bab iii landasan teori

19
BAB III LANDASAN TEORI A. Aspek Legalitas Penulisan Kertas Kerja Wajib ini dilaksanakan dengan memperhatikan aspek legalitas berdasarkan perundang- undangan sebagai berikut : a. UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.23 TAHUN 2007 Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2007 terdapat beberapa pasal yang menjelaskan dan mengatur mengenai perawatan/pemeliharaan. Pasal – pasal yang dimaksud tersebut adalah : 1) Pasal 21 Perawatan Prasarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c wajib : a) Memenuhi standart perwatan prasarana perkeretaapian ;dan b) Dilakukan oleh tenaga yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi keahlian dibidang prasarana perkeretaapian. 2) Pasal 48 a) Untuk keperluan pengoperasian dan perawatan, jalur kereta api umum dikelompokkan dalam beberapa kelas Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka 30

Upload: arrohmana19

Post on 17-Sep-2015

233 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

KKw balast

TRANSCRIPT

BAB III

PAGE 44

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Aspek Legalitas

Penulisan Kertas Kerja Wajib ini dilaksanakan dengan memperhatikan aspek legalitas berdasarkan perundang-undangan sebagai berikut :a. UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.23 TAHUN 2007Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2007 terdapat beberapa pasal yang menjelaskan dan mengatur mengenai perawatan/pemeliharaan. Pasal pasal yang dimaksud tersebut adalah :

1) Pasal 21

Perawatan Prasarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c wajib :

a) Memenuhi standart perwatan prasarana perkeretaapian ;dan

b) Dilakukan oleh tenaga yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi keahlian dibidang prasarana perkeretaapian.

2) Pasal 48

a) Untuk keperluan pengoperasian dan perawatan, jalur kereta api umum dikelompokkan dalam beberapa kelas

b) Pengelompokkan kelas jalur kereta api umum sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) didasarakan pada :

1. Kecepatan maksimum yang diijinkan

2. Beban gandar maksimum yang diijinkan

3. Frekuensi lalu lintas kereta api

3) Pasal 65

a) Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian wajib merawat prasarana perkeretaapian agar tetap laik operasi

b) Perawatan prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

(1) perawatan berkala; dan

(2) perbaikan untuk mengembalikan fungsinya

c) Perawatan prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi standart dan tata cara perawatan yang ditetapkan oleh menteri

d) Perawatan prasarana perkeretapian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dilakukan oleh tenaga yang memenuhi syarat dan kualifukasi yang ditetapan oleh Menteri

b. PERATURAN PEMERINTAH NO.69 TAHUN 1998

Berdasarkan PP NO.69 TH 1998 terdapat beberapa pasal yang menjelaskan dan mengatur mengenai perawatan/pemeliharaan. Pasal pasal yang dimaksud tersebut adalah :

1) Pasal 40

a) Perawatan prasarana kereta api dilakukan untuk mempertahankan prasarana tetap laik operasi sesuai persyaratan teknis perawatan yang berlaku.

b) Perawatan prasarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan keselamatan dan kebutuhan operasional kereta api, serta kelestarian lingkungan.

2) Pasal 41

a) Perawatan prasarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam pasal 40, dilakukan ditempat prasarana berada atau di Balai Yasa.b) Balai yasa sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) harus memenuhi persyaratan :

(1) keselamatan dan keamanan kerja ;

(2) memiliki perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan dalam pelayanan perawatan

3) Pasal 61

a) Perawatan, pemeriksaan, pengujian, dan pengoperasian prasarana dan sarana kereta api dilakukan oleh tenaga yang memiliki kualifikasi dan keahlian

b) Kualifikasi dari keahlian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperoleh melalui pendidkan dan pelatihan dibidang perkeretaapian

4) Pasal 62

Pendidikan dan pelatihan dibidang perkereta api sebagaimana dimaksud dalam pasal 61 ayat (2), diselenggarakan sebagai bagian sistem pendidikan nasional

c. KEPUTUSAN MENTERI NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API

Berdasarkan KM NO.52 TH 2000 terdapat beberapa pasal yang menjelaskan dan mengatur mengenai perawatan/pemeliharaan. Pasal pasal yang dimaksud tersebut adalah :

1) Pasal 25

a) Untuk mempertahankan jalur kereta api tetap dapat berfungsi sesuai dengan kelasnya dan tetap laik operasi harus dilakukan perawatanb) Perawatan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan dengan memperhatikan keselamatan dan kebutuhan operasional kereta api serta kelestarian lingkungan, sesuai dengan standart perawatan jalur kereta api

c) Standart perawatan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada ;

(1) ketentuan umum perawatan

(2) geometri jalan rel

(3) kelas jalur sesuai dengan lintas.

d) Ketentuan umum perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,meliputi:

(1) perencanaan konstruksi jalan rel

(2) kecepatan dan beban gandar

(3) kelas jalur kereta api

(4) ruang bebas dan ruang bangun

(5) perlintasan sebidang

(6) lingkungan jalur kereta api

e) Geometri jalan rel sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b,meliputi:

(1) umum

(2) lebar jalan rel

(3) lengkung vertikal dan horisontal

(4) Kelandaian2) Pasal 26

a) Perawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (1) , merupakan seluruh kegiatan yang bertujuan untuk memulihkan dan/atau mempertahankan kondisi jalur pada tingkat tertentu sesuai dengan kelas yang ditetapkan

b) Perawatan jalur sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) , dilaksanakan agar kereta api dapat beroperasi sesuai dengan tingkat kualitas pelayanan yang ditetapkan berdasarkan standart teknis atau petunjuk teknis perawatan

c) Kegiatan perawatan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ), merupakan kegiatan perawatan dan perbaikkan yang pelaksanaannya dijabarkan dalam kegiatan setiap tahun

d) Kegiatan perawatan jalur sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ), meliputi perawatan :

(1) Jalan rel, yang terdiri dari:

a. Perbaikan jalan rel

b. Perbaikkan bantalan

c. Penambahan ballas

d. Pemecokan

e. Lingkungan

(2) Jembatan

(3) Wesel

(4) Persinyalan

(5) Instalasi listrik aliran atas

(6) Telekomunikasi

(7) Terowongan

3) Pasal 27

a) Kegiatan perawatan bangunan utilitas yang menggunakan atau mengganggu daerah manfaat jalan, daerah milik jalan, dan daerah pengawasan jalan kereta api, harus dilakukan tanpa menimbulkan gangguan terhadap kelancaran, keamanan, dan ketertiban lalu lintas

b) Tata cara perawatan di daerah manfaat jalan, daerah milik jalan, dan daerah pengawasan jalan kereta api guna memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) harus memenuhi :

(1) Jadwal perawatan

(2) Persyaratan teknis perawatan

(3) Persyaratan perawatan perlintasan

(4) Persyaratan perawatan lengkungB. Aspek Teknisa. Sumber Daya Manusia

Untuk mempertahankan jalur kereta api tetap dapat berfungsi sesuai dengan kelasnya dan tetap laik operasi maka jalan rel harus dilakukan perawatan. Dalam perawatan jalur kereta api dilaksanakan agar kereta api dapat beroperasi sesuai dengan tingkat kualitas pelayanan yang ditetapkan berdasarkan standart teknis atau petunjuk teknis perawatan dijelaskan pada tabel III.1:

Tabel III.1. Standart Perawatan Jalan Rel

Kecepatan maksimum

Standart Perawatan

kereta api (km/h)LintasanLengkung peralaihan pada

lengkung yang tajam

Jenis120 atau 95 atau85 atau45 ataukurang Berkenaan dengan lintas

Perubahanlebihlebihlebihlebihdari 45berlistrik atau kereta diesel

Lebar sepurLurusan dan lengkungan, radius lebih 600 m +20(+14)ringan dimana terdapat

Lengkungan,radius 200m hingga 600m +25(+19)lengkungan dengan radius

Lengkungan,radius,dibawah 200 m +20(-14)kurang dari 400 m dan

Angkatan melintangPerawatan tergantung tingkat skilupeninggian lebih dari 800mm

Angkatan memanjang23(15)25(17)27(19)30(22)32(24)serta lengkung transisi

Alinyemen23(15)25(17)27(19)30(22)32(24)pada sisi keluar kereta api

Skilu23(18) ( termasuk pengurangan peninggian rel )( termasuk lengkung transisi

kira - kira 10 m ) maka

digunakan nilai - nilai

berikut

lebar sepur : +10 (+6)

alinyemen : 14 (8)

Sumber : Standart Teknis Kereta Api Indonesia Untuk Jalan RelCatatan :

a. Nilai nilai dalam tabel menggambarkan kondisi dinamis yang diperoleh dari inspeksi pada kecepatan tinggi. Nilai dalam kurung menunjukkan kondisi statis

b. Nilai nilai perawatan lebar sepur standart untuk jalur jalur yang belum memilki pelebaran sepur yang tepat diuraikan sebagai berikut:

1) Lurusan dan lengkungan dengan jari jari lebih dari 200 m adalah : + 20 ( +14 )

2) Lengkung dengan jari jari kurang 200 m : +15 ( +9 )

c. Skilu menunjukkan dari perubahan elevasi melintang untuk tiap 5 m

d. Pelebaran sepur, peninggian rel dan versine pada lengkungan ( termasuk lengkung vertikal ) tidak termasuk disini.

Berdasarkan standart perawatan jalan rel maka beberapa metoda yang digunakan untuk perawatan/pemeliharaan jalan rel antara lain :

1) PEJATER ( Pemeliharaan Jalan Rel secara Teratur )Metode pemeliharaan jalan rel ini digunakan pada masa kolonial belanda. Wilayah petak regu pemeliharaan dibagi menjadi 6 km/regu, dengan komposisi personil regu 1JRJ + 6 Pkj. Pekerjaan dalam satu petak regu dibagi 4 ( empat ) bagian dengan panjang masing masing jalan 1,5 km dan dilaksanakan dalam siklus 4 ( empat ) bulanan. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan jalan rel masih menggunakan peralatan manual.

2) PERJANA ( Pemeliharaan Jalan rel Terencana )

Metode pemeliharaan PERJANA digunakan untuk menggantikan metode PEJATER, dengan pembagian wilayah pemeliharaan lebih luas yaitu menjadi 6 bagian. Komposisi pembagian wilayah yaitu 1/6 bagian dilakukan perawatan sempurna ( RS ) dan 5/6 bagian dilakukan perawatan khusus ( RK ). Pemeliharaan dilakukan dai kilometer terkecil menuju kilometer terbesar. Peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan metode Perjana terdapat 3 cara yaitu :Tabel III.2. Kegiatan pemeliharaan Jalan Rel

NoJenis PemeliharaanKegiatan

1Tenaga manual1. Melakukan angkatan pilih - pilih,angkatan sambungan angkatan menyeluruh, lestrengan

( 1 JRJ + 6 Perka )2. Pengencangan alat penambat

3. Mengganti rel yang cacat

4. Memprofilkan ballas

5. Membersihkan tubuh baan, membersihkan ballas dari rumput

6. Peralatan yang digunakan yaitu:Dongkrak, Balincong, dandang, Mistar Angkatan, water pas, cangkul, benang nylon dll

2Tenaga Semi 1. Melakukan angkatan pilih - pilih,angkatan sambungan angkatan menyeluruh, lestrengan

mekanik2. Pengencangan alat penambat

( 1 JRJ + 4 Perka )3. Mengganti rel yang cacat

4. Memprofilkan ballas

5. Membersihkan tubuh baan, membersihkan ballas dari rumput

6. Peralatan yang digunakan : Mesin HTT ( Hand Tie Tamper), dongkrak angkatan, Pesawat teropong, mistar angkatan, alat waterpas, nilon

3Tenaga MekanikPemeliharaan menggunakan Alat MTT

( 3 Perka )( Multi Tie Tamper )

Sumber : Buku Saku PERJANASesuai dengan komposisi pekerja pemeliharaan jalan rel maka dapat dihitung besar kilometer yang dapat dipelihara oleh satu orang pekerja yaitu menggunakan rumus antara lain:

b. Teknis Konstruksi Jalan relDasar dari penetuan sistem pemeliharaan jalan rel adalah besarnya daya angkut lintas ( Passing Tonage ) suatu jalan rel dan atau kecepatan maksimumnya. Daya angkut lintas adalah jumlah anggapan yang melewati suatu lintas dalam jangka waktu satu tahun. Daya angkut lintas mencerminkan jenis serta jumlah beban total dan kecepatan kereta api yang lewat dilintas yang bersangkutan.

Sesuai dengan Peraturan Dinas No. 10 Tentang perencanaan konstruksi jalan rel menyatakan bahwa daya angkut lintas, kecepatan maksimum, beban gandar dan ketentuan lain untuk tiap kelas jalan, tercantum pada tabel III.3 :

Untuk mendapatkan besarnya passing tonage, dilakukan beberapa tahapan perhitungan antara lain :

1. Menghitung Berat Lokomotif

Untuk menghitung berat lokomotif berdasarkan berat lokomotif yang digunakan dikali dengan frekuensi KA yang dirumuskan :

Sumber: DAOP II Bandung

2. Menghitung Berat Kereta Penumpang / barang

Perhitungan berat kereta penumpang/barang berdasarkan data stamformasi DAOP II Bandung dengan menggunakan pendekatan yang sama dengan perhitungan berat lokomotif, yaitu :

Sumber : DAOP II Bandung

3. Analisa Tonnage Ekivalen ( TE )

Tonage ekivalen merupakan jumlah ton kilometer yang melintas perhari dalam suatu lintasan tertentu. Perhitungan tonage ekivalen dihitung dengan menggunakan rumus :

Sumber : Buku Saku PERJANA

Dimana :

TE= Tonnage Ekivalen ( ton/hari )

Tp= Tonase penumpang dan kereta harian ( ton )

Tb= Tonase barang perhari ( ton )

Kb= Koefisien yang besarnya tergantung beban gandar

1,5 untuk beban gandar < 18 ton

1,3 untuk beban gandar > 18 ton

K1= Koefisien yang besarnya 1,4

T1= Berat Lokomotif ( ton )

4. Analisa Daya Angkut Lintas ( Passing Tonage )

Daya angkut lintas merupakan jumlah ton kilometer yang melintas selama satu tahun dalam suatu lintasan tertentu.

Sumber : Buku Saku PERJANA

Dimana :

T

= Daya Angkut Lintas ( ton/tahun )

S

= Koefisien yang besarnya tergantung kualitas lintas:

1,1 untuk lintas dengan KA penumpang, dengan V maks 120 km/jam

1,0 untuk lintas tanpa kereta penumpang

TE

= Tonnage ekivalen ( ton/hari )

Dengan adanya variasi kondisi daya angkut lintas maka frekuensi pemecokan dapat ditentukan dengan menghitung faktor penentu sesuai kondisi tersebut. Faktor penentu kondisi KA merupakan fungsi dari jenis bantalan, jenis penambat, jenis sambungan, dan kondisi tanah dengan faktor indeks yang dijelaskan pada tabel III.4 :

Tabel.III.4. Faktor Indeks Frekuensi Pemecokan

Faktor PenentuFi = Faktor Indeks ( % )

Bantalan (Jb)Beton 0

Besi0.1

Kayu0.2

Penambat (Jp)Elastis0

Kaku0.25

Sambungan rel (Js)Rel panjang0

Sambungan Fish0.5

Tanah dasar ( Kf)Baik0

sedang0.75

Jelek0.15

Sumber : DAOP II BandungDengan pemakaian rumus :

Faktor Penentu ( Fp ) = Jb + Jp + Js + Kt

Sumber : DAOP II Bandung

Dimana:

Jb = ( fi x % beton ) + ( fi x % kayu ) + ( fi x % besi )

Prosentase beton adalah % dari volume beton ( m3 )

Jp = ( fi x % elastik ) + ( fi x % kaku )

Prosentase penambat elastik/kaku adalah 5 dari jumlah penambat elastik/kaku ( buah )

Js = ( fi x % rel panjang ) + ( fi x % rel pendek)

Prosentase rel panjang/pendek adalah % dari panajang rel panjang/pendek ( km )

Kt = ( fi x % tanah baik ) + ( fi x % tanah sedang ) + ( fi x % tanah jelek)

Frekuensi pemecokan ( km/tahun ) menggunakan rumus berikut :

Frekuensi pemecokan ( F ) = ( 0.023 x T0.3 x Vmaks0.5 ) x ( 1 + Fp )

Sumber : DAOP II Bandung

Keterangan :

0.023: ketetapan koefisien pemecokan

T: Daya Angkut Lintas ( ton / tahun )

V: Kecepatan maksimum ( km / jam )

Fp: Faktor penentu ( km )

Jumlah Kilometer yang Dipelihara

Kilometer Pemeliharaan =

Jumlah Pekerja

( III.1)

Berat Lokomotif ( T1 )= Berat Lokomotif x Frekuensi KA

( III.2)

Berat rangkaian kereta = Berat isi kereta / gerbong x

/ gerbong ( Tp / Tb ) kereta yang digunakan x frekuensi KA

( III.3)

TE = Tp + ( kb x Tb ) + ( k1 x T1 )

( III.4)

T = 360 x S x TE

( III.5)

( III.6)

( III.7)

PAGE Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka