bab iii kp nuhman

20
III-1 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Polipropilena 3.1.1 Struktur Molekul Polipropilena. Polipropilena merupakan bahan baku utama pembuatan plastik dan polimer hidrokarbon linier yang tersusun dari monomer propilena dengan unit berulang. Gambar 3.1 Monomer Propilena Berdasakan kelakuan polimer terhadap temperatur, polipropilena dapat digolongkan sebagai polimer termoplastik karena dapat melunak jika dipanaskan, mengalir jika diberi tekanan, dan akan kembali ke sifat padatan jika didinginkan. Berdasarkan letak gugus metal terhadap rantai utama, struktur molekul polipropilena dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: a. Isotaktik : semua gugus metil terletak pada salah satu sisi rantai polimer sehingga polipropilena bersifat kristalin. b. Sindiotaktik :

Upload: nuhman

Post on 06-Nov-2015

239 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Laporan Kerja Praktek Nuhman

TRANSCRIPT

III-1

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA3.1 Polipropilena

3.1.1 Struktur Molekul Polipropilena.Polipropilena merupakan bahan baku utama pembuatan plastik dan polimer hidrokarbon linier yang tersusun dari monomer propilena dengan unit berulang.

Gambar 3.1 Monomer PropilenaBerdasakan kelakuan polimer terhadap temperatur, polipropilena dapat digolongkan sebagai polimer termoplastik karena dapat melunak jika dipanaskan, mengalir jika diberi tekanan, dan akan kembali ke sifat padatan jika didinginkan. Berdasarkan letak gugus metal terhadap rantai utama, struktur molekul polipropilena dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:a. Isotaktik :semua gugus metil terletak pada salah satu sisi rantai polimer sehingga polipropilena bersifat kristalin.

b. Sindiotaktik :gugus metil terletak berselang-seling pada kedua sisi rantai polimer. Jenis ini sulit ditemukan karena pembuatannya sulit (temperatur operasi -78oC).

c. Ataktik :gugus metil terletak tak beraturan terhadap sisi rantai polimer sehingga polipropilena ataktik bersifat amorf.Berdasarkan jenis monomer pembentuknya, terdapat dua jenis polipropilena, yaitu homopolimer dan kopolimer.a. HomopolimerHomopolimer adalah polimer yang terbentuk dari satu jenis monomer propilena dan dibuat secara langsung dalam sebuah reactor.

b. Kopolimer

Kopolimer adalah polimer yang tersusun dari monomer propilena yang bereaksi dengan monomer lain, seperti etilena, untuk menghasilkan polimer yang mengandung lebih dari satu macam kesatuan struktur dan meningkatkan kekutannya sampai temperature di bawah -20oC.3.1.2 Polimerisasi Polipropilena.Polipropilena dapat dibuat dari monomer propilena melalui proses polimerisasi menggunakan katalis Ziegler-Natta atau katalis metallocene.

Gambar 3.2 Skema Pembentukan PolipropilenaKatalis Ziegler-Nata merupakan kombinasi antara senyawa logam trasisi dengan senyawa organologam dari logam golongan I-III. Contohnya adalah katalis TiCl4 dengan kokatalis Al(C2H5)3. Kokatalis ini berfungsi sebagai aktivator karena kokatalis bereaksi dengan katalis membentuk senyawa antara yang aktif. Stereospesifitas polipropilena hasil reaksi dapat dikendalikan dengan cara menambahkan basa Lewis sebagai donor electron. Donor elektron berfungsi sebagai stereoregulator dengan cara mendeaktivasi pusat aktif katalis yang akan membentuk polipropilena ataktik, memperbesar laju propagasi isotaktik, atau mengubah pusat aktif ataktik menjadi pusat aktif isotaktik. 3.2 Persediaan

3.2.1 Pengertian PersediaanSetiap perusahaan apakah itu perusahaan perdagangan atau pabrik serta perusahaan jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting, tanpa adanya persediaan para pengusaha yang mempunyai perusahaanperusahaan tersebut akan dihadapkan pada resikoresiko yang dihadapi, misalnya; pada sewaktu-waktu perusahaan tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang atau jasa yang dihasilkan. Hal tersebut dapat terjadi karena disetiap perusahaan tidak selamanya barang-barang atau jasa-jasa tersedia setiap saat, yang berarti pengusaha akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya di dapatkan. Begitu pentingnya persediaan sehingga merupakan elemen utama terbesar dari modal kerja yang merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar dimana secara terus-menerus mengalami perubahan.

Gambar 3.3 Aliran Raw MaterialPada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikan pada pelanggan atau konsumen. Persediaan memungkinkan produk-produk yang dihasilkan pada tempat yang jauh dari pelanggan atau sumber bahan mentah. Dengan adanya persediaan produksi tidak perlu dilakukan khusus buat konsumsi atau sebaliknya tidak perlu dikonsumsi didesak supaya sesuai dengan kepentingan produksi. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Sofjan Assauri (2004: 169) adalah sebagai berikut:1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari satu tingkat proses yang lain yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan. 2. Alasan organisasi untuk memungkinkan suatu unit atau bagian membuat skedul operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah ampai dengan barang jadi antara lain berguna untuk dapat: Menurut Sofjan Assauri (2004:170) :1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembaliakan.

3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran. 4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi. 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 6. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi adalah memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. 3.2.2 Manajemen Persediaan Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain. Pengaturan persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis ( operation, marketing, dan finance). Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan Marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi.Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi maupun kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar perusahaan selalu mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu).Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip ekonomi, yaitu jangan sampai biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi. Baik persediaan yang terlalu banyak, maupun terlalu sedikit akan minimbulkan membengkaknya biaya persediaan. Jika persediaan terlalu banyak, maka akan timbul biaya-biaya yang disebut carrying cost, yaitu biaya-biaya yang terjadi karena perusahaan memiliki persediaan yang banyak, seperti : biaya yang tertanam dalam persediaan, biaya modal (termasuk biaya kesempatan pendapatan atas dana yang tertanam dalam persediaan), sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pegawai pergudangan, biaya asuransi, biaya pemeliharaan persediaan, biaya kerusakan/kehilangan,Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan biaya akibat kekurangan persediaan yang biasa disebut stock out cost seperti : mahalnya harga karena membeli dalam partai kecil, terganggunya proses produksi, tidak tersedianya produk jadi untuk pelanggan.Jika tidak memiliki persediaan produk jadi terdapat 3 kemungkinan, yaitu : 1. Konsumen menangguhkan pembelian (jika kebutuhannya tidak mendesak). Hal ini akan mengakibatkan tertundanya kesempatan memperoleh keuntungan. 2. Konsumen membeli dari pesaing, dan kembali ke perusahaan (jika kebutuhan mendesak dan masih setia). Hal ini akan menimbulkan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan selama persediaan tidak ada. 3. Yang terparah jika pelanggan membeli dari pesaing dan terus pindah menjadi pelanggan pesaing, artinya kita kehilangan konsumen.Selain biaya di atas dikenal juga biaya pemesanan (ordering cost) yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan sejak penempatan pesanan sampai tersedianya bahan/barang di gudang. Biaya-biaya tersebut antara lain : biaya telepon, biaya surat menyurat, biaya adminisrasi dan penempatan pesanan, biaya pemilihan pemasok, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan pemeriksaan bahan/barang.Pengendalian persediaan adalah aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan ditekankan pada pengendalian material. Pada produk jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material dan banyak pada jasa pasokan karena konsumsi sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak memerlukan persediaan.Berikut ini adalah penjelasan tentang pentingnya mengelola persediaan bagi suatu perusahaan1. Persediaan merupakan investasi yang membutuhkan modal besar.2. Mempengaruhi pelayanan ke pelanggan.3. Mempunyai pengaruh pada fungsi operasi, pemasaran, dan fungsi keuangan.Adapun persediaan itu sendiri terbagi dua, berikut ini adalah jenis-jenis persediaan.1. Persediaan barang jadi biasanya tergantung pada permintaan pasar (independent demand inventory)

2. Persediaan barang setengah jadi dan bahan mentah ditentukan oleh tuntutan proses produksi dan bukan pada keinginan pasar (dependent demand inventory).Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi terkait pengelolaan persediaan1. Struktur biaya persediaan.

a. Biaya per unit (item cost)

b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)

Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)

Biaya pengiriman pemesanan

Biaya transportasi

Biaya penerimaan (Receiving cost)

Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.

c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)

Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital).

Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.

d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss).

e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)

2. Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan.

3.3 Safety StockSafety stock (juga disebut buffer stock) adalah istilah yang digunakan oleh logistik untuk menggambarkan tingkat stok ekstra yang dipertahankan untuk mengurangi risiko stockouts (kekurangan bahan baku atau kemasan) karena ketidakpastian pasokan dan permintaan. tingkat safety stock yang cukup ijin usaha untuk melanjutkan sesuai dengan rencana mereka. Keselamatan saham diadakan ketika ada ketidakpastian di tingkat permintaan atau lead time untuk produk. ia berfungsi sebagai asuransi terhadap stockouts. Ada 3 komponen yang menjadi pertimbangan dalam menentukan safety stock:

1. Variasi permintaan. Sangat jarang sekali kita menemukan kasus dimana permintaan itu stabil apalagi sama tiap bulannya. selalu ada variasi permintaan. Logikanya semakin tinggi variasi permintaan dari waktu ke waktu, pasti peluang untuk terjadi stock out (kekurangan persediaan saat ada permintaan) akan semakin besar. Oleh karena itu, faktor variasi permintaan ini pun harus berbanding lurus dengan safety stock yang harus kita siapkan.2. Lead time. Ada berbagai macam lead time mulai dari lead time produksi, leadtime transportasi, leadtime inspeksi, dan atau leadtime yang lain bergantung terminologi tiap-tiap perusahaan. Yang jelas sejak suatu produk dipesan hingga dideliver kepada yang memesan, waktu yang dibutuhkannya juga bervariasi. Kadang kala seminggu selesai. Di lain waktu bisa sampai 2 minggu atau lebih. Seperti halnya variasi permintaan, maka semakin besar leadtime-nya maka harus semakin besar pula safety stock yang kita butuhkan.3. Service level. Setiap perusahaan perlu menetapkan berapa service level yang diberikan kepada pelanggannya. Secara sederhana, kalau ada 100 permintaan, berapa banyak yang dapat kita tolerir untuk tidak terpenuhi? jika hanya 5, maka service level kita adalah 95%. idealnya memang 100%, tetapi itu berarti kita harus menyediakan safety stock yang sangat besar. Karena safety stock adalah inventory, maka uang yang tertanam di situ harus diperhatikan. Jika variasi permintaan diwakilkan oleh sigma, leadtime dilambangkan dengan L, serta service level kita kaitkan dengan z (biasanya diasumsikan mengikuti distribusi normal), maka safety stock dapat dihitung sebagai3.4 Material Requirement Planning (MRP)

Untuk dapat melakukan pengendalian terhadap inventori dalam konteks permintaan yang dependen, salah satu dari beberapa sistim yang dapat digunakan adalah Material Requirement Planning (MRP) System atau sering juga disebut "Little" MRP. MRP merupakan sistim yang dirancang untuk kepentingan perusahaan manufaktur termasuk perusahaan kecil. Alasannya adalah bahwa MRP merupakan pendekatan yang logis dan mudah dipahami untuk memecahkan masalah-masalah yang terkait dengan penentuan jumlah bagian, komponen, dan material yang diperlukan untuk menghasilkan produk akhir. MRP juga memberikan skedul waktu yang terinci kapan setiap komponen, material dan bagian harus dipesan atau diproduksi.

MRP didasarkan pada permintaan dependen. Permintaan dependen adalah permintaan yang disebabkan oleh permintaan terhadap item level yang lebih tinggi. Misalnya permintaan akan mesin otomotif, roda merupakan permintaan dependen yang tergantung pada permintaan otomobil. MRP digunakan pada berbagai industri terutama yang berkarakteristik job-shop, yakni industri yang memproduksi sejumlah produk dengan menggunakan peralatan produksi yang relatif sama.. MRP tidak akan cocok bila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk dalam jumlah yang relatif sedikit.A. Tujuan Material Requirement Planning (MRP)Tujuan Sistim MRP adalah untuk mengendalikan tingkat inventori, menentukan prioritas item, dan merencanakan kapasitas yang akan dibebankan pada sistim produksi. Secara umum tujuan pengelolaan inventori dengan menggunakan sistim MRP tidak berbeda dengan sistim lain yakni:1. memperbaiki layanan kepada pelanggan,

2. meminimisasi investasi pada inventori, dan

3. memaksimisasi efisiensi operasi

Filosofi MRP adalah menyediakan komponen, material yang diperlukan pada jumlah, waktu dan tempat yang tepat

B. Keunggulan dan Kelemahan Material Requirement Planning (MRP)Keunggulan MRP diantaranya Memberikan kemampuan untuk menciptakan harga yang lebih kompetitif, Mengurangi harga jual, mengurangi persediaan, Layanan yang lebih baik kepada pelanggan, respon yang lebih baik terhadap tuntutan pasar, kemampuan mengubah skedul master, mengurangi biaya set-up, dan waktu nganggur (idle time).

Sedang kelemahan yang pokok adalah menyangkut kegagalan MRP mencapai tujuan yang disebabkan oleh kurangnya komitmen dari manajemen puncak dalam pengimplementasian MRP, MRP dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari sistim lain, lebih dipandang sebagai sistim yang berdiri sendiri dalam menjalankan operasi perusahaan daripada sebagai suatu sistim yang terkait dengan sistim lain dalam perusahaan atau suatu bagian dari keseluruhan sistim perusahaan, mencoba menggabungkan MRP dengan JIT tanpa memahami betul karakteristik kedua pendekatan tersebut, membutuhkan akurasi operasi, kesulitan dalam membuat skedul terinci.C. Lot Sizing dalam Sistim Material Requirement Planning (MRP)Penentuan ukuran lot dalam MRP merupakan masalah yang komplek dan sulit. Lot Size diartikan sebagai kuantitas yang dinyatakan dalam penerimaan pesanan dan penyerahan pesanan dalam skedul MRP. Untuk komponen yang diproduksi di dalam pabrik, lot size merupakan jumlah produksi, untuk komponen yang dibeli. Lot size berarti jumlah yang dipesan dari supplier. Dengan demikian Lot size secara umum merupakan pemenuhan kebutuhan komponen untuk satu atau lebih periode.Sebenarnya ada banyak metode lot sizing yang dapat digunakan. Metode-metode tersebut dikelompokkan berdasarkan karakteristik sifat lot sizing yang diinginkan apakah statis atau dinamis.

Gambar 3.4 Pengelompokan Lot SizingKebijakan persediaan dikembangkan untuk menentukan kapan dilakukan penggantian kembali (replenishment) persediaan dan berapa banyak harus dipesan dalam sekali pemesanan. Keputusan tentang ukuran lot dan saat produksi sangat penting karena menyangkut penggunaan tenaga kerja dan peralatan yang ekonomis. Teknik lot sizing merupakan ukuran lot sizing (kuantitas pesanan) untuk memenuhi kebutuhan bersih satu atau beberapa periode sekaligus. Dalam penerapan metode MRP penentuan ukuran pesanan (lot) yang digunakan merupakan faktor yang terpenting. Pemilihan teknik lot sizing yang akan digunakan mempengaruhi keefektifan sistem MRP secara keseluruhan. Didalam pemilihan keputusan teknik lot sizing yang digunakan, hal yang dipertimbangkan adalah biaya-biaya yang terjadi akibat adanya persediaan (biaya persediaan), yaitu biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (holding cost).Tabel 3.1 Contoh Tabel MRP

Periode

PD123456

Gross requirements

Scheduled receipts

Project on hand

Net requirements

Planned order receipts

Planned order realeases

Sampai saat ini ada sepuluh teknik lot sizing yang menggunakan pendekatan level by level yang dapat digunakan, yaitu :

1. Jumlah pesanan tetap atau Fixed Order Quantity (FOQ).2. Jumlah pesanan ekonomi atau Economic Order Quantity (EOQ)3. Lot untuk lot atau Lot for Lot (LFL).4. Kebutuhan periode tetap atau Fixed Period Requirements (FPR).5. Jumlah pesanan periode atau Period Order Quantity (POQ).6. Ongkos unit terkecil atau Least Unit Cost (LUC).7. Ongkos total terkecil atau Least Total Cost (LTC).8. Keseimbangan suatu periode atau Part Period Balancing (PBB).9. Metode Silver Meal (SM).10. Algoritma Wagner Whittin (AWW).3.5 MRP Teknik Lot For Lot (L4L)Teknik ini merupakan lot sizing yang mudah dan paling sederhana. Teknik ini selalu melakukan perhitungan kembali (bersifat dinamis) terutama apabila terjadi perubahan pada kebutuhan bersih. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol. Oleh karena itu, sering sekali digunakan untuk item-item yang mempunyai biaya simpan sangat mahal. Apabila dilihat dari pola kebutuhan yang mempunyai sifat diskontinu atau tidak teratur, maka teknik Lot for Lot ini memiliki kemampuan yang baik. Di samping itu teknik ini sering digunakan pada sistem produksi manufaktur yang mempunyai sifat setup permanen pada proses produksinya.

3.6 MRP Teknik Least Unit Cost (LUC)Teknik LUC ini dan ketiga teknik berikutnya mempunyai kesamaan tertentu, yaitu ukuran kuantitas pemesanan dan interval pemesanannya bervariasi. Pada teknik LUC ini ukuran kuantitas pemesanan ditentukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan jalan mempertanyakan apakah ukuran lot disuatu periode sebaiknya sama dengan ukuran bersihnya atau bagaimana kalau ditambah dengan periode-periode berikutnya. Keputusan ditentukan berdasarkan ongkos per unit (ongkos pengadaan per unit ditambah ongkos simpan per unit) terkecil dari setiap bakal ukuran lot yang akan dipilih.Jika suatu order tiba atau datang pada awal periode pertama dan mampu memenuhi kebutuhan sampai akhir periode T, maka :Total Biaya per unit = (Biaya Order + Biaya Holding sampai akhir periode T) / kumulatif demand sampai akhir periode T3.7 MRP Teknik Least Total Cost (LTC)Teknik ini didasarkan pada pemikiran bahwa jumlah ongkos pengadan dan ongkos simpan (ongkos total) setiap ukuran kuantitas pemesanan yang ada pada suatu horizon perencanaan dapat diminimasi jika besar ongkos-ongkos tersebut sama atau hampir sama. Sarana untuk mencapai tujuan tersebut adalah suatu faktor tang disebut Economic Part Periode (EPP). Pemilihan ukuran lot ditentukan dengan jalan membandingkan ongkos part period yang ditimbulkan oleh setiap ukuran lot tersebut dengan EPP, yang paling dekat atau sama dengan EPP dipilih sebagai ukuran lot yang akan dilaksanakan. Part period adalah satu unit yang disimpan dalam persediaan dalam satu periode. EPP dapat didefinisikan sebagai kuantitas suatu item persediaan yang bila disimpan didalam persediaan selama satu periode, akan menghasilkan ongkos pengadaan yang sama dengan ongkos simpan. EPP dapat dihitung secara sederhana dengan memberi ongkos setiap kali pesan (S) dengan ongkos simpan perunit (h).3.8 Kelebihan dan Kekurangan dari Setiap Metode yang Digunakan

3.9 Kelebihan dan Kekurangan dari Metode3.10 Istilah-istilah dalam Pengendalian Persediaan