bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan umum tentang konsep...

24
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Konsep Teori Efektivitas Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas di definisikan oleh para pakar dengan berbeda-beda tergantung pendekatan yang digunakan oleh masing- masing pakar. Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif, dalam bahasa Inggris effectiveness yang telah mengintervensi ke dalam Bahasa Indonesia dan memiliki makna “berhasil”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas adalah keefektifan, yaitu keberhasilan suatu usaha, tindakan 10 . Sedangkan, efektivitas hukum secara tata bahasa dapat diartikan sebagai keberhasil gunaa hukum, hal ini berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan hukum itu sendiri, sejauh mana hukum atau peraturan itu berjalan optimal dan efisien atau tepat sasaran. Menurut Lawrence M. Friedman efektif atau tidaknya suatu perundang- undangan sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yang kita kenal sebagai efektivitas hukum, dimana ketiga faktor tersebut adalah 1. Substansi Hukum Substansi hukum adalah inti dari peraturan perundang-undang itu sendiri. 10 Anton M. Moelyono, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, hlm. 6

Upload: leduong

Post on 03-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Konsep Teori Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah

populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil

guna atau menunjang tujuan. Efektivitas di definisikan oleh para pakar

dengan berbeda-beda tergantung pendekatan yang digunakan oleh masing-

masing pakar. Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif,

dalam bahasa Inggris effectiveness yang telah mengintervensi ke dalam

Bahasa Indonesia dan memiliki makna “berhasil”. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia efektivitas adalah keefektifan, yaitu keberhasilan suatu

usaha, tindakan10. Sedangkan, efektivitas hukum secara tata bahasa dapat

diartikan sebagai keberhasil gunaa hukum, hal ini berkenaan dengan

keberhasilan pelaksanaan hukum itu sendiri, sejauh mana hukum atau

peraturan itu berjalan optimal dan efisien atau tepat sasaran.

Menurut Lawrence M. Friedman efektif atau tidaknya suatu perundang-

undangan sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yang kita kenal sebagai

efektivitas hukum, dimana ketiga faktor tersebut adalah

1. Substansi Hukum Substansi hukum adalah inti dari

peraturan perundang-undang itu sendiri.

10Anton M. Moelyono, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, hlm. 6

16

2. Struktur Hukum Struktur hukum adalah para penegak

hukum. Penegak hukum adalah kalangan penegak hukum

yang langsung berkecimpung di bidang penegakan hukum

tersebut.

3. Budaya Hukum. Budaya hukum adalah bagaimana sikap

masyarakat hukum di tempat hukum itu dijalankan. Apabila

kesadaran masyarakat untuk mematuhi peraturan yang telah

ditetapkan dapat diterapkan maka masyarakat akan menjadi

faktor pendukung. Namun bila masyarakat tidak mau

mematuhi peraturan yang ada maka masyarakat akan

menjadi faktor penghambat utama dalam penegakan

peraturan yang dimaksud.11

B. Tinjauan Umum Tentang Pecandu Narkotika

1. Definisi Pecandu Narkoba

Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau

menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada

Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.

2. Karakteristik Pecandu Narkoba

Apabila kita melihat di dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 422/menkes/sk/iii/2010 tentang Pedoman

Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan Napza, memberikan

11 Abdullah, Mustafadan Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat,

Jakarta : CV.Rajawali

17

gambaran bagaimana karakteristik / parameter seorang pecandu

narkotika adalah sebagai berikut:12

a. Ciri pecandu narkotika secara umum:

1. Suka berbohong

2. Delusive (tidak biasa membedakan dunia nyata dan khayal)

3. Cenderung malas

4. Cendrung vandalistis (merusak)

5. Tidak memiliki rasa tanggung jawab

6.Tidak bisa mengontrol emosi dan mudah terpengaru terutama

untuk hal – hal yang negatif

b. Gejala dan ciri fisik pecandu narkoba13

Yang dimaksud dengan ketergantungan fisik mencakup gejala

– gejala yang timbul pada fisik pecandu yang menyebabkan pecandu

tidak dapat melepaskan diri dari ketergantungannya pada narkotika.

Hal ini dipengaruhi oleh sifat toleransi yang dibawa oleh narkotika

itu sendiri, yaitu keadaan dimana pemakaian narkotika secara

berulang – ulang membentuk pola dosis tertentu yang menimbulkan

efek turunnya fungsi organ – organ sehingga untuk mendapatkan

fungsi yang tetap diperlukan dosis yang semakin lama semakin

besar. Seseorang dikatakan sebagai pecandu menurut petugas

assessment di BNN Kota Batu adalah ketika seseorang itu telah

12 Lihat Lampiran Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

422/menkes/sk/iii/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan Napza 13 Wawancara dengan Edi.HK. Kepala Sie Pencegahan dan Pemberdayaan masyarakat

BNN Kota Batu, 8 Februari 2016

18

menggunakan narkotika selama 3 tahun, pemakaian mencapai 4 kali

atau lebih dalam satu hari, dan telah addicted ( kecanduan ), tahapan

seseorang menggunakan narkotika dapat dibagi menjadi 3 tahap: 1.

Tahap coba – coba, 2. Tahap pengguna, 3. Tahap Pecandu

Narkotika.

3. Ciri-ciri fisik dan Psikologi Pecandu Narkoba :

a. Ciri-ciri fisik Pecandu Narkotika

1. Pusing / sakit kepala

2. Berat badan menurun, malnutrisi, penurunan kekebalan

3. Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat

4. Bicara cadel

5. Mual

6. Badan panas dingin

7. Sakit pada tulang- tulang dan persendian

8. Sakit hampir pada seluruh bagian badan

9. Mengeluarkan keringat berlebihan.

10. Pembesaran pupil mata

11. Mata berair

12. Hidung berlendir

13. Batuk pilek berkepanjangan

14. Serangan panik

15. Ada bekas suntikan atau bekas sayatan di tangan

b. Ciri-ciri Psikologi Pecandu Narkotika

19

1. Halusinasi

Pemakai biasanya merasakan dua perasaan berbeda yang

intensitasnya sama kuat. Akibat dari ini menimbulkan

penglihatan – penglihatan bergerak, warna– warna dan mata

pemakai akan menjadi sangat sensitif terhadap cahaya terang.

Berdasarkan eksperimen yang dilakukan terhadap hewan

percobaan, efek hallucinogen ini mempengaruhi beberapa jenis

zat kimia yang menyebabkan tertutupnya system penyaringa

informasi.

2. Paranoid

Penyakit kejiwaan yang biasanya merupakaan bawaan

sejak lahir ini juga dapat ditimbulkan oleh pengguna narkoba

dengan dosis sangat besar pada jangka waku berdekatan.

Pengguna merasa depresi, merasa diintai setiap saat dan

curiga yang berlebihan. Keadaan ini memburuk bila

pengguna merasa putus obat, menyebabkan kerusakan

permanen dalam system saraf utama. Hasilnya adalah

penyakit jiwa kronis dan untuk menyembuhka membutuhkan

waktu sangat lama. Efek ini ditimbulkan oleh jenis shabu –

shabu yang

3. Ketakutan pada bentuk – bentuk tertentu

Pengguna narkoba pada masa putus zat (sakau) memiliki

kecenderunganpisikologis ruang yang serupa diantaranya:

20

a. Takut melihat cahaya

b. Mencari ruang sempit dan gelap

c. Takut pada bentuk ruang yang menekan

4. Histeria

Pengguna cenderung bertingkah laku berlebihan diluar

kesadarannya, ciri –cirinya adalah:

a. Berteriak – teriak

b. Tertawa – tawa diluar sadar

c. Menangis

d. Merusak

Efek ini dapat ditimbulkan dari berbagai macam jenis

narkotika karena pada dasarnya, efek pisikologis yang

ditimbulkan narkotika juga dipengaruhi oleh pembawaan

pribadi pecandu14.

C. Tinjauan Umum Tentang Narkoba

1. Definisi Narkotika

Narkotika secara etimologis berasal dari bahasa Inggris narcose

atau narcois yang berarti menidurkan dan pembiusan. Kata narkotika

berasal dari Bahasa Yunani yaitu narke yang berarti terbius sehingga

tidak merasakan apa-apa.15 Dari istilah farmakologis yang digunakan

adalah kata drug yaitu sejenis zat yang bila dipergunakan akan

membawa efek dan pengaruh-pengaruh tertentu pada tubuh si pemakai

14 Taufik Makarao, Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia. Jakarta:2005, hlm 6 15 Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana Untuk

Mahasiswa dan Praktisi Serta Penyuluh Masalah Narkoba, Mandar Maju, Bandung, hlm. 35.

21

seperti mempengaruhi kesadaran dan memberikan ketenangan,

merangsang dan menimbulkan halusinasi.16 Secara terminologis

narkotika dalam Kamus Besar Indonesia adalah obat yang dapat

menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa

mengantuk dan merangsang.17

Menurut beberapa sarjana maupun ahli hukum, pengertian

narkotika adalah sebagai berikut :

1. Soedjono D menyatakan bahwa yang dimaksud dengan narkotika

adalah sejenis zat, yang bila dipergunakan (dimasukkan dalam

tubuh) akan membawa pengaruh terhadap tubuh si pemakai.

Pengaruh tersebut berupa menenangkan, merangsang dan

menimbulkan khayalan atau halusinasi.18

2. Edy Karsono, narkotika adalah zat/bahan aktifyang bekerja pada

sistem saraf pusat (otak) yang dapat menyebabkan penurunan

sampai hilangnya kesadaran dan rasa sakit (nyeri) serta dapat

menimbulkan ketergantungan (ketagihan).19

3. Elijah Adams memberikan definisi narkotika adalah terdiri dari zat

sintetis dan semi sintetis yang terkenal adalah heroin yang terbuat

dari morfhine yang tidak dipergunakan, tetapi banyak nampak

16 Soedjono, D, 1977, Narkotika dan Remaja, Alumni Bandung, (selanjutnya disebut

Soedjono, D I), hlm. 3. 17 Anton M. Moelyono, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, hlm. 609. 18 Ibid 19 Soedjono D, 1977, Segi Hukum tentang Narkotika di Indonesia, Karya Nusantara,

Bandung, hlm. 5.

22

dalam perdagangan-perdagangan gelap, selain juga terkenal dengan

istilah dihydo morfhine.20

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang

dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya

rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-

golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini. Sehingga

berdasarkan penjelasan pengertian narkotika diatas, dapat disimpulkan

bahwa narkotika merupakan zat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman yang dapat menyebabkan penurunan, perubahan kesadaran,

mengurangi sampai menghilangkan nyeri, menimbulkan khayalan atau

halusinasi dan dapat menimbulkan efek ketergantungan yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam

undang-undang ini atau kemudian ditetapkan. dengan keputusan

menteri kesehatan

2. Penggolongan Narkotika

Narkotika yang merupakan zat atau obat yang pemakaiannya

banyak digunakan oleh tenaga medis untuk digunakan dalam

pengobatan dan penelitian memiliki beberapa penggolongan.

20 Wilson Nadaek, 1983, Korban dan Masalah Narkotika, Indonesia Publing House,

Bandung, hlm. 122.

23

Berdasarkan Pasal 6 Ayat (1) Undang-undang Narkotika, narkotika

digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :

a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan

ketergantungan. Contoh : heroin, kokain, ganja.

b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :

morfin, petidin, turuna/garam dalam golongan tersebut.

a. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan. Contoh : kodein, garam-garam narkotika dalam

golongan.

3. Jenis-jenis Narkoba

1. Tembakau

Tembakau digunakan dalam bentuk rokok, cerutu, tembakau pipa,

tembakau kunyah, dan susur. Paling umum adalah penggunaan

rokok baik rokok putih, kretek maupun cerutu. Zat berbahaya bagi

kesehatan yang dikandung rokok adalah nikotin, carbon

monoksida, dan hydrogen sianida yang diserap tubuh melalui paru.

24

Nikotin, merupakan zat adiktif dalam tembakau, karena efek

toksiknya, digunakan juga sebagai insektisida. Tembakau bersifat

stimulan dan depresan. Perokok pemula akan mengalami euforia,

kepala terasa melayang, pusing, pening, debar jantung dan

pernafasan meningkat, dan sensasi tingling pada tangan dan kaki.

Perokok kronis akan kurang peka terhadap cita rasa dan pembauan

Tak semua perokok pemula menjadi adiksi di kemudian

hari, banyak yang berhenti merokok karena berbagai alasan.

Perokok ketergantungan mengalami masa tak nyaman ketika ia

menghentikan rokok, terjadi gejala putus rokok seperti gelisah,

anxietas, sulit tidur, berkeringat, debar jantung dan tekanan darah

menurun, tak bisa konsentrasi, nafsu makan yang kompulsif, sakit

kepala dan sensitif, dapat terjadi. Simtom fisik putus nikotin terjadi

selama satu sampai tiga minggu. Masalah medik terkait pengguna

tembakau dirokok dalam jangka panjang adalah gangguan pada

sistim pernafasan, jantung dan pembuluh darah, kanker, sistem

digestif, gangguan makan, dan reaksi alergi. Penggunaan tembakau

tanpa dirokok seperti tembakau kunyah dan hidu, juga

mengganggu kesehatan seperti lesi mulut dan kanker

2. Alkohol

Alkohol adalah zat yang memproduksi efek ganda pada tubuh:

pertama adalah efek depresan yang singkat dan kedua adalah efek

agitasi pada

25

susunan saraf pusat yang berlangsung enam kali lebih lama dari

efek depresannya.Kesadaran atas kedua efek ini sangat tergantung

pada kondisi susunan saraf pusat pada saat penggunaan alkohol

berlangsung. Dengan demikian efek penggunaan alkohol juga

tergantung pada seting lingkungan penggunaan dan kepribadian

orang yang bersangkutan. Masalah alkohol menyolok dibeberapa

wilayah Indonesia. Media massa memuat berita beberapa orang

meninggal dalam acara pesta alkohol akibat penggunaan alkohol

lokal, atau didapatkan dalam populasi tertentu penggunaan alkohol

yang sulit dihentikan.

Alkoholisme merupakan penyakit dengan empat gambaran utama:

a. Carving - keinginan kuat untuk minum

b. Kehilangan kendali diri -tak mampu menghentikan kebiasaan

minum

c. Ketergantungan fisik - simtom putus alkohol seperti nausea,

berkeringat atau

gemetar setelah berhenti minum

a. Toleran - kebutuhan untuk meningkatkan jumlah minum

3. Amfetamin

Merupakan golongan stimulansia. Nama generik amfetamin adalah

D-pseudo epinefrin yang di sintesa tahun 1887 dan dipasarkan

tahun 1932 sebagai dekongestan. Nama jalanannya adalah speed,

26

meth crystal, uppers, whizz dan sulphate. Bentuknya berupa bubuk

warna putih dan keabu-abuan

Ada dua jenis amfetamin :

1. MDMA (Methylene-dioxy-methamphetamine), mulai di kenal

sekitar tahun 1980 dengan nama Ecstacy atau Ekstasi yang

berbentuk pil atau kapsul. Nama lain : xtc, fantasy pils, inex, cece,

cein, Saat ini Ekstasi tidak selalu berisi MDMA karena merupakan

NAPZA yang dicampur zat lain (designer drugs) untuk

mendapatkan efek yang diharapkan / dikehendaki.

2. Metamfetamin

Efek Amfetamin

Efek Psikologis dan Fisik akut

Efek fisik dan psikologis jangka panjang

Gejala Intoksikasi:

4. Inhalan

Inhalan merupakan zat kimiawi yang mudah menguap dan berefek

psikoaktif. Inhalan terkandung dalam barang yang lazim digunakan

dalam rumah tangga sehari-hari seperti lem, hair sprays, cat, gas

pemantik, bisa digunakan oleh anak-anak agar cepat high.

Kebanyakan anak-anak tidak mengetahui risiko menghirup gas

yang mudah menguap ini. Meski hanya dihirup dalam satu waktu

pendek, penggunaan inhalan dapat mengganggu irama jantung dan

menurunkan kadar oksigen, yang keduanya dapat menyebabkan

27

kematian. Penggunaan regular akan mengakibatkan gangguan pada

otak, jantung, ginjal dan hepar

5. LSD

LSD (lysergic acid diethylamide) bentuknya dapat cair,

kertas, pil dan ditelan. LSD merupakan halusinogen kuat yang

popular tahun '60 dan sekarang popular lagi. Bahan kimia tak

berbau, tak berwarna dan dibuat oleh laboratorium gelap. Nama

jalanan acid, blotter acid, microdot, dan white lightning, berefek

halusinogen atau high seperti "trip."

Biasanya digunakan dalam dosis kecil, karena efeknya

sangat kuat. Tetesan kecil diatas kertas, atau di agar-agar atau

benda lain yang dapat meresap cairan lalu ditelan. Semua benda

yang dapat ditelan dan menyerap air dapat digunkan untuk

menelan LSD. Efek halusinogenik dari LSD dapat bertahan 2-12

jam. Selama masa ini kemampuanpengguna dalam mengambil atau

menilai suatu keputusan dapat terganggu, persepsi visual

mengalami distorsi dan dapat mengalami halusinasi (daya nilai

realita terganggu).

6. Kokain

Kokain merupakan stimulan yang kuat dan mengakibatkan

ketergantungan kuat pada penggunanya. Dalam upaya

mendapatkan efek high, mereka menggunakan dosis yang makin

lama rnakin meningkat. Dalam peredarannya, kokain merupakan

28

bubuk berwarna putih, sebagai bentuk garam kokain hidroklorida

atau freebase. Kokain hidroklorida larut dalam air , digunakan

dengan disuntikan atau dihidu. Bentuk freebase digunakan dengan

cara dibakar seperti rokok. Crack adalah nama jalanan untuk

kokain yang dapat dirokok, bentuknya seperti kristal batu karang

Karena cara penggunaannya kokain menimbulkan efek fisik pada

tubuh sebagai berikut:

1. Masalah jantung, termasuk serangan jantung

2. Gangguan respirasi sampai kegagalan pernafasan

3. Gangguan sistem syaraf, termasuk stroke

4. Gangguan pencernaan , penurunan nafsu makan

D. Tinjauan Umum Tentang Rehabilitasi

1. Definisi Rehabilitasi

Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika adalah suatu proses

pengobatan untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan, dan

masa menjalani rehabilitasi tersebut diperhitungkan sebagai masa

menjalani hukuman.21 Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika juga

merupakan suatu bentuk perlindungan sosial yang mengintegrasikan

pecandu narkotika ke dalam tertib sosial agar dia tidak lagi melakukan

penyalagunaan narkotika

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

ditujukan kepada pecandu narkoba yang sudah menjalani program

21 Pasal 103 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

29

kuratif. Tujuannya agar pecandu tidak memakai lagi dan bebas dari

penyakit ikutan seperti kerusakan fisik (syaraf, otak, darah, jantung,

paru – paru, ginjal, hati, dan lain – lain), kerusakan mental, perubahan

karakter kearah negative, asocial, penyakit – penyakit ikutan seperti

HIV / AIDS, Hepatitis, sifilis, dan lain – lain yang disebabkan oleh

bekas pemakaian narkoba. Rehabilitasi adalah bukan sekedar

memulihkan kesehatan semula si pecandu, melainkan memulihkan

serta menyehatkan seorang pecandu secara utuh dan menyeluruh.

Rehabilitasi narkoba adalah suatu proses yang berkelanjutan dan

menyeluruh. Penyakit narkoba bersifat khusus dan selalu

meninggalkan rasa ketagihan mental maupun fisik. Ada yang berhasil

mengatasinya dalam waktu yang relatif singkat, tetapi ada juga yang

harus berjuang seumur hidup untuk menjinakkannya. Karena itu

rehabilitasi korban narkoba harus meliputi usaha – usaha untuk

mendukung para korban, hari demi hari dalam membuat

pengembangan dan pengisian hidup secara bermakna serta berkualitas

di bidang fisik, mental, spiritual, dan sosial

2. Jenis-Jenis Rehabilitasi

a. Narkotika terdiri dari 2 (dua) yaitu Jenis Rehabilitasi Istilah

rehabilitasi dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika terdiri dari 2 (dua) yaitu:

1. Rehabilitasi medis yaitu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan

30

narkotika, sesuai Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika.

2. Rehabilitasi Sosial yaitu proses kegiatan pemulihan secara

terpadu baik fisik, mental maupun social, agar bekas pecandu

narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi social dalam

kehidupan masyarakat, sesuai Pasal 1 angka 17 Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.22

3. Tahap-tahap Rehabilitasi

Seseorang yang selalu menggunakan/mengkonsumsi narkotika,

lambat laun akan mengalami ketergantungan. Ketergantungan

merupakan gejala khas yaitu timbulnya toleransi dan atau gejala putus

asa. Toleransi merupakan penggunaan jumlah narkotika yang semakin

besar agar diperoleh. pengaruh yang sama terhadap tubuh, sedangkan

gejala putus asa terjadi apabila pemakaian dihentikan atau jumlah

pemakaiannya dikurangi. Berdasarkan Pasal 1 angka 14 Undang

undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, ketergantungan

narkotika adalah “kondisi yang ditandai eh dorongan untuk

menggunakan narkotika secara terus menerus dengan takaran yang

meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila

penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba,

menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas Ketergantungan

terhadap narkotika disebut sebagai suatu penyakit dan bukan

22 AR. Sujono, Bony Daniel, 2011, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 74

31

kelemahan moral. Sebagai penyakit, penyalahgunaan narkotika dapat

dijelaskan gejala yang khas, yang berulang kali kambuh (relapse) dan

berlangsung progresif, artinya makin memburuk jika tidak ditolong

dan dirawat dengan baik. Agar ketergantungan terhadap narkotika

tersebut dapat disembuhkan, maka perlu dilakukan terapi dan

rehabilitasi. Tujuan terapi dan rehabilitasi merupakan suatu rangkaian

proses pelayanan yang diberikan kepada pecandu untuk

melepaskannya dari ketergantungan pada narkotika, sampai ia dapat

menikmati kehidupan bebas tanpa narkotika. Adapun tahap-tahap

dalam rehabilitasi :

1. Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi) Tahap ini pecandu diperiksa

seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih.

Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat

tertentu untuk mengurangi gejala putus zat (sakau) yang ia derita.

Pemberian obat tergantung dari jenis narkoba dan berat ringannya

gejala putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan, pengalaman,

dan keahlian guna mendeteksi gejala kecanduan narkotika tersebut.

2. Tahap rehabilitasi nonmedis Tahap ini pecandu ikut dalam program

rehabilitasi. Di Indonesia sudah dibangun tempat-tempat rehabilitasi,

sebagai contoh di bawah BNN adalah tempat rehabilitasi di daerah

Lido (Kampus Unitra), Baddoka (Makassar), dan Samarinda. Di

tempat rehabilitasi ini, pecandu menjalani berbagai program

32

diantaranya program therapeutic communities (TC), 12 steps (dua

belas langkah), pendekatan keagamaan, dan lain-lain.

3. Tahap bina lanjut (after care) Tahap ini pecandu narkotika diberikan

kegiatan sesuai dengan minat dan bakat untuk mengisi kegiatan sehari-

hari, pecandu dapat kembali ke sekolah atau tempat kerja namun tetap

berada dibawah pengawasan.23

4. Tujuan Rehabilitasi Narkotika

Tujuan rehabilitasi adalah:

1. Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta

tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun

masyarakat atau lingkungan sosialnya.

2. Memulihkan kembali kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsi

sosialnya secara wajar.

3. Selain penyembuhan secara fisik juga penyembuhan keadaan sosial

secara menyeluruh.

4. Penyandang cacat mencapai kemandirian mental, fisik, psikologis

dan sosial, dalam anti adanya keseimbangan antara apa yang masih

dapat dilakukannya dan apa yang tidak dapat dilakukannya

E. Tinjauan Umum Tentang Komponen Program Rehabilitasi medis

Rawat jalan Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia

apabila kita melihat petunjuk teknis rawat jalan BNN

bahwasannya pelaksanaan durasi rawat jalan ini 8-12 kali pertemuan

23 Lina Haryati, 2011, Tahap-Tahap Pemulihan Pecandu narkotika”, avaiable from : URL

:http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahap-pemulihan-pecand

unarkoba.htm, diakses tanggal 2 Desember 2016

33

dengan bentuk pelayanan terapi individual maupun kelompok.

Langkah-langkah Pelaksanaan rawat jalan ini yaitu :

1. Assesmen

Asesmen narkotika adalah suatu proses mendapatkan

informasi menyeluruh pada individu dengan gangguan penggunaan

zat/narkotika, baik pada saat awal masuk program, selama menjalani

program dan setelah selesai program.

a. Tujuan

1. Menginisiasi komunikasi dan interaksi terapeutik

2. Mendapat gambaran klien secara lebih menyeluruh dan akurat

3. Meningkatkan kesadaran tentang besar dan dalamnya masalah yang

dihadapi oleh klien terkait penggunaan narkotika

4. Menegakkan diagnosis

5.Memberikan umpan balik Memotivasi perubahan perilaku -

Menyusun rencana terapi

b. Riwayat Penggunaan Narkotika

Asesmen penggunaan zat/narkotika menggunakan formulir wajib

lapor meliputi :

1. Data Demografis

2. Status Medik

3. Status Pekerjaan/ Dukungan Hidup

4. Status Penggunaan /Zat

5. Status Legal

34

6. Status Keluarga

7. Status Psikiatris

8. Pemeriksaan Urin Zat (Rapid Test)

9. Resume

10. Rencana Terap

c. SDM : Petugas klinik IPWL BNN yang terlatih dan tela

memiliki sertifikasi asesor. - Penegakkan diagnosa hanya

dilakukan oleh Dokter - Penandatanganan Formulir Asesmen

Wajib Lapor dan Rehabilitasi Medis harus dilakukan oleh Dokter,

petugas asesor, dan klien

2. Pemerikasaan fisik

Pengertian : pemeriksaan fisik secara menyeluruh oleh dokter

pada klien yang datang berobat.

Ruang Lingkup Tindakan adalah Klinik Pratama.

SDM yang berperan adalah Dokter dan perawat terlatih.

3. Pemeriksaan urin zat

Pengertian adalah pemeriksaan urin pada klien untuk

mendeteksi zat spesifik yang digunakan.

Ruang Lingkup Tindakan adalah Laboratorium sederhana pada

klinik pratama.

SDM yang berperan adalah Dokter, perawat terlatih, laboran

35

4. Layanan medis

Pengertian adalah pemberian pengobatan yang diberikan

kepada klien atas indikasi medis atau berdasarkan diagnosa

yang ditetapkan dokter.

Ruang Lingkup Tindakan adalah Klinik Pratama

SDM yang berperan adalah Dokter dan Perawat Terlatih

5. Detoksifikasi

Detoksifikasi merupakan langkah awal proses terapi

ketergantungan zat/narkotika dan merupakan intervensi medik

jangka singkat, yang bertujuan untuk mengurangi, meringankan

atau meredakan keparahan gejala- gejala putus zat.

a. Simtomatik Adalah pemberian medikasi simtomatik

(mengurangi gejala-gejala klinis yang muncul) pada kondisi

putus zat.

b. Ruang Lingkup Tindakan Klinik Pratama

c. SDM Dokter dan perawat terlatih

d. Tata laksana :

1 Jam atau waktu pelaksanaan klinik sesuai dengan

keputusan internal institusi

2 Pemberian terapi simtomatik sesuai dengan gejala fisik

dan psikis yang muncul akibat penggunaan

3 Lamanya terapi simtomatik maksimal satu minggu,

dengan frekuensi kunjungan minimal dua kali

36

4 Bila gejala tidak teratasi lebih dari satu minggu,

lakukan rujukan pada fasilitas layanan kesehatan yang

lebih tinggi

6. Layanan kesehatan fisik dan psikis lainnya

Adalah konseling pada klien yang akan melakukan tes HIV

Ruang Lingkup Tindakan adalah Klinik Pratama dan

Laboratorium.

SDM yang berperan adalah Konselor HIV terlatih dari berbagai

profesi.

Tata Laksana

a Komunikasi 2 (dua) arah antara konselor dengan klien

dengan membina kepercayaan dari klien

b. Waktu konseling 30 – 60 menit

c. Pemberian Informulirasi tenang HIV dan IMS

d. Penawaran tes HIV untuk diagnostik

e. Memberikan penjelasan prosedur

f. Menjamin konfidensialitas

g. Menyakinkan kesediaan klien untuk menjalani Tes dan

meminta Persetujuan Klien (informed concent

h. Pemberian Informasi tambahan

i. Pemeriksaan laboratorium HIV dan IMS

j. Konseling penyampaian hasil

37

k. Informulirasi untuk tes ulang bedasarkan hasil penilaian risiko

klinis

l. Merujuk ke layanan RS yang memiliki fasilitas PDP/CST bila

hasil tes Positif

m. Pendokumentasian menggunakan formulir rawatan lanjut

7. Konseling adiksi

Adalah intervensi psikologis berupa pendekatan melalui

suatu kolaborasi antara konselor adiksi dengan klien dalam

perencanaan yang didiskusikan dan disetujui bersama.

Ruang Lingkup Tindakan adalah Klinik Pratama.

SDM yang berperan adalah konselor adiksi terlatih dari

berbagai profesi.

8. Wawancara motivasional

Pengertian adalah wawancara dimana interaksinya berpusat

kepada klien dan bertujuan untuk menggali dan mengatasi

ambivalensi tentang penggunaan zat/narkotika melalui tahapan

perubahan.

Ruang Lingkup Tindakan adalah Klinik Pratama

SDM yang berperan adalah konselor adiksi terlatih dari

berbagai profesi

38

9. Cognitive Behavioral therapy

Pengertian adalah psikoterapi yang digunakan dalam

menghadapi berbagai persoalan-persoalan psikologis individual

dalam konteks juknis ini adalah Adiksi.

Ruang Lingkup Tindakan adalah Klinik Pratama

SDM yang berperan adalah Konselor adiksi terlatih dari

berbagai profes

10. Pecegahan kekambuhan

Pengertian adalah Adalah pencegahan kekambuhan

yang terjadi dalam proses pemulihan pada klien pengunaan

zat/narkotika.

Ruang Lingkup Tindakan adalah Klinik Pratama

SDM yang berperan adalah Konselor adiksi terlatih dari

berbagai profesi