bab iii metode penelitian -...

25
58 Muhson, 2014 Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN Pada bab tiga ini dikemukakan beberapa pembahasan terkait metode penelitian, yaitu; (a) metode penelitian, (b) prosedur penelitian, (c) lokasi dan subjek penelitian, (d) teknik pengumpulan data, (e) instrumen pengumpulan data, (f) teknik analisis data, (g) definisi operasional, dan (h) hipotesis penelitian. Adapun pembahasannya diuraikan sebagaimana berikut. A. Metode Penelitian Mengingat tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sebuah model pembelajaran, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian research and development (R&D) yakni suatu pendekatan riset yang digunakan untuk mengembangkan, menyempurnakan, dan/atau memvalidasi suatu produk tertentu dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Agar menghasilkan produk akhir yang sesuai dengan tujuan pengembangan ini, maka temuan-temuan yang didapatkan dari hasil uji coba terus diadakan penyempurnaan (Sukmadinata, 2008: 167). Penelitian ini menggunakan R&D model Borg and Gall (1979: 626). Referensi yang diacu adalah buku Applying Education Research: A Practical Guide for Teachers. Inti model Borg and Gall adalah pandangan R&D sebagai prosess used to develop and validate educational product”. Sebagai rujukan pembanding peneliti mempertimbangkan pernyataan Ary, et al (2002: 301) bahwa: “… the developmental research is a type of applied research that aims to solve an immediate problem. Through applied research, teachers often can

Upload: lamduong

Post on 08-Jun-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

58 Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab tiga ini dikemukakan beberapa pembahasan terkait metode

penelitian, yaitu; (a) metode penelitian, (b) prosedur penelitian, (c) lokasi dan

subjek penelitian, (d) teknik pengumpulan data, (e) instrumen pengumpulan data,

(f) teknik analisis data, (g) definisi operasional, dan (h) hipotesis penelitian.

Adapun pembahasannya diuraikan sebagaimana berikut.

A. Metode Penelitian

Mengingat tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sebuah model

pembelajaran, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian research and

development (R&D) yakni suatu pendekatan riset yang digunakan untuk

mengembangkan, menyempurnakan, dan/atau memvalidasi suatu produk tertentu

dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Agar

menghasilkan produk akhir yang sesuai dengan tujuan pengembangan ini, maka

temuan-temuan yang didapatkan dari hasil uji coba terus diadakan

penyempurnaan (Sukmadinata, 2008: 167).

Penelitian ini menggunakan R&D model Borg and Gall (1979: 626).

Referensi yang diacu adalah buku “Applying Education Research: A Practical

Guide for Teachers”. Inti model Borg and Gall adalah pandangan R&D sebagai

prosess used to develop and validate educational product”. Sebagai rujukan

pembanding peneliti mempertimbangkan pernyataan Ary, et al (2002: 301)

bahwa:

“… the developmental research is a type of applied research that aims to

solve an immediate problem. Through applied research, teachers often can

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

59

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

solve their problems at the appropriate level of complexity that is in the

classroom teaching learning situation. This research is not to formulate or

test a theory like in the basic research but is to develop effective products

for use in schools.”

Langkah R&D Borg dan Gall (1979: 626-640) serta Gall, & Borg (2003:

572-573) ada sepuluh tahap yakni:

1. Research and information collection yakni penelitian dan pengumpulan

informasi atau data, yang meliputi studi literatur, observasi kelas, penelitian

dalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian

pada tahap ini, peneliti mengerjakan dua bentuk kegiatan, yaitu; Pertama,

melakukan kajian berbagai macam teori dan mengkaji hasil penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan model pembelajaran. Kedua, melakukan

survei awal pada 8 Madrasah Tsanawiyah yang ada pada 4 wilayah

kecamatan di kabupaten Kediri setelah memperoleh surat izin melakukan

penelitian dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kediri dan

kesediaan para Kepala Madrasah Tsanawiyah. Tujuan dari survei ini adalah

untuk mengetahui kondisi pembelajaran bahasa Inggris yang sedang

berlangsung selama ini, dan mengetahui keterlibatan siswa dalam

pembelajaran, kinerja guru, sarana dan prasarana yang tersedia, lingkungan

madrasah, serta melihat kemungkinan diterapkannya model pembelajaran

dengan pendekatan komunikatif dalam rangka meningkatkan keterampilan

komunikasi lisan bahasa Inggris di Madrasah Tsanawiyah.

2. Planning yaitu menyusun rencana penelitian yang meliputi kemampuan-

kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yang berkaitan

dengan pengembangan produk, menentukan prosedur kerja perkiraan biaya,

menetapkan rumusan tujuan, desain langkah urutan pembelajaran dan

merancang uji kelayakan.

3. Develop preliminary form of product yaitu mengembangkan bentuk model

awal atau draf produk yang dapat berupa pengembangan bahan, media yang

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

60

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan dan proses pembelajaran serta instrumen penilaian. Bentuk draf

produk yang dimaksud adalah menentukan language games yang sesuai

dengan standar isi mata pelajaran Bahasa Inggris dan karakteristik siswa;

4. Preliminary field testing yaitu ujicoba pendahuluan. Tujuannya adalah untuk

memperoleh gambaran tentang kelayakan suatu produk. Pada tahap ini

peneliti membahas dan mendiskusikan aplikasi language games pada mata

pelajaran Bahasa Inggris dengan ahli dan praktisi (kolaborator) sehingga ada

evaluasi ahli dan praktisi.

5. Main product revision yaitu melakukan revisi produk awal berdasarkan atas

hasil ujicoba pendahuluan tentang pengembangan model language games

pada mata pelajaran Bahasa Inggris dimana hasilnya dipergunakan untuk

ujicoba model;

6. Main field testing yaitu uji coba utama yang dikenal dengan ujicoba model

dengan melibatkan jumlah madrasah dan subjek yang lebih banyak. Ujicoba

model dilakukan pada 3 Madrasah Tsanawiyah dengan kategori rendah,

sedang dan tinggi dalam rangka pengembangan model language games untuk

meningkatkan komunikasi lisan siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris.

Data kuantitatif berupa pretes dan postes dikumpulkan dan hasilnya

dievaluasi sesuai dengan tujuannya.

7. Operational product revision yaitu revisi produk dengan menyempurnakan

hasil ujicoba model. Perbaikan model pembelajaran ini dilakukan berdasarkan

atas hasil ujicoba model yang dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru

mata pelajaran Bahasa Inggris guna menghasilkan bentuk model

pembelajaran yang ideal;

8. Operational field testing yaitu ujicoba operasional yakni uji validasi model

yang melibatkan lebih banyak lagi madrasah dan subjek. Pengujian dilakukan

dalam bentuk kuasi eksperimen dengan rancangan sebelum dan sesudah

dengan kelompok kontrol (pretest posttest control group design). Rancangan

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

61

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini menggunakan dua kelompok subjek, kedua kelompok tersebut diukur dan

diamati dua kali yaitu sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Kelompok yang

mendapat perlakuan disebut kelompok eksperimen (treatment group),

sedangkan kelompok yang tidak mendapat perlakuan disebut kelompok

kontrol.

9. Final product revisión yaitu penyempurnaan produk terakhir setelah

mendapat masukan dari uji pelaksanaan lapangan berdasarkan hasil uji coba

model dan uji validasi model. Pada tahap ini produk yang dikembangkan

benar-benar siap pakai.

10. Dissemination and distribution yaitu penyebaran dan distribusi. Pada tahap

ini dilakukan sosialisasi terhadap produk hasil pengembangan, dan

melaporkan hasil dalam pertemuan ilmiah dan MGMP Bahasa Inggris serta

dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dengan tujuan agar model yang baru

dikembangkan dapat dipakai dan diterapkan.

Research and information collection; Planning dan Develop preliminary

form of product merupakan tahap pendahuluan. Preliminary field testing; Main

product revision; Main field testing; Operational product revision; merupakan

tahap pengembangan. Operational field testing; Final product revisión merupakan

tahap pengujian efektivitas. Sementara itu Dissemination and distribution tidak

dilakukan, tetapi dilaksanakan oleh user.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 jenis metode penelitian, yaitu

survei dan evaluatif. Metode survei digunakan dalam penelitian awal untuk

menghimpun data tentang kondisi yang ada. Metode evaluatif digunakan untuk

menilai proses ujicoba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan

melalui serangkaian ujicoba dan pada setiap ujicoba diadakan penilaian, baik

penilaian hasil maupun proses. Atas dasar temuan-temuan hasil ujicoba itulah

diadakan penyempurnaan (Sukmadinata, 2005: 167).

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

62

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Prosedur Penelitian

Dari sepuluh langkah yang dikembangkan oleh Borg & Gall kemudian

peneliti sederhanakan dalam tiga tahapan penelitian sebagaimana yang

dikemukakan oleh Sukmadinata (2008), yaitu: (1) studi pendahuluan; (2)

pengembangan model; dan (3) Uji validasi model. Setiap tahap penelitian

memerlukan metode serta teknik dan instrumen yang tidak persis sama, yang

disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan setiap fase. Dengan demikian

pelaksanaan penelitian ini mengalami penyederhanaan yang secara garis besar

melalui tiga tahapan sebagaimana berikut:

Pertama, studi pendahuluan. Tahapan ini diawali dengan mengkaji

beberapa literature yang terkait guna memperoleh gambaran tentang model

pembelajaran language games, prinsip pembelajaran Bahasa Inggris di MTs/SMP,

pembelajaran komunikatif, dan karakteristik keterampilan komunikasi lisan.

Selanjutnya peneliti melakukan survei ke lapangan untuk mendapatkan gambaran

kondisi pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris dan beberapa hal yang

tercakup di dalamnya, diantaranya; kondisi guru, kondisi siswa, proses belajar

mengajar, media, dan sarana prasarana yang tersedia di madrasah Tsanawiyah

lokasi penelitian. Hasil dari kajian studi pendahuluan ini dijadikan masukan bagi

pengembangan model pembelajaran language games pada mata pelajaran Bahasa

Inggris

Kedua, Pengembangan Model Pembelajaran. Merujuk pada data yang

diperoleh melalui studi pendahuluan, peneliti menyusun draf awal model produk

yang dikembangkan yakni model pembelajaran permainan bahasa (language

games). Draf model yang dikembangkan adalah model permainan bahasa pada

mata pelajaran Bahasa Inggris yang diharapkan dapat meningkatkan komunikasi

lisan secara efektif pada madrasah tingkat Tsanawiyah. Dalam tahap

pengembangan ini tentunya peneliti melakukan serangkaian kegiatan, diantaranya;

a) Analisis kebutuhan (need assessment). Kegiatan ini dilakukan untuk

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

63

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengetahui karakteristik dan kebutuhan siswa sehingga dapat dijadikan dasar

dalam merancang dan mengembangkan materi pembelajaran yang

mengintegrasikan language games, mengelola kelas, strategi penyajian materi,

dan evaluasi yang mampu meningkatkan keterampilan komunikasi lisan, b)

Menyusun desain model pembelajaran komunikatif mata pelajaran Bahasa Inggris

yang meliputi; penyusunan silabus dan RPP yang diintegrasikan dengan language

games pada mata pelajaran Bahasa Inggris Madrasah Tsanawiyah dengan

menetapkan; (1) tujuan, (2) materi, (3) metode mengajar, (4) strategi pengajaran,

(5) media pembelajaran, dan 6) alat evaluasi, c) Merencanakan ujicoba lapangan

yang meliputi; bentuk kegiatan, tempat kegiatan, dan waktu, d) Melakukan

ujicoba model dan uji validasi model.

Ujicoba model bertujuan untuk memperoleh penilaian kualitatif terkait

penerapan model. Penilaian kualitatif ini diperoleh melalui umpan balik

(feedback) dari pendidik penguji coba dan peneliti. Fokus penilaian adalah isi

(content), strategi konseptual dan operasional model dengan semua aktivitas dan

perilaku yang diinginkan yang menyatu dalam setiap langkah pembelajaran.

Ujicoba model luas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah model yang

dikembangkan memenuhi tujuan yang ditetapkan, baik melalui penilaian kualitatif

maupun kuantitatif. Untuk penilaian kualitatif, data diperoleh dari observasi kelas.

Untuk penilaian kuantitatif, digunakan rancangan eksperimental dengan ‘one

group pretest-posttest design’. Alasan menggunakan rancangan itu adalah untuk

melihat dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan model pembelajaran

language games terhadap variabel meningkatnya keterampilan komunikasi lisan.

Berikut adalah desain pretes-postes satu kelompok (Sudjana dan Ibrahim,

1989:35) untuk mengukur berapa besar pengaruh atau dampak model terhadap

prestasi hasil belajar dan motivasi siswa.

Tabel 3. 1. Desain Pretes-Postes Kontrol Grup

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

64

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelompok Pretes Perlakuan

(Variabel bebas)

Postes

(Variabel terikat)

Eksperimen

Kontrol

O 1

O 3

X

-

O 2

O 4

Sumber: Sugiono (2008: 113)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam proses ujicoba model dengan

desain itu adalah (1) menentukan kelompok subjek penelitian, (2) melakukan

pretes (O1), (3) melakukan ujicoba model pembelajaran yang dikembangkan, (4)

melakukan postes (O2) setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model

yang dikembangkan, (5) mencari rata-rata baik pretes maupun postes, kemudian

membandingkan keduanya, dan (6) untuk menentukan ada tidaknya pengaruh

yang signifikan yang ditimbulkan oleh penggunaan model, dicari selisih

perbedaan antara rata-rata pretes dan postes.

Sementara itu, selain data yang diperoleh dari hasil ujicoba di atas,

diperoleh data dalam bentuk dokumentasi dan catatan lapangan yang kemudian

didiskusikan dengan tim kolaborator, sehingga ada umpan balik yang dapat

digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan model dalam pengembangan

berikutnya sampai pada optimalisasi, yakni berupa model siap validasi.

Ketiga, uji validasi model. Validasi model dengan mendiskusikannya

dengan para ahli kurikulum dan pembelajaran yakni para dosen pembimbing

untuk memperbaiki draf awal model yang telah diujicobakan melalui ujicoba

model.

Tahap selanjutnya dilakukan validasi melalui metode eksperimen dengan

memberikan perlakuan model pembelajaran dengan menggunakan language

games dan variabel kontrol yang menggunakan metode konvensional untuk

masing-masing satu kelas untuk peringkat kelas dengan kemampuan siswa

rendah, sedang dan tinggi. Uji validasi diterapkan pada tiga madrasah Tsanawiyah

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

65

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk kelompok eksperimen dan tiga madrasah Tsanawiyah untuk kelompok

kontrol dengan peringkat masing-masing kelompok rendah, sedang dan tinggi.

Gambar 3.1. Alur Kegiatan Penelitian dan Pengembangan

Sumber: Diadaptasi dari Borg & Gall dan Sukmadinata (2008: 189)

Validasi yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran

language games dengan menggunakan desain penelitian nonequivalent control-

group design, artinya penunjukan subjek penelitian ke dalam kelompok kontrol

dan eksperimen tidak dilakukan secara acak serta adanya pelaksanaan pretes dan

postes pada kedua kelompok tersebut (Ghozali, 2008).

STUDI

PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN

MODEL

UJI VALIDASI

MODEL

Studi Literatur Landasan Teori

Hasil Penelitian

Terdahulu

Surve Lapangan

Proses

Pembelajaran

Kondisi Pendidik

& Siswa

Sarana, media, &

alat (APE)

Lingkungan

madrasah

Hasil Studi

Literatur Dan Surve

Lapangan Sebagai

Dasar Penyusunan

Draf

Penyusunan draf

awal

Perencanaan model

Penentuan tim

kolaborator

Uji Kelayakan

Desain Model Awal

Evaluasi di atas

meja (desk

evaluation)

Perbaikan Model

Ujicoba Model

Hasil Perbaikan

Implementasi

Evaluasi

Draf Model Akhir

Uji Validasi dengan

Kelompok Kontrol

Eksperimen

Pretes

Treatment

Postes

Model Teruji

(Model Akhir Hasil

Pengembangan)

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

66

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di madrasah Tsanawiyah baik negeri maupun

swasta yang berlokasi di Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Pemilihan

kabupaten Kediri sebagai lokasi penelitian didasarkan pada beberapa

pertimbangan bahwa kabupaten Kediri ini memiliki jumlah madrasah Tsanawiyah

yang cukup banyak, yaitu 94 madrasah yang tersebar di 25 kecamatan. Sedangkan

pertimbangan berikutnya adalah bahwa di kabupaten Kediri ini terdapat banyak

pondok pesantren yang mana para santrinya banyak bersekolah di madrasah

Tsanawiyah sehingga kondisi siswa sangat beragam karena berasal dari berbagai

daerah dan kota yang bernaung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Faktor teknis juga merupakan pertimbangan praktis yang penulis pilih mengingat

peneliti sendiri berdomisili di Kabupaten Kediri khususnya di Kecamatan

Kepung. Adapun madrasah Tsanawiyah yang menjadi bagian dari sampel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Daftar Madrasah Tsanawiyah yang Diteliti untuk Ujicoba

Model dan Validasi Model

No Nama Madrasah Akreditasi Status Keterangan

1 MTsN Model Pare (VII F & VII D) A Negeri Uji Model &

Validasi

2 MTs Sunan Ampel Siman Kepung B Swasta Uji Model

3 MTs Sunan Ampel Tertek Pare B- Swasta Uji Model

4 MTsN Jombang Kauman Kepung A Negeri Uji Validasi

5 MTs Taswirotululum Sb. Gayam Kepung B- Swasta Uji Validasi

6 MTsN Pagu A Negeri Uji Validasi

7 MTs Al-Islahiyah Bobosan Kandangan B Swasta Uji Validasi

8 MTs Sunan Ampel Wonorejo Pagu B- Swasta Uji Validasi

Subjek penelitian terdiri dari para guru dan siswa sebagai responden.

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII (Tujuh). Penentuan sampel pada

studi pendahuluan, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

67

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sampel penelitian pada studi pendahulun hanya ada tiga madrasah di dua

kecamatan dengan tiga kategori yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi. Kategori

ini didasarkan pada beberapa hal di antaranya: a) kelengkapan sumber belajar

seperti buku-buku perpustakaan; b) status akreditasi madrasah, 2) penilaian

terakhir yang dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kediri, 3)

tingkat kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran, dan 4) kategori/penilaian

lain yang diberikan oleh Koordinator pengawas Madrasah dan Ketua KKM yang

dapat dipertanggungjawabkan. Metode penelitian yang digunakan pada tahap

studi pendahuluan adalah survei. Pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara, angket, observasi, dan studi dokumentasi, yang didukung dengan

instrumen pedoman wawancara dan pedoman observasi.

Tahap pengembangan model bertujuan menyusun model awal pembelajaran

Bahasa Inggris berbasis permainan bahasa serta mengujikan keterterapan dan

hasilnya melalui ujicoba model. Metode penelitian yang digunakan adalah

eksperimen, menggunakan rancangan ‘one group pretest-posttest design’. Data

yang dikumpulkan melalui observasi, angket, wawancara informal, studi

dokumentasi dan tes, yang didukung dengan instrumen yang relevan.

Pada tahapan pengembangan model, peneliti menentukan tiga madrasah

Tsanawiyah dengan kategori masing-masing; rendah, sedang dan tinggi seperti

pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3. Daftar Madrasah Tsanawiyah Untuk Ujicoba Model

NO NAMA MADRASAH WILAYAH KUALIFIKASI 1 MTs Negeri Model Pare (VII F) Pare Tinggi

2 MTs Sunan Ampel Siman Kepung Kepung Sedang

3 MTs Sunan Ampel Semanding Tertek Pare Pare Rendah

Pemilihan Madrasah-madrasah Tsanawiyah yang menjadi ujicoba model

dalam subjek penelitian, antara lain didasarkan pada pertimbangan sebagai

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

68

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berikut: (1) keterjangkauan lokasi (2) kesediaan dan motivasi yang tinggi dari

pihak pengelola dan pendidik untuk bekerja sama dengan peneliti dalam

pengembangan model pembelajaran berbasis permainan ini; dan (3) keberagaman

(heteronigitas) siswanya di madrasah ini.

Madrasah-madrasah tersebut terpilih sebagai sampel penelitian dengan

pertimbangan bahwa siswa kelas VII (Tujuh) Madrasah Tsanawiyah didasarkan

pada asumsi bahwa: a) Siswa pada kelas ini tidak sedang menghadapi Ujian

Nasional (UN) yang secara psikologis memberikan pengaruh pada perilaku belajar

dan perilaku sosialnya. b) Siswa pada kelas ini memiliki karakter dasar suka

bermain yang merupakan lanjutan dari sekolah dasar sebelumnya. c) Secara

umum, siswa pada kelas ini dianggap telah memiliki pengetahuan dasar tentang

bahasa Inggris yang dimulai dari tingkat MI/SD Kelas IV s/d VI sebagai mulok

dan sekaligus sebagai dasar untuk menguasai ketrampilan berbahasa (language

skills) secara menyeluruh, dan d) Secara umum siswa pada kelas ini perlu

mendapatkan perhatian lebih terkait dengan motivasi belajar Bahasa Inggris agar

tidak terjadi pandangan/perilaku negatif yang bisa menghancurkan penguasaan

mereka terhadap bahasa Inggris dan masa depan mereka.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan

sampel aksidental, yakni penarikan sampel yang didasarkan pada kemudahan.

Dalam hal ini, sampel (Prasetyo dan Jannah, 2008: 135) dapat terpilih karena

berada pada waktu, situasi dan tempat yang tepat. Pemilihan subjek penelitian

tersebut juga tidak bertentangan dengan kriteria yang dikemukakan oleh Spradley

(1980: 56) yaitu: (1) sederhana, hanya terdapat satu situasi sosial tunggal, (2)

mudah memasukinya, dan (3) tidak mengalami kesulitan dalam melakukan

penelitian, mudah memperoleh ijin, kegiatannya terjadi berulang-ulang.

Tahap ujivalidasi model atau ujicoba lapangan dengan kelompok kontrol

bertujuan membuktikan kehandalan atau keunggulan model pembelajaran Bahasa

Inggris berbasis permainan bahasa terahadap hasil belajar siswa dibandingkan

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

69

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan model lain yang biasa digunakan pendidik. Metode penelitian yang

digunakan adalah kuasi eksperimen dengan nonequivalent control-group design.

Sementara pada ujicoba validasi/lapangan dengan kelompok kontrol ini, peneliti

menetapkan tiga madrasah dengan kualitas yang berbeda (madrasah dengan

kualitas rendah, sedang dan tinggi), dan peneliti melaksanakannya di enam

madrasah dengan rincian tiga madrasah dengan status rendah, sedang dan tinggi

sebagai kelompok eksperimen dan tiga madrasah lainnya dengan status yang sama

sebagai kelompok kontrol sebagaimana tertera pada tabel 3.4. Pengumpulan data

dilakukan melalui tes, yang didukung dengan observasi dan wawancara informal.

Tabel 3.4. Daftar Madrasah Tsanawiyah Untuk Validasi Model

NO NAMA MADRASAH WILAYAH KUALIFIKASI KETERANGAN 1 MTs Taswirotululum

Sumbergayam Kepung

Kepung Rendah Kel. Eksperimen

2 MTs N Jombang

Kauman Kepung

Kepung Sedang Kel. Eksperimen

3 MTs N Model Pare

(VII D)

Pare Tinggi Kel. Eksperimen

4 MTs Sunan Ampel

Wonorejo Pagu

Pagu Rendah Kel. Kontrol

5 MTs Al-Islahiyah

Bobosan Kandangan

Kandangan Sedang Kel. Kontrol

6 MTs N Pagu Pagu Tinggi Kel. Kontrol

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian dan pengembangan ini, teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah observasi, wawancara, angket, tes dan studi dokumentasi.

Berikut ini akan dijelaskan secara singkat teknik pengumpulan data yang

dimaksud sebagai berikut:

Pertama. Teknik observasi diperlukan untuk mendapatkan data berupa

pengamatan secara langsung terhadap responden. Observasi digunakan untuk

mengukur perilaku individu atau proses terjadinya sesuatu yang dapat diamati

baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Sudjana dan

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

70

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ibrahim (1989: 109). Observasi yang diamati berupa aktivitas tentang proses

penerapan produk dalam mencapai tujuan yang dilakukan secara kontinu sampai

diperoleh data yang memadai. Teknik observasi digunakan dalam penelitian ini

karena berbagai alasan, antara lain: (1) observasi cocok untuk mengetahui

kebenaran data yang dibutuhkan, (2) melalui observasi melihat dan mengamati

sendiri subjek penelitian, dan (3) memungkinkan peneliti mampu memahami

situsi-situasi yang rumit. Moleong (2009: 175) mengemukakan bahwa alasan

secara metodologis penggunaan observasi ialah dapat mengoptimalkan peneliti

dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan, dan

sebagainya. Dikemukakan juga bahwa observasi memungkinkan peneliti untuk

melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, observasi

memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek

sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan berupa observasi partisipatif, yakni

peneliti ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung untuk mendapatkan

data objek yang diamati. Beberapa alasan penggunaan observasi sebagai alat

pengumpul data dalam pengembangan model adalah: (1) teknik ini didasarkan

pada pengalaman langsung yang dianggap sebagai alat yang ampuh mengecek

kenyataan yang sebenarnya. (2) memungkinkan untuk memperoleh data yang

objektif. (3) peneliti dapat mencatat langsung peristiwa dan kejadian penting

dalam tahap ujicoba. (4) peneliti dapat memahami kondisi yang rumit dan

kompleks dan (5) sebagai teknik bagi hal-hal yang tidak dapat diperoleh melalui

teknik komunikasi. Kegiatan ini didukung oleh Iskandar (2009:214) yang

mengemukakan bahwa untuk melakukan observasi partisipatif seorang peneliti

harus berperan dalam kegiatan-kegiatan subjek yang sesuai dengan tema atau

fokus masalah yang ingin dicari jawabannya.

Teknik observasi digunakan pada tahap studi pendahuluan serta pada tahap

pengembangan dan validasi model untuk memperoleh informasi tentang

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

71

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelaksanaan model permainan bahasa dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Pada

tahap studi pendahuluan, teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data

tentang pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris di kelas VII Madrasah-

madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Kediri. Data yang diperoleh dari kegiatan

observasi ini menjadi masukan dalam pengembangan model pembelajaran

berbasis permainan bahasa (language games) pada mata pelajaran Inggris.

Sementara itu, pada tahap pengembangan (ujicoba model di lapangan) dan

validasi model, teknik observasi digunakan untuk memperoleh informasi tentang

implementasi model permainan bahasa tersebut.

Aspek-aspek yang menjadi fokus observasi pada tahap studi pendahuluan

adalah prosedur atau langkah-langkah yang dilaksanakan pendidik dalam kegiatan

pembelajaran bahasa Inggris berdasarkan rencana pembelajaran yang telah

disusunnya. Sedangkan fokus observasi pada tahap pengembangan dan validasi

model adalah prosedur atau langkah-langkah yang dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran sesuai dengan model permainan bahasa sebagaimana yang tertulis

pada perangkat pembelajaran.

Kedua, teknik wawancara diperlukan peneliti untuk mengumpulkan data

atau informasi yang tidak dapat diperoleh melalui observasi dan survei.

Wawancara merupakan alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan

informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan,

keyakinan, melalui pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Sudjana (1989: 102)

melalui wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (indepth

information) terhadap proses pengembangan produk melalui berbagai ujicoba,

karena peneliti dapat menjelaskan atau memfrasekan pertanyaan yang tidak

dimengerti oleh responden, peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan (follow

up question), responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan dan

responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi dimasa silam dan masa

mendatang.

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

72

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Enterberg dalam Sugiono, (2009: 231) mendefinisikan wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Maksud

mengadakan wawancara, seperti ditegaskan Lincoln dan Guba (Moleong, 2009:

186), antara lain: (1) untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan, (2)

memverivikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang

lain. Teknik wawancara digunakan dalam penelitian ini dengan alasan bahwa

peneliti ingin mengkonstruksi kegiatan, situasi sosial dan memverifikasi informasi

yang berkenaan dengan pembelajaran bahasa Inggris di Madrasah-madrasah

Tsanawiyah tempat penelitian ini dilaksanakan.

Pada tahap studi pendahuluan, teknik wawancara digunakan untuk

memperoleh informasi lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris di kelas VII. Informasi yang diperoleh

digunakan sebagai masukan dalam pengembangan model pembelajaran permainan

bahasa. Sementara itu, teknik wawancara pada tahap pengembangan dan validasi

model digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih dalam mengenai

implementasi serta faktor pendukung dan penghambat penerapan model

pembelajaran permainan bahasa hasil pengembangan.

Ketiga, angket. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang

diperlukan berupa kumpulan pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk dijawab secara

tertulis pula. Angket merupakan instrumen pendukung dalam mendapatkan

informasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan yang dilakukan. Teknik

angket digunakan pada tahap studi pendahuluan, serta pada tahap pengembangan

dan validasi model. Tujuan pokok pembuatan angket (kuesioner) adalah untuk: (1)

memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, dan (2)

memperoleh informasi dengan reabilitas dan validitas setinggi mungkin

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

73

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Singarimbun dan Effendi, 1989: 175). Oleh karena itu perntanyaan-pertanyaan

dalam angket langsung berkaitan dengan tujuan penelitian.

Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam angket ini adalah daftar

pertanyaan yang harus dijawab oleh pendidik dan siswa berkaitan dengan identitas

pribadi serta pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris.

Keempat, studi dokumentasi. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data-

data tertulis yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Studi dokumentasi ini

dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang berkenaan dengan studi yang

dilakukan baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Hal ini juga dapat

berupa hasil-hasil penelitian dan teori-teori tertentu. Teknik ini tidak hanya sekedar

mengumpulkan dokumen mentah, tetapi hasil análisis terhadap dokumentasi tersebut

yang disajikan dalam bentuk analitis kritis dan sistematis.

Menurut Guba dan Lincoln (1981: 228) dokumen adalah setiap bahan

tertulis atau film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan atau tidak

untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting. Dokumen

merupakan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar atau

karya-karya monumental dari seseorang (Sugiono, 2009: 240). Penelusuran

dokumen juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang pendidik dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana pembelajaran, termasuk alat permainan

edukatif (APE) yang digunakan dalam pembelajaran.

Digunakannya dokumentasi sebagai sumber data dalam penelitian ini karena

alasan-alasan sebagaimana dikemukakan Guba dan Lincoln (1981:235) seperti

berikut ini: (1) digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya, dan

mendorong, (2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, (3) berguna dan

sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah dan sesuai

dengan konteks, dan (4) membuka kesempatan untuk lebih memperluas

pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

74

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelima. Tes. Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada siswa untuk

mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan. Tes pada umumnya bersifat

mengukur, meskipun beberapa tes bersifat diskriptif seperti tes kepribadian. Tes

yang digunakan dalam pendidikan biasanya terbagi dua yaitu tes hasil belajar atau

tes prestasi belajar (achievement test) dan tes psikologis (psychological test).

(Syaodih, 2008: 223). Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui kemampuan

awal siswa sebelum pembelajaran (pretest) dan mengetahui kemampuan siswa

setelah pembelajaran (postest).

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hal ini

sesuai sifat naturalistik penelitian. Namun demikian untuk mendapatkan

berbagai data yang memiliki spesifikasi tertentu, peneliti mengembangkan

instrumen. Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah angket

dan instrumen evaluasi (penilaian) untuk studi berbagai dokumen yang

dibutuhkan. Lembaran tes pemahaman digunakan untuk mengukur peningkatan

keterampilan komunikasi siswa.

Angket digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan berupa

kumpulan pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula.

Dalam penelitian ini, angket termasuk instrumen utama untuk mendapatkan

informasi dan keperluan penelitian pendahuluan untuk mengumpulkan data

tentang (a) profil pembelajaran bahasa Inggris, (b) expert judgment isi, bahasa

dan rancangan pembelajaran, (c) persepsi/penilaian (kelebihan dan keterbatasan)

model yang dikembangkan,

Pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan dalam instrumen angket

mayoritas merupakan pertanyaan informatif dan pertanyaan pendapat responden,

sehingga uji validitasnya menggunakan uji validitas isi atau content-related

validity (Fraenkel & Wallen, 1993:140), yakni menurunkan pertanyaan

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

75

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdasarkan indikator yang telah dikembangkan sebelumnya dalam kisi-kisi

instrumen. Kemudian instrumen angket tersebut dimintakan penilaiannya kepada

para pakar pendidikan dan guru mata pelajaran. Angket diperbaiki dan

disesuaikan dengan saran Tim Promotor.

Adapun Lembaran Tes digunakan untuk mengumpulkan data

kemampuan komunikasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sebelum dipakai

tes terlebih dahulu meminta pertimbangan expert judgment untuk menilai

kesahihan. Oleh karena itu, setelah pedoman ini dipandang memadai dari segi isi

dan konstruksinya berdasarkan pertimbangan expert judgment tersebut,

kemudian dipakai sebagai instrumen penilaian. Adapun kisi-kisi instrumen

penilaian speaking dan listening tertera pada tabel 3.5.

F. Teknik Analisis Data

Untuk memberikan makna terhadap data yang telah terkumpul, maka data

diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu: data kualitatif dan data kuantitatif.

Terhadap data kualitatif digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang

diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokementasi. Sedangkan

terhadap data yang bersifat kuantitatif diperoleh dari hasil tes, yang diproses

dengan menggunakan statistika dengan menggunakan bantuan program SPSS.

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

76

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.5. Kisi-kisi Penilaian Listening-Speaking

No Materi Aspek penilaian Uraian aspek penilaian

I Dialogue 1.Fluency

a) Berbicara dengan sangat lancar

b) Berbicara dengan lancar

c) Berbicara dengan cukup lancar

d) Berbicara kurang lancar

e) Berbicara tidak lancar

2. Accuracy

a) Menggunakan pronunciation dan

intonation dengan benar pada

sebagian besar cerita/ isi

b) Menggunakan pronunciation dan

intonation dengan benar pada

setengah bagian cerita/ isi

c) Menggunakan pronunciation dan

intonation dengan benar pada

seperempat bagian cerita/ isi

d) Menggunakan pronunciation dan

intonation dengan benar pada

sebagian kecil cerita/ isi

e) Menggunakan pronunciation dan

intonation tidak benar pada hampir

semua kalimat dalam cerita/ isi

3. Performance

a) Suara jelas, penuh percaya diri,

gerakan dan mimik muka sesuai

dengan ide

b) Suara kadang jelas kadang tidak,

percaya diri, gerakan dan mimik

muka kurang sesuai dengan ide

c) Suara kurang jelas dan kurang

percaya diri

d) Suara tidak jelas dan tidak ada

ekspresi

4. Content a) Mengungkapkan ide/gagasan

sesuai tema dengan jelas dan rinci

b) Mengungkapkan ide/gagasan

sesuai tema dengan jelas tetapi

kurang rinci

c) Mengungkapkan ide/gagasan

sesuai tema tetapi kurang jelas

d) Mengungkapkan ide/gagasan tidak

sesuai dengan tema

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

77

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e) Mengungkapkan ide/gagasan

dengan tidak jelas

5.Communicative

interaction

a) Selalu memberi stimulus dan cepat

tanggap terhadap lawan bicara

b) Sering memberi stimulus dan cepat

tanggap terhadap lawan bicara

c) Kadang memberi stimulus dan

kurang tanggap terhadap lawan

bicara

d) Hampir tidak pernah memberi

stimulus, tidak tanggap terhadap

lawan bicara

II Monolog 1.Fluency

a) Berbicara dengan sangat lancar

b) Berbicara dengan lancar

c) Berbicara dengan cukup lancar

d) Berbicara kurang lancar

e) Berbicara tidak lancar

2. Accuracy a) Menggunakan pronunciation dan

intonation dengan Benar pada

sebagian besar cerita/ isi

b) Menggunakan pronunciation dan

intonation dengan Benar pada

setengah bagian cerita/ isi

c) Menggunakan pronunciation dan

intonation dengan Benar pada

seperempat bagian cerita/ isi

d) Menggunakan pronunciation dan

intonation dengan Benar pada

sebagian kecil cerita/ isi

e) Menggunakan pronunciation dan

intonation tidak benar pada hampir

semua kalimat dalam cerita/ isi

3. Performance a) Suara jelas, penuh percaya diri,

gerakan dan mimik muka sesuai

dengan ide

b) Suara kadang jelas kadang tidak,

percaya diri, gerakan dan mimik

muka kurang sesuai dengan ide

c) Suara kurang jelas dan kurang

percaya diri

d) Suara tidak jelas dan tidak ada

ekspresi

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

78

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Content

a) Mengungkapkan ide/gagasan

sesuai tema dengan Jelas dan rinci

b) Mengungkapkan ide/gagasan

sesuai tema dengan Jelas tetapi

kurang rinci

c) Mengungkapkan ide/gagasan

sesuai tema tetapi kurang jelas

d) Mengungkapkan ide/gagasan tidak

sesuai dengan tema

e) Mengungkapkan ide/gagasan

dengan tidak jelas

5.Communicative

interaction

a) Selalu memberi stimulus dan cepat

tanggap terhadap lawan bicara

b) Sering memberi stimulus dan cepat

tanggap terhadap lawan bicara

c) Kadang memberi stimulus dan

kurang tanggap terhadap lawan

bicara

d) Hampir tidak pernah memberi

stimulus, tidak tanggap terhadap

lawan bicara

1. Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data studi pendahuluan,

termasuk hasil observasi, survei, wawancara dan studi dokumentasi. Data

kualitatif dapat disusun dan langsung ditafsirkan untuk mengambil kesimpulan

penelitian melalui kategorisasi berdasarkan masalah dan tujuan penelitian.

Peneliti tidak perlu melakukan pengolahan data melalui perhitungan

matematis sebab data telah memiliki makna apa adanya (Moleong, 2002: 193).

2. Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui uji perbedaan antar

kelompok perlakuan.

Untuk menguji tingkat signifikasi perbedaan rerata skor pretes dan postes

kemampuan komunikasi siswa, yaitu rata-rata gain yang dinormalisasi (g) antara

kelompok rendah, sedang, dan tinggi dilakukan analisis secara statistik dengan

menggunakan uji statistik parametrik (uji t) jika sebaran data berdistribusi normal

dan homogen. Persamaan yang digunakan adalah (Arikunto, 1999):

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

79

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

21

21

/1/1 nnS

xxt

gab

Adapun apabila sebaran data tidak terdistribusi normal maka digunakan uji

statistik non-parametrik (Uji Wilcoxon). Uji jenjang bertanda Wilcoxon yang

merupakan penyempurnaan dari “Uji Tanda” yakni di samping memperhatikan

tanda positif dan negatif, besarnya perbedaan juga diperhatikan. Anggapan yang

diperlukan dalam penggunaan uji bertanda Wilcoxon adalah bahwa pasangan data

diambil secara acak dan tiap-tiap perbedaan antara pasangan skor (di) (distribusi

populasi) yang simetris. Uji ini digunakan untuk menguji kondisi (variabel) pada

sampel yang berpasangan dengan skor data yang minimal berskala ordinal atau

juga untuk penelitian dengan data sebelum dan sesudah.

Asumsi-asumsi uji ini adalah:

Data untuk analisis terdiri atas n buah beda Di = Yi – Xi . Setiap pasangan

hasil pengukuran (Xi, Yi) diperoleh dari pengamatan terhadap subjek yang

sama atau terhadap subjek-subjek yang telah dijodohkan menurut suatu

variabel atau lebih. Pasangan-pasangan (Xi, Yi) dalam sampel ini diperoleh

secara acak.

Selisih variabel (Yi – Xi) mewakili hasil-hasil pengamatan terhadap suatu

variabel acak yang kontinu.

Distribusi populasi (di) tersebut setangkup (simetri).

Hipotesis nihil (H0) yang akan diuji mengatakan bahwa dua populasi identik.

Apabila H0 benar dapatlah diharapkan bahwa jumlah jenjang yang bertanda

positif kira-kira akan seimbang dengan jumlah jenjang yang bertanda negatif. Jika

dua jumlah jenjang tersebut sangat berbeda antara yang satu dengan yang lain

dapatlah disimpulkan bahwa dua populasi itu tidak identik, dan dengan demikian

kita menolak H0. Dengan perkataan lain H0 ditolak jika salah satu jumlah jenjang

positif atau negatif sangat kecil.

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

80

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji Tanda (Uji Binom), hanya memperlihatkan arah perbedaan, sementara Uji

Rangking Wilcoxon memperlihatkan arah perbedaan dan menunjukkan besarnya

perbedaan. Pengujian Hipotesisnya adalah:

H0 ≡ pembelajaran dengan model permainan bahasa, sebelum = sesudah

H1≡ pembelajaran dengan model permainan bahasa sebelum ≠ sesudah

Taraf Nyata α= 5 % = 0,05

Uji Statistik = Uji T

Critical region (daerah penolakan H0): T ≤ Tα(n)

Selanjutnya untuk melihat perbedaan kemampuan komunikasi siswa di antara

tiga kelompok tersebut maka digunakan Friedman Test Two Way Anova.

Friedman Two Way Anova (Analisis Varian Dua Jalan Friedman digunakan untuk

menguji hipotesis komparatif K sampel berkorelasi dengan data ordinal (ranking).

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman pada istilah-istilah yang digunakan

dalam penelitian pengembangan ini, maka perlu adanya penjelasan mengenai

istilah yang digunakan dan definisi operasionalnya. Definisi operasional

diperlukan guna mengukur variabel-variabel dalam masalah penelitian ini. Hal ini

selaras dengan pendapat Tuckman (1999: 13) yang mengemukakan:

”Operationalizing variables means stating them in an observable and measurable

form, making them available for manipulation, control, and examination”.

Artinya mengoperasionalkan variabel berarti menjelaskan dalam istilah atau

konsep yang dapat diobservasi, diukur dan diuji, disamping menghindari

perbedaan interpretasi yang mungkin bisa terjadi.

Dalam disertasi ini terdapat dua variabel, yaitu independent variable,

variabel stimulus atau input, yakni model permainan bahasa (language games)

dan dependent variable, varibel terikat atau output, yakni peningkatan penguasaan

siswa pada keterampilan komunikasi yang terdiri dari keterampilan mendengarkan

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

81

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan berbicara dalam bahasa Inggris. Secara operasional variabel-variabel tersebut

didefinisikan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran permainan bahasa adalah sebuah desain pembelajaran

yang mencakup keterkaitan antara komponen-komponen pendekatan, strategi,

metode, dan teknik pembelajaran beserta evaluasinya yang menjadi satu

kesatuan model untuk diimplementasikan di kelas berupa aktivitas yang

digunakan guru dalam pembelajaran bahasa dengan melibatkan para siswa

untuk mempraktekkan bahasa itu dengan menggunakan permainan. Bentuk

permaian bahasa di antaranya ice- breaker dan reinforcement games. Ice-

breaker games adalah aktivitas permainan bahasa yang digunakan untuk

memulai pembelajaran bahasa sebagai pemanasan (warming-up), atau kegiatan

permainan bahasa yang digunakan untuk mengatasi kemacetan komunikasi di

tengah proses pembelajaran. Adapun reinforcement games adalah aktivitas

permainan bahasa yang digunakan untuk membantu penguatan siswa dalam

berbahasa Inggris dengan lancar.

2. Keterampilan komunikasi merupakan penguasaan siswa MTs/SMP dalam

berkomunikasi lisan yang mengintegrasikan dua pokok keterampilan bahasa

yaitu listening dan speaking yang dilihat dari hasil tes performansi penguasaan

keterampilan berbahasa yang tentunya terfokus pada penggunaan bahasa lisan

dengan disertai penguasaan pengetahuan gramatika (structure), kosa kata

(vovabulary) dan ucapan (pronunciation). Komunikasi lisan akan mampu

memberikan fondasi yang baik bagi para pemula untuk menguasai

keterampilan-keterampilan berikutnya.

H. Hipotesis Penelitian

Penelitian ini menguji hipotesis penelitian yang berbunyi “keterampilan

komunikasi siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran permainan

bahasa lebih baik dari keterampilan komunikasi siswa yang diajarkan dengan

Page 25: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/7259/5/D_PK_0800843_Chapter3.pdfdalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian pada tahap

82

Muhson, 2014

Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan pembelajaran konvensional”. Adapun hipotesis statistik yang diuji

adalah:

a) Ho: µ1 = µ2: tidak terdapat perbedaan keterampilan komunikasi siswa

Madrasah Tsanawiyah sesudah dan sebelum penerapan model

pembelajaran permainan bahasa.

b) H1: µ1 ≠ µ2: terdapat perbedaan keterampilan komunikasi siswa Madrasah

Tsanawiyah sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran

permainan bahasa.