bab iii metode penelitian 3.1 waktu dan tempat...
TRANSCRIPT
55
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitopatologi BALITTAS yang
beralamat di Jl. Karang Ploso KM. 4 Malang. Penelitian dilakukan pada tanggal 14
Oktober 2016 – 17 Februari 2017.
3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian dalam kegiatan ini adalah eksperimen murni. Sukmadinata
(2011), dalam eksperimen murni pengujian variabel bebas dan terikat dilakukan
terhadap sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dimana subjek-
subjek yang diteliti dalam kedua kelompok eksperimen murni sesungguhnya (True
Experimental Research). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
The Only Posttest Control Group Design. Rancangan penelitian ini
membandingkan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Banyaknya
perlakuan dalam penelitian ini adalah 5 kelompok perlakuan eksperimen yaitu jenis
isolat Bacillus sp. yang terdiri dari BN 1, BN 2, BN 3, BN 4, dan BN 5. Desain
penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
56
O P1 O1
O P2 O2
O P3 O3
O P4 O4
O P5 O5
O P0 OK
Keterangan :
O : Telur Meloidogyne incognita
P1,2,3,4,5 : Jenis perlakuan (Isolat Bacillus sp. BN 1, BN 2, BN 3, BN 4, BN 5)
P0 : Tanpa adanya perlakuan
O1,2,3,4,5 : Observasi pada kelompok perlakuan
OK : Observasi pada kelompok kontrol
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap.
Rancangan jenis ini memiliki ciri-ciri dimana penelitian yang dilakukan di
lingkungan laboratorium dianggap homogen. Rancangan ini merupakan rancangan
yang perlakuannya diletakkan dan dilakukan secara acak pada setiap percobaan, hal
ini berarti seluruh unit percobaan memiliki peluang yang sama untuk menerima
perlakuan. Denah rancangan acak lengkap pada penelitian ini menggunakan 5
kelompok perlakuan dan perlakuan kontrol yang masing-masing diulang 4 kali.
Penempatan setiap unit eksperimen dilakukan dengan melakukan pengundian
dengan hasil berikut:
57
Tabel 3.1 Denah Rancangan Acak Lengkap
O11 O34 O22 OK4
O23 O13 O41 O51
O44 O33 O21 OK1
O43 O12 OK3 O52
O53 O32 O2 O14
O24 OK2 O31 O54
Keterangan:
X1 : Pengulangan ke 1
X2 : Pengulangan ke 2
X3 : Pengulangan ke 3
X4 : Pengulanagn ke 4
K : Kontrol Aquadest
O : Telur Meloidogyne incognita
3.3 Populasi dan Teknik Sampling
3.3.1 Populasi
Menurut Sukmadinata (2011), populasi adalah keseluruhan objek penelitian,
baik hasil mengitung maupun pengukuran (kuantitatif atau kualitatif) dari
karakteristik tertentu yang akan dikenai generalisasi. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua telur Meloidogyne incognita yang diperoleh dari akar tanaman tomat
yang telah diinfeksi nematoda Meloidogyne incognita dari akar tembakau di
Laboratorium Fitopatologi BALITTAS.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2010). Sampel adalah sebagai dari populasi yang diambil dari
keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel
dalam penelitian ini adalah 1.264 telur Meloidogyne incognita yang diperoleh dari
58
akar tanaman tomat yang telah diinfeksi nematoda Meloidogyne incognita dari akar
tembakau di Laboratorium Fitopatologi BALITTAS.
3.3.3 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling,
yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak
tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut (Sudjana,
2002). Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik atau
keadaan tertentu yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah telur
Meloidogyne incognita yang sudah di rontokkan dengan cara dikocok selama 4
menit dengan larutan NaOCl 1%. Sampel penelitian ini adalah 50-56 telur
nematoda puru akar (Meloidogyne incognita) tiap petridish untuk 5 kelompok
perlakuan dan 1 kelompok kontrol yang masing-masing kelompok terdiri dari 4
ulangan. Menurut Kemas dalam Sudjana (2002), jumlah ulangan dianggap cukup
baik apabila memenuhi syarat berikut:
Keterangan:
r : Replikasi (jumlah ulangan)
t : Treatment (jumlah perlakuan)
(t-1) (r-1) 15
(6-1) (r-1) 15
5(r-1) 15
5r – 5 15
5r 20
r 4
(t-1) (r-1) 15
59
Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan bahwa jumlah pengulangan yang
diperlukan adalah sebanyak lebih dari atau sama dengan 4 kali.
3.4 Jenis dan Definisi Operasional Variabel
3.4.1 Jenis Variabel
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) atau dimanipulasi oleh
peneliti dengan maksud untuk mengetahui pengaruhnya pada objek yang diteliti
(Sugiyono, 2013). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berbagai jenis isolat
Bacillus sp. yang di dapat dari Laboratorium Fitopatologi Balittas. Berbagai isolat
Bacillus sp. yang digunakan yaitu, BN 1, BN 2, BN 3, BN 4, dan BN 5.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel yang diduga
nilainya akan berubah dan yang menjadi sebab akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2013). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah daya antagonis isolat
Bacillus sp. dalam menurunkan daya tetas telur nematoda puru akar (Meloidogyne
incognita) yang ditandai dengan tidak menetasnya telur nematoda puru akar
(Meloidogyne incognita).
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi
60
faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah suhu,
kelembapan, nematoda dengan perlakuan aquadest.
3.4.2 Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi kesalahan makna dalam setiap variabel maka perlu
didefinisikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun
operasional variabel tersebut, yaitu:
1. Isolat bakteri merupakan hasil dari pemisahan mikroba tertentu dari populasi
campuran. Isolat yang digunakan pada penelitian ini adalah isolat Bacillus sp.
yang terdiri dari BN 1, BN 2, BN 3, BN 4, dan BN 5.
2. Telur Meloidogyne incognita dikatakan mati jika tidak menetas selama 7-14.
Telur Meloidogyne incognita yang mati memiliki ciri-ciri permukaan kulit telur
menjadi tidak rata dan mengalami deformasi, diikuti dengan hancurnya lapisan
dalam telur.
3. Telur nematoda yang digunakan pada peneltian ini sebanyak 50-56 tiap
petridish. Telur yang digunakan adalah telur yang masih hidup dengan ciri-ciri
berbentuk oval, panjang 94,37 μm (± 5,71 μm) dan lebar 41,24 μm (± 2,83 μm.
Permukaan kulit telur tampak jelas menyelimuti lapisan dalam telur.
4. Ragam waktu adalah lamanya waktu yang telah ditentukan pengamatan dalam
satuan waktu yaitu selama 7 hari.
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap pengamatan.
61
3.5.1 Persiapan Penelitian
a. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Autoklaf 1 buah
2) Mikroskop 1 buah
3) Cawan petri 15 buah
4) Petrdish kecil 24 buah
5) Rak tabung reaksi 2 buah
6) Bunsen 1 buah
7) Erlenmeyer 250 ml 7 buah
8) Inkubator 1 buah
9) Pipet tetes 1 buah
10) Mikropipet 1 buah
11) Magnetik stirrer 1 buah
12) Shaker 1 buah
13) LAF (Laminar Air Flow) 1 buah
14) Botol scott 1 buah
15) Blender 1 buah
16) Spatula 2 buah
17) Spet/spuit 7 buah
18) Kompor 1 buah
19) Timbangan 1 buah
20) Tabung reaksi 28 buah
21) Jarum ose 1 buah
22) Saringan kasar 1 buah
23) Saringan halus 1 buah
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Kertas label 4 lembar
2) Akar tembakau 500 gram
3) Media TSA 1 liter
4) Media TSB 1 liter
7) Aquades 1 liter
8) Air steril 1 liter
9) Alkohol 70 %
10) Kapas 50 gram
11) Plastik Wrap 1 rol
12) Alumunium foil 1 rol
13) Kertas saring 4 lembar
14) NaOCl 1% 1 liter
62
3.5.2 Pelaksanaan Penelitian
a. Sterilisasi Alat
Mencuci semua alat dengan sabun hingga bersih kemudian dikeringkan.
Membungkus semua peralatan dengan alumunium foil dan mensterilkan di
dalam autoklaf pada suhu 121˚C dengan tekanan 15 atmosfer selama 15 menit.
b. Isolat Bacillus sp.
Bacillus yang digunakan pada penelitian kali ini adalah isolat Bacillus koleksi
BALITTAS, yaiut BN 1, BN2, BN 3, BN 4, dan BN 5. BN 1 merupakan isolasi
Bacillus dari tanah hutan di Naibonat, BN 2 merupakan isolasi Bacillus dari
tanah yang ditanami sorgum, BN 3 merupakan isolasi Bacillus dari tanah yang
ditanami padi, kacang hijau, dan kayu jati, BN 4 merupakan isolasi Bacillus
dari tanah Jember, dan BN 5 merupakan isolasi Bacillus yang muncul dari hasil
kontaminasi perlakuan kontrol.
c. Pembuatan Media TSA
1) Menimbang bubuk TSA 4 gram per 1 liter
2) Merebus TSA sampai mendidih kurang lebih 15 menit sambil di aduk-aduk
agar homogen.
3) Menyaring TSA kemudian memasukkan TSA kedalam 4 tabung erlemeyer
sebanyak 250 ml.
4) Mensterilkan TSA di dalam autoklaf dengan suhu 1210C dengan tekanan 1
atm selama 15 menit.
63
d. Peremajaan Bakteri Bacillus sp.
1) Menyiapkan LAF dengan memberikan alcohol pada LAF kemudian di
bersihkan.
2) Menyiapkan indukan isolat Bacillus sp., Bunsen, tisu, kertas label, cawan
petri steril, media TSA, dan plastic wreb.
3) Plating media TSA di cawan petri, tunggu sampai memadat.
4) Mensterilkan tangan dengan alcohol 70% sebelum masuk LAF, kemudian
mensterilkan jarum ose dengan alkohol dan di bakar di bunsen hingga
memerah.
5) Mengambil bakteri dari indukan Bacillus sp. kemudian di tanamkan pada
media TSA pada cawan petri.
6) Mensterilkan bibir cawan petri dengan bunsen dan menutup cawan petri
plastik wreb, dan memberi label.
e. Infestasi Telur Nematoda.
1) Mencari akar tomat yang telah diinfeksikan dengan Meloidogyne incognita
dari tanaman tembakau (Nicotiana tabacum).
2) Mencuci bersih akar dengan air mengalir
3) Memotong akar menjadi bagian yang kecil-kecil
4) Menghaluskan akar dengan di blender selama 4 detik, kemudian menyaring
hasil blenderan dengan saringan kasar dan saringan halus.
5) Memasukkan hasil blenderan akar kedalam botol scott dan menambahkan
larutan NaOCl 1% secukupnya.
6) Mengocok akar yang telah diberi larutan NaCl 1% selama 4 menit.
64
7) Menyaring hasil kocokan dengan saringan kasar dan saringan halus.
8) Mengendapkan hasil ekstraksi akar selama 2-4 jam.
9) Mengambil 2 ml dari hasil endapan dan melakukan pengamatan jumlah telur
nematoda yang diperlukan (50-56 telur) dibawah mikroskop.
10) Meletakkan hasil pengamatan telur pada petridish kecil dan diberi label.
f. Pembuatan Media TSB
1) Menimbang bubuk TSB 30 gram per 1 liter
2) Merebus TSB sampai mendidih kurang lebih 15 menit sambil di aduk-aduk
agar homogen.
3) Menyaring TSB kemudian memasukkan TSB kedalam 10 tabung erlemeyer
sebanyak 100 ml.
4) Mensterilkan TSB di dalam autoklaf dengan suhu 1210C dengan tekanan 1
atm selama 15 menit.
g. Kultur Bakteri Bacillus sp.
1) Menumbuhkan Bakteri Bacillus sp. pada media TSA selama 48 jam atau
lebih.
2) Memindahkan koloni tunggal ke dalam 100 ml media TSB
3) Men-shaker bakteri selama 48 jam dengan kecepatan 150 rpm dengan suhu
300C.
4) Mengambil 24 ml untuk setiap kultur bakteri hasil sentrifugasi dengan
mikropipet dan meletakkan dalam tube sentrifugasi, tiap-tiap tube diisi 12
ml kultur bakteri.
5) Mensentrifugasi kultur bakteri Bacillus sp dengan kecepatan 5400 rpm
65
selama 15 menit.
6) Menyaring hasil sentrifugasi dengan syringe filter 0,22 µm.
h. Perlakuan Bakteri Bacillus sp pada Telur Nematoda Puru Akar
(Meloidogyne incognita)
1) Menyiapkan kultur bakteri yang telah disentrifuge dan disaring.
2) Menyiapkan telur nematoda sejumlah 50-56 telur dan meletakkannya pada
petridish kecil.
3) Menyiapkan spuit, rak tabung reaksi (rak tube sentrifuge) dan kertas label.
4) Mengambil sebanyak 5 ml kultur bakteri yang sudah di sentrifugasi ke
dalam petridish kecil berisi telur nematoda (50-56 telur).
5) Menyimpan petridish di dalam incubator dengan suhu 250C.
6) Melakukan pengamatan setiap 24 jam sekali selama 7 hari.
i. Membuat Media Kitin
1) Menyiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk media kitin
2) Menimbang koloidal kitin sebanyak 0,5 gram
3) Menimbang MgSO4 sebanyak 1,2 gram
4) Menimbang K2HPO4 sebanyak 0,5 gram
5) Menimbang KCl sebanyak 1 gram
6) Menimbang FeSO4. 7H2O sebanyak 0,01 gram
7) Menimbang ZnSO4 sebanyak 0,001 gram
8) Menimbang MnCl2 sebanyak 0,001 gram
9) Menimbang agar sebanyak 12-15 gram
10) Menyiapkan aquadest sebanyak 1 liter
66
11) Menuangkan semua bahan kedalam panci berisi aquadest dan
mengaduknya sampai mendidih
12) Menyaring media dengan kain saring dan meletakkannya ke dalam wadah.
13) Menuangkan media kitin kedalam botol schot, masing-masing 30 ml dan
kedalam erlenmeyer masing-masing 20 ml.
14) Menutup botol dan erlenmeyer dengan aluminium foil.
15) Mensterilisasi media kitin degan autoclave selama 15 menit dengan suhu
1210C.
j. Uji Kitinase pada Bacillus sp
1) Menyiapkan media kitin yang telah disterilkan
2) Memanaskan dan mencairkan media kitin pada microwave
3) Sterilisasi LAF
4) Mendinginkan media kitin dengan cara putar-putar membentuk angka 8
pada LAF.
5) Menambahkan safranin secukupnya pada media kitin hingga media kitin
berwarna merah.
6) Menuangkan media kitin pada cawan petri secukupnya dan menunggunya
hingga dingin.
7) Menanamkan bakteri Bacillus sp pada media kitin
8) Menutupnya dengan plastic wrap
9) Mendiamkan media kitin yang telah ditanam bakteri untuk melihat hasil
kitinase selama 2 minggu.
67
3.6 Metode Pengumpulan Data Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
yaitu melalui observasi eksperimen yaitu dengan teknik pengambilan data secara
langsung dengan cara mengamati dan mencatat aktivitas yang sedang berlangsung.
Observasi di laboratorium ini difokuskan pada obyek perlakuan yaitu variabel
terikat yang diberi perlakuan, kemudian data yang diperoleh diaplikasikan ke dalam
bentuk tabel. Tabel tersebut akan mencangkup data jumlah telur Meloidogyne
incognita yang tidak menetas dan jumlah larva yang hidup dan mati. Observasi
perhitungan daya hambat penetasan telur Meloidogyne incognita ditunjukkan pada
tabel berikut:
Tabel 3.2 Tabel Data Daya Hambat Bacillus sp. Terhadap Penetasan Telur
Meloidogyne incognita
Perlakuan Pengulangan Telur /
Larva
Hari Rata-
Rata 1 2 3 4 5 6 7
1 Telur
Larva
2 Telur
Larva
3 Telur
Larva
4 Telur
Larva
3.7 Penyusunan Sumber Belajar Booklet
Pengembangan sumber belajar cetak berupa booklet. Secara sistematis
pengembangan sumber belajar cetak booklet dilakukan sebagaimana diuraikan
sebagai berikut:
68
a) Menganlisis kurikulum untuk menentukan pokok bahasan
b) Menentukan KI/KD yang sesuai dengan materi yang akan dibuat sebagai
sumber belajar. Materi yang akan disusun sebagai sumber belajar adalah
materi ciri-ciri dan peranan Eubacteria.
c) Menentukan judul booklet yang disesuaikan dengan kompetensi dasar serta
materi pokok yang akan dicapai oleh peserta didik.
d) Penyajian kalimat singkat dan jelas.
3.8 Teknik Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam
(ANOVA) satu jalur berdasarkan model RAL dengan bantuan analisis komputer
SPSS. Apabila hasil analisis tersebut menunjukkan beda nyata, maka perlu
dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji Duncan untuk mengetahui
perlakuan yang paling efektif. Semua uji menggunakan tingkat kemaknaan 95% (∞
= 0,05).
Metode pengembangan sumber belajar pada penelitian ini adalah booklet
dengan sasaran siswa SMA kelas X. Booklet ini berupa ringkasan materi tentang
ciri-ciri dan peranan Eubacteria, khusunya perana Bacillus sp. sebagai pengendali
hayati penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematoda Meloidogyne incognita.