bab iii laporan produksi - repository.bsi.ac.idsebelum melakukan shooting progam dokumenter ......
TRANSCRIPT
BAB III
LAPORAN PRODUKSI
3.1 Proses Kerja Produser
Penulis sebagai produser adalah orang yang bertanggung jawab atas produksi progam
dokumenter yang akan dibuat dan dibantu oleh crew yang bertugas pada tugasnya masing-
masing.
Produser adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap semua aspek
keuangan dan administrasi di dalam suatu produksi film, juga menangani
tahap awal perancanaan produksi, distribusi, promosi atau periklanan,
Supriyadi (2019 : 13).
Dalam progam dokumenter “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” ini tugas
seorang produser adalah memimpin seluruh tim produksi sesuai tujuan yang ditetapkan
bersama dan membuat perkiraan dana yang dibutuhkan untuk biaya suatu produksi. Sebelum
melakukan shooting progam dokumenter “Penca Pusaka: Martial Arts Of Cimande” ini
produser mengarahkan crew untuk melakukan riset terlebih dahulu di daerah Cimande
kabupaten bogor guna untuk mencari informasi secara detail dan akurat. Sebagai orang yang
bertanggung jawab secara umum, maka seorang produser dalam progam dokumenter “Penca
Pusaka : Martial Arts Of Cimande” ini secara langsung terlibat dalam pekerjaan lainya
seperti mencari narasumber , membantu menulis naskah , mengarahkan editor , menyunting
gambar dan sebagainya . Baik dalam aspek kreatif maupun manejemen produksi, dimana
seorang produser akan dituntut sebagai seorang yang bisa menyelesaikan masalah-masalah
nantinya yang akan bermunculan selama proses produksi , pra produksi dan pasca produksi.
3.1.1 Pra Produksi
Masa pra produksi merupakan tahapan kerja yang terpenting atau utama dalam setiap
produksi progam dokumenter. Dalam pra produksi progam dokumenter “Penca Pusaka :
Martial Arts Of Cimande” ini hal pertama yang dilakukan produser beserta crew adalah
melakukan riset di cimande kabupaten bogor untuk mendapatkan informasi secara akurat
tentang tema yang diambil, serta mencari narasumber untuk progam dokumenter ini . Setelah
melakukan riset, produser beserta crew yang terlibat membagi tugas untuk mencari
perlengkapan shooting seperti camera recorder, audio recorder , clip on , dan yang lainya
untuk menunjang agar shooting berjalan dengan lancar. Berikut adalah tahapan kerja pra
produksi seorang produser dalam progam “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” ini :
a. Mengatur Working schedule
b. Mengatur jadwal rapat dengan crew
c. Memimpin rapat dengan crew yang terlibat
d. Mencari narasumber yang tepat
e. Mengusulkan tema dan ide yang akan dibuat progam
f. Membuat budjeting dari pra produksi sampai pasca produksi
Dikutip Latief dan Utud (2017:15), pada pra produksi, produser mengembangkan
dan perumusan konsep, produser non drama dibantu kreatif (creative) atau
penulis naskah, prosesnya, melakukan sumbang saran (brainstrorming) yang
dapat memakan waktu berhari-hari, tetapi juga dapat hanya sekejap sudah
menghasilkan ide terbaik
3.1.2 Produksi
Pada masa produksi produser progam dokumenter “Penca Pusaka : Martial
Arts Of Cimande” ini bertugas untuk mengawasi dan mengarahkan semua crew yang
sedang produksi dan memastikan tempat untuk shooting aman dan dapat digunakan
untuk pengambilan gambar , memenuhi kebutuhan crew apa saja yang dibutuhkan.
Produser juga ikut serta memberikan pendapat kepada penata kamera dan sutradara
dalam pengambilan gambar agar stock shoot yang crew miliki lebih banyak dan lebih
banyak pilihan yang nantinya akan mempermudah dalam proses editing.
Menurut Effendy (2014:74) dalam proses produksi “pastikan semua hal yang
berkaitan dengan lokasi telah siap sebelum tim produksi anda berangkat
menuju lokasi. Segala urusan adminisratif harus telah diselesaikan
3.1.3 Pasca Produksi
Saat memasuki pasca produksi progam dokumenter “Penca Pusaka : Martial
Arts Of Cimande” produser bertugas untuk memeriksa hasil shooting gambar yang
telah diambil, mengumpulkan kembali data-data saat shooting , dan menyesuaikan
hasil shooting dengan ide cerita, yang bertujuan agar semua hasil gambar dalam
proses editing sesuai dengan ide,konsep dan alur cerita .
Dikutip Latief dan Utud (2017:17) pasca produksi adalah tahapan akhir
dalam proses produksi progam sebelum on air atau tayang. Dalam tahapan
pasca produksi progam yang sudah direkam harus melalui beberapa proses
diantaranya editing offline, editing online insert graphic, effect visual, audio
serta mixing.
3.1.4 Peran Dan Tanggung Jawab Produser
Peran dan tanggung jawab produser di progam dokumenter “Penca Pusaka :
Martial Arts Of Cimande” ini adalah bertanggung jawab membantu sutradara dalam
mengelola proses pembuatan progam dokumenter serta bekerja sebagai kepala
produksi dan penggerak awal sebuah produksi progam mulai dari mencari
narasumber,mencari perlengkapan shooting dan mengawasi crew saat produksi .
Produser mulai bekerja secara penuh jauh sebelum tahapan produksi sebuah
pembuatan progam dokumenter ini berlangsung.
3.1.5 Proses Penciptaan Karya
Dalam produksi progam dokumenter “Penca Pusaka : Martial Arts Of
Cimande” produser dengan crew yang terlibat berusaha mencari lokasi dan jalan
cerita yang menarik dengan melakukan riset di cimande kabupaten bogor . setelah itu
penulis sebagai produser mengembagkan konsep dan ide yang didapat secara matang
serta langsung menyusun budgeting , shooting schedule, dan menyusun peralatan
yang akan digunakan saat produksi nanti.
Karya progam dokumenter “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” ini
mengangkat tentang sejarah asli dari Pencak silat cimande yang dimana pada
umumnya terlalu banyak versi yang berbeda-beda, dengan dibuatnya progam
dokumenter ini penulis berharap agar penonton jadi lebih tahu tentang keaslian
sejarah pencak silat cimande.
a. Konsep kreatif
Tentang konsep kreatif dalam produksi progam televisi bagi seorang produser,
berarti mengembangkan ide gagasan bagaimana materi produksi itu, selain
menghibur dapat menjadi suatu sajian yang bernilai dan memiliki makna
Pada tahap ini selaku produser dalam progam dokumenter yang berjudul
“Penca Pusaka” ingin menonjolkan dari sisi sejarah terciptanya pencak silat
cimande, dan juga ingin memberikan informasi yang layak untuk penonton.
2. Konsep Produksi
Saat poses produksi, sekecil apapun kesalaham saat produksi tetap akan
menjadi kesalahan fatal bagi satu tim. Baik dari persiapan cek peralatan shooting,
mengatur schedule wawancara untuk narasumber, hingga persiapan lokasi mulai
dari setting kamera, pengantisipasian noise suara, hingga obyek maupun subyek
yang masuk. Semuanya sebisa mungkin harus direncakanan dan dipersiapkan saat
produksi agar mempermudah saat berjalannya produksi.
Pengambilan gambar dilakukan di beberapa lokasi dan menggunakan single
cam, artinya pembuatan dokumenter ini menggunakan satu kamera, dengan
alasan untuk mengejar moment dan keterbatasan ruangan. Serta untuk
memfokuskan naraasumber dalam beraktivitas bebas tanpa arahan melakukan
kegiatan tanpa canggung karena hanya ada satu kamera yang merekam gambar.
Tapi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, penulis akan mengarahkan
juru kamera untuk menyiapkan berbagai angle agar nantinya tidak kekurangan
shoot yang dibutuhkan.
3. Konsep Teknis
Dalam tahap pra produksi penulis melakukan pendekatan dengan narasumber
agar para narasumber terbuka dan tidak canggung terhadap crew lainnya. Dalam
teknis melakukan sesi wawancara, penulis memberikan list pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada narasumber agar para narasumber dapat menyortir pertanyaan-
pertanyaan yang mungkin kurang berkenan untuk dijawab. Ini sebagai langkah
untuk memberikan privasi agar tidak menyinggung para narasumber yang akan
diwawancara.
Selain itu, sutradara juga membuat treatment dan outline video dokumenter
untuk keperluan shooting. Agar pada saat teknis pelaksanaan produksi bisa
berjalan dengan lancar dan terarah ingin mengambil gambar apa saja. Setelah itu
sutradara juga mengarahkan kepada juru kamera dalam hal kesesuaian treatment
dan outline video dengan shot list yang telah dibuat oleh juru kamera. Setelah
proses produksi selesai, sutradara, penulis naskah dan juga penyunting gambar
akan bekerja sama tentang hal penyusunan rangkaian cerita atau gambar dalam
proses editing.
b. Konsep Produksi
Memasuki proses produksi penulis yang juga sebagai produser,pertama yang
dilakukan adalah mengontrol jalanya produksi agar lancar, setelah itu menyiapkan
konsep yang telah dibuat dengan crew , mengkoordinasikan setiap hal yang terjadi
dilapangan .
c. Konsep Teknis
Setelah konsep produksi untuk teknis yang dilakukan penulis mengatur dana
yang sudah terkumpul untuk dipakai selama produksi sampai pasca produksi agar
tidak terjadi kendala seperti kekurangan budgjetin dan serta mengumpulkan alat
yang akan digunakan , dalam produksi progam dokumenter “Penca Pusaka :
Martial Arts Of Cimande” alat-alat yang digunakan adalah :
1. Handycam Sony Nex-Vg30
2. AudioRecorder Zoom H1
3. Clip on
4. LED lighting
5. Tripod stand camera
6. Tripod stand lighting
3.1.6 Kendala Produksi dan Solusinya
Berikut ini kendala yang penulis alami saat produksi progam
dokumenter “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” dan cara mengatasinya :
1. Kendala : sampai dua hari sebelum shooting alat-alat yang
dibutuhkan untuk produksi belum tersedia
Solusinya : mencari alat penyewaan alat didaerah bogor
2. Kendala : Disalah satu tempat narasumber , tidak dapat
menggunakan lighting dikarenakan listrik ditempat tersebut
tidak memadai
Solusinya : akhirnya proses produksi dilakukan saat pagi
sampai siang hari
3.1.7 Lembar Kerja Produser
KONSEP PROGAM
Dalam proses pembuatan progam dokumenter “Penca Pusaka : Martial Arts
Of Cimande” ini penulis sebagai produser mempunyai beberapa konsep penting
dalam proses penciptaan suatu karya agar karya yang kami hasilkan terlihat beda,
menarik, serta bermanfaat bagi penonton.
Karya progam dokumenter “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” ini
secara keseluruhan mempunyai tantangan tersendiri baik itu dari dana, waktu
produksi serta kekompakn crew. Waktu produksi ini pun menghabiskan waktu selama
4 hari . penulis beserta crew berusaha memanfaatkan waktu sebaik mungkin , agar
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan , selain itu untuk mengatur jalanya proses
produksi agar berjalan dengan lancar , yang penulis lakukukan yaitu meminimalisir
dana dan memaksimalkan para crew produk
3.1.1 Working Schedule
Production Company : Imunnity Creative Produser : Danu Dwi Prabowo
Project Title : “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” Sutradara : M.Arief Kurniawan
Durasi : 17 Menit
NO
Tahap
Aktifitas
Target per minggu
Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
PRA
PRODUKSI
Penemuan ide
2 Pembagian Jobdesk
3 Pemantangan Konsep
4 Briefing dengan tim
5 Pembahasan Riset
6 Penentuan Budjeting
7 Pembuatan desain pra
produksi
8 Riset H-1
9 Penyerahan surat ijin
dan riset ke dua
10 Briefing sebelum
berangkat ke lokasi
PRODUKSI
shooting
11 Shooting
12 Pembuatan Desain
Produksi
13 Bimbingan
14
PASCA
PRODUKSI
Editing
15 Pembuatan Voice over
16 Pembuatan Desain
Produksi
17 Bimbingan
18 Pembuatan Poster
19 Editing
20 Bimbingan
3.1.2 Breakdown Budgeting
Production Company : Imunnity Creative Produser : Danu Dwi Prabowo
Project Title : “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” Sutradara : M.Arief Kurniawan
Durasi : 17 Menit
No Item Unit Rate Amount notes
PRA PRODUKSI
1 Transportasi Rp 200.000
2 Buku Rp 308.000
Total :
Rp 508.000
PRODUKSI
1 Sewa Kamera 1 Rp 1.200.000
2 Sewa Audio 1 Rp 200.000
3 Sewa lightning 2 Rp 200.000
4 Transportasi Rp 500.000
5 Narasumber Rp 1.000.000
6 Talent Rp 200.000
7 komsumsi Rp 500.000
Total :
Rp 3.800.000
PASCA PRODUKSI
1 ATK Rp 500.000
2 Sewa PC dan listrik Rp 600.000
3 Poster Rp 150.000
Total :
Rp 1.250.000
Total
Keseluruhan :
Rp 5.558.000
3.1.3 Equipment List (Check List Harian)
Production Company : Imunnity Creative Produser : Danu Dwi Prabowo
Project Title : “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” Sutradara : M.Arief Kurniawan
Durasi : 17 Menit
No Nama Seri Jumlah Keterangan
1 Handycam Sony Nex Vg-30 1 Sewa
2 Audio Zoom H-1 1 Sewa
3 Tripod - 3 Sewa
4 Clip on Sennheiser 1 Milik sendiri
5 Hardisck - 1 Milik Sendiri
6 Laptop Asus 1 Milik Sendiri
7 Poster - 1 Beli
3.1.4 Shooting Schedule
Production Company : Imunnity Creative Produser : Danu Dwi Prabowo
Project Title : “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” Sutradara : M.Arief Kurniawan
Durasi : 17 Menit
NO Hari dan Tanggal Waktu Pelaksanaan Kegiatan
1
Jumat, 21 Juni 2019
21.00-22.00 Kumpul sebelum beranfkat
2 22.00-22.30 Memeriksa peralatan
3 22.30-23.00 Pengambilan Alat Sewa
4 23.00-00.30 Perjalan menuju Cimande
5
00.30-01.00 Merapihkan Alat dan barang bawaan
6 01.00-05.00 Istirahat
7 05.00-05.15 Sholat Subuh
8 05.15-07.15 Sarapan dan mempersiapkan alat sebelum
shooting
9 07.15-07.25 pembukaan dari Wa didi di Pondok
10 07.25-07.40 Arak-arakan peserta pentas ke Padepokan
11 07.40-08-15 Pembukaan dari Juri
12 08.20-11.30 Pentas seni peserta usia dini
13 11.30-12.00 Penutupan pentas Sebelum istirahat
14 12.00-19.30 Break shooting,Mengecek gambar dan
Sabtu, 22 Juni 2019
memindahkan data
15 19.30-20.30 Pentas Seni perebutan Seeng
16 20.30-21.00 Pembukaan Adat Pereh yang dilakukan oleh
tamu dari Singapore
17 21.00-22.00 Pelaksaan Adat pereh ke tamu dari
singapore
18
Minggu 23 Juni 2019
09.00-11.00 Tamu Singapore berkunjung ke Pondok
Saung penca
19 11.00-12.00 Berkunjung ke makan sesepuh cimande
20 12.00-19.45 Break shooting,mengecek hasil gambar dan
memindahkan data
21 19.45-19.55 Pentas Seni dari tamu Singapore
22 19.55.21.00 Dilanjutkan pentas seni usia remaja
23
Senin, 24 Juni 2019
09.00-09.30 Cerita sejarah dari Wa didi
24 09.30-10.45 Break shooting
25 10.45-11.00 Berjalan menuju tempat latihan
26 11.00-11.05 Pembukaan latihan silat penca oleh wa
dama
27 11.05-11.20 Latihan gerakan per gerakan
28 11.20.12.00 Latihan gerakan bersama
29 12.00.12.30 Break shooting
30 12.30-13.00 Wawancara dengan wa dama
31 13.00-13.15 Kembali ke pondok saung penca
32 13.15-15.00 Break shooting
33 19.00-21.00 Breafing crew dan mengecek semua hasil
gambar
34
Selasa, 25 Juni 2019
07.00-09.00 Pengambilan gambar stock shoot
35 09.00-11.00 Adat pereh ke semua anggota tim produksi
36 11.00-13.00 Break shooting dan mengecek semua alat
dan peralatan
37 13.00-13.30 Ijin pamit ke semua warga yang telah
membantu proses shooting
38 13.30-14.30 Menuju tempat pengembalian alat sewa
39 14.30-15.30 Kembali kerumah masing-masing
3.2 Lembar Kerja Sutradara
Sutradara merupakan seseorang yang bertanggung jawab atas terlaksananya
sebuah produksi, ikut berpatisipasi mulai dari proses pencarian ide, pembuatan
konsep, teknis produksi sampai pada tahap penyelesaian.
Sesuai yang dikutip dalam Supriyadi dkk (2019: 48) Sutradara adalah orang yang
bertanggung jawab pada semua aspek produksi, baik sinematik artistik maupun
secara teknis, Supriyadi.
Seorang sutradara secara teknis memiliki tanggung jawab untuk keseluruhan,
mulai dari pra produksi hingga pasca produksi. untuk membuat program dokumenter,
penulis selaku sutradara berpedoman akan pentingnya suatu realita dalam film
dokumenter, karena itu dalam program dokumenter yang berjudul “Penca Pusaka”
sutradara mengarahkan narasumber dapat bercerita sesuai kejadian yang realita
mengenai sejarah terciptanya aliran bela diri Cimande ini.
3.2.1. Pra Produksi
Sutradara merupakan sebuah job desk yang sangat penting dalam sebuah produksi
karya documenter, selain bias menciptakan ide kreatif sutradara juga harus mampu
menjadi leader untuk kru lainnya.
Menurut Supriyadi dkk (2014: 50) mengemukakan bahwa “Sutradara adalah
orang yang bertanggung jawab atas semua hasil karya baik artistik maupun
tekhnik sinematik. Dia juga harus mampu menjadi leader untuk kru yang lainnya.
Sutradara harus mampu mentransformasikan gagasannya, agar tujuan atau pesan
yang ingin disampaikan bisa dipahami oleh penontonnya”.
Berdasarkan uraian di atas, Sutradara bersama penulis naskah dan produser
mensepakati ide yang telah dibuat bersama. Kemudian sutradara bersama produser,
penulis naskah, kameraman dan editor melakukan riset sekaligus untuk menentukan
inti apa saja yang ingin di bahas oleh penulis naskah dan sutradara menggambarkan
dengan bentuk audio visual dengan titik-titik tempat pengambilan gambar yang
sudah di sepakati oleh sutradara dan kameraman.
Pendekatan dokumenter sangat penting dilakukan agar memudahkan dalam
pembuatannya, oleh karena itu penulis melakukan pendekatan expository, karena
sesuai yang dikutip dalam Supriyadi dkk (2019: 38) pendekatan expository yaitu
memakai narasi yang bertujuan agar lebih deskriptif dan inofatif. Narasi sendiri
diarahkan langsung kepada penonton dengan menawarkan serangkaian faktadan
argumentasi yang ilustrasinya bisa didapatkan dari shot-shot yang menjadi insert-
nya.
Selanjutnya agar memudahkan penonton untuk memahami isi dari dokumenter
yang akan kita produksi nantinya. Serta mempertimbangkan tingkat kesulitan dari
setiap moment yang akan diproduksi, yang nantinya akan mempengaruhi biaya
produksi. Ide cerita yang telah dibentuk dalam TOR (Term Of Reference), kemudian
dutulis oleh sutradara kedalam bentuk treatment.
3.2.2. Produksi
Pada saat produksi tugas sutradara yaitu mengarahkan semua kru agar karya yang
dibuat sesuai dengan konsep yang telah disepakati, dengan demikian semua kru harus
patuh pada arahan sutradara.
Dan menurut Supriyadi dkk (20119: 92) pada tahap produksi sutradara mulai
memimpin dan mengkontrol jalannya produksi.
Pada tahap produksi sutradara melakukan prngarahan pengambilan gambar
kepada kameraman, melakukan wawancara dengan narasumber sesuai treatment
yang dibuat oleh penulis naskah. Di dalam pengambilan gambar, penulis dan penata
kamera memilih angle dan shot apa yang akan digunakan pada saat mengambil
gambar visualisasi dan wawancara.
3.2.3. Pasca Produksi
Setelah selesai produksi peranan sutradara masih sangat penting, pada tahap ini
sutradara bertanggung jawab dalam proses penyusunan gambar bersama editor, agar
hasil akhir dari karya tersebut tetap sesuai dengan konsep yang telah direncakan
sebelumnya.
Sutradara melakukan control terhadap proses edit gambar dan VO, Supriyadi dkk,
(2014:94).
Pada tahap pasca produksi penulis selaku sutradara bersama editor memilih
gambar dari hasil shooting, audio visual dan music ilustrasi yang sesuai dengan
konsep dokumenter. Sutradara juga memperhatikan proses editing dari berbagai
aspek, diantaranya metode penyambungan yang dilakukan oleh editor pada setiap
pemotongan shot, dan pada saat editor memberikan transisi dalam setiap
penyambungan gambar.
3.2.4. Peran dan Tanggung Jawab Sutradara
Pada tahap ini penulis selaku sutradara memiliki peran dan tanggung jawab untuk
memvisualisasikan ide cerita dokumenter televisi “Penca Pusaka” dengan baik dan
benar. Sutradara jungga bertanggung jawab dan mengatasi perkembangan yang
terjadi dari pra produksi, produksi dan pasca produksi.
Menurut Supriyadi (2014: 50) sutradara adalah orang yang bertanggung jawab
atas semua hasil karya yang baik secara artistik maupun teknik sinematik. Dia
juga harus mampu menjadi leader untuk kru yang lainnya. Sutradara harus mampu
mentransformasikan gagasannya, agar tujuan atau pesan yang ingin disampaikan
bias dipahami oleh penontonya
Sutradara juga bertanggung jawab penuh dan melaksanakan produksi sesuai
dengan apa yang sudah dikonsepkan dan memberi arahan kepada penata kamera dan
editor agar sesuai dengan konsep yang sudah dibuat.
Apabila ada kekurangan baik dari segi konsep maupun gambar, sutradara akan
mengambil sikap untuk berdiskusi dengan penyunting gambar untuk menemukan
solusi yang terbaik. Kesimpulannya, secara keseluruhan sutradara harus siap untuk
menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dengan tim produksi.
3.2.5. Proses Penciptaan Karya
1. Konsep Kreatif
Berawal mula dari mencari sebuah ide gagasan, dan bersama tim melakukan
diskusi untuk memunculkan sebuah ide dan tema yang diambil ataupum sesuatu yang
dianggap unik yang diangkat menjadi sebuah program dokumenter. Dan akhirnya
penulis beserta tim mendapatkan ide untuk mengangkat sejarah awal terciptanya silat
aliran Cimande dan filosofi dari setiap gerakan serta perkmebangan nya hingga saat
sekarang ini. Diawali dengan datang nya eang Khair dan dilanjutkan oleh adiknya
eang Rangga, dari waktu ke waktu Penca Cimande ini terus mengalami
perkembangan.
Selain sejarah nya penulis juga tertarik akan gerakan dari Penca Cimande ini yang
sangat dekat maknanya dengan kehidupan sehari hari. Dari segi inilah penulis akan
merancang treatment dengan penjelasan langsung dari kesepuhan atau keturunan
langsung pencipta silat aliran Cimande.
2. Konsep Produksi
Saat poses produksi, sekecil apapun kesalaham saat produksi tetap akan menjadi
kesalahan fatal bagi satu tim. Baik dari persiapan cek peralatan shooting, mengatur
schedule wawancara untuk narasumber, hingga persiapan lokasi mulai dari setting
kamera, pengantisipasian noise suara, hingga obyek maupun subyek yang masuk.
Semuanya sebisa mungkin harus direncakanan dan dipersiapkan saat produksi agar
mempermudah saat berjalannya produksi.
Pengambilan gambar dilakukan di beberapa lokasi dan menggunakan single cam,
artinya pembuatan dokumenter ini menggunakan satu kamera, dengan alasan untuk
mengejar moment dan keterbatasan ruangan. Serta untuk memfokuskan naraasumber
dalam beraktivitas bebas tanpa arahan melakukan kegiatan tanpa canggung karena
hanya ada satu kamera yang merekam gambar. Tapi untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan, penulis akan mengarahkan juru kamera untuk menyiapkan berbagai
angle agar nantinya tidak kekurangan shoot yang dibutuhkan.
3. Konsep Teknis
Dalam tahap pra produksi penulis melakukan pendekatan dengan narasumber agar
para narasumber terbuka dan tidak canggung terhadap crew lainnya. Dalam teknis
melakukan sesi wawancara, penulis memberikan list pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada narasumber agar para narasumber dapat menyortir pertanyaan-
pertanyaan yang mungkin kurang berkenan untuk dijawab. Ini sebagai langkah untuk
memberikan privasi agar tidak menyinggung para narasumber yang akan
diwawancara.
Selain itu, sutradara juga membuat treatment dan outline video dokumenter untuk
keperluan shooting. Agar pada saat teknis pelaksanaan produksi bisa berjalan dengan
lancar dan terarah ingin mengambil gambar apa saja. Setelah itu sutradara juga
mengarahkan kepada juru kamera dalam hal kesesuaian treatment dan outline video
dengan shot list yang telah dibuat oleh juru kamera. Setelah proses produksi selesai,
sutradara, penulis naskah dan juga penyunting gambar akan bekerja sama tentang hal
penyusunan rangkaian cerita atau gambar dalam proses editing.
3.2.6. Kendala Produksi dan Solusi
Dalam proses pembuatan film dokumenter “Penca Pusaka” tim sedikit mengalami
kendala ,namun semua kendala yang dialami tim sikapi sebagai proses
pembelajaran. Kendala yang tim alami saat produksi diantaranya seabagai berikut :
1. Kendala Pertama
Pada Pra Produksi saat riset pertama penulis bersama crew mengalami kendala
dalam perjalanan mencari lokasi.
Namun dapat diatasi dengan bertanya dengan warga sekitar dan akhirnya tim
berhasil menuju ke lokasi tepat waktu.
2. Kendala Kedua
Menentukan konsep dan TOR, karena pada awalnya tim sepakat untuk
mengangkat pijat tradisional patah tulah Cimande.
Solusi yang dilakukan tim melakukan diskusi dan melalui kesepakatan bersama
untuk lebih mengangkat silat Pusaka Cimande karena sebelum bisa memiijat
patah tulang mereka harus belajar ilmu silat dahulu.
3. Kendala Ketiga
Pada saat produksi terjadi kendala pada kamera yang susah fokus.
Solusi yang dilakukan oleh tim yaitu untuk pengambilan gambar lebih banyak
still dari pada moving.
3.2.7. Lembar Kerja Sutradara
1. Konsep Sutradara
Pada pra produksi program dokumenter televisi ini, sutradara terlibat
hampir diseluruh proses kreatif mulai dari penentuan tema, riset, hingga alur
cerita menjadi konsep yang akan ditampilkan. Sutradara juga akan bekerjasama
secara intensif dengan penulis naskah.
Dalam produksi, sutradara akan bekerjasama dengan juru kamera secara
intensif dalam proses pengambilan gambar. Karena sutradara dan juru kamera,
harus memiliki suatu pemikiran yang sama dengan tujuan yang telah disepakati
bersama dalam hal pengambilan gambar. Apabila ada perubahan dan
perbedaan pendapat dari segi pengambilan gambar, harus didiskusikan dan
dipilih opsi yang terbaik didalamnya.
Terakhir, dalam pasca produksi sutradara akan berkerjasama dengan
penyunting gambar secara intensif. Karena dalam hal ini, sutradara harus bisa
memastikan alur yang sudah di rancang dari awal sampai akhir dapat
terealisasikan. Apabila terjadi kendala dalam konsep awal, yang menyebabkan
semuanya tidak berjalan sesuai rencana, sutradara akan memberikan hak
penyunting gambar dalam melakukan perubahan konsep dan penyusunan alur
yang baik dari hasil diskusi.
Konsep Penyutradaraan
Program dokumenter “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” ini mengangkat
sejarah dan kultur budaya desa Tarikolot atau yg lebih dikenal desa Cimande yang
berlokasi di kabupaten Bogor, Jawa Barat, untuk memberikan informasi ilmu
pengetahuan kepada audience secara audio visual. Penulis selaku sutradara
melakukan pengambilan gambar dan melakukan wawancara dengan narasumber
sesuai treatment yang telah dibuat.
Penulis juga menampilkan kesepuhan desa Cimande yang merupakan keturunan
asli dari pencipta silat pusaka Penca Cimande sebagai narasumber untuk memberikan
informasi yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dalam pencahayaan
penulis cukup membuat warna yang real adanya karena termasuk dalam konsep
penyutradaraan.
Dokumenter ini memakai singlecam karena penulis ingin memaksimalkan alat
yang ada, selain itu penulis menampilkan angle-angle yang menarik mulai dari
landscape desa Cimande, gerkan silat, hingga ritual wajib yang harus dilakukan
sebelum belajar ilmu Penca. Susunan gambar gambar yang diperoleh dari produksi
disusun dalam tahap editing sesuai dengan treatmen yang dibuat oleh sutradara dan
bersama dengan editor melakukan penyuntingan gambar.
Outline Naskah
Prod. Company : Immunity Creative Produser : Danu Dwi P.
Project Title : Penca Pusaka“Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande”
Director : M. Arief K.
Durasi : 17 menit
NO. SEGMENT KETERANGAN AUDIO
1. 1 Judul “Penca
Pusaka” Instrumen suling Sunda
2.
Establish gunung,
tugu selamat
datang Desa
Cimande dan
sungai Cimande
Desa Tarikolot atau yang biasa dikenal
dengan sebutan desa Cimande, terletak
di kecamatan Caringin, Kabupaten
Bogor. Nama Cimande berasal dari
kata “ciri iman anu hade” yang berarti
ciri keimanan yang baik.
3.
Latihan silat
murid-murid
Cimande
Selain dikenal dengan pijat parah
tulang, Cimande juga terkenal oleh seni
bela diri warisan pusaka yang diajarkan
oleh Eang Khaer. Dikisahkan Eang
Khaer seorang pengelana yang
kemudian menjadi cikal bakal
kebesaran silat Cimande ini.
4. Wawancara Aki
Didih
“Pada awal abad ke-17 datang seorang
pedagang yang bernama Eang Khair,
yang wallahualam datang nya entah
dari mana datang ke desa Babakan
Tarikolot ini untuk menemui adiknya
Eang Rangga Ulung”.
5. Establish Ta’leq
Sebelum belajar silat aliran Cimande
tentu ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi terlebih dahulu. Diantaranya
ta’leq. Ta’leq disini berarti sumpah
atau janji yang harus diataatibagi siapa
saja yang ingin belajar Penca Cimande.
6.
Wawancara Aki
Didih (Ahli
Sejarah Penca
Cimande)
“Salah satunya yaitu jika kita kita ingin
belajar Penca Cimande kita harus di
ta’leq dulu, yang berarti disumpah,
setelah disumpah ada yang namanya
keceran, sebelum ta’leq ada tawasulan
dulu, karna memang sangat erat sekali
kaitan nya antara Penca Cimande
dengan ajaran agama Islam”.
7. Tawasulan
Peureuh dan kecer diawali dengan
meneteskan air ke mata, dengan air
yang telah didoakan.
8. Proses kecer
Konon katanya, manfaat meneteskan
air pereuh dapat membersihkan mata
dan membuat penglihatan menjadi
lebih jeli. Setelah meneteskan air,
dilanjutkan dengan membasuh kedua
tangan dan kedua kaki.
9.
Wawancara Aki
Didih (Ahli
Sejarah Penca
Cimande)
Penca silat Cimande sendiri adalah
bukan hasil dari berguru dari hewan,
bukan hasil berguru dengan manusia,
tapi itu hasil tafakur sesepuh atau bisa
dikatakan ilham dari Yang Maha
Kuasa. Jadi pangkat apapun yang ingin
belajar ilmu Cimande wajib disumpah
dulu atau di ta’leq dulu dan di kecer.
10. 2 Gerakan dasar
Penca Cimande
Setelah dipereuh atau di kecer selesai,
barulah mereka yang ingin belajar
Penca Cimande ini mulai menghafal
jurus-jurus wajib.
11. Jurus-jurus dasar
Penca Cimande
Ada 33 jurus yang menjadi dasar Penca
Cimande yang wajib untuk dihafal.
Tonjok bareng, tonjok sebelah, kelid,
selup, timpa sebelah, setong timpa,
timpa dua kali dan masih banyak lagi
yang dipelajari pertama kali dan
dengan posisi duduk.
12
Wawancara Aki
Darma
(Budayawan)
“Karna kita lahir dari rahim ibu itu
tidak mungkin langsung lari, jadi orang
tua menggambarkannya kesitu.”
13
Latihan jurus silat
dengan posisi
duduk
Diawali dengan posisi duduk tentu
tidak sembarangan, kental dengan
ajaran agama islam setiap gerakan
memiliki makna dan filosofi nya
masing-masing. Karna warga Cimande
khususnya desa Tarikolot mempercaya,
peninggalan leluhur selalu punya
makna dan filosofi nya yang berkaitn
dengan kehifupan sehari-hari.
14.
Wawancara Aki
Darma
(Budayawan)
Contohnya seperti gerakan kelid duduk
tonjok bareng, diambilnya dari gerakan
takbiratul ihram. Jadi yang
menciptakan karya karsa itu bukan
belajar dari gerakan harimau atau
gerakan monyet. Karena para leluhur
kami ini benar-benar bertafakur
menikmati syukur Allah, bagaimana
keseharian kita. Begitulah orang tua
menggambarkannya dari kehidupan
yang sehari para leluhur kerjakan. Jadi
setiap jurus yang diajarkan bukan
dipelajari dari harimau atau hewan lain,
melainkan hasil tafakur kepada Allah
SWT.
15.
Wawancara Aki
Darma
(Budayawan)
Setelah duduk, ada yang namanya kelid
nangtung atau kelid berdiri. Lalu jika
sudah hafal semua dengan ditambah
gerakan kaki baru dilanjutkan dengan
papedangan, sekarang hanya dipakai
bilah bamboo yang panjang nya dari
ujung tangan hingga sikut agar mudah
dipegang. Jurus nya mirip dengan kelid
dan menggunakan langkah kaki.
Terdiri dari 17 jurus yang diambil
berdasarkan jumlah rakaat sholat.
16. Latihan silat adu
tulang
Menjadi ciri khas Cimande, yakni
didominasi oleh benturan dalam
gerakannya. Hingga siapa saja yang
mempelajari Penca Cimande
cenderung akan mengalami bengkak,
luka lebam bahkan patah tulang.
Namun ilmu yang diajarkan dalam
Penca Cimande sudah sekaligus
dengan ilmu pijat.
17.
Wawancara Aki
Didih (Ahli
Sejarah Penca
Cimande)
“Jurus Penca Cimande itu bisa
menimbulkan patah, bisa menimbulkan
keseleo, bisa terjadi bengkak. Orang
tua dahulu itu sudah mengkaji kalau
terjadi patah bengkak atau keseleo ini
harus ada alternatif nya untuk
mengobati. Tidak semudah yang
dipikirkan, harus ada proses yang
dijalani yaitu tafakur lagi, memohon
lagi pada Allah SWT. Baru ada ilham
atau petunjuk dan aturan untuk
mengurut nya, dan juga sebelum
belajar ngurut orang-orang harus
belajar Penca nya dulu”.
18 Perebutan Seeng
Salah satu tradisi yang sangat menarik
perhatian masyarakat luar maupun
lokal yaitu perebutan dandang atau
dalam bahasa Sunda disebut seeng,
yang biasa dilakukan dalam upacara
pernikahan.
Seeng akan dibawa oleh jawara
mempelai pria dan anntinya dalam
pertarungan perebutan seeng ini akan
berakhir di tangan jawara wanita
sebagai bentuk diterimanya pinangan.
19. 3 Murid-murid
Penca Cimande
Penca Cimande tidak hanya dikenal
dinusantara, namun sudah melangkah
ke kancah internasional seperti
Malaysia, Singapura bahkan hingga
Belanda. Terlihat dari festival tahunan
yang rutin diadakan di Desa Cimande,
banyak tamu-tamu luar negri yang
pernah belajar Penca sebelumnya,
mereka ikut meramaikan dan juga
tampil memamerkan jurus-jurus
andalan mereka.
20.
Potongan
penampilan
pesilat luar negri
Ditanah air sendiri Penca Cimande
dianggap sebagai aliran tertua dan
menjadi kiblat perguruan-perguruan
silat lainnya.
21.
Latihan bersama
murid-murid
bersama Aki
Darma
Penca Cimande tidak hanya diminati
oleh orang dewasa saja, namun anak-
anak yang tergolong masih usia dini
juga sangat antusia belajar serta untuk
melestarikan budaya mereka.
22.
Wawancara Aki
Didih (Ahli
Sejarah Cimande)
Belajar Penca bukan bertujuan untuk
menjadi jagoan, jawara atau ugal-
ugalan. Tapi justru belajar Penca unutk
tau jati diri, makanya didasari dengan
ta’leq. Oleh karena itu belajar Penca
jangan untuk mencari musuh karna
musuh yang paling besar ada dalam
diri kita sendiri yaitu hawa nafsu.
Karna setiap orang yang tidak bisa
melawan hawa nafsu nya itu yang
haram bisa jadi halal dan yang halal
pun bisa jadi haram.
Silat murid-murid
Cimande dan
Salancaran Aki
Darma
Diajarkan Penca bukan untuk jadi
jawara, tapi untuk menjaga diri dan
melestarikan budaya, amanah inilah
yang selalu dijaga oleh mereka yang
ingin belajar Penca, karna musuh yang
paling kuat itu datang dari diri sendiri
yaitu hawa nafsu, yang kapan saja bisa
membahayakan orang lain bahkan diri
kita juga. Kearifan lokal yang ada di
Desa Cimande tidak milik warga
setempat, tidak hanya mereka juga
yang memiliki kewajiban untuk
melestarikannya tapi kita semua.
Kebanggan ini bukan hanya milik
warga Cimande tapi milik kita semua.
Director Treatment
Prod. Company : Immunity Creative Produser : Danu Dwi P.
Project Title : “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” Director : M. Arief Kurniawan
Durasi : 17 menit
NO. SHOT VISUAL
DIRECTION AUDIO SHOT SIZE MOVE ANGLE
1 1 Long Shot Still Eye Angle Landscape Gunung Pangrango Back Sound
2. 2 Medium Shot Still High Angle Sungai Cimande Back Sound & Natural
3. 3 Long Shot Move Low Angle Tugu selamat datang desa Cimande Back Sound & Natural
4. 4 Long Shot Still Eye Angle Wawanca Aki Didih Back Sound & Natural
5. 5 Long Shot Move Eye Angle Proses Pereuh Back Sound
6. 6 Medium Shot Still High Angle Proses Pereuh Back Sound
7. 7 Close Up Still Eye Angle Proses Pereuh Back Sound
8. 8 Medium Shot Still Eye Angle Wawancara Aki Didih Back Sound & Natural
9. 9 Long Shot Still Eye Angle Jurus-jurus dasar Penca Cimande Back Sound & Natural
10. 10 Medium Shot Move Eye Angle Jurus-jurus dasar Penca Cimande Back Sound & Natural
11. 11 Medium Shot Still Eye Angle Wawancara Aki Darma Back Sound & Natural
12. 12 Medium Shot Move Eye Angle
Menyembuhkan kembali bagian
tubuh yang mengalami bengkak
karena latihan
Back Sound & Natural
13. 13 Medium Shot Still Eye Angle Wawancara Aki Didih Back Sound & Natural
14. 14 Long Shot Move Eye Angle Perebutan seeng Back Sound & Natural
15. 15 Medium Shot Still Eye Angle Perebutan seeng Back Sound & Natural
16. 16 Long Shot Still Low Angle Penampilan pesilat luar negri
dengan aliran Cimande Back Sound
17. 17 Long Shot Still Low Angle Penampilan kesepuhan Cimande Back Sound
18. 18 Medium Shot Move, Still Eye Angle Latihan Silat Murid Cimande Back Sound & Natural
19. 19 Long Shot Move, Still Eye Angle Latihan Silat Murid Cimande Back Sound & Natural
20. 20 Medium Shot Still Eye Angle Pesan Aki Didih untuk generasi
penerus aliran Cimande Back Sound & Natural
21. 21 Long Shot ,
Medium Shot Still, Move Eye Angle Salancaran dari Aki Darma Back Sound
3.3. Proes Kerja Penulis Naskah
Penulis naskah menjadi bagian yang penting dalam membuat sebuah produksi,
tidak lain hal nya dengan produksi dokumenter, karena kualitas sebuah tontonan
tergantung bagaimana seorang penulis naskah bisa mengatur alur yang ingin dibuat.
Penulis naskah adalah orang yang bertanggung jawab pada pembuatan naskah,
data riset, sekaligus berperan sebagai reporter juga, Supriadi dkk (2019: 49)
Menurut Andi Fachruddin (2017:63) “Penulis naskah adalah seseorang yang
bekerja membuat naskah untuk bahan siaran, ia memiliki kemampuan merubah
ide ke dalam bentuk naskah yang merupakan hasil imajinasi dari sebuah proses
penginderaan terhadap stimuli menjadi suatu bentuk tulisan yang menarik dan
memiliki pesan baik bagi pemirsa”.
Bagi penulis sendiri, diperlukan konsentrasi penuh agar naskah yang tercipta
menjadi suatu karya yang tidak hanya bagus, namun memiliki isi dan pesan yang
penting, kreatif, serta menarik. Begitu juga dalam membuat sebuah program
dokumenter, mebuat naskah adalah hal penting pertama yang harus dilakukan.
Sebagai penulis naskah, penulis beserta tim melakukan riset terlebih dahulu,
mengumpulkan data-data dan informasi, kemudian membuat daftar pertanyaan,
setelah itu melakukan wawancara dengan narasumber. Setelah mendapat semua data
dan informasi penulis membuat naskah bekerjasama dengan sutradara untuk
mengembangkan naskah serta konsep yang menarik, agar bisa menjadi program
dokumenter yang disajikan bisa memberikan pesan serta layak untuk ditonton.
3.3.1. Pra Produksi
Sebelum membuat sebuah naskah, penulis naskah sebaiknya melakukan riset atau
observasi untuk pengumpulan data, yang nantinya dari data data tersebut bisa
dibentuk TOR (Term of Reference).
Menurut Supriyadi dkk (2019: 51) tahapan-tahapan penulisan naskah yaitu
penyusunan data/ riset/ observasi pada subyek, penulisan TOR (Term of
Reference), penulisan synopsis, penulisan treatment, dan penulisan naskah itu
sendiri.
Dalam tahap Pra produksi dokumenter “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande”
awal pertama yang penulis naskah dan tim lakukan yaitu riset ke daerah desa
Tarikolot selama beberapa hari guna untuk mengumpulkan informasi secara real.
Setelah terkumpul nya informasi, akhirnya penulis naskah dan tim bersepakat untuk
mengangkat tema tentang sejarah dan keunikan dari kebudayaan pusaka desa
Tarikolot, Cimande.
Didalan program dokumenter “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande”, terdapat
banyak pesan positif yang terkandung didalamnya, karena belajar penca tidak hanya
untuk beladiri namun banyak pelajaran spiritual, dapat dilihat dari ta’leq yang
merupakan sebuah sumpah atau ikrar yang wajib dipatuhi oleh semua yang ingin
belajar ilmu penca. Ini akan menjadi Informasi atau pengetahuan yang baik dan
menarik untuk diketahui oleh khalayak atau masyarakat luas.
3.3.2. Produksi
Dengan ada nya naskah, proses produksi akan lebih mudah dilakukan, dan penulis
naskah sebaiknya mengingatkan sutradara dan kameraman agar sesuai dengan
naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Dijelaskan dalam Supriyadi,dkk, (2019: 54) ketika shooting script sudah selesai
dibuat, berarti pelaksanaan shooting sudah bisa dilakukan. Shooting script
merupakan panduan dokumentator di lapangan, shooting script ibarat sebuah peta
yang akan menghantarkan anda agar “tidak tersesat di jalan”.
Pada tahap produksi, penulis naskah juga mencatat poin-poin penting, serta
menambah pertanyaan apabila ada dan membantu kegiatan produksi sampai selesai.
Selain itu penulis juga bertugas mengarahkan narasumber untuk tidak gerogi atau
gugup saat diwawancarai dan memberikan penjelasan kepada narasumber untuk
bersikap senatural mungkin, tanpa di buat-buat. Karena program dokumenter adalah
bersifat nyata apa adanya.
3.3.3. Pacsa Produksi
Pasca produksi merupakan tahap akhir dalam suatu produksi film. Pada tahap
ini penulis naskah akan membuat outline naskah dan juga transkip wawancara.
Transkip wawancara diperlukan karena film akan lebih hidup jika mampu
menempatkan statement secara baik.
Menurut Supriyadi dkk (2019:63) ketika proses shooting selesai, maka tahap
selanjutnya yakni editing sebagai bagian dari proses pasca produksi, merupakan
tahapan yang sangat menarik dalam pembuatan dokumenter.
Penulis naskah dokumenter sebaiknya membuat transkrip wawancara yang
biasanya banyak stock wawancara dalam film dokumenter. Hal ini untuk
mengingatkan lagi bagian pernyataan mana yang akan digunakan atau yang tidak
akan dipakai. Hal ini dilakukan agar memudahkan editor dalam menentukan hasil
wawancara yang harus digunakan dan juga memberikan gambaran dari hasil
produksi dokumenter.
3.3.4 Lembar Kerja Penulis Naskah
Penulis naskah adalah orang yang bertanggung jawab pada pembuatan naskah,
data riset, dan sekaligus berperan sebagai reporter juga, Supriyadi dkk (2014: 49).
Peran penulis naskah yaitu membuat riset sesuai target, sehingga produksi dapat
berjalan dengan efisien. Kemudian penemuan ide dan treatment juga menjadi kunci
penting bagi penulis, karena semua data yang telah kita dapatkan saat riset akan
disusun dalam sebuah panduan yang memudahkan kita melakukan shooting.
3.3.5. Proses Penciptaan karya
1. Konsep Kreatif
Penulis mengharapkan agar masyarakat dapat mengenal keunikan dan
sejarah terciptanya Penca Pusaka Cimande. Karna situs Penca Pusaka Cimande
merupakan budaya asli yang harus dilestarikan dan banyak mengandung
pelajaran spiritual untum pembentukan jati diri.
Penulis mengembangkan sebuah alur cerita dengan ide yang ditentukan
setelah meriset. Menggunakan upaya kreatif untuk menampilkan kejadian atau
realitas, dalam bentuk dokumenter.
Berdasarkan data yang kami dapatkan kami dapat menyimpulkan format
program kami yaitu dokumenter potret, karna mengulas kembali asal sebuah
nama diawal, yang akan diceritakan langsung oleh narasumber tujuan.
2. Konsep Produksi
Dalam produksi program dokumenter ini. Penulis yang juga sebagai reporter
saat produksi, memilah kembali pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
narasumber guna memberikan informasi yang lebih mendalam dan
berhubungan dengan tema. Dan juga melakukan wawancara kepada
narasumber mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi.
3. Konsep Teknis
Sebelum melakukan produksi, penulis melakukan riset bersama dengan tim,
dan setelahnya penulis menyiapkan treatment untuk panduan saat melakukan
pengambilan gambar. Dan penulis juga menyiapkan pertanyaan-pertanyaan
yanga akan ditanyakan kepada narasumber agar pada saat melakukan produksi
penulis sudah tidak kebingungan lagi masalah pertanyaan yang akan
ditanyakan.
3.3.6 Kendala Produksi dan Solusi
Dalam setiap proses produksi pasti ada kendala yang dihadapi oleh setiap
tim, maka dari itu dibutuhkan solusi yang bijak untuk mengatasi kendala-
kendala yang ada. Dan ada beberapa kendala yang penulis dan tim hadapi
sebagai berikut:
1. Kendala Pertama
Menentukan konsep dan TOR, karena pada awalnya tim sepakat untuk
mengangkat pijat tradisional patah tulah Cimande.
Solusi yang dilakukan tim melakukan diskusi dan melalui kesepakatan
bersama untuk lebih mengangkat silat Pusaka Cimande karena sebelum bisa
memiijat patah tulang mereka harus belajar ilmu silat dahulu.
2. Kendala Kedua
Hasil dari wawancara yang melebihi durasi yang sudah ditentukan.
Solusi yang dilakukan oleh tim yaitu memotong hasil wawancara dan
mengambil ini dari setiap peryataan yang dianggap penting.
Konsep Program
Program dokumenter “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” ini mengangkat
sejarah dan kultur budaya desa Tarikolot atau yg lebih dikenal desa Cimande yang
berlokasi di kabupaten Bogor, Jawa Barat, untuk memberikan informasi ilmu
pengetahuan kepada audience secara audio visual.
Penulis mengembangkan sebuah alur cerita dengan ide yang ditentukan setelah
meriset. Menggunakan upaya kreatif untuk menampilkan kejadian atau realitas,
dalam bentuk dokumenter. Berdasarkan data yang kami dapatkan kami dapat
menyimpulkan format program kami yaitu dokumenter potret, karna mengulas
kembali asal sebuah nama diawal, yang akan diceritakan langsung oleh narasumber
tujuan.
TOR (Term of Reference)
Prod. Company : Danu Dwi Prabowo Produser : Danu Dwi P.
Project Title : “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande”
Director : M. Arief K.
Durasi : 17 menit
Masalah
Banyak nya versi yang mengatakan bahwa awal terciptanya silat aliran Cimande
tercipta karena melihat gerakan harimau dan monyet, yang sebenarnya adalah dari
hasil tafakur leluhur yaitu Eang Khair dan dilanjutkan oleh adiknya yang bernama
Eang Rangga ulung. Serta keterkaitan Penca Cimande dengan urut patah tulang.
Fokus
Sejarah dan keunikan serta filosofi dari setiap gerakannya serta perkembangan dan
upaya pelestarian kebudayaan tersebut.
Angle
Apa yang membuat masyarakat tertarik untuk belajar atau mengtahui tentang silat
aliran Cimande dan upaya pelestariannya.
Sususan Pertanyaan dan Narasumber
1. Tokoh sejarah Cimande
Nama : Didih Supriadi
Umur : ±56 tahun
1. Sejarah awal lahirnya Penca Cimande ?
2. Hal apa yang menjadi daya tarik masyarakat untuk belajar ilmu beladiri aliran
Cimande ?
3. Apakah dalam perkembangan penca silat cimande sampai saat ini ada campur
tangan oleh pemerintah ?
4. Apakah ada keterkaitan ahli patah tulang dangan penca silat cimande?
5. Bagaimana cara pembuatan minyak urut khas Cimande ?
2. Budayawan
Nama : M. Sudarma
Umur : ±59 tahun
1. Apa yang harus dilakukan jika ingin belajar ilmu beladiri penca cimade?
2. Apa saja gerakan dasar dalam penca cimande ?
3. Gerakan dasar penca cimande harus diawali dari duduk ?
4. Ada berapa gerakan yang diajakarkan ?
5. Yang membedakan seni bela penca cimande dengan pencak silat pada umumnya ?
6. Prestasi apa saja yang pernah diraih ?
Treatment Naskah
1. Establish desa Cimande
Icon-icon desa Cimande dan sekitarnya. (gunung Pangrango, tugu selamat datang, makam
sesepuh Cimande)
2. Halaman Saung Pelestarian Penca Cimande
Latihan murid-murid Cimande.
3. Saung Pelestarian Penca Cimande
Interview dengan narasumber Aki Didih yang memperkuat dan menjelaskan tentang
sejarah terciptanya Penca Cimande. Narasumber duduk dan bercerita tentang
sejarahnya.
4. Saung Penca Cimande
Isi dari ta’leq atau sumpah yang harus ditaati oleh mereka yang ingin belajar ilmu Penca
Cimande.
5. Saung Penca Cimande
Wawancara dengan narasumber Aki Didih syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum
belajar ilmu Penca.
6. Rumah Sesepuh Cimande
Proses pereuh mulai dari doa dilanjutkan dengan meneteskan air pereuh ke mata, lalu
membasuh kedua tangan dan kaki.
7. Halaman Saung Pelestarian Penca Cimande
Latihan jurus-jurus dasar Penca Cimande yang diawali dengan posisi duduk.
8. Halaman Saung Pelestarian Penca Cimande
Wawancara dengan Aki Darma yang menjelaskan tentang alas an mengapa jurus dasar
dari Penca Cimande diawali dengan posisi duduk.
9. Halaman Saung Pelestarian Penca Cimande
Penjelasan dan jurus papedangan dan dilanjutkan dengan wawancara makna dari jumlah
17 jurus papedangan yang diambil dari jumlah rakaat sholat wajib.
10. Halaman Saung Pelestarian Penca Cimande
Latihan silat Cimande yang menggambarkan adu kaki, adu tangan sehingga dapat
menyebabkan bengkak, keseleo hingga patah tulang.
11. Saung Pelestarian Penca Cimande
Wawancara Aki Didih yang menjelaskan tentang dampak belajar Penca Cimande dan
cara menyembuhkannya.
12. Halaman Saung Pelestarian Penca Cimande
Perebutan seeng yang masih menjadi daya tarik masyarakat luar maupun dalam
negri. Perebutan seeng ini biasa dilakukan pada saat upacara pernikahan.
13. Padepokan Penca Silat Aliran Cimande (PPSAC)
Penggambaran perkembangan silat aliran Cimande yang sudah merambat ke
kancah internasional.
14. Halaman Saung Pelestarian Penca Cimande
Latihan murid-murid Penca Cimande dengan salah satu sesepuh yang tergolong
masih usia dini.
15. Saung Pelestarian Penca Cimande
Wawancara Aki Didih tentang pesan untuk penerus generasi yang melestarikan
silat aliran Cimande.
16. Halaman Saung Pelestarian Penca Cimande
Salarncaran yang ditampilkan oleh Aki Darma.
Transkip Wawancara
Prod. Company : Immunity Creative Produser : Danu Dwi P.
Project Title : “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” Director : M. Arief K.
Durasi : 17 menit
No. Narasumber Time Logging Statement Ket
1. Aki Didih 00:00:57 - 00:01:24
Pada awal abad ke-17 datang seorang pedagang yang bernama
Eang Khair, yang wallahualam datang nya entah dari mana
datang ke desa Babakan Tarikolot ini untuk menemui adiknya
Eang Rangga Ulung.
Oke
2. Aki Didih 00:03:48 - 00:04:11
Salah satunya yaitu jika kita kita ingin belajar Penca Cimande
kita harus di ta’leq dulu, yang berarti disumpah, setelah
disumpah ada yang namanya keceran, sebelum ta’leq ada
tawasulan dulu, karna memang sangat erat sekali kaitan nya
antara Penca Cimande dengan ajaran agama Islam
Oke
3. Aki Darma 00:04:52 - 00:05:30 Karna kita lahir dari rahim ibu itu tidak mungkin langsung lari,
jadi orang tua menggambarkannya kesitu. Oke
4. Aki Darma 00:05:59 - 00:08:18 Contohnya seperti gerakan kelid duduk tonjok bareng, Oke
diambilnya dari gerakan takbiratul ihram. Jadi yang
menciptakan karya karsa itu bukan belajar dari gerakan harimau
atau gerakan monyet. Karena para leluhur kami ini benar-benar
bertafakur menikmati syukur Allah, bagaimana keseharian kita.
Begitulah orang tua menggambarkannya dari kehidupan yang
sehari para leluhur kerjakan. Jadi setiap jurus yang diajarkan
bukan dipelajari dari harimau atau hewan lain, melainkan hasil
tafakur kepada Allah SWT.
5. Aki Darma 00:08:24 - 00:09:46
Setelah duduk, ada yang namanya kelid nangtung atau kelid
berdiri. Lalu jika sudah hafal semua dengan ditambah gerakan
kaki baru dilanjutkan dengan papedangan, sekarang hanya
dipakai bilah bamboo yang panjang nya dari ujung tangan
hingga sikut agar mudah dipegang. Jurus nya mirip dengan
kelid dan menggunakan langkah kaki. Terdiri dari 17 jurus
yang diambil berdasarkan jumlah rakaat sholat.
Oke
6. Aki Didih 00:10:22 - 00:12:15
Jurus Penca Cimande itu bisa menimbulkan patah, bisa
menimbulkan keseleo, bisa terjadi bengkak. Orang tua dahulu
itu sudah mengkaji kalau terjadi patah bengkak atau keseleo ini
harus ada alternatif nya untuk mengobati. Tidak semudah yang
dipikirkan, harus ada proses yang dijalani yaitu tafakur lagi,
Oke
memohon lagi pada Allah SWT. Baru ada ilham atau petunjuk
dan aturan untuk mengurut nya, dan juga sebelum belajar
ngurut orang-orang harus belajar Penca nya dulu
7. Aki Didih 00:14:30 - 00:15:40
Belajar Penca bukan bertujuan untuk menjadi jagoan, jawara
atau ugal-ugalan. Tapi justru belajar Penca unutk tau jati diri,
makanya didasari dengan ta’leq. Oleh karena itu belajar Penca
jangan untuk mencari musuh karna musuh yang paling besar
ada dalam diri kita sendiri yaitu hawa nafsu. Karna setiap orang
yang tidak bisa melawan hawa nafsu nya itu yang haram bisa
jadi halal dan yang halal pun bisa jadi haram.
Oke
Naskah Voice Over
Prod. Company : Immunity Creative Produser : Danu Dwi P.
Project Title : “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” Director : M. Arief K.
Durasi : 17 menit
No. Time Logging Voice Over
1. 00:00:15 - 00:00:34
Desa Tarikolot atau yang biasa dikenal dengan sebutan desa Cimande, terletak di
kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Nama Cimande berasal dari kata “ciri iman anu
hade” yang berarti ciri keimanan yang baik.
2. 00:00:38 - 00:00:54
Selain dikenal dengan pijat parah tulang, Cimande juga terkenal oleh seni bela diri warisan
pusaka yang diajarkan oleh Eang Khaer. Dikisahkan Eang Khaer seorang pengelana yang
kemudian menjadi cikal bakal kebesaran silat Cimande ini.
3. 00:01:31 - 00:01:46
Sebelum belajar silat aliran Cimande tentu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih
dahulu. Diantaranya ta’leq. Ta’leq disini berarti sumpah atau janji yang harus diataatibagi
siapa saja yang ingin belajar Penca Cimande.
4. 00:02:25 - 00:02:30 Peureuh dan kecer diawali dengan meneteskan air ke mata, dengan air yang telah
didoakan.
5. 00:02:48 - 00:02:
Konon katanya, manfaat meneteskan air pereuh dapat membersihkan mata dan membuat
penglihatan menjadi lebih jeli. Setelah meneteskan air, dilanjutkan dengan membasuh
kedua tangan dan kedua kaki.
6. 00:03:16 - 00:03:21 Setelah meneteskan air, dilanjutkan dengan membasuh kedua tangan dan kedua kaki.
7. 00:04:16 - 00:04:24 Setelah dipereuh atau di kecer selesai, barulah mereka yang ingin belajar Penca Cimande
ini mulai menghafal jurus-jurus wajib.
8. 00:04:30 - 00:04:49
Ada 33 jurus yang menjadi dasar Penca Cimande yang wajib untuk dihafal. Tonjok
bareng, tonjok sebelah, kelid, selup, timpa sebelah, setong timpa, timpa dua kali dan masih
banyak lagi yang dipelajari pertama kali dan dengan posisi duduk.
9. 00:05:32 - 00:05:53
Diawali dengan posisi duduk tentu tidak sembarangan, kental dengan ajaran agama islam
setiap gerakan memiliki makna dan filosofi nya masing-masing. Karna warga Cimande
khususnya desa Tarikolot mempercaya, peninggalan leluhur selalu punya makna dan
filosofi nya yang berkaitn dengan kehifupan sehari-hari.
10. 00:09:53 - 00:10:13
Menjadi ciri khas Cimande, yakni didominasi oleh benturan dalam gerakannya. Hingga
siapa saja yang mempelajari Penca Cimande cenderung akan mengalami bengkak, luka
lebam bahkan patah tulang. Namun ilmu yang diajarkan dalam Penca Cimande sudah
sekaligus dengan ilmu pijat.
11. 00:12:22 - 00:12:35 Salah satu tradisi yang sangat menarik perhatian masyarakat luar maupun lokal yaitu
perebutan dandang atau dalam bahasa Sunda disebut seeng, yang biasa dilakukan dalam
upacara pernikahan.
12. 00:12:42 - 00:12:53 Seeng akan dibawa oleh jawara mempelai pria dan anntinya dalam pertarungan perebutan
seeng ini akan berakhir di tangan jawara wanita sebagai bentuk diterimanya pinangan.
13. 00:13:17 - 00:13:43
Penca Cimande tidak hanya dikenal dinusantara, namun sudah melangkah ke kancah
internasional seperti Malaysia, Singapura bahkan hingga Belanda. Terlihat dari festival
tahunan yang rutin diadakan di Desa Cimande, banyak tamu-tamu luar negri yang pernah
belajar Penca sebelumnya, mereka ikut meramaikan dan juga tampil memamerkan jurus-
jurus andalan mereka.
14. 00:13:57 - 00:14:04 Ditanah air sendiri Penca Cimande dianggap sebagai aliran tertua dan menjadi kiblat
perguruan-perguruan silat lainnya.
15. 00:14:14 - 00:14:27
Penca Cimande tidak hanya diminati oleh orang dewasa saja, namun anak-anak yang
tergolong masih usia dini juga sangat antusia belajar serta untuk melestarikan budaya
mereka.
16. 00:15:44 - 00:16:22
Diajarkan Penca bukan untuk jadi jawara, tapi untuk menjaga diri dan melestarikan
budaya, amanah inilah yang selalu dijaga oleh mereka yang ingin belajar Penca, karna
musuh yang paling kuat itu datang dari diri sendiri yaitu hawa nafsu, yang kapan saja bisa
membahayakan orang lain bahkan diri kita juga. Kearifan lokal yang ada di Desa Cimande
tidak milik warga setempat, tidak hanya mereka juga yang memiliki kewajiban untuk
melestarikannya tapi kita semua. Kebanggan ini bukan hanya milik warga Cimande tapi
milik kita semua.
3.4 Proses Kerja Penata Kamera
Dalam proses kerja, penulis sebagai kameraman mempelajari naskah dan tehnik video
yang akan ditayangkan pada program dokumenter, dan Kameraman mendiskusikan
angle pengambilan gambar yang di inginkan oleh sutradara dan tim.
Penata kamera atau sinematografer adalah orang yang melaksanakan aspek teknis
dalam pengambilan gambar, dia juga membantu sutradara dalam memilih sudut,
penyusunan dan rasa dari pencahayaan dan kamera (Supriyadi dkk, 2019:48-49).
Penulis menyimpulkan bahwa tugas dari penata kamera selain mengetahui fungsi-
fungsi pada kamera adalah menciptakan visual sesuai dengan treatment yang di buat oleh
sutradara.
Kameraman merupakan element penting dalam pembuatan sebuah karya audio visual,
maka harus mempersiapkan segala perlengkapan yang sesuai dan berfungsi dengan baik.
3.4.1. Pra Produksi
Dalam tahap pra produksi kameraman merencanakan visual yang akan dibuat dengan
mengikuti treatment yang dibuat bersama sutradara. Maka shooting list ini berisi catatan
tentang urutan gambar yang akan kita rekam dengan kamera seperti panorama alam,
wawancara dan aktifitas lainnya yang sesuai dengan materi program dokumenter.
Menurut (Fachruddin, 2017:362) Merencanakan sequence dan scene yang telah
memiliki alur cerita yang hidup (sesuai keinginan) selanjutnya dipindahkan dalam
shooting list (sasaran tembak kamera) dengan lebih jelas dan mudah agar dimengerti
oleh juru kamera.
Sebelum melakukan produksi program dokumenter, hal yang terpenting adalah
melakukan riset agar kameraman mengetahui hal yang menarik dan yang perlu direkam
saat produksi di mulai.
Adapun perlengkapan shooting, yang paling penting adalah dimulai dari kamera.
Jenis kamera apakah yang akan digunakan, lalu dicek apakah seluruhnya berfungsi
dengan baik untuk merekam gambar (Fachruddin, 2017:368).
Menurut pengertian diatas bahwa kameraman adalah element terpenting dalam
pembuatan karya audio visual, maka harus di persiapkan perlatan khusus yang akan
digunakan unutk kebutuhan membuat karya program dokumenter sehingga tidak ada
kendala saat perekaman sebuah moment atau kejadian yang sedang berlangsung
3.4.2. Produksi
Sebelum produksi program dokumenter di mulai, demi kelancaran produksi seorang
penata kamera harus melakukan pengecekan alat-alat yang akan dipakai. Seperti kamera
yang berfungsi dengan baik, kebersihan lensa, baterai cadangan, memori yang cukup
sesuai dengan kebutuhan dan kelengkapan khusus lainnya.
Karya dokumenter jangan selalu menyajikan wawancara tetapi dikombinasikan
perkenalan lokasi yang popular, aktivitas karakter utama dan lain sebagainya
(Fachruddin, 2017:364).
Bedasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pembuatan program
dokumenter tidak hanya selalu menyajikan wawancara, tetapi ada hal lain yang perlu di
sajikan agar sebuah program dokumenter menjadi tontonan yang menarik.
Tugas penata kamera adalah mengoprasikan kamera film atau video kemudian
melakukan pengaturan komposisi gambar dengan tambahan alat seperti tripod, lampu dan
peralatan khusus lainnya agar menjadi sebuah gambar yang menarik.
Mengenai type size shot yang digunakan oleh penulis sebagai kameraman, menurut
(Fahruddin, 2017:150-152). adalah seperti berikut:
1. Extreme long shot (ELS). Ukuran gambar ELS merupakan kekuatan yang
ingin menetapkan suatu (peristiwa, pemandangan) yang sangat-sangat jauh,
panjang, dan luas berdimensi lebar.
2. Long shot (LS). Size/frame compositions yang ditembak, keseluruhan
gambaran dari pojok materi dilihat dari kepala ke kaki atau gambar manusia
seutuhnya.
3. Medium shot (MS). Gambar diambil dari pinggul pojok materi sampai pada
kepala pojok materi. Ukuran MS, biasa digunakan sebagai wawancara. Di
mana pemirsa dapat melihat dengan jelas ekspresi dan emosi dari wawanara
yang sedang berlangsung.
4. Medium close up (MCU). Dari dada popok meteri sampai puncak kepala. MS
dapat dikategorikan sebagai komposisi “potret setengah badan” dengan
keleluasaan background yang masih bias dinikmati.
5. Close up (CU). Meliput wajah yang keseluruhan dari pokok materi. Objek
menjadi titik perhatian utama dalam pengambilan gambar dan latar belakang
hanya terlihat dikit. CU focus kepada wajah, digunakan sebagai komposisi
gambar yang paling baik untuk menggambarkan emosi atau reaksi seseorang.
6. Big close up (BCU). Lebih tajam dari CU, yang mampu mengungkapkan
kedalaman pandangan mata.
Proses produksi berlangsung penulis sebagai kameraman selalu berkoordinasi dengan
sutradara untuk mendapatkan hasil yang di inginkan oleh sutradara, selain itu kameraman
selalu memanfaatkan moment yang ada di sekitar untuk memperbanyak stock shot
gambar agar nanti mempermudah proses editing.
Sebelum berakhirnya kegiatan shooting di lapangan, perhatikan sekali lagi seluruh
kebutuhan gambar yang di inginkan, apakah sudah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
atau perlu dilakukan pengulangan merekam (Fachruddin, 2017:370).
Menurut pengertian tulisan di atas bahwa adanya perlu melakukan pengecekan
gambar yang sudah di ambil, apakah kelengkapan gambar yang sudah diambil sudah
sesuai dengan treatment yang direncanakan sebelumnya. Agar tidak ada pengulangan
pengambilan gambar ketika sudah masuk di proses editing.
3.4.3. Pasa Produksi
Tugas dari kameraman ketika tahap pasca produksi tidak terlalu banyak yang
dilakukannya, tetapi ada hal yang perlu dilakukan kameraman yaitu penyerahan file
yang ada di kamera kepada editor untuk tahap editing. Menurut (Fachruddin,
2017:370) Stock gambar yang terekam dalam kaset belum menjadi film dokumenter,
masih mentah.
Terkadang penata kamera dibutuhkan oleh editor unutk menjelaskan maksud dari
gambar yang diambilnya dengan melakukan preview hasil shooting, tujunannya agar
mempermudah editor dalam memilih gambar.
3.4.4. Peran dan Tanggung Jawab Penata Kamera
Dalam program dokumenter Penca Pusaka : Martial arts of cimande pada tahap pra
produksi kameraman mempunyai peran dan tanggung jawab dalam merencanakan shot-
shot yang akan diambil sesuai konsep program acara yang akan diproduksi. Kameraman
diminta oleh produser untuk merencanakan daftar perlengkapan yang akan digunakan
saat produksi program dokumenter untuk dimasukan di budgeting produksi.
Pada tahap produksi program dokumenter Penca Pusaka : Martial arts of cimande
kameraman mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengambil gambar secara
professional dan sesuai treatment yang sudah di buat. Menjaga keamanan file hasil dari
produksi juga tugas dari penata kamera sampai pada tahap editing.
Pada tahap pasca produksi program dokumenter Penca Pusaka : Martial arts of
cimande kameraman bertanggung jawab atas laporan kamera untuk memudahkan proses
editing dan melakukan preview dengan editor untuk memilih gambar yang bagus dan
sesuai konsep
3.4.5. Proses Penciptaan Karya
Dalam produksi program dokumenter penca pusaka : Martial arts of cimande
penulis sebagai penata kamera berupaya mengikuti treatment yang di buat oleh sutradara.
Dan penulis juga berkoordinasi dengan sutradara mengenai shot-shot yang akan diambil,
dan memberi masukan mengenai jenis kamera yang sesuai dengan kemampuan penata
kamera.
A. Konsep Kreatif
Penulis sebagai kameraman dalam pembutan Konsep program dokumenter
Penca Pusaka : Martial arts of cimande lebih menekankan kepada hal yang bersifat
natural dengan look dan mood yang wajar dan tidak berlebihan dari segi
pengambilan gambar, teknis, angel kamera, komposisi gambar, warna, movement
kamera hingga pencahayaan. Disini penulis menggunakan alat bantu seperti, tripot
audio mic dan lighting agar mendapatkan hasil yang maksimal.
B. Konsep produksi
Pada konsep produksi program dokumenter Penca Pusaka : Martial arts of
Cimande penulis sebagai kameraman bertanggung jawab segala hal yang berkaitan
dengan gambar. Penulis akan memberikan kemampuan yang dimiliki agar hasil
program dokumenter Penca Pusaka : Martial arts of cimande mendapatkan hasil yang
baik.
C. Konsep Teknis
Konsep teknis dalam pembuatan program dokumenter ini penulis sebagai
kameraman menggunakan konsep single cam atau satu kamera. Penulis sebagai
kameraman menggunakan jenis kamera SONY NEX-VG30 karena kamera ini
mempunyai pengaturan yang cukup mudah dengan ukuran yang tidak terlalu besar
dan beresolusi Full HD sehingga mempermudah dalam pengambilan gambar dalam
menghadapi kondisi yang sulit.
Untuk shot dan angle penulis sebagai penata kamera menggunakan enam type
shot size shot seperti Extreme Long Shot, Long shot, Medium shot, Medium close up
Close Up dan Big Close Up. Shot ini akan digunakan sesuai kebutuhan untuk
memperkuat cerita dalam karya penulis.
3.4.6. Kendala produksi dan solusinya
Penulis sabagai penata kamera mengalami kendala saat produksi program
dokumenter, kendalanya adalah masalah pencahayaan ketika wawancara narasumber di
dalam ruangan tidak dapat menggunakan lighting dengan alasan daya listrik yang tidak
memadai menggunakan lighting.
Penulis sebagai penta kamera mempunyai solusi atas kendala yang dialami yaitu
dengan memanfaatkan tehnik pencahayaan alami di luar ruangan pada pagi hari atau
siang hari.
3.4.7. Lembar kerja Penata Kamera
Konsep Penata Kamera
Konsep penulis sebagai penata kamera dalam karya program dokumenter “Penca
Pusaka : Martial Arts Of Cimande” adalah memberikan pesan gambar yang dapat
tersampaikan kepada audience sehingga dapat dinikmati.
Dalam program dokumenter ini penulis sebagai penata kamera menggunakan jenis
kamera SONY NEX-VG30 karena jenis kamera ini mempunyai pengaturan yang cukup
mudah dan ukuran yang tidak terlalu besar sehingga mempermudah penulis untuk
mengambil gambar.
Untuk shot dan angle penulis sebagai penata kamera menggunakan enam type shot
size seperti Extreme Long Shot, Long shot, Medium shot, Medium close up Close Up dan
Big Close Up.
Camera Report
Production Company : Imunnity Creative Produser : Danu Dwi Prabowo
Project Title : “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande” Sutradara : M. Arief Kurniawan
Durasi : 17 Menit Cameraman : Gempita Suprayogi
NO SHOOT
Visual
Video
Take
Note
Shot Size Angle
Move
1 1 ELS Eye Angel Till down Establish Gunung Pangrango
3
1 OK
2 C
2 2 ELS Eye Angel Zoom in Establish Gunung Pangrango 2 1 OK
3 3 MS Low Angel Panning Right Pohon yang disinari matahri 2 1OK
2 C
4 4 LS High Angel Still Pemandangan padi dan seekor ayam 3 1 OK
2 C
5 5 LS High Angel Still Sungai Cimande 2 1 OK
1 C
6 6 LS Low Angel Till down Tugu Selamat datang desa Cimande 2 1 OK
2 C
7 7 MS Low Angel Still Tugu Selamat datang desa Cimande 2 1 OK
8 8 LS Eye Angel Still Suasana latihan penca cimande 2 1 OK
1C
9 9 MS Eye Angel Still Suasana latihan penca cimande
bersama Aki darma 2 1 OK
10 10 LS Eye Angel still Suasana Latihan silat cimande 1 1 OK
11 11 MS Eye Angel still Gambar beradu kaki saat latihan 1 1 OK
12 12 LS Eye Level Still Wawancara Aki Didih 1 1 OK
13 13 LS Low Angel Till Down Gapura Makam Keramat 2 1 OK
2 C
14 14 LS High Angel Panning Right Makam keramat 2 1 OK
2 C
15 15 MS Eye Angel Still Makam keramat 3 1 OK
2 C
16 16 MCU Eye Level Still Wawancara Aki Didih 1 1 OK
17 17 MS Low Angel Still Gapura saung penca 2 1 OK
1 C
18 18 LS Low Angel Still Gapura saung penca 1 1 OK
19 19 MS Low Angel Till Down Banner Nasab keluarga besar cimande
tarikolot 2
1 OK
2 OK
20 20 CU Eye Angel Still Banner Nasab keluarga besar cimande
tarikolot 1 1 OK
21 21 LS Low Angel Till Down Banner TA’LEQ Penca cimande 3 1 OK
2 C
22 22 MCU Eye Level Still Wawancara Aki Didih 1 1 OK
23 23 LS Eye Angel Still Proses Pereuh 1 1 OK
24 24 MS Eye Angel Still Pelatih penca silat dari Negara
Singapura 1 1 OK
25 25 CU Eye Angel Still Bendera Negara Singapura Yang ada
1 1 OK
di baju pelatihnya
26 26 LS Eye Angel still Proses Pereuh 1 1 OK
27 27 MCU High Angel Still Detail persiapan proses pereuh 1 1 OK
28 28 MCU High Angel Still Proses pereuh saat diteteskan air
dengan daun sirih ke bagian mata 2
1 OK
2 C
29 29 LS High Angel Panning Left Proses pereuh saat diteteskan air
dengan daun sirih ke bagian mata 2
1 OK
2 C
30 30 MS Eye Angel Still Proses pereuh saat diteteskan air
dengan daun sirih ke bagian tangan 2
1 OK
2 C
31 31 MS Eye Angel Till Up Proses pereuh saat diteteskan air
dengan daun sirih ke bagian kaki 1 1 OK
32 32 MS Eye Angel Till Up Proses pereuh saat diteteskan air
dengan daun sirih ke bagian wajah 1 1 OK
33 33 MS Eye Angel Still Proses pereuh saat minum air pereuh 2 1 OK
1 C
34 34 MS Eye Angel Still Wawancara Aki Didih 1 1 OK
35 35 LS Eye Angel Move Jurus-Jurus Dasar Penca Cimande
3 1 OK
setelah pereuh 2 C
36 36 MS High Angel Still Jurus-Jurus Dasar Penca Cimande
setelah pereuh 1 1 OK
37 37 LS Low Angel Still Jurus-Jurus Dasar Penca Cimande 1 1 OK
38 38 MS Eye Angel Still Jurus-Jurus Dasar Penca Cimande 2 1 OK
1 C
39 39 MS Eye Angel Still Wawancara Aki Darma 1 1 OK
40 40 MS Eye Angel Still Jurus-Jurus Dasar Penca Cimande 1 1 OK
41 41 MS Eye Angel Still Wawancara Aki Darma 1 1 OK
42 42 MS Eye Angel Still Jurus-Jurus Dasar Penca Cimande 1 1 OK
43 43 MS Eye Angel Still Wawancara Aki Darma 1 1 OK
44 44 MS Eye Angel Still Jurus-Jurus Dasar Penca Cimande 2 1 OK
1 C
45 45 MS Eye Angel Still Wawancara Aki Darma 1 1 OK
46 46 MS Eye Angel Still Jurus-Jurus Dasar Penca Cimande
pepedangan 1 1 OK
47 47 MS Eye Angel Still Wawancara Aki Darma 1 1 OK
48 48 MS Low Angel Still Jurus-Jurus Dasar Penca Cimande
pepedangan 1 1 OK
49 49 MS Eye Angel Still Wawancara Aki Darma 1 1 OK
50 50 LS Low Angel Still Jurus-Jurus Dasar Penca Cimande
pepedangan 1 1 OK
51 51 MS Eye Angel Still Wawancara Aki Darma 1 1 OK
52 52 LS Eye Angel Still Jurus-Jurus Dasar Penca Cimande 2 1 OK
1 C
53 53 MS Eye Angel Still Proses Latihan dasar menggunakan
batang tebu 2
1 OK
1 C
54 54 CU Eye Angel Still Detail proses menyembuhkan bagian
tubuh yang bengkak 2
1 OK
1 C
55 55 MS Eye Angel Still Menyembuhkan kembali bagian tubuh
yang mengalami bengkak 2
1 OK
1 C
56 56 LS Eye Angel Move Latihan silat murid cimande 1 1 OK
57 57 MS Eye Angel Still Latihan silat murid cimande 1 1 OK
58 58 LS High Angel Move
Iring-iringan peserta penca cimande
menuju tempat festival di PPSAC
(Pusat Pelestarian Silat Aliran
Cimande)
3 1 OK
2 C
59 59 LS Eye Angel Still
Iring-iringan peserta penca cimande
menuju tempat festival di PPSAC
(Pusat Pelestarian Silat Aliran
Cimande)
2 1 OK
1 C
60 60 LS High Angel Move
Iring-iringan peserta penca cimande
menuju tempat festival di PPSAC
(Pusat Pelestarian Silat Aliran
Cimande) dengan background gedung
1 1 OK
61 61 LS Low Angel Move
Gedung PPSAC (Pusat Pelestarian
Silat Aliran Cimande)
3 1 OK
2 C
62 62 MS Low Angel Still Gedung PPSAC (Pusat Pelestarian
Silat Aliran Cimande) 2
1 OK
1 C
63 63 MS Low Angel Still Banner Festifal Penca Cimande 3 1 OK
2 C
64 64 LS Eye Angel Move Penampilan pesilat luar negeri dengan
aliran Cimande 1 1 OK
65 65 MS Eye Angel Still Penonton festival penca cimande 3 1 OK
2 C
66 66 MS Eye Angel Still Pemain Music di acara festival penca
cimande 2
1 OK
1 C
67 67 LS Eye Angel Move Penampilan Perebuatan seeng 1 1 OK
68 68 MS Eye Angel Still Penampilan Perebuatan seeng 1 1 OK
69 69 LS Eye Angel Stikk Penampilan kesepuhan cimande 1 1 OK
Spesifikasi Kamera
Jenis Kamera : SONY NEX-VG30
HD Video Codec : HD:MPEG4-AVC/H.264AVCHD ver.2.0 format
STD Video Codec : STD:MPEG2-PS
Media Storage Type : Memory Stick PRO Duo (Mark 2) Memory Stick PRO-HG
Duo Memory Stick XC-HG Duo SD/SDCH/SDXC Memory
Card (Class 4 or Higher)
Image Sensor : Exmor APS HD CMOS sensor (23.5x15.6mm)
Image Processor : BIONIS
Lens/Filter Diameter : Sony E-Mount lens
Optical/Digital Zoom : X2.0 with power zoom control and zoom lever (variable/fixed
max.32 steps)
Audio Format : Dolby Digital 5.1ch,Dolby Digital 5.1 Creator Dolby Digital
2ch stereo
Zoom Mic : Built-in Microphone
Maximum Still Image
Resolution (Photo mode) : 16.0 megapixel 3:2 (4912x3264) 13.6 megapixel
16:9 (4912x2760) 8.4 megapixel 3:2(3568x2368)
7.1 megapixel 16:9 (3568x2000) 4.0 megapixel 3:2
2448x1624) 3.4 megapixel 16:9 (2448x1376)
Image Stabilitation : Optical SteadyShot (with Active mode)
LCD Screen Size & Type : 3.0 Xtrea Fine LCD 270 degree swivel display
Direct Copy : Yes
HDMI Terminal : Yes (Mini)
USB Terminal : mini-AB/USB2.0 Hi-speed (mass-storage/MTP)
(Read only)
Active Interface Shoe : Yes(Multi Interface Shoe)
Dimension (W x H x D) : Approx. 91 x 130 x 223mm
Mass (w/o Tape, Battery,
Etc) : Approx. 650g
Mass (w/Lens Hood
With Lens Cover) : Approx. 1520g(NP-FV100)(with SELP18200 LENS)
Control : Minimum ISO 100
Maximum ISO 25600
Fastest shutter speed (1/n seconds) 4000
Slowest shutter speed (n seconds) 30 seconds
Focus point 25
Battery : Model NP-FV70
Spesifikasi Audio
Simultaneous recording tracks : 2
Simultaneous playback tracks : 2
Functions : Lo-cut Filter, Auto REC Level, Marker
Recording/playback format : WAV: 44.1 / 48 / 96kHz, 16- / 24-bit
MP3: 44.1kHz
48/56/64/80/96/112/128/160/192/224/256/320kbps
A/D conversion : 24-bit, 128x oversampling
D/A conversion : 24-bit, 128x oversampling
Signal processing : 32-bit
Recording media : microSD card (16MB - 2GB)
microSDHC card (4GB - 32GB)
Display : 127 segment custom LCD (with backlight)
Built-in Stereo mic : Unidirectional condenser
Gain : 0 to +39dB
Minimum gain with
digital attenuation : -28db
Maximum sound pressure level : 120db SPL
Mic/line Input : 1/8" stereo phone jack
(Plug-in power supported)
Input Impedance : 2k (Input level: 0 to -39dBm)
Phones/line output : 1/8" stereo phone jack
Output load impedance : 10k or more
Rated output level : -10dBm
Phone Output level : 20mW + 20mW into 32 load
Output load impedance : 10k on more
Rated output level : -10dBm
USB interface : Type: Mini-B type (USB 2.0 High Speed compatible),
Mass Storage Class operation
Format: 44.1 kHz/16-bit or 48 kHz/16-bit
Power requirements : Alkaline or Ni-MH AA battery x 1
or AC adapter (AD-17, USB to AC type)
Battery life (alkaline batteries) : 10 hours (MP3), 9.5 hours (WAV)
Dimensions : 44(W) x 136(D) x 31(H)mm
Weight : 60g (without batteries)
3.5 Proses Kerja Editor
Editor itu sendiri adalah proses menyusun, memanipulasi dan merangkai ulang
rekaman video menjadi suatu rangkaian cerita yang baru dengan memberikan tulisan,
gambar, atau suara sehingga mudah dimengerti dan dapat dinikmati pemirsa.
Menurut Supriyadi dkk (2019:10) Editor adalah seorang yang bertanggung
jawab dan bertugas menyunting gambar bergerak melalui proses seleksi,
memilih, memilah, untuk dijadikan sebagai rangkaian kesatuan film yang
utuh.
Setiap kegiatan yang dilakukan melalui tahapan dan proses pelaksanaan yang
sudah di tentukan (standart operation procedure), sehingga pekerjaan yg dilakukan
dapat berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan prosedur
pengoperasianya.Demikian juga dengan halnya kegiatan menyunting (editing)
program televisi.
Menurut Andi Fachruddin (2017:395) Editing adalah Proses
Menyusun,memanipulasi,dan merangkai ulang rekaman video (master tape)
menjadi suatu rangkaian cerita yang baru dengan memberikan penambahan
tulisan, gambar, atau suara sehingga mudah dimengerti dan dapat dinikmati
pemirsa.
Sedangkan menurut Supriyadi dkk (2019:148) Editing merupakan proses
terakhir dalam penyelesaian proses program TV maupun film.
Dari penjelasan di atas, penulis sebagai editor dapat menyimpulkan, editing
itu sendiri adalah proses penyuntingan, pemotongan, penyambungan dan merangkai
gambar serta suara agar menjadi sebuah cerita yang menarik untuk ditonton, dan
merupakan tahap akhir dari proses suatu produksi program televisi.
Dalam fim dokumenter "Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande" ini
penulis yang bertugas sebagai editor, berperan sangat penting untuk program yang
sudah dibuat, yang harus disusun sedemikian rupa agar menarik dalam mengemas
sebuah program.
3.5.1 Pra produksi
Pra produksi adalah tahapan awal untuk pembuatan film sebelum melakukan
tahapan-tahapan yang lainnya.Pra produksi meliputi dengan melakukan riset,
pembuatan ide serta konsep cerita, pembuatan crew, menentukan lokasi pembuatan,
membuat treatment angle untuk menentukan pengambilan gambar pada saat
produksi. Banyak yang perlu diperhatikan pada saat produksi, Agar sesuai dengan
film yang akan dibuat. Pra produksi juga menentukan biaya pada saat produksi
maupun pasca produksi. Dengan menentukan biaya, team dapat melakukan list alat
produksi yang akan digunakan dalam pembuatan film. Agar biaya sesuai dengan
perencanaan.
Menurut Supriyadi, dkk (2019:165-166) Pra poduksi merupakan tahapan yang penting
dalam sebuah produksi program acara. Dalam tahap ini semua persiapan sebelum
pelaksanaan produksi dilakukan. Semakin baik persiapan yang dilakukan makan
semakin baik pula program yang ditayangkan.
Tahapan ini juga dilalui oleh seorang editor dalam pra produksi ini adalah:
1. Setelah menerima naskah kemudian editor merencanakan konsep editing seperti
apa yang akan dipakai kemudian melihat dan mengingatkan sutradara shot apa yang
penting dan tidak boleh dihilangkan.
2. Berdiskusi dan memberi masukan dengan sutradara untuk mencari stock shot yang
dapat digunakan serta angle yang tepat untuk produksi yang akan dilaksanakan.
3. Berdiskusi dengan departemen dan crew yang lain untuk pembahasan serta teknis.
4. Bersama produser dan sutradara membicarakan proses pasca produksi yang akan
berlangsung baik dari sisi peralatan maupun dari sisi budgeting.
5. Bersama tim yang lain melaksanakan survey lokasi untuk menentukan kesesuaian
dengan gambaran dari naksah yang telah dibuat.
6. Menentukan tim editing.
3.5.2 Produksi
Produksi adalah tahapan pengerjaan selanjutnya setelah melakukan proses pra
produksi. Proses produksi ini adalah tahapan pengerjaan konsep yang telah dibuat
pada saat pra produksi, mengerjakan yang telah dibuat menurut director treatment.
Editor disini harus terlibat untuk proses produksi untuk melihat konsep yang
disesuaikan pada saat produksi berlangsung.
Menurut Supriyadi, dkk (2019:167) Tahapan ini adalah proses untuk merubah naskah
kedalam bentuk gambar. Perubahan visual ini bertujuan program yang dibuat dapat
dinikmati oleh penonton dan pesan yang ingin disampaikan tercapai.
Tugas editor di tahap produksi membantu sutradara untuk melakukan pengambilan
gambar dan audio yang dibutuhkan sesuai dengan isi cerita yang dibuat. Editor pun
wajib mengingatkan sutradara dan penulis bagian apa saja yang perlu diambil agar
shot-shot yang sudah dicatat tidak terlewatkan untuk pengambilan pada saat produksi
berjalan.
3.5.3 Pasca Produksi
Pasca produksi, proses ini dilakukan setelah tahap produksi berjalan selesai,
pasca produksi mempunyai peranan sangat penting dari proses yang lainnya. Pada
saat pasca produksi seorang editor mempunyai tugas yang sangat penting, karena
seorang editor pada proses ini melakukan editing setelah produksi berlangsung.
Menurut Supriyadi, dkk (2019: 167) Pasca produksi adalah proses atau tahap yang
dilalui setelah materi dasar program berupa shot-shot dan unsure pendukungnya sudah
selesai. Dalam hal ini peranan seorang editor dibutuhkan untuk menggabungkan shot
hingga menjadi sebuah scene atau adegan.
1. Offline Editing
Menurut Supriyadi, dkk (2019:150) Offline editing merupakan sebuah proses menata
gambar digitized sesuai dengan skenario dan urutan shot yang telah di tentukan oleh
sutradara. Dalam proses offline editing terdapat aktivitas memanggil file gambar
yang telah di logging dan di digitized untuk diurutkan sesuai konsep cerita.
Rough Cut
Dalam Supriyadi, dkk (2019:13) Rough Cut adalah penggabunagan dari
berbagai adegan film menurut suatu cerita yan komprehensif, yang
biasanya sudah termsuk dialog dan soundtrack, dan masih memerlukan
tahapan lain untuk dianggap sebagai pekerjaan yang terselesaikan.
Fine Cut
Menurut Supriyadi, dkk (2019:66) Fine Cut merupakan proses terakhir
sebelum film dokumenter tersebut benar-benar akan di release .
Di dalam proses editing film dokumenter “Penca Pusaka : Martial Arts of
Cimande“ penulis menggunakan beberapa software editing, untuk mengedit hasil take
video / menggabungkan video. Proses editing menggunakan software Adobe Premiere
Pro CC 2015, Adobe After Effect CC 2015. Proses ini dilakukan untuk memotong
beberapa klip video yang tidak terpakai. Langkah menambahkan insert video
dilakukan agar tidak terlihat membosankan, karena orang cenderung akan bosan jika
melihat video yang sama dalam waktu yang lama.
2. Online Editing
Dalam Supriyadi, dkk (2019:150) Online editing adalah proses editing ketika
seorang mulai memperhalus hasil offline memperbaiki kualitas hasil dan
memberikan tambahan transisi atau efek khusus yang di butuhkan.
Dalam proses ini editor menggabungkan Suara V.O yang telah dibuat menjadi
sebuah kesatuan audio visual. Tujuan menggunakan voice over untuk memperjelas
pesan yang ingin disampaikan.
Colouring
Pada saat pengambilan video ada beberapa gambar yang di ambil penata
kamera memiliki warna yang kurang cocok , maka dari itu editor menggunakan tools
Color Correction (Lumetri Color), agar perbedaan warna dari setiap gambar bisa di
minimalisir dan lebih di sesuaikan pada gambar dan suasana.
Fades and cuts
Pergantian antara gambar yang satu dengan yang lainnya dengan melalui
blank, fade dibagi menjadi dua bagian, yaitu Fade in dan Fade out. Fade in adalah
suatu shot atau visual yang bermula dari keadaan gelap kemudian secara perlahan
muncul gambar hingga normal. Sedangkan Fade out adalah dari gambar terang
(Normal) berangsur secara perlahan menjadi gelap.
3. Mixing
Menurut Andi Fachruddin (2017:418) Proses mixing adalah proses
mencampur atau mengolah beberapa sumber suara (suara dubbing,atmosfer,
dan ilustrasi) serta menyamakan beat/tempo sehingga enak di dengar,yang
digunakan dalam pembuatan suatu program acara.Tentunya mixing ini baru
dapat dilakukan setelah pekerjaan editing selesai, proses dubbing sudah siap,
dan ilustrasi music juga sudah tersedia.
Dalam proses ini editor menggabungkan Suara V.O yang telah dibuat menjadi
sebuah kesatuan audio visual. Tujuan menggunakan voice over untuk memperjelas
pesan yang ingin disampaikan. Setelah semua komponen gambar dan suara selesai
disusun selanjutnya adalah melakukan mixing audio sesuai standar penyiaran. Di
tahap ini suara diatur mana suara yang dominan dan mana suara yang hanya dijadikan
untuk backsound . jangan sampai suara saling menggangu. Seperti contoh suara
wawancara narasumber, Voice Over yang menjadi dominan. Semua harus diatur
semaksimal mungkin.
4. Final Rendering
Yaitu proses yang dilakukan setelah editing (offline/online) selesai dilakukan.
Video ini akan di pindah (Export) kedalam bentuk DVD. Setelah semua file video,
foto, backsound dan sound effect selesai di edit, penulis dan editor melakukan proses
terakhir yaitu manggabungkan semua menjadi sebuah film utuh lalu mengeksport file
tersebut dengan format MP4 FULL HD dengan resolusi 1920 x 1080p.
Peran dan Tanggung Jawab
Setiap departemen produksi pasti memiliki peran dan tanggung jawab masing-
masing, dan disini penulis selaku editor juga memiliki peran dan tanggung jawabnya
tidak hanya pada saat pasca produksi, melainkan juga pada saat pra produksi dan pada
saat produksi
Supriyadi dkk (2014:148) mengungkapkan peran dan tanggung jawab editor sebagai
berikut: Editor bertanggung jawab untuk menghubungkan shot-shot yang telah
diambil kemudian menjadi satu peristiwa yang utuh dalam rangkaian scene ataupun
sequenceagar mempunyai makna dan pesan yang dapat ditangkap oleh audiencenya.
Editor adalah orang yang paling berperan pada saat pelaksanaan editing, karena
seorang editor tidak hanya mengerti tentang permasalahan teknis tetapi juga harus
mempunyai sisi kreatifitas yang tinggi.
Sebagai seorang editor, penulis mempunyai peran dan tanggung jawab yang
sangat besar,karena editor merupakan orang yang menyelesaikan proses akhir dalam
pembuatan karya yang membentuk dan menyusun setiap shot-shot sehingga menjadi
sebuah jalinan cerita yang baik dan dapat di mengerti oleh penonton. Memastika
rangkaian cerita yang masuk akal setiap detiknya. Seorang editor juga bertugas
memahami atau menganalisa skenario, memberikan saran kepada sutradara untuk
menambah atau mengurangi gambar dan suara yang tidak sempurna secara teknis.
Seorang editor juga bertugas untuk mengembangkan ide dalam proses pasca produksi
sesuai dengan isi karya dokumenter dan pesan yang akan di sampaikan.
3.5.5 Proses Penciptaan Karya
A. Konsep kreatif
Hal pertama yang dipikirkan oleh editor dalam konsep kreatif ini adalah
penyusunan gambar yang telah diambil oleh penata kamera agar menghasilkan karya
dokumenter televisi yang menarik, kreatif dan layak untuk dinikmati penonton. Dalam
konsep kreatif ini editor menampilkan gambar-gambar yang bermakna dan sesuai
dengan alur cerita yang ada. Editor hanya menggunakan beberapa transisi seperti
dissolve dan Fade. Editor menggunakan backsound khas Jawa Barat dan music
pengiring Penca silat untuk menyesuaikan alur cerita.
B. Konsep Produksi
Penulis ikut serta dalam tahap produksi untuk menyesuaikan pengambilan
gambar bersama sutradra. Agar meminimalisir kekurangan gambar dan
mempermudah proses editing karena penulis bisa mempunyai bayangan mengenai
gambar yang akan di pakai. Penulis dapat mengemukakan pendapat untuk mencapai
suatu sasaran mutu dengan berpikir secara kreatif, cermat, dan lugas untuk mengemas
shot-shot yang akan diserahkan nantinya setelah produksi selesai.
C. Konsep Teknis
Proses teknis disini berupa rangkaian kerja dari mulai pemakaian alat
produksi, produksi, editing, mulai dari proses capturing, cutting, rendering, hingga
proses akhir finishing hasil kerja, bersama dengan sutradara.
Dalam teknis editing itu sendiri penulis melakukan Cut to cut dalam berbagai
macam video yang telah di ambil. Seperti saat wawancara narasumber, disisipkan
gambar atau aktivitasnya yang sesuai dengan percakapan. Alasanya untuk mendukung
gambar dan pernyataan dari narasumber. Editor juga memasukkan beberapa transisi
berupa fade in, fade out, cross dissolve. Untuk memberikan kesan dramatis pada
setiap pergantian waktu dan gambar.
3.5.6 Kendala Produksi dan Solusi Produksi
Pada saat produksi berlangsung, penulis sebagai editor mengalami kendala
seperti
1. Memindahkan file dari memori ke laptop dikarenakan memori yang penuh karena
menyimpan file video yang begitu banyak. Itu menjadi terus menerus sehingga
membuat hardisk di laptop penuh dan harus menghapus beberapa file di laptop yang
cukup menghabiskan waktu.
2. Pada Pasca Produksi adapun kendala yang dialami penulis :
- Pada saat penulis sedang melakukan offline editing, terjadi mati listrik dan file lupa
untuk di save sehingga penulis haru mengulang editing, meskipun tidak dari awal.
- Terkadang computer untuk editing terjadi not responding atau freeze ketika import
file yang akan di edit.
- Karena keterbatasan spesifikasi yang dimiliki untuk editing maka membutuhkan
waktu yang cukup lama dalam setiap preview yang dilakukan. Begitu juga pada saat
Exporting .
3.5.7 Lembar Kerja Editor
KONSEP KERJA EDITOR
Didalam pra produksi seorang editor bekerja untuk membantu penulis naskah
dan sutradara dalam melakukan riset menentukan konsep apa yang akan dibuat.Pada
saat produksi editor membantu memindahkan file ke laptop dan memilih stock shot
yang baik agar pada saat memasuki tahap editing sudah terkonsep dan mempermudah
editor dalam memilih gambar atau stock shot yang akan di masukkan. Pada konsep
editor kali ini penulis menginginkan film dokumenter “ Penca Pusaka : Martial Arts of
Cimande “ menjadi sebuah film profile dokumenter yang bisa menyerap perhatian
penonton dengan menampilkan sejarah tentang aliran bela diri tertua di Indonesia
yaitu penca silat Cimande.
Selain menampilkan sejarah silatnya, penulis juga ingin menampilkan filosofi
yang terkandung dalam setiap gerakan dari penca Cimande. Dimana dalam setiap
gerakanya begitu banyak mengandung makna. Editor juga memasukkan beberapa
instrument-instrument musik sunda atau Jawa Barat untuk menyesuaikan dengan shot
yang di tampilkan.
Mulai dari konsep teknis editor seperti melakukan cut to cut pada saat
wawancara dengan audio wawancara narasumber yang terus berjalan, dan gambar
wawancara yang di ganti dengan stock shot yang mendukung isi wawancara tersebut.
Editor juga menambahkan beberapa transisi yang dibutuhkan seperti fade , guna untuk
menampilkan kesan dramatis pada setiap pergantian shott yang di tampilkan. Dalam
konsep teknis pewarnaan ada beberapa shot yang di perlu di berikan warna yang
sesuai dengan situasi seperti pada saat narasumber sedang melatih anak anak berlatih
silat Cimande,tujuannya agar bisa memberikan kesan yang lebih dramatis pada
penonton.
B. Spesifikasi Editing
HARDWARE
1. Processor : Intel Core i5-4460 3.20GHz
2. RAM : 16 GB
3. Hardisk : 2TB HDD
4. SSD : 120 GB
4. Motherbard : GIGABYTE TECHNOLOGY
5. VGA : GeForce GTX 760 2Gb
6. Audio : Logitech Speaker
7. Keyboard : Standard PS/2 Keyboard
8. Mouse : Fantech Macro Gaming
SOFTWARE
Nama : Adobe Premiere Pro CC 2015
Animasi : Adobe After Effect CC 2015
Grafis : Photoshop CC 2017
Proses Pembuatan Program ID
1.Color Bar
2. Production logo UBSI
3.Id Program
78
Laporan Editing
Production Company : Immunity Creative
Produser : Danu Dwi p
Project Title : “Penca Pusaka : Martial Arts Of Cimande”
Director : M.Arief
Durasi : 17 Menit
No
Time
Ext/Int
Keterangan
Visual Audio SFX Transisi VFX Durasi
1 00:00: 00:00 - 00:00: 05:00 - Bars and Tone - - Cutting 5 Detik
2 00:00: 05:00 - 00:00:10:00 - Logo BSI - - Dip to
black 5 Detik
3 00:00:10:00 - 00:00:15:00 - Program Id - - Dip to
black 5 Detik
4 00:00:15:00 - 00:00:20:00 - Counting Leader - - Cutting 5 Detik
5 00:00:20:00 - 00:00:27:00 - Judul Program - - Dip to
black 7 Detik
6 00:00:27:00 - 00:00:32:00 Ext Establish Sawah - Natural +
Instrument Music Cutting 5 Detik
7 00:00:32:00 - 00:00:37:00 Ext Establish Sawah - Natural +
Instrument Music Cutting 5 Detik
8 00:00:37:00 - 00:00:43:00 Ext Pepohonan - Natural +
Instrument Music Cutting 6 Detik
9 00:00:43:00 - 00:00:48:00 Ext Detail gambar
ayam di sawah VO Instrument Music Cutting 5 Detik
79
10 00:00:48:00 - 00:00:52:00 Ext Establish sungai
cimande VO Instrument Music Cutting 4 Detik
11 00:00:52:00 - 00:00:58:00 Ext
Establish tugu
selamat datang
desa cimande
VO Instrument Music Cutting Color grading 6 Detik
12 00:00:58:00 - 00:01:03:00 Ext Anak anak latihan
penca VO Instrument Music Cutting Color grading 5 Detik
13 00:01:03:00 - 00:01:08:00 Ext Suasana Latihan
silat VO Instrument Music Cutting Color grading 5 detik
14 00:01:08:00 - 00:01:14:00 Ext Anak - anak
Latihan silat VO Instrument Music Cutting Color grading 6 detik
15 00:01:14:00 - 00:01:18:00 Ext Detail benturan
kaki VO Instrument Music Cutting Color grading 4 detik
16 00:01:18:00 - 00:01:46:00 Int
Wawancara
Narasumber ( Aki
didih)
- Natural Cutting - 28 Detik
17 00:01:46:00 - 00:01:52:00 Int Establish Saung
Penca pusaka VO Instrument Music Cutting Color grading 6 detik
18 00:01:52:00 - 00:01:59:00 Int
Silsilah
Keturunan
Cimande
VO Instrument Music Cutting Color grading 7 detik
19 00:01:59:00 - 00:02:09:00 Int Ta’leq Cimande VO Instrument Music Cutting Color grading 10 detik
20 00:02:09:00 - 00:02:32:00 Int
Wawancara
Narasumber ( Aki
didih)
- Natural Cutting - 23 detik
21 00:02:32:00 - 00:02:48:00 Int Proses keceur dan - Natural Cutting Color grading 16 detik
80
pereuh
22 00:02:48:00 - 00:02:57:00 Int Detail Air pereuh VO Natural +
Instrument Cutting Color grading 9 detik
23 00:02:57:00 - 00:03:11:00 Int Detail Sesepuh - Natural +
Instrument Cutting Color grading 13 detik
24 00:03:11:00 - 00:03:55:00 Int Meneteskan Air VO Natural +
Instrument Cutting Color grading 44 detik
25 00:03:55:00 - 00:04:12:00 Int
Wawancara
Narasumber ( Aki
didih)
- Natural Cutting Color grading 16 detik
26 00:04:12:00 - 00:04:31:00 Int Latihan gerakan
sambil duduk VO
Natural +
Instrument Cutting Color grading 19 detik
27 00:04:31:00 - 00:04:54:00 Ext Latihan gerakan
sambil duduk VO
Natural +
Instrument
Dip to
black Color grading 23 detik
28 00:04:54:00 - 00:05:32:00 Ext
Wawancara
Narasumber (
M.Sudarma)
- Natural Cutting Color grading 38 detik
29 00:05:32:00 - 00:06:01:00 Ext Latihan gerakan
sambil duduk VO
Natural +
Instrument Cutting Color grading 29 detik
30 00:06:01:00 - 00:08:21:00 Ext
Wawancara
Narasumber (
M.Sudarma)
- Natural Cutting Color grading 2.20 menit
31 00:08:21:00 - 00:08:26:00 Ext Adegan silat
pepedangan -
Natural +
Instrument Cutting Color grading 5 detik
32 00:08:26:00 - 00:09:48:00 Ext Wawancara
Narasumber (
- Natural Cutting Color grading 1.22 menit
81
M.Sudarma)
33 00:09:48:00 - 00:10:22:00 Ext Adegan adu kaki VO Natural Cutting Color grading 1.26 menit
34 00:10:22:00 - 00:12:08:00 Int
Wawancara
Narasumber ( Aki
didih)
- Natural Cutting Color grading 2 menit
35 00:12:08:00 - 00:12:58:00 Int Adegan Perebut
Seeng VO
Natural +
Instrument Cutting Color grading 50 detik
36 00:12:58:00 - 00:13:06:00 Ext Establish Sawah - Natural Dip to
black - 8 detik
37 00:13:06:00 - 00:13:12:00 Ext Establish PPSAC VO Natural +
Instrument Cutting Color grading 6 detik
38 00:13:12:00 - 00:13:18:00 Ext Kegiatan festival VO Natural +
Instrument Cutting Color grading 6 detik
39 00:13:18:00 - 00:13:22:00 Ext Banner Festival VO Natural +
Instrument Cutting Color grading 4 detik
40 00:13:36:00 - 00:14:05:00 Int Festival Penca VO Natural +
Instrument dissolve Color grading 1.31 menit
41 00:14:05:00 - 00:14:24:00 Ext Anak-anak
Latihan penca VO
Natural +
Instrument
Dip to
black Color grading 19 detik
42 00:14:24:00 - 00:15:31:00 Int
Wawancara
Narasumber ( Aki
didih)
- Natural Dissolve Color grading 17 detik
43 00:15:31:00 - 00:15:37:00 Ext
Adegan
memasang ikat
kepala
- Instrument Cutting Color grading 6 detik
82
44 00:15:37:00 - 00:15:40:00 Ext Kumpul para
jawara cimande VO
Natural +
Instrument Cutting Color grading 3 detik
45 00:15:40:00 - 00:15:50:00 Ext Pawai Silat VO Natural +
Instrument Cutting Color grading 10 detik
46 00:15:50:00 - 00:15:56:00 Ext Adegan Silat VO Natural +
Instrument Dissolve Color grading 6 detik
47 00:15:56:00 - 00:16:48: 00 Ext
Narasumber
memeragakan
gerakan silat
VO Natural +
Instrument Dissolve Color grading 1.19 menit
83