bab iii metode

12
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KABUPATEN PONOROGO .1 Pendekatan Umum Kegiatan ini menggunakan studi komparatif non hipotesis yang menggunakan perbandingan status fenomena dengan standar yang ada. Oleh karena itu, sebelum memulai kegiatan, standar yang ada harus kuat berdasar hukum, peraturan, hasil lokakarya. Kegiatan dilaksanakan dengan mempelajari kondisi eksisting TPA di Kabupaten Ponorogo yang kemudian dibandingkan dengan standar perhitungan TPA penghasil gas dari sumber-sumber pustaka yang ada. .2 Metodologi Pelaksanaan Perencanaan pengelolaan sampah harus dilakukan dengan berkelanjutan yang artinya layak secara teknis, ekonomis dan berwawasan lingkungan. Tahapan perencanaan pengelolaan sampah dibagi menjadi tiga tahap dimulai dari rencana induk, studi kelayakan dan perencanaan teknis. Rencana Induk atau Masterplan merupakan rencana garis besar yang menggambarkan arahan sistem pengelolaan sampah dalam periode tertentu. Masterplan Persampahan TPA Mrican Kabupaten Ponorogo secara garis besar PROPOSAL PENAWARAN Penyusunan Masterplan Pengembangan TPA Kabupaten Ponorogo III - 1 BAB 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Upload: made-wahyu

Post on 07-Dec-2015

226 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

metode

TRANSCRIPT

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGANTEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KABUPATEN PONOROGO

3.1 Pendekatan Umum

Kegiatan ini menggunakan studi komparatif non hipotesis yang menggunakan

perbandingan status fenomena dengan standar yang ada. Oleh karena itu, sebelum

memulai kegiatan, standar yang ada harus kuat berdasar hukum, peraturan, hasil

lokakarya. Kegiatan dilaksanakan dengan mempelajari kondisi eksisting TPA di Kabupaten

Ponorogo yang kemudian dibandingkan dengan standar perhitungan TPA penghasil gas

dari sumber-sumber pustaka yang ada.

3.2 Metodologi Pelaksanaan

Perencanaan pengelolaan sampah harus dilakukan dengan berkelanjutan yang

artinya layak secara teknis, ekonomis dan berwawasan lingkungan. Tahapan perencanaan

pengelolaan sampah dibagi menjadi tiga tahap dimulai  dari rencana induk,  studi

kelayakan dan perencanaan teknis. Rencana Induk atau Masterplan merupakan rencana

garis besar yang menggambarkan arahan sistem pengelolaan sampah dalam periode

tertentu. Masterplan Persampahan TPA Mrican Kabupaten Ponorogo secara garis besar

berisikan materi berupa gambaran permasalahan, proyeksi, skenario penanganan dan

usulan program. Untuk itu dilakukan rangkaian tahapan pelakasanaan untuk

mengumpulkan data-data terkait materi masterplan tersebut. Tahapan penyusunan

Masterplan Persampahan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap survei

lapangan, dan tahap analisa. Berikut merupakan penjelasan dari tahapan tersebut.

PROPOSAL PENAWARANPenyusunan Masterplan Pengembangan TPA Kabupaten Ponorogo III - 1

BAB 3Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGANTEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KABUPATEN PONOROGO

3.2.1 Tahap Persiapan

Pada tahap Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan survey pendahuluan ke

lokasiu ntuk mendapatkan gambaran umum kondisi lapangan, Pendataan instansi

yang terkait dengan sumber data, penyelesaian persyaratan administrasi untuk

mendapatkan data dan melakukan studi pustaka sebagai bahan referensi dan acuan

dalam penyusunan laporan akhir. Studi pustaka ditujukan sebagai acuan dalam

membandingkan kondisi TPA Mrican dengan peraturan mengenai pengelolaan

Tempat Pe

3.2.2 Tahap Survei Lapangan

TPA Mrican diirencanakan akan dikembangkan menjadi TPA dengan sistem

sanitary landfill. Perencanaan ini harus didukung oleh data-data terkait. Data-data yang

berkaitan dengan pengelolaan TPA Mrican baik sekunder maupun primer akan

dikumpulkan dan di kompilasi sehingga mempermudah proses analisa data. Data primer

diperoleh dengan melalukan observasi langsung ke TPA Mrican Foto Mapping akan

dillakukan untuk memberi gambaran yang jelas mengenai kondisi eksisting baik

permasalaan maupun potensi yang ada di dan sekitar TPA. Wawancara akan dilakukan

pada pihak-pihak terkait di Dinas Kebersihan Kabupaten Ponorogo sebagai pengelola TPA

Mrican. Data sekunder diperoleh peneliti melalui buku-buku dan dokumen yang diperoleh

dari Dinas Kebersihan Kabupaten Ponorogo, Bappekab Ponorogo, Dinas Pekerjaan Umum

Kabupten Ponorogo, Dinas Bina Marga Kabupaten Ponorogo dan perpustakaan.

A. Survei primer adalah survei yang dilakukan untuk mengetahui kondisi kawasan

perencanaan yang sebenarnya secara langsung di lapangan. Hasil dari survey ini

berupa peta-peta maupun data-data yang mencakup:

1. Untuk lingkup kawasan perencanaan, maka survei yang dilakukan adalah survei

operasional pengelolaan sampah di Kabupaten Ponorogo

2. Survei obyek khusus, berupa pengisian daftar pertanyaan kepada pengelola TPA.

3. Survei fasilitas dan utilitas, untuk mengetahui jumlah dan kondisinya sarana dan

prasarana TPA

4. Pengamatan dan wawancara untuk melengkapi survei diatas untuk memperoleh

data atau informasi yang telah rincian

B. Survey Sekunder

Merupakan pengumpulan data atau perekaman data instansi, baik itu berupa uraian,

data angka maupun peta yang berhubungan dengan kawasan perencanaan dan terkait

dengan data dan informasi yang diperlukan dalam mendukung kegiatan penyusunan

laporan. Beberapa instansi yang terkait pengelolaan sampah adalah DInas Pekerjaan

PROPOSAL PENAWARANPenyusunan Masterplan Pengembangan TPA Kabupaten Ponorogo III - 2

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGANTEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KABUPATEN PONOROGO

Umum Bidang Persampahan dan Pertamanan dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Ponorogo.

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Survei Primer

3.3.2 Survei Sekunder

3.4 Kompilasi Data

3.5 Metode Analisis

3.5.1 Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan terkait digunakan untuk menganalisis kebijakan-

kebijakan yang ada dari produk rencana tata ruang dan perundang-undangan

terkait dengan pengembangan TPA Micran di Kabupaten Ponorog yang kemudian

dibandingkan dengan kondisi eksisting. Analisis yang dapat digunakan adalah

Content Analysis, yakni metode penelitian yang ingin mengungkap gagasan dari

setiap kebijakan yang ada yang termanifestasi maupun yang laten. tahapan-

tahapan yang ada di dalam analisis ini, yaitu:

a. Unitizing, adalah upaya untuk mengambil data yang tepat berupa kebijakan-

kebijakan yang sesuai dengan tema penelitian, yakni pengelolaan sampah

pada TPA Unit adalah keseluruhan yang dianggap istimewa dan menarik

oleh analisis yang merupakan elemen independen. Unit adalah objek

penelitian yang dapat diukur dan dinilai dengan jelas, oleh karenanya harus

memilah sesuai variabel-variabel dalam penelitian. Jadi ditentukan

variabel-variabel apa saja yang akan diukur pada setiap kebijakan. Jadi

dapat dibandingkan setiap variabel dari kebijakan-kebijakan yang berbeda.

b. Recording, berfungsi untuk menjelaskan kepada pembaca/pengguna data

untuk dihantarkan kepada situasi yang berkembang pada waktu unit itu

muncul dengan menggunakan penjelasan naratif dan atau gambar

pendukung. Dengan demikian penjelasan atas analisis isi haruslah tahan

lama dapat bertahan disetiap waktu. Hal ini dimaksudkan untuk

membandingkan kebiajakn yang ada dengan kondisi eksisting saat ini

apakah masih sesuai atau tidak

c. Inferring, tahap ini mencoba menanalisa data lebih jauh, yaitu dengan

mencari makna data unit-unti yang ada. Dengan begitu, tahap ini akan

PROPOSAL PENAWARANPenyusunan Masterplan Pengembangan TPA Kabupaten Ponorogo III - 3

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGANTEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KABUPATEN PONOROGO

menjembatani antara sejumlah data deskriptif dengan pemaknaan,

penyebab, dan tindakan lanjutnya seperti apa.

 Analisis kebijakan menggunakan berbagai metode pengkajian kebijakan

dan pendekatan pengkajian kebijakan untuk menghasilkan dan mentransformasikan

informasi-informasi agar dapat digunakan dalam menyelasaikan masalah sebagai

berikut:

1. Pendekatan empirik/analitik, yaitu menjelaskan hubungan sebab-akibat

darisuatu kebijakan

2. Pedekatan evaluatif; yaitu menilai manfaat dari suatu kebijakan

3.  Pendekatan normatif, yaitu memberikan rekomendasi dalam perumusan kebijakan

di masa yang akan datang. Analisis kebijakan dapat digambarkan dalam

table berikut

Tabel Analisa Implikasi Kebijakan

Nama Peraturan

Standart Pengelolaan Sampah

Kondisi eksisting pengelolaan Sampah

Evaluasi

3.5.2 Analisis Proyeksi Penduduk

Pengelolaan sampah pada TPA Mrican sangat dipengaruhi oleh jumlah dan

perkembangan penduduk Kabupaten Ponorogo. Untuk mengetahui perkembangan

jumlah penduduk di Kabupaten Ponorogo dalam jangka pendek, dilakukan proyeksi

penduduk . Proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo akan di

analisa berdasarkan kecenderungan pertumbuhan penduduk eksisting di wilayah

studi. Analisis proyeksi pertumbuhan penduduk pada studi ini dilakukan berdasarkan

data series jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo selama 5 tahun yaitu data jumlah

penduduk dari tahun 2009 hingga tahun 2013.

Berdasarkan pola kecenderungan pertumbuhan penduduk untuk kurun waktu

tersebut, maka proyeksi penduduk Kabupaten Ponorogo tahun 2014 – 2019

menggunakan proyeksi geometric Tingkat pertumbuhan pendudk geometris adalah

pertumbuhan pendudukbertahap (discreate), yaitu dengan memperhitungkan

pertumbuhanpenduduk hanya pada akhir tahun dari suatu periode. Pertumbuhan ini

PROPOSAL PENAWARANPenyusunan Masterplan Pengembangan TPA Kabupaten Ponorogo III - 4

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGANTEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KABUPATEN PONOROGO

jugadisebut “bunga berganda”. Laju pertumbuhan penduduk geometris dapat dihitung

denga rumus, sebagai berikut:

Pn = Po ( 1 + r )n

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun n

Po = Jumlah penduduk pada tahun awal

r = Angka pertumbuhan penduduk

n = Periode waktu dalam tahun

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode tersebut, diperoleh proyeksi penduduk

yang kemudian menjadi input analisis timbulan sampah.

3.5.3 Analisis Timbulan dan Karekteristik Sampah

A. Analisis Timbulan

Timbulan sampah merupakan jumlah sampah yang dihasilkan tiap orang di

Kabupaten Ponorogo. Pengukuran timbulan sampah dilakukan berdasarkan data

dari Dinas Kebersihan Kabupaten Ponorogo tentang jumlah timbulan sampah tiap

penduduk Kabupaten Ponorogo pada tahun 2005. Pada analisis ini juga dibahas

mengenai karakteristik, komposisi dan sifat kondisi sampah di Kabupaten

Ponorogo. Metode pengukuran perkiraan jumlah timbunan sampah didasarkan

pada besarnya peningkatan tingkat pelayanan tiap tahun dan peningkatan jumlah

penduduk setiap tahun. Selanjutnya untuk mengetahui jumlah timbulan sampah

perharinya, maka dari jumlah timbulan sampah per liter/orang/hari dikalikan

dengan jumlah penduduk. Metode perhitungan volume timbunan sampah adalah

(Hadiwiyoto, 1983):

Vtot = V x P

Dimana:

Vtot : volume timbunan sampah (m3/hr)

V : volume timbulan sampah (m3/org/hr)

P : jumlah penduduk

Kemudian hasil perhitungan volume sampah diubah menjadi satuan berat

timbulan sampah dengan rumus volume sampah (m3/hari) dikalikan dengan nilai

densitas sampah (kg/m3). Menurut Departemen Permukiman dan Prasarana

Wilayah Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan: Pedoman

Pengelolaan Persampahan Perkotaan bagi Pelaksana Berat jenis sampah di

sumber, TPS dan TPA berbeda

Tabel Berat Jenis Sampah di Sumber, TPS dan TPA

PROPOSAL PENAWARANPenyusunan Masterplan Pengembangan TPA Kabupaten Ponorogo III - 5

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGANTEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KABUPATEN PONOROGO

No Lokasi Sampah Berat Jenis (Kg/m3)

1 Sampah di Sumbernya 150-200

2 Pemadatan di TPS dan Pengangkutannya 250-400

3 Pemadatan di TPA 500-600

Sumber: Pedoman Pengelolaan Persampahan Perkotaan bagi Pelaksana (2003)

Timbulan sampah rumah tangga yang telah ada dapat digunakan sebagai

acuan perhitungan proyeksi timbulan sampah dari sumber sampah yang

lain seperti sampah perdagangan, sampah jalan dan sampah dari aktivitas

lainnya. Berdasarkan standar tingkat pelayanan sampah, timbulan sampah

dari sektor selain rumah tangga dijelaskan dalam table berikut

Tabel Standar Timbulan Sumber Sampah Non Domestik

Sumber Sampah

Perdangangan Sampah Jalan

Aktivitas LainPasar Perdagangan lain

Standar timbulan

25% dari timbulan sampah rumah tangga

5% dari timbulan sampah rumah tangga

10% dari timbulan sampah rumah tangga

10% dari timbulan sampah rumah tangga

Sumber : Pedoman Pengelolaan Persampahan Perkotaan bagi Pelaksana (2003)

B. Analisis Komposisi Sampah

Analisis komposisi dan sifat sampah di Kabupaten Ponorogo dilakukan dengan

membandingkan karakter komposisi dan sifat sampah menurut DPU (Ditjen Cipta

Karya, 1997). Standar Nasional Indonesia yang sesuai atau ramah untuk

permukiman sehat adalah terdiri dari 75% sampah domestik dan + 25% sampah

non domestik. Komposisi sampah terdiri dari 70 – 80% bahan organik, 5 – 10%

bahan kertas, 5 – 10% bahan plastik, dan 5 – 10% bahan logam. Kondisi eksisiting

persampahan Kabupaten Ponorogo akan dibandingkan berdasarkan Standar

Nasional Indonesia tersebut untuk dianalisa apakah sesuai dengan target nasional

atau tidak dan kemudian hasil analisis digunakan sebagai dasar perumusan

strategi perencanaan pengembangan TPA Ponorogo.

3.5.4 Analisis Pengembangan Pengelolaan TPA

A. Analisis Kebutuhan Lahan Landfill

Hasil proyeksi seluruh sumber sampah maka dapat diketahui total timbulan

sampah yang dihasilkan. Selanjutnya dapat diketahui Kapasitas penggunaan

TPA yang telah ada dengan perhitungan volume daya tampung dan volume

sampah yang masuk setiap tahun.

PROPOSAL PENAWARANPenyusunan Masterplan Pengembangan TPA Kabupaten Ponorogo III - 6

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGANTEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KABUPATEN PONOROGO

Untuk mengetahui jumlah luas lahan yang diperlukan TPA untuk mengolah

sampah dengan sanitary landfill sebelumnya diperlukan perhitungan jumlah

sampah yang masuk ke tps tiap tahun dengan persamaan sebagai berikut :

Dimana

: Volume Sampah Per tahun

: Volume Sampah Harian ( )

356 : Jumlah hari dalam 1 tahun

a. Perhitungan Kebutuhan Lahan

Menghitung kebutuhan lahan dengan sistem Sanitary Landffil dengan

rumus :

Dimana :

: Luas Area Landfill ( )

: Volume Sanitary Landfill (

: Rata-rata ketinggian Sanitary Landfill

Dengan nilai dicari menggunakan persamaan :

: Volume Sampah Per tahun

: Covered Material (

(20-25% dari jumlah Vol.Sampah)

B. Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana

PROPOSAL PENAWARANPenyusunan Masterplan Pengembangan TPA Kabupaten Ponorogo III - 7

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGANTEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KABUPATEN PONOROGO

Berdasarkan analisa prediksi jumlah timbulan sampah di Kabupaten Ponorogo,

maka dapat dianalisa jumlah kebutuhan peralatan persampahan yang harus

dimiliki oleh Dinas PU Bidang Kebersihan dan Pertamanan khususnya untuk

pelayanan di wilayah perencanaan (Kecamatan Ponorogo, Kecamatan Babadan,

Kecamatan Jenangan, Kecamatan Siman, Kecamatan Mlarak, Kecamatan Jetis,

Kecamatan Kauman dan Kecamatan Sukorejo). Sesuai dengan Ketetapan

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Tahun 2003, Standar Analisa

Kebutuhan Sarana dan Prasarana Persampahan dapat dilihat pada table berikut

No Peralatan Kapasitas Pelayanan

Sub Sistem Pengumpulan

1. Bin/Kantong Plastik 40-60 Lt 1 KK/7-10 Jw

Bin/Pejalan Kaki 70 Lt

2. TPS

Tipe I 100 500 KK /2.500 Jw

Tipe II ±300 6.000 KK /30.000 Jw

Tipe III ±1000 24.000 KK /120.000 Jw

3. Container 1 m3 200 KK/2.000 Jw

4. Gerobak 1 m3 200 KK/2.000 Jw

0,6 m3 120 KK/1.200 Jw

5. Transfer Depo 200 m2 4.000 KK/40.000 Jw

100 m2 2.000 KK/20.000 Jw

25 m2 400 KK/4.000 Jw

Sub Sistem Pengangkut

6. Truk Biasa 6 m3 700 KK/7.000 Jw

Dump Truk 8 m3 1.000 KK/10.000 Jw

Armroll Truk + 4 Container 8 m3 1.000 KK/10.000 Jw

Compactor Truk 8 m3 1.300 KK/10.000 Jw

Sub Sistem Pembuangan Akhir

7. Buldozer 80 Hp 10.000 KK/100.000 Jw

PROPOSAL PENAWARANPenyusunan Masterplan Pengembangan TPA Kabupaten Ponorogo III - 8

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGANTEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KABUPATEN PONOROGO

3.5.5 Analisis Kelembagaan

3.5.6 Analisis Kajian Ekonomi

3.5.7 Analisis Akar Masalah

3.5.8 Analisis SWOT

PROPOSAL PENAWARANPenyusunan Masterplan Pengembangan TPA Kabupaten Ponorogo III - 9