bab iii metode penelitianrepository.upi.edu/25849/6/t_ips_1402444_chapter 3.pdf · kompetensi inti...
TRANSCRIPT
84
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab metode penelitian penulis akan menyajikan tahapan-tahapan
proses penelitian yang akan dilaksanakan peneliti. Berikut susunan atau
sistematika penelitian, diawali dengan desain penelitian, pastisipan, populasi dan
sample, instrument penelitin, prosedur penelitian, dan analisis data yang dianggap
perlu untuk penelitian ini.
A. Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini berupa survey
mengenai pengaruh penggunaan variasi model pembelajaran Discovery-
inquiry based learning, Problem based learning, dan Project based
learning terhadap ketercapaian kompetensi inti pada mata pelajaran IPS
dalam kurikulum 2013 di SMP kota Bandung, dan jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Berikut adalah gambaran penelitian
kuantitatif menurut Suriasumatri dalam Kuntjojo (2009 hlm. 14):
Gambar 3.1
Metoda Ilmiah
85
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian deskriptif adalah usaha mengungkapkan suatu masalah
atau keadaan berdasarkan temuan fakta, sehingga bersifat
mengungkapkan fakta dan memberikan gambaran secara obyektif tentang
keadaan yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti. Hal ini
dimaksudkan untuk menghasilkan deskripsi beberapa aspek dari populasi
yang dipelajari oleh penulis dan memerlukan informasi dari subjek yang
dipelajari. Penelitian survey menyelidiki populasi (semesta) dengan
menseleksi dan menyelidiki sampel-sampel yang ditarik dari populasi
untuk menemukan peristiwa relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan
antar variabel-variabel (Kerlinger, 1973 hlm. 410). Serupa dengan
Kerlinger, Singarimbun dan Effendi (1995) menyatakan bahwa, penelitian
survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok dan
mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan
variabel penelitian.
Jenis penelitian ini berdasarkan tingkat ekplanasinya adalah
penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2006) menyatakan bahwa,
penelitian tingkat ekplanasi (level of exlpanation) adalah tingkat
penjelasan. Maksud dari penelitian ini ialah mencoba menjelaskan
kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu
variabel dengan variabel yang lain. Untuk penelitian kuantitatif ini, pasti
ada hipotesis penelitian sebagai dugaan sementara yang akan diuji
kebenarannya oleh penulis. Menurut Hartarik (2012 hlm. 55) Hipotesis
dibangun oleh kerangka teori dan kerangka pemikiran sebagai kesimpulan
akhir dari kajian teori. Selain cara tersebut dapat juga diperoleh dari
pengalaman amatan dilapangan yang kemudian menghasilkan suatu
hipotesis kerja. Pengujian hipotesis merupakan pengkajian menggunakan
angka-angka atau secara statistika, apakah hipotesis tersebut didukung
oleh data atau tidak.
Babbie (1973 hlm. 57) mengemukakan bahwa rancangan penelitian
survey memiliki tiga tujuan umum, yaitu deskripsi, eksplanasi, dan
86
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
eksplorasi. Tujuan deskriptif adalah untuk melakukan pembuktian
deskriptif mengenai populasi, yakni menemukan distribusi dari karakter-
karakter atau atribut-atribut tertentu.
B. Partisipan
Penelitian ini direncanakan akan berjalan selama 6 bulan. Penelitian
ini dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2016. Pada
waktu yang telah ditentukan tersebut penulis akan melaksanakan sejumlah
aktivitas penelitian di sekolah-sekolah tingkat SMP di Kota Bandung
yang menerapkan kurikulum tahun 2013.
Partisipan dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik di
sekolah yang menerapkan kurikulum tahun 2013. Hal ini diputuskan
karena, guru berpengalaman secara langsung mengajarkan mata pelajaran
IPS dengan menggunakan metode-metode pembelajaran kepada peserta
didik. Sehingga peneliti berasumsi bahwa guru dan peserta didik
merupakan orang yang tepat untuk menjadi partisipan untuk pengambilan
data dalam penelitian ini.
Adapun data sebagai informasi penelitian ini dibagi menjadi dua
yakni data primer dan data sekunder:
1. Data primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari responden secara
langsung yang dikumpulkan melalui survey lapangan dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang diperoleh secara
langsung dari peserta didik. Adapun pengertian data primer menurut
Marzuki, (2002 hlm. 55) data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari sumber yang diamati dan dicatat untuk pertama
kalinya.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung baik
dari buku literature, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang dimiliki
oleh instansi bersangkutan seperti dokumen dari sekolah, dinas
87
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidikan kota Bandung atau media lain. Pengertian data sekunder
menurut Umi Narimawati (2008 hlm. 94) bahwa data sekunder
merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari
dan pengumpulkan data.
C. Populasi, Sample dan Variable Penelitian
1. Populasi
Secara bahasa populasi berasal serapan dari bahasa Inggris
population yang berarti sekumpulan individu. Menurut Sugiyono
(2007 hlm.55) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi penelitian merupakan sekumpulan objek
penelitian dapat berupa manusia, dokumen-dokumen, dan hal lain
sebagainya yang dianggap sebagai objek penelitian dengan jumlah
yang sangat besar. Karena jumlah populasi penelitian ini terlalu
banyak untuk diteliti secara satu demi satu maka harus diambil sample
penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah para peserta didik di
SMP Negeri kota Bandung yang menerapkan kurikulum 2013, yakni
peserta didik dari SMP Negeri 2 Bandung, SMP Negeri 4 Bandung,
SMP Negeri 5 Bandung, dan SMP Negeri 13 Bandung.
2. Sampel
Tidak jauh berbeda dengan populasi, sampel penelitian berasal
dari serapan bahasa Inggris yakni sample, yang artinya contoh
sebagian dari populasi. Sampel penelitian merupakan sebagian dari
keseluruhan jumlah yang dimiliki oleh populasi. Menurut Sugiyono
(2006 hlm. 56) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada populasi. Telah disinggung
oleh penulis sebelumnya pengambilan sampel penelitian hal ini
88
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikarenakan ada keterbatasan dana, tenaga dan waktu untuk meneliti
jumlah populasi yang banyak, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi tersebut. Oleh karena itu sampel
yang akan diambil dari populasi harus betul-betul representative atau
dapat mewakili keseluruhan populasi penelitian. Untuk lebih
memudahkan memahami populasi dan sampel perhatikan gambar di
bawah berikut:
Gambar 3.2
Logika Populasi dan Sampel
Jika kita perhatikan gambar di atas ada gambar lingkaran besar
berwarna biru yang lambangkan dengan huruf “N” kapital adalah
menggambarkan populasi, dan ada lingkaran kecil berwarna abu-abu
di dalam lingkaran besar warna biru, yang dilambangkan dengan huruf
“n” kecil menggambarkan sampel atau sebagian karakteristik dari
populasi yang dijadikan contoh untuk objek penelitian. Babbie (1973)
mengatakan sampling is the process of selecting observations yang
artinya sampling adalah proses seleksi dalam kegiatan observasi.
Proses seleksi yang dimaksud Babbie adalah proses untuk
mendapatkan sampel untuk objek penelitian yang dibutuhkan.
Berikut adalah teknik penentuan sampel dikemukakan oleh
Zikmund (1994 hlm. 359), sebagai berikut:
N n
N : Populasi
n : Sampel
89
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Mendefinisikan populasi target.
b. Menseleksi sebuah sampling frame.
c. Menentukan metode sampling.
d. Penentuan prosedur untuk menyeleksi uni-unit sampling.
e. Penentuan ukuran sampel.
f. Menseleksi unit-unit sampling aktual.
g. Melaksanakan pengumpulan data.
Untuk mengambil sampel penelitian ini, penulis menggunakan
teknik penarikan sampel probabilitas, yakni suatu teknik dalam
penarikan sampel yang mendasarkan diri bahwa setiap anggota
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
sampel penelitian (Prasetyo dan Jannah, 2008 hlm. 122).
Untuk pemilihan sekolah yang akan menjadi sampel penelitian
menggunakan teknik non probabilitas. Hal ini dilakukan karena
jumlah populasi sekolah sebagai pilot projek penerapan kurikulum
2013 hanya berjumlah 4 sekolah untuk tingkat SMP Negeri. Tujuan
penulis sebagai peneliti adalah melihat pengaruh penggunaan variasi
model pembelajaran kurikulum 2013 terhadap ketercapaian
kompetensi inti pada pembelajaran IPS di SMPN Kota Bandung,
sehingga didapat sampel sebanyak 4 sekolah, yakni SMPN 2, SMPN
4, SMPN 5, dan SMPN 13. Berikut adalah tabel SMP Negeri yang
ditetapkan menjadi sampel penelitiaan:
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No Nama Sekolah Kelas Jumlah
Peserta didik
1 SMPN 2 Bandung VII 324 Orang
VIII 324 Orang
IX 395 Orang
90
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2 SMPN 4 Bandung VII 376 Orang
VIII 338 Orang
IX 302 Orang
3 SMPN 5 Bandung VII 435 Orang
VIII 435 Orang
IX 435 Orang
4 SMPN 13 Bandung VII 270 Orang
VIII 425 Orang
IX 464 Orang
Total 4523 Orang
Sumber: Data primer diolah (2016)
Untuk menentukan peserta didik yang menjadi sampel penelitian
tiap sekolah peneliti menggunakan proportional random sampling.
Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan yang sama kepada
semua peserta didik untuk menjadi sampel penelitian. Random
sampling sendiri ialah pengambilan sampel secara acak. Berdasarkan
hasil studi awal ke lapangan didapat jumlah siswa kelas VII, VIII, dan
IX yaitu sebanyak 4523 orang, untuk menentukan jumlah sample yang
diambil dari masing-masing sekolah, peneliti menggunakan tabel
Isaac dan Michael (Sugiyono, 2012, hlm. 131). Jika jumlah populasi
yang didapat adalah 1552 orang maka sampel yang diambil adalah
283 orang responden Berikut adalah rumus dan tabel Issac dan
Michael untuk penentuan sampel penelitian:
Rumus penghitungan sampel penelitian:
Keterangan:
= Taraf kesalahan (1%, 5%, 10%)
91
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
= Jumlah populasi
= Proporsi dalam populasi (0,5)
= 1 – P (1 – 0,5 = 0,5)
= Drajat kebebasan (0,5)
Berdasarkan jumlah sekolah yang telah di tetapkan menjadi
sampel penelitin. Berikut adalah rincian pengambilan sampel peserta
didik dari masing-masing sekolah yang akan menjadi responden
dalam penelitian ini.
Tabel 3.2
Distribusi Sampel
No Nama Sekolah Distribus Sample Jumlah
Sample
1 SMPN 2 Bandung 324 x 283 =
1522
60 orang
2 SMPN 4 Bandung 338 x 283 =
1522
63 orang
3 SMPN 5 Bandung 435 x 283 =
1522
81 orang
4 SMPN 13 Bandung 425 x 283 =
1522
79 orang
Total 283 Orang
Sumber: Data primer diolah (2016)
Berdasarkan perhitungan pengambilan sampel (responden)
secara rinci, maka jumlah sampel peserta didik (responden) yang
diambil dari ke-empat sekolah tersebut berjumlah 283 orang
responden. Setiap sampel (reponden peserta didik) dari masing-
masing sekolah akan diambil secara acak atau teknik random
sampling.
92
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Variable Penelitian
Variabel di dalam suatu penelitian merupakan atribut dari
sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai variasi antara satu
dengan lainnya dalam kelompok tersebut. Hatch dan Farhady (1982)
mengungkapkan variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang atau
objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain
atau satu objek dengan objek yang lain. sedangkan menurut Sugiyono
(2009, hlm. 38) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya.
Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk
(constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Dalam penelitian ini
menggunakan dua variabel, yaitu:
a. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat) (Sugiyono, 2014 hlm 39). Berikut adalah
yang menjadi variabel independent dalam penelitian ini: Model
Pembelajaran (X1), discovery-inquiry based learning (X2),
problem based learning dan discovery-inquiry based learning
(X3), problem based learning, dan project based learning (X4).
b. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014
hlm 39). Berikut adalah yang menjadi variabel dependen dalam
penelitian ini: kompetensi inti (Y)
93
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Variable Yang Digunakan
Variabel Laten Notasi Variabel Indikator Notasi
Model
Pembelajaran
X Discovery/Inqiury
Based Learning
X1
Problem Based
Learning
X2
Project Based
Learning
X3
Kompetensi Inti Y Spiritual Y1
Sosial Y2
Pengetahuan Y3
Keterampilan Y4
Sumber: Dikembangkan oleh Peneliti (2016)
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
yakni menggunakan kuesioner dan dokumentasi:
a. Angket (kuisioner)
Metode kuesioner ialah suatu cara pengumpulan data
menggunakan sejumlah pertanyaan tertutup yang tertulis kepada
responden dengan harapan responden memberikan respon
dengan memberikan jawaban yang dibutuhkan oleh penulis
selama melakukan penelitian ini. Menurut Mardalis (2008 hlm.
66) angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data
melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan
orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi
yang diperlukan oleh peneliti.
94
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi ialah suatu cara pengumpulan data
menggunakan berbagai dokumen seperti foto, video, berkas,
arsip dan lain-lain yang dibutuhkan sebagai data penelitian.
Menurut Arikunto (2012 hlm. 158) metode dokumentasi yaitu
pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, dan sebagainya.
2. Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian pastilah dibutuhkan suatu instrumen
penelitian, dimana instrumen ini sebagai alat bantu peneliti dalam
mengukur penelitian yang sedang berjalan. Instrumen penelitian
merupakan suatu alat ukur dalam penelitian, yaitu suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
angket penelitian.
E. Skala Pengukuran
Pengukuran adalah aturan pemberian angka untuk objek penelitian
sehingga angka ini mewakili kualitas objek tersebut. Ada beragam skala
pengukuran yang dapat digunakan oleh peneliti dalam merancang skala
pengukuran pada penelitian perilaku misalnya; skala thurstone, skala
guttman, dan skala likert.
Skala yang akan digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah
skala Likert, peneliti beranggapan skala ini lebih cocok untuk di terapkan
dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Skala likert
menggunakan beberapa butir pertanyaan untuk mengukur perilaku
individu dengan merespon 5 titik pilihan pada setiap butir pertanyaan,
sangat setuju, setuju, tidak memutuskan, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju (Likert dalam Budiaji, 2013). Kemudahan penggunaan skala Likert
ini menyebabkan skala Likert lebih banyak digunakan oleh peneliti.
95
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Namun kemudahan dalam penyusunan skala likert sebagai alat ukur
perilaku individu perlu diperhatikan dengan hati-hati untuk menghindari
kesalahan dalam analisis data. Agar tidak terjadi kesalahan tafsir dan
membingungkan para responden dalam menjawab angket yang diberikan
oleh peneliti, sehingga responden memberikan jawaban yang bukan
jawaban yang ingin diberikan oleh responden. Berikut adalah skala
penilaian dalam skala Likert:
Tabel 3.4
Skala Penilaian
Skor 1 2 3 4 5
Keterangan Sangat
tidak
setuju
Tidak
setuju
Netral Setuju Sangat
setuju
F. Prosedur Penelitian
Penelitian kuantitatif pelaksanaannya berdasarkan prosedur yang
telah direncanakan sebelumnya. Adapun prosedur penelitian ini terdiri dari
tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut (Kuntjojo, 2009 hlm. 12):
a. Identifikasi permasalahan
b. Studi literatur.
c. Pengembangan kerangka konsep
d. Identifikasi dan definisi variabel, hipotesis, dan pertanyaan
penelitian.
e. Pengembangan disain penelitian.
f. Teknik sampling.
g. Pengumpulan dan kuantifikasi data.
h. Analisis data.
i. Interpretasi dan komunikasi hasil penelitian.
96
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Analisis Data
Analisis data diartikan sebagai upaya pengolahan data penelitian
menjadi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian,
sehingga karakteristik atau sifat-sifat dari data penelitian tersebut dapat
dengan mudah dipahami oleh penulis maupun orang lain sebagai pembaca
dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan
kegiatan penelitian. Teknik analisis data penelitian juga dapat diartikan
sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data penelitian, dimana
tujuannya adalah untuk mengolah data tersebut menjadi informasi yang
dibutuhkan peneliti dalam penelitian, sehingga karakteristik atau sifat-sifat
dari data penelitian tersebut dapat dengan mudah dipahami peneliti dan
pembaca lainnya. Hal ini juga bermanfaat untuk menjawab masalah-
masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yang sedang
dilakukan, baik yang berkaitan dengan deskripsi data penelitian maupun
untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik
populasi berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari sampel. Program
yang digunakan untuk mengolah data atau menganalisis data, peneliti
menggunakan program IBM SPSS Ver. 21, IBM SPSS AMOS Graphic
Ver21 dan program Microsoft Exel 2010 untuk tabulasi data.
H. Definisi Oprasional
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Model pembelajaran merupakan prosedur yang sistematis dalam proses
penerapan pembelajaran aktif di dalam kelas. Model pembelajaran juga
dapat diartikan sebagai pendekatan atau strategi dalam melaksanakan
pembelajaran.
Model pembelajaran yang dianjurkan dalam kurikulum 2013 ini
ada tiga yakni: Discovery-inquiry based learning, Problem based
learning dan Project based learning, dimana ketiga model
97
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran ini mengakomodir teknik belajar kontruktivistik.
Dimana peserta didik harus mampu mengembangkan pemahamannya
sendiri terkait materi pembelajaran yang sedang ia pelajari. Ketiga
model pembelajaran ini berorientasi pada siswa, semua kegiatan
bertumpu pada siswa. Pendidik bertugas mengarahkan dan mengawasi
peserta didik dalam kegiatan belajar. Hal ini bertujuan melatih siswa
agar mampu belajar sendiri sebagai mana seorang peneliti yang
melakukan penelitian untuk mengungkap kebenaran yang diinginkan.
Kelak kemampuan ini sangat berguna untuknya dimasa yang akan
datang.
2. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai
Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki oleh setiap peserta
didik untuk dinyatakan lulus pada setiap tingkat kelas (jenjang
pendidikan) atau program pendidikan. Kompetensi inti dalam
kurikulum 2013 terbagi menjadi empat kompetensi/aspek yakni: (1)
Aspek Spiritual, (2) Aspek Sikap Sosial, (3) Aspek Pengetahuan, dan
(4) Aspek Keterampilan. Ke-empat aspek ini dimunculkan pada
kurikulum 2013 setelah sebelumnya tidak terakomodir oleh pendidik
pada kurikulum KTSP. Hal ini dimunculkan secara baku dalam
perkembangan maupun tujuan proses pembelajaran kurikulum baru
ini. Empat aspek tadi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam
setiap proses pembelajaran di sekolah.
I. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian membantu peneliti dalam mengumpulkan data-
data akurat yang diperlukan untuk penelitian itu sendiri. Intrumen dalam
penelitian ini berbentuk angket pertanyaan tertutup. Data-data yang
berhasil dikumpulkan melalui angket (instrumen penelitian) kemudian
akan diolah untuk mendapatkan jawaban untuk menjawab rumusan
98
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalah dan hipotesis yang telah dirumuskan oleh peneliti. Instrumen
penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena dalam
maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut
variabel penelitian. Instumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur
variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas
dan reliabilitasnya (Sugiyono, 2014 hlm. 102). Berikut adalah tabel kisi-
kisi instrumen penelitian ini:
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Variable Sub Variable Deskriptor No Item
Model
Pembela-
jaran
Discovery-inquiry based
learning
1. Pengamatan terhadap
pokok bahasan
2. Kerjasama
3. Membuat dugaan-dugaan
yang akan diuji
4. Menguji dugaan-dugaan
yang telah dibuat
sebelumnya
5. Membuat kesimpulan
6. Evaluasi
1,2,3,4,5,6
Problem based learning
1. Diawali dengan masalah
sebagai topik
pembelajaran
2. Menantang peserta didik
untuk memecahkan
masalah
3. Permasalah dapat
ditinjau dari berbagai
perspektif ilmu dan
berbagai sumber
4. Peserta didik diberi
kebebasan untuk
memberikan solusi
(pemecahan masalah)
dan diungkapkan
5. Kerjasama
6. Evaluasi
7,8,9,10,11
,12
Project based learning 1. Diawali dengan masalah
sebagai topik
pembelajaran
2. Menantang peserta didik
13,14,15,
16,17,18,1
9
99
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk membuat desain
proyek yang akan
dikerjakan
3. Terampil dalam
menerapkan pengetahuan
kedalam proyek sebagai
pemahaman
4. Peserta didik diberi
kebebasan untuk
berkreasi dalam proyek
5. Kerjasama
6. Menghasilkan produk
dan ditampilkan
7. Evaluasi
Frekuensi model 1. Dari ketiga model diatas,
model pembelajaran
mana yang paling sering
yang digunakan oleh
guru?
2. Dari ketiga model
pembelajaran diatas
menurut anda mana yang
paling disukai atau
memudahkan anda
dalam belajar?
20
21
Pembela-
jaran
Saintifik
Mengamati 1. Membaca
2. Mendengarkan
3. Menyimak
4. Memperhatikan
1,2,3,4
Menanya 1. Mengajukan pertanyaan 5
Mengump
ulkan
informasi/
eksperime
n
1. Melakukan eksperimen
2. Membaca sumber lain
selain buku teks
3. Mengamati objek/
kejadian/
4. Aktivitas dalam belajar
5. Wawancara dengan
narasumber
6,7,8,9,10
Mengasosi
asikan/
mengolah
informasi
1. Mengolah informasi dari
hasil eksperimen dan
informasi
2. Pengolahan informasi
sampai mencari solusi
11,12
Mengkom
unikasikan
1. Menyampaikan hasil
pengamatan,
2. Menyimpulkan hasil
analisis secara lisan,
tertulis, atau media
lainnya
13,14
100
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kompe-
tensi Inti
Spritual Menghargai
dan
menghayati
ajaran
agama yang
dianut.
1. Berdoa sebelum dan
sesudah menjalankan
sesuatu.
2. Menjalankan ibadah
tepat waktu.
3. Memberi salam pada saat
awal dan akhir presentasi
sesuai agama yang
dianut.
4. Mengucapkan syukur
ketika berhasil
mengerjakan sesuatu.
5. Menjaga lingkungan
hidup di sekitar rumah
tempat tinggal, sekolah
dan masyarakat.
6. Memelihara hubungan
baik dengan sesama
umat ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa.
7. Bersyukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa sebagai
bangsa Indonesia.
8. Menghormati orang lain
menjalankan ibadah
sesuai dengan agamanya.
1,2,3,4,5,6,
7,8
Sosial Jujur 1. Tidak menyontek dalam
mengerjakan
ujian/ulangan.
2. Mengungkapkan
perasaan apa adanya.
3. Menyerahkan kepada
yang berwenang barang
yang ditemukan.
4. Mengakui kesalahan atau
kekurangan yang
dimiliki
9,10,11,12
Disiplin 1. Datang tepat waktu.
2. Patuh pada tata tertib
atau aturan
bersama/sekolah
3. Mengerjakan/mengumpu
lkan tugas sesuai
4. Mengikuti kaidah
berbahasa tulis yang baik
dan benar
13,14,15,
16
Tanggung
Jawab
1. Melaksanakan tugas
individu dengan baik.
2. Menerima resiko dari
tindakan yang dilakukan.
3. Mengembalikan barang
yang dipinjam.
4. Mengakui dan meminta
maaf atas kesalahan yang
dilakukan
17,18,19,
20,21
101
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Menepati janji.
Toleransi 1. Tidak mengganggu
teman yang berbeda
pendapat.
2. Menerima kesepakatan
meskipun berbeda
dengan pendapatnya.
3. Dapat menerima
kekurangan orang lain.
4. Dapat mememaafkan
kesalahan orang lain.
22,23,24,
25
Gotong
Royong
1. Terlibat aktif dalam
bekerja bakti
membersihkan kelas atau
sekolah.
2. Aktif dalam kerja
kelompok.
3. Memusatkan perhatian
pada tujuan kelompok.
4. Tidak mendahulukan
kepentingan pribadi.
5. Mendorong orang lain
untuk bekerja sama demi
mencapai tujuan
bersama.
26,27,28,
29,30
Sopan dan
Santun
1. Menghormati orang yang
lebih tua.
2. Tidak berkata-kata kotor,
kasar, dan takabur.
3. Mengucapkan terima
kasih setelah menerima
bantuan orang lain.
4. 3S (salam, senyum,
sapa).
5. Meminta ijin ketika akan
memasuki ruangan orang
lain atau menggunakan
barang milik orang lain.
31,32,33,
34,35
Percaya Diri 1. Mampu membuat
keputusan dengan cepat.
2. Tidak mudah putus asa.
3. Tidak canggung dalam
bertindak.
4. Berani presentasi di
depan kelas.
5. Berani berpendapat,
bertanya, atau menjawab
pertanyaan.
36,37,38,
39,40
102
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengeta-
huan
Proses 1. Mengerjakan tugas yang
diberikan
2. Berfikir kritis
3. Aktif
41,42,43
Rencana 1. Wawancara
2. Pekerjaan rumah atau
tugas yang dikerjakan
secara individu atau
kelompok sesuai dengan
karakteristik tugas.
44
45
Keteram
pilan
Perencanaan 1. Menentukan Proyek.
2. Merancang langkah-
langkah penyelesaian
proyek dari awal sampai
akhir.
3. Menyusun jadwal
pelaksanaan proyek
46,47,48
Pelaksanaan 1. Menyelesaikan proyek
dengan difasilitasi dan
dipantau guru.
2. Mempresentasikan/mem
publikasikan hasil
proyek
49,50
Laporan
Proyek
1. Evaluasi proses
2. Evaluasi hasil
51,52
Sumber: Dikembangkan oleh Peneliti
1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan kevalidan atau absahan suatu instrumen.
Jadi pengujian validitas itu mengacu pada ke-efektifan suatu
instrumen dalam menjalankan fungsinya yakni menggali informasi
yang real sesuai kondisi dilapangan. Azwar dalam Matondang (2009,
hlm. 89) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Semakin
tinggi validitas suatu intrumen penelitian maka akan semakin tepat
sasaran terhadap sesuatu yang harus diukur. Langkah uji validitas ini
dilaksanakan untuk meminimalisir pertanyaan pertanyaan yang tidak
valid. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2002,
hlm. 144) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen
dapat dikatakan valid jika mampu mengungkapkan data penelitian
103
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara tepat. Intensitas tinggi atau rendahnya validitas
menggambarkan data penelitian tidak menyimpang dari yang
diharapkan atau yang ingin diteliti.
Cara yang digunakan untuk menguji validitas menurut
Matondang (2009, hlm. 90-91) ada 3 macam yakni:
a. Validitas Isi menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas
atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili
secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang
dikenai tes tersebut.
b. Validitas Konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan
seberapa jauh butir-butir tes mampu mengukur apa yang
benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau
definisi konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstruk
biasa digunakan untuk instrumen yang dimaksudkan
mengukur variabel konsep.
c. Validitas Empiris atau Kriteria bahwa validitas ditentukan
berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria
eksternal. Validitas empiris diperoleh melalui hasil uji coba
tes kepada responden yang setara dengan responden yang
akan dievaluasi atau diteliti.
Untuk menguji kevalidan instrumen ini dilakukan dengan uji
korelasi rank Spearman dan Kendall Tau. Berikut adalah teknik uji
korelasi yang dikembangkan oleh Spearman. Metode ini mengukur
keeratan hubungan berdasarkan rangking atau urutan dari setiap data
sehingga disebut rank correlation coefficient. Berikut adalah rumus
yang digunakan untuk menghitung korelasi Spearman rank (Wahana
Komputer dalam Andriani dan Irianti, 2011):
104
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rumus Korelasi Rank Spearman:
Sumber: ( Andriani dan Irianti, 2011)
Korelasi rank Spearman merupakan uji statistik yang dapat
digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif dari dua variabel, bila
datanya bersifat skala ordinal atau ranking. Metode statistik ini adalah
uji statistik yang pertama kali dikembangkan berdasarkan ranking.
Awal mula metode korelasi rank Spearman ini dikembangkan dan
diperkenalkan oleh Spearman pada tahun 1904. Nilai statistik dalam
metode ini dikenal dengan rho, yang disimbolkan dengan huruf “ ”.
Metode korelasi rank Spearman merupakan untuk ukuran asosiasi dari
sekurang-kurangnya dua variabel yang berskala ordinal sehingga
objek-objek yang diteliti dapat di ranking secara berurut dalam dua
rangkaian. Kesimpulannya metode ini adalah metode yang dapat
digunakan untuk skala data ordinal atau rangking dan bebas distribusi.
Selanjutnya pengaruh variasi penggunaan model pembelajaran
kurikulum 2013 terhadap ketercapaian kompetensi inti pada mata
pelajaran IPS diolah dan dianalisis menggunakan koefesien Spearman
( ) yang digunakan pada analisis korelasi tersebut sebagai berikut:
adalah koefisien korelasi rank, kompetensi inti (Y) adalah variabel
terikat, dan model pembelajaran kurikulum 2013 adalah variabel
bebas, “d” adalah selisih rank antara variabel bebas dan variabel
terikat, “n” adalah banyaknya pasangan rank. Sama halnya dengan
Spearman korelasi Kendall Tau juga digunakan untuk mencari
hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih, bila
datanya berbentuk ordinal atau ranking. Kelebihan teknik ini bila
digunakan untuk menganalisis sampel yang jumlah anggotanya lebih dari
105
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10 (Sugiyono dalam Wresniwati, 2012) . Berikut adalah rumus dasar
yang digunakan:
Keterangan:
δ = Koefisien korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1< 0 <1)
∑A = Jumlah ranking atas
∑B = Jumlah rangking bawah
N = Jumlah anggota sampel
Untuk pengujian validitas instrumen penelitian, penulis
menggunakan program excel dalam penyusunan dan pengelompokan
data, dan memasukan data-data tersebut ke dalam program IBM SPSS
21 for windows. Dibawah berikut adalah hasil uji validitas angket
model pembelajaran yang dipersepsikan oleh peserta didik.
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Angket Persepsi Peserta Didik Tentang Model
Pembelajaran Discovery Based Learning (X1)
No item rxy Rtabel (5%) (N=22) Keterangan
1 0,325 0,432 Tidak Valid
2 0,632 0,432 Valid
3 0,375 0,432 Tidak Valid
4 0,445 0,432 Valid
5 0,594 0,432 Valid
6 0,550 0,432 Valid
Sumber: Data primer diolah IMB SPSS Ver. 21(2016)
δ = ∑𝐴−∑𝐵
𝑁(𝑁−1)
106
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Angket Persepsi Peserta Didik Tentang Model
Pembelajaran Problem Based Learning (X2)
No item rxy Rtabel (5%) (N=27) Keterangan
7 0,565 0,432 Valid
8 0,585 0,432 Valid
9 0,569 0,432 Valid
10 0,679 0,432 Valid
11 0,621 0,432 Valid
12 0,511 0,432 Valid
Sumber: Data primer diolah IMB SPSS Ver. 21(2016)
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Angket Persepsi Peserta Didik Tentang Model
Pembelajaran Project Based Learning (X3)
No item rxy Rtabel (5%) (N=22) Keterangan
13 0,609 0,432 Valid
14 0,802 0,432 Valid
15 0,529 0,432 Valid
16 0,519 0,432 Valid
17 0,802 0,432 Valid
18 0,608 0,432 Valid
19 0,441 0,432 Valid
Sumber: Data primer diolah IMB SPSS Ver. 21(2016)
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Angket Persepsi Peserta Didik Tentang
Ketercapaian Kompetensi Spiritual (Y1)
No item rxy Rtabel (5%) (N=22) Keterangan
1 0,697 0,432 Valid
2 0,718 0,432 Valid
107
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3 0,782 0,432 Valid
4 0,704 0,432 Valid
5 0,557 0,432 Valid
6 0,726 0,432 Valid
7 0,593 0,432 Valid
8 0,438 0,432 Valid
9 0,165 0,432 Tidak Valid
10 0,380 0,432 Valid
Sumber: Data primer diolah IMB SPSS Ver. 21(2016)
Tabel 3.10
Hasil Uji Validitas Angket Persepsi Peserta Didik Tentang
Ketercapaian Kompetensi Sosial (Y2)
No item rxy Rtabel (5%) (N=22) Keterangan
11 0,558 0,432 Valid
12 0,682 0,432 Valid
13 0,221 0,432 Tidak Valid
14 0,055 0,432 Tidak Valid
15 0,000 0,432 Tidak Valid
16 0,482 0,432 Valid
17 0,496 0,432 Valid
18 0,705 0,432 Valid
19 0,539 0,432 Valid
20 0,591 0,432 Valid
21 0,529 0,432 Valid
22 0,585 0,432 Valid
23 0,565 0,432 Valid
24 0,635 0,432 Valid
25 0,347 0,432 Tidak Valid
26 0,616 0,432 Valid
27 0,474 0,432 Valid
28 0,458 0,432 Valid
29 0,553 0,432 Valid
30 0,503 0,432 Valid
31 0,706 0,432 Valid
32 0,419 0,432 Tidak Valid
33 0,487 0,432 Valid
108
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34 0,462 0,432 Valid
35 0,528 0,432 Valid
36 0,575 0,432 Valid
37 0,656 0,432 Valid
38 0,579 0,432 Valid
39 0,322 0,432 Tidak Valid
40 0,399 0,432 Tidak Valid
Sumber: Data primer diolah IMB SPSS Ver. 21(2016)
Tabel 3.11
Hasil Uji Validitas Angket Persepsi Peserta Didik Tentang
Ketercapaian Kompetensi Pengetahuan (Y3)
No item rxy Rtabel (5%) (N=22) Keterangan
41 0,691 0,432 Valid
42 0,622 0,432 Valid
43 0,616 0,432 Valid
44 0,642 0,432 Valid
45 0,622 0,432 Valid
46 0,637 0,432 Valid
47 0,806 0,432 Valid
48 0,801 0,432 Valid
Sumber: Data primer diolah IMB SPSS Ver. 21(2016)
Tabel 3.12
Hasil Uji Validitas Angket Persepsi Peserta Didik Tentang
Ketercapaian Kompetensi Keterampilan (Y4)
No item rxy Rtabel (5%) (N=22) Keterangan
49 0,783 0,432 Valid
50 0,712 0,432 Valid
51 0,686 0,432 Valid
52 0,739 0,432 Valid
Sumber: Data primer diolah IMB SPSS Ver. 21(2016)
109
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara keseluruhan, berdasarkan uji validitas menggunakan
program SPSS Ver. 21 for windows hampir semua item pertanyaan
dalam angket dinyatakan valid. Hanya beberapa item pertanyaan yang
dinyatakan tidak valid. Untuk item pertanyaan yang nilai rxy telampau
jauh lebih kecil dari nilai Rtabel didrop dari item pertanyaan dan
sedangkan item pertanyaan yang nilai rxy lebih kecil dari nilai Rtabel
namun mendekati kalimat pertanyaannya diperbaiki oleh peneliti.
2. Reliabilitas
Sebagaimana gambaran terhadap seseorang yang reliabel adalah
orang yang tingkah lakuknya konsisten, dapat diandalkan stabil dan
dapat diramalkan demikian juga suatu alat ukur. Reabilitas suatu alat
ukur berkaitaan dengan aspek kemantapan yaitu dapat diandalkan dan
hasilnya dapat diramalkan, aspek ketetapan, dan aspek homogenitas
(Isaac dan Michael dalam Sunarti 2012). Reliabilitas adalah sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,
2002, hlm. 154 ).
Reliabilitas merupakan tingkat kepercayaan terhadap suatu
pengukuran, maksudnya apabila dilakukan beberapa kali pengukuran
terhadap kelompok yang sama, maka diperoleh hasil yang relatif
sama.
Uji reliabilitas di dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan Formula Alpha Cronbach dan dengan menggunakan
program IBM SPSS Ver. 21 for windows. Dibawah berikut adalah
rumus formula Alpha Cronbach:
Rumus formula Alpha Cronbach:
α =
110
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
α = koefisien reliabilitas alpha
k = jumlah item
Sj = varians responden untuk item I
Sx = jumlah varians skor total
Berikut adalah indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran
(2000, hlm. 312) yang dibagi menjadi tiga tingkatan reliabilitas dengan
kriterianya sebagai berikut :
Tabel 3.13
Tingkatan Reliabilitas
(Jika alpha atau r hitung:)
No Alpha Keterangan
1 0,8 – 1,0 Reliabilitas baik
2 0,6 – 0,799 Reliabilitas diterima
3 Kurang dari 0,6 Reliabilitas kurang baik
Dan dibawah berikut adalah tabel hasil uji reabilitas angket
penelitian ini terhadap variabel X1, X2, X3, Y1, Y2, Y3, dan Y4,
menggunakan program IBM SPSS Ver. 21 for window:
Tabel 3.14
Uji Realibilitas
Variabel rxy Rtabel (5%) (N=22) Keterangan
X1 0.733 0,432 Reliabel
X2 0.773 0,432 Reliabel
X3 0.780 0,432 Reliabel
Y1 0.778 0,432 Reliabel
Y2 0.750 0,432 Reliabel
Y3 0.785 0,432 Reliabel
111
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Y4 0.802 0,432 Reliabel
Sumber: Data primer diolah IMB SPSS Ver. 21(2016)
Dari tabel di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa semua
variabel penelitian dinyatakan reliabel.
J. Teknik Analisis Data
Analisis data kuantitatif dilakukan dengan cara menerjemahkan
data angka-angka yang dihasilkan berdasarkan hasil dari sampel penelitian
di sekolah. Suatu kesimpulan atau data dari sampel yang akan
diberlakukan untuk populasi memiliki peluang kesalahan dan kebenaran
yang dinyatakan dalam bentuk presentase. Bila peluang kesalahan 5%
maka taraf kepercayaan 95%, bila peluang kesalahan 1% maka taraf
kepercayaannya 99% (Sugiyono, 2012, hlm. 201). Data berupa angka
tersebut dianalisis dan dideskripsikan oleh peneliti menjadi kata-kata agar
para pembaca memahami hasil penelitian di lapangan.
K. Analisis Data Dengan Strultural Equation Model (SEM)
Analisis data hasil pengujian merupakan proses penyederhanaan
data hasil penelitian ke dalam bentuk data penelitian yang dapat lebih
mudah untuk dibaca dan dipahami oleh para pembaca. Berikut adalah
variabel penelitian dan metode yang digunakan dalam analisis data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
Analisis SEM merupakan analisis multivariat yang bersifat
kompleks, karena melibatkan sejumlah variabel independen dan
dependen yang saling berhubungan membentuk model. Pada SEM
tidak dapat dikatakan ada variabel dependen dan independen karena
sebuah variabel independen dapat menjadi dependen pada hubungan
yang lain (Santoso dalam Vaulla dkk. 2014, hlm. 2).
112
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Terdapat dua tipe variabel laten dalam SEM yaitu endogen dan
eksogen. Variabel laten endogen adalah variabel laten yang minimal
pernah menjadi variabel tak bebas dalam satu persamaan, meskipun
dalam persamaan lain (di dalam model tersebut) menjadi variabel
bebas. Variabel laten eksogen adalah variabel laten yang berperan
sebagai variabel bebas dalam model. SEM merupakan gabungan dari
analisis jalur, analisis faktor konfirmatori dan analisis regresi. Secara
garis besar sistem persamaan struktural terdiri dari model struktural
dan model pengukuran (Prihandini dan Sunaryo, 2011).
Menurut Ghozali (2005, hlm. 2) model persamaan struktural
atau yang lebih dikenal dengan (Structural Equation Modeling/SEM)
merupakan gabungan dari dua metode statistik yang terpisah yaitu
analisis faktor (factor analysis) dan analisis jalur (path analysis).
Model persamaan struktural umum terdiri dari dua bagian:
a. bagian pengukuran, yang menghubungkan observed variabel
ke laten variabel melalui model konfirmatori faktor;
b. bagian struktural, yang menghubungkan antar laten variabel
melalui persamaan simultan.
Menurut Ferdinand dalam Wiryawan (2008, hlm. 69) untuk
membuat permodelan SEM yang lengkap perlu dilakukan langkah-
langkah berikut ini :
a. Pengembangan Model Teoritis
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mengembangkan sebuah model penelitian dengan dukungan
teori yang kuat melalui berbagai telaah pustaka dari sumber-
sumber ilmiah yang berhubungan dengan model yang sedang
dikembangkan. Tanpa dasar teoritis yang kuat, SEM tidak dapat
digunakan. SEM tidak digunakan untuk membentuk sebuah
teori kausalitas yang sudah ada teorinya. Karena itu
pengembangan sebuah teori yang berjustifikasi ilmiah
113
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merupakan syarat utama menggunakan permodelan SEM
(Ferdinand, dalam Wiryawan, 2008, hlm. 69).
b. Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram)
Dalam langkah kedua ini, modal teoritis yang telah dibagun
pada tahap pertama akan digambarkan dalam sebuah path
diagram, yang akan mempermudah untuk melihat hubungan-
hubungan kausalitas yang ingin diuji. Dalam path diagram
hubungan antar konstruk akan dinyatakan melalui anak panap.
Anak panah yang lurus menunjukkan sebuah hubungan kausal
yang langsung antar satu konstruk dengan konstruk lainnya.
Sedangkan garis lengkung antar konstruk dengan anak panah
pada setiap ujungnya menunjukkan korelasi antar konstruk-
konstruk yang dibangun dalam path diagram yang dapat
dibedakan dalam 2 kelompok yaitu (Wiryawan 2008, hlm. 69):
1) Konstruk Eksogen (Exogenous Construct), yang dikenal
dengan source variable atau independent variable yang tidak
diprediksi oleh variabel-variabel yang lain dalam model.
Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis
dengan satu ujung panah.
2) Konstruk Endogen (Endogenous Construct), yang
merupakan faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau
beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi
satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi
konstruk endogen hanya dapat berhubungan kausal dengan
konstruk endogen.
114
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.3
Diagram Alur SEM
Sumber: Dikembangkan oleh Peneliti (2016)
c. Konversi Diagram Alur ke dalam Persamaan
Setelah teori atau model teoritis dikembangkan dan
digambarkan dalam sebuah diagram alur, peneliti dapat mulai
mengkonversi spesifikasi model tersebut ke dalam rangkaian
persamaan. Persamaan yang dibangun akan terdiri dari
(Wiryawan, 2008, hlm. 71):
1) Persamaan Struktural (Structural Equation), persamaan ini
dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar
berbagai konstruk. Persamaan struktural pada dasarnya
dibangun dengan pedoman berikut ini :
2) Persamaan Spesifikasi Model Pengukuran (Measurement
Model)
Pada spesifikasi model ini peneliti menentukan variabel
mana mengukur konstruk mana serta menentukan serangkaian
Variabel endogen = variabel eksogen + variabel endogen +
error ..... (1)
Model
Pembelajaran
Discovery-
inquiry based
learning
(X1)
Project based
learning
(X3)
Problem based
learning
(X2)
Kompetensi
Inti
Spiritual
(Y1)
Sosial
(Y2)
Pengetahuan
(Y3)
Keterampilan
(Y4)
115
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
matrik yang menunjukkan korelasi yang dihipotesakan antar
konstruk atau variabel.
d. Pemilihan Matriks Input dan Teknik Estimasi Model
SEM menggunakan input data yang hanya menggunakan
matriks / kovarians atau matriks korelasi untuk keseluruhan
estimasi yang dilakukan. Matriks kovarian digunakan karena
memiliki keunggulan dalam menyajikan perbandingan yang
valid antara populasi yang berbeda atau sampel yang berbeda,
yang tidak dapat disajikan oleh korelasi. Hair et.al., (dalam
Wiryawan, 2008, hlm. 72) menganjurkan agar menggunakan
matriks varian / kovarians pada saat pengujian teori sebab lebih
memenuhi asumsi-asumsi metodologi dimana standar error yang
dilaporkan akan menunjukkan angka yang lebih akurat
dibandingkan menggunakan matriks korelasi. Hair et.al., (dalam
Wiryawan, 2008, hlm. 72) menemukan bahwa ukuran sampel
yang sesuai adalah antara 100-200 sampel untuk teknik
maksimum Likelihood Estimation. Teknik estimasi ini dipilih
bila ukuran sampel adalah kecil (100-200) dan asumsi
normalitas dipenuhi.
e. Kemungkinan Munculnya Masalah Identifikasi
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem
mengenai ketidakmampuan dari model yang dikembangkan
untuk menghasilkan estimasi yang unik. Salah satu solusi untuk
problem identifikasi ini adalah dengan memberikan lebih
banyak konstrain pada model yang dianalisis dan ini berarti
mengeliminasi jumlah estimated coefficients. Oleh karena itu
sangat disarankan bila setiap kali estimasi dilakukan muncul
problem identifikasi maka sebaiknya model dipertimbangkan
ulang antara lain dengan mengembangkan lebih banyak
konstruk (Wiryawan, 2008, hlm. 73).
116
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian
model melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness of fit.
Untuk itu tindakan pertama yang dilakukan adalah mengevaluasi
apakah data yang digunakan dapat memenuhi asumsi-asumsi
SEM. Bila asumsi ini sudah dipenuhi, maka model dapat diuji
melalui berbagai cara uji yang akan diuraikan pada bagian ini.
Pertama-utama akan diuraikan di sini mengenai evaluasi atas
asumsi-asumsi SEM yang harus dipenuhi (Wiryawan, 2008,
hlm. 73):
1) Asumsi-asumsi SEM
Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur
pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis dengan
permodelan SEM adalah sebagai berikut :
a) Ukuran Sampel, ukuran sampel yang harus dipenuhi
dalam permodelan ini adalah minimum adalah 100 dan
selanjutnya menggunakan perbandingan 5 observasi
untuk setiap estimated parameter. Karena itu bila kita
mengembangkan model dengan 20 parameter, maka
minimum sampel yang harus digunakan adalah
sebanyak 100 sampel.
b) Normalitas dan Linearitas, sebaran data harus dianalisis
untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi
sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk
permodelan SEM ini. Normalitas dapat diuji dengan
melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan
metode-metode statistik. Uji normalitas ini perlu
dilakukan baik untuk normalitas terhadap data tunggal
maupun normalitas multivariat dimana beberapa
variabel digunakan sekaligus dalam analisis akhir. Uji
linearitas dapat dilakukan dengan mengamati
117
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sctatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan
data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga
ada tidaknya linearitas.
c) Outliers, outliers adalah observasi yang muncul dengan
nilai-nilai ekstrim baik secara univariat maupun
multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi
karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat
jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya. Dapat
diadakan treatmentkhusus pada outliersini asal
diketahui bagaimana munculnya outliers itu.
d) Multicolinearity dan Singularity, Multikolinearitas
dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians.
Nilai determinan matrikskovarians yang sangat kecil
(extremely small) memberi indikasi adanya problem
multikolinearitas atau singularitas. Setelah asumsi SEM
dilihat, hal berikutnya adalah menentukan kriteria yang
akan digunakan untuk mengevaluasi model dan
pengaruh-pengaruh yang ditampilkan dalam model
melalui uji kesesuaian dan uji statistik.
Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal
untuk mengukur atau menguji hipotesa mengenai model
(Hair et.al., dalam Wiryawan, 2008, hlm. 74). Berikut ini
beberapa indeks kesesuaian dan cut-off valuenya untuk
digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat
diterima atau ditolak:
a) Chi Square Statistic. Model yang diuji dipandang baik
atau memuaskan apabila nilai Chi-square nya rendap.
Semakin kecil nilai X² semakin baik model itu dan
diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value
sebesar p > 0,05 atau p > 0,10 (Ferdinand dalam
Wiryawan, 2008, hlm. 75).
118
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) The Root Mean Square Error of Approximation /
RMSEA merupakan sebuah indeks yang dapat
digunakan untuk mengkompensasi chi-square statistic
dalam sampel yang besar (Ferdinand dalam Wiryawan,
2008, hlm. 75). Nilai RMSEA menunjukkan nilai
goodness of fit yang dapat diharapkan bila model
estimasi dalam populasi Hair et.al., (dalam Wiryawan,
2008, hlm. 75). Nilai RMSEA yang kecil atau sama
dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya
model yang menunjukkan sebuah close fit dari model
tersebut berdasarkan degrees of freedom (dalam
Wiryawan, 2008, hlm. 75).
c) Goodness of Fit Index / GFI, merupakan ukuran non
statistical yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor
fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi
dalam indeks ini menunjukkan sebuah better fit.
d) Adjusted Goodness of Fit Index / AGFI, Tingkat
penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI
mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari
0.90 (Ferdinand dalam Wiryawan, 2008, hlm. 75).
e) CMIN / DF, adalah The Minimum Sample Discrepancy
Function yang dibagi dengan degree of freedomnya.
CMIN / DF merupakan statistik chi-square dibagi DF
nya sehingga disebut X² - relatif. Nilai X² - relatif
kurang dari 2.0 atau 3.0 adalah indikasi dari acceptable
fit antara model dan data (Ferdinand dalam Wiryawan,
2008, hlm. 75).
f) Tucker Lewis Index / TLI, merupakan Incremental
Index yang membandingkan sebuah model yang diuji
terhadap sebuah baseline model, dimana nilai yang
direkomendasikan sebagai acuan diterimanya sebuah
119
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
model adalah ≥ 0.95 (Hair et.al., dalam Wiryawan,
2008, hlm. 76) dan nilai yang mendekati 1
menunjukkan a very good fit (Ferdinand dalam
Wiryawan, 2008, hlm. 76).
g) Comparative Fit Index / CFI, rentang nilai sebesar 0-1,
dimana semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat
fit yang paling tinggi – a very good fit (Ferdinand
dalam Wiryawan, 2008, hlm. 75).
Dibawah berikut adalah tabel indeks yang dapat
digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model:
Tabel 3.15
Indeks Pengujian Kelayakan Model
Goodness of fit index Cut-of Value
– Chi-square
Significancy Probability ≥ 0.05
RMSA ≥ 0.08
GFI ≥ 0.90
AGFI ≥ 0.90
CMIN/DF ≥ 2.00
TLI ≥ 0.95
CFI ≥ 0.95
(Sumber: Ferdinand dalam Wiryawan, 2008, hlm. 77)
2) Uji Reliabilitas dan Variance Extract
Reliabilitas adalah ukuran konsistensi dari indikator
dalam mengindikasikan sebuah konstruk. Pada dasarnya uji
reliabilitas (reliability) menunjukan sejauh mana suatu alat
ukur yang dapat memberikan hasil yang relatif sama apabila
120
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama.
Ada dua cara yang dapat digunakan yaitu dengan melihat
construct reliability dan variance extracted, yang kedua hal
ini memiliki Cut Off Value yaitu masing-masing minimal
0.70 dan 0.50. Meskipun demikian nilai-nilai cut off value
tersebut bukan angka mati. Hasil perhitungan dari pengujian
construct reliability dan variance extracted diuraikan pada
bagian berikut (Wiryawan, 2008, hlm. 77);
a) Construct Reliability
b) Variance Extracted
3) Interpretasi Modifikasi Model
Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model
dan bagi model yang tidak memenuhi syarat pengujian
dilakukan modifikasi. Perlunya suatu model dimodifikasi
dapat dilihat dari jumlah residual yang dihasilkan oleh
model. Modifikasi perlu dipertimbangkan bila jumlah
residual lebih dari 5% dari semua residual kovarians yang
dihasilkan oleh model. Bila ditemukan nilai residual > 2,58
maka cara modifikasi adalah dengan mempertimbangkan
untuk menambah sebuah alur baru terhadap model yang
diestimasi tersebut (Hair et.al., dalam Wiryawan, 2008, hlm.
79). Indeks modifikasi memberikan gambaran mengenai
mengecilnya nilai chi-square atau pengurangan nilai chi-
square bila sebuah koefisien diestimasi. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah dalam memperbaiki tingkat kesesuaian
modelnya, dimana hanya dapat dilakukan bila ia
mempunyai dukungan dan justifikasi yang cukup terhadap
perubahan tersebut secara teoritis (Ferdinand Wiryawan,
2008, hlm. 79).
121
Agung Wiradimadja, 2016 Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
L. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan program IBM
SPSS AMOS Ver. 21. Dalam Pengujian hipotesis penelitian ini,
penerimaan atau penolakan H0 dilakukan dengan membandingkan nilai
C.R yang harus lebih besar atau sama dengan 1.96 (≥1.96), dan nilai P (p
value) dengan signifikasi kurang dari atau sama dengan 0.05 (≤0.05). Jika
nilai C.R ≥ 1.96 maka Ho diterima. Tetapi jika nilai C.R < 1.96 maka Ho
ditolak. Selanjutnya hasil dari pengujian hipotesis ini akan menjawab
fenomena pro dan kontra yang terjadi di kalangan para guru terkait
penggunaan variasi model – model pembelajaran kurikukum 2013.
Seperti yang telah peneliti ungkapkan sebelumnya pada bab 2
mengenai hipotesis ini, peryataan hipotesis pada bab sebelumnya akan
peneliti kembangkan pada bab ini. Berikut adalah hipotesis penelitian yang
dikembangkan peneliti untuk dilakukan pengujian lebih lanjut:
Peryataan Hipotesis:
: Ada pengaruh variasi penggunaan model pembelajaran
kurikulum 2013 (Discovery-inquiry based learning, Problem
based learning, dan Project based learning) terhadap
ketercapaian kompetensi inti pada pembelajaran IPS dalam
kurikulum 2013 di SMP Negeri di Kota Bandung.
: Tidak ada pengaruh variasipenggunaan model pembelajaran
kurikulum 2013 (Discovery-inquiry based learning, Problem
based learning, dan Project based learning) terhadap
ketercapaian kompetensi inti pada pembelajaran IPS dalam
kurikulum 2013 di SMP Negeri di Kota Bandung.