bab iii metode penelitian 3.1 seting dan karakteristik subyek … · 2016. 8. 15. · kecamatan...
TRANSCRIPT
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Seting dan Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama empat bulan yaitu pada bulan Februari
sampai dengan bulan Mei 20014 dan bertempat di SD Negeri Rowoboni 02
Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran
2013/2014. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Rowoboni 02
yang berjumlah 22 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan.
3.1.1 Seting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Rowoboni 02 Kecamatan
Banyubiru Kabupaten Semarang. SD Negeri Rowoboni 02 berada di jalan
Banyubiru-Muncul Km 4, Dusun Candisari, Desa Rowoboni, Kecamatan
Banyubiru Kabupaten Semarang. SDN Rowoboni 02 berada ditepi jalan dan
menghadap jalan raya , sebelah kanan sekolah adalah Mushala, belakang dan kiri
sekolah merupakan pemukiman penduduk. Bangunan sekolah terdiri dari dua unit.
Unit 1 terdiri dari 6 lokat dipergunakan untuk 3 ruang kelas, 1 ruang komputer, 1
ruang kantor sekolah, dan 1 ruang perpustakaan. Unit 2 terdiri dari 3 ruang kelas.
Ruang kelas V yang berada ditengah antara kelas IV dan kelas VI. Kelas V yang
tepat menghadap halaman sekolah dan membelakangi kantin dan UKS. Posisi
gedung sekolah tidak berada di lingkungan padat penduduk.
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dimulai dari bulan Februari sampai
dengan bulan Mei. Pemilihan waktu disesuaikan dengan jadwal dan program
semester yang digunakan di SD Negeri Rowoboni 02. Di dalam program semester
mata pelajaran IPA kelas V Semester 2 materi memahami perubahan yang terjadi
di alam dan mengaitkannya dengan penggunaan sumber daya alam.
30
Penelitian dilaksanakan pada bulan-bulan efektif dalam kegiatan belajar
mengajar semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Penentuan waktu penelitian
mengacu pada kalender akademik sekolah dan disesuaikan dengan KD yang akan
diajarkan, yaitu membahas perubahan yang terjadi di alam dan mengaitkannya
dengan penggunaan sumber daya alam. Alokasi waktu dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Alokasi Waktu Penelitian
No. Pelaksanaan
Penelitian
Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Proposal
PTK
2.
SIKLUS I
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
3.
SIKLUS II
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
4. Pelaporan
Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, yaitu dimulai dari bulan
Februari sampai bulan Mei 2014. Pada bulan Februari minggu pertama sampai
minggu keempat, penulis menyusun proposal penelitian. Pada bulan Maret
minggu pertama sampai dengan minggu ketiga, penulis membuat instrumen dan
melakukan perencanaan siklus I. Pada bulan Maret minggu keempat sampai
31
dengan bulan April minggu pertama, penulis melakukan tindakan, observasi,
refleksi siklus I yang terdiri dari tiga pertemuan, serta perencanaan siklus II
sebagai tindak lanjut refleksi siklus I. Pada bulan April minggu kedua sampai
dengan minggu ketiga, penulis melakukan tindakan, observasi, dan refleksi siklus
II yang terdiri dari tiga pertemuan. Pada bulan April minggu keempat sampai
dengan Mei minggu keempat, penulis melakukan pengolahan data, membuat
laporan dan konsultasi laporan hasil penelitian.
3.1.2 Subjek Penelitian
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri
Rowoboni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester 2 tahun
pelajaran 2013/2014. Karakteristik siswa kelas V SD Negeri Rowoboni 02 sangat
beragam. Jumlah keseluruhan siswa kelas V sebanyak 22 siswa, yang terdiri dari
10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Siswa kelas V rata-rata berusia 11
sampai 13 tahun. Tingkat kemampuan siswa heterogen ada yang pandai, sedang
dan ada yang kurang pandai. Demikian pula latar belakang keluarga siswa pun
beragam. Pekerjaan orang tua/wali siswa sebagian besar adalah aryawan swasta,
pedagang dan petani. Keberagaman latar belakang siswa berdampak pada
perbedaan tingkat kesadaran dan perhatian orang tua terhadap pendidikan siswa
sehingga motivasi masing-masing siswa pun berdeda.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di elas V karena berdasarkan
observasi yang telah dilakukan penulis selama proses pembelajaran berlangsung
menunjukkan bahwa antusias siswa dalam memperhatikan penjelasan, merespon
pertanyaan masih sangat rendah, siswa cenderung gaduh dan bercerita dengan
teman semeja sehingga kurang memperhatikan selama proses pembelajaran
berlangsung. Keadaan demikian berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah
rata-rata kelas 59 sedangkan KKM IPA adalah 65. Dari 22 siswa kelas V
sebanyak 15 siswa memperoleh nilai <65 yang berarti siswa belum mencapai
KKM dan hanya 7 siswa yang nilainya ≥65 yang berarti 7 siswa tersebut telah
mencapai KKM. Data tersebut menjunjukkan bahwa hanya 32% dari jumlah
32
siswa yang sudah memenuhi nilai KKM dan sisanya sebanyak 68% dari
keseluruhan jumlah siswa kelas V masih belum mencapai KKM.
3.2 Variabel Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Abdurrahman (2009: 13) variabel adalah karakteristik yang akan
diobservasi dari satuan pengamatan yang berubah-ubah atau memiliki gejala
bervariasi. Kidder (Sugiyono, 2010: 61) variabel adalah suatu kualitas dimana
peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Hubungan antara satu
variabel dengan variabel yang lain dalam penelitian dapat dibedakan menjadi
variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel penelitian tindakan kelas di
SD Negeri Rowoboni 02 kelas V pada mata pelajaran IPA semester tahun
pelajaran 2013/2014 dapat diuraikan sebagai berikut:
3.2.1 Variabel Bebas (X)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2010: 61). Dalam penelitian
tindaan kelas ini, variabel bebasnya adalah model pembelajaran Talking Stick.
Model pembelajaran Talking Stick merupakan pembelajaran dengan memainkan
sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongat akan
diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat
tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran demikian seterusnya.
3.2.2 Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas sehingga tidak dapat berdiri sendiri (Sugiyono, 2010
:61). Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi variabel terikat adalah
hasil belajar belajar IPA siswa kelas V. Hasil belajar IPA adalah bentuk-bentuk
perubahan tingkah laku yang sesuai dengan SK, KD dan Indikator setelah siswa
mengikuti pembelajaran IPA.
33
Model pembelajaran Talking Stick membuat siswa belajar dengan asik.
Kesadaran siswa untuk belajar IPA membuat antusias belajar siswa tinggi
sehingga berimplikasi terhadap adanya aktivitas belajar yang bermakna sehingga
meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil belajar IPA akan lebih berkesan apabila
siswa diberikan penghargaan atas usaha mereka. Selain itu jika siswa diberikan
penghargaan lebih dari sebelumnya maka siswa akan terpacu untuk lebih giat
dalam belajar. Dengan model pembelajaran Talking Stick dapat mengundang
antusias siswa dalam aktifitas pembelajaran dan berdampak pada hasil belajar
yang meningkat.
1.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Rowoboni 02 kecamatan
Banyubiru Kabupaten Semarang semester 2 Ttahun pelajaran 2013/2014
menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Seperti yang diungkapkan
oleh Wardhani(2007:1.15) bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat. Penelitian ini terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan
dalam siklus berulang.
Tidak jauh beda dengan pendapat Carr & Kemmis, Mills, 2000 (dalam Igak
Wardhani, 2008:1.4) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai “systematic
inquiri” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah untuk mengumpulkan informasi
tentang berbagai praktik yang dilaukannya. Informasi ini digunakan untuk
meningatkan persepsi serta mengembangkan “reflective practice” yang
berdampak positif dalam berbagai praktik persekolahan, termasuk memperbaiki
hasil belajar siswa.
Jadi penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjana sebagai guru, sehingga hasi belajar siswa menjadi meningkat.
Model penelitian tindakan kelas ini dirancang menurut Kurt Lewin (dalam
Zainal Aqib,2006:21) yang mencakup empat kegiatan utama yang ada pada setiap
34
siklus adalah : (1) menyusun rencana tindakan (planning), (2) pelaksanaan tindaan
(acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi ( reflecting). Berikut
masing-masing skema rencana tindakan untuk masing-masing siklus :
Bagan 3.1
Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
3.3.1 Rencana Tindakan Siklus I
Recana tindakan pada siklus I terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi. Rencana tindaan siklus I PTK yang dilakukan di
kelas V SD Negeri Rowoboni 02 dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Tahap perencanaan adalah rencana kegiatan berupa langkah-langkah yang
dilakukan penulis dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V,
yaitu: (1) menganalisis kompetensi IPA yang meliputi SK, KD dan Indikator, (2)
merumuskan tujuan pembelajaran sesuai SK, KD dan Indikator, (3) menyusun
materi pembelajaran sesuai rumusan tujuan pembelajaran, (4) menentukan model
pembelajaran yaitu model Talking Stick, (5) mempersiapkan sumber, alat, dan
media pebelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, (6) membuat lembar
observasi aktivitas guru dan siswa menggunakan model Talking Stick, (7)
Perencanaan
siklus I Tindakan Pengamatan
Refleksi Perencanaan
siklus II Tindakan
Pengamatan Hasil Refleksi
35
menyusun alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa berupa tes pilihan
ganda dan (8) membuat media untuk penghargaan siswa
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan pedoman pelaksanaan
proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Rencana pembelajaran yang disusun penulis dikonsultasikan kepada guru kelas V
dengan tujuan untuk mendapatkan saran yang membangun dan untuk
menyesuaikan dengan karakteristik siswa kelas V. Penulis merevisi rencana
pembelajaran yang telah dikonsultasikan, kemudian rencana pembelajaran yang
telah direvisi oleh penulis dilengkapi dengan instrumen penelitian yang berupa
lembar observasi dan tes evaluasi siklus I.
2. Tindakan
Tahap tindaan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah
disusun. Tindakan rencana pembelajaran berlangsung selama 6 x 35 menit atau
tiga kali pertemuan. Tindakan dalam rencana pembelajaran terdiri atas tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan, dimana tahap pelaksanaan meliputi kegiatan
awal, inti dan penutup.
Kegiatan pada pertemuan pertama terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan akhir. Kegiatan awal meliputi: (1) menyiapkan siswa secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, (2) memberikan apersepsi dengan
mengajak siswa untuk menyanyikan lagu Ibu Pertiwi, (3) memberikan motivasi
kepada siswa tentang manfaat belajar penyebab perubahan yang terjadi di alam
dan mengaitkannya dengan penggunaan sumber daya alam dengan materi
aktivitas alam meliputi banjir, tanah longsor dan angin puting beliung, (4)
motivasi penghargaan kepada siswa yang mencapai kriteria tertentu, (5)
menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai yaitu siswa dapat
mengidentifikasi cara mencegah banjir dan tanah longsor, (6) mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari. Pada kegiatan inti meliputi: (1) meminta seorang siswa
untuk maju kedepan kelas membacakan suatu berita tentang Banjir melalui media
surat kabar, (2) melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang
36
topik/tema materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi
mahluk hidup dan lingkungan dengan menggunakan gambar pada slide show. (3)
menjelaskan materi disertai dengan tanya jawab dengan siswa tentang materi
peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi mahluk hidup dan
lingkungan, (4) meminta siswa mencatat hal-hal penting tentang peristiwa alam
yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi mahluk hidup dan lingkungan, (5)
siswa dengan dituntun guru membuat kesimpulan pembelajaran, (6) siswa
melakukan gerak dan lagu Bersuka Ria, (7) siswa membaca kembali catatan
mereka, (8) setelah beberapa waktu maka siswa diminta untuk menutup buku
catatannya, (9) pembelajaran Talking Stick dimulai dengan guru menjelaskan
aturan permainan yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu disini senang disana
senang, (10) ketika lagu berhenti selanjutnya siswa yang mendapat stick untuk
menjawab pertanyaan dekikian seterusnya, (11) meminta siswa untuk bertanya
mengenai materi yang belum dimengerti, (12) membantu menyelesaikan masalah
dari siswa yang merasa kesulitan dalam pembelajaran dengan Talking Stick, dan
(13) memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif. Kegiatan akhir atau penutup meliputi: (1) menuntun siswa membuat
rangkuman/simpulan pelajaran, (2) melakukan penilaian dan/atau refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, (3)
memberikan PR kepada siswa, (4) menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya dan (5) bersama dengan siswa menutup pembelajaran.
Kegiatan pada pertemuan kedua terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir. Kegiatan awal meliputi: (1) menyiapkan siswa secara psikis dan
fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, (2) memberikan apersepsi dengan
mengajak siswa untuk menyanyikan lagu Ibu Pertiwi, (3) memberikan motivasi
kepada siswa tentang manfaat belajar penyebab perubahan yang terjadi di alam
dan mengaitkannya dengan penggunaan sumber daya alam dengan materi gempa,
tsunami dan gunung meletus (4) motivasi penghargaan kepada siswa yang
mencapai kriteria tertentu, (5) menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai yaitu siswa mengidentifikasi aktivitas alam yang tidak dapat dicegah serta
37
dampak yang ditimbulkan dari berbagai aktivitas alam, (6) mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari. Pada kegiatan inti meliputi: (1) meminta seorang siswa
untuk maju kedepan kelas membacakan suatu berita tentang gempa bumi melalui
media surat kabar, (2) melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan
dampaknya bagi mahluk hidup dan lingkungan dengan menggunakan gambar
pada slide show. (3) menjelaskan materi disertai dengan tanya jawab dengan
siswa tentang materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi
mahluk hidup dan lingkungan, (4) meminta siswa mencatat hal-hal penting
tentang peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi mahluk
hidup dan lingkungan, (5) siswa dengan dituntun guru membuat kesimpulan
pembelajaran, (6) siswa melakukan gerak dan lagu Bersuka Ria, (7) siswa
membaca kembali catatan mereka, (8) setelah beberapa waktu maka siswa diminta
untuk menutup buku catatannya, (9) pembelajaran Talking Stick dimulai dengan
guru menjelaskan aturan permainan yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu
disini senang disana senang, (10) ketika lagu berhenti selanjutnya siswa yang
mendapat stick untuk menjawab pertanyaan dekikian seterusnya, (11) meminta
siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti, (12) membantu
menyelesaikan masalah dari siswa yang merasa kesulitan dalam pembelajaran
dengan Talking Stick, dan (13) memberikan motivasi kepada siswa yang kurang
atau belum berpartisipasi aktif. Kegiatan akhir atau penutup meliputi: (1)
menuntun siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran, (2) melakukan
penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram, (3) memberikan PR kepada siswa, (4) menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan (5) bersama dengan siswa
menutup pembelajaran.
Pertemuan ketiga merupakan tindak lanjut datri pertemuan sebelumnya
yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pada pertemuan ketiga digunakan
untuk pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari
38
pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pada pertemuan ini kegiatan
diawali dengan kegiatan apersepsi yaitu guru bertanya jawab dengan siswa
mengingat kembali materi tentang penyebab perubahan yang terjadidi alam dan
mengaitkannya dengan sumber daya alam yang meliputi aktifitas alam, seperti
banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, tsunami dan gunung
meletus. Selanjutnya memberikan motivasi kepada siswa untuk mengerjakan tes
formatif dengan sungguh-sungguh. Setelah kegiatan awal dilanjutkan dengan
kegiatan inti yang meliputi: (1) membagian soal tes formatif kepada siswa, (2)
siswa mengerjakan tes formatif secara individu, (3) siswa yang sudah selesai
mengerjakan tes formatif dapat mengupulkan lembar jawabnya kepada guru, serta
(4) setelah semua siswa selesai mengerjakan tes formatif, siswa menyimak
pembahasan tes yang disampaikan oleh guru. Setelah melaksanakan kegiatan inti
pembelajaran diakhiri dengan kegiatan akhir yang meliputi: (1) penyampaian
materi pada pertemuan berikutnya yaitu tentang sumber daya alam di Indonesia (
mengidentifikasi sumber daya alam di Indonesia, cara menggunakan sumber daya
alam dan cara melestarikan sumber daya alam) serta (2) menutup kegiatan
pembelajaran dengan mengucapkan salam.
3. Observasi
Tahap observasi merupakan kegiatan mengamati proses pembelajaran,
aktivitas siswa dan aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung sehingga
dilakukan seiring dengan tahap tindakan. Observasi merupakan pengamatan
dengan tujuan tertentu. Observasi dilakukan secara langsung pada saat
pelaksanaan siklus pembelajaran di kelas dengan tujuan mengumpulkan data
secara kualitatif mengenai aktivitas guru dan siswa bertujuan untuk mencatat
masalah yang terjadi pada saat pelaksanaan siklus pembelajaran yang kemudian
akan menjadi refleksi sebagai tindak lanjut. Dalam pelaksanaan tahap observasi
yang bertindak sebagai pengajar adalah guru kelas V yaitu Pak Joko serta yang
bertindak sebagai observer adalah Ibu Sri Ambar Tugiyati selaku wali kelas IV
yang membantu penulis dalam proses penelitian. Pelaksanaan tahap observasi
meliputi: (1) mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa dalam
39
mengimlementasikan langkah-langah pembelajaran menggunakan model Talking
Stick, (2) mencatat hal-hal penting berkaitan dengan proses pembelajaran selama
berlangsung sesuai dengan langkah-langkah dalam pembelajaran IPA dengan
model pembelajaran Talking Stick. Pelaksanaan observasi selain menggunakan
lembar observasi juga menggunaan dokumentasi foto sebagai laporan yang berupa
gambar aktivitas siswa dan guru selama pembelajarandari awal sampai akhir.
Dokumentasi berupa foto digunakan sebagai suatu buti penguat dalam analisis
penelitian dalam setiap siklusnya sehingga penjelasan lebih akurat.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi merupakan kegiatan peninjauan kembali terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung. Refleksi ini dilakukan oleh observer
terhadap praktikan dengan melihat segala aktivitas pembelajaran yang telah
diamatinya. Dengan refleksi, segala kegiatan yang telah baik hendaknya di
pertahankan dan kegiatan yang masih mengalami kekurangan dapat di perbaiki
oleh praktikan supaya dalam pembelajaran berikutnya semua kekurangan-
kekurangan tersebut tidak terulang kembali.
Setelah pelaksanaan tahap tindakan dan observasi, penulis melaksanakan
tahap refleksi, yaitu mengkaji dan menganalisis hasil tindakan berdasarkan
dokumentasi, observasi dan tes evaluasi yang telah dilakukan. Pelaksanaan tahap
refleksi meliputi: (1) mengnalisis hasil observasi dan tes evaluasi yang telah
dilakukan, (2) menganalisis kekurangan dan keberhasilan guru saat menerapkan
pembelajaran IPA menggunakan model Talking Stick, (3) menganalisis aktivitas
belajar siswa dalam proses pembelajaran, (4) merencanakan tindak lanjut siklus II
untuk memperbaiki model pembelajaran Talking Stick yang diterapkan pada
siklus I.
3.3.2 Rencana Tindakan Siklus II
Rencana tindakan siklus II merupakan hasil tindak lanjut dari refleksi yang
dilakukan pada siklus I dengan tujuan agar pelaksanaan pembelajaran lebih
maksimal. Rencana tindaan pada siklus II terdiri atas empat tahap, yaitu
40
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Rencana tindakan siklus II yang
dilakukan di kelas V SD Negeri Rowoboni 02 dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II merupakan perencanaan seperti yang dilakukan
pada siklus I dan telah disesuaikan dengan hasil refleksi sebagai usaha perbaikan
tindakan pada siklus II ini. Pelaksanaan tahap perencanaan siklus II yaitu : (1)
menganalisis kompetensi IPA yang meliputi SK, KD dan Indikator, (2)
merumuskan tujuan pembelajaran sesuai SK, KD dan Indikator, (3) menyusun
materi pembelajaran sesuai rumusan tujuan pembelajaran, (4) menentukan model
pembelajaran yaitu model Talking Stick, (5) mempersiapkan sumber, alat, dan
media pebelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, (6) membuat lembar
observasi aktivitas guru dan siswa menggunakan model Talking Stick, (7)
menyusun alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa berupa tes pilihan
ganda dan (8) membuat media untuk penghargaan siswa
Rencana pembelajaran siklus II merupakan pedoman pelaksanaan proses
belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai secara lebih maksimal dari
pembelajaran pada siklus I. Rencana pembelajaran yang disusun penulis
dikonsultasikan kepada guru kelas V dengan tujuan untuk mendapatkan saran
yang membangun dan untuk menyesuaikan dengan karakteristik siswa kelas V
dan menyesuaikan dengan hasil refleksi. Penulis merevisi rencana pembelajaran
yang telah dikonsultasikan, kemudian rencana pembelajaran yang telah direvisi
oleh penulis dilengkapi dengan instrumen penelitian yang berupa lembar
observasi dan tes evaluasi siklus II.
2. Tindakan
Tahap tindaan siklus II merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang
telah disusun. Tindakan rencana pembelajaran berlangsung selama 6 x 35 menit
atau tiga kali pertemuan. Tindakan dalam rencana pembelajaran terdiri atas tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan, dimana tahap pelaksanaan meliputi kegiatan
awal, inti dan penutup.
41
Kegiatan pada pertemuan pertama terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan akhir. Kegiatan awal meliputi: (1) menyiapkan siswa secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, (2) memberikan apersepsi dengan
mengajak siswa untuk menyanyikan lagu Memandang Alam, (3) memberikan
motivasi kepada siswa tentang manfaat belajar penyebab perubahan yang terjadi
di alam dan mengaitkannya dengan penggunaan sumber daya alam dengan materi
sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui, (4)
motivasi penghargaan kepada siswa yang mencapai kriteria tertentu, (5)
menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai yaitu siswa dapat
mengidentifikasi cara mencegah banjir dan tanah longsor, (6) mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari. Pada kegiatan inti meliputi: (1) meminta seorang siswa
untuk maju kedepan kelas membacakan puisi “Indahnya Alam Negeri Ini” , (2)
melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema
materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi mahluk
hidup dan lingkungan dengan menggunakan gambar pada slide show . (3)
menjelaskan materi disertai dengan tanya jawab dengan siswa tentang materi
sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui, (4)
meminta siswa mencatat hal-hal penting tentang peristiwa sumber daya alam di
Indonesia, (5) siswa dengan dituntun guru membuat kesimpulan pembelajaran, (6)
siswa melakukan gerak dan lagu Bersuka Ria, (7) siswa membaca kembali catatan
mereka, (8) setelah beberapa waktu maka siswa diminta untuk menutup buku
catatannya, (9) pembelajaran Talking Stick dimulai dengan guru menjelaskan
aturan permainan yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu disini senang disana
senang, (10) ketika lagu berhenti selanjutnya siswa yang mendapat stick untuk
menjawab pertanyaan dekikian seterusnya, (11) meminta siswa untuk bertanya
mengenai materi yang belum dimengerti, (12) membantu menyelesaikan masalah
dari siswa yang merasa kesulitan dalam pembelajaran dengan Talking Stick, dan
(13) memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif. Kegiatan akhir atau penutup meliputi: (1) menuntun siswa membuat
rangkuman/simpulan pelajaran, (2) melakukan penilaian dan/atau refleksi
42
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, (3)
memberikan PR kepada siswa, (4) menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya dan (5) bersama dengan siswa menutup pembelajaran.
Kegiatan pada pertemuan kedua terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir. Kegiatan awal meliputi: (1) menyiapkan siswa secara psikis dan
fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, (2) memberikan apersepsi dengan
mengajak siswa untuk menyanyikan lagu Memandang Alam, (3) memberikan
motivasi kepada siswa tentang manfaat belajar penyebab perubahan yang terjadi
di alam dan mengaitkannya dengan penggunaan sumber daya alam dengan materi
cara menggunakan dan melestarikan sumber daya alam (4) motivasi penghargaan
kepada siswa yang mencapai kriteria tertentu, (5) menjelaskan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai yaitu siswa mengidentifikasi cara menggunakan
dan melestarikan sumber daya alam , (6) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Pada
kegiatan inti meliputi: (1) melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan
dalam tentang topik/tema materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan
dampaknya bagi mahluk hidup dan lingkungan dengan menggunakan gambar
pada slide show . (2) menjelaskan materi disertai dengan tanya jawab dengan
siswa tentang materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi
mahluk hidup dan lingkungan, (4) meminta siswa mencatat hal-hal penting
tentang peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi mahluk
hidup dan lingkungan, (5) siswa dengan dituntun guru membuat kesimpulan
pembelajaran, (6) siswa melakukan gerak dan lagu Bersuka Ria, (7) siswa
membaca kembali catatan mereka, (8) setelah beberapa waktu maka siswa diminta
untuk menutup buku catatannya, (9) pembelajaran Talking Stick dimulai dengan
guru menjelaskan aturan permainan yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu
disini senang disana senang, (10) ketika lagu berhenti selanjutnya siswa yang
mendapat stick untuk menjawab pertanyaan dekikian seterusnya, (11) meminta
siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti, (12) membantu
menyelesaikan masalah dari siswa yang merasa kesulitan dalam pembelajaran
43
dengan Talking Stick, dan (13) memberikan motivasi kepada siswa yang kurang
atau belum berpartisipasi aktif. Kegiatan akhir atau penutup meliputi: (1)
menuntun siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran, (2) melakukan
penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram, (3) memberikan PR kepada siswa, (4) menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan (5) bersama dengan siswa
menutup pembelajaran.
Pertemuan ketiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya yaitu
pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pada pertemuan ketiga digunakan untuk
pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari pada
pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pada pertemuan ini kegiatan diawali
dengan kegiatan apersepsi yaitu guru bertanya jawab dengan siswa mengingat
kembali materi tentang penyebab perubahan yang terjadidi alam dan
mengaitkannya dengan sumber daya alam yang meliputi aktifitas alam, seperti
banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, tsunami dan gunung
meletus. Selanjutnya memberikan motivasi kepada siswa untuk mengerjakan tes
formatif dengan sungguh-sungguh. Setelah kegiatan awal dilanjutkan dengan
kegiatan inti yang meliputi: (1) membagian soal tes formatif kepada siswa, (2)
siswa mengerjakan tes formatif secara individu, (3) siswa yang sudah selesai
mengerjakan tes formatif dapat mengupulkan lembar jawabnya kepada guru, serta
(4) setelah semua siswa selesai mengerjakan tes formatif, siswa menyimak
pembahasan tes yang disampaikan oleh guru. Setelah melaksanakan kegiatan inti
pembelajaran diakhiri dengan kegiatan akhir yang meliputi: (1) penyampaian
materi pada pertemuan berikutnya yaitu tentang sumber daya alam di Indonesia (
mengidentifikasi sumber daya alam di Indonesia, cara menggunakan sumber daya
alam dan cara melestarikan sumber daya alam) serta (2) menutup kegiatan
pembelajaran dengan mengucapkan salam.
44
3. Observasi
Tahap observasi siklus II dilaksanakan seperti tahap observasi siklus I yaitu,
mengamati proses pembelajaran, aktivitas siswa dan aktivitas guru selama
pembelajaran berlangsung sehingga dilakukan seiring dengan tahap tindakan.
Observasi merupakan pengamatan dengan tujuan tertentu. Observasi dilakukan
secara langsung pada saat pelaksanaan siklus pembelajaran di kelas dengan tujuan
mengumpulkan data secara kualitatif mengenai aktivitas guru dan siswa bertujuan
untuk mencatat masalah yang terjadi pada saat pelaksanaan siklus pembelajaran
yang kemudian akan menjadi refleksi sebagai tindak lanjut. Dalam pelaksanaan
tahap observasi yang bertindak sebagai pengajar adalah guru kelas V yaitu Pak
Joko serta yang bertindak sebagai observer adalah Ibu Sri Ambar Tugiyati selaku
wali kelas IV yang membantu penulis dalam proses penelitian. Pelaksanaan tahap
observasi meliputi: (1) mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa dalam
mengimlementasikan langkah-langah pembelajaran menggunakan model Talking
Stick, (2) mencatat hal-hal penting berkaitan dengan proses pembelajaran selama
berlangsung sesuai dengan langkah-langkah dalam pembelajaran IPA dengan
model pembelajaran Talking Stick. Pelaksanaan observasi selain menggunakan
lembar observasi juga menggunaan dokumentasi foto sebagai laporan yang berupa
gambar aktivitas siswa dan guru selama pembelajarandari awal sampai akhir.
Dokumentasi berupa foto digunakan sebagai suatu buti penguat dalam analisis
penelitian dalam setiap siklusnya sehingga penjelasan lebih akurat.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi siklus II dilaksanakan seperti tahap refleksi siklus I yaitu
merupakan kegiatan peninjauan kembali terhadap kegiatan pembelajaran yang
telah berlangsung. Refleksi ini dilakukan oleh observer terhadap praktikan dengan
melihat segala aktivitas pembelajaran yang telah diamatinya. Dengan refleksi,
segala kegiatan yang telah baik hendaknya di pertahankan dan kegiatan yang
masih mengalami kekurangan dapat di perbaiki oleh praktikan supaya dalam
pembelajaran berikutnya semua kekurangan-kekurangan tersebut tidak terulang
kembali.
45
Setelah pelaksanaan tahap tindakan dan observasi, penulis melaksanakan
tahap refleksi, yaitu mengkaji dan menganalisis hasil tindakan berdasarkan
dokumentasi, observasi dan tes evaluasi yang telah dilakukan. Pelaksanaan tahap
refleksi meliputi: mengnalisis hasil observasi dan tes evaluasi yang telah
dilakukan serta menganalisis aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.
1.4 Data dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan di kelas V SD Negeri
Rowoboni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester 2 tahun
pelajaran 2013/2014 berupa data primer dan cara pengumpulannya dengan
menggunakan tes, observasi dan dokumentasi.
1.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan di kelas V SD
Negeri Rowoboni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester 2
tahun pelajaran 2013/2014 berupa data primer. Data primer yaitu data yang
diperoleh langsung dari penelitian. Data primer merupakan jenis data kuantitatif
dan kualitatif. Data kuantitatif diwujudan dengan data hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Talking Stick. Sedangkan data
kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Talking Stick menggunakan
lembar observasi terstruktur. Penelitian ini menggunakan tiga cara pengumpulan
data yaitu tes, observasi dan dokumentasi.
1.4.2 Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan di kelas V SD
Negeri Rowoboni 02 Kecmatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester 2 tahun
pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan tes, observasi dan dokumentasi.
1) Tes
Purwanto (2012: 33) menyatakan yang dimaksud dengan tes hasil belajar
atau achievement test ialah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil
46
pelajaran yang telah diberikan guru kepada muridnya dalam jangka waktu
tertentu. Pendapat lain dikemukakan oleh Sudijono (2008: 67) tes merupakan cara
atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang
berbentuk serangkaian tugas berupa pertanyaan atau perintah sehingga dapat
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi siswa, yang dapat
dibandingkan dengan nilai siswa lainnya atau dengan nilai tertentu. Dengan
demikian pelaksanaan tes pada siswa bertujuan untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa dalam belajar materi IPA tentang perubahan yang terjadi di
alam dan mengaitannya dengan penggunan sumber daya alam melalui model
pembelajaran Talking Stick. Tes dalam penelitian ini dilaksanaan di akhir
pertemuan dalam setiap siklus. Adapun kisi-kisi tes evaluasi hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Talking Stick, dapat dilihat
pada tabel 3.2 untuk siklus I dan tabel 3.3 untuk siklus II sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Tes Evaluasi Siklus I
KD Indikator Nomor Item
7.6
Mengidentifikasi
peristiwa alam yang
terjadi di Indonesia
dan dampaknya
bagi mahluk hidup
dan lingkungan.
7.6.1 Menyebutkan aktivitas alam (
gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, tanah longsor dan
angin puting beliung).
1,5,9,13,17,21,25,29
7.6.2 Mengidentifikasi peristiwa
alam yang dapat dicegah dan yang
tidak dapat dicegah.
2,6,10,14,18,22,26,30
7.6.3 Mengidentifikasi cara
mencegah banjir. 3,7,11,15,19,23,27
7.6.4 Mengidentifikasi cara
mencegah tanah longsor. 4,8,12,16,20,24,28
Jumlah 30
47
Tabel 3.3
Kisi-kisi Tes Evaluasi Siklus II
KD Indikator Nomor Item
7.6
Mengidentifikasi
peristiwa alam yang
terjadi di Indonesia
dan dampaknya
bagi mahluk hidup
dan lingkungan.
7.6.5 Menyebutkan sumber daya
alam yang ada di Indonesia. 1,4,7,10,13,16,22
7.6.6 Mengidentifikasi sumber
daya alam yang dapat diperbaharui
dan yang tidak dapat diperbaharui.
2,5,11,14,17,20,23,25
7.6.7 Mengidentifikasi cara
menggunakan sumber daya alam. 3,9,15,21,26,28,30
7.6.8 Mengidentifikasi cara
melestarikan sumber daya alam. 6,8,12,18,19,24,27,29
Jumlah 30
Dalam penelitian ini, bentuk instrumen tes yang digunakan adalah tes
evaluasi formatif tertulis dan jenis instrumen yang digunakan adalah tes objektif.
Bentu tes yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Sudjana (2008:48)
menjelaskan tes pilihan ganda digunakan untuk mengukur pemahaman siswa pada
ranah kognitif. Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu
jawaban yang benar atau paling tepat. Tes ini berfungsi untu mengetahui sejauh
mana keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakuan pada akhir kegiatan
tiap-tiap siklus dengan memberikan sejumlah soal tes kepada subjek penelitian.
Jawaban dari pilihan ganda hanya dapat dinilai benar atau salah, sehingga
pemberian skor hanya dihitung jawaban yang benar.
2) Observasi
Dalam penelitian yang dilakukan di SD Negeri Rowoboni 02, salah satu
bentuk instrumen non tes yang digunakan adalah observasi. Purwanto (2012:149)
berpendapat observasi merupakan metode menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
48
mengamati individu atau kelompok secara langsung. Adapun yang dikemukakan
Sudjana (2008: 84) menyatakan observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu
kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi
buatan.
Pelaksanaan observasi bertujuan untuk mengamati pembelajaran yang
berlangsung sehingga mendapat skor aktivitas guru dan skor aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Talking Stick, agar pelaksanaan
pembelajaran dapat sesuai dengan kondisi dan proses yang diharapkan. Kegiatan
observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelasanaan pembelajaran. Lembar
observasi berisi hal-hal yang dapat mengukur aktivitas guru dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran IPA melalui model Talking Stick. Menurut Suparman(2012:
324) skala nilai angka (numerical rating scale) merupakan sekumpulan daftar
pernyataan yang mendeskripsikan sifat program intruksional atau pengajar dan
angka 1-5 yang menunjukkan nilai dari setiap pernyataan. Namun, skala nilai
angka yang digunakan dalam penelitian ini dimodifikasi menjadi lebih sederhana
yaitu memiliki rentang skor setiap item soal 1-5 dan pemberian skor
menggunakan teknik analitik. Jawaban yang dapat dibuat berdasarkan deskripsi
aspek yang diobservasi yaitu skor 1 (mendeskripsikan sangat kurang), skor
2(mendeskripsikan kurang), skor 3 (mendeskripsikan sedang), skor 4
(mendeskripsikan baik) dan skor 5 (mendeskripsikan sangat baik). Lembar
obsevasi aktivitas guru dan ativitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model
Talking Stick diisi oleh observer dengan cara menceklist pada kolom yang sesuai.
Kisi-kisi observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA melalui
model Talking Stick dapat dilihat pada tabel 3.4 untuk kisi-kisi aktivitas guru dan
tabel 3.5 untuk kisi-kisi aktivitas siswa berikut ini:
49
Tabel 3.4
Kisi-kisi Observasi Ativitas Guru
Langkah
Pembelajaran
Langkah-langkah
Pembelajaran
Talking Stick
Indikator
Pra
Pembelajaran
Memeriksa
kesiapan
pembelajaran.
Mengecek kesiapan ruang, alat dan
media pembelajaran.
Memeriksa kesiapan siswa untuk
belajar.
Kegiatan awal
Memberikan
apersepi, motivasi
dan tujuan
pembelajaran.
Memberikan apersepsi dengan
mengajak siswa untuk menyanyi.
Memberikan motivasi kepada siswa
dengan penghargaan kepada siswa
yang mencapai kriteria tertentu .
Menjelaskan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai.
Menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran Talking Stick.
Kegiatan inti
Menyajikan materi
dan pelaksanaan
pembelajaran
dengan model
Talking Stick.
Menyampaikan materi pembelajaran
dengan sumber belajar yang tepat.
Mengaitkan materi dengan realitas
kehidupan.
Menggunakan media secara efektif
dan efisien.
Melibatkan siswa dalam
pemanfaatan media.
Menjelaskan aturan permainan
Talking Stick.
50
Langkah
Pembelajaran
Langkah-langkah
Pembelajaran
Talking Stick
Indikator
Mempersilahkan siswa untuk
mencatat dan membaca kembali
catatannya.
Memfasilitasi siswa dalam
permainan talking Stick dan menjadi
pemberi pertanyaan.
Menggunakan bahasa lisan secara
jelas dan lancar.
Kompetensi Guru Menggunaan bahasa tulis dengan
baik.
Memberikan penghargaan pada
siswa yang menjawab dengan benar
dan memotivasi siswa yang masih
salah menjawab pertanyaan.
Kegiatan
Akhir
Kegiatan Akhir
Pembelajaran
Membimbing siswa membuat
simpulan pembelajaran.
Melakukan refleksi pembelajaran
dengan melibatkan siswa serta
memberi PR pada siswa.
Menyampaikan materi yang aan
dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
Menutup pembelajaran dengan salam
penutup.
Jumlah 20
51
Tabel 3.5
Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa
Langkah
Pembelajaran
Langkah-langkah
pembelajaran
Talking Stick
Indikator
Pra
Pembelajaran
Memeriksa
kesiapan
pembelajaran
Mempersiapkan perlengkapan
pembelajaran
Kegiatan Awal
Menyanyi,
menyimak
apersepsi, motivasi
dan tujuan
pembelajaran dari
guru.
Menjawab apersepsi dari guru
Memperhatikan motivasi yang
disampaikan guru.
Memperhatikan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai.
Kegiatan Inti
Pembelajaran
dengan model
Talking Stick
Memperhatikan langkah-langkah
pembelajaran Talking Stick yang
disampaikan guru.
Menyimak materi yang disampaikan
oleh guru.
Aktif menjawab pertanyaan dari guru.
Aktif bertanya ketika proses
pembelajaran.
Mencatat hal-hal penting tentang materi
yang sudah dipelajari.
Siswa membaca kembali catatannya.
Melaksanakan permainan Talking Stick
dengan mematuhi aturan permainan.
Mendapat penghargaan jika menjawab
dengan benar.
52
Langkah
Pembelajaran
Langkah-langkah
Pembelajaran
Talking Stick
Indikator
Kegiatan
Akhir
Kegiatan akhir
pembelajaran.
Bertanya jawab dengan guru tentang
materi yang belum dimengerti.
Membuat simpulan dari apa yang telah
dipelajari.
Merefleksi apa yang sudah dilaksanakan
dan memberikan salam penutup.
Jumlah 15
3) Dokumentasi
Dalam penelitian yang dilakukan di kelas V SD Negeri rowoboni 02, bentuk
instrumen non tes yang digunakan selain observasi adalah dokumentasi. Arikunto
(2012:206) memaparkan bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan lapangan, transkip, buku surat notulen
rapat, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya. Sejalan dengan
Arikunto, Sukardi (2005: 81) berpendapat dokumentasi merupakan cara untuk
memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumenyang
ada pada responden. Berdasarkan sumbernya, dokumen terdiri atas dokumen
resmi dan tidak resmi. Dokumen resmi merupakan dokumen yang dikeluarkan
oleh suatu lembaga dan dapat berupa surat keputusan dan surat bukti pelaksanaan
kegiatan. Dokumen tidak resmi dapat berupa catatan pribadi dan nota dinas yang
memberikan informasi terhadap suatu kejadian. Dalam penelitian sebaiknya
menggunakan kedua sumber dokumentasi secara intensif secara makimal dan
dapat menggambarkankondisi subyek atau obyek penelitian dengan benar.
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui daftar nama siswa
dan nilai awal IPA sebelum dilakuan penelitian. Dari data tersebut dapat diketahui
kemampuan awal siswa, sehingga dapat digunakan sebagai perbandingan yaitu
membandingkan antara hasil belajar sebelum penelitian dengan hasil belajar
setelah penelitian dilakukan.
53
1.4.3 Validitas, Reliabilitas dan Tingkat Kesukaran Instrumen
Langkah penting yang harus dilakukan dalam penelitian untuk menetapkan
alat penelitian kepada siswa adalah dengan menguji kualitas alat penilaian
tersebut sebelum digunakan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus
memenuhi kriteria etepatan (validitas), keajegan (reliabilitas) dan tingat kesukaran
(difficulty index). Tingkat validitas, reliabilitas dan tingkat kesukaran suatu
instrumen penelitian menunjukkan kualitas instrumen penelitian. Instrumen
penelitian dikatakan baik jika dapat mengukur apa yang akan diukur dan
instrumen tersebut merupakan instrumen yang tepat digunakan untuk mengukur
suatu variabel penelitian. Selain itu juga butir-butir soal tersebut tidak terlalu
sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain tingkat kesukaran item yang
baik adalah sedang.
1) Validitas Instrumen
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat ketepatan atau
kevalidan sebuah instrumen. Sudjana (2009: 12) menyatakan bahwa validitas
berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Sugiyono (2010: 348)
mengungkapkan bahwa suatu instrumen yang valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas dihitung
dengan cara mengkorelasikan antara nilai yang diperoleh dari setiap item
instrumen dengan keseluruhan yang diperoleh.
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mngukur apa yang
seharusnya diukur secara tepat. Validitas digunakan untuk mengetahui tingkat
kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir soal yang
gagal dan diterima. Dalam penelitian yang dilakukan di kelas V SD Negeri
Rowoboni 02, penulis menggunakan SPSS 16 untuk menghitung kevalidan soal.
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga
dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Penelitian yang dilauan
di kels V SD Negeri Rowoboni 02 menggunakan acuan toleransikesalahan sebesar
5% atau taraf kepercayaan sebesar 95% dan jumlah peserta tes 22 siswa, maka
54
nilai atau =0,423 (Sugiyono, 2010:455). Pada siklus I dari jumlah
soal yang sebelumnya 30 soal diperoleh 5 soal diyatakan tidak valid dan 25 soal
dinyatakan valid. Dan pada siklus II dari 30 soal diperoleh 4 soal dinyatakan tidak
valid dan 26 soal dinyatakan valid. Tingkat validitas suatu instrument dapat
diketahui dengan cara mengkorelasikan setiap skor pada butir instrument dengan
total skor setelah dikurangi skor butirnya sendiri(corrected item to total
correlation).
Tabel 3.6
Validasi Soal Tes Formatif
NO Siklus Kriteria No. Soal
1.
I
Valid 1,2,3,4,5,6,7,9,10,11,13,14,15,16,17,1
8,19,20, 22,23,24,25,28,29,30
2. Tidak valid 8,12,21,26,27
3.
II
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,14,15,16,17,1
8,19,20, 21,22,24,25,26,27,28,30
4. Tidak Valid 9,13,23,29
2) Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keajegan
sebuah instrumen. Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut hasil hasil yang
mantap. Antara validitas dan reliabelnya berhubungan erat, yaitu memenuhi syarat
reliabel suatu soal harus valid dahulu. Oleh karena itu reliabel suatu soal tidak
perlu diragukan lagi aapabila soal tersebut sudah valid. Penulis juga mnggunakan
SPSS 16 untuk mengetahui reliabilitas soal. Purwanto (2013: 154) menjelaskan
reliabilitas suatu instrumen merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh
alat ukur dalam melakukan pengukuran, sehingga alat ukur yang reliabel akan
memberikan hasil pengukuran yang relatif stabil dan konsisten. Keajegan
instrumen dapat diketahui dengan menentukan koefisien alpha (α). Uji reliabilitas
dihitung menggunakan SPSS 16. Penelitian yang dilakukan di kelas V SD Negeri
55
Rowoboni 02 menggunakan acuan reliabilitas instrumen yang merujuk pada
pendapat wardani dkk.(2012: 346), dimana kriteria reliabilitas instrumen meliputi:
Tabel 3.7
Kriteria Reliabilitas Instrumen
Rentang Kriteria
0,80 – 1,00 Sangat reliabel
<0,80 – 0,60 Reliabel
<0,60 – 0,40 Cukup reliabel
<0,40 – 0,20 Agak reliabel
<0,20 Kurang reliabel
Hasil uji reliabilitas yang dilakukan di kelas VI SD Negeri Rowoboni 02
dengan analisis SPSS 16 seperti pada tabel 3.8 berikut ini:
Tabel 3.8
Hasil Reliabilitas Item Soal Siklus I dan II
Siklus I
Bentuk Instrumen Koefisien Reliabilitas Kriteria
Pilihan Ganda 0,982 Sangat Reliabel
Siklus II
Bentuk Instrumen Koefisien Reliabilitas Kriteria
Pilihan Ganda 0,974 Sangat Reliabel
3) Tingkat Kesukaran
Salah satu kriteria instrumen yang baik adalah memiliki tingkat kesukaran
yang merata atau proposional. Dalam lembar tes yang dibuat harus ada
keseimbangan tingkat kesukaran butir sedang, mudah, dan sulit. Menurut
Arikunto (Daryanto, 2011:188) bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
56
suatu soal adalah indeks kesukaran. Selain itu, Sudijono (2008: 370) berpendapat
butir-butir soal dikatakan baik jika butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan
tidak pula terlalu mudah, dengan kata lain tingkat kesukaran item yang baik
adalah sedang atau cukup.
Nilai tingkat kesukaran (TK) suatu item instrumen dapat ditentukan melalui
membagi antara jumlah siswa menjawab benar dengan jumlah siswa peserta tes
yang diruusan sebagai berikut:
(Purwanto,2013: 101)
Keterangan:
TK = tingkat kesukaran
ΣB = jumlah siswa menjawab benar
ΣP = jumlah siswa peserta tes
Nilai tingkat kesukaran suatu item instrumen merentang antara 0 sampai 1 .
Apabila tingkat kesukaran meliputi sukar, sedang dan mudah, maka kriteria
tingkat kesukaran instrumen seperti pada tabel 3.9 berikut ini:
Tabel 3.9
Kriteria Tingkat Kesukaran Instrumen
Rentang Kriteria
0.00 – 0,32 Sukar
0,33 – 0,66 Sedang
0,67 – 1,00 Mudah
(Purwanto, 2013:101)
Purwanto (2013: 100) menjelaskan nilai tingkat kesukaran suatu item
instrumen sebesar 0 terjadi apabila semua siswa menjawab salah, sebaliknya
TK = 𝛴𝐵
𝛴𝑃
57
tingkat kesuaran suatu item instrumen sebesar 1 terjadi apabila semua siswa
menjawab benar. Item instrumen sebaiknya berkriteria sedang, karena apabila
item instrumen terlalu mudah dan terlalu sukar, maka instrumen tidak dapat
membedakan kemampuan siswa.
Hasil analisis tingkat kesukaran item soal yang dilakukan di kelas VI Sd
Negeri Rowoboni 02 seperti pada tabel 3.10 berikut ini:
Tabel 3.10
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus I dan Siklus II
Siklus I
Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah
0,00 – 0,32 Sukar 8, 12,21,27 4
0,33 – 0,66 Sedang 1,4,6,7,11,13,14,17,
19,20,22,23,24,29,30
15
0,67 – 1,00 Mudah 2,3,5,9,10,15,16,18
,25,26,28
11
Total 30
Siklus II
Rentang Kriteria Nomor item Jumlah
0,00 – 0,32 Sukar 9,13,23, 3
0,33 – 0,66 Sedang 1,2,3,4,5,6,8,10,11,12,
14,15,16,17,18,19,20,
21,25,26,27,28,29,30
24
0,67 – 1,00 Mudah 7,22,24, 3
Total 30
1.5 Indikator Kinerja
Pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Talking Stick dikatakan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Rowoboni 02 apabila
memenuhi indikator keberhasilan jika 80% dari 22 siswa mencapai ketuntasan
58
belajar dengan nilai hasil belajar ≥65 dalam pembelajaran IPA melalui model
pembelajaran STAD dengan kategori sangat baik.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam pelaksanaan PTK di elas V SD
Negeri Rowoboni 02 menggunakan model pembelajaran Talking Stick dalah
sebagai berikut :
3.6.1 Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa yaitu nilai evaluasi kondisi awal,
nilai evaluasi setelah siklus I dan II yang dianalisis untuk menentukan nilai siswa,
ketuntasan belajar siswa dan rata-rata yang diperoleh siswa.
Skor merupakan hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan
menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa
(Arikunto: 2013: 271). Skor diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka yang
didapat dari setiap item soal pilihan ganda yang berhasil dijawab siswa dengan
benar. Soal pilihan ganda adalah bentu tes yang mempunyai satu jawaban yang
benar atau paling tepat. Jawaban dari pilihan ganda hanya dapat dinilai benar atau
salah, sehingga pemberian skor hanya dihitung jawaban yang benar. Cara
menghitung skor pilihan ganda adalah dengan menghitung jumlah jawaban yang
benar dan jawaban salah tidak mempengaruhi skor. Dengan demikian rumus
menghitung skornya adalah:
(Widyoko, 2012: 74)
Keterangan:
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban benar
Setelah menentukan skor yang diperoleh dari tes, langkah selanjutnya
adalahh mengubahnya menjadi nilai. Menurut Arikunto ( 2013: 271) yang
Sk = B
59
menyatakan bahwa nilai merupakan angka ubahan dari skor dengan menggunakan
acuan tertentu, yakni acuan norma atau acuan standar. Maka dari itu cara menilai
yang digunakan dalam penelitian ini adalah aturan standar percentages correction
atau menilai menggunakan persen. Menurut Purwanto (2012: 102) menjelaskan
bahwa besarnya nilai yang diperoleh siswa merupakan persentase dari sor
maksimum ideal yang seharusnya dicapai jika tes tersebut dikerjakan dengan hasil
100% betul. Sehingga rumus penilaiannya adalah sebagai berikut:
(Purwanto , 2012 : 102)
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimal
100 = Bilangan tetap
Setelah memperoleh nilai masing-masing siswa langkah berikutnya adalah
menentukan ketuntasan belajar atau mengkategorikan siswa dalam kelompok
tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan belajar siswa diperoleh dengan menentuan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dijadikan pedoman untuk menentukan
ketuntasan siswa. Kriteria ketuntasan belajar siswa dikelompokkan dalam dua
kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas. KKM mata pelajaran IPA yang telah
ditetapkan oleh pihak sekolah adalah 65, sehingga perbandingan nilai KKM dan
tes evaluasi hasil belajar siswa dapat dikategorikan dalam kelompok yang sudah
tuntas belajar, yaitu apabila nilai yang diperoleh ≥65 dan yang belum tuntas
belajar apabila nilai yang diperoleh <65. Kriteria ketuntasan siswa dapat dilihat
pada tabel 3.11 berikut ini:
NP = 𝑹
𝑺𝑴 𝒙 𝟏𝟎𝟎
60
Tabel 3.11
Kriteria Ketuntasan Belajar
Nilai Kriteria
x < 65 Tidak Tuntas
x ≥ 65 Tuntas
(KKM Mata Pelajaran IPA kelas V SD Negeri Rowoboni 02)
Menentukan kriteria ketuntasan hasil belajar siswa sesuai dengan pendapat
Poerwanti (2008: 6-18) yaitu dalam penyusunan pedoman konversi skala -5
dengan memperhatikan bahwa batas kualifikasi tuntas adalah 65.
Tabel 3.12
Kriteria Keberhasilan Hasil Belajar
Nilai Kategori Ketuntasan
95 keatas Sangat Baik Tuntas
85-94 Baik Tuntas
75-84 Cukup Baik Tuntas
65-74 Cukup Tuntas
64 kebawah Kurang Tidak Tuntas
Rumus untuk menghitung presentase ketuntasan secara klasikal sebagai
berikut:
Keterangan:
KB = Ketuntasan Belajar
KB = 𝑵𝑺
𝑵 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
61
NS = Jumlah siswa yang diatas KKM (nilai ≥ 65)
N = Jumlah siswa
Setelah mengetahui ketuntasan belajar siswa maka selanjutnya adalah
menentukan rata-rata nilai atau mean (M) menggunakan cara menghitung nilai
rata-rata data yang dikelompokkan. Untuk menghitung rata-rata nilai yang
diperoleh siswa, menggunkan rumus sebagai berikut:
(Sudjana, 2011: 125)
Keterangan:
M = Mean atau rata-rata
Σx = Nilai yang diperoleh siswa
N = Banyakknya siswa
3.6.2 Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data hasil observasi aktivitas
guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Talking Stick.
Untuk menhitung data hasil observasi aktivitas guru dan siswa beserta
presentasenya menggunakan langkah-langkah berikut ini:
1. Menentukan skor maksimal dan skor minimal.
2. Menentukan jarak interval menggunakan aturan Sturgess (Purwanto:
2013: 199) yaitu k = 1 + 3,3 log n sehingga didapat k = (1 + 3,3 log 22)
yaitu 5,4 yang dibulatkan menjadi 5 kelas.
3. Membagi rentang skor menjadi 5 kategori (sangat kurang, kurang, cukup,
tinggi dan sangat tinggi).
Berdasarkan langkah-langkah menghitung data hasil observasi, maka akan
diperoleh distribusi kelas seperti pada tabel 3.14 dan tabel 3,15 berikut ini:
𝑀 =𝛴𝑥
𝑁
62
Tabel 3.13
Kriteria Tingkat Aktivitas Guru
Rentang Kriteria
86 – 100 Sangat Tinggi
71 – 85 Tinggi
55 – 70 Cukup
40 – 54 Kurang
25 – 39 Sangat Kurang
Tabel 3.14
Kriteria Tingkat Aktivitas Siswa
Rentang Kriteria
86 – 100 Sangat Tinggi
71 – 85 Tinggi
55 – 70 Cukup
40 – 54 Kurang
25 – 39 Sangat Kurang
Langkah selanjutnya adalah menghitung skor dari observasi dengan
menjumlahkan perolehan skor tiap indikator pengamatan. Selanjutnya mengubah
skor tersebut menjadi nilai. Cara yang digunakan untuk menilai hasil observasi
sama dengan menilai hasil belajar siswa yaitu dengan aturan percentages
corection atau menilai menggunakan persen. Besarnya nilai yang diperoleh
dalam aktivitas guru dan siswa merupakan presentase dari skor maksimum ideal
yang seharusnya dicapai jika indikator pengamatan tersebut tampak dikerjakan
dengan hasil 100% dalam implementasi pembelajaran IPA menggunakan model
pembelajaran Talking Stick sehingga rumus penilaiannya adalah sebagai berikut:
63
(Purwanto, 2012: 102)
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari (aktivitas guru dan aktivitas siswa)
R = Skor mentah yang diperoleh dari pengamatan aktivitas guru dan
aktivitas siswa)
SM = Skor maksimal aktivitas guru (100) dan skor aktivitas siswa
(75).
100 = Bilangan tetap
𝑁𝑃 =𝑅
𝑆𝑀 𝑥 100