bab iii metode penelitian a. metode dan desain...
TRANSCRIPT
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen. Penggunaan metode ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran dengan menggunakan teknik probing-prompting terhadap
peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa SMP. Penelitian kuasi
eksperimen merupakan pengembangan dari penelitian eksperimen. Seperti
halnya penelitian eksperimen, penelitian kuasi eksperimen juga mengamati
hubungan sebab akibat variabel bebas dengan variabel terikat (Ruseffendi,
2010 : 35). Jika pada penelitian eksperimen subjek dikelompokkan secara
acak dan perlakuan dimanipulasi (perlakuan dan kontrol diatur), pada metode
kuasi eksperimen perlakuan sudah terjadi dan kontrol tidak sepenuhnya bisa
dilakukan. Dalam penelitian ini, pembelajaran dengan teknik probing-
prompting sebagai variabel bebas dan kemampuan koneksi matematis siswa
sebagai variabel terikat. Pengambilan sampel pada penelitian kuasi
eksperimen tidak dilakukan secara acak siswa, melainkan secara acak kelas.
Sehingga, peneliti harus menerima kondisi kedua kelas yang akan dijadikan
kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
kelompok kontrol non-ekuivalen. Pada desain ini, pengelompokan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara acak (Ruseffendi,
2010:53). Kelompok eksperimen pada penelitian ini adalah kelompok siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik probing-prompting
sedangkan kelompok kontrol pada penelitian ini adalah kelompok siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan teknik pembelajaran konvensional.
Adapun desain eksperimen pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut
(Ruseffendi, 2010:53):
25
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
O X O
O O
Keterangan:
O = Pretes/Postes
X = Pembelajaran matematika dengan teknik Probing-Prompting
= sampel tidak dipilih secara acak
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri
15 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Sampel dipilih sebanyak dua kelas dari
sepuluh kelas. Dari kedua kelas tersebut, satu kelas digunakan sebagai kelas
eksperimen dan satu kelas lagi digunakan sebagai kelas kontrol. Berdasarkan
informasi dari guru mata pelajaran matematika bahwa sepuluh kelas dari
kelas VII memiliki karakteristik yang relatif sama. Oleh karena itu, dari
sepuluh kelas tersebut dipilih satu kelas sebagai kelas eksperimen yang
mendapat pembelajaran matematika dengan teknik probing-prompting dan
satu kelas sebagai kelas kontrol yang mendapat pembelajaran matematika
dengan teknik pembelajaran konvensional.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan nontes:
1. Instrumen tes
Instrumen tes dalam penelitian ini berupa tes kemampuan koneksi
matematis. Tes kemampuan koneksi matematis siswa dikembangkan
berdasarkan pada indikator koneksi matematis. Pretes yaitu tes yang
dilaksanakan sebelum diberikan perlakuan, yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan koneksi matematis awal siswa. Sedangkan
26
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
postes adalah tes yang dilaksanakan setelah diberikan perlakuan. Postes
bertujuan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa
setelah diberikan perlakuan. Pretes dan postes diberikan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Tipe tes yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes tipe subjektif. Pemilihan tipe tes ini bertujuan untuk
mengungkapkan proses berpikir siswa dalam penyelesaian masalah.
Adapun pedoman pemberian skor terhadap kemampuan koneksi
matematis ini didasarkan pada panduan Holistic Scoring Rubrics.
Holistic Scoring Rubrics adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
memberikan skor terhadap respon siswa. skor ini diberi level 0,1,2,3, dan
4. Sesuai dengan pendapat Mertler (Nimpuna: 2010:25) bahwa rubrik
holistik digunakan untuk melakukan penskoran terhadap kualitas konten,
kemampuan atau pemahaman tertentu secara keseluruhan.
Tabel 3.1 Kriteria pemberian skor koneksi matematis
Skor Kriteria
4 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, diuraikan secara
lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar dan jawaban benar.
3 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, diuraikan secara
lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar tetapi jawaban tidak tepat. Atau jawaban menunjukan pemahaman
konsep yang benar, tetapi tidak diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar dan jawaban tepat.
2 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, tetapi tidak
diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan salah dan jawaban tidak tepat.
1 Tidak menunjukan pemahaman konsep sama sekali
0 Tidak menjawab sama sekali.
Skor maksimum untuk setiap butir soal adalah 20. Sehingga untuk 6
butir soal skor maksimum yang diperoleh siswa adalah 120.
Menurut Suherman (1990:134) untuk mendapatkan hasil evaluasi
yang baik tentunya diperlukan alat evaluasi yang kualitasnya baik pula.
Alat evaluasi yang baik dapat ditinjau dari kriteria validitas, reliabilitas,
27
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
obyektivitas, praktikabilitas, derajat kesukaran, daya pembeda,
efektivitas opsi dan efisiensi. Karena instrumen tes yang penulis gunakan
bertipe uraian maka kriteria yang ditinjau hanya validitas, reliabilitas,
daya pembeda dan derajat kesukaran.
Sebelum instumen tes diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas
kontrol, instrumen tes dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui agar dapat terukur
validitas, realibilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda dari instrumen
tersebut.
a. Validitas soal
Suatu alat evaluasi disebut valid jika dapat mengevaluasi dengan
tepat apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 1990:135). Pada
penelitian ini digunakan korelasi produk moment memakai angka
kasar (raw score) dalam menentukan koefisien validitas soal. Rumus
korelasi produk moment dengan menggunakan angka kasar (raw
score) sebagai berikut:
√ )
)
Keterangan:
n : jumlah siswa
: koefisien validitas
: jumlah skor total ke i dikalikan skor setiap siswa
: jumlah total skor soal ke-i
: jumlah skor total siswa
: jumlah total skor kuadrat ke-i
: jumlah total skor kuadrat siswa
28
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nilai validitas ini perlu diuji keberatiannya, dengan perumusan
hipotesis:
: Validitas tiap butir soal tidak berarti
: Validitas tiap butir soal berarti
Dengan statistik ujinya (Sudjana, 2005:380) :
√
√
Selanjutnya dengan mengambil taraf nyata = , maka diterima
jika (
)
)
, di mana distribusi t yang digunakan
mempunyai dk = (n-2). Dalam hal lainnya ditolak.
Menurut J.P. Guilford (Suherman, 1990: 147), koefisien validitas
xyr dibagi ke dalam kategori-kategori yang disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.2 Kriteria validitias Instrumen
Koefisien Validitas Kriteria
validitas sangat tinggi (sangat baik)
validitas tinggi (baik)
validitas sedang (cukup)
validitas rendah (kurang)
validitas sangat rendah
0,00rxy tidak valid
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software anates,
maka diperoleh validitas untuk setiap butir soal sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Penelitian
No.
Soal Interpretasi
1 0,768 Validitas tinggi
2 0,821 Validitas sangat tinggi
3 0,792 Validitas sangat tinggi
4 0,839 Validitas sangat tinggi
29
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5 0,704 Validitas tinggi
6 0,788 Validitas tinggi
Berdasarkan tabel tersebut, koefisien validitas pada soal nomor 1,
2, 3, 4, 5, dan 6 adalah tinggi dan sangat tinggi. Artinya soal tersebut
mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi atau dapat
mengukur kemampuan koneksi matematis siswa.
Selanjutnya nilai validitas ini diuji keberartiannya. Dengan
mengambil = 0,05 diperoleh hasil pengujian yang disajikan pada
Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4
Hasil Perhitungan Uji Keberatian Instrumen Penelitian
No.
Soal Interpretasi
1 0,768 6,23 2,04 Validitas butir soal berarti
2 0,821 7,49 2,04 Validitas butir soal berarti
3 0,792 6,75 2,04 Validitas butir soal berarti
4 0,839 8,23 2,04 Validitas butir soal berarti
5 0,704 5,17 2,04 Validitas butir soal berarti
6 0,788 5,15 2,04 Validitas butir soal berarti
b. Reliabilitas soal
Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan
sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten,
ajeg). Koefisien relibilitas soal tipe uraian dihitung dengan
menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:
2
11 21
1
i
t
snr
n s
Keterangan:
n : banyak butir soal
30
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
: jumlah varians skor setiap soal
: varians skor total
dengan,
)
Keterangan :
: varians
: jumlah skor kuadrat setiap item
: jumlah skor setiap item
: jumlah subjek
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat
evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford
(Suherman, 1990:177) yang disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 3.5
Kriteria Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Kriteria
Derajat reliabilitas sangat rendah
0,40 Derajat reliabilitas rendah
Derajat reliabilitas sedang
Derajat reliabilitas tinggi
Derajat reliabilitas sangat tinggi
Penghitungan derajat reliabilitas pada instrumen tes yang diuji
coba menggunakan software Anates diperoleh bahwa nilai derajat
reliabilitas instrumen tes kemampuan koneksi matematis sebesar 0,85.
Dengan demikian, instrumen tes evaluasi tersebut memiliki derajat
reliabilitas sangat tinggi. Artinya instrumen tes akan mendapatkan
hasil yang tetap sama (konsisten) meskipun dilakukan oleh orang,
31
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi
dan kondisi.
c. Daya Pembeda soal
Daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal
tersebut untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa
yang kurang pandai. Rumus untuk menentukan daya pembeda soal
tipe uraian adalah
A BX X
DPSMI
Keterangan :
DP : Daya pembeda,
AX : rata-rata skor kelompok atas untuk soal itu,
BX : rata-rata skor kelompok bawah untuk soal itu,
SMI : skor maksimal ideal (bobot).
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang benyak
digunakan (Suherman, 1990: 202) disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda
Daya Pembeda Kriteria
Sangat Jelek
0,00 0,20DP Jelek
0,20 0,40DP Sedang
0,40 0,70DP Tinggi
0,70 1,00DP Sangat tinggi
32
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berikut ini adalah nilai daya pembeda dari tiap butir soal tes
dengan menggunakan software Anates:
Tabel 3.7
Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda
No.
Soal Daya Pembeda (DP) Interpretasi
1 0,61 Tinggi
2 0,49 Tinggi
3 0,24 Sedang
4 0,52 Tinggi
5 0,70 Sangat Tinggi
6 0,96 Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel tersebut, daya pembeda untuk soal nomor 3
adalah sedang. Soal nomor 1, 2, 4, 5, dan 6 tergolong tinggi dan
sangat tinggi. Hal ini berarti jumlah siswa kelompok atas menjawab
benar lebih banyak daripada jumlah siswa kelompok bawah. Kondisi
ini mencerminkan soal tersebut bisa membedakan antara siswa yang
pandai dengan siswa yang kurang pandai.
d. Derajat/Indeks Kesukaran soal
Indeks Kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat
kesukaran suatu butir soal (Suherman, 1990:212). Bilangan tersebut
adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai 1,00. Adapun rumus
untuk menentukan indeks kesukaran soal tipe uraian yaitu :
𝐼𝐾
𝑆𝑀𝐼
Keterangan :
33
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
IK : Indeks Kesukaran
: Rata – rata
SMI : Skor Maksimal Ideal
Klasifikasi Indeks kesukaran yang paling banyak digunakan
(Suherman, 1990:213) disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.8
Kriteria Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Kriteria Soal
IK = 0,00 soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 soal sedang
0,70 < IK ≤ 1,00 soal mudah
IK = 1,00 soal terlalu mudah
Berikut ini adalah nilai derajat kesukaran dari tiap butir soal tes
dengan menggunakan software Anates:
Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Uji Indeks Kesukaran
No.
Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,42 Sedang
2 0,72 Mudah
3 0,20 Sukar
4 0,50 Sedang
5 0,56 Sedang
6 0,52 Sedang
Adapun hasil analisis uji instrumen secara umum disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 3.10 Data Hasil Uji Instrumen
No. Soal Validitas Daya
Pembeda
Indeks
Kesukaran Kriteria
1 0,768 0,61 Sedang Digunakan
34
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2 0,821 0,49 Mudah Digunakan
3 0,792 0,24 Sukar Digunakan
4 0,839 0,52 Sedang Digunakan
5 0,704 0,70 Sedang Digunakan
6 0,788 0,96 Sedang Digunakan
2. Instrumen Non Tes
a. Angket sikap siswa
Menurut Suherman (1990:233) sikap berkenaan dengan perasaan
(kata hati) dan manifestasinya berupa prilaku yang bersifat positif
(favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap obyek-obyek tertentu.
Angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap
pembelajaran matematika, khususnya yang menggunakan teknik
probing-prompting. Pengolahan data hasil angket ini dilakukan
dengan menggunakan skala Likert. Siswa diminta untuk menjawab
pernyataan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
b. Lembar Observasi
Lembar observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dan
guru selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini terdiri
dari dua buah lembar observasi pada setiap pertemuan yaitu lembar
observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Dalam
penelitian ini, lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk
melihat apakah pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan
tahapan-tahapan pada pembelajaran dengan menggunakan teknik
probing-prompting. Sedangkan lembar observasi siswa digunakan
untuk melihat aktivitas dan peran siswa dalam proses pembelajaran.
c. Jurnal Harian Siswa
35
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, jurnal harian juga
digunakan sebagai informasi untuk melakukan perbaikan pada
pembelajaran berikutnya. Jurnal harian diberikan pada tiap akhir
pembelajaran pada setiap pembelajaran.
D. Perangkat Pembelajaran
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan
dijabarkan dalam silabus. RPP dalam penelitian ini terdiri dari dua
kompetensi dasar. Masing-masing kompetensi dasar pada RPP disusun
untuk 3 pertemuan. RPP untuk kelas eksperimen menggunakan
pembelajaran dengan teknik probing-prompting sedangkan RPP untuk
kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan teknik pembelajaran
konvensional.
2. Bahan Ajar (LKK)
Lembar Kerja Kelompok (LKK) adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKK memuat permasalahan-
permasalahan yang didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan koneksi siswa. LKK diberikan pada kelas
eksperimen yang menggunakan teknik probing-prompting.
E. Prosedur Penelitian
Terdapat tiga tahap dalam posedur pelaksanaan penelitian ini yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis penelitian.
1. Tahap Persiapan Penelitian
36
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan persiapan sebagai
berikut.
a. Mengidentifikasi masalah.
b. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian.
c. Membuat instrumen penelitian.
d. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
e. Konsultasi hasil uji coba instrumen
f. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dan bahan ajar penelitian.
g. Konsultasi RPP dan LKK
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian dilakukan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Mengadakan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan awal koneksi matematis siswa.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik probing-
prompting pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol
menggunakan teknik pembelajaran konvesional dengan jumlah jam
pelajaran, pengajar dan pokok bahasan yang sama.
c. Pengisian lembar observasi pada setiap pertemuan oleh observer.
d. Memberikan jurnal harian kepada siswa pada setiap akhir pembelajaran.
e. Mengadakan postes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai
evaluasi hasil pembelajaran.
3. Tahap Analisis Penelitian
Tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan analisis sebagai
berikut:
a. Mengumpulkan data hasil penelitian.
b. Mengolah dan menganalisis hasil data kuantitatif
c. Mengolah dan menganalisis hasil data kualitatif
37
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Analisis Data
Setelah penelitian, diperoleh data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif berasal dari pretes dan postes, sedangkan data kualitatif berasal
dari angket respon siswa, lembar observasi dan jurnal harian. Data yang telah
terkumpul perlu dilakukan pengolahan dan analisis data sehingga menjadi
lebih bermanfaat dan dapat memberikan gambaran tentang permasalahan
yang diteliti serta dapat menguji hipotesis penelitian. Berikut ini analisis data
kuantitatif dan data kualitatif.
1. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data
pretes dan postes. Langkah-langkah dalam melakukan analisis data
kuantitatif sebagai berikut:
a. Analisis Data Pretes
Analisis tahap awal dilakukan setelah dilakukan pretes kapada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal koneksi matematis siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Menganalisis data tersebut digunakan
bantuan software SPSS 16.0 untuk windows, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi
yang berdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis yang digunakan:
H0 : Data pretes kelas eksperimen dan kontrol berasal dari
populasi berdistribusi normal;
H1 : Data pretes kelas eksperimen dan kontrol berasal dari
populasi tidak berdistribusi normal.
38
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
diterima apabila nilai Sig. 0,05
ditolak apabila nilai Sig. 0,05
Apabila dari hasil pengujian diperoleh diterima (data
berasal dari populasi berdistribusi normal), maka dilanjutkan
dengan uji homogenitas varians. Apabila dari hasil pengujian
diperoleh ditolak (data berasal dari populasi tidak berdistribusi
normal), maka pengujian dilanjutkan dengan analisis stastistika
nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data
pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian
yang homogen atau tidak.
Hipotesis yang digunakan adalah
H0 = =
(Variannya homogen)
H1 =
(Variannya tidak homogen)
dengan,
: variansi data pretes kelas kontrol
: variansi data pretes kelas eksperimen
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
diterima apabila nilai Sig. 0,05
ditolak apabila nilai Sig. 0,05
Apabila dari hasil pengujian diperoleh diterima, maka
dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t.
Apabila dari hasil pengujian diperoleh ditolak, maka
dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji t
dengan varians tidak sama.
(3) Uji kesamaan dua rata - rata
39
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji kesamaan rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah
kemampuan awal koneksi matematis kelas eksperimen dan kelas
kontrol sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan:
H0 : μ1 = μ2 (tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pretes kelas
kontrol dan eksperimen)
H1: μ1 μ2 (terdapat perbedaan rata-rata skor pretes kelas
kontrol dan kelas eksperimen)
Dengan,
μ1 : rata-rata skor pretes pada kelas kontrol
μ2: rata-rata skor pretes pada kelas eksperimen
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
diterima apabila nilai Sig. 0,05
ditolak apabila nilai Sig. 0,05
b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
Apabila kemampuan awal koneksi matematis siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan maka
untuk analisis selanjutnya dapat digunakan analisis terhadap hasil
postes, gain atau indeks gain. Sedangkan, apabila kemampuan awal
koneksi matematis siswa berbeda secara signifikan maka akan
digunakan analisis terhadap data indeks gain. Langkah–langkah yang
dilakukan dalam pengolahan data indeks gain adalah menentukan
indeks gain dari setiap siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Hake (Meltzer, 1999:3) mengemukakan rumus untuk normalized gain
atau gain ternormalisasi sebagai berikut:
Indeks Gain =
Analisis dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan koneksi
matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik
40
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
probing-prompting dan yang menggunakan teknik pembelajaran
konvensional. Tahapan analisis yang dilakukan sebagai berikut:
1) Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada data hasil peningkatan
kemampuan koneksi matenatis siswa.
Hipotesis yang digunakan:
H0 : Data peningkatan kemampuan koneksi matenatis siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi
berdistribusi normal
H1 : Data peningkatan kemampuan koneksi matenatis siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi tidak
berdistribusi normal.
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
diterima apabila nilai Sig. 0,05
ditolak apabila nilai Sig. 0,05
Apabila dari hasil pengujian diperoleh diterima (data
berasal dari populasi berdistribusi normal), maka dilanjutkan
dengan uji homogenitas varians. Apabila dari hasil pengujian
diperoleh ditolak (data berasal dari populasi tidak berdistribusi
normal), maka pengujian dilanjutkan dengan analisis stastistika
nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai variansi yang homogen
atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Levene’s test dengan taraf signifikansi 5%.
Hipotesis yang digunakan adalah
H0 = =
(Variannya homogen)
41
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H1 =
(Variannya tidak homogen)
Dengan,
: variansi kelas kontrol
: variansi kelas eksperimen
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
diterima apabila nilai Sig. 0,05
ditolak apabila nilai Sig. 0,05
Apabila dari hasil pengujian diperoleh diterima, maka
dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t. Apabila
dari hasil pengujian diperoleh ditolak, maka dilanjutkan dengan
uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji t dengan varians tidak
sama.
3) Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui
perbandingan pencapaian kemampuan koneksi matematis siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan:
H0 : μ1 μ2 ( rata-rata data peningkatan kemampuan koneksi
matematis kelas eksperimen sama atau tidak berbeda secara
signifikan dengan kelas kontrol)
H1 : μ1 μ2 ( rata-rata data peningkatan kemampuan koneksi
matematis kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol)
Dengan,
μ1 : rata-rata pada kelas eksperimen
μ2 : rata-rata pada kelas kontrol
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
diterima apabila
nilai Sig. 0,05
ditolak apabila
nilai Sig. 0,05
42
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain itu, untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan
koneksi matematis siswa dilakukan interpretasi data indeks gain
berdasarkan kriteria gain ternomalisasi menurut Hake (1999) yang
disajikan pada Tabel 3.11 sebagai berikut:
Tabel 3.11 Kriteria Gain Ternomalisasi
Indeks Gain Keterangan
Tinggi
Sedang
Rendah
2. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari angket sikap, lembar observasi, dan
jurnal harian siswa yang diberikan pada kelas eksperimen. Pengolahan
untuk masing-masing data kualitatif tersebut sebagai berikut:
a. Analisis Data Angket Sikap Siswa
Angket siswa dibuat dengan skala sikap. Pengolahan data hasil
angket ini dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Derajat
penilaian siswa terhadap suatu pernyataan terbagi ke dalam lima
kategori yang tersusun secara bertingkat, mulai dari Sangat Tidak
Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan sangat setuju (SS)
(Suherman, 1990:235). Angket disajikan dalam bentuk pertanyaan
positif dan pernyataan negatif. Setiap pilihan siswa diberikan skor
tertentu.
Pembobotan yang paling sering dipakai dalam mentrasfer skala
kualitatif ke dalam skala kuantitatif disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.12
Sistem Penilaian Angket
Pernyataan Sikap SS S N TS STS
Pernyataan Positif 5 4 3 2 1
Pernyataan Negatif 1 2 3 4 5
43
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengolahan skor dan penafsirannya dengan menghitung rerata
skor tersebut untuk setiap siswa pada setiap pernyataan, jika skor lebih
besar daripada 3 bersikap positif. Sebaliknya jika skor kurang dari 3
bersikap negatif. Rerata skor semakin mendekati 5, sikap siswa
semakin positif sebaliknya rerata skor sermakin mendekati 1, sikap
siswa semakin negatif.
Data disajikan dalam bentuk tabel untuk mengetahui sebaran
frekuensi, presentase, dan skor serta mempermudah interpretasi data
dari masing-masing pernyataan. Untuk menghitung persentase data
digunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan :
: persentase jawaban
: frekuensi jawaban
: banyaknya responden
Setelah diperoleh persentasenya, dilakukan penafsiran data
menurut kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.13 Penafsiran Hasil Angket
Persentase Tafsiran Kualitatif
0 % Tak seorangpun
1 % - 24 % Sebagian Kecil
25 % - 49 % Hampir Setengahnya
50 % Setengahnya
51 % - 74% Sebagian besar
75 % - 99 % Hampir Seluruhnya
100 % Seluruhnya
b. Analisis Lembar Observasi
Data yang diperoleh melalui lembar observasi dimaksudkan untuk
mengamati aktivitas guru dan siswa di kelas eksperimen selama
44
Nida Nuzul Fitria, 2014 Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
proses pembelajaran berlangsung. Data tersebut kemudian dianalisis
dan disimpulkan.
c. Analisis Jurnal Harian
Jurnal harian siswa dianalisis secara deskriptif yang diberikan
setiap akhir pembelajaran untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik probing-
prompting.