bab iii kajian lapangan -...

18
66 BAB III KAJIAN LAPANGAN A. Museum Radya Pustaka Museum Radya Pustaka adalah sebuah museum yang menyimpan benda koleksi dari Keraton Kasunanan Surakarta, kepatihan, hasil pembelian, G.P.H Hadiwijaya, dan sumbangan. benda koleksi tersebut berupa, patung setengah badan R. Ng. Ranggawarsita, Buku karya Ranggawarsita, Yasadipura yang berisi ungkapan filsafah, tuntutan hidup, kisah raja, sejarah, sastra, perangkat gamelan kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu kuno, Rajamala berkepala besar, Berbagai macam patung kuno dari batu dan perunggu, dan berbagai jenis payung. Kelembagaan Museum Radya Pustaka dibentuk oleh badan hukum yayasan Paheman Radya Pustaka pada 11 November 1951. Dimana pemerintah RI di Jakarta juga membantu subsidi keuangan dan tenaga karyawan museum dengan pertimbangan tidak ada museum milik bangsa Indonesia yang setua museum ini. Museum Radya Pustaka terletak di Jl. Slamet Riyadi no. 275 Surakarta 57141, telp. (0271) 712306. Museum buka pada hari selasa-minggu, jam 09.00-14.00 wib, setiap tanggal 28 libur untuk pembersihan museum (www.karatonsurakarta.com). 1. Sejarah Museum ini didirikan oleh Patih Karaton Surakarta yaitu Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pada tanggal 28 Oktober 1890, semasa pemerintahan Sri Susuhunan Pakoe Boewono IX yang memegang pemimpinan, hingga tahun 1990. Bangunan ini menyimpan riwayat R.H.T Djojohadiningrat II, yang memprakasai pendirian sebuah perkumpulan Pahemanan Radya Pustaka dengan museum. Dimana dapat direalisasikan pada Selasa kliwon tanggal 15 Maulud Ehe 1820/ 28 oktober 1890. Pengurus Museum memberi penghargaan kepada pemrakarsa pendirian museum dengan memberi nama WALIDYASANA pada gedung sebelah timur museum. Pada tanggal 1 januari 1913 merupakan proses pemindahan Musem dari Dalem kepatihan ke Gedung kadipolo. Gedung tersebut digunakan untuk

Upload: phamthuan

Post on 15-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

66

BAB III

KAJIAN LAPANGAN

A. Museum Radya Pustaka

Museum Radya Pustaka adalah sebuah museum yang menyimpan benda

koleksi dari Keraton Kasunanan Surakarta, kepatihan, hasil pembelian, G.P.H

Hadiwijaya, dan sumbangan. benda koleksi tersebut berupa, patung setengah badan

R. Ng. Ranggawarsita, Buku karya Ranggawarsita, Yasadipura yang berisi

ungkapan filsafah, tuntutan hidup, kisah raja, sejarah, sastra, perangkat gamelan

kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

kuno, Rajamala berkepala besar, Berbagai macam patung kuno dari batu dan

perunggu, dan berbagai jenis payung.

Kelembagaan Museum Radya Pustaka dibentuk oleh badan hukum yayasan

Paheman Radya Pustaka pada 11 November 1951. Dimana pemerintah RI di Jakarta

juga membantu subsidi keuangan dan tenaga karyawan museum dengan

pertimbangan tidak ada museum milik bangsa Indonesia yang setua museum ini.

Museum Radya Pustaka terletak di Jl. Slamet Riyadi no. 275 Surakarta 57141, telp.

(0271) 712306. Museum buka pada hari selasa-minggu, jam 09.00-14.00 wib,

setiap tanggal 28 libur untuk pembersihan museum (www.karatonsurakarta.com).

1. Sejarah

Museum ini didirikan oleh Patih Karaton Surakarta yaitu Kanjeng Raden

Adipati Sosrodiningrat IV pada tanggal 28 Oktober 1890, semasa pemerintahan Sri

Susuhunan Pakoe Boewono IX yang memegang pemimpinan, hingga tahun 1990.

Bangunan ini menyimpan riwayat R.H.T Djojohadiningrat II, yang memprakasai

pendirian sebuah perkumpulan Pahemanan Radya Pustaka dengan museum.

Dimana dapat direalisasikan pada Selasa kliwon tanggal 15 Maulud Ehe 1820/ 28

oktober 1890. Pengurus Museum memberi penghargaan kepada pemrakarsa

pendirian museum dengan memberi nama WALIDYASANA pada gedung sebelah

timur museum. Pada tanggal 1 januari 1913 merupakan proses pemindahan Musem

dari Dalem kepatihan ke Gedung kadipolo. Gedung tersebut digunakan untuk

Page 2: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

67

museum dan Sriwedari digunakan untuk kebon Rojo. Hal itu didasarkan dari

permintaan Pengurus Pahemanan kepada Sri Susuhunan dengan menjadikan

Gedung kosong untuk kepentingan Radya Pustaka (www.karatonsurakarta.com).

2. Kegiatan Museum

Kegiatan yang dilaksanakan dalam Museum Radya Pustaka, antara lain

(www.karatonsurakarta.com) :

- Mengadakan Sarasehan yang terdiri dari Unsur utusan karaton Surakarta,

Kasunanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran, Pura Paku Alaman serta

sejumlah hadirin.

- Melahirkan ejaan Sriwedari (Kesepakatan dalam penulisan huruf jawa). Yang

diputuskan Pemerintah pada tanggal 29 Desember 1922.

- Mendirikan Panitibasa.

- Menerbitkan Candrawati dan Nitibasa.

- Menyelenggarakan beberapa kursus, seperti Pedalangan dan karawitan.

- Menyelenggarakan pameran pembuatan wayang kulit, ukir, Batik.

- Pameran antar Museum Internasional di Luar negeri.

- Renovasi Museum dengan bantuan Dirjen Kebudayaan Prof. Dr. Ida Bagus

mantra.

- Menyelenggarakann lomba penulisan Museum Radya Pustaka bagi para siswa.

- Renovasi gedung dan penataan isinya dengan bantuan Deparpostel dan

Dedikbud

- Menerbitkan buku berjudul Sultan Abdul Kamit Herucakra Kalifatullah

Rasulullah di Jawa 1785 – 1855 dan himpunan naskah terbitan Museum Radya

Pustaka dengan judul urip-urip.

3. Program Ruang Museum

Ruang yang ada dalam Museum Radya Pustaka, antara lain: Loket,

Informasi, R. Wayang, , R. Keramik, R. Teras Aji, R. Perpustakaan, R. Perunggu,

R. Memorial, R. Rajamala, R. Miniatur, R. arca, Kantor, Gudang, Toilet.

Page 3: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

68

4. Perawatan Koleksi

Berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah

nomor 19 tahun 1995 yaitu kewajiban museum dalam menjaga agar koleksi tetap

aman dan terlindung didalam museum. Faktor-faktor kerusakan koleksi antara lain

(Museum Nasional, 2006: hal. 6-8) :

- Tempertatur tidak sesuai, solusi: di sediakan ac split pada setiap ruang

- Cahaya, solusi: koleksi disimpan dalam vitrin, cahaya alami hanya berasal dari

pintu masuk

- Serangga, solusi: Menggunakan obat serangga, dan larangan makan di dalam

museum

- Jamur dan jasad mikrobiologi, solusi: dilakukan pembersihan koleksi setiap

tanggal 28.

- Kontaminan, solusi: Menggunakan vitrin untuk menyimpan koleksi, terdapat

tempat sampah.

- Pencurian dan vandalism, solusi: Menggunakan CCTV, Vitrin dan Rak kaca

Gambar III.1. Denah ruang

Museum Radya Pustaka Surakarta

Sumber : Survei penulis, 2015

Gambar III. 2. Tempat sampah

Sumber : Survei penulis, 2015

Page 4: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

69

- Kebakaran, solusi : Fire extinguisher pada setiap ruang dan alarm detector

5. Tinjauan Interior

a. Elemen Pembentuk Ruang

- Lantai, material menggunakan keramik, tanpa treatment lain.

-

- Dinding, material yang di gunakan adalah cat putih. Selain itu dinding pada

Museum ini dijadikan sebagai sarana dekorasi dengan menempelkan koleksi –

koleksi seperti piring dan lukisan.

- Ceiling, material yang digunakan adalah kayu yang sudah di finishing sesuai

dengan konsep. Selain itu lampu gantung terdapat pada beberapa bagian ruang.

Warna yang diterapkan dalam ruang adalah putih gading.

Gambar III. 3. Fire extinguisher

Sumber : Survei penulis, 2015

Gambar III. 4. Lantai

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 5. Dinding

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 6. Ceiling

Sumber : Survei penulis, 2015

Page 5: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

70

b. Interior Sistem

- Penghawaan, menggunakan split. jendela tidak dibuka.

- Pencahayaan, menggunakan wall lamp, spotlight, dan downlight.

- Akustik, terdapat mic, vcd dan audio didalam museum.

c. Utilitas

Museum Radya Pustaka menggunakan AC split dan AC Floor standing pada

beberapa bagian , Ac tersebut dapat di pindah-pindah sesuai keinginan.

Aksesbilitas : Terdapat 2 akses untuk masuk dan keluar dalam museum, tetapi yang

lebih sering digunakan adalah pada akses pintu masuk.

d. Teknik Display Museum

Gambar III. 7. Pengahawaan

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 8. Pencahayaan

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 9. Akustik

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 10. Display

museum

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 11. Display uang

logam

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 12. Display

topeng

Sumber: Survei penulis, 2015

Page 6: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

71

B. Museum Benteng Vredeburg

Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah museum yang berisi 6000

koleksi yang didominasi benda-benda yang digunakan pada masa perjuangan,

seperti meriam, foto-foto perjuangan tentang perjuangan nasional dalam merintis,

mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia, dan diorama

yang menggambarkan perjuangan sebelum proklamasi kemerdekaan sampai

dengan masa orde baru. Kegiatan yang ada dalam museum antara lain, dialog,

diskusi, pelatihan dan pertemuan, pameran, pertunjukan dan festival.

Jam operasional : Selasa – Jum’at : 08.00 -16.00 wib

Sabtu – Minggu : 08.00 – 17.00 wib

Senin tutup,hari libur nasional buka

• Lokasi : berada di ujung jalan Malioboro, Jl. Jend A. Yani no 6 jogjakarta

• Tiket umum : Rp 2000,00 (dewasa), Rp 1000,00 (anak-anak).

1. Sejarah

Museum Benteng Yogyakarta, semula bernama "Benteng Rustenburg" yang

mempunyai arti "Benteng Peristirahatan", dibangun oleh Belanda pada tahun 1760

di atas tanah Keraton. Berkat izin Sri Sultan Hamengku Buwono I, sekitar tahun

1765-1788 bangunan disempurnakan dan selanjutnya diganti namanya menjadi

"Benteng Vredeburg" yang mempunyai arti "Benteng Perdamaian". Secara historis

bangunan ini sejak berdiri sampai sekarang telah mengalami berbagai perubahan

fungsi yaitu pada tahun 1760 - 1830 berfungsi sebagai benteng pertahanan, pada

tahun 1830 -1945 berfungsi sebagai markas militer Belanda dan Jepang, dan pada

tahun 1945 - 1977 berfungsi sebagai markas militer RI.

Gambar III.13. Display

wayang

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III.14. Display

rajamala

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III.15. Display

memorial

Sumber: Survei penulis, 2015

Page 7: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

72

Setelah tahun 1977 pihak Hankam mengembalikan kepada pemerintah.

Oleh pemerintah melalui Mendikbud yang saat itu dijabat Bapak Daoed Yoesoep

atas persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku pemilik, ditetapkan

sebagai pusat informasi dan pengembangan budaya nusantara pada tanggal 9

Agustus 1980. Pada tanggal 16 April 1985 dipugar menjadi Museum Perjuangan

dan dibuka untuk umum pada tahun 1987. Kemudian pada tanggal 23 November

1992 resmi menjadi "Museum Khusus Perjuangan Nasional" dengan nama

"Museum Benteng Yogyakarta". Bangunan bekas Benteng Vredeburg dipugar dan

dilestarikan. Dalam pemugaran pada bentuk luar masih tetap dipertahankan, sedang

pada bentuk bagian dalamnya dipugar dan disesuaikan dengan fungsinya yang baru

sebagai ruang museum.(Sumber:www.gudeg.net/id/directory/121/49/museum-

benteng-vredeburg-Yogyakarta.html).

2. Program Ruang Museum

Ruang yang ada didalam Museum Vredeburg, antara lain: Loket, Perpustakaan,

Bimbingan, R. pameran, R. Diorama, Audio Visual, R. Pengkajian, Penyajian,

Toilet, R. kepala museum, R. tata usaha, R. keuangan, R. kasubag, R. kepegawaian,

R. perlengkapan, R. pengguna, R. pertemuan.

3. Perawatan Koleksi

Penggunaan Vitrin, Rak kaca, Pigura, Pembersihan Museum

4. Tinjauan Interior

a. Elemen Pembentuk Ruang

- Lantai, menggunakan keramik

- Dinding, menggunakan display built in

Gambar III. 16. Lantai

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 17. Dinding

Sumber: Survei penulis, 2015

Page 8: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

73

- Ceiling, material ceiling menggunakan gypsum dengan finishing cat putih.

Lampu yang digunakan adalah indirect lighting dan exhaust fan

b. Interior Sistem

- Penghawaan, menggunakan exhaust fan dan AC

- Pencahayaan, memakai downlight

c. Utilitas

Dalam sistem keamanan museum menggunakan alam detector dan fire extinguisher

pada setiap bagian sudut ruang.

d. Teknik Display Museum

Teknik display museum yang utama dalam museum ini adalah pemakaian

vitrin pada koleksi yang ada.

Gambar III. 18. Ceiling

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 19. Penghawaan

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 20. Pencahayaan

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 21. Fire extinguisher

Sumber: Survei penulis, 2015

Page 9: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

74

C. Monumen Yogya Kembali

Monumen Yogya Kembali adalah museum yang berisi benda-benda koleksi

berupa: replica, relief, foto dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk

evokatif dapur umum, yang kesemuanya menggambarkan perang kemerdekaan

1945 – 1949, Diorama.

Alamat Monumen Yogya kembali : Jongkang, Sariharjo, Ngaglik, Sleman,

Yogyakarta

Telepon : (0274) 868225 dan 868239

Website : www.monjali-jogja.com

E-mail : [email protected]

Buka setiap hari Selasa – Minggu, pukul 08.00 – 16.00

1. Sejarah

Monumen Yogya kembali dibangun pada tanggal 29 juni1985 diawali

dengan upacara tradisional pananaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama

oleh Sri Sultan hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku alam VII. Gagasan

untuk mendirikan Monumen ini dilontarkan oleh colonel Sugiarto selaku

walikotamadya Yogyakarta dalam peringatan Yogya kembali yang

diselanggarakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Yogyakarta, tanggal 29 juni

1983.

Dipilihnya nama yogya kembali dengan maksud sebagai tetenger peristiwa

sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari Ibukota Yogyakarta, tanggal 29

juni 1949. Hal ini sebagai tanda awal bebasnya Bangsa Indonesia secara nyata dari

kekuasaan pemerintah Belanda. Pembangunan Monumen dengan bentuk kerucut

Gambar III. 22. Sistem display

built in

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 23. Sistem display

built in

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 24. Sistem display

koleksi

Sumber: Survei penulis, 2015

Page 10: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

75

dan terdiri dari 3 lantai ini selesai dibangun dalam waktu 4 tahun. Monumen Yogya

kemali diresmikan pembukaannya oleh presiden pada tanggal 06 Juli 1989.

2. Program Ruang Museum

Pembagian ruang yang ada di Monumen Yogya kembali, antara lain: Perpustakaan,

Ruang serbaguna, Relief, Garbha graha, Diorama

3. Perawatan Koleksi

- Menggunakan vitrin

- Menggunakan obat kimia

- Terdapat jadwal pembersihan museum

4. Tinjauan Interior

a. Elemen Pembentuk Ruang

- Lantai

- Dinding

- Ceiling

Gambar III. 25. Denah Museum

Monumen Yogya kembali

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 26. Lantai keramik

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 27. Dinding kayu

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 28. Lamber ceiling

Sumber: Survei penulis, 2015

Page 11: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

76

b. Interior Sistem

- Pengahwaan, menggunakan Ac central

- Pencahayaan, terdapat pada setiap vitrin

- Akustik, Sound system, full audio pada area diorama

c. Utilitas

Menggunakan ac sentral pada ruang seminar. Dimana Sistem AC Central

dengan menggunakan air adalah sebuah sistem ac central yang menggunakan media

air sebagai pembawa dinginnya. Biasanya pada skala kecil, unit indoor yang

digunakannya adalah fan coil unit. Sedangkan pada skala yang besar biasanya

menggunakan AHU/ Air Handling Unit. Untuk mendinginkan air yang akan di

distribusikan, maka digunakan Chiller. Chiller bertugas memindahkan panas yang

di dapat dari sirkulasi di dalam ruangan ke sistem sirkulasi luar gedung. Lalu air

yang panas itu kemudian di dinginkan dengan menggunakan cooling tower.

d. Teknik Display Museum

Gambar III. 29. Pencahayaan

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 30. Sistem display

vitrin

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 31. Sistem

display

Sumber: Survei penulis, 2015

Gambar III. 32. Display

diorama

Sumber: Survei penulis, 2015

Page 12: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

77

D. Museum Sangiran

Museum Sangiran adalah museum yang dikelola oleh Balai Pelestarian SItus

Manusia Purba Sangiran ini menampilkan situs manusia purba terlengkap di asia.

terdapat 13.809 fosil manusia purba. Mulai dari fosil manusia Homo neandhertal,

Homo sapiens, sampai artefak bebatuan, juga terdapat fosil binatang bertulang

belakang, binatang laut, dan air tawar.

Buka setiap hari kecuali senin

Selasa – Minggu : 08.00 – 16.00 WIB , Jum’at istirahat 11.30 – 12.30 WIB

Jam operasional mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB

Harga tiket domestic : Rp 5000

Harga tiket wisatawan asing : Rp 7500

1. Sejarah

Sejarah singkat Situs Sangiran dimulai tahun 1893, ketika untuk pertama

kalinya situs ini didatangi peneliti Eugene Dubois. Pada tahun 1932 L.J.C. van Es

melakukan pemetaan secara geologis di Sangiran dan sekitarnya. Peta inilah yang

kemudian digunakan oleh G.H.R. von Koenigswald pada tahun 1934 untuk

melakukan survei eksploratif dengan temuan beberapa artefak prasejarah. Fosil-

fosil hominid mulai ditemukan pada tahun 1936 dan hingga tahun 1941

Koenigswald telah menemukan sejumlah fosil Homo erectus.

Temuan tinggalan masa lalu berupa fosil fauna, artefak, dan fosil Homo

erectus mengalami peningkatan baik dari jumlah maupun kualitas sehingga perlu

dibentuk Unit Kerja di bawah Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala

Jawa Tengah yang bertugas mengamankan situs dan temuan arkeologis di Sangiran.

Unit Kerja ini dibentuk pada tahun 1982. Eksplorasi terhadap Situs Sangiran

semakin intensif dilakukan sehingga potensi Sangiran sebagai situs prasejarah yang

Gambar III. 33. Relief

Sumber: Survei penulis, 2015

Page 13: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

78

penting bagi pengetahuan , khususnya mengenai pemahaman evolusi manusia dan

lingkungan semakin diperhitungkan dunia. Pada tanggal 5 Desember 1996, Situs

Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, dengan nomor

penetapan C.593. Dengan status ini pengelolaan Situs Sangiran menjadi prioritas

sehingga perlu disusun Master Plan dan DED Pengembangan Situs Sangiran.

2. Kegiatan Museum

- Sebagai tempat penelitian manusia purba

- Sebagai pusat informasi manusia purba

3. Program Ruang Museum

Mempunyai 3 ruang utama. Ruang pertama berisi sejumlah diorama yang

memberikan informasi tentang manusia purba dan hewan yang ada di situs Sangiran

sekitar 1 juta tahun yang lalu. Ruang kedua, yang lebih luas, menyajikan banyak

bahan rinci tentang berbagai fosil yang ditemukan di Sangiran dan tentang sejarah

eksplorasi di situs. Ruang ketiga, dalam presentasi yang mengesankan terpisah,

berisi diorama besar yang memberikan pandangan seluruh wilayah keseluruhan

Sangiran, dengan gunung berapi seperti Gunung Lawu di latar belakang dan

manusia dan hewan di latar depan, seperti yang dibayangkan sekitar 1 juta tahun

yang lalu.

Ruang pendukung: Ruang audio visual, mess peneliti, gardu pandang

sangiran, kantor, plaza atrium, Gapura, Rumah diesel, kios, loket, masjid, toilet

4. Perawatan Koleksi

- Menggunakan vitrin

- Menggunakan rak kaca

- Menggunakan obat kimia

- Menggunakan AC

5. Tinjauan Interior

a. Elemen Pembentuk Ruang

- Lantai , Menggunakan Lantai keramik putih, abu-abu.

Gambar III. 34. Lantai

Sumber: Survei penulis, 2016

Page 14: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

79

- Dinding, pada dinding museum finishing menggunakan cat

- Ceiling, bewarna putih, menggunakan downlight, dilengkapi cctv, sprinkle.

b. Interior Sistem

- Penghawaan, menggunakan AC, standing cooler, exhaust fan

- Pencahayaan, memakai downlight pada ceiling dan furniture

- Akustik, menggunakan sounds system

Gambar III. 35. Dinding

Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 36. Ceiling

Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 37. Penghawaaan Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 38. Pencahayaan Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 39. Akustik Sumber: Survei penulis, 2016

Page 15: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

80

c. Utilitas, keamanan dan penghawaan museum sangiran

d. Teknik Display Museum

Gambar III. 40. Utilitas

Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 41. Sistem display

Sumber: Survei penulis, 2016 Gambar III. 42. Sistem display

Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 43. Sistem display

Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 44. Sistem display

Sumber: Survei penulis, 2016

Page 16: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

81

E. Museum Angkut

Museum angkut adalah museum yang berisi berbagai macam perkembangan alat

angkut.

Museum dibuka setiap Senin-Minggu, jam buka 12.00 WIB-20.00 WIB.

Alamat : Jl. Terusan Sultan Agung No.2 Kota Wisata Batu – Jawa Timur, Indonesia

1. Sejarah

Museum angkut didirikan pada tanggal 9 Maret 2014 oleh Jawa Timur Park

Group. Tujuan didirikan museum ini sebagai tempat pengetahuan perkembangan

alat angkut terlengkap dan terbesar di Asia. Museum angkut memiliki luas 3,8

hektar berisi perkembangan berbagai macam alat angkut dari seluruh dunia mulai

dari yang tradisional hingga modern, yang tidak bermesin hingga yang bermesin

(www.museumangkut.com)

2. Program Ruang Museum

Ruang-ruang yang ada di Museum Angkut, antara lain: Hall, Zona Pecinan,

Zona Batavia, Gangster Town, Zona Eropa, Istana Buckingham, Las Vegas,

Hollywood, Pasar Apung. Di setiap 2 zona terdapat café dan toilet.

3. Tinjauan Interior

a. Elemen Pembentuk Ruang

- Lantai menggunakan, Keramik, lantai vinyl motif kayu, karpet, lantai acian.

- Dinding, menggunakan, kaca, besi baja, finishing: dinding ekspos, cat, mmt.

Gambar III. 46. Dinding

Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 45. Lantai

Sumber: Survei penulis, 2016

Page 17: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

82

- Ceiling, menggunakan, baja, gypsum, kayu.dengan Lighting: lampu gantung,

downlight, spotlight

b. Interior Sistem

- Penghawaan, menggunakan penghawaan alami dan buatan. menggunakan AC,

exhaust fan.

- Pencahayaan, menggunakan lampu gantung, spotlight, downlight.

- Akustik, menggunakan sound system dan karpet pada dinding.

Gambar III. 47. Ceiling

Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 48. Penghawaan Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 49. Pencahyaan

Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 50. Akustik

Sumber: Survei penulis, 2016

Page 18: BAB III KAJIAN LAPANGAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812036_bab3.pdf · kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu

83

c. Utilitas

d. Teknik Display Museum

Gambar III. 51. Emergency

exit

Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 52. Lift

Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 53. Ramp

Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 54. Display mobil

Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 55. Display sepeda

Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 56. Display zona game Sumber: Survei penulis, 2016

Gambar III. 57. Display mobil

Sumber: Survei penulis, 2016