bab iii hasil penelitian dan pembahasan a. mekanisme...

36
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon Tunggal Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 100/PUU-XIII/2015 Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang, dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) undang-undang tersebut menyatakan bahwa Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang selanjutnya disebut Pemilihan Kepala Daerah adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memilih Gubernur, Bupati, dan Walikota secara langsung dan demokratis. Dengan kata lain, pemilihan kepala daerah dilakukan secara langsung oleh rakyat dengan melakukan perbaikan mendasar atas berbagai permasalahan pemilihan langsung yang selama ini telah dijalankan. Otonomi daerah sangat erat kaitanya dengan demokrasi. Konsekuensinya, harus ada tata cara dan mekanisme pengisian jabatan- jabatan secara demokratis, terutama pada jabatan-jabatan politik di tingkat daerah utamanya kepala daerah (Pantja Astawa, 2008 : 21). Pengisian jabatan kepala daerah tersebut dapat dilakukan dengan cara pemilihan. Rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi berhak memilih kepala daerah sendiri melalu pemilihan kepala daerah secara langsung yang menjunjung tinggi demokrasi. Pemilihan kepala daerah dalam hal ini merupakan salah satu implementasi dari pelaksanaan otonomi daerah (Wahyu Widodo, 2015 : 683). Pemilihan kepala daerah serentak pada 9 Desember 2015 merupakan pemilihan kepala daerah yang dilakukan seerentak di Indonesia untuk pertama kali. Terdapat hal-hal yang baru pertama kali terjadi dalam pemilihan kepala daerah di Negara Indonesia, yaitu adanya satu pasangan calon atau

Upload: phungthien

Post on 08-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon Tunggal Pasca

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 100/PUU-XIII/2015

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang, dalam

ketentuan Pasal 1 ayat (1) undang-undang tersebut menyatakan bahwa

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang selanjutnya disebut

Pemilihan Kepala Daerah adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di Provinsi

dan Kabupaten/Kota untuk memilih Gubernur, Bupati, dan Walikota secara

langsung dan demokratis. Dengan kata lain, pemilihan kepala daerah

dilakukan secara langsung oleh rakyat dengan melakukan perbaikan

mendasar atas berbagai permasalahan pemilihan langsung yang selama ini

telah dijalankan.

Otonomi daerah sangat erat kaitanya dengan demokrasi.

Konsekuensinya, harus ada tata cara dan mekanisme pengisian jabatan-

jabatan secara demokratis, terutama pada jabatan-jabatan politik di tingkat

daerah utamanya kepala daerah (Pantja Astawa, 2008 : 21). Pengisian jabatan

kepala daerah tersebut dapat dilakukan dengan cara pemilihan. Rakyat

sebagai pemegang kedaulatan tertinggi berhak memilih kepala daerah sendiri

melalu pemilihan kepala daerah secara langsung yang menjunjung tinggi

demokrasi. Pemilihan kepala daerah dalam hal ini merupakan salah satu

implementasi dari pelaksanaan otonomi daerah (Wahyu Widodo, 2015 :

683).

Pemilihan kepala daerah serentak pada 9 Desember 2015 merupakan

pemilihan kepala daerah yang dilakukan seerentak di Indonesia untuk

pertama kali. Terdapat hal-hal yang baru pertama kali terjadi dalam pemilihan

kepala daerah di Negara Indonesia, yaitu adanya satu pasangan calon atau

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

calon tunggal yang maju dalam pemilihan kepala daerah. Hal tersebut

didasarkan atas putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015

yang mengabulkan permohonan uji materiil oleh Pakar Komunikasi

Universitas Indonesia, Effendi Gazali selaku penggugat atas Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan

Walikota Menjadi Undang-Undang terkait persyaratan calon yang maju

dalam pemilihan kepala daerah. Permohonan pengujian materiil diatas adalah

bertujuan untuk menyelidiki dan kemudian menilai, apakah suatu peraturan

perundang-undangan isinya sesuai atau bertentangan dengan peraturan yang

lebih tinggi derajatnya, serta apakah kekuasaan tertentu (verordenende macht)

berhak mengeluarkan suatu peraturan tertentu (Fatkhurohman dkk, 2004 :

22).

Pengujian peraturan perundang-undangan pada hakikatnya bertujuan

untuk melakukan pengujian terhadap peraturan perundang-undangan agar

tidak merugikan hak-hak konstitusional dari setiap warga negara, bahkan

substansi dari undang-undang tersebut tidak boleh bertentangan dengan atau

konstitusi. Dalam konteks hukum di Indonesia, hak untuk pengujian

peraturan perundang-undangan ini dilakukan oleh lembaga kekuasaan

kehakiman, baik Mahkamah Agung maupun Mahkamah Konstitusi. Namun

berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dalam hal ini terkait pengujian undang-undang

pemilihan kepala daerah merupakan kewenangan dari Mahkamah Konstitusi

karena menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar.

Setelah melalui uji materiil yang dilakukan, Mahkamah Konstitusi pada

akhirnya memutuskan untuk mempersilahkan setiap daerah yang hanya

memiliki satu pasangan calon atau yang lebih dikenal dengan istilah calon

tunggal untuk tetap menyelenggarakan pemilihan kepala daerah, dengan

mekanisme pemilihan yang tentunya berbeda dari pemilihan dengan dua

pasang calon atau lebih. Hal ini membuat ketiga daerah yang memiliki satu

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

pasang calon atau calon tunggal yaitu Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten

Blitar, dan Kabupaten Timor Tengah Utara tetap dapat menyelenggarakan

pemilihan kepala daerah karena pemilihan kepala daerah khususnya

pemilihan Bupati dan Wakil Bupati pada daerah tersebut tidak perlu ditunda

hingga tahun 2017. Pemilihan kepala daerah akan tetap dilaksanakan

meskipun ketiga daerah tersebut hanya memiliki calon pasangan tunggal saja,

tentunya dengan mekanisme pemilihan yang berbeda dan baru dari

sebelumnya.

Beberapa daerah yang hanya memiliki calon tunggal untuk maju dalam

pemilihan kepala daerah adalah Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Blitar,

dan Kabupaten Timor Tengah Utara provinsi Nusa Tenggara Timur.

Mengambil contoh di Kabupaten Tasikmalaya, calon tunggal yang maju

dalam pemilihan kepala daerah adalah pasangan Uu Ruzhanul Ulum dan Ade

Sugianto yang sebelumnya juga menjabat sebagai Bupati Kabupaten

Tasikmalaya. Hingga akhir penutupan pendaftaran calon, hanya satu calon

saja yang telah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum Daerah

Tasikmaya, yaitu pasangan Uu Ruzhanul Ulum dan Ade Sugianto. Hanya

adanya satu pasang calon saja disaat penutupan pendaftaran, Komisi

Pemilihan Umum pun melakukan perpanjangan waktu pendaftaran hingga

tiga hari sesuai dengan aturan yang ada. Meskipun telah diperpanjang, tetap

saja hanya ada satu pasangan calon saja yang ingin maju dalam pemilihan

kepala daerah di Kabupaten Tasikmalaya. Sebelum adanya putusan

Mahkamah Konstitusi, rencananya pemilihan kepala daerah di Kabupaten

Tasikmalaya tersebut akan diundur pada tahun 2017 hingga mendapatkan

lebih dari satu pasangan calon kepala daerah

(http://news.okezone.com/read/2015/07/29/525/1187000/kabupaten-

tasikmalaya-hanya-punya-calon-tunggal-pilkada diakses pada tanggal 29

Maret 2015 pukul 19.45 WIB).

Konsekuensi yang timbul dengan adanya Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor: 100/PUU-XIII/2015 yang memperbolehkan calon tunggal

untuk maju dalam pemilihan kepala daerah adalah munculnya sistem

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

pemilihan dengan mekanisme yang berbeda dari pemilihan dengan daerah

yang memiliki lebih dari satu calon. Komisi Pemilihan Umum harus

menanggung konsekuensi dengan tetap menyelenggarakan pemilihan kepala

daerah di ketiga kabupaten tersebut meskipun jarak antara dikeluarkanya

putusan dengan dihelatnya pemilihan kepala daerah hanya dua bulan saja.

Jarak dua bulan digunakan Komisi Pemilihan Umum untuk menata

bagaimana pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah di ketiga daerah

tersebut agar terlaksana sesuai dengan prinsip demokrasi.

Salah satu yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum pasca

dikeluarkanya Putusan Mahkamah Konstitusi yang memperbolehkan calon

tunggal untuk maju dalam pemilihan kepala daerah adalah dengan menyusun

dan membuat Peraturan Komisi Pemilihan Umum tentang Calon Tunggal.

Penyusunan peraturan tersebut disusun oleh Komisi Pemilihan Umum dengan

dibantu oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah guna memberikan

usulan-usulan yang dapat dimasukan dalam peraturan tersebut. Setelah

melalui proses penyusunan, akhirnya Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia mengesahkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2015 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil

Bupati, Walikota dan Wakil Walikota dengan Satu Pasangan Calon yang

akan dijadikan sebagai pedoman untuk pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

di daerah yang hanya memiliki satu pasangan calon saja / calon tunggal.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2015 tentang

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau

Walikota dan Wakil Walikota dengan Satu Pasangan Calon tentunya

didasarkan atas Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015

tanggal 29 September 2015 yang menyatakan Pasal 49 ayat (9) dan

Pasal 50 ayat (9) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang

tidak dimaknai mencakup pengertian bahwa :

“termasuk menetapkan 1 (satu) pasangan Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur, 1 (satu) pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil

Bupati, serta 1 (satu) pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil

Walikota peserta Pemilihan dalam hal setelah jangka waktu 3 (tiga) hari

dimaksud terlampaui namun tetap hanya ada 1 (satu) pasangan Calon

Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, 1 (satu) pasangan Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati, serta 1 (satu) pasangan Calon Walikota dan Calon

Wakil Walikota”.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015 juga

menyatakan Pasal 51 ayat (2), Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor

8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi

Undang-Undang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat sepanjang tidak dimaknai mencakup pengertian bahwa:

“menetapkan 1 (satu) pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil

Gubernur, 1 (satu) pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta

1 (satu) pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota dalam hal

hanya terdapat 1 (satu) pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil

Gubernur, 1 (satu) Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta

1 (satu) pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota”.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2015 tentang

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota

dan Wakil Walikota dengan Satu Pasangan Calon tersebut sejatinya terdiri

dari 33 pasal dimana pasal-pasal tersebut mengatur bagaimana pelaksanaan

pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal, mulai dari kampanye, cara

pencoblosan, penghitungan suara dan lain lain. Sebelum membahas

mekanisme pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal,

penulis akan menjelaskan tentang syarat-syarat calon tunggal dapat maju

dalam pemilihan kepala daerah apabila dalam kondisi sebagai berikut:

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

1. berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2015 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan

Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota dengan Satu

Pasangan Calon, pasangan calon tunggal dapat maju dalam

pemilihan kepala daerah apabila setelah dilakukan penundaan, dan

sampai dengan berakhirnya masa perpanjangan pendaftaran, hanya

terdapat 1 (satu) pasangan calon yang mendaftar, dan berdasarkan

hasil penelitian, pasangan calon tersebut dinyatakan memenuhi

syarat;

2. berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2015 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan

Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota dengan Satu

Pasangan Calon, pasangan calon tunggal dapat maju dalam

pemilihan kepala daerah apabila terdapat lebih dari 1 (satu) pasangan

calon yang mendaftar, dan berdasarkan hasil penelitian hanya

terdapat 1 (satu) pasangan calon yang dinyatakan memenuhi syarat,

dan setelah dilakukan penundaan sampai dengan berakhirnya masa

pembukaan kembali pendaftaran, tidak terdapat pasangan calon yang

mendaftar, atau pasangan calon yang mendaftar berdasarkan hasil

penelitian dinyatakan tidak memenuhi syarat yang mengakibatkan

hanya terdapat 1 (satu) pasangan calon;

3. berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2015 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan

Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota dengan Satu

Pasangan Calon, pasangan calon tunggal dapat maju dalam

pemilihan kepala daerah apabila sejak penetapan pasangan calon

sampai dengan saat dimulainya masa kampanye, terdapat pasangan

calon yang berhalangan tetap, partai politik atau gabungan partai

politik tidak mengusulkan calon/pasangan calon pengganti, atau

calon/pasangan calon pengganti yang diusulkan dinyatakan tidak

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

memenuhi syarat yang mengakibatkan hanya terdapat 1 (satu)

pasangan calon;

4. berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2015 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan

Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota dengan Satu

Pasangan Calon, pasangan calon tunggal dapat maju dalam

pemilihan kepala daerah apabila sejak dimulainya masa kampanye

sampai dengan hari pemungutan suara, terdapat pasangan calon yang

berhalangan tetap, partai politik atau gabungan partai politik tidak

mengusulkan calon/pasangan calon pengganti, atau calon/pasangan

calon pengganti yang diusulkan dinyatakan tidak memenuhi syarat

yang mengakibatkan hanya terdapat 1 (satu) pasangan calon; atau

5. berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2015 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan

Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota dengan Satu

Pasangan Calon, pasangan calon tunggal dapat maju dalam

pemilihan kepala daerah apabila terdapat pasangan calon yang

dikenakan sanksi pembatalan sebagai peserta pemilihan yang

mengakibatkan hanya terdapat 1 (satu) pasangan calon.

Salah satu contoh pasangan calon tunggal dalam pemilihan kepala

daerah yang lolos verifikasi Komisi Pemilihan Umum adalah pasangan calon

Bupati dan Wakil Bupati Tasikmalaya yaitu Uu Ruzhanul Ulum dan Ade

Sugianto. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Radar Tasikmalaya,

Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Tasikmalaya telah

memverifikasi syarat-syarat pencalonan terkait dokumen yang disampaikan

oleh pasangan calon kepala daerah baik secara pribadi maupun politik

(http://www.radartasikmalaya.com/berita/baca/2010/uu-ade-resmi-jadi-calon-

tunggal-di-pilkada-tasik.html diakses pada tanggal 29 Februari 2016 pukul

20.30 WIB). Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten

Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum dan Ade Sugianto merupakan pasangan

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

calon yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai

Amanat Nasional (PAN), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pasangan

tersebut tidak memiliki lawan tandingan lagi dalam pemilihan bupati di

Tasikmalaya dikarenakan calon pasangan lainya dinyatakan tidak lolos

verifikasi oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Tasikmalaya.

Pemilihan kepala daerah merupakan rekruitmen politik yaitu

penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai

kepala daerah dalam kehidupan politik di daerah. Disetiap menjelang

pemilihan adalah masa saatnya kampanye dimana setiap partai politik

atau pasangan calon melakukan pendekatan pada massa untuk menarik

dukungan. Kampanye adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara

terlembaga (Antar, 2004 : 12). Sehingga penulis menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan kampanye yaitu kegiatan-kegiatan penyampaian visi,

misi, dan program pada waktu tahapan kampanye pemilihan umum, bisa

pemilihan legislatif hingga pemilihan kepala daerah.

Kegiatan kampanye dalam pemilihan kepala daerah tentu bertujuan

untuk menarik simpati masyarakat agar tertarik memilih salah satu pasangan

calon kepala daerah. Biasanya, pasangan calon yang maju dalam pemilihan

kepala daerah berlomba-lomba mengadakan kampanye, bersaing antara satu

calon dengan yang lainya untuk meyakinkan masyarakat agar memilih

mereka. Kampanye dapat dilakukan dengan memasang baliho-baliho

bertuliskan slogan, hingga debat terbuka yang diikuti oleh beberapa pasangan

calon yang maju dalam pemilihan kepala daerah. Beberapa calon tersebut

berdebat satu sama lain, saling adu argumen terkait visi misi yang mereka

sampaikan.

Kampanye dalam pemilihan kepala daerah sewajarnya diikuti dua

pasang calon atau lebih. Tetapi, setelah disahkanya Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor: 100/PUU-XIII/2015 yang memperbolehkan calon tunggal

untuk mengikuti pemilihan kepala daerah, kampanye politik dalam pemilihan

kepala daerah tentu saja hanya akan dilakukan oleh satu pasangan calon saja.

Kampanye yang hanya diikuti satu pasang calon saja tentu merupakan

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

mekanisme yang baru, yang berbeda dari kampanye-kampanye sebelumnya.

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2015

tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,

dan/atau Walikota dan Wakil Walikota dengan Satu Pasangan Calon,

pelaksanaan kampanye untuk pemilihan kepala daerah dengan satu pasang

calon saja dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum tingkat provinsi

apabila pemilihan tersebut merupakan pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur atau Komisi Pemilihan Umum tingkat kabupaten apabila pemilihan

tersebut merupakan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, dan Pasangan Calon

itu sendiri dengan dibantu oleh tim sukses atau tim kampanye yang telah

dibentuk oleh Pasangan Calon tersebut.

Pelaksanaan kampanye pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal

yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah adalah dengan

metode sebagai berikut :

1. Debat Publik

Debat publik dalam kampanye kali ini hanya diikuti oleh satu

pasangan calon saja, tidak seperti biasanya yang diikuti dua

pasangan calon atau lebih. Menurut Peraturan Komisi Pemilihan

Umum Nomor 14 Tahun 2015, debat publik itu sendiri

dilaksanakan dalam bentuk pemaparan visi misi pasangan calon

yang dipandu oleh moderator dan dilakukan pendalaman materi

oleh panelis sebanyak tiga kali dalam masa kampanye. Pemaparan

visi misi tersebut hanya dilakukan oleh satu pasangan calon saja,

sehingga pasangan tersebut tidak memiliki lawan dalam melakukan

debat. Moderator dan Panelis dapat ditunjuk sendiri oleh

masyarakat dengan syarat syarat tertentu yang telah diatur oleh

Komisi Pemilihan Umum. Masyarakat juga berperan serta untuk

mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Komisi Pemilihan

Umum Daerah agar dalam debat tersebut pasangan calon tunggal

dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

masyarakat, sehingga agar tidak terkesan debat satu arah karena

hanya ada satu pasangan calon saja.

2. Penyebaran Bahan Kampanye Kepada Umum;

3. Pemasangan Alat Peraga Kampanye;

4. Iklan di Media Massa atau Cetak.

Pelaksanaan kampanye dengan cara seperti yang telah penulis sebutkan

diatas sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan kampanye

pemilihan kepala daerah yang diikuti lebih dari satu calon pasangan.

Sejatinya yang menjadi pembeda adalah dalam proses debat publik itu

sendiri, untuk pemilihan kepala daerah hanya diikuti oleh satu pasang calon

saja, tidak dengan dua kontestan yang saling diadu untuk berdebat

memaparkan visi dan misinya. Pada intinya, seluruh kegiatan kampanye

tersebut hanya diikuti satu pasang calon saja, tujuanya meyakinkan para

pemilih untuk setuju dan memilih calon pasangan tersebut.

Pemilihan kepala daerah dengan model terbaru, yaitu dengan hanya

diikuti oleh satu pasangan calon saja membawa dampak perubahan terhadap

sistem pemilihan kepala daerah itu sendiri. Pemilihan kepala daerah yang

biasanya diikuti oleh dua pasang calon atau lebih, sekarang bisa diikuti oleh

satu pasangan calon saja. Dampaknya, model pemilihan dan pemungutan

suara pun menjadi berbeda dari sebelumnya. Dalam pemilihan kepala daerah

yang diikuti lebih dari dua pasangan calon, model pemilihan dilakukan

dengan cara mencoblos gambar/foto salah satu pasangan calon yang akan

dipilih. Dalam surat suara tersebut disediakan dua foto pasangan calon yang

maju dalam pemilihan kepala daerah yang selanjutnya akan dipilih

masyarakat salah satunya dengan cara mencoblos foto tersebut sehingga dapat

dikatakan sah.

Berbeda dengan model tersebut, pemilihan kepala daerah dengan calon

tunggal tentunya hanya dihiasi satu foto pasangan saja. Tidak seperti

pemilihan kepala daerah dengan dua pasangan calon atau lebih yang dihiasi

foto / gambar calon kandidat lainya. Oleh karena itu, model pencoblosanya

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

pun berbeda dari pencoblosan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal.

Model pencoblosan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal

menggunakan model dan sarana prasarana yang baru. Mulai dari sarana,

model surat suara, hingga metode mencoblosnya memiliki perbedaan dari

metode mencoblos sebelumnya. Dikutip dari Republika, dengan adanya

model baru ini, Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Panitia Pemilihan

Kecamatan (PPK) di setiap wilayah atau daerah yang melaksanakan

pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal sudah diberi kewenangan

untuk melakukan sosialiasi mengenai tata cara pemilihan dimaksud. Hal ini

bertujuan untuk mengurangi kebingungan masyarakat atas model pemilihan

yang baru yang berlaku di daerahnya (http:

//nasional.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/15/11/09/nxj8ux335-

pilkada-calon-tunggal-punya-cara-pencoblosan-berbeda diakses pada tanggal

29 Februari 2016 pukul 21.35 WIB).

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2015 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil

Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota dengan satu pasangan calon,

sarana yang digunakan untuk memberikan suara pada Pemilihan kepala

daerah dengan satu Pasangan Calon adalah dengan menggunakan surat suara

yang memuat foto pasangan Calon, nama Pasangan Calon dan kolom untuk

memberikan pilihan “setuju” atau “tidak setuju”. Kolom tersebut merupakan

hal yang baru dimana dalam pemilihan kepala daerah sebelumnya belum

pernah diberlakukan model seperti itu. Penulis berpendapat, pemilihan kepala

daerah lebih tepat dipadankan dengan pemungutan dengan cara "setuju atau

"tidak setuju" dalam surat suara yang didesain sedemikian rupa sehingga

memungkinkan rakyat untuk menentukan pilihanya terhadap calon tunggal

tersebut.

Pemungutan suara dengan cara “setuju” atau “tidak setuju”

menggunakan desain surat suara yang baru, dimana surat suara tersebut telah

didesain oleh Komisi Pemilihan Umum khusus untuk pemilihan kepala

daerah dengan calon tunggal. Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

Umum Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota

dengan satu pasangan calon, desain surat suara dibuat dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. latar belakang foto pada kolom pasangan calon berwarna merah

putih;

2. foto pasangan calon dibuat berpasangan;

3. tidak memakai ornamen, gambar atau tulisan selain yang melekat

pada pakaian yang dikenakan pasangan calon;

4. tidak memakai ornamen, gambar atau tulisan yang dilarang

berdasarkan peraturan perundang-undangan;

5. memuat tulisan yang menanyakan pilihan setuju atau tidak setuju

terhadap pasangan calon untuk menjadi Gubernur dan Wakil

Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil

Walikota; dan

6. kolom pilihan setuju atau tidak setuju.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini penulis mencantumkan contoh desain surat

suara pada pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal yang bersumber

Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor: 907/KPU/XII/2015:

Gambar 3.1. Model Surat Suara

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

Desain surat suara di atas merupakan model surat suara yang baru,

dimana baru pertama kali diterapkan di Negara Indonesia pada pemilihan

kepala daerah tahun 2015. Seperti yang telah kita ketahui, pemilihan kepala

daerah dengan calon tunggal juga mendorong perubahan desain surat suara

yang semula terdapat dua foto atau lebih pasangan calon, sekarang hanya ada

satu foto pasangan calon saja dengan mekanisme memilih yang berbeda pula

yaitu mencoblos tanda “setuju” atau “tidak setuju”. Penulis berpendapat,

model pemungutan suara dengan cara “setuju” dan “tidak setuju” merupakan

jalan untuk memenuhi hak konstitusional warga negara dalam pemilihan

kepala daerah dengan calon tunggal.

Berdasarkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor:

907/KPU/XII/2015, surat suara dalam pemungutan suara pemilihan kepala

daerah dapat dikatakan sah apabila :

1. suara setuju dapat dikatakan sah apabila pemilih mencoblos pada

kolom setuju satu kali atau lebih;

2. suara tidak setuju dapat dikatakan sah apabila pemilih mencoblos

pada kolom tidak setuju atau garis kolom tidak setuju satu kali atau

lebih;

3. suara setuju dapat dikatakan sah apabila pemilih mencoblos satu kali

atau lebih pada kolom photo pasangan calon dan kolom setuju;

4. suara tidak setuju dapat dikatakan sah apabila pemilih mencoblos

satu kali atau lebih pada kolom photo pasangan calon dan kolom

tidak setuju.

Untuk lebih jelasnya, penulis menggambarkan penjelasan diatas pada gambar

di bawah ini:

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

Sumber: Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor:

907/KPU/XII/2015

Gambar 3.3. Surat Suara Sah

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

Selanjutnya, surat suara dapat dikatakan tidak sah apabila :

1. pemilih mencoblos pada kolom setuju, dan pada kolom tidak setuju;

2. pemilih mencoblos di luar kolom setuju dan tidak setuju;

3. pemilih mencoblos pada kolom photo pasangan calon saja.

Untuk lebih jelasnya, penulis menggambarkan penjelasan diatas pada gambar

di bawah ini:

Gambar 3.4. Surat Suara Tidak Sah

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah kerap terjadi perselisihan

ataupun sengketa-sengketa terkait hasil pemilihan tersebut. Setelah selesainya

masa penghitungan suara, banyak sengketa-sengketa yang diajukan oleh

pemohon kepada Mahkamah Konstitusi selaku lembaga yang berwenang

menyelesaikan sengketa pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah.

Mekanisme penyelesaian sengketa pemilihan kepala daerah dengan calon

tunggal sendiri merupakan hal yang baru setelah dikeluarkan Peraturan

Mahkamah Konstitusi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penyelesaian

Perselisihan Calon Tunggal dalam Pemilihan Kepala Daerah. Peraturan

Mahkamah Konstitusi tersebut menjelaskan bahwa pengajuan permohonan

pembatalan penetapan hasil penghitungan dengan perolehan suara oleh

Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten/Kota dapat diajukan oleh para pasangan calon peserta pemilihan

dan dapat diajukan juga oleh Pemantau Pemilihan.

Pengajuan perkara perselisihan hasil pemilihan harus memiliki objek

dan subjek. Objek dalam perkara perselisihan hasil pemilihan adalah

keputusan dari termohon tentang penetapan perolehan suara hasil pemilu

yang mempengaruhi terpilihnya pemohon dan terpenuhinya hak

konstitusional pemohon. Subjek atau para pihak yang memiliki legal standing

dalam perkara persilihan hasil pemilihan kepala daerah meliputi Pemohon,

Termohon, dan Pihak Terkait dalam pemilihan kepala daerah. Pemohon

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Mahkamah Konstitusi

Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penyelesaian Perselisihan Calon Tunggal dalam

Pemilihan Kepala Daerah adalah :

1. pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur peserta pemilihan;

2. pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati atau calon Walikota dan

Wakil Walikota peserta pemilihan;

3. pemantau pemilihan dalam negeri yang terdaftar dan memperoleh

akreditasi dari Komisi Pemilihan Umum Provinsi untuk pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur;

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

4. pemantau pemilihan dalam negeri yang terdaftar dan memperoleh

akreditasi dari Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota untuk

pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil

Walikota.

Termohon dalam hal ini tentu saja adalah Komisi Pemilihan Umum

Provinsi atau Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota. Selanjutnya, untuk

pihak-pihak terkait berdasarkan Peraturan Mahkamah Konstiusi Nomor 4

Tahun 2015 adalah pihak yang mempunyai kepentingan langsung terhadap

permohonan yang diajukan oleh pemohon, yaitu :

1. pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang memperoleh

suara terbanyak “setuju” berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan

suara yang ditetapkan oleh termohon dalam hal permohonan

diajukan oleh pemohon;

2. pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota yang

memperoleh suara terbanyak “setuju” berdasarkan hasil rekapitulasi

penghitungan suara yang ditetapkan oleh termohon dalam hal

Permohonan diajukan oleh pemohon.

Salah satu contoh perselisihan hasil pemilihan dengan calon tunggal

yang terjadi adalah di Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan data yang

penulis dapatkan dari Tribun News, Forum Komunikasi Masyarakat

Tasikmalaya menggugat hasil pemilihan kepala daerah di Kabupaten

Tasikmalaya ke Mahkamah Konstitusi. Forum Komunikasi Masyarakat

Tasikmalaya sebagai pemantau pemilihan tersebut menggugat hasil dimana

pada dasarnya Uu-Ade mendapatkan suara “setuju” sebanyak 488.845 suara

atau 67,42 persen, sedangkan suara “tidak setuju” sebesar 236.240 suara atau

32,58 persen. Gugatan tersebut didasarkan dengan alasan Bupati Tasikmalaya

tersebut sudah pernah dilaporkan atas dasar penipuan dan/atau pengggelapan

uang dalam proyek pembangunan jalan tahun 2011 sebesar 700 juta rupiah.

Seharusnya, calon bupati dan calon wakil bupati Tahun 2015-2020 dibatalkan

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

karena cacat syarat, karena telah bertentangan dengan Undang-Undang yang

mengatur tentang Pemilihan Kepala Daerah

(http://www.tribunnews.com/nasional/2016/01/18/tidak-punya-legal-

standing-mk-tolak-permohonan-forum-masyarakat-tasikmalaya diakses pada

tanggal 4 Maret 2016 pukul 19.00 WIB).

Dasar gugatan yang lain adalah adanya alat peraga kampanye berbentuk

kalender yang di dalamnya terdapat foto calon bupati dan calon wakil Bupati

Tasikmalaya yang merupakan petahana bersama dengan logo Komisi

Pemilihan Umum Kabupaten Tasikmalaya dan logo Pemerintah Kabupaten

Tasikmalaya. Dapat dikatakan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya

menggiring para pejabat dan rakyat berpihak kepada salah satu calon, hanya

calon tunggal karena lambang pemerintah adalah simbol publik bukan milik

calon bupati dan wakil bupati, atau partai politik pengusung, atau juga bukan

milik Komisi Pemilihan Umum Daerah. Dasar gugatan tersebut menjadi

pertimbangan hakim mahkamah konstitsui untuk kemudian memproses

gugatan tersebut.

Gugatan tersebut pada akhirnya ditolak oleh Mahkamah Konstitusi

dikarenakan pemohon tidak memiliki legal standing. Pemohon hanya

memiliki legalitas sebagai pemantau pada pemilihan kepala daerah tahun

2012 bukan pemilihan yang terakreditasi dalam pemilihan kepala daerah

tahun 2015, sehingga perkara Nomor 68/PHP.BUP-XIV/2016 tidak dapat

dilanjutkan sesuai dengan peraturan yang ada meski pemerian berkas perkara

sudah sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan. Berdasarkan pada putusan

Mahkamah Konstitusi tersebut, maka pasangan calon tunggal, yaitu UU

Rhuzanul Ulum dan Ade Sugianto dapat segera ditetapkan menjadi pasangan

calon terpilih oleh KPU Kabupaten Tasikmalaya dan dapat dilanjutkan ke

pemerintah daerah provinsi.

Pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal merupakan

hal baru dalam sistem pemilihan di Indonesia. Berdasarkan tulisan diatas,

penulis menyimpulkan bahwa terjadi perubahan mekanisme sistem pemilihan

kepala daerah pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 100/PUU-

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

XIII/2015. Pemilihan kepala daerah yang biasanya diikuti oleh dua pasang

calon atau lebih, sekarang diperbolehkan untuk diikuti hanya satu pasang

calon saja. Konsekuensinya adalah apabila pemilihan kepala daerah dengan

satu pasang calon akan dilakukan sistem pemilihan dengan mekanisme yang

baru berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2015

tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota dengan satu pasangan

calon.

Peraturan tersebut memuat hal-hal yang baru dalam mekanisme

pemilihan kepala daerah. Hal-hal baru tersebut antara lain pada model

kampanye, model debat, dan model pemungutan suara. Model baru tersebut

muncul lantaran terdapat satu pasang calon atau calon tunggal yang maju

dalam pemilihan kepala daerah sehingga mekanisme yang digunakan berbeda

dari sebelumnya. Penulis berpendapat, mekanisme tersebut sudah layak untuk

digunakan seterusnya karena tetap menjunjung tinggi demokrasi dan

kedaulatan rakyat. Pemilihan kepala daerah yang diselenggarakan dalam

suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan

berserikat, dianggap mencerminkan partisipasi dan aspirasi masyarakat.

B. Analisis Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon Tunggal

Ditinjau Dari Pemenuhan Hak Konstitusional Warga Negara untuk

Memilih

Pemilihan kepala daerah serentak pada 9 Desember 2015 merupakan

pemilihan kepala daerah yang dilakukan seerentak di Indonesia untuk

pertama kalinya. Terdapat hal-hal baru yang baru pertama kalinya terjadi

dalam pemilihan kepala daerah di Negara Indonesia yaitu adanya satu

pasangan calon atau calon tunggal yang maju dalam pemilihan kepala daerah.

Calon tunggal yang maju dalam pemilihan kepala daerah tersebut didasarkan

atas putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 100/PUU-XIII/2015 yang

mengabulkan permohonan uji materiil oleh Pakar Komunikasi Universitas

Indonesia, Effendi Ghazali selaku penggugat atas Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi

Undang-Undang terkait persyaratan calon yang maju dalam pemilihan kepala

daerah. Sebelum dikeluarkan putusan mahkamah konstitusi tersebut,

pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal sebenarnya tidak dibenarkan

dalam Undang-Undang dan apabila pasangan calon yang maju kurang dari

dua pasang pelaksanaan pemilihan kepala daerah akan ditunda hingga

pemilihan kepala daerah serentak periode selanjutnya.

Ketiga daerah yang memiliki calon tunggal dalam pemilihan kepala

daerah yakni Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten

Timor Tengah akan diundur hingga periode selanjutnya yaitu tahun 2017

dikarenakan hanya terdapat satu pasangan calon saja. Rencana penundaan

tersebut memunculkan pro dan kontra salah satunya adalah terkait hilangnya

hak pilih warga negara yaitu hak untuk memilih dan dipilih di ketiga daerah

tersebut. Rakyat akan kehilangan hak nya untuk memilih, begitu juga calon

pasangan kepala daerah juga akan kehilangan hak nya untuk dipilih. Penulis

berpendapat, bahwa kehilangan hak untuk memilih dan dipilih jelas

merupakan kerugian yang sangat besar mengingat hak memilih warga negara

merupakan hak konstitusional yang melekat pada warga negara.

Menurut penulis, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 100/PUU-

XIII/2015 merupakan suatu jalan untuk mencegah terjadinya penundaan

pemilihan kepala daerah guna menjaga hak konstitusional warga negara tetap

terpenuhi. Seperti yang dijelaskan pemohon dalam Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor: 100/PUU-XIII/2015 apabila pada saat itu penundaan

pemilihan kepala daerah dimungkinkan terjadi, rakyat indonesia yang berada

di 3 kabupaten tersebut akan kehilangan hak konstitusionalnya. Penulis

menjelaskan, hal-hal yang dirugikan terkait hilangnya hak konstitusional

warga negara untuk memilih dan dipilih jika pemilihan kepala daerah dengan

calon tunggal tidak disahkan adalah sebagai berikut :

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

1. rakyat selaku warga negara yang tinggal di daerah yang pemilihan

kepala daerahnya hanya memiliki satu pasangan calon saja tidak

akan mendapatkan pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian

hukum, dibandingkan dengan warga negara yang tinggal di daerah

yang pemilihan kepala daerahnya memiliki lebih dari satu pasangan

calon. Begitu juga sebaliknya, calon pasangan yang maju pun juga

tidak mendapatkan pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian

hukum, dibandingkan dengan calon didaerah lain. Hal ini akan

menimbulkan perlakuan diskriminatif dibandingkan rakyat yang

tinggal di daerah yang pemilihan kepala daerahnya memiliki lebih

dari satu pasangan calon. Menurut penulis, hal tersebut tidak sesuai

dengan Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak

atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang

adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Sejalan dengan

Pasal 28I ayat (2) yang menjelaskan bahwa setiap orang berhak

bebas dari perlakuan yang diskriminatif atas dasar apapun dan

berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang

diskriminatif itu.

2. rakyat selaku warga negara yang tinggal di daerah yang pemilihan

kepala daerahnya hanya memiliki satu pasangan calon saja akan

mengalami kerugian dimana warga negara tersebut akan kehilangan

hak untuk memilih nya dikarenakan terjadi penundaan pemilihan

kepala daerah. Penundaan tersebut bisa tidak hanya tertunda satu kali

saja, namun bisa tertunda berkali kali apabila daerah tersebut tidak

segera mendapatkan calon pasangan lainya. Begitu juga sebaliknya,

calon pasangan yang maju pun juga akan kehilangan hak untuk

dipilihnya. Menurut penulis, hal tersebut tidak sejalan dengan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

yang di Pasal 43 menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak

dipilih dan memilih dalam pemilu.

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

3. rakyat Warga negara yang tinggal di daerah yang pemilihan kepala

daerahnya hanya memiliki satu pasangan calon saja jelas mengalami

kerugian apabila pemilihan kepala daerah harus ditunda hingga

pemilihan serentak selanjutnya. Kerugian yang dapat diterima adalah

warga daerah tersebut akan dipimpin oleh pelaksana tugas yang

secara umum atau secara psikologis tidak dapat atau tidak mau

membuat keputusan strategis dan penting dalam pembangunan

daerah. Pembangunan daerah di daerah tersebut tidak dipimpin oleh

kepala daerah yang dipilih oleh rakyat, yang jelas visi-misinya, jelas

legitimasinya, dan yang jelas programnya. Ketidaksinambungan

pembangunan yang dapat dirasakan dapat secara fisik maupun

psikologis, padahal Hak Konstitusional Warga Negara harus

berlangsung berkelanjutan serta tidak boleh mengalami perlambatan

dan diskriminasi. Jelas sekali hal tersebut tidak sejalan dengan Pasal

27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 yang menjelaskan bahwa tiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Selain itu dalam Pasal 28C menjelaskan bahwa setiap orang berhak

mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,

berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, seni budaya, demi meningkatkan

kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

Berdasarkan penjelasan diatas, pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang

tidak memiliki kepastian hukum, bersifat diskriminatif, dan berpotensi

menyebabkan tidak hanya kehilangan hak pilih warga negara tetapi juga

memperlambat pembangunan suatu daerah untuk terus berkembang dan

membangun daerahnya.

Penulis berpendapat bahwa salah satu alasan disahkan Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor: 100/PUU-XIII/2015 adalah agar hak

konstitusional warga negara untuk memilih tidak hilang, atau setidaknya tetap

Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

dilindungi. Pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal

merupakan jalan untuk tetap terpenuhinya hak memilih warga negara karena

hak memilih merupakan hak konstitusional yang diberikan negara kepada

setiap warga nya, karena pada dasarnya hak konstitusional juga merupakan

bagian dari Hak Asasi Manusia. Menurut penulis, sejak lahirnya Negara

Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bangsa ini selalu menjunjung

tinggi Hak Asasi Manusia. Sikap tersebut nampak dari Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

memuat beberapa ketentuan-ketentuan tentang penghormatan Hak Asasi

Manusia warga negara. Sehingga pada praktek penyelenggaraan negara,

perlindungan atau penjaminan terhadap Hak Asasi Manusia dan hak

konstitusional warga Negara dapat terlaksana.

Hak Konstitusional (constitutional rights) dapat diartikan sebagai hak

asasi manusia yang telah tercantum dengan tegas dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sehingga juga telah resmi

menjadi hak konstitusional setiap warga negara. Perbedaan antara hak

konstitusional dengan hak legal, bahwa hak konstitusional adalah hak-

hak yang dijamin di dalam dan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, sedangkan hak-hak hukum (legal right) timbul

berdasarkan jaminan Undang-Undang dan Peraturan Perundang-undangan di

bawahnya (subordinate legislations) (Jimly Asshidiqie, 2006 : 134).

Hak memberikan suara atau memilih (right to vote) merupakan hak

dasar (basic right) setiap individu atau warga negara yang telah dijamin

pemenuhannya oleh Negara. Hak politik warga negara salah satunya

mencakup hak untuk memilih, jaminan hak memilih secara tersurat diatur

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mulai

Pasal 27 ayat (1); Pasal 28D ayat (1) dan ayat (3), Pasal 28E ayat (1) ayat (2)

dan ayat (3), Pasal 28I ayat (2). Perumusan pada pasal-pasal tersebut sangat

jelas bahwa setiap warga Indonesia berhak turut serta dalam pemerintahan

tanpa adanya pembedaan atau diskriminasi yang didasarkan atas asas

kepastian hukum. Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa salah satu contoh

Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

nyata warga negara turut serta dalam pemerintahan adalah ketika

menggunakan hak pilihnya untuk memilih dalam suatu pemilihan umum

maupun pemilihan kepala daerah.

Pemilihan kepala daerah merupakan instrumen penting dalam sebuah

negara demokrasi konstitusional. Indonesia sebagai negara demokrasi

konstitusional secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa “Kedaulatan

adalah di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.

Dalam sebuah negara demokrasi konstitusional, rakyat merupakan pemegang

kedaulatan (sovereignty). Setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk

memilih calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam pemilihan kepala

daerah. Oleh karena itu, hak untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala

daerah merupakan hak asasi manusia yang harus dihormati oleh setiap

penyelenggara negara.

Ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 di atas mengarahkan bahwa negara harus memenuhi segala bentuk hak

asasi setiap warga negaranya, khususnya berkaitan dengan hak konstitusional

warga negara dan secara lebih khusus lagi berkaitan dengan hak memilih dan

dipilih setiap warga negara dalam setiap pemilihan umum maupun pemilihan

kepala daerah di indonesia. Menurut penulis, negara mau tidak mau harus

memenuhi hak memilih warga negara karena apabila tidak terpenuhi maka

sudah dipastikan Negara Indonesia tidak dapat menjamin hak konstitusional

warga negaranya. Meskipun pemilihan kepala daerah hanyalah pemilihan di

tingkat lokal saja, tetapi pemilihan kepala daerah merupakan tonggak

demokrasi di tingkat lokal. Apabila hak memilih warga negara untuk memilih

kepala daerah hilang dikarenakan tidak diperbolehkanya calon tunggal untuk

maju dalam pemilihan maka hal tersebut sangat merugikan warga negara

yang tinggal di daerah tersebut.

Tidak hanya rakyat saja yang dirugikan, pasangan calon yang maju

dalam pemilihan kepala daerah pun juga ikut dirugikan. Hal ini nampak pada

hilangnya hak untuk dipilih dari pasangan calon apabila pemilihan kepala

Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

daerah dengan satu pasang calon saja tidak dilaksanakan atau ditunda hingga

periode berikutnya. Kepala daerah merupakan seorang yang penting untuk

mengatur dan memimpin suatu daerah dalam pemerintahan. Jadi sangat

dirugikan sekali apabila hak dipilih calon tunggal tidak terpenuhi maka akan

terjadi kekosongan pemerintahan di suatu daerah. Selain kerugian

konstitusional dari calon, daerah pun juga akan dirugikan karena

pembangunan daerah menjadi terhambat karena terjadi kekosongan

kepemimpinan.

Makna dari ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 di atas menegaskan bahwa segala bentuk produk

hukum perundang-undangan yang mengatur tentang pemilihan khususnya

pemilihan kepala daerah yang mengatur tentang hak pilih warga negara,

seharusnya membuka kesempatan yang luas bagi setiap warga negara untuk

bisa menggunakan hak untuk memilih dalam pemilihan, sebab pembatasan

hak untuk memilih warga negara merupakan salah satu bentuk pelanggaran

Hak Asasi Manusia. Meskipun pemilihan kepala daerah sudah bukan

merupakan rezim pemilihan umum, tetapi pemilihan kepala daerah tetap

menjadi tonggak kedaulatan rakyat di tingkat lokal. Sehingga hak pilih warga

negara dalam pemilihan kepala daerah harus tetap dilundungi tanpa adanya

diskriminasi.

Jaminan hak konstitusional warga negara untuk memilih dipertegas

dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Perkara Nomor 011-

017/PUU-I/2003

yang menjelaskan:

“Menimbang, bahwa hak konstitusional warga negara untuk memilih

dan dipilih (right to vote and right to be candidate) adalah hak yang dijamin

oleh konstitusi, undang-undang maupun konvensi internasional, maka

pembatasan penyimpangan, peniadaan dan penghapusan akan hak dimaksud

merupakan pelanggaran terhadap hak asasi dari warga negara.”

Penulis berpendapat, berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi diatas,

penundaan pemilihan kepala daerah dikarenakan adanya calon tunggal

merupakan suatu penyimpangan, peniadaan, dan pengahapusan hak untuk

Page 26: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

memilih bagi warga negara. Hal tersebut merupakan pelanggaran hak asasi

oleh negara terhadap warga negara. Dengan kata lain, pelaksanaan pemilihan

kepala daerah dengan calon tunggal selain untuk pemenuhan hak

konstitusional warga negara untuk memilih juga merupakan pencegahan

pelanggaran hak asasi yang dilakukan negara terhadap warga negara.

The Universal Declaration of Human Rights atau Deklarasi Universal

Hak-Hak Asasi Manusia juga mengatur mengenai hak-hak politik setiap

orang, secara tegas menjelaskan dalam Pasal 21 yang terkait dengan hak

setiap orang yang berbunyi:

Ayat (1) : “Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan

negerinya sendiri, baik dengan langsung maupun dengan perantaraan wakil-

wakil yang dipilih dengan bebas.”

Ayat (2) : “Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk

diangkat dalam jabatan pemerintahan negerinya.”

Ayat (3) : “Kemauan rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah;

kemauan ini harus dinyatakan dalam pemilihan-pemilihan berkala yang jujur

dan yang dilakukan menurut hak pilih yang bersifat umum dan berkesamaan,

serta dengan pemungutan suara yang rahasia ataupun menurut cara-cara yang

juga menjamin kebebasan mengeluarkan suara.”

Menurut penulis, Ketentuan Pasal 21 Deklarasi Universal Hak-Hak

Asasi Manusia tersebut dapat dimaknai bahwa setiap orang mempunyai hak

dan kedudukan yang sama dalam pemerintahan (jabatan-jabatan

pemerintahan) dan hal ini dilakukan dapat dilakukan melalui suatu pemilihan

kepala daerah yang demokratis berlangsung secara umum, langsung, bebas

dan rahasia meskipun hanya terdapat satu pasangan calon tunggal saja.

Kedudukan dalam pemerintahan yang diperoleh melalui suatu pemilihan

kepala daerah sifatya tidak diskriminatif artinya setiap orang (warga negara)

mempunyai hak dan kesempatan yang sama tanpa adanya penundaan.

Salah satu prinsip utama dalam Hak Asasi Manusia adalah indivisibility

dan inalienability (Flowers, 2000 : 130). Dalam prinsip indivisibility suatu

hak tidak bisa dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini

terkait dengan pandangan yang menyesatkan tentang membeda-bedakan atau

Page 27: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

pengutamaan hak-hak tertentu dibandingkan hak-hak lain. Hak sipil dan

politik, sangat tidak mungkin dipisahkan dengan hak ekonomi, sosial, dan

budaya, karena keduanya satu kesatuan, tidak bisa dilepaskan satu dengan

yang lainnya. Sementara itu, prinsip inalienability menjelaskan bahwa

pemahaman prinsip atas hak yang tidak bisa dipindahkan, tidak bisa dirampas

atau dipertukarkan dengan hal tertentu, agar hak-hak tersebut bisa

dikecualikan. Misalnya, hak pilih dalam pemilihan kepala daerah, tidak bisa

dihilangkan hanya dengan terjadi penundaan pemilihan yang akan

meniadakan hak memilih bagi rakyat dan hak dipilih bagi calon kepala

daerah.

International Covenant On Civil And Political Rights (ICCPR 1966)

berkaitan dengan hak pilih warga negara menegaskan dalam Pasal 25 yang

menyebutkan bahwa:

“Setiap warga negara harus mempunyai hak dan kesempatan yang sama

untuk tanpa pembedaan apapun tanpa pembatasan yang tidak wajar baik

untuk berpartisipasi dalam menjalankan segala urusan umum baik secara

langsung maupun melalui wakil-wakil yang dipilih secara bebas, selanjutnya

untuk memilih dan dipilih pada pemilihan berkala yang bebas dan dengan hak

pilih yang sama dan universal serta diadakan melalui pengeluaran suara

tertulis dan rahasia yang menjamin para pemilih untuk menyatakan kehendak

mereka dengan bebas, dan untuk mendapatkan pelayanan umum di negaranya

sendiri pada umumnya atas dasar persamaan.”

Ketentuan International Covenant On Civil And Political Rights

(ICCPR 1966) di atas ditujukan untuk menegaskan bahwa hak pilih

merupakan bagian dari hak asasi. Pembatasan, penyimpangan, peniadaan dan

penghapusan hak tersebut merupakan bentuk pelanggaran hak asasi warga

negara. Pembatasan, peniadaan, dan penghapusan hak pilih dikarenakan tidak

diperbolehkanya calon tunggal untuk maju dalam pemilihan kepala daerah

merupakan suatu pelanggaran Hak Asasi Manusia khususnya Hak

Konstitusional (constitusional rigths). Meskipun Pembatasan, peniadaan, dan

penghapusan hanya bersifat sementara, atau dalam arti lain ditunda hingga

ada lawan pasangan calon tetap saja hal merupakan suatu penghapusan hak

pilih. Warga negara berhak memilih meskipun hanya ada satu pasangan

Page 28: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

calon, memilih setuju ataupun tidak setuju sudah merupakan pemenuhan hak

pilih warga negara di tingkat daerah.

Penulis menegaskan, berdasarkan Ketentuan International Covenant On

Civil And Political Rights (ICCPR 1966) diatas, pemilih dalam pemilihan

berhak menyatakan kehendak mereka secara bebas agar mendapatkan

pelayanan umum di negaranya sendiri. Dengan adanya pemilihan kepala

daerah dengan calon tunggal, pemilih dapat menyatakan kehendak mereka

dengan cara memilih “setuju” atau “tidak setuju” terhadap calon kepala

daerah. Terpenuhinya hak memilih tersebut akan menjamin rakyat

mendapatkan pelayanan umum, karena jabatan kepala daerah akan segera

diisi setelah pemilihan kepala daerah selesai diselenggarakan. Apabila

pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal tidak dilaksanakan dengan

ditunda pada pemilihan berikutnya maka rakyat tidak akan mendapatkan

pelayanan yang baik dari pemerintah daerah karena jabatan kepala daerah

masih belum terisi.

Konsekuensi Indonesia yang telah meratifikasi Kovenan tentang Hak-

hak Sipil dan Politik melalui Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang

Pengesahan International Covenant On Civil And Political Rights (Kovenan

Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik) adalah Pemerintah Indonesia

memiliki tanggung jawab untuk memenuhi pelaksanaan hak sipil dan politik

setiap warga negara terutama hak memilih dalam pemilihan kepala daerah.

Pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal merupakan

contoh tanggung jawab dan pemenuhan pemerintah memenuhi hak

konstitusional warga negara untuk memilih agar tidak terjadi perampasan hak

sipil politik warga negara dalam pemilihan kepala daerah dikarenakan terjadi

penundaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

juga secara nyata memberikan pengakuan terhadap Hak-hak konstitusional

warga negara yang meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga dan

melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan,

hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak

Page 29: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, dan hak anak. Atas dasar hak-hak

tersebut, Negara memberikan pengakuan kepada setiap warga Negara untuk

ikut serta dalam pemerintahan. Menurut penulis, pemerintahan dalam arti ini

bisa dikatakan dengan turut serta dalam kegiatan pemilihan umum maupun

pemilihan kepala daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum maupun pemilihan

kepala daerah merupakan hak konstitusional warga negara baik dalam hal hak

memilih maupun dipilih.

Menurut ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia dinyatakan bahwa:

“Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan

politiknya”.

Lebih lanjut menurut ketentuan Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dinyatakan bahwa:

“Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam

pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan”.

Menurut penulis, kedua ketentuan pasal tersebut jelas menunjukkan

adanya jaminan yuridis yang melekat bagi setiap warga Negara Indonesia itu

sendiri untuk melaksanakan hak memilihnya dalam setiap gelaran pemilihan.

Rakyat berhak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan kepala daerah

untuk memilih kepala daerah sesuai dengan hati nurani sesuai dengan

keyakinan politiknya. Apabila pemilihan kepala daerah ditunda dikarenakan

adanya calon tunggal kepala daerah, hal tesebut akan berakibat hilangnya

persamaan hak memilih negara untuk memilih dalam pemilihan khususnya

pemilihan kepala daerah yang sudah dijamin Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Page 30: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

Pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal dapat

menjamin hak konstitusional warga negara karena pada dasarnya setiap warga

negara bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya masing

masing seperti yang dijamin Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia. Apabila warga negara setuju dengan pasangan calon

yang maju sebagai kepala daerah, itu merupakan pilihan dari warga negara itu

sendiri. Rakyat sebagai warga negara berhak memilih pasangan calon tersebut

tanpa campur tangan siapapun. Sebaliknya, apabila rakyat berkeyakinan lain

dengan pasangan calon tunggal yang maju dalam pemilihan kepala daerah,

maka rakyat juga berhak untuk memilih tidak setuju terhadap pasangan calon

tersebut. Rakyat dapat memilih setuju maupun tidak setuju dikarenakan

pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal menggunakan model dan

mekanisme yang berbeda dari pemilihan dengan dua pasang calon.

Pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal di beberapa

daerah merupakan jalan untuk mencegah terjadinya pelanggaran hak

konstitusional kepada rakyat sebagai warga negara. Pemerintah melalui

Putusan Mahkamah Konstitusi menjamin hak konstitusional warga negara

tetap dilindungi dengan memperbolehkan calon tunggal untuk maju dalam

pemilihan kepala daerah. Pelaksanaan pemilihan kepala daerah merupakan

pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diatur melalui Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi

Undang-Undang. Sebagai pelaksanaan kedaulatan rakyat, maka pemilihan

kepala daerah tidak boleh mengabaikan bahkan meniadakan hak dipilih dan

memilih masyarakat hanya karena terjadi munculnya calon tunggal yang akan

menyebabkan penundaan pemilihan kepala daerah.

Penulis menegaskan, penundaan pemilihan kepala daerah ke pemilihan

kepala daerah pada periode berikutnya dapat mengakibatkan hilangnya hak

konstitusional rakyat untuk memilih. Penundaan pemilihan kepala daerah

belum tentu terdapat jaminan bahwa pada pemilihan kepala daerah periode

Page 31: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

berikutnya hak rakyat untuk memilih akan dapat dipenuhi. Bisa saja

penundaan tersebut tetap saja akan diikuti oleh satu pasangan calon atau calon

tunggal. Oleh karena itu, pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan calon

tunggal merupakan wujud pelaksanaan kedaulatan rakyat demi terpenuhinya

hak konstitusional warga negara untuk memilih maupun dipilih.

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun

2015 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil

Bupati, Walikota dan Wakil Walikota dengan Satu Pasangan Calon, sarana

yang digunakan untuk memberikan suara pada pemilihan kepala daerah

dengan satu pasangan calon adalah dengan menggunakan surat suara yang

memuat foto pasangan calon, nama pasangan calon dan kolom untuk

memberikan pilihan setuju atau tidak setuju. Kolom tersebut merupakan hal

yang baru dimana dalam pemilihan kepala daerah sebelumnya belum pernah

diberlakukan model seperti itu. Menurut penulis, pemilihan kepala daerah

lebih tepat dipadankan dengan pemungutan dengan cara "setuju atau "tidak

setuju" dalam surat suara yang didesain sedemikian rupa sehingga

memungkinkan rakyat untuk menentukan pilihanya terhadap calon tunggal

tersebut.

Hakim mahkamah konstitusi dalam pertimbangan Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor: 100/PUU-XIII/2015 menjelaskan bahwa pemilihan kepala

daerah yang hanya diikuti satu pasangan calon saja kontestasinya lebih tepat

apabila dipadankan dengan plebisit yang meminta rakyat atau pemilih untuk

menentukan pilihanya apakah “setuju” atau “tidak setuju”. Apabila ternyata

suara rakyat lebih banyak memilih “setuju” maka pasangan calon yang

dimaksud ditetapkan sebagai kepala daerah. Sebaliknya, apabila ternyata

suara rakyat lebih banyak memilih “tidak setuju” maka dalam keadaan

demikian pemilihan ditunda sampai pemilihan kepala daerah serentak

berikutnya. Penundaan demikian tidaklah bertentangan dengan konstitusi

sebab pada dasarnya rakyatlah yang telah memutuskan penundaan itu melalui

pemberian suara “tidak setuju”.

Page 32: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

Penulis berpendapat bahwa surat suara dengan model yang baru seperti

itu sudah cukup untuk memenuhi hak konstitusional warga negara untuk

memilih maupun dipilih. Warga negara telah dihadapkan dengan pilihan

“setuju” atau “tidak setuju” untuk memilih kepala daerah sesuai dengan hati

nurani mereka masing-masing. Rakyat sebagai warga negara yang tinggal di

daerah yang hanya memiliki satu pasangan calon saja dapat menggunakan

hak pilihnya melalui kolom setuju atau tidak setuju sehingga hak

konstitusional mereka tetap terpenuhi. Begitu pun sebaliknya, calon kepala

daerah pun berhak dipilih masayarakat melalui pemungutan suara dengan

model setuju ataupun tidak setuju. Apabila hasil pemilihan kepala daerah

dimenangkan dengan pilihan “tidak setuju”, maka pemilihan akan ditunda

hingga pemilihan kepala daerah berikutnya.

Beberapa daerah yang telah melaksanakan pemilihan kepala daerah

dengan calon tunggal adalah Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Blitar, dan

Kabupaten Timor Tengah Utara. Penulis dalam hal ini telah mendapatkan

data perolehan hasil suara masing-masing kabupaten yang didapatkan dari

website Komisi Pemilihan Umum masing-masing daerah. Berikut data yang

penulis sajikan dalam bentuk tabel:

Tabel 3.1. Hasil Perolehan Suara Pemilihan Kepala Daerah di

Daerah yang memiliki Calon Tunggal

Kabupaten Daftar

Pemilih Tetap

Suara

Setuju

Suara

Tidak Setuju

Tasikmalaya 1.340.727 500.908 242.865

Blitar 964.928 428.075 76.121

Timor Tengah

Utara

107.235 75.025 18.890

Keterangan:

Di Kabupaten Tasikmalaya, perolehan suara "setuju" terhadap peserta

tunggal adalah sebanyak 500.908 suara dari jumlah daftar pemilih tetap

Page 33: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

1.340.727 orang. Suara "setuju" meraih 500.908 suara, "tidak setuju" meraih

242.865 suara. Sedangkan untuk suara tidak sah hanya 66.895 suara

(http://kpud-tasikmalayakab.go.id/ diakses tanggal 4 Maret 2016 pukul 20.10

WIB). Di Kabupaten Blitar, perolehan suara "setuju" terhadap peserta tunggal

sebanyak 428.075 suara dari jumlah daftar pemilih tetap 964.928 orang. Suara

"setuju" meraih 428.075 suara, "tidak setuju" meraih 76.121 suara

(http://kpu.blitarkab.go.id/ diakses pada tanggal 4 Maret 2016 pukul 20.30

WIB). Sedangkan di Kabupaten Timor Tengah Utara, dari 107.235 pemilih

perolehan suara "setuju" terhadap peserta tunggal adalah sebanyak 75.025

suara, dan "tidak setuju" adalah sebanyak 18.890 suara

(https://ttukab.kpu.go.id/index.php diakses pada tanggal 4 Maret 2016 pukul

20.45).

Berdasarkan data di atas, penulis berpendapat bahwa masyarakat sudah

menggunakan hak pilihnya dengan baik meskipun dalam hal ini terdapat

mekanisme baru dan asing yang baru pertama kalinya digunakan dalam

pemilihan kepala daerah di daerahnya masing-masing. Masyarakat

menggunakan hak konstitusionalnya untuk memilih kepala daerah dengan

cara mencoblos “setuju” ataupun “tidak setuju”. Dari ketiga daerah tersebut,

kesemuanya dimenangkan dengan suara setuju. Artinya, masyarakat

mendukung penuh calon yang maju dalam pemilihan kepala daerah tersebut

untuk memimpin daerahnya. Meskpiun begitu, masih juga terdapat suara

tidak setuju dari masyarakat. Suara tidak setuju pun sudah termasuk pilihan

dari masyarakat, masyarakat memilih untuk tidak setuju dengan pasangan

calon tersebut meskipun pada akhirnya suara setuju lebih banyak dari suara

tidak setuju. Dengan kata lain, pemilihan kepala daerah tidak perlu ditunda ke

periode selanjutnya dikarenakan pemungutan suara dimenangkan suara

“setuju”.

Pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal di beberapa

daerah di atas menandakan pemilihan yang sejalan dengan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memperlihatkan

pelaksanaan dan jaminan hak memilih dan dipilih warga negara seutuhnya.

Dari hasil pemilihan kepala daerah diatas, penulis berpendapat bahwa:

1. masyarakat yang memilih setuju pada pemilihan tersebut pasti

mengenal, menyukai. Mengakui, dan telah merasakan Visi, Misi,

Page 34: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

serta program yang pernah calon laksanakan dikarenakan ketiga

calon tersebut merupakan kepala daerah di periode sebelumnya.

Selain itu dengan adanya masyarakat yang memilih setuju, pasangan

calon yang maju dalam pemilihan kepala daerah juga tidak

kehilangan hak konstitusionalnya untuk dipilih.

2. masyarakat yang menggunakan hak pilihnya dengan memilih tidak

setuju pada pemilihan tersebut bisa dipastikan tidak mengenal, tidak

menyukai, dan tidak merasakan visi misi ataupu program yang di

programnkan oleh pasangan calon tunggal tersebut. Hal tersebut

berarti bahwa popularitas maupun keunggulan pasangan calon

hanyalah hasil pencitraan .

3. masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya berarti memang

belum memiliki kesadaran untuk menggunakan hak

konstitusionalnya untuk memilih. Kesadaran dalam berdemokrasi

perlu ditanamkan lebih lanjut kepada masyarakat untuk

meminimalisir banyaknya masyarakat yang tidak menggunakan hak

pilihnya.

Penulis menegaskan, pelaksanaan pemilihan kepala daerah di Indonesia

adalah media rakyat untuk memberikan hak suaranya atas calon kepala

daerah melalaui pemilihan yang berdasarkan pada asas langsung, umum,

bebas, rahasia (luber) serta jujur dan adil (jurdil). Konsep ini memberikan

kesempatan yang seluas-luasnya kepada rakyat untuk menggunakan hak

memilihnya yaitu memilih langsung calon kepala daerah untuk periode lima

tahun. Pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal di sisi lain juga

memberikan kesempatan yang kepada rakyat yang memenuhi syarat untuk

dipilih menjadi kepala daerah meskipun hanya dengan satu pasang calon saja.

Artinya prinsip-prinsip kedaulatan rakyat sepenuhnya dipegang teguh oleh

bangsa Indonesia dalam tatanan demokrasi konstitusional yang menjunjung

tinggi kemerdekaan dan kebebasan atas hak-hak pribadi individu selaku

manusia Indonesia.

Page 35: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

Pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan calon tungggal

sebenarnya tidak di setujui oleh salah satu hakim Mahkamah Konstitusi yaitu

Patrialis Akbar. Dalam desenting opinion, Hakim Patrialis Akbar

menjelaskan bahwa:

“Pemilihan yang dilakukan untuk memilih kepala daerah adalah subjek

hukum, dimana subjek hukum tersebut adalah orang orang yang memenuhi

syarat yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Oleh karena

itu calon kepala daerah sebagai subjek hukum disandingkan dengan non-

subjek hukum (pernyataan setuju atau tidak setuju/referendum). Pemilihan

kepala daerah bukan merupakan referendum akan tetapi pemilihan dari

beberapa pilihan atau lebih dari satu untuk dipilih.

Apabila calon tunggal dibenarkan dalam pemilihan kepala daerah, maka

bisa jadi suatu saat akan terjadi penyelundupan hukum. Hal tersebut

dikhawatirkan akan melahirkan liberalisasi yang dilakukan oleh para pemilik

modal untuk „membeli‟ partai politik untuk hanya mencalonkan 1 (satu)

pasangan saja sehingga kesempatan untuk menang bagi calon independen

tipis. Agar adanya pasangan calon lain seyogyanya persyaratan calon

independen dipermudah. Walaupun sesungguhnya keberadaan calon tunggal

juga tidak tertutup kemungkinan disebabkan oleh petahana yang sulit

dikalahkan oleh pasangan calon baru, namun inilah saatnya untuk masuk

pada proses pendidikan politik bagi partai politik yang mempunyai peluang

untuk mencalonkan pasangan calon lainya secara lebih sungguh-sungguh.”

Menurut penulis, desenting opinion yang dikatakan Hakim Patrialis

Akbar ada benarnya juga. Tapi dalam hal ini, penulis berpendapat

pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal adalah terkait

dengan pemenuhan hak konstitusional warga negara untuk memilih (right to

vote). Ditengah rekruitmen politik yang buruk, dan konflik antar partai yang

dapat memunculkan pasangan calon tunggal, putusan mahkamah konstitusi

nomor: 100/PUU-XIII/2015 adalah solusi bagi pelaksanaan pemilihan kepala

daerah. Dalam hal ini, penulis berharap selain memperhatikan hak

konstitusional warga negara untuk memilih, pemerintah juga harus mencegah

lahirnya lebralisasi yang dilakukan oleh para pemilik modal untuk „membeli‟

partai politik untuk hanya mencalonkan 1 (satu) pasangan saja.

Pemenuhan Hak Konstitusional warga negara untuk memilih maupun

dipilih melalui pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal adalah bagian

dari upaya bangsa dan negara untuk memberikan jaminan perlindungan dan

Page 36: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/E0012340_bab3.pdf · A. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon ... implementasi

penegakan Hak Asasi Manusia, sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 28 A

sampai dengan Pasal 28 J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia. Hak untuk memilih merupakan hak politik warga negara yang

sudah ditentukan dalam konstitusi Indonesia bahkan dalam International

Covenant On Civil And Political Rights sebagai instrumen Hak Asasi

Manusia Internasional. Oleh karena itu, setiap peraturan perundang-undangan

di bawahnya tidak dibenarkan bertentangan dengan aturan hukum dalam

konstitusi Indonesia bahkan dalam International Covenant On Civil And

Political Rights yang telah diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2005. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

harus selaras dan mematuhi International Covenant On Civil And Political

Rights sebagai konsekuensi atas ratifikasi konvenan tersebut.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 100/PUU-XIII/2015 dalam

perkara pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang pada

prinsipnya bertujuan untuk melindungi hak-hak konstitusional warga negara

untuk memilih dan hak asasi manusia yang sangat mendasar bagi tegaknya

demokrasi. Pada dasarnya, tujuan negara melaksanakan pemilihan kepala

daerah dengan calon tunggal adalah untuk pemenuhan Hak Asasi Manusia

khususnya hak konstitusional warga negara untuk memilih. Namun dalam

prakteknya negara harus tetap bertanggung jawab untuk selalu memberikan

pemahaman kepada rakyat bahwa kebebasan dan demokrasi yang hidup dan

berkembang di Indonesia tetap memiliki batasan sebagaimana yang diatur di

dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 sehingga demokrasi konstitusional yang berkembang akan selalu

dilandasi dengan prinsip kebebasan dan kemerdekaan yang bertanggung

jawab.