bab iii pembahasan a. gambaran umum lokasi penelitianeprints.umm.ac.id/38920/4/bab iii.pdfmemerintah...
TRANSCRIPT
52
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Menurut data yang ada di Statistik Desa Seteluk Atas memang tidak
banyak informasi yang dapat dituangkan oleh karena data yang terdapat di
Kantor Desa Seteluk Atas terbatas, yakni yang terdapat dalam buku terbitan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa Barat.
Desa Seteluk Atas adalah bagian dari Kecamatan Seteluk bersama dengan
9 desa lainnya. Secara geografis Desa seteluk Atas terletak di Kecamatan
Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas
wilayah 4.408 Ha dan jarak dengan Ibukota kecamatan berjarak 0,50 Km.
Dengan luas wilayah 4.408 Ha tersebut, sebagian terdiri dari tanah sawah,
tanah kering, tanah perkebunan, tanah hutan, dan fasilitas umum, yakni total
keseluruhan 4.408 Ha dengan rincian luas tanah sawah 173,89 Ha, luas tanah
kering 64,41 Ha, luas tanah perkebunan 77,50 Ha, luas tanah hutan 4.072 Ha,
fasilitas umum 20,20 Ha.
Dengan banyaknya jumlah lahan sebagai tanah sawah juga didukung
dengan sistem pengairan yang dipergunakan yakni sistem pengairan teknis
sehingga mencegah terjadinya kekeringan yang akhirnya tingkat keberhasilan
panennya mecapai 99%. Dengan tingkat keberhasilan panen tersebut maka
dapat dikatakan Desa Seteluk Atas Swasembada Pangan.
53
Dalam bidang kependudukan, sampai dengan tahun 2016, jumlah
penduduk Desa Seteluk Atas adalah sebanyak 2.312 dengan rincian jumlah
laki-laki 1.092 orang dan perempuan 1.220 orang. Yang mana tersebar paling
banyak di dalam Rukun Tetangga 2 Rukun Warga 1 dan di Rukun Tetangga 1
Rukun Warga 2.
Dalam bidang Sosial Ekonomi, bahwa dari jumlah penduduk desa Seteluk
Atas tersebut, yang masih dalam usia produktif sekitar 57%, dengan jumlah
terbanyak sebagai petani 42%, selanjutnya posisi kedua sebagai wiraswasta
sekitar 12% kemudian secara berurutan karyawan honorer, PNS, buruh tani,
buruh harian lepas, dan lain-lain. Kemudian angka penagguran di Desa Seteluk
Atas terhitung tinggi sekitar 26% dari jumlah keseluruhan penduduk Desa
Seteluk Atas.
Banyaknya penduduk Desa Seteluk Atas sebagai petani dikarenakan
disekitar Desa Seteluk Atas masih banyak terdapat lahan pertanian dan rata-
rata penduduk Desa Seteluk Atas mempunyai lahan persawahan. Kemudian
dilihat dari masyarakanya sendiri yang dimana masyarakat Desa Seteluk Atas
yang sangat konsumtif membuat banyak penduduk lain memilih sebagai
wiraswasta dan membuka tambang sendiri di seputaran wilayah Kabupaten
Sumbawa Barat. Banyaknya dibutuhkan pegawai honorer oleh pemerintah
Kabupaten Sumbawa Barat yang dari hal tersebut dapat menyerap tenaga kerja
yang banyak. Dengan demikian Desa Seteluk Atas dapat dikatakan dalam
posisi masyarakat kelas menengah ke bawah.
54
Sedangkan dalam bidang pemerintahan Desa Seteluk Atas merupakan
Desa Swasembada. Yang pada saat ini dipimpin oleh bapak Abdullah, yang
memerintah sejak tahun 2016 bersama dengan sekretaris desa bapak
Abdurrahman dan perangkat desa lainnya, berusaha untuk membangun desa
Seteluk Atas agar siap bersaing dengan desa lainnya.
1. Objek Pelepasan Tanah
Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah Pelepasan tanah untuk
pembangunan Jalan Umum dari jalan lintas Seteluk Atas-Rempe ke Tempat
Pemakaman Umum. Tanah yang dimaksud terletak di Desa Seteluk Atas
Kecamatan Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat, yang mana tanah tersebut secara
keseluruhan merupakan tanah masyarakat yang tinggal di sekitar Desa Seteluk Atas.
Gambar 1. Peta Jalan Umum dari jalan lintas Seteluk Atas-Rempe ke
Tempat Pemakaman Umum
55
2. Subjek Pelepasan Tanah
Yang menjadi subjek adalah masyarakat di sekitar Desa Seteluk Atas
Kecamatan Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat dan Perangkat Desa Seteluk
Atas yang ditunjuk untuk melakukan kegiatan Pelepasan Tanah Untuk
Pembangunan Jalan Umum ke Tempat Pemakaman Umum Desa Seteluk
Atas.
Perangkat Desa Seteluk Atas merupakan pihak yang berhubungan
langsung dengan Pengadaan Tanah untuk pembangunan Jalan Umum atas
dasar musyawarah mayarakat Desa Seteluk Atas.
Pelepasan tanah untuk pembangunan jalan umum di wilayah desa Seteluk
Atas tersebut membutuhkan luas tanah sebesar dan terdiri dari pemilik tanah
tanah sebagai berikut:
Tabel 1. Pemilik Tanah
No. Pemilik Tanah Pekerjaan Luas Tanah
1 H. A. Wahab Swasta 125m
2 M. Yusuf Petani 25m
3 MasdarArma.,SE.,MM Anggota DPRD Kab. Sumbawa Barat 25m
4 DrsSyarifuddin., MM KepalaDepakKab. Sumbawa Barat 75m
5 A. Aziz Petani 75m
6 Salimi Petani 50 m
Dalam pembangunan jalan umum ke Tempat Pemakaman Umum tersebut
sumber pandanaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Sumbawa Barat.
56
B. Prosedur Penggunaandan Proses Pemanfaatan Tanah Warga Untuk
Pembangunan Jalan Ke Tempat Pemakaman Umum Desa Seteluk Atas
1. Prosedur Penggunaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Umum Ke
Tempat Pemakaman Desa Seteluk Atas
Untuk di daerah Kabupaten Sumbawa Barat khususnya di beberapa tempat
yang termasuk dalam wilayah hukum desa Seteluk Atas terdapat suatu
pelepasan hak atas tanah. Pelepasan Hak Atas Tanah yang dimaksud adalah
tempat dimana lahan dibuka yang digunakan untuk kepentingan umum,
berupa jalan yang menuju ke TPU (Tempat Pemakaman Umum). Lahan yang
dibuka tersebut kebanyakan adalah berupa persawahan dan perkebunan yang
dimana persawahan dan perkebunan tersebut merupakan hak milik
perseorangan.
Kemudian dalam hal pelepasan hak atas tanah tersebut kebanyakan
masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat tidak mengetahui peraturan yang
telah diterapkan oleh pemerintah tersebut. Kebanyakan masyarakat
Kabupaten Sumbawa Barat khususnya di Desa Seteluk Atas hanya
mengetahui dan menerapkan aturan yang berlaku pada zaman orde baru untuk
membuka atau pelepasan lahan atau menerapkan suatu aturan yang dianggap
sebagai kebiasaan, dimana dalam aturan tersebut tidak disebutkan adanya
suatu penggantian kerugian, serta apabila adanya suatu pelepasan hak atas
tanah pemilik tanah atau pihak yang akan membuat jalan tersebut membuat
surat pernyataan bahwa tanah tersebut telah dilepaskan atau biasa disebut
Akta Pelepasan Hak Atas Tanah (APH) atau Surat Pelepasan Hak Atas Tanah
(SPH) yang dibuat di hadapan Notaris dengan dua orang saksi berdasar
57
pada Pasal 131 ayat (3) Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Permenag No.
3/1997).
Aturan yang diterapkan tersebut sangat kontradiktif dengan aturan yang
telah berlaku dewasa ini di seluruh Indonesia.
Masalah ganti kerugian merupakan hal prinsip dalam setiap kegiatan
pengambilan tanah, baik melalui proses pencabutan hak, pembebasan tanah
dan pengadaan tanah. Tidak boleh ada tindakan pengambilan tanah tanpa
memperhitungkan ganti rugi.
Kemudian dengan adanya APH atau SPH tersebut menandakan bahwa
kedudukan tanah yang telah dilepaskan menjadi jelas. Menjadi jelas
kedudukannya artinya tanah yang dilepaskan tersebut menjadi milik negara,
tanah adat, atau tanah desa.
Jalan Umum tersebut dibuat berdasarkan hasil dari Musrenbang tingkat
dusun, dari hasil Musrenbang tingkat dusun itulah diusulkan untuk membuat
jalan umum tersebut.
Prosedur yang tidak sesuai dengan urutan tahapan yang telah ditetapkan
oleh Peraturan Presiden dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Tersebut
adalah tahapan musyawarah, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya
bahwa adanya jalan tersebut melalui proses Musrenbang atau Musyawarah
Perencanaan Pembangunan. Dengan demikian tahapan musyawarah tersebut
dilakukan sebelum adanya tahapan lain, kemudian setelah proses Murenbang
58
dilakukan maka masyarakat bersama dengan Desa berkesimpulan ingin
membuat jalan umum tersebut.
Setelah dilakukan musyawarah masyarakat dan desa melakukan tahap
Perencanaan, Penetapan Lokasi, Penyuluhan, serta Identifikasi dan
Inventarisasi. Semua proses tersebut dilakukan dalam Musrenbang, berawal
dari Musrenbang tingkat dusun, kemudian dilanjutkan ke Musrenbang tingkat
Desa, dan terakhir pada Musrenbang tingkat Kabupaten.
2. Proses Pemanfaatan Tanah Warga Untuk Pembangunan Jalan Ke
Tempat Pemakaman Umum Desa Seteluk Atas
Menurut Perpres 36 tahun 2005 sebagaimana diubah dengan Perpres 65
tahun 2006, dalam undang-undang ini juga diatur bahwa pengadaan tanah
bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan melalui
musyawarah. Hanya saja digunakan istilah lain, yakni “Konsultasi Publik”.
Konsultasi Publik adalah proses komunikasi dialogis atau musyawarah antar
pihak yang berkepentingan guna mencapai kesepahaman dan kesepakatan
dalam perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum.
Konsultasi Publik rencana pembangunan dilaksanakan untuk mendapatkan
kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari pihak yang berhak. Kegiatan
ini dilakukan dengan melibatkan pihak yang berhak dan masyarakat yang
terkena dampak serta dilaksanakan di tempat renacana pembangunan
kepentingan umum atau di tempat yang disepakati. Apabila pihak yang
berhak berhalangan hadir dapat dilakukan melalui perwakilan dengan surat
kuasa dari dan oleh pihak yang berhak atas lokasi rencana pembangunan.
59
Atas dasar kesepakatan, Instansi yang memerlukan tanah mengajukan
permohonan penetapan lokasi kepada gubernur. Gubernur menetapkan lokasi
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) harikerja terhitung sejak
diterimanya pengajuan permohonan penetapan oleh Instansi yang
memerlukan tanah.
Dalam hal ini masyarakat yang memerlukan tanah tersebut untuk
dilepaskan dengan maksud untuk dijadikan jalan umum sehingga dalam
prakteknya hal di atas tidak dilakukan guna mempercepat pembangunan di
Desa Seteluk Atas.
Penentuan lokasi ditentukan melalui Musrenbang berdasarkan permintaan
masyarakat pada masa itu. Dalam proses Musrenbang tersebut juga diundang
para pemilik tanah yang terkena rencana pembangunan jalan tersebut, dalam
proses Musrenbang tersebut juga dibahas akan kesediaan para pemilik tanah
yang terkena dampak pembangunan jalan tersebut untuk melepaskan
tanahnya serta bagaimana bentuk ganti kerugian apabila pemilik tanah
meminta adanya ganti kerugian.
Dari hasil Musrenbang tersebut, Desa mengusahakan untuk para pemilik
tanah tidak meminta adanya ganti kerugian dengan catatan bahwa pemilik
tanah tidak berkurang nilai perekonomiannya apabila tanahnya yang sebagian
tersebut dilepaskan.
Menurut hasil wawancara, desa terkadang akan mengusulkan kepada yang
mempunyai usulan terhadap pembangunan jalan umum tersebut untuk tanah
yang akan digunakan untuk pembangunan jalan tersebut terlebih dahulu
60
sudah dilepaskan oleh pemilik tanah agar memudahkan pihak desa untuk
menembuskan hasil Musrenbang tingkat Dusun tersebut ke tingkatan
Musrenbang selanjutnya.
“Terkadang juga, sebelum desa mengusulkan rencana pembangunan
tersebut ke dalam RKPDes, masalah pembebasan tanah harus sudah
Clear bagi yang mengusulkan adanya pembangunan tersebut pada
musrenbang tingkat dusun, pengusul seharusnya menyertai surat
bahwa tanah tersebut sudah dibebaskan begitu aturan seharusnya.
Tetapi ketika diusulkan oleh masyarakat tanah tersebut belum tentu
sudah bebas, kalo sekarang begitu bahkan ada format surat yaitu surat
pernyataan tidak menuntut ganti rugi dan surat pernyataan hibah.
Contoh ada masyarakat yang mengusulkan “pak Sekdes minta tolong
bikin jalan di gang rumah kami” maka usulan itu akan diterima
dengan catatan tanah atau lahan tersebut sudah bebas, begitu
prinsipnya. Desa bisa saja langsung turun untuk meminta pembebasan
lahan akan tetapi bagaimana masyarakat dan desa sama-sama enak,
tetapi ketentuannya entah itu pembangunan atau fasilitas umum yang
diusulkan oleh masyarakat, waktu masuk ke dalam RKPDes tersebut
kemudian masuk lagi ke APBD lahan itu harus sudah bebas, sudah
clear sudah tidak ada masalah di lapangan36
37
Kemudian dari proses Musrenbang tersebut terlaksana dan para pemilik
tanah sudah mengikhlaskan tanahnya untuk dibangun akses jalan ke Tempat
Pemakaman Umum tersebut maka pihak Desa akan membuat hasil dari
Musrenbang untuk diajukan lagi ke Musrenbang tingkat Desa sampai pada
tingkatan Kabupaten yang dimuat dalam RKPDesa (Rencana Kerja
Pembangunan Desa). Dan dari hasil tersebut tidak dimasukkan ke APBDes
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) akan tetapi akan diusulkan untuk
masuk ke APBD. Tim RKPDesa akan membuat RKPDesa berdasarkan
musrembang tingkat dusun, dalam penyusunan tersebut Tim RKPDes akan
mempertimbangkan apakah APBDes akan mencukupi atau tidak, setelah
36
Hasil Wawancara dengan Abdurrahman, Sekretaris Desa Seteluk Atas, pada tanggal 13
November 2017, di Kantor Desa Seteluk Atas
61
musrembang tingkat desa maka akan ada musrembang tingkat kecamatan
dilanjutkan ke tingkat Kabupaten, usulan Desa dari hasil musrembang tingkat
Desa maka Desa akan mengawal usulan tersebut ke tingkat kecamatan sampai
dengan musrembang tingkat Kabupaten maka baru akan dimasukkan dalam
RAPBD Kabupaten Sumbawa Barat.
“Di dalam RKPDesa ada istilah dimana ada daftar usulan yang
dibiayai oleh APBDes atau uang yang masuk sebagai dana Desa ada
juga usulan yang diusulkan kepada pemerintah kabupatem atau pusat
contoh jalan ke kuburan tersebut digunakan anggaran kabupaten. Jadi
misalkan seperti tanah ke kuburan tersebut desa mengusulkan untuk
tidak menggunakan APBDes akan tetapi APBD. Tergantung
bagaimana musyawarah masyarakat atau kebijakan desa maka akan
diusulkan ke Kabupaten37
.
Dasar pertimbangan dibangunnya jalan untuk akses ke Tempat Pemakaman
Umum Desa Seteluk Atas tersebut adalah berawal dari kebutuhan mayarakat Desa
Seteluk Atas itu sendiri dikarenakan Tempat Pemakaman Umum yang berada jauh
dari pemukiman yang berada di daerah perbukitan Desa Seteluk Atas dimana
akses untuk ke Tempat Pemakaman Umum tersebut hanya melalui pematang
sawah dan perkebunan milik warga Desa Seteluk Atas dan sebagian milik warga
Desa Seteluk Tengah. Pertimbangan selanjutnya masyarakat Desa Seteluk Atas
merasa kesulitan apabila ada warga yang meninggal dunia kemudian di bawa ke
Tempat Pemakaman Umum tersebut hanya melewati pematang sawah dan
perkebunan milik warga yang kesemuanya telah dipagari oleh pemilik kebun, dan
masyarakat merasa kerepotan untuk melalui atau membuka tutup pagar-pagar
tersebut.
37
Hasil Wawancara dengan Abdurrahman, Sekretaris Desa Seteluk Atas, pada tanggal 13
November 2017, di Kantor Desa Seteluk Atas
62
Kemudian akses yang dipilih jalan tersebut karena dekat dengan jalan
besar yang menghubungkan antara Desa Seteluk Atas dan Desa Rempe Beru’
dan juga hanya pemilik tanah tersebut yang mengikhlaskan tanahnya untuk
dibebaskan demi kepentingan masyarakat. Terelebih lagi akses jalan tersebut
bisa juga dimanfaatkan untuk Jalan Usaha Tani bagi petani di daerah
diseputaran Tempat Pemakan Umum Desa Seteluk Atas.
Table 2. Proses penggunaan dan pemanfaatan tanah warga untuk
pembangunan jalan ketempat pemakaman umum Desa Seteluk Atas.
No Tahapan Peserta Hasil
1. Musrembang Desa 1. Tokoh
masyarakat
2. Kepala RT dan
Rw
3. Perangkat Desa
4. Pemuda Desa
1. Jalan kekuburan
2. Pengaspalan jalan desa
3. Saluran irigasi blok baru
2. Musyawarah dengan
pemilik tanah untuk
pembangunan jalan ke
tempat pemakaman
umum Desa Seteluk
Atas
Para pemilik
tanah dan
perangkat desa
Para pemilik tanah bersedia
untuk tanahnya digunakan
untuk pembangunan jalan
ketempat pemakaman
umum Desa Seteluk Atas.
3. Musrembang
Kecamatan
Perwakilan
perangkat desa
dari seluruh desa
di Kecamatan
Seteluk serta
perangkat
kecamatan.
Untuk Desa Seteluk Atas
pembangunan jalan
ketempat pemakaman
umum Desa Seteluk Atas
4. Musrembang Kabupaten Perwakilan
perangkat
Kecamatan dari
seluruh
Kecamatan yang
berada di
Kabupaten
Sumbawa Barat.
Untuk Desa Seteluk Atas
pembangunan jalan
ketempat pemakaman
umum Desa Seteluk Atas
63
Proses yang dilakukan untuk melakukan pelepasan suatu hak atas tanah di Desa
Seteluk Atas dilakukan dengan cara musyawarah dengan masyarakat setempat.
Musyawarah tersebut dilakukan dalam Musyawarah Perencaan Pembangunan
(Musrenbang) tingkat dusun (MusrenbangDus) pada bulan Desember tahun 2007.
Didalam musyawarah tersebut, panitia pelaksanaan MusrenbangDus yakni
seluruh staff atau Instansi Desa Seteluk Atas yang akan melaksanakan
musyawarah tersebut.
Kemudian masyarakat yang telah diundang mengemukakan pendapatnya
yang dimana salah satu dari masyarakat Desa Seteluk Atas menginginkan
adanya jalan yang memadai yang dimana jalan yang dimaksud adalah jalan ke
Tempat Pemakaman Umum Desa Seteluk Atas yang berada di atas bukit.
Alasan masyarakat meminta jalan umum tersebut dikarenakan untuk
memudahkan para pembawa jenazah ke Tempat Pemakaman Umum tersebut,
yang dimana pada saat itu jalan yang dilalui adalah berupa persawahan dan
perekebunan masyarakat Desa Seteluk Atas maupun Desa lainnya.
Setelah disepakati bahwa jalan menuju Tempat Pemakaman Umum
tersebut dibuat, maka perangkat desa akan meninjau lokasi tanah siapa saja
yang akan terkena dampak dari pembangunan tersebut.
Setelah diketahui jalur yang akan dijadikan jalan umum tersebut, maka
perangkat desa padaa saat itu langsung menginformasikan, menanyakan, serta
menawarkan kepada pemilik tanah untuk tanah tersebut di lepaskan untuk
menjadi jalan umu ke Tempat Pemakaman Umum. Tentunya perangkat Desa
melakukan hal tersebut dalam Musrenbang lanjutan pada tingkat Desa.
64
Kemudian perangkat Desa bersama dengan masyarakat memusyawarahkan
kembali tentang pembangunan jalan tersebut. Di dalam musyawarah tersebut
perangkat Desa langsung menanyakan kesediaan para pemilik tanah untuk
tanahnya di bangun jalan umum ke Tempat Pemakaman Umum Desa Seteluk
Atas. Ada beberapa pemilik tanah yang bersedia dan ada pula pemilik tanah
yang tidak bersedia, terlebih bahwa jalan yang dilalui tersebut yang
mempunyai adalah masyarakat desa lain yaitu bapak Masdar Arma.
Setelah beberapa kali diadakan musyawarah dengan pemilik tanah
akhirnya para pemilik tanah tersebut bersedia tanahnya digunakan untuk
pembangunan jalan ke Tempat Pemakaman Umum tersebut.
Setelah pemilik tanah bersedia, perangkat Desa melanjutkan Musyawaran
Perencanaan Pembangunan jalan tersebut ke Musyawarah Perencanaan
Pembangunan tingkat Kecamatan sampai dengan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan tingkat Kabupaten.
Pada Musrenbang tingkat kecamatan tersebut tugas dari pihak kecamatan
itu sendiri adalah merivisi hasil dari Musrenbang tingkat desa, yang dimana
revisi yang dilakukan tersebut disesuaikan dengan APBD Kabupaten
Sumbawa Barat.
“kecamatan merevisi hasil dari musrembang tingkat desa mana yang
pas nanti kan hasil dari musrembang tingkat kecamatan itulah yang
ditetapkan. Ada revisi maksudnya gini, apabila perencanaan atau
usulan yang diusulkan oleh desa di tingkat musrembang tingkat desa
dilihat apakah sudah benar atau tidaknya usulan itu sesuai tidaknya
dengan dana yang ada, maka akan dikawal ke musrembang tingkat
kabupaten oleh kecamatan38
38
Hasil Wawancara dengan Ibu Eny Nuraini S.Ip, Sekertaris Kecamatan Seteluk, pada
tanggal 14 November 2017 di Kantor Camat Seteluk
65
Rencana pembangunan jalan tersebut akhirnya disetujui hingga
dimasukkan pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah sehingga jalan
tersebut dibangun dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah pihak Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah mengatakan bahwa Jalan Umum ke Tempat
Pemakaman Umum tersebut diubah menjadi Jalan Usaha Tani.
“kan yang dinamakan jalan umum itu dia kan harus terdaftar di dalam
pencatatan pemetaan jalan kabupaten, dan itu yang melakukan
pemetaan jalan itu adalah dinas terkait yaitu dinas PU di Bina
Marganya, nah kalau misalnya dilihat badan jalan itu kan ada
standardnya nih, untuk menentukan bahwa kalau itu jalan umum, jalan
kabupatenkah namanya, ada jalan Provinsi, ada jalan negara, atau di
dalam itu kemungkinan bisa saja paling besar namanya itu kalo
dinamai jalan kabupaten, bisa saja itu namanya jalan desa, jalan desa
itu ya untuk kepentingan di desa saja nah itulah mungkin cikal
bakalnya tidak diarahkan ke Jalan Kabupaten karena aksesnya hanya
untuk kepentingan desa saja dan mungkin dilihat juga dari fisik
jalannya, yang dilihat itu lebar jalan, bentangan jalan, hamparan
jalannya, bahu jalannya, begitu mungkin yang menjadi dasar
dimasukkan ke dalam jalan usaha tani saja karena aksesnya itu lebih
fokus kepada bagaimana hasil-hasil pertanian tersebut bisa diangkut
ke jalan umum, itu dia dasarnya.39
”
Tanpa adanya Surat Pelepasan Hak Atas Tanah (SPH) atau Akta Pelapasan
Hak Atas Tanah (APH) dari pemilik tanah maupun dari perangkat desa atau
perangkat daerah tanah masyarakat tersebut yang telah bersedia tanahnya
digunakan untuk pembanguna jalan ke Tempat Pemakaman Umum Desa
Seteluk Atas dikerjakan oleh pemegang proyek pengerjaan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Pemerintahan
Kabupaten Sumbawa Barat untuk mengerjakan pembangunan jalan
39
Hasil Wawancara dengan bapak Syarifuddin M.Si, Kepala Bagian Sosial Budaya
BAPPEDA, pada tanggal 21 November 2017, di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat
66
umum/jalan uasaha tani tersebut seharusnya Dinas Pekerjaan Umum meminta
surat persetujuan masyarakat (pemilik tanah) untuk digunakan lahannya dan
tidak meminta ganti rugi.
“Karena itu tidak memerlukan ganti rugi, dan tidak masuk usulan
anggaran cukup di desa, pengerjaannya langsung di dinas PU maka
usulan anggaran tidak ada untuk pembebasan tanah. PU hanya
meminta surat persetujuan masyarakat, dan masyarakat sepakat untuk
digunakan lahan dan tidak menuntut ganti rugi ya surat pernyataan
dari pemilik tanah.40
”
Menurut keterangan para pemilik tanah yang digunakan tanahnya untuk
membangun jalan ke Tempat Pemakaman Umum tersebut tidak dimintai
tanda tangan terhadap surat apapun atau akta apapun, semua di setujui pada
saat Musyawarah Perencaan Pembangunan tingkat Desa, yang dimana dalam
musyawarah tersebut perangkat desa hanya menyediakan absen yang tanda
tangani oleh semua peserta musyawarah.
Dalam proses musyawarah penetapan masyarakat bersama dengan pihak
Desa melakukan musyawarah dalam Musrenbang tingkat dusun yang mana
dalam musyawarah tersebut akan dipilih beberapa rencana pembangunan
yang dianggap paling dibutuhkan oleh masyarakat maupun Desa. Hasil dari
musrenbang tingkat Dusun tersebut disimpulkan bahwa ada beberapa hal
yang paling dibutuhkan oleh masyarakat setempat salah satunya ialah jalan
umum akses ke Tempat Pemakaman Umum tersebut.
Akses tersebut sangat dibutuhkan karena jalan untuk menuju ke Tempat
Pemakaman Umum tersebut melwati persawahan dan perkebunan penduduk,
40
Hasil Wawancara dengan bapak M.E. Arianto S.Sos., MM pada tanggal 27 November
2017 di Kantor Graha Fitrah Kabupaten Sumbawa Barat
67
dimana di area persawahan tersebut jalan berupa pematang sawah dan ketika
melewati perkebunan pembawa mayat yang kita tahu bahwa mayat yang
dibawa menggunakan keranda yang digotong secara bersama-sama oleh
masyarakat terpaksa melompati pagar-pagar perkebunan yang dibuat sendiri
oleh pemilik kebun. Pagar tersebut terbilang sulit untuk dilalui dikarenankan
akses untuk melewati perkebunan warga tersebut terkdang tidak mempunyai
pintu akan tetapi melewati tangga kayu. Kalaupun memiliki pintu maka pintu
tersebut akan sulit dilewati.
Selain itu, Tempat Pemakaman Tersebut tidak semata-mata digunakan
oleh masyarakat desa Seteluk Atas saja akan tetapi desa lain juga ikut
menggunakan Tempat Pemakan Umum Tersebut.
Dari hasil musrenbang tingkat dusun tersebut desa akan membawa ke
Musrenbang tingkat Desa. Di dalam Musrenbang yang dilakukan desa
tersebut dibentuklah panitia pembebasan tanah yang berfungsi untuk
“membujuk” pemilik tanah untuk dilepaskan. Panitia tersebut terdiri dari
tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh adat. Membujuk dalam hal ini
artinya melakukan pendekatan persuasif kepada para pemilik tanah, dalam
proses tersebut ada beberapa pemilik tanah yang keberatan untuk melepaskan
tanahnya dikarenakan tanah tersebut telah ditanami pohon jati dan pohon
asam. Adanya masalah tersebut memberi peran kepada para panitia untuk
menyelesaikan persolan tersebut. Pada akhirnya para pemilik tanah
mengikhlaskan tanahnya untuk dilepaskan sebagian, dan para panitia tersebut
yang bertugas juga untuk mengurus pelepasan hak atas tanah tersebut.
68
Setelah pelepasan hak atas tanah tersebut sudah selesi maka Desa akan
mengusulkan rencana tersebut ke Kecamatan. Setelah usulan Desa diterima
oleh Kecamatan yang dalam hal ini adalah Kecamatan Seteluk maka Desa
bersama dengan Kecamatan akan mengawal hasil dari Musrenbang tingkat
Desa tersebut ke Kabupaten yang dimana dari hasil Musrenbang tingkat
dusun tersebut disimpulkan bahwa anggaran yang dipakai ialah APBD
Kabupaten Sumbawa Barat. Dari hasil Musrenbang di Kabupaten tersebut
itulah ditetapkan bahwa dibuatkan Jalan Umum akses ke Tempat Pemakaman
Umum Desa Seteluk Atas.
3. Akibat Hukum Dari Tidak Dibuatnya Surat atau Akta Pelepasahan Hak
Atas Tanah Oleh Baik Pemerintah Maupun Pemilik Tanah
Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum,
perbuatan hukum maupun dari adanya hubungan hukum. Dengan di buatnya
jalan umum yang dimana jalan tersebut merupakan hak milik seseorang maka
dengan sendirinya akan menimbulkan suatu perbuatan hukum yang
menimbulkan suatu peristiwa hukum. Peristiwa hukum ini dimaksudkan
kepada pembangunan jalan di Desa Seteluk Atas oleh Pemerintah Kabupaten
Sumbawa Barat..
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat membangun jalan di Desa
Seteluk Atas yang dimana jalan tersebut bertujuan untuk mempermudah
warga sekitar untuk menuju ke Tempat Pemakaman Umum dan bisa juga
dimanfaatkan untuk jalan usaha tani berdasarkan hasil Musrenbang yang telah
disepakati oleh masyarakat itu sendiri, yang dimulai dari Musrenbang tingkat
dusun sampai dengan Musrenbang tingkat Kabupaten.
69
Dalam pembangunan jalan tersebut memang dalam musyawarah
(Musrenbang) masyarakat telah memberi ijin bagi pemerintah untuk
membangun jalan yang dalam hal ini dapat diartikan sebagai suatu pelepasan
hak atas tanah tersebut. Akan tetapi baik pemerintah maupun masyarakat
dalam hal ini tidak membuat suatu akta atau surat pernyataan pelepesan,
sehingga kedudukan hukum tanah tersebut menjadi rentan akan sengketa.
Menurut peraturan Akta Pelepasan Hak Atas Tanah (APH) atau Surat
Pelepasan Hak Atas Tanah (SPH) yang dibuat di hadapan Notaris dengan dua
orang saksi berdasar pada Pasal 131 ayat (3) Peraturan Menteri Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah (Permenag No. 3/1997). Apabila aturan tersebut tidak dilaksanakan maka
pelepasan hak tersebut menjadi tidak sah yang apabila disimpulkan makah tanah
yang telah dilepaskan tersebut haknya masih dipegang oleh pemilik aslinya.
Dengan tidak dilepaskannya hak tanah tersebut maka hal ini akan sangat
dapat apabila ahli waris mensengketakan tanah yang telah dibangun tersebut,
karena hak penuh dari tanah masih dipegang oleh pemilik tanah.
Pemerintah desa, sampai dengan pemerintah kabupaten tidak akan punya
kedudukan hukum yang kuat apabila dikemudian hari terjadi sengketa tanah, dan
hal tersebut tentunya akan menjadi kerugian baik pemerintah ataupun
masyarakat Desa Seteluk Atas sendiri, yang dimana jalan tersebut sudah menjadi
akses yang biasa digunakan oleh masyarkat dan dibangun oleh pemerintah
daerah Kabupaten Sumbawa Barat menjadi tidak dapat digunakan lagi
70
C. Mengapa Pemilik Tanah Bersedia Melepaskan Hak Atas Tanah Tanpa
Pemberian Ganti Rugi Untuk Pembangunan Jalan Umum Di Desa Seteluk
Atas
Para pemilik tanah yaitu Bapak A. Wahab, Bapak A. Aziz, Bapak
Masdar Arma, Bapak H. Syarif dan Bapak A. Majid bersedia tanahnya
dibangun untuk jalan umum tanpa menerima ganti rugi berupa uang atau
benda-benda lain karena fungsi jalan yang akan dibangun tersebut sangat
membantu warga setempat ketika ada salah satu warga yang keluarganya
meninggal maka pembawa jenazah yang akan dikuburkan tersebut akan
mudah dibawa, mengingat sebelumnya ketika jalan tersebut tidak ada satu-
satunya akses untuk menuju Tempat Pemakaman Umum Desa Seteluk Atas
tersebut adalah persawahan dan perkebunan.
Dengan akses sseperti itu warga sangat kesulita untuk mebawa jenazah
apalgi dengan keranda yang digotong secara bersama-sama. Warga Desa
Seteluk Atas harus melalui pematang-pematang sawah yang ketika musim
panen tiba atau musim hujan maka pematang tersebut makin sulit untuk
dilalui oleh pembawa jenazah.
Selain pematang sawah, pemabawa jenazah juga melewati perkebunan
yang pada saat itu pagar perkebunan-perkebunan warga tersebut rata-rata
telag dipagari bukan dengan tembok atau pagar kayu akan tetapi pagar pohon
yang telah ditanami kemudian sebagai penyambung pagar di kaitkan besi-besi
berduri. Dan sebagian perekebunan pada saat itu tidak memiliki pinta seperti
pintu pada umumnya akan tetapi pintu berupa tangga kayu yang dibuat untuk
melewati pagar-pagar tersebut.
71
Selain bertujuan untuk memudahkan para pembawa jenazah untuk menuju
Pemakaman, jalan tersebut bisa digunakan untuk jalan usaha tani bagi pemilik
tanah serta para petani yang mempunyai sawah di daerah dekat jalan tersebut.
Membawa hasil panen dan hasil kebun akan semakin mudah karena dengan
adanya jalan tersebut kendaraan-kendaraan pengangkut seperti Truk, Delman,
serta kendaraan-kendaraan lainnya bisa masuk sehingga memudahkan untuk
membawa atau mengangkut hasil-hasil tani dan perkebunan.
Para pemilik tanah juga berharap dengan dibangunnnya jalan umum
menuju Tempat Pemakaman Umum Desa Seteluk Atas tersebut menjadi amal
yang tidak akan pernah terputus karena dapat digunakan secara terus menerus
oleh masyarakat setempat maupun masyarakat lainnya yang ingin menggunakan
jalan tersebut.
Terlebih salah satu pemilik tanah bukan warga Desa Seteluk Atas yaitu
bapak Masdar Arma yang merupakan warga Desa lain yang ikut
menyumbangkan tanahnya bagi warga Desa Seteluk Atas untuk digunakan bagi
kepentingan masyarakat Desa Seteluk Atas.