bab iii metode penelitian a.repository.upi.edu/42641/6/s_geo_1202838_chapter3.pdf · penggunaan...

17
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian ini terdapat di Sub Daerah Aliran Ci Sungapan. Sub Daerah Aliran Ci Sungapan diantaranya melewati wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kota Bandung. Berdasarkan Peta Rupabumi Indonesia (RBI) lembar Bandung, lembar Cimahi dan lembar Lembang edisi tahun 2001, perhitungan keseluruhan luas daerah Sub Daerah Aliran Ci Paganti adalah sekitar ± 3.467 km 2 atau sekitar ± 346.714 ha dan secara geografis terletak di koordinat 107º36’00” BT – 107º37’30” BT dan 6º49’00” LS – 6º51’30” LS. Sedangkan Sub Daerah Aliran Ci Sungapan ini sendiri letaknya dibatasi oleh: Bagian Utara : Sesar Lembang Bagian Timur : Sub Daerah Aliran Ci Rapohan Bagian Barat : Sub Daerah Aliran Ci paganti Bagian Selatan : Sub Daerah Aliran Ci Paganti Untuk lebih jelasnya, letak Sub Daerah Aliran Ci Sungapan dapat dilihat pada gambar 3.1. B. Metode Penelitian Dalam usaha memecahkan suatu permasalahan khususnya dalam penelitian, tentu membutuhkan adanya metode penelitian. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dipilih oleh peneliti yang dapat disesuaikan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, maka metode yang akan digunakan adalah metode Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan bantuan software ErMapper dan ArcMap pada komputer dan dengan urutan tahapan pengerjaan seperti berikut : 1. Sistem Informasi Geografis a. Komposit citra

Upload: others

Post on 14-Dec-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi

Lokasi penelitian ini terdapat di Sub Daerah Aliran Ci Sungapan. Sub

Daerah Aliran Ci Sungapan diantaranya melewati wilayah Kabupaten Bandung

Barat dan Kota Bandung.

Berdasarkan Peta Rupabumi Indonesia (RBI) lembar Bandung, lembar

Cimahi dan lembar Lembang edisi tahun 2001, perhitungan keseluruhan luas

daerah Sub Daerah Aliran Ci Paganti adalah sekitar ± 3.467 km2 atau sekitar ±

346.714 ha dan secara geografis terletak di koordinat 107º36’00” BT –

107º37’30” BT dan 6º49’00” LS – 6º51’30” LS. Sedangkan Sub Daerah Aliran Ci

Sungapan ini sendiri letaknya dibatasi oleh:

Bagian Utara : Sesar Lembang

Bagian Timur : Sub Daerah Aliran Ci Rapohan

Bagian Barat : Sub Daerah Aliran Ci paganti

Bagian Selatan : Sub Daerah Aliran Ci Paganti

Untuk lebih jelasnya, letak Sub Daerah Aliran Ci Sungapan dapat dilihat

pada gambar 3.1.

B. Metode Penelitian

Dalam usaha memecahkan suatu permasalahan khususnya dalam

penelitian, tentu membutuhkan adanya metode penelitian. Ada beberapa metode

penelitian yang dapat dipilih oleh peneliti yang dapat disesuaikan berdasarkan

rumusan masalah dan tujuan penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, maka metode

yang akan digunakan adalah metode Sistem Informasi Geografis dengan

menggunakan bantuan software ErMapper dan ArcMap pada komputer dan

dengan urutan tahapan pengerjaan seperti berikut :

1. Sistem Informasi Geografis

a. Komposit citra

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

34

Komposit Citra untuk mengidentifikasi penggunaan lahan pada citra landsat 7

yaitu memakai band 543 dan landsat 8 memakai band 654.

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

35

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

36

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Koreksi geometrik

Sistem koordinat yang digunakan adalah World Geographic System 84

(WGS84) dengan proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM) zona 48.

c. Penajaman citra (image enhancement)

Untuk memperjelas kenampakan citra maka dilakukan teknik penajaman citra

yang diantaranya dengan peningkatan kontras sehingga kenampakan warna

lebih jelas.

d. Interpretasi digital citra

Dalam Interpretasi digital citra peneliti melakukan dengan teknik klasifikasi

terbimbing (Supervised Classification). Tahap ini adalah tahap untuk

mendapatkan data atau informasi sehingga dapat menjadi peta penggunaan

lahan.

e. Survey lapangan

Survey lapangan dilakukan untuk menguji hasil interpretasi citra digital

dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Sebelum diadakan survey, terlebih

dulu peneliti mempersiapkan pedoman observasi lapangan dan peta satuan

lahan. Peta satuan lahan diantaranya dibuat dengan cara mengoverlaykan peta

penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta kemiringan lereng yang

menghasilkan titik-titik koordinat untuk dijadikan titik survey penggunaan

lahan dan titik menguji tektur tanah.

f. Akurasi Citra

Akurasi citra dilakukan untuk menguji ketepatan informasi yang diperoleh

pada citra dengan keadaan sebenarnya di lapangan sehingga dapat menentukan

besarnya presentase keakuratan hasil identifikasi citra. Adapun untuk menguji

akurasi citra dengan membuat matriks contingency atau yang lebih sering

disebut dengan matriks kesalahan (confusion matrix)

2. Indeks Konservasi

Setelah survey lapangan dilakukan, selanjutnya dapat memproses atau

mengolah kembali peta penggunaan lahan dengan menambahkan peta-peta spasial

lainnya untuk kemudian diolah guna menghasilkan informasi baru. Dalam urutan

pelaksanaannya dilakukan dengan beberapa langkah yaitu:

a. melakukan penilaian setiap patameter indeks konservasi (peta tanah, peta

geologi, peta curah hujan, peta kemiringan lereng),

b. overlay peta jenis tanah, peta geologi, dan peta kemiringan lereng sehingga

menghasilkan peta satuan lahan,

c. overlay peta satuan lahan dengan dan peta curah hujan sehingga

menghasilkan peta indeks konservasi alami,

d. overlay peta satuan lahan dengan peta curah hujan dan penggunaan lahan

sehingga menghasilkan peta indeks konservasi aktual,

e. overlay peta indeks konservasi alami dan indeks konservasi aktual sehingga

menghasilkan peta kondisi atau indeks konservasi airtanah.

Beberapa langkah tersebut diberlakukan sama seperti peta 2015, maka peta

2003 juga melalui seluruh tahapan seperti yang sebelumnya dijelaskan. Sebagai

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

37

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tahapan terakhir, maka hasil peta Indeks konservasi air tanah 2015 akan di overlay

kan dengan peta indeks konservasi 2003 sehingga tergambarkan bagaimana

perubahan indeks konservasi airtanah akibat perubahan penggunaan lahan.

C. Pendekatan Geografi

Dalam penggunaan metode penelitian, peneliti harus memuat pendekatan

geografi. Adapun dalam penelitian ini pendekatan geografi yang digunakan adalah

pendekatan keruangan.

Menurut Sabari (2008, hlm. 12), pendekatan keruangan tidak lain

merupakan suatu metoda analisis yang menekankan analisisnya pada eksistensi

ruang (space) sebagai wadah untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalam

menjelaskan fenomena geosfera.

Pendekatan keruangan ini digunakan dengan memperhatikan penyebaran

penggunaan ruang. Penyebaran penggunaan ruang dalam analisis ini diantaranya

dikumpulkan dengan memetakan data lokasi yang terdiri dari titik (point data) dan

data bidang (areal data) Adapun yang termasuk dalam data titik adalah ketinggian

tempat, data sampel penggunaan lahan, data sampel tanah, dan sebagainya.

Sedangkan yang termasuk dalam data bidang adalah data luasan berbagai

penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah Sub Daerah Aliran Cipaganti

dengan luas 3.467 km2 atau sekitar 346.714 ha yang terdiri atas kondisi fisik

diantaranya kemiringan lereng, jenis tanah, jenis batuan dan penggunaan lahan.

Sedangkan Untuk menguji hasil interpretasi citra digital atau peta penggunaan

lahan dengan kondisi sebenarnya di lapangan dan untuk menguji tektur tanah,

peneliti menggunakan sampel peneliian. Penarikan sampel diantaranya dilakukan

dengan cara overlay peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng dan peta jenis

tanah sehingga menjadi peta satuan lahan. Berdasarkan hasil tersebut, didapat 58

satuan lahan yang akan peneliti jadikan sampel. Sedangkan untuk pengambilan

titik – titik pengamatannya peneliti menggunakan sampel acak berstrata (Stratified

random sampling).

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

38

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 . Sampel Daerah Penelitian

No. Koordinat Kemiringan

Lereng

Formasi

Geologi

Jenis

Tanah

Penggunaan

Lahan

Satuan

Lahan

1 107° 36' 50.465" BT 6° 50' 26.114" LS <8 % F.Cikapundung Andosol Tegalan/Ladang 1FKAndTL

2 107° 37' 5.331" BT 6° 50' 30.625" LS <8 % F.Cikapundung Andosol Kebun/Perkebunan 1FKAndKP

3 107° 37' 5.803" BT 6° 50' 31.793" LS <8 % F.Cikapundung Andosol Hutan 1FKAndH

4 107° 36' 49.238" BT 6° 50' 50.121" LS <8 % F.Cikapundung Latosol Kebun/Perkebunan 1FKLaKP

5 107° 37' 5.512" BT 6° 50' 43.435" LS <8 % F.Cikapundung Latosol Hutan 1FKLaH

6 107° 36' 45.403" BT 6° 50' 27.687" LS <8 % F. Cibeureum Andosol Tegalan/Ladang 1FBAndTL

7 107° 36' 44.496" BT 6° 50' 28.282" LS <8 % F. Cibeureum Andosol Pemukiman/Lahan Terbangun 1FBAndPLT

8 107° 36' 53.156" BT 6° 50' 30.923" LS <8 % F. Cibeureum Andosol Kebun/Perkebunan 1FBAndKP

9 107° 36' 37.784" BT 6° 50' 42.206" LS <8 % F. Cibeureum Latosol Tegalan/Ladang 1FBLaTL

10 107° 36' 34.697" BT 6° 50' 40.674" LS <8 % F. Cibeureum Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 1FBLaPLT

11 107° 36' 23.028" BT 6° 51' 11.478" LS <8 % F. Cibeureum Latosol Semak 1FBLaS

12 107° 37' 11.402" BT 6° 50' 22.920" LS 15-25 % F.Cikapundung Andosol Pemukiman/Lahan Terbangun 3FKAndPLT

13 107° 37' 17.766" BT 6° 50' 20.038" LS 15-25 % F.Cikapundung Andosol Semak 3FKAndS

14 107° 37' 14.404" BT 6° 49' 36.222" LS 15-25 % F.Cikapundung Andosol Hutan 3FKAndH

15 107° 36' 43.585" BT 6° 50' 41.716" LS 15-25 % F.Cikapundung Latosol Tegalan/Ladang 3FKLaTL

16 107° 36' 45.163" BT 6° 50' 39.870" LS 15-25 % F.Cikapundung Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 3FKLaPLT

17 107° 36' 44.629" BT 6° 51' 15.037" LS 15-25 % F.Cikapundung Latosol Kebun/Perkebunan 3FKLaKP

18 107° 36' 54.364" BT 6° 50' 30.080" LS 15-25 % F. Cibeureum Andosol Tegalan/Ladang 3FBAndTL

19 107° 36' 55.281" BT 6° 50' 28.860" LS 15-25 % F. Cibeureum Andosol Kebun/Perkebunan 3FBAndKP

20 107° 36' 50.777" BT 6° 50' 43.665" LS 15-25 % F. Cibeureum Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 3FBLaPLT

21 107° 36' 13.923" BT 6° 51' 19.507" LS 15-25 % F. Cibeureum Latosol Semak 3FBLaS

22 107° 36' 14.792" BT 6° 51' 29.346" LS 15-25 % F. Cibeureum Latosol Hutan 3FBLaH

23 107° 36' 51.563" BT 6° 50' 24.720" LS 8-15 % F.Cikapundung Andosol Tegalan/Ladang 2FKAndTL

24 107° 36' 45.526" BT 6° 50' 29.957" LS 8-15 % F.Cikapundung Andosol Pemukiman/Lahan Terbangun 2FKAndPLT

25 107° 37' 11.484" BT 6° 50' 26.129" LS 8-15 % F.Cikapundung Andosol Semak 2FKAndS

26 107° 37' 13.542" BT 6° 49' 35.586" LS 8-15 % F.Cikapundung Andosol Hutan 2FKAndH

27 107° 36' 45.273" BT 6° 50' 39.161" LS 8-15 % F.Cikapundung Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 2FKLaPLT

28 107° 36' 50.827" BT 6° 50' 52.313" LS 8-15 % F.Cikapundung Latosol Kebun/Perkebunan 2FKLaKP

29 107° 36' 24.946" BT 6° 51' 15.010" LS 8-15 % F.Cikapundung Latosol Semak 2FKLaS

30 107° 36' 52.710" BT 6° 50' 31.255" LS 8-15 % F. Cibeureum Andosol Tegalan/Ladang 2FBAndTL

31 107° 36' 53.428" BT 6° 50' 30.010" LS 8-15 % F. Cibeureum Andosol Kebun/Perkebunan 2FBAndKP

32 107° 36' 42.242" BT 6° 50' 29.754" LS 8-15 % F. Cibeureum Andosol Semak 2FBAndS

33 107° 36' 38.359" BT 6° 50' 37.451" LS 8-15 % F. Cibeureum Latosol Tegalan/Ladang 2FBLaTL

34 107° 36' 35.905" BT 6° 50' 37.516" LS 8-15 % F. Cibeureum Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 2FBLaPLT

35 107° 36' 14.190" BT 6° 51' 15.468" LS 8-15 % F. Cibeureum Latosol Semak 2FBLaS

36 107° 36' 44.910" BT 6° 50' 51.258" LS 8-15 % F. Cibeureum Latosol Hutan 2FBLaH

37 107° 37' 5.238" BT 6° 50' 14.406" LS 25-40 % F.Cikapundung Andosol Tegalan/Ladang 4FKAndTL

38 107° 37' 5.919" BT 6° 49' 57.530" LS 25-40 % F.Cikapundung Andosol Pemukiman/Lahan Terbangun 4FKAndPLT

39 107° 37' 5.052" BT 6° 50' 0.251" LS 25-40 % F.Cikapundung Andosol Kebun/Perkebunan 4FKAndKP

40 107° 37' 17.706" BT 6° 50' 13.643" LS 25-40 % F.Cikapundung Andosol Hutan 4FKAndH

41 107° 36' 40.819" BT 6° 51' 8.122" LS 25-40 % F.Cikapundung Latosol Tegalan/Ladang 4FKLaTL

42 107° 36' 53.733" BT 6° 50' 59.445" LS 25-40 % F.Cikapundung Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 4FKLaPLT

43 107° 36' 54.104" BT 6° 50' 56.387" LS 25-40 % F.Cikapundung Latosol Kebun/Perkebunan 4FKLaKP

44 107° 36' 39.575" BT 6° 51' 14.718" LS 25-40 % F.Cikapundung Latosol Hutan 4FKLaH

45 107° 36' 53.948" BT 6° 50' 30.931" LS 25-40 % F. Cibeureum Andosol Tegalan/Ladang 4FBAndTL

46 107° 36' 55.409" BT 6° 50' 29.516" LS 25-40 % F. Cibeureum Andosol Kebun/Perkebunan 4FBAndKP

47 107° 36' 15.436" BT 6° 51' 38.435" LS 25-40 % F. Cibeureum Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 4FBLaPLT

48 107° 36' 25.378" BT 6° 51' 27.526" LS 25-40 % F. Cibeureum Latosol Kebun/Perkebunan 4FBLaKP

49 107° 36' 14.933" BT 6° 51' 27.123" LS 25-40 % F. Cibeureum Latosol Hutan 4FBLaH

50 107° 37' 0.285" BT 6° 50' 12.744" LS >40 % F.Cikapundung Andosol Tegalan/Ladang 5FKAndTL

51 107° 37' 18.236" BT 6° 49' 52.218" LS >40 % F.Cikapundung Andosol Kebun/Perkebunan 5FKAndKP

52 107° 37' 22.477" BT 6° 49' 42.452" LS >40 % F.Cikapundung Andosol Semak 5FKAndS

53 107° 37' 14.423" BT 6° 49' 40.517" LS >40 % F.Cikapundung Andosol Hutan 5FKAndH

54 107° 36' 43.080" BT 6° 51' 3.574" LS >40 % F.Cikapundung Latosol Kebun/Perkebunan 5FKLaKP

55 107° 36' 42.271" BT 6° 51' 2.099" LS >40 % F.Cikapundung Latosol Hutan 5FKLaH

56 107° 36' 53.888" BT 6° 50' 29.095" LS >40 % F. Cibeureum Andosol Kebun/Perkebunan 5FBAnKP

57 107° 36' 46.223" BT 6° 50' 46.639" LS >40 % F. Cibeureum Latosol Kebun/Perkebunan 5FBLaKP

58 107° 36' 14.865" BT 6° 51' 28.023" LS >40 % F. Cibeureum Latosol Hutan 5FBLaH

Sumber : Hasil Penelitian (2017)

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

39

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2. Sampel Daerah Penelitian

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

40

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Variabel Penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini terkait dengan hal-hal yang perlu

diperhatikan dan dianalisis dalam kaitannya dengan Indeks konservasi airtanah

akibat perubahan penggunaan lahan di Sub Daerah Aliran Ci Sungapan adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.2. Variabel Penelitian

Perubahan Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan 2003

Penggunaan Lahan 2015

Perubahan Indeks Konservasi

Curah Hujan

Jenis Batuan

Jenis Tanah

Kemiringan Lereng

Perubahan Penggunaan Lahan

Sumber : Hasil Penelitian (2017)

F. Alat dan Bahan

Dalam penelitian ini dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut:

1. Alat

Sardware (komputer)

Software (ErMapper dan ArcMap)

Pedoman observasi dan alat tulis

Alat dokumentasi

GPS

Sendok tanah untuk sampel tanah yang akan diuji tekstur

2. Bahan

Citra Landsat 7 ETM+ path/row 122/65 akuisisi 10 Januari 2003

Citra Landsat 8 OLI/TIRS path/row 122/65 akuisisi 15 November 2015

Peta Hispografi Badan Geospasial Indonesia skala 1:25.000.

Peta Jenis Tanah Lembar Ci Tarum skala 1:100.000

Peta Geologi Lembar Bandung skala 1:100.000

Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Lembar Cimahi skala 1:25.000 tahun 2001

Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Lembar Bandung skala 1:25.000 tahun 2001

Data curah hujan 2003 dan 2015

G. Tahapan Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa tahapan penelitian. Secara garis

besar tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap pengumpulan data

Pada pengumpulan data, diantaranya peneliti perlu menyiapkan

a. Studi kepustakaan dan liteatur-literatur, buku-buku, serta jurnal berkaitan

dengan daerah penelitian.

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

41

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menyiapkan surat perijinan penelitian.

c. Menyiapkan peralatan berupa hardware (komputer) dan software (ErMapper

dan ArcMap).

d. Menyiapkan data berupa peta hispografi, peta jenis tanah, peta jenis batuan,

peta curah hujan tahun 2003, peta curah hujan tahun 2015, peta penggunaan

lahan 2003 (hasil interpretasi citra Landsat 7 path/row 122/65 tanggal akuisisi

10 Januari 2003) dan peta penggunaan lahan tahun 2015 (hasil interpretasi

citra Landsat 8 tahun 2015 path/row 122/65 tanggal akuisisi 03 November

2015).

2. Tahap deliniasi batas daerah penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan pembuatan atau deliniasi batas daerah

penelitian dengan cara digitasi (on screen). Karena daerah yang dijadikan

penelitian merupakan suatu DAS maka digitasi dilakukan dengan mengikuti titik-

titik ketinggian dari peta kontur. Daerah penelitian tersebut adalah Sub Daerah

Aliran Ci Sungapan.

3. Survey lapangan dan akurasi citra

Survey lapangan dilakukan untuk menguji hasil interpretasi citra peta

penggunaan lahan dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Selain itu, survey

lapangan ini juga dilakukan untuk menguji tektur tanah. Sebelum memulai survey

lapangan, peneliti harus mempersiapkan pedoman observasi lapangan dan peta

satuan lahan sebagai pedoman. Peta satuan lahan diantaranya dibuat dengan cara

mengoverlaykan peta penggunaan lahan (hasil interpretasi citra 2003), peta jenis

tanah dan peta kemiringan lereng. Adapun untuk menguji akurasi citra dengan

membuat matriks kesalahan (confusion matrix) yang dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3. Matriks Kesalahan (Confusion Matrix)

Data acuan

(Training Area)

Diklasifikasikan ke kelas Total Baris

Xk+

Producer’s Accuracy

Xkk / Xk+ A B C D

A Xii

B

C

D Xkk

Total kolom X+k N

User’s accuracy Xkk/X+k

Sumber : Jaya dalam Nugraha (2008)

𝑈𝑠𝑒𝑟 𝑠 𝑎𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 = Xkk

X+k𝑥100% 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑒𝑟’𝑠 𝐴𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 =

Xkk

Xk+𝑥100%

𝑂𝑣𝑒𝑟𝑎𝑙𝑙 𝑎𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 = ∑ Xkk

𝑟𝑘

N𝑥100%

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

42

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun untuk menguji tekstur tanah dibedakan dengan cara manual

(metode texture by feel) yaitu dengan cara kerja seperti berikut :

a. Letakan sedikit tanah diatas tangan atau dintara jari-jari tangan, basahi sedikit

demi sedikit sampai dicapai keadaan plastic maksimum . Keadaan ini

menjunjukan saat yang tepat dalam ppendugaan tekstur tanah.

b. Rasakan adanya kekerasan, kelengketan, dan kekenyalan serta derajat

kemengkilatan tanah dengan ibu jari dan telunjuk.

Tabel 3.4. Pengamatan Kelas Tekstur

Kekasaran Kelicinan Kelengketan

& Plastisitas

Pembentukan Bola &

Benang Tanah

Kelas Tekstur

Tanah

Tidak kasar atau

agak kasar Tidak licin

Sangat lengket

& plastis

Bola sangat kohesip, benang tanah

mudah dibentuk cincin, sangat

mengkilat

Liat

Cukup licin &

seperti

sutera/halus

Sangat lengket

& plastis

Bola sangat kohesip, benang tanah

mudah dibentuk cincin, sangat

mengkilat

Liat berdebu

Cukup lengket

& plastis

Bola sangat kohesip, benang tanah

tidak dapat dibentuk cincin, cukup

mengkilat

Lempulug liat

berdebu

Sangat licin dan

seperti sutera

Sedikit sekali

lengket &

plastis

Bola cukup kohesip sukar dibentuk

benang tanah, agak mengkilat Debu

Sangat licin dan

seperti sutera

Hampir sekali

lengket &

plastis

Bola cukup kohesip, benang tanah

sukar dibentuk, agak tidak mengkilat

Lempung

berdebu

Agak kasar sampai

cukup kasar Sedikit licin

Cukup lengket

& plastis

Bola cukup kohesip, benang tanah

sukar dibentuk, agak tidak mengkilat Lempung berliat

Cukup kasar Tidak licin Sangat lengket

& plastis

Bola sangat kohesip, benang tanah

sukar dibentuk, sangat mengkilat Liat berpasir

Cukup kasar Tidak licin Cukup lengket

& plastis

Bola cukup kohesip, benang panjang,

tanah sukar dibentuk, cukup mengkilat

Lempung liat

berpasir

Cukup kasar Agak licin Agak lengket

& plastis

Bola cukup kohesip, sukar dibentuk

benang Lempung

Sangat kasar Tidak licin Tidak lengket

& plastis

Bola cukup kohesip, tidak dapat

dibentuk benang

Lempung

berpasir

Sangat kasar sekali Tidak licin Tidak lengket

& plastis

Bola agak kohesip, tidak dapat

dibentuk benang

Pasir

berempung

Bola mudah pecah kohesip Pasir

Sumber: Rohmat, D. (2013)

Perlu diperhatikan hal-hal berikut :

Kekasaran

Kekasaran dapat menunjukkan tingkat untuk menentukan jumlah pasir yang

terdapat dalam tanah.

Kelicinan

Kelicinan dapat menjunjukan keadaan tingkat dalam penentuan jumlah-jumlah

debu, kadang-kadang karenapartikel debu yang banyak dan bergesekan maka

akan terasa seperti sabun.

Kelengketan

Kelengketan dan palstis adalah penduga kandungan liat dalam tanah. Bila

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

43

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tanah kenyal maka akan lebih mudah tanah tersebut dibentuk bola permukaan

yang mengandung liat akan tanah.

Pengamatan-pengamatan

Setelah merasakan kekasaran, kelicinan dan kemengkilatan serta perlakuan-

perlakuam terhadap tanah maka akan dibandingkan hasil perasaan tadi dengan

tabel pengamatan tekstur tanah pada tabel 3.4. kemudian tentikan teksturnya.

4. Reinterpretasi peta

Reinterpretasi dilakukan apabila hasil interptretasi kelas penggunaan lahan

sebelumnya memiliki kekurangan data sehingga perlu ditambah atau diperbaharui

sesuai dengan keadaan yang aktual atau diperbaharui karena dibawah standar

akurasi. Menurut Sutanto (dalam Arsyad, 2012, hlm. 42) yang bahwa identifikasi

lahan di negara tropis yang sedang berkembang maksimal 75% sampai 85 %

karena daerah tropis memiliki penutupan lahan yang sangat mejemuk dan rumit.

5. Analilis

Apabila seluruh data dan informasi telah lengkap untuk selanjutnya diolah

dan dianalisis. Adapun peta-peta tersebut diantaranya terdiri dari:

a. Peta perubahan penggunaan lahan yang terdiri dari hasil overlay peta

penggunaan lahan tahun 2003 dan penggunaan tahun 2015.

b. Peta perubahan indeks konservasi alami yang terdiri dari hasil overlay

konservasi alami tahun 2003 dan indeks konservasi alami tahun 2015 untuk

menghasilkan peta perubahan indeks konservasi alami.

c. Peta perubahan indeks konservasi aktual yang terdiri dari hasil overlay peta

indeks konservasi aktual tahun 2003 dan indeks konservasi aktual tahun 2015

untuk menghasilkan peta perubahan indeks konservasi aktual.

d. Peta perubahan indeks konservasi airtanah yang terdiri dari hasil overlay peta

indeks konservasi alami tahun 2003 dan indeks konservasi aktual tahun 2003.

6. Penulisan laporan

Penulisan laporan merupakan tahap akhir pada penelitian ini. Seluruh

kegiatan proses dan hasil peneliatian dapat dilihat pada penulisan laporan

penelitian.

H. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk peneliti menggunakan teknik sebagai berikut ini:

1. Data Primer

a. Observasi

Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat

melalui pengamatan langsung. Pengamatan/observasi berkenaan dengan kondisi

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

44

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan penggunaan lahan di lokasi penelitian serta pengamatan secara kasat mata,

untuk mendapatkan data, peneliti juga akan melakukan uji tekstur tanah

dilapangan dengan menggunakan metode texture by feel.

2. Data Sekunder

1) Studi Dokumentasi

Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh berbagai data dari

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Dokumen-dokumen

tersebut diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait diantaranya seperti peta

jenis tanah, peta geologi, peta curah hujan, peta kontur dan data-data penting

lainnya yang menunjang penelitian.

2) Studi Literatur

Pengumpulan data dari studi literatur ini peneliti akan mendapatkan teori-

teori, jurnal penelitian terdahulu yang relevan baik sebagai acuan maupun sebagai

pembanding dalam memecahkan permasalahan inti penelitian ini.

I. Teknik Analisis Data

Adapun dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan sebagai berikut:

1. Analisis Penginderaan Jauh

a. Interpretasi Pengindraan Jauh

Pada awal penelitian teknik analisis data dilakukan dengan interpretasi

teknik interpretasi penginderaan jauh. Dalam menganalisis citra hasil pengindraan

jauh, maka citra perlu diinterpretasi. Teknik ini terbagi menjadi dua yaitu teknik

langsung dan tidak langsung. Teknik Langsung merupakan Indentifikasi citra

maupun digitasi terhadap objek yang nampak secara jelas. Sedangkan teknik tidak

langsung merupakan teknik interpretasi terhadap objek yang tidak nampak

didalam citra karena tertutup oleh vegetasi atau penggunaan lahan (Sugandi, 2010,

hlm. 22).

b. Pemrosesan Data Digital

Pemrosesan ini akan dilakukan menggunakan software Er-Mapper dan

ArcMap, dan interpretasikan dengan teknik klasifikasi terbimbing (Supervised

Classification) sehingga menghasilkan data penggunaan lahan. Analisis ini juga

ditunjang dengan Peta Rupabumi Indonesia (RBI) lembar Bandung, lembar

Cimahi dan lembar Lembang edisi tahun 2001 dan meliputi beberapa tahapan

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

45

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai berikut :

1) Import citra

Dilakukan dengan memasukan citra Landsat 7 ETM+ dan Landsat 8

OLI/TIRS pada software er-mapper.

2) Menyusun dan menampilkan citra komposit warna

Langkah selanjutnya adalah memodifikasi saluran/kanal/band citra untuk

menonjolkan beberapa aspek. Pemilihan band didasarkan atas kebutuhan

pengolahan data. Untuk memperlihatkan penggunaan lahan, maka disarankan

menggunakan komposit citra 543 untuk Landsat 7 ETM+, band 5 diberi warna

merah, band 4 diberi warna hijau, dan band 3 diberi warna biru, sedangkan

pada citra Landsat 8 OLI/TIRS, band 6 diberi warna merah, band 5 diberi

warna hijau, dan band 4 diberi warna biru dan disebut dengan Red, Green,

Blue (RGB).

3) Koreksi geometrik

Citra selanjutnya perlu melalui tahap koreksi geometric, ini bertujuan untuk

mengoreksi data citra terhadap sistem koordinat bumi, supaya informasi data

citra telah sesuai dengan keberadaanya di bumi. Dalam penelitian ini sistem

koordinat yang digunakan adalah World Geographic System 84 (WGS84)

dengan proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM) zona 48. Penentuan

ini disesuaikan dengan letak lokasi penelitian.

4) Penajaman citra (image enhancement)

Untuk memperjelas kenampakan citra maka dilakukan teknik penajaman citra

yang diantaranya dengan peningkatan kontras.

5) Export citra

Dalam tahapan ini citra akan diiubah kedalam format Tiff sehingga

selanjutnya bisa diolah kedalam Arcmap.

6) Supervised clasification

Hasil band citra berformat tiff pada Er- Mapper sebelumnya di import dalam

ArcMap dan selanjutnya diklasifikasikan dengan tool supervised dan

maksimum linkenlood classification.

7) Akurasi Citra

Akurasi citra dilakukan untuk menguji ketepatan informasi yang diperoleh

pada citra dengan keadaan sebenarnya di sehingga dapat menentukan besarnya

presentase keakuratan hasil identifikasi citra. Adapun untuk menguji akurasi

citra dengan membuat matriks kesalahan (confusion matrix) dan dengan

perhitungan yang dinyatakan dalam bentuk User’s accuracy, Producer’s

Accuracy dan overall accuracy.

8) Analisis spasial temporal

Analisis ini dilakukan dengan menumpang susunkan overlay peta citra tahun

2003 dan 2016 sehigga terlihat perubahan penggunaan pada jangka waktu

tersebut.

2. Indeks Konservasi (IK)

Setelah didapat data peta penggunaan lahan, maka data peta penggunaan

lahan, peta curah hujan, peta jenis batuan, peta jenis tanah dan kemiringan lereng

selanjutnya dioverlay menjadi Indeks Konservasi (IK). Indeks Konservasi dapat

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

46

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibedakan menjadi dua (2) yaitu Indeks Konservasi Alami dan Indeks Konservasi

Aktual. Berikut adalah parameter-parameter dari Indeks Konservasi:

a. Indeks Konservasi Alami (IKA)

Indeks Konservasi Alami merupakan fungsi dari curah hujan (Tabel 3.5), jenis

batuan (Tabel 3.6), kemiringan lereng (tabel 3.7), jenis tanah (tabel 3.8).

Tabel 3.5. Pembagian Kelas Curah Hujan

Curah hujan tahunan (mm/th) Kelas Nilai

>4000 Tinggi 5

3500 – 4000 Agak Tinggi 4

3000 – 3500 Sedang 3

2500 – 3000 Agak Rendah 2

<2500 Rendah 1

Sumber : Ujiarto (2001)

Tabel 3.6. Pembagian Kelas Jenis Batuan

Jenis Batuan Penyusun Koefisien Resapan Kelas Nilai

Fm. Cibeureum 0,3 Tinggi 5

Hasil G.A Muda Fm Cikidang,

Fm. Kosambi 0,35 Agak Tinggi 4

Hasil G.A Tua Fm Cikapundung 0,15 Sedang 3

Endapan Tersier laut dan vulkanik 0,1 Agak Rendah 2

Lava andesit 0 Rendah 1

Sumber : Sabar (1999)

Tabel 3.7. Pembagian Kemiringan Lereng

Kemiringan Lereng Deskripsi Kelas Nilai

<8% Datar Tinggi 5

8 – 15 % Landai Agak Tinggi 4

15 – 25 % Bergelombang Sedang 3

25 – 40 % Curam Agak Rendah 2

>40 % Sangat Curam Rendah 1

Sumber : Ujiarto (2001)

Tabel 3.8. Pembagian Kelas Jenis Tanah

Tekstur tanah* Permeabilitas (cmh-1)** Kelas Nilai

Kasar Pasir

Pasir berlempug >127.102 Tinggi 5

Agak kasar

Lempung berpasir

Lempung berpasir

halus

63-127.102 Agak

Tinggi 4

Sedang

Lempung berpasir

sangat halus

Lempung

Lempung berdebu

19.98-63 Sedang 3

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

47

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Debu

Agak halus

Lempung liat

Lempung liat berpasir

Lempung liat berdebu

4,98-19.98 Agak

Rendah 2

Halus

Liat berpasir

Liat berdebu

Liat

<4,98 Rendah 1

Sumber: *Mustafa, M., dkk. (2012) dan

**Budianto, P. T. H., Wirosoedarmo, R., & Suharto, B. (2014)

b. Indeks Konservasi Aktual (IKC)

Indeks Konservasi Aktual merupakan fungsi dari curah hujan (Tabel 3.5),

jenis batuan (Tabel 3.6), kemiringan lereng (Tabel 3.7), jenis tanah (Tabel 3.8)

dan penggunaan lahan (Tabel 3.9).

Tabel 3.9. Pembagian Kelas Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan Potensi Infiltrasi Kelas Nilai

Hutan Lebat Besar Tinggi 5

Perkebunan Agak Besar Agak Tinggi 4

Semak, Padang Rumput Sedang Sedang 3

Holtikultura, Tegalan Agak Kecil Agak Rendah 2

Pemukiman, Sawah Kecil Rendah 1

Sumber : Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi lahan dalam Sudarmanto, A. (2013)

Setiap parameter pada IKA dan IKC dibagi lima kelas pembobotan yang

dinilai berdasarkan pengaruh setiap parameter terhadap nilai indeks konservasi.

Kelas dibedakan menjadi 5 kelas, yaitu: tinggi, agak tinggi, sedang, agak rendah,

dan rendah. Parameter yang berpengaruh rendah akan diberikan nilai yang kecil

(1), sebaliknya jika pengaruhnya tinggi akan diberikan nilai yang besar (5) sesuai

dengan kelas potensi infiltrasi dan permeabilitasnya. Setiap bobot pada parameter

indeks konservasi akan dijumlahkan dan menghasilkan nilai pada kelas indeks

konservasi. Penilaian bobot indeks konservasi dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Penilaian Bobot Indeks Konservasi

Kelas Jumlah Bobot Nilai IK

Rendah 5 – 8 < 0,33

Agak Rendah 9 – 12 0,33 – 0,48

Sedang 13 – 16 0,49 – 0,64

Agak Tinggi 17 – 20 0,65 – 0,8

Tinggi 21 – 25 > 0,8

Sumber : Sabar (1999)

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

48

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah dihasilkan peta indeks konservasi alami dan indeks konservasi

aktual, tahap selanjutnya dilakukan overlay terhadap kedua peta tersebut sehingga

diperoleh penilaian indeks konservasi airtanah yang menggambarkan kondisi

hidrologi dari pemanfaatan ruang. Penilaian tersebut dalam suatu kawasan dapat

dilihat dari perbandingan nilai IKA dan nilai IKC yang dapat dibedakan menjadi tiga

tingkat kekritisan kawasan dari kondisi hidrologi/fungsi konservasi airtanah.

Perbedaan IKA dan IKC dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.11. Penilaian Indeks Konservasi Airtanah

Hubungan nilai indeks konservasi Penilaian

IKc > IKA Baik

IKc = IKA Normal

IKc < IKA Kritis

Sumber: Sabar (1999)

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam

49

Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

J. Alur Penelitian

Citra Landsat 7

tahun 2003

Peta Jenis

Batuan

Satuan Lahan

Peta Jenis

Tanah

Peta Curah

Hujan

Peta

Penggunaan

Lahan

Peta

Kemiringan

Lereng

Citra Landsat 8

tahun 2015

Indeks Konservasi

Alami (IKA)

Indeks Konservasi

Aktual (IKC)

Peta Jenis

Batuan

Peta Jenis

Tanah

Peta Curah

Hujan

Peta

Penggunaan

Lahan

Peta

Kemiringan

Lereng

Peta Jenis

Batuan

Peta Jenis

Tanah

Peta Curah

Hujan

Peta

Kemiringan

Lereng

Nilai

IKA

Nilai

IKC

Pembobotan nilai

IKA dan nilai IKC

Kondisi

Pemanfaatan Ruang

Peta Perubahan Penggunaan Lahan

Peta perubahan nilai IKA

Peta perubahan nilai IKC

Peta perubahan pemanfaatan ruang