bab iii metodologi penelitian - lontar.ui.ac.id filelangkah-langkah penelitian dapat dilihat pada...
TRANSCRIPT
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan selama
penelitian agar dapat tercapai hasil serta kesimpulan yang sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN
Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1, yaitu sebagai berikut:
1. Menimbang material aluminium master alloy Al-7%Si dan Al-11%Si yang
akan digunakan sesuai dengan perhitungan berat material balance sebagai
material utama penelitian.
2. Melakukan uji komposisi master alloy Al-7%Si dan Al-11%Si agar
diketahui komposisi kimia dari material yang digunakan pada penelitian.
3. Setelah poin 1 dan 2 selesai maka mempersiapkan semua alat dan bahan
untuk melakukan pengecoran. Pada alat pengecoran dilakukan pelapisan
coating sehingga alat lebih terlindungi pada saat panas pengecoran.
4. Melakukan peleburan masing-masing master alloy Al-7%Si dan Al-11%Si
yang dilakukan secara terpisah.
5. Setelah master alloy Al-7%Si dan Al-11%Si masing-masing telah melebur
maka dilakukan fluxing untuk mengikat kotoran yang ada pada logam cair
yang selanjutnya dibuang. Sebelum flux ditaburkan, terlebih dahulu
dipanaskan untuk menghilangkan uap airnya.
6. Menaikkan temperatur logam cair sampai dengan temperatur 800oC,
setelah suhu tersebut dicapai maka dilakukan plunger Al-Fe agar Fe dapat
larut dalam aluminium cair.
7. Menganalisis hasil pengolahan data yaitu dengan membandingkan literatur
terkait.
8. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis.
Identifikasi fasa intermetalik..., Mohammad Zainal Abidin, FT UI, 2008
33
Diagram alir penelitian pada Gambar 3.1 dibawah ini.
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian.
Master Alloy Al-7%Si & Al-11%Si
Peleburan Al-11%Si
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
SEM & EDS XRD
Fluxing
Penambahan Fe 1,2%; 1,4%; 1,6%;
1,8% pada T = 800oC
Degassing Argon
Uji Komposisi Kimia (Spectrometry)
Preparasi penelitian: Alat & bahan
Peleburan Al-7%Si
Fluxing
Penambahan Fe 0,6%; 0,8%; 1%;
1,2% pada T = 800oC
Sampel Uji Fluiditas pada T = 720oC
Uji Komposisi Kimia (Spectrrometry)
Literatur
Mulai
Identifikasi fasa intermetalik..., Mohammad Zainal Abidin, FT UI, 2008
34
3.2 PERALATAN DAN BAHAN
3.2.1. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada peleburan paduan Al-Si antara lain:
1. Dapur peleburan tipe krusibel dan blower.
2. Kowi (kapasitas 1400 gr)
3. Thermocouple (alat pengukur temperatur)
4. Alat uji fluiditas vakum
5. Kompresor
6. Cetakan ingot
7. Timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram
8. Penggaris 100 cm dan spidol permanen
9. Gergaji besi dan gerinda
Peralatan yang dipergunakan saat melakukan pengujian mikrostruktur dan
karakterisasi paduan aluminium silikon yaitu sebagai berikut:
1. Mesin amplas dan mesin poles
2. Mesin Spectrometer
3. SEM LEO 420 dilengkapi personal computer, printer dan software
4. Mesin X-RD dilengkapi dengan personal computer.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain :
1. Ingot paduan Al-7wt%Si dan Al-11wt%Si (master alloy)
2. Paduan Al-80%Fe (dengan efektivitas 95%)
3. Tube tembaga
4. Thermal coating dan Flux
5. Degasser (gas Argon)
6. Briket batubara
7. Resin dan hardener
8. Kertas amplas 120#, 240#, 400#, 600#, 800#, 1000#, dan 1500#.
9. Kain poles beludru dan zat poles Alumina
10. Zat etsa HF (Hidrogen Fluorida) 0,5 % dan Alkohol
Identifikasi fasa intermetalik..., Mohammad Zainal Abidin, FT UI, 2008
35
11. Silica gel untuk menjaga kelembaban sampel ketika disimpan di dalam
plastik.Al-7%Si (1.2%Fe; 1.4%Fe; 1.6%Fe; 1.8%Fe)
3.3 PROSEDUR PENELITIAN
3.3.1 Pembuatan Master alloy Al-Si
Master alloy Al-7%Si dan Al-11%Si yang digunakan pada penelitian ini dibuat
melalui proses pengecoran aluminium yang dipadukan dengan silikon. Pengujian
ini dilakukan dengan menggunakan alat Spectrometer umtuk mengetahui
komposisi awalnya. Sampel yang diuji berupa master alloy dengan komposisi
tertentu sesuai dengan tabel 3.1 da 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.1 Komposisi Kimia Paduan Al-7%Si Sampel Komposisi Kimia (%)
Al Si Fe Cu Mg Cr N 1 92.777 7.0059 0.1309 0.0501 0.0011 0.0015 N 2 92.828 6.9611 0.1297 0.0501 0.0011 0.0015 N 3 92.656 7.1232 0.1336 0.0501 0.0011 0.0015
Rata-rata 92.754 7.0301 0.1314 0.0501 0.0011 0.0015
Sampel Komposisi Kimia (%) Ti Sn Pb Ca P Mn
N 1 0.0100 0.0087 0.0129 0.0012 0.0003 0 N 2 0.0094 0.0077 0.0103 0.0012 0.0000 0 N 3 0.0099 0.0095 0.0136 0.0012 0.0002 0
Rata-rata 0.0098 0.0086 0.0123 0.0012 0.0002 0
Tabel 3. 2 Komposisi Master Alloy Al-11%Si Sampel Komposisi Kimia (%)
Al Si Fe Cu Mn Mg Cr Zn
N 1 88,55 11,164 0,1682 0,0500 0,0000 0,0070 0,0015 0,0040 N 2 88,41 11,300 0,1691 0,0500 0,0000 0,0058 0,0015 0,0057 N 3 88,65 11,085 0,1639 0,0501 0,0000 0,0014 0,0015 0,0000
Rata-Rata 88,54 11,183 0,1671 0,0500 0,0000 0,0047 0,0015 0,0032
Sampel Komposisi Kimia (%)
Ti Ni Sn Pb Na Ca Sr P
N 1 0,0169 0,0000 0,0158 0,0177 0,0002 0,0013 0,0001 0,0000 N 2 0,0169 0,0000 0,0153 0,0180 0,0002 0,0013 0,0001 0,0000 N 3 0,0165 0,0000 0,0127 0,0150 0,0001 0,0012 0,0001 0,0000
Rata-Rata 0,0168 0,0000 0,0146 0,0169 0,0002 0,0013 0,0001 0,0000
Identifikasi fasa intermetalik..., Mohammad Zainal Abidin, FT UI, 2008
36
3.3.2 Persiapan Penelitian
3.3.2.1 Perhitungan Material Balance
Pada penelitian ini pertama adalah melakukan perhitungan bahan baku paduan Al-
7wt%Si dan Al-11wt%Si yang akan digunakan yaitu masing-masing sebesar 1400
gram (disesuaikan dengan kapasitas kowi yang akan digunakan). Elemen besi
yang ditambahkan berupa paduan Al-80%Fe dengan efektivitas 95% Fe sehingga
diperlukan penambahan berat paduan Al-80%Fe sebesar 5% pada setiap variabel
komposisi. Perhitungan penambahan besi yang dilakukan ke dalam paduan Al-Si
dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4.
Tabel 3. 3 Perhitungan Material Ballance untuk Al-7%Si. %Fe Berat Fe (gr) Berat Al (g) Berat eff Fe
(+5% gr) 1,2% 1,2% x 1400 = 16,8 gr Al Fe
Fe = 16,8 x 100/80 = 21 gr Fe Al = 1400 gr – 21 gr Fe = 1379 gr Fe
22,1 gr
1,4% 1,4% x 1400 = 19,6 gr Al Fe Fe =19,6 x 100/80 = 24,5 gr Fe
Al = 1400 gr – 24,5grFe = 1375,5 gr Fe
25,78 gr
1,6% 1,6% x 1400 = 22,4 gr Al Fe Fe = 22,4 x 100/80 = 28 gr Fe
Al = 1400 gr – 28 gr Fe = 1372 gr Fe
29,47 gr
1,8% 1,8% x 1400 = 25,2 gr Al Fe Fe = 25,2 x 100/80 = 31,5gr Fe
Al = 1400 gr – 31,5grFe = 1368,5 gr Fe
33,15 gr
Tabel 3. 4 Perhitungan Material Ballance untuk Al-11%Si %Fe Berat Fe (gr) Berat Al (g) Berat eff Fe
(+5% gr) 0,6% 0,6% 1400 8,4
1008,4 10,580
x gr Al Fe
Fe x gr Fe
=
= =
1400 10,51389,5
Al gr grFegr Al
= −=
11,05 gr
0,8% 0,8% 1400 11,210011,2 1480
x gr Al Fe
Fe x gr Fe
=
= =
1400 141386
Al gr grFegr Al
= −=
14,74 gr
1% 1% 1400 1410014 17,580
x gr Al Fe
Fe x gr Fe
=
= =
1400 17,51382,5
Al gr grFegr Al
= −=
18,42 gr
1,2% 1,2% 1400 16,810016,8 2180
x gr Al Fe
Fe x gr Fe
=
= =
1400 211379
Al gr grFegr Al
= −=
22,1 gr
Identifikasi fasa intermetalik..., Mohammad Zainal Abidin, FT UI, 2008
37
3.3.2.2 Persiapan Alat dan Bahan Tekanan alat uji fluiditas vakum harus diatur terlebih dahulu yaitu sebesar
8 kg/inch2 (konstan untuk semua sampel pengujian). Pipa tembaga merupakan
bagian dari alat uji fluiditas vakum yang bersifat consumable. Pemilihan material
ini sebagai pipa alat uji fluiditas vakum dikarenakan tembaga memiliki nilai daya
hantar panas yang paling baik dibandingkan dengan jenis material lain, seperti
stainless steel dan baja. Pipa tembaga tersebut disesuaikan dengan spesifikasi
standar ASTM B-88 NS yaitu berukuran 1/4” OD, tebal 0,89 mm dan panjang 80
mm. Penimbangan kebutuhan master alloy dilakukan dengan timbangan digital.
Gambar 3. 2 Skema alat uji fluiditas vakum.
Gambar 3. 3 Timbangan Digital.
Vacuum pump
Katup otomatis
Vacuum chamber
Tube tembaga
Dapur krusibel
Kowi
Briket batubara
Saluran Blower
Al CairARGON
Identifikasi fasa intermetalik..., Mohammad Zainal Abidin, FT UI, 2008
38
3.3.3 Proses Peleburan
Proses peleburan dilakukan dengan menggunakan dapur krusibel berbahan
bakar briket batubara yang dilakukan untuk peleburan Al-7%Si dengan komposisi
besi sebesar 1,2%; 1,4%; 1,6%; dan 1,8% serta Al-11%Si dengan komposisi besi
0,6%; 0,8%; 1% dan 1,2%. Bejana (kowi) yang digunakan terbuat dari bahan
refraktori dengan kapasitas ± 1400 gram.
Pertama peralatan peleburan yang akan digunakan di-coating untuk
menghindari masuknya pengotor ke dalam paduan aluminium dan menjaga umur
peralatan tersebut. Kemudian kowi dimasukan ke dalam dapur krusibel dan
dilakukan pembakaran dengan briket batubara sambil dilakukan penghembusan
udara dengan menggunakan blower untuk mempercepat proses pemanasan.
Setelah dapur cukup panas, master alloy Al-Si hipoeutektik yang telah ditimbang
sebelumnya, sedikit demi sedikit dimasukkan dalam bejana (kowi) hingga
mencair. Demikian pula untuk master alloy Al-Si eutektik.
Gambar 3. 4 Blower .
Gambar 3. 5 Proses peleburan.
3.3.4 Proses Fluxing Proses penaburan cover flux keatas permukaan aluminium cair bertujuan
untuk mengikat kotoran-kotoran, berupa oksida maupun pengotor lainnya, yang
terdapat di dalam aluminium cair. Sebelum ditaburkan, flux dipanaskan terlebih
Identifikasi fasa intermetalik..., Mohammad Zainal Abidin, FT UI, 2008
39
dahulu untuk mengurangi kandungan air sehingga tidak terjadi percikan logam
aluminium ketika ditaburkan. Kotoran yang telah berikatan dengan fluxing agent
dibuang (drossing) dengan menggunakan sendok plat besi yang telah di-coating.
3.3.5 Penambahan Elemen Besi
Elemen besi ditambahkan dalam bentuk bongkahan kecil paduan Al-80Fe
pada temperatur di atas 800oC. Proses pelarutan besi dengan cara dibungkus
dengan aluminium foil lalu dilakukan plunger selama ± 5 menit. Setelah itu
dilakukan pengadukan agar besi lebih merata ke seluruh aluminium cair. Paduan
Al-80Fe memiliki efektivitas 95% karena mengandung flux sehingga ketika
dimasukkan ke dalam aluminium cair akan menghasilkan abu (flux yang terbakar).
Gambar 3. 6 Proses penambahan (Plunger) Fe.
3.3.6 Proses Degassing Proses degassing dilakukan setelah seluruh bongkahan paduan Al-80Fe
larut dalam aluminium cair. Pada penelitian ini proses degassing dilakukan pada
temperatur ± 740oC untuk membersihkan gas-gas yang larut akibat temperatur
tinggi. Degassing dilakukan dengan pemberian gas argon melalui lance selama ±
1 menit yang akan menghasilkan gelembung inert di dalam leburan aluminium
sehingga gas-gas asing dan pengotor di dalam aluminium cair dapat terangkat ke
permukaan.
Identifikasi fasa intermetalik..., Mohammad Zainal Abidin, FT UI, 2008
40
3.3.7 Sampel Fluiditas
Sampel fluiditas ini didapatkan dari pengujian fluiditas pada temperatur
720oC. Hasilnya berupa lubang pada silender tembaga terisi aluminium.
Aluminium yang masuk inilah yang akan diteliti dengan SEM, EDX dan XRD.
Alat uji fluiditas vakum terdiri atas dua sistem, yaitu:
1. Sistem vakum,
Sistem vakum berfungsi untuk memberikan tekanan vakum tertentu
(8 kg/inch2) ke dalam pipa tembaga yang dibangkitkan melalui generator
vakum. Tekanan yang dihasilkan oleh generator dijaga oleh vacuum chamber
yang telah dikalibrasi melalui pressure calibration method, sebelum dialirkan
ke suatu batang yang memiliki katup otomatis, dimana pada ketinggian
tertentu katup akan membuka sehingga terjadi tarikan aluminium cair.
2. Sistem kontrol pergerakan.
Sistem kontrol pergerakan dibangkitkan oleh kompresor yang akan
menggerakkan piston sehingga membantu naik-turun pipa tembaga agar stabil.
Pengambilan sampel dilakukan secara semi-otomatis dimana piston akan
menurunkan pipa tembaga ke dalam kowi. Dengan menekan tuas pada alat uji
fluiditas vakum, pipa tembaga yang telah dipasang akan bergerak turun dengan
bantuan hidrolik. Saat pipa mencapai bawah dan masuk ke dalam aluminium cair,
sensor pada alat tersebut tertekan dan vakum akan menghisap logam cair dengan
tekanan yang telah diatur. Proses penghisapan ini dibuat konstan hanya dalam
waktu 3 detik untuk setiap sampel untuk menghindari pipa tembaga ikut melebur.
Gambar 3. 7 Hasil pengujian fluiditas.
3.3.8 Pengujian Komposisi Kimia dengan Spectrometer
Aluminium cair yang telah dilakukan pengujian fluiditas dituang ke dalam
cetakan ingot. Setelah membeku ingot dipotong dan dibubut bagian
permukaannya untuk sampel pengujian komposisi kimia. Pengujian komposisi
Identifikasi fasa intermetalik..., Mohammad Zainal Abidin, FT UI, 2008
41
kimia ini dilakukan dengan menggunakan alat optical emission spectrometer yang
menghasilkan data berupa prosentase unsur yang terkandung di dalam paduan
aluminium tersebut. Pengujian ini dimaksudkan untuk memastikan kadar besi
yang terkandung di dalam paduan Al-Si hipoeutektik sesuai dengan hasil
perhitungan.
3.3.9 Pengamatan Mikrostruktur dengan SEM dan EDS
Pengamatan mikrostuktur ini dilakukan dengan menggunakan Scanning
Electron Microscope (SEM) LEO 420 dilengkapi dengan Energy-Dispersive
Spectroscopy (EDS).
Gambar 3. 8 Alat Scanning Electron Microscope (SEM) yang dilengkapi EDX.
Pengamatan mikrostruktur dengan menggunakan SEM dilakukan untuk
mengetahui morfologi, ukuran, dan jumlah fasa intermetalik yang terbentuk.
Preparasi sampel dengan menggunakan larutan etsa HF 0,5% serta pengambilan
gambar SEM dengan perbesaran 1000 kali. Sementara pengujian komposisi
dilakukan dengan EDX untuk memastikan bahwa terdapat unsur-unsur pembentuk
fasa intermetalik AlFeSi. Dengan menggunakan SEM diharapkan dapat
mengidentifikasi fasa intermetalik dan morfologinya dimana fasa α-AlFeSi
mempunyai bentuk chinesse script dan fasa β-AlFeSi mempunyai morfologi
seperti pelat dan jarum-jarum. Proses perhitungan jumlah fraksi intermetalik
menggunakan piranti lunak PICSARA[25].
Sampel uji untuk pengamatan mikrostruktur ini diambil dari bagian atas
tube hasil uji fluiditas. Seluruh sampel uji yang akan diamati mikrostrukturnya
Identifikasi fasa intermetalik..., Mohammad Zainal Abidin, FT UI, 2008
42
harus melalui tahapan-tahapan persiapan sampel metalografi berdasarkan standar
pengujian ASTM E 3-80 (1980). Adapun tahap-tahap yang dilakukan adalah :
1. Mounting
Proses mounting bertujuan menempatkan sampel pada suatu media, untuk
memudahkan penanganan sampel yang berukuran kecil dan tidak beraturan
tanpa merusak sampel. Media mounting yang digunakan berupa resin dan
hardener yang dituangkan ke cetakan setelah diletakkan sampel terlebih
dahulu.
Gambar 3. 9 Sampel uji fluiditas setelah dilakukan mounting.
2. Pengamplasan (Grinding)
Pengamplasan dilakukan dengan menggunakan kertas amplas dengan amplas
nomor grid #120, #240, #360, #400, #600, #800, #1000, dan #1500, yang
dilakukan secara bertahap dimulai dari amplas dengan nomor grid paling kecil
(kasar) ke nomor grid yang besar (halus). Proses pengamplasan dilakukan
dengan dialiri air yang bertujuan untuk menghindari panas akibat gesekan
permukaan sampel dengan amplas dan untuk membuang geram hasil
pengamplasan agar tidak menggores permukaan sampel. Proses pengamplasan
ini bertujuan untuk mendapatkan kehalusan permukaan dan menghilangkan
goresan-goresan kasar pada permukaan sampel.
Gambar 3. 10 Mesin Amplas dan mesin Poles.
Mounting
Lokasi pengambilan sampel
Identifikasi fasa intermetalik..., Mohammad Zainal Abidin, FT UI, 2008
43
3. Pemolesan (Polishing)
Sampel yang permukannya telah halus dan rata kemudian akan dipoles dengan
menggunakan mesin pemoles dan zat poles alumina. Proses ini dilakukan
setelah pengamplasan dengan tujuan untuk menghilangkan goresan-goresan
akibat pengamplasan, sehingga didapatkan permukaan yang lebih halus dan
mengkilap.
4. Etsa (Etching)
Untuk mengamati mikrostruktur perlu dilakukan etsa, yaitu proses korosi
terkontrol yang bertujuan untuk mengikis batas butir. Untuk pengamatan
struktur aluminium zat etsa yang diberikan adalah HF 0,5% pada bagian
permukaan sampel (±15 detik). Setelah dilakukan etsa kemudian sampel akan
dibersihkan dengan air dan alkohol 70% dan dikeringkan.
3.3.10 Karakterisasi dengan XRD
Sampel yang digunakan adalah potongan aluminium yang berbentuk
silinder yang dibelah menjadi dua. Kemudian potongan-potongan tersebut disusun
sehingga menjadi suatu bidang yang nantinya dapat diuji pada mesin XRD.
Tujuan dilakukan karakterisasi dengan menggunakan XRD (X-Ray Diffraction)
adalah untuk mengetahui senyawa yang terkandung didalamnya.XRD dilakukan
dengan menembakkan sinar X-Ray pada material kemudian pantulannya akan
ditangkap oleh detektor (gambar 2.27). Prinsip dari XRD dimana elektron yang
berada pada bidang elektromagnetik akan bertolak dengan frekuensi yang sama
(gambar 2.26). Ketika berkas x-ray menumbuk atom, elektron disekitar atom akan
mulai terpantul kesegala arah (gambar 2.28) dengan frekuensi yang sama sebagai
berkas sinar datang. Hampir di semua arah mempunyai interferensi yang saling
melemahkan, yaitu gelombang gabungan keluar dari fasa dan tidak ada resultan
energi meninggalkan sampel padat. Walaupun atom pada kristal tergabung pada
pola umum dan pada beberapa arah akan menghasilkan inteferensi yang saling
menguatkan. Oleh sebab itu berkas sinar diffraksi akan digambarkan sebagai
berkas sinar dari sejumlah sinar tersebar yang saling menguatkan satu sama lain.
Identifikasi fasa intermetalik..., Mohammad Zainal Abidin, FT UI, 2008
44
Gambar 3. 11 Geometri pemantulan X-Ray.
Hasil dari XRD dapat digunakan untuk mendeteksi secara kualitatif
senyawa yang terkandung dalam suatu material. Setiap senyawa pasti memiliki
posisi 2θ yang berbeda.
XRD juga dapat digunakan untuk menganalisa secara kuantitatif,
berdasarkan pernyataan dari B.D.Culity dalam buku Element of X-Ray Diffraction
menyatakan bahwa analisa kuantitafif dengan XRD dapat dilakukan dengan
memanfaatkan intensitas hasil pengukuran. Faktanya intensitas tergantung dari
konsentrasi pada campuran sampel.
Gambar 3. 12 Contoh hasil XRD
Hubungan antara intensitas dengan konsentrasi tidak selalu linear, karena
intensitas difraksi tergantung dari koefisien absorbsi pada setiap campuran yang
bervariasi berdasarkan konsentrasi.
Aplikasi XRD biasanya digunakan adalah untuk analisa kimia, meliputi
identifikasi fasa, investivigasi fasa temperatur tinggi ataupun rendah, solid
solution dan menentukan parameter sel dari material baru.
Identifikasi fasa intermetalik..., Mohammad Zainal Abidin, FT UI, 2008