bab iii metode penelitian a. desain penelitian...

39
55 Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini didasarkan pada pendekatan kualitatif. Creswell (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 8) menjabarkan, bahwa “penelitian kualitatif adalah sebuah proses inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan tradisi metodologi yang berbeda”. Dalam penelitian ini, peneliti memandang bahwa rendahnya perilaku sopan santun merupakan salah satu masalah sosial yang harus dikaji secara spesifik melalui eksplorasi atau pengumpulan data dari para partisipan, menganalisnya secara induktif dan memaknai arti dibalik data yang diamati. Hal itu, sebagaimana dikemukakan oleh Creswell (2014, hlm. 4) sebagai berikut. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian ini melibatkan upaya-upaya penting seperti mengajukan pertanyaan- pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum dan menafsirkan makna data. Berkaitan dengan karakteristik pendekatan kualitatif, Wiriaatmadja (2014, hlm. 10) telah merangkumnya dari sejumlah ahli, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian kualitatif berlangsung dalam latar alamiah, tempat kejadian dan perilaku manusia berlangsung; 2. Penelitian kualitatif berbeda asumsi-asumsinya dengan desain kuantitatif, teori atau hipotesis tidak secara apriori diharuskan; 3. Peneliti adalah instrumen utama penelitian dalam pengumpulan data; 4. Data yang dihasilkan bersifat deskriptif, dalam kata-kata; 5. Fokus diarahkan kepada persepsi dan pengalaman partisipan; 6. Proses sama pentingnya dengan produk, perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya kejadian; 7. Penafsiran dalam pemahaman idiografis, perhatian kepada partikular, bukan kepada membuat generalisasi; 8. Memunculkan desain, peneliti mencoba merekonstruksikan penafsiran dan pemahaman dengan sumber data manusia;

Upload: lamtuyen

Post on 08-Apr-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

55 Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada pendekatan kualitatif. Creswell (dalam

Wiriaatmadja, 2014, hlm. 8) menjabarkan, bahwa “penelitian kualitatif adalah

sebuah proses inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan

dengan tradisi metodologi yang berbeda”. Dalam penelitian ini, peneliti

memandang bahwa rendahnya perilaku sopan santun merupakan salah satu

masalah sosial yang harus dikaji secara spesifik melalui eksplorasi atau

pengumpulan data dari para partisipan, menganalisnya secara induktif dan

memaknai arti dibalik data yang diamati. Hal itu, sebagaimana dikemukakan oleh

Creswell (2014, hlm. 4) sebagai berikut.

Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan

memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang

dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian

ini melibatkan upaya-upaya penting seperti mengajukan pertanyaan-

pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari

para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema

yang khusus ke tema-tema yang umum dan menafsirkan makna data.

Berkaitan dengan karakteristik pendekatan kualitatif, Wiriaatmadja (2014, hlm.

10) telah merangkumnya dari sejumlah ahli, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian kualitatif berlangsung dalam latar alamiah, tempat kejadian

dan perilaku manusia berlangsung;

2. Penelitian kualitatif berbeda asumsi-asumsinya dengan desain

kuantitatif, teori atau hipotesis tidak secara apriori diharuskan;

3. Peneliti adalah instrumen utama penelitian dalam pengumpulan data;

4. Data yang dihasilkan bersifat deskriptif, dalam kata-kata;

5. Fokus diarahkan kepada persepsi dan pengalaman partisipan;

6. Proses sama pentingnya dengan produk, perhatian peneliti diarahkan

kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya kejadian;

7. Penafsiran dalam pemahaman idiografis, perhatian kepada partikular,

bukan kepada membuat generalisasi;

8. Memunculkan desain, peneliti mencoba merekonstruksikan penafsiran

dan pemahaman dengan sumber data manusia;

56

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9. Mengandalkan kepada tacit knowledge (intuitive and felt knowledge),

maka data tidak dapat dikuantifikasi karena apresiasi terhadap nuansa

dari majemuknya kenyataan; dan

10. Objektivitas dan kebenaran dijunjung tinggi, namun kriterianya

berbeda karena derajat keterpercayaan didapat melalui verifikasi

berdasar koherensi, wawasan, dan manfaat.

Melalui pendekatan kualitatif tersebut, maka dapat dilakukan proses untuk

mengungkap masalah penelitian seperti dikemukakan di atas. Proses tersebut

dilakukan sesuai dengan keadaan atau kondisi riil, yaitu mengungkap fakta secara

deskriptif berdasarkan keadaan atau situasi pembelajaran yang sedang

berlangsung. Sehingga, pada akhirnya mempunyai dampak langsung dalam

memecahkan permasalahan pembelajaran yang dialami peserta didik dan guru

dengan cara memperbaiki praktek pembelajaran di kelas.

Untuk menunjang penelitian ini, diperlukan juga dukungan kuantitatif

dalam mengetahui tingkat ketercapaian tujuan penelitian sesuai dengan indikator

keberhasilan penelitian. Dukungan kuantitatif tersebut penekanannya tidak pada

pengujian hipotesis, melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian

melalui cara-cara berpikir formal dan argumentatif. Hal tersebut seperti

dikemukakan oleh Ningrum (2014, hlm. 27), yakni: “kita ketahui bahwa

penelitian kualitatif tidak mentabukan sajian angka atau data, melainkan

menggunakannya sebagai bagian integral dari kegiatan penelitian sesuai dengan

tujuannya”.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas (PTK). Strategi-strategi penelitian kualitatif menurut pendapat Cresswell

(2014, hlm. 20), meliputi etnografi, grounded theory, studi kasus, fenomenologi

dan naratif. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berpendapat bahwa PTK termasuk

sebagai grounded theory, yaitu “strategi penelitian yang di dalamnya peneliti

„memproduksi‟ teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi

tertentu yang berasal dari pandangan-pandangan partisipan, termasuk dalam hal

ini penelitian tindakan kelas”. (Cresswell, 2014, hlm. 20). Penamaan penelitian

tindakan kelas (Classroom Action Research), diadopsi dari istilah Action Reseach

57

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(penelitian tindakan) yang pertama kali dikemukakan pada tahun 1983 oleh

Kemmis (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm.12) yang menjelaskan bahwa:

Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan

secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan)

untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari: (a) kegiatan praktek

sosial dan pendidikan mereka (b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-

kegiatan praktek pendidikan ini, dan (c) situasi yang memungkinkan

terlaksanannya kegiatan praktek ini.

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2014,

hlm.11), „penelitian tindakan merupakan penelitian yang mengkombinasikan

prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan inkuiri atau suatu

usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam

sebuah proses perbaikan dan perubahan‟. Selanjutnya Ebbutt (dalam Hopkins,

2011, hlm. 87) menyatakan: „penelitian tindakan merupakan studi sistematis yang

dilaksanakan oleh sekelompok partisipan untuk meningkatkan praktik pendidikan

dengan tindakan-tindakan praktis mereka sendiri dan refleksi mereka terhadap

pengaruh dari tindakan itu sendiri‟.

Belakangan ini John Elliott (dalam Hopkins, 2011, hlm. 91) mempopuler-

kan penelitian tindakan sebagai salah satu metode bagi para guru yang tengah

melaksanakan penelitian di ruang kelasnya melalui Ford Teaching Project.

Selanjutnya Taggart (dalam Denzin, Norman K & Lincoln Yvonna, 2009, hlm.

440) mengungkapkan bahwa:

Penelitian tindakan kelas umumnya mencakup penggunaan model-model

penelitian dan pengumpulan data kualitatif dan interpretatif dari kalangan

pendidik/guru sebagai langkah untuk memberikan penilaian tentang cara,

teknik dan strategi untuk meningkatkan praktik pengajaran guru itu

sendiri.

Maka dari itu, untuk meningkatkan praktik pembelajaran tersebut, guru dapat

melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan mengetahui kelemahan dan

kekurangan dalam proses pembelajaran, sehingga kelemahan tersebut dapat

diperbaiki. Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dikemukakan di atas,

Wiriaatmadja (2012, hlm.13) menyimpulkan bahwa: “penelitian tindakan kelas

adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasi kondisi praktek

pembelajaran dan belajar dari pengalaman mereka sendiri, dapat mencobakan

58

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat

pengaruh nyata dari upaya itu”. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas

adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik di dalam kelasnya sendiri melalui

refleksi diri untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam proses

pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik,

sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan kondusif, serta

diharapkan hasil belajar peserta didik pun meningkat.

Adapun karakteristik PTK yang membedakannya dengan penelitian lain

menurut Ningrum (2014, hlm. 28) secara rinci dikemukakan sebagai berikut:

1) Tujuan PTK tidak hanya untuk memecahkan permasalahan praktis di

kelas, melainkan juga mencari dukungan ilmiah;

2) Permasalahan bersifat nyata dan aktual yang terjadi dalam

pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, penelitian berfokus pada

permasalahan praktis dan bertujuan memperbaiki pembelajaran;

3) Penelitian dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan

tajam tentang hal-hal yang terjadi di kelas;

4) Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, siswa, kepala

sekolah) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang

permasalahan dan pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan

kesepakatan tindakan (action);

5) Penelitian dilakukan apabila ada keputusan kelompok dan komitmen

untuk pengembangan, bertujuan meningkatkan profesionalisme guru,

bertujuan meningkatkan proses pembelajaran, dan memperoleh

pengetahuan dan atau sebagai pemecahan masalah.

Berdasarkan karakteristik di atas, PTK lebih menekankan pada proses bukan pada

hasil akhir dari suatu kegiatan pembelajaran. Walaupun terdapat beberapa

pendapat yang berbeda tentang karakteristik PTK yang dikemukakan oleh para

ahli, pada dasarnya memiliki beberapa persamaan, diantaranya adalah:

permasalahan bersifat praktis, adanya tindakan untuk memecahkan permasalahan

dan atau memperbaiki pembelajaran, dilakukan secara kolaboratif, dan adanya

siklus tindakan sebagai hasil kegiatan reflektif. Dalam penelitian ini, karakteristik

yang dikemukakan di atas dianggap telah mewakili karakteristik PTK secara

umum.

Selain memiliki karakteristik, PTK juga memiliki beberapa prinsip dasar

yang menjadi pedoman dalam pelaksanaannya. Hopkins (2011, hlm. 106-108)

merekomendasikan enam kriteria penelitian kelas di bawah ini:

59

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Tugas utama guru adalah mengajar, dan metode penelitian apapun

seharusnya tidak mengganggu atau merusak komitmen mereka dalam

mengajar;

2) Metode pengumpulan data tidak boleh terlalu menuntut waktu guru;

3) Metodologi yang dipilih harus cukup reliabel agar guru bisa percaya

diri dalam memformulasikan hipotesis-hipotesisnya dan mengem-

bangkan strategi-strateginya yang aplicable dengan situasi kelas

mereka;

4) Penelitian yang dijalankan oleh guru sebaiknya fokus pada satu

problem/topik tertentu;

5) Memperhatikan prosedur-prosedur etis yang mendasari penelitiannya;

6) Penelitian kelas sebaiknya sejauh mungkin mengadopsi perspektif

„melampaui batas‟. Artinya, dapat memberikan sumbangan yang lebih

signifikan dalam perspektif yang lebih luas misalnya tataran sekolah

serta sistem atau lembaga yang berada di atasnya.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip PTK di atas, penelitian ini melibatkan

peneliti, guru dan peserta didik dalam situasi pembelajaran. Dilaksanakan sesuai

dengan jadwal pembelajaran IPS di kelas VIII-C, materi pembelajaran sesuai

dengan program semester yang telah disusun oleh guru mitra dan relevan dengan

permasalahan yang dihadapi, metode pengumpulan data didesain secara

sederhana, fokus penelitian yaitu pada upaya peningkatan perilaku sopan santun

peserta didik berbasis etika kesundaan, dilakukan dengan seobjektif mungkin.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memperbaiki kinerja guru dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melakukan perbaikan-perbaikan

terhadap kondisi, perilaku, dan kemampuan peserta didik melalui beberapa siklus

sampai memperoleh hasil yang ideal. Sehingga, diharapkan hasil penelitian ini

dapat berimplikasi terhadap sekolah, dinas terkait, pemerintah daerah dan lebih

jauh, dapat memberikan kontribusi positif dalam membangun karakter bangsa

sebagai warga Negara yang baik.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bersifat partisipatoris dan kolaboratif dengan

guru mitra yang proses pelaksanannya dilakukan secara siklus. Menurut Kemmis

dan Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 66), penelitian tindakan dapat

dipandang sebagai suatu siklus spiral mulai dari penyusunan perencanaan (plan),

pelaksanaan tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect).

Selanjutnya, diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Hal tersebut berarti bahwa

60

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

model ini dilakukan secara berulang-ulang, semakin lama diharapkan semakin

meningkat perubahannya atau pencapaian hasilnya, sehingga dapat memecahkan

permasalahan pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, diharapkan adanya

peningkatan perilaku sopan santun berbasis etika kesundaan pada setiap siklusnya.

Model pengembangan penelitian tindakan kelas sebagaimana dijelaskan,

digambarkan dalam skema sistematis sebagai berikut:

Gambar 3.1:

Bagan Siklus PTK Spiral Model Kemmis & Mc. Taggart

(dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 66)

Prosedur penelitian dalam bagan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan yaitu kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana

tindakan yang akan dilaksanakan di kelas. Rencana disusun secara fleksibel,

karena untuk mengakomodir berbagai kemungkinan yang dapat terjadi ketika

tindakan dilaksanakan. Perencanaan disusun secara partisipatif, kolaboratif dan

reflektif antara peneliti dengan guru mitra. Hal itu agar tindakan dapat lebih

terarah pada sasaran yang hendak dicapai, dengan didasari atas pertimbangan

apakah tindakan yang dilaksanakan tersebut mungkin untuk dapat dilaksanakan

61

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara efektif dalam berbagai situasi kelas. Tahapan yang dilaksanakan dalam

tahap perencanaan meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan

masalah dan formulasi tindakan.

Pada tahap ini, secara lebih rinci peneliti melakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Melakukan perizinan dan koordinasi dengan pihak sekolah

b. Mengidentifikasi permasalahan pembelajaran IPS yang terjadi di kelas

VIII-C bersama dengan guru mitra

c. Melakukan observasi kelas (pra penelitian)

d. Menentukan strategi dan teknik pembelajaran yang tepat, berdasarkan

hasil observasi

e. Meminta kesediaan guru mitra untuk berkolaborasi dengan peneliti.

Dalam penelitian ini, guru mitra berperan sebagai observer.

f. Mengkomunikasikan pembagian tugas kepada guru mitra yang akan

bertindak sebagai observer terhadap implementasi tindakan sesuai

fokus penelitian

g. Menyusun kesepakatan dengan guru mitra terkait waktu kegiatan

penelitian tindakan di kelas VIII-C

h. Menyusun skenario pembelajaran yang dituangkan dalam RPP

i. Menyusun alat pengumpulan data berupa tes tertulis, lembar

observasi, lembar penilaian diri, lembar penyusunan desain

perencanaan sosiodrama, dan bahan ajar yang akan digunakan dalam

pembelajaran untuk merekam ketercapaian indikator-indikator

pembelajaran sesuai dengan fokus penelitian

j. Merencanakan sistem penilaian yang akan digunakan dalam kegiatan

pembelajaran, yang meliputi aspek pengetahuan, aspek sikap dan

aspek keterampilan, sehingga dapat mengukur peningkatan sopan

santun peserta didik berbasis etika kesundaan.

k. Merencanakan diskusi balikan dengan guru mitra mengenai kendala

atau hambatan-hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan

pembelajaran pada setiap siklusnya.

62

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

l. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya

sebagai tindak lanjut dari temuan siklus sebelumnya. Langkah ini

dilakukan antara peneliti dengan guru mitra.

2. Pelaksanaan tindakan (Action)

Pelaksanaan tindakan yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan

berdasarkan rencana yang telah disepakati sebelumnya antara peneliti dengan guru

mitra. Kegiatan ini merupakan pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas VIII-C

SMP Negeri 3 Pamulihan untuk meningkatkan perilaku sopan santun peserta didik

berbasis etika kesundaan. Selanjutnya, pelaksanaan tindakan juga diarahkan untuk

memperbaiki aktivitas peserta didik dalam pembelajaran IPS sebelumnya. Agar

dapat terlaksana dengan baik, tindakan tersebut harus mengacu kepada rencana

yang rasional dan terukur. Untuk itu, harus dilakukan secara hati-hati, praktis,

terencana dan terkontrol secara seksama sesuai dengan fokus masalah. Secara

rinci, tahapan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun

antara peneliti dan guru mitra pada tahap perencanaan

b. Menggunakan instrumen penelitian yang telah dibuat sebagai alat

pengumpulan data untuk merekam ketercapaian perilaku sopan santun

berbasis etika kesundaan peserta didik

c. Melakukan evaluasi pembelajaran yang terkait dengan pengetahun,

sikap, dan keterampilan dalam rangka peningkatan sopan santun

peserta didik berbasis etika kesundaan

d. Melaksanakan pengolahan data.

e. Melakukan diskusi balikan dengan observer

f. Melakukan revisi tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi

balikan

3. Observasi (observation)

Observasi dan pelaksanaan tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan

dalam waktu bersamaan (tidak terpisahkan). Observasi adalah kegiatan

mengamati, mengenali sambil mendokumentasikan (mencatat dan melakukan

63

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perekaman) terhadap proses, hasil, serta masalah baru yang mungkin muncul

selama tindakan dilakukan. Hasil observasi dianalisis sebagai bahan refleksi

terhadap tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar dalam penyusunan

rencana tindakan selanjutnya. Guru mitra melakukan observasi terhadap

penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran IPS yang dilakukan peneliti

dalam rangka mengumpulkan data, selanjutnya dianalisis melalui diskusi balikan

setelah pembelajaran selesai. Tahap observasi dalam penelitian ini secara rinci

meliputi :

a. Pengamatan terhadap keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian

yaitu kelas VIII-C SMP Negeri 3 Pamulihan

b. Pengamatan kesesuaian metode belajar dengan kaidah-kaidah teoritis

yang pakai, berkaitan dengan penerapan sosiodrama dalam

pembelajaran IPS.

c. Pengamatan mengenai kesesuaian kegiatan proses pembelajaran IPS

melalui penerapan sosiodrama, serta kesesuaian pokok bahasan yang

dipilih dalam RPP

d. Pengamatan terhadap keefektifan penerapan sosiodrama dalam

pembelajaran IPS di kelas VIII-C dalam peningkatan sopan santun

peserta didik berbasis etika kesundaan.

e. Pengamatan mengenai kesesuaian perilaku sopan santun berbasis etika

kesundaan yang ditampilkan peserta didik berdasarkan indikator yang

telah ditentukan.

4. Refleksi (reflection)

Refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru mitra.

Tahap ini meliputi kegiatan analisis, sintesis dan penafsiran (interpretasi) terhadap

informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan, baik dalam proses maupun

hasil pembelajaran peserta didik berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah

ditentukan. Apakah masih ada hal-hal yang perlu direduksi atau ada yang perlu

ditambahkan atau ditekankan. Dengan kata lain, refleksi juga merenungkan sambil

mengevaluasi tentang apa-apa saja rencana dan tindakan yang sudah tercapai dan

apa yang belum atau tidak sempat dilakukan pada siklus sebelumnya.

64

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya, hasil refleksi dipergunakan sebagai bahan revisi dalam

pelaksanaan tindakan berikutnya dalam upaya pencapaian tujuan penelitian.

Wiriaatmadja (2014) memberikan ilustrasi mngenai “partnership” atau hubungan

antara peneliti dengan guru mitra sebagai kolaborator atau partner kerja sebagai

berikut.

a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi mutu,

jumlah dan waktu dari setiap tindakan

b. Melakukan diskusi balikan dengan guru mitra, setelah melakukan

tindakan

c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk

dilakukan pada siklus selanjutnya.

C. Partisipan dan Tempat Penelitian

1. Partisipan Penelitian

Hopkins (2011) mengemukakan bahwa “subyek penelitian kelas berupa

peristiwa manusia, dan situasi yang diamati”. Dalam penelitian ini, yang menjadi

partisipan penelitian adalah para peserta didik kelas VIII-C yang berjumlah 21

orang, terdiri dari 12 laki-laki dan 9 perempuan. Pertimbangan dalam memilih

kelas ini sebagai partisipan penelitian, sesuai dengan permasalahan penelitian

yaitu rendahnya sopan santun peserta didik. Selain itu, berdasarkan masukan dan

hasil diskusi dengan guru mitra serta laporan dari sejumlah guru yang menguatkan

informasi mengenai kondisi kelas berdasarkan permasalahan yang dikemukakan.

Sesuai dengan karakteristik PTK, penelitian ini dilakukan secara

kolaboratif. Peneliti bekerjasama dengan guru mitra yang mengajar mata pelajaran

IPS sebagai kolaborator utama. Guru mitra yang dimaksud adalah My. Posisinya

saat ini menggantikan peneliti selama melaksanakan tugas belajar. Beliau adalah

guru mata pelajaran IPS lulusan S-1 Ekonomi STIE-INABA Bandung, yang telah

mengajar selama 11 tahun di SMPN 3 Pamulihan, yaitu bersamaan dengan awal

terbentuknya sekolah ini sebagai Sekolah Terbuka pada tahun 2004. Dalam

penelitian ini, peneliti berperan sebagai model, dan guru mitra sebagai observer.

Hal ini dilakukan agar dalam menerapkan pembelajaran IPS melalui penerapan

sosiodrama dapat lebih optimal, sehingga diharapkan akan berpengaruh pada

65

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

optimalisasi dan keberhasilan dalam setiap tindakan. Selain itu, guru mitra

merupakan guru senior, yang telah mengikuti sejumlah pelatihan berkaitan dengan

metode pembelajaran dan penelitian tindakan kelas (PTK). Sehingga, dalam

melaksanakan tugasnya sebagai observer, peneliti berkeyakinan dapat dilakukan

dengan seobjektif mungkin.

2. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII-C SMP Negeri 3

Pamulihan Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil

observasi awal, didapat laporan dari sejumlah guru mengenai perilaku peserta

didik, khususnya di kelas VIII-C yang tidak mencerminkan sopan santun,

diantaranya yaitu lunturnya budaya senyum, salam, sapa, dan mencium tangan

ketika bertemu dengan guru atau dalam bahasa Sunda dikenal dengan istilah

„lémpeng‟, berbicara kasar disertai dengan memakai istilah binatang, jorok,

berbicara dengan guru sama seperti berbicara dengan teman. Hal ini berimplikasi

pada proses pembelajaran di kelas. Mereka yang terbiasa berkata kasar dan jorok

seringkali mengeluarkan celotehan-celotehan yang menyinggung perasaan guru

dan peserta didik lainnya, atau ada juga diantara mereka yang merasa minder dan

malu untuk bertanya maupun mengemukkan pendapat, dan apabila ditanya

mereka menjawab dengan jawaban asal bunyi (asbun). Selain itu, proses

pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Pamulihan cenderung monoton, jarang

divariasikan dengan metode lain yang lebih inovatif. Metode yang digunakan

dalam pembelajaran IPS hanya mengandalkan ceramah. Para guru belum banyak

mengintegrasikan materi pembelajaran dengan nilai-nilai kearifan budaya lokal

melalui pendekatan kontekstual, mereka belum banyak menerapkan metode-

metode pembelajaran yang menyentuh ranah afektif dan psikomotorik secara

khusus, sehingga perilaku perilaku sopan santun peserta didik semakin menurun.

Alasan peneliti memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah

karena peneliti merupakan guru tetap di sekolah ini sehingga kontribusi dan

kebermanfaatannya akan dirasakan langsung, baik oleh peneliti sendiri dalam

upaya pengembangan pembelajaran IPS ke arah yang lebih baik maupun bagi

sekolah. Alasan lainnya yaitu untuk memudahkan pengumpulan data penelitian

66

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan proses observasi serta kemudahan dalam perizinan, kerja sama dengan tenaga

pendidik dan kependidikan khususnya dalam berkolaborasi dengan guru mitra

dalam melaksanakan observasi selama proses penelitian berlangsung, sehingga

dapat diperoleh hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah hal yang sangat penting dalam sebuah

penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh data. Proses

pengumpulan data dalam penelitian ini, mencakup aspek pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Data tersebut berupa data hasil tes tertulis, pengamatan, pencatatan

atau data yang telah siap untuk disajikan. Untuk memperoleh data, maka

diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat agar bukti-bukti atau fakta yang

diperoleh berfungsi sebagai data yang objektif dan valid. Sebagaimana telah

dijelaskan, bahwa PTK termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif. Berkenaan

dengan hal tersebut, Mulyasa (2010) mengemukakan empat prinsip yang harus

diperhatikan dalam penelitian kualitatif:

1) Identitas subjek harus dilindungi sehinga data yang diperoleh tidak

mempermalukan atau menjatuhkan mereka. Untuk itu, peneliti

menggunakan strategi pengkodean terhadap partisipan penelitian agar

kerahasiaannya dapat terlindungi.

2) Antara subjek dan peneliti jangan ada jarak. Artinya, antara kedua

pihak harus dibangun kerjasama yang baik, demi mencapai tujuan

penelitian yang diharapkan melalui perolehan data yang akurat dan

dapat dipertanggungjawabkan.

3) Dalam hal pengurusan izin penelitian, perlu menjelaskan kepada

peserta didik yang diteliti tentang maksud dan tujuan penelitian.

Untuk itu, persetujuan harus dituangkan secara tertulis dan

ditandatangani serta ditembuskan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

4) Ceritakan dengan jujur ketika melakukan penulisan dan melaporkan

suatu penemuan. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian kualitatif,

data yang diperoleh diperiksa kebenarannya atau divalidasi melalui

member check, yaitu pengecekkan kembali terhadap data-data yang

diperoleh dari hasil observasi untuk ditulis dalam laporan penelitian.

Untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam penelitian ini digunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

67

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1: Teknik Pengumpulan Data

Aspek Teknik Bentuk Instrumen

Pengetahuan

Tes tertulis Soal uraian

Sikap

Observasi Lembar Observasi dan catatan lapangan

Penilaian diri Lembar penilaian diri

Wawancara Pedoman wawancara

Keterampilan

Praktek Lembar observasi

Audio-visual Dokumentasi foto dan video

1. Observasi

Kegiatan observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh guru mitra yang

bertindak sebagai observer, pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung.

Tujuannya untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi atau dilakukan oleh guru

dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Yakni, pada saat guru

melaksanakan pembelajaran IPS dengan menerapkan metode sosiodrama, pada

saat peserta didik menampilkan sopan santun berbasis etika kesundaan dalam

sosiodrama, dan pada saat peserta didik mempraktekkan sopan santun berbasis

etika kesundaan di luar kelas sebagaimana pendapat Hamzah dkk. (2011, hlm.

90), observasi yaitu proses pengambilan data dalam penelitian ketika peneliti atau

pengamat melihat situasi penelitian. Menurut Sukmadinata (2005, hlm. 220),

observasi dapat berupa ikut serta dalam kegiatan (partisipatif) dan hanya

mengamati (non-partisipatif). Pada penelitian ini, guru mitra lebih berperan

sebagai observer non-partisipatif dalam proses pembelajaran. Sedangkan peneliti,

selain sebagai model, juga berperan sebagai observer partisipatif. Untuk itu,

peneliti perlu melengkapi diri dengan format atau lembar pengamatan.

Metode observasi yang digunakan untuk mengetahui sopan santun peserta

didik pada saat pelaksanaan sosiodrama adalah observasi terstruktur, yaitu

observasi yang dilakukan dengan menggunakan kriteria pengamatan yang

disetujui oleh mitra peneliti, selanjutnya tinggal menghitung (mentally) saja

berapa kali jawaban, tindakan, atau sikap peserta didik yang sedang diteliti itu

ditampilkan (Hopkins, dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 110). Sedangkan

observasi pada saat peserta didik mempraktekkan sopan santun berbasis etika

kesundaan di luar kelas, menggunakan metode observasi sistematis sebagaimana

dikemukakan oleh Ningrum (2014, hlm. 95):

68

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

observasi sistematis merupakan observasi yang mengandalkan penggunaan

sistem pengkodean (coding) atau skala interaksi dan bertujuan untuk

mencerminkan interaksi guru dengan peserta didik (biasanya berupa

lembar observasi yang sudah mencantumkan aspek-aspek yang

diobservasi, observer tinggal membubuhi tanda silang pada pilihan YA

atau TIDAK.

Untuk melakukan pengamatan yang profesional, harus memperhatikan beberapa

hal sebagai berikut:

a. Fokus penelitian. Yaitu mengenai kegiatan apa yang harus diamati,

apakah yang umum atau yang khusus. Kegiatan umum yang harus

diobservasi berarti segala sesuatu yang terjadi di kelas harus diamati

dan dikomentari, serta dicatat dalam catatan lapangan. Sedangkan

observasi kegiatan khusus, hanya memfokuskan keadaan khusus di

kelas seperti kegiatan tertentu atau praktek pembelajaran tertentu, yang

sudah didiskusikan sebelumnya. Dalm hal ini, sebaiknya observer

mengamati secara lugas lugas terhadap fokus observasi.

b. Kriteria yang diobservasi. Yaitu dengan terlebih dahulu mendiskusikan

ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan. Secara cermat,

ukuran-ukuran baik, sedang, lemah, efisien, tidak efisien, dan ukuran

lain yang dipakai dalam pertimbangan observasi dibicarakan terlebih

dahulu, dan kemudian disetujui. Hal ini akan menghindarkan

kesalahpahaman antara para mitra peneliti, apabila akan melakukan

diskusi dan refleksi sesudah penampilan tindakan dilakukan. Kriteria

observasi ini selanjutnya akan menjadi penentu apakah pengumpulan

data penelitian mengikuti standar tersebut, atau tidak. (Wiriaatmadja,

2014, hlm. 105)

Dalam mengumpulkan data, guru mitra sebagai observer dalam hal ini berusaha

untuk objektif, tidak mengkritik apalagi menghakimi pola peneliti sebagai guru

pelaksana yang belum berhasil, tetapi lebih bersifat persuasif dan tetap berpegang

pada prinsip bahwa penelitian tindakan kelas dengan penerapan metode

sosiodrama diarahkan untuk memperbaiki pembelajaran IPS di SMP Negeri 3

Pamulihan. Tiga fase esensial dalam mengobservasi kelas adalah pertemuan

perencanaan, observasi kelas dan diskusi balikan. Tiga fase observasi tersebut

dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:

Pertemuan

Perencanaan

Diskusi Balikan Observasi Kelas

69

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2:

Bagan Alur Observasi Kelas

(Wiriaatmadja, 2014, hlm. 106)

Guru mitra dan peneliti akan mempelajari bersama hasil observasi,

menyepakati hasil pengamatan yang masih ada kekurangan atau keberhasilan

untuk dijadikan catatan lapangan, dan mendiskusikan langkah-langkah berikutnya.

Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 105-106) mengemukakan bahwa,

manfaat observasi dalam penelitian akan terwujud apabila masukan balik

(feedback) dilakukan dengan cermat yaitu dengan cara:

a) Dilakukan dalam waktu 24 jam setelah kegiatan tindakan dilakukan;

b) Berdasarkan catatan lapangan yang ditulis dengan sistematis dan

cermat;

c) Berdasarkan data faktual;

d) Data faktual ditafsirkan berdasarkan kriteria yang telah disetujui;

e) Penafsiran diberikan pertama kali oleh guru yang diobservasi;

f) Untuk selanjutnya dirundingkan bersama mitra peneliti lainnya dalam

diskusi dua arah; dan

g) Menghasilkan strategi selanjutnya dalam siklus berikutnya.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai fakta,

keyakinan, perasaan, niat dan sebagainya yang dilakukan dengan jalan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada subjek penelitian. Wawancara dalam

penelitian ini dilakukan kepada guru IPS sebagai mitra penelitian dan peserta

didik kelas VIII-C SMP Negeri 3 Pamulihan sebagai partisipan penelitian dengan

menggunakan pertanyaan terbuka melalui bantuan pedoman wawancara.

Wawancara kepada guru mitra dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum

penelitian (pra penelitian) dan setelah penelitian. Wawancara pertama dengan

guru mitra diawali dengan tujuan untuk mengetahui informasi awal mengenai

perilaku sopan santun peserta didik di kelas VIII-C. Kemudian wawancara

dimaksudkan untuk mengetahui profil guru mitra secara lengkap, metode

pembelajaran yang sering dilakukan dalam pembelajaran IPS, aktivitas peserta

didik dalam mengikuti pembelajaran, kendala atau permasalahan yang dihadapi

dalam proses pembelajaran IPS, sumber dan media pembelajaran yang sering

digunakan dalam pembelajaran IPS, dan meminta pendapat mengenai penerapan

70

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode sosiodrama dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan sopan santun

peserta didik berbasis etika kesundaan. Sedangkan wawancara kedua dilakukan

setelah penelitian dilaksanakan, yaitu mengenai aktivitas peserta didik atau

kondisi pembelajaran di kelas setelah diterapkannya sosiodrama, perilaku sopan

santun peserta didik berbasis etika kesundaan selama pembelajaran IPS

berlangsung melalui penerapan sosiodrama, peningkatan sopan santun peserta

didik berbasis etika kesundaan berdasarkan hasil observasi, penerapan sopan

santun peserta didik berbasis etika kesundaan di luar pembelajaran IPS, dan hal-

hal yang perlu diperbaiki dari pembelajaran IPS untuk meningkatkan perilaku

sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan melalui penerapan

sosiodrama.

Selanjutnya, wawancara ditujukan kepada peserta didik kelas VIII-C SMP

Negeri 3 Pamulihan setelah dilakukannya penelitian. Wawancara ini bertujuan

untuk mengetahui pendapat peserta didik mengenai penerapan sosiodrama dalam

pembelajaran IPS, perbedaan dengan pembelajaran IPS yang selama ini

dilaksanakan, suasana kelas yang terjadi dalam pembelajaran IPS melalui

penerapan sosiodrama, perasaan setelah mengikuti pembelajaran IPS melalui

penerapan metode sosiodrama, keefektifan penerapan sosiodrama dalam

pembelajaran IPS untuk meningkatkan sopan santun berbasis etika kesundaan di

kelas VIII-C, manfaat yang dirasakan dengan menerapkan perilaku sopan santun

berbasis etika kesundaan dalam kehidupan sehari-hari, serta saran dan ide agar

para peserta didik memiliki kesadaran akan pentingnya menerapkan perilaku

sopan santun berbasis etika kesundaan, baik di sekolah, di rumah maupun di

masyarakat

3. Tes tertulis

Tes tertulis merupakan metode pengumpulan data dengan cara

memberikan tes kepada responden sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Tes

tertulis ini digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui hasil belajar yang

telah dilaksanakan. Dalam penelitian ini, tes tertulis digunakan untuk mengukur

pencapaian pengetahuan mengenai sopan santun peserta didik berbasis etika

71

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesundaan. Tes tersebut dilakukan pada setiap akhir siklus, yaitu pada tindakan

keempat, tindakan kedelapan dan tindakan keduabelas.

4. Studi Dokumen

Studi dokumentasi menurut Satori dan Komariah (2010, hlm. 14) adalah

kegiatan mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam

permasalahan penelitian, lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung

dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Elliot (dalam

Wiriaatmadja, 2014, hlm. 121) menjelaskan ada beberapa jenis dokumen yang

dapat membantu kita dalam mengumpulkan data penelitian terkait dengan

permasalahan dalam penelitian tindakan kelas, diantaranya: 1) Silabi dan rencana

pelajaran; 2) Laporan diskusi tentang kurikulum; 3) Berbagai macam ujian dan

tes; 4) Laporan rapat; 5) Laporan tugas siswa; 6) Bagian-bagian dari buku teks

yang digunakan dalam pembelajaran; dan 7) Contoh essay yang ditulis oleh siswa.

Dokumen tersebut ada yang berasal dari sekolah seperti profil sekolah, denah

lokasi sekolah, data jumlah pendidik dan tenaga kependidikan, data peserta didik.

Selain itu, dokumen-dokumen yang berasal dari guru mitra antara lain, kurikulum

IPS, program tahunan, program semester, silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), berbagai macam hasil ujian dan tes termasuk rekapitulasi

nilai raport pada semester sebelumnya, laporan tugas siswa, bagian-bagian dari

buku teks yang digunakan dalam pembelajaran, dll.

5. Catatan Lapangan (Field Notes)

Catatan lapangan yang dimaksud berdasarkan pendapat Wiriaatmadja

(2010, hlm. 125) yaitu sebagai berikut:

Catatan lapangan merupakan sumber informasi yang sangat penting dalam

penelitian ini, catatan ini dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang

melakukan pengamatan atau observasi yang memuat berbagai aspek

pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan

interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, mungkin juga

hubungan dengan orangtua siswa, iklim sekolah, leadership/kepala

sekolah; demikian pula perencanaan, pelaksanaan, diskusi dan refleksi,

semuanya dapat dibaca kembali dari catatan lapangan ini.

Catatan tersebut merupakan kekuatan tersendiri dalam Penelitian Tindakan Kelas

yang dimuat dalam bentuk deskriptif-kualitatif secara mendasar (grounded).

72

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Catatan lapangan dalam penelitian ini merupakan catatan semua peristiwa yang

terjadi dalam suatu kegiatan dibuat oleh peneliti untuk menganalisis semua

kegiatan mengenai penerapan sosiodrama dalam pembelajaran IPS dan aktivitas

peserta didik dalam menampilkan sopan santun berbasis etika kesundaan melalui

sosiodrama tersebut, sehingga nantinya dapat terlihat ketercapaian target

penelitian yang ditentukan oleh peneliti. Melalui catatan lapangan ini pula peneliti

dapat merefleksi tindakan yang telah dilakukan, apabila tidak mencapai target

maka perlu diperbaiki pada tindakan berikutnya.

6. Bahan Audio-Visual

Alat ini berfungsi untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi di kelas

secara detail pada saat pembelajaran. Elliot (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 122)

mengatakan, „Gambar-gambar foto, cuplikan rekan tape atau slide, berguna juga

dalam wawancara, baik untuk melalui topik pembicaraan maupun untuk

meningkatkan agar tidak menyimpang dari tujuan wawancara‟. Menurut Elliot

dan Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 122):

Alat video yang digunakan sebaiknya tidak dipegang oleh yang berperan

menyajikan pembelajaran melainkan oleh mitra peneliti atau sejawat

lainnya, serta tidak mengganggu jalannya pembelajaran di kelas karena

siswa akan lebih terpikat kepada kesibukan rekaman video daripada

berpartisipasi dalam pembelajaran itu sendiri.

Selain itu, melalui alat tersebut hasil tindakan yang dilakukan peneliti dan peserta

didik dapat tergambarkan secara jelas pada setiap siklusnya, untuk melihat apabila

suatu saat terjadi kekeliruan sumber datanya. Sehingga data yang diperoleh dapat

lebih akurat dalam melihat peningkatan sopan santun peserta didik berbasis etika

kesundaan melalui penerapan sosiodrama dalam pembelajaran IPS.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kelas sebagai salah satu penelitian

bertradisi kualitatif menurut Wiriaatmadja (2014, hlm. 96) adalah peneliti,

“peneliti sebagai satu-satunya instrumen, karena manusialah yang dapat

menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu seperti halnya banyak

terjadi di kelas”. Lincoln dan Guba (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 96), merinci

karakter yang harus dimiliki oleh seorang peneliti as the only human instrument

73

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu: 1) responsif, 2) adaptif, 3) menekankan aspek holistik, 4) pengembangan

berbasis pengetahuan, 5) memproses dengan segera, 6) klarifikasi dan

kesimpulan, dan 7) kesempatan eksplorasi. Menurut Nasution (2003, hlm. 55-56)

karakter tersebut hanya mampu dilakukan oleh manusia atau peneliti,

sebagaimana penjelasannya sebagai berikut:

1) Peneliti sebagai alat, peka atau dapat bereaksi dan berinteraksi

terhadap segala stimulus dari lingkungan yang senantiasa berubah-

ubah, peneliti juga harus mempertimbangkan bermakna atau tidaknya

data tersebut.

2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

dan situasi serta dapat mengumpulkan bermacam-macam data

sekaligus.

3) Tiap situasi merupakan keseluruhan dari data. Bahwa hanya manusia

sebagai instrumen yang dapat memahami keseluruhan situasi dengan

segala seluk-beluknya, artinya tes atau angket tidak dapat menangkap

keseluruhan situasi, kecuali oleh peneliti.

4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, peneliti tidak dapat

memahami dengan pengetahuan semata. Oleh karena itu, peneliti

perlu memahami, merasakan dan menyelaminya.

5) Peneliti sebagai instrumen, dapat segera menganalisis data yang

diperoleh dari lapangan dengan cepat.

6) Manusia sebagai instrumen, dapat mengambil kesimpulan berdasarkan

data yang dikumpulkan dan dapat menggunakannya sebagai balikan

untuk memperoleh penegasan, perubahan, atau perbaikan.

7) Karena manusia sebagai instrumen, kejadian yang aneh atau

menyimpang akan mendapat perhatian lebih, bahkan respon yang

bertentangan sekalipun dapat digunakan untuk mempertinggi tingkat

kepercayaan dan pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Dari rincian di atas, terlihat jelas betapa pentingnya peran peneliti dalam

penelitian tindakan kelas (PTK). Hal tersebut memberikan konsekuensi bahwa

peneliti harus memahami betul tugasnya dan mempersiapkan diri dengan matang

untuk hal tersebut.

Untuk meningkatkan sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan,

maka dirancang kisi-kisi instrumen sebagai berikut:

Standar Kompetensi : 6. Memahami pranata dan penyimpangan-

sosial

Kompetensi Dasar : 6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk-

hubungan sosial

74

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

: 6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam-

kehidupan masyarakat

6.3 Mendeskripsikan pengendalian-

penyimpangan sosial

74 Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2: Kisi-kisi Instrumen Penelitian

SK/KD IPS Kelas VIII dalam KTSP

Indikator Keberhasilan Standar

Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)

6. Memahami pranata

dan penyimpangan

sosial

6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk

hubungan sosial Aspek pengetahuan:

1. Peserta didik dapat mengidentifikasi unsur-unsur dan ciri-ciri perilaku

sopan santun berbasis etika kasundaan

2. Peserta didik dapat mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial,

pranata sosial dalam kehidupan masyarakat dan pengendalian

penyimpangan sosial

3. Peserta didik dapat mengemukakan pandangan mengenai perlunya

perilaku sopan santun dalam hubungan sosial (asosiatif maupun

disosiatif), dalam pranata sosial serta dalam lembaga pengendali

penyimpangan sosial.

6.2 Mendeskripsikan pranata sosial

dalam kehidupan masyarakat

6.3 Mendeskripsikan pengendalian

penyimpangan sosial

6. Memahami pranata

dan penyimpangan

sosial

6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk

hubungan sosial Aspek Sikap:

1. Peserta didik memiliki kepedulian untuk memperhatikan sikap sopan

santun berbasis etika kesundaan yang ditampilkan oleh peserta didik

lainnya melalui sosiodrama.

2. Peserta didik memiliki kesadaran mengenai pentingnya sopan santun

berbasis etika kesundaan dalam hubungan sosial (asosiatif maupun

disosiatif), dalam pranata sosial, dan dalam lembaga pengendali

penyimpangan sosial melalui sosiodrama.

6.2 Mendeskripsikan pranata sosial

dalam kehidupan masyarakat

6.3 Mendeskripsikan pengendalian

penyimpangan sosial

6. Memahami pranata

dan penyimpangan

sosial

6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk

hubungan sosial Aspek Keterampilan:

1. Peserta didik dapat mempraktekkan sopan santun berbasis etika

kesundaan di lingkungan Sekolah

2. Peserta didik dapat menjadi pionir bagi peserta didik lainnya dalam

berperilaku sopan santun berbasis etika kesundaan di lingkungan

6.2 Mendeskripsikan pranata sosial

dalam kehidupan masyarakat

6.3 Mendeskripsikan pengendalian

75

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyimpangan sosial Sekolah

75

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan unsur-unsur tatakrama orang Sunda yang telah dikemukakan

pada bab sebelumnya, ada delapan unsur yang sangat mengikat. Dari kedelapan

unsur tersebut, i‟tikad atau niat merupakan satu-satunya unsur yang sulit diukur.

Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti hanya mengadopsi tujuh unsur, yang

dikembangkan ke dalam beberapa indikator sopan santun berbasis etika kesunda-

an sebagai berikut:

Tabel 3.3: Indikator Sopan Santun Peserta Didik Berbasis Etika Kesundaan

(diadaptasi dari Suryalaga, 1993, hlm. 34)

Unsur sopan santun

(tatakrama) Watak

sunda Indikator

Tata cara pergaulan

(etiket lokal, nasional,

internasional)

Daréhdéh, Someah

Tersenyum ketika bertemu dengan-

orang lain

Mengucapkan salam

Berjabat tangan atau mencium tangan

Menyapa

Berbicara didahului dengan kata “maaf”

dan diakhiri dengan kata “terimakasih”

Tidak memalingkan muka kpd lawan-

bicara

Mengambil sesuatu menggunakan-

tangan kanan

Bahasa

Berbicara dengan kata-kata yang baik

(tidak kasar, tidak jorok) dan tidak-

menyakiti perasan orang lain

Kualitas pengetahuan dan

wawasan (pangaweruh) Handap

asor

Tidak menyela/memotong/mengalihkan-

pembicaraan pada waktu yang tidak-

tepat

Lagam berbicara (irama

bicara, intonasi lentong) Luwes Berbicara dengan intonasi yang tepat

Sikap tubuh (body

language: kinesic,

gesturd). Rengkuh

Sikap badan menunjukkan kerendahan-

hati

Roman muka (pasemon) Marahmay,

amis budi Berbicara dengan wajah yang sedikit-

tersenyum

Tata busana (dangdanan) Berpakaian rapi sesuai dengan situasi

Indikator-indikator sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan di

atas, diadaptasi ke dalam desain perencanaan sosiodrama yang disusun oleh setiap

kelompok dan dimodelkan melalui pelaksanaan sosiodrama di dalam kelas,

selanjutnya dipraktekkan/diimplementasikan di luar kelas.

76

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Pengolahan, Analisis, Validasi dan Interpretasi Data

1. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan melalui teknik dan instrumen pengumpul data,

selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data. Teknik pengolahan data dalam

pelaksanaan tindakan, seperti data hasil wawancara dan catatan lapangan

dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang nantinya

menghasilkan data deskriptif. Sedangkan, data kuantitatif yang diperoleh dari

proses dan hasil belajar, diolah dengan teknik statistik sederhana untuk mengukur

ketercapaian aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan sopan santun berbasis

etika kesundaan. Secara lebih rinci, tahap pengolahan data kuantitatif tersebut

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Penilaian Sopan Santun Peserta Didik Berbasis Etika Kesundaan

Aspek Pengetahuan

Taksonomi pendidikan, pertama kali disusun oleh Bloom, dkk (1956)

melalui bukunya yang berjudul: Taxonomy of Educational Objectives: Handbook

I: Cognitive Domain. Taksonomi tersebut terdiri dari enam kategori pokok dengan

urutan sebagai berikut: pengetahuan (knowledge), komprehensi (comprehension),

aplikasi (application), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) yang telah

dipakai selama lebih dari setengah abad. Selanjutnya, pada tahun 2001 taksonomi

Bloom direvisi oleh Anderson & Krathwohl melalui bukunya: A Taxonomy for

Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom‟s Taxonomy of

Educational Objectives. Melalui bukunya tersebut, Anderson & Krathwohl (2015,

hlm.46) menjadikan pengetahuan sebagai dimensi tersendiri dan menghubungkan-

nya secara logis dengan dimensi proses kognitif secara eksplisit. Mereka

memisahkan komponen kata benda dan kata kerja dalam kategori pengetahuan

aslinya. Komponen kata benda pengetahuan dipertahankan, tetapi dijadikan

dimensi tersendiri yang meliputi: pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,

pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif. Sedangkan kata kerjanya

dikaji dengan kerangka enam kategori pada dimensi proses kognitif: mengingat,

memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Untuk

itu, kemdikbud (2015, hlm.15) mendefinisikan penilaian pengetahuan adalah

penilaian yang dilakukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik yang

77

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meliputi pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural serta kecakapan

berfikir tingkat rendah hingga tinggi. Aspek pengetahuan dalam penelitian ini

bertujuan agar peserta didik memahami sopan santun berbasis etika kesundaan.

Kata “memahami” merupakan salah satu kata kerja dari enam kategori proses

kognitif tersebut. Sementara itu, sopan santun berbasis etika kesundaan dapat

dipandang sebagai pengetahuan konseptual.

Dalam konteks penelitian ini, teknik pengolahan ketercapaian aspek

pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis secara individual. Teknik ini dilakukan

dengan menggunakan instrumen soal yang relevan. Bentuk instrumen dan

pengolahan data aspek pengetahuan disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.4: Contoh soal untuk menilai pengetahuan peserta didik

Nama Peserta didik :

Kelas :

Hari/Tanggal :

Materi Pokok :

Tindakan :

No. Soal Jawaban

1. Sebutkan unsur-unsur sopan santun/tatakrama dalam

budaya Sunda menurut Suryalaga!

2. Kemukakan ciri-ciri orang yang memiliki perilaku

sopan santun berbasis etika kesundaan!

3. Bentuk-bentuk hubungan sosial apa saja menurut

kalian, perlu diterapkan sopan santun berbasis etika

kesundaan!

4. Sebutkan manfaat apa saja yang diperoleh seseorang

dengan menerapkan sopan santun berbasis etika

kesundaan dalam kehidupan sehari-hari!

Rumus penilaian hasil tes tertulis NA =

x 100

NA = Nilai Akhir

= Skor Perolehan

n = Skor ideal (pedoman penilaian dapat dilihat pada lampiran)

Kategori nilai pemahaman konsep peserta didik yang digunakan yaitu:

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

78

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Penilaian Sopan Santun Peserta Didik Berbasis Etika Kesundaan

Aspek Sikap

Penilaian sikap merupakan aplikasi suatu standar atau sistem pengambilan

keputusan terhadap sikap. Dalam pembelajaran, kompetensi sikap adalah

serangkaian kegiatan yang dirancang, untuk mengukur sikap peserta didik sebagai

hasil dari suatu program pembelajaran. Kegunaan utama penilaian sikap adalah

sebagai refleksi pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara individual

dalam pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui kecenderungan perilaku

spiritual dan sosial peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di dalam dan di luar

kelas sebagai hasil pendidikan (kemendikbud, 2015, hlm.61). Teknik pengolahan

ketercapaian sikap sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan dalam

penelitian ini, dilakukan melalui observasi dan penilaian diri sebagai berikut:

Tabel 3.5: Lembar observasi sopan santun peserta didik

berbasis etika kesundaan aspek sikap

Nama Peserta didik :

Kelas :

Tanggal Pengamatan :

Materi Pokok :

Tindakan :

No. Aspek yang diobservasi

Hasil

pengamatan

1 2 3 4

1. Tersenyum ketika bertemu dengan orang lain

2. Mengucapkan salam

3. Berjabat tangan/mencium tangan

4. Menyapa

5. Berbicara didahului dengan kata “maaf”, diakhiri dengan

kata “terimakasih”

6. Tidak memalingkan muka

7. Mengambil sesuatu menggunakan tangan kanan

8. Berbicara dengan kata-kata yang baik (tidak kasar, tidak

jorok) dan tidak menyakiti perasaan orang lain

9. Tidak menyela/memotong/mengalihkan pembicaraan

pada waktu yang tidak tepat

10. Berbicara dengan intonasi/lentong yang rendah

11. Sikap badan menunjukkan kerendahan hati (rengkuh)

12. Berbicara dengan wajah yang sedikit tersenyum

(marahmay)

13. Berpakaian rapi sesuai dengan situasi

79

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jumlah

Skor Perolehan

Nilai Akhir (Skor Perolehan/Skor idealx100)

Petunjuk pengisian:

Lembaran observasi ini diisi oleh observer untuk menilai sikap sopan santun

peserta didik berbasis etika kesundaan. Berilah tanda check list (√) pada kolom

hasil pengamatan sesuai indikator sikap sopan santun yang ditampilkan oleh

peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:

Selalu (Bobot nilai 4), apabila selalu melakukan sesuai pernyataan

Sering (Bobot nilai 3), apabila sering melakukan sesuai pernyataan

Kadang-kadang (Bobot nilai 2), apabila kadang melakukan sesuai

pernyataan (seringnya tidak melakukan)

Tidak Pernah (Bobot nilai 1), apabila tidak pernah melakukan sesuai

pernyataan

Rumus penilaian kompetensi sikap peserta didik:

NA =

x 100

Kategori nilai sikap peserta didik:

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Selain menggunakan lembar observasi di atas, untuk lebih memperkuat

sikap sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan, juga digunakan

penilaian diri. Penilaian diri dalam penilaian sikap merupakan teknik penilaian

terhadap diri sendiri (peserta didik) dengan mengidentifikasi kelebihan dan

kekurangan sikapnya dalam berperilaku. Hasil penilaian ini dapat digunakan

Keterangan:

NA = Nilai Akhir

= Skor perolehan

n = Skor Ideal

80

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai data konfirmasi perkembangan sikap peserta didik (Kemdikbud, 2015,

hlm. 11). Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri sebagai berikut.

Tabel 3.6: Lembar penilaian diri sikap sopan santun peserta didik

berbasis etika kesundaan

Nama Peserta didik :

Kelas :

Hari/Tanggal :

Tindakan :

No. Pernyataan Sikap

TP KD SR SL

1 Saya sadar, saya harus tersenyum ketika bertemu

dengan orang lain

2 Saya merasa peduli, sehingga tidak memalingkan

muka pada saat bertemu dengan orang lain

3 Saya menyadari untuk mengucapkan salam, baik

kepada orang yang dikenal maupun tidak dikenal

4 Saya sadar, saya perlu berjabat tangan dan

mencium tangan orang yang lebih tua

5 Saya merasa peduli untuk menyapa dengan sapaan

hangat

6

Saya menyadari bahwa dalam memulai

pembicaraan perlu didahului dengan kata “maaf”,

diakhiri dengan kata “terimakasih”

7

Saya menganggap bahwa berbicara didahului

dengan kata “tolong” pada saat meminta bantuan

adalah hal yang baik

8 Saya merasa peduli untuk berbicara dengan wajah

yang sedikit tersenyum (marahmay)

9

Saya menganggap bahwa berbicara dengan

lentong atau intonasi yang tepat (merendahkan

nada suara) adalah penting

10 Saya merasa harus memandang mata lawan bicara

ketika melakukan pembicaraan

11 Saya sadar, saya harus berbicara dengan kata-kata

yang santun (tidak kasar dan tidak jorok)

12

Saya menganggap bahwa menyindir atau

sejenisnya dapat menyinggung perasaan orang

lain

13

Saya merasa peduli untuk tidak menyela/

memotong/mengalihkan pembicaraan pada waktu

yang tidak tepat

14

Saya menganggap bahwa mengambil atau

menunjukkan sesuatu harus menggunakan tangan

kanan

15 Saya merasa bahwa menampilkan sikap badan

81

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau gerak gerik yang baik (rengkuh), dapat

mencerminkan sopan santun

16

Saya merasa peduli untuk membungkukan badan

dengan lengan kanan lebih lebih rendah dari

lengan kiri ketika berjalan melewati orang yang

lebih tua sambil mengucapkan maaf atau permisi.

17 Saya sadar, bahwa saya harus berpakaian rapi dan

sopan sesuai dengan situasi

Jumlah

Skor Perolehan

Nilai Akhir (Skor Perolehan/Skor idealx100)

Petunjuk Pengisisan:

Lembaran penilaian diri ini, diisi oleh peserta didik untuk memperkuat hasil

observasi penilaian sikap sopan santun berbasis etika kesundaan. Berilah tanda

check list (√) pada kolom sikap sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-

hari, dengan kriteria sebagai berikut:

SL=Selalu (Bobot nilai 4), apabila selalu melakukan sesuai

pernyataan

SR=Sering (Bobot nilai 3), apabila sering melakukan sesuai

pernyataan

KD=Kadang-kadang (Bobot nilai 2), apabila kadang melakukan

sesuai pernyataan (seringnya tidak melakukan)

TP=Tidak Pernah (Bobot nilai 1), apabila tidak pernah melakukan

sesuai pernyataan

Rumus penilaian kompetensi sikap peserta didik:

NA =

x 100

Keterangan:

NA = Nilai Akhir

= Skor perolehan

n = Skor Ideal

Kategori nilai sikap peserta didik:

Sangat baik

Baik

82

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cukup

Kurang

c. Penilaian Sopan Santun Peserta Didik Berbasis Etika Kesundaan

Aspek Keterampilan

Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui

kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan untuk melakukan tugas

tertentu di dalam berbagai macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian

kompetensi (Kemdikbud, 2015, hlm 21). Teknik pengolahan ketercapaian

kompetensi keterampilan dalam peneltian ini, dilakukan melalui tes praktik. Yaitu

penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas

atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi (Permendikbud No.66 Tahun

2013). Perilaku yang dimaksud adalah penerapan sopan santun peserta didik

berbasis etika kesundaan di luar kelas (lingkungan Sekolah). Lembar observasi

yang digunakan sesuai pendapat Majid dan Firdaus (2014, hlm. 201-214):

“Pengambilan data penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan

daftar cek. Aspek yang akan dinilai dicantumkan di dalam format penilaian unjuk

kerja”.

Tabel 3.7: Lembar observasi sopan santun peserta didik

berbasis etika kesundaan aspek keterampilan

Nama Peserta didik :

Kelas :

Tanggal pengamatan :

Tindakan :

No. Aspek yang diobservasi Melakukan

Ya Tidak

1. Tersenyum ketika bertemu dengan orang lain

2. Mengucapkan salam

3. Berjabat tangan atau mencium tangan

4. Menyapa

5. Berbicara didahului dengan kata “maaf”, diakhiri dengan

kata “terimakasih”

6. Tidak memalingkan muka

7. Mengambil sesuatu menggunakan tangan kanan

8. Berbicara dengan kata-kata yang baik (tidak kasar, tidak

jorok) dan tidak menyakiti perasaan orang lain

9. Tidak menyela/memotong/mengalihkan pembicaraan pada

83

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

waktu yang tidak tepat

10. Berbicara dengan intonasi/lentong yang rendah

11. Sikap badan menunjukkan kerendahan hati (rengkuh)

12. Berbicara dengan wajah yang sedikit tersenyum (marahmay)

13. Berpakaian rapi

Jumlah

Skor Perolehan

Nilai Akhir (Skor Perolehan/Skor idealx100)

Petunjuk pengisian:

Lembaran observasi ini diisi oleh observer untuk menilai keterampilan sopan

santun peserta didik berbasis etika kesundaan. Berilah tanda check list (√) pada

kolom hasil pengamatan sesuai dengan perilaku sopan santun yang ditampilkan

oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:

Ya = apabila peserta didik menunjukkan perbuatan sesuai aspek

pengamatan

Tidak = apabila peserta didik tidak menunjukkan perbuatan sesuai aspek

pengamatan.

Petunjuk Penskoran :

Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0, perhitungan nilai

akhir menggunakan rumus:

NA =

x 100

Kategori nilai keterampilan peserta didik yang digunakan:

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Alat atau instrumen-instrumen di atas, baik soal tertulis untuk mengukur

aspek pengetahuan, lembar observasi dan lembar penilaian diri untuk mengukur

aspek sikap, dan lembar penilaian praktek untuk mengukur aspek keterampilan

secara komprehensif digunakan untuk mengetahui nilai sopan santun peserta didik

berbasis etika kesundaan. Agar alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang

Keterangan:

NA = Nilai Akhir

= Skor perolehan

n = Skor Ideal

84

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hendak diukur, maka perlu dilakukan validasi. Teknik validasi yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu melalui expert opinion, dalam hal ini oleh Prof. Dr.

Nana Supriatna, M.Ed selaku dosen pembimbing pada tanggal tanggal 22 Februari

2016 (sebelum penelitian dilaksanakan). Saran perbaikan yang dikemukakan oleh

pembimbing dalam memvalidasi instrumen penelitian, yaitu sebagai berikut:

1) Untuk mengukur aspek pengetahuan, materi yang diujikan harus

berkaitan langsung dengan fokus penelitian, dalam hal ini berkenaan

dengan sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan.

2) Lembar observasi sikap, memuat indikator-indikator sopan santun

peserta didik berbasis etika kesundaan yang dapat diukur dan simpel.

3) Untuk mengetahui perasaan, peserta didik mengenai sopan santun

berbasis etika kesundaan, perlu digunakan lembar penilaian diri. Kata

operasional yang dapat digunakan dalam penyusunan lembar penilaian

diri, diantaranya: “saya merasa peduli….”, “saya menyadari…”, “saya

menganggap…”, dan sebagainya.

4) Indikator sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan pada

lembar penilaian praktek di luar kelas, disesuaikan dengan indikator

lembar observasi sikap yang telah disusun.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan kajian terpenting dalam suatu metode ilmiah,

dimana dalam analisis ini data-data yang diperoleh oleh peneliti saat penelitian

dapat membantu dalam pemecahan masalah yang diteliti. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ningrum (2014, hlm. 105): “analisis data adalah kegiatan memfokuskan,

mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk

memberikan bahan jawaban terhadap permasalahan penelitian”. Selanjutnya

menurut Sugiono (2009, hlm. 89) analisis data adalah:

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-

unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih bagian yang

penting dan yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga

mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

85

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis dalam penelitian tindakan kelas dilakukan sejak awal, seperti dikatakan

Miles dan Huberman (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 139) bahwa: „…the ideal

model for data collection and analysis is one that interweaves them from the

beginning‟. Sejalan dengan hal tersebut, analisis PTK menurut Wiriaatmadja

(2014, hlm. 139), berarti bahwa peneliti akan melakukannya sejak tahap orientasi

lapangan (pra-penelitian), pada saat pelaksanaan penelitian, sampai akhir

penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: kode atau

mengkoding, membuat catatan pinggir, melakukan catatan reflektif dan

pembuatan matriks (Wiriaatmadja, 2014, hlm. 139-147).

Miles dan Huberman (dalam Sugiono, 2009, hlm. 91) menerangkan

langkah-langkah analisis data sebagai berikut:

a. Pengumpulan data, dilakukan dengan menggunakan seperangkat

instrumen yang telah dipersiapkan peneliti guna memperoleh

informasi melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

b. Reduksi data. Setelah mendapatkan data selanjutnya memasuki tahap

reduksi data yakni meliputi proses menyeleksi, memfokuskan,

menyederhanakan, dan mentransformasikan data mentah yang muncul

pada proses pengumpulan data. Reduksi data harus berbentuk analisis

yang tajam, ringkas, terfokus, membuang data yang tidak penting, dan

mengorganisasikan data sebagai cara untuk menggambarkan dan

memverifikasi kesimpulan akhir.

c. Display/penyajian data, merupakan proses merangkai informasi yang

terorganisir dalam upaya menggambarkan kesimpulan dan mengambil

tindakan. Meliputi informasi keadaan fisik kelas dan peserta didik dan

guru, informasi mengenai proses pembelajaran sebelum dan sesudah

menggunakan metode pembelajaran sosiodrama, serta aktivitas yang

berupa kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran

berlangsung dan kinerja guru saat mengajar.

d. Verifikasi dan menarik kesimpulan, merupakan aktivitas analisis

dimana pada awal pengumpulan data peneliti mulai memutuskan

apakah sesuatu bermakna, atau tidak mempunyai keteraturan,

penjelasan, hubungan sebab akibat, dan proposisi.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang

terkumpul dari berbagai sumber, kemudian data tersebut direduksi dengan jalan

membuat abstraksi yaitu dengan merangkumnya menjadi intisari yang terjaga

kebenarannya. Selanjutnya, data tersebut disusun, dikategorikan, kemudian

disajikan, dimaknai, disimpulkan, dan terakhir diverifikasi atau diperiksa

86

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keabsahannya. Langkah-langkah dalam analisis data, diilustrasikan dalam gambar

sebagai berikut:

Gambar 3.3:

Alur Model Analisis Data Kualitatif Miles dan Huberman

(dalam Sugiono, 2009, hlm. 91)

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini,

dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

1) Analisis kualitatif

Dalam penelitian ini, analisis data kualitatif dilakukan secara deskriptif,

baik pada data hasil observasi, wawancara maupun catatan lapangan. Catatan

lapangan (field notes) dibuat semenjak pra penelitian. Dalam catatan lapangan

tersebut, diuraikan berbagai kegiatan seperti suasana kelas (berbagai aspek

pembelajaran di kelas), iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi

sosial, dan nuansa-nuansa lainnya yang merupakan kekuatan tersendiri dari PTK

(Wiriaatmadja, 2014, hlm. 125). Selanjutnya, dalam format yang sama, dilakukan

proses analisis dan juga dibuat catatan reflektifnya. Proses analisis, dilakukan

dengan triangulasi, yaitu berdasarkan tiga sudut pandangan, yakni sudut pandang

guru, sudut pandang siswa, dan sudut pandang yang melakukan pengamatan atau

observasi (Elliott, dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 169). Untuk menghindari bias

Data

Collection Data Display

Data Reduction Conclusions:

drawing/ verifying

87

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data, analisis tersebut dilakukan dalam kurun waktu kurang dari 24 jam setelah

kegiatan pengumpulan data selesai.

2) Analisis kuantitatif

Untuk menunjang penelitian ini, diperlukan juga dukungan kuantitatif

untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan penelitian sesuai dengan indikator

keberhasilan penelitian. Teknik analisis kuantitatif pada penelitian ini, yaitu untuk

mengetahui ketercapaian peningkatan sopan santun peserta didik berbasis etika

kesundaan. Seperti kita ketahui, bahwa penelitian kualitatif tidak mentabukan

sajian angka atau data, melainkan menggunakannya sebagai bagian integral dari

kegiatan penelitian sesuai dengan tujuannya (Ningrum, 2014, hlm. 27). Dukungan

kuantitatif tersebut penekanannya tidak pada pengujian hipotesis, melainkan pada

usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berpikir formal dan

argumentatif dengan perhitungan statistik sederhana sebagai berikut:

a) Penilaian Sopan Santun Peserta Didik Berbasis Etika Kesundaan

Penilaian dilakukan dengan menggunakan rumus:

X =

Keterangan:

X : Nilai Sopan Santun Peserta Didik Berbasis Etika Kesundaaan

: Jumlah skor

n : Jumlah aspek penilaian

Kategori yang digunakan berdasarkan Permendikbud No. 53 tahun 2015:

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

b) Menghitung nilai rata-rata kelas:

Menurut Sudjana (2014, hlm. 109), untuk mengukur nilai rata-rata hasil

pembelajaran, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X =

Keterangan:

X : Nilai rata-rata kelas

: Jumlah nilai total kelas

n : Jumlah peserta didik

88

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Validasi Data

Menurut Hopkins (2011, hlm. 239), “validitas biasanya dipandang sebagai

derajat pengukuran sesuatu, sejauhmana peneliti mengukur apa yang memang

ingin mereka ukur”. Kegiatan ini juga sebagai pengujian terhadap keobjektifan

dan keabsahan data. Pada penelitian tindakan, menurut Borg dan Gall (dalam

Wiriaatmadja, 2014, hlm. 164), „konsep validitas dalam aplikasinya mengacu

kepada kredibilitas dan derajat keterpercayaan dari hasil penelitian‟. Untuk

memenuhi syarat tersebut, maka dilakukan verifikasi data yang berungsi

meyakinkan bahwa data yang diperoleh telah memenuhi syarat sebagai data yang

baik. Dalam penelitian ini, peneliti memverifikasi data dengan menggunakan

strategi sebagai berikut:

1. Member Check, sesuai dengan pendapat Wiriaatmadja (2012, hlm. 168) yaitu

memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang

diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber seperti kepala

sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa, pegawai administrasi sekolah, dan

orang tua siswa. Apakah keterangan, informasi, atau penjelasan itu tetap

sifatnya atau berubah, sehingga dapat dipastikan data itu terperiksa

kebenarannya. Miles and Huberman (dalam Rochmadi, 1997, hlm. 35)

mengemukakan member chek dilakukan untuk mengecek kebenaran dan

kesahihan data temuan penelitian, yakni dengan cara mengonfirmasikan

dengan sumber data. Dalam proses ini data atau informasi yang diperoleh

dikonfirmasikan dengan guru kelas melalui kegiatan diskusi pada setiap akhir

pelaksaan tindakan.

2. Triangulasi, yaitu kegiatan dengan cara memeriksa kebenaran data atau

informasi dengan membandingkannya dengan sumber lain (pihak lain).

Menurut Elliott (dalam Wiriaatmadja, 2014. hlm. 169), triangulasi dilakukan

berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut pandang guru, sudut pandang

peserta didik dan sudut pandang yang melakukan pengamatan atau observer.

89

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Audit Trail, berdasarkan pendapat Nasution (2003) yaitu mengecek kebenaran

hasil penelitian sementara, beserta prosedur dan metode pengumpulan

datanya, dengan mengonfirmasikan pada bukti temuan yang telah diperiksa

dan dicek kesahihannya pada sumber data tangan pertama. Diskusi juga

dilakukan dengan pembimbing, teman mahasiswa S2 IPS, atau siapa saja

yang dianggap kompeten.

4. Expert Opinion, menurut Nasution (dalam Rochmadi, 1997, hlm. 35)

dilakukan dengan cara mengkunsultasikan hasil temuan dengan para ahli.

Dalam kegiatan ini, peneliti mengkonsultasikan hasil temuan penelitian

kepada pembimbing untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga

validasi temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

5. Menggunakan bahan referensi, adalah adanya pendukung untuk membuktikan

data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawacara

perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara, foto-foto dan hasil

rekaman video.

4. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan upaya yang dilakukan dalam menafsirkan

hasil temuan-temuan penelitian dengan merujuk atau menghubungkan dengan

teori dan norma-norma lainnya yang telah diterima secara umum. Menurut

Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 186), tahap penafsiran dalam penelitian

tindakan kelas kegiatannya mencakup menyesuaikan hipotesis kerja yang sudah

sahih kepada teori yang menjadi kerangka pemikiran, sehingga menjadi

bermakna. Hal tersebut berarti bahwa, hipotesis kerja tersebut dihubungkan

dengan teori, dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam praktek sehari-hari, atau

bahkan dengan naluri guru dalam menilai pembelajaran dengan baik. Dengan cara

ini guru peneliti memberikan makna kepada serangkaian observasi yang

dilakukannya dalam penelitian tindakan kelasnya, dari yang tadinya berupa data

dan konstruk hasil pengamatan.

Dalam penelitian ini, perolehan nilai rata-rata sopan santun peserta didik

berbasis etika kesundaan diinterpretasikan ke dalam kategori: sangat baik, baik,

cukup, dan kurang. Selanjutnya, peningkatan nilai rata-rata sopan santun peserta

90

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didik berbasis etika kesundaan diinterpretasikan ke dalam kategori: tinggi

(significantly), sedang (moderately), dan rendah (slightly). Sementara itu,

ketuntasan belajar peserta didik diinterpretasi ke dalam kategori: seluruh, hampir

seluruhnya, sebagian besar, separuhnya, hampir separuhnya, sebagian kecil, dan

tidak ada. Rincian mengenai interpretasi/penafsiran data hasil penelitian dapat

dilihat pada halaman lampiran.

G. Indikator Keberhasilan

Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, penelitian dikatakan

berhasil apabila dalam setiap siklus penelitian semakin meningkat perubahannya

atau mengalami trend peningkatan pencapaian hasil sehingga dapat memecahkan

permasalahan pembelajaran di kelas. Hal tersebut merujuk pada pendapat

Wiriaatmadja (2014, hlm. 103) mengenai kapan siklus penelitian dihentikan,

yaitu:

Apabila apa yang direncanakan sudah berjalan sebagaimana diharapkan,

dan data yang ditampilkan di kelas sudah jenuh, dalam arti tidak ada data

baru yang ditampilkan dan dapat diamati, serta kondisi kelas dalam

pembelajaran sudah stabil dalam arti antara lain, guru sudah mampu dan

menguasai keterampilan mengajar yang baru”.

Tujuan akhir yang ingin dicapai di akhir penelitian ini yaitu adanya peningkatan

sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan, baik dalam aspek

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Indikator keberhasilan penelitian ini,

ditentukan dengan kriteria sebagai berikut.

1. Nilai rata-rata sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan minimal

berada pada kategori “cukup”

2. Peningkatan nilai rata-rata sopan santun peserta didik berbasis etika

kesundaan minimal berada pada kategori “sedang” (moderately).

3. Ketuntasan belajar dapat dicapai oleh “sebagian besar” peserta didik

4. Hasil interpretasi wawancara peserta didik menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan fokus peningkatan sopan santun peserta didik berbasis etika

kesundaan melalui penerapan sosiodrama dalam pembelajaran IPS, terasa

menyenangkan, efektif, bermakna, dan bermanfaat bagi peserta didik.

91

Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sehingga diharapkan, penerapannya berlanjut di luar kegiatan penelitian, baik

di lingkungan sekolah, keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat.