bab iii metode penelitian - repo unpasrepository.unpas.ac.id/42762/6/bab 3.pdfdalam melakukan...
TRANSCRIPT
72
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian yang Digunakan
3.1.1 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara untuk mencari, memperoleh, dan
mengumpulkan data primer maupun sekunder yang dapat digunakan untuk
menyusun penelitian. Pada dasarnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan data
demi tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti yang bersangkutan. Oleh sebab itu
untuk mendapatkan data, maka diperlukan adanya suatu cara ilmiah atau yang
lebih dikenal dengan metode penelitian.
Menurut Sugiyono (2017:2) definisi metode penelitian adalah pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.
Dalam melakukan penelitian perlu adanya suatu metode, cara atau taktik
sebagai langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam memecahkan
suatu permasalahan untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian survei dengan pendekatan metode deskriptif dan verifikatif. Metode
penelitian survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan
data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, wawancara terstruktur, dan
sebagainya.
73
Menurut Sugiyono (2014:7) penelitian survei adalah :
“Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar
maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian
relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis
maupun psikologis”.
Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dan verifikatif, karena adanya variabel-variabel yang akan
ditelaah hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran secara
terstruktur, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel
yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2016:53) penelitian deskriptif adalah :
“Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain”.
Metode ini diajukan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu bagaimana
kompetensi, independensi, profesionalisme auditor internal dan kualitas audit
internal pada Inspektorat Kota Bandung, Inspektorat Kota Cimahi dan Inspektorat
Kabupaten Bandung.
Menurut Moch. Nazir (2011:91) pengertian metode verifikatif adalah
sebagai berikut :
“Metode verifikatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan kualitas antar variabel melalui suatu pengujian
hipotesis melalui suatu perhitungan statistik sehingga didapat hasil
pembuktian yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima”.
74
Metode verifikatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
menghasilkan kesimpulan apakah adanya pengaruh variabel independen yaitu
kompetensi, independensi dan profesionalisme auditor internal terhadap variabel
dependen kualitas audit internal pada Inspektorat Kota Bandung, Inspektorat Kota
Cimahi dan Inspektorat Kabupaten Bandung.
3.1.2 Objek Penelitian
Menurut Sugiyono (2015:38) objek penelitian adalah:
“Objek penelitian adalah variabel-variabel yang diteliti dan dianalisis.
Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya”.
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah mengenai Pengaruh
Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme Auditor Internal Terhadap
Kualitas Audit Internal. Penulis mengadakan penelitian pada tiga kantor
Inspektorat di Jawa barat, diantaranya adalah Inspektorat Kota Bandung,
Inspektorat Kota Cimahi, dan Inspektorat Kabupaten Bandung.
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran yang paling penting dalam
penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang
terjadi dan bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengaruh kompetensi,
independensi, dan profesionalisme auditor internal terhadap kualitas audit
internal.
75
3.1.3 Model Penelitian
Model penelitian merupakan abstrak dari kenyataan-kenyataan yang ada
atau dari fenomena-fenomena yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini sesuai
dengan judul yang penulis ambil “Pengaruh Kompetensi, Independensi dan
Profesionalisme Auditor Internal Terhadap Kualitas Audit Internal”, maka untuk
menggambarkan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen
model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Model Penelitian
Keterangan:
: Pengaruh Parsial
: Pengaruh Simultan
Bila digambarkan secara sistematis, maka hubungan dari variabel tersebut
adalah:
Kualitas Audit
Internal
(Y)
Independensi
Auditor Internal
(X2)
Kompetensi
Auditor Internal
(X1)
Profesionalisme
Auditor Internal
(X3)
Y = F (X1,X2,X3)
76
Dimana :
X1 = Kompetensi Auditor Internal
X2 = Independensi Auditor Internal
X3 = Profesionalisme Auditor Internal
Y = Kualitas Audit Internal
F = Fungsi
Dari pernyataan diatas kompetensi, independensi, dan profesionalisme
auditor internal berpengaruh terhadap kualitas audit.
3.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel
3.2.1 Definisi Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang diciptakan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono
2017:38).
Variabel dalam sebuah penelitian dibedakan menjadi dua variabel utama
yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Sesuai dengan
judul yang diteliti maka variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini
adalah:
3.2.1.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)
Menurut Sugiyono (2017: 39) variabel bebas adalah :
“Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.
77
Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) variabel bebas yang diteliti, yaitu :
1. Kompetensi (X1)
Amin Widjaja Tunggal (2013:429) menyatakan bahwa :
“Kompetensi adalah pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk
mencapai tugas yang menentukan pekerjaan individual”.
Variabel ini diukur dengan menggunakan beberapa dimensi yaitu mutu
personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus. Pengukuran variabel
kompetensi auditor internal diukur dengan skala likert. Pengukuran dengan skala
likert menggunakan 5 pilihan jawaban yaitu, Sangat Setuju, Setuju, Kurang
Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju.
2. Independensi (X2)
Mautz dan Sharaf dalam Theodorus M. Tuanakotta (2011:64) menyatakan
bahwa :
“Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak dibawah
pengaruh tekanan atau pihak tertentu dalam mengambil tindakan dan
keputusan”.
Variabel ini diukur dengan menggunakan beberapa dimensi yaitu
programming independence, investigative independence, dan reporting
independence. Pengukuran variabel independensi auditor internal diukur dengan
skala likert. Pengukuran dengan skala likert menggunakan 5 pilihan jawaban
yaitu, Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak
Setuju.
78
3. Profesionalisme (X3)
Hiro Tugiman (2014:119) menyatakan bahwa :
“Profesionalisme adalah suatu sikap dan prilaku seseorang dalam
melakukan profesi tertentu”.
Variabel ini diukur dengan menggunakan beberapa dimensi yaitu
pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap
peraturan dimensi, dan hubungan dengan sesame profesi. Pengukuran variabel
profesionalisme auditor internal diukur dengan skala likert. Pengukuran dengan
skala likert menggunakan 5 pilihan jawaban yaitu, Sangat Setuju, Setuju, Kurang
Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju.
3.2.1.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Menurut Sugiyono (2017:39) variabel terikat adalah :
“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas”.
Dalam penelitian ini variabel terikat yang akan diteliti adalah Kualitas
Audit Internal (Y).
Kualitas audit adalah segala probabilitas seorang auditor dalam
menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi
klien atau perusahaan (Mathius Tandiontang, 2016:80).
Variabel kualitas audit dalam penelitian ini dapat diukur dengan beberapa
dimensi yaitu adanya perencanaan audit, pengujian dan pengevaluasian informasi,
penyampaian hasil pemeriksaan, dan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Pengukuran
79
kualitas audit dapat diukur dengan skala likert. Pengukuran dengan skala likert
menggunakan 5 pilihan jawaban yaitu, Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju,
Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasionalisasi variabel merupakan penjabaran dari konsep serta
indikator untuk masing-masing variabel penelitian. Penelitian ini terdiri dari 4
(empat) variabel yang akan diteliti yaitu :
1. Kompetensi auditor internal (X1)
2. Independensi auditor internal (X2)
3. Profesionalisme auditor internal (X3)
4. Kualitas audit internal (Y)
Untuk mengukur variabel bebas dan terikat, dilakukan penyebaran angket
kepada sejumlah responden. Angket tersebut disusun dan dijabarkan berdasarkan
dimensi dan indikator sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti. Agar lebih
mudah untuk melihat mengenai variabel penelitian yang akan digunakan, maka
penulis menjabarkan kedalam bentuk operasionalisasi varibel yang disajikan
dalam bentuk tabel.
80
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Kompetensi Auditor Internal (X1)
Konsep
Variabel
Dimensi Indikator Skala No
Item
Kompetensi
(X1)
Pengetahuan
dan keahlian
yang diperlukan
untuk mencapai
tugas yang
menentukan
pekerjaan
individual.
Standar
Kompetensi:
1. Mutu
Personal
1. Rasa Ingin tahu
(inquisitive)
2. Berpikir luas
(broad
minded).
3. Mampu
menangani
ketidak pastian.
4. Mampu
menerima
bahwa tidak
ada solusi yang
mudah.
5. Mampu
menyadari
bahwa
beberapa
temuan dapat
bersifat
subjektif.
6. Mampu bekerja
sama dengan
tim
Ordinal
1-6
2. Pengetahuan
Umum
1. Memiliki
kemampuan
review analisis
(analytical
review).
2. Memiliki
pengetahuan
tentang teori
organisasi.
Ordinal
7-11
81
Konsep
Variabel
Dimensi Indikator Skala No
Item
Amin Widjaja
Tunggal
(2013:429)
3. Memiliki
pengetahuan
4. Memiliki
pengetahuan
tentang sektor
publik
5. Memiliki
pengetahuan
tentang
akuntansi
Ordinal
7-11
3. Keahlian
Khusus
1. Memiliki
keahlian untuk
mewawancara
2. Memiliki ilmu
statistik dan
komputer.
3. Mampu dan
mempresentasi
kan laporan
Ordinal
12-14
I Gusti Agung Rai (2010:63)
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Independensi Auditor Internal (X2)
Konsep
Variabel
Dimensi Indikator Skala No
Item
Independensi
(X2)
Independensi
mencerminkan
sikap tidak
memihak serta
tidak dibawah
Dimensi
Independensi:
1. Programming
Independence
1. Kebebasan
memilih teknik
audit yang akan
diterapkan.
2. Kebebasan
memilih prosedur
audit yang
diterapkan.
Ordinal
1-3
82
Konsep
Variabel
Dimensi Indikator Skala No
Item
pengaruh
tekanan atau
pihak tertentu
dalam
mengambil
tindakan dan
keputusan.
Mautz dan
Sharf dalam
Theodorus M.
Tuanakotta
(2011:64)
3. Kebebasan
memilih waktu
lamanya teknik
dan prosedur
audit.
2. Investigative
Independence
1. Kebebasan
memilih area
kerja.
2. Kebebasan
memilih
kebijakan
manajerial yang
akan diperiksa.
3. Legitimasi yang
tertutup bagi
auditor
Ordinal
4-6
3. Reporting
Independence
1. Kebebasan
menyajikan
fakta yang
berhasil
diungkap.
2. Kebebasan
memberikan
rekomendasi.
3. Kebebasan
memberikan
opini hasil
pemeriksaan.
Ordinal
7-9
Mautz dan Sharf dalam Theodorus M. Tuanakotta (2011:7)
83
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel
Profesionalisme Auditor Internal (X3)
Konsep Variable Dimensi Indikator Skala No
Item
Profesionalisme
(X3)
Suatu sikap dan
prilaku seseorang
dalam melakukan
profesi tertentu.
Dimensi
Profesionalisme:
1. Pengabdian
Pada Profesi
1. Pengabdian
profesi
menggunakan
pengetahuan
yang dimiliki.
2. Pengabdian
profesi
menggunakan
kecakapan
yang dimilki.
3. Keteguhan
tetap
melaksankan
pekerjaan
meskipun
imbalan
berkurang.
Ordinal
1-3
2. Kewajiban
Sosial
1. Bermanfaat
bagi
masyarakat.
2. Mempengaruhi
pengambilan
keputusan
pemakai
laporan audit.
3. Mempengaruhi
tinggi
profesionalism
e
4. Mempengaruhi
pengambilan
keputusan
pemakai
laporan audit.
Ordinal
4-6
84
Konsep Variable Dimensi Indikator Skala No
Item
Hiro Tugiman
(2014:119)
3. Kemandirian 1. Pengambilan
keputusan
sendiri.
2. Pengambilan
keputusan
tanpa tekanan
orang lain.
3. Pengambilan
keputusan
dengan
pertimbangan
kondisi dan
keadaan yang
dihadapi.
Ordinal
7-9
4. Keyakinan
terhadap
Peraturan
Profesi
1. Keyakinan
terhadap
profesi yang
dijalani.
2. Penilaian
rekan sesama
profesi.
3. Memiliki
kewenanangan
menilai
pekerjaan.
Ordinal
10-12
5. Hubungan
Dengan
Sesama Profesi
1. Ikatan profesi
sebagai acuan
kerja.
2. Membangun
ide dalam
pekerjaan.
3. Membangun
kesadaran
profesional
kerja.
Ordinal
13-15
Hiro Tugiman
(2014:119)
85
Tabel 3.4
Operasionalisasi Variabel
Kualitas Audit Internal (Y)
Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala No
Item
Kualitas Audit
Internal
(Y)
Keahlian pemeriksa
internal dalam
menerapkan
berbagai standar,
prosedur dan teknik
pemeriksaan yang
diperlukan dalam
pelaksanaan
pemeriksaan untuk
menyediakan
informasi tentang
kelengkapan dan
keefektivan sistem
pengendalian
internal dan kualitas
suatu pelaksanaan
tanggung jawab
yang ditugaskan
Dimensi Kualitas
Audit:
1. Adanya
Perencanaan
Audit.
1. Penetapan
tujuan audit dan
lingkup
pekerjaan.
2. Memperoleh
informasi dasar
(background
information).
3. Menentukan
berbagai tenaga
yang
diperlukan.
4. Pemberitahuan
kepada para
pihak yang
dipandang
perlu.
5. Melaksanakan
survey.
6. Penulisan
program audit.
7. Menentukan
kepada siapa
hasil audit akan
disampaikan.
8. Persetujuan
bagi rencana
kerja audit
Ordinal
S
1-8
86
Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala No
Item
Dimensi Kualitas
Audit:
2. Pengujian dan
Pengevaluasian
Informasi
1. Pengumpulan
Informasi
2. Informasi harus
berguna untuk
membuat suatu
dasar yang logis.
3. Adanya
prosedur-
prosedur audit.
4. Pengawasan
terhadap proses
pengawasan
Ordinal
9-12
3. Penyampaian
hasil
pemeriksaan.
1. Kertas kerja
pemeriksanaan.
2. Laporan tertulis
yang
ditandatangani
ketua audit.
3. Pemeriksa
intern.
4. Laporan
objektif.
5. Laporan
mencantumkan
berbagai
rekomendasi.
6. Pandangan dari
pihak yang
diperiksa.
7. Pimpinan audit
intern meriview
dan menyetujui
laporan audit.
Ordinal
13-19
87
Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala No
Item
Hiro Tugiman
(2006:30)
4. Tindak lanjut
hasil
pemeriksaan
4. Melakukan
tindak lanjut
(follow up).
2. Memastikan
bahwa temuan-
temuan telah
dilaporkan.
3. Pembuatan
Laporan hasil
temuan
Ordinal
20-22
Hiro Tugiman (2006:53)
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:80) pengertian populasi adalah :
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan auditor internal pemerintah
yang bekerja pada kantor Inspektorat Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten
Bandung yang secara keseluruhan berjumlah 126 orang. Populasi penelitian dapat
dijabarkan dalam tabel berikut ini :
88
Tabel 3.5
Populasi Penelitian
No. Nama Instansi Populasi
1. Inspektorat Kota Bandung 47 orang
2. Inspektorat Kota Cimahi 36 orang
3. Inspektorat Kabupaten Bandung 43 orang
Jumlah 126 orang
3.3.2 Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2017:81) teknik sampling adalah :
“Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan”.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Probability
Sampling, dengan metode yang digunakan adalah Simple Random Sampling
metode ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dan
anggota populasi relatif homogen.
Menurut Sugiyono (2017:82) Probability Sampling adalah :
“Probability Sampling adalah teknik yang memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi angota sampel”.
89
Menurut Sugiyono (2017:82) Simple Random Sampling adalah :
“Simple Random Sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari
populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu”.
3.3.3 Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:81) pengertian sampel adalah :
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu”.
Untuk menentukan ukuran sampel maka digunakan rumus Slovin yaitu
sebagai berikut :
Keterangan:
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Persentase toleransi kesalahan 10%.
Berdasarkan rumus tersebut, selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai
berikut :
n =
90
n =
n = 55.75 dibulatkan menjadi 56 orang responden.
Berdasarkan hasil sampel diatas, selanjutnya didapatkan hasil penyebaran
sampel pada masing-masing unsur inspektorat, adalah sebagai berikut :
1. Inspektorat kota bandung :
2. Inspektorat Kota Cimahi :
3. Inspektorat Kabupaten Bandung :
3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Di
dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang
diperoleh dari hasil penelitian langsung secara empirik kepada pelaku langsung
atau yang terlibat langsung dengan menggunakan teknik pengumpulan data.
Menurut Sugiyono (2015:403) data primer adalah :
“Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data”.
91
Data primer tersebut diperoleh dari hasil pengumpulan data berupa
penyebaran kuesioner kepada responden pada auditor internal di 3 Kantor
Inspektorat yaitu Inspektorat Kota Bandung, Inspektorat Kota Cimahi dan
Inspektorat Kabupaten Bandung.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2017:224) menyatakan bahwa:
“Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data”.
Untuk mendukung keperluan penelitian ini, peneliti memerlukan sejumlah
data baik dari dalam maupun luar organisasi. Untuk memperoleh data dan
informasi dalam penelitian ini, peneliti melakukan teknik pengumpulan data
dengan teknik Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu teknik pengumpulan
data untuk mendapatkan data primer. Agar peneliti mendapatkan data yang
berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, peneliti menggunakan teknik
mengumpulkan data melalui kuesioner.
Menurut Sugiyono (2016:137) kuesioner adalah :
“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan tertutup maupun terbuka, dapat diberikan kepada responden
secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet”.
92
3.5 Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2016:147) yang dimaksud teknik analisis data adalah :
“Kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
tekumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan
variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang
diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan”.
Berdasarkan definisi tersebut, maka analisis data merupakan
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca, dipahami, dan
diinterpretasikan. Data yang terhimpun dari hasil penelitian akan penulis
bandingkan antara data yang ada dilapangan dengan data kepustakaan, kemudian
dilakukan analisis untuk menarik kesimpulan.
3.5.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiyono, 2014:206).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert, karena skala likert
umum digunakan dalam kuesioner dan merupakan skala yang paling banyak
digunakan dalam suatu penelitian. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti
yang selanjutnya disebut dengan variabel penelitian. Jawaban dari setiap item
instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif
93
sampai sangat negatif. Terdapat lima (5) kategori pembobotan dalam skala likert
ialah sebagai berikut :
Tabel 3.6
Skala Likert
Keterangan Pernyataan Positif
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Kurang Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono (2014:133)
Dalam operasionalisasi variabel, semua variabel diukur oleh instrumen
pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pertanyaan-pertanyaan tipe
skala likert.
Untuk menilai variabel X dan variabel Y, maka analisis yang digunakan
berdasarkan rata-rata (mean) dari masing-masing variabel. Nilai rata-rata ini
didapat dengan menjumlahkan dan keseluruhan dalam setiap variabel, kemudian
dibagi dalam jumlah responden.
Rumus rata-rata (mean) yang dikutip oleh Sugiyono (2015:280) adalah
sebagai berikut :
Untuk Variabel X: Untuk Variabel Y:
Me=Σxi Me=Σyi
n n
Keterangan :
Me = Mean (rata-rata) xi = Nilai variabel x ke-i sampai ke-n
Σ = Jumlah yi = Nilai variabel y ke-i sampai ke-n
N = Jumlah responden
94
Setelah rata-rata dari masing-masing variabel didapat, kemudian
dibandingkan dengan kriteria yang peneliti tentukan berdasarkan nilai terendah
dan nilai tertinggi dari hasil kuesioner. Nilai terendah dan nilai tertinggi tersebut
peneliti ambil banyaknya pernyataan dalam kuesioner dikalikan dengan skor
terendah (1) dan skor tertinggi (5) dengan menggunakan skala likert. Teknik skala
likert dipergunakan dalam melakukan pengukuran atas jawaban dari pernyataan
yang diajukan kepada responden penelitian dengan cara memberikan skor pada
setiap item jawaban.
Dalam penelitian ini skor untuk setiap jawaban dari pernyataan yang akan
diajukan kepada Auditor penelitian ini akan mengacu pada pernyataan Sugiyono
(2017:93) yaitu :
“Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan”.
Menurut Sudjana (2005:47) menyatakan bahwa :
a. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan. Banyak kelas sering
diambil paling sedikit 5 kelas dan paling banyak 15 kelas, dipilih
menurut keperluan. Cara lain yang cukup bagus untuk n berukuran
besar n > 200, misalnya dapat menggunakan aturan sturges, yaitu
banyak kelas = 1 + (3,3) log n.
b. Tentukan panjang kelas interval p
95
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang terdapat berupa kata-kata
antara lain:
a. Sangat Setuju/ Selalu/ Sangat Positif/ Sangat Baik
b. Setuju/ Sering/ Positif/ Baik
c. Ragu-ragu/ Kadang/ Netral/ Cukup
d. Tidak Setuju/ Hampir Tidak Pernah/ Negatif / Tidak Baik
e. Sangat Tidak Setuju/ Tidak Pernah/ Sangat Negatif / Sangat Tidak Baik
Dengan demikian maka akan dapat ditentukan panjang interval kelas
masing-masing variabel adalah :
1. Kriteria untuk variabel Kompetensi (X1)
Untuk menilai variabel kompetensi dengan banyaknya item pertanyaan
kuesioner adalah 14 pertanyaan, sehingga :
Nilai Terendah : 1 x 14 = 14
Niai Tertinggi : 5 x 14 = 70
Perhitungan Kelas interval = 11.2
Maka, kriteria kelas untuk variabel kompetensi adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7
Kriteria Kompentensi
Nilai Kriteria
14 – 25.2 Sangat Tidak Kompeten
25.2 – 36.4 Tidak Kompenten
36.4 – 47.6 Cukup Kompeten
47.6 – 58.8 Kompeten
58.8 - 70 Sangat Kompeten
96
2. Kriteria untuk variabel Independensi (X2)
Untuk menilai variabel independensi dengan banyaknya item pertanyaan
kuesioner adalah 9 pertanyaan, sehingga :
Nilai Terendah : 1 x 9 = 9
Niai Tertinggi : 5 x 9 = 45
Perhitungan Kelas interval = 7.2
Maka, kriteria kelas untuk variabel independensi adalah sebagai berikut :
Tabel 3.8
Kriteria Independensi
Nilai Kriteria
9 – 16.2 Sangat Tidak Independen
16.2 – 23.4 Tidak Independen
23.4 – 30.6 Cukup Independen
30.6 – 37.8 Independen
37.8 - 45 Sangat Independen
3. Kriteria untuk variabel Profesionalisme (X3)
Untuk menilai variabel profesionalisme dengan banyaknya item
pertanyaan kuesioner adalah 15 pertanyaan, sehingga :
Nilai Terendah : 1 x 15 = 15
Niai Tertinggi : 5 x 15 = 75
Perhitungan Kelas interval = 12
Maka, kriteria kelas untuk variabel profesionalisme adalah sebagai berikut :
97
Tabel 3.9
Kriteria Profesionalisme
Nilai Kriteria
15 - 27 Sangat Tidak Profesional
27 - 39 Tidak Profesional
39 - 51 Cukup Profesional
51 - 63 Profesional
63 - 75 Sangat Profesional
4. Kriteria untuk variabel Kualitas Audit Internal (Y)
Untuk menilai variabel kualitas audit internal dengan banyaknya item
pertanyaan kuesioner adalah 22 pertanyaan, sehingga :
Nilai Terendah : 1 x 22 = 22
Niai Tertinggi : 5 x 22 = 110
Perhitungan Kelas interval = 17.6
Maka, kriteria kelas untuk variabel kualitas audit internal adalah sebagai berikut :
Tabel 3.10
Kriteria Kualitas Audit Internal
Nilai Kriteria
22 – 39.6 Sangat Tidak Berkualitas
39.6 – 57.2 Tidak Berkualitas
57.2 – 74.8 Cukup Berkualitas
74.8 – 92.4 Berkualitas
92.4 - 110 Sangat Berkualitas
3.5.2 Analisis Verifikatif
Analisis verifikatif adalah analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis
dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk
menguji seberapa besar pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Verifikatif berarti
menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.
98
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis regresi linier
berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisa pola
hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lebih dari 1
(satu) variabel independen terhadap variabel dependen. Data dalam penelitian ini
akan diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social Sciences
(SPSS).
3.5.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Pengujian instrumen dalam penelitian ini menggunakan uji validitas dan
realibilitas. Kedua uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap instrumen
penelitian layak untuk dipakai dalam penelitian. Intrumen penelitian disini yaitu
merupakan kuesioner.
3.5.3.1 Uji Validitas Instrumen
Uji Validitas digunakan untuk menunjukan tingkat keandalan atau
ketepatan suatu alat ukur. Validitas menunjukan derajat ketepatan antara data
yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Untuk
mencari validitas, harus mengkorelasikan skor dari setiap pertanyaan dengan skor
total seluruh pertanyaan. Jika memiliki koefisien korelasi lebih besar dari 0,3
maka dinyatakan valid tetapi jika koefisiennya korelasinya dibawah 0,3 maka
99
dinyatakan tidak valid. Dalam mencari nilai korelasi, maka penulis menggunakan
rumus pearson product moment, dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
r = Koefisien korelasi person
n = Jumlah responden (sampel)
= Variable Independen (variable bebas)
= Variabel Dependen (variable terikat)
= Jumlah perkalian variabel bebas dan terikat
Angka yang diperoleh harus dibandingkan dengan standar nilai korelasi
validitas, menurut Sugiyono (2017:125) nilai standar dari validitas adalah sebesar
0,3. Jika angka korelasi yang diperoleh lebih besar daripada nilai standar maka
pertanyaan tersebut valid.
3.5.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas digunakan untuk membuktikan konsistensi dan stabilitas
instrumen pengukuran. Sekaran & Bougie (2017:39) mengatakan reliabilitas
adalah :
“Reliabilitas merupakan suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana
pengukuran tersebut tanpa bias (tanpa kesalahan) dan karena itu menjamin
konsistensi pengukuran di sepanjang waktu serta di berbagai poin pada
instrumen tersebut.”
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keandalan suatu instrumen
sehingga dapat dipercaya dalam penelitian. Untuk uji reliabilitas, peneliti
100
menggunakan koefisien Cronbach Alpha. “Jika koefisien Cronbach Alpha kurang
dari 0,60 dianggap buruk, reliabilitas dalam kisaran 0,70 dapat diterima, dan
reliabilitas yang melebihi 0,80 adalah baik.” (Sekaran & Bougie, 2017:115).
Nugroho (2011:28) menyatakan bahwa :
“Koefisien Cronbach Alpha menunjukkan sejauh mana kekonsistenan
responden dalam menjawab instrumen yang dinilai. Semakin besar
koefisien nilai Cronbach Alpha maka semakin reliabel data tersebut.
Pengujian Cronbach Alpha dilakukan pada tiap variabel independen dan
dependen.”
Koefisien alpha cronbach ditunjukkan sebagai berikut :
Sumber: Suharismi Arikunto, (2014:221)
Keterangan :
r = Koefisien reliabilitas instrumen
k = Banyaknya jumlah item pertanyaan
∑σb2 = Jumlah varians skor items
σ12 = Varians skor total
3.5.3.3 Tranformasi Data Ordinal Menjadi Data Interval
Pada penelitian ini hasil yang diperoleh dari jawaban kuesioner dengan
menggunakan skala likert adalah data ordinal. Agar data dapat dianalisis secara
statistik maka data tersebut harus diubah menjadi data interval. Teknik
transformasi yang paling sederhana adalah dengan menggunakan Method of
Successive (MSI).
101
Menurut Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat (2011:55) Method of
Successive (MSI) adalah metode penskalaan untuk menaikkan skala pengukuran
ordinal ke skala pengukuran interval.
Bedasarkan konsep tersebut dapat ditinjau bahwa MSI merupakan alat
untuk mengubah data ordinal menjadi interval. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam penggunaan MSI tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan frekuensi tiap responden (berdasarkan hasil kuesioner yang
dibagikan, hitung berapa banyak responden yang menjawab score 1-5 untuk
setiap pertanyaan).
2. Menentukan berapa responden yang akan memperoleh skor-skor yang telah
ditentukan dan dinyatakan sebagai frekuensi
3. Setiap frekuensi pada responden dibagi dengan keseluruhan responden, disebut
dengan proporsi
4. Menentukan proporsi kumulatif yang selanjutnya mendekati atribut normal
5. Dengan menggunakan tabel distribusi normal standar kita tentukan nilai Z
6. Menentukan nilai skala (scale value/SV)
SV = Density at Liwer Limit - Density at Upper Limit
Area Under Upper Limit - Ares Under Lower Limit
7. Menghitung skor hasil transformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan
menggunakan rumus :
Y = SV+(k)
K = 1+ (SVmin)
102
Peneliti menggunakan media komputerisasi dengan menggunakan
microsoft excel untuk memudahkan proses perubahan data dari skala ordinal ke
skala interval.
3.5.4 Uji Asumsi Klasik
Ada beberapa pengujian yang harus dijalankan terlebih dahulu, sebelum
dibuat analisis korelasi dan regresi, hal tersebut untuk menguji apakah model yang
dipergunakan tersebut mewakili atau mendekati kenyataan yang ada. Untuk
menguji kelayakan model regresi yang digunakan, maka harus terlebih dahulu
memenuhi uji asumsi klasik. Terdapat empat jenis pengujian pada uji asumsi
klasik ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sampel yang digunakan
mempunyai distribusi normal atau tidak. Dalam model regresi linier,
asumsi ini ditunjukkan oleh nilai error () yang berdistribusi normal.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi
normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara
statistik. Pengujian normalitas data menggunakan Test of Normality
Kolmogorov-Smirnov dalam program SPSS.
Menurut Singgih Santoso (2012:393), dasar pengambilan keputusan
bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:
1. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah
normal.
103
2. Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah
tidak normal.
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah hubungan linier sempurna atau pasti diantara
beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Uji
multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada sebuah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Jika terbukti ada multikolinieritas, sebaiknya salah satu dari
variabel independen yang ada dikeluarkan dari model, lalu pembuatan
model regresi diulang kembali (Singgih Santoso, 2012:234). Untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat pada besaran
Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Pedoman suatu model
regresi yang bebas multikolinieritas adalah mempunyai angka tolerance
mendekati 1. Batas VIF adalah 10, jika nilai VIF dibawah 10, maka tidak
terjadi gejala multikolinieritas (Gujarati, 2012:432).
Menurut Singgih Santoso (2012:236) rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
104
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastis bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian atau residual satu pengematan ke
pengamatan lainnya. Menurut Gujarati (2012:406) untuk menguji ada
tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji rank spearman yaitu dengan
mengkorelasikan variabel independen terhadap nilai absolute dari residual
(error). Untuk mendeteksi gejala uji heteroskedastisitas, maka dibuat
persamaan regresi dengan asumsi tidak ada heteroskedastisitas kemudian
menentukan nilai absolute residual, selanjutnya meregresikan nilai
absolute residual diperoleh sebagai variabel dependen serta dilakukan
regresi dari variabel independen. Jika nilai koefisien korelasi antara
variabel independen dengan nilai absolute dari residual signifikan, maka
kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak
homogen).
3.5.5 Analisis Regresi Linier Berganda
Sugiyono (2014:277) menyatakan bahwa :
“Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti
bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel
dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai
faktor predictor dimanipulasinya (dinaik-turunkannya)”.
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
kompetensi, independensi, profesionalisme auditor internal terhadap kualitas audit
internal, dengan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
105
Dimana:
Y = Kualitas audit iternal
a = Konstanta
β1 β2 β3 = Koefisien Regresi
X1 = Kompetensi
X2 = Independensi
X3 = Profesionalisme
e = Residual (error)
3.5.6 Analisis Korelasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui korelasi antara variabel
independen secara keseluruhan dengan variabel dependen.
Menurut Danang Sunyoto (2013:57) analisis korelasi adalah :
“Untuk menguji apakah dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat mempunyai hubungan yang kuat atau tidak kuat, apakah hubungan
tersebut positif atau negatif”.
Menurut Sugiyono (2014:241) adapun rumus dari korelasi adalah sebagai berikut :
r =
Keterangan :
r = Koefisien Korelasi
= Jumlah skor total item
= Jumlah kuadrat skor total variabel independen
= Jumlah kuadrat skor total variabel dependen
106
Besarnya harga koefisien korelasi akan berada dalam interval -1 dan +1
r y yaitu dengan ketentuan untuk r adalah sebagai berikut:
1. Jika r = 1 atau mendekati, dikatakan bahwa dua variabel tersebut
mempunyai hubungan yang kuat dan positif.
2. Jika r = -1 atau mendekati, dikatakan bahwa dua variabel tersebut
mempunyai hubungan yang kuat dan negatif.
3. Jika r = 0 atau mendekati, dikatakan bahwa dua variabel tersebut tidak
berkorelasi atau berhubungan.
Maka untuk dapat memberikan interpretasi terhadap kuatnya hubungan
atau korelasi, dapat digunakan pedoman yang dikemukakan oleh Sugiyono
(2017:184) sebagai berikut :
Tabel 3.11
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 -0.199 Sangat Rendah
0.20 -0.399 Rendah
0.40 -0.599 Sedang
0.60 -0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat Kuat Sumber : Sugiyono (2017:184)
3.6 Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyatan-pernyataan yang menggambarkan suatu
hubungan antara dua variabel yang berkaitan dengan satu kasus tertentu dan
merupakan anggapan sementara yang perlu diuji kebenarannya dalam suatu
penelitian.
107
Menurut Sugiyono (2017:63) hipotesis adalah :
“Jawaban sederhana terhadap rumusan masalah penelitian, di mana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”.
Dalam pengujian hipotesis ini, peneliti menetapkan dengan menggunakan
uji signifikan, dengan penetapan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha).
Hipotesis nol (Ho) adalah suatu hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen
sedangkan hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan bahwa
adanya pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Hipotesis dalam penelitian ini menggunkaan uji F dan uji T.
3.6.1 Uji T (Uji Parsial)
Uji parsial digunakan untuk menguji tingkat signifikan dari pengaruh
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, dengan hipotesis
sebagai berikut:
Ho1: β1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
kompetensi terhadap kualitas audit iternal.
Ha1 : β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi
terhadap kualitas audit iternal.
Ho2: β2= 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
independensi terhadap kualitas audit iternal.
Ha2 : β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara independensi
108
terhadap kualitas audit iternal.
Ho3: β1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
profesionalisme auditor internal terhadap kualitas audit
iternal.
Ha3:β1≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
profesionalisme auditor internal terhadap kualitas audit
iternal.
Dengan Ketentuan :
Jika Thitung<Ttabel dan Sig>0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika Thitung>Ttabel dan Sig<0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
3.6.2 Uji F (Uji Simultan)
Uji simultan digunakan untuk menguji tingkat signifikan dari pengaruh
variabel independen secara serempak (bersama-sama) terhadap variabel dependen,
dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho : β1 β2 β3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
kompetensi, independensi, profesionalisme auditor
internal terhadap kualitas audit iternal.
Ha : β1 β2 β3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
kompetensi, independensi, profesionalisme auditor
internal terhadap kualitas audit iternal.
Dengan Ketentuan :
Jika Fhitung<Ftabel dan Sig>0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
109
Jika Fhitung>Ftabel dan Sig<0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
3.6.3 Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menurut Gujarati (2012:172) adalah :
“Ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau ketetapan antara nilai dugaan
atau garis regresi dengan data sampel. Apabila nilai koefisien korelasi
sudah diketahui, maka untuk mendapatkan koefisien determinasi dapat
diperoleh dengan mengkuadratkannya”.
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi, maka dapat dihitung koefisien
determinasi yaitu untuk melihat besarnya persentase pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen baik secara simultan dan parsial.
Koefesien determinasi simultan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Sumber: Sugiyono (2014:292)
Keterangan :
Kd = Koefisien determinasi
R2 = Kuadrat dari koefisien korelasi berganda
Sedangkan koefesien determinasi parsial dapat dihitung dengan
manggunakan rumus mengkalikan nilai standardized coefficients beta dengan
correlations (zero order), yang mengacu pada hasil perhitungan dengan
menggunakan SPSS.
Kd = R2 x 100%