bab iii hasil penelitian dan pembahasan a. gambaran...

28
39 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Badan Narkotika Nasional Kota Batu 1. Profil Badan Narkotika Nasional Kota Batu Badan Narkotika Nasional kota Batu merupakan lembaga yang menangani permasalahan terkait penyalahgunaan narkotika dan bahan berbahaya lainnya di tingkat Kota. Berdiri secara resmi di Kota Batu sebagai bagian vertikal dari Badan Narkotika Nasional tahun 2009. Sebelumnya, BNNK Batu hanya dikenal sebagai BNK (Badan Narkotika Kota) sejak tahun 2007 dan telah menangani terkait masalah penyalahgunaan narkotika di tingkat kota. Namun semenjak diresmikanya Undang-Undang Narkotika No 35 tahun 2009, lembaga yang tadinya merupakan bagian dari Kota berubah menjadi lembaga vertikal yang secara bersama-sama mempunyai visi dan misi untuk menangani penyalahgunaan narkotika. Dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut BNNK Batu secara nyata melakukan berbagai upaya di dalam rangka melakukan tindakan sosilisasi, advokasi dan mengkampanyekan tentang bahaya peredaran gelap dan bahaya penyalahgunaan Narkoba hingga ke pemberdayaan masyarakat agar ikut turut serta memerangi penyalahgunaan Narkoba. Selain itu, BNNK Batu juga secara aktif melakukan edukasi Anti Narkoba yang berkenaan dengan tindakan-tindakan preventif tentang bahaya penyalahgunaan Narkoba. Diharapkan dengan berbagai upaya

Upload: doantuong

Post on 20-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

39

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Badan Narkotika Nasional Kota Batu

1. Profil Badan Narkotika Nasional Kota Batu

Badan Narkotika Nasional kota Batu merupakan lembaga yang

menangani permasalahan terkait penyalahgunaan narkotika dan bahan

berbahaya lainnya di tingkat Kota. Berdiri secara resmi di Kota Batu

sebagai bagian vertikal dari Badan Narkotika Nasional tahun 2009.

Sebelumnya, BNNK Batu hanya dikenal sebagai BNK (Badan

Narkotika Kota) sejak tahun 2007 dan telah menangani terkait masalah

penyalahgunaan narkotika di tingkat kota. Namun semenjak

diresmikanya Undang-Undang Narkotika No 35 tahun 2009, lembaga

yang tadinya merupakan bagian dari Kota berubah menjadi lembaga

vertikal yang secara bersama-sama mempunyai visi dan misi untuk

menangani penyalahgunaan narkotika.

Dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut BNNK Batu secara

nyata melakukan berbagai upaya di dalam rangka melakukan tindakan

sosilisasi, advokasi dan mengkampanyekan tentang bahaya peredaran

gelap dan bahaya penyalahgunaan Narkoba hingga ke pemberdayaan

masyarakat agar ikut turut serta memerangi penyalahgunaan Narkoba.

Selain itu, BNNK Batu juga secara aktif melakukan edukasi Anti

Narkoba yang berkenaan dengan tindakan-tindakan preventif tentang

bahaya penyalahgunaan Narkoba. Diharapkan dengan berbagai upaya

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

40

tersebut, masyarakat menjadi sadar dan mampu memahami dampak

dari penyalagunaan Narkoba sehingga terwujudnya masyarakat

Indonesia yang bebas dari penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan

terlarang BNNK Batu saat ini, juga mengupayakan terkait pembenaran

pemahaman persepsi yang sama kepada masyarakat maupun para

penegak hukum bahwa pidana rehabilitasi adalah hukuman yang

paling tepat dan bermanfaat bagi pengguna dalam menyongsong

kehidupan masa depannya. Dan BNNK Batu berharap menjadi wadah

masyarakat agar mendapatkan informasi berkenaan dengan dampak

dari penyalahgunaan Narkoba dan bahan adiktif lainnya.

2. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyeleng garaan

Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme.

c. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih

dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

e. Peraturan Presiden RI Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan

Narkotika Nasional.

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

41

f. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah.

g. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun

2010 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional.

h. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 4 Tahun

2010 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional

Kabupaten / Kota.

3. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan.

a. Kedudukan

Badan Narkotika Nasional Kota Batu (BNNK) adalah Lembaga

Pemerintah Vertikal yang berkedudukan di bawah dan bertanggung

jawab kepada Badan Narkotika Nasional Propinsi dan Badan

Narkotika Nasional, BNNK dipimpin oleh seorang Kepala.

b. Tugas

Melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang BNN dalam Wilayah

Kota Batu yang bertujuan mendukung Tujuan BNNP Melindungi

dan menyelamatkan komponen masyarakat di kota Batu dari

pengaruh penyalah gunaan dan peredaran gelap narkoba.

c. Fungsi.

Dalam melaksanakan tugasnya, BNN Kota Batu menyelenggarakan

fungsi:

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

42

- Pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan,

pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi;

- Pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pemberantasan

dalam rangka pemetaan jaringan kejahatan terorganisasi

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika,

prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adikktif

untuk tembakau dan alkohol dalam wilayah Kota Batu;

- Pelaksanan penyiapan bantuan hukum dan kerja sama;

- Penyusunan rencana program dan anggaran BNN Kota Batu;

- Evaluasi penyusunan laporan BNN Kota Batu;

- Pelayanan administrasi yang transparan dan akuntabel di BNN

Kota Batu;

d. Kewenangan

Kewenangan BNNK secara umum terlihat secara implisit pada

tugas nya, namun kewenangan yang dikhususkan oleh undang-

undang adalah tugas dalam melaksanakan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika, BNNK berwenang melakukan penyelidikan. Penyu

sunan Standar Operasional Prosedur Di Lingkungan Badan Na

rkotika Nasional

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

43

4. Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional Kota Batu

Struktur Organisasi sebagaimana disebut dalam Peraturan Kepala

BNN Nomor 03 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja BNNP

dan BNNK adalah sebagai berikut:

1. Kepala.

2. Kasubbag Umum.

3. Seksi Pencegahan dan Pemberdayaan.

4. Seksi Rehabilitasi.

5. Seksi Pemberantasan

Bagan 1

Struktur Organisasi

Badan Narkotika Nasional Kota Batu

Sumber: Data Primer dokumen Badan Narkotika Nasional Kota Batu, diolah, pada tanggal 6

Desember 2016

SEKSI

REHABILITASI

ROSE

IPTRIWULANDHANI

. S.Psi.,MM

SEKSI

PEMBERANTASAN

KOMPOL.

PURWITO

SEKSI

PENCEGAHAN DAN

PEMBERDAYAAN

KOMPOL. EDI HARI

ADI KARTIKA

KASUBBAG UMUM USAHA

YUDHA WIRAWAN S.E.,MM

KEPALA BNN:

HERU CAHYO WIBOWO, SH, MN

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

44

5. Sasaran strategis BNN Kota Batu sebagai berikut:

a. Seksi Pencegahan Dan Seksi Pembardayaan

1. Meningkatnya lembaga pendidikan, Instansi pemerintah, swasta

dan organisasi kemasyarakatan yang memiliki pengetahuan,

pemahaman dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba.

2. Meningkatnya lembaga pendidikan, Instansi pemerintah, swasta

dan organisasi kemasyarakatan sebagai kader anti narkoba yang

memiliki ketrampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba.

3. Meningkatnya peranan lembaga pendidikan, Instansi

pemerintah, swasta dan organisasi kemasyarakatan dalam

mendukung pelaksanaan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba. (Advokasi tujuanya mampu

mempengaruhi kebijakan untuk melakukan kebijakan P4GN di

instansinya)

4. Meningkatnya peranan lembaga pendidikan , lingkungan kerja

lingkungan kerja pemerintah, masyarakat desa yang

mendapatkan pengembangan dalam mendukung pelaksanaan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

(Advokasi tujuanya mampu mempengaruhi kebijakan untuk

melakukan kebijakan P4GN di instansinya)

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

45

5. Meningkatnya peranan lembaga pendidikan, Instansi

pemerintah, swasta dan organisasi kemasyarakatan dalam

mendukung pelaksanaan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba. (Advokasi tujuanya mampu

mempengaruhi kebijakan untuk melakukan kebijakan P4GN di

instansinya)

6.Memberikan informasi dalam mendukung pelaksanaan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

(Advokasi tujuanya mampu mempengaruhi kebijakan untuk

melakukan kebijakan P4GN di instansinya) di wilayah kerja

BNN Kota Batu

b. Seksi Rehabilitasi

1. Meningkatnya pecandu narkoba mengikuti program wajib

lapor.

2. Meningkatnya pecandu dan penyalahguna narkoba yang

mengikuti rawat jalan.

3. Meningkatnya mantan pecandu dan penyalah guna narkoba

yang mengikuti program pendampingan pasca rehabilitasi.

c. Seksi Pemberantasan

1. Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan gelap

narkoba

2. Pengungkapan sel jaringan narkoba / Meningkatnya sel

jaringan narkoba

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

46

B. Analisis Efektifitas pelaksanaan Rehabilitasi Medis Rawat Jalan bagi

Pecandu Narkotika di Badan Narkotika Nasional Kota Batu

Berdasarkan Pasal 54 Undang–Undang No 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika menentukan bahwa Pecandu Narkotika dan korban

penyalahgunaan narkotika wajib menjalani Rehabilitasi medis dan

Rehabilitasi sosial. Yang dimaksud dengan Korban penyalahgunaan

narkotika adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan narkotika

karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, dan / atau diancam untuk

menggunakan narkotika. Sehingga mereka diwajibkan mendapatkan

rehabilitasi baik medis maupun sosial. Implementasi dalam pasal 54, yakni

mewajibkan rehabilitasi yang diperuntukan terhadap pecandu dari

penyalahgunaan narkotika yang ketergantungan dengan narkotika terutama

golongan I, sehingga ada upaya oleh BNN bagi para pecandu guna

mendapatkan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial dengan tujuan dapat

memulihkan serta mengembalikan pecandu agar bisa berada dalam

lingkungan masyarakat secara normal dan terbebas dari ketergantungan

bahaya narkotika.

Kemudian dengan turunnya Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun

2011 Tentang Wajib Lapor Bagi Penyalahguna Narkotika, merupakan

wujud komitmen negara untuk mengakomodir hak pecandu dalam

mendapatkan layanan terapi dan rehabililtasi dan juga sebagai wujud

implementasi dari pada pasal 54 Undang-undang nomor 35 tahun 2009

tentang narkotika. Dengan adanya upaya rehabilitasi oleh BNN Kota Batu

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

47

ini diharapkan bisa memulihkan serta mengembalikan pecandu agar bisa

berada dalam lingkungan masyarakat secara normal dan terbebas dari

ketergantungan bahaya narkotika dan yang paling penting agar pecandu

tidak kembali menyalahgunakan narkotika atau Relapse.

Kemudian apabila kita melihat data yang diperoleh peneliti. Di

Badan Narkotika Nasional Kota Batu, peneliti mendapatkan data terkait

alasan pecandu dalam menyalahgunakan narkoba. Dalam melaksanakan

penelitian, peneliti mengambil 3 (tiga) responden yang secara random dari

korban dan pecandu penyalahgunaan narkotika.

Tabel 1

Data identitas Responden Pecandu Narkotika

Data Identitas

pecandu Narkoba

DATA PRIBADI SUBYEK

Nama Feby

Setyawati

Novita

Indahsari

Verian Ilham

TTL Malang, 26

Februari

1999

Batu, 13

Oktober 1998

Malang, 22 Juni

1999

Umur 17 18 16

Agama Islam Islam Islam

Pekerjaan Pelajar Pelajar Pelajar

Status Rawat RawatJalan Rawat Jalan Rawat Jalan

Jenis Narkoba LL LL BZO

Cara Pakai Oral Oral Oral

Data Primer : Data di Dapat Dari Wawancara Dengan Pecandu Narkotika24

24 Wawancara dari ketiga Pecandu Narkotika. 28 November 2016

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

48

FS,NI dan VI ketiganya adalah merupakan korban penyalahguna narkotika

yang sedang menjalani program rehabilitasi rawat jalan yang

diselengarrakan oleh BNN Kota Batu. FS dan NI adalah teman satu

sekolah sedangkan VI adalah pelajar dari SMP lain yang tetdapat di Kota

Batu. Mereka bertiga pada dasarnya masih berstatus pelajar Sekolah

Menengah Pertama (SMP). Masuknya FS, NI dan VI ke dalam program

rehabilitasi rawat jalan BNN Kota Batu bukan atas dasar sukarela

(Voluntery) akan tetapi melaui proses penjangkauan dari pihak sekolah

masing-masing. FS dan NI masuk ke dalam lembaga rehabilitasi medis

rawat jalan pada tanggal 25 April 2016 sedangkan VI masuk pada tanggal

27 April 2016. Rata-rata dari mereka menegaskan bahwa orang tua mereka

tidak tau jika mereka menggunakan narkoba, menurut pengakuan FS dan

NI kepada saya bahwa mereka mulai menyalahgunakan narkoba adalah

karna dijebak atau diracuni oleh ketua kelasnya sendiri pada jam istirahat

dengan modus yang dilakukan oleh ketua kelas tersebut adalah mentraktir

semua teman dikelasnya dengan membelikan es jeruk dan pada es jeruk

tersebut dicampuri oleh pil Double L atau LL, pada saat itulah mereka

mulai coba pakai dan akhirnya ketagihan mengkonsumsi narkoba jenis LL

tersebut. Sedangkan VI mulai menyalahgunakan narkoba adalah karena

ada iming-iming dari temannya. NS dan Ni menuturkan bahwa tidak susah

untuk mendapatkan obat-obatan tersebut, hanya dengan harga mulai Rp

8000 sampai dengan Rp 10.000 mereka bisa mendapatkan obat tersebut

melalui temanya disekolah yang mempunyai jaringan langsung kepada

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

49

bandar narkoba yang ada di Kota Batu. Dengan adanya penjaringan yang

dilakukan oleh pihak sekolah tersebut, pihak sekolah berharap agar anak

didiknya mendapat rehabilitasi medis yang sesuai dan bisa berhenti

menngunakan narkoba, pihak sekolah pun juga mengegaskan bahwa

mereka bertiga tidak dikeluarkan, dan bahkan identitas mereka pun akan

dilindungi. FS, NI dan VI adalah hanya beberapa korban dan pecandu

yang sedang dilakukannya rehabilitasi medis rawat jalan oleh BNN Kota

Batu. pada dasarnya BNN Kota Batu hari ini sedang giat-giatnya dalam

melakukan rehabilitasi baik melalui proses suarela (Voluntery) maupun

dalam proses penjangkauan (Compulsory). Berdasarkan data yang

diperoleh oleh peneliti bahwa jumlah pecandu yang sedang di rehabilitasi

oleh pihak BNN adalah:

Tabel 2

Data Pecandu yang yang di Rehabilitasi pada tahun 2016

NO Jumlah

Pecandu

Target

Rehabilitasi

Pecandu yang Relapse

1 50 Pecandu 50

Pecandu

10 Pecandu

Data Primer : Data di Dapat Dari Wawancara Dengan tenaga Medis BNNK Batu.25

Sedangkan pada tahun 2015 yang di Rehabilitasi oleh BNN Kota Batu

adalah sebesar 115 pecandu dari target yang ditetapkan oleh pusat yaitu

100.000 pecandu. Terdapat 5 orang yang kembali coba pakai lagi dan 3

orang yang Relapse ( Kambuh menyalahgunakan narkoba ) .26

25 Hasil Wawancara Dengan tenaga Medis BNNK Batu.31 Januari 2017 26 Ibid

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

50

Alur mekanisme dalam melakukan Rehabilitasi Medis Rawat jalan

di BNN Kota Batu adalah

Bagan 2

TAHAPAN REHABLITASI DI BNN KOTA BATU

Sumber: Hasil wawancara dengan Konselor Sie Rehabilitasi BNN Kota Batu27

1. Assesment

Assesmen adalah tahapan pertama yang dilakukan oleh Tim

Assesmen terpadu untuk mendapatkan suatu informasi terhadap

residen/korban yang akan ditangani. Tim Assesmen ini betugas untuk

Pertama Assesmen dan analisis medis, psikososial, serta

merekomendasi rencana terapi dan rehabilitasi seseorang yang

ditangkap dan/atau tertangkap tangan. Kedua yaitu analisis terhadap

seseorang yang ditangkap dan/atau tertangkap tangan dalam kaitan

peredaran gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika.28 Tim

Assesmen Terpadu ini dibagi menjadi 2 tim yaitu yang pertama adalah

Tim Assesmen Medis yang terdiri dari pihak Dokter yaitu dr. Fenny

dan pihak Psikiater yaitu Ibu Nining S.Psi. Kemudian yang kedua

27 Hasil wawancara dengan Konselor Sie Rehabilitasi BNN Kota Batu tanggal 13

Februari 2017 28 Lihat pasal 12 ayat 1 Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 tentang Tata Cara

penanganan tersangka dan/atau terdakwa pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

ke dalam lembaga Rehabilitasi

ASSESMENT TES URINE WAWANCARA

MOTIVASIONAL

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

51

adalah Tim Hukum yang terdiri Pihak BNNK Batu sendiri dan juga dari

pihak Balai Pemasyarakatan yaitu Bapak Sugeng.S.H. Dalam tahapan

pertama proses Assesmen ini, Tim Assesmen membagi residen tersebut

kedalam tiga golongan yaitu yang pertama Residen yang memang

benar-benar murni sebagai korban penyalahguna narkoba, kedua

terdapat indikasi terlibat kedalam jaringan narkotika akan tetapi juga

sebagai penyalahguna narkotika dan yang terakhir residen yang benar-

benar terlibat murni sebagai bandar narkotika.29

Residen yang murni sebagai korban penyalahguna narkotika

langsung ditetapkan oleh tim Assesemen untuk direhabilitasi tanpa

menjalani proses hukum terlebih dahulu, berbeda sebaliknya dengan

residen yang terdapat indikasi dengan jaringan narkotika yang juga

sebagai penyalahguna narkotika wajib menjalani proses hukum terlebih

dahulu. Residen yang murni sebagai korban penyalahguna Narkotika

oleh Tim Assesmen dibedakan menjadi tiga, yaitu penyalahguna yang

masih bersifat ketergantungan ringan, kedua penyalahguna yang tingkat

ketregantungan sedang dan penyalahguna yang tingkat ketergantungan

Berat (Pecandu). Apabila penyalahguna dalam kondisi tingkat

ketergantungan ringan dan sedang dilaksanakan rehabilitasi medis

rawat jalan, sedangkan apabila penyalahguna dalam tingkat

ketergantungan yang sangat berat (Pecandu) maka dilakukanlah

rehabilitasi Medis Rawat Inap. Lembaga rehabilitasi bagi korban

29 Hasil wawancara dengan Kasie Rehabilitasi BNN Kota Batu tanggal 13 Februari 2017

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

52

penyalahguna dapat di rehab di Lemabaga Rehabilitasi Instansi

Pemerintah (LRIP) seperti Dinsos, Lapas, Klinik Pratama BNNK Batu

atau dapat juga dilakukan Rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi

Komponen Masyarakat (LRKM) seperti Hayunanto Medical Cnter,

Dulos, atau LSM yang terdapat di Kota Batu.30 Berdasarkan dari hasil

wawancara peneliti dengan responden, peneliti mengambil satu

respoden untuk melihat proses pelakasanaan Assesmen

Tabel 3

Laporan Tim Assesmen Terpadu

NO NAMA PASIEN USIA

PASIEN

JENIS

NARKOBA

JENIS

RAWAT

1 Sugi Wanto 28 Tahun LL Rawat

Inap

Sumber Primer: Hasil wawancara dengan Tim Assesmen BNN Kota Batu31

Dari proses tes urine ditemukn bahwa Sadara Sugi positif menggunakan

pil koplo, dan morphin tetapi samar. Sugi adalah pecandu yang mengalami

gejala putus NAPZA. Pecandu menggunakan narkotika sudah selama 7

tahun, dan pelaku ketergantungan menggunakan pil koplo, apabila tidak

mengkonsumsi pil koplo pecandu merasa pusing dan tidak nyaman.

Pecandu mengaku bahwa narkotika adalah seperti makanan sehari-hari.

Pecandu juga mengkonsumsi alkohol dan sempat mengkonsumsi sabu.

30 Hasil wawancara dengan Tim Medis BNN Kota Batu tanggal 13 Februari 2017 31 Hasil wawancara dengan Tim Assesmen BNN Kota Batu tanggal 13 Februari 2017

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

53

Tabel 4

Laporan Dari Tim Assesmen Terpadu BNN Kota Batu

NO Hasil Psikotes Hasil Medis

1 Residen diminta menggambar

orang dan hasilnya masih standar.

Kepala dan bagian tubuh lainnya

terlihat jelas.

Mengaku mendapat atau

membeli pil koplo di Apotek

dekat karangploso

2 Menjawab dengan jelas identitas

yang ditanyakan.

Sering mengalami halusinasi

3 Mengaku jarang mandi Mengaku setelah mengkonsu

msi pil koplo yang dirasakan

adalah rabun

4 Mengaku mampu makan sendiri Mengkonsumsi miras sejak

tahun 2002

5 Setiap hari pelaku tidur setiap

jam 12 malam

Sehari mampu menghabiskan

100 pil double L atau LL

6 Mengaku sering dimarahi

bapaknya

Pandangan korban sudah Kabur

7 Mengaku tidak pernah pacaran

dan enggan mencari pacar

Mengalami Kerusakan saraf

pada Otak

Sumber Primer: Hasil wawancara dengan Tim Assesmen BNN Kota Batu32

2. Tes urine

Kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan tes urine yang mana

tujuan dari dilakukannya tes urine ini adalah untuk mengidentifikasi

32 Hasil wawancara dengan Tim Assesmen BNN Kota Batu tanggal 13 Februari 2017

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

54

narkoba jenis apa yang digunakan oleh pecandu. Dalam hal Tata cara

melakukan tes urine yaitu pertama petugas Medis dari BNN kota Batu

yaitu Bu Eka Putri, A.Md dan Bu Tika, S.Kep menyiapkan botol kecil

yang berbentuk seperti tabung, yang digunakan untuk air kencing para

residen dan alat drug abuse test yang keduanya sudah disiapkan oleh

seksi rehabilitasi, kemudian para residen dipanggil untuk melakukan

test urine, tahap selanjutnya adalah memasukan drug abuse test tersebut

kedalam botol berisi air kencing residen tersebut. Didalam drug abuse

test tersebut terdapat 5 kolom yang mana kolom tersebut menunjukan

jenis zat narkoba. Apabila terdapat garis pada kolom alat tes urine

tersebut, maka residen tersebut positif menggunakan narkotika, akan

tetapi perlu menjadi catatan bahwa, positifnya alat tersebut bukan

berarti dapat disimpulkan bahwa orang tersebut positif

menyalahgunakan narkoba, karena bisa saja orang tersebut sedang

dalam masa pengobatan dokter. Tes urine disini bertujuan untuk

mengetahui residen positif menggunakan narkotika atau tidak (negatif).

Sehingga pada tahapan ini lah yang menjadi penentu residen dapat

ditindak lanjuti atau tidak

3. Wawancara motivasional

Kemudian pada tahapan terakhir adalah Wawancara motivasional.

Wawancara motivasional ini dilakukan oleh Tenaga Konselor dari BNN

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

55

Kota Batu yaitu oleh Bapak Benny.,S.Sos33 dalam bidang rehabilitasi

medis yaitu wawancara dimana interaksinya berpusat kepada klien dan

bertujuan untuk menggali dan mengatasi ambivalensi tentang

penggunaan zat/narkotika melalui tahapan perubahan. Wawancara

motivasional ini dilakukan selam 8 kali pertemuan, dengan durasi 15-30

menit per residen. Materi pada wawancara motivasional adalah

Konseling kelompok dan pemberian materi oleh Konselor tentang

bagaiman cara menjauhi narkoba.

Kemudian apabila kita melihat ke dalam Petunjuk Teknis Rawat

Jalan BNN bahwasannya komponen dalam pelaksanaan diatas belumlah

seluruhnya sesuai dengan Petunjuk Teknis rawat Jalan Badan Narkotika

Nasional Republik Indonesia. Apabila kita melihat didalam Petunjuk

Teknis Rehabilitasi Medis Rawat Jalan Badan Narkotika Nasional

Republik Indonesia yang pertama yaitu

1. Assesmen

Asesmen narkotika adalah suatu proses mendapatkan informasi

menyeluruh pada individu dengan gangguan penggunaan

zat/narkotika, baik pada saat awal masuk program, selama

menjalani program dan setelah selesai program

2. Pemerikasaan fisik

pemeriksaan fisik secara menyeluruh oleh dokter pada klien

yang datang

33 Hasil Wawancara Dengan Tim Rehabilitasi Medis BNN Kota Batu tanggal 13 Februari

2017

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

56

3. Pemeriksaan urin zat

pemeriksaan urin pada klien untuk mendeteksi zat spesifik

yang digunakan

4. Layanan medis

Pemberian pengobatan yang diberikan kepada klien atas

indikasi medis atau berdasarkan diagnosa yang ditetapkan

dokter

5. Detoksifikasi

Detoksifikasi merupakan langkah awal proses terapi

ketergantungan zat/narkotika dan merupakan intervensi medik

jangka singkat, yang bertujuan untuk mengurangi, meringankan

atau meredakan keparahan gejala- gejala putus zat

6. Layanan kesehatan fisik dan psikis lainnya

Adalah konseling pada klien yang akan melakukan tes HIV

7. Konseling adiksi

intervensi psikologis berupa pendekatan melalui suatu

kolaborasi antara konselor adiksi dengan klien dalam

perencanaan yang didiskusikan dan disetujui bersama

8. Wawancara motivasional

wawancara dimana interaksinya berpusat kepada klien dan

bertujuan untuk menggali dan mengatasi ambivalensi tentang

penggunaan zat/narkotika melalui tahapan perubahan

9. Cognitive Behavioral therapy

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

57

psikoterapi yang digunakan dalam menghadapi berbagai

persoalan-persoalan psikologis individual dalam konteks juknis

ini adalah Adiksi

10. Pecegahan kekambuhan

Pengertian adalah Adalah pencegahan kekambuhan yang

terjadi dalam proses pemulihan pada klien pengunaan

zat/narkotika.34

Tahapan pertama yang dilakukan oleh pihak BNN Kota Batu adalah

dengan melakukan Assesmnen, yang mana dalam melakukan assesmen ini

kita bisa melihat kedalam ketentuan pasal 9 Peraturan Kepala BNN No 11

tahun 2014 yang berbunyi bahwa Tim Asesmen terpadu sebagaimana

dimaksud terdiri dari :

a. Tim Dokter yang meliputi Dokter dan Psikolog yang telah memiliki

sertifikasi asesor dari Kementerian Kesehatan;

b. Tim Hukum yang terdiri dari unsur Polri, BNN, Kejaksaan dan

Kementerian Hukum dan HAM .35

Berdasarkan dari hasil penelitian Tim Assesmen dari BNN Kota Batu

tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya di dalam melakukan

assesmen di BNNK Batu tidak terdapatnya tim hukum seperti pihak dari

Polri dan juga pihak Kejakasaan, mengingat bahwa tim hukum ini

34 Petunjuk Teknis Dasar Rehabilitasi Medis Rawat Jalan BNN 35 Lihat pasal 9 ayat 2 Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 tentang Tata Cara

penanganan tersangka dan/atau terdakwa pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

ke dalam lembaga Rehabilitasi

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

58

berperan untuk analisis terhadap seseorang yang ditangkap dan/atau

tertangkap tangan dalam kaitannya dengan peredaran gelap Narkotika dan

penyalahgunaan Narkotika. maka dari itu sangat disayangkan apabila

dalam melakukan pelakasanaan assesmen ini tidak bisa maksimal karena

tidak terdapatnya tim hukum seperti pihak Polri dan juga pihak kejaksaan.

Kesepuluh komponen yaitu Assesment, Pemeriksaan fisik,

Pemeriksaan Urine Zat, Layanan Medis, Detoksifikasi, Layanan Psikis

lainnya, Konseling adiksi, Wawancara Motivasional, Cognitive Behavioral

Therapy, dan Pencegahan Kekambuhan wajib dilaksanakan pada saat

melakukan Rehabilitasi Medis rawat jalan. Sepuluh komponen tersebut

saling berkaitan satu sama lain guna prose penyembuhan pecandu narkoba.

Berdasarkan hasil penelitian, BNNK Batu hanya melaksanakan 3 dari 10

komponen yang diwajibkan yaitu Assesment, Tes urine, wawancara

motivasional. Dalam melakukan rehabilitasi medis rawat jalan, pada

dasarnya seperti yang di jelaskan di atas bahwa 10 komponen tersebut

saling keterkaitan satu sama lain, dan ketika hanya beberapa saja yang

dilaksanakan, menurut Penulis maka sangat tidak efektif hasilnya. BNNK

Batu tidak melaksanakan program layananan Kesehatan Fisik dan psikis.

Pada prinsipnya layanan tersebut bertujuan untuk melihat apakah pecandu

mempunyai penyakit lain ataukah tidak, misalnya penyakit HIV, Hal ini

sangat penting sekali karena apabila tidak diketahui adanya penyakit lain

terlebih dahulu tentunya akan sangat membahayakan bagi pecandu. BNN

Kota Batu juga tidak menerapkan pencegahan kekambuhan, yang mana

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

59

tahap ini sangat penting dan menjadi ujung tombak pengobatan melalui

rehabilitasi.

Pencandu bisa saja Relapse (Kambuh) apabila tidak dipantau dan

diberi pencegahan sejak awal pengobatan. Tetapi di BNN Kota Batu

memberikan motivasi dan pandangan kepada pecandu tentang buruknya

narkotika bagi kesehatan maupun pandangan masyarakat tentang pecandu

apabila masih terus menggunakan narkotika. Layanan medis pun

seharusnya diterapkan dan dilakukan secara teratur untuk memantau

perkembangan kesehatan fisik maupun psikis. Pada dasarnya narkotika

dapat memicu adanya kerusakan syaraf. Apabila pecandu tersebut telah

pulih, tetapi kesehatan fisiknya belum terobati kiranya akan sama saja.

Karena pemantauan kesehatan medis itu perlu. Seperti halnya kesehatan

jantung, pecandu narkotika akan terganggu peredaran darah yang berpusat

pada jantung sebagai pompa darah keseluruh tubuh. Hal ini sangat perlu

diperhatikan mengingat angka kematian akibat penyakit jantung ialah

tidak sedikit

Kemudian BNNK Batu dalam melakukan ketiga komponen diatas

pun tentunya dirasa juga jauh dari kata maksimal, karena seperti yang kita

ketahui bersama bahwa dalam hal wawancara motivasional ini intensitas

pertemuannya antara konselor dengan residen adalah 1 jam per residen,

akan tetapi yang terjadi dilapangan justru hanya 15-20 menit per residen,

karena kurangnya Tenaga Konselor di BNNK Batu yang seharusnya

terdapat 2 tenaga Konselor. Karena yang seperti kita tahu bahwa di BNN

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

60

Kota Batu sangat minim akan Tenaga Konselor, maka pengawasan berkala

oleh konselor yang seharusnya dilakukan pada saat pasca rehabilitasi

terhadap pecandu hanya 3 kali saja dari yang seharusnya ditetapkan.

Kemudian bukan hanya itu saja dalam segi sarana dan prasarana pun bisa

dikatakan sangat tidak efektif yang mana di dalam Klinik Pratama BNNK

Batu tidak terdapatnya instalasi farmasi yang diselenggarakan oleh

apoteker, tidak terdapatnya alat untuk mendetoksifikasi dan salah syarat

suatu Klinik Pratama yaitu adalah terdapatnya paling sedikit 2 Tim

dokter36. Dengan tidak maksimalnya suatu pelaksanaan rehabilitasi rawat

jalan, sarana-prasarana dan SDM yang ada di BNN Kota Batu, tentunya

juga akan mempengaruhi hasil dari rehabilitasi tersebut, seperti yang sudah

saya jelaskan diatas bahwasannya dari data diatas tahun 2016 menunjukan

dari pencapaian target 50 pecandu yang direhab, yang Relapse atau

kembali menggunakan narkoba adalah 10 pecandu. Maka dari itu dapat

kita tarik kesimpulan bahwa pelaksanaan rehabilitasi medis rawat jalan di

BNNK Batu tidak efektif.

Berdasarkan Informasi yang peneliti dapatkan bahwa kendala yang

utama dalam melakukan rehabilitasi rawat jalan adalah kurangnya SDM

dan juga kurangnya dana. SDM ini sangat berperan dalam melakukan

pengawasan berkala pada pecandu narkoba, dan juga kekurangan SDM ini

sangat dirasa memberatkan dalam hal melakukan melakukan program

motivasional tersebut, dikarenakan kurangnya tenaga konselor dan juga

36 Peraturan Menteri Kesehatan nomor 9 tahun 2014 tentang Klinik

Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

61

tim dokter, sehingga intensitas waktu pertemuan yang seharusnya

dilaksanakan 60 menit justru karena kurangnya tenaga konselor intensitas

waktu tersebut hanya 15-20 menit saja, kemudian kendala yang berikutnya

adalah dana, dana ini tentunya akan sangat mempengaruhi dalam proses

melakukan rehabilitasi tersebut. Kendala yang selanjutya yaitu berasal dari

kurangnya sarana-prasarana37

C. Upaya yang seharusnya dilakukan oleh BNN Kota Batu dalam

meningkatkan efektivitas pelaksanaan rehabilitasi medis bagi

pecandu narkotika

Dalam hal upaya apa yang seharusnya dilakukan oleh BNN Kota

Batu adalah :

1. Melakukan Kompenen Rehabilitasi Medis Rawat jalan Sesuai

dengan petunjuk Teknis rawat jalan BNN

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 422 tahun 2010

tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan Napza

bahwa syarat utama dalam melakukan Rehabilitasi Medis rawat jalan

adalah dengan melakukan ke Sepuluh Komponen Rehabilitasi Medis

Rawat Jalan yaitu yang Pertama Assesmen, Kedua Pemerikasaan fisik,

Ketiga Pemeriksaan urin zat, keempat Layanan medis, Kelima

Detoksifikasi, keenam Layanan kesehatan fisik dan psikis lainnya, ketujuh

Konseling adiksi, Kedelapan Wawancara motivasional, kesembilan

37 Hasil wawancara dengan Tenaga Konselor BNN Kota Batu, 31 Januari 2017

Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

62

Cognitive Behavioral therapy, dan yang terakhir kesepuluh yaitu

Pecegahan kekambuhan

Seperti yang kita ketahui bahwa komponen tersebut tidak bisa

hanya dijalankan beberapa saja, karena pada prinsipnya komponen

tersebut berbeda satu sama lain dan juga saling berkaitan satu sama lain,

apabila hanya dilakukan beberapa komponen saja dirasa akan tidak efektif

mengingat pentingnya per komponen tersebut sangat berperan besar dalam

menentukan berhasil atau tidaknya suatu rehabilitasi tersebut.

2. Bekerjasama dengan Perguruan Tinggi dan Organisasi

Masyarakat

Salah satu kendala dalam melakukan Rehabilitasi medis adalah

karena kurangnya SDM yang berada di BNNK Batu, maka dari itu dengan

adanya dengan Perguruan tinggi diharapkan mampu mengatasi

permasalahan minimnya SDM yang terdapat di BNN Kota Batu.

Perjanjian ini lebih dikhususkan pada Fakultas yang memang mempunyai

arah ke bidang rehabilitasi medis, kemudian ketika memang sudah

terdapat perjanjian antara kedua belah pihak maka selanjutnya adalah

memberikan pelatihan kepada mahasiswa tersebut agar bisa membantu

dalam proses melakukan Rehabilitasi medis rawat jalan.

Kemudian yang selanjutnya adalah membuat perjanjian dengan

ormas yang terdapat di BNNK Batu, karena seperti yang kita ketahui

bersama bahwa di dalam Undang-undang nomor 35 tahun 2009 pasal 27

berbunyi Selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis,

Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

63

penyembuhan Pecandu Narkotika dapat diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan

tradisional, artinya adalah bahwa dengan melakukan kerjasama dengan

Ormas (Organisasi Masyarakat) yang terdapat di Kota Batu tentunya akan

sangat berperan sekali dalam melakukan rehabilitasi medis rawat jalan,

karena dengan adanya kerjasama tersebut tentunya akan bisa mengatasi

kurangnya SDM yang terdapat di BNNK Batu, Selain itu pengawasan dan

pemantauan terhadap residen akan lebih intens dan bisa lebih efektif.

3. Bekerjasama dengan Instansi lain yang terdapat di Kota Batu

Dengan adanya kerjasama dengan instansi lain yaitu dengan

Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat, Hayunanto Medical

Centerd, Dulos, Dinas Sosial, diharapkan mampu membantu pelakasanaan

rehabilitasi medis rawat jalan di Badan Narkotika Nasional Kota Batu.

kerjasama dengan Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat atau

yang lebih dikenal sebagai Rumah Sakit Jiwa Lawang. Kerjasama ini yaitu

kerjasama dalam bentuk penanganan pada saat melakukan pelaksanaan

Rehabilitasi medis rawat jalan, jadi bukan hanya sekedar kerjasama dalam

hal BNNK merkomendasikan residennya kesana, akan tetapi juga

membantu dan turut serta dalam melakukan pelaksanaan narkoba. Karena

pada dasarnya sebenarnya kerjasama antar instansi di kota batu sudah

terjalin yaitu dengan Hayunanto Medical Centre pada tahun 2015 dan juga

pada saat ini pada tahun 2016 BNN Kota Batu bekerjasama dengan

Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat. Akan tetapi bentuk

Page 26: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

64

kerjasama antar instansi ini hanya sekedar BNN Kota Batu

merekomendasikan pasiennya untuk di lakukkan rehabilitasi dan disini

menurut peneliti bahwa BNNK Batu hanya sekedar melimpahkan

residennya ke Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat dan setelah

melakukan rekomendasi setelah itu tidak ada hubungan lagi antara BNNK

Batu dengan Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat menurut

penulis hal ini sangat lah tidak efektif dikarenakan tidak terjadinya

kerjasama yang benar-benar nyata pada kedua instansi tersebut. maka dari

itu yang dimaskudkan oleh penulis disini terkait dengan kerjasama antar

instansi tersebut yaitu turut serta dalam melakukan pelaksanaan

rehabilitasi medis rawat jalan di BNN Kota Batu. Kerjasama ini dirasa

sangat penting sekali karena mengingat tenaga Medis di BNNK Batu

sangat kurang yaitu hanya 1 tenaga konselor dan 1 tim dokter. Maka dari

itu dengan adanya kerjasama antar instansi ini mampu membuat

pelaksanaan rehabilitasi medis rawat jalan di BNN Kota Batu bisa lebih

efektif.

4. Membentuk SATGAS Relawan anti Narkoba

Satgas ini dibentuk dan juga diberikan pelatihan terkait dengan

rehabilitasi medis rawat jalan, agar nantinya satgas ini mampun membantu

tenaga konselor dalam melakukan pengawasan berkala terhadap para

residen. Pada dasarnya kita mengetahui bahwa Rehabilitasi medis rawat

jalan ini berbeda dengan rehab rawat inap yang mana rehabilitasi rawat

inap ini lebih banyak aktivitas yang dilakukan pada lembaga rehabilitasi,

Page 27: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

65

kemudian juga didalam rawat inap tersebut para residen bisa dipantau

dengan mudah oleh para konselor maka dari itu pengawasan dalam rawat

inap ini sangat intens sekali. Berbeda sebaliknya dengan Rehabilitasi

Medis rawat jalan yang mana lebih banyak aktivitas residen yang tidak

terpantau oleh konselor dikarenakan pada rehab rawat jalan ini para

residen hanya diwajibkan wajib lapor saja, sekali dalam melakukan wajib

lapor ini yaitu 8 kali pertemuan dan seminggu hanya 2-3 kali intensitas

tatap muka dengan konselor, setelah itu lebih banyak waktu mereka berada

di rumah yang tidak bisa langsung terpantau oleh para konselor. Kemudian

dengan adanya SATGAS ini diharapkan mampu secara efektif melakukan

rehabilitasi medis rawat jalan dengan program home visit, yang mana

home visit ini adala para kornselor mengunjungi rumah mereka satu

persatu guna melihat perkembangan dari para residen. Akan tetapi

menurut informasi yang saya terima bahwa mereka tidak nyaman apabila

rumah mereka di datangi oleh petugas BNN38 maka dari itu untuk

mengatasi permasalahan diatas dirasa pembentukan satgas ini dirasa akan

mampu dengan efektif dalam menangani permasalahan tersebut.

6. Melakukan Konsolidasi antar bidang di BNNK Batu

Dalam melakukan rehabilitasi tentunya tidak bisa hanya

mengandalkan satu bidang saja yaitu bidang rehabilitasi. Agar suatu

rehabilitasi tersebut berjalan dengan baik dan efektif maka dengan itu

diperlukan adanya kerjasama antar bidang yaitu kerjasama dengan bidang

38 Wawancara dengan tenaga konselor BNN Kota Batu.31 Januari 2017

Page 28: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.umm.ac.id/36255/4/jiptummpp-gdl-gerrybaiha-48127-4-babiii.pdf · peredaran gelap narkoba. 2. Meningkatnya lembaga pendidikan,

66

pencegahan. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tugas pokok bidang

pencegahan adalah yaitu melakukan Diseminasi P4GN (Pencegahan,

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika).

Diseminasi P4GN ini melalui Media Cetak, Media Penyiaran, Media tatap

muka, Media luar ruang, Media tradisional, dan yang terakhir yaitu media

online. Dengan adanya konsolidasi antar bidang diharapkan bidang

pencegahan dalam melakukan diseminasi pada masyarakat menyertakan

juga terkait pentingnya rehabilitasi, manfaat rehabilitasi dan tujuan dari

adanya rehabilitasi tersebut, sehingga dengan adanya penyuluhan yang

dilakukan oleh pihak sie cegah tersebut mampu mendorong para pecandu

untuk melaporkan diri secara sukarela ke BNNK Batu guna mendapatkan

rehabilitasi. Sehingga tidak perlu adanya penjaringan terhadap para

pecandu yang membutuhkan dana yang lebih. Kemudian juga dengan

adanya penyuluhan tersebut mampu merubah mindset dari masyarakat

terhadap pecandu agar masyarakat tidak menjauhi pecandu dan

mengucilkan para pecandu dan korban penyalahguna narkoba