkan racun di kopi Mirna yang akhirnya akan diketahui

apakah di dalam tubuh Mirna ada natrium sianida yang

menyebabkan korban meninggal dunia.

Berdasarkan Pasal 188 ayat (1) KUHAP, yang dimaksud

Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang

persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang lain maupun

dengan tindak pidana itu sendiri menandakan bahwa telah terjadi

suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Petunjuk tersebut dapat

di peroleh dari keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa.

Dari penjelasan bahwa alat bukti petunjuk terbentuk apabila ada

rangkaian perbuatan atau keadaan yang saling bersesuaian antara

keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa, telah terjadi

suatu tindak pidana. Dari persesuaian mana akhirnya di ketahui

siapa pelakunya.

Bahwa demikian yang dalam rekaman cctv yang

dipersoalkan oleh penasehat hukum terdakwa tidak layak

dijadikan sebagai Circumtantial evidence dalam persidangan

kasus ini, maka majelis hakim berpendapat bahwa cctv yang ada

di café oliver bukan sengaja diperuntukkan kasus pada perkara

138

ini akan tetapi secara umum sebelumnya telah terpasang di

tempat tersebut yang biasa memantau setiap kejadian yang

terjadi di lingkungan café oliver sehingga cctv tersebut tidak

harus di kuasai sendiri oleh pejabat yang berwenang karena

menyangkut adanya dugaan telah terjadi tempering atau

penyisipan pada video maupun gambar pada cctv tersebut. Para

ahli digital tersebut telah di sumpah dipersidangan.

Keterangan terdakwa, Pasal 1 ayat (15) KUHAP,

pengertian terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut,

diperiksa dan diadili di sidang pengadilan. Bahwa sesuai Pasal

189 ayat (3) KUHAP keterangan terdakwa hanya dapat

diperuntukkan diri sendiri. Menunjukkan bahwa pembuktian alat

bukti lain seperti keterangan terdakwa, keterangan ahli, surat dan

petunjuk lebih tinggi nilainya daripada keterangan terdakwa.

Itulah sebabnya, Majelis Hakim di setiap persidangan selalu

mengingatkan terdakwa agar jujur dan tidak boleh berbohong

pada setiap jawaban yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum

dan Hakim terkait peristiwa pidana yang dilakukan, diketahui

dan dialaminya sendiri. Walaupun terdakwa Jessica memiliki

hak ingkar, bukan berarti sesuka hati harus berbohong dalam

persidangan. Semua keterangan terdakwa maupun sikap

139

terdakwa dalam proses persidangan ini, akan majelis hakim nilai

dan dipertimbangkan secara cermat dan komprehensif.

Bahwa jika keterangan yang dilakukan terdakwa tidak

sesuai alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1)

KUHAP bukan berarti terdakwa harus dilepaskan atau

dibebaskan dari semua dakwaan penuntut umum. Dalam kaitan

dengan kasus ini, Hakim menggunakan teori generalisir atau

teori individualisir. Kedua teori ini, digunakan untuk

mempermudah pengungkapan fakta bahwa jika seseorang mati

setelah memakan atau meminum sesuatu yang telah diberikan

arsenik atau natrium sianida maka berdasarkan teori generalisir

adalah arsenik natrium sianida tersebutlah yang mengakibatkan

matinya seseorang. Sementara menurut teori individualisir harus

diteliti lebih lanjut apa kandungan arsenik atau natrium (NaCN)

sianida dalam makanan atau minuman tersebut serta apakah

kandungan demikian dapat mengakibatkan mati atau ada hal-hal

lain yang mengakibatkan kematian.

Bahwa terkait konteks pembunuhan berencana,

terkadang tidak ada satupun saksi yang melihat pembunuhan

tersebut dilakukan. Terdakwa tidak mengakui akan

perbuatannya, dalam hal demikian perlu dicari bagaimana

140

pembuktian secara formil dan materiil dilakukan, ditemukan

dengan 3 cara yaitu:24

1. Secara formil bahwa dalam hukum pembuktian pidana,

pada prinsipnya memiliki nilai pembuktian yang sama dan

sederajat terkecuali alat bukti keterangan terdakwa.

Nilainya lebih rendah dari alat bukti lain karena dalam

Pasal 189 ayat (3) KUHAP menyebutkan bahwa

keterangan terdakwa hanya berlaku terhadap dirinya

sendiri. Dalam konteks pidana, hakim tidak terikat secara

mutlak pada alat bukti tertentu.

2. Secara formal untuk membuktikan tidak perlu adanya

saksi mata untuk melihat kejadian tersebut, artinya jika

seseorang terdakwa menggunakan racun sianida untuk

membunuh, barang yang digunakan untuk melakukan

kejahatan dan racun tersebut dimasukkan kedalam

minuman, maka tidak harus ada saksi mata yang melihat

racun tersebut dimasukkan kedalam minuman. Untuk

membuktikannya, Penuntut Umum maupun hakim dapat

24 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload

oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh

Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,

dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian

Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu

digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul

21.00 WIB tanggal 11 Agustus 2017.

141

menggunakan circumstantial evidence atau bukti yang

tidak langsung. Misalnya, siapa yang memesan minuman

tersebut berada dipenguasaan siapa? apakah ketika orang

tersebut menguasai minuman adakah gerak gerik yang

mencurigakan? Apabila pertanyaan diatas dapat dijawab

dengan pasti, baik menggunakan alat bukti keterangan

saksi, keterangan ahli maupun keterangan barang bukti

lainnya selama ada persesuaian satu fakta yang lain maka

sudah dapat menimbulkan keyakinan bagi hakim bahwa

dialah pelakunya. Dalam konteks teori pembuktian

demikian di kenal dengan istilah corporating evidence

artinya bukti yang satu di perkuat dengan bukti yang lain,

kendatipun bukti-bukti tersebut hanya sebagai

circumtancial evidence.

3. Secara materiil, apabila terdakwa tidak mau mengakui

perbuatannya, maka hakim dapat menggunakan teori

kesengajaan yang diobjektifkan. Disini hakim

menyimpulkan dari hal-hal yang lahir atau objective

standing hearing sepanjang fakta-fakta bukti dan ada

persesuaian antara bukti yang satu dengan bukti yang lain

142

maka secara objektif pelaku telah dengan sengaja

melakukan tindak pidana tersebut.

Pada putusan kasus ini, Hakim berpendapat bahwa

terdakwa Jessica mampu untuk bertanggungjawab perbuatannya

seperti yang akan dibuktikan akan dilakukan dalam unsur-unsur

dakwaan keterangan di bawah ini:25

1. Unsur barangsiapa sudah terbukti secara sah dan

meyakinkan.

2. Unsur dengan sengaja. Dalam hukum pidana kesengajaan

adalah bentuk kesalahan yakni hubungan antara sikap

batin terdakwa dengan perbuatan yang dilakukan. Syarat

kesengajaan adalah aware and willed atau mengetahui dan

menghendaki. Bahwa dari unsur sengaja tersebut, hakim

harus bisa memastikan apakah terdakwa betul-betul

mengetahui dan menghendaki apa yang akan terjadi dan

apa akibatnya. Namun, sebelum melakukan perbuatan

yang dikehendaki tersebut dengan sebutan unsur

kesengajaan melakukan perbuatan pidana, majelis hakim

25 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di

upload oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun

Penjara Oleh Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal

5 Oktober 2016, dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa

dalam kasus kematian Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang

pembacaan tuntutan itu digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016)”, di akses pada pukul 07.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017.

143

berpendapat perlu diketahui apa yang menjadi penyebab

dilakukan kejahatan tersebut yang disebut sebagai motif.

Menurut hakim, sekalipun motif bukan merupakan unsur

delik, akan tetapi perlu juga digali apakah ada faktor

penyebab terjadinya suatu tindak pidana yang merupakan

kajian kriminologi. Sebab tanpa adanya motif, sangat sulit

rasanya seseorang begitu saja melakukan tindak pidana

terhadap orang lain, terlebih perbuatan itu ditujukan pada

pembunuhan berencana yang terdapat dalam Pasal 340

KUHP. Terkecuali terhadap pembunuhan biasa yang diatur

pada Pasal 338 KUHP, bisa saja dilakukan secara spontan

membunuh seseorang. Berbeda dengan Pasal 340 KUHP,

dalam pembunuhan berencana terdapat tiga karakter:26

a. Pelaku memutuskan dalam keadaan tenang

b. Ada jangka waktu yang cukup atas pemutusan dan

pelaksanaan kehendak.

26 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar

Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan

keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan

berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica

Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang

mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016).“, di akses pada pukul 09.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017.

144

c. Pelaksanaan kehendak dilakukan dalam keadaan

tenang. Artinya pelaku sudah berpikir secara matang

dan terstruktur untuk melaksanakan niat jahat.

Adanya tindakan pembunuhan, maka Hakim terlebih

dahulu akan mengungkap adanya motif atau latar belakang

terjadinya peristiwa pidana tersebut. Hal itu diketahui oleh Arief

suami Mirna, saksi Christy, Saksi Darmawan Salihin, yang

saling berkesesuaian dengan keterangan terdakwa bahwa selama

kurang lebih 8 bulan di tahun 2015 khususnya bulan November

terdakwa mengalami depresi, suka mabuk dengan alkohol,

menabrak rumah panti jompo pada tahun 2015, terdakwa juga

berulang-ulang mengancam ingin membunuh, ingin bunuh diri

dan sempat di rawat di Rumah Sakit karena mencoba memotong

tangannya.

Pada saat sakit, terdakwa Jessica mengatakan bahwa jika

ingin membunuh, ia bisa mendapatkan senjata api dan tau

takaran yang pas untuk membunuh. Berdasarkan fakta di atas

majelis hakim dapat menilai bahwa Jessica mengalami

ketidakstabilan emosi berupa agresifitas yang awalnya ditujukan

pada dirinya dengan berulangkali ingin membunuh diri dan

berperilaku meminum alkohol berlebih yang berpotensi melukai

145

orang lain atau menabrak rumah panti jompo. Kemudian adanya

perilaku yang suka mengancam orang lain. Dengan rentetan

kejadian diatas maka Majelis Hakim berpendapat bahwa

kedatangan terdakwa Jessica ke Indonesia bukan untuk liburan

akan tetapi membawa beberapa masalah dan ada maksud lain

dari kedatangannya.

Hal tersebut di atas, diperkuat dengan keterangan ahli

psikiatri forensik, di mana terdakwa berpotensi untuk

berperilaku agresif terhadap diri sendiri maupun orang lain bila

berada dalam keadaan tekanan. Sehingga Hakim berkesimpulan

bahwa sebab musabab atau motif kematian korban adanya sebab

unsur sakit hati atau dendam. Dengan adanya motif, sebelum

peristiwa pidana terjadi, maka majelis hakim akan membuktikan

apakah ada unsur sengaja terkait kematian Mirna atau tidak.

Teori kesengajaan yaitu dari sadar adanya kehendak

melakukan sesuatu kejahatan tertentu seseorang yang melakukan

dengan sengaja harus memiliki kehendak dan mengetahui akibat

dari perbuatan tersebut. Untuk mengkaitkan pembunuhan

berencana dan teori kesengajaan, maka majelis hakim memakai

teori generalisir dan teori individualisir. Untuk mengetahui

kedua teori tersebut harus melihat unsur kesengajaan. Hakim

146

berpendapat bahwa unsur dengan sengaja telah terpenuhi secara

sah dan meyakinkan menurut hukum. Unsur kesengajaan terdiri

dari:27

1. Unsur direncanakan terlebih dahulu. Unsur ini adalah

kelanjutan dari unsur dengan sengaja yang artinya unsur

sengaja tidak akan terpenuhi jika tidak ada perencanaan

terlebih dahulu seperti yang sudah dipertimbangkan di

atas. Sengaja dan rencana dalam Pasal 340 KUHP

merupakan corak dolus premeditatus. Jika seseorang

membunuh dengan racun, maka pelaku sudah memiliki

pemahaman terkait dengan racun tersebut. Majelis hakim

berpendapat bahwa sebagai bukti bahwa terdakwa telah

merencanakan, secara matang adanya kesadaran dengan

hati, adanya strategi waktu yang sangat singkat dan

keefisien mungkin dengan memanfaatkan acara reuni.

2. Unsur merampas nyawa orang lain. Unsur ini di mana

akibat dengan unsur sengaja dan direncanakan terlebih

27 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar

Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan

keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan

berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa

Jessica Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang

mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016).“, di akses pada pukul 10.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017.

147

dahulu oleh terdakwa Jessica Kumala Wongso. Yang di

maksud marampas nyawa orang lain adalah

menghilangkan nyawa atau jiwa orang lain sehingga dia

tidak bernyawa (meninggal dunia). Oleh karena

perampasan jiwa orang lain dapat dilakukan dengan

perencanaan yang matang, maka sudah cukup jika si

terdakwa berpikir sebentar saja sebelum atau pada waktu

ia melakukan kejahatan itu.

Hakim sangat yakin bahwa Mirna meninggal karena

adanya racun sianida. Hakim berpendapat sesuai dengan bukti

yang ada, Jessica terbukti secara sah secara hukum telah

merampas nyawa Mirna. Hakim meyakini bahwa terdakwalah

yang menaruh racun di kopi Mirna dengan dasar bahwa kopi

tersebut ada di bawah pengawasan terdakwa kurang lebih 51

menit. Majelis Hakim menilai, terdakwa memanfaatkan suasana

dengan menangis dengan sungguh tulus, akan tetapi majelis

hakim berpendapat bahwa itu adalah hal yang pura-pura.

Dalam sidang kasus ini, Hakim menolak seluruh

pembelaan yang dibacakan oleh terdakwa Jessica Kumala

Wongso, terlebih terdakwa tidak pernah menyesali perbuatannya

karena menurut terdakwa bukan dia yang menaruh racun ke kopi

148

Mirna. Hakim berpendapat bahwa seharusnya kuasa hukum

terdakwa harus turut mencari informasi kekurangan dan

kelebihan terdakwa.

Pertimbangan dan penilaian Hakim terhadap pembelaan

penasehat hukum terdakwa untuk selain dan selebihnya tidak

perlu dipertimbangkan lagi karena berbagai pendapat ahli yang

kontroversial terkait dengan sebab kematian korban Mirna telah

dipertimbangkan dalam unsur-unsur delik dimuka. Oleh karena

itu, permohonan penasehat hukum agar terdakwa dibebaskan

dari segala tuntutan atau dakwaan Jaksa Penuntut Umum di

tolak.

Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan

melakukan tindak pidana pembunuhan berencana sebagaimana

dalam dakwaan tunggal Pasal 340 KUHP. Hakim tidak

mendapatkan hal-hal yang menghapuskan kesalahan terdakwa

baik alasan pemaaf maupun alasan pembenar pada diri terdakwa

maka terdakwa haruslah dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana

setimpal dengan perbuatannya.

149

Hal-hal yang memberatkan terdakwa adalah:

1. Perbuatan terdakwa telah mengakibatkan korban I Wayan

Mirna Salihin telah meninggal dunia.

2. Perbuatan terdakwa adalah keji dan sadis, di mana

dilakukan pada teman terdakwa sendiri.

3. Terdakwa tidak pernah menyesal dengan apa yang telah

diperbuatnya.

4. Terdakwa tidak mengakui atas perbuatannya sendiri.28

Hal-hal yang meringankan terdakwa adalah terdakwa

masih berusia muda diharapkan bisa memperbaiki diri di

masa depan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Hakim

memberikan putusan sebagai berikut:

1. Menyatakan terdakwa Jessica Kumala Wongso telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pembunuhan berencana.

28 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di

upload oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun

Penjara Oleh Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal

5 Oktober 2016, dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa

dalam kasus kematian Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang

pembacaan tuntutan itu digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016)”, di akses pada pukul 12.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017.

150

2. Menjatuhkan pidana pada terdakwa tersebut dengan

pidana penjara selama 20 tahun.

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah

di jalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dengan

pidana yang dijatuhkan kepadanya.

4. Menetapkan terdakwa tetap ditahan.

5. Menetapkan barang bukti berupa BB nomor 1-18 dirampas

untuk dimusnahkan. Nomor 19-29 tetap terlampir dalam

berkas perkara. Nomor 30 dikembalikan pada saksi Arief

Sumarko, 31-45 dikembalikan pada restoran oliver melalui

saksi Dewi Siagian.

6. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya

persidangan sebesar Rp. 5000.29

29 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload

oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh

Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,

dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian

Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu

digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul

15.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017.

151

2. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Tindak Pidana

Pembunuhan Terkait Motif

Dalam memberikan putusan, Hakim Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat menggunakan bukti tak langsung atau

circumstancial evidence dalam kasus pembunuhan berencana

korban Mirna yaitu rekaman cctv, keterangan para saksi dan

keterangan para ahli dalam persidangan dan memutuskan Jessica

Kumala Wongso bersalah melakukan pembunuhan berencana

kepada I Wayan Mirna Salihin.

Hakim menjelaskan bahwa secara formal untuk

membuktikan tindak pidana, tidak perlu ada saksi mata dan

apabila terdakwa menggunakan instrumen racun yang

dimasukkan ke dalam minuman maka tidak perlu ada orang yang

melihat orang memasukkan racun tersebut. Maka hakim dapat

menggunakan circumstancial evidence atau bukti tidak

langsung. Pada kasus ini, berdasarkan putusan hakim bahwa

bukti tidak langsung berasal dari beberapa kejadian yaitu siapa

yang memesan kopi tersebut, siapa yang menguasai minuman

tersebut, serta adanya gerak-gerik yang mencurigakan30.

30 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload

oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh

Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,

dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian

152

Secara materiil apabila terdakwa tidak mau mengakui

sepanjang fakta terbukti dan saling berkesesuaian maka secara

objektif terdakwa melakukan perbuatan tersebut31. Teori

kesengajaan yang diobjektifkan terdakwa telah sengaja

melakukan tindak pidana pada korban dan memenuhi unsur yang

didakwakan Jaksa Penuntut Umum.32

Pertimbangan Hakim PN Jakarta Pusat dalam mengadili

dan memutus kasus pembunuhan berencana, Hakim

memutuskan bahwa terdakwa yaitu Jessica telah bersalah atas

kematian temannya I Wayan Mirna Salihin. Putusan yang

ditetapkan oleh majelis hakim yaitu 20 tahun penjara, hal ini

sesuai dengan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum. Dalam

Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu

digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul

18.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017. 31 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar

Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan

keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan

berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica

Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang

mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016).“, di akses pada pukul 19.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017. 32 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar

Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan

keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan

berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica

Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang

mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016).“, di akses pada pukul 21.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017.

153

membacakan pertimbangan putusan, Hakim menyebutkan hal-

hal yang memberatkan Jessica Kumala Wongso yaitu akibat

perbuatan terdakwa mengakibatkan korban meninggal,

perbuatan terdakwa Jessica adalah sangatlah keji dan sadis

karena dilakukan kepada teman sendiri, terdakwa tidak pernah

menyesali perbuatannya dan tidak mengakui perbuatan sendiri.

Akan tetapi ada hal yang meringankan bagi terdakwa yaitu

terdakwa Jessica masih muda serta masih memiliki kesempatan

untuk memperbaiki perbuatannya di masa yang akan datang.

Dalam pertimbangan majelis hakim pula bahwa tiga

bukti yang ada di atur di dalam KUHAP adalah sah, dimana

bukti cctv yang selama ini dipersoalkan oleh tim penasihat

hukum di bantah oleh majelis hakim. Hakim menilai cctv bisa

menjadi alat bukti yang sah selama berkesesuaian dengan

keterangan saksi dan dapat dijadikan alat bukti yang sah.

Apalagi, penggunaan cctv untuk mengungkap suatu tindak

pidana sudah sering dilakukan oleh para penegak hukum dan

diatur dalam UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (ITE).

Dalam putusan Hakim tidak sependapat dengan

keterangan ahli pidana Dr. Mudzakir tentang otopsi yang

154

terdapat di dalam Peraturan Kapolri. Hakim menilai bahwa

kewajiban otopsi tersebut berada di dalam Peraturan Kapolri

yang secara hirarkis posisinya berada jauh di bawah KUHAP.

Walaupun tidak dilakukan otopsi di dalam tubuh korban bukan

berarti penyebab kematian tidak bisa ditemukan.

Hakim menegaskan bahwa dalam kasus ini, tidaklah

harus ada saksi mata yang melihat seseorang melakukan

perbuatan pidana. Hakim bisa memperoleh dari bukti tidak

langsung atau circumstantial evidence33. Kecurigaan terhadap

pihak kafe Olivier yang mungkin melakukan pembunuhan juga

dijelaskan oleh hakim dengan logika34. Bagi majelis hakim, jika

benar pihak kafe Olivier yang merencanakan pembunuhan maka

pasti sisa Vietnamese iced coffee sudah di buang. Artinya,

33 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload

oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh

Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,

dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian

Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu

digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul

07.00 WIB tanggal 13 Agustus 2017. 34 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar

Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan

keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan

berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica

Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang

mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016).“, di akses pada pukul 10.00 WIB tanggal 13 Agustus 2017.

155

sianida sudah ada di dalam Vietnamese iced coffee tersebut

sebelum penyidik melakukan pemeriksaan.

Majelis hakim menjelaskan kapan terdakwa Jessica

memasukkan racun itu ke dalam Vietnamese iced coffee milik

korban Mirna, sesungguhnya hanya terdakwa Jessica sendiri

yang dapat mengetahuinya, di mana pada saat meletakkan 3

paper bag di atas meja nomor 54 (hakim melihat sesuai dengan

rekaman cctv). Hakim merunutkan satu persatu kejadian yang

telah dilakukan oleh terdakwa Jessica, mulai dari menjadi orang

pertama yang sampai di Grand Mall Indonesia, kemudian

membelikan sabun cuci tangan, memesan minum dan sekaligus

membeli minum bagi teman-temannya serta meletakkan 3 paper

bag di atas meja 54. Menurut Majelis Hakim, hal yang dilakukan

terdakwa sangatlah tidak lazim, terlebih dalam membeli untuk

teman-temannya yaitu sabun untuk mencuci tangan. Sedangkan

jika di lihat dari usia mereka tidaklah sesuai jika memberikan

hadiah seperti sabun cuci tangan. Majelis menilai beberapa

tindakan Jessica tidak seperti orang biasanya. Seperti

pembayaran bill yang dilakukan diawal. Hakim beranggapan

156

bahwa tujuan membayar diawal tersebut agar terdakwa Jessica

dapat meninggalkan lokasi dengan cepat.35

Hakim berpendapat bahwa unsur-unsur dalam Pasal 340

KUHP telah terpenuhi. Di mana adanya syarat kesengajaan

adalah mengetahui dan menghendaki, dimana terdakwa Jessica

telah benar-benar memahami apa yang akan terjadi dengan

korban atas tindakannya, ada jeda waktu antara niat dan

perbuatan, serta perbuatan dilakukan dengan tenang. Jessica

membangun skenario reuni untuk melancarkan niat tersebut.

Kemudian terdakwa Jessica datang terlebih dahulu dengan

alasan takut terjebak macet, mencari posisi tempat duduk yang

jauh dari jangkauan cctv dan berpindah tempat duduk yang

tertutup oleh tanaman hias.

Majelis Hakim menjelaskan dalam persidangan bahwa

motif seorang terdakwa Jessica melakukan pembunuhan

berencana terhadap sahabatnya sendiri dikarenakan adanya rasa

35 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang

diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar

Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan

keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan

berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica

Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang

mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu

(5/10/2016).“, di akses pada pukul 11.00 WIB tanggal 13 Agustus 2017.

157

sakit hati. Hakim berpendapat bahwa motif tidak masuk ke

dalam unsur delik dalam Pasal 340 KUHP, namun perlu juga

untuk mengetahui penyebab terjadinya suatu tindak pidana.

Sebab, tanpa adanya motif sangat sulit seseorang melakukan

perbuatan pidana kepada orang lain, terutama dalam

pembunuhan berencana. Dalam kasus ini, jelas Hakim melihat

motif seorang Jessica dalam melakukan pembunuhan

berencana.36

Dalam tindak pidana, terdapat unsur-unsur (perbuatan) di

mana perbuatan tersebut menimbulkan akibat yang disebabkan

oleh kelakuan seseorang. Akan tetapi, tidak semua perbuatan

tersebut dapat dikategorikan sebagai tindak pidana, terkecuali

sudah diatur terlebih dahulu oleh undang-undang (adanya unsur-

unsur rumusan dalam undang-undang).

Fungsi utama seorang hakim adalah memberikan putusan

terhadap perkara yang diajukan kepadanya, di mana dalam

perkara pidana, hal itu tidak lepas dari sistem pembuktian negatif

36 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload

oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh

Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,

dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian

Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu

digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul

13.00 WIB tanggal 13 Agustus 2017.

158

(negative wetterlijke), yang pada prinsipnya menentukan bahwa

suatu hak atau peristiwa atau kesalahan dianggap telah terbukti,

disamping adanya alat-alat bukti menurut undang-undang juga

ditentukan keyakinan hakim yang dilandasi dengan integritas

moral yang baik.37

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam suatu kasus tindak

pidana, Hakim dalam menentukan seseorang bersalah ataupun

tidak bersalah, sangatlah penting melihat unsur-unsur dalam

delik, bukan melihat apa tujuan seseorang melakukan tindak

pidana. Jika unsur-unsur dalam rumusan delik terpenuhi, maka

apapun alasan seseorang melakukan tindak pidana tidak di

perlukan, akan tetapi hakim dapat memutuskan bahwa seseorang

bersalah telah melakukan tindak pidana karena telah terpenuhi

unsur-unsur dalan tindak pidana yang sesuai dengan rumusan

undang-undang yang berlaku. Akan tetapi jika tidak terpenuhi

unsur-unsur dalam rumusan delik maka hakim harus

memutuskan bebas dari segala tuntutan bagi seorang terdakwa.

Untuk menentukan seseorang bersalah ataupun tidak,

maka harus merujuk pada rumusan undang-undang atau

rumusan delik dari setiap pasal yang berkaitan dengan tindak

37 Ahmad Rifai, (2014) Op. Cit.,, hlm. 102.

159

pidana. Dalam hal ini, pada tindak pidana pembunuhan haruslah

mengacu pada unsur-unsur dalam Pasal 338, 339, dan 340

KUHP.

Pada kasus perbuatan pidana menghilangkan nyawa

orang lain, haruslah memenuhi syarat dalam delik, dimana

perbuatan tersebut menyebabkan adanya suatu kematian

(hilangnya nyawa orang lain) serta adanya hubungan sebab dan

akibat (causal verband) antara perbuatan dan akibat kematian

(orang lain). Akan tetapi dalam tindak pidana pembunuhan,

dibedakan pembunuhan biasa dan pembunuhan berencana.

Seperti halnya dalam Pasal 338, 339 dan 340 KUHP memiliki

unsur rumusan delik yang berbeda pula. Pada Pasal 338 KUHP

unsur rumusan deliknya yaitu unsur obyektif yaitu perbuatan

yang menghilangkan nyawa orang lain dan unsur subyektif

adalah unsur dengan sengaja yang berarti dalam melakukan

tindak pidana pembunuhan. Pasal 339 KUHP unsur obyektif

adanya pembunuhan yang di ikuti, di sertai dengan tindak

pidana. Unsur subyektifnya adalah dilakukan tindak pidana

dengan maksud serta mempersiapkan diri dan mempermudah.

Mengenai alat bukti dan barang bukti yang sah, maka

akan berpedoman pada hukum acara pidana yang mengatur alat

160

bukti dan barang bukti yang sah menurut hukum yang berlaku.

Serta hakim dalam hal mempertimbangkan putusan dalam

perkara pidana haruslah menggali, mengikuti dan memahami

nilai-nilai hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat.

Pada proses persidangan kasus ini, hakim

mempertimbangkan teori pembuktian yang sering digunakan

dalam memutuskan perkara pidana. Teori tersebut terdiri dari

tiga yaitu Teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim

semata-mata (conviction intime), Teori pembuktian berdasarkan

keyakinan hakim dalam batas-batas tertentu atas alasan yang

logis (conviction rasionnee), Teori pembuktian yang hanya

berdasarkan kepada alat-alat pembuktian yang di sebut oleh

undang-undang secara positif (positif wettelijk bewijstheorie)

dan Teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim yang

timbul dari alat-alat bukti dalam undang-undang secara negatif

(negatief wettelijk bewijstheorie).

Dalam hal penjatuhan pidana, hakim dalam memutuskan

perkara haruslah berdasarkan pada teori pembuktian. Salah satu

Teori ratio decidendi, teori ini didasarkan pada landasan filsafat

yang mendasar, yang mempertimbangkan segala aspek yang

berkaitan dengan pokok perkara yang disidangkan kemudian

161

mencari peraturan perundang-undangan yang relevan dengan

pokok perkara yang disidangkan sebagai dasar hukum dalam

penjatuhan putusan, serta pertimbangan hakim harus didasarkan

pada motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan

memberikan keadilan bagi para pihak yang berperkara.38

Penjatuhan pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak

pidana, pada dasarnya haruslah mempertimbangkan segala

aspek tujuan, yaitu sebagai berikut:39

a. Sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari ancaman

suatu kejahatan yang dilakukan oleh pelakunya.

b. Sebagai upaya represif agar penjatuhan pidana membuat

pelakunya jera dan tidak akan melakukan tindak pidana di

kemudian hari.

c. Sebagai upaya preventif agar masyarakat luas tidak

melakukan tindak pidana sebagaimana yang dilakukan

oleh pelaku.

38 Ibid.,, hlm. 110. 39https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload

oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh

Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,

dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian

Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu

digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul

22.11 WIB tanggal 13 Agustus 2017.

162

d. Mempersiapkan mental masyarakat dalam menyikapi

suatu kejahatan dan pelaku kejahatan tersebut, sehingga

pada saatnya nanti pelaku tindak pidana dapat di terima

dalam pergaulan masyarakat.

Oleh karena itu, hakim dalam memutuskan suatu perkara

pidana harus memiliki rasa keadilan, kebijaksanaan, ketepatan,

kecermatan, ketelitian, sehingga dengan itu semua maka akan

menghasilkan putusan yang baik serta berkeadilan.

Dalam kasus ini jelas bahwa Jaksa Penuntut Umum dan

Majelis Hakim mempertimbangkan motif seorang terdakwa

Jessica melakukan pembunuhan berencana. Jelas bahwa

JaksaPenuntut Umum dan Majelis Hakim membacakan alasan

mencari motif dalam kasus ini untuk melihat tujuan seorang

terdakwa melakukan pembunuhan berencana. Majelis Hakim

dengan memperhatikan semua alat-alat bukti yang dihadirkan

dalam persidangan yaitu agar supaya adanya relevansi antara

bukti satu dengan bukti yang lain agar dapat melihat corak motif

pembunuhan dalam kasus ini.

Penulis juga berpendapat bahwa dalam hal majelis

Hakim dan penunut umum membuktikan motif dalam kasus ini

agar supaya benar dapat mengungkapkan perbuatan pidana dan

163

pembuktian perkara pidana ini merupakan salah satu strategi

bagi Jaksa Penuntut Umum agar meyakinkan majelis hakim

bahwa terdakwa bersalah dan perbuatan terdakwa memenuhi

unsur subyektif dalam tindak pidana.

Dalam teori kesalahan tidak membutuhkan motif dalam

pertanggung jawaban pidana, hal ini dapat dilihat dalam

pertanggungjawaban pidana ada tiga unsur yang harus dipenuhi

yaitu (a) kemampuan bertanggungjawab yang artinya dalam

pertanggung jawaban pidana harus adanya kemampuan untuk

membedakan-bedakan antara perbuatan yang baik dan buruk,

sesuai dengan hukum dan yang melawan hukum (faktor akal)

serta kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut

keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan tadi (faktor

perasaan/kehendak); (b) Kesengajaan (Dolus) dan Kealpaan

(Culpa) yang artinya dalam teori kehendak kesengajaan adalah

kehendak yang diarahkan pada terwujudnya perbuatan seperti

dirumuskan dalam wet (unsur-unsur delik dalam undang-

undang)40, (c) Alasan penghapus pidana yang artinya dalam

alasan penghapus pidana terdapat 2 (dua) yaitu : alasan tidak

dapat dipertanggungjawabkan seseorang yang terletak pada diri

orang itu dan alasan tidak dapat dipertanggungjawabkannya

seseorang yang terletak di luar orang itu.

Dalam kasus pidana, motif dipergunakan untuk

menjelaskan mengapa seseorang melakukan tindak pidana.

Motif berbeda dari kesengajaan (intent). Kesengajaan

merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam hampir semua

tindak pidana. Namun, motif biasanya bukan merupakan unsur

tindak pidana. Penuntutan dalam perkara pidana tidak perlu

membuktikan bahwa terdakwa memiliki motif di dalam

melakukan tindak pidana. Motif umumnya dibuktikan oleh

penuntut umum untuk lebih meyakinkan hakim bahwa terdakwa

bersalah41.

40 Ahmad Rifai, (2014), OP. Cit.,, hlm. 186.

41http://www.nolo.com/legal-encyclopedia/is-motive-required-criminal-

offense.html di akses pada tanggal 29 April 2017 pukul 19.00 WIB.

164

Akan tetapi Penulis berpendapat bahwa jika sudah

terpenuhi unsur kesalahan, maka seseorang terdakwa dapat

dipidanakan sesuai dengan undang-undang yang berlaku tanpa

melihat motif apa terdakwa melakukan tindak pidana. Sehingga

Penulis berpendapat dalam kasus ini motif tidak relevan dalam

pertanggungjawaban pidana di mana sudah terpenuhinya unsur

kesalahan, maka dapatlah terdakwa di jatuhi pidana.

Adanya pendapat yang berpandangan bahwa motif tidak

relevan atau motif tidak perlu dibuktikan, hal ini didasari karena

motif bukanlah unsur yang terdapat dalam tindak pidana. Motif

hanya digunakan dalam proses peradilan dimana hakim akan

menilai apakah terdakwa memiliki motif atau tidak. Serta motif

tersebut hanya untuk pertimbangan dalam menjatuhkan berat

ringannya pidana yang akan dijatuhkan pada seorang terdakwa

serta motif hanya untuk meyakinkan Majelis Hakim bahwa

benar terdakwa telah melakukan tindak pidana.

Prof. Edward O. S. Hiariej, berpendapat bahwa untuk

mengungkap kasus pembunuhan berencana tidak diperlukan

motif dari pelaku, karena dalam pencarian alat bukti lebih

penting dari pada sekadar mencari motif pelaku. Kalimat

berencana pada Pasal 340 KUHP dimaksudkan dalam konteks

165

teori hukum, di sebut kesengajaan untuk tujuan tertentu. Beliau

mengatakan bahwa dalam pembunuhan berencana itu butuh

pemikiran yang matang, hal tersebutlah yang harus dibuktikan.

Mengenai ada dan tidaknya motif bukanlah hal yang penting

dalam persidangan.

Sesuai dengan hasil wawancara Penulis pada ahli hukum

pidana sekaligus yang menjadi saksi ahli hukum pidana dalam

kasus pembunuhan berencana kopi sianida ini, Dr. Mudzakir

berpendapat bahwa:

Cara pembuktiannya (pembuktian motif tersebut) dalam

kasus tindak pidana pembunuhan disebut tindak pidana bersifat

subyektif. Subyektif yang berarti kejiwaan orang untuk

menetapkan orang sebagai target adalah pembunuhan yang

bersifat subyektif, karena tidak semua orang dibunuh. Jika

kejahatan pembunuhan biasanya memilih orang menjadi target

sangat subyektif (pribadi). Target orang dalam membunuh dan

melakukan suatu kejahatan tersebutlah yang disebut dengan

motif. Mengapa orang tertentu dijadikan target, itulah yang di

sebut motif. Kejahatan terhadap badan dan nyawa adalah

kejahatan yang bersifat pribadi, kejahatan yang membawa emosi

secara subyektif kepada pelakunya yang melibatkan emosi

pribadi (hal-hal yang bersifat pribadi). Sehingga pada kasus

pembunuhan berencana harus adanya motif, bagaimana cara

mendeteksi motif yaitu dalam kejahatan pembunuhan ada tiga

yaitu (1) motif adalah spontanitas, (2) motif dihubungkan dengan

kejahatan lain dan (3) motif ada pada orang bersangkutan dan

menempatkan target orang yang menjadi korban dan

berdasarkan Pasal 340 KUHP yaitu pembunuhan berencana.

Dalam pembunuhan berencana pasti ada motif karena tidak ada

pembunuhan berencana tanpa motif. Dalam pembunuhan

spontanitas juga ada motif. Dalam wawancara ini Dr. Mudzakir

memberikan contoh kasus: dalam Pasal 338 KUHP (kesengajaan

biasa) A meludahi B, karena tidak terima di ludahi oleh A maka

166

B memukul A sampai meninggal dunia. Motif dalam

pembunuhan B kepada A yaitu karena A telah meludahi B. Akan

tetapi dalam hal ini motif tidak dapat dirancang sedemikian rupa

akan tetapi munculnya spontanitas saja. Membuktikan motif

adalah membuktikan perbuatannya karena adalah suatu

kesatuan. Satu kesatuan dengan tindak pidana yang diartikan

bahwa dengan meludahi seseorang sehingga menyebabkan

seseorang marah dan menyebabkan terjadinya tindak pidana.

Motif dalam Pasal 338 KUHP satu kesatuan dengan perbuatan42.

Dalam wawancara itu pula Dr. Mudzakir menjelaskan

bahwa dalam hukum pidana, yang dimaksud dengan unsur

obyektif dan subyektif yaitu:

Unsur Obyektif adalah unsur perbuatan yang dilegalkan

oleh pelaku. Unsur perbuatannya dimana pemenuhan unsur-

unsur dalam suatu tindak pidana, sedangkan Unsur Subyektif

adalah unsur yang terletak pada pelaku kejahatan yang termasuk

didalamnya adalah kesalahan, pertanggungjawaban dan subyek

hukum (dalam suatu tindak pidana harus ada kualifikasi unsur

obyektif dan subyektif), sehingga menurut beliau motif akan

menjadikan suatu kasus tindak pidana menjadi terang benderang

(Pasal 339 KUHP) motif berkaitan dengan kejahatan lain yang

beriringan, baik motif dalam pembunuhan persiapan perbuatan

jahat, motif untuk proses mempermudah perbuatan jahatnya dan

motif membunuh untuk menyelamatkan alat bukti dan lain

sebagainya. Mengapa harus dihubungkan dengan kejahatan lain

dan fungsinya untuk kejahatan. Pembunuhan berencana pasti ada

motif, telah menempatkan orang sebagai target tertentu serta

telah direncanakan sedemikian rupa. Menempatkan orang

sebagai target pembunuhan dan ketika telah menyeleksi dari

sekian banyaknya orang, maka pelaku tindak pidana telah

memiliki motif dalam membunuh seseorang. Yang benar-benar

harus adanya motif dalam Pasal 340 KUHP (pembunuhan

berencana). Menurut beliau, tidak ada pembunuhan berencana

yang tidak memiliki motif, karena membunuh jika seseorang

mengenal banyak orang tetapi yang di bunuh hanyalah orang-

42Dr. Mudzakir, Hasil wawancara Penulis pada pukul 16.00 WIB tanggal

23 Mei 2017 di kampus Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

167

orang tertentu maka orang yang membunuh tersebut telah

memiliki motif. Pilihan orang tertentulah yang menunjukkan

adanya motif. Dalam polemik kasus Jesica Kumala Wongso,

motif menjadi penting dan harus dibuktikan. Apakah motif

sebagai unsur atau tidak dalam tindak pidana43.

Dengan hasil wawancara Penulis kepada Dr. Mudzakir,

jelas bahwa ahli pidana ini berpendapat bahwa semua tindak

pidana pembunuhan baik pembunuhan biasa maupun

pembunuhan berencana haruslah memilki motif. Motif menurut

beliau adalah sesuatu hal yang penting dalam pengungkapan

maksud dan tujuan seseorang dalam membunuh atau melakukan

tindak pidana. Beliau berpendapat bahwa seseorang tidak

mungkin melakukan tindak pidana jikalau tidak ada motif dalam

diri seorang terdakwa tersebut. Sehingga beliau berpendapat

bahwa setiap tindak pidana pembunuhan yang terjadi pastilah

memiliki motif tersendiri, jika motif tidak dapat dibuktikan maka

seorang terdakwa haruslah dibebaskan dari segala tuntutan

hukum.

Berbeda pendapat dengan Dr. Mudzakir, Prof. Edward

O. S. Hiariej, berpendapat dalam Jurnal Dandapala, “Kritik

Merupakan Bukti Cinta Masyarakat Kepada Mahkamah

43 Dr. Mudzakir, Hasil wawancara Penulis Pada pukul 16.00 WIB tanggal

23 Mei 2017 di kampus Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

168

Agung”, pada tulisan yang berjudul “Motif, Kesengajaan Dan

Berencana Dalam Hukum Pidana”dalam jurnal tersebut beliau

berpendapat bahwa dalam ajaran kausalitas dalam hukum pidana

tidak membutuhkan motif, dimana ajaran kausalitas sangatlah

dipentingkan untuk delik materiil yang menitikberatkan pada

akibat dan bukan tindakan atau kelakuan. Beliau juga

berpendapat bahwa pembunuhan dalam hal ini termasuk

pembunuhan berencana adalah delik materiil karena

sesungguhnya yang dilarang dalam kejahatan pembunuhan

adalah akibat mati.

Kemudian Edward O. S. Hiariej berpendapat bahwa

Pertama, motif dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan

sebagai dorongan atau latar belakang orang melakukan sesuatu;

kedua, motif haruslah dibedakan dengan kesengajaan. Dalam

hukum pidana, kesengajaan adalah bentuk kesalahan, yakni

hubungan antar sikap batin pelaku dengan perbuatan yang

dilakukan. Syarat kesengajaan adalah wetten en willen

(mengetahui dan menghendaki); ketiga, ajaran kesalahan yang

dianut oleh hukum pidana Indonesia adalah teori kesalahan

deskriptif normatif, artinya jika perbuatan sudah memenuhi

unsur delik (tatbestandmassigkeit) dan deskripsi perbuatan

tersebut sebagaimana dimaksud oleh pembentuk undang-undang

(wesenschau) serta pelaku dapat dipertanggungjawabkan, maka

hakim dapat menjatuhkan pidana. Berdasarkan teori kesalahan

deskripsi normatif ini, motif adalah sesuatu yang letaknya di luar

unsur delik. Konsekuensi lebih lanjut, motif tidak perlu

dibuktikan; keempat, motif dalam hukum pidana adalah hal yang

meringankan atau memberatkan pelaku, ketika hakim akan

menjatuhkan putusan; kelima, motif adalah penjelasan

terjadinya suatu tindak pidana yang merupakan kajian

kriminologi, sedangkan hukum pidana hanya membahas tindak

pidana sebagai gejala symptomatic dan bukan menyelesaikan

169

kejahatan sebagai gejala kausatif; keenam, dalam konteks Pasal

340 KUHP berdasarkan Memorie van Toelichting, pembentuk

undang-undang sama sekali tidak memasukkan motif dalam

Pasal tersebut.

Dalam penjelasan diatas, sangatlah jelas bahwa Prof.

Edward O. S. Hiariej berpendapat bahwa motif tidak diperlukan

dalam tindak pidana serta motif pun tidak perlu untuk dibuktikan

dalam tindak pidana. Edward O. S. Hiariej berpendapat bahwa

motif hanya digunakan dalam hal hakim mempertimbangkan

berat dan ringannya dalam menjatuhkan putusan.

Dalam jurnal The Irrelevance of Motive and The Rule of

Law”, Eldar & Laist berpendapat bahwa motif adalah alasan atau

kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan tindak

pidana. Atau dengan kata lain, motif adalah alasan yang

melatarbelakangi tindakan (reason for action).44 Seperti contoh

pembedaan antara motif dengan kesengajaan juga tampak dari

ilustrasi berikut: di sebuah ruas jalan, seseorang (A) secara

sengaja mendorong orang lain (B) hingga B terpelanting ke

pinggir jalan dan mengalami luka-luka. Belakangan di ketahui

bahwa A mendorong B karena A melihat ada mobil yang melaju

kencang ke arah B dan pasti B akan tertabrak jika ia tidak

menyingkir. Dalam ilustrasi ini, unsur kesengajaan tampak pada

tindakan A yang dengan sengaja mendorong B. Namun ada pula

aspek lain, yakni motif atau latar-belakang tindakan A

mendorong B, yaitu keinginan untuk menghindarkan B dari

tertabrak mobil. Dalam hal ini, motif seorang pelaku tindak

pidana, apakah itu motif yang baik atau tidak baik, tidaklah

relevan untuk menentukan pertanggungjawaban pidana.

Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa

mempertimbangkan motif pelaku untuk menentukan

pertanggungjawaban pidana akan menimbulkan kesulitan dan

ketidak- pastian.45

44 Antony Duff Kutipan dalam Shachar Eldar& Elkana Laist, “The

Irrelevance of Motive and The Rule of Law”, s.l.,s.d. hlm.2 dan 5. 45 Eldar& Elkana Laist, “The Irrelevance of Motive and The Rule of Law”,

hlm.2.

170

Meskipun motif dianggap tidak relevan untuk

menentukan pertanggungjawaban pidana pelaku, dalam praktik

motif bisa dipertimbangkan oleh jaksa untuk menentukan berat

atau ringannya tuntutan dan oleh hakim untuk menentukan berat

atau ringannya pidana. Secara historis, gagasan yang

menganggap bahwa motif tidak perlu dipertimbangkan untuk

menentukan tanggung jawab pidana seorang pelaku tindak

pidana ditegaskan oleh Cesare Beccaria yang mengatakan bahwa

kalau motif setiap pelaku tindak pidana harus dipertimbangkan

untuk menentukan tanggung jawab pidananya, itu ibarat

menerapkan hukum pidana yang berbeda-beda untuk masing-

masing pelaku, karena masing-masing pelaku mungkin memiliki

motif yang berbeda-beda46. Motif dapat diartikan sebagai daya

yang menggerakkan seseorang untuk melakukan atau bertingkah

laku, memiliki niat serta melakukan tindak pidana sesuai dengan

apa yang telah diinginkan serta memiliki tujuan yang ingin

dicapai. Akan tetapi, motif dalam hal ini akan dijadikan oleh

penegak hukum (dalam hal ini hakim) menjadikan salah satu

dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Motif juga merupakan

dorongan yang ada didalam diri seseorang dan dorongan itu

diwujudkan dalam tindakan. Tindakan tersebut biasanya

menyalahi peraturan yang berlaku. Jikalau seseorang melakukan

sesuatu, maka motivasi tersebut merupakan keadaan yang ada

dalam diri seseorang yang berkaitan dengan faktor-faktor dalam

menggerakkan seseorang melakukan hal tersebut. Motif

dipergunakan untuk menjelaskan mengapa seseorang melakukan

tindak pidana. Motif berbeda dari kesengajaan (intent).

Kesengajaan merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam

hampir semua tindak pidana. Namun, motif biasanya bukan

merupakan unsur tindak pidana. Penuntutan dalam perkara

pidana tidak perlu membuktikan bahwa terdakwa memiliki motif

di dalam melakukan tindak pidana. Motif umumnya dibuktikan

oleh penuntut umum untuk lebih meyakinkan hakim bahwa

terdakwa bersalah.47

46 Beccaria dalam Shachar Eldar& Elkana Laist, “The Irrelevance of Motive

and The Rule of Law”, hlm. 3. 47 http://www.nolo.com/legal-encyclopedia/is-motive-required-criminal-

offense.html di akses pada tanggal 29 April 2017 pukul 19.00 WIB.

171

Dengan apa yang telah dijelaskan diatas, maka Penulis

berpendapat bahwa dalam tindak pidana, hal yang terpenting

adalah adanya bukti dan jika unsur-unsur tindak pidana telah

terpenuhi maka seorang terdakwa dapat dijatuhi pidana. Akan

tetapi dalam hal ini harus diingat bahwa dalam asas Kesalahan,

dimana harus adanya undang-undang yang telah menetapkan

perbuatan tindak pidana tersebut, kemudian seorang terdakwa

dapat dipertanggungjawabkan dengan melihat unsur-unsur

kemampuan bertanggungjawab, kesengajaan (dolus) dan

kealpaan (culpa) serta adanya alasan penghapus pidana.

Sedangkan motif sendiri hanyalah untuk pertimbangan bagi para

hakim untuk menetukan berat ringannya pidana yang akan

dijatuhkan pada terdakwa.

Dalam kasus pidana pembunuhan berencana diatur

dalam Pasal 340 KUHP yang berbunyi: “barang siapa dengan

sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa

orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana,

dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”.

Pada Pasal 340 KUHP menurut Edward O. S. Hiariej,

bahwa kata-kata “sengaja dan rencana” pada hakikatnya bukan

merupakan motif, melainkan suatu corak kesengajaan yang

dalam konteks dikenal sebagai dolus premeditatus. Beliau

172

mengatakan bahwa dalam literatur hukum Jerman, dolus

premeditatus disebut sebagai beratene mut yang mensyaratkan

tiga hal : (1) pelaku memutuskan kehendak dalam keadaan

tenang (2) ada jangka waktu yang cukup antara keputusan

kehendak dalam keadaan tenang (3) pelaksanaan kehendak

dilakukan dalam keadaan tenang. Artinya, seorang pelaku sudah

berpikir secara matang dan terstruktur untuk melaksanakan

niatnya.48

Penulis dalam hal ini sependapat dengan apa yang telah

dijelaskan oleh Edward O. S. Hiariej. Dalam hal motif yang

sering dikatakan ataupun dipertanyakan oleh sebagian

masyarakat maupun para penegak hukum sendiri, menurut

Penulis bahwa motif dalam tindak pidana hanyalah suatu hal

yang dapat digunakan untuk meyakinkan para Hakim bahwa

terdakwa benar telah melakukan tindak pidana serta dengan

pertimbangan adanya motif hakim dapat mempertimbangkan

berat atau ringanya suatu putusan pidana yang akan dijatuhkan.

Bukan untuk terbukti tidaknya suatu perbuatan. Sebagai contoh

seseorang yang kelaparan melakukan tindak pidana karena

melakukan dengan terpaksa (seseorang mencuri dan ketahuan

oleh pemilik rumah, agar tidak ditangkap oleh para penegak

hukum, maka si pencuri tersebut membunuh pemilik rumah).

48 Eddy Hariej, sebagaimana terdapat dalam Jurnal Dandapala, “Kritik

Merupakan Bukti Cinta Masyarakat Kepada Mahkamah Agung”, Motif, Kesengajaan

dan Berencana Dalam Hukum Pidana, Volume II Edisi 3 Juni-Agustus

2016,Mahkamah Agung Republik Indonesia, Jakarta, 2016, hlm. 89.

173

Berbeda lagi dengan contoh kasus seperti seseorang yang

mencuri karena iri atau ingin memilki harta milik tetangganya,

padahal orang yang mencuri tersebut memilki harta yang banyak

pula.

Dalam kasus seperti yang telah Penulis uraikan diatas,

maka hal-hal atau motif yang ingin dilihat adalah corak dalam

tindak pidana seorang terdakwa melakukan tindak pidana.

Karena dengan diketahuinya suatu motif sseorang terdakwa

dalam melakukan tindak pidana, maka akan diketahui alasan-

alasan atau hal-hal yang mendorong seseorang melakukan suatu

tindak pidana apakah didasarkan pada maksud jahat atau tidak

sehingga hakim akan yakin dalam mempertimbangkan berat

ringannya pidana yang akan dijatuhkan.

Dalam hukum pidana di Indonesia, hal yang ditekankan

bahwa dalam teori kesalahan tidak membutuhkan motif akan

tetapi dalam pertanggungjawaban pidana hal utama yang dapat

dilihat dalam pertanggungjawaban pidana ada tiga unsur yang

harus dipenuhi yaitu (a) kemampuan bertanggungjawab, (b)

kesengajaan (dolus) dan Kealpaan (culpa) dan (c) Alasan

Pemaaf (unsur subyektif).

174

Menurut Dr. Muzakir, Kedudukan motif dalam Pasal

339 KUHP (pembunuhan ada tujuan yang lain dan kejahatan

yang lain) terkait dengan pembunuhan lain dan tujuan lain.

Sebagai contoh si A merebut pacar si B, maka si B tidak terima

dengan hal tersebut maka B membunuh si A dengan motif telah

merebut pacarnya (motif perebutan pacar). Motif masuk dalam

unsur subyektif (terdapat dalam diri seseorang). Dalam perkara

pidana, unsur obyektif dan unsur subyektif sama pentingnya.

Motif harus dibuktikan karena dalam hal pembuktian unsur

maka pembuktian motif (Pasal 338 KUHP) pembuktian

kesengajaan adalah sama dengan pembuktian motif. Sehingga

jika ada yang berpendapat bahwa motif tidak perlu dibuktikan

maka konstruksi kesalahan dan kesengajaannya pada Pasal 338

KUHP karena membuktikan motif adalah membuktikan

kesengajaan. Membuktikan kesengajaan adalah membuktikan

motif yang bersifat spontanitas, akan tetapi perlu membuktikan

pembunuhan berencana harus perlu adanya motif, otomatis

adanya motif. Dalam Pasal 338 KUHP adalah spontanitas akan

tetapi dalam Pasal 340 KUHP adalah motif yang memang sudah

direncanakan ada jeda waktu bagi pelaku untuk merencanakan

dan melaksanakan tindak pidana. Dalam Pasal 338 KUHP motif

tdak perlu dibuktikan sedangkan dalam pasal 339, 340 KUHP

harus dibuktikan walaupun bukan sebagai unsur. Karena jika

tidak menjelaskan berencana dalam pembunuhan tanpa motif

adalah rumit. Oleh karena itu haruslah dicari motifnya, karena

tanpa motif tidak bisa. Dalam Pasal 338 KUHP pembuktian

unsur adalah pembuktian motif atau kesengajaan. Akan tetapi

Pasal 339 dan 340 KUHP harus adanya korelasi (motif harus

ditampakkan sebagai unsur). Pasal 340 KUHP harus jelas adanya

motif. Pada Pasal 339 KUHP diluar motif sehingga harus melihat

unsur-unsurnya, karena seseorang membunuh ada tujuannya.

Kemudian beliau menjelaskan bahwa dalam hukum pidana,

unsur obyektif dan unsur subyektif sama pentingnya. Unsur

subyektif menurut Prof Moeljatno dipisah menjadi dua yaitu

perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. Perbuatan

pidana yaitu unsur obyektif (harus dibuktikan-ilmu

pengetahuan). Unsur subyektif adalah melihat dari sisi ilmu

pengetahuan seperti psikologi dan lain-lain. Sehingga beliaupun

berpendapat bahwa jika motif tidak dibuktikan atau tdak terbukti

oleh penuntut umum maka motif include dalam perbuatan itu

sendiri, dalam pembunuhan harus ada motif, jika tidak ada motif

maka seseorang tidak mungkin akan membunuh. Dalam hukum

175

pidana ada dua perbuatan. Tapi belum tentu disebut harus adanya

kausalitas. Kaulitas itu harus dibuktikan agar bisa mengetahui

dengan jelas seseorang meninggal karena penyebab apa. Motif

sangat penting dalam proses pembuktian tindak pidana. Tidak

semua harus ada motif akan tetapi semua harus memilki

kesengajaan. Sebagai contoh A mencuri uang untuk membeli

narkoba sedangkan B mencuri untuk membeli makan,

diperlukan untuk melihat motif untuk berat dan ringannya suatu

putusan hakim. Motif letakknya untuk menggerakkan orang

dalam melakukan tindak pidana. Motif adalah simpulan dari

kejadian, sehingga harus melihat perbuatannya. Penyidik

seharusnya dalam menyelidiki suatu kasus-kasus harus melihat

motif seseorang melakukan tindak pidana. Jika motifnya tidak

ada, penyidik harus melihat dengan benar, jika motifnya ada

maka dalam proses tersebut maka akan terang benderang siapa

pelaku dan tujuan seseorang melakukan tindak pidana tersebut.

Motif yang sulit dibuktikan harus balik lagi pada Pasal 338

KUHP. Jika aspek obyektifnya tidak terbukti maka balik lagi

yang digunakan adalah Pasal 338 KUHP.49

Pandangan motif tentang hukum pidana, bahwa motif

pelaku entah baik atau buruk tidak relevan untuk melaksanakan

tanggungjawab pidana. Pandangan ini didasari anggapan bahwa

mempertimbangkan motif pelaku akan menimbulkan kesulitan

dalam penerapan pidana.50 Argumen untuk mendukung

pendapat bahwa motif tidak perlu dibuktikan atau

dipertimbangkan adalah argumen bahwa secara eksplisit motif

tidak di sebut sebagai salah satu unsur tindak pidana.51

49 Dr. Mudzakir, Hasil wawancara Penulis Pada pukul 16.00 WIB tanggal

23 Mei 2017 di kampus Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. 50 Eldar& Elkana Laist, “The Irrelevance of Motive and The Rule of Law”,

hlm. 1. 51 Ibid hlm. 3.

176

Hubungan motif dengan unsur tindak pidana, di mana

jika motif dibuktikan dengan melihat perilaku terdakwa maka

adanya beberapa perilaku/tindakan yang dilakukan karena alasan

serta adanya perilaku yang dikarenakan oleh motif. Seperti

contoh dalam pembunuhan yang disengaja, pasti memiliki motif.

Di mana adanya kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain.

Contohnya Si A yang telah beristri berselingkuh dengan si B

wanita muda. Dengan hasil hubungan si A dan si B, akhirnya si

B pun hamil. Maka si A ingin membunuh si B karena si B

memintai pertanggungjawaban pada si A, sedangkan si A telah

memilki istri. Karena si A takut diketahui oleh istrinya, maka si

A pun membunuh si B. Hal tersebut dilakukan oleh A karena

motifnya adalah agar terlepas dari pertanggungjawaban

terhadap B. Contoh lain seperti pembunuhan yang dilakukan

untuk membela diri seperti contoh, rumah si A di rampok oleh

sekelompok orang. Selain merampok, orang-orang tersebut juga

ingin menganiaya si A. Untuk membela diri maka si A pun

melawan dan menyerang para perampok sehingga ada korban

yang meninggal yaitu si B dan si C. Dalam contoh kasus seperti

ini, maka si A tidak memiliki motif untuk membunuh si B dan si

C, akan tetapi untuk melindungi diri serta adanya kegoncangan

177

jiwa yang melampaui batas maka si A melakukan hal tersebut

karena jikalau si A tidak melakukan hal tersebut maka yang

menjadi korban adalah si A sendiri.

Pada dasarnya, motif dalam tindak pidana memiliki

hubungan dengan unsur tindak pidana. Dalam hal ini motif dapat

termasuk dalam unsur subyektif. Karena motif adalah suatu

kehendak yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku,

sehingga dalam melakukan tindak pidana, seseorang telah

memiliki motif tersebut. Dalam melakukan perbuatan tersebut,

pelaku telah memiliki tujuan-tujuan tertentu. Motif juga dapat

diartikan sebagai suatu hal yang mendorong si pelaku untuk

melakukan tindak pidana.

Harus diperhatikan, bahwa dalam proses persidangan

tidaklah penting dalam hal membuktikan motif. Karena motif

dipergunakan untuk menjelaskan penyebab seorang terdakwa

melakukan tindak pidana. Motif berbeda dari kesengajaan

(intent). Kesengajaan merupakan salah satu unsur yang terdapat

dalam hampir semua tindak pidana. Akan tetapi, motif bukan

merupakan unsur tindak pidana. Penuntutan dalam perkara

pidana tidak perlu membuktikan bahwa terdakwa memiliki motif

di dalam melakukan tindak pidana. Motif umumnya dibuktikan

178

oleh penuntut umum untuk meyakinkan Hakim bahwa perbuatan

yang dilakukan adalah didasarkan pada niat tertentu “jahat atau

tidak jahat”. Jika niat jahat maka akan mendapatkan hukuman

yang berat sedangkan jika niat tidak jahat maka dapat dibebaskan

dari segala tuntutan.